» » » » » » » » » Kayu Bajakah Sang "Anti Kanker" asal Kalimantan yang Mendunia

Kayu Bajakah Sang "Anti Kanker" asal Kalimantan yang Mendunia

Penulis By on Kamis, 15 Agustus 2019 | 1 comment

Penelitian tentang akar bajakah ini dipresentasikan di Korea Selatan (Foto: dok: IYSA) Penelitian tentang akar bajakah ini dipresentasikan di Korea Selatan (Foto: dok: IYSA)

Kayu Bajakah Obat Kanker, Khasiat Kelakai Diteliti Fakultas Kedokteran ULM

TIGA siswa SMAN 3 Palangka Raya mengharumkan Indonesia di ajang internasional. Mereka adalah Yazid, Anggina Rafitri dan Aysa Aurealya Maharani meneliti kandungan kayu bajakah yang berguna bagi penyembuhan kanker.
ALHASIL riset tiga siswa ini berhasil menyabet medali emas World Invention Olympic (WICO) di Seoul, Korea Selatan dengan menyingkirkan 22 peserta lainnya dari berbagai negara yang ikut berkompetisi.
Ada fakta yang menarik, ternyata sebelum memutuskan ikut ajang Youth National Science Fair 2019 (YNSF) yang dilaksanakan di Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung, Mei 2019 silam, ketiga siswa ini mengujicoba kandungan kayu bajakah di Laburatorium Fakultas Kedokteran ULM.
Hal ini dibenarkan Eko Suhartono, peneliti Biokimia dan Biomlekuler Fakultas Kedokteran Universitas Lambung Mangkurat (FK ULM). Eko mengaku takjub dengan kandungan kayu bajakah, terlebih tanaman ini merupakan tumbuhan asli Kalimantan.

Eko mengatakan, kayu bajakah baru diketahuinya saat dikenalkan oleh siswa asal Palangkaraya yang akhirnya menjadi juara itu. Ketika itu, para siswa tersebut mendatangi laboratorium FK ULM meminta untuk dilakukan penelitian terhadap kayu bajakah.
Tak berpikir lama, Eko langsung tertarik. Ia pun saat ini fokus mencari apa nama latin yang tepat dari kayu bajakah tersebut.
“Saya baru dengar dan baru tahu namanya kemarin ketika tiga siswa SMAN III Palangkaraya datang membawa kayu Bajakah ke Lab FK ULM, sekarang saya lagi lacak nama ilmiahnya,” ujar Eko saat dihubungi jejakrekam.com , Rabu (14/8/2109).
Kepala Sekolah SMK Telkom Banjarbaru ini mengatakan pada saat itu laboratorium FK ULM melakukan penelitian secara kuantitatif untuk mencari konsetrat dan kandungan senyawa dari kayu bajakah.
Hasilnya pun mengembirkan, dari hasil penelitian yang dilakukannya hingga 3 bulan, kayu bajakah ternyata mampu membunuh sel kanker yang diujicobakan pada mencit atau tikus putih. “Riset ini masih tahap awal, untuk menjadi obat fitofarmaka masih perlu waktu dan riset yang lebih mendalam,” kata Eko.
Ia pun menyarankan agar para siswa tersebut mematenkan penemuan mereka. “Bisa dipatenkan, bukan obatnya tapi cara pembuatannya dan konsetrasinya, yang punya gagasan kan mereka, di sini hanya membantu untuk meneliti, walaupun kita mengerjakannya sama-sama,” ucapnya.
Eko memastikan Laboraturium Fakultas Kedokteran ULM memang meneliti kandungan tumbuhan lokal selain kayu bajakah untuk kebutuhan medis. “Hingga saat ini, kami banyak meneliti tumbuhan hutan seperti kelakai, gemor, manggarsih dan lain-lain. Semuanya masih berproses dan bertahap,” tandas Eko

Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2019/08/14/kayu-bajakah-obat-kanker-khasiat-kelakai-diteliti-fakultas-kedokteran-ulm/

Bajakah Ada Banyak Jenis dan Khasiatnya, Ini Penjelasan David Suwito

BAJAKAH dalam bahasa Dayak Ngaju berarti akar-akaran. Sedangkan, dalam bahasa Maanyan dinamakan wakai, yakni ratusan spesies tumbuhan pembelit-pemanjat yang ada di hutan hujan Kalimantan. Jadi, bajakah bukan spesies, tapi nama sekelompok akar-akaran.
HAL ini diungkapkan David Suwito, Widyaiswara Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam akun facebooknya, David Su yang dikutip jejakrekam.com, Kamis (15/8/2019).
Menurut David Suwito, pemanfaatan bajakah untuk obat kanker sudah dilakukan masyarakat Dayak Ngaju sejak ratusan tahun silam dari kearifan lokal masyarakat setempat.
“Jadi, adik-adik SMA 2 Palangka Raya kemarin bukan penemu pertama, hanya memperkenalkan dunia tumbuhan bajakah dalam upaya mempresentasikan tumbuhan khas hutan hujan Kalimantan dan itu layak untuk diapresiasi,” ucap David Suwito.
Mahasiswa doktoral ilmu lingkungan Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta ini mengingatkan agar berhati-hati menggunakan bajakah untuk pengobatan kanker. Menurut David Suwito, hanya penduduk asli yang mengetahui bakajah yang asli, sehingga bagi orang yang tak memiliki penyakit jika mengkonsumsi malah menjadi racun. “Ada kandungan bahan aktif yang kuat di dalamnya yang akan berbahaya,” beber David.
Jebolan Master of Environmental and Energy Management, University of Twente, Enschede Belanda ini mengungkapkan ada bajakah merah yang airnya bisa diminum dari tebasan batangnya, namun tak punya khasiat. Ada pula, menurut David, bajakah yang bersifat racun yang digunakan sebagai tuba untuk membuat ikan lemas, dengan terlebih dulu dipikul hingga berbusa.
“Bajakah juga bisa digunakan sebagai sampo untuk mencegah kerontokan rambut. Ada pula bajakah yang digunakan untuk mengusir makhluk halus, bajakah untuk mengikat sesuatu, anti bisa ular, untuk sabun mandi, obat penyakit kulit, obat KB, obat kuat, ada lagi bajakah untuk menyembuhkan keputihan,” tutur sarjana manajemen hutan Universitas Palangka Raya ini.
Masih menurut David Suwito, ada pula bajakah untuk memperbesar penis, ada bajakah sangat beracun yang getahnya buat mata sumpit, ada bajakah tempat ayun-ayun dan main di hutan dan ratusan lainnya.
“Jadi, jangan asal konsumsi bajakah. Karena jika tidak sesuai jenisnya, malah bisa membawa maut. Nah, berdasar pengalaman dan kesaksian, hanya bajakah kuning yang viral itu efektif untuk kanker payudara,” kata David Suwito.
Untuk itu, peraih S2 Perencanaan Pengelola SDA dan Lingkungan Universitar Padjajaran (Unpad) Bandung ini juga menyarankan dengan ratusan jenis bajakah jika ingin untuk pengobatan harus dipastikan diantar penduduk lokal yang sudah mengenal tumbuhan itu secara turun temurun.
“Selain bajakah, sebenarnya adalah ribuan jenis tanaman obat yang dimanfaatkan masyarakat Dayak di Kalimantan,” ucap David Suwito yang berdarah Dayak Maanyan ini.
Dalam postingannya lagi, David Suwito juga meminta berhati-hati dengan penawaran akar bajakah yang tengah boming dengan harga Rp 500 ribu hingga Rp 1 juta per bungkus. Menurut dia, bajakah kuning yang berkhasiat itu juga memiliki khasiat berbeda.
“Bajakar akar kuning itu memang obat, tapi obat diabetes dan gangguan fungsi hati bukan kanker. Berdasar tetua kampung atau ahli pengobatan Dayak Ngaju, bajakah untuk kanker juga harus ada aturannya, tidak bisa direbus dan diminum begitu saja,” tutur David.
Sumber Foto : Khasiat.co.id
Ia menguraikan paling umum aturannya adalah yang sakit ikut ke hutan untuk minum air langsung dari tebasan pertama di hutan, baru dilanjutkan dengan minum rebusannya. Tahap kedua, saat menggunakan bajakah ini tidak boleh mengkonsumsi cabe dan lada dalam bentuk apapun.
“Setelah sembuh, ada ada pamali khusus (pantangan khusus) yaitu tidak boleh mengkonsumsi makanan olahan yang berpengawet. Biasanya hanya disarankan makan sayur, jamur dan juhu ikan sungai segar,” tuturnya.
David menjelaskan juhu merupakan masakan khas Dayak yang dibumbui seperti asam kuning plus diberi sayuran hutan atau sayur organik dari ladang.  “Berikutnya, tidak boleh makan makanan hangus atau berkerak,” katanya.
Untuk ke hutan, pengambilan bajakah untuk kanker ini ada syaratnya juga, semisal beras dan telur dalam piring untuk meminta izin ke “pemilik hutan”. Begitu pula, dalam kondisi khusus, tabib tradisional juga akan mengkombinasikan dengan konsumsi bawang Dayak merah dan akar benalu,” tuturnya.

Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2019/08/15/bajakah-ada-banyak-jenis-dan-khasiatnya-ini-penjelasan-david-suwito/

Muncul Seruan 'Patenkan' Akar Bajakah, Siapa yang Berhak Melakukan?

Jakarta - Siswa SMAN 2 Palangkaraya meneliti akar bajakah sebagai obat kanker payudara dan menang dalam sebuah kompetisi internasional. Sejak itu, muncul seruan untuk mematenkan herba asli tanah Dayak tersebut.
Berkat riset itu, dua siswa SMAN 2 Palangkaraya, Kalimantan Tengah, mampu mengharumkan nama Indonesia di ajang kompetisi Life Science di Seoul, Korea Selatan 2019. Namun, apakah serta merta akar bajakah bisa dipatenkan?
Ahmad Fathoni, M.Si dari LIPI (Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia) Pusat Penelitian Biologi mengatakan bahwa sebelum dipatenkan, suatu bahan obat harus memenuhi aspek aman, berkhasiat dan berkualitas. Selain itu juga harus terjaga dan terstandar.
"Sebenarnya paten itu untuk tujuan komersial karena paten adalah hak eksklusif inventor atas invensi di bidang teknologi selama waktu tertentu melaksanakan sendiri atau memberikan persetujuan kepada pihak lain untuk melaksanakan invensinya," katanya pada detikHealth. Rabu (13/8/2019).
Setelah diteliti, akar bajakah akan meningkat klasifikasinya menjadi bentuk sediaan Obat Herbal Terstandar (OHT). Setelah itu, baru bisa dipatenkan. Tahapan riset yang dibutuhkan untuk menuju ke sana bisa disimak dalam artikel berikut:

Jalan Panjang Akar Bajakah untuk Bisa Jadi Obat Kanker Payudara

Jakarta - Viral herba tradisional suku Dayak dari tanaman Bajakah yang disebut-sebut bisa menyembuhkan kanker payudara. Bermula dari penelitian siswi SMAN 2 Palangkaraya yang menjuarai sebuah kompetisi di Korea Selatan, tanaman ini lantas bikin penasaran.
Koordinator Klinik Saintifikasi Jamu Hortus Medicus Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2P2TOOT) Danang Ardiyanto, mengingatkan butuh proses panjang bagi sebuah obat tradisional untuk bisa diterima sebagai terapi standar.
Ia mengatakan ada beberapa tahapan uji yang terlebih dulu harus dilakukan untuk memastikan kebenaran suatu obat herbal mampu menyembuhkan suatu penyakit.
"Butuh waktu 3 sampai 20 tahun untuk klaim menyembuhkan," kata Danang saat dihubungi detikHealth, Selasa (13/8/2019).
Proses riset memakan waktu bertahun-tahun sebab harus melewati beberapa fase penelitian yang panjang. Mulai dari uji pra klinik sampai dengan uji klinik.
Menurut Danang, riset biasanya dimulai dengan uji pra klinik pada hewan yang terdiri dari 5 tahapan.
1. Uji eksperimental in Vitro
Tujuannya untuk membuktikan klaim sebuah obat. Ekstrak diberikan pada sebagian organ yang terisolasi, kultur sel atau mikroba. Pengamatan dilakukan pada efek yang ditimbulkan.
2. Uji eksperimental in Vivo
Pengujian dilakukan pada hewan percobaan seperti tikus, kucing, anjing, kelinci, dan mencit untuk membuktikan klaim obat.
3. Uji toksisitas akut
Tujuannya untuk mengetahui LD (Lethal Dose) 50 sebuah obat. Semakin tinggi LD 50, maka obat semakin aman.
4. Uji toksisitas Subkronik
Setiap hari dalam 3 bulan, hewan diberi ekstrak. Tujuannya untuk mengamati kelainan akibat konsumsi obat yang diamati. Efek akumulasi obat menjadi fokus dalam tahap ini.
5. Uji toksisitas khusus
Tujuannya untuk melihat keamanan obat dalam jangka panjang.

Bila obat terbukti aman dan berkhasiat pada hewan coba, maka riset bisa dilanjutkan ke tahap selanjutnya yaitu uji klinik pada manusia. Uji klinik pada manusia terdiri dari 4 fase.
1. Uji klinis fase 1
Untuk mengetahui efek dan farmakokinetik (proses obat sejak diminum hingga ke luar dari tubuh). Uji ini dilakukan pada relawan yang sehat untuk mengetahui keamanannya.
2. Uji klinis fase 2
Obat diberikan bagi orang sakit untuk membuktikan khasiatnya.
3. Uji klinis fase 3
Jumlah sukarelawan diperbanyak dan lokasi diperluas. Jika obat teruji aman baru bisa memasuki tahap selanjutnya untuk dapat izin edar dan dipasarkan.
4. Post, Marketing, Surveillance
Fase ini untuk memastikan obat yang beredar di masyarakat tidak ada bahayanya dan memiliki harga yang baik.
Sumber Artikel : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4664158/jalan-panjang-akar-bajakah-untuk-bisa-jadi-obat-kanker-payudara


"Timbal baliknya adalah, adanya royalti atas paten tersebut jika dikomersialkan," lanjut Ahmad.
Dalam rilis resminya, LIPI mengapresiasi riset tentang akar bajakah yang dilakukan para siswa SMA N 2 Palangkaraya. Riset ini mengingatkan tingginya keragaman budaya dan warisan pengetahuan tradisional di bidang pengobatan.
"Kita patut bangga atas prestasi anak bangsa yang luar biasa sehingga dapat mengharumkan negara kita," demikian dikutip dari rilis tersebut.
Sumber Berita : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4665605/muncul-seruan-patenkan-akar-bajakah-siapa-yang-berhak-melakukan?_ga=2.238456964.589064098.1565921781-1006181666.1565921781

Viral 2 Siswi SMA Temukan Obat Kanker Payudara dari Herba Tradisional Dayak

Jakarta - Media sosial belakangan ini dihebohkan oleh prestasi 2 siswi SMAN 2 Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Keduanya meneliti herba tradisional Suku Dayak untuk obati kanker payudara.
Dua putri dari tanah Dayak tersebut berhasil mencetak prestasi yang membanggakan bagi Indonesia di mata dunia. Aysa Aurealya Maharani dan Anggina Rafitri sukses memperkenalkan obat tradisional yang mampu menyembuhkan penyakit tumor ganas, yaitu kanker payudara, di kompetisi internasional.
Dikutip dari Official Account Indonesian Young Scientist Association (IYSA), Aysa dan Anggina sebelumnya telah mengikuti lomba Youth National Science Fair 2019 (YNSF) di Universitas Pendidikan Bandung (UPI).
Setelah lolos menjadi salah satu pemenang di perlombaan YNSF, keduanya dikirim sebagai perwakilan dari Indonesia untuk mengikuti World Invention Creativity (WICO) di Seoul, Korea Selatan pada 25-27 Juli 2019 lalu.
Kedua siswi dari SMAN 2 Kota Palangka Raya ini berhasil meraih Gold Medals dalam ajang WICO melalui obat kanker yang dihasilkan dari tanaman alami. Tamanan yang mereka perkenalkan dalam ajang tersebut adalah Akar Bajakah Tunggal yang berasal dari tanah Kalimantan Tengah.
Diberitakan detikHealth sebelumnya, kanker payudara terjadi akibat pertumbuhan sel-sel dibagian payudara secara abnormal dan tidak terkendali. Sel tersebut akan membelah dengan waktu yang sangat cepat dan berkumpul untuk membentuk sebuah benjolan. Pada akhirnya, sel tersebut akan menyebar ke bagian organ tubuh lainnya.
Sayangnya, saat dihubungi detikHealth, Aysa maupun Anggina masih belum berkenan untuk diwawancara. Demikian juga dengan guru pembimbing mereka, Helita, mengaku belum memiliki waktu untuk menjawab pertanyaan seputar prestasi kedua siswi bimbingannya tersebut.
"Maaf, untuk sementara ini kami lagi padat, Mbak," kata Helita.
Aysa Aurealya Maharani dan Anggina Rafitri (dok: IYSA) Aysa Aurealya Maharani dan Anggina Rafitri (dok: IYSA)
Sumber Berita : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4661702/viral-2-siswi-sma-temukan-obat-kanker-payudara-dari-herba-tradisional-dayak

Punya Riset Seperti Akar Bajakah? FKUI Siap Dampingi Pengembangannya

Jakarta - Belakangan, Indonesia digemparkan oleh 'penemuan' obat dari akar bajakah yang dipercaya untuk kanker payudara. Siswa SMAN 2 Palangkaraya yang melakukan riset soal itu digadang-gadang sebagai generasi muda harapan bangsa.
Wakil Ketua Indonesian Medical Education and Research Institute (IMERI), Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FK-UI), Prof DR dr Budi Wiweko, SpOG(K), MPH, mengatakan pihaknya membuka peluang untuk mendaftarkan ide apapun dibidang kesehatan. Itu memang tugas dari Technology Transfer Office (TTO) untuk mengembangkan inovasi yang ada.
"Silahkan daftarkan ide atau inovasi apapun di bidang kesehatan ke IMERI. Kita akan dampingi ide-ide tersebut agar bisa menjadi kenyataan. Atau paling tidak menjadi prototype," jelasnya saat ditemui di daerah Jakarta Pusat, Kamis (15/8/2019).
Prof Iko, sapaan akrabnya, mengatakan IMERI sangat terbuka untuk umum. Sudah 3 kali mengadakan open innovation yang pesertanya berasal dari SMA, mahasiswa S1 hingga S3.
"Di sana untuk inovasi dibidang kesehatan, mereka kita ajak, kita jelaskan dan dibina, untuk memahami fokus dalam melakukan pengembangan inovasi. Fokus tersebut ialah keamanan pasien," lanjutnya.
Prof Iko juga mengatakan, sebagai lembaga penelitian pertama di Indonesia, IMERI juga melakukan untuk melakukan pelatihan kepada inovator dan inventor. Hal ini berguna untuk menentukan arah penelitian agar produknya bisa aman, nyaman, dan berkhasiat baik untuk manusia.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia siap dampingi inovasi bidang kesehatan. (Foto ilustrasi: Ari Saputra)
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia siap dampingi inovasi bidang kesehatan. (Foto ilustrasi: Ari Saputra)
Sumber Berita : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4667728/punya-riset-seperti-akar-bajakah-fkui-siap-dampingi-pengembangannya?_ga=2.27226681.589064098.1565921781-1006181666.1565921781

Sebelum Bajakah Viral, Tanaman Ini Lebih Dulu Diteliti Jadi 'Obat' Kanker

Jakarta - Banyak orang masih dibuat penasaran dengan tanaman Bajakah yang katanya dapat menyembuhkan kanker payudara. Segala sesuatu tentang Bajakah masih menjadi buah bibir yang hangat diperbincangkan. Tapi ternyata ada beberapa tanaman 'obat' kanker yang sudah lebih dulu diteliti oleh Kementerian Kesehatan RI.
Melalui Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (Ristoja), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Litbangkes) telah melakukan penelitian pada 405 etnis di 34 provinsi di Indonesia pada tahun 2012, 2015 dan 2017. Ristoja telah berhasil mengidentifikasi 2.848 spesies tumbuhan obat dan 32.014 ramuan. 
Berikut beberapa tumbuhan obat untuk pengobatan kanker atau tumor yang telah diteliti Ristoja dari tahun ke tahun:
1. Tahun 2012, Ristoja menginventarisasi 506 ramuan jamu untuk pengobatan tumor atau kanker. Sebagai contoh tumbuhan Malapari di Bengkulu, dan Alang-alang di Sulawesi Tengah, dan Samama di Maluku Utara.
2. Tahun 2015, Ristoja juga mendapatkan informasi tumbuhan obat yang digunakan dalam ramuan untuk tumor atau kanker yaitu :
- Kunyit atau kunir (Curcuma longa L.)
- Sirsak (Annona muricata L.)
- Mengkudu (Morinda citrifolia L.)
- Sirih (Piper betle L.)
- Sambiloto (Andrographis paniculata (Burm.f.) Nees)
- Benalu Kopi (Scurrula ferruginea (Jack) Danser)
- Temulawak (Curcuma zanthorrhiza Roxb.)
- Benalu teh (Scurrula atropurpurea (Blume) Danser.)

Aikabasa digunakan oleh salah satu suku di Nusa Tenggara Timur untuk mengatasi tumor atau kankerYuli Widiyastuti - Peneliti Herba Kemenkes RI


3. Tahun 2017 Ristoja juga menemukan tumbuhan obat yang berpotensi untuk mengatasi kanker. Tercatat ada 223 ramuan kanker yang terdiri atas 244 tumbuhan obat. Sepuluh jenis tumbuhan obat yang paling banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tumor atau kanker temuan Ristoja 2017 yaitu:
- Kunyit (Curcuma longa L.,)
- Sirsak (Annona muricata L.,)
- Jahe (Zingiber officinale Roscoe)
- Pinang (Areca catechu L.)
- Bawang merah (Allium cepa L.)
- Bawang putih (Allium sativum L.)
- Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.)
- Putri malu (Mimosa pudica L.)
- Pulai (Alstonia scholaris (L.) R. Br.)
- Sembung (Blumea balsamifera (L.) DC.)


4. Tahun 2018 dilakukan skrining in-vitro terhadap tanaman obat maupun formula jamu yang dimanfaatkan untuk tumor dan antikanker. Dari hasil pengujian terhadap beberapa sel kanker (sel kanker payudara, sel kanker kolon, dan sel kanker serviks) diketahui bahwa ada beberapa tanaman yang berpotensi untuk dikembangkan sebagai obat antikanker yaitu:
- Sembung rambat (Mikania micrantha Kunth)
- Leucas lavandulifolia Sm.
- Sangkarebo (Callicarpa longifolia Lam.)
- Nyamplung (Calophyllum inophyllum L.)
- Tetracera scandens (L.) Merr.
- Akar batu/aikabasa (Cucurbitaceae).

Yuli Widiyastuti, Peneliti di Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional Tawangmangu, memberikan penjelasan bahwa sama seperti bajakah, terdapat akar tanaman menjalar yang telah digunakan secara turun temurun untuk mengatasi kanker yaitu Aikabasa.
"Aikabasa digunakan oleh salah satu suku di Nusa Tenggara Timur untuk mengatasi tumor atau kanker. Namun sampai saat ini belum berhasil diidentifikasi sampai level spesies," kata Yuli dalam rilis Kementrian Kesehatan RI.
Ratusan jenis tanaman di Indonesia telah teridentifikasi punya potensi mengatasi kanker (Foto: thinkstock) Ratusan jenis tanaman di Indonesia telah teridentifikasi punya potensi mengatasi kanker (Foto: thinkstock)
Sumber Berita : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4667663/sebelum-bajakah-viral-tanaman-ini-lebih-dulu-diteliti-jadi-obat-kanker?_ga=2.27226681.589064098.1565921781-1006181666.1565921781

Ternyata, Bajakah Bukan Nama Tanaman!

Jakarta - Siswa SMAN 2 Palangkaraya bikin heboh dengan risetnya tentang akar bajakah untuk obat kanker payudara. Banyak yang penasaran, tanaman apa bajakah itu sesungguhnya?
Kementerian Kesehatan RI dalam rilisnya mengatakan bakal segera menelusuri tanaman bajakah yang bikin heboh belakangan ini. Hingga saat ini, belum jelas betul tanaman apa yang dimaksud.
"Bajakah sebenarnya adalah sebutan bagi batang menjalar yang menjadi bagian dari tanaman. Istilah tanaman bajakah belum merujuk pada jenis spesies tertentu," demikian penggalan rilis tersebut, seperti dikutip pada Jumat (16/8/2019).
Kepala Balai Besar Tanaman Obat dan Obat Tradisional (B2TOOT) Tawangmangu, Akhmad Saikhu, mengingatkan untuk tidak langsung percaya terhadap klaim bajakah bisa menyembuhkan penyakit kanker. Menurutnya, hal itu masih butuh penelitian lebih lanjut.
"Penggunaan obat tradisional atau jamu untuk menguatkan daya tahan tubuh boleh saja. Namun tidak bisa dikatakan itu menyembuhkan kanker," kata Saikhu.

Bajakah sebenarnya adalah sebutan bagi batang menjalar yang menjadi bagian dari tanaman. Istilah tanaman bajakah belum merujuk pada jenis spesies tertentuKemenkes RI


Melalui Riset Tumbuhan Obat dan Jamu (Ristoja), Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan (Balitbangkes) juga telah membangun database ramuan obat tradisional. Database tersebut juga mencakup ramuan maupun tanaman-tanaman yang berpotensi mengatasi kanker dari seluruh penjuru nusantara.
Tahun 2017, teridentifikasi ada 223 ramuan untuk kanker yang tediri dari 244 tumbuhan obat. Sepuluh jenis tumbuhan obat yang paling banyak dimanfaatkan untuk pengobatan tumor maupun kanker adalah sebagai berikut:
1. Kunyit (Curcuma longa L.,)
2. Sirsak (Annona muricata L.,)
3. Jahe (Zingiber officinale Roscoe)
4. Pinang (Areca catechu L.)
5. Bawang merah (Allium cepa L.)
6. Bawang putih (Allium sativum L.)
7. Sangkareho (Callicarpa longifolia Lam.)
8. Putri malu (Mimosa pudica L.)
9. Pulai (Alstonia scholaris (L.) R. Br.)
10. Sembung (Blumea balsamifera (L.) DC.)

Sumber Berita : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4667649/ternyata-bajakah-bukan-nama-tanaman?_ga=2.27226681.589064098.1565921781-1006181666.1565921781

Kalau Tak Jadi Obat, Bisakah Akar Bajakah Dipatenkan Sebagai Jamu?

Jakarta - Masyarakat menuntut pemerintah untuk segera mematenkan penelitian mengenai akar dan kayu bajakah sebagai obat menyembuhkan kanker payudara. Meski mematenkan riset masih sangat memungkinkan, namun prosesnya tidak mudah dan sangat panjang untuk mengklaim bajakah benar-benar berkhasiat dan bisa dijadikan obat.
"Proses dari akar bajakah sampai menjadi single compound itu panjang sekali. Bisa sampai 20-25 tahun," sebut Wakil Direktur Medical Education Research Insitute (IMERI) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr dr Budi Wiweko, SpOG(K), MPH, saat dijumpai detikHealth, Kamis (15/8/2019)
Prof Iko, sapaannya, menyebut saat ini akar bajakah masih harus diteliti untuk menemukan zat aktif yang paling efektif untuk menyembuhkan kanker payudara. Namun tidak jadi masalah jika masyarakat masih ingin mengonsumsinya dengan cara direbus tanpa ekstraksi.
"Pokoknya minum aja sejumput, direbus, namanya jamu itu nggak apa-apa tapi bukan obat," katanya.
Lalu, jika akar bajakah tak diteliti lebih lanjut sebagai obat dan hanya berakhir sebagai jamu, apakah penelitian tersebut masih bisa dipatenkan? "Patenkan saja jamunya," seperti yang ditulis salah seorang pembaca detikHealth di kolom komentar.

Di sana banyak sekali Traditional China Medicine (TCM) yang begitu hebat karena pemerintahnya mengawasi dengan sangat baik. Orang turis aja mampir kok beli obat China segala macam isinya apa, mahal pula.Prof Dr dr Budi Wiweko, SpOG(K), MPH - Peneliti FKUI


Prof Iko menyebut, mematenkan akar bajakah sebagai jamu sangat mungkin dilakukan tetapi dengan pengawasan dan dukungan penuh dari pemerintah. Berkaca dari China yang memiliki banyak sekali obat-obatan herbal dan terkenal di seluruh dunia.
"China, di sana banyak sekali Traditional China Medicine (TCM) yang begitu hebat karena pemerintahnya mengawasi dengan sangat baik. Orang turis aja mampir kok beli obat China segala macam isinya apa, mahal pula. Indonesia kan punya jamu sebenarnya," tuturnya.
"Kalau tanaman bajakah ketemu ekstraksinya dan mau dipatenkan jamunya, bisa kita kawal," sambungnya.
Saat ini, IMERI bekerjasama dengan salah satu perusahan farmasi untuk meneliti ekstrak bioactivation dari berbagai jenis tanaman salah satunya kayu manis yang sudah ditemukan dua zat aktif dan bermanfaat bagi pengidap kencing manis.
"Kalau akar bajakah bisa dilihat potensinya dengan baik, kita pasti akan mendampingi sampai terus bisa menjadi simplisia atau bioactivation," pungkasnya.Sumber Berita : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4667138/kalau-tak-jadi-obat-bisakah-akar-bajakah-dipatenkan-sebagai-jamu?_ga=2.27226681.589064098.1565921781-1006181666.1565921781

Heboh Kayu Bajakah, Kenapa Banyak Riset Obat Cuma 'Mangkrak' di Jurnal?

Jakarta - Riset kayu dan akar bajakah oleh siswa SMA Palangkaraya yang memenangkan penghargaan internasional menunjukkan bahwa Indonesia memiliki potensi besar dalam hal penelitian di bidang kesehatan. Sayangnya saat ini masih banyak penelitian yang hanya berujung pada makalah, disertasi, dan publikasi sehingga kurang bermanfaat bagi masyarakat luas.
Diterangkan oleh wakil Direktur Medical Education Research Insitute (IMERI) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr dr Budi Wiweko, SpOG(K), MPH, saat ini IMERI memang sudah memiliki sub divisi drug development research center yang bertugas untuk mengenali, mencari, mengidentifikasi substrak yag berpotensi memiliki ekstrak obat hanya saja yang sudah diproduksi bisa dihitung jari.
Masyarakat kita sangat mudah disentil oleh isu yang baru, digulung. Apalagi yang disasar adalah penyakit yang susah disembuhkan, biayanya mahal, banyak penderitanya..Prof Dr dr Budi Wiweko, SpOG(K), MPH, - Peneliti FKUI

"Sampai sekarang dari IMERI belum ada yang jadi obat atau diproduksi massal hanya ada beberapa yang sudah mulai didekati oleh industri. Belum ada yang belum ada menjadi produk kecuali stemcell yang sudah dikomersialisasikan," katanya saat dijumpai detikHealth, Kamis (15/8/2019).
Kendala utama yang membuat banyak hasil riset menjadi mangkrak adalah belum adanya Technology Transfer Office (TTO) sebagai jembatan yang bisa menghubungkan antara peneliti dan industri. Padahal peran TTO adalah membawa penelitian ke ranah industri dan terapan.
"Selain itu ada kendala dari segi pemerintahan sehingga private sector kadang sulit untuk mau masuk," tambahnya.
Tantangan selanjutnya adalah proses penelitian yang memakan waktu, tenaga, dan biaya cukup besar dan tidak diimbangi dengan dana penelitian pemerintah yang hanya 0,03 persen dari anggaran negara. "Makanya kita harus punya TTO yang bisa menjadi perencana agar peneliti, pihak industri dan pemerintah juga bisa bersinergi,"

'The Power of Socmed'
Soal riset akar bajakah beberapa waktu lalu, Prof Iko memberi komentar bahwa masyarakat menjadi sangat heboh didasari karena masifnya pemberitaan di media sosial apalagi sasarannya adalah penyakit yang pembiayaannya besar dan sulit disembukan.
"The power of media. Medsos kan cepat sekali. Masyarakat kita sangat mudah disentil oleh isu yang baru, digulung. Apalagi yang disasar adalah penyakit yang susah disembuhkan, biayanya mahal, banyak penderitanya, dikasih hope makanya musti diluruskan," sebutnya.
Meski demikian, Prof Iko sangat mengapresiasi hasil penelitian akar bajakah dari kedua siswi tersebut. IMERI bahkan siap membantu jika mereka ingin melakukan penelitian lebih lanjut mengenai manfaat akar bajakah.
"Yang jelas kita menghargai itu sebuah inovasi. Hanya kita musti lihat, yang ditemukan itu apa. Mereka juga bisa internship jadi pas liburan sekolah ke IMERI, nanti kita ajarkan," pungkasnya.
Sumber Berita : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4666932/heboh-kayu-bajakah-kenapa-banyak-riset-obat-cuma-mangkrak-di-jurnal?_ga=2.27226681.589064098.1565921781-1006181666.1565921781

Boleh Saja Berharap Bajakah Bakal Jadi Obat, Tapi Ada Pesan dari Ahli Kanker

Jakarta - Tanaman bajakah dari Kalimantan menjadi pembicaraan setelah dianggap mampu mengobati kanker payudara. Bajakah menjadi bahan riset Aysa Aurealya Maharani dan Anggina Rafitri dalam World Invention Creativity (WICO) di Seoul, Korea Selatan pada 25-27 Juli 2019.
Dokter ahli kanker, Prof Dr dr Aru Wisaksono Sudoyo, SpPD, KHOM, FACP, mengakui prestasi tersebut tentunya menjadi kebanggaan negara. Namun Prof Aru mengingatkan risiko overklaim karena manfaat bajakah masih perlu riset lebih lanjut.
"Pasien boleh saja berharap dengan fungsi akar bajakah dalam menangani kanker. Tapi harus diingat, bajakah masih perlu penelitian lanjutan untuk mengetahui manfaatnya pada penanganan kanker. Konsumsi bajakah jangan sampai menggantikan obat yang khasiatnya telah terbukti," kata Prof Aru, Kamis (15/8/2019).
Prof Aru sendiri menyambut baik hasil riset dari 2 siswa SMAN 2 Kota Palangkaraya, Kalimantan Tengah. Menurutnya tidak mudah bagi kedua siswa SMA tersebut untuk mencari tanaman bajakah. Kegigihan dan keuletan keduanya melakukan riset tentu harus dihargai.
Riset tersebut tentu harus dimanfaatkan dengan baik untuk kesejahteraan masyarakat. Prof Aru menyarankan semua pihak membantu riset lanjutan terkait bajakah hingga benar-benar terbukti bisa digunakan untuk menangani kanker.
Sumber Berita : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4666839/boleh-saja-berharap-bajakah-bakal-jadi-obat-tapi-ada-pesan-dari-ahli-kanker?_ga=2.27226681.589064098.1565921781-1006181666.1565921781

Ingin Patenkan Riset Kayu Bajakah dari Kalimantan? Begini Prosesnya

Jakarta - Riset yang dilakukan oleh siswi SMA Palangkaraya mengenai kayu bajakah sebagai alternatif obat penyembuh kanker payudara mendapat respons beragam dari masyarakat. Sebagian besar menuntut pemerintah untuk segera mematenkan hasil riset tersebut agar tidak 'dicuri' oleh negara lain.
Wakil Direktur Medical Education Research Insitute (IMERI) Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI), Prof Dr dr Budi Wiweko, SpOG(K), MPH, menuturkan bahwa penelitian yang berpotensi untuk diporduksi dan dikomersialisasi tentu bisa dipatenkan seperti kayu dan akar bajakah. Apalagi Indonesia memiliki banyak tanaman herbal yang berpotensi diteliti khasiatnya dan digunakan sebagai obat.
"Kita punya tanaman yang luar biasa. Tetapi harus kita pahami juga bahwa akar bajakah memiliki banyak sekali zat yang berpotensi sebagai obat, dan kita tidak tahu zat mana yang memberikan efek teurapetik atau obat-obatan," tutur Prof Iko, sapaannya, kepada detikHealth, Kamis (15/8/2019).
Prof Iko menambahkan, di akar bajakah terdapat ratusan bahkan ribuan zat aktif yang jika ingin disebarkan ke masyarakat harus melalui tahapan identifikasi. Ini dilakukan untuk menentukan dari sekian ratus zat aktif, mana yang paling efektif dan mujarab sebagai obat kanker.
"Kalau kita makan bajakah saja tanpa diekstrak atau dipurifikasi, namanya jamu. Ada penelitian lagi untuk mengekstraksi tanaman tersebut. Nah kalau sudah jadi compund dan benar-benar hanya satu saja zat yang terbukti, itu baru namanya obat," sebutnya.
Tentu saja, proses untuk menentukan satu-satunya zat aktif yang paling efektif untuk menyembuhkan penyakit membutuhkan waktu yang sangat lama. "Proses dari akar bajakah sampai menjadi single compound itu panjang sekali. Bisa sampai 20-25 tahun," kata Prof Iko.

Kalau kita makan bajakah saja tanpa diekstrak atau dipurifikasi, namanya jamu.Prof Dr dr Budi Wiweko, SpOG(K), MPH - Peneliti FKUI


Untuk penelitian yang bertujuan untuk dijadikan obat dan ingin dipatenkan pun perjalanannya cukup panjang. Peneliti harus menentukan terlebih dahulu single compound, cara kerjanya, efektifitas, keamanan, dan jumlah toksik yang ada didalamnya.
Soal registrasi paten, misal peneliti sudah menemukan satu zat aktif yang terbukti, penelitian tersebut didaftarkan di Kementerian Hukum dan HAM, Dirjen HAKI (Hak Kekayaan Intelektual). Tapi sebelumnya dicari tahu lagi apakah penelitian tersebut memiliki sanggahan, sudah pernah diteliti, atau bantahan terhadap penelitian tersebut.
"Biasanya prosesnya 6 bulan sampai 1 tahun dan kalau sudah punya sertifikat, maka sudah terproteksi. Tapi yang harus diingat, paten itu hanya berlaku 25 tahun. setelah itu jadi informasi yang bisa dipakai oleh umum," pungkasnya.
Butuh proses panjang untuk mematenkan sebuah riset obat (Foto: iStock) Butuh proses panjang untuk mematenkan sebuah riset obat (Foto: iStock)
Sumber Berita : https://health.detik.com/berita-detikhealth/d-4666693/ingin-patenkan-riset-kayu-bajakah-dari-kalimantan-begini-prosesnya?_ga=2.238456964.589064098.1565921781-1006181666.1565921781

Re-Post by MigoBerita / Jum'at/16082019/10.38Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya

1 komentar:

FANNY LIM 17 Juli 2020 pukul 09.13

Menyediakan Permainan Slot Paling Lengkap Dengan Bonus-Bonus Jackpot Berhadiah Ratusan Juta !

Hanya Dengan Nominal Deposit 50 Ribu Saja, Anda sudah bisa menikmati berbagai Bonus Yang Ada Dan Jackpot Yang Tercantum Pada Setiap Slot !

Nikmati Permainan Slot Online Terlengkap Di Agen Linkaja88 Sekarang Juga !

Tersedia :
• Slot Pragmatic Play
• Slot Red Tiger
• Slot Spade Gaming
• Slot JBD
• Slot Joker123
• Slot VivoSlot
• Slot Play1628

Tersedia Transaksi Deposit & Withdraw Via : OVO, Gopay, Dana, Linkaja, Sakuku, Pulsa Dan Semua Jenis Rekening Bank Di Indonesia !

Daftar Sekarang Juga & Nikmati Promo-Promo Terbaru Yang Ada !
Hubungi Kontak Resmi Kami Dibawah ini (Online 24 Jam Setiap Hari) :

» Nomor WhatsApp : 0812–2222–995
» ID Telegram : @bolavitacc
» ID Wechat : Bolavita
» ID Line : cs_bolavita