» » » » » » » AYO Jangan GOLPUT !!! Saatnya tentukan Pilihan Presiden dan Wakil Presiden Anda ditahun 2019, Mau Pak Prabowo atau Pak Jokowi

AYO Jangan GOLPUT !!! Saatnya tentukan Pilihan Presiden dan Wakil Presiden Anda ditahun 2019, Mau Pak Prabowo atau Pak Jokowi

Penulis By on Sabtu, 11 Agustus 2018 | No comments

 




GARDU PRABOWO : Kemenangan Prabowo- Sandi Harga Mati Di Pilpres 2019

SUAKA - KALSEL. Majunya pasangan H Prabowo Subianto - H Sandiaga Salahuddin Uno yang sudah resmi mendaftarkan ke KPU, Jum'at (10/8/2018) sebagai bakal calon Presiden Republik Indonesia. Mendapat dukungan penuh dari Gerakan Rakyat Dukung (Gardu) Prabowo Kalsel.
“Gardu Prabowo yang ada di kota/kabupaten di Kalsel siap memenangkan pasangan Prabowo-Sandi sebagai pemimpin Republik Indonesia kedepan. Gardu Prabowo Kalsel akan terus bergerak dan melakukan sosialisasi kesemua daerah mendukung dan mengenalkan visi-misi Prabowo-Sandi, guna memenangkan di Pilpres 2019 ini, "kata Ketua DPD Gardu Prabowo Kalsel H Aspihani Ideris SAP, SH MH, didampingi Wakil Ketua H Saleh Saberan dan Anang Tony juga dua orang Wakil Sekretaris Hilmy Hamsy SE dan Rifka Jaya S.Sos M.Si, usai acara jumpa pers dengan wartawan media cetak dan elektronik di Kalsel Sabtu (11/8/2018) di sebuah restaurant di Banjarmasin.
Aspihani yang juga dosen Uniska Banjarmasin ini menjelaskan, pihaknya mendukung Prabowo-Sandi bukan tanpa alasan, karena sosok Prabowo yang berlatar belakang militer mantan Komandan Kopasus berpangkat jenderal dan Sandiaga Uno sosok pengusaha muslim yang sukses diyakininya bakal mampu membawa Indonesia menjadi lebih baik.
“Prabowo-Sandi yang bisa menjadikan kejayaan Indonesia, karena saat ini kondisi perekonomian Indonesia kami nilai sangat terpuruk. Nilai hutang luar negeri meningkat, pengangguran tak terbendung. Itu semua kami nilai sebuah kemunduran, Prabowo-Sandi lah yang mampu menjadikan Indonesia bangsa yang mandiri dan disegani, di dunia ini” katanya.
Gardu Prabowo Kalsel akan berjuang memperjuangkan Prabowo-Sandi menjadi presiden dan Wakil Presiden. Intinya Gardu Prabowo harus menang, kemenangan itu bukan hanya di Kalsel melainkan juga secara nasional, agar Indonesia menjadi bangsa yang berdaulat dan kuat secara ekonomi. “Kemenangan Prabowo-Sandi merupakan harga mati, bagi kami,” katanya kepada puluhan wartawan yang hadir saat itu. (K@s)

Ada Yang Kecewa Dengan Pilihan Jokowi? Waspada Fenomena Ini, Pikir Baik-Baik Kalau Jokowi Tidak Dua ...

Saya sampai hari ini pun masih merasa kurang bergairah, hahaha, gara-gara pengumuman sosok yang menjadi calon pendamping Jokowi pada pilpres 2019. Satu nama yang sangat tidak terduga, bukan hanya saya, tapi juga banyak yang terkejut, syok, bahkan kecewa dan emosi. Saya paham dengan apa yang mereka rasakan. Saya sendiri saja merasa pilpres kali ini rasanya agak hambar, kurang lezat.
Kalau pilpres dulu saya sangat antusias karena kinerja dan sepak terjang Jokowi sebagai gubernur Jakarta yang ciamik, sekarang rasanya tidak seantusias dulu. Soalnya banyak yang merasa Jokowi salah langkah, melihat koalisi tetangga sebelah malah makin bikin tak semangat.
Tapi ingatlah, inilah realita politik yang tak terhindarkan. Dua paslon akan bertarung mati-matian untuk menduduki kursi RI-1 dan RI-2. Saya sendiri sudah menjelaskan di artikel sebelumnya dengan sebaik-baiknya dan semampu saya untuk memahami langkah yang diambil Jokowi ini.
Setidaknya berilah kesempatan untuk membuktikan seiring berjalannya waktu. Di saat banyak orang kecewa, saya yakin Jokowi juga pusing memikirkan ini. Saya yakin banyak beban yang terlalu berat untuk dipikul saat menentukan satu orang calon wakil presiden. Tentu dia paham akan konsekuensi ini, mungkin juga dia sudah tahu bakal ada kekecewaan dari sebagian orang. Mengambil pilihan seperti ini tentu tidak gampang, mengingat banyak faktor lain yang kadang tidak kita ketahui karena berada di balik layar. Tapi setidaknya berikan kesempatan kepada Jokowi untuk buktikan bahwa pilihannya tidak salah.
Nah, sekarang kita lanjut lagi. Saya sempat bergentayangan di media sosial. Saya penasaran bagaimana reaksi dan komentar netizen soal pasangan Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandiaga Uno. Ada satu fenomena yang cukup unik, dan saya rasa perlu diwaspadai.
Ada sedikit suara-suara yang mulai memancing untuk golput dikarenakan langkah Jokowi ini. Kekecewaan sebagian orang sepertinya mau dipancing agar menjadi besar dan kemudian menjadi sebuah gerakan untuk dimanfaatkan sebagai senjata politik. Saya tak tahu apakah ini murni terjadi secara alami atau akan dimanfaatkan (tahu sendiri lah siapa yang akan memanfaatkan ini).
Anggap saja ada dua kemungkinan yang akan terjadi.
Pertama, ini terjadi secara alami karena memang berawal dari kekecewaan terhadap pilihan Jokowi. Untuk ini, saya hanya bisa katakan, memilih seorang calon wakil presiden pendamping bukan semudah memilih baju yang akan dipakai. Ada banyak faktor, belum lagi faktor luar seperti partai pendukung dan tekanan luar lainnya, belum lagi bicarakan soal masa depan negara. Pastinya ini cukup memusingkan dan menguras pikiran.
Kalau memang ada yang merasa pilpres kali ini bukan diisi calon terbaik, setidaknya ingatlah kutipan ini. Saya lupa siapa yang katakan ini, tapi saya masih ingat. "Pemilu itu bukan hanya memilih yang terbaik tapi juga mencegah yang terburuk berkuasa."
Melihat koalisi sebelah, mau tak mau kita harus percaya kalau saat ini, dari pilihan yang ada, Jokowi masih yang lebih baik kalau tidak mau katakan yang terbaik. Ini juga demi pembangunan yang berkelanjutan. Sayang kalau pembangunan masif Jokowi harus mangkrak karena presidennya ganti yang baru. Itu pakai utang negara, lebih baik dipakai maksimal yang penting ada hasilnya ketimbang menguap karena mangkrak. Silakan pilih. Yang Jakarta sudah banyak buktinya. Yakin mau ini terjadi satu Indonesia?
Golput bukan pilihan. Golput malah memberikan kemenangan secara tidak langsung kepada orang lain. Coba deh pikirkan dengan baik sebaik-baiknya dengan kepala dingin, bagaimana kalau Jokowi tidak lanjut lagi?
Kedua, anggap saja ini ada kemungkinan bakal dimanfaatkan kelompok tertentu. Maksudnya gerakan golput ini akan digaungkan. Maka dari itu hati-hati dan waspada. Isu agama mungkin tak bisa dilancarkan, tapi gerakan ini bisa jadi masalah juga di kemudian hari. Bukankah ini yang sangat diharapkan kubu yang tidak ingin Jokowi lanjut dua periode? Seperti yang saya katakan, satu suara sangat penting. Satu suara tidak diberikan, maka akan mengurangi satu suara. Satu suara yang tidak ada, artinya membuka peluang kubu lain menang. Pikirkan baik-baik apakah perkataan saya ini benar atau tidak?
Mau emosi atau kecewa silakan. Saya juga merasa agak kecewa, karena kombinasinya agak kurang klop. Tapi untuk situasi saat ini, inilah pilihan terbaik. Setidaknya Jokowi masih jadi calon presiden. Setidaknya Jokowi selama 4 tahun ini sudah menunjukkan bukti kerjanya. Rasanya terlalu dini memojokkan langkahnya. Mari kita tunggu saja.
Bagaimana menurut Anda?

Prabowo-Sandiaga Berencana Temui Habib Rizieq di Mekkah?

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Ketua bidang Hukum DPP Partai Gerindra, Habiburokhman, mengatakan adanya kemungkinan Prabowo Subianto dan Sandiaga Uno untuk bertemu dengan tokoh Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab.
Namun, hingga saat ini komunikasi Prabowo-Sandiaga dengan Rizieq masih terbatas melalui telepon dan utusan.
"Menurut saya, kemungkinan iya (akan bertemu), walaupun sementara lewat utusan dan lewat telepon," ujar Habiburokhman di Warung Daun, Cikini, Jakarta Pusat, Sabtu (11/8/2018).
Ia menegaskan komunikasi Prabowo dengan Rizieq masih terjalin dengan baik, karena adanya jalur khusus yang dimiliki Ketum Partai Gerindra itu.
Terkait hasil rekomendasi cawapres Ijtima Ulama yang tidak digunakan Prabowo sendiri, dia menjelaskan hal itu telah clear.
"Semua sudah clear bahwa teman-teman ulama juga sudah bisa memahami situasi politik dan situasi batin ketika kami mengambil keputusan Prabowo-Sandiaga Uno," tukasnya.
Sebelumnya dikabarkan, Habib Rizieq Syihab meminta segera digelar Ijtima Ulama II. Hal ini merupakan reaksi atas tak dipilihnya dua nama yang direkomendasikan sebagai cawapres Prabowo Subianto.
"Beri kesempatan yang Luas & Lapang kepada para Habaib & Ulama serta Tokoh Perjuangan kita melakukan "Ijtihad Politik" melalui "Ijtima' Ulama II" untuk menjaga maslahat Agama, Bangsa & Negara demi meraih Ridho Allah SWT," kata Rizieq lewat akun Twitter-nya, Jumat (10/8/2018).
Prabowo-Sandiaga Berencana Temui Habib Rizieq di Mekkah?
KOMPAS IMAGES
Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab
Sumber Berita : http://www.tribunnews.com/nasional/2018/08/11/prabowo-sandiaga-berencana-temui-habib-rizieq-di-mekkah

Gaya Simpatisan Jokowi-Ma’ruf

Jakarta, (Tagar 10/8/2018) - Bentuk dukungan dari simpatisan kubu Jokowi-Ma’ruf Amin termasuk beragam, mereka beramai-ramai menunjukkan aksinya di Jalan Imam Bonjol Jakarta Pusat pada, Jumat (10/8).
Para simpatisan Jokowi dengan nada lantang melakukan teriakan, sebagai tanda dukungan terhadap pasangan capres-cawapres Jokowi-Ma’ruf Amin.
Hal menarik terlihat dari simpatisan komunitas "Samawa", yang mengenakan baju adat dari berbagai daerah Indonesia. Hal ini menandakan Indonesia sebagai negara Bhinneka Tunggal Ika.
Simpatisan Jokowi-Maruf AminSimpatisan kubu Jokowi-Ma’ruf Amin termasuk beragam, mereka beramai-ramai menunjukkan aksinya di Jalan Imam Bonjol Jakarta Pusat pada, Jumat (10/8). (Foto: Tagar/Rona Margareth)
Oman, salah satu simpatisan yang mewakili peserta dari komunitas Samawa mengatakan, kehadiran mereka di kawasan Imam Bonjol Jakarta Pusat saat itu untuk memberi dukungan dan semangat bagi Jokowi dan Ma’ruf Amin maju dalam Pilpres 2019.
"Kami hadir di sini untuk dukung Jokowi-Ma’ruf Amin maju di Pilpres 2019. Kami pakai baju adat ini untuk menandakan dan mewakili dari seluruh daerah di Indonesia dan mewakili setiap daerah. Indonesia satu suku bangsa," ucap Oman saat ditemui di kawasan Imam Bonjol Jakarta Pusat, Jumat (10/8).
Kata dia, komunitas Samawa mendukung Jokowi bukan tanpa tujuan. Tetapi dirinya juga melihat hasil kerja yang nyata dalam membangun Indonesia yang semakin baik.
Simpatisan Jokowi-Maruf AminSimpatisan kubu Jokowi-Ma’ruf Amin termasuk beragam, mereka beramai-ramai menunjukkan aksinya di Jalan Imam Bonjol Jakarta Pusat pada, Jumat (10/8). (Foto: Tagar/Rona Margareth)
"Hasil kerjanya nyata dan pembangunan dari Pulau Rote sampai Miangas juga sudah terlihat. Pak Jokowi gak basa-basi saja. Hidup Jokowi!" ujar dia.
Sementara simpatisan dari Kesatuan Muda Partai Golkar juga menunjukkan dukungannya terhadap Jokowi-Ma’ruf Amin. Simpatisan ini terlihat membawa spanduk bertuliskan "Jokowi Presiden 2019-2024 Indonesia Hebat".
Spanduk yang dibawa simpatisan ini, menurut Ketua Umum Kesatuan Muda Partai Golkar Muhammad Alexandra, pihaknya yakin nantinya Jokowi akan menjadi Presiden 2019-2024 mendatang.
Simpatisan Jokowi-Maruf AminSimpatisan kubu Jokowi-Ma’ruf Amin termasuk beragam, mereka beramai-ramai menunjukkan aksinya di Jalan Imam Bonjol Jakarta Pusat pada, Jumat (10/8). (Foto: Tagar/Rona Margareth)
"Yakin dan sangat yakin karena Jokowi dicintai rakyat  dan bersama ulama dia dicintai oleh umat dan didukung oleh umat juga," ucap dia di kawasan Imam Bonjol Jakarta Pusat, Jumat (10/8).
"Jokowi juga telah berhasil memberikan pendidikan bagi anak-anak Indonesia. Jokowi berhasil memberikan kesehatan gratis buat anak-anak Indonesia. Jokowi juga berhasil membangun segala infrastruktur dan pembangunanan Indonesia," ucapnya.
"Sekitar seribu peserta yang dikerahkan saat ini," kata Muhammad Alexandra, adalah untuk menyambut dan menghantarkan Jokowi mendaftarkan diri sebagai capres dan cawapres bersama Ma’ruf Amin.
https://www.tagar.id/Asset/uploads/976950-simpatisan-jokowi-maruf-amin.jpeg
Simpatisan kubu Jokowi-Ma’ruf Amin termasuk beragam, mereka beramai-ramai menunjukkan aksinya di Jalan Imam Bonjol Jakarta Pusat pada, Jumat (10/8). (Foto: Tagar/Rona Margareth)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/gaya-simpatisan-jokowimaruf

Kekhawatiran Wury Estu Handayani Jika Suaminya Ma'ruf Amin Jadi Wakil Presiden

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Istri Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma'ruf Amin, Wury Estu Handayani (44) terlihat kompak mengenakan pakaian muslimah warna putih dengan empat anaknya saat mendampingi suami didaftarkan sebagai cawapres dari capres Joko Widodo di kantor Komisi Pemilihan Umum (KPU), Jakarta, Jumat (10/8/2018) pagi.
Wury yang dikenal murah senyum terlihat terus sumringah saat melayani sejumlah perempuan yang menyelaminya.
Fisik, termasuk wajahnya yang lebih muda sempat menjadi pusat perhatian dari para awak media yang melakukan peliputan dan para pendukung Jokowi-Ma'ruf Amin di kantor KPU.
Yah, Wury merupakan istri Ma'ruf Amin dari pernikahan keduanya. Keduanya menikah di Masjid Sunda Kelapa Jakarta pada 31 Mei 2014 atau saat keduanya berstatus sendiri atau single.
Saat itu, Wury sudah menjanda dua tahun, sedangkan Ma'ruf Amin menduda tujuh bulan usai istri pertamanya, Siti Churiyah, meninggal dunia.
Saat menikah dengan KH Ma'ruf Amin, Wury masih berusia 40 tahun atau terpaut 30 tahun.
Wury yang pernah menjadi perawat gigi di sebuah puskesmas tampak tidak kikuk saat terus menemani Ma'ruf Amin sejak melakukan kegiatan di Gedung joang, di kantor KPU hingga di sejumlah kantor partai pengusung.
Empat anak dari istri Ma'ruf Amin juga turut mendampingi.
Empat orang anak perempuan yang menemaninya tersebut diketahui berasal dari istri pertama Ma'ruf, Hj Siti Churiyah.
Mereka adalah Siti Ma'rifah, Siti Mahmudah, Siti Hannah dan si bungsu Siti Haniatunisa.
Ditemui di kantor DPP Partai Golkar, Wury mengatakan jika dirinya dan semua anak-anak Ma'ruf merasa senang atas terpilihnya Ma'ruf sebagai cawapres dari capres petahana Jokowi.
"Ya senang, bersyukur, alhamdulillah anak-anak semuanya mendukung, semua senang," ucap Wury dengan wajah sumringah.
Meski senang dan mendukung, namun Wury tidak dapat membohongi dirinya sendiri. Ia mengaku ada kekhawatiran di dirinya terhadap kesehatan seorang Ma'ruf Amin.
Apalagi, Ma'ruf Amin genap berusia 75 tahun pada 11 Maret lalu.
"Ya jelas khawatir," ujarnya.
Ia berharap dirinya selaku istri dan seluruh anak bisa menjaga diri dan memberikan yang terbaik jika kelak Ma'ruf Amin menjadi seorang wakil presiden.
"Tapi, ya mudah-mudahan kita bisa solid menjaga nama baik semua, mudah-mudahan ke depannya bisa lebih baik lagi," tuturnya.
Dia meminta doa dan dukungan dari masyarakat agar Ma'ruf Amin diberikan kesehatan dan kemenangan dari Pilpres 2019 mendatang.
Satu harapannya, agar kepemimpinan Jokowi dan Maruf Amin kelak bisa menjaga dan membawa Indonesia yang damai dan tentram.
Wury menceritakan, kali pertama mengetahui kabar suaminya dipilih menjadi cawapres untuk Jokowi dari tayangan berita di televisi.
Selain itu, ada pula ajudan Ma'ruf yang memberikan kabar kepadanya.
"Saat tau itu, saya bersyukur dan memohon mudah-mudahan Allah memudahkan semuanya, berdoa mudah-mudahan dilancarkan ke depannya," ujarnya.
Setelah seharian bersama anak-anak menemani suami melakukan kegiatan politik tersebut, Wury memutuskan untuk langsung pulang ke rumahnya di Koja, Jakarta Utara.
Ia mengaku lelah dan hendak beristirahat.
Wury dan ketiga anaknya terlihat lebih dulu masuk ke dalam mobil Toyota Alphard hitam.
Kemudian menyusul anak bungsu Ma'ruf, Siti Haniatunisa yang menggandeng Ma'ruf ke dalam mobil berpelat B 5 MRF itu.
Kekhawatiran Wury Estu Handayani Jika Suaminya Ma'ruf Amin Jadi Wakil Presiden
Kolase/Tribunnews/Facebook//Wury Estu Handayani
Ma'ruf Amin, Joko Widodo, dan Wury Estu Handayani
Sumber Berita : http://www.tribunnews.com/nasional/2018/08/11/kekhawatiran-wury-estu-handayani-jika-suaminya-maruf-amin-jadi-wakil-presiden?page=all

Daftar Kelemahan Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandi

Dua pasangan Calon Presiden (Capres) dan Calon Wakil Presiden (Cawapres) sudah resmi mendaftar ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) pada Jumat (10/8) siang tadi. Tentu, baik pasangan Joko Widodo-KH. Ma’ruf Amin dan pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno memiliki kelebihan dan kekurangan masing-masing.
Menurut peneliti Surabaya Survey Center (SSC), Surokim Abdussalam, kelemahan yang dimiliki pasangan Jokowi-Ma’ruf ada pada sosok KH. Ma’ruf Amin yang usianya sudah cukup tua dan kurang lincah. Hal itu, tentu nantinya akan berdampak pada proses kampanye yang betul-betul membutuhkan tenaga ekstra.
“Usia Ma’ruf bukan usia produktif. Yang ideal itu bisa bergerak lincah terutama dalam mencari dukungan,” kata Surokim kepada JawaPos, Jumat (10/8).
Selain itu, duet pasangan Jokowi-Ma’ruf ini diyakini tidak akan maksimal menggiring pemilihan milenial. Terutama sosok Ma’ruf Amin yang sudah tua. Bahkan, banyak pemilih pemula yang masih belum mengetahui sosok Ketua MUI itu.
“Sulit mengidentifikasi diri pada pemilih milinial mengingat pemilih muda biasanya lebih welcome terhadap identitikasi pada generasi yang sama. Mereka cenderung lebih ekpresif inovatif untuk akomodasi pemilih yang sama-sama segenerasi milineal,” terangnya.
Sementara kelemahan yang dimiliki pasangan Prabowo-Sandi, yakni ancaman melemahnya mesin partai koalisi. Meski Sandiaga sudah dipaksa mundur dari Gerindra, tentu tidak secara otomatis akan merubah persepsi parpol koalisi lainnya. Terutama partai Demokrat.
“Keduanya ini berasal dari satu partai. Jadi agak sulit bisa mengerakkan mesin partai koalisi secara maksimal,” imbuhnya.
Sementara kelemahan lain yang dimiliki pasangan Prabowo-Sandi itu disebabkan oleh latar belakangnya keduanya. Prabowo yang dari militer dan Sandiaga yang berlatarbelakang pengusaha diyakni tidak akan maksimal meraih dukungan umat Islam. Apalagi, rekomendasi Ijtima’ Ulama tidak diterima oleh Prabowo.
Posisi tersebut tentu akan berdampak pada suara umat Islam terutama dari kalangan Nahdliyin yang lebih mendukung Jokowi-Ma’ruf.
“Afiliasi kelompok islam majority-nya kurang karena latar belakang militer dan pengusaha sementara fakta sosial kalangan agamis masih jadi modal sumbolik,” pungkasnya.
(mkd/JPC)

2014 Menangkan Prabowo, TGB Kini Siap Menangkan Jokowi di NTB

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Tuan Guru Bajang (TGB) Zainul Majdi ‎pada kontestasi pemilihan presiden 2019-2024, akan membantu calon presiden Joko Widodo untuk menang di Provinsi NTB.
Hal tersebut akan dilakukan TGB, mengingat dirinya telah menyatakan dukungannya kepada capres Jokowi dan cawapres Ma'ruf Amin, meski saat ini dirinya belum ditawari menjadi tim pemenangan pasangan tersebut.
"‎Enggak ada tawar-tawarin apa, tapi komitmen saya seperti yang saya sampaikan, bahwa untuk keberlanjutan kemaslahatan kita semua, ya menurut saya Bapak Jokowi harus menuntaskan di periode kedua," ujar TGB di komplek Istana Kepresidenan, Jakarta, Jumat (10/8/2018).
Diketahui saat kontestasi Pilpres 2014, TGB merupakan pendukung pasangan Prabowo Subianto-Hatta Rajasa dan mampu memenangkan mereka di NTB dengan memperoleh suara 1.844.178 atau 72,45 persen.
Sedangkan Jokowi-Jusuf Kalla waktu itu, hanya mendulang suara 701.238 atau 27,54 persen.
Keputusan Jokowi menggandeng Ma'ruf Amin pun diapresiasi oleh TGB, dimana dirinya melihat sosok Ketua MUI itu merupakan orang yang tepat.
"Guru saya (Ma'ruf Amin), kalau guru, ya murid pasti berbakti, berkhidmat pada gurunya," ucap TGB.
‎TGB pun mencontohkan keberhasilan Jokowi dalam membangun infrastruktur di NTB, sehingga patut masyarakat di sana mendukung Jokowi-Ma'ruf untuk melanjutkan program-program pemerintah‎ menjadi dua periode.
"Di NTB itu bisa agak cepat menanganai tanggap darurat, karena infrastruktur di NTB itu diguncang dengan 7,0 SR relatif kuat, kenapa kuat karena dalam 10 tahun terakhir kita menyiapkan infrastruktur transportasi yang kokoh," papar TGB.
2014 Menangkan Prabowo, TGB Kini Siap Menangkan Jokowi di NTB
TRIBUN/DANY PERMANA
Gubernur Nusa Tenggara Barat Muhammad Zainul Majdi yang bergelar Tuan Guru Bajang berbincang dengan awak Tribunnews.com di kantor Tribun Network, Palmerah, Jakarta, Kamis (12/7/2018). TRIBUNNEWS/DANY PERMANA
Sumber Berita : http://www.tribunnews.com/nasional/2018/08/11/2014-menangkan-prabowo-tgb-kini-siap-menangkan-jokowi-di-ntb

Rematch Prabowo-Jokowi

JAKARTA–Presiden Joko Widodo (Jokowi) memilih Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) KH Ma’ruf Amin sebagai cawapresnya. Sementara Prabowo Subianto berduet dengan Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno. Bagaimana peta kekuatan kedua pasangan jika bertarung di Pilpres 2019?
Jokowi resmi menunjuk Ma’ruf Amin sebagai pendampingnya di Pilpres mendatang. Ada beberapa alasan mantan gubernur DKI Jakarta itu menujuk kiai yang kini sudah berumur 75 tahun. Diungkapkan Jokowi, alasan dirinya memilih Rais Aam Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) itu karena dia adalah tokoh agama dengan segudang pengalaman di pemerintahan dan juga sebagai pernah menjadi anggota dewan.
“Ma’ruf Amin adalah sosok utuh sebagai tokoh agama yang bijaksana. Pernah duduk di legislator sebagai anggota DPRD, DPR, MPR dan Wantimpres, Rais Amma PBNU, dan juga Ketua MUI, juga saat ini menjabat sebagai dewan pengarah Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP),” ujar Jokowi dalam konfrensi pers di Resto Pelataran, Menteng, Jakarta, Kamis (9/8).
Jokowi juga mengatakan, sosok dirinya dan Ma’ruf Amin adalah perpaduan nasionalis dan religius. Sehingga target merebut hati rakyat Indonesia sebanyak-banyaknya bakal ia lakukan. “Kami saling melengkapi nasionalis-religius, (targetnya) seluruh rakyat Indonesi?a dari Sabang sampai Merauke,” kata Jokowi yang sebelumnya ramai dibicarakan bakal berdampingan dengan Mahfud MD.
Jokowi mengaku dalam memilih Ma’ruf Amin sudah melalui proses yang panjang. Misalnya, meminta masukan dari elemen masyarakat dan dari partai-partai koalisi pendukungnya di Pilpres 2019 mendatang.Selanjutnya pada hari ini, Jumat (9/8), Jokowi bersama dengan Ma’ruf Amin berkunjung ke Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mendaftarkan capres dan cawapres.
“Jam 09.00 WIB akan daftarkan ke KPU, berangkat dari Gedung Joang 45 menuju ke KPU beserta para ketum, sekjen, dan seluruh relawan,” pungkasnya.Sementara kubu Prabowo pukul 23.30 WIB (9/8) mengumumkan Sandiaga Uno sebagai cawapres mendampingi Prabowo melawan Jokowi-Ma’ruf.
Ketum Gerindra Prabowo Subianto dan Wakil Ketua Dewan Pembina Gerindra Sandiaga Uno mendeklarasikan diri jadi capres-cawapres yang digelar di kediaman Prabowo, Kertanegara, Kebayoran Baru, Jaksel, Kamis (9/8). Elite PAN dan PKS menyaksikan deklarasi itu.”Gerindra, PKS, dan PAN telah memberi kepercayaan kepada saya dan Saudara Sandiaga Uno untuk maju sebagai calon presiden dan calon wakil presiden Republik Indonesia,” ujar Prabowo.
Koalisi Gerindra-PAN-PKS akan membawa Prabowo-Sandiaga ke Pilpres 2019. Rematch Prabowo-Jokowi jadi kenyataan. Sementara itu, Partai Demokrat (PD) menolak Sandiaga jadi duet Prabowo. PD baru akan membuat keputusan hari ini (10/8). PD jadi satu-satunya partai parlemen yang belum membuat keputusan soal Pilpres 2019.
Wakil Gubernur DKI Jakarta Sandiaga Uno menyambangi kediaman Ketua Umum Partai Gerindra Prabowo Subianto di Jalan Kertanegara, Jakarta Selatan, Kamis (9/8) malam.Saat tiba di depan kediaman Prabowo, Sandi tidak berbicara banyak. Memakai baju polo abu-abu, Sandi hanya menyampaikan selamat atas terpilihnya Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (MUI) Ma’ruf Amin sebagai cawapres pendamping Joko Widodo.
“Selamat Pak Jokowi dan Pak Kiai Ma’ruf Amin,” kata Sandi.
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menanggapi kabar tersebut. Tanpa raut wajah terkejut, Anies mengaku sudah mengetahui cerita di balik jelang hari terakhir pendaftaran capres dan cawapres sejumlah partai politik.“Tapi kalau saya ditanya apakah tahu, saya tahu, saya tahu persis,” ujar Anies di Balai Kota DKI Jakarta, Kamis (9/8).
Namun, dia belum ingin membeberkan lebih lanjut mengingat saat ini suasana politik tengah bergejolak. Mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) itu berjanji akan mengungkapnya jika proses telah selesai.“Jadi nanti ini biar diselesaikan semuanya, nanti saya baru bercerita. Sekarang sedang ada proses, saya tidak ingin ikut komentar sampai semuanya selesai baru saya bicara,” tutur dia.
PAN pun sudah mengetok keputusan untuk mengusung Prabowo. Sedangkan untuk calon wakil presiden (cawapres), PAN mengusung Zukifli dan Ustas Abdul Somad alias UAS. Pengamat politik dari Universitas Al Azhar Indonesia (UAI), Ujang Komarudin mengatakan, kedua pasangan berpeluang untuk memenangkan kontestasi. Pasalnya, kedua paslon tersebut memiliki basis dukungan yang konkret.
“Peluangnya bisa saling mengalahkan. Jokowi-Ma’ruf basis suara dari kalangan Nahdlatul Ulama dan Prabowo-Sandi dari kalangan Islam kelompok GNPF,” kata Ujang kepada wartawan (9/8).
Ir. H. Joko Widodo
lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 21 Juni 1961
PENDIDIKAN
Fakultas Kehutanan Universitas Gajah Mada (UGM)
JABATAN
Presiden RI ke-7, 20 Oktober 2014-2019
Jokowi adalah Presiden ke-7 Indonesia yang mulai menjabat sejak 20 Oktober 2014. Menjadi Gubernur DKI Jakarta sejak 15 Oktober 2012 sampai dengan 16 Oktober 2014. Sebelumnya menjadi Walikota Surakarta (Solo), sejak 28 Juli 2005 sampai dengan 1 Oktober 2012. Dua tahun menjalani periode keduanya menjadi Walikota Solo, Jokowi ditunjuk oleh partainya, Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P), untuk bertarung dalam pemilihan Gubernur DKI Jakarta berpasangan dengan Basuki Tjahaja Purnama (Ahok). Pada 20 September 2012, Jokowi berhasil memenangi Pilgub Jakarta 2012. Kemenangannya dianggap mencerminkan dukungan populer untuk seorang pemimpin yang “muda” dan “bersih”.
Semenjak terpilih sebagai gubernur, popularitasnya terus melambung dan menjadi sorotan media. Akibatnya, muncul wacana untuk menjadikannya calon presiden untuk Pilpres 2014. Ditambah lagi, hasil survei menunjukkan, nama Jokowi terus unggul. Pada 14 Maret 2014, Jokowi menerima mandat dari Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Sukarnoputri untuk maju sebagai calon presiden.
KH Ma’ruf Amin
Kelahiran, Tangerang, 11 Maret 1943
Pendidikan
-Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang Jawa Timur
-Universitas Ibnu Chaldun Jakarta
Karier
1. Ra’is ‘Aam PBNU (2015-2020)
2. Ketua Umum Majelis Ulama Indonesia (2015-2020)
3. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Hubungan Antar Agama (2010 – 2014)
4. Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Kehidupan Beragama (2007-2009)
5. Anggota Koordinator Da’wah (KODI) DKI Jakarta
6. Anggota BAZIS DKI Jakarta
7. Ketua Fraksi Golongan Islam DPRD DKI Jakarta
8. Ketua Fraksi PPP DPRD DKI Jakarta
9. Pimpinan Komisi A DPRD DKI Jakarta
10. Ketua Dewan Syuro Partai Kebangkitan Bangsa (pertama)
11. Anggota MPR RI dari PKB
12. Ketua Komisi VI DPR RI dari PKB
13. Ketua Komisi Fatwa MUI Pusat
14. Rois Syuriah PBNU
15. Penasihat Lembaga Bahtsul Masail LBM-PBNU
16. Dosen STAI Shalahuddin Al-Ayyubi Jakarta
Peta Kekuatan Parpol Pendukung Jokowi-Ma’ruf
1. PDIP (109 kursi DPR)
2. Partai Golkar (91 kursi)
3. PKB (47 kursi)
4. PPP (39 kursi)
5. Partai Nasdem (35 kursi)
6. Partai Hanura (16 kursi)
7. PSI (0 kursi)
8. Perindo (0 kursi)
9. PKPI (0 kursi)

H. Prabowo Subianto Djojohadikusumo
lahir di Jakarta, 17 Oktober 1951
Prabowo adalah seorang pengusaha, politisi, dan mantan perwira TNI Angkatan Darat. Ia menempuh pendidikan dan jenjang karier militer selama 28 tahun sebelum berkecimpung dalam bisnis dan politik. Bersama Hatta Rajasa, ia maju sebagai calon Presiden Indonesia ke-7 di Pilpres 2014.
Masuk Akademi Militer Magelang pada tahun 1970 dan lulus pada tahun 1974 sebagai letnan dua. Prabowo mencatatkan diri sebagai komandan termuda saat mengikuti operasi Tim Nanggala di Timor Timur. Kariernya melejit setelah menjabat Wakil Detasemen Penanggulangan Teror Komando Pasukan Khusus (Kopassus) pada 1983. Merengkuh jabatan Komandan Kopassus pada 1995, selang setahun ia dipromosikan sebagai Komandan Jenderal Kopassus. Pangkat terakhir di militer, Letnan Jenderal (Letjen).
Setelah tidak aktif di militer, Prabowo menghabiskan waktu di Yordania dan beberapa negera Eropa. Ia menekuni dunia bisnis, mengikuti adiknya Hashim Djojohadikusumo yang pengusaha minyak. Bisnis Prabowo meliputi sedikitnya 27 perusahaan yang bergerak di sektor berbeda. Kembali ke Tanah Air, ia berkecimpung di politik. Pada 2008, mengukuhkan pembentukan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra). Lewat jalur perhimpunan, Prabowo merangkul petani, pedagang pasar tradisional, dan kegiatan pencak silat Indonesia. Selama dua periode, ia memimpin Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) sejak 2004.
Jabatan militer
Tahun Jabatan
1976 Komandan Peleton Para Komando Group-1 Kopassandha
1977 Komandan Kompi Para Komando Group-1 Kopassandha
1983-1985 Wakil Komandan Detasemen–81 Kopassus
1985-1987 Wakil Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad
1987-1991 Komandan Batalyon Infanteri Lintas Udara 328 Kostrad
1991-1993 Kepala Staf Brigade Infanteri Lintas Udara 17 Kostrad
1993-1994 Komandan Group-3/Pusat Pendidikan Pasukan Khusus
1994 Wakil Komandan Komando Pasukan Khusus
1995-1996 Komandan Komando Pasukan Khusus
1996-1998 Komandan Jenderal Komando Pasukan Khusus
1998 Panglima Komando Cadangan Strategi TNI Angkatan Darat
1998 Komandan Sekolah Staf dan Komando ABRI

Sandiaga Salahuddin Uno, B.B.A., M.B.A.
lahir di Rumbai, Pekanbaru, Riau, 28 Juni 1969
PENDIDIKAN
-Wichita State University, Amerika Serikat,
-George Washington University, Amerika Serikat
PARTAI POLITIK
Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra
JABATAN
Wakil Gubernur DKI Jakarta
Saat ini, Sandi Uno juga menjadi jajaran direksi beberapa perusahaan.
-PT Adaro Indonesia
-PT Indonesia Bulk Terminal
-PT Mitra Global Telekomunikasi Indonesia
-Interra Resources Limited
-PT. iFORTE SOLUSI INFOTEK
Pada Mei 2011, membeli 51% saham Mandala Airlines.
Pada 16 April 2015, ia mengundurkan diri dari jabatannya sebagai salah satu direktur PT Adaro Energy Tbk.
Pada Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) PT Saratoga Investama Sedaya Tbk, 10 Juni 2015, ia resmi mundur dari jabatannya sebagai Direktur Utama PT Saratoga Investama Sedaya Tbk (SRTG).
-Pendiri perusahaan di bidang keuangan, PT Saratoga Advisor.
-Pada tahun 1993 ia bergabung dengan Seapower Asia Investment Limited di Singapura sebagai manajer investasi sekaligus di MP Holding Limited Group (mulai 1994).
-Pada tahun 1995 Executive Vice President NTI Resources Ltd, Kanada.
-Pada tahun 1997 mendirikan perusahaan penasihat keuangan, PT Recapital Advisors.
-pada 1998 mendirikan perusahaan investasi bernama PT Saratoga Investama Sedaya. Bidang usahanya meliputi pertambangan, telekomunikasi, dan produk kehutanan.
-Hingga 2009, ada 12 perusahaan yang sudah diambil alih oleh PT Saratoga. Beberapa perusahaan pun telah dijual kembali , antara lain PT Dipasena Citra Darmaja, PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional (BTPN), dan PT Astra Microtronics.
-Pada 2005–2008, Ketua umum Himpunan pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) di Kadin.
-Pada 2008 ia dinobatkan menjadi orang terkaya ke-63 di Indonesia dengan total aset 245 juta dollar AS.
-Pada tahun 2009, tercatat sebagai orang terkaya urutan ke-29 di Indonesia menurut majalah Forbes.
-Pada tahun 2011, Forbes merilis daftar orang terkaya di Indonesia di peringkat ke-37 dengan total kekayaan US$ 660 juta.

Peta Kekuatan Parpol Pendukung Prabowo-Sandiaga
1. Partai Gerindra (73 kursi DPR)
2. PAN (49 kursi)
3. PKS (40 kursi)
4. PBB (0 kursi)
5. Partai Berkarya (0 kursi)
6. Partai Gerakan Perubahan Indonesia (Garuda) (0 kursi)
*Partai Demokrat (61 kursi belum menentukan arah koalisi (pas tanggal 10 Agustus 2018 baru Demokrat mendukung Prabowo-Sandiaga)


Guntur Romli Sebut Mahar Rp 500 M Merusak Politik Bersih: Ini Harus Jelas

TRIBUNNEWS.COM - Politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) Mohamad Guntur Romli ikut mengomentari tuduhan mengenai mahar Sandiaga Uno kepada PAN dan PKS senilai Rp 500 miliar.
Dilansir TribunWow.com, akun Twitter Mohamad Guntur Romli @GunRomli, Ia menyampaikan bahwa uang Rp 500 miliar telah merusak politik yang bersih.
Menurutnya, harus ada penjelasan mengenai hal tersebut karena menyangkut nama dan partai yang telah disebut secara publik.
Pilpres 2019 harus menjadi kompetisi yang fair dan jauh dari politik uang.
"500 M merusak politik bersih, ini harus jelas, apalagi ada partai2 & nama2 yg sdah disebut scara publik, pilpres 2019 hrus kompetisi yg fair, hrus jauh dr politik uang," tulis Mohamad Guntur Romli dalam akun Twitternya @GunRomli.

Postingan Guntur Romli
Postingan Guntur Romli (Capture/Twitter)
Sebelumnya Romli juga mengomentari postingan Andi Arief yang membahas mengenai mahar Rp 500 miliar tersebut.
Koalisi yang disebut sebut sebagai 'Koalisi Kardus' masih mempeributkan masalah uang Rp 500 miliar.
Guntur Romli berharap Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Komisi Pemilihan Umum (KPU), Badan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) dan Polri proaktif untuk menyelidiki kasus tersebut.
Guntur Romli Sebut Mahar Rp 500 M Merusak Politik Bersih: Ini Harus Jelas
Twitter
Mohamad Guntur Romli
Sumber Berita : http://www.tribunnews.com/nasional/2018/08/11/guntur-romli-sebut-mahar-rp-500-m-merusak-politik-bersih-ini-harus-jelas

Makin Panas! Saling Tuduh Mahar 500 Miliar Sandiaga Uno

Ketika Partai Demokrat kecewa Prabowo lebih memilih Sandiaga Uno daripada Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), tersiar kabar bahwa Saniaga Uno telah memberikan mahar kepada PKS dan PAN sebesar Rp.500 miliar agar dirinya dapat menjadi cawapres Prabowo. Kabar ini dicuitkan oleh Andi Arief, Wasekjen Demokrat. Akibat mahar Rp.500 miliar inilah, akhirnya Prabowo tidak menjadikan AHY sebagai cawapres, tetapi malah sebaliknya mengambil Sandiaga Uno sebagai pendampingnya. Yang mana Sandiaga Uno ini dari semula tidak pernah diusulkan menjadi cawapres Prabowo.
Kekecewaan Andi Arief karena AHY tidak menjadi cawapres Prabowo membuat Andi Arief menuduh Prabowo sebagai ‘Jenderal Kardus’ yang akan menyerah ketika ada yang menyodorkan uang. Kicauan Andi Arief ini disertai dengan keterangan bahwa PKS dan PAN menerima uang sebesar Rp.500 miliar dari Sandiaga Uno. Yang membuat PAN dan PKS bersedia menerima Sandiaga Uno sebagai cawapres Prabowo.
Padahal sebelumnya PKS tetap ngotot bahwa kadernyalah yang akan menjadi cawapres Prabowo. Sedangkan PAN tetap pada pendiriannya juga bahwa kadernya Zulkifli Hasan atau UAS yang harus menjadi cawapres Prabowo. Dan mereka tidak setuju jika Prabowo mengambil AHY sebagai cawapres seperti yang dikehendaki oleh Partai Demokrat. Karena ada tentangan dari PKS dan PAN inilah membuat penentuan cawapres Prabowo menjadi molor. Karena masing-masing partai pendukung tidak mau mengalah. Bahkan ketika Prabowo mendeklarasikan Sandiaga Uno sebagai cawapres pun Partai Demokrat masih tidak legowo. Bahkan tak satu pun perwakilan Partai Demokrat yang hadir pada deklarasi tersebut.
Barulah pada keesokan harinya Partai Demokrat bersedia mendukung Prabowo-Sandi karena sudah tertutup pintu bagi Partai Demokrat di koalisi Jokowi. Daripada pada tahun 2024 nanti Partai Demokrat tidak bisa mengajukan capres-cawapres mending ikut dengan gerbong Prabowo meski pun tidak sepenuh hati. Dan saya yakin, Partai Demokrat tidak akan allout mendukung Prabowo. Meskipun ada politisi Demokrat yang mengatakan akan berusaha dengan keras memenangkan Prabowo-Sandi. Untuk apa memenangkan Prabowo-Sandi, sedangkan Partai Demokrat tidak mendapatkan apa yang diharapkannya?
Bahkan kini tuduhan serius dari Andi Arief kepada Sandiaga Uno yang memberikan mahar kepada PKS dan PAN agar dapat menjadi cawapres Prabowo menjadi bola panas. Sepertinya perseteruan antara PKS dan PAN melawan Partai Demokrat akan terus berlanjut, meski pun mereka dalam satu koalisi. Bahkan sekali pun Partai Demokrat mengatakan bahwa cuitan Andi Arief adalah urusan pribadi, tetapi bagaimana pun juga Andi Arief adalah Wasekjen Partai Demokrat dan ketika mencuitkan perihal mahar dari Sandiaga Uno, Andi Arief sebagai kapasitas politisi Demokrat.
Dan ketika PKS menuntut Andi Arief membuktikan ada mahar dari Sandiaga Uno ke partainya, Andi Arief justru menyeret Fadli Zon dan kawan-kawan ke dalam pusaran gejolak mahar Sandiaga Uno. Andi Arief secara terbuka bahwa informasi tersebut didapatkan dari tim kecil Partai Gerindra yang terdiri dari Fadli Zon, Dasco, Prasetyo dan Fuad Bawazier pada tanggal 8 Agustus 2018, pukul 16.00. Jika benar informasi tersebut didapatkan dari Fadli Zon dan kawan-kawan, maka dapat dipastikan bahwa pencalonan Sanidaga Uno bisa dibatalkan. Dan tak mungkin Andi Arief berani sembarangan berbicara jika tidak ada bukti yang valid bukan? Dan saya kira juga bukan sebuah candaan dari tim kecil Gerindra, karena mereka saat itu sedang membicarakan masalah yang sangat serius. Masalah cawapres Prabowo.
Berikut adalah kicauan Andi Arief mengenai informasi mahar Sandiaga Uno dari Tim Kecil Gerindra.
Benar atau pun tidak perihal mahar Sandiaga Uno akan berdampak buruk kepada Demokrat, khususnya Andi Arief, dan kepada Gerindra, khususnya Sandiaga Uno. Bagaimana tidak, jika tidak terbukti maka Andi Arief akan diperkarakan oleh PKS dan PAN karena telah menyebarkan hoax dan pencemaran nama baik. Tetapi jika terbukti, maka pencalonan Sandiaga Uno akan dianulir oleh KPU. Dan dinyatakan tidak sah. Partai Demokrat dan Gerindra akan menjadi serba salah. 

Startegi Jokowi Untuk Ahok

Banyak orang berpikir kalau Jokowi tidak peduli pada Ahok. Atau kubu lawan yang membangun opini kalau Jokowi tidak peduli pada Ahok.
Pertama, ketika pengadilan memutuskan vonis hukuman lebih lama dari yang dituntutkan oleh Jaksa. Dan Ahok langsung masuk penjara tanpa diberi kesempatan untuk mengatakan salam perpisahan pada pendukung dan keluarga. Kita semua sontak terhentak. Bahkan dunia internasional pun mengecam keras keputusan hakim atas diri Ahok. Kubu lawan berpesta pora, mereka semangat membangun narasi dan opini kalau Jokowi tak peduli pada sahabat sejati. Apalagi kemudian, hakim yang membuat keputusan atas hukuman Ahok, mendapatkan promosi jabatan.
Bayangkan !! Bagaimana kondisi mental para pendukung Ahok menerima kenyataan ini??? Perih ! Pedih ! Sedih ! Beribu-ribu lilin dinyalakan di hampir seluruh kota besar di Indonesia. Hingga keberanian seorang gadis pendukung Ahok di Padang yang menyalakan lilin dukungannya sendirian menjadi begitu viral !!
Tapi dari balik jeruji tahanan, Ahok tetap menularkan semangatnya dan menyerukan pada pendukungnya untuk tetap mendukung Jokowi !! 
Surat-surat kecil tulisan tangan Ahok betebaran di dunia maya, di media sosial. Perintah dan seruan Ahok kepada pendukungnya untuk tidak mengurangi dukungannya pada Jokowi walaupun hanya sedikit. 
Ahok meminta pendukungnya untuk selalu percaya dan meyakini apapun keputusan Jokowi.
Ahok sekarang menjadi simbol kekuatan, kebenaran, kejantanan, kerja nyata, kekonsistenan dan kesetiaan yang mampu mengobrak-abrik usaha-usaha lawan untuk memisahkan dirinya dari sosok Jokowi. 
Begitu menakutkan pihak lawan jika Ahok kembali bersama-sama, berdampingan, kerja bareng dengan Jokowi.
Semua usaha pengadu-dombaan lawan pasca hukuman bagi Ahok dijatuhkan mengalami kegagalan total. Ahok tidak sedikitpun mengurangi dukungan dan kepercayaan dirinya pada Jokowi. Ahok sangat memahami arti hukuman 2 tahun penjara yang dijatuhkan padanya.
Dua tahun memenjarakan fisik Ahok itu sedikit, bahkan kalau ditambah kehancuran pernikahannya, tetap masih belum seberapa dibandingkan kehancuran dan kerugian bangsa dan negara Indonesia, jika Ahok saat itu diibebaskan karena Jokowi turun tangan, menggunakan kekuasaannya sebagai Presiden Indonesia untuk membebaskan Ahok dari tuntutan massa 212. 
Atau misalnya Jokowi menginstruksikan jajaran peradilan untuk lebih menegakkan hukum yang kemudian berakhir dengan putusan kebebasan Ahok dari hukuman.
Itu massa 212 yang diklaim sebanyak 7 juta, yang hanya menuntut Ahok dipenjara, mungkin akan langsung ngamuk menggasak Istana, merangsak kota Jakarta, dan ngamuk membabi buta di kota-kota lain di Indonesia, kalau tuntutan mereka tidak tercapai. 
Sampai akhirnya Jokowi harus menurunkan tentara untuk melakukan pengamanan negara. Dan mungkin tidak hanya akan berhenti disana, mungkin massa yang sudah disusupi ISIS, paham radikal, dan pengusung khilafah (semacam HTI Hizbut Tahrir Indonesia yang merupakan organisasi terlarang di Indonesia), dengan alasan negara/pemerintah Jokowi sudah membebaskan si penista agama, mereka bisa saja terus melebarkan huru hara, menghasut rakyat yang over dosis agama untuk berperang mengangkat senjata yang datangnya entah dari mana.
Bener kan bayangan saya kalau saat itu Jokowi lebih mendengarkan rintihan pendukung Ahok ??? 
Karena itulah agenda mereka terhadap Indonesia.
Saya yakin, keputusan Ma'ruf Amin atau MUI mengeluarkan Fatwa atas Ahok yang sudah menistakan agama Islam adalah BUKAN keputusan dia pribadi. Tidak ! Saya yakin, ada oknum ditubuh MUI yang begitu rajin merayu dan meyakinkan Ma'ruf Amin untuk mengeluarkan Fatwa. Karena rentang waktu antara Fatwa itu dibuat dengan terbentuknya Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF MUI) begitu sangat dekat !!
MUI dan Ma'ruf Amin terkena jebakan mereka. Karena jika Fatwa itu bukan dari hasil jebakan, sampai hari ini, nama GNPF-MUI TIDAK AKAN BERUBAH MENJADI GNPF-U !! Ma'ruf Amin, hanya karena posisi dia sebagai Ketua MUI, juga dikorbankan. Karena jelas bahwa keputusan sikap keagamaan dikaji oleh 4 komisi yang ada di dalam tubuh MUI (https://news.detik.com/berita/3409988/maruf-amin-gnpf-bukan-bagian-mui).
Yang pasti, apapun keterangan yang diberikan oleh Ma'ruf Amin di pengadilan, saya yakin, ini tidak akan merubah keputusan hukuman yang sudah direncanakan akan dijatuhkan pada Ahok, yaitu 2 tahun penjara.
Justru jika saat itu Ma'ruf Amin meralat penyataan sikap keagamaan MUI dan katakan Ma'ruf Amin mencabut Fatwanya langsung di depan pengadilan, ini kemudian akan merontokkan peran GNPF MUI dan meng'haram'kan aksi unjuk rasa 212. Tapi, jangan salah, justru langkah ini yang sebenarnya mereka harapkan. Karena membenturkan ulama vs ulama, membenturkan umat Islam vs umat Islam, akan memiliki efek yang jauh lebih dahsyat ketimbang membenturkan pemerintah vs ulama. 
Jika rakyat berbenturan dengan rakyat, lalu posisi tentara dan pemerintah harus dimana? Harus membela rakyat yang mana??
Ma'ruf Amin saat dipengadilan, mungkin masih belum sadar bahwa dirinya sudah masuk dalam jebakan. Dia menyampaikan pernyataan karena dasar dari hasil musyawarah 4 komisi MUI. Yang pasti, keputusan hakim 2 tahun penjara diatas tuntutan Jaksa mampu memukul telak strategi mereka membuat kekacauan di Indonesia walaupun membuat pendukung Ahok merintih sedih.
Agenda aksi unjuk rasa berjilid-jilid itu sudah jelas. Mereka tidak mau tahu, salah atau tidak salah Ahok dalam kasus penistaan agama ini. Yang mereka targetkan adalah merontokkan Jokowi melalui Ahok dan mengambil alih kekuasaan di Indonesia tanpa harus melalui peperangan seperti di Suriah.
Sekarang Jokowi memilih Ma'ruf Amin menjadi calon wakil presidennya untuk Pilpres 2019 !! 
Kembali narasi tentang Jokowi yang tidak peduli pada perasaan sahabat sejati digaungkan.
Lihat di group-group whatsapp, apa yang sekarang menjadi narasi mereka pasca Jokowi mengumumkan Ma'ruf Amin menjadi cawapres dia??? Mereka langsung membuat narasi-narasi yang tujuannya tetap membenturkan rakyat. Membenturkan kampret dan kecebong, membenturkan kecebong dan kecebong. Tetap masih menggunakan sentimen agama pada narasi mereka.
Kalau sudah begini, siapa sebenarnya musuh para kecebong??? Apakah para Kampret?? Jawabannya BUKAN !! Kampret bukan musuh kecebong, kampret itu masih saudara kita, masih rakyat Indonesia yang masuk ke dalam jebakan mereka. Lalu siapa mereka itu?? Mereka itu adalah para ONTA ISIS, Onta radikal dan Onta Khilafah. Yang melihat Indonesia bisa dijadikan basis baru untuk perjuangan ga jelas mereka.
Para Onta ini yang sebenarnya menanamkan stempel "penista agama" di jidat Ahok dengan cara meminjam stempel halal pada MUI dan memakai tangan FPI. Tapi Jokowi untungnya lebih pintar dari para Onta ini. Dengan mengantongi stempel dan penghapus tinta, cap yang sudah ditanamkan oleh Onta di jidat Ahok akan terhapus juga.
Pada pidato Jokowi setelah melakukan pendaftaran capres dan cawapres, Jokowi dengan jelas mengatakan bahwa Prabowo dan Sandiaga Uno adalah juga putra-putra terbaik bangsa yang juga berkeinginan memperjuangkan Indonesia. Ini sebenarnya adalah pesan yang Jokowi sampaikan untuk para Onta yang sekarang berdiri di belakang punggung Prabowo dan Sandiaga Uno. Tapi ga berani untuk tampil ke depan !!

Ketika Sandi Jadi Perahan Doang Dalam Pilpres 2019, Sekarang Ramai-Ramai Bajak Jakarta

Tentu Prabowo sangat piawai dalam menentukan dan mengkalkulasi kekuatan-kekuatan yang dia punyai. Termasuk dalam memilih dan menjagokan orang untuk masuk bersaing dalam arus pertandingan pemilihan.
Pemilihan Presiden 2019 sebenarnya adalah menjadi ajang pertarungan terakhir bagi Prabowo sendiri. Disamping karena alasan usia yang sudah cukup sepuh dan tidak akan produktif lagi dalam memimpin bangsa ini, beliau juga tentu sudah terhitung tiga kali mengalami kekalahan sejak pertarungan pilpres di dua periode lalu, yakni tahun 2009 dan tahun 2014.
Silih berganti dalam memilih pasangan. Diawali sebagai cawapresnya Megawati, kemudian sebagai Capres bersama dengan Hatta dari PAN dan terakhir menjadi Capres juga bersama dengan Sandi, yang juga kadernya sendiri. Tapi akhirnya selalu menelan pil pahit kekalahan di Pilpres.
Tapi peruntungan Prabowo untuk mengorbitkan orang untuk maju dalam pilkada terbilang cukup berhasil. Buktinya berhasil mengangkat kadernya sendiri sebelum akhirnya keluar, yakni Ahok, kemudian berhasil mendudukkan Anies-Sandi dan memenangi pilgub DKI sendiri.
Akankah sama peruntungan beliau di DKI dengan peruntungan kali ketiga dalam pemilihan Presiden di tahun 2019? Dimana Prabowo ternyata sudah melirik terlebih dahulu Anies Baswedan untuk bisa mendampinginya, seperti yang dilansir CNN.com (9/8/2018).
Tapi karena pendirian Anies yang tetap ingin berkarya dulu di DKI sebagai ajang pembuktian bagi dirinya bahwa dirinya sanggup mengubah Jakarta, yang entah akan jadi apa di tahun 2022, akhirnya Prabowo melirik Sandiaga Uno, si anak emasnya Prabowo.
Tapi betulkah si Sandi menjadi anak emas-nya Prabowo, atau justru jadi sumber perahan susu bagi pemenuhan biaya pertarungan pilpres kali ini? Dimana ketika pilgub DKI kemarin, Sandi rela dan bahkan mau untuk menanggung biaya pilgud DKI lalu hingga 90 persen lebih. Dan untuk pilpres 2019, tentu biayanya akan jauh melebihi biaya pilgub kemarin.
Diawali komitmen fee kepada para koalisi pendukung, masing-masing sebesar Rp.500 miliar, yang berarti total Rp.1 Triliun. Belum lagi biaya pemenuhan kampanye yang mungkin lebih dari yang sudah dikeluarkan di awal. Tentu akan bisa menguras setengah hartanya Sandiaga Uno sekarang ini. Dimana seperti yang dilansir kompas.id (10/8/2018) bahwa harta Sandiaga Uno berdasarkan Laporan Harta Kekayaan di tahun 2016 sebesar Rp.3,86 triliun.
Baru setengah yang habis, Sandiaga belum bangkrut-bangkrut amat meskipun akhirnya kalah dalam pilpres 2019. Tapi jika seandainya menang, wah pasti akan sangat senang luar biasa. Bukan hanya balik modal, surplus hingga berkali-kali lipat-pun akan memungkinkan terjadi.
Sekarang, setelah PKS merelakan kursi cawapres kembali direbut oleh Gerindra, artinya Gerindra menyapu bersih posisi strategis di pemerintahan pusat. Padahal syarat yang ditetapkan PKS amat berat dan juga sudah persiapkan 9 nama yang bakal maju dan mengultimatum, jika bukan dari kami cawapres, mereka akan mundur. Kemudian PAN-pun bersikap hampir sama. Tapi untuk saat ini, PKS dan PAN akan dapat apa setelah posisi cawapres bukan dari mereka?
Tentu yang disasar oleh PKS adalah posisi yang ditinggalkan oleh Sandiaga Uno. Dimana seperti yang dilansir tabloid.bintang.com (11/8/2018), PKS berusaha mendominasi kekuasaan yang ada di DKI dan menekan Gerindra supaya posisi itu diserahkan kepada mereka. Akankah Gerindra rela?
Setelah PKS menuntut posisi jabatan di DKI, apakah PAN juga rela tidak akan dapat apa-apa dari koalisi yang telah mereka lakukan? Tentu tidak, selain mendapatkan uang tebusan atau mahar yang sempat dituding oleh Demokrat, tentu PAN akan minta jatah sekarang ini di DKI. Posisi strategis yang sama dengan PKS yang bisa diperoleh oleh PAN di DKI juga. Mungkin kursi Sekda, dimana saat ini ditempatin oleh Saefullah.
Inilah budaya bagi-bagi kekuasaan di tanah air kita. Miris memang, seharusnya yang dipikirkan itu adalah masyarakatnya, tapi yang lebih utama itu dalam pemikiran para politisi kita adalah kekuasaan dan kekuasaan. Dan sepertinya hampir tidak ada para politisi kita yang berubah statusnya menjadi seorang negarawan. Sebab dalam otaknya yang ada adalah aku gabung, aku dapat apa.
Selamat buat koalisi yang terbentuk. Selamat juga buat bagi-bagi kue kekuasaan. Kami rakyat hanya akan jadi penonton yang sejati. Melihat bagaimana kalian terus berusaha untuk merebut kekuasaan? Tapi sayangnya kami tidak bodoh lagi. Dan tentu tahu mana yang jujur mana yang bohongan semata.
Mari ramai-ramai membajak Jakarta, mari habisin budget atau anggaran yang ada. Mumpung kue-nya masih banyak. 

Buat yang baper sama pilihan Jokowi

Beberapa minggu yang lalu saya dan seorang teman melakukan apa yang dilakukan sekian juta rakyat Indonesia lainnya ketika mereka merasa nyaman satu sama lainnya. Jangan pikir jorok dulu. Kami cuman sesama cebong yang sedang diskusi politik. Temanya tentu saja yang hangat-hangat sedap, yaitu: Sapa yang bakal jadi wakilnya Pakde.
Ini kejadian beberapa minggu lalu. Teman saya ini cebong garis keras, radikal. Apalah sebutannya itu. Kalau saya, saya hanya seorang cewek sederhana yang demen politik. (Dan ternyata saya salah, nanti saya jelaskan.)
“Menurut kamu sapa yang bakal jadi wakilnya?” Saya tanya sambil ngaku geregetan gak tahan pingin tahu. Ini lebih seru dari nonton filem blockbuster kayak Avengers.
Dia diem mikir-mikir. Temen saya ini pinter banget, ngerti politik dan sejarah. Tahu segala macem tokoh dan intrik. Setelah mikir agak lama dia bilang, “Paling mungkin Mahfud MD, secara dia gada partai jadi bukan titipan, kyai, dan secara electoral paling tinggi ratingnya diantara yang lain.”
Saya diem aja karena gak kenal nama itu tapi gak mau keliatan cupu.
“Menurut kamu sapa?” Dia tanya.
Gak mau keliatan bego, ya saya puter otaklah sebisanya. Dengan bekal sebagai penggemar novel detektif sejak kecil dan keinginan mendalam yang terlalu kuat untuk memecahkan teka-teki apa saja yang disodorkan ke saya, saya terdiam menerawang. Sebenernya sih gak ketemu apa-apa karena saya jadi sadar betapa gak tahunya saya sama sama tokoh politik yang penting-penting. Tapi again, if you can’t make it good, at least make it look good.
“Kalau saya jadi Jokowi,” Kata saya dengan tenang dan wibawa, “Saya akan milih wakil yang gak bikin repot.”
“Maksudnya?”
“Gini, Jokowi kan sering diserang-serang soal isu agama. Itu-itu lagi yang bawa-bawa karena yang paling makjleb. Lembaga atau organisasi Islam apa yang paling banyak pengikutnya?” Saya tanya. Toh dia yang muslim. Seharusnya dia tau.
“NU. Muhammadiyah. Dan lain-lain,”
“Ok. Anggep deh NU. Pengikutnya berapa banyak?”
Teman saya mikir-mikir lalu jawab, “Delapan puluh jutaan ada kali.”
“Okay, kalo saya jadi Jokowi saya akan pilih ketua NU untuk jadi wakil saya. Otomatis yang delapan puluh juta itu mayoritas akan milih ketuanya di pilpres dong. Keren banget kan kalo pimpinan agama kamu jadi Wapres.” Kata saya dengan pede. “Sapa ketuanya?”
Agak malu juga sih nanya siapa ketua NU. Maklumin dulu yah. Ini salah satu bagian dari kesalahan saya yang akan saya jelaskan nanti belakangan.
“KH Said Aqil Siradj. “
“Doi umur berapa?”
“Hush. Gak sopan lu. Udah sepuh tahu. Enam puluh limaan kayaknya.”
“Nahh, perfect tu. Pas. Bisa bawa puluhan juta pemilih, seorang ulama sepuh dan sukur-sukur gak macem-macem karena sudah selesai dengan dirinya sendiri. Gak banyak kepentingan.”
Temanku diam saja. “Gak mungkin.” Katanya. “Sudah terlalu berumur.”
“Temanku tersayang,” Kataku sok tahu, “Bayangin kamu jadi Jokowi, gak bisa makro ekonomi, ada Sri Mulyani, gak ngerti infrastruktur ada Archandra sama Jonan, gak paham Geopolitik ada Luhut. Apapun yang Pakde butuhin semua udah ada dijajaran bawahan yang bisa diperintah, copot pasang sesuka hati. Ibarat onderdil, pakde ini lengkap pilihannya. Nah, bayangin kamu jadi pakde. Superman. Ngapain pilih wakil yang bikin ribet dan banyak kepentingan? Ntar dah menang jalan sendiri-sendiri kayak sekarang, eh maaf, maksudnya kayak sapa deh gitu.”
Masih bagus kalau jalan sendiri-sendiri tapi tujuannya sama. Nah kalo beda? Ibarat bisnis, punya partner yang sama sahamnya tapi gak sama visi misinya? Pecah kongsi nanti. (Ntar H-2 bisa-bisa twitwar.)
“Hmm…” Kata temanku masih gak percaya. Kita gak lanjutin lagi obrolannya dan terus terang saya juga lupa sampai ketika teman saya literally melongo lama banget denger Pakde umumin KH Prof Ma’aruf Amin sebagai wakil.
Teman saya gak habis pikir. Di luar prediksi semua orang, katanya. Saya gak ngerti kenapa. (Dengan bodohnya saya sempat mikir KH Ma’aruf Amin dan KH Mahfud MD adalah orang yang sama.) Aduh malu. Sampai saya google-an.
Umur 75 tahun. Pemimpin lembaga terbesar yang mewadahi ulama dan cendekiawan Islam.
“Tuh kan, mayan mirip sama analisa saya.” Kata saya nyombong.
“Kaga ah, meleset orangnya.” Kata dia masih sedikit kecewa jagoannya gak kepilih. “Jadi males nyoblos.”
Saya yakin teman saya ini bukan satu-satunya cebong yang kecewa. Actually, sebenarnya banyak. Tapi ya sutralah teman-teman. Kalau ada satu hal yang pasti dari Pak Jokowi itu adalah beliau unpredictable. Kita gak akan tahu strategi dan cara pikirnya. (kecuali saya. Kikikik…)
Minimal sekarang kalau mau diserang pakai jargon pamungkas ‘Anti-ulama’ sudah gak mempan, wong wakilnya ketua Ulama. Situ yang ngaku bela ulama wakilnya kog bukan ulama? Rasanya pengen teriak: makan tuh yang nyinyir Pakde anti-ulama. 2019 Ganti Otak aja.
Diluar itu saya gak ngerti. Saya pikir saya suka politik. Tapi itu salah. Setelah sadar betapa gak tahunya saya tentang politik ujung-ujungnya saya sadar saya gak suka politik. Saya cuman suka ngikutin politik karena ada manusia-manusia yang sekarang menjabat dengan kualitas yang merepresentasikan segala sesuatu yang baik dan terpuji. Kejujuran, kerja keras dan amanah.
Simple aja. Siapapun orangnya, asal sifatnya seperti itu saya yakin pasti akan didukung orang banyak. Saya rasa itu adalah suatu hukum yang universal. Orang yang berlogika sehat akan suka pemimpin yang jujur, kerja keras dan amanah. Siapapun itu tak peduli orangnya cungkring atau gagah, milenial atau babyboomer, coklat atau putih, gak masalah bibitnya yang penting bobotnya. Jadi buat yang mendadak kecewa dan gak mau dukung Pakde, mbok ya jangan gegabah kalau bisa. Pikir-pikir ulang kenapa anda mendukung pakde dari pertama. Orangnya atau sifatnya.
“Trus jadi kamu kamu nyoblos sapa?” Tanya saya ke temen saya yang masih baper.
“Poros ketiga aja. Sapa tau jadi nyalon.”
“Heh,” Kataku, “poros ketiga itu yang nyalon istri n emaknya. Saban hari. Dah lupain aja.”

BALADA SI SOMAD

Pernah nonton acara "Termehek-mehek"?
Itu drama yang dikemas dengan konsep reality show. Kejadian seolah-olah nyata tapi sebenarnya semua settingan belaka, mulai kejadian sampai artisnya segala.
Nah kalau pernah nonton, berarti kalian sekarang sedang menonton acara Termehek-mehek versi Politiknya. Judulnya, "Balada si Somad".
Somad si ustad hiburan ini, memang penggemarnya banyak meski gak sampe ratusan juta seperti kata si ibuk yang mengeluarkan airmata di acara ILC tadi malam. Terutama penggemarnya ada di kalangan emak-emak.
Singkat cerita, diangkatlah nama Somad ke permukaan sebagai calon Wakil Presiden alternatif Prabowo.
Proses kemunculannya juga dramatis, ia digambarkan mirip dengan Panglima Besar Sudirman, meski saya gak tahu, dimana yaaaa miripnya. Pokoknya harus ada kata "Besar"nya untuk mendampingi si Imam yang "Besar" juga.
Mereka emang suka gitu, kalau gak pake kata "Besar" pasti kata "Juta" untuk menggambarkan kedahsyatan versi mereka.
Nah "dipanggil-panggillah" si Somad dengan bahasa lebay, "NKRI memanggil Abdul Somad.." Seakan-akan negara membutuhkan seorang Somad untuk menyelesaikan semua masalah di Indonesia.
Kalau bisa, rombongan Malaikat pun turun untuk menyambut kedatangannya. Harus dramatis dong, namanya sinetroooon.
Somad gak mau ketinggalan. Dia kemudian berkata, "Izinkan saya memohon petunjuk Tuhan dulu..". Dan ia pun seperti menghilang sejenak dari keramaian untuk bertapa mencari kesucian diri. Lalu ia keluar dari pertapaan dan berkata lirih, "Saya tidak bisa..".
Maka menangislah seluruh umat (umat kampret tepatnya), dengan ketidakbersediaan Somad memanggul "amanah" yang berat.
Kemudian muncullah sebuah pembenaran, "Dia memang rendah hati, sudah tidak tertarik lagi pada dunia.."
Udah mulai geli, kan? Jangan ngakak dulu...
Diperbuaslah drama itu dengan acara ILC. Ada seorang ibuk berurai airmata, meminta Somad untuk bersedia menjawab panggilan hati mereka. Harus ada airmatanya, kalau gak bukan sinetron namanya...
"Memangnya kenapa harus disetting begitu sih, bang?'.
Ya, untuk ngangkat nama Prabowo. Disaat masa statis ini, dimana dia belum deklarasi Capres, harus ada drama dulu supaya namanya tetap eksis di pemberitaan. Selain itu, supaya fans Somad, para ibuk-ibuk dan bapak-bapak berkumis yang lebay, nanti akan teringat dan memilihnya.
Dunia politik juga adalah dunia entertain. Artis banyak yang mau jadi anggota DPR, jadi wajar kalau ustad juga bermain sinetron.
Apakah Somad punya kemungkinan besar jadi Cawapres Prabowo?
Pilpres itu butuh logistik besar, brad. Prabowo sudah tidak punya, masak Somad disuruh bayarin dananya? Makin kurus dia entar.
Dan itu lumrah, selumrah acara Termehek-mehek yang masih tetap tayang karena tinggi ratingnya. Ada penonton, tentu ada tontonan.
Jadi, gak usah terlalu serius, apalagi ikut termehek. Mending ngopi aja melihat sinetron oposisi yang makin lama makin baper dan lebay ini.
Seruput dulu ah.
Politik Balda si Somad

JANGAN SALAHKAN JOKOWI

"Kenapa Jokowi pilih Maruf Amin, bang?".
Lepas dari banyaknya teori konspirasi strategi catur Jokowi yang hebat-hebat yang ditulis teman-teman, sebenarnya permasalahan "Kenapa Maruf Amin?" itu sederhana saja.
Sekitar dua jam sebelum deklarasi, Jokowi masih mengantongi nama Mahfud MD sebagai pendampingnya. Dan saya sudah melakukan banyak konfirmasi terhadap itu ke banyak pihak yang kompeten. Dan Mahfud MD pun sudah ada disana, di dekat tempat deklarasi acara.
Tapi tiba-tiba semua berubah, ketika beberapa partai memaksakan supaya jangan Mahfud MD. Pertanyaannya, "Kenapa?" Jawabannya, "Karena berbahaya untuk Pilpres 2024 nanti.."
Pilpres 2024, masing-masing partai koalisi sudah punya jago. Mereka semua mengalah di tahun 2019, karena ini memang tahunnya Jokowi. Tetapi 2024 nanti dianggap tahun kosong, dimana semua mempunyai peluang yang sama untuk bertarung karena tidak ada petahana.
Nah, kondisi ini akan dirusak jika ada Mahfud MD disana. Jika Mahfud menjadi Wapres, maka diperkirakan ia akan membangun citra sehingga malah bisa menjadi lawan nantinya.
Jadi ini sebenarnya bukan masalah Mahfud MD saja. Seandainya Moeldoko atau CT atau Sri Mulyani yang ada di posisi Mahfud pun akan mengalami hal yang sama. Mereka akan disingkirkan juga.
Dan para petinggi partai mendesak supaya Mahfud tidak jadi Wapres pada menit-menit terakhir. Mereka tahu, kalau Jokowi didesak pada waktu awal, Jokowi bisa berkelit. Dan disana Jokowi jagonya. Sedangkan Jokowi sebenarnya tidak terlalu penting siapa wakilnya, karena toh ini periode terakhirnya.
Desakan itu termasuk "ancaman" untuk mogok atau membentuk poros ketiga, jika Jokowi sampai memaksa supaya Mahfud MD menjadi Cawapresnya. Dan disanalah Jokowi tersandera, melihat situasi berbahaya koalisi yang dia bangun berpotensi rusak dan tidak solid.
Jadi keputusan memilih Maruf Amin, bukan sepenuhnya keinginan Jokowi, tetapi demi soliditas koalisi. Jokowi tidak akan bisa menang tanpa koalisi, begitu juga sebaliknya.
Pilihan terbaik untuk itu jelas Maruf Amin. Awalnya ada JK, dan semua partai setuju. Tapi karena JK terbentur di peraturan MK, maka persetujuan itu menjadi masalah. JK disetujui semua partai koalisi, karena 2024 gak mungkin nyalon lagi.
Sesederhana itu, bukan sesuatu yang aneh dengan gerakan strategi yang tampak rumit. Semua pragmatis, ada kepentingan yang berbenturan, karena begitulah politik kita yang harus mengakomodir kepentingan banyak orang.
Lalu, seandainya anda jadi Jokowi, apa yang harus anda lakukan? Memaksa dengan keras kepala, "Pokoknya gua pilih ini. Titik!" Begitu, ya?
Ya gak bisa. Karena kalau koalisi rusak dan pecah, pihak lawan akan bersorak dan mereka berpotensi menang.
Jokowi mengambil keputusan itu juga bukan senang, karena ia pasti berfikir lebih luas dari sekedar siapa "nama" pendampingnya. Ada saatnya kompromi demi soliditas, toh nanti dia juga yang kerja, kerja, kerja.
Saya juga termasuk yang kecewa, bukan karena Mahfud gak jadi, toh saya juga gak dapat apa-apa, apalagi dijanjikan Komisaris seperti kata kampret yang durhaka. Saya kecewa karena Ma’ruf Amin yang bagi saya pribadi banyak keputusannya yang tidak saya setujui.
Cuma yang saya pahami, ini bukan sepenuhnya kesalahan Jokowi. Saya juga akan mengambil langkah yang sama ketika melihat alasan yang kuat seperti itu.
'Lalu kita Golput, bang?" Tanya seorang teman.
Golput? Apa itu??
Sejak awal saya sudah mendeklarasikan berperang melawan kaum radikal yang nangkring di kubu sebelah, para kampret berbaju agama. Kalau golput, berarti saya membiarkan mereka menang dan berkuasa di negeri ini dong??

Nehi!! Saya akan tetap mendukung Jokowi karena dia saya anggap sebagai simbol perlawanan terhadap para kampret yang durjana.
Ini bukan masalah Jokowi atau Mahfud atau Ma’ruf Amin atau siapapun juga. Ini masalah NKRI versus HTI, PKS dan kelompok khilafah yang mencoba menunggangi politik dengan berada di kubu sebelah.
Membiarkan mereka menang, sama saja dengan membiarkan negara ini hancur pelan-pelan.
Jadi seandainya Jokowi pasangan ma secangkir kopi pun, saya akan tetap kawal dia, pilih dia dan membela dia. Karena dia adalah simbol perang saya terhadap kampret yang wajahnya sudah mirip-mirip unta.
Meski agak kecewa, tetap seruput kopinya.. glek glek glek... Secangkir-cangkirnya.. krauk krauk kraukkk..
Meme 2019 Ganti Kardus
 
Re-Post by MigoBerita / Sabtu/11082018/17.04Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya