» » » » "Sekelumit" Sejarah Masjid Jami Banjarmasin

"Sekelumit" Sejarah Masjid Jami Banjarmasin

Penulis By on Kamis, 20 April 2017 | No comments


BERTAHAN: Masjid Jami Sungai Jingah dibangun dengan bahan kayu ulin.
Sejarah Masjid Jami Banjarmasin, Kisah yang Perlu Diketahui

Kumpulan Masjid Kecil, Peribadatan Selalu Ramai

PROKAL.CO, Sebagai salah satu masjid tertua di Kota Banjarmasin, Masjid Jami Sungai Jingah tentu memiliki kisah historis. Bagaimana ceritanya?
------------------------------------------------
Donny Muslim, Banjarmasin
------------------------------------------------
“Allahu Akbar, Allahu Akbar,” azan Zuhur kembali berkumandang pada siang (17/4) di masjid yang diceritakan nomer dua tertua di Banjarmasin itu. Satu persatu jemaah salat Zuhur berdatangan memenuhi panggilan.
Setelah masuk dalam bangunan masjid, corak-corak arsitektur khas Joglo dari Jawa akan kita temukan. Nilai historis akan terasa karena masjid ini hanya direnovasi sedikit-sedikit saja tanpa mengurangi keaslian gaya bangunan masjid. Misalnya, kayu ulin dipertahankan sebagai bahan bangunan masjid. Ini menjadi bukti bahwa Masjid Jami masih menjaga rasa otentikannya.
Seraya menunggu ikamah, para jemaah disibukkan dengan berbagai aktivitasnya masing-masing. Ada yang membaca kitab suci Alquran, ada yang melaksanakan salat sunah, ada juga yang sibuk mengobrol dengan rekan-rekannya. “Masjid ini tidak hanya termasuk tertua. Tapi, masjid ini juga lumayan aktif melakukan kegiatan peribadatan dan sosial kemasyarakatan,” ujar Radiansyah, Sekretaris Umum Pengurus Masjid Jami Sungai Jingah.
Masjid ini didirikan tahun 1777 pada masa Sultan Tamjidillah. Sultan Tamjidillah adalah Sultan Sepuh dari Kerajaan Banjar. “Jadi sudah sekitar 240-an tahun,” tutur Radi.
Pada awalnya, masjid ini didirikan bukan berada di tempat yang sering Anda lihat sekarang. “Namun dulu di tepian Sungai Martapura,” tuturnya. Bentuknya saja bukan masjid kala itu. Hanya sebatas langgar atau surau. “Di Jalan Panglima Batur,” jelas Radi.
Namun karena terjadinya longsor pada tanah masjid tersebut, akhirnya masjid dipindah menuju Kelurahan Antasan Kecil. “Ini karena pengikisan air sungai atau erosi,” tuturnya.
Dinamakan Masjid Jami atas inisiatif warga untuk membentuk sebuah masjid besar dari yang awalnya hanya masjid-masjid berskala kecil di Kota Banjarmasin. “Makanya namanya Masjid Jami yang berarti mengumpulkan masjid-masjid berskala kecil,” tuturnya.
Dengan semangat gotong royong warga Kota Banjarmasin pada kala itu, Masjid Jami akhirnya didirikan hasil keringat dan tangan warga-warga Kota Banjarmasin secara gotong-royong.
“Pada saat itu masyarakat banyak yang merelakan hartanya hanya semata untuk pembangunan masjid,” tuturnya. Barang-barang yang dimaksud adalah hasil-hasil dari pertanian, emas, atau uang.
Tenaga masyarakat juga berkontribusi luar biasa untuk pembangunan masjid. “Misalnya ada dari pihak warga yang mengangkut pasir dari Pulau Kembang menuju lokasi pembangunan masjid,” tuturnya. Pada kala itu, seruan Sultan Tamjidillah diterima oleh masyarakat.
Sampai sekarang masjid ini berkembang begitu pesatnya. Berbagai kegiatan peribadatan selalu ramai berjejal diisi oleh jemaah dari berbagai kalangan. “Apalagi jika ada pengajian Guru Zuhdianoor, membeludak sampai keluar masjid,” jelasnya. Masjid ini memiliki daya tampung 3.000 manusia.(az/dye) / http://kalsel.prokal.co/read/news/8921-sejarah-masjid-jami-banjarmasin-kisah-yang-perlu-diketahui.html

Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Jum'at/21042017/09.00Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya