» » » » » » » » » » » Bedanya Film Hanum & Rangga dan Film AMAN maksudnya ( A Man Called AHOK ) hingga Politik Sontoloyo dan Politik Genderuwo

Bedanya Film Hanum & Rangga dan Film AMAN maksudnya ( A Man Called AHOK ) hingga Politik Sontoloyo dan Politik Genderuwo

Penulis By on Minggu, 11 November 2018 | No comments

https://www.tagar.id/Asset/uploads/744400-film-hanum-dan-rangga.jpegOleh: Denny Siregar*
Baru kali ini pertarungan politik masuk ke gedung bioskop....
Setelah lewat protes Fadli Zon terhadap iklan pencapaian pemerintah yang disebutnya iklan Jokowi, kini pertarungan seru ada di balik pertarungan penonton film A Man Called Ahok dan Hanum & Rangga.
Harus diakui, ini bukan sekadar masalah kualitas film, tetapi ada unsur "perang mental" di dalamnya. Ahokers - sebutan bagi para pendukung garis keras Ahok - bergelombang memenuhi kursi film A Man Called Ahok sehingga pihak bioskop menambah jam tayang di banyak tempat.
Yang untung jelas produser film dan pihak bioskop. Tapi bukan menjadi masalah, karena urusannya bukan lagi masalah keuntungan, tapi propaganda untuk menjatuhkan mental lawan. Dan pada sisi ini Ahokers menang.

https://www.tagar.id/Asset/uploads/744400-film-hanum-dan-rangga.jpeg
Kenapa?
Ada dua hal. Pertama, para pendukung Ahok rata-rata dari kalangan berduit sehingga mereka mampu memborong sampai sekian puluh tiket sekali nonton. Dan di sana ada spirit perlawanan, bisa juga pembalasan, atas apa kisah tragis yang menimpa Ahok ketika Pilgub DKI lalu.
Sedangkan penonton Hanum & Rangga, kurang jelas target marketnya. Terlalu lebar. Mau menyasar kelompok pendukung 212, mereka juga dari kalangan payah. Jangankan untuk nonton, untuk makan saja menunggu isu demo supaya bisa dapat jatah.
Kedua, film Ahok mempunyai tema yang jelas tentang perjuangan seseorang yang sangat dikenal. Kisahnya yang sebenarnya sudah berulang-ulang dimuat, ternyata masih mengena ketika dibangun dalam bentuk visual.
Sedangkan film Hanum & Rangga kurang jelas mau ke mana. Ceritanya juga kurang menarik atau membumi. Hanum dan Rangga yang katanya tokoh nyata, juga tidak dikenal. Orangnya saja nggak, apalagi perjuangannya.
Jadi wajarlah dalam beberapa hari pemutaran, film Hanum & Rangga sepi peminat. Yang nonton hanya beberapa gelintir saja. Itupun kemungkinan mereka hanya cari tempat sepi untuk pacaran.
Apa pun modelnya, perang propaganda antara kedua kubu ini sangat menarik dan membangkitkan gairah industri perfilman. Belum ada kabar berapa pemasukan kedua film dan ratingnya. Tapi dari penampakan sesaat, jelas filmnya Ahok lebih laku dari film Hanum dan Rangga.
Mungkin satu saat bisa dibuat model film perang politik yang sama. Misalnya film Jokowi bersaing dengan film Prabowo. Atau film Banser NU disaingkan dengan film HTI. Jadi produser dan pemilik bioskop bisa menangguk untung besar jika kedua model film yang berbeda dan bersaingan disandingkan. Dan itu akan membuat perfilman nasional kembali menggeliat sesudah mati suri beberapa saat.
Satu pesan untuk produser film Hanum & Rangga. Lain kali cobalah bikin film dengan alur cerita menarik tentang kisah hidup orang lain. Bukan kisah sendiri, difilm-filmkan sendiri. Dipuji-puji sendiri. Nanti yang nonton bisa-bisa keluarga sendiri.
Secangkir kopi panas siap memulai hari yang indah....
*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
https://www.tagar.id/Asset/uploads/744400-film-hanum-dan-rangga.jpeg
Poster film 'Hanum & Rangga' vs 'A Man Called Ahok'. (Foto: Instagram/Hanum Rais/Official A Man Called Ahok)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/kenapa-film-hanum--rangga-sepi

Kisah Cinta Hanum Rais dan Suami Difilmkan, Tayang di Bioskop Mulai Kamis

Jakarta, (Tagar 7/11/2018) - Hanum Salsabiela Rais putri Amien Rais menuliskan kisah cintanya dengan sang suami, Rangga Almahendra, dalam novel berjudul Faith & The City. Novel itu kemudian difilmkan oleh MD Pictures dengan judul Hanum & Rangga.
Film disutradarai Benni Setiawan tersebut menyuguhkan kisah cinta berupa ujian hidup setelah menikah.
"Siapa saja yang menonton film ini pasti ingin memeluk pasangannya masing-masing. Cinta itu lebih sulit dipertahankan," kata Rangga, suami Hanum Rais, saat berbincang dalam konferensi pers Hanum & Rangga di Jakarta, Selasa (6/11) dilansir kantor berita Antara.
"Film ini tentang pacaran setelah menikah dan semoga menjadi inspirasi film Indonesia," sambung Hanum Rais.
Hanum & Rangga merupakan sekuel film 99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika. Dalam dua film terdahulu, tokoh Rangga diperankan Abimana Aryasatya. Sedangkan dalam film Hanum dan Rangga, tokoh Rangga dimainkan Rio Dewanto, menantu Ratna Sarumpaet.
Tokoh Hanum tetap diperankan Acha Septriasa seperti dua film sebelumnya. Film yang diproduseri Manoj Punjabi ini juga menampilkan nama-nama beken antara lain Arifin Putra, Titi Kamal Alex Abbad, Alexandra Gottardo hingga Ayu Dewi.

Rio Dewanto Sempat Terbebani
Rio Dewanto dalam kesempatan sama, mengaku sempat terbebani saat memainkan sosok Rangga, karena kisah itu diangkat dari cerita nyata pasangan Hanum Salsabiela Rais dan Rangga Almahendra.
"Karakter Hanum dan Rangga ini kan ada karakter aslinya. Ada beban untuk saya agar Mas Rangga dan Mbak Hanum itu senang dengan peran yang saya mainkan," ujar Rio.
Ia mengaku bebannya semakin bertambah karena film itu sudah memiliki edisi pendahulunya yaitu 99 Cahaya di Langit Eropa dan Bulan Terbelah di Langit Amerika.
Pada film sebelumnya, tokoh Rangga melekat pada Abimana Aryasatya sehingga Rio mesti menelisik seperti apa karakter yang mesti dimainkannya. Ia pun berkonsultasi dengan produser Manoj Punjabi dan sutradara Benni Setiawan.
"Enggak apa-apa, kita punya sesuatu yang baru. Karakter yang baru dengan aslinya, Rio," ucap Rio menirukan saran dari Manoj.
Begitu pula dengan Benni, sambungnya, membatasi sampai di mana tokoh Rangga harus dimainkan dan bagaimana mengirimkan pesan dalam film ini.
Hanum dan Rangga mengisahkan perjuangan pasangan suami-istri yang memertahankan cinta mereka. Tayang di bioskop mulai Kamis (8/11). []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/119203-hanum-rais.jpeg
Hanum Salsabiela Rais (kanan) bersama suami, Rangga Almahendra (kiri) dan putrinya (tengah). (Foto: Instagram/Hanum Salsabiela Rais)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/kisah-cinta-hanum-rais-dan-suami-difilmkan-tayang-di-bioskop-mulai-kamis

Berbagi Suka Cita Film 'Hanum & Rangga', Hanum Rais Dinyinyiri Netizen

Jakarta, (Tagar 11/11/2018) - Hanum Salsabiela Rais putri Amien Rais, sedang happy karena novelnya berjudul Faith and the City berkisah tentang pengalaman hidupnya dengan sang suami, Rangga Almahendra, difilmkan dengan judul nama dirinya dan nama suami, Hanum & Rangga.
Hanum mengungkapkan suka citanya melalui laman Facebook-nya juga lewat Instagram.
Di laman Facebook, ia mengunggah sebuah poster Hanum & Rangga dan menorehkan catatan:
"Ketika ditanya pada penonton kesan setelah menyaksikan @filmhanumrangga, banyak dari mereka menyatakan bahwa, "Hanum&Rangga bukanlah cerita tentang @hanumrais dan @rangga_alma , Hanum&Rangga adalah cerita saya dan pasangan dalam rumah tangga. Cerita sederhana yang begitu melekat dan dekat. Bukan sekadar roman picisan, tapi tentang ambisi, prinsip, ego, hal yang mungkin kecil tapi bisa menguji komitmen pernikahan.
Dan ketika teman-teman media menyaksikan, inilah kata mereka. Terima kasih banyak untuk ulasan jujurnya."
Unggahan poster dan catatannya itu hingga 12 jam kemudian, di-share dan dikomentari ratusan netizen, 217 kali dibagikan, dan 647 komentar.
"Ini film Cut Nyak Dhien yang menghebohkan itu yak? Yang ketika diraba memang bekas luka," tulis seorang netizen, Fandy Hutari di kolom komentar.
Tampaknya netizen ini belum lupa dengan sikap Hanum Rais yang sangat membela Ratna Sarumpaet dalam kasus penganiayaan. Ratna mengaku dianiaya orang tak dikenal di Bandung. Beberapa hari kemudian setelah polisi mengungkap fakta bahwa pada hari Ratna mengaku dianiya, Ratna berada di sebuah klinik bedah plastik di Menteng, Jakarta, Ratna membuat pengakuan bahwa ia telah bersandiwara. Lebam bengkak wajahnya ternyata akibat prosedur operasi sedot lemak pipi.
Padahal Hanum Rais sebelumnya sudah membela Ratna habis-habisan. Hanum membuat video khusus berisi pernyataannya bahwa Ratna Sarumpaet adalah Cut Nyak Dhien masa kini. Ia juga dengan gelarnya sebagai dokter (Hanum Rais dokter gigi), membuat pernyataan menguatkan bahwa ia telah meraba luka Ratna, bahwa itu luka akibat penganiayaan.
Pernyataan Hanum dengan latar belakang sebagai dokter itu bertentangan dengan pendapat Tompi, musisi sekaligus dokter spesialis bedah plastik.
Sebelum Ratna mengakui kebohongannya, Tompi sudah mengungkap dan menduga keras bahwa bengkak wajah Ratna akibat operasi plastik. Hanum muncul melawan pernyataan Tompi.
Kemudian hari setelah drama Ratna terungkap gamblang terang-benderang, giliran Hanum Rais panen hujatan netizen. Nama Hanum Rais sempat disebut akan dipanggil penyidik Polda Metro Jaya untuk diminta keterangan sebagai saksi. Ayahnya, Amien Rais, sudah dipanggil Polda untuk diminta keterangan. Sementara Hanum Rais sampai saat ini belum jadi dipanggil. Belum ada penjelasan mengenai perubahan rencana Polda ini.
Netizen lain, Jennifer Maroon berkomentar dilengkapi emoticon ketawa, "Asyiik kader PAN wajib nonton. Berasa film G30S/PKI aja ada wajib nontonnya."

Hanum Rais juga mengunggah di akun Instagram, foto dirinya bersama suami, dan produser filmnya, Manoj Punjabi beserta istri. Film Hanum & Rangga dibuat filmnya oleh MD Pictures yang bosnya adalah Manoj Punjabi.
Bersama unggahan foto itu Hanum menulis:
"Hanum dan Rangga memang bukan siapa-siapa tapii pengalaman dan kisah dari novelnya (faithandthecity) yang membuat saya yakin punya value untuk penonton”. Itulah sepenggal kalimat Pak @manojpunjabimd ketika kami malu dan merasa tak pantas sama sekali jika nama kami dijadikan judul film
Dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada @mdpictures_official terutama @manojpunjabimd and team yang telah mentransfer kisah semifiksi dari novel Faith And The City menjadi sebuah film Indonesia berjudul ‘Hanum&Rangga’ dan hari ini akan bisa mulai dinikmati seluruh masyarakat di seluruh bioskop Indonesia mulai hari ini 8 November 2018.
Terimakasih untuk @paradisebatik atas batik untuk acara Gala Premier film. We always love batik for every events of our life
Silahkan semua review film, dan kami akan reposting di seluruh platform media sosial kami sebagai bentuk dakwah millenials
Semoga setelah menonton film ini bersama keluarga, kalian semua melangkah dari bioskop saling berdekapan dan saling menyatakan tekad untuk terus bersama, apapun tantangam hidup dalam bahtera. Film ini mendapatkan sensor 13+ alias relatif aman untuk seluruh usia
Semoga menjadi barokah dan manfaat untuk seluruh pembuat dan penikmat filmnya."
Dalam dua hari, unggahan di Instagram ini direspon dengan tanda love oleh 4895 netizen. Komentarnya tidak terlalu banyak dan semua positif, tidak ada yang menyerang Hanum di luar konteks film. Belum ada penjelasan apakah aslinya memang demikian, atau komentar netizen telah mengalami seleksi oleh Hanum. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/787785-hanum-rais.jpeg
Hanum Salsabiela Rais (kedua dari kiri) bersama suami, Rangga Almahendra (paling kiri), dan pemilik MD Pictures Manoj Punjabi (paling kanan). (Foto: Instagram/Hanum Salsabiela Rais)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/berbagi-suka-cita-film-hanum--rangga-hanum-rais-dinyinyiri-netizen

Setelah Politik Sontoloyo, Jokowi Kenalkan Politik Genderuwo

Tangerang, (Tagar 12/11/2018) - Setelah politik sontoloyo, Jokowi memperkenalkan politik genderuwo. Politik sontoloyo adalah perilaku pelaku politik yang merusak kedamaian masyarakat dengan menggunakan jargon-jargon agama. Lantas, apa itu politik genderuwo?
Calon presiden RI periode 2019-2024 Joko Widodo menyatakan keyakinannya bahwa generasi muda Indonesia tidak akan takut dengan adanya politik "genderuwo" untuk menakuti masyarakat.
"Yang kita butuhkan adalah narasi dan suasana kepemimpinan yang menumbuhkan keberanian, bukan narasi yang menakut-nakuti, bukan politik 'genderuwo' yang menebarkan ketakutan, anak muda kita pasti tidak akan takut dengan itu. Saya meyakini itu," kata Jokowi di ICE BSD Kota Tangerang, Minggu malam (11/11) mengutip kantor berita Antara.
Calon presiden yang berpasangan dengan KH Ma'ruf Amin itu menyebutkan potensi besar anak muda Indonesia hanya bisa muncul dan membesar atau berkembang jika didukung oleh ekosistem yang kondusif dan penuh dengan optimisme.
"Kita yakin terhadap Indonesia yang maju, bukan Indonesia yang gelap, apalagi Indonesia yang bubar," kata Jokowi.
Menurut capres bernomor urut 01 itu, sebagai bangsa memang semua harus waspada dengan ancaman dan tantangan.
"Kewaspadaan itu harus dibarengi dengan membangun kekuatan diri bukan dengan merusak kekuatan sendiri," katanya.
Jokowi menyesalkan adanya sumber ketakutan yang justru berasal dari dalam negeri yang menakut-nakuti anak muda.
"Ada yang menakut-nakuti rakyat kita sendiri. Bangsa lain saja takut kepada anak muda kita, lho kok justru dari dalam negeri yang menakuti anak muda kita," katanya.
Ia mencontohkan adanya bom di Jalan Thamrin Jakarta beberapa tahun lalu merupakan upaya menakut-nakuti rakyat Indonesia.
"Kita lawan dengan keberanian, Indonesia tidak takut, suasana ketakutan dan pesimisme harus dijauhkan dari kehidupan anak muda," katanya.
Menurut dia, semua harus membuat anak muda percaya diri bukan ditakuti. Anak muda harus kita beri ekosistem yang mendukung, memfasilitasi daya kreasi agar anak muda mempunyai keberanian dan optimisme meraih cita-cita.
"Inovasi dan kreativitas harus melambung tinggi dan membawa Indonesia maju," katanya. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/140013-presiden-jokowi.jpeg
Calon Presiden Nomor Urut 01 Joko Widodo berdiskusi dengan masyarakat kreatif Bandung di Simpul Space, Bandung, Jawa Barat, Sabtu (10/11/2018). Selain meninjau produk kreatif, Capres Joko Widodo juga berdialog dengan masyarakat kreatif Bandung dalam upaya mengembangkan ekonomi digital. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/setelah-politik-sontoloyo-jokowi-kenalkan-politik-genderuwo

Jokowi Targetkan Menang di Jawa Barat

Tangerang, (Tagar 11/11/2018) - Calon Presiden RI 2019-2024 petahana Joko Widodo menyebutkan akan memenangkan Pemilihan Umum Presiden 2019 di wilayah Jawa Barat.
"Waktu di Jawa Barat, Bandung saya sudah menyalami banyak orang, saya hitung, saya persentase dan Alhamdulillah sudah menang kita," kata Jokowi dalam sambutan saat perayaan ulang tahun keempat Partai Solidaritas Indoneaia (PSI) di ICE BSD City Kota Tangerang, Minggu (11/11) malam, mengutip Kantor Berita Antara.
Ia menyebutkan perhitungan itu berdasar perasaan, bukan berdasarkan survei. Jokowi menyebutkan perlunya kampanye dari dari pintu ke pintu untuk menjelaskan apa yang sudah dilakukan dan apa yang akan dikerjakan.
Setelah menjelaskan capaian dan program kerja ia menyalami warga dan dari situ akan diketahui bagaimana sikap mereka apakah mendukung, tidak mendukung atau masih ragu ragu.
Terkait keberadaan PSI, Jokowi mengatakan walaupun masih sangat muda, partai itu telah melakukan inovasi dan lompatan besar. "Mulai saya tadi masuk di depan pintu sampai ruang ini, bahkan sampai panggung saya rasakan aura yang berbeda," kata Jokowi.
Ia menyebutkan PSI bisa melakukan lompatan dan inovasi dengan melakukan difrensiasi atau membedakan diri dengan partai partai lain.
"Sudah ada aura semangat anak muda untuk menjadi juara, menjadi nomor satu. Kita memang sangat butuh anak muda untuk memenangkan Indonesia. Untuk menuju Indonesia maju, menjadi nomor satu," katanya.
Menurut dia, cara muda tidak hanya dari usia saja tetapi juga dari jiwa. "Bukan cuma usia yang muda tapi juga jiwa, muda adalah bersemangat tinnggi, mengedepankan ide baru, inovasi dan kreativitas, keberanian, kerja keras dan ikhtiar," katanya.
Dalam kesempatan itu, Jokowi juga meminta kader PSI melakukan kampanye dari pintu ke pintu atau door to door.
"Bro dan sis yang muda muda, saya yakin bisa melakukan itu kalau perlu keluarkan tenaga dalam," katanya.
Menurut dia, selain biayanya murah, dengan kampanye model itu, kader juga bisa bersilaturahim dengan masyarakat, bisa menyampaikan apa yang telah dikerjakan dan apa yang akan dikerjakan. "Tadi visi dan misi yang disampaikan Ketua Umum (Grace Natalie) sangat menarik tapi perlu penyampaian dari hati ke hati, dan jangan lupa kalau sudah selesai, orang itu disalami, sudah mendukung atau belum," katanya. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/976725-presiden-joko-widodo.jpeg
Presiden Joko Widodo (Foto: Antara/Puspa Perwitasari)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/jokowi-targetkan-menang-di-jawa-barat

Habib Rizieq Ditangkap dan Ditahan Polisi Saudi Terkait “Bendera Tauhid”
Terkait polemik “bendera tauhid” yang ditemukan di tembok rumah yang ditinggali Habib Rizieq di Mekkah, yang kemudian Habib Rizieq dan FPI tidak mengakui pemasangan bendera itu, karena bendera yang disebut  “bendera tauhid” oleh Habib Rizieq  dan FPI dinyatakan sebagai “bendera ISIS” oleh Pemerintah Saudi.
Yang selanjutnya Habib Rizieq malah melaporkan pemasangan bendera itu sebagai fitnah. Berikut pernyataan saya (Mohamad Guntur Romli):
1. Ternyata Habib Rizieq tidak berani melayani tantangan saya yang meminta Habib Rizieq memasang dan mengibar-ngibarkan bendera Hizbut Tahrir di rumahnya dan di keliling kota Mekkah. Bendera yang ia sebut sebagai “bendera tauhid”.
2. Habib Rizieq menyuruh pengikutnya memasang dan mengibarkan “bendera tauhid” tapi dia sendiri tidak melakukan, ini “kabura maqtan indallah” hal yang sangat dibenci oleh Allah Swt yakni kalau ada orang yang cuma bisa berkata tapi tidak bisa mengerjakan (QS As-Shaff: 3) kalau kata orang Jawa: Habib Rizieq JARKONI “gelem ngajar tapi rak gelem nglakoni”.
3. Habib Rizieq tidak berani memperjuangkan pengibaran bendera
yang disebut sebagai “bendera tauhid” di Saudi, bukankah bendera Hizbut Tahrir, bendera ISIS, bendera Al-Qaidah semuanya ada tulisan kalimat tauhid? Kenapa tidak dibela sebagai bendera tauhid di Saudi?
4. Apakah Habib Rizieq dan FPI akan menuduh Pemerintah dan Polisi Saudi anti kalimat tauhid? Apakah akan demo di Saudi dan Kedubes Saudi di Indonesia kalau Saudi anti kalimat tauhid?
5. Faktanya di tempat lahirnya Islam dan di kota suci Mekkah bendera Hizbut Tahrir, bendera ISIS, ditolak dan dilarang dikibarkan karena sudah dianggap identik dengan simbol kelompok terorisme, meskipun bendera-bendera itu berkalimat tauhid, apalagi di Indonesia yang bukan tempat kelahiran Islam dan bukan kota suci.
6. Penolakan Pemerintahan Saudi terhadap bendera Hizbut Tahrir, Bendera ISIS bukanlah penolakan terhadap kalimat tauhid, tapi penolakan terhadap simbol dan identitas kelompok terorisme yang membajak simbol tauhid.
7. Sikap Pemerintah Saudi yang tegas menindak terhadap pembajakan dan penyalahgunaan simbol-simbol agama untuk jaringan terorisme dengan melarang simbol-simbol kelompok itu bisa ditiru oleh Pemerintah dan Penegak Hukum di Indonesia.
8. Kalimat Tauhid adalah kalimat yang mulia bagi orang Islam, karena hidup, bernafas, kemudian mati dan dibangkitkan lagi dengan kalimat ini. Islam adalah agama yang rahmatan Lil alamin (mengasihi sesama), maka, kalimat tauhid merupakan kalimat penegasan terhadap kasih sayang itu, bukan untuk dibajak untuk aksi-aksi teror.
Wallahu A’lam
Mohamad Guntur Romli

Koalisi Kotor Pendukung Khilafah dan Pendukung Prabowo dalam Isu Bendera HTI
Beberapa foto beredar yang menampakkan peserta aksi Bela Tauhid mengacungkan dua jari sebagai simbol pendukung Prabowo Sandi. Aksi ini memang dibangun oleh dua kelompok yang sedang berkoalisi untuk tujuan pendek.
Pendukung Khilafah Hizbut Tahrir ingin melampiaskan dendam dan kebencian pada Pemerintahan Jokowi yang membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), sementara pendukung Prabowo ingin terus menyerang Jokowi untuk memenangkan Prabowo pada Pilpres 2019.
Apakah dua kelompok ini memiliki tujuan panjang yang sama? Saya tidak meyakininya. Pendukung Prabowo terus berusaha menghalalkan segala macam cara agar jagonya menang. Dari bikin hoax dan fitnah, mulai serangan personal kepada Jokowi, dari isu PKI, anti Islam, anti ulama, keturunan Cina, bergama Kristen dll nya tapi semuanya makin kuat hanyalah fitnah dan hoax politik jahat. Sementara opini publik Indonesia terhadap kinerja Jokowi semakin kuat yang dibuktikan dengan data-data hasil dari 10 lembaga survei yang menyatakan rakyat Indonesia mayoritas puas dengan kinerja Jokowi.
Pendukung Prabowo makin kalap dan panik dengan kenyataan ini. Isu SARA tidak lagi menohok Jokowi. Mereka bikin Ijtima’ Ulama yang merekomendasikan agar Prabowo bisa mengambil cawapres dari kalangan ulama agar bisa memainkan serangan politik anti Islam dan anti ulama kepada Jokowi. Apa lacur, justeru Prabowo lebih memilih Sandi, sedangkan Jokowi memilih ulama nomer wahid: KH Ma’ruf Amin sebagai cawapres.
Tidak ada jalan bagi pendukung Prabowo selain berkoalisi dengan kelompok-kelompok radikal yang ideologis dan fanatik yang sangat efektif dan kuat sebagai senjata serang politik. Khususnya pendukung khilafah Hizbut Tahrir yang dalam 10 tahun periode SBY dibiarkan bahkan diberi keistimewaan untuk menjadi “ormas” meskipun Hizbut Tahrir sudah menyatakan dirinya sebagai “partai politik yang ingin mendirikan Negara Khilafah”.
Mulai dari dukungan para pendukung Prabowo dan koalisi parpol pendukung Prabowo yang menolak Perppu Ormas yang membubarkan ormas radikal anti Pancasila seperti Hizbut Tahrir. Aliansi ini pun berusaha mengganjal perubahan Perppu Ormas menjadi UU Ormas di DPR.
Demikian pula dukungan di opini publik saat Hizbut Tahrir mengajukan gugatan di pengadilan atas dibubarkannya HTI, tokoh-tokoh parpol koalisi Prabowo mendukung gugatan itu. Hingga pertemuan-pertemuan sandiwara antara anggota DPR dari koalisi parpol Prabowo di DPR bersama tokoh-tokoh Hizbut Tahrir. Anda bisa “google” sendiri untuk membuktikan betapa banyaknya jejak-jejak digital dukungan Pendukung dan Tokoh-tokoh Parpol Prabowo mendukung Hizbut Tahrir yang ingin menggusur NKRI dan ingin menegakkan Negara Khilafah versi mereka.
Saat provokasi pengikut Hizbut Tahrir terhadap Acara Hari Santri Nasional di Garut yang membawa bendera HTI dan dibakar oleh Banser, Koalisi Pendukung Khilafah dan Pendukung Prabowo ini seperti mendapatkan momentum baru. Mereka pun menggelar Aksi Bela Tauhid yang menggiring opini publik yang dibakar oleh Banser adalah Bendera Tauhid bukan Bendera HTI.

Namun Aksi Bela Tauhid ini hanyalah kedok politik makar dan politik Pilpres 2019. Kedok ini pun terbongkar oleh kelakuan peserta aksi ini yang menampakkan bahwa Aksi Bela Tauhid sebanarnya Aksi Bela Prabowo dan Aksi Bela Hizbut Tahrir.
Adapun buktinya:
Pertama, munculnya spanduk-spanduk dukungan pada Hizbut Tahrir dalam arena aksi itu. Mereka sudah tidak malu-malu lagi menampakkan spanduk-spanduk pembelaan terhadap Hizbut Tahrir.
Kedua, bendera-bendera yang mereka sebut sebagai Bendera Tauhid diperlakukan sangat rendah. Ada yang diinjak, ada yang dibiarkan keleleran di tanah dan kaki, hingga masuk got dan selokan. Kalau benar mereka membela Tauhid, harusnya mereka memuliakan bendera-bendera yang ada kalimat Tauhidnya itu. Ternyata motif mereka bukanlah membela kalimat tauhid tapi itu hanya sebagai kedok belaka.
Ketiga, munculnya dukungan pada Prabowo dengan simbol-simbol dua hari dari peserta aksi Bela Tauhid itu. Demikian pula orasi-orasi yang memberikan anti Jokowi dan 2019 Ganti Presiden yang jelas-jelas merupakan dukungan pada Prabowo.
Apa lacur, kedok Aksi Bela Tauhid mereka terbongkar sendiri. Bahwa aksi mereka bukan Aksi Bela Tauhid tapi Aksi Bela Prabowo dan Aksi Bela Politik Makar. Kelakuan mereka persis apa yang dilakukan oleh Pemilik First Travel dan Abu Tours yang memanfaatkan ibadah umroh sebagai penipuan dan memperkaya diri sendiri dengan menipu ratusan ribu jamaah.
Semoga Allah Swt melindungi kita dari golongan munafik ini, yang membajak agama untuk kepentingan politik kekuasaan dan membuat fitnah serta kekacauan seperti yang sudah terjadi di Suriah, Libya, Iraq, Yaman dan lain-lainnya.
Mohamad Guntur Romli



 
  Sumber Opini : http://www.gunromli.com/2018/11/koalisi-kotor-pendukung-khilafah-dan-pendukung-prabowo-dalam-isu-bendera-hti/

Bagaimana Hizbut Tahrir (HTI) Menipu dan Memecah Belah Umat Islam?
Hizbut Tahrir (HTI) adalah partai politik (hizbun siyasiyyun). Hizbut Tahrir (HTI) adalah gerakan kekuasaan. Mereka punya tujuan, mendirikan Negara Khilafah versi mereka. Membangun Negara Islam yang sesuai selera mereka.

Hizbut Tahrir Tidak Peduli Pengabdian pada Umat Islam
Hizbur Tahrir (HTI) tidak pernah peduli akan dakwah Islam dan tegaknya agama Islam, yang mereka pedulikan hanyalah tegaknya sistem kekuasan mereka.
Hizbut Tahrir (HTI) tidak peduli mengabdi kepada umat Islam, makanya mereka tidak pernah membangun madrasah, pesantren, universitas, masola, masjid, yayasan sosial dan kegiatan amal lainnya.
Islam bagi Hizbut Tahrir (HTI) bukan ladang pengabdian tapi sekadar alat kekuasaan.
Ini fakta yang tidak bisa mereka bantah.

Modus Penipuan Hizbut Tahrir
Lantas bagaimana mungkin tujuan mereka berhasil tanpa mengabdi terlebih dahulu kepada umat Islam?
Mereka menggunakan strategi penipuan. Modus penipuan adalah melakukan kebohongan untuk memperoleh keuntungan pribadi tapi dengan merugikan kelompok lain.
Siapa yang dirugikan di sini oleh Hizbut Tahrir? Islam dan umat Islam.
Islam dirugikan karena Hizbut Tahrir menjalankan strategi penipuan menggunakan ajaran dan simbol Islam sebagai modus penipuan.
Hizbut Tahrir menggunakan istilah: khilafah, negara Islam, syariat Islam, bendera Rasulullah, Kalimat Tauhid namun tujuan mereka yang sesungguhnya adalah meraih keuntungan dengan tegaknya sistem kekuasaan yang mereka inginkan, yakni: sistem khilafah versi mereka yang direncanakan oleh Taqiyuddin An-Nabhani, sejak tahun 1953, bukan sistem khilafah yang dikenal dalam sejarah Islam.
Kita harus membedakan antara Sistem Khilafah yang dikenal dalam sejarah Islam dengan sistem khilafah yang dirancang oleh Taqiyuddin An-Nabhani tahun 1953. Nama bisa disama-samakan, tapi sistem dan isi jelas berbeda. Nah menyamakan sistem khilafah yang dirancang oleh Taqiyuddin tahun 1953 tapi disamakan dengan khilafah dalam sejarah Islam adalah salah satu modus penipuan yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir (HTI).
Umat Islam dirugikan oleh Hizbut Tahrir karena ajaran dan simbol Islam dipakai sebagai alat menipu untuk kepentingan kekuasaan mereka.
Hizbut Tahrir juga membuat kekacauan (fitnah), perpecahan dan adu domba antar umat Islam. Saat mereka membajak kalimat tauhid untuk bendera politik mereka, yang tujuan mereka melakukan politik makar, kemudian ada reaksi pelarangan, Hizbut Tahrir pun menyebar kebohongan dan fitnah: Islam telah dilarang, kalimat tauhid telah dilarang.
Padahal yang menolak Hizbut Tahrir justeru mayoritas umat Islam. Mayoritas umat Islam bukan menolak Islam dan Tauhidnya yang dibajak oleh Hizbut Tahrir tapi menolak politik makar mereka.
Tetapi kalangan umat Islam yang awam dan lugu yang terpancing dan menelan fitnah dan kebohongan Hizbut Tahrir (HTI) bereaksi berdasarkan kebohongan dan fitnah Hizbut Tahrir (HTI): Islam dilarang, Tauhid dilarang, padahal sekali lagi, yang dilarang adalah politik makar Hizbut Tahrir (HTI) dan pembajakan mereka atas ajaran dan simbol Islam untuk tujuan politik makar.
Akhirnya, Hizbut Tahrir (HTI) pun berhasil memantik perselisihan dan perpecahan di kalangan umat Islam, berdasarkan kebohongan dan fitnah yang mereka sebarkan. Persis kelakuan kaum Munafiq di zaman Rasulullah Saw yang mempengaruhi dan membuat perselisihan di kalangan umat Islam. Di zaman Rasulullah Saw saja strategi kaum Munafiq ini bisa berhasil (meskipun selanjutnya terbongkar dan gagal), apalagi di zaman kita ini.
Semestinya kalau kita sadar akan hakikat dan tujuan Hizbut Tahrir ini yang menurut pengakuan mereka sendiri sebagai organisasi/partai politik (hizbun siyasiyyun) yang bertujuan kekuasaan, dan tidak pernah melakukan kerja-kerja pengabdian pada umat Islam (tidak bangun madrasah, pesantren, sekolah dll), harusnya kita sudah mengeluarkan Hizbut Tahrir dari kategori organisasi kemasyarakatan Islam.
Kerja-kerja Hizbut Tahrir pada umat Islam bukan pengabdian, pelayanan dan khidmah (mereka tidak pernah mengajari mengaji, tidak peduli pada pendidikan, pelayanan sosial dll) tapi kerja Hizbut Tahrir adalah memprovokasi umat Islam untuk demo, membentuk opini dan propaganda, indoktrinasi politik dan ideologi mereka.
Bangsa Arab Tidak Bisa Ditipu oleh Hizbut Tahrir
Di tanah Arab dan di bangsa Arab serta di semua negara-negara Arab, Hizbut Tahrir sudah dilarang, karena mereka tidak bisa menipu bangsa Arab, yang mengerti bahasa Arab, mengerti Islam, baik ajaran dan sejarahnya, sehingga tidak termakan kebohongan, fitnah dan penipuan Hizbut Tahrir (HTI).
Hizbut Tahrir gagal mengasong dagangan kekuasan mereka yang dibungkus istilah-istilah Arab dan klaim-klaim keislaman di bangsa Arab. Hizbut Tahrir adalah organisasi politik yang bertujuan politik makar, tapi menggunakan penipuan atasnama Islam sebagai modus operandinya. Bangsa Arab tidak tertipu. Mereka marah atas kebohongan dan penipuan Hizbut Tahrir dan melarang keras.

Kaum Santri Tidak Bisa Ditipu oleh Hizbut Tahrir (HTI)
Di negeri kita yang tercinta ini, Hizbut Tahrir (HTI) tidak bisa menipu kaum santri khususnya yang memiliki pengetahuan keislaman dan bahasa Arab yang mendalam. Ibaratnya mereka buka kursus berenang untuk ikan, atau buka kursus terbang untuk burung.
Para santri tidak terkecoh dan bisa ditipu oleh Hizbut Tahrir (HTI) yang sudah mengaku sebagai partai politik (hizbun siyasiyyun) yang bertujuan kekuasaan meskipun menggunakan ajaran dan simbol sebagai kedok. Justeru kaum santri pula yang membongkar kedok dan kebohongan propaganda Hizbut Tahrir (HTI). Ibaratnya Hizbut Tahrir (HTI) mau menjual sirup gula yang diberi cap “madu asli” kepada petani dan ahli madu. Kebohongan dan penipuan pun terbongkar!
Bagaimana mungkin Hizbut Tahrir (HTI) bisa mengaku paling cinta tauhid hanya dengan menjadikan kalimat tauhid sebagai bendera yang cuma ditenteng-tenteng, dipajang dan diarak waktu demo pada kalangan santri yang menegakkan kalimat tauhid di pesantren, madrasah, masjid, musola, majelis zikir, majelis sholawat, pengajian, tahlilan dan lain-lain sebagainya. Ibarat anak yang mengaku paling mengabdi pada orang tua tapi cuma memegang fotonya saja.
Semoga Allah Swt melindungi negeri kita dan umat Islam dari tipu daya dan kebohongan Hizbut Tahrir (HTI). Amin
Mohamad Guntur Romli

Sumber Opini : http://www.gunromli.com/2018/10/bagaimana-hizbut-tahrir-hti-menipu-dan-memecah-belah-umat-islam/

Rizieq Sang Bohemian Arab Saudi

Oleh: Eko Kuntadhi*
Entah kenapa Rizieq sampai sekarang gak pulang ke Indonesia. Beberapa kasusnya sudah dinyatakan SP3. Artinya secara hukum kasus itu berhenti, tapi Rizieq rupanya masih betah di Saudi.
Dari Saudi, Imam Besar FPI ini gak berhenti melakukan manuver. Ketika sedang ramai Pilkada 2018 lalu, Rizieq menerima banyak kunjungan. Ada beberapa tamunya yang berharap Rizieq bisa membantu meloloskan niat mereka untuk mendapat rekomendasi partai sebagai calon kepala daerah. Salah satunya adalah La Nyala Mataliti, selebihnya ada empat orang lainnya.
Dengan memegang rekomendasi Rizieq, mereka berharap mendapat tiket dari Gerindra atau PKS. Tapi sial, Rizieq boleh saja tokoh. Seolah-olah dihormati. Namun untuk urusan siapa yang dicalonkan menjadi kepala daerah, rekomendasi Rizieq gak cukup. Bahkan malah gak perlu didengar.
Dari lima calon yang diajukan Rizieq, gak ada satupun yang dimajukan oleh Gerindra dan PKS. Bahkan dalam kasus Pilkada Jawa Timur, menurut informasi dari La Nyalla, Prabowo meminta duit mahar Rp 40 miliar. Ketika gak dipenuhi, nama La Nyalla gak  nongol sama sekali. Artinya mau rekomendasi Rizieq, kek. Mau fatwa Imam Besar, kek. Gak ada urusan. Mahar tetap mahar. Emang Rizieq siapa?
Lalu bergerak ke Pilpres. Bersama beberapa ulama, Rizieq ingin memainkan peranan lagi. Kali ini mencoba menekan Prabowo dengan menggelar acara Ijtimak Ulama. Salah satu hasil Ijtimak Ulama itu adalah rekomendasi Salim Segaf atau Abdul Somad sebagai cawapres pendamping Prabowo. Meski masih di Saudi, nama Rizieq sering dibawa-bawa. Hasan Haikal, misalnya, selalu menisbahkan keputusan Ijtimak Ulama itu sesuai dengan arahan Rizieq.
Tapi lagi-lagi gak dianggap oleh Prabowo. Ulama boleh berijtimak. Boleh mengeluarkan rekomendasi. Gak ada artinya bagi Prabowo. Toh, dia menunjuk Sandiaga Uno sebagai cawapres mendampinginya.
Ketimbang kehilangan muka, karena dicuekin Prabowo, mereka menggelar lagi Ijtimak Ulama II. Apa rekomendasinya? Mendukung pencalonan Sandi. Ulama yang capek-capek menggelar Ijtimak II jelas bertekuk-lutut di bawah kaki Prabowo.
Yang paling aneh adalah tuntutan kepada pemerintah untuk memulangkan Rizieq. Lho, yang kabur dia sendiri. Yang mau ke Saudi dia sendiri. Kenapa jadi pemerintah yang harus capek-capek memulangkan. Kalau mau balik ke Indonesia, balik aja sendiri. Kenapa harus main drama?
Bahkan pernah digelar demo penyambutan kepulangan Rizeiq. Spanduk dan isu beredar. Seolah sebagai seorang pahlawan yang baru pulang dari medan perjuangan. Padahal dia buron karena kasus kriminal yang menimpanya. Eh, ujung-ujungnya itu hanya berita hoaks.
Prabowo sendiri memanfaatkan isu kepergian Rizieq untuk mendulang suara. Dia pidato, jika terpilih akan membantu kepulangan Rizieq ke Indonesia. Eh, busyet. Capres ini, programnya cuma memulangkan seorang yang kabur.
Yang paling anyar ketika terjadi perdebatan pembakaran bendera hitam oleh Banser. Dari Saudi Rizieq ikut memprovokasi agar semua anggota FPI mengibarkan bendera lambang teroris itu di Indonesia. Dia bilang ini adalah lambang jihad.
Rupanya di Saudi ditemukan bendera yang dia minta kibarkan itu tertempel di rumahnya. Polisi Saudi yang gerah sama simbol-simbol terorisme cepat bertindak. Rizieq diperiksa polisi.
Sebagai warga negara, ketika terkena kasus hukum di luar negeri, KBRI wajib ikut mendampingi. Bahkan KBRI memberikan uang jaminan kepada otoritas Saudi agar Rizieq tidak ditahan.
Tapi apa yang terjadi? Semua teman-teman Rizieq menuding bahwa Rizieq dijebak. Ada intelijen yang memasang bendera itu di rumahnya. Ujung-ujungnya mereka menyerang pemerintah Jokowi lagi.
Padahal Rizieq yang memerintahkan orang mengibarkan bendera itu di Indonesia. Dia juga yang ngeles ketika diinterogasi polisi Saudi.
Kenapa Rizieq ngeles? Karena yang dipasang adalah bendera organisasi teroris. Sama seperti bendera yang dia minta untuk dikibarkan di Indonesia. Tapi mereka membungkusnya dengan kalimat tauhid. Mereka mau memanipulasi kalimat tauhid untuk mengkampanyekan sikap beragama ekstrim.
Tentu saja sekarang Rizieq terkena masalah berat. Apalagi ceramah-ceramahnya seringkali menjelaskan dia adalah pendukung ISIS. Bukti bahwa Rizieq mendukung kaum ekstrimis banyak tersebar. Ini bisa dijadikan senjata pihak keamanan Saudi untuk mengenakan sanksi lebih serius.
Nasib Rizieq kini ada di tangan aparat Saudi. Satu-satunya yang bisa membantu meringankan kasusnya adalah pemerintah Indonesia. Melalui lobi diplomatik, misalnya.
Tapi apa mau dikata. Jangan berterima kasih. Saat KBRI membantu dia dari tangkapan aparat Saudi, dia malah membalas dengan menuding pemerintah.
Seorang teman berkata, gak rela uang pajaknya digunakan untuk melindungi satu orang yang kerjanya tiap hari membuat statemen buruk soal Indonesia. Kabarnya karena kasus Rizieq, KBRI jadi agak repot ketika mau mengurus kasus-kasus WNI lainnya. Sebab Indonesia dianggap banyak maunya. Indonesia dianggap aparat Saudi mau melindungi seorang yang diduga bersimpati pada gerakan teroris.
Ini tentu saja merepotkan. Hanya untuk mengurus seorang Rizieq, efektifitas diplomasi terhadap puluhan TKI yang ditahan di banyak penjara Saudi jadi terhalang.
Apalagi kelakuan gerombolan sejenis di Indonesia yang terus memprovokasi. Mereka menuding pemerintah Indonesia. Pemerintah melindungi Rizieq, salah. Didiamkan apalagi, karena anggap tidak melindungi WNI. Serba salah memang.
Sampai saat ini, Rizieq tetaplah sebagai tokoh dalam kisah Bohemian Arab Saudi.
*Eko Kuntadhi Pegiat Media Sosial
https://www.tagar.id/Asset/uploads/916164-rizieq-shihab.jpeg
Ketua FPI Rizieq Shihab (tengah) di Arab Saudi ketika mendapat kunjungan politikus Gerindra Fadli Zon (kanan) dan politikus PKS Fahri Hamzah (kiri). (Foto: Twitter/Fadli Zon)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/rizieq-sang-bohemian-arab-saudi

Dosa Kolektif Terhadap Ahok

Oleh: Eko Kuntadhi*
Alumni 212 kabarnya akan menggelar aksi reuni yang akan mengundang capres dan cawapres Prabowo dan Sandi. Entah kenapa orang-orang ini ngebet banget memakai momen aksi 212 untuk setiap aktivitas politiknya. Padahal mereka selalu ngotot bahwa aksi itu dulu sebagai bagian dari membela Islam.
Sekarang apa yang mau dibela oleh aksi reuni?
Yang paling menyebalkan justru dengan terus-menerus dieksploitasi aksi 212, semakin menjelaskan bahwa sejak dulu aksi itu memang dibuat bukan untuk membela agama. Aksi tersebut dirancang oleh politisi, untuk memetik manfaat politik, dan mengatasnamakan agama. Mereka kini secara terang-terangan menipu umat Islam untuk tujuan politiknya.
Benar apa yang dikatakan Ahok dulu, "Jangan mau dibohongi pakai ayat."
Sebuah statemen yang membongkar perilaku para politisi penjaja agama yang justru malah menjebloskan Ahok ke penjara. Siapakah yang ngotot menjebloskan itu? Ya, mereka-mereka yang terkena sindiran Ahok. Mereka yang sering membohongi umat dengan mengutip ayat-ayat kitab suci.
Semakin mereka menggelar aksi reuni atau memanfaatkan branding 212 untuk memetik keuntungan politik akan semakin terang benderang juga cara mereka menunggangi agama. Agama yang diturunkan Allah untuk memperbaiki akhlak umatnya oleh mereka ditekuk cuma menjadi keset dari sandal politik yang kotor.
Dulu aksi itu dibungkus untuk membela agama, padahal tujuannya untuk mengalahkan Ahok. Sampai politisi yang dikenal bersih dan punya komitmen kuat kepada rakyat itu harus merasakan dinginnya dinding penjara. Kini aksi reuni alumni 212 mau digelar lagi. Tidak ada kepentingan agama yang mau dibela. Yang ada hanya dukungan pada Prabowo-Sandi.
Artinya sejak dulu sebetulnya bukan agama yang mau dibela. Bukan Islam yang mau diperjuangkan. Tetapi hanya mau menang Pilkada DKI Jakarta dengan memanfaatkan kebodohan umat Islam. Islam dan agama hanya dijadikan alat untuk mendapatkan jabatan politik.
Politik memang kejam. Politik yang membungkus diri dengan agama, apalagi sampai mengorbankan orang yang jika ditelisik hanya terpeleset lidah, adalah dosa kifayah yang harus ditanggung umat Islam Indonesia.
Dipenjaranya seorang Ahok karena desakan aksi-aksi memang bisa dipetik sebagai pelajaran sejarah yang menyakitkan. Umat Islam di Indonesia digiring sedemikian rupa untuk bertindak brutal pada seorang Ahok. Agama dieksploitasi sedemikian sadis untuk menistakan seorang anak bangsa.
Dan sekarang, semua itu terbukti. Mereka menggelar aksi serupa hanya untuk membela Prabowo dan Sandi. Gak ada embel-embel bela Islamnya sama sekali. Wong, kata Yusril Ihza Mahendra, Prabowo itu gak punya track record sama sekali sebagai pembela Islam. Jadi aksi reuni 212 yang bakal mengundang Prabowo Sandi sama seperti aksi tipuan yang mengorbankan umat Islam untuk sekali lagi melakukan kesalahan kolektif. Atas nama agama, umat digiring untuk mempertunjukan kebodohannya.
Dulu kesalahan kolektif dilakukan untuk memenjarakan seorang Ahok dan menaikkan Anies Baswedan ke kursi Gubernur. Umat Islam yang kemarahannya dikapitalisasi oleh para pengasong agama dijadikan senjata untuk memenjarakan seorang Ahok. Sistem hukum terus diprovokasi dan ditekan untuk menampung tudingannya itu.
Mana ada proses hukum di Indonesia yang sedemikian kilat sehingga secepat itu kasus Ahok masuk pengadilan. Ketika mengajukan kasasi keputusannya juga seperti 'mencret', keluarnya lebih cepat bahkan sebelum nongkrong di closed. Dengan kata lain tekanan massa menjadikan sistem hukum kita gagal menegakkan keadilan. Kasus Ahok diperlakukan berbeda dari kasus lainnya.
Kini kesalahan  kolektif dilakukan lagi untuk menyematkan aksi bela Islam sebagai aksi pendukungan pada Prabowo. Entah dilihat dari mana keislaman seorang Prabowo."
*Eko Kuntadhi Pegiat Media Sosial
https://www.tagar.id/Asset/uploads/486676-prabowo-subianto.jpeg
Calon Presiden nomer urut 02 Prabowo Subianto (tengah) mengenakan topi dari Komandan Jenderal Kopassandi Abdul Rasyid Abdullah Syafii (kanan) pada deklarasi dukungan Komando Ulama Pemenangan Prabowo-Sandi (Koppasandi) di Jakarta, Minggu (4/11). (Foto: Antara/Dhemas Reviyanto)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/dosa-kolektif-terhadap-ahok

Sosrokartono, Guru Bung Karno Ini Kuasai 36 Bahasa

Kudus, (Tagar 11/11/2018) - Sekelompok pelajar santri mengelilingi makam Raden Mas Panji (RMP) Sosrokartono di kompleks pemakaman Sedo Mukti, Kudus. Mereka membaca tahlil dan kalimat thayyibah, melangitkan doa-doa.
RMP Sosrokartono seorang cendekiawan Indonesia. Ia kakak kandung Raden Ajeng Kartini, pahlawan perempuan yang tampaknya lebih terkenal dari dirinya. Ia juga guru presiden pertama RI Bung Karno. Ia menguasai 36 bahasa. Kejeniusannya dikenal dunia hingga ia dijuluki 'Si Jenius dari Timur'.
Sosrokartono lahir di Pelemkerep, Mayong, Jepara, 10 April 1877, wafat di Bandung, 8 Februari 1952 pada umur 74 tahun).
Sedangkan kelompok pelajar yang mengelilinginya dengan doa-doa itu adalah pelajar Madrasah Aliyah Nadhlatul Ulama Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus.
Mereka menziarahi makam RMP Sosrokartono pada momen Hari Pahlawan.
"Ini sebagai bentuk penghormatan para santri TBS terhadap kiprah intelektual dan perjuangan RMP Sosrokartono," ujar pimpinan rombongan TBS Kudus, M Ulin Nuha, Kamis sore (8/11) melalui keterangan tertulis diterima Tagar News.
"RMP Sosrokartono adalah tokoh besar yang mesti menjadi teladan generasi sekarang. Selain itu, RMP Sosrokartono merupakan kakak dari RA Kartini," lanjut Ulin.
Sunarto, juru kunci makam RMP Sosrokartono mengutarakan, kakak kandung RA Kartini itu adalah tokoh yang penuh keteladanan. "Eyang Sosrokartono itu tokoh yang mengajarkan agar seseorang dalam tindakannya itu sesuai dengan apa yang diucapkan dan lakukan," katanya.
Ia juga menjelaskan, Sosrokartono adalah salah satu tokoh yang cinta akan ilmu, yang dibuktikan dengan diraihnya gelar kesarjanaan (Drs.) diperoleh dari Leiden Belanda, pada masa perjuangan dulu.
"’Eyang Sosrokartono juga ahli bahasa. Beliau menguasai 36 bahasa, terdiri atas 26 bahasa internasional dan 10 bahasa lokal. Namun beliau itu orang yang selalu bersikap santun dan tidak mau dilebih-lebihkan," tutur Sunarto pada santri TBS di kompleks makam Sedo Mukti, di mana RMP Sosrokartono dikebumikan.
Dalam kesempatan yang sama, KH Nur Khamim mewakili Kepala TBS mengatakan, "Para pejuang dalam usahanya merebut dan mempertahankan kemerdekaan, sangatlah berat. Alhamdulillah, berkat ridlo dan fadlal dari Allah SWT, berbekal bambu runcing sebagai senjata, Indonesia mampu merebut dan mempertahankan kemerdekaan RI dalam melawan penjajah yang memiliki peralatan perang yang sudah modern," tuturnya.
Maka pada momentum Hari Pahlawan ini, KH Nur Khamim mengajak semua santri TBS dan masyarakat secara umum, mendoakan arwah para pahlawan yang berjuang dalam merebut, memperjuangkan dan mempertahankan kemerdekaan.
"Semoga para pahlawan bangsa mendapatkan tempat terbaik di sisi Allah SWT," ujarnya.
Pelajar Kudus 
Pelajar Madrasah Aliyah Nadhlatul Ulama Tasywiquth Thullab Salafiyah (TBS) Kudus berdoa untuk RMP Sosrokartono, Kamis sore (8/11/2018). (Foto: TBS Kudus)

Sejenius Apa Sosrokartono?
Ternyata Sosrokartono lah yang menginspirasi RA Kartini hingga menjadi tokoh emansipasi wanita.
Sosrokartono dilansir Wikipedia Indonesia sejak kecil telah menunjukkan kepandaian. Setelah tamat dari Europesche Lagere School di Jepara, ia meneruskan pendidikannya ke HBS di Semarang.
Selanjutnya pada tahun 1898, Sosrokartono meneruskan sekolahnya ke negeri Belanda dengan masuk di Sekolah Teknik Tinggi Leiden. Namun demikian, karena merasa tidak cocok, ia pun pindah ke Jurusan Bahasa dan Kesusastraan Timur sehingga lulus dengan menggenggam gelar Doctorandus in de Oostersche Talen dari Perguruan Tinggi Leiden.
Ia merupakan mahasiswa Indonesia pertama yang meneruskan pendidikan ke negeri Belanda.
Dunia mengenal kejeniusannya, hingga ia dijuluki 'Si Jenius dari Timur' dan 'De Javanese Prins' atau 'Pangeran dari Tanah Jawa'.
Berikut ini beberapa profesi Sosrokartono yang mencerminkan kejeniusannya:

Wartawan Perang Dunia I
Wartawan Perang Dunia I, dari harian The New York Herald Tribune di kota Wina, Austria, sejak 1917. Dalam buku Memoirs tulisan Muhammad Hatta, dituliskan bahwa Sosrokartono memperoleh gaji sebesar USD 1250. Bahkan guna memudahkan pergerakannya selama Perang Dunia I, ia diberi pangkat Mayor oleh Panglima Perang Amerika Serikat.
Prestasinya yang lain, Sosrokartono adalah seorang wartawan pertama di Indonesia yang bisa memotret kawah Gunung Kawi dari atas udara, tanpa menggunakan pesawat terbang.
Dalam Sejarah Dunia, Perundingan Perdamaian Perang Dunia ke I yang resmi berlangsung di kota Versailles (Perancis). Ketika banyak wartawan mencium adanya 'perundingan perdamaian rahasia' masih sibuk mencari informasi, koran Amerika The New York Herald Tribune ternyata telah berhasil memuat hasil perundingan perdamaian rahasia di hutan Champaigne, Perancis Selatan yang menggemparkan Amerika dan Eropa.
Penulisnya 'anonim', hanya menggunakan kode pengenal 'Bintang Tiga'. Kode tersebut di kalangan wartawan Perang Dunia ke I dikenal sebagai kode dari wartawan perang RMP Sosrokartono.
Dalam Memoir tulisan Muhammad Hatta ditulis bahwa RMP Sosrokartono yang menguasai Bahasa Basque, menjadi penerjemah pasukan Sekutu kala melewati daerah suku Basque menjelang akhir Perang Dunia I, diadakan perundingan perdamaian rahasia antara pihak yang bertikai.
Suku Basque adalah salah satu suku yang hidup di Spanyol. Pihak-pihak yang berunding naik kereta api dan berhenti di hutan Compaigne di Perancis Selatan. Di dalam kereta api, pihak yang bertikai melakukan perundingan perdamaian rahasia.
Di sekitar tempat perundingan telah dijaga ketat oleh tentara dan tidak sembarangan orang apalagi wartawan boleh mendekati tempat perundingan dalam radius 1 km. Semua hasil perundingan perdamaian rahasia tidak boleh disiarkan, dikenakan embargo sampai perundingan yang resmi berlangsung.

Penerjemah Liga Bangsa-Bangsa
Sosrokartono juga adalah penerjemah di Wina, Austria, dengan menguasai 24 bahasa asing dan 10 bahasa daerah di Nusantara.
Tahun 1919 didirikan Liga Bangsa-Bangsa (League of Nations) atas prakarsa Presiden Amerika Serikat Woodrow Wilson. Dari tahun 1919 sampai 1921, Sosrokartono menjadi anak Bumiputra yang mampu menjabat sebagai Kepala penerjemah untuk semua bahasa yang digunakan di Liga Bangsa-Bangsa.
Bahkan ia berhasil mengalahkan para poliglot (ahli bahasa) dari Eropa dan Amerika sehingga meraih jabatan tersebut.
Liga Bangsa-Bangsa kemudian berubah nama menjadi Perserikatan Bangsa-Bangsa (United Nations Organization) pada tahun 1921.

Dokter Air Putih
Sosrokartono juga adalah seorang dokter. Ia dikenal Belanda sebagai Dokter Air Putih, karena dapat mengobati penyakit hanya dengan menggunakan media air putih.
Dikisahkan bahwa Sosrokartono mendengar berita tentang sakitnya seorang anak berumur lebih kurang 12 tahun. Anak itu adalah anak dari kenalannya yang menderita sakit keras, yang tak kunjung sembuh meski sudah diobati oleh beberapa dokter.
Dengan dorongan hati yang penuh dengan cinta kasih dan hasrat yang besar untuk meringankan penderitaan orang lain, saat itu juga ia menjenguk anak kenalannya yang sakit parah itu.
Sesampainya di sana, ia langsung meletakkan tangannya di atas dahi anak itu dan terjadilah sebuah keajaiban. Tiba-tiba si bocah yang sakit itu membaik dalam hitungan detik, dan hari itu juga ia pun sembuh.
Kejadian itu membuat orang-orang yang tengah hadir di sana terheran-heran, termasuk juga dokter-dokter yang telah gagal menyembuhkan penyakit anak itu.
Setelah itu, ada seorang ahli Psychiatrie dan Hypnose yang menjelaskan bahwa sebenarnya Drs RMP Sosrokartono mempunyai daya persoonalijke magneetisme yang besar sekali yang tak disadari olehnya.
Mendengar penjelasan tersebut, akhirnya Sosrokartono merenungkan dirinya dan memutuskan menghentikan pekerjaannya di Jenewa dan pergi ke Paris untuk belajar Psychometrie dan Psychotecniek di sebuah perguruan tinggi di kota itu.
Akan tetapi, karena ia adalah lulusan Bahasa dan Sastra, maka di sana ia hanya diterima sebagai toehoorder saja, sebab di Perguruan Tinggi tersebut secara khusus hanya disediakan untuk mahasiswa-mahasiswa lulusan medisch dokter.
Wisdom Sosrokartono
Literatur menunjukkan Sosrokartono kaya wisdom (kebijaksanaan). Seperti berikut ini prinsip hidupnya yang kemudian dipahatkan di nisannya:
Sugih tanpa banda, Digdaya tanpa aji,
Nglurug tanpa bala, Menang tanpa ngasorake,
Trimah miwah pasrah, suwung pamrih,
Tebih ajrih langgeng tan ono susah,
Tan ono bungah*)
Anteng manteng, sugeng Jeneng,
Durung menang yen durung wani kalah,
Durung tunggul yen durung wani asor,
Durung gede yen durung wani cilik.
Artinya:
Kaya tanpa harta, Sakti tanpa ajimat,
Menyerbu tanpa pasukan, Menang tanpa merendahkan,
Menerima dengan pasrah, Sepi dari rasa pamrih,
Jauh dari rasa takut, Selamanya tiada perasaan susah,
Tiada perasaan gembira*)
Tenang dalam menghadapi sesuatu,
Belum menang bila belum berani menghadapi kalah,
Belum unggul bila belum berani rendah,
Belum menjadi besar bila belum berani menjadi kecil. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/755167-rmp-sosrokartono.jpeg
Raden Mas Panji Sosrokartono lahir di Pelemkerep, Mayong, Jepara 10 April 1877, wafat di Bandung 8 Februari 1952 pada umur 74 tahun, dimakamkan di Kudus. (Foto: Istimewa)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/sosrokartono-guru-bung-karno-ini-kuasai-36-bahasa

Sulitnya Mencari Tokoh Pahlawan dari FPI atau HTI

Oleh Ayik Heriansyah

DutaIslam.Com - Kemarin di media sosial beredar poster 8 ulama NU yang menjadi pahlawan nasional. Mereka adalah KH. Hasyim Asy'ari, KH.  Wahab Chasballah, KH. As'ad Syamsul Arifin, KH. Abdul Wahid Hasyim, KH. Zainul Arifin, KH. Zainal Mustofa, KH. Idham Cholid dan Brigjen KH. Syam'un. Sambil bercanda saya beri komentar, pahlawan nasional dari FPI dan HTI ada gak nih?! Ada yang balas komentar, "masak aki-aki dibandingkan dengan sama cucu n cicit".
Memang tidak sepadan membandingkan NU dengan FPI dan HTI. Kalau dihitung dari waktu pendaftaran organisasi NU ke pemerintah Hindia Belanda, NU sudah berusia 92 tahun. Sedangkan FPI dideklarasikan pada tahun 1998, 20 tahun yang lalu. Adapun HTI baru terdaftar di Kesbangpol Kemendagri tahun 2006, 12 tahun yang lalu. Secara formalitas keorganisasian NU jauh lebih senior dari dua ormas baru tersebut. Apalagi kalau mau dihitung dari sejak dari NU belum punya nama dan tanpa nama.
Candaan saya ini sebenarnya untuk mengingatkan, menyentil dan menyinggung rasa superioritas yang mengendap dalam jiwa sebagian aktivis FPI dan HTI. Endapan perasaan superior menjadi sedimen sikap keras, campuran dari semangat keagamaan yang meluap-luap namun tidak diiringi dengan semangat pencari ilmu yang menggebu-gebu dan disiplin adab yang longgar. Realita ini akan membawa "agama" menjadi bencana daripada solusi.
Umur bukan saja soal akumulasi waktu yang sudah dilalui tetapi ia memuat pengalaman, ilmu dan hikmah yang terpendam dalam diri dan tak tertulis. Pengalaman, ilmu dan hikmah yang tak tertulis jauh lebih banyak dari yang tertulis. Ia termanifestasi dalam laku sikap orang tua yang arif dan bijaksana. Sikap arif dan bijaksana merupakan saripati dari akumulasi pengalaman, ilmu dan hikmah. Ungkapan pengalaman adalah guru yang terbaik. Guru yang terbaik ada seseorang yang arif dan bijaksana. Normalnya semakin tua usia, semakin arif dan bijaksana.
Harus diakui salah satu residu modernisme yang masih berpengaruh pada era post modernisme adalah individualisme materialistis yang memandang realita kosmis dan metafisis sebagai atom yang otonom dan bersifat materi belaka. Dalam pandangan ini tidak ada hirarki realitas dan tidak ada realitas di balik materi, baik materi yang bisa terindera maupun yang bisa dipikirkan.
Dengan pandangan begini, seseorang menganggap sama semua manusia. Tua-muda, berilmu-jahil, taat-maksiat, beradab-biadab, dsb; Sama saja. Kata Syed Muhammad Naquib Al Attas: Mengenai sebab dalaman dilema yang kita hadapi sekarang bagi saya, masalah dasar dapat disimpulkan pada suatu krisis yang jelas yang saya sebut sebagai kehilangan adab (the loss of adab).
Di sini saya merujuk pada hilangnya disiplin-disiplin raga, disiplin fikiran dan disiplin jiwa; disiplin menuntut pengenalan dan pengakuan atas tempat yang tepat bagi seseorang dalam hubungannya dengan diri, masyarakat dan umatnya; pengenalan dan pengakuan atas tempat seseorang yang semestinya dalam hubungannya dengan kemampuan dan kekuatan jasmani, intelektual dan spiritual seseorang itu; pengenalan dan pengakuan atas hakikat bahwa ilmu dan wujud itu tersusun secara hirarki.
Oleh karena adab merujuk pada pengenalan dan pengakuan atas tempat, kedudukan dan keadaan yang tepat dan benar dalam kehidupan, dan untuk disiplin pribadi agar ikut serta secara positif dan rela memainkan peranan seseorang sesuai dengan pengenalan dan pengakuan itu, terjadinya adab pada diri seseorang dan pada masyarakat sebagai suatu keseluruhan yang mencerminkan kondisi keadilan. Hilangnya adab menyiratkan hilangnya keadilan, yang pada gilirannya menampakkan kebingungan atau kekeliruan dalam ilmu.
Dalam hubungannya dengan masyarakat dan umat, kebingungan dalam ilmu tentang Islam dan pandangan alam (worldview) Islam menciptakan keadaan yang memungkinkan pemimpin-pemimpin palsu muncul dan berkembang serta menimbulkan ketidakadilan. Mereka melestarikan keadaan ini karena hal itu menjamin keberlanjutan munculnya pemimpin seperti mereka untuk menggantikan mereka setelah mereka pergi, dan mengekalkan pengaruh mereka atas urusan umat. (Islam dan Sekulerisme, 2010: 131-132).
Menyamakan NU dengan FPI dan HTI tentu saja tidak adil. Akan tetapi menganggap NU sebagai ormas baru lalu seenaknya bersikap "kurang ajar" kepada NU adalah perbuatan biadab. NU ormas sepuh. Menyimpan segudang pengalaman, ilmu dan hikmah. Mengakui semua ini membutuhkan keikhlasan dan kejujuran tingkat "dewa".
Ikhlas dan jujur merupakan adab batiniah paling asasi bagi pembela Islam. Adab ini juga menjadi wadah bagi ilmu. Tanpa keikhlasan dan kejujuran untuk mengakui hirarki keormasan, keilmuan dan senioritas, maka selautan ilmu agama para pembela Islam akan berubah seketika menjadi tsunami yang meluluhlantakkan kehidupan bangsa dan negara dengan sekali hentak gempa politik yang dahsyat. [dutaislam.com/ab]
Tokoh pahlawan dari kiai-kiai Nahdlatul Ulama
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2018/11/sulitnya-mencari-tokoh-pahlawan-dari-fpi-atau-hti.html

Heboh Maklumat FPI yang Dukung Al-Qaida dan IS1S

Dutaislam.com - Sejak 8 Agustus 2014, Front Pembela Islam (FPI) sudah mengeluarkan maklumat yang isinya adalah dukungan kepada pimpinan Al Qaidah Syeikh Aiman Az-Zhowahiri dan Muhammad Al-Jaulani. FPI juga mendukung seruan dan nasehat Syeikh Abu Bakar Al-Baghdadi. Innalillah.
Pernyataan tersebut tertuang dalam Maklumat FPI tentang ISIS yang ditandatangani langsung oleh Imam Besar Al-Habib Muhammad Rizeq Syihab, Lc, MA dengan Ketua Umum Al-Habib Muhsin Ahmad Alattas, Lc, serta Sekretaris Umum tahun itu, KH. Ja'far Shiddiq, SE.

Download Maklumat FPI (Drive)

Displaying makluma fpi soal isis.jpeg
Sumber Link : https://drive.google.com/file/d/1m-Gg8NmECaPT4F96lTGNUqbPwr7eE2KA/view
Menurut Maklumat tersebut, dukungan FPI kepada Al-Qaida maupun ISIS bagian dari cara untuk mewujudkan visi-misi FPI sejak 17 Agustus 1998,  yang mengingikan penerapan syariat Islam dan penegakan khilafah Islamiyah melalui jalur dakwah, hisbah dan jihad.
FPI pun akhirnya menyerukan komponen jihad seluruh dunia untuk melanjutkan jihad di Syiria, Iraq, Palestina dan negeri-negeri Islam lainnya yang tertindas.
Semua Maklumat di atas ditujukan kepada seluruh pengurus, aktivis, laskar, anggota, dan seimpatisan FPI di seluruh dunia.
Jika Anda bagian dari FPI, berarti Anda mendukung gerakan-gerakan mereka, yang mendukung Al-Qaidah, ISIS serta jihadis lain di seluruh dunia. Paham kan mengapa FPI dekat dengan HTI dan MMI? [dutaislam.com/ab]
Maklumat FPI tentang Al-Qaidah dan ISIS
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2018/11/heboh-maklumat-fpi-yang-dukung-al-qaida-dan-is1s.html

Sekjen PBNU: Memuliakan Kalimat Tauhid Itu Melalui Dzikir, Bukan Bendera

ISLAMNUSANTARA.COM, Jakarta – Sekretaris Jenderal Pengurus Besar Nahdlatul Ulama H Helmy Faishal Zaini menyatakan bahwa ada banyak cara yang bisa digunakan untuk memuliakan kalimat tauhid. Antara lain dengan taqorrub kepada Allah SWT melalui zikir, tahlil dan ibadah lain.
Ia mengatakan, dengan zikrullah (zikir pada Allah) akan terpancar kebijaksanaan untuk kemudian mau berbagi dan membantu antar sesama. “Kalimat Tauhid menjadi kewajiban kita untuk memuliaknnya, tentu dengan cara-cara yang mulia,” kata Helmy Faizal Zaini usai mengikuti Silaturrahim Kebangsaan bersama Menkopolhukam, Menteri Agama dan sejumlah ormas Islam di Kemenenterian Polhukam, Jumat (9/11).
“Saya hanya khawatir, kalau kita tulis di sembarang tempat, seperti bendera terinjak-injak atau memasuki WC dengan kaos bertuliskan kalimat tauhid, bukankah ini sangat jauh dari niat kita untuk memuliakan kalimat tauhid. Umat Islam di Indonesia hampir setiap hari melakukan aksi bela tauhid dengan tahlilan, aksi bela Nabi dengan maulidan, dan banyak cara yang lebih bisa menjaga kehati-hatian,” imbuhnya.
Kalimat tauhid merupakan kalimat sakti yang dapat digunakan untuk mempersatukan semua kelompok, bukan sebaliknya digunakan untuk mencerai-beraikan persatuan. “Pengalaman di banyak negara Timur Tengah, termasuk Iraq dan Syiria, banyak negara berperang, hancur luluh lantak justru oleh politisasi Kalimat Tauhid melalui bendera, seperti ISIS dan Hizbut Tahrir,” ujarnya.
Ia menyontohkan bagaimana Pemerintah Kerajaan Arab Saudi melarang berkibarnya bendera hitam, meskipun bertuliskan kalimat tauhid. “Karena masalah ini sudah masuk ke dalam wilayah politik, di mana ada sekelompok yang memperalat bendera kalimat tauhid dalam menjalankan gerakannya”, lanjutnya.
Sebagai sebuah bangsa yang bineka, akan sangan disayangkan jika rajutan persaudaraan dirusak oleh framing pihak-pihak yang mencoba memancing di air keruh. “Kami dan kita semua bersaudara. Mari kita saling tolong-menolong dalam kebaikan. Bukan sebaliknya tolong menolong dalam keburukan,” ujar Helmy.
Ia juga menginggung kasus pembakaran bendera HTI di Garut. “Kita serahkan ini sebagai ranah hukum. PP GP Ansor telah memberikan sanksi kepada oknum yang membakar, karena melampaui prosedur yang seharusnya cukup bendera tersebut diserahkan kepada aparat keamanan. Bahkan keluarga besar NU juga menyayangkan peristiwa ini, marilah kita menatap Indonesia yang lebih baik ke depan,” pungkasnya. (ISNU)
Sumber: Muslimoderat
Sekjen PBNU: Memuliakan Kalimat Tauhid Itu Melalui Dzikir, Bukan Bendera
Sumber Berita : http://www.islamnusantara.com/sekjen-pbnu-memuliakan-kalimat-tauhid-itu-melalui-dzikir-bukan-bendera/

KOLOM – Hitam Putih Budaya Versus Agama

islamindonesia.id –  KOLOM – Hitam Putih Budaya Versus Agama

Oleh Alissa Wahid | Koordinator Nasional Jaringan Gusdurian

Beberapa tahun lalu, saya terkejut atas pernyataan seorang wali kota. Di dalam sebuah diskusi panel, ia berkata, ”Semua tradisi yang tidak sesuai dengan kitab suci harus kita ubah”, saat membahas tentang jejak perempuan daerahnya yang menari di ruang publik. Jika hanya dibaca dari sepotong kalimat itu, pandangan sang wali kota tampak berangkat dari niat baik dan mulia walau mungkin juga hanya jargon populis untuk memenangi pemilihan kepala daerah. Namun, pernyataan itu juga menunjukkan betapa hitam-putihnya sang wali kota memandang budaya, lebih tepatnya ritual tradisi budaya.
Tarik-menarik antara ritual budaya dan agama memang dinamika yang tak pernah usang di setiap perkembangan peradaban. Dan, akhir-akhir ini kita mendapati dinamika ini muncul menguat di beberapa penjuru Indonesia. Sikap main hakim sekelompok masyarakat terhadap acara Sedekah Laut masyarakat Bantul, DI Yogyakarta, dan Festival Gandrung Sewu di Banyuwangi menjadi puncak tarik-menarik ini.
Sedekah Laut yang sudah berlangsung ratusan tahun mendadak menjadi tenar karena diobrak-abrik oleh segerombolan orang saat persiapan. Alasan yang mengemuka adalah karena sedekah ini melawan ajaran agama, membawa kemusyrikan menyembah entitas lain dan menduakan Tuhan, dan karena itu harus diubah atau dimatikan. Dan, pandangan para penyerang ini merefleksikan pandangan yang saat ini menguat di Indonesia.
Karena tertarik memahami dinamika itu, saya bersemangat menghadiri sarasehan mengenai budaya dan agama akhir pekan lalu di Tembi, Bantul. Para tokoh budaya dan tokoh agama berkumpul untuk membincangkan perkembangan kontestasi antara budaya dan agama. Disinyalir, jika tidak segera direspons, maka polarisasi dan konsekuensinya tabrakan antara aras budaya dan aras agama akan semakin banyak dan memicu konflik terbuka antarkelompok di Indonesia.
Dalam kata pengantar buku Gus Dur, _Islamku Islam Anda Islam Kita,_ Syafii Anwar menuliskan bahwa di Indonesia sedang terjadi pertarungan yang cukup kuat antara kelompok yang meyakini Islam substantif-inklusif dan kelompok pengusung Islam legal-eksklusif. Gus Dur menggunakan terminologi yang lebih sederhana: islam sebagai inspirasi dan Islam sebagai aspirasi.
Islam dengan huruf I besar beraspirasi menjadikan agama sebagai sistem pengatur kehidupan warganya secara legal formal dan mengambil batas yang tegas antara ajaran dan pengikutnya dengan bukan ajaran dan pengikutnya. Bagi kelompok ini, Islam hanya sempurna ketika ia dijadikan sistem sosial politik ekonomi secara formal di sebuah negara.
Adapun islam dengan huruf i kecil merujuk kepada agama yang mengatur hidup sebagai inspirasi dari dalam diri, dan karena itu tidak perlu diformalisasikan. Formalisasi dianggap justru akan membatasi inspirasi yang lentur. Bagi paradigma ini, islam sempurna karena nilai-nilai yang diusungnya sangat kuat dan berlaku universal, tetapi ekspresinya disesuaikan dengan konteks lokal di mana ia berada. Ini sesuai dengan kaidah _fikih al-’adat al-muhakamat_ (adat dapat ditetapkan sebagai hukum).
Kelompok pengusung Islam legal-eksklusif menyikapi ritual budaya dengan paradigma eksklusifnya. Ini karena ideologi legal formal mensyaratkan ketunggalan interpretasi sebagai dasar kepastian hukum. Tradisi budaya yang tidak datang dari masa Nabi Muhammad SAW dan para Sahabatnya dianggap sebagai bisa (perlu) dibuang. Kelompok ini menafikan fakta bahwa setiap ritual tradisi juga membawa nilai-nilai adiluhung yang sering kali tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islami.
Sementara wataknya yang lentur membuat kelompok Islam substantif-inklusif menerima ritual budaya sebagai salah satu wujud ekspresi nilai-nilai. Masyarakat membutuhkan simbol untuk menampakkan nilai-nilainya. Yang dipastikan adalah bahwa nilai-nilai yang muncul dari ritual tersebut tidak mendorong orang meninggalkan nilai-nilai Islam seperti ketauhidan dan perlindungan terhadap 5 hak dasar manusia sebagai tujuan syariat Islam.
Kelompok pendukung Islam substantif-inklusif meyakini bahwa Islam dapat berkembang dengan damai di Indonesia justru karena ia inklusif terhadap ritual tradisi yang sudah berkembang mendahuluinya. Saat Islam menyebar di Indonesia, Wali Songo memberi muatan dan pemaknaan baru terhadap tradisi yang sudah ada, mengikuti teladan Nabi Muhammad SAW yang mempertahankan beberapa ritual pra-Islam di jazirah Arab, misalnya ritual tawaf yang dipertahankan dalam ibadah haji, dengan melekatkan makna yang baru.
Kedua arus besar yang bertolak belakang tersebut membawa dinamika yang cukup intens dalam diskursus arah gerakan masyarakat Islam di Indonesia. Dalam konteks dinamika budaya dan agama, benturan ini lebih terasa. Sikap keras kelompok-kelompok yang menolak bahkan menyerang upacara tradisi membuat kita peka atas peliknya persoalan ini.
Di ujung sarasehan akhir pekan lalu, para tokoh budaya dan tokoh agama akhirnya membuat Permufakatan Yogyakarta. Intinya menegaskan bahwa budaya dan agama tidak harus dipertentangkan. Nilai-nilai adiluhung yang diwariskan leluhur bangsa seperti gotong royong dan lain-lain dapat terus diharmonisasikan dengan agama.
Sebagaimana layaknya dinamika peradaban, pada akhirnya akan ada pandangan atau paradigma yang akan memenangi pertarungan dan mewarnai peradaban tersebut. Dalam konteks dinamika pendekatan agama yang legal-eksklusif dengan substantif-inklusif, nasib tradisi budaya Nusantara akan ditentukan oleh siapa yang menang. Mampukah kita memenangi pertarungan ini?
YS/Islamindonesia/Artikel ini terbit pertama kali di Harian Kompas,  11 November 2018/ Foto ilustrasi: beritasatu.com
Warga membawa gunungan saat sedekah laut di Pantai Depok, Bantul, DI Yogyakarta, Senin (1/10). Sedekah laut yang diikuti ratusan warga dan nelayan Pantai Depok tersebut sebagai wujud syukur kepada Sang Pencipta atas melimpahnya hasil tangkapan ikan serta agar diberi keselamatan pada saat melaut. ANTARA FOTO/Hendra Nurdiyansyah/kye/18.
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/kolom/kolom-hitam-putih-budaya-versus-agama.htm

Menag: Tidak Ada Kesepakatan tentang Bendera Tauhid

islamindonesia.id – Menag: Tidak Ada Kesepakatan tentang Bendera Tauhid
Dilansir dari situs resmi kemenag, viral di media sosial adanya kesepakatan pada pertemuan antara pemerintah dengan sejumlah tokoh umat Islam di Kemenko Polhukam, Jumat, 9 November 2018, yang menyatakan bahwa bendera tauhid bukan bendera terlarang. Pertemuan ini dihadiri oleh  Menko Polhukam Wiranto, Menag Lukman Hakim Saifuddin, serta perwakilan PBNU, MUI, FPI, dan sejumlah ormas Islam lainnya.
Berdasarkan pantauan redaksi Islam Indonesia, berita viral yang dimaksud berjudul “BREAKING NEWS! Di Kemenkopolhukam, Wiranto, Menag, FPI, PBNU Dan Ormas Islam Sepakat Bendera Tauhid Tidak Terlarang.” Berita lengkapnya dapat di akses di sini.
Berikut ini adalah kutipan dari berita di atas apa adanya (tanpa diedit): “Maka mulai hari ini sudah ada pernyataan resmi dihadapan Wiranto sebagai Menkopolhukam Serta Menag, PBNU dan lain-lain dan diaminkan oleh semua pihak yang hadir bahwasahya jangan sampai kedepan ada yang bersikeras bahwa Bendera Tauhid adalah bendera terlarang di NKRI. Tidak ada alasan itu lagi ke depan” demikian tegas Habib Hanif.
Berita tersebut di Facebook disukai lebih dari 1.200 orang dan dibagikan sebanyak lebih dari 600 kali. Sementara itu di Twitter, cuitan dari akun atas nama Ust Muh Arifin Ilham yang memposting berita terkait telah di-retweets sebanyak lebih dari 1.600 kali dan disukai lebih dari 3.500 orang.
Sementara itu Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin memastikan tidak ada kesepakatan tentang apa itu “bendera tauhid”. Dia menegaskan bahwa yang disepakati dalam pertemuan itu adalah bahwa semua pihak memuliakan “kalimat tauhid”.
Selanjutnya Menag secara eksplisit menyatakan bahwa persoalan saat ini adalah bagaimana cara memuliakan “kalimat tauhid” tersebut. Sebab, seiring kebebasan berekspresi, orang melakukan bermacam-macam tindakan dengan menggunakan tulisan “kalimat tauhid”.
“Ini tentu domain ulama untuk memberikan arahannya,” jelas Menag usai upacara Peringatan Hari Pahlawan di Bandung, Sabtu (10/11).
“Jadi, yang disepakati adalah bahwa kalimat tauhid harus dimuliakan. Tapi bagaimana cara kita memuliakannya, di sini masih beragam pandangan,” tandasnya.
Menurut Menag, banyak pertanyaan muncul di masyarakat. Bolehkah kalimat tauhid dipasang di jaket, kaos, topi, stiker, bendera, dan lainnya yang saat digunakan justru berpotensi terhinakan karena dikenakan tidak pada tempatnya?
Menag menilai bahwa hal itu menjadi domain para ulama, pimpinan MUI, dan tokoh ormas Islam untuk merumuskan ketentuannya.
“Ketentuan tersebut diperlukan agar didapat cara pandang yang sama di kalangan umat dalam memuliakan kalimat tauhid,”  jelasnya.
PH/IslamIndonesia
Respon Menag Terkait Polemik Potong Gaji ASN Untuk Zakat
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/berita/menag-tidak-ada-kesepakatan-tentang-bendera-tauhid.htm

Yusuf Muhammad: PKS Pecah Tertipu Gerindra

JAKARTA – Partai Keadilan Sejahtera (PKS) tinggal menghitung hari untuk disemayamkan ke tempat peristirahatan terakhir (alam kubur).
PKS adalah “mesin” utama pemenangan pasangan Prabowo-Sandi diajang pemilihan Presiden dan Wakil Presiden 2019. PKS juga yang selama ini paling gencar menyuarakan tagar 2019 Ganti Presiden. Dari koalisi oposisi, PKS terbukti yang paling masif menyerang petahana. 
PKS selama ini terlihat begitu all out dalam bekerja, mungkin karena mereka banyak mendapat janji akan diberi posisi. Namun sayangnya janji tinggal janji, dan PKS pun seperti hanya diperalat oleh Gerindra untuk dijadikan “sapi perah.” Sungguh malang nasib partai yang sudah tak lagi sejahtera.
PKS pecah tertipu oleh Gerindra…
Ketika pemilihan Gubernur DKI Jakarta 2017 lalu, PKS berharap kadernya yaitu Mardani Ali Sera yang akan jadi pendamping Sandiaga Uno. Eh ternyata Anies Baswedan yang dipasangkan dengan Sandiaga Uno. Apalagi kosongnya kursi DKI2 (pasca mundurnya Sandiaga) saat ini justru akan diisi oleh eks napi koruptor M.Taufik kader Gerindra sendiri, tentu hal ini akan membuat PKS semakin galau tingkat tinggi. 
Demikian juga ketika pemilihan calon wakil presiden sebagai pendamping Prabowo Subianto. PKS mengajukan sembilan nama tetapi akhirnya justru Sandiaga yang dipilih Prabowo untuk mendampinginya melawan Jokowi-Ma’ruf Amin. Rekomendasi Ijtima ulama I yang menyarankan Prabowo berpasangan dengan ulama pun diabaikan, hingga akhirnya PKS harus mengalah dan membuat dagelan ijtima ulama II.
PKS sepertinya sudah jatuh tertimpa tangga, setelah gagal mengisi posis jabatan yang dijanjikan, ditambah lagi fakta perpecahan di internalnya yang makin kuat. Hal ini ditandai mundurnya banyak kader-kader serta pengurusnya di berbagai daerah. Mungkin PKS sudah kehilangan kesabaran, mereka kini mulai berani mengancam akan “mematikan mesinnya” di pemilihan presiden 2019. 
Ibarat penyakit, PKS ini sudah mengalami komplikasi. Eksistensi mereka di dunia politik tinggal menghitung hari, kemudian mereka tinggal dikubur dibawah maesan bertulikan, “Innalillahiwainnailaihiraajiuun.”
Jika PKS sudah innalillahi, apakah ini pertanda adzab Illahi?. “Wallahu a’lam bishawab,” (dan Allah Mahatahu yang sebenarnya). (SFA)
Sumber: Akun Fanpage Yusuf Muhammad
PKS Tertipu Gerindra
PKS Tertipu Gerindra
Sumber Berita : https://www.salafynews.com/yusuf-muhammad-pks-pecah-tertipu-gerindra.html/4 

Re-Post by MigoBerita / Senin/12112018/10.55Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya