Dikritik Soal Kondisi Suku Asmat Hingga Dikartu Kuning, Jokowi Tantang Zaadit dan BEM UI Lakukan Ini
BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Presiden Joko Widodo ingin agar pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) ikut melihat dan menyaksikan kondisi yang ada di Kabupaten Asmat, Papua."Mungkin nanti ya, mungkin nanti saya akan kirim semua ketua dan anggota di BEM untuk ke Asmat, dari UI ya," kata Presiden Joko Widodo setelah menghadiri Haul Majemuk Masyayikh di Pondok Pesantren Salafiyah Safi`iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (3/2/2018), seperti dikutip Antara.
Hal ini disampaikan menanggapi aksi Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa, yang mengacungkan kartu kuning ke Jokowi.
Aksi itu terjadi pada Jumat (2/2/2018) lalu, saat Jokowi menghadiri Does Natalis UI di Kampus UI, Depok.
Kartu kuning itu diberikan sebagai peringatan kepada Presiden Jokowi atas berbagai permasalahan yang terjadi di dalam negeri, termasuk soal masalah gizi buruk di kabupaten Asmat, Papua. Namun Jokowi menilai, sebaiknya BEM UI melihat langsung kondisi di Asmat.
"Biar lihat dapat bagaimana medan yang ada di sana kemudian problem-problem besar yang kita hadapi di daerah-daerah terutama Papua," kata Presiden.
Adapun mengenai tindakan mahasiswa UI itu, Presiden pun tidak mempermasalahkannya.
"Ya yang namanya aktivis muda ya namanya mahasiswa dinamika seperti itu biasalah, saya kira ada yang mengingatkan itu bagus sekali," ungkap Presiden.
Meski demikian, pada Jumat kemarin, Jokowi sama sekali tidak menggubris aksi mengangkat kartu kuning dan meniup peluit yang dilakukan oleh Zaadit.
Mahasiswa Fakultas MIPA itu akhirnya diamankan ke luar ruangan oleh pasukan pengamanan presiden.
Zaadit mengatakan, ada tiga tuntutan BEM UI kepada Presiden Joko Widodo. Pertama, isu gizi buruk di Asmat.
Berdasarkan data Kemenkes, terdapat 646 anak terkena wabah campak dan 144 anak menderita gizi buruk di Asmat. Selain itu ditemukan pula 25 anak suspek campak serta empat anak yang terkena campak dan gizi buruk.
BEM UI mempertanyakan kenapa gizi buruk masih terus terjadi meski Papua memiliki dana otonomi khusus yang besar. Pada 2017, dana otsus untuk Papua mencapai Rp 11,67 triliun, yaitu Rp 8,2 triliun untuk Provinsi Papua dan Rp 3,47 triliun untuk Provinsi Papua Barat.
"Kondisi gizi buruk tersebut tidak sebanding dengan dana otonomi khusus yang pemerintah alokasikan untuk Papua," kata Zaadit.
BEM UI juga menyoroti langkah pemerintah mengusulkan asisten Operasi Kapolri Irjen Mochamad Iriawan sebagai Plt Gubernur Jabar dan Kadiv Propam Polri Irjen Martuani Sormin sebagai Plt Gubernur Sumut. Langkah ini dinilai memunculkan dwifungsi Polri/TNI.
Lalu pada isu terakhir, BEM UI juga menyoroti adanya draft peraturan baru organisasi mahasiswa (ormawa).
Aturan baru itu dinilai mengancam kebebasan berorganisasi dan gerakan kritis mahasiswa.
Zaadit Taqwa
WASPADA! Gerakan Kudeta Kelompok Radikal di NKRI
SALAFYNEWS.COM, JAKARTA –
salah satu pegiat medsos Muhammad Zazuli dalam akun facebooknya
menuliskan tentang kegelisahannya terhadap gerakan kudeta dari kelompok
radikal, berikut ulasannya:
Saya yakin para petinggi militer yang
pro NKRI saat ini sudah mengetahui bahwa sekarang ini sedang berjalan
proses kudeta merangkak untuk mengubah ideologi negara yang pluralis
menjadi negara agama. Mereka bergerak di kampus-kampus, sekolah-sekolah,
masjid-masjid hingga mushola di kampung-kampung untuk melakukan
kaderisasi dan mencuci otak para generasi muda. Setelah masuk di dunia
kerja baik di instansi pemerintahan ataupun swasta mereka juga akan
terus berusaha meningkatkan dan memperluas jaringannya dengan cara yang
sama.
Baca: Denny Siregar: Kudeta Gagal HTI Hancurkan NKRI
Namun pemerintah akan sulit menangani
mereka apalagi dengan cara-cara represif karena mereka akan melakukan
pembelaan diri bahwa mereka hanya “melakukan perintah agama”. Dan
apabila dilakukan tindakan tegas maka mereka justru akan playing victim
dan memanfaatkan situasi untuk semakin menyudutkan pemerintah dan
membenturkannya dengan massa akar rumput yang mudah diadu domba dan
diprovokasi.
Baca: Kicauan Denny Siregar: Indonesia Darurat Khilafah dan Wahabi
Ini adalah buah simalakama bagi
pemerintahan saat ini. Jika dibiarkan saja maka mereka akan makin
membesar dan membahayakan NKRI, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Tapi
jika ditindak tegas maka perlawanan yang besar bisa semakin menjadi
sehingga negara terjerumus pada perang saudara sebagaimana yang terjadi
di Suriah, Irak dan Afghanistan. (SFA)
Surat Pedas Netizen Kepada Ketua BEM UI, Nilai Nol Aja Sok Kritis
ARRAHMAHNEWS.COM, JAKARTA –
Berita tentang sempritan Ketua BEM UI kepada Jokowi hingga saat ini
masih ramai sekali diperbincangkan di Jagt medsos, salah satunya oleh
pegiat medsos Ahmad Zainul Muttaqin dalam akun facebooknya memberikan
kritikan pedas kepada Ketua BEM UI dan CEO AMI Foundation, berikut
tulisannya:
Zaadit Taqwa dipuja-puja, dijadikan
contoh mahasiswa masa kini oleh kaum oposisi atas keberanian (baca:
kenekadan-nya) berdiri mengacungkan kartu kuning di ujung pidato
Presiden di Kampusnya.
CEO AMI Foundation Azzam M Izzulhaq
lantas memujinya setinggi langit menyebutnya sebagai mahasiswa pejuang,
calon pemimpin bangsa dan negara, lalu secepat kilat menawarinya
undangan beribadah umroh sebagai apresiasi kepada pemuda pemberani
pengkartu kuning Presiden yang meneriakkan solidaritas kekurangan gizi
rakyat di Asmat meskipun tubuhnya sendiri tambun kelebihan gizi.
Hanya berdiri, menyemprit, mengkartu
kuning Presiden tanpa sepatah kata lalu beritanya viral dimana-mana, ia
dipuja bak pahlawan dan mendapat hadiah umroh gratis oleh sesama
pembenci Presiden. Kalau boleh saya hanya ingin tanya pada pak Azzam,
apa anda tidak tahu disaat Ketua BEM Universitas terkenal di Depok ini
baru berlagak menyemprot Presiden soal Asmat, UGM sudah mengirim dua
gelombang Disaster Response Unit (Deru) sejak 24 Januari lalu untuk
membantu penanganan gizi buruk di Kab. Asmat tanpa pakai pamer. Adakah
di antara mereka yang ingin anda umrohkan pak? Saya rasa mereka lebih
pantas untuk dihadiahi umroh karena kerja senyap mereka jauh lebih
bermanfaat bagi masyarakat Asmat daripada aksi cari sensasi di kampus
ala Ketua BEM.
Sudahkah anda dengar berita Universitas
Hasanuddin Makassar yang memberangkatkan 19 orang tim tanggap darurat ke
Kabupaten Asmat yang terdiri dari dokter senior dengan berbagai bidang
(gizi, penyakit dalam, obgyn, gigi), perawat, serta 6 orang profesor
dari berbagai bidang ilmu. Apa mereka pakai koar-koar? Tidak! Mereka
sibuk berbuat tanpa mencari kambing hitam. Mereka sadar menyalakan lilin
lebih penting daripada sibuk mengutuk gelap. Ya, meskipun mengutuk
gelap itu lebih mendatangkan sensasi dan pujian daripada yang langsung
berangkat ke Asmat dalam senyap.
Jadi pak, apa ada di antara mereka yang
hendak anda umrohkan? Ahh saya lupa, tawaran umroh itu kan bukan karena
si pemuda berani menyuarakan solidaritas gizi buruk di Kab. Asmat, tapi
karena ia berani ‘mempermalukan’ Jokowi di depan umum. Inilah negaraku.
Negeri dimana sensasi lebih dipuja daripada kerja dan kerja. Ahh
lagipula saya yakin para pejuang UGM dan Unhas itu juga masih terlalu
sibuk membantu masyarakat Asmat sehingga belum terpikir untuk umroh.
Btw, meskipun aksi Zaadit mendatangkan
banyak pujian, tawaran umroh, bahkan tawaran beasiswa ke luar negeri,
hanya satu yang menawarkan tawaran sesuai apa yang disuarakan pemuda
ini. Ya, Jokowi menawarkan untuk mengirimnya dan teman-teman BEM-nya ke
Asmat.
Dari semua reward dan sensasi, hanya ini
tawaran paling realistis. Jokowi seakan ingin berkata, dek
pertanggungjawabkan apa yang kalian kritik, lihat sendiri situasi di
lapangan dan apa yang sudah pemerintah lakukan beberapa tahun belakangan
untuk membuka akses geografis di Kabupaten Asmat. Negeri ini butuh
pemuda pencari solusi bukan pemuda pemaki-maki.
Memang benar ajakan Jokowi, jika anda
menyuarakan tentang Asmat maka pergilah ke Asmat. Jangan bak pahlawan
kesiangan menyuarakan gizi buruk rakyat Asmat tapi perginya malah ke
Saudi untuk umroh, ga nyambung kan!
Selamat bekerja Zaadit dkk! Biar kalian
tahu bahwa kerja itu tak semudah bicara, kritik, adu debat dan sok vokal
di forum-forum kampus. Kerja, kerja, dan kerja! Jangan lupa selesaikan
dulu tugas mata kuliahmu yang terlantar sebelum komentari orang lain.
Kasihani orangtuamu ya dek. Kuliah itu ga murah, apalagi di UI. Oke ya
dedek!
(ARN)
(ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2018/02/04/surat-pedas-netizen-kepada-ketua-bem-ui-nilai-nol-aja-sok-kritis/
Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Senin/05022018/11.17Wita/Bjm