» » » » » » » » Burung Enggang atau Rangkong yang merupakan Burung langka dan yang di Keramatkan masyarakat Dayak diburu dan diposting dimedsos bikin geger warganet

Burung Enggang atau Rangkong yang merupakan Burung langka dan yang di Keramatkan masyarakat Dayak diburu dan diposting dimedsos bikin geger warganet

Penulis By on Kamis, 31 Agustus 2017 | No comments

Viral, Beraninya Dua Pemuda Ini Berburu Burung Keramat Suku Dayak

BANJARMASINPOST.CO.ID - Dua orang pemuda berburu burung langka khas Kalimantan yang membuat banyak akun lainnya geram.
Akun facebook dengan nama Aldy Nasccar ini memposting dua foto dengan menggenggam tiga burung.
Dalam beberapa jam saja postingan dibagikan 44 akun lainnya dan dikomentari 89 akun.


Sayangnya postingan tersebut menghilang dari akun facebook Aldy Nasccar, namun masih banyak dibagikan di banyak akun.
Satu di antaranya di akun Pesona Kalimantan Selatan, yang memperlihatkan postingan akun Aldy NAsccar dengan tiga burung langka Kalimantan.
"Lagi viral dibincangkan di kalangan medsos! Sangat disayangkan burung yang endemik khas Kalimantan diburu dan dibunuh. Burung yang popolasinya bisa dibilang hampir punah terlihat di postingan akun facebook "Aldy Nasccar" dia memposting beberpa ekor burung hasil buruan dengan ket. "hasil berburu kemaren hari minggu". terakhir saya cek postingan sudah di hapus dari akun facebooknya. dan di stts terakhir facebook di banjiri komentar. Semoga pihak terkait bisa menyelidiki apa modus pemburuan burung endemik khas Kalimantan itu".
Berdasarkan penelusuran BPost Online, terdapat dua jenis burung endemik kalimantan yang ditangkap oleh dua pemuda tersebut.
Satu di antaranya adalah burung enggang. Burung berparuh dengan nama sains Buceros yang artinya tanduk lembu, dalam bahasa Yunani.
Burung ini bukan burung biasa, tetapi merupakan salah satu burung yang dikeramatkan oleh suku Dayak.
Dilansir 1001indonesia, burung enggang atau rangkong dalam bahasa Inggris disebut hornbill karena paruhnya memiliki tanduk atau cula. Oleh masyarakat Dayak, enggang termasuk burung yang dikeramatkan.
Burung yang termasuk dalam spesies yang dilindungi ini hampir tidak bisa dilepaskan dari kehidupan suku dayak. Makna burung enggang bagi suku dayak menjadi salah satu tanda kedekatan masyarakat Nusantara dengan alam sekitarnya.
Di dunia, terdapat 57 spesies enggang yang tersebar di Asia dan Afrika, 14 di antaranya ada di Indonesia. Dari 14 spesies tersebut, 3 di antaranya termasuk spesies endemik yang tidak terdapat di negara lain. Dari berbagai spesies yang ada, enggang gading adalah yang terbesar dan menjadi target para pemburu liar karena paruhnya amat mahal.
Masyarakat suku Dayak sangat menghormati burung enggang dan menganggapnya sebagai panglima burung. Hampir seluruh bagian tubuh burung enggang menjadi lambang dan simbol kebesaran dan kemuliaan suku Dayak.
Burung enggang juga dianggap sebagai lambang perdamaian dan persatuan. Oleh karena itu, burung enggang dapat kita temukan di hampir setiap ruang masyarakat dayak, seperti pada patung, ukiran, lukisan, pakaian, rumah, balai desa, monumen, pintu-pintu gerbang, juga di makam-makam.
Bagi orang Dayak, enggang juga menjadi simbol seorang pemimpin yang ideal. Hal ini dikarenakan burung enggang terbang dan hinggap di gunung-gunung dan pepohonan yang tinggi, bulu-bulunya indah, dan suaranya terdengar ke mana-mana.
Sayapnya yang tebal menggambarkan pemimpin yang melindungi rakyatnya. Suaranya yang keras menyimbolkan perintah pemimpin yang selalu didengar oleh rakyat. Ekornya yang panjang menjadi tanda kemakmuran rakyatnya. Secara keseluruhan, burung enggang menyimbolkan watak seorang pemimpin yang dicintai rakyatnya.
Paruh burung enggang digunakan sebagai lambang pemimpin perang orang dayak. Namun, karena orang Dayak mengeramatkan burung ini, orang dayak hanya mengambil paruh enggang yang sudah mati.
Bulu ekornya yang memiliki warna hitam dan putih digunakan dalam pakaian adat Kalimantan dan digunakan sebagai kostum dalam tari-tarian saat upacara adat. Para penari adat menggunakan bulu enggang sebagai hiasan kepala dan jari-jari tangan.
Burung yang panjangnya bisa mencapai 150 cm ini juga menjadi lambang kesetiaan dan kerukunan. Hal ini berangkat dari cara hidupnya yang unik. Burung enggang hidup berpasang-pasangan dan tidak dapat hidup tanpa pasangannya. Burung enggang betina suka bertelur di lubang pohon.
Sarangnya ditutupi lumpur dan hanya menyisakan sedikit lubang. Saat mengerami telurnya, enggang betina tinggal di dalam sarang. Selama waktu pengeraman yang berlangsung lama ini (sekitar 4 bulan), enggang jantan akan memberi makan enggang betina melalui lubang kecil tersebut.
Sekarang, burung yang berperan dalam penyebaran benih pohon di hutan ini menjadi burung yang sangat langka dan sangat sulit ditemui di hutan Kalimantan. Penyusutan populasi enggang berakibat pada pelambatan pertumbuhan benih-benih pohon.
Habitat burung ini sebagian telah rusak oleh penebangan liar dan pengalihan hutan menjadi perkebunan kelapa sawit. Belum lagi ulah para pemburu liar. Reproduksi enggang sendiri makan waktu cukup lama. Harga paruh dan bulu burung enggang yang sangat mahal menarik orang untuk memburunya.
Kesemuanya berdampak pada makin langkanya enggang di hutan-hutan Kalimantan. Jika hal ini dibiarkan, di kemudian hari sangat mungkin kita hanya mengenangnya melalui gambar dan rekaman video saja, sementara burung aslinya sudah punah dari muka bumi.
Viral, Beraninya Dua Pemuda Ini Berburu Burung Keramat Suku Dayak
facebook
Akun facebook dengan nama Aldy Nasccar ini memposting dua foto dengan menggenggam tiga burung.
burung langka
burung langka (facebook)
burung langka
burung langka (net)

Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2017/08/31/viral-beraninya-dua-pemuda-ini-berburu-burung-keramat-suku-dayak?page=all

Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Kamis/31082017/15.50Wita/Bjm 

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya