Tantangan Ibu di Zaman Now
Andai saja di dunia ini tidak ada seorang ibu tanggap bernama Nancy Matthews Edison, mungkin hingga saat ini dunia masih gelap. Ini karena selain menjadi ibu, Nancy merupakan gurunya manusia yang tangguh. Ia mampu mendidik anaknya, Thomas Alva Edison (penemu lampu pijar dan pemegang 1.093 hak paten), hingga menjadi ilmuwan dunia ketika dunia pendidikan formal sudah menyatakan angkat tangan. Di sekolah dasar, Edison hanya bertahan selama tiga bulan. Pasalnya, dalam waktu singkat tersebut, pihak sekolah sudah menyatakan Edison ialah anak bodoh, bahkan idiot. Pascakeluar dari sekolah formal, Edison mengalami keputusasaan yang sangat karena merasa dirinya sangat bodoh. Saat itulah Nancy berperan sebagai pendidik sekaligus motivator tangguh. Dalam kondisi tertekan semacam itu, mestinya Nancy mengalami distres (stres yang berdampak negatif) sebagaimana jamaknya kaum ibu. Pukulan terhadap nasib anaknya justru menjadikan Nancy tetap berpikir positif sembari memberikan motivasi kepada Edison agar tetap mau belajar. Ia memanfaatkan stres menjadi eustress yang memberdayakan.Cara mengajar Nancy yang menarik meningkatkan semangat Edison dalam menimba ilmu. Karakter yang dibangun Nancy pada Edison menjadikan anak terakhirnya ini lebih dewasa ketimbang anak-anak seusianya. Rahasia kesuksesan Nancy dalam mendidik Edison ialah mendedikasikan seluruh waktunya bagi pendidikan Edison. Ia juga tidak memaksakan kehendak, tetapi berusaha mengembangkan pengalaman dan mencari berbagai cara yang menarik untuk menggugah rasa ingin tahu dan keinginan Edison agar dapat belajar mandiri (abiumi.com). Edison pun tumbuh menjadi pribadi yang mengalami perluasan diri.
Dalam mengajar Edison, Nancy selalu menerapkan model pendidikan humanis. Nancy selalu melihat potensi yang ada pada diri Edison sebagaimana yang diajarkan dalam teori kecerdasan multiple intelligence, yakni berfokus pada kemampuan dan kelebihan sekaligus tidak memedulikan kelemahan yang ada. Saat Edison sudah memiliki semangat belajar kembali, Nancy dengan sabar selalu melayani proses belajar Edison walaupun melelahkan. Model belajar Edison yang sangat berbeda dengan kebanyakan anak seusianya membuatnya banyak bertanya dengan pertanyaan yang unik serta melakukan eksperimen-eksperimen lapangan yang unik pula. Namun, Nancy selalu memberikan apresiasi positif.. Salah satu eksperimen itu ialah mengerami telur ayam. Bermula dari keingintahuan Edison terhadap perilaku induk ayam yang mengerami telur-telurnya, ia menanyakan alasan kepada Nancy. Nancy pun menjawab sesuai dengan yang diketahui, yakni agar telur-telur tersebut bisa menetas, berubah menjadi ayam sebagaimana induknya. Bagi Thomas, alasan Nancy ini justru semakin menambah rasa penasarannya. Hanya, ia urung menanyakan lagi hingga suatu ketika ia melakukan eksperimen mengerami telur-telur ayam milik saudaranya.
Melihat model belajar Edison yang suka dengan eksperimen lapangan, Nancy pun membangunkan laboratorium kecil di rumah. Kepada Edison, Nancy juga mengajarkan ilmu dasar (baca-tulis) serta berbagai macam ilmu pengetahuan, semisal ilmu pengetahuan alam, sejarah, dan sastra. Atas upaya keras Nancy yang tak kenal putus asa inilah, Edison yang semasa kecil dilabeli sebagai anak bodoh dan idiot bisa berkembang menjadi sosok ilmuwan dunia. Bahkan, berkat eksperimentasi bola lampunya, seluruh penduduk dunia merasakan hasilnya.
Kisah tersebut hanyalah satu dari sekian banyak kisah betapa sosok ibu memiliki peran sentral dalam mendidik anak-anaknya. Hal yang sama terjadi di Indonesia, kita mengenal Ir Soekarno. Dalam sejarahnya, kebesaran nama Soekarno juga tak lepas dari peran sentral pendidikan dari ibu serta pengasuh yang dianggapnya sebagai ibu. Di dalam buku Sarinah (2015), S Wisnuwardhana memaparkan Sarinah merupakan tokoh yang memengaruhi kesadaran Soekarno terhadap kehidupan rakyat Indonesia. Selain itu, ia juga menjadi seorang perempuan yang memantik rasa cinta Soekarno kepada bangsa dan Tanah Air Indonesia. Sebagai seorang pengasuh, Sarinah selalu berusaha menjadi ibu yang baik bagi Soekarno. Ia pun menanamkan rasa cinta dan pengabdian terhadap rakyat serta Tanah Air kepada Soekarno.
Harus diakui tantangan ibu-ibu sekarang (zaman now) ialah adanya pilihan menjadi perempuan karier dan merebaknya media informasi smart. Kemegahan-kemegahan tersebut sekilas dapat membantu ibu-ibu dalam menyukseskan pendidikan anak. Namun, kenyataannya, kementerengan status ibu sebagai perempuan karier ataupun media informasi canggih justru menjadikan para ibu terlena dengan pendidikan anak. Dapat dibayangkan betapa sangat telantarnya pendidikan anak-anak perempuan karier yang dilengkapi dengan kehidupan serba digital. Selama 24 jam, ibu-ibu semacam ini hampir tidak pernah memerhatikan pendidikan anaknya. Pagi-pagi benar, mereka sudah persiapan berangkat kerja.Jika ada waktu luang sedikit, mereka gunakan untuk berselancar di dunia maya, bahkan mengunggah foto kelucuan anaknya yang baru saja bangun tidur di media sosial. Selanjutnya, mereka asyik berkomentar atas posting-an tersebut hingga waktu berangkat kerja. Pada waktu sore atau malam hari, mereka sudah kelelahan hingga harus beristirahat. Jika toh masih bisa beraktivitas, yang dikerjakan juga yang ringan dan menyenangkan; membuka media sosial lagi.
Sementara itu, anak-anak mereka dipercayakan pada sekolah formal serta bimbingan belajar. Mereka dididik sesuai dengan kehendak pendidik tanpa memperhatikan bakat serta kelemahan anak. Hingga saat ini, pendidikan kita masih menganggap anak didik memiliki kualitas kecerdasan sama sehingga diperlakukan sama dalam pendidikan. Mereka dijejali materi pendidikan yang sama dan diharuskan dapat menyerap materi pendidikan yang sama pula. Jika tidak, anak tersebut akan terasing karena diangap bodoh. Bermula dari fenomena memprihatinkan semacam ini, peringatan Hari Ibu mesti menjadi momentum berharga bagi kaum ibu untuk semakin memperhatikan pendidikan anak. Jangan sampai pendidikan anak dinomorduakan jika dibandingkan dengan bekerja atau bahkan sekadar berselancar di dunia maya . Karena itu, persiapkanlah anak-anak kalian untuk masa depan mereka dan masa depan bangsa ini. Sebab, di tangan para ibu nasib bangsa ini akan ditentukan. Ibu pun menjadi salah satu tokoh sentral atas keberhasilan ataupun kegagalan anak. Selamat Hari Ibu! (*)
*Oleh: Pribakti B
Dokter RSUD Ulin Banjarmasin
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2017/12/21/tantangan-ibu-di-zaman-now
Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Kamis/22122017/10.33Wita/Bjm