Oleh: MUJIBURRAHMAN
Akademisi UIN Antasari Banjarmasin
Sekitar tahun 1929, seorang bocah perempuan berusia tujuh tahun asyik
membaca buku cerita dongeng terbitan 1872. Satu di antara dongeng di
buku itu berjudul “Padmanaba dan Hasan” yang menuturkan tentang misteri
kehidupan spiritual manusia. Dongeng itu amat mengesankan hatinya,
terutama sebuah kalimat yang konon tertulis di atas pusara seorang raja
di ruang bawah tanah.
Siapakah gadis cilik itu? Dialah ilmuwan luar biasa asal Jerman
bernama Annemarie Schimmel (1922-2003), Guru Besar kajian Islam di
Universitas Harvard, penulis lebih dari 50 buku, menguasai lebih dari
sepuluh bahasa asing dan memiliki ingatan fotografis. Sebelum bekerja di
Harvard, Schimmel lima tahun meneliti dan mengajar di Turki. Dia juga
puluhan kali mengunjungi Pakistan untuk keperluan ilmiah.
Apakah kalimat yang mengesankannya itu? “Semua manusia di dunia ini
sedang tertidur. Kelak setelah mati, mereka terjaga.” Setelah Schimmel
berusia 18 tahun, barulah dia menyadari bahwa kata-kata itu dipercaya
sebagai hadis Nabi Muhammad SAW. Hadis ini sangat digemari oleh kaum
sufi. Karena itu wajar jika Schimmel kemudian mencurahkan seluruh hidup
ilmiahnya untuk mengkaji tasawuf.
Mengapa kalimat itu mempesona? Mengapa dunia ini laksana mimpi?
Mungkin karena kehidupan dunia ini penuh tipu daya dan angkara murka.
Mimpi adalah sesuatu yang dialami, dilihat dan dirasakan ketika kita
tidur. Orang bilang mimpi itu adalah bunga-bunga tidur. Mimpi itu bisa
baik, bisa pula buruk. Mimpi biasanya terasa berlalu dengan cepat dan
berhenti secara mendadak tanpa bisa kita kendalikan.
Dalam pemahaman umum, mimpi dihadapkan dengan jaga. Mimpi itu
angan-angan belaka, sedangkan jaga itu nyata. Nyata artinya benar-benar
dialami oleh pancaindera kita. Dalam kerangka inilah, impian diartikan
sebagai harapan yang belum terwujud di alam jaga. Impian dapat mendorong
manusia untuk berjuang mewujudkannya di alam nyata. Tetapi impian yang
berlebihan akan sulit menjadi kenyataan.
Apakah hadis itu membalik penghadapan mimpi dan jaga dalam pengertian
umum di atas? Ya dan tidak. Ya, karena kematian tampak serupa dengan
tidur panjang, tetapi hadis itu justru menyebutnya sebagai jaga. Tidak,
karena hadis itu tampaknya ingin mengingatkan bahwa kehidupan dunia ini
sesungguhnya amat singkat dan penuh angan-angan, dan orang tiba-tiba
sadar ketika maut datang menjemputnya.
Hidup manusia jelas singkat. Usia harapan hidup di negeri makmur
sekalipun belum ada yang melebihi seratus tahun. Kecanggihan ilmu
kesehatan ternyata belum mampu memperpanjang umur manusia menjadi
berabad-abad. Andai pun bisa, tubuh manusia yang renta itu akan rapuh
dan ringkih, dikelilingi oleh ancaman berbagai penyakit. Ketuaan adalah
fakta kehidupan yang tak dapat dihindari.
Meskipun hidupnya singkat, angan-angan manusia jauh melampaui
keterbatasan dirinya. Tak sedikit orang yang gila kekuasaan, ketenaran,
kekayaan dan kenikmatan, seolah dia akan hidup seribu tahun lagi. “Andai
manusia diberi satu lembah dari emas, dia ingin dua lembah, lagi dan
lagi, sampai mulutnya tertutup tanah,” kata Nabi. Keserakahan membuat
hidup manusia dicengkeram angan-angan palsu.
Akibat buruk keserakahan tidak hanya akan dialami setelah kematian,
tetapi sejak kehidupan dunia ini. Keserakahan membuat manusia hidup
secara berlebihan, dan setiap yang berlebihan akan melahirkan
malapetaka. Keserakahan membuat manusia menghalalkan segala cara.
Keserakahan membuat manusia tidak peduli bahwa dia merusak alam,
menindas sesama manusia dan merusak dirinya sendiri.
Ketika ajal tiba, manusia serakah itu terkejut tiada tara. Dia ingin
hidup lebih lama lagi, tetapi tak bisa. Kematiannya sangat menyakitkan,
karena harus berpisah dengan segala yang amat dicintainya. Kala itulah
dia baru tersadar, terjaga dari mimpinya. Tetapi sayang, semua sudah
terlambat. Andai dulu hidup penuh syukur dan sabar. Andai dulu banyak
berbuat baik. Andai dia bisa kembali hidup di dunia ini.
Karena itu, bukanlah kebetulan jika di batu pusara Annemarie
Schimmel, tertulis dalam bahasa Arab: Annâsu niyâmun, faidzâ mâtû
intabahû (Manusia di dunia ini sedang tertidur. Kelak setelah mati,
mereka terjaga). Kalimat yang membuat Schimmel jatuh cinta pada tasawuf.
Kalimat yang mengingatkan bahwa hidup didunia ini amat singkat. Hidup
yang layak dinikmati, tetapi wajib diisi dengan kebaikan.
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2017/06/05/kalimat-yang-memikat-schimmel
Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Senin/05062017/09.22Wita/Bjm
Home »
Inspirasi
»
Migo Ramadhan
»
Moralitas
»
Tokoh
» Jatuh Cinta dengan Tasawuf : Sosok Guru Besar kajian Islam di Universitas Harvard yang dipaparkan oleh MUJIBURRAHMAN Akademisi UIN Antasari Banjarmasin
Jatuh Cinta dengan Tasawuf : Sosok Guru Besar kajian Islam di Universitas Harvard yang dipaparkan oleh MUJIBURRAHMAN Akademisi UIN Antasari Banjarmasin
Penulis By migo berita on Minggu, 04 Juni 2017 | No comments
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya