» » » » » » Amerika, Inggris dan Perancis "Menyerang" Suriah yang didukung Rusia dan Republik Islam Iran karena "Berita Hoax" atau "Memang Direncanakan" ?!? Dan Siapakah kelompok kontroversial " White Helmets " ..!!?!!

Amerika, Inggris dan Perancis "Menyerang" Suriah yang didukung Rusia dan Republik Islam Iran karena "Berita Hoax" atau "Memang Direncanakan" ?!? Dan Siapakah kelompok kontroversial " White Helmets " ..!!?!!

Penulis By on Minggu, 15 April 2018 | No comments

Ingatkan Dosa Amerika, Vladimir Putin Sebut Intevensi AS Akan Timbulkan Pertumpahan Darah

BANJARMASINPOST.CO.ID - Amerika Serikat dan sekutunya  Perancis dan Inggris telah menyerang Suriah menggunakan ratusan misil dan pesawat udara, Sabtu (14/4/2018) malam.
Presiden Rusia, Vladimir Putin, mengingatkan dunia, tindakan Amerika ke Suriah hanya akan membuat masalah kian pelik.
Putin menyebut, sejarah mencatat, intervensi Amerika ke Suriah akan menimbulkan pertumpahan darah di sebuah negara, seperti yang sudah-sudah.


Sumber Picture : https://www.google.com/search?q=amerika+setan+besar&source=lnms&tbm=isch&sa=X&ved=0ahUKEwjPqL_t4b3aAhXKvY8KHZjfD1wQ_AUICigB&biw=1280&bih=615#imgrc=ufxM01W2RWfk_M:
 
"Sejarah akan mengungkap, dan Washington bertanggung jawab atas petumpahan darah di Yugoslavia, Irak dan Libya,” kata Putin, yang disampaikan oleh situs resmi RT, televisi Rusia, Minggu (15/4/2018).
Komentar Putin ini diucapkan setelah Amerika meluncurkan serangan rudal ke Suriah.
Bersama Inggris dan Perancis, Amerika melepas rudal ke tiga target berbeda di Suriah.
Pentagon mengklaim serangan ini dilakukan karena menuding pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia di Douma, untuk membunuh rakyat tak berdosa.
Meski demikian, kalangan militer Rusia mengkritik, serangan Amerika dilakukan sebelum ada fakta bahwa memang ditemukan penggunaan senjata kimia di Douma.
"Tim pencari fakta senjata kimia telah dilecehkan, sebuah kelompok negara barat mengambil aksi militer tanpa menunggu hasil investigasi,” ujar Putin.
Sejumlah lembaga promilisi, termasuk kelompok kontroversial White Helmets, mengklaim senjata kimia yang ditemukan berasal dari pasukan pemerintah.
Senjata kimia ini mereka sebut melukai dan membunuh sejumlah warga sipil.
Sementara, pihak militer Rusia tidak menemukan adanya tanda penggunaan senjata kimia.
Mereka juga tidak menemukan korban senjata kimia yang bisa dimintai keterangan.
Yang menarik, tak semua pejabat di legislatif Amerika Serikat setuju dengan kebijakan Donald Trump menyerang Suriah.
Senator Oregon, Jeff Merkley, bahkan sependapat dengan Putin, bahwa Amerika harusnya mengingat apa yang terjadi dengan peristiwa di Irak dan Afghanistan.
"Kita telah belajar dari Afghanistan dan Irak, bahaya meluncurkan aksi militer tanpa tujuan dan strategi yang jelas,"
"Jika Presiden ingin berperang, maka rakyat Amerika dan Kongres harus dilibatkan dalam pengambilan keputusan," kicau Jeff Merkley di akun Twitter-nya.

PBB Melawan Rusia
Dewan Keamanan Persatuan Bangsa-bangsa (PBB) menolak resolusi Rusia pada Sabtu lalu, yang menyerukan hukuman terhadap serangan militer yang diluncurkan Amerika Serikat (AS), Inggris dan Perancis ke Suriah.
Serangan itu disebut sebagai tanggapan atas serangan senjata kimia yang diduga dilakukan pada awal bulan ini.
Dikutip dari laman The Times of Israel, Minggu (15/4/2018), Moskow gagal memenangkan dukungan terkait seruannya mengecam 'agresi' terhadap negara yang dilanda perang setelah operasi gabungan AS, Inggris dan Perancis.
Langkah Rusia itu yakni mengutuk 'agresi' melawan Suriah dan menuntut agar ketiga negara sekutu tersebut menahan diri dari serangan lebih lanjut.
Dalam pertemuan dengan Dewan Keamanan PBB itu, hanya 3 negara yakni Rusia, Cina, dan Bolivia yang mendukung resolusi pada akhir pertemuan darurat yang dihadiri 15 anggota dewan yang dipanggil Rusia pada Sabtu lalu.
Delapan negara memilih untuk menentang resolusi tersebut, mereka adalah AS, Inggris, Perancis bersama dengan Swedia, Belanda, Polandia, Kuwait, dan Pantai Gading.
Sementara Peru, Kazakhstan, Ethipia, dan Equatorial Guinea tidak memilih.
Resolusi tersebut membutuhkan setidaknya sembilan suara 'ya' untuk bisa disetujui Dewan Keamanan PBB.
Voting tersebut mencerminkan adanya perpecahan dalam lembaga paling kuat PBB, yang dianggap tidak mampu menangani konflik Suriah selama tujuh tahun dan penggunaan senjata kimia di negara itu. (*)
(Penulis: Aji Bramastr)
Ingatkan Dosa Amerika, Vladimir Putin Sebut Intevensi AS Akan Timbulkan Pertumpahan Darah
(CNN/DIGITALBLOBE)
Foto satelit menunjukkan lokasi target sasaran serangan militer AS, Sabtu (15/4/2018). Tampak bagian yang diyakini hancur terkena misil AS.(CNN/DIGITALBLOBE)
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/04/15/ingatkan-dosa-amerika-vladimir-putin-sebut-intevensi-as-akan-timbulkan-pertumpahan-darah?page=all

Warga Rusia Diminta Bersiap Mengantisipasi Kemungkinan Perang Dunia III

BANJARMASINPOST.CO.ID, MOSCOW - Pascaserangan Amerika Serikat dan sekutunya Perancis dan Inggris ke Suriah, Sabtu (14/4/2018), pemerintah Rusia meminta masyarakatnya mengantisipasi kemungkinan Perang Dunia III.
Adalah saluran televisi milik pemerintah Rusia yang menyampaikan langsung hal tersebut.
Masyarakat Rusia diminta mengantisipasi kemungkinan Perang Dunia III yang dapat dipicu oleh krisis saat ini yang terjadi di Suriah.
Dikutip dari laman The Indian Express, Minggu (15/4/2018), saluran TV milik Kremlin itu menyarankan pasokan ideal untuk bertahan hidup dan menginformasikan kepada warga untuk mengemasi yodium untuk melindungi tubuh dari radiasi saat berlindung di tempat penampungan korban bom.
Laporan yang dipublikasikan Rossiya-24 itu dilakukan ditengah ketegangan yang sangat tinggi atas Suriah.
Alexander Golts, sebagai seorang ahli analis militer memperingatkan bahwa dunia telah menyaksikan krisis rudal Kuba yang kedua.
Ia juga mengatakan kepada Rain TV di Moskow, "setahun yang lalu ketika saya mengatakan 'kami telah memasuki Perang Dingin yang baru', tidak ada yang setuju dengan saya, sekarang semua orang setuju. Namun jelas terlihat peristiwa dalam Perang Dingin kedua ini berkembang jauh lebih cepat, baru saja dimulai dan ini dia, kami sudah punya 'Cuban Missile Crisis 2.0',".
Warga Rusia Diminta Bersiap Mengantisipasi Kemungkinan Perang Dunia III
AP
Kapal perang angkatan laut AS USS Porter meluncurkan misil tomahawk ke wilayah Suriah di perairan laut Mediterania.
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/04/15/warga-rusia-diminta-bersiap-mengantisipasi-kemungkinan-perang-dunia-iii

white helmets. ©huffington Post 

White Helmets, propaganda Barat di Suriah berkedok tim kemanusiaan

Merdeka.com - Tak banyak orang mencermati ada nama White Helmets di balik sejumlah video dan foto korban perang di Suriah yang banyak beredar di media sosial. Video dan foto-foto korban perang Suriah itu dengan mudah bisa membuat orang langsung merasa tersentuh, sedih, berempati, sekaligus mengecam kekerasan akibat perang di Suriah. Yang teranyar adalah video korban serangan gas kimia di Kota Khan Sheikhoun, Provinsi Idlib pekan lalu.
White Helmets juga menjadi narasumber media arus utama Barat seperti CNN, Reuters, BBC, The Guardian, dan banyak lagi dalam memberitakan konflik di Suriah. Media Barat menuding serangan itu dilakukan oleh militer Suriah. Lantaran video dan foto-foto itu pula Presiden Amerika Serikat Donald Trump mengecam Presiden Suriah Basyar al-Assad dan langsung memutuskan meluncurkan 59 rudal tomahawk ke sejumlah pangkalan udara Suriah.

Siapa sebenarnya White Helmets (WH) yang selama ini mengaku sebagai pegiat kemanusiaan untuk menolong warga Suriah korban perang dan rajin membuat video serta foto-foto mengenaskan korban perang?

Pertahanan Rakyat Sipil Suriah atau lebih dikenal White Helmets selama ini diketahui selalu beroperasi di wilayah yang dikuasai pemberontak Suriah. Dikutip dari Sputnik News, organisasi ini didirikan di Istanbul, Turki pada Maret 2013 oleh mantan intelijen Inggris bernama James Le Mesurier yang punya perusahaan jasa SAR bermarkas di Dubai. Anggota WH diambil dari warga sipil Suriah yang diberi pelatihan khusus oleh lembaga SAR Turki. WH mendapat bantuan dana dari sejumlah pemerintah negara Barat seperti Inggris, Denmark, Jerman, Belanda, dan terutama Amerika Serikat lewat USAID. Selama 2013 WH mendapat kucuran dana segar sebesar USD 13 juta. Hingga kini WH diperkirakan beroperasi dengan dana USD 100 juta dari negara donor Barat.
Dilansir dari laman 21century Wire, WH mengklaim sebagai organisasi kemanusiaan yang tidak terkait kepentingan politik mana pun di Suriah atau di tempat lain. Tapi belakangan disinyalir sejumlah anggota WH ternyata adalah anggota dari pemberontak Al Nusra, jaringan Al Qaidah di Suriah, dan ISIS. WH dengan demikian adalah bagian dari mesin propaganda untuk menjelek-jelekkan pemerintahan Assad dan mendorong masuk campur tangan asing. Dalam sebuah video di Idlib sempat terlihat anggota WH mengibarkan bendera Al Qaidah di dekat para militan kelompok teror itu.

foto white helmets 21centurywire

WH kian berkibar namanya sebagai pegiat kemanusiaan yang sering mengabadikan aksi mereka menolong korban sipil di Suriah lewat foto dan video. Mereka sering membuat video penyelamatan bocah dari reruntuhan gedung akibat serangan udara. Namun pengamat dan pakar independen menulis dalam laman Moon of Alabama, sejumlah foto dan video WH mencurigakan dan tidak lazim. Pengamat mengatakan foto-foto itu dibuat-buat atau sudah direncanakan alias hasil rekayasa seperti pembuatan film dan menjadi bagian dari mesin propaganda untuk menyerang pemerintahan Suriah.
Bukan kebetulan rasanya jika WH bisa membuat foto dan video yang terlihat sangat menggugah rasa kemanusiaan itu karena mereka dibantu perusahaan konsultan PR Syria Campaign dan Purpose yang bermarkas di New York. Para korban dalam foto dan video WH adalah aktor yang diberi riasan meyakinkan ala Hollywood.
Dalam sebuah video aksinya terlihat WH menyelamatkan seorang bocah perempuan Suriah bernama Aya, korban serangan udara. Sosok Aya kemudian muncul lagi sebanyak tiga kali dalam tiga bulan berurutan yakni 27 Agustus 2016, 24 September 2016 dan 11 Oktober 2016.


foto white helmets 21centurywire
Pada foto lain, seorang perempuan yang menjadi korban serangan udara di Aleppo
Sumber Berita : https://www.merdeka.com/dunia/white-helmets-propaganda-barat-di-suriah-berkedok-tim-kemanusiaan.html

White Helmets, propaganda Barat di Suriah berkedok tim kemanusiaan

Merdeka.com - sempat jadi ikon di media Barat tahun lalu. Tapi rupanya perempuan itu sudah beberapa kali muncul dalam adegan lain di waktu yang berbeda.

foto white helmets 21centurywire


foto white helmets 21centurywire


foto white helmets 21centurywire

Ketika Aleppo timur digempur militer Suriah dan Rusia untuk mengusir pemberontak, WH berulang kali membuat video dan menyebarkan foto penyelamatan warga sipil dan anak-anak. Namun ketika Aleppo akhirnya berhasil dikuasai kembali militer Suriah dan pemberontak diusir, seorang narablog asal Norwegia Pal Steigen mengatakan dia tak melihat seorang pun anggota WH. Seluruh anggota yang katanya tim kemanusiaan itu lenyap tanpa bekas dan ketika warga ditanya, mereka mengatakan tidak pernah mendengar nama WH.

November tahun lalu WH seperti membuka kedok mereka sendiri dengan membuat video 'maneqquin challange' memperlihatkan aksi mereka tengah menyelamatkan warga luka karena perang. Dalam video itu terlihat jelas sang aktor yang jadi korban diberi riasan meyakinkan ala Hollywood lengkap dengan debu dan darah di bagian wajah serta memperlihatkan ekspresi kesakitan. Dari video 'maneqqin challange' itu orang bisa dengan mudah menyimpulkan, video-video dan foto WH yang memperlihatkan warga sipil luka sesungguhnya hanya rekaan atau dibuat-buat alias korban hanya berakting dalam film.
Parahnya lagi WH sempat dinominasikan mendapat hadiah bergengsi Nobel Perdamaian tahun lalu. Meski akhirnya gagal, namun film dokumenter tentang WH berhasil menyabet piala Oscar tahun ini.

Dr Tim Anderson dari Universitas Sydney mengatakan keputusan Oscar memberikan penghargaan itu sangat bernada sinis karena WH adalah wajah lain dari kelompok pemberontak Al Qaidah di Suriah. Berbagai cuplikan video dari WH, kata Anderson, jelas-jelas adalah rekaan dan dibuat untuk memperlihatkan militer Suriah itu jahat dan mereka itu baik.

"Ini bagian dari PR White Helmets, sebagaimana mereka juga adalah Al Qaidah yang dipersenjatai dan didanai untuk menggulingkan pemerintahan Suriah," kata Anderson.
Konflik di Suriah semakin memperlihatkan betapa penggunaan lembaga kemanusiaan macam WH sebagai mesin propaganda perang adalah strategi yang ternyata cukup efektif ketika pertempuran di lapangan sudah sulit dimenangkan.
Sumber Berita :  https://www.merdeka.com/dunia/white-helmets-propaganda-barat-di-suriah-berkedok-tim-kemanusiaan-splitnews-2.html

Badan Intelijen Inggris Dibalik Operasi White Helmets

ARRAHMAHNEWS.COM, MOSKOW – Sebuah surat kabar Rusia mengatakan dalam sebuah laporan bahwa Organisasi White Helmets berada dibalik laporan palsu tentang serangan udara Rusia di Suriah, dan menambahkan bahwa organisasi itu dijalankan oleh agen-agen Inggris.
Harian Vzglyad mengatakan dalam sebuah laporan bahwa ada alasan untuk percaya bahwa organisasi diawasi oleh dinas intelijen Inggris dan dibiayai oleh Soros. (Baca juga: White Helmets Akui Organisasinya Didanai Negara-negara Barat)
“Pemerintah Inggris telah mengalokasikan sekitar 32 juta pound untuk menyokong White Helmets pada tahun 2013, sementara 12,5 juta pounds telah dibayarkan kepada organisasi lainnya di tahun 2016,” sebuah sumber yang dekat dengan organisasi kepada kantor berita Tass.
Menurut sumber itu, seluruh anggaran organisasi sekitar 50 juta dolar per tahun.
White Helmets seharusnya juga menerima tambahan 13 juta dolar dari Amerika Serikat dan Inggris, termasuk perusahaan yang terkait dengan Soros, tambahnya, dan mengatakan bahwa organisasi juga telah menerima 23 juta dolar dari badan International Development AS.
Sumber itu juga mengatakan bahwa salah satu pimpinan White Helmets, Mosab Obeidat, telah diidentifikasi memiliki kontribusi dan peran utama dalam pembiayaan kelompok teroris.
Menurut beberapa laporan, Obeidat telah memainkan peran mediator dalam memberikan militan Suriah sekitar 2,2 juta dolar untuk membayar senjata dan persediaan amunisi. (Baca juga: VIDEO: Jubir al-Nushra Sebut ‘”White Helmets” Sebagai Mujahidin)
Berbicara tentang pendiri White Helmets, James Le Mesurier, menunjukkan bahwa kemungkinan besar, “dia adalah lulusan dari Akademi Militer Kerajaan di Sandhurst, yang sampai hari ini bekerja sebagai pelayan Her Majesty (Ratu Inggris) , tepatnya – di intelijen militer Inggris “.
Anton Mardasov, seorang ahli di Institut Pengembangan Inovatif, mengatakan bahwa masalahnya adalah White Helmets menyebarkan berita palsu dengan handal.
Mardasov percaya bahwa komandan White Helmets mungkin pekerja resmi badan-badan intelijen Barat dan perwakilan dari lembaga barat yang lebih suka bekerja di organisasi tersebut untuk menggunakannya sebagai markas mereka.
Seperti yang disaksikan sebelumnya, pasukan pemerintah Suriah telah menahan petugas intelijen Perancis pada tahun 2013, kemudian negosiasi diadakan untuk membebaskan mereka.
Kantor berita Sputnik melaporkan bahwa media Barat menyebut Observatorium Suriah yang berbasis di London untuk Hak Asasi Manusia dan White Helmets melaporkan apa yang mereka sebut sebagai eksekusi atau penahanan warga sipil oleh tentara Suriah.
Seorang wartawan mengungkapkan pada pertengahan November bahwa Organisasi Helm Putih bukan badan independen meskipun mereka mengklaim demikian. Mereka menerima dukungan keuangan dari beberapa negara Barat yang mendukung kelompok-kelompok teroris di Suriah. (Baca juga: ‘White Helmet’ Tentara Teroris Bayaran Barat)
“White Helmets bukan organisasi independen karena ia bekerja untuk kepentingan negara-negara Barat yang mendukung kelompok-kelompok teroris di Suriah dan menerima dukungan keuangan dari AS, Inggris dan Jerman sebagai gantinya,” kata Vanessa Beeley, dan menambahkan bahwa “Tampaknya aneh bahwa White Helmets terus-menerus berada di daerah yang dikendalikan oleh ISIS dan Fatah al-Sham yang berafiliasi dengan Jabhat al-Nusra. Video dan gambar yang diambil di berbagai kesempatan membuktikan bahwa White Helmets bekerjasama dengan teroris”.
“White Helmets tidak hanya menawarkan layanan medis untuk teroris dan mengambil bagian dalam pembunuhan serta eksekusi penduduk sipil, tetapi juga bekerja untuk menggulingkan pemerintah Suriah,” ujar wartawan itu.
Pada awal November, seorang jurnalis Suriah membuktikan melalui beberapa gambar dari seorang anak Suriah yang diklaim oleh White Helmets ikut operasi kemanusiaan untuk menyelamatkan warga sipil adalah kebohongan besar.
Abbas Jom’eh merilis tiga gambar dari seorang gadis kecil yang diduga diselamatkan oleh anggota White Helmets di tiga lokasi yang berbeda, yang mengungkapkan kebohongan organisasi itu tentang menyelamatkan warga sipil di Suriah.
Dalam halaman twitter-nya, wartawan Suriah menempatkan tiga gambar gadis yang diselamatkan oleh agen White Helmets di tempat yang berbeda.
“Aktor White Helmets sang penyelamatan seorang gadis di tiga tempat yang berbeda! Tidak bisa memainkan peran di tiga tempat yang berbada,” tanya Abbas Jom’eh.
Moskow juga mengatakan pada pertengahan November bahwa laporan tentang “rumah sakit” dan “sekolah” yang diduga terletak di wilayah yang dikendalikan teroris, diciptakan oleh kelompok “White Helmets” yang dibiayai oleh London.
“Setelah tiga hari itu benar-benar jelas bagi semua orang bahwa “rumah sakit” yang diduga dibom di Aleppo hanya ada dalam imajinasi juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby.  “Informasi Hoax” ini pasti akan tetap menjadi noda dalam biografi Laksamana Kirby,” kata juru bicara Kementerian Pertahanan Rusia, Mayjen. Igor Konashekov, dan menambahkan bahwa jika semua “rumah sakit” dibom, itu berarti tidak ada yang lain kecuali mereka.
Sebelumnya juru bicara Departemen Luar Negeri AS, John Kirby menyalahkan Rusia atas “pemboman rumah sakit” di Suriah. (Baca juga: Bongkar Kedok ‘White Helmet’ Teroris Berwajah Relawan Pembantai Warga Suriah)
Pihak Rusia telah sering meminta organisasi internasional untuk memberikan data tentang keberadaan setiap fasilitas medis dan sekolah di wilayah yang dikendalikan oleh teroris di Suriah, namun organisasi itu mengatakan mereka tidak memiliki informasi tentang keberadaan setiap fasilitas tersebut.
“Kami telah berulang kali meminta perwakilan dari Amerika Serikat, Inggris, Perancis, Jerman, negara-negara lain dan organisasi internasional untuk memberikan informasi lokasi posko bantuan medis “rumah sakit” atau sekolah di daerah yang dikendalikan oleh teroris,” Konashenkov menggarisbawahi.
“Jawabannya selalu sama – tidak ada yang memiliki informasi tersebut,” katanya. “Hanya ada laporan” dari White Helmets atau “anonim lokal” “aktivis”,” tambah juru bicara itu.
Konashenkov menggarisbawahi bahwa pemerintah Inggris secara resmi mengalokasikan dana untuk kegiatan “White Helmets”, dan “mass media” di Suriah yang bertugas memposting di Facebook dan Twitter tentang informasi serangan kimia dan laporan yang diberikan oleh penduduk setempat dan “White Helmets”.
Menurut laporan, meskipun klaim White Helmets bukan organisasi, tapi badan independen, tetap saja mereka menerima dukungan keuangan dari beberapa negara Barat yang mendukung kelompok-kelompok teroris di Suriah. (ARN)

KTT Dahran, Perdamaian dengan Israel dan Konfrontasi dengan Iran

RIYADH – Berdasarkan pada pernyataan Putra Mahkota Mohammed bin Salman baru-baru ini yang mengakui hak Israel untuk hidup dengan damai di wilayahnya, surat kabar Arab Saudi “Al-Riyadh” menyerukan kepada orang-orang Arab akan pentingnya melakukan normalisasi hubungan dengan Israel dengan alasan bahwa orang Arab tidak memiliki pilihan lain selain berdamai dengan Israel.
Baca: Saudi Gunakan Liga Arab Untuk Serang Iran
Surat kabar itu mengatakan dalam sebuah artikel yang ditulis oleh wakil editor Ahmed Al-Jumaiah dengan judul “KTT Dhahran, perdamaian dengan Israel dan konfrontasi dengan Iran”. Di mana artikel ini menyebutkan bahwa orang-orang Arab harus menyadari bahwa Iran lebih berbahaya bagi mereka daripada Israel, khususnya ideologi yang dibawa di jalur ekspansi, dominasi dan pengaruh. Surat kabar ini juga menyerukan kepada pemimpin Arab yang berkumpul di KTT Dhahran untuk menyetujui normalisasi dengan Israel.
Artikel ini juga menegaskan bahwa “saat ini tidak ada pilihan lagi bagi orang-orang Arab selain melakukan rekonsiliasi dengan Isrel, menandatangani perjanjian perdamaian yang komprehensif dan mengerahkan tenaga untuk menghadapi proyek Iran di wilayah kawasan dan mengakhiri intervensi dalam urusan bangsa-bangsa Arab, dan ini adalah pilihan yang tidak butuh pertimbangan, penangguhan atau tawar-menawar dan kompromi terkait masalah Palestina karena Iran adalah ancaman langsung bagi semua pihak”.
Baca: ‘Rayuan Jahat’ Raja Bahrain Kepada Zionis Israel
Selain itu, artikel ini  mengatakan bahwa “KTT Dhahran akan menjadi awal dari deklarasi sikap bangsa Arab terhadap Iran, dan perbedaan politik bagi mereka yang bergantung ataupun yang secara independen dalam mengambil keputusannya agar menjadi koreksi dari bangsa Arab dalam sebuah jalan yang baru untuk konfrontasi yang komprehensif, bukan dari negara yang menghadapi dan menanggung konsekuensi dari proyek Iran dan kekuatan-kekuatan yang mendukungnya dan pihak lainnya yang mengulurkan tangan ke Iran”.
Artikel ini kemudian menyimpulkan dengan mengatakan bahwa “KTT Dhahran akan mengeluarkan keputusan bersejarah. Perdamaian dengan Israel dan berdiri menghadapi proyek Iran, karena hasilnya adalah mereka yang menolak perdamaian dengan Israel sama saja dengan melayani kepentingan Iran, dan mereka akan menanggung akibat dari keputusannya tersebut”.
Baca: Putra Mahkota Saudi Ungkap Fakta Riyadh Butuh Israel
Sudah bukan rahasia lagi bahwa Kerajaan Saudi sejak lama, terutama pada masa pemerintahan Pangeran Mohammed bin Salman telah mencoba untuk mengatur kompas terkait masalah Palestina demi melakukan normalisasi dengan Zionis Israel melalui perlakuan intimidasi terhadap Iran dan menjadikannya sebagai musuh utama bagi negara-negara Arab dan Islam. (SFA)
Sumber: Al Alam
Konflik Timur Tengah
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/ktt-dahran-perdamaian-dengan-israel-dan-konfrontasi-dengan-iran.html

The Independent: AS Serang Suriah untuk Layani Kepentingan Teroris

LONDON – Surat kabar Inggris The Independent pada hari Minggu (15/04) mengungkapkan bahwa keseimbangan militer di Suriah telah berubah menjadi mendukung presiden Bashar Assad, di mana prestasi terakhir yang diraih pemerintah Damaskus adalah tercapainya kemenangan terbesar di Suriah menyusul pembebasan Ghouta Timur di Damaskus, dan serangan AS baru-baru ini adalah dalam rangka mendukung organisasi teroris ISIS yang semakin terpuruk di Suriah.
Baca: Tentara Suriah Temukan Lab Senjata Kimia Militan di Ghouta Timur
Surat kabar Inggris ini dalam sebuah artikel yang ditulis oleh seorang wartawan di bidang militer, Patrick Coburn yang diterbitkan BBC dan dikutip oleh Al-Maloomah mengatakan bahwa “Donald Trump berada di bawah tekanan dari para elang dan pejabat militer di pemerintahannya, sehingga ia mengambil banyak pilihan-pilihan aman dan memilih target yang jauh dari situs-situs-situs Rusia”.
Surat kabar ini menambahkan bahwa “kekuatan-kekuatan Barat tengah berusaha keras untuk melemahkan Assad melalui serangan militer jangka panjang dan bahkan jika hal ini telah selesai dilakukan, itu hanya akan melayani kepentingan ISIS dan Al-Qaeda”.
Baca: Drama Palsu Militan Ghouta Timur Terkait Gas Kimia
Surat kabar ini juga mengungkapkan bahwa “keseimbangan militer di Suriah telah berubah pekan lalu hal ini disebabkan karena kebanyakan orang tidak memperdulikan kegilaan media dalam membahas penggunaan senjata kimia di Duma yang menarik liputan media”. Selain itu surat kabar ini mengatakan bahwa “Jaysh al-Islam telah menyerahkan Ghouta kepada tentara Suriah pada tanggal 8 April lalu, dan para militan dan keluarga mereka telah pergi ke wilayah-wilayah yang dikuasai Turki di sebelah utara”.
Baca: Senjata dan Bom Saudi Ditemukan di Markas Teroris Ghouta Timur
Surat kabar ini menyatakan bahwa hal ini adalah kemenangan terbesar bagi Assad selama perang dan mungkin hal ini melebihi prestasi tentara Suriah yang berhasil menguasai kembali  kota Aleppo pada akhhir tahun 2016 silam. (SFA)
Perang Suriah

Israel Khawatir Rusia Bentengi Suriah dengan S-300

SURIAH – Tentara Pendudukan Israel mengungkapkan kekhawatirannya atas serangan yang dilancarkan koalisi tripartit di Suriah yang akan mendorong Rusia untuk membentengi tanah Suriah dengan sistem pertahanan rudal “S-300”, sebagaimana yang diungkapkan Channel 2 Hebrew Israel.
Baca: Suriah, Rusia dan Hizbullah Hajar Teroris ISIS di Homs
Sementara itu, saluran non-pemerintah mengungkapkan bahwa pejabat Departemen Perang Israel merasa takut jika serangan yang dilancarkan AS, Inggris dan Prancis pada hari Sabtu pagi (14/04) terhadap situs-situs Suriah akan mempercepat Rusia untuk memasok sistem pertahanan mutakhir untuk Suriah yang akan mempersulit aksi militer Israel di wilayah ini.
Saluran ini juga mengatakan bahwa pejabat keamanan dan militer Israel meyakini bahwa Moskow akan mengabaikan tuntutan Tel Aviv dan Israel akan ditinggalkan sendirian menghadapi Iran.
Baca: Balas Serangan, Suriah Akan Hancurkan Pangkalan Militer AS
Sementara itu, surat kabar Ibrani “Yediot Ahronot” mengungkapkan bahwa sistem pertahanan S-300 ini dinilai lebih canggih dibandingkan dengan semua sistem rudal anti-pesawat yang ada di Suriah, di mana S-300 ini mampu menjatuhkan rudal balistik sejauh lebih dari 150 kilometer dan tidak khusus hanya menjatuhkan pesawat.
Kepala Direktorat Operasi Umum di Staf Rusia, Sergey Rodzkoy setelah penargetan rudal Suriah mengatakan bahwa Rusia mungkin akan mempertimbangkan kembali untuk memasok sistem pertahanan rudal S-300 ke Suriah.
Baca: Ledekan Menyakitkan Bashar Assad Kepada AS, Inggris, dan Prancis :Video
Ia mengatakan bahwa agresi tripartit di Suriah pada hari Sabtu kemarin (14/04) dinilai akan mendorong Rusia untuk merespon dengan langkah ini.
Jenderal Rusia ini juga mengatakan bahwa “Saya ingin menunjukkan bahwa beberapa tahun lalu, ada permintaan mendesak dari beberapa mitra Barat kami, untuk memasok Suriah dengan sistem anti rudal S-300. Tetapi dengan mempertimbangkan apa yang terjadi, kami mungkin akan mempertimbangkan kembali masalah ini, tidak hanya terkait dengan Suriah tapi juga dengan negara lain”.
Perwakilan Kementerian Pertahanan Rusia mengatakan bahwa “Kami telah mengembangkan sistem pertahanan udara Suriah dan kami akan mengembangkannya menjadi lebih baik”. (SFA)
Rudal Canggih Rusia

Menlu Saudi Berbohong, KTT Liga Arab Tidak Menuduh Suriah Lakukan Serangan Kimia

ARRAHMAHNEWS.COM, DHAHRAN-ARAB SAUDI – Pernyataan akhir dari KTT Liga Arab tidak menuduh pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia di Douma, seperti yang dinyatakan sebelumnya oleh Menteri Luar Negeri Saudi Adel Jubeir.
Pada hari Minggu, Jubeir mengomentari pernyataan yang konon diadopsi oleh KTT Liga, mengatakan bahwa Liga Arab mengutuk penggunaan senjata kimia oleh otoritas Suriah, namun teks yang dirilis dari dokumen tersebut tidak memuat bunyi pernyataan seperti itu.
“Kami menyatakan secara tegas tentang kecaman keras atas penggunaan senjata kimia terhadap negara Suriah yang ramah dan menuntut untuk mengadakan penyelidikan internasional independen dan menerapkan hukum internasional dalam hal ini, yang tanggung jawabnya membuktikan penggunaan senjata kimia,” bunyi pernyataan itu.
Negara-negara Barat telah menuduh pasukan Suriah pada 7 April menggunakan senjata kimia di kota Suriah Douma. Menanggapi insiden yang dituduhkan, Amerika Serikat, Inggris dan Perancis telah melakukan serangan udara pada beberapa target di Suriah. [ARN]

Sebut Assad Menang di Suriah, SkyNews Langsung Stop Wawancara Mantan Jendral Inggris

LONDON, ARRAHMAHNEWS.COM – Saluran berita Sky News secara sepihak menghentikan wawancaranya dengan seorang mantan asisten kepala Angkatan Bersenjata Inggris, Jonathan Shaw, saat ia secara khusus menekankan fakta bahwa pasukan Presiden Bashar Assad telah memenangkan perang di Suriah.
Mantan jenderal dan ahli militer Inggris itu wawancaranya secara tiba-tiba dipotong oleh pembawa berita Sky News setelah dirinya menyatakan kemenangan Assad dan meragukan kebenaran serangan senjata kimia di kota Douma, Suriah.
Baca: MUNAFIK! AS-Prancis-Inggris Bungkam Atas Kebrutalan Saudi di Yaman, Tapi Sok Bela HAM di Suriah


Ketika ditanya apakah parlemen Inggris harus menyetujui kemungkinan intervensi Inggris di Suriah, Shaw mengatakan bahwa ia mempertanyakan” motif apa yang mungkin bisa memicu Suriah untuk meluncurkan serangan kimia ini, saat ini di tempat ini.”
“Anda tahu, Suriah menang! Dan jangan perhatikan kata-kata saya untuk itu, perhatikan kata militer Amerika untuk itu! Jenderal Votel, kepala CENTCOM, berkata kepada Kongres pada waktu itu bahwa ‘Assad telah memenangkan perang ini dan kita harus menerimanya. ‘ Dan kemudian Anda mendengar pernyataan Trump minggu lalu bahwa Amerika telah selesai dengan ISIS dan bahwa “kami akan segera keluar”, ” ujar Shaw menekankan.
Baca: Mantan Senator AS: Assad Tidak Mungkin Dalang Dibalik Serangan Kimia
“Dan kemudian tiba-tiba Anda mendapatkan …” belum sempat Shaw menyelesaikan kata-katanya, sang pembawa acara berita, Samantha Washington, memotong perkataannya dan menghentikan wawancara secara sepihak.”
“Saya sangat menyesal, Anda telah sangat sabar kepada kami, tetapi kita harus berhenti,” ujar Washington yang disusul kemudian dengan iklan.
Sky belum menjelaskan mengapa mereka memotong wawancara yang baru berlangsung selama dua menit itu, namun The Mirror melaporkan bahwa sumber-sumber di dalam perusahaan milik Murdoch itu berkilah dengan alasan ada jeda iklan yang telah dijadwalkan.
Baca: Testimoni Mengejutkan Pimpinan CENTCOM di Senat AS: Assad Menang di Suriah
Shaw, 59 tahun, yang karirnya selama 30 tahun membentang dari Falklands ke Kosovo hingga memimpin pasukan Inggris di Irak pada 2006, tidak dapat digambarkan sebagai kaki tangan Kremlin, dan, bahkan dalam respon sebelumnya dalam wawancara yang sama, ia menuduh Moskow “mengotori perairan.”
Penentangannya kali ini terhadap tuduhan dari pemerintah Inggris untuk Assad atas siapa yang bertanggung jawab terhadap dugaan serangan 7 April itu menjadi viral setelah diunggah ke media sosial dan dibagkan ribuan kali. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/04/16/sebut-assad-menang-di-suriah-skynews-langsung-stop-wawancara-mantan-jendral-inggris/

Assad: Serangan Rudal Barat Pelanggaran Terang-terangan Hukum Internasional

DAMASKUS, ARRAHMAHNEWS.COM – Presiden Suriah Bashar al-Assad mengatakan bahwa serangan rudal Barat baru-baru ini terhadap negaranya adalah sebuah tindakan agresi yang terang-terangan terhadap negara yang berdaulat, dan pelanggaran hukum internasional. Pernyataan ini ia sampaikan sehari setelah pasukan bersenjata Amerika Serikat, Inggris dan Prancis menyerang berbagai lokasi di Suriah dengan rentetan rudal jelajah.
Presiden Suriah membuat pernyataan ini dalam pertemuan dengan delegasi yang mewakili partai Rusia Bersatu, partai politik yang berkuasa dari Federasi Rusia, di ibukota Damaskus pada hari Minggu (15/04), menambahkan bahwa agresi udara itu disertai dengan kampanye penyesatan dan kebohongan di PBB.
Baca: MUNAFIK! AS-Prancis-Inggris Bungkam Atas Kebrutalan Saudi di Yaman, Tapi Sok Bela HAM di Suriah
Serangan-serangan yang dilakukan pada dini hari Sabtu itu, mencapai tiga situs, satu di Damaskus, dan dua di kota Homs, yang diklaim oleh Presiden AS Donald Trump “terkait dengan kemampuan senjata kimia” pemerintah Suriah.
Menurut Kementerian Pertahanan Rusia, unit pertahanan udara Suriah bergegas untuk menggagalkan invasi udara, mencegat 71 dari 105 rudal jelajah. Namun, Pentagon mengatakan semua rudal berhasil mencapai target yang ditentukan.
Baca: Assad: Setelah Serangan AS, Suriah Tidak Lagi Takut NATO
Negara-negara tripartit Barat mengumumkan bahwa serangan itu dilakukan sebagai tindakan penghukuman terhadap Damaskus atas dugaan serangan gas beracun yang mereka klaim konon dilakukan pada 7 April oleh pemerintah Suriah di Douma, kota terbesar di Ghouta Timur dekat ibukota Suriah.
Namun, Damaskus dengan keras menolak tuduhan itu sebagai “fabrikasi kimia” yang dibuat oleh para teroris itu sendiri dalam upaya untuk menghentikan kemenangan terbaru oleh pasukan pro-pemerintah terhadap teroris.(ARN)

MUNAFIK! AS-Prancis-Inggris Bungkam Atas Kebrutalan Saudi di Yaman, Tapi Sok Bela HAM di Suriah

OXFORD, ARRAHMAHNEWS.COM – Serangan Suriah mengungkap kemunafikan Barat, yang mendukung kampanye pemboman brutal oleh koalisi pimpinan Saudi di Yaman padahal jelas-jelas mereka telah melakukan pelanggaran yang terbukti dan didokumentasikan, sementara tiba-tiba dengan mengatasnamakan kemanusiaan, menghukum Suriah atas tuduhan yang tidak pernah terbukti dan bahkan belum diselidiki. Seorang wartawan dan analis, Neil Clark, mengatakan hal ini kepada RT, Minggu (15/04).
Clark menekankan bahwa ketika laporan berbagai kelompok HAM berulang kali menyatakan bahwa kampanye pemboman Riyadh atas Yaman telah memakan korban ribuan warga sipil, tidak ada tindakan apapun yang dilakukan untuk menghentikan Riyadh, Tapi dalam kasus Suriah, laporan tentang serangan senjata kimia di Douma yang tidak dikuatkan dengan bukti apapun sudah dijadikan alasan untuk aksi militer yang terkoordinasi.
“Di satu sisi, mereka membentangkan karpet merah untuk para pemimpin Saudi dan secara langsung atau tidak langsung mendukung pemboman Saudi atas Yaman, dimana hal itu telah menyebabkan bencana kemanusiaan besar. Berapa banyak anak-anak yang terbunuh dalam konflik itu?” ujar Clark.
“Di sisi lain lagi, mereka tampil sebagai tokoh moral, sebagai pejuang moral ketika mereka mengklaim anak-anak telah tewas dalam serangan senjata kimia Suriah, tanpa bukti,” tambahnya.
Clark juga berpendapat bahwa dengan melanjutkan penjualan senjata ke Riyadh, Barat “telah menyuplai dan mendukung konflik itu.”
Antara Maret 2015 (dimulainya kampanye yang dipimpin Saudi) hingga Februari 2018, menurut Kantor Komisi Tinggi PBB untuk Hak Asasi Manusia hampir 6.000 warga sipil tewas dan 9.500 orang terluka. Sedang menurut data aktivis Yaman, ada 600.000 orang tewas dan terluka dalam kampanye brutal tersebut.
Dalam laporannya pada bulan Maret, Amnesty International mengatakan telah mendokumentasikan setidaknya 36 serangan udara koalisi yang tampaknya dilakukan melanggar hukum humaniter internasional, banyak yang mungkin merupakan kejahatan perang. Setidaknya 513 warga sipil tewas dalam serangan mereka, termasuk 157 anak-anak.
“Jadi, di satu sisi kita telah mendapatkan bukti terdokumentasi mengenai anak-anak yang sekarat dalam jumlah besar di Yaman akibat kolera dan akibat pemboman. Itu nyata, itu adalah bukti yang sebenarnya. Dan kekuatan yang sama yang bertanggung jawab atas hal itu malah membombardir Suriah sebagai tanggapan atas tuduhan serangan terhadap anak-anak di Suriah yang tidak terbukti,” kata Clark. “Standar ganda ini benar-benar sangat keterlaluan.”
Bulan lalu, Perdana Menteri Inggris Theresa May, Presiden AS Donald Trump, dan Presiden Prancis Emmanuel Macron menyambut Pangeran Mahkota Saudi Mohammad bin Salman, menteri pertahanan dan penguasa de-facto Arab Saudi yang tebar pesona di Eropa dan Amerika Serikat.
Dan sebagai hasilnya, Inggris, yang telah menyediakan pasokan senjata untuk kerajaan ultrakonservatif itu, kembali menandatangani perjanjian senjata besar-besaran dengan Riyadh yang membeli jet Typhoon 48 dari perusahaan Inggris BAE Systems.
Dalam pertemuannya sendiri dengan bin Salman di Washington, Presiden Trump menyombongkan sekitar 12,5 miliar dolar dalam penjualan senjata Amerika ke Arab Saudi. Pada Mei 2017, ia memilih Arab Saudi untuk perjalanan luar negerinya yang pertama sebagai presiden dan menandatangani perjanjian senjata senilai 350 miliar dolar.
Perancis, yang menurut data dari Institut Penelitian Perdamaian Internasional Stockholm (SIPRI) adalah pemasok senjata terbesar ketiga Arab Saudi antara 2013 dan 2017, mungkin segera juga menandatangani serangkaian kesepakatan baru dengan kerajaan itu.
Pekan lalu, seorang pejabat menteri pertahanan Prancis mengatakan kepada Reuters bahwa Prancis telah menyetujui strategi ekspor persenjataan baru dengan Arab Saudi. Menurut laporan di media Prancis, Paris dapat segera mulai menjual kapal patroli angkatan laut dan kanon artileri Caesar ke Arab Saudi, yang diproduksi oleh CMN dan Nexter. (ARN)
  
Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Senin/16042018/11.07Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya