Setelah 10 Orang Tewas, Polisi Iran Bersikap Keras, Ratusan Demonstran Ditahan
WARTA KOTA, PALMERAH -- Wakil Gubernur Teheran menyampaikan bahwa polisi telah menahan ratusan pengunjuk rasa di ibu kota negara, Senin (1/1), saat polisi kian bertindak keras terhadap penentang pemerintah sejak pekan lalu yang telah memakan sepuluh korban tewas."Dua ratus orang ditangkap pada Sabtu, 150 orang pada Minggu dan sekira 100 orang pada Senin," kata Ali Asghar Naserbakht, Wakil Gubernur Provinsi Teheran, seperti dikutip kantor berita setengah resmi ILNA, Selasa.
Pasukan keamanan Iran berupaya menahan unjuk rasa, yang terjadi pada Kamis pekan lalu, dan berlanjut di seluruh negeri dalam aksi menentang paling berani dalam bertahun-tahun kepemimpinan ulama negara tersebut.
Sikap pihak keamanan semakin keras ketika seorang anggota pasukan keamanan dilaporkan tewas pada Senin.
Kerusuhan tersebut adalah yang terburuk sejak kerumunan orang turun ke jalan pada tahun 2009 untuk mengutuk pemilihan ulang presiden saat itu, Mahmoud Ahmadinejad.
Selain itu, ratusan pengunjuk rasa lain ditangkap di luar Kota Teheran.
Naserbakht mengatakan bahwa situasi di Teheran terkendali dan polisi belum meminta bantuan pasukan khusus Garda Revolusi.
Kantor berita Mehr juga mengutip seorang pejabat pengadilan yang mengatakan bahwa beberapa pemimpin demonstrasi di Karaj, kota terbesar keempat di Iran, telah ditangkap.
Video di media sosial pada Senin menunjukkan bentrokan secara intensif di pusat Kota Qahderijan antara pasukan keamanan dan demonstran yang mencoba menduduki sebuah kantor polisi, yang sebagian terbakar.
Terdapat laporan yang belum dikonfirmasi tentang adanya beberapa korban di antara para demonstran.
Pemerintah mengatakan membatasi sementara akses ke aplikasi pesan Telegram dan Instagram. Terdapat laporan bahwa akses Internet seluler ditutup di beberapa wilayah, demikian laporan kantor berita Xinhua China.
Sehari sebelumnya dilaporkan, sepuluh orang tewas dalam unjuk rasa pada Minggu. Demikian kata televisi setempat melaporkan pada Senin (1/1/2018).
"Dalam beberapa kejadian tadi malam, sekitar 10 orang tewas di beberapa kota," kata stasiun televisi pemerintah tanpa menjelaskan lebih lanjut.
Iran adalah salah satu negara penghasil terbesar minyak dunia dan kekuatan utama kawasan, yang terlibat dalam kemelut kawasan di Suriah dan Yaman untuk memperebutkan pengaruh dengan Arab Saudi.
Keterlibatan Iran dalam sengketa kawasan itu membuat warga kecewa karena mereka ingin pemerintah lebih fokus menciptakan lapangan kerja daripada menghabiskan uang negara untuk perang di luar negeri.
Unjuk rasa pertama kali muncul di kota terbesar kedua Iran, Masshad, untuk menentang kenaikan harga-harga. Unjuk rasa itu kemudian meluas ke berbagai kota lain dan berkembang menjadi demonstrasi politik anti-pemerintah.
via Antaranews.com
Unjuk
rasa massa penentang Pemerintah Iran berlanjut di Ibu Kota Teheran,
Selasa (2/1/2018), yang memicu polisi bertindak lebih keras sehingga
sesedikitnya ratusan demonstran ditangkap pada Senin (1/1/2018).
Unjuk Rasa Iran Dikabarkan Sudah Tewaskan 10 Orang
TRIBUNJATENG.COM - Sepuluh orang tewas dalam waktu semalam dalam aksi unjuk rasa antipemerintah yag melanda Iran, seperti dilaporkan stasiun TV milik pemerintah."Dalam peristiwa-peristiwa tadi malam, disayangkan total sekitar 10 orang tewas di beberapa kota," menurut stasiun TV tersebut. Dengan demikian jumlah korban yang jatuh sejak unjuk rasa marak Kamis (28/12/2017) lalu sudah mencapai 12 jiwa.
Presiden Hassan Rouhani pada hari Minggu (31/12/2017) -dalam komentar pertamanya tentang protes yang menentang pemerintah itu- memperingatkan bahwa kekerasan tidak akan ditolerir.
Bagaimanapun Presiden Rouhani menyadari adanya keluhan atas situasi ekonomi, kurangnya transparansi maupun korupsi sambil sekaligus membela kebijakannya.
Rakyat, menurutnya, sepenuhnya bebas untuk mengungkapkan kritik atas pemerintah atau menggelar aksu unjuk rasa... dengan 'cara yang bisa mengarah pada peningkatan kondisi negara' dan memperingatkan penentangan atas aksi kekerasan.
Namun protes berlanjut sepanjag malam dan polisi menggunakan gas air mata serta meriam air untuk membubarkan unjuk rasa di Alun-alun Engheleb di ibu kota Teheran.
Unjuk rasa juga dilaporkan berlangsung di Kermanshah dan Khorramabad di sebelah barat Iran, Shahinshahr di barat daya, dan kota di Iran utara, Zanjan.
Berawal di kota terbesar kedua Iran, Mashhad, pada Kamis pekan lalu, unjuk rasa ini merupakan ungkapan penentangan atas pemerintah yang terbesar setelah protes untuk menentang hasil pemilihan presiden 2009 lalu, yang kemudian dibungkam dengan tindakan kekerasan aparat.
Sementara itu Garda Revolusioner Iran, IRGC, sudah memperingatkan bahwa para pengunjuk rasa akan menghadapi 'tangan besi' bangsa jika kerusuhan politik terus berlangsung.
IRGC merupakan badan yang berpengaruh yang berhubungan langsung dengan pemimpin agung Ayatullah Ali Khamenei dan bertujuan untuk melindung sistem Islam di negara itu.
Para wartawan melaporkan bahwa keterlibatan mereka secara resmi untuk menghadapi unjuk rasa akan merupakan eskalasi yang signifikan.
Hingga saat ini sekitar 400 orang dilaporkan sudah ditangkap, termasuk 200 orang yang berunjuk rasa di Teheran pada Sabtu (30/12) lalu.
Pihak berwenang juga sudah melakukan pembatasan atas media sosial -yaitu Telegram dan Instagram- karena kekhawatiran digunakan untuk menjalin unjuk rasa.
Media pemerintah mulai menyiarkan beberapa rekaman gambar tentang unjuk rasa ini namun terfokus pada kaum muda yang menyerang bank-bank dan kendaraan bermotor serta bendera Iran yang dibakar, seperti dilaporkan kantor berita AFP.
Sementara rekaman video yang diperoleh BBC Persia memperlihatkan polisi menggunakan meriam air untuk membubarkan pengunjuk rasa di sebuah persimpangan besar di Teheran.
Unjuk rasa ini awalnya memprotes meningkatnya harga-harga dan kesulitan ekonomi namun kemudian berkembang menjadi ungkapan politik di beberapa tempat dengan seruan menentang Pemimpin Agung Ayatullah Ali Khamenei, Presiden Hassan Rouhani, dan campur tangan Iran dalam politik kawasan. (BBC Indonesia)
AFP
Selain di ibu kota Teheran, unjuk rasa juga berlangsung di beberapa kota lain.
Awalnya Hanya Protes Harga Barang, Kini Demonstrasi di Iran Membesar dan Tewaskan 21 Orang
TRIBUNBATAM.ID, TEHERAN - Demonstrasi menentang pemerintahan Presiden Hassan Rouhani di Iran belum menunjukkan tanda-tanda bakal berhenti.Malah, seperti dilaporkan televisi pemerintah via AFP Selasa (2/1/2018), terdapat tambahan korban tewas akibat bentrokan antara para pengunjuk rasa dengan pihak keamanan.
Sembilan orang tewas ketika kerusuhan terjadi antara pasukan Garda Revolusi dengan para pengunjuk rasa di kawasan Isfahan.
Rinciannya, enam orang terbunuh ketika berusaha menyerang pos polisi di kota Qahderijan yang mempunyai populasi 30.000 jiwa tersebut.
Kemudian tiga orang tewas di kota Kahriz Sang. Dua di antaranya merupakan anggota penegak hukum, sedangkan sisanya merupakan warga sipil yang tengah melintas.
Dengan demikian, total sejak demonstrasi terjadi di Masyhad Kamis (28/12/2017), 21 orang tewas.
Sementara 450 orang ditahan di ibu kota Teheran dalam demo tiga hari terakhir.
"Bagi kami, ini lebih baik dari pada hanya sekedar duduk dan diam," ujar demonstran bernama Milad kepada Al Jazeera.
Sementara Aslan, pria 52 tahun yang tidak ikut berunjuk rasa, menuturkan sudah saatnya rakyat Iran menunjukkan bahwa mereka tidak bahagia.
"Pemerintah seharusnya membiarkan mereka turun ke jalan, dan protes apa yang mereka keluhkan," kata Aslan.
Sekretaris Dewan Tertinggi Keamanan Iran, Ali Shamkhani mengatakan, demo ini merupakan yang terburuk sejak 2009.
"Pesan yang ditampilkan terkait situasi di Iran berasal dari Amerika Serikat (AS), Inggris, dan Arab Saudi," ujar Shamkhani.
Sebelumnya, demonstrasi bermula di Masyhad, kota terbesar kedua Iran, Kamis (28/12/2017).
Awalnya demo tersebut mengecam harga-harga barang yang tinggi, ekonomi yang tidak kunjung membaik, hingga merebaknya kasus korupsi.
Padahal, ketika meneken kesepakatan nuklir pada 2015 untuk mencabut sanksi internasional dari PBB, Presiden Rouhani menjanjikan perbaikan ekonomi.
Namun, faktanya tingkat penganggueran masih menembus angka 12,4 persen.
Demo kemudian merebak di kota besar lainnya seperti Qom, Kermanshah, hingga Teheran.
Nahasnya, demo tersebut juga diselingi dengan konflik melawan para penegak hukum. (kompas.com/Ardi Priyatno Utomo)
businessinsider
Demonstrasi di Iran.Sumber Berita : http://batam.tribunnews.com/2018/01/02/awalnya-hanya-protes-harga-barang-kini-demonstrasi-di-iran-membesar-dan-tewaskan-21-orang?page=allPemimpin Iran: Musuh Gunakan Berbagai Cara untuk Serang Iran
SALAFYNEWS.COM, TEHERAN
– Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Ali Khamenei mengatakan bahwa
musuh-musuh telah menggunakan berbagai alat untuk melakukan pukulan
terhadap bangsa Iran dan Republik Islam dalam perkembangan terakhir di
negara ini.
Baca: Intelijen Iran Tangkap Sejumlah Agen Penyusup dalam Aksi Demo Anti Pemerintah
“Selama beberapa hari terakhir ini,
musuh-musuh Iran, dengan menggunakan berbagai alat yang mereka miliki,
termasuk uang, senjata, politik, dan aparat keamanan, telah bersekutu
(satu sama lain) untuk menciptakan masalah bagi Republik Islam,”
ungkapnya pada hari Selasa (02/01) sebagaimana dikutip Press TV.
Ayatollah Khamenei, bagaimanapun,
menggambarkan “semangat keberanian, pengorbanan dan iman” di negara Iran
sebagai penghalang di jalan musuh.
Pemimpin tertinggi Iran itu membuat pernyataan tersebut dalam sebuah pertemuan mingguan dengan sejumlah keluarga para syuhada.
Baca: Kelompok Takfiri dan Agen Asing Dibalik Demo Anti Pemerintah Iran
Ayatollah Khamenei menunjukkan situasi
menyedihkan yang menimpa negara-negara Asia Barat dan Afrika Utara
tertentu, yang telah menjadi sasaran invasi asing.
Pemimpin Iran itu memperingati
pengorbanan yang dilakukan oleh tentara Iran yang telah berjuang dan
kehilangan nyawa mereka selama perang 1980-88 dengan Irak.
Baca: Ali Khamanei: Target Utama Teroris ISIS Bukan Suriah dan Irak Tapi Iran
Jika saja (kala itu) musuh menemukan
jalannya ke Iran selama perang delapan tahun, “mereka sama sekali tidak
akan memiliki belas kasihan, dan situasi yang jauh lebih buruk daripada
di Libya dan Suriah akan diciptakan untuk Iran,” jelasnya. (SFA)
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/pemimpin-iran-musuh-gunakan-berbagai-cara-untuk-serang-iran.html
Intelijen Iran Tangkap Sejumlah Agen Penyusup dalam Aksi Demo Anti Pemerintah
SALAFYNEWS.COM, IRAN –
Kementerian Intelijen Iran mengatakan bahwa mereka telah
mengidentifikasi dan menangkap sejumlah agen asing di balik kerusuhan
saat demonstrasi baru-baru ini terhadap kondisi ekonomi di sejumlah kota
di Iran dalam beberapa hari terakhir.
Baca: Kelompok Takfiri dan Agen Asing Dibalik Demo Anti Pemerintah Iran
Dalam sebuah pernyataan pada hari Senin,
kementerian tersebut mengatakan bahwa pasukan keamanan Iran dibantu
oleh masyarakat telah berhasil menahan beberapa elemen yang memicu
kerusuhan di beberapa kota di seluruh negeri.
Ditambahkan bahwa upaya terus dilakukan untuk menangkap agen lain sesegera mungkin.
Menurut pernyataan kementerian tersebut,
beberapa pertemuan damai yang diadakan dalam beberapa hari terakhir
untuk mengungkapkan tuntutan publik telah berubah menjadi kekerasan
“karena adanya unsur-unsur yang mencurigakan dan agresif” yang merusak
properti publik dan menyebabkan korban jiwa.
Baca: Iran Kecam Putra Mahkota Saudi Karena Sebut Ali Khamanei ‘Hitler Timur Tengah’
Sejak Kamis, kelompok pemrotes Iran
mengadakan demonstrasi di beberapa kota untuk menyuarakan kemarahan
mereka karena kenaikan harga dan kondisi ekonomi. Kekerasan sporadis
meletus selama demonstrasi, menyebabkan sejumlah kematian.
Baca: Perang Iran-Amerika Semakin Dekat
Presiden Iran Hassan Rouhani mengatakan
pada hari Senin bahwa rakyat Iran akan menghadapi “kelompok kecil
perusuh dan pelanggar hukum yang mengeksploitasi demonstrasi tersebut.
(SFA)
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/intelijen-iran-tangkap-sejumlah-agen-penyusup-dalam-aksi-demo-anti-pemerintah.html
Analis: Dukung Teroris dan Rezim Represif Cara AS-Inggris Gulingkan Negara Lain
SALAFYNEWS.COM, LONDON –
Amerika Serikat dan Inggris seperti biasa mendukung rezim represif dan
organisasi teroris di seluruh dunia, sambil berusaha untuk menggulingkan
negara-negara independen dan demokratis, kata seorang analis akademik
dan politik di London.
Baca: Rusia Keluarkan Bukti Amerika Bersekutu dengan Teroris di Suriah
Kritikus mengatakan Washington tampaknya mengikuti pendekatan standar ganda dalam hal demonstrasi baru-baru ini di Iran.
“Demokrasi adalah satu hal yang AS dan
Inggris tidak inginkan dan itu diperlihatkan dengan dukungan terus
menerus mereka terhadap semua otokrasi yang kejam di Timur Tengah,” kata
profesor Rodney Shakespeare.
Baca: Rusia ‘Tampar’ Wajah Barat dan Amerika Terkait Teroris ISIS di Suriah
“Anda tidak hanya melihat standar ganda;
Anda melihat kebijakan yang disengaja untuk mendukung otokrasi yang
kejam dan menyiksa; AS menciptakan ISIS, menyelamatkan ISIS, serta
kelompok Takfiri dengan helikopter,” kata Shakespeare kepada Press TV
pada hari Senin.
Iran telah mengecam dukungan Washington
pada “perusuh dan oportunis” dalam demonstrasi menentang kondisi ekonomi
di sejumlah kota Iran.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri
Iran, Bahram Qassemi, pada hari Sabtu mengutuk ucapan “murah, tidak
berharga dan tidak benar” Presiden Donald Trump dan pejabat AS lainnya.
Baca: Kelompok Takfiri dan Agen Asing Dibalik Demo Anti Pemerintah Iran
“Amerika Serikat dan Inggris berpikir
bahwa mereka memiliki hak untuk mencampuri urusan dalam negeri Iran,
hanya karena mereka pikir mereka memiliki hak untuk campur tangan di
manapun di seluruh dunia,” kata Shakespeare.
“Setiap hari, Amerika, dan sebagian
kecil Inggris, mengganggu politik sebuah negara di suatu tempat di
seluruh dunia,” tambahnya.
AS telah menyaksikan demonstrasi massa
yang ekstensif dalam beberapa dekade terakhir dalam menanggapi berbagai
masalah di negara ini, termasuk keluhan ekonomi, ketidaksetaraan
kekayaan, pelanggaran hak asasi manusia dan kebrutalan polisi. (SFA)
Sumber: PTV
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/analis-dukung-teroris-dan-rezim-represif-cara-as-inggris-gulingkan-negara-lain.html
Analis: Dukungan Trump Tidak Akan Disambut Para Demonstran di Iran
ARRAHMAHNEWS.COM, TEHERAN
– Iran dilanda gelombang protes yang terus berlanjut, Presiden AS
Donald Trump memanfaatkan kesempatan untuk mengatakan bahwa Iran
membutuhkan “perubahan.” Namun Presiden AS tersebut gagal memahami sifat
sebenarnya dari demonstrasi, kata analis kepada RT.
Hanya beberapa hari sebelum Tahun Baru,
Trump melanjutkan kegugupan di Twitter, mengutuk Iran dan pada saat yang
sama meminta negara tersebut untuk “menghormati hak rakyat.” Dia
memperingatkan bahwa “rezim yang menindas” tidak “bertahan selamanya,”
dan menambahkan bahwa AS “sangat memperhatikan pelanggaran hak asasi
manusia” dalam upaya nyata untuk mengungkapkan dukungannya kepada para
pemrotes.
Baca: Bias Media Barat dan Pro-Barat dalam Pemberitaan Demonstrasi Iran.
Komentarnya, yang terjadi di tengah
demonstrasi massa yang tengah menyapu Republik Islam Iran sejak 28
Desember, memprovokasi reaksi marah di Teheran. Presiden Iran Hassan
Rouhani mengatakan bahwa AS tidak memiliki hak moral untuk bertindak
seolah-olah membela hak-hak warga Iran karena Washington sendiri
menyebut mereka teroris.
Sentimen Rouhani kemungkinan besar akan
disambut oleh kebanyakan orang Iran, kata analis kepada RT. Mereka
menambahkan bahwa segala sesuatu yang Trump katakan sekarang tidak
relevan karena pernyataan sebelumnya, yang memperlihatkan sikap umum
Washington terhadap Republik Islam.
Publik Iran, termasuk mereka yang
melakukan demonstrasi di jalanan, melihat AS dan Trump secara pribadi
sangat negatif, dan benar-benar tidak percaya pada Washington, Ahmed
Al-Burai, seorang dosen di Universitas Aydin di Istanbul, mengatakan.
Al-Burai menjelaskan bahwa orang Iran
tidak percaya Trump karena kebijakan pemerintahannya pada kesepakatan
internasional 2015 mengenai program nuklir Iran. Trump berulang kali
menyebutnya “kesepakatan yang mengerikan,” bahkan menolak untuk
mengesahkan kembali kepatuhan Iran terhadap kesepakatan tersebut pada
bulan Oktober 2016, namun menunda hal tersebut ke Kongres.
Baca: Intelijen Iran Tangkap Sejumlah Agen Pemicu Kerusuhan.
Washington juga “tidak dapat dipercaya”
di mata orang-orang Iran sebagai akibat kebijakan AS di Timur Tengah,
yang telah menyebabkan perang dan kehancuran di Irak, serta mengacaukan
Suriah. Segala gangguan yang telah dilakukan oleh pemerintah Amerika,
bahkan dalam bentuk tweet, “tidak diterima di seluruh wilayah,
[khususnya] di Iran, di antara para politisi dan orang-orang di jalanan
karena mereka telah mengalami agenda AS di Timur Tengah,” kata Al-Burai
kepada RT.
Faktor kunci lain yang menghalangi Trump
untuk mempengaruhi suasana publik di Iran sampai batas tertentu adalah
hubungan dekat Washington dengan Arab Saudi dan Israel. Riyadh
sebenarnya adalah tujuan perjalanan luar biasa Presiden AS yang pertama
pada bulan Mei 2017, di mana dia menutup kesepakatan senjata raksasa
dengan Kerajaan senilai $ 350 miliar selama 10 tahun, dengan sekitar $
110 miliar akan diberlakukan segera.
Trump memperbaharui dukungan Amerika
atas Israel dengan jelas mengakui Yerusalem sebagai ibukota rezim
Zionis. Langkah tersebut memicu kemarahan di seluruh dunia Muslim,
bahkan sekutu terdekat Washington ragu untuk mendukungnya.
Orang Iran mengerti bahwa AS tidak
tertarik pada proyek pembangunan jangka panjang untuk Iran atau bahkan
dalam “memberdayakan oposisi politik apapun di lapangan,” kata Al-Burai.
Sebaliknya, Washington mengejar kepentingannya sendiri dan juga
kepentingan sekutu regionalnya, Arab Saudi dan Israel, yang berarti
bahwa setiap gerakan AS pada akhirnya akan berbahaya bagi Republik Islam
Iran.
Baca: Pancing Kerusuhan, Agen Asing Tembaki Pemrotes di Iran.
Kata-kata Al-Burai digaungkan oleh Seyed
Mostafa Khoshcheshm, seorang analis politik yang mengatakan kepada RT
bahwa “yang mereka [AS] cari adalah mendelegitimasi kebijakan Iran,
pendirian Iran dan juga pembangunan militernya di wilayah tersebut,
termasuk kehadiran di Suriah dan Irak … untuk menjatuhkan sanksi lebih
lanjut atas [Teheran]. “Semua pernyataan yang Washington buat untuk
mendukung para pemrotes sebenarnya ditujukan untuk mempolitisir
kerusuhan di Iran dan mendelegitimasi kebijakan Iran di kancah
internasional yang mendukung AS,” tambahnya.
Pada akhirnya, tujuan AS tetap sama: ia
berusaha mendapatkan konsesi dari Teheran atas program nuklir dan misil
untuk merongrong kekuatannya, danuntuk mengurangi pengaruhnya di Timur
Tengah, Khoshcheshm menjelaskan.
AS tahu bahwa hal itu tidak dapat
menggulingkan pemerintah Iran dengan demonstrasi yang jauh lebih kecil
daripada demo yang berakhir rusuh menyusul pemilihan presiden pada tahun
2009, kata Khoshcheshm. Dia menambahkan bahwa media barat – bahkan
Trump sendiri – “berusaha keras … untuk mempolitisir” dan
membesar-besarkan masalah ini.
Sementara itu, Al-Burai menjelaskan
bahwa demonstrasi Iran sebenarnya bersifat ekonomi dan bukan bersifat
politis. “Kelas menengah yang turun ke jalan menuntut reformasi ekonomi,
menuntut lebih banyak pekerjaan dan lapangan kerja, menuntut standar
kehidupan yang lebih baik,” katanya, dan menambahkan bahwa para
demonstran pada dasarnya tidak tertarik pada eskalasi atau politik
apapun. Kerusuhan yang Trump harapkan hanya gelombang kecil dari
kelompok anti revolusi yang memanfaatkan situasi.
Dia juga menunjukkan bahwa kekuatan
politik di balik demonstrasi bisa jauh dari apa yang diharapkan presiden
AS. Dalam tweetnya, Trump berulang kali mengatakan bahwa orang Iran
“muak dengan korupsi” dan “lapar … untuk kebebasan,” yang akan
menyiratkan semacam kebebasan bergaya barat.
Namun, sebenarnya bisa berubah bahwa
demonstrasi dilakukan oleh kelompok garis keras Iran dan konservatif
yang menantang kepresidenan Rouhani, yang dianggap politisi “moderat” di
Republik Islam Iran.
Baca: Propaganda Media Barat Dibalik Demonstrasi di Iran.
Kota Masyhad adalah salah satu tempat
demonstrasi dimulai. Al-Burai menjelaskan bahwa ini sebenarnya adalah
“basis pesaing besar Rouhani” pada pemilihan presiden terakhir, Ebrahim
Raisi.
Sementara itu, AS tampaknya tidak
memperhatikan situasi sebenarnya di lapangan. Pada hari Senin, Wakil
Presiden AS Mike Pence menjanjikan dukungan penuh kepada para pemrotes
Iran dengan mengatakan, “Kita tidak boleh dan kita tidak akan
mengecewakan mereka.” (ARN)
Sumber: RTSumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/01/02/analis-dukungan-trump-tidak-akan-disambut-para-demonstran-di-iran/
Kemenlu Rusia: Intervensi Asing dalam Urusan Internal Iran Tak Bisa Diterima
ARRAHMAHNEWS.COM, MOSKOW
– Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan harapan bahwa protes di Iran
tidak akan berubah menjadi kekerasan, tidak akan mengakibatkan
pertumpahan darah.
Mengomentari situasi saat ini di
Teheran, di mana demonstrasi massa telah memasuki hari kelima,
Kementerian Luar Negeri Rusia mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa
intervensi dari luar terhadap situasi di Iran tidak dapat diterima.
Baca: Bias Media Barat dan Pro-Barat dalam Pemberitaan Demonstrasi Iran.
“Intervensi luar [dalam urusan internal
Iran] dapat mengganggu kestabilan situasi yang tidak dapat diterima,”
kata pernyataan tersebut.
Beberapa kota besar di Iran, termasuk
Teheran, Masyhad, Isfahan dan Rasht, dilanda demonstrasi sejak 28
Desember 2017. Rakyat turun ke jalan untuk memprotes pengangguran,
kemiskinan, dan peningkatan biaya hidup, serta kebijakan Presiden Iran
Hassan Rouhani. Menurut laporan media, jumlah orang yang tewas dalam
demonstrasi di negara tersebut telah berkembang menjadi 12 orang.
Seorang wakil gubernur provinsi Lorestan
dalam sebuah wawancara di televisi pemerintah yang disiarkan pada
tanggal 31 Desember menuduh “agen asing” atas kematian dua demonstran
selama demonstrasi sehari sebelumnya.
“Tidak ada peluru yang ditembakkan oleh
polisi dan pasukan keamanan telah menemukan bukti, dimana anti revolusi
atau kelompok Takfiri dan agen asing terlibat dalam bentrokan ini,”
katanya.
Baca: Propaganda Media Barat Dibalik Demonstrasi di Iran.
Pada hari Minggu, media melaporkan bahwa
Teheran telah membatasi sementara akses ke aplikasi media sosial
Instagram dan Telegram, yang digunakan oleh para aktivis anti revolusi
untuk bertukar pesan tentang demonstrasi tersebut.
Pada hari Senin, Menteri Teknologi
Informasi dan Komunikasi Iran Mohammad-Javad Azari Jahromi mengatakan
bahwa akses terbatas ke jaringan sosial di Iran di tengah demonstrasi
yang sedang berlangsung mengenai kebijakan ekonomi dan sosial pemerintah
merupakan tindakan sementara. (ARN)
Sumber: SputnikSumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/01/02/kemenlu-rusia-intervensi-asing-dalam-urusan-internal-iran-tak-bisa-diterima/
Pemimpin Revolusi Iran Sebut Musuh Iran Dalangi Unjuk Rasa
ARRAHMAHNEWS.COM, TEHERAN
– Pemimpin tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei, untuk pertama
kalinya berkomentar soal unjuk rasa anti-pemerintah besar-besaran yang
berlangsung di negaranya. Khamenei menyalahkan musuh-musuh Iran sebagai
dalang di balik unjuk rasa itu.
“Terkait peristiwa beberapa hari
terakhir, musuh-musuh Iran telah bersatu dan menggunakan seluruh cara,
uang, senjata, kebijakan (politik) dan aparat keamanan (intelijen) untuk
memicu masalah bagi Republik Islam,” ucap Khamenei dalam pernyataannya
yang ditayangkan televisi nasional Iran, seperti dilansir AFP dan
Reuters, Selasa (2/1/2018).
Baca: Analis: Dukungan Trump Tidak Akan Disambut Para Demonstran di Iran.
“Musuh selalu mencari kesempatan dan celah untuk menyusup dan menyerang negara Iran,” imbuhnya.
“Hal yang bisa menghentikan musuh dari
tindakannya adalah semangat keberanian, pengorbanan dan keyakinan
rakyat,” tegas Khamenei dalam pernyataannya.
Khamenei tidak menyebut langsung siapa
yang dimaksud musuh Iran tersebut. Namun Wakil Dewan Tertinggi Keamanan
Nasional, Ali Shamkhani, menyebut Amerika Serikat, Inggris dan Arab
Saudi sebagai pihak-pihak di balik kerusuhan terbaru di Iran.
Baca: Intelijen Iran Tangkap Sejumlah Agen Pemicu Kerusuhan.
“Saudi akan mendapatkan balasan tak
diduga dari Iran dan mereka tahu betapa seriusnya balasan itu,” ucap
Shamkhani dalam wawancara dengan Al Mayadeen TV yang berbasis di
Lebanon, seperti dikutip kantor berita Tasnim.
Shamkhani juga menyebut kerusuhan di
Iran sebagai ‘perang proxy (perpanjangan tangan) melawan rakyat Iran’.
“Tagar dan pesan-pesan soal situasi Iran datang dari Amerika Serikat,
Inggris dan Arab Saudi,” imbuhnya. [ARN]
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/01/02/pemimpin-revolusi-iran-sebut-musuh-iran-dalangi-unjuk-rasa/
Mendagri Iran: Situasi Tenang dan Kondusif di Seluruh Negeri
ARRAHMAHNEWS.COM, IRAN
– Menteri Dalam Negeri Iran untuk Urusan Keamanan Hussein Zulfikari
mengatakan bahwa situasi di sebagian besar wilayah di negara ini normal
dan kerusuhan baru-baru ini terjadi di beberapa daerah telah berakhir.
Baca: Pemimpin Revolusi Iran Sebut Musuh Iran Dalangi Unjuk Rasa
Zulfikari menambahkan bahwa kebijakan
Dewan Keamanan Nasional Tertinggi terhadap demonstrasi baru-baru ini,
menunjukkan toleransi maksimum dari polisi dan pasukan keamanan dalam
mengendalikan kondisi dan para pemrotes.
Wakil Menteri Dalam Negeri Iran
menekankan bahwa kebijakan polisi dan pasukan keamanan dalam mengatur
jalannya demonstrasi dengan damai kecuali bila fasilitas umum dan harta
warga serta beberapa pusat keamanan diserang. Dimana dalam beberapa
kasus sejumlah demonstran berusaha mengubah unjuk rasa menjadi
kekerasan, yang menyebabkan tindakan represif polisi dan pasukan
keamanan lainnya untuk mencegah terjadinya kerusuhan.
Baca: Intelijen Iran Tangkap Sejumlah Agen Pemicu Kerusuhan
Zulfikari mengatakan situasi di sebagian
besar negara dalam keadaan normal dan kerusuhan baru-baru ini di
beberapa daerah telah berakhir, hasil dari kerja pasukan keamanan yang
berhasil mengendalikan situasi. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/01/03/mendagri-iran-situasi-tenang-dan-kondusif-di-seluruh-negeri/
Ada Apa dengan Iran?
(Copas dari Fanpage) Selamat tahun baru, teman-teman. Sebenarnya, tahun baru ini ingin istirahat dulu, tidak banyak menulis di medsos karena sedang banyak kerjaan di ‘dunia nyata’.Tapi melihat ZSM hore-hore mengomentari demo di Iran, saya merasa perlu nulis juga deh. Apalagi banyak yang bertanya-tanya juga, apa yang sebenarnya terjadi? Yang saya tulis ini, infonya dari media-media Iran. Kenapa kok bukan BBC atau CNN? Lha kalau itu kan Anda sudah baca? Biasanya orang membaca tulisan saya karena ingin mendapatkan versi anti-mainstream kan?
Langsung saja. Begini, setiap tanggal 30 Desember (dalam kalender Iran, ‘9 Dey’) warga Iran di berbagai kota berdemo untuk mengenang peristiwa 30 Desember 2009. Istilahnya, “Demo 9 Dey”.
Pada tanggal itu, pemerintah Iran resmi menyatakan bahwa upaya kudeta yang dilakukan kelompok Mir Mousavi sejak Juni 2009 sudah gagal total. Mir Mousavi adalah kandidat presiden, lawan dari Ahmadinejad. Gaya kampanyenya mirip-mirip kelompok tertentu di Indonesia, “Kalau saya sampai kalah, artinya ada kecurangan!”
Eh, ternyata dia benar-benar kalah. Dengan segera, ia menuduh ada kecurangan.
Pemerintah AS pun –anehnya (atau “pantas saja”) langsung bersuara seragam dengan Mousavi, “Kami tidak mengakui hasil pilpres Iran!”
Pengakuan atau penolakan AS jelas tidak berefek apapun.
Ahmadinejad tetap jadi Presiden Iran untuk periode kedua.
Mir Mousavi lalu menggalang aksi-aksi demo yang anarkis, sampai membakar sebuah TK, masjid, dan akibatnya korban jiwa berjatuhan. Media massa dunia saat itu pun heboh sekali, seperti sekarang ini.
Prof James Petras dari AS menulis, “Media Barat berpegang pada reporternya yang meliput langsung demonstrasi kaum oposan di Iran, namun mereka mengabaikan demosntrasi balasan yang lebih besar lagi, yang dilakukan oleh pendukung Ahmadinejad.
Lebih buruk lagi, media Barat mengabaikan komposisi sosial para pelaku demonstrasi.
Mereka mengabaikan fakta bahwa Ahmadinejad meraih dukungan dari kaum pekerja miskin, petani, tukang, dan pekerja publik, yang jumlahnya jauh lebih banyak dari kaum oposan yang datang dari kalangan mahasiswa kelas (ekonomi) menengah ke atas, kaum bisnismen, dan kaum professional.”[1]
Tapi akhirnya, gerakan yang meniru-niru “Revolusi Berwarna” ala Balkan (di Iran, mereka menggunakan simbol warna hijau) ini bisa ditaklukkan secara resmi pada 30 Desember 2009.
Nah, tanggal 30 Desember 2017, demo memperingati “kemenangan sistem” kembali digelar.
Persiapan dan sosialisasinya sudah berlangsung jauh-jauh hari, sehingga warga memang sudah siap demo.
Tapi, tanggal 28 Desember (Kamis) tiba-tiba muncul demo di kota Mashad (disusul di beberapa kota lain). Sebagian peserta demo adalah orang-orang yang mengira ini rangkaian demo “9 Dey”.
Tapi sebagian yang lain memang berdemo untuk memprotes kondisi ekonomi yang semakin sulit.
Perlu diketahui, akibat embargo luar biasa dari AS, Iran kesulitan memajukan perekonomiannya.
Selain itu, Presiden Rouhani (dia ini presiden dari kubu ‘reformis’ yang lebih disukai Barat dan memang punya kecenderungan untuk berbaik-baik dengan Barat) memang payah kinerja ekonominya.
Harga-harga pangan di Iran semakin naik, berbagai subsidi dikurangi, dan nilai tukar ke dollar juga terus jatuh.
Sama sekali tidak aneh bila warga berdemo memprotes pemerintah, menuntut perbaikan ekonomi. Di negara-negara lain demo seperti ini dianggap biasa kan?
Cuma, yang aneh adalah ketika Trump pada Januari 2017 mengambil kebijakan rasis, melarang orang Iran masuk ke AS; tapi di Desember 2017 tiba-tiba ia berkata, “AS berdiri bersama rakyat Iran.”
Yang aneh adalah ketika ditemukan demonstran bersenjata, serta provokator-provokator yang ternyata berpaspor ganda. Ada sekitar 50 orang ditahan oleh polisi Iran karena kasus ini.
Yang aneh adalah ketika BBC dan CNN mengambil posisi “terdepan mengabarkan” [atau mengaburkan?].
Kedua media ini yang paling masif mengulang-ulang narasi ‘rakyat Iran berdemo menginginkan pergantian rezim’. Meski tetap berusaha sok ‘cover both side’ dengan mencantumkan kalimat “Sebagian besar informasi tentang apa yang sedang terjadi bertebaran di media sosial, sehingga sulit untuk mengkonfirmasinya”, namun kalimat ini tenggelam di tengah banjir disinformasi yang mereka lakukan. [2]
Yang mengikuti konflik Suriah, akan sangat-sangat familiar dengan gaya reportase ala BBC dan CNN ini.
Selain itu, persis seperti Suriah, tweet-tweet yang ‘memberitakan’ sikon di dalam negeri justru lebih banyak berbahasa Inggris, dikirim dari luar negeri.
Dan terakhir, perlu dicatat: tanggal 30 Desember 2017, “Demo 9 Dey” tetap berlangsung, jauh lebih masif, diadakan di 1200 titik di seluruh penjuru Iran. Foto-foto yang dirilis media Iran memperlihatkan lautan manusia membanjiri jalanan. Dan spanduk yang mereka bawa bertuliskan: Marg Bar Amrika, Marg Bar Inggilis, Marg Bar Fitnegar (matilah Amerika, matilah Inggris, matilah para pembuat konspirasi).
Apakah demo masif pro-sistem ini diberitakan dengan proporsional oleh BBC dan CNN (dan kawan-kawannya, termasuk media-media Indonesia yang selama ini memang hanya copas-terjemah dari media Barat?]. Tentu tidak.[]
—
[1] https://dinasulaeman.wordpress.com/2009/06/23/kebohongan-kecurangan-pemilu-oleh-prof-james-petras/
[2] https://www.tempo.co/bbc/629/iran-dilanda-demo-anti-pemerintah-aksi-kekerasan-mulai-terjadi
NB: Karena sistem pemerintahan Iran unik, perlu saya jelaskan: saat saya menulis demo memprotes ‘pemerintah’, maka yang dimaksud adalah ‘eksekutif’, yaitu Presiden dan timnya. Seperti saya bilang, Rouhani memang payah kinerja ekonominya, jauh beda dengan era Ahmadinejad.
Tapi, ketika saya sebut ‘demo pro-sistem”, artinya demo mendukung sistem Pemerintahan Islam [tidak peduli siapa presidennya]. Sebaliknya, ketika media Barat menyebut “rakyat Iran menghendaki perubahan rezim”, yang mereka maksud adalah “perubahan sistem” [dari pemerintahan Islam ke pemerintahan liberal].
Untuk memahami struktur pemerintahan Iran, baca tulisan saya: “Sistem Demokrasi Ala Iran” https://dinasulaeman.wordpress.com/2013/11/01/sistem-demokrasi-ala-iran-demokrasi-tangan-tuhan/
==========================
Kenneth Roth dari HRW malah menggunakan foto demo pro-sistem dengan menyebut itu foto demo anti-sistem:
Sumber Berita : https://dinasulaeman.wordpress.com/2018/01/01/ada-apa-dengan-iran/#more-5282
Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Rabu/03012018/09.00Wita/Bjm