Beberapa di antaranya yakni pengakuan Dahnil Anzar soal autopsi terhadap
pria Klaten yang ditangkap Densus 88 karena diduga terlibat jaringan
teroris. Ia mengaku, hasil autopsi dari pihaknya berbeda dengan
pernyataan dari kepolisian.
Namun karena hasil autopsi itu tak ia beberkan, Dahnil Anzar dianggap
seorang pengguna akun Twitter telah melakukan provokasi dengan cara
menggiring opini publik. Begitu juga, warganet tersebut menambahkan,
saat Dahnil Anzar mengaku Prabowo-Sandiaga dicurangi, tetapi tidak
menyertakan bukti. [dutaislam.com/pin]
Source: suara.com
Oleh: Rijal Mumazziq Z
Kamis, 10 Mei 2018
DutaIslam.Com - Ada golongan
orang yang menganggap tragedi seperti di Mako Brimob kemarin atau
kejadian seram lain selalu mengandung teori konspirasi.
Saya tidak tahu apakah teori
konspirasi ini masuk kajian sosiologi atau psikologi. Mungkin juga masuk
kategori cocokologi. Sebab, penganut teori ini bisa dengan imajinasinya
mencocokkan dan mengutak atik gatuk sebuah peristiwa, menghasilkan kesimpulan
yang serampangan, lalu dipakai sebagai justifikasi. Dengan demikian, teori ini
bisa disebut teori Chiki. Sebab, sebagaimana jajanan Chiki, teori ini kriuk,
renyah, gurih, dan enak dirasakan, tapi miskin gizi, nirvitamin, dan… katanya
sih banyak vetsin alias micin.
Namanya juga teori Chiki, sudah
pasti gurih. Ketika peristiwa gugurnya polisi di Mako Brimob menyeruak ke
publik, tanpa mengurangi rasa duka mendalam atas gugurnya para prajurit terbaik
Polri, saya menunggu penganut teori konspirasi melontarkan analisis kelas
Chiki-nya terkait peristiwa tersebut. Dan, benarlah, sudah ada yang menyebut
bahwa itu hanyalah settingan polisi, pengalihan isu atas naiknya dolar, dan
konspirasi lainnya.
Terlepas dari kebenaran
pendapatnya, jika dicermati, penganut teori konspirasi ini punya ciri-ciri luar
biasa seperti berikut.
1. Punya imajinasi liar
Dia sanggup menyusun
imajinasinya seperti menyusun rangkaian puzzle. Ini begini, lalu begitu,
kemudian seperti ini. Runtut. Persis cerpenis menyusun plot cerita. Sayang,
jalinan cerita berbentuk imajinasi ini gampang dipatahkan. Sebab, tidak
didukung dengan analisis dan bukti secanggih cara Sherlock Holmes.
Kalau Anda tahu Alfian Tanjung,
ya seperti itulah tipikal pegiat teori konspirasi. Kalau dikasih mik, dia bakal
ngerocos soal bank, vaksin, imunisasi, dan tentu saja imajinasinya soal PKI.
Menciptakan imajinasinya sendiri, dipercaya sendiri, dan mengajak orang lain
mempercayai igauannya. Kalau nggak ikut pandangan dia pasti dituduh antek PKI.
Ya, jika di mata Donald Trump
kita adalah orang kere, bagian dari fuqara dan masakin, di mata Alfian Tanjung,
selain dirinya dan kelompoknya, semua adalah pendukung komunis. Pe ka i. Anak
buah Wahyu Setiaji. Titik. Siapa Wahyu Setiaji ini? Cari sendirilah. Saya bosan
menerangkan imajinasi orang.
2. Sikap sok yes
Dia menganggap dirinya sejenius
Hercule Poirot. Padahal babar blas. Ketika bom Bali 1 terjadi, saya membaca
analisis sok yes ini dari majalah Sabili. Awalnya, sebagaimana pencinta majalah
ini, saya mengimani (hahaha) teorinya bahwa CIA ada di balik pengeboman
mengerikan itu dan Imam Samudra, Mukhlas, dan Amrozi hanyalah pion. Tapi,
kemudian saya meyakini ini adalah teori sampah. Sebab, trio bomber ini pun
menuliskan kisahnya dan saya punya buku karya ketiganya sebelum dieksekusi.
Setahun sebelumnya, ketika
menara kembar WTC meledak pada 11 September, teori konspirasi juga muncul. Bla
bla bla. Percaya terserah, nggak percaya juga tidak masalah. Sebab, berdebat
dengan penganut teori konspirasi sama halnya membuang waktu untuk berdebat soal
apakah 3 loli Milkita memang setara dengan segelas susu.
3. Penyuka film Hollywood
Saya hakul yakin kalau penyuka
teori konspirasi ini adalah penggemar berat film Hollywood. Kalau dia penggemar
Bollywood, pasti dia suka nyanyi dan menari. Kalau suka Hollywood, dia pasti
suka film genre eksyen-konspirasi seperti “Traitor”, “Conspiracy Theory”,
“JFK”, “All President’s Men”, dan sebagainya. Namanya juga teori konspirasi,
pasti ada dalang, pion, kisah berbelit, dan teori.
Jika setelah menonton film-film
konspirasi lalu meyakini analisis kita bakal setajam para detektif, seharusnya
kita menonton film Jackie Chan, Donnie Yen, dan Jet Li juga lalu mengimani
apabila kemampuan bela diri kita bakal setara dengan mereka.
4. Antek Amerika
Lho, kok bisa? Jelas. Penganut
teori konspirasi biasanya menuduh AS sebagai dalang. Mereka pelaku, kita
korban. Mereka penganiaya, kita dizalimi. Narasi demikian terus saja
dilanggengkan sampai meteor cokelat menghantam ladang gandum dan jadilah Koko
Krunch. Makanya, saya curiga mereka ini antek Amrik yang sedang menyamar. Kok
semuanya dihubungkan dengan superioritas Amrik.
Di Indonesia, penganut teori
konspirasi ini biasanya nongol saat ada peristiwa yang memakan korban jiwa.
Misalnya, pengeboman. Saat bom Thamrin meledak, mereka bilang ini hanya ulah
pemerintah untuk mengalihkan isu. Ketika dikejar, isu apa? Mbuletlah
jawabannya.
Ketika ada orang mencelakai
pastur dan berniat meledakkan diri di gereja di Medan, sontak nongol teori ini.
Katanya, orang kafir berniat menjelek-jelekkan citra Islam, bla bla bla
disertai analisis kelas kompor meleduk. Lalu di-share rame-rame hingga terbukti
pelakunya muslim dan orangtuanya minta maaf di hadapan pers. Kejadian di
Samarinda juga sama. Bom diledakkan dan seorang balita menjadi korban.
Lagi-lagi teori konspirasi muncul. Ini, itu, settingan polisi dan sebagainya.
Saya percaya jika setiap peristiwa
terjadi karena jalinan berbagai faktor. Ada alasan rasional membuktikannya.
Tapi, jika setiap kejadian, khususnya pengeboman maupun penembakan yang memakan
korban jiwa dianggap settingan, teori konspirasi, pengalihan isu, dan
sebagainya, saya curiga jangan-jangan mereka ini diam-diam mendukung ISIS
maupun teroris berkedok agama.
Teroris haruslah tetap disebut teroris. Kalau dia disebut
“mujahid” saya khawatir kelak maling pun hanya disebut sebagai “pemindah
barang”. Wallahu a’lam bisshawab. [dutaislam.com/pin]
source: mojok.co
Foto: Istimewa
DutaIslam.Com - Biang keladi kerusuhan di Aksi 22 Mei di Jakarta
perlahan mulai terungkap. Satu di antaranya terkait temuan Ambulans
berlogo Gerindra yang diketahui tidak membawa keperluan medis. Melainkan
membawa batu saat aksi. Dua tersangka telah ditetapkan jadi tersangka oleh Polda Metro Jaya.
Keduanya kader Partai Gerindra Tasikmalaya. Dia berinisial I yang
merupakan Sekretaris DPC Gerindra dan O adalah Wakil Sekretaris DPC
Partai Gerindra.
Temuan kepolisian sebagaimana dilansir Tirto.id, keduanya ternyata
mendapat perintah dari DPC Gerindra Tasikmalaya untuk mengantisipasi
jatuhnya korban saat aksi 22 Mei. Namun, polisi justru tudak menemukan peralatan medis dalam ambulan
tersebut. Ambulan ternyata hanya diisi batu yang diduga digunakan untuk
kerusuhan.
"Ada saksi yang melihat batu diambil dari mobil itu," kata Kabidhumas
Polda Metro Jaya Kombes Pol Argo Yuwono, Kamis (23/05/2019), dikutip
dari Tirto.id.
Di sisi lain, orang yang dikirim membawa mobil ambulans tersebut, tidak
ada satupun yang memiliki kualifikasi sebagai petugas medis. [dutaislam.com/pin]
Mobil Berlogo Gerinra Bawa Batu saat Aksi 22 Mei 2019. Foto: Istimewa.
DutaIslam.Com - Beredar di WA Grup, sebuah pamflet ajakan rencana aksi pada 22 mei 2019 mendatang.
Pamflet tersebut bertuliskan "people power 22 Mei jihad konstitusional",
dan mengajak sholat Jum'at di Masjid Istiqlal kemudian melakukan
longmarch dari Istiqlal menuju Istana.
Pamflet yang berlambang logo FPI, Gerindra, GNPF, PKS, dan PA 212 itu memang aneh-aneh aja. Tanggal 22 Mei kan Hari Rabu.
Oh ya, di logo tersebut sudah tidak ada PAN dan Demokrat lho... Hhhhmmmmmm.
Semoga saja pamflet tersebut tidak benar ya gaes.. Demikian editorial kali ini. [dutaislam.com/gg]
Keterangan: Diperbaharui pada 21/05/2019, pukul 00.30 WIB.
Pamflet aksi 22 Mei yang beredar.
DutaIslam.Com - Cendikiawan muslim Azyumardi Azra memberikan
komentar terkait adanya anggapan bahwa aksi 22 Mei sebagai bagian dari
jihad. Menurut Azyumardi, aksi 22 Mei bukan bagian dari jihad.
Jika ada ulama yang menyebut aksi tersebut sebagai jihad, menurut Azyumardi, berarti dia termasuk ulama partisan.
"Jadi kalau ada yang bilang 22 Mei itu jihad saya kira itu adalah ulama
yang partisan. Yang partisan kepada pihak tertentu. Harusnya ulama
jangan partisan," kata Azyumardi, Senin (20/05/2019) dikutip dari
Detik.com.
Menurut Azyumardi, seharusnya seorang ulama dapat bersikap bijak dan memberikan ketenangan bagi umat, apalagi di bulan puasa.
"Jadi itu menurut saya sikap ulama yang nggak bijak, ulama harusnya
menenangkan umat, memberi ketenangan, memberi kesabaran apalagi bulan
puasa gini," sambugnya.
Tak hanya itu, Azyumardi menyebut bahwa aksi 22 Mei bagian dari ekspresi
hawa nafsu. Dia lantas meminta masyarakat agar mendengarkan ulama yang
netral dan tidak condok ke pihak-pihak tertentu.
"Padahal puasa itu menahan hawa nafsu. Jadi saya kira ulama seperti itu
tidak perlu didengar. Yang perlu didengar itu ulama netral, berpihak
pada kepentingan umat, negara. Kita harus apresiasi ulama NU, pimpinan
PBNU, seperti KH Aqil Siradj, pimpinan Muhammadiyah Pak Haedar Nashir
yang sudah imbau," ujarnya.
Selain itu, Azyumardi meminta masyarakat tidak mengikuti orang yang
mempolitasasi agama. Klaim jihad di aksi 22 Mei menurutnya harus
ditolak.
"Saya kira klaim-klaim atas nama ulama menyerukan jihad 22 Mei itu harus
ditolak. Itu pernyataan partisan, politik, ulama harusnya tidak
partisan. Dengan menggunakan istilah jihad itu mempolitisasi agama,"
paparnya. [dutaislam.com/pin]
Keterangan: Data diolah dari Detik.com dari berita berjudul 'Azyumardi Azra: Kalau Ada yang Bilang Aksi 22 Mei Jihad, Itu Ulama Partisan'.
Cendikiawan Muslim Prof. Dr. Azyumardi Azra. Foto: Istimewa.
DutaIslam.Com - Rabithah Alawiyah yang merupakan wadah habib
se-Indonesia mengeluarkan maklumat jelang hari pengumuman pemenang
Pilpres sekaligus rencana aksi sejumlah pendukung Prabowo 22 Mei 2019.
Maklumat DPP Rabithah Alawiyah dikeluarkan Senin (20/05/2019). Ada lima poin maklumat yang dikeluarkan DPP Rabithah Alawiyah, terutama
untuk anggota wilayah dan cabang. Di antaranya, mekinta agar berdoa
kepada Allah agar bangsa Indonesia diberikan yang terbaik.
"Berdoa kepada Allah SWT agar menakdirkan yang terbaik bagi bangsa dan
negara kita ini," demikian bunyi salah satu poin dalam maklumat dengan
nomor: 103/1/DPP-RA/V/2019 itu.
Berikut isi lengkap maklumat tersebut seperti dikutip dari Detik.com.
1. ikut menenteramkan masing-masing anggota agar terhindar dari
kemungkinan kekacauan yang dapat menimbulkan kerugian besar bagi umat,
bangsa dan negara.
2. Tanpa mengintervensi aspirasi politik masing-masing, hendaknya
menjunjung tinggi aturan yang berlaku serta menggunakan saluran-saluran
resmi yang telah ditetapkan atau langkah lain yang dibenarkan oleh
konstitusi untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi secara jujur dan
berkeadilan.
3. Berdoa kepada Allah SWT agar menakdirkan yang terbaik bagi bangsa dan negara kita ini.
4. Berupaya menghindarkan diri dari saling menyalahkan dan menghujat
kepada saudara kita sesama muslim dan sesama anak bangsa lainnya.
5. Melakukan sosialisasi kepada pihak-pihak yang berkepentingan tentang
komitmen Rabithah Alawiyah terhadap persatuan dan kesatuan bangsa, serta
keutuhan NKRI.
Maklumat tersebut ditandatangani pengurus DPP Rabithah Alawiyah yang
diwakili Ketua Umum Zen Umar Sumaith dan Sekretaris Umum Husin Ali
Alatas. [dutaislam.com/pin]
Pengumuman Hasil Pemilu 22 Mei 2019. Foto: Isimewa.
DutaIslam.Com - Rois Syuriyah PCINU Australia-New Zealand Prof
Nadirsyah Hosen (Gus Nadir) mengingatkan kepada pendukung
capres-cawapres nomor urut 2, Prabowo-Sandi yang telah masuk jebakan HTI
pro Khilafah.
Menurut Gus Nadir, modus yang digunakan HTI adalah agar orang tidak percaya dengan sistem demokrasi dan institusinya.
"Kepentingan mereka bertemu dg 02 berkuasa. Itu sebabnya mereka kompak
terus mendelegitimasi sistem Pemilu, KPU dan MK," tulis Gus Nadir
melalui akun Twitternya @na_dirs, Senin (20/05/2019) pukul 6.36 AM.
"Sadarlah pendukung 02, klean masuk jebakan HTI yg pro Khilafah, bukan pro NKRI," imbuhnya menegaskan.
Hingga berita ini ditulis pukul 12.28 WIB, cuit Gus Nadir baru diretweet oleh 2,1 ribu orang dan disukai 4,3 ribu orang. [dutaislam.com/gg]
Gus Nadir. (Foto: Twitter/@na_dirs @maman1965)
Oleh Ayik Heriansyah
DutaIslam.Com - Ide anti pemerintah, anti otoritas yang sah dan
anti konstitusi, ide kuno yang dalam sejarah Islam pertama kali muncul
ketika Dzul Khuwaisirah ketika protes atas pembagian harta emas yang
dikirim Ali bin Abi Thalib dari Yaman yang dilakukan Rasulullah Saw.
Protes Dzul Khuwaishirah menyinggung perasaan Nabi Saw. Secara tidak
langsung dia menuduh Nabi Saw berbuat dzalim. Saking tidak beradabnya
dia menyuruh Rasulullah Muhammad Saw bertaqwa kepada Allah, "Wahai
Rasulullah bertaqwalah engkau kepada Allah.” Mendengar hal itu, Nabi Saw
bersabda: "Celaka engkau! Bukankah aku adalah penduduk bumi yang paling
berhak untuk bertaqwa kepada Allah?!" (HR. Bukhari [2/232], Muslim
[2/740]).
Sebagai sebuah gerakan politik, Abdullah bin Saba’ orang pertama yang
mengorgansir gerakan anti pemerintah dan inkonstitusional. Abdullah bin
Saba’ seorang Yahudi dari Yaman yang pura-pura masuk Islam. Berlagak bak
ulama dia menyebar isu, opini negatif, tuduhan miring dan hoaks di
tengah-tengah masyarakat muslim yang baru tumbuh di daerah-daerah
pinggiran pusat Islam saat itu, Bashrah, Kufah dan Mesir. Masyarakat
muslim yang baru menerima Islam. Keimanan mereka masih labil. Ilmu
pengetahuan mereka belum kokoh. Tapi semangat keberagamaan mereka
menggebu-gebu. Pengikut Abdullah bin Saba’ kebanyakan orang-orang Badui
Arab yang baru hijrah dari kehidupan jahiliyah.
DR. Utsman bin Muhammad al-Khamis dalam Hiqbah Minat Tarikh yang terbit
2007 di Kairo mencatat 13 tuduhan ditujukan Abdullah bin Saba’ dan
pengikutnya kepada Khalifah Utsman. Edisi Indonesia, buku ini
diterbitkan oleh Pustaka Imam Syafi’i cetakan kelima 2016 dengan judul
“Inilah Faktanya”. Tuduhan-tuduhan yang mendekriditkan Khalifah Utsman.
Sebagian tuduhan sudah dibantah Khalifah Utsman sewaktu rumahnya
dikepung massa aksi people power yang datang dari tiga kota Muslim di luar Jazirah Arab. Sebagian lagi dibantah para sahabat kepada utusan massa people power ketika mereka berdialog.
Enam tuduhan yang bukanlah kesalahan dan pelanggaran terhadap syariah
melainkan ijtihad syar’i sebagai Khalifah. Sebagai Khalifah, Utsman
berhak dan berkewajiban melakukan ijtihad politik dalam rangka
menyempurnakan tugasnya mengatur urusan umat. Ijtihad politik Khalifah
Utsman yang dibully tersebut adalah: Mengangkat keluarga menjadi
pejabat, membakar mushaf-mushaf dan memerintahkan kaum muslimin untuk
merujuk kepada satu mushaf saja, memperluas lahan konversi hewan ternak
dan kuda, tidak mengqashar shalat dalam perjalanan, tidak mengqishash
‘Ubaidullah bin Umar padahal dia membunuh Hurmuzan dan menambah adzan
kedua dalam shalat Jum’at.
Dua tuduhan miring tetapi justru itu kebaikan Khalifah Utsman yaitu
Utsman tidak ikut perang Badar dan tidak hadir pada Bai’atur Ridlwan.
Perihal Utsman absen saat perang Badar karena saat itu ia sedang menjaga
istrinya yang juga putri Rasulullah saw yang sedang jatuh sakit.
Tentang ini Nabi saw bersabda: inna laka ajra rajulin mimman syahida badran wa sahmahu ‘Sungguh,
engkau mendapatkan pahala seperti pahala seorang yang ikut perang
Badar. Engkau juga berhak mendapat ghanimahnya.’ Sementara
ketidakhadirannya dalam Bai’atur Ridwan karena Utsman diutus Nabi saw ke
Mekkah untuk melakukukan negosiasi dengan kaum Quraisy. Sudah barang
tentu justru karena kemuliaan Utsman di mata Nabi saw dan di mata kaum
Quraisy, dia diutus ke Mekkah. Saat Utsman bernegosiasi, prosesi
Bai’atur Ridlwan dilakukan. Sambil mengulurkan Rasulullah saw kemudian
bersabda: “Tangan ini mewakili Utsman.” (Shahihul Bukhari, Kitab Fadhail
Shahabah, Bab Manaqib Utsman no. 3699).
Hanya satu tuduhan yang memang kesalahan Utsman. Itupun kesalahan kecil
yang sangat manusiawi. Kesalahan itu sudah dimaafkan dan diampuni yakni
lari ketika pasukan kaum muslimin diserang balik waktu perang Uhud
sebagaimana firman Allah swt:
إِنَّ الَّذِينَ تَوَلَّوْا مِنْكُمْ يَوْمَ الْتَقَى الْجَمْعَانِ
إِنَّمَا اسْتَزَلَّهُمُ الشَّيْطَانُ بِبَعْضِ مَا كَسَبُوا ۖ وَلَقَدْ
عَفَا اللَّهُ عَنْهُمْ ۗ إِنَّ اللَّهَ غَفُورٌ حَلِيمٌ
Sesungguhnya orang-orang yang berpaling di antaramu pada hari bertemu
dua pasukan itu, hanya saja mereka digelincirkan oleh syaitan,
disebabkan sebagian kesalahan yang telah mereka perbuat (di masa lampau)
dan sesungguhnya Allah telah memberi maaf kepada mereka. Sesungguhnya
Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyantun. (QS. Ali Imran; 155).
Kendati demikian, Abdullah bin Saba’ dan pengikutnya yang menjadi
peletak dasar gerakan Khawarij terus menyudutkan Khalifah Utsman dengan
isu-isu hoaks. Khalifah Utsman difitnah telah mengasingkan Abu Dzar
al-Ghifari ke Rabadzah. Abu Dzar sahabat Nabi saw dikenal jujur, zuhud
dan wara’. Di Syam dia debat dengan Muawiyah yang saat itu menjadi
Gubernur. Mereka berdua ikhtilaf soal tafsir ayat ke-34 surat at-Taubah
tentang larangan menimbun emas dan perak. Muawiyah berpendapat ayat itu
ditujukan kepada ahlu kitab, adapun Abu Dzar mengatakan ayat itu untuk
umat Islam dan ahlu kitab.
Perdebatan ini buntu tidak ketemu jalan penyelesaiannya. Lalu Muawiyah
menulis surat ke Khalifah Utsman. Dia mengadu kelakuan Abu Dzar. Lalu
Khalifah Utsman meminta Abu Dzar menemuinnya di Madinah. Abu Dzar
mengisahkankan ceritanya kepada Khalifah Utsman. Setelah itu Khalifah
Utsman berkata: “Kalau engkau mau pergi engkau boleh melakukannya, tapi
ke tempat yang tidak jauh (dari Madinah).” Itulah yang membuat Abu Dzar
pergi ke Rabadzah. Sebagai warga negara yang baik, Abu Dzar tunduk,
patuh dan taat kepada Khalifah. Dia berujar: “Seandainya yang menjadi
pemimpinku berasal dari orang Habasyah, aku tetap akan mendengar dan
tunduk kepadanya.” (Shahihul Bukhari, Kitab Az-Zakah, Bab “Ma Uddiya
Zakatahu bi Kanzin no. 1406).
Jadi sebenarnya Abu Dzar mengasingkan diri ke Rabadzah karena
keinginannya sendiri. Khalifah Utsman tidak pernah mengusirnya dari
Madinah. Abu Dzar sendiri pernah mendengar Rasulullah saw bersabda:
idza balagha al-bina’u sal’an fakhruj minha ‘Jika
kamu menyaksikan bangunan di Madinah sudah setinggi Gunung Sala’, maka
keluarlah dari Madinah’ (Ath-Thabaqat Ibnu Sa’ad, IV:226). Artinya Nabi
saw sendiri yang memerintahkan Abu Dzar untuk meninggalkan Madinah.
Kaum Khawarij juga menyebarkan hoaks bahwa Khalifah Utsman mengembalikan
Marwan bin al-Hakam ke Madinah yang telah diasingkan oleh Nabi saw.
Padahal faktanya Marwan bin al-Hakam masuk Islam waktu
fathu Makkah
(pembebasan kota Mekkah). Ia termasuk orang-orang yang disebut Nabi
sebagai orang-orang yang yang bebas dari segala tuntutan hukum atas
perbuatannya di masa lalu. Marwan bin al-Hakam tinggal di Mekkah, lalu
bagaimana mungkin dia diusir Nabi dari Madinah?!. korupsi memberi Marwan
bin Hakam 1/5 harta ghanimah. Padahal 1/5 harta ghanimah yang diberikan
Khalifah Utsman diambil dari bagian Imam/Khalifah yang pembagiannya
diserahkan kepada ijtihad Khalifah.
Hoaks yang menggelikan, Khalifah Utsman dituding kaum Khawarij telah
memukul Ibnu Mas’ud hingga ususnya robek dan memukul ‘Ammar hingga
tulang rusuknya patah. Ini jelas kebohongan. Tidak mungkin orang
selemput Utsman bertindak kasar apalagi kepada sahabat Nabi saw.
Andaikata usus Ibnu Mas’ud robek, tentu dia sudah mati dan bagaimana
mungkin Ammar bisa ikut perang Shiffin bersama Khalifah Ali dengan rusuk
yang patah.?!
Massa
people power yang sudah kemakan hoaks tidak menyadari kalau ada
invisible hand
yang bekerja di balik kencangnya tuntutan kepada Khalifah Utsman untuk
meletakkan jubah kepemimpinannya. Massa yang terbakar emosinya makin
kalap. Mereka merangsek masuk ke dalam rumah Khalifah Utsman. Dan
akhirnya Khalifah Utsman syahid saat membaca al-Qur’an di tangan kaum
Khawarij. Gerakan makar kaum Khawarij menjadi nota hitam sejarah umat
Islam yang tak bisa dihapus sampai hari kiamat.
Nahdlatul Ulama senantiasa bersikap i’tidal, sikap yang dicontohkan oleh
para sahabat Nabi saw di tengah ketegangan dan konflik politik. Dalam
Al-Qur'an Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُواْ كُونُواْ قَوَّامِينَ لِلّهِ شُهَدَاء
بِالْقِسْطِ وَلاَ يَجْرِمَنَّكُمْ شَنَآنُ قَوْمٍ عَلَى أَلاَّ
تَعْدِلُواْ اعْدِلُواْ هُوَ أَقْرَبُ لِلتَّقْوَى وَاتَّقُواْ اللّهَ
إِنَّ اللّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Wahai orang-orang yang beriman hendaklah kamu sekalian menjadi
orang-orang yang tegak membela (kebenaran) karena Allah menjadi saksi
(pengukur kebenaran) yang adil. Dan janganlah kebencian kamu pada suatu
kaum menjadikan kamu berlaku tidak adil. Berbuat adillah karena keadilan
itu lebih mendekatkan pada taqwa. Dan bertaqwalah kepada Allah, karena
sesungguhnya Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS al-Maidah:
8).
Semoga hal ini tidak terjadi di negara kita. Tragedi pembunuhan Khalifah
Utsman kita ambil hikmahnya, bahwa gerakan makar berawal dari isu-isu
hoaks menjadi
people power. [
dutaislam.com/gg]
Ayik Heriansyah,
Ketua LTN NU Kota Bandung, Pengurus LD PWNU Jawa Barat.
Ilustrasi Perang pada masa lalu. (Foto: istimewa)
DutaIslam.Com - Beredar di media sosial sebuah rekaman suara yang diduga suara ustaz kondang Haikal Hassan.
Dari rekaman itu, dia lagi ngomong dengan seseorang (tidak jelas). Dia
juga minta tolong agar bisa segera pulang dan kumpul dengan keluarga.
Rekaman tersebut diposting akun Twitter @ArdiansyahNu, Senin (20/05/2019).
"Beredar Rekaman Suara Haikal yg minta tolong pengen pulang dan kumpul2
lg bareng keluarga. Akhirnya kerasa juga jauh dr keluarga & kerabat.
Emang uenaak buron .?! Makanye agama jgn dipake utk menghasut umat.
Berikut translate rekaman suara Haikal yg ngarep pengen bisa," tulisnya
sambil melampirkan rekaman itu berbentuk video.
Berikut translate rekaman suara Haikal yg ngarep pengen bisa
pic.twitter.com/4ij59f4mqp
— Ardiansyah (@ArdiansyahNu) May 19, 2019
Sebelumnya, Haikal Hassan dilaporkan ke Bareskrim Polri atas dugaan penyebaran berita bohong atas hoaks, pada Kamis, 9 Mei 2019.
Dilansir dari Viva,
surat tanda terima yang diterima laporan terdaftar dengan nomor
LP/B/0447/V/2019/Bareskrim tertanggal 9 Mei 2019 dengan nama pelapor
Achmad Firdaws Mainuri dari Partai PSI.
Haikal dilaporkan atas tindak pidana penyebaran berita bohong atau hoax
di melalui media elektronik pasal 28 ayat 2 UU Nomor 11 Tahun 2008
tentang ITE, pasal 16 juncto pasal 4 huruf b angka 1 UU Nomor 40 Tahun
2008 tentang Penghapusan Diskriminasi Ras dan Etnis. Kemudian, pasal 14
ayat 1 dan 2 dan pasal 15 UU Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum
Pidana serta pasal 207 KUHP.
Namun ketika Penyidik Direktorat Tindak Pidana Siber Bareskrim Polri
memanggil Haikal Hassan untuk diperiksa sebagai saksi pada Kamis
(16/05/2019), Haikal dikatakan sedang Umroh ke Arab.
"Beliau sudah sampaikan saat ini sedang umrah, jadi akan direncanakan
kembali," ujar Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Dedi Prasetyo
dikutip CNNIndonesia, Rabu (15/05/2019).[dutaislam.com/gg].
Haikal Hassan. (Foto: CNN Indonesia)
DutaIslam.Com - Aksi Cepat Tanggap (ACT) menyatakan turut ambil
peran dalam aksi yang akan digelar pada 22 Mei 2019. Mereka menyiapkan
mitigasi risiko krisis pada hari pengumuman Pilpres 2019 tersebut dengan
pengerahan relawan serta armada kemanusiaan ACT di sejumlah titik yang
berpotensi krisis.
"ACT perlu mengambil peran atas kemungkinan situasi yang bisa saja
menimbulkan risiko krisis kemanusiaan. Namanya juga lembaga kemanusiaan,
akan selalu memandang peristiwa apa pun yang untuk selalu hadir
membantu korban konflik," ujar Presiden ACT Ahyudin saat press conference di kawasan parkir Menara 165, Jakarta, Senin (20/5/2019), sebagaimana dilansir Detik.
Aksi Cepat Tanggap atau ACT ini harus kita diwaspadai keberadaannya
ditengah-tengah demonstrasi massa menolak hasil pemilu 2019 pada 22 mei
besok, karena yayasan ini diduga menjadi salah satu penyokong
pemberontak di Suriah yang berkolaborasi dengan Yayasan IHR milik
Bachtiar Nasir yang menjadi tersangka akibat tersandung kasus pencucian
uang.
Baca: Skenario Bachtiar Nasir Mendukung Para Pemberontak Pemerintah Suriah
Pertanyaannya, ada apa mereka disana ? Kok seolah-olah akan terjadi situasi rusuh seperti di Suriah ?
Kami Percaya dan mendukung penuh Pemerintah TNI-POLRI.
Namun, apabila ACT luput dari pengawasan Intelejen kita, kami khawatir
akan ada senjata yang berhasil masuk ke dalam kerumunan massa.
Baca: Bocor, LSM Jaringan Indonesia Ini Punya Ikatan Erat dengan Teroris Syiria
Aksi Cepat Tanggap (ACT)
ACT didirikan tahun 2005 di Jkt. Lembaga ini pada 2014 dilaporkan
berhasil mengumpulkan dana 7,5 milyar perbulan (90 Milyar setahun) dari
sumbangan masyarakat.
Dalam situsnya, Direktur ACT, Ahyudin, memuji-muji Turki, Erdogan, dan
IHH (Insan Hak ve Hurriyetleri ve Insani Yardim Vakfi/ Yayasan untuk Hak
Azasi Manusia, Kebebasan dan Bantuan Kemanusiaan), sebuah LSM terbesar
di Turki.
Menurut Ahyudin, “Semua yang diperlihatkan IHH, selaras dengan visi
ACT. Tidak keliru kalau jika ACT merapat ke IHH dan menyerap inspirasi
darinya.” ACT menyerahkan bantuan warga Indonesia untuk Suriah melalui
IHH.
Bukti : https://archive.act.id/id/whats-happening/view/3487/karya-act-untuk-korban-krisis-suriah-kian-signifikan
Sekali lagi, kenapa harus ACT ? [dutaislam.com/gg]
Keterangan: data dari grup KBA Aswaja.
Salah satu iklan ACT menggaet donasi. (Foto: istimewa)
Oleh Ayik Heriansyah
DutaIslam.Com - Di Wikipedia pemeran pengganti (Inggris: stuntman)
adalah seseorang yang menggantikan aktor/aktris utama dalam suatu
adegan berbahaya, seperti melompat dari satu gedung ke gedung yang lain,
ditembakkan dari sebuah meriam dan hal-hal sejenisnya, dan saat ini
sudah menjadi salah satu cabang bidang karier yang cukup diminati.
Aksi-aksi ini terlihat berbahaya namun sebenarnya sudah diperhitungkan
dengan baik sehingga kalaupun terjadi suatu kecelakaan maka yang terjadi
adalah luka-luka minimal.
Awal Rajab ini kita diramaikan dengan manuver politik Hizbut Tahrir
Indonesia (HTI). HTI membuat beberapa lembaga pengganti peran mereka di
tengah masyarakat. Sebut saja “stuntman” HTI. Setelah pintu
pemulihan badan hukum HTI melalui jalur hukum formal terkunci rapat,
ternyata HTI tidak menyerah. Mereka bertekad melanjutkan perjuangan. HTI
membuat badan-badan otonom sesuai segmentasi objek dakwah. Ada segmen
untuk ulama, dosen, mahasiswa, pelajar, dan perempuan, dll. Dulu semua
segmen ini digarap dengan nama Hizbut Tahrir Indonesia.
Dua badan otonom yang tetap digunakan HTI: Gema Pembebasan dan BKLDK
(Badan Koordinasi Lembaga Dakwah Kampus). Gema Pembebasan organ
fungsional HTI yang menggarap mahasiswa bergerak ekstra kampus,
sedangkan BKLDK bergerak di dalam kampus melalui LDK-LDK yang
berafiliasi ke HTI. HTI juga mempertahankan nama Media Umat untuk
tabloid yang mereka terbitkan dan Al-Wa’ie untuk majalahnya. Adapun
buletin jum’at, HTI mengganti nama (rename) dari Al-Islam menjadi
Kaffah.
Organ otonom HTI yang lain adalah Lembaga Bantuan Hukum (LBH) Pelita
Umat. LBH ini yang pertama kali mereka bentuk setelah badan hukum HTI
dicabut. Lembaga ini berbentuk yayasan. Di ruang sidang pengadilan waktu
mereka melakukan gugatan, LBH Pelita Umat berperan sebagai pendamping
karena HTI menunjukkan LBH milik Yusril Ihza Mahendra sebagai kuasa
hukum mereka. LBH Pelita Umat sangat aktif di luar persidangan. Layaknya
HTI, mereka membuat opini-opini melalui media sosial untuk mendukung
posisi HTI dipersidangan.
Kini LBH Pelita Umat menjadi “stuntman” HTI di berbagai daerah.
Dengan nama LBH, HTI lebih mudah mengurus perizinan acara. Dan orang
awam sedikit takut menganggunya. Namanya juga “stuntman”,
kegiatan LBH Pelita Umat tetap saja di bawah kendali petinggi HTI.
Pengurus-pengurusnya juga anggota HTI. Dari nama program, isu yang
diangkat, tema acara, diksi, narasumber dan pola gerakan LBH Pelita
Umat, “HTI pisan”. Dengan cover LBH Pelita Umat, HTI bisa melanjutkan
dakwahnya di ruang publik (masjid, gedung pertemuan, dll). Acara yang
rutin mereka selenggarakan adalah Islamic Lawyer Club (ILC). Kita semua
sudah paham acara ini meniru ILC TVOne. Hanya isi dan narasumbernya
yang berbeda.
HTI baru saja merilis badan otonom yang bernama Komunitas Royatul Islam
(Karim). Nama Komunitas Royatul Islam pernah digunakan HTI Jabar waktu
mereka mengadakan aksi di depan Gedung Sate. Karim menjadi perbincangan
di media sosial karena mereka mempublis foto pelajar SMA sedang
mendengar pengarahan di suatu ruang kelas dan halaqah dengan latar
belakang bendera HTI. Ada juga testimoni dari Hafidz Abdurrahman alias
M. Maghfur Wachid anggota senior HTI. Dia ketua umum HTI 2004-2010.
Karim telah punya jaringan berbagai daerah. Pasti orang HTI yang adan di
daerah.
Agustus tahun lalu saya sudah sampaikan ke teman-teman di grup
DutaIslam.com, bahwa HTI tidak akan mati kalau para muassisnya masih
bergerak bebas. (Baca: HTI Tidak Akan Mati Kalau Muassisnya Masih Bebas Bergerak)
HTI belum bubar. Mereka masih solid. Jalur informasi dan komunikasi
mereka dengan Amir Hizbut Tahrir tetap lancar. Halaqah-halaqah,
kontak-kontak personal dan pengajian-pengajian umum berjalan seperti
biasa sambil menunggu situasi politik yang kondusif bagi mereka muncul
kembali dengan nama Hizbut Tahrir.
Mereka hanya tidak memiliki badan hukum sehingga gerakan mereka menjadi
terbatas. Mereka tidak bisa lagi menggunakan nama HTI untuk mengadakan
acara. Keterbatasan ini mereka siasati dengan membuat beberapa “stuntman”.
Selain itu anggota HTI yang sudah menjadi figur publik dan memiliki
lembaga dan komunitas, melanjutkan dakwah mereka dengan lembaga dan
komunitas yang mereka bina.
Apapun nama “stuntman” yang dibuat HTI, dengan cepat akan tercium
oleh masyarakat. Karena masyarakat sudah sangat familiar dengan
ideologi, permainan opini, lemparan isu, diksi yang digunakan, pola
gerakan dan aktor-aktornya, baik aktor lapangan maupun aktor intelektual
HTI. Sesungguhnya tidak ada gunanya HTI melanjutkan perjuangan karena
perjuangan HTI terbukti salah. Salah menurut hukum syara’ dan konstitusi
negara. Kesalahan ajaran HTI telah dibuktikan di pengadilan yang
imparsial, bebas dan terbuka di semua jenjang. Kesalahan HTI sudah
qath’i.
Toh masyarakat yang menjadi sasaran dakwah HTI sudah mengenal mereka dan
mereka sudah menolak dakwah HTI. Dakwah HTI sudah jenuh dan beku.
Masyarakat sudah menutup pintu untuk HTI. Alangkah baiknya jika HTI
ruju’ ila NKRI. NKRI bukan negara Islam melainkan negara Islami. Mari
bangun NKRI agar menjadi negara yang kuat dan disegani dunia
internasional. [
dutaislam.com/gg]
Ayik Heriansyah, Pengurus LD PWNU Jabar, Mantan Ketua HTI Babel 2004-2010.
Ilustrasi "Stuntman" HTI. (Foto: istimewa)
DutaIslam.Com - Hari ini hingga pukul 11.48 WIB jagad Twitter
Indonesia diramaikan tagar #RamadhanBulanPerjuangan. Namun sayangnya,
isi tagar tersebut penuh dengan kampanye Khilafah.
Pantauan Dutaislam.com, banyak akun terlihat membagikan foto-foto
yang isinya gambar Bendera Tauhid khas HTI. Dedengkot HTI Felix Siauw
juga ngetwit menggunakan tagar tersebut.
Netizen bernama Shidiq Nur Thoha @Shidiqnthoha, menyayangkan atas ramainya tagar tersebut yang isinya kampanye khilafah.
"Di Twitter rame tagar #RamadhanBulanPerjuangan tapi isinya kampanye Khilafah:-(," tulis Shidiq nampak memberi emoticon sedih.
Diapun kemudian membagikan arti puasa menurut Imam Ghazali dalam kitab Ihya'nya.
[dutaislam.com/gg]
Tagar HTI
DutaIslam.Com - Pagi hari (Rabu, 22/05/2019) setelah demo ricuh
di sekitar kantor Bawaslu, hashtag #TangkapPRABOWO berada di puncak
trending topic Twitter.
Netizen menilai, Prabowo dan Sandiaga Uno semestinya bertanggungjawab
atas aksi ricuh tersebut. Sebagian menilai Prabowo musuh demokrasi dan
pengacau.
"Woooooooy Prabowo Uno kalian bener2 mau benturkan rakyat dan aparat
kepolisian, kalian tidak manusiawi.tidak mencerminkan anak bangsa yang
baik, hanya nafsu kekuasaan,trus kalo sudah begini siapa yang tanggung
jawab #TangkapPRABOWO," tulis akun @ArdiansyahNu sambil membagikan video kericuhan yang terjadi.
"Prabowo kurang ajar! Musuh demokrasi! Dengan kejadian malam ini tak
ada lagi respect terhadap Prabowo! Tangkap dan adili pengacau ini!
#TangkapPRABOWO !!," kata akun @PartaiSocmed.
Akun @Sri_kandie mempertanyakan jargon aksi damai yang sebelumnya selalu di gaungkan Prabowo dkk dan pendukungnya.
"Aksi Damai..?? Ternyata kel perusuh yg mbawa bom molotov, petasan,
batu2..mrk mlempari aparat hingga pukul 03.30 blm bubar, Spertinya
sngaja dirancang untk Mbuat kerusuhan di Jakarta. ! Ibukota hrs STERIL
dari perusuh, Tangkap pengacau ini.! #TangkapPRABOWO," tulisnya.
Pantauan Dutaislam.com, hingga pukul 05.22 WIB hashtag tersebut masih di puncak trending topic. [dutaislam.com/gg]
Foto yang dibagikan akun @_cengkehnastar ketika membuat hashtag #TangkapPRABOWO.
Oleh Sunandi
DutaIslam.Com - Kalau dilihat dari berita tentang kerusuhan malam ini, bisa dilihat:
1. massa pendemo shift 1 yang demo koar-koar selesai lalu bergerak bubar.
2. setelah shift 1 bubar kemudian digantikan shift 2 dengan massa yang berbeda.
3. massa shift 2 ini yang kemudian memprovokasi polisi dengan berusaha menerobos barikade kawat berduri.
4. polisi masih berusaha persuasif, namun massa pendemo terus memprovokasi polisi.
5. polisi berusaha membubarkan lalu terjadi bentrok.
6. massa mulai melempari polisi dengan batu dan PETASAN. (petasan ndadak beli?)
7. polisi menangkapi massa demo yang membuat massa kabur ke arah Tanah Abang.
8. seruan polisi tak diindahkan dan justru massa melempari merek dengan molotov.
-----
Jadi kalau dilihat dari kejadian tersebut maka bisa dikatakan sudah ada
settingan aksi. Logistik macam petasan dan molotov sudah disiapkan
berikut jalur pelariannya menuju Tanah Abang.
Kini narasi yang dihembuskan oleh kubu pendemo adalah bahwa polisi
menembaki mereka di dalam masjid. Ada juga yang menyebarkan isu bahwa
ada pendemo yang tertembak.
Narasi-narasi mereka sebentar lagi akan muncul di WAG dan timeline
kalian. Narasi tentang massa yang ditembak dan masjid ditembaki.
Sudah bisa ditebak bagaimana skenario dari aksi malam ini adalah untuk
mendelegitimasi polisi dan membenturkannya dengan unmat Islam.
Waspada....tipikal bagaimana suriah dulu dibakar. [dutaislam.com/gg]
Source: Sunandi
Massa melakukan
perlawanan ke arah petugas di depan kantor Bawaslu di kawasan Thamrin,
Jakarta, Selasa (21/5/2019). Foto: Ist/Antara.
DutaIslam.Com - Kubu Prabowo merasa tak perlu bertanggung jawab atas kericuhan yang terjadi saat Aksi 22 Mei di Jakarta.
Hal ini disampaikan Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional
(BPN) Prabowo Dahnil Anzar Simanjuntak. Yang harus bertanggung jawab,
kata Dahnil, adalah pihak-pihak yang melakukan provokasi sehingga
kericuhan terjadi sejak malam kemarin hingga siang hari ini.
"Yang bertanggung jawab adalah tentu mereka-mereka yang lakukan
provokasi, mereka yang lakukan kekerasan," ujar Dahnil, Rabu (22/5/2019)
dikutip dari Tirto.id
Dahnil membuat klaim bahwa cara-cara yang dilakukan pihaknya sesuai
dengan instruksi Prabowo yakni menggunakan cara-cara konstitusional
dalam memprotes hasil Pemilu 2019.
"Karena sejak awal Pak Prabowo memutuskan jalur konstitusional,
mendukung segala upaya konstitusional dan mendukung gerakan yang damai
menggunakan hak demokrasi," jelas Dahnil.
Diketahui, sebelum aksi 22 Mei, Prabowo membuat pernyataan bahwa tidak
menghendaki adanya kericuhan dalam aksi. Prabowo juga mengatakan, jika
ada perserta aksi yang ricuh bukanlah bagian dari Prabowo.
Jauh sebelum itu, Prabowo dan kelompoknya terus lantang menyuarakan
adanya banyak kecurangan dalam Pemilu 2019. Prabowo menolak hasil KPU.
Bahkan Prabowo sempat menyatakan tidak akan melaporkan kecurangan
tersebut ke MK.
Sejumlah pernyataan Prabowo membuat pendukungnya marah di tingkat akar
rumput hingga dibuatlah aksi 22 Mei. Tiba saatnya, Prabowo lantas
mengeluarkan pernyataan akan menempuh jalur hukum dan menolak aksi yang
membuat kericuhan.
Kericuhan pun terjadi. Kubu Prabowo merasa tidak bertanggung jawab. Cuci tangan yang bagus bukan? [dutaislam.com/pin]
Prabowo Subiyanto. Foto: Istimewa.
DutaIslam.Com - Majelis Ta'lim Telkom Group (MTTG) diketahui mengundang ustaz wahabi Oemar Mita hingga dedengkot HTI Felix Siauw.
Hal ini diketahui dari pamflet MTTG yang tersebar di media sosial. Oemar
Mita dijadwalkan mengisi ceramah pada 23, 24, dan 27 Mei 2019
sebagaimana di pamflet. Adapun Felix Siauw telah mengisi ceramah pada 12
Febuari 2019 lalu.
Oemar Mita sendiri merupakan ustaz wahabi yang dirilis situs Muslimedianews sebagai ustaz yang kerap membid'ahkan. (Link)
Pantauan Dutaislam.com, Oemar Mita dalam salah satu ceramahnya
pernah menyebut Islam Nusantara sebagai anti Arab bahkan dinilainya
merubuhkan kemulyaan Islam. (Bukti: Link video) Innalillah... Padahal Islam Nusantara bukan seperti yang dia duga-duga.
Adapun Felix Siauw sudah tak asing di telinga kita. Jejak digitalnya
bertebaran di dunia maya, dia menyebut nasionalisme tak ada dalilnya,
menuduh pemerintah dzolim dan sejenisnya ala-ala HTI.
Walhasil, sungguh mengherankan MTTG mengundang ustaz-ustaz berjenis demikian bukan? Demikian editorial kali ini. [dutaislam.com/gg]
Pamflet Majelis Ta'lim Telkom Group (MTTG).
DutaIslam.Com - Foto mobil ambulans Gerindra membawa batu,
kemarin sempat dibantah oleh Fadli Zon. Tapi informasi yang beredar,
tidak berhenti hanya di situ.
Mobil yang diduga untuk kepentingan kerusuhan itu, disebut terdaftar
atas nama PT. ARSARI PRAMATA, perusahaan milik Hashim, Adik Prabowo.
Hal itu diungkapkan oleh akun @MurtadhaOne, Rabu (22/05/2019) dengan melampirkan bukti screenshot.
"TERCYDUQ! Mobil ambulans yg ditangkap krn bawa batu & amplop
uang utk membayar pelaku kerusuhan, nopol B 9686 PCF terdaftar atas nama
PT. ARSARI PRATAMA.
Perusahaan itu milik Hashim, adik Prabowo. Komisaris PT. ARSARI PRATAMA adalah Aryo Djojohadikusumo, anggota DPR dr Gerindra," tulisnya.
Sebelumnya, Foto-foto mobil ambulans Gerindra yang membawa batu tersebut sudah menjadi perbincangan netizen di Twitter. [dutaislam.com/gg]
Foto dan screenshot akun @MurtadhaOne.
DutaIslam.Com - Aksi unjuk rasa yang berakhir ricuh Selasa
(21/05/2019) malam hingga Rabu (22/05/2019) mengungkap sejumlah temuan.
Salah satunya ditemukannya ambulans berlogo Gerindra yang berisi batu.
Sebaliknya, polisi yang mengamankan mobil tersebut justru tidak
menemukan perlengkapan medis. Polisi masih melakukan penyelidikan
mengenai asal batu tersebut karena sopir dan penumpang ambulans tidak
mengakuinya.
Dilansir dari Tribunpalu.com, sopir ambulans diketahui berangkat dari
Kota Tasikmalaya pada 21 Mei. Ada tiga orang, yaitu sopir berinisial Y,
Sekretaris DPC Partai Gerindra Kota Tasikmalaya berinisial I, dan Wakil
Sekretaris Partai Gerindra berinisial O.
Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Argo Yuwono mengatakan, penumpang
mobil ambulans berlogo Partai Gerindra dibekali uang operasional Rp 1,2
juta. Uang operasional tersebut diberikan oleh Ketua Dewan Pimpinan
Cabang (DPC) Partai Gerindra Kota Tasikmalaya.
"Jadi, dalam perjalanan (mereka) dibekali uang Rp 1,2 juta untuk operasional," ujar Argo, Kamis (23/5/2019).
Anehnya, meskipun sudah jelas ada bukti berupa batu dan ambulan berlogo
Gerindra, Wakil Ketua Umum Partai Gerindra Fadli Zon masih membantah.
"Saya kira tidak ada ya," ujar Fadli Zon, Rabu (22/05/2019) dikutip dari Tribunpalu.com. [dutaislam.com/pin]
Re-post by MigoBerita / Sabtu/25052019/12.50Wita/Bjm
DutaIslam.Com - Rabithah Alawiyah yang merupakan wadah habib
se-Indonesia mengeluarkan maklumat jelang hari pengumuman pemenang
Pilpres sekaligus rencana aksi sejumlah pendukung Prabowo 22 Mei 2019.
Maklumat DPP Rabithah Alawiyah dikeluarkan Senin (20/05/2019).