BANJARMASINPOST.CO.ID - Amerika
Serikat dan sekutunya Perancis dan Inggris telah menyerang Suriah
menggunakan ratusan misil dan pesawat udara, Sabtu (14/4/2018) malam.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengingatkan dunia, tindakan Amerika ke Suriah hanya akan membuat masalah kian pelik.
Putin menyebut, sejarah mencatat, intervensi Amerika ke Suriah akan menimbulkan pertumpahan darah di sebuah negara, seperti yang sudah-sudah.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengingatkan dunia, tindakan Amerika ke Suriah hanya akan membuat masalah kian pelik.
Putin menyebut, sejarah mencatat, intervensi Amerika ke Suriah akan menimbulkan pertumpahan darah di sebuah negara, seperti yang sudah-sudah.
Sumber Picture : https://www.google.com/search?q=amerika+setan+besar&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjPqL_t4b3aAhXKvY8KHZjfD1wQ_AUICigB&biw=1280&bih=615#imgrc=ufxM01W2RWfk_M:
"Sejarah akan mengungkap, dan Washington
bertanggung jawab atas petumpahan darah di Yugoslavia, Irak dan Libya,”
kata Putin, yang disampaikan oleh situs resmi RT, televisi Rusia, Minggu
(15/4/2018).
Komentar Putin ini diucapkan setelah Amerika meluncurkan serangan rudal ke Suriah.
Bersama Inggris dan Perancis, Amerika melepas rudal ke tiga target berbeda di Suriah.
Pentagon mengklaim serangan ini dilakukan karena menuding pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia di Douma, untuk membunuh rakyat tak berdosa.
Meski demikian, kalangan militer Rusia mengkritik, serangan Amerika dilakukan sebelum ada fakta bahwa memang ditemukan penggunaan senjata kimia di Douma.
"Tim pencari fakta senjata kimia telah dilecehkan, sebuah kelompok negara barat mengambil aksi militer tanpa menunggu hasil investigasi,” ujar Putin.
Bersama Inggris dan Perancis, Amerika melepas rudal ke tiga target berbeda di Suriah.
Pentagon mengklaim serangan ini dilakukan karena menuding pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia di Douma, untuk membunuh rakyat tak berdosa.
Meski demikian, kalangan militer Rusia mengkritik, serangan Amerika dilakukan sebelum ada fakta bahwa memang ditemukan penggunaan senjata kimia di Douma.
"Tim pencari fakta senjata kimia telah dilecehkan, sebuah kelompok negara barat mengambil aksi militer tanpa menunggu hasil investigasi,” ujar Putin.
Sejumlah lembaga promilisi, termasuk
kelompok kontroversial White Helmets, mengklaim senjata kimia yang
ditemukan berasal dari pasukan pemerintah.
Senjata kimia ini mereka sebut melukai dan membunuh sejumlah warga sipil.
Sementara, pihak militer Rusia tidak menemukan adanya tanda penggunaan senjata kimia.
Mereka juga tidak menemukan korban senjata kimia yang bisa dimintai keterangan.
Yang menarik, tak semua pejabat di legislatif Amerika Serikat setuju dengan kebijakan Donald Trump menyerang Suriah.
Senator Oregon, Jeff Merkley, bahkan sependapat dengan Putin, bahwa Amerika harusnya mengingat apa yang terjadi dengan peristiwa di Irak dan Afghanistan.
"Kita telah belajar dari Afghanistan dan Irak, bahaya meluncurkan aksi militer tanpa tujuan dan strategi yang jelas,"
"Jika Presiden ingin berperang, maka rakyat Amerika dan Kongres harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan," kicau Jeff Merkley di akun Twitter-nya.
PBB Melawan Rusia
Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) menolak resolusi Rusia pada Sabtu lalu, yang menyerukan hukuman terhadap serangan militer yang diluncurkan Amerika Serikat (AS), Inggris dan Perancis ke Suriah.
Serangan itu disebut sebagai tanggapan atas serangan senjata kimia yang diduga dilakukan pada awal bulan ini.
Dikutip dari laman The Times of Israel, Minggu (15/4/2018), Moskow gagal memenangkan dukungan terkait seruannya mengecam 'agresi' terhadap negara yang dilanda perang setelah operasi gabungan AS, Inggris dan Perancis.
Langkah Rusia itu yakni mengutuk 'agresi' melawan Suriah dan menuntut agar ketiga negara sekutu tersebut menahan diri dari serangan lebih lanjut.
Dalam pertemuan dengan Dewan Keamanan PBB itu, hanya 3 negara yakni Rusia, Cina, dan Bolivia yang mendukung resolusi pada akhir pertemuan darurat yang dihadiri 15 anggota dewan yang dipanggil Rusia pada Sabtu lalu.
Delapan negara memilih untuk menentang resolusi tersebut, mereka adalah AS, Inggris, Perancis bersama dengan Swedia, Belanda, Polandia, Kuwait, dan Pantai Gading.
Sementara Peru, Kazakhstan, Ethipia, dan Equatorial Guinea tidak memilih.
Resolusi tersebut membutuhkan setidaknya sembilan suara 'ya' untuk bisa disetujui Dewan Keamanan PBB.
Voting tersebut mencerminkan adanya perpecahan dalam lembaga paling kuat PBB, yang dianggap tidak mampu menangani konflik Suriah selama tujuh tahun dan penggunaan senjata kimia di negara itu. (*)
(Penulis: Aji Bramastr)
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/04/15/ingatkan-dosa-amerika-vladimir-putin-sebut-intevensi-as-akan-timbulkan-pertumpahan-darah?page=all
Senjata kimia ini mereka sebut melukai dan membunuh sejumlah warga sipil.
Sementara, pihak militer Rusia tidak menemukan adanya tanda penggunaan senjata kimia.
Mereka juga tidak menemukan korban senjata kimia yang bisa dimintai keterangan.
Yang menarik, tak semua pejabat di legislatif Amerika Serikat setuju dengan kebijakan Donald Trump menyerang Suriah.
Senator Oregon, Jeff Merkley, bahkan sependapat dengan Putin, bahwa Amerika harusnya mengingat apa yang terjadi dengan peristiwa di Irak dan Afghanistan.
"Kita telah belajar dari Afghanistan dan Irak, bahaya meluncurkan aksi militer tanpa tujuan dan strategi yang jelas,"
"Jika Presiden ingin berperang, maka rakyat Amerika dan Kongres harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan," kicau Jeff Merkley di akun Twitter-nya.
PBB Melawan Rusia
Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) menolak resolusi Rusia pada Sabtu lalu, yang menyerukan hukuman terhadap serangan militer yang diluncurkan Amerika Serikat (AS), Inggris dan Perancis ke Suriah.
Serangan itu disebut sebagai tanggapan atas serangan senjata kimia yang diduga dilakukan pada awal bulan ini.
Dikutip dari laman The Times of Israel, Minggu (15/4/2018), Moskow gagal memenangkan dukungan terkait seruannya mengecam 'agresi' terhadap negara yang dilanda perang setelah operasi gabungan AS, Inggris dan Perancis.
Langkah Rusia itu yakni mengutuk 'agresi' melawan Suriah dan menuntut agar ketiga negara sekutu tersebut menahan diri dari serangan lebih lanjut.
Dalam pertemuan dengan Dewan Keamanan PBB itu, hanya 3 negara yakni Rusia, Cina, dan Bolivia yang mendukung resolusi pada akhir pertemuan darurat yang dihadiri 15 anggota dewan yang dipanggil Rusia pada Sabtu lalu.
Delapan negara memilih untuk menentang resolusi tersebut, mereka adalah AS, Inggris, Perancis bersama dengan Swedia, Belanda, Polandia, Kuwait, dan Pantai Gading.
Sementara Peru, Kazakhstan, Ethipia, dan Equatorial Guinea tidak memilih.
Resolusi tersebut membutuhkan setidaknya sembilan suara 'ya' untuk bisa disetujui Dewan Keamanan PBB.
Voting tersebut mencerminkan adanya perpecahan dalam lembaga paling kuat PBB, yang dianggap tidak mampu menangani konflik Suriah selama tujuh tahun dan penggunaan senjata kimia di negara itu. (*)
(Penulis: Aji Bramastr)
(CNN/DIGITALBLOBE)
Foto
satelit menunjukkan lokasi target sasaran serangan militer AS, Sabtu
(15/4/2018). Tampak bagian yang diyakini hancur terkena misil
AS.(CNN/DIGITALBLOBE)
Warga Rusia Diminta Bersiap Mengantisipasi Kemungkinan Perang Dunia III
BANJARMASINPOST.CO.ID, MOSCOW -
Pascaserangan Amerika Serikat dan sekutunya Perancis dan Inggris ke
Suriah, Sabtu (14/4/2018), pemerintah Rusia meminta masyarakatnya
mengantisipasi kemungkinan Perang Dunia III.
Adalah saluran televisi milik pemerintah Rusia yang menyampaikan langsung hal tersebut.
Masyarakat Rusia diminta mengantisipasi kemungkinan Perang Dunia III yang dapat dipicu oleh krisis saat ini yang terjadi di Suriah.
Adalah saluran televisi milik pemerintah Rusia yang menyampaikan langsung hal tersebut.
Masyarakat Rusia diminta mengantisipasi kemungkinan Perang Dunia III yang dapat dipicu oleh krisis saat ini yang terjadi di Suriah.
Dikutip dari laman The Indian Express, Minggu
(15/4/2018), saluran TV milik Kremlin itu menyarankan pasokan ideal
untuk bertahan hidup dan menginformasikan kepada warga untuk mengemasi
yodium untuk melindungi tubuh dari radiasi saat berlindung di tempat
penampungan korban bom.
Laporan yang dipublikasikan Rossiya-24 itu dilakukan ditengah ketegangan yang sangat tinggi atas Suriah.
Alexander Golts, sebagai seorang ahli analis militer memperingatkan bahwa dunia telah menyaksikan krisis rudal Kuba yang kedua.
Ia juga mengatakan kepada Rain TV di Moskow, "setahun yang lalu ketika saya mengatakan 'kami telah memasuki Perang Dingin yang baru', tidak ada yang setuju dengan saya, sekarang semua orang setuju. Namun jelas terlihat peristiwa dalam Perang Dingin kedua ini berkembang jauh lebih cepat, baru saja dimulai dan ini dia, kami sudah punya 'Cuban Missile Crisis 2.0',".
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/04/15/warga-rusia-diminta-bersiap-mengantisipasi-kemungkinan-perang-dunia-iii
white helmets. ©huffington Post
White Helmets juga menjadi narasumber media arus utama Barat seperti CNN, Reuters, BBC, The Guardian, dan banyak lagi dalam memberitakan konflik di Suriah. Media Barat menuding serangan itu dilakukan oleh militer Suriah. Lantaran video dan foto-foto itu pula Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengecam Presiden Suriah Basyar al-Assad dan langsung memutuskan meluncurkan 59 rudal tomahawk ke sejumlah pangkalan udara Suriah.
Siapa sebenarnya White Helmets (WH) yang selama ini mengaku sebagai pegiat kemanusiaan untuk menolong warga Suriah korban perang dan rajin membuat video serta foto-foto mengenaskan korban perang?
Pertahanan Rakyat Sipil Suriah atau lebih dikenal White Helmets selama ini diketahui selalu beroperasi di wilayah yang dikuasai pemberontak Suriah. Dikutip dari Sputnik News, organisasi ini didirikan di Istanbul, Turki pada Maret 2013 oleh mantan intelijen Inggris bernama James Le Mesurier yang punya perusahaan jasa SAR bermarkas di Dubai. Anggota WH diambil dari warga sipil Suriah yang diberi pelatihan khusus oleh lembaga SAR Turki. WH mendapat bantuan dana dari sejumlah pemerintah negara Barat seperti Inggris, Denmark, Jerman, Belanda, dan terutama Amerika Serikat lewat USAID. Selama 2013 WH mendapat kucuran dana segar sebesar USD 13 juta. Hingga kini WH diperkirakan beroperasi dengan dana USD 100 juta dari negara donor Barat.
Dilansir dari laman 21century Wire, WH mengklaim sebagai organisasi kemanusiaan yang tidak terkait kepentingan politik mana pun di Suriah atau di tempat lain. Tapi belakangan disinyalir sejumlah anggota WH ternyata adalah anggota dari pemberontak Al Nusra, jaringan Al Qaidah di Suriah, dan ISIS. WH dengan demikian adalah bagian dari mesin propaganda untuk menjelek-jelekkan pemerintahan Assad dan mendorong masuk campur tangan asing. Dalam sebuah video di Idlib sempat terlihat anggota WH mengibarkan bendera Al Qaidah di dekat para militan kelompok teror itu.
foto white helmets 21centurywire
WH kian berkibar namanya sebagai pegiat kemanusiaan yang sering mengabadikan aksi mereka menolong korban sipil di Suriah lewat foto dan video. Mereka sering membuat video penyelamatan bocah dari reruntuhan gedung akibat serangan udara. Namun pengamat dan pakar independen menulis dalam laman Moon of Alabama, sejumlah foto dan video WH mencurigakan dan tidak lazim. Pengamat mengatakan foto-foto itu dibuat-buat atau sudah direncanakan alias hasil rekayasa seperti pembuatan film dan menjadi bagian dari mesin propaganda untuk menyerang pemerintahan Suriah.
Bukan kebetulan rasanya jika WH bisa membuat foto dan video yang terlihat sangat menggugah rasa kemanusiaan itu karena mereka dibantu perusahaan konsultan PR Syria Campaign dan Purpose yang bermarkas di New York. Para korban dalam foto dan video WH adalah aktor yang diberi riasan meyakinkan ala Hollywood.
Dalam sebuah video aksinya terlihat WH menyelamatkan seorang bocah perempuan Suriah bernama Aya, korban serangan udara. Sosok Aya kemudian muncul lagi sebanyak tiga kali dalam tiga bulan berurutan yakni 27 Agustus 2016, 24 September 2016 dan 11 Oktober 2016.
foto white helmets 21centurywire
Pada foto lain, seorang perempuan yang menjadi korban serangan udara di Aleppo
Alexander Golts, sebagai seorang ahli analis militer memperingatkan bahwa dunia telah menyaksikan krisis rudal Kuba yang kedua.
Ia juga mengatakan kepada Rain TV di Moskow, "setahun yang lalu ketika saya mengatakan 'kami telah memasuki Perang Dingin yang baru', tidak ada yang setuju dengan saya, sekarang semua orang setuju. Namun jelas terlihat peristiwa dalam Perang Dingin kedua ini berkembang jauh lebih cepat, baru saja dimulai dan ini dia, kami sudah punya 'Cuban Missile Crisis 2.0',".
AP
Kapal perang angkatan laut AS USS Porter meluncurkan misil tomahawk ke wilayah Suriah di perairan laut Mediterania.
white helmets. ©huffington Post
White Helmets, propaganda Barat di Suriah berkedok tim kemanusiaan
Merdeka.com - Tak banyak orang mencermati ada nama White Helmets di balik sejumlah video dan foto korban perang di Suriah yang banyak beredar di media sosial. Video dan foto-foto korban perang Suriah itu dengan mudah bisa membuat orang langsung merasa tersentuh, sedih, berempati, sekaligus mengecam kekerasan akibat perang di Suriah. Yang teranyar adalah video korban serangan gas kimia di Kota Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib pekan lalu.White Helmets juga menjadi narasumber media arus utama Barat seperti CNN, Reuters, BBC, The Guardian, dan banyak lagi dalam memberitakan konflik di Suriah. Media Barat menuding serangan itu dilakukan oleh militer Suriah. Lantaran video dan foto-foto itu pula Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengecam Presiden Suriah Basyar al-Assad dan langsung memutuskan meluncurkan 59 rudal tomahawk ke sejumlah pangkalan udara Suriah.
Siapa sebenarnya White Helmets (WH) yang selama ini mengaku sebagai pegiat kemanusiaan untuk menolong warga Suriah korban perang dan rajin membuat video serta foto-foto mengenaskan korban perang?
Pertahanan Rakyat Sipil Suriah atau lebih dikenal White Helmets selama ini diketahui selalu beroperasi di wilayah yang dikuasai pemberontak Suriah. Dikutip dari Sputnik News, organisasi ini didirikan di Istanbul, Turki pada Maret 2013 oleh mantan intelijen Inggris bernama James Le Mesurier yang punya perusahaan jasa SAR bermarkas di Dubai. Anggota WH diambil dari warga sipil Suriah yang diberi pelatihan khusus oleh lembaga SAR Turki. WH mendapat bantuan dana dari sejumlah pemerintah negara Barat seperti Inggris, Denmark, Jerman, Belanda, dan terutama Amerika Serikat lewat USAID. Selama 2013 WH mendapat kucuran dana segar sebesar USD 13 juta. Hingga kini WH diperkirakan beroperasi dengan dana USD 100 juta dari negara donor Barat.
Dilansir dari laman 21century Wire, WH mengklaim sebagai organisasi kemanusiaan yang tidak terkait kepentingan politik mana pun di Suriah atau di tempat lain. Tapi belakangan disinyalir sejumlah anggota WH ternyata adalah anggota dari pemberontak Al Nusra, jaringan Al Qaidah di Suriah, dan ISIS. WH dengan demikian adalah bagian dari mesin propaganda untuk menjelek-jelekkan pemerintahan Assad dan mendorong masuk campur tangan asing. Dalam sebuah video di Idlib sempat terlihat anggota WH mengibarkan bendera Al Qaidah di dekat para militan kelompok teror itu.
foto white helmets 21centurywire
WH kian berkibar namanya sebagai pegiat kemanusiaan yang sering mengabadikan aksi mereka menolong korban sipil di Suriah lewat foto dan video. Mereka sering membuat video penyelamatan bocah dari reruntuhan gedung akibat serangan udara. Namun pengamat dan pakar independen menulis dalam laman Moon of Alabama, sejumlah foto dan video WH mencurigakan dan tidak lazim. Pengamat mengatakan foto-foto itu dibuat-buat atau sudah direncanakan alias hasil rekayasa seperti pembuatan film dan menjadi bagian dari mesin propaganda untuk menyerang pemerintahan Suriah.
Bukan kebetulan rasanya jika WH bisa membuat foto dan video yang terlihat sangat menggugah rasa kemanusiaan itu karena mereka dibantu perusahaan konsultan PR Syria Campaign dan Purpose yang bermarkas di New York. Para korban dalam foto dan video WH adalah aktor yang diberi riasan meyakinkan ala Hollywood.
Dalam sebuah video aksinya terlihat WH menyelamatkan seorang bocah perempuan Suriah bernama Aya, korban serangan udara. Sosok Aya kemudian muncul lagi sebanyak tiga kali dalam tiga bulan berurutan yakni 27 Agustus 2016, 24 September 2016 dan 11 Oktober 2016.
foto white helmets 21centurywire
Pada foto lain, seorang perempuan yang menjadi korban serangan udara di Aleppo
Sumber Berita : https://www.merdeka.com/dunia/white-helmets-propaganda-barat-di-suriah-berkedok-tim-kemanusiaan.html
foto white helmets 21centurywire
foto white helmets 21centurywire
foto white helmets 21centurywire
Ketika Aleppo timur digempur militer Suriah dan Rusia untuk mengusir pemberontak, WH berulang kali membuat video dan menyebarkan foto penyelamatan warga sipil dan anak-anak. Namun ketika Aleppo akhirnya berhasil dikuasai kembali militer Suriah dan pemberontak diusir, seorang narablog asal Norwegia Pal Steigen mengatakan dia tak melihat seorang pun anggota WH. Seluruh anggota yang katanya tim kemanusiaan itu lenyap tanpa bekas dan ketika warga ditanya, mereka mengatakan tidak pernah mendengar nama WH.
November tahun lalu WH seperti membuka kedok mereka sendiri dengan membuat video 'maneqquin challange' memperlihatkan aksi mereka tengah menyelamatkan warga luka karena perang. Dalam video itu terlihat jelas sang aktor yang jadi korban diberi riasan meyakinkan ala Hollywood lengkap dengan debu dan darah di bagian wajah serta memperlihatkan ekspresi kesakitan. Dari video 'maneqqin challange' itu orang bisa dengan mudah menyimpulkan, video-video dan foto WH yang memperlihatkan warga sipil luka sesungguhnya hanya rekaan atau dibuat-buat alias korban hanya berakting dalam film.
Parahnya lagi WH sempat dinominasikan mendapat hadiah bergengsi Nobel Perdamaian tahun lalu. Meski akhirnya gagal, namun film dokumenter tentang WH berhasil menyabet piala Oscar tahun ini.
Dr Tim Anderson dari Universitas Sydney mengatakan keputusan Oscar memberikan penghargaan itu sangat bernada sinis karena WH adalah wajah lain dari kelompok pemberontak Al Qaidah di Suriah. Berbagai cuplikan video dari WH, kata Anderson, jelas-jelas adalah rekaan dan dibuat untuk memperlihatkan militer Suriah itu jahat dan mereka itu baik.
"Ini bagian dari PR White Helmets, sebagaimana mereka juga adalah Al Qaidah yang dipersenjatai dan didanai untuk menggulingkan pemerintahan Suriah," kata Anderson.
Konflik di Suriah semakin memperlihatkan betapa penggunaan lembaga kemanusiaan macam WH sebagai mesin propaganda perang adalah strategi yang ternyata cukup efektif ketika pertempuran di lapangan sudah sulit dimenangkan.
White Helmets, propaganda Barat di Suriah berkedok tim kemanusiaan
Merdeka.com - sempat jadi ikon di media Barat tahun lalu. Tapi rupanya perempuan itu sudah beberapa kali muncul dalam adegan lain di waktu yang berbeda.foto white helmets 21centurywire
foto white helmets 21centurywire
foto white helmets 21centurywire
Ketika Aleppo timur digempur militer Suriah dan Rusia untuk mengusir pemberontak, WH berulang kali membuat video dan menyebarkan foto penyelamatan warga sipil dan anak-anak. Namun ketika Aleppo akhirnya berhasil dikuasai kembali militer Suriah dan pemberontak diusir, seorang narablog asal Norwegia Pal Steigen mengatakan dia tak melihat seorang pun anggota WH. Seluruh anggota yang katanya tim kemanusiaan itu lenyap tanpa bekas dan ketika warga ditanya, mereka mengatakan tidak pernah mendengar nama WH.
November tahun lalu WH seperti membuka kedok mereka sendiri dengan membuat video 'maneqquin challange' memperlihatkan aksi mereka tengah menyelamatkan warga luka karena perang. Dalam video itu terlihat jelas sang aktor yang jadi korban diberi riasan meyakinkan ala Hollywood lengkap dengan debu dan darah di bagian wajah serta memperlihatkan ekspresi kesakitan. Dari video 'maneqqin challange' itu orang bisa dengan mudah menyimpulkan, video-video dan foto WH yang memperlihatkan warga sipil luka sesungguhnya hanya rekaan atau dibuat-buat alias korban hanya berakting dalam film.
Parahnya lagi WH sempat dinominasikan mendapat hadiah bergengsi Nobel Perdamaian tahun lalu. Meski akhirnya gagal, namun film dokumenter tentang WH berhasil menyabet piala Oscar tahun ini.
Dr Tim Anderson dari Universitas Sydney mengatakan keputusan Oscar memberikan penghargaan itu sangat bernada sinis karena WH adalah wajah lain dari kelompok pemberontak Al Qaidah di Suriah. Berbagai cuplikan video dari WH, kata Anderson, jelas-jelas adalah rekaan dan dibuat untuk memperlihatkan militer Suriah itu jahat dan mereka itu baik.
"Ini bagian dari PR White Helmets, sebagaimana mereka juga adalah Al Qaidah yang dipersenjatai dan didanai untuk menggulingkan pemerintahan Suriah," kata Anderson.
Konflik di Suriah semakin memperlihatkan betapa penggunaan lembaga kemanusiaan macam WH sebagai mesin propaganda perang adalah strategi yang ternyata cukup efektif ketika pertempuran di lapangan sudah sulit dimenangkan.
Sumber Berita : https://www.merdeka.com/dunia/white-helmets-propaganda-barat-di-suriah-berkedok-tim-kemanusiaan-splitnews-2.html
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/ktt-dahran-perdamaian-dengan-israel-dan-konfrontasi-dengan-iran.html
Mantan jenderal dan ahli militer Inggris itu wawancaranya secara tiba-tiba dipotong oleh pembawa berita Sky News setelah dirinya menyatakan kemenangan Assad dan meragukan kebenaran serangan senjata kimia di kota Douma, Suriah.
Baca: MUNAFIK! AS-Prancis-Inggris Bungkam Atas Kebrutalan Saudi di Yaman, Tapi Sok Bela HAM di Suriah
Ketika ditanya apakah parlemen Inggris harus menyetujui kemungkinan intervensi Inggris di Suriah, Shaw mengatakan bahwa ia mempertanyakan” motif apa yang mungkin bisa memicu Suriah untuk meluncurkan serangan kimia ini, saat ini di tempat ini.”
“Anda tahu, Suriah menang! Dan jangan perhatikan kata-kata saya untuk itu, perhatikan kata militer Amerika untuk itu! Jenderal Votel, kepala CENTCOM, berkata kepada Kongres pada waktu itu bahwa ‘Assad telah memenangkan perang ini dan kita harus menerimanya. ‘ Dan kemudian Anda mendengar pernyataan Trump minggu lalu bahwa Amerika telah selesai dengan ISIS dan bahwa “kami akan segera keluar”, ” ujar Shaw menekankan.
Baca: Mantan Senator AS: Assad Tidak Mungkin Dalang Dibalik Serangan Kimia
“Dan kemudian tiba-tiba Anda mendapatkan …” belum sempat Shaw menyelesaikan kata-katanya, sang pembawa acara berita, Samantha Washington, memotong perkataannya dan menghentikan wawancara secara sepihak.”
“Saya sangat menyesal, Anda telah sangat sabar kepada kami, tetapi kita harus berhenti,” ujar Washington yang disusul kemudian dengan iklan.
Sky belum menjelaskan mengapa mereka memotong wawancara yang baru berlangsung selama dua menit itu, namun The Mirror melaporkan bahwa sumber-sumber di dalam perusahaan milik Murdoch itu berkilah dengan alasan ada jeda iklan yang telah dijadwalkan.
Baca: Testimoni Mengejutkan Pimpinan CENTCOM di Senat AS: Assad Menang di Suriah
Shaw, 59 tahun, yang karirnya selama 30 tahun membentang dari Falklands ke Kosovo hingga memimpin pasukan Inggris di Irak pada 2006, tidak dapat digambarkan sebagai kaki tangan Kremlin, dan, bahkan dalam respon sebelumnya dalam wawancara yang sama, ia menuduh Moskow “mengotori perairan.”
Penentangannya kali ini terhadap tuduhan dari pemerintah Inggris untuk Assad atas siapa yang bertanggung jawab terhadap dugaan serangan 7 April itu menjadi viral setelah diunggah ke media sosial dan dibagkan ribuan kali. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/04/16/sebut-assad-menang-di-suriah-skynews-langsung-stop-wawancara-mantan-jendral-inggris/
Badan Intelijen Inggris Dibalik Operasi White Helmets
ARRAHMAHNEWS.COM, MOSKOW
– Sebuah surat kabar Rusia mengatakan dalam sebuah laporan bahwa
Organisasi White Helmets berada dibalik laporan palsu tentang serangan
udara Rusia di Suriah, dan menambahkan bahwa organisasi itu dijalankan
oleh agen-agen Inggris.
Harian Vzglyad mengatakan dalam sebuah
laporan bahwa ada alasan untuk percaya bahwa organisasi diawasi oleh
dinas intelijen Inggris dan dibiayai oleh Soros. (Baca juga: White Helmets Akui Organisasinya Didanai Negara-negara Barat)
“Pemerintah Inggris telah mengalokasikan
sekitar 32 juta pound untuk menyokong White Helmets pada tahun 2013,
sementara 12,5 juta pounds telah dibayarkan kepada organisasi lainnya di
tahun 2016,” sebuah sumber yang dekat dengan organisasi kepada kantor
berita Tass.
Menurut sumber itu, seluruh anggaran organisasi sekitar 50 juta dolar per tahun.
White Helmets seharusnya juga menerima
tambahan 13 juta dolar dari Amerika Serikat dan Inggris, termasuk
perusahaan yang terkait dengan Soros, tambahnya, dan mengatakan bahwa
organisasi juga telah menerima 23 juta dolar dari badan International
Development AS.
Sumber itu juga mengatakan bahwa salah
satu pimpinan White Helmets, Mosab Obeidat, telah diidentifikasi
memiliki kontribusi dan peran utama dalam pembiayaan kelompok teroris.
Menurut beberapa laporan, Obeidat telah
memainkan peran mediator dalam memberikan militan Suriah sekitar 2,2
juta dolar untuk membayar senjata dan persediaan amunisi. (Baca juga: VIDEO: Jubir al-Nushra Sebut ‘”White Helmets” Sebagai Mujahidin)
Berbicara tentang pendiri White Helmets,
James Le Mesurier, menunjukkan bahwa kemungkinan besar, “dia adalah
lulusan dari Akademi Militer Kerajaan di Sandhurst, yang sampai hari ini
bekerja sebagai pelayan Her Majesty (Ratu Inggris) , tepatnya – di
intelijen militer Inggris “.
Anton Mardasov, seorang ahli di Institut
Pengembangan Inovatif, mengatakan bahwa masalahnya adalah White Helmets
menyebarkan berita palsu dengan handal.
Mardasov percaya bahwa komandan White
Helmets mungkin pekerja resmi badan-badan intelijen Barat dan perwakilan
dari lembaga barat yang lebih suka bekerja di organisasi tersebut untuk
menggunakannya sebagai markas mereka.
Seperti yang disaksikan sebelumnya,
pasukan pemerintah Suriah telah menahan petugas intelijen Perancis pada
tahun 2013, kemudian negosiasi diadakan untuk membebaskan mereka.
Kantor berita Sputnik melaporkan bahwa
media Barat menyebut Observatorium Suriah yang berbasis di London untuk
Hak Asasi Manusia dan White Helmets melaporkan apa yang mereka sebut
sebagai eksekusi atau penahanan warga sipil oleh tentara Suriah.
Seorang wartawan mengungkapkan pada
pertengahan November bahwa Organisasi Helm Putih bukan badan independen
meskipun mereka mengklaim demikian. Mereka menerima dukungan keuangan
dari beberapa negara Barat yang mendukung kelompok-kelompok teroris di
Suriah. (Baca juga: ‘White Helmet’ Tentara Teroris Bayaran Barat)
“White Helmets bukan organisasi
independen karena ia bekerja untuk kepentingan negara-negara Barat yang
mendukung kelompok-kelompok teroris di Suriah dan menerima dukungan
keuangan dari AS, Inggris dan Jerman sebagai gantinya,” kata Vanessa
Beeley, dan menambahkan bahwa “Tampaknya aneh bahwa White Helmets
terus-menerus berada di daerah yang dikendalikan oleh ISIS dan Fatah
al-Sham yang berafiliasi dengan Jabhat al-Nusra. Video dan gambar yang
diambil di berbagai kesempatan membuktikan bahwa White Helmets
bekerjasama dengan teroris”.
“White Helmets tidak hanya menawarkan
layanan medis untuk teroris dan mengambil bagian dalam pembunuhan serta
eksekusi penduduk sipil, tetapi juga bekerja untuk menggulingkan
pemerintah Suriah,” ujar wartawan itu.
Pada awal November, seorang jurnalis
Suriah membuktikan melalui beberapa gambar dari seorang anak Suriah yang
diklaim oleh White Helmets ikut operasi kemanusiaan untuk menyelamatkan
warga sipil adalah kebohongan besar.
Abbas Jom’eh merilis tiga gambar dari
seorang gadis kecil yang diduga diselamatkan oleh anggota White Helmets
di tiga lokasi yang berbeda, yang mengungkapkan kebohongan organisasi
itu tentang menyelamatkan warga sipil di Suriah.
Dalam halaman twitter-nya, wartawan
Suriah menempatkan tiga gambar gadis yang diselamatkan oleh agen White
Helmets di tempat yang berbeda.
“Aktor White Helmets sang penyelamatan
seorang gadis di tiga tempat yang berbeda! Tidak bisa memainkan peran di
tiga tempat yang berbada,” tanya Abbas Jom’eh.
Moskow juga mengatakan pada pertengahan
November bahwa laporan tentang “rumah sakit” dan “sekolah” yang diduga
terletak di wilayah yang dikendalikan teroris, diciptakan oleh kelompok
“White Helmets” yang dibiayai oleh London.
“Setelah tiga hari itu benar-benar jelas
bagi semua orang bahwa “rumah sakit” yang diduga dibom di Aleppo hanya
ada dalam imajinasi juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby.
“Informasi Hoax” ini pasti akan tetap menjadi noda dalam biografi
Laksamana Kirby,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayjen.
Igor Konashekov, dan menambahkan bahwa jika semua “rumah sakit” dibom,
itu berarti tidak ada yang lain kecuali mereka.
Sebelumnya juru bicara Departemen Luar
Negeri AS, John Kirby menyalahkan Rusia atas “pemboman rumah sakit” di
Suriah. (Baca juga: Bongkar Kedok ‘White Helmet’ Teroris Berwajah Relawan Pembantai Warga Suriah)
Pihak Rusia telah sering meminta
organisasi internasional untuk memberikan data tentang keberadaan setiap
fasilitas medis dan sekolah di wilayah yang dikendalikan oleh teroris
di Suriah, namun organisasi itu mengatakan mereka tidak memiliki
informasi tentang keberadaan setiap fasilitas tersebut.
“Kami telah berulang kali meminta
perwakilan dari Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman,
negara-negara lain dan organisasi internasional untuk memberikan
informasi lokasi posko bantuan medis “rumah sakit” atau sekolah di
daerah yang dikendalikan oleh teroris,” Konashenkov menggarisbawahi.
“Jawabannya selalu sama – tidak ada yang
memiliki informasi tersebut,” katanya. “Hanya ada laporan” dari White
Helmets atau “anonim lokal” “aktivis”,” tambah juru bicara itu.
Konashenkov menggarisbawahi bahwa
pemerintah Inggris secara resmi mengalokasikan dana untuk kegiatan
“White Helmets”, dan “mass media” di Suriah yang bertugas memposting di
Facebook dan Twitter tentang informasi serangan kimia dan laporan yang
diberikan oleh penduduk setempat dan “White Helmets”.
Menurut laporan, meskipun klaim White
Helmets bukan organisasi, tapi badan independen, tetap saja mereka
menerima dukungan keuangan dari beberapa negara Barat yang mendukung
kelompok-kelompok teroris di Suriah. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2016/12/23/badan-intelijen-inggris-dibalik-operasi-white-helmets/
KTT Dahran, Perdamaian dengan Israel dan Konfrontasi dengan Iran
RIYADH – Berdasarkan
pada pernyataan Putra Mahkota Mohammed bin Salman baru-baru ini yang
mengakui hak Israel untuk hidup dengan damai di wilayahnya, surat kabar
Arab Saudi “Al-Riyadh” menyerukan kepada orang-orang Arab akan
pentingnya melakukan normalisasi hubungan dengan Israel dengan alasan
bahwa orang Arab tidak memiliki pilihan lain selain berdamai dengan
Israel.
Baca: Saudi Gunakan Liga Arab Untuk Serang Iran
Surat kabar itu mengatakan dalam sebuah
artikel yang ditulis oleh wakil editor Ahmed Al-Jumaiah dengan judul
“KTT Dhahran, perdamaian dengan Israel dan konfrontasi dengan Iran”. Di
mana artikel ini menyebutkan bahwa orang-orang Arab harus menyadari
bahwa Iran lebih berbahaya bagi mereka daripada Israel, khususnya
ideologi yang dibawa di jalur ekspansi, dominasi dan pengaruh. Surat
kabar ini juga menyerukan kepada pemimpin Arab yang berkumpul di KTT
Dhahran untuk menyetujui normalisasi dengan Israel.
Artikel ini juga menegaskan bahwa “saat
ini tidak ada pilihan lagi bagi orang-orang Arab selain melakukan
rekonsiliasi dengan Isrel, menandatangani perjanjian perdamaian yang
komprehensif dan mengerahkan tenaga untuk menghadapi proyek Iran di
wilayah kawasan dan mengakhiri intervensi dalam urusan bangsa-bangsa
Arab, dan ini adalah pilihan yang tidak butuh pertimbangan, penangguhan
atau tawar-menawar dan kompromi terkait masalah Palestina karena Iran
adalah ancaman langsung bagi semua pihak”.
Baca: ‘Rayuan Jahat’ Raja Bahrain Kepada Zionis Israel
Selain itu, artikel ini mengatakan
bahwa “KTT Dhahran akan menjadi awal dari deklarasi sikap bangsa Arab
terhadap Iran, dan perbedaan politik bagi mereka yang bergantung ataupun
yang secara independen dalam mengambil keputusannya agar menjadi
koreksi dari bangsa Arab dalam sebuah jalan yang baru untuk konfrontasi
yang komprehensif, bukan dari negara yang menghadapi dan menanggung
konsekuensi dari proyek Iran dan kekuatan-kekuatan yang mendukungnya dan
pihak lainnya yang mengulurkan tangan ke Iran”.
Artikel ini kemudian menyimpulkan dengan
mengatakan bahwa “KTT Dhahran akan mengeluarkan keputusan bersejarah.
Perdamaian dengan Israel dan berdiri menghadapi proyek Iran, karena
hasilnya adalah mereka yang menolak perdamaian dengan Israel sama saja
dengan melayani kepentingan Iran, dan mereka akan menanggung akibat dari
keputusannya tersebut”.
Baca: Putra Mahkota Saudi Ungkap Fakta Riyadh Butuh Israel
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Kerajaan
Saudi sejak lama, terutama pada masa pemerintahan Pangeran Mohammed bin
Salman telah mencoba untuk mengatur kompas terkait masalah Palestina
demi melakukan normalisasi dengan Zionis Israel melalui perlakuan
intimidasi terhadap Iran dan menjadikannya sebagai musuh utama bagi
negara-negara Arab dan Islam. (SFA)
Sumber: Al AlamSumber Berita : http://www.salafynews.com/ktt-dahran-perdamaian-dengan-israel-dan-konfrontasi-dengan-iran.html
The Independent: AS Serang Suriah untuk Layani Kepentingan Teroris
LONDON – Surat kabar
Inggris The Independent pada hari Minggu (15/04) mengungkapkan bahwa
keseimbangan militer di Suriah telah berubah menjadi mendukung presiden
Bashar Assad, di mana prestasi terakhir yang diraih pemerintah Damaskus
adalah tercapainya kemenangan terbesar di Suriah menyusul pembebasan
Ghouta Timur di Damaskus, dan serangan AS baru-baru ini adalah dalam
rangka mendukung organisasi teroris ISIS yang semakin terpuruk di
Suriah.
Baca: Tentara Suriah Temukan Lab Senjata Kimia Militan di Ghouta Timur
Surat kabar Inggris ini dalam sebuah
artikel yang ditulis oleh seorang wartawan di bidang militer, Patrick
Coburn yang diterbitkan BBC dan dikutip oleh Al-Maloomah mengatakan
bahwa “Donald Trump berada di bawah tekanan dari para elang dan pejabat
militer di pemerintahannya, sehingga ia mengambil banyak pilihan-pilihan
aman dan memilih target yang jauh dari situs-situs-situs Rusia”.
Surat kabar ini menambahkan bahwa
“kekuatan-kekuatan Barat tengah berusaha keras untuk melemahkan Assad
melalui serangan militer jangka panjang dan bahkan jika hal ini telah
selesai dilakukan, itu hanya akan melayani kepentingan ISIS dan
Al-Qaeda”.
Baca: Drama Palsu Militan Ghouta Timur Terkait Gas Kimia
Surat kabar ini juga mengungkapkan bahwa
“keseimbangan militer di Suriah telah berubah pekan lalu hal ini
disebabkan karena kebanyakan orang tidak memperdulikan kegilaan media
dalam membahas penggunaan senjata kimia di Duma yang menarik liputan
media”. Selain itu surat kabar ini mengatakan bahwa “Jaysh al-Islam
telah menyerahkan Ghouta kepada tentara Suriah pada tanggal 8 April
lalu, dan para militan dan keluarga mereka telah pergi ke
wilayah-wilayah yang dikuasai Turki di sebelah utara”.
Baca: Senjata dan Bom Saudi Ditemukan di Markas Teroris Ghouta Timur
Surat kabar ini menyatakan bahwa hal ini
adalah kemenangan terbesar bagi Assad selama perang dan mungkin hal ini
melebihi prestasi tentara Suriah yang berhasil menguasai kembali kota
Aleppo pada akhhir tahun 2016 silam. (SFA)
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/the-independent-as-serang-suriah-untuk-layani-kepentingan-teroris.html
Israel Khawatir Rusia Bentengi Suriah dengan S-300
SURIAH – Tentara
Pendudukan Israel mengungkapkan kekhawatirannya atas serangan yang
dilancarkan koalisi tripartit di Suriah yang akan mendorong Rusia untuk
membentengi tanah Suriah dengan sistem pertahanan rudal “S-300”,
sebagaimana yang diungkapkan Channel 2 Hebrew Israel.
Baca: Suriah, Rusia dan Hizbullah Hajar Teroris ISIS di Homs
Sementara itu, saluran non-pemerintah
mengungkapkan bahwa pejabat Departemen Perang Israel merasa takut jika
serangan yang dilancarkan AS, Inggris dan Prancis pada hari Sabtu pagi
(14/04) terhadap situs-situs Suriah akan mempercepat Rusia untuk memasok
sistem pertahanan mutakhir untuk Suriah yang akan mempersulit aksi
militer Israel di wilayah ini.
Saluran ini juga mengatakan bahwa
pejabat keamanan dan militer Israel meyakini bahwa Moskow akan
mengabaikan tuntutan Tel Aviv dan Israel akan ditinggalkan sendirian
menghadapi Iran.
Baca: Balas Serangan, Suriah Akan Hancurkan Pangkalan Militer AS
Sementara itu, surat kabar Ibrani
“Yediot Ahronot” mengungkapkan bahwa sistem pertahanan S-300 ini dinilai
lebih canggih dibandingkan dengan semua sistem rudal anti-pesawat yang
ada di Suriah, di mana S-300 ini mampu menjatuhkan rudal balistik sejauh
lebih dari 150 kilometer dan tidak khusus hanya menjatuhkan pesawat.
Kepala Direktorat Operasi Umum di Staf
Rusia, Sergey Rodzkoy setelah penargetan rudal Suriah mengatakan bahwa
Rusia mungkin akan mempertimbangkan kembali untuk memasok sistem
pertahanan rudal S-300 ke Suriah.
Baca: Ledekan Menyakitkan Bashar Assad Kepada AS, Inggris, dan Prancis :Video
Ia mengatakan bahwa agresi tripartit di
Suriah pada hari Sabtu kemarin (14/04) dinilai akan mendorong Rusia
untuk merespon dengan langkah ini.
Jenderal Rusia ini juga mengatakan bahwa
“Saya ingin menunjukkan bahwa beberapa tahun lalu, ada permintaan
mendesak dari beberapa mitra Barat kami, untuk memasok Suriah dengan
sistem anti rudal S-300. Tetapi dengan mempertimbangkan apa yang
terjadi, kami mungkin akan mempertimbangkan kembali masalah ini, tidak
hanya terkait dengan Suriah tapi juga dengan negara lain”.
Perwakilan Kementerian Pertahanan Rusia
mengatakan bahwa “Kami telah mengembangkan sistem pertahanan udara
Suriah dan kami akan mengembangkannya menjadi lebih baik”. (SFA)
Menlu Saudi Berbohong, KTT Liga Arab Tidak Menuduh Suriah Lakukan Serangan Kimia
ARRAHMAHNEWS.COM, DHAHRAN-ARAB SAUDI
– Pernyataan akhir dari KTT Liga Arab tidak menuduh pemerintah Suriah
menggunakan senjata kimia di Douma, seperti yang dinyatakan sebelumnya
oleh Menteri Luar Negeri Saudi Adel Jubeir.
Pada hari Minggu, Jubeir mengomentari
pernyataan yang konon diadopsi oleh KTT Liga, mengatakan bahwa Liga Arab
mengutuk penggunaan senjata kimia oleh otoritas Suriah, namun teks yang
dirilis dari dokumen tersebut tidak memuat bunyi pernyataan seperti
itu.
“Kami menyatakan secara tegas tentang
kecaman keras atas penggunaan senjata kimia terhadap negara Suriah yang
ramah dan menuntut untuk mengadakan penyelidikan internasional
independen dan menerapkan hukum internasional dalam hal ini, yang
tanggung jawabnya membuktikan penggunaan senjata kimia,” bunyi
pernyataan itu.
Negara-negara Barat telah menuduh
pasukan Suriah pada 7 April menggunakan senjata kimia di kota Suriah
Douma. Menanggapi insiden yang dituduhkan, Amerika Serikat, Inggris dan
Perancis telah melakukan serangan udara pada beberapa target di Suriah.
[ARN]
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/04/16/menlu-saudi-berbohong-ktt-liga-arab-tidak-menuduh-suriah-lakukan-serangan-kimia/
Sebut Assad Menang di Suriah, SkyNews Langsung Stop Wawancara Mantan Jendral Inggris
LONDON, ARRAHMAHNEWS.COM – Saluran berita Sky News secara sepihak menghentikan wawancaranya dengan seorang mantan asisten kepala Angkatan Bersenjata Inggris, Jonathan Shaw, saat ia secara khusus menekankan fakta bahwa pasukan Presiden Bashar Assad telah memenangkan perang di Suriah.Mantan jenderal dan ahli militer Inggris itu wawancaranya secara tiba-tiba dipotong oleh pembawa berita Sky News setelah dirinya menyatakan kemenangan Assad dan meragukan kebenaran serangan senjata kimia di kota Douma, Suriah.
Baca: MUNAFIK! AS-Prancis-Inggris Bungkam Atas Kebrutalan Saudi di Yaman, Tapi Sok Bela HAM di Suriah
Ketika ditanya apakah parlemen Inggris harus menyetujui kemungkinan intervensi Inggris di Suriah, Shaw mengatakan bahwa ia mempertanyakan” motif apa yang mungkin bisa memicu Suriah untuk meluncurkan serangan kimia ini, saat ini di tempat ini.”
“Anda tahu, Suriah menang! Dan jangan perhatikan kata-kata saya untuk itu, perhatikan kata militer Amerika untuk itu! Jenderal Votel, kepala CENTCOM, berkata kepada Kongres pada waktu itu bahwa ‘Assad telah memenangkan perang ini dan kita harus menerimanya. ‘ Dan kemudian Anda mendengar pernyataan Trump minggu lalu bahwa Amerika telah selesai dengan ISIS dan bahwa “kami akan segera keluar”, ” ujar Shaw menekankan.
Baca: Mantan Senator AS: Assad Tidak Mungkin Dalang Dibalik Serangan Kimia
“Dan kemudian tiba-tiba Anda mendapatkan …” belum sempat Shaw menyelesaikan kata-katanya, sang pembawa acara berita, Samantha Washington, memotong perkataannya dan menghentikan wawancara secara sepihak.”
“Saya sangat menyesal, Anda telah sangat sabar kepada kami, tetapi kita harus berhenti,” ujar Washington yang disusul kemudian dengan iklan.
Sky belum menjelaskan mengapa mereka memotong wawancara yang baru berlangsung selama dua menit itu, namun The Mirror melaporkan bahwa sumber-sumber di dalam perusahaan milik Murdoch itu berkilah dengan alasan ada jeda iklan yang telah dijadwalkan.
Baca: Testimoni Mengejutkan Pimpinan CENTCOM di Senat AS: Assad Menang di Suriah
Shaw, 59 tahun, yang karirnya selama 30 tahun membentang dari Falklands ke Kosovo hingga memimpin pasukan Inggris di Irak pada 2006, tidak dapat digambarkan sebagai kaki tangan Kremlin, dan, bahkan dalam respon sebelumnya dalam wawancara yang sama, ia menuduh Moskow “mengotori perairan.”
Penentangannya kali ini terhadap tuduhan dari pemerintah Inggris untuk Assad atas siapa yang bertanggung jawab terhadap dugaan serangan 7 April itu menjadi viral setelah diunggah ke media sosial dan dibagkan ribuan kali. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/04/16/sebut-assad-menang-di-suriah-skynews-langsung-stop-wawancara-mantan-jendral-inggris/
Assad: Serangan Rudal Barat Pelanggaran Terang-terangan Hukum Internasional
DAMASKUS, ARRAHMAHNEWS.COM
– Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan bahwa serangan rudal Barat
baru-baru ini terhadap negaranya adalah sebuah tindakan agresi yang
terang-terangan terhadap negara yang berdaulat, dan pelanggaran hukum
internasional. Pernyataan ini ia sampaikan sehari setelah pasukan
bersenjata Amerika Serikat, Inggris dan Prancis menyerang berbagai
lokasi di Suriah dengan rentetan rudal jelajah.
Presiden Suriah membuat pernyataan
ini dalam pertemuan dengan delegasi yang mewakili partai Rusia Bersatu,
partai politik yang berkuasa dari Federasi Rusia, di ibukota Damaskus
pada hari Minggu (15/04), menambahkan bahwa agresi udara itu disertai
dengan kampanye penyesatan dan kebohongan di PBB.
Baca: MUNAFIK! AS-Prancis-Inggris Bungkam Atas Kebrutalan Saudi di Yaman, Tapi Sok Bela HAM di Suriah
Serangan-serangan yang dilakukan pada
dini hari Sabtu itu, mencapai tiga situs, satu di Damaskus, dan dua di
kota Homs, yang diklaim oleh Presiden AS Donald Trump “terkait dengan
kemampuan senjata kimia” pemerintah Suriah.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia,
unit pertahanan udara Suriah bergegas untuk menggagalkan invasi udara,
mencegat 71 dari 105 rudal jelajah. Namun, Pentagon mengatakan semua
rudal berhasil mencapai target yang ditentukan.
Baca: Assad: Setelah Serangan AS, Suriah Tidak Lagi Takut NATO
Negara-negara tripartit Barat
mengumumkan bahwa serangan itu dilakukan sebagai tindakan penghukuman
terhadap Damaskus atas dugaan serangan gas beracun yang mereka klaim
konon dilakukan pada 7 April oleh pemerintah Suriah di Douma, kota
terbesar di Ghouta Timur dekat ibukota Suriah.
Namun, Damaskus dengan keras menolak
tuduhan itu sebagai “fabrikasi kimia” yang dibuat oleh para teroris itu
sendiri dalam upaya untuk menghentikan kemenangan terbaru oleh pasukan
pro-pemerintah terhadap teroris.(ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/04/16/assad-serangan-rudal-barat-pelanggaran-terang-terangan-hukum-internasional/
MUNAFIK! AS-Prancis-Inggris Bungkam Atas Kebrutalan Saudi di Yaman, Tapi Sok Bela HAM di Suriah
OXFORD, ARRAHMAHNEWS.COM
– Serangan Suriah mengungkap kemunafikan Barat, yang mendukung kampanye
pemboman brutal oleh koalisi pimpinan Saudi di Yaman padahal
jelas-jelas mereka telah melakukan pelanggaran yang terbukti dan
didokumentasikan, sementara tiba-tiba dengan mengatasnamakan
kemanusiaan, menghukum Suriah atas tuduhan yang tidak pernah terbukti
dan bahkan belum diselidiki. Seorang wartawan dan analis, Neil Clark,
mengatakan hal ini kepada RT, Minggu (15/04).
Clark menekankan bahwa ketika
laporan berbagai kelompok HAM berulang kali menyatakan bahwa kampanye
pemboman Riyadh atas Yaman telah memakan korban ribuan warga sipil,
tidak ada tindakan apapun yang dilakukan untuk menghentikan Riyadh, Tapi
dalam kasus Suriah, laporan tentang serangan senjata kimia di Douma
yang tidak dikuatkan dengan bukti apapun sudah dijadikan alasan untuk
aksi militer yang terkoordinasi.
“Di satu sisi, mereka membentangkan
karpet merah untuk para pemimpin Saudi dan secara langsung atau tidak
langsung mendukung pemboman Saudi atas Yaman, dimana hal itu telah
menyebabkan bencana kemanusiaan besar. Berapa banyak anak-anak yang
terbunuh dalam konflik itu?” ujar Clark.
“Di sisi lain lagi, mereka tampil
sebagai tokoh moral, sebagai pejuang moral ketika mereka mengklaim
anak-anak telah tewas dalam serangan senjata kimia Suriah, tanpa bukti,”
tambahnya.
Clark juga berpendapat bahwa dengan melanjutkan penjualan senjata ke Riyadh, Barat “telah menyuplai dan mendukung konflik itu.”
Antara Maret 2015 (dimulainya kampanye
yang dipimpin Saudi) hingga Februari 2018, menurut Kantor Komisi Tinggi
PBB untuk Hak Asasi Manusia hampir 6.000 warga sipil tewas dan 9.500
orang terluka. Sedang menurut data aktivis Yaman, ada 600.000 orang
tewas dan terluka dalam kampanye brutal tersebut.
Dalam laporannya pada bulan Maret,
Amnesty International mengatakan telah mendokumentasikan setidaknya 36
serangan udara koalisi yang tampaknya dilakukan melanggar hukum
humaniter internasional, banyak yang mungkin merupakan kejahatan perang.
Setidaknya 513 warga sipil tewas dalam serangan mereka, termasuk 157
anak-anak.
“Jadi, di satu sisi kita telah
mendapatkan bukti terdokumentasi mengenai anak-anak yang sekarat dalam
jumlah besar di Yaman akibat kolera dan akibat pemboman. Itu nyata, itu
adalah bukti yang sebenarnya. Dan kekuatan yang sama yang bertanggung
jawab atas hal itu malah membombardir Suriah sebagai tanggapan atas
tuduhan serangan terhadap anak-anak di Suriah yang tidak terbukti,” kata
Clark. “Standar ganda ini benar-benar sangat keterlaluan.”
Bulan lalu, Perdana Menteri Inggris
Theresa May, Presiden AS Donald Trump, dan Presiden Prancis Emmanuel
Macron menyambut Pangeran Mahkota Saudi Mohammad bin Salman, menteri
pertahanan dan penguasa de-facto Arab Saudi yang tebar pesona di Eropa
dan Amerika Serikat.
Dan sebagai hasilnya, Inggris, yang
telah menyediakan pasokan senjata untuk kerajaan ultrakonservatif itu,
kembali menandatangani perjanjian senjata besar-besaran dengan Riyadh
yang membeli jet Typhoon 48 dari perusahaan Inggris BAE Systems.
Dalam pertemuannya sendiri dengan bin
Salman di Washington, Presiden Trump menyombongkan sekitar 12,5 miliar
dolar dalam penjualan senjata Amerika ke Arab Saudi. Pada Mei 2017, ia
memilih Arab Saudi untuk perjalanan luar negerinya yang pertama sebagai
presiden dan menandatangani perjanjian senjata senilai 350 miliar dolar.
Perancis, yang menurut data dari
Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) adalah
pemasok senjata terbesar ketiga Arab Saudi antara 2013 dan 2017, mungkin
segera juga menandatangani serangkaian kesepakatan baru dengan kerajaan
itu.
Pekan lalu, seorang pejabat menteri
pertahanan Prancis mengatakan kepada Reuters bahwa Prancis telah
menyetujui strategi ekspor persenjataan baru dengan Arab Saudi. Menurut
laporan di media Prancis, Paris dapat segera mulai menjual kapal patroli
angkatan laut dan kanon artileri Caesar ke Arab Saudi, yang diproduksi
oleh CMN dan Nexter. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/04/16/munafik-as-prancis-inggris-bungkam-atas-kebrutalan-saudi-di-yaman-tapi-sok-bela-ham-di-suriah/
Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Senin/16042018/11.07Wita/Bjm