BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARMASIN
- Kerusuhan yang sempat terjadi di Banjarmasin pada Jumat, 23 Mei 1997
silam rupanya memberikan kesan tersendiri terhadap Redaktur Online
Banjarmasin Post Grup, Didik Triomarsidi.
Kala itu, jabatan lelaki tersebut sebagai Fotografer di Banjarmasin Post. Hari itu, ia mengikuti sholat Jumat di bangunan sebelah Masjid Nur, Banjarmasin. Pascasholat Jumat, diceritakan oleh Didik, tiba-tiba ada sejumlah pengedara yang membawa bendera partai PPP. Mereka menembus barisan jamaah yang sholat Jumat.
“Ketika itu, jamaah langsung bangkit dan dalam waktu tidak sampai satu jam, datanglah pasukan dari berbagai macam tempat,” cerita Didik. Selasa (22/5/2018).
Kala itu, jabatan lelaki tersebut sebagai Fotografer di Banjarmasin Post. Hari itu, ia mengikuti sholat Jumat di bangunan sebelah Masjid Nur, Banjarmasin. Pascasholat Jumat, diceritakan oleh Didik, tiba-tiba ada sejumlah pengedara yang membawa bendera partai PPP. Mereka menembus barisan jamaah yang sholat Jumat.
“Ketika itu, jamaah langsung bangkit dan dalam waktu tidak sampai satu jam, datanglah pasukan dari berbagai macam tempat,” cerita Didik. Selasa (22/5/2018).
Ia mengatakan, hari itu merupakan hari
kampanye putaran terkahir. Setelah sholat Jumat, Parta Golkar melakukan
kampanye pemilihan presiden pada sejumlah titik.
Lantas melihat kejadian itu, ia pun bergegas pergi menuju Jalan Pangeran Antasari. Di tempat itu ia dapati ratusan massa memenuhi jalan raya. Sudah tidak ada lagi kendaraan. Hanya kumpulan orang.
Ketika di tempat itu pula, Didik pun mendapat informasi kalau banyak orang yang telah membakar kantor Golkar di Jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin, ia pun bergegas ke tempat tersebut.
Lantas melihat kejadian itu, ia pun bergegas pergi menuju Jalan Pangeran Antasari. Di tempat itu ia dapati ratusan massa memenuhi jalan raya. Sudah tidak ada lagi kendaraan. Hanya kumpulan orang.
Ketika di tempat itu pula, Didik pun mendapat informasi kalau banyak orang yang telah membakar kantor Golkar di Jalan Lambung Mangkurat Banjarmasin, ia pun bergegas ke tempat tersebut.
Tanpa ragu, lelaki itu langsung mencari
tempat diketinggian untuk mengambil gambar yang menarik. Bahkan ia juga
nekat mendekat ke tempat itu meski di tengah amukan masa.
Keasikan mengambil gambar, Didik mengatakan ia sampai tidak sadar kalau ada perusuh yang menghampirinya. Ia pun sempat mendapatkan serangan. Bahkan lelaki itu dihantam menggunakan paku oleh satu perusuh dan kemudian ia pingsan.
“Mobil Golkar itu dimasukin kain ke tempat bahan bakarnya. Jadi di bakar, api menjalar ke kain menuju mobil hingga meledak. Karena foto itu aku sampai tidak sadar ada perusuh yang datang,” cerita Didik.
Keasikan mengambil gambar, Didik mengatakan ia sampai tidak sadar kalau ada perusuh yang menghampirinya. Ia pun sempat mendapatkan serangan. Bahkan lelaki itu dihantam menggunakan paku oleh satu perusuh dan kemudian ia pingsan.
“Mobil Golkar itu dimasukin kain ke tempat bahan bakarnya. Jadi di bakar, api menjalar ke kain menuju mobil hingga meledak. Karena foto itu aku sampai tidak sadar ada perusuh yang datang,” cerita Didik.
Karena moment itu pula, ia pun sempat dikeroyok oleh para perusuh bahkan hingga pingsan.
Menyadari para perusuh datang, Didik mengatakan langsung melempar tas kameranya ke bawah mobil truck tentara. Namun rupanya kamera itu tetap diambil oleh para perusuh. Didik pun mejadi satu korban yang terluka di aksi tersebut. Ia ditinggalkan oleh para perusuh ketika pingsan dan diselamatkan oleh siswa SMA.
Kini, setelah 21 tahun kejadian itu berlalu, Didik pun merasa hal itu biasa saja. Karena dia sudah sering diincar oleh sejumlah orang. Dikejar pakai golok, dipukuli orang, hal itu sudah biasa bagi Didik, karena ia sadar akan pekerjaanya. (Banjarmasinpost.co.id/ Isti Rohayanti)
Menyadari para perusuh datang, Didik mengatakan langsung melempar tas kameranya ke bawah mobil truck tentara. Namun rupanya kamera itu tetap diambil oleh para perusuh. Didik pun mejadi satu korban yang terluka di aksi tersebut. Ia ditinggalkan oleh para perusuh ketika pingsan dan diselamatkan oleh siswa SMA.
Kini, setelah 21 tahun kejadian itu berlalu, Didik pun merasa hal itu biasa saja. Karena dia sudah sering diincar oleh sejumlah orang. Dikejar pakai golok, dipukuli orang, hal itu sudah biasa bagi Didik, karena ia sadar akan pekerjaanya. (Banjarmasinpost.co.id/ Isti Rohayanti)
banjarmasinpost.co.id/apunk
Saat aksi damai, mereka menyampaikan orasi bahwasanya menolak lupa kejadian Jumat Kelabu, 23 Mei 1997 silam.
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/05/22/jumat-kelabu-23-mei-1997-keasyikan-mengambil-gambar-perusuh-fotografer-ini-malah-diginiinPuluhan Mahasiswa FISIP ULM ke Makam Korban Tragedi Jumat Kelabu 23 Mei, Ini yang Mereka Cari
BANJARMASINPOST.CO.ID, BANJARBARU
- Salah satu mahasiswa yang berziarah kala itu adalah M Fajeri
mengatakan sengaja datang bersama Ormawa di FISIP Universitas Lambung
Mangkurat (ULM).
Mereka datang untuk berziarah makam tragedi Jumat Kelabu.
Ada sekitar 40 mahasiswa yang turut datang untuk berziarah, membersihkan makam dan membacakan doa.
Mereka datang untuk berziarah makam tragedi Jumat Kelabu.
Ada sekitar 40 mahasiswa yang turut datang untuk berziarah, membersihkan makam dan membacakan doa.
"Kita juga mau membuat klipingan di kampus
tentang ini, karena tak semua mahasiswa tahu tentang makam ini," ujar
anggota Hima Pemerintahan FISIP ULM ini, Selasa (22/05/2018) kepada
Banjarmasinpost.co.id.\
Namun sayang ungkapnya tak banyak informasi yang mereka dapatkan terkait kasus itu.
"Kami beberapa kali ke sini tapi tidak ada orangnya, sejak pagi kami di sini juga tak ada petugas penjaga makam dan orang ziarah ke makam Jumat Kelabu, tidak tahu besok mungkin akan ada saja yang ziarah," ujarnya.
Selain itu sebut Fajeri tak banyak orang sekitar yang tahu tentang sejarah makam Jumat Kelabu tersebut.
"Mereka banyak baru, jadi banyak yang tidak tahu," ungkapnya.
(Banjarmasinpost.co.id /milna)
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/05/22/puluhan-mahasiswa-fisip-ulm-ke-makam-korban-tragedi-jumat-kelabu-23-mei-ini-yang-mereka-cari
DITILIK dari skala kerusuhan dan jumlah korban serta kerugiannya, peristiwa Jumat Kelabu ini termasuk salah satu yang terbesar dalam sejarah Orde Baru. Namun, akibat ketertutupan pemerintah di era Soeharto berkuasa, tidak ada laporan yang akurasinya bisa dipercaya penuh mengenai apa yang sesungguhnya terjadi dilapangan.
Agar tak hilang dalam memori ingat, mahasiwa Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjari dari Sanggar Titian Barantai pun menghelat aksi teatrikal untuk menolak lupa terhadap politik yang bisa membawa korban manusia.
Mahasiswa lintas fakultas yang berpusat di Jalan Adhyaksa Banjarmasin ini sebelumnya menggelar aksi kritik ala seniman jalanan itu. Mereka juga melakoni aksi serupa di perempatan Hotel A, Jalan Lambung Mangkurat-Pangeran Samudera Banjarmasin.
Usai menggelar aksi yang pernah menjadi sentral massa saat membakar Hotel Kalimantan, mahasiswa melanjutkan dengan long march menuju perempatan Jalan Pasar Baru. Mereka pun juga melancarkan aksi teatrikal yang berdekatan dengan Pasar Wadai Ramadhan.
“Aksi menolak lupa tragedi Jumat Kelabu ini bertujuan untuk mengingatkan dan memberitahukan kepada warga bahwa 21 tahun silam di Banjarmasin pernah terjadi tragedi yang sangat memilukan,” ujar Ketua Umum STB Uniska Liko Anshori.
Untuk itu, Liko bersama anggotanya mengajak seluruh lapisan masyarakat agar bisa menjaga keamanan dan kondusivitas kota Banjarmasin. Liko menjelaskan ada perubahan rute dibanding tahun sebelumnya dari perempatan Jalan Pangeran Samudera menuju Mitra Plaza yang kini dialihkan ke perempatan Jalan Pasar Baru.
"Kami beberapa kali ke sini tapi tidak ada orangnya, sejak pagi kami di sini juga tak ada petugas penjaga makam dan orang ziarah ke makam Jumat Kelabu, tidak tahu besok mungkin akan ada saja yang ziarah," ujarnya.
Selain itu sebut Fajeri tak banyak orang sekitar yang tahu tentang sejarah makam Jumat Kelabu tersebut.
"Mereka banyak baru, jadi banyak yang tidak tahu," ungkapnya.
(Banjarmasinpost.co.id /milna)
BANJARMASINPOST.co.id/milna sari
Mahasiswa FISIP ULM, Selasa (22/5/2018), mengunjungi makam korban tragedi Jumat Kelabu 23 Mei 1997 Banjarmasin.
Melawan Lupa, Aksi Teatrikal Mahasiswa Uniska Mengenang 21 Tahun Jumat Kelabu
RATUSAN nyawa melayang, terbakar dan menjerit di masa terakhir kampanye Pemilu 1997 di Banjarmasin. Ya, aksi kerusuhan massal pada Jumat Kelabu 23 Mei 1997 menyisakan trauma yang mendalam di segenap warga ibukota Provinsi Kalimantan Selatan.DITILIK dari skala kerusuhan dan jumlah korban serta kerugiannya, peristiwa Jumat Kelabu ini termasuk salah satu yang terbesar dalam sejarah Orde Baru. Namun, akibat ketertutupan pemerintah di era Soeharto berkuasa, tidak ada laporan yang akurasinya bisa dipercaya penuh mengenai apa yang sesungguhnya terjadi dilapangan.
Agar tak hilang dalam memori ingat, mahasiwa Universitas Islam Kalimantan (Uniska) Muhammad Arsyad Al Banjari dari Sanggar Titian Barantai pun menghelat aksi teatrikal untuk menolak lupa terhadap politik yang bisa membawa korban manusia.
Mahasiswa lintas fakultas yang berpusat di Jalan Adhyaksa Banjarmasin ini sebelumnya menggelar aksi kritik ala seniman jalanan itu. Mereka juga melakoni aksi serupa di perempatan Hotel A, Jalan Lambung Mangkurat-Pangeran Samudera Banjarmasin.
Usai menggelar aksi yang pernah menjadi sentral massa saat membakar Hotel Kalimantan, mahasiswa melanjutkan dengan long march menuju perempatan Jalan Pasar Baru. Mereka pun juga melancarkan aksi teatrikal yang berdekatan dengan Pasar Wadai Ramadhan.
“Aksi menolak lupa tragedi Jumat Kelabu ini bertujuan untuk mengingatkan dan memberitahukan kepada warga bahwa 21 tahun silam di Banjarmasin pernah terjadi tragedi yang sangat memilukan,” ujar Ketua Umum STB Uniska Liko Anshori.
Untuk itu, Liko bersama anggotanya mengajak seluruh lapisan masyarakat agar bisa menjaga keamanan dan kondusivitas kota Banjarmasin. Liko menjelaskan ada perubahan rute dibanding tahun sebelumnya dari perempatan Jalan Pangeran Samudera menuju Mitra Plaza yang kini dialihkan ke perempatan Jalan Pasar Baru.
“Karena sasaran kita adalah masyarakat, makanya pada momen bulan suci ini kami alihkan ke Bundaran Adipura karena berdekatan dengan Pasar Wadai Ramadhan,” katanya.Mahasiswa Fakultas Ekonomi Uniska ini berharap kegiatan ini bisa menjadi pemicu kepada warga sesuai untuk mengingatkan bahwa Banjarmasin pernah terjadi. “Tentunya saya menginginkankota ini selalu aman, damai dan tenteram,” tandas Liko.
Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2018/05/23/melawan-lupa-aksi-teatrikal-mahasiswa-uniska-mengenang-21-tahun-jumat-kelabu/
Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Jum'at/25052018/09.04Wita/Bjm
Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Jum'at/25052018/09.04Wita/Bjm