Abdul Somad, ASN Yang Offside!
Saya tidak pernah
mengerti kenapa ada orang yang benci pada agama lain. Dalam konteks
Indonesia, semua agama di sini sama-sama mengagungkan Tuhan dan mengakui
bahwa alam ini ciptaan Tuhan. Jadi salahnya di mana? Tentu tiap agama
punya masing-masing aturan, praktek, prosedur, simbol, dan sebagainya.
Namun, intinya kan sama, kepercayaan pada Yang Maha Kuasa. Di sisi
pemeluknya, harusnya, makin tinggi tingkat religiusitas seseorang maka
dia akan bisa makin dekat dengan pemeluk agama lain. Karena makin lekat
kesamaannya dalam mengagungkan Tuhan.
Lho kok
ngomonging soal “benci”? Kalau bukan benci, kenapa mesti ngomong
“Setan”, lalu menyebut “jin kafir” dalam menggambarkan simbol agama
lain, seperti yang dilakukan Ustaz Abdul Somad (UAS) dalam videonya yang
sangat viral itu. Selain dengan alasan “benci”, saya tidak bisa
menemukan alasan lainnya. Mungkin memang karena ada faktor psikologis
seperti yang sudah disebut penulis lain, yakni soal keterasingan dengan
heterogenitas sejak kecil. Namun di sisi lain, saya berargumen itu semua
harusnya sudah hilang seiring dengan tingkat kedewasaan dan keterbukaan
pemikiran dari UAS yang sekolah tingginya sampai Mesir dan Maroko.
Tapi
di sini saya tidak sedang berusaha untuk mencari tahu kenapanya. Saya
ingin melihat kejadian ini dari sudut pandang lain. Selain sebagai
seorang ustaz kondang dengan sebut saja jutaan pengikut dan pengagum,
Abdul Somad juga adalah seorang aparatur sipil negara (ASN). Yang ketika
diangkat, itu mengucap sumpah setia dan taat pada UUD 1945 yang di
dalamnya ada Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Dari website resmi
tempat bekerja UAS, Universitas Islam Negeri (UIN) Sultan Syarif Kasim
(SUSKA) Riau, terdapat data kepegawaian UAS yang cukup lengkap Sumber.
Nah, dalam klarifikasinya yang diberitakan di beberapa media ada 3 poin yang disebut oleh UAS. Misal seperti yang dilansir detik.com.
Pertama, UAS menuturkan dia hanya menjawab pertanyaan dari anggota
jemaah. Kedua, UAS mengaku kajiannya disampaikan dalam forum tertutup di
masjid. "Itu pengajian di dalam masjid tertutup, bukan di stadion,
bukan di lapangan sepak bola. Bukan di TV, tapi untuk intern umat Islam
menjelaskan pertanyaan umat Islam mengenai patung dan tentang kedudukan
Nabi Isa. Untuk orang Islam dalam sunah Nabi Muhammad," jelas UAS. Yang
terakhir, UAS menegaskan pengajian tersebut sudah lama. "Pengajian itu
lebih 3 tahun lalu. Sudah lama, di kajian subuh Sabtu, di Masjid Annur,
Pekanbaru. Karena rutin pengajian di sana, satu jam pengajian
dilanjutkan diteruskan dengan tanya jawab, tanya jawab," jelas UAS. UAS
mengaku heran pernyataannya tersebut diviralkan baru-baru ini. Dia
berjanji tidak akan lari bila video tersebut dipermasalahkan. "Kenapa
diviralkan sekarang, kenapa dituntut sekarang? Saya serahkan kepada
Allah SWT. Sebagai warga yang baik saya tidak akan lari, saya tidak akan
mengadu. Saya tidak akan takut, karena saya tidak merasa bersalah, saya
tidak pula merusak persatuan dan kesatuan bangsa," ujarnya Sumber.
Klarifikasi
ini kata-katanya jauh lebih cantik ketimbang kata-kata yang dia pakai
dalam video itu. Ini kata-kata seorang ASN dan dosen. Lalu kenapa ketika
menjelaskan di dalam video itu tidak memakai kata-kata serupa yang
elok, terpelajar dan tidak menghina simbol agama lain? Ambil ayat di Al
Quran yang merupakan prinsip Islam dalam hubungannya dengan agama lain,
Lakum dinukum waliyadin, bagimu agamamu, bagiku agamaku. Atau mengutip
Al An’am ayat 108 yang sekarang banyak sekali dikutip para netizen
terhadap video UAS tersebut. Yang arti bagian awalnya, “Dan janganlah
kamu memaki sembahan-sembahan yang mereka sembah selain Allah, karena
mereka nanti akan memaki Allah dengan melampaui batas tanpa
pengetahuan”. Kalau simbol agama lain beda atau terasa aneh, ya sudah,
hormati saja. Jika menggigil melihat salib, artikan saja bahwa tingkat
kepercayaan orang ini kepada Allah SWT sudah begitu tinggi. Tanpa perlu
bawa-bawa setan dan jin kafir.
Sebagai
ASN, UAS harusnya juga sadar bahwa walaupun kondisinya sedang dalam
lingkungan internal, ya jangan pake video dong. Apalagi di jaman now,
bicara di dalam video tidak ubahnya dengan bicara di depan jutaan pasang
mata di stadion. Kalau jadi viral ya viral. Sebagai ASN, UAS harusnya
bisa memilah kata dan menempatkan diri dengan baik sesuai sumpah
setianya pada dasar negara. Entah, mungkin, UAS memakai kepribadian yang
terpisah ketika dia jadi seorang ustaz. Ini kita nggak ada yang tahu.
Sama saja dengan mempertanyakan bentuk jin kafir yang dilihat UAS dalam
salib itu. Wallahualam…. Demikian kura-kura…
(Sekian)
DPD PDIP Yogyakarta menyesalkan Video Abdul Somad
Yogyakarta - Video pendek Ustaz Abdul Somad yang
akrab dispa UAS memunculkan polemik dan kontroversi. Kutipan ceramah
dalam video tersebut menyinggung salah satu umat.Dewan Pimpinan Daerah PDIP Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) menyesalkan konten video "Simbil Salib dan Jin Kafir" ini. "Video sudah mencederai toleransi bangsa yang Bhinneka Tunggal Ika," kata Ketua DPD PDIP DIY Nuryadi di Yogyakarta, Minggu 18 Agustus 2019.
DPD PDIP DIY secara resmi merespon video tersebut dengan enam sikap. Pernyataan sikap ditandatangani Ketua Nuryadi dan Sekretaris GM. Totok Hedi Santosa.
Nuryadi, di tengah perayaan HUT Kemerdekaan RI ke-74, ternodai dengan kutipan ceramah video UAS yang viral. Video tersebut menyinggung keimanan umat lain.
Anggota DPRD DIY ini mengungkapkan, perbedaan pemahaman teologi adalah hal yang wajar. "Namun bukan alasan yang dibenarkan jika perbedaan tersebut untuk merendahkan dan melecehkan keyakinan yang berbeda," ungkap dia.
Dia mengatakan, konten video "Simbol Salib dan Jin Kafir" ke publik mencederai semangat dan usaha menjaga toleransi antar pemeluk agama. "Toleransi merupakan modal dasar keberlangsungan Indonesia sebagai bangsa yang majemuk," ujarnya.
Komitmen merawat keberagaman di Indonesia adalah tanggung jawab moral bersama. Seorang tokoh agama seharusnya mampu memberikan kesejukan, mengayomi dalam bingkai kebhinnekaan. "Bukan mempertentangkan dogma keagamaan," kata Nuryadi.
Dia mengutip Bung Karno dalam pidato Kelahiran Pancasila 1 Juni 1945, "Marilah kita amalkan, jalankan agama, baik Islam maupun Kristen dengan cara yang berkeadaban."
Cara yang berkeadaban itu adalah homat-menghormati satu sama lain. Nabi Muhammad SAW sudah memberi bukti yang tentang verdraagzaamheid, tentang menghormati agama lain. Nabi Isa pun telah menunjukkan verdraagzaamheid itu.
Sekertaris DPD PDIP DIY GM. Totok Hedi Santosa mengatakan, atas dasar pemikiran dan realita yang terjadi, DPD PDIP DIY dan DPC PDIP se- DIY mengeluarkan enam poin merespon video UAS tersebut. "Ini merupakan sikap resmi partai politik nasionalis yang menghormati nilai-nilai relegius," kata dia.
Berikut sikap resmi DPD PDIP DIY dan DPC PDIP se-DIY:
1. Bahwa Undang – Undang Dasar 1945 sebagai dasar konstitusi di Republik ini secara tegas memberi jaminan kebebasan dan kemerdekaan dalam menganut kepercayaan. Konstitusi juga mengamanatkan bahwa Negara harus memberikan perlindungan bagi masyarakat yang menganut agama dan kepercayaannya.
Kita percaya bahwa sesungguhnya, Rakyat Indonesia yang memiliki perbedaan Agama dan Kepercayaan dalam keseharian hidupnya telah saling menghormati, saling bertoleransi dan bertenggang rasa. Maka dari itu, kami menyatakan bahwa pernyataan UAS nyata – nyata bertentangan dengan UUD 1945.
2. Kami menyesalkan ucapan UAS yang telah memasuki wilayah kepercayaan dan teologi agama lain. Sudah pasti ucapannya tentang “jin kafir” yg ditujukan pada simbol Salib yang diyakini oleh agama Kristen dan Katolik membuat kaum Nasrani sedih dan kecewa. Kami juga kecewa karena UAS yang begitu hebat dan flamboyan, seorang ustadz yang kami percayai memiliki kemampuan intelektual yang memadahi telah dengan sadar mengucapkan kata yang kami anggap tidak hanya melukai kaum Nasrani tapi juga mencederai komitmen kita dalam berbangsa yakni Bhinneka Tunggal Ika.
3. Kami meminta Negara segera ambil tindakan terhadap kekeliruan atau mungkin kesengajaan yang dibuat UAS. Seperti yang kami ketahui bahwa UAS tercatat sebagai PNS/ASN di lingkungan Universitas Islam Negeri Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau.
Sebagai Aparat Sipil Negara, UAS harus turut membangun persatuan sesama antar anak bangsa bukan menebar bibit kebencian
Kami mengajak para tokoh – tokoh agama untuk selalau memberi pemahaman yang positif atas keberagaman yang ada. Keberagaman di tanah air ini termasuk keberagaman agama merupakan pilar penting bagi persatuan bangsa. Hal itu juga merupakan upaya membangun Islam sebagai Rahmatan-lil-alamin (rahmat bagi semesta).
5. Kepada umat Nasrani, kami tetap bersama dengan kalian sebagai warga negara dan bangsa. Dan seperti ajaran yang kalian sangat yakini, teguhkan hati kalian dan ampunilah kesalahan orang lain dan tetaplah menyebarkan kasih di antara kami semua. Kami sungguh mengapresiasi sikap iman Umat Kristiani yang tidak gegabah reaksioner atas pernyataan UAS yang menyinggung inti dari ajaran Iman Kristiani.
6. Pada kesempatan ini, kami juga memberikan apresiasi kepada elemen – elemen masyarakat yang selama ini turut menjaga toleransi (verdraagzaamheid) kebangsaan.
Kami juga terus mengajak agar kita memenuhi dunia sosial media dengan positive contain yang meneguhkan kebhinekaan Indonesia sebagai taman sari keberagaman dunia dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia dengan dasar Pancasila.
Demikianlah pernyataan DPD PDI Perjuangan DIY dan Seluruh DPC PDI Perjuangan Se- DIY. Semoga di tengah suasana perayaan Kemerdekaan Republik Indonesia ke 74 mengingatkan kita untuk terus mengisi perjalanan sejarah bangsa dengan semangat persatuan Yogyakarta, Pada Hari Konstitusi Indonesia. []
Gambar Bendera PDIP
Sumber Berita : https://tagar.id/enam-sikap-dpd-pdip-diy-soal-video-abdul-somad
UAS Diduga Hina Kristen, Berikut Transkrip Lengkapnya
Berikut isi pernyataan UAS yang viral menyatakan salib dan patung jin kafir. Video tersebut telah dilaporkan ormas Brigade Meo.
Jakarta - Organisasi Kemasyarakatan (Ormas) Brigade Meo Nusa Tenggara Timur (NTT) melaporkan Ustad Abdul Somad (UAS) ke Kepolisian Daerah NTT, karena dianggap telah menyakiti umat Kristen dan Katolik usai menyatakan salib dan jin kafir dalam dakwah yang viral di media sosial.
Istilah toleransi menjadi makna penting untuk saling memahami dan mengerti satu sama lain antar umat beragama. Terlebih di Indonesia, Kebhinnekaan menjadi nilai luhur sosial untuk tidak mendiskreditkan Suku, Agama, Ras, dan Antar golongan (SARA).
Jemmy Ndeo mengatakan, laporan yang dilayangkannya ke Polda NTT, pada Sabtu, 17 Agustus 2019, menyoal ceramah UAS yang ia rasa telah melecehkan umat Kristen dan Katolik yang hidup di Indonesia, utamanya di NTT.
"Apa yang dikatakan Ustaz Abdul Somad dalam videonya itu sudah sangat meresahkan masyarakat, terlebih umat Kristen dan Katolik. Dia harus bertanggung jawab," katanya.
Ia mengharapkan itikad baik dari dai kelahiran Asahan, Sumatera Utara itu untuk sesegera mungkin meminta maaf kepada publik terkait pernyataannya dalam dakwah yang viral dalam video berdurasi 1 menit 55 detik itu.
"Kami laporkan Ustaz Abdul Somad sebagai pribadi, tidak ada kaitannya dengan umat muslim. Jika ustaz keliru, maka kami harap ada permohonan maaf dan klarifikasi," ujarnya.
Berikut transkip pernyataan UAS yang dirangkum Tagar, melalui video Youtube yang diunggah akun Alumni Universitas Kristen Artha Wacana Kupang, dipublikasikan pada Jumat, 16 Agustus 2019.
“Apa sebabnya ustad kalau menengok salib menggigil hati saya? Setan. Saya tausiah di seberang Pulau Batam. Batam, satu jam setengah Kami sampai. Tapi tidak terasa satu jam setengah karena film yang diputar ‘Tenggelamnya Kapal van der Wijck’. Meleleh air mata penonton menengok Jainudin meninggalkan Ayat," sebutnya.
"Apa sebabnya kata ibu itu, mirip macam gini. Saya terlalu terbayang salib, nampak salib. Jin kafir sedang masuk, karena di salib itu ada jin kafir. Dari mana masuknya jin kafir? Karena ada patung. Kepalanya ke kiri apa ke kanan? Nah.. Ada yang ingatkan? Itu ada jin di dalamnya. Jin kafir. Di dalam patung itu ada jin kafir," kata dia.
"Makanya kita tidak boleh menyimpan patung. Jin kafir itulah yang mengajak. Makanya kalau keluarga kita di rumah sakit di dalamnya ada jin kafir itu, tutup. Tutup itu. Kalau sampai dia sakratul maut kita tak ada di situ, dia sedang diajak jin kafir. Berhasil. Berapa keluarga orang islam yang mati dalam keadaan husnulkhatimah. Dipanggilin, haleluya. Nauzubillah, Nauzubillah. Selamatkan orang Islam," tuturnya.
"Kalau kau tak sanggup mengkafirkan dia waktu hidup, kafirkan dia menjelang kematiannya. Tak juga sanggup, antar dia ke makamnya pakai ambulance lambang kafir. Balik dari sini, beli piloks hapus itu ganti bulan sabit merah," ujar UAS. []
Ustadz Abdul Somad. (Foto: Instagram/@ustadzabdulsomad_official)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/uas-diduga-hina-kristen-berikut-transkrip-lengkapnya
Sebut Salib Jin Kafir, Abdul Somad Dipolisikan
Brigade Meo NTT mengatakan tausiah UstazAbdul
Somad dalam video viral sudah sangat meresahkan masyarakat, terlebih
umat Kristen dan Katolik.
Dakwah UAS, sapaannya, dinilai tidak menghargai kemajemukan yang ada di Indonesia. Anggota Brigade Meo Jemmy Ndeo menganggap dakwah Somad telah menistakan salib dan patung yang merupakan simbol agama Katolik dan Kristen Protestan.
Jemmy mengatakan laporan yang dilayangkan ke Polda NTT, pada Sabtu, 17 Agustus 2019, menyoal ceramah ustaz asal Asahan, Sumatera Utara itu.
"Apa yang dikatakan Ustaz Abdul Somad dalam videonya itu sudah sangat meresahkan masyarakat, terlebih umat Kristen dan Katolik. Dia harus bertanggung jawab," ujarnya.
Ia meminta UAS, sebaiknya segera mengklarifikasi persoalan atas tausiah yang disampaikan serta memberi permohonan maaf kepada umat Kristen dan Katolik.
"Kami laporkan Ustaz Abdul Somad sebagai pribadi, tidak ada kaitannya dengan umat Muslim. Jika Ustaz keliru, maka kami harap ada permohonan maaf dan klarifikasi," ujarnya.
Dalam video yang viral di media sosial, ada jemaah memberikan pertanyaan kepada UAS, mengapa mengigil ketika melihat salib.
"Apa sebabnya ustaz kalau menengok salib menggigil hati saya?" kata jemaah itu.
"Setan. Saya tausiah di seberang Pulau Batam. Batam, satu jam setengah kami sampai. Tapi tak terasa satu jam setengah karena film yang diputar Tenggelamnya Kapal van der Wijck. Meleleh air mata penonton menengok Jainudin meninggalkan Ayat," katanya menjawab pertanyaan itu.
UAS mengaku, pernyataan tersebut mirip dengan perjalanannya saat ke Pulau Batam. Dia mengatakan, jika melihat salib seakan jin kafir sedang masuk.
"Apa sebabnya kata ibu itu, mirip macam gini. Saya terlalu terbayang salib, nampak salib. Jin kafir sedang masuk. Karena di salib itu ada jin kafir," kata Somad.
"Dari mana masuknya jin kafir? Karena ada patung. Kepalanya ke kiri apa ke kanan? Nah, ada yang ingatkan, itu ada jin di dalamnya. Jin kafir. Di dalam patung itu ada jin kafir," tutur pria berusia 42 tahun ini.
Kemudian ia kembali menyindir dengan mengatakan, untuk tidak menyimpan patung jika keluarga mereka tengah berada di rumah sakit, menurut dia, ada jin kafir.
"Makanya kita tidak boleh menyimpan patung. Jin kafir itulah yang mengajak. Makanya kalau keluarga kita di rumah sakit di dalamnya ada jin kafir itu, tutup itu," ucapnya.
"Kalau sampai dia sakratul maut, kita tak ada di situ. Dia sedang diajak jin kafir, berhasil. Berapa keluarga orang Islam yang mati dalam keadaan husnulkhatimah? Dipanggilin Haleluya. Nauzubillah.. Nauzubillah.. Selamatkan orang Islam," ujarnya. []
Sumber Berita : https://www.tagar.id/sebut-salib-jin-kafir-abdul-somad-dipolisikan
Ceramah Salib Jin Kafir dan Klarifikasi UAS
https://www.youtube.com/watch?v=wNt0wjZVMjI
Pro Kontra Netizen Tanggapi Salib Jin Kafir Abdul Somad
Ustaz Abdul Somad (UAS) menjadi bahan
perbincangan publik seusai potongan ceramahnya viral di media sosial.
Berikut berbagai tanggapan netizen.
Berikut tanggapan netizen terkait potongan ceramah UAS yang viral di media sosial.
1. Ampuni Ustaz Abdul Somad
Imam Katolik Rm Aba MSC turut menanggapi ceramah UAS dalam sebuah video dengan judul 'Abdul Somad, Salib, Patung, dan Jin Kafir. Sebuah Tanggapan. Rm. Aba MS' dalam akun Youtube @romo ndeso."Saya tidak tahu mengapa jawaban Ustaz Abdul Somad terhadap pertanyaan dari pendengarnya menjadi seperti itu, apakah beliau sudah kehabisan bahan ceramah?" ujarnya.
Ia pun berbagi pengalaman seputar ceramah dengan umatnya, misalnya ketika ada umat yang bertanya mengenai hal-hal sensitif tentang keagamaan ia memilih untuk tidak menjelek-jelekan agama lain. "Saya berusaha untuk membuat umat saya semakin mencintai Kekristenan tanpa harus membuat ia membenci," kata dia.
Meski heran dengan UAS, dalam video itu Rm Aba MSC justru berterima kasih. Menurutnya, kasus yang kini ramai diperbincangkan justru membuat keyakinan umatnya semakin besar.
Ia pun mengajak umatnya untuk memberikan pengampunan terhadap UAS.
"Untuk saudara-saudariku yang Kristiani yang sedang menyaksikan video ini, saya ingin mengajak anda semua untuk tidak perlu gusar, tidak perlu galau. Mari kita mengikuti teladan Kristus untuk mendoakan orang yang benci untuk mendoakan musuh kita," kata dia.
"Percaya dan yakinlah bahwa kerendahan hati, bahwa cinta kasih dan pengampunan adalah nilai yang jauh melebihi segala macam bentuk kebijaksanaan dan pengetahuan termasuk pengetahuan tentang Allah dan surga sekalipun," tuturnya.
2. Berterima Kasih pada Ustaz Abdul Somad
Tak hanya Youtube, tanggapan mengenai potongan ceramah UAS muncul juga dari akun Instagram @ustadzabdulsomad_official. Seperti yang disampaikan akun Instagram @vitri_damanik yang disukai 1204 akun, dalam kolom komentar @ustadzabdulsomad_official."Pak ustad Terima kasih sudah menghina agama Kristen, kami tidak akan demo berjilid2 untuk anda atas menistakan agama kami, dengan itu kami sungguh2 mengerti bahwa Salib yg sesungguhnya itu sungguh wajib kami pikul di dalam kehidupan kami dan akan membawa kemenangan. Tuhan Yesus memberkati anda," ucapnya.
3. Kecewa pada Ustaz Abdul Somad
Masih dalam kolom komentar Instagram @ustadzabdulsomad_official, akun bernama @yohanasih528 mengungkapkan rasa kekecewaannya terhadap UAS. Bukan hanya merasa sedih, ia bahkan mempertanyakan kenapa agama yang paling suci malah mencampuri dan mengolok-olok agama orang lain."Betapa sedih nya aku mendengar ceramah ustad tolol ini . Yang mengatakan bahwa salib dan patung Yesus itu adalah jin kafir . Inikah agama kalian.agama yang katanya paling suci. Tapi malah suka mencampuri dan mengolok-olok agama orang lain," tuturnya.
4. Melaporkan ke Polisi
Organisasi Massa (Ormas) Brigade Meo Nusa Tenggara Timur (NTT) melaporkan Ustaz Abdul Somad ke Polda NTT, pada Sabtu, 17 Agustus 2019, terkait pernyataannya. Dakwah UAS dinilai tidak menghargai kemajemukan yang ada di Indonesia.Anggota Brigade Meo Jemmy Ndeo menganggap dakwah Somad telah menistakan salib dan patung yang merupakan simbol agama Katolik dan Kristen Protestan.
"Apa yang dikatakan Ustaz Abdul Somad dalam videonya itu sudah sangat meresahkan masyarakat, terlebih umat Kristen dan Katolik. Dia harus bertanggung jawab," ujarnya.
Ia meminta UAS, sebaiknya segera mengklarifikasi persoalan atas tausiah yang disampaikan serta memberi permohonan maaf kepada umat Kristen dan Katolik.
"Kami laporkan Ustaz Abdul Somad sebagai pribadi, tidak ada kaitannya dengan umat Muslim. Jika Ustaz keliru, maka kami harap ada permohonan maaf dan klarifikasi," ucapnya.
5. Maafkan Ustaz Abdul Somad
Sekretaris Umum Gerakan Angkatan Muda Kristen Indonesia (GAMKI) Sahat Martin Philip Sinurat menyayangkan pernyataan Ustad Abdul Somad (UAS) yang viral di media sosial mengenai simbol salib dan jin kafir. Meski demikian, kata Sahat, GAMKI akan memaafkan UAS.DPP GAMKI menganggap ucapan UAS sebagai ucapan individu dan bukan mewakili umat Islam di Indonesia yang selama ratusan tahun sudah hidup berdampingan dengan pemeluk agama lain.
"Saat ini kami berupaya untuk menguasai diri kami dan memaafkan beliau. Meski ucapan beliau menyakitkan, kami percaya, Yesus yang disalibkan itu tidak perlu dibela. Ia tidak meminta diri-Nya untuk dibela, justru sejarah mencatat, Yesus disalibkan bukan karena kesalahannya, melainkan karena membela orang lain yakni umat manusia," ujarnya. []
Ustaz Abdul Somad. (Foto: Instagram/@ustadzabdulsomad_official)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/pro-kontra-netizen-tanggapi-salib-jin-kafir-abdul-somad
Yesus Diolok Saat Disalib, Ditambah UAS Tak Membuat Diri-Nya Kehilangan Kemuliaan
Matius mencatat
bahwa pada saat Yesus hendak disalibkan, diri-Nya diolok-olok oleh
serdadu-serdadu yang membawanya ke gedung pengadilan.
Kemudian
serdadu-serdadu wali negeri membawa Yesus ke gedung pengadilan, lalu
memanggil seluruh pasukan berkumpul sekeliling Yesus. Mereka
menanggalkan pakaian-Nya dan mengenakan jubah ungu kepada-Nya.
Mereka menganyam sebuah mahkota duri dan menaruhnya di atas kepala-Nya, lalu memberikan Dia sebatang buluh di tangan kanan-Nya.
Kemudian
mereka berlutut di hadapan-Nya dan mengolok-olokkan Dia, katanya:
“Salam, hai raja orang Yahudi!” Mereka meludahi-Nya dan mengambil buluh
itu dan memukulkannya ke kepala-Nya.
Sesudah
mengolok-olokkan Dia mereka menanggalkan jubah itu dari pada-Nya dan
mengenakan pula pakaian-Nya kepada-Nya. Kemudian mereka membawa Dia ke
luar untuk disalibkan.
Kutipan di atas diambil dari Injil Matius 27:27-31 yang mana Lembaga Alkitab Indonesia memberikan perikop Yesus diolok-olokkan.
Sejak
dulu Yesus bukanlah seorang yang maha kaya. Terpandang. Atau pun
seorang pejabat pemerintahan yang begitu dihormati. Bahkan Yesus
hanyalah seorang anak tukang kayu yang lahirnya pun bukan di hotel
mewah, tetapi di kandang yang hina.
Bahkan
diri-Nya dipandang lebih hina dari seorang penjahat. Ketika Pilatus
memberikan opsi siapa yang akan dibebaskan apakah Yesus dari Nazaret itu
ataukah Barabas seorang penjahat yang kejahatannya sudah sangat
terkenal. Saat itu Pilatus berkata,”Siapa yang kamu kehendaki kubebaskan
bagimu, Yesus Barabas (seorang penjahat) atau Yesus, yang disebut
Kristus?”
Sekali lagi Pilatus berkata,”Siapa di antara kedua orang itu yang kamu kehendaki kubebaskan bagimu?” Kata mereka: “Barabas.”
Lihat?
Betapa Barabas lebih berharga bagi mereka daripada Yesus. Yesus
dianggap lebih hina dari seorang penjahat. Mereka lebih senang
membebaskan seorang Barabas yang terkenal dengan kejahatannya daripada
Yesus.
Bukan hanya itu saja penghinaan yang
diterima Yesus. Ketika disalibkan pun diri-Nya masih menerima hinaan
dengan diberikan cawan anggur asam. Bahkan pakaiannya pun dibagi-bagi
sesama mereka. Sungguh hina bukan?
Dan sekarang,
lagi heboh video Ustad Abdul Somad (UAS) yang diduga menghina keyakinan
umat Kristen dengan mengatakan bahwa di salib ada jin kafir. Berikut
adalah kutipan jawaban UAS atas pertanyaan seorang jemaahnya.
“Apa
sebabnya ustad kalau menengok salib menggigil hati saya? Setan. Saya
tausiah di seberang Pulau Batam. Batam, satu jam setengah Kami sampai.
Tapi tidak terasa satu jam setengah karena film yang diputar
‘Tenggelamnya Kapal van der Wijck’. Meleleh air mata penonton menengok
Jainudin meninggalkan Ayat," sebutnya.
"Apa
sebabnya kata ibu itu, mirip macam gini. Saya terlalu terbayang salib,
nampak salib. Jin kafir sedang masuk, karena di salib itu ada jin kafir.
Dari mana masuknya jin kafir? Karena ada patung. Kepalanya ke kiri apa
ke kanan? Nah.. Ada yang ingatkan? Itu ada jin di dalamnya. Jin kafir.
Di dalam patung itu ada jin kafir," kata dia.
"Makanya
kita tidak boleh menyimpan patung. Jin kafir itulah yang mengajak.
Makanya kalau keluarga kita di rumah sakit di dalamnya ada jin kafir
itu, tutup. Tutup itu. Kalau sampai dia sakratul maut kita tak ada di
situ, dia sedang diajak jin kafir. Berhasil. Berapa keluarga orang islam
yang mati dalam keadaan husnulkhatimah. Dipanggilin, haleluya.
Nauzubillah, Nauzubillah. Selamatkan orang Islam," tuturnya.
"Kalau
kau tak sanggup mengkafirkan dia waktu hidup, kafirkan dia menjelang
kematiannya. Tak juga sanggup, antar dia ke makamnya pakai ambulance
lambang kafir. Balik dari sini, beli piloks hapus itu ganti bulan sabit
merah," ujar UAS.
Salib bagi umat Kristen adalah
sebuah lambang pembebasan. Umat bebas dari dosa, karena telah ditebus
oleh Yesus di kayu salib. Sehingga salib bagi orang Kristen adalah
sebuah lambang keselamatan yang diberikan oleh Yesus dengan mengorbankan
diri-Nya untuk menebus seluruh umat manusia yang telah berdosa.
Jika
UAS mengatakan bahwa salib ada jin kafirnya, maka secara tidak langsung
mengatakan bahwa Yesus itu adalah jin kafir. Dan secara otomatis telah
menghina kepercayaan umat Kristen dan telah melecehkan Yesus Kristus.
Lalu
pertanyaannya adalah apakah umat Kristen harus marah dan membela Yesus?
Apakah umat Kristen harus melawan penghinaan tersebut? Saya rasa tidak
perlu. Bukankah Tuhan Yesus sudah mengajarkan kepada kita bahwa kita
harus memaafkan mereka yang bersalah kepada kita? Bahkan ketika Tuhan
Yesus dihina pada saat diri-Nya disalib, Tuhan Yesus malah meminta
pengampunan kepada Allah Bapa agar mereka diampuni, karena mereka tidak
tahu apa yang mereka perbuat.
Jika dulu Yesus
diolok-olok dan dihina dan sekarang ditambah oleh UAS, apakah akan
merendahkan derajat-Nya? Bukankah Tuhan mengatakan barang siapa yang
merendahkan dirinya maka dirinya akan ditinggikan? Jadi, meskipun Yesus
kembali diolok-olok dan dihina, Yesus tidak akan kehilangan
kemuliaan-Nya, bukan?
Lalu untuk apa umat
Kristen marah? Untuk apa umat Kristen membalas mencaci dan memaki?
Sedangkan Tuhan Yesus saja rela dan ikhlas diri-Nya dihina dan
diolok-olok. Kenapa kita sebagai murid-Nya tidak meneladani sikap Tuhan
Yesus?
Karena direndahkan bukan berarti kehilangan kemuliaan.Sumber Opini : https://seword.com/spiritual/yesus-diolok-saat-disalib-ditambah-uas-tak-membuat-dirinya-kehilangan-kemuliaan-s03PJwjnMe
Saya Mulai Muak Sama Berita Penista Agama
2 hari ini adalah
hari yang sangat melelahkan. Seharusnya kita bisa menikmati kemerdekaan
Indonesia dengan sepenuhnya, tanpa harus diganggu oleh si penista agama
itu. Kasus hukum atau tidak, itu suka-suka pelapor. Semua orang berhak
melaporkan mulut busuk itu.
Viralnya video 3
tahun silam juga bikin gue eneg sampai ke ubun-ubun. Muntahan juga
rasanya sudah tidak muat dikeluarkan lewat mulut. Rasanya tubuh ini juga
mau meledak. Bayangkan, setiap kali buka berita, isinya si penista
agama bermuka gak bagus itu.
Saya
heran sampai kapan viralitas ini bisa selesai. Sekarang pagi-pagi saya
bangun, juga masih ada berita itu. Memang secara kehebohan, sudah tidak
seheboh itu. Tapi rasa muaknya sudah menjalar dari ujung kaki ke ujung
rambut.
Untuk kasus Ahok, rasanya tidak
se-memuakkan ini. Untuk kasus Ahok, semua masih bisa saya kendalikan.
Karena apa? Karena semuanya belum terakumulasi menjadi satu tekanan
dalam diri saya.
Tapi sekarang melihat si
penista agama sudah berkali-kali menista agama Kristen, dengan
sebutan-sebutan salib ada jin kafir dan sebagainya, dan beberapa orang
lainnya lagi yang menanyakan bidan dari Yesus siapa, rasanya ini sudah
masuk ke level yang benar-benar biadab.
Kebiadaban
ini ibarat seperti racun. Hate speech ini seperti semacam verbal
bullying yang bikin gua naik darah dan ingin marah-marah. Tapi sekali
lagi, saya coba mau menyelesaikan itu dan menyerahkannya di hadapan
Tuhan, melalui elemen-elemen masyarakat yang ada. Sekarang Somad sudah
dilaporkan.
Polisi sudah menerima laporan
beberapa orang yang melaporkan si penista agama itu. Entah diselesaikan
atau tidak, saya percaya bahwa polisi akan mengusut kasus ini. Mau
dihukum atau tidak, saya tidak lagi perduli. Tapi tolong dong rasa muak
ini diselesaikan. Adakah obat bagi saya?
Obat
anti muntah atau anti mabok pun sudah tidak mempan. Karena muaknya ini
sudah bersifat bukan lagi biologis, fisis atau kimiawi, tapi muak ini
sudah bersifat psikologis, kronis dan spiritual. Jadi apa yang bisa
menjadi cure atau remedy dari semuanya ini?
Selain
minum obat anti mabok karena lihat berita itu terus menerus, saya harus
berdoa, agar Tuhan memberikan rasa manis dalam setiap keluh kesah yang
diberitakan selama ini. Seperti seorang nabi bernama Yeremia,
diperintahkan Tuhan untuk memakan gulungan kitab yang berisi keluh
kesah, ratapan dan rintihan. Ketika dia memakannya, rasanya manis dan
enak di perut.
Belajar
mengampuni adalah hal yang sulit. Saking sulitnya, terkadang kita
merasa bahwa pengampunan hanyalah milik Tuhan dan pembalasan milik kita.
Padahal terbalik. Pengampunan adalah anugerah Tuhan kepada kita, dan
pembalasan murni milik Tuhan. Ini adalah spirit atau semangat yang harus
kita kerjakan.
Tapi benar deh, muak sekali
melihat penista agama itu masih bisa melakukan klarifikasi tanpa merasa
diri salah. Jin kafir? Memang dari mana itu sebutan? Kalau merasa benar,
artinya ada dasar berpikirnya dong? Atau dasar kitabnya?
Padahal
setahu penulis, di kitab nya, ada ajaran untuk tidak menghina
kepercayaan orang lain. Mengapa masih berani mengatakan tidak bersalah?
Ini adalah sebuah kebodohan hakiki yang tidak bisa ditawar lebih murah
lagi.
Tapi terlepas dari dia merasa benar atau
salah, kita harus sama-sama tahu bahwa pemberitaan di media berita
sampai media sosial, begitu banyak. Video itu tersebar secara masif
tanpa ampun. Benar-benar tidak karuan. Reaksi netizen juga bikin saya
muak dan ingin muntah dari belakang.
Sudahilah
seluruhnya. Kita butuh ketenangan. Jangan isi kemerdekaan kita dengan si
penista agama ini. Dia sudah kabur ya biarkan kabur saja. Jangan
sebut-sebut nama dia lagi. Kalau mau sebut, ya beritakanlah yang
baik-baik dan dengan tidak norak.
Kita harus
beritakan sesuatu yang lebih membangun bangsa. Contohnya adalah
bagaimana Jokowi membangun bangsa. Kita beritakan saja hal-hal yang
positif mengenai kinerja pemerintahan. Kalau perlu, hal-hal positif ang
bisa kita pelajari dari pelaporan pemuda kepada si penista agama itu.
Isilah
kemerdekaan dengan hal-hal terbaik, sebagai anak bangsa. Karena penista
agama, ya harus dibuang saja. Jangan dipelihara sampai besar. Buang ke
luar negeri. Kita tenang di sini. Damai di dunia seperti di Surga.
Ngomong-ngomong si do’I juga yang sebut nabi tak bisa membawa kedamaian
kan?Sumber Opini : https://seword.com/politik/saya-mulai-muak-sama-berita-penista-agama-7U9C1maogG
Jaman Ahok, MUI Suruh Tempuh Jalur Hukum. Kok Soal Somad Disuruh Damai?
KH Cholil Nafis yang
juga Ketua Komisi Dakwah MUI meminta kasus Abdul Somad yang dianggap
menistakan ajaran agama lain jangan sampai ke polisi.
"Hemat
saya sebaiknya kita saling memaafkan sesama anak bangsa. Tak perlu
diselesaikan secara hukum tetapi bisa diselesaikan secara bijak dan
musyawarah,"Lebih lanjut, Cholil meminta agar penceramah hati-hati dalam
menyiarkan kepada umum materi ceramahnya.
"Namun
sebaiknya ajaran yang disampaikan di kalangan umat muslim sendiri
disayangkan jika disiarkan secara umum apalagi viral. Tentu hal ini
jadi pelajaran bagi pendakwah dan para tokoh agama agar lebih
hati-hati,"
Saya tahu sebagian besar dari Anda saat membaca berita tentang sikap MUI ini akan langsung bereaksi keras dengan mengatakan, "Kok
dulu jaman Ahok mereka nggak menyuruh damai dan memaafkan saja? Kok
memaksa harus tetap ditempuh jalur hukum? Nggak adil nih..."
Ya,
saya memahami perasaan Anda. Kurang lebih saya juga merasakan hal yang
sama. Terasa sangat tidak adil memang. Toh kalau mau dikembalikan pada
konteks omongan itu terjadi karena apa, sejatinya Ahok juga tak patut
dipaksa menanggung hukuman karena penistaan agama. Jadi kasarnya, kalau
mau menggunakan sudut pandang saat kasus Ahok, maka mestinya Somad ini
pun juga tetap dibawa ke ranah hukum.
Ketika
kita dipaksa memaafkan dan memaklumi Somad, sesungguhnya makin terasa
gap superioritas mayoritas yang terkesan imun. Seolah kalau mayoritas
yang berbuat keliru maka akan aman-aman saja. Beda dengan Ahok atau
bahkan Meliana yang minoritas. Mereka seolah dipaksa nggak boleh salah,
nggak boleh protes, nggak boleh punya pendapat sendiri. Dan hukum pun
menjerat mereka.
Tiba-tiba saya ingat konsep
ujian dalam Islam. Selama ini kita mengidentikkan bahwa ujian itu selalu
terkait dengan hal yang merugikan, nggak enak, menyedihkan,
ketidakberuntungan, dan sebagainya. Bencana alam, kemiskinan, kegagalan,
kematian, dan sebagainya itu ujian.
Namun Islam
juga punya konsep bahwa ujian tak selalu hal yang berhubungan dengan
penderitaan. Ujian juga bisa berupa kenikmatan dan situasi yang
menyenangkan.
Umat
Islam di Indonesia ini mayoritas ada dalam ujian ini. Kenapa saya
bilang begitu? Sebab kita ini mayoritas. Kita merasa jumlah kita banyak
sehingga superior. Merasa kawan seagama juga banyak sehingga kalau ada
apa-apa yang membela juga banyak. Mau beribadah juga mudah, tidak pernah
dipersulit. Mau menutup jalan untuk pengajian, siapa yang berani
protes? Bayangkan kalau ada yang minta ijin tutup jalan untuk kebaktian
misalnya, mungkin yang marah-marah banyak merasa hak pemakai jalan
dilanggar.
Somad pun berada dalam posisi ini. Ia
terkenal, panggilan ceramahnya banyak, jamaahnya jutaan, yang siap
pasang badan dan menganggap dia tak mungkin khilaf sak jabal ekat,
titahnya diikuti, pernah mengejek seorang artis pun yang Ia bilang
jelek juga masih banyak orang yang mendukungnya, pokoknya dia ini seolah
sakti sekali. Bahkan sekarang pun MUI pasang badan memintanya dimaafkan
dan masalahnya diselesaikan dengan damai.
Somad
pun bisa berkilah itu kan pembahasan internal. Dia merasa sebagai
penceramah kondang yang jamaahnya banyak bebas ngomong apa saja sesuka
hatinya.
Sesungguhnya inilah ujian yang
diberikan Allah untuknya, untuk kita. Mengerem lisan di tengah segala
imunitas yang kita miliki itu pekerjaan besar. Mungkin sangat susah bagi
sebagian orang sampai harus ada orang lain yang meminta agar dimaafkan
dan dimaklumi saja.
Ketika sebagian elemen
diuji untuk berhati-hati sebab lisannya bisa jadi pengantarnya ke
penjara sehingga mereka harus ekstra mikir untuk ngomong sesuatu
termasuk di forum internal sekalipun, maka ada bagian masyarakat lain
yang diuji dengan kenikmatan sebagai mayoritas. Sejatinya itu semua
ujian kita yang hanya saja bentuknya berbeda-beda.
Toh
sebenarnya kita juga paham, ajaran agama tidak memperbolehkan kita
'nyenggol' apalagi sampai ngomong yang jelek-jelek tentang ajaran agama
lain. Rulesnya sudah jelas. Manusianyalah yang kadang kala tak kuat iman
atas ujian yang dia miliki itu. Maka jadilah mereka offside, melampaui
batas.
Rasa keadilan atas semua ini jelas sifatnya sangat absurd dan relatif. Tapi yang pasti, saya percaya, Gusti Allah mboten sare...
Indonesia Bangunlah! Ada Potensi Bahaya Adu Domba karena Agama di Negeri Ini!
Kasus bang Abdul
Somad yang dua hari ini menuai beragam reaksi dari netizen dan tentu
saja para penulis SEWORD tampaknya tak bisa dianggap remeh. Bukan karena
sosok "Somad"-nya sih, yang kata sebagian penulis (tepatnya diharapkan)
bisa mendapat penyadaran dari perilakunya, lalu mulai menjadi tokoh
agama (bila masih bisa disebut demikian) yang lebih menyejukkan terkait
pengajaran dan materi ceramahnya ... melainkan ada kekhawatiran yang lebih besar dari itu!
Kita
tahu bahwa kasus semacam ini, yang sangat berpotensi membenturkan
bangsa ini karena perbedaan keyakinan, juga perbedaan penafsiran akan
suatu pernyataan, ayat kitab suci Al Qur'an maupun Alkitab, atau
hal-hal lain terkait penerapan dari keyakinan berdasarkan Kitab Suci
masing-masing ... menjadi sesuatu yang tak cuma terjadi sekali dua kali
saja di negeri ini.
Di
negeri yang katanya masyarakatnya agamis ini, entah bagaimana sangat,
sangat, sangat, sangat mudah tersulut ketika keyakinan atau ajaran
agamanya "disentuh" atau "disinggung" oleh penganut keyakinan agama
lain. Wong yang masih seagama tetapi berbeda "aliran" atau kelompok saja bisa bertikai dan tidak mudah diselesaikan, kok!
Kita
masih sukar melupakan kasus seorang wanita yang mengeluhkan suara
adzan, lalu akhirnya harus dihadapkan ke maja hijau dan dihukum karena
dianggap bersalah dengan vonis "penistaan agama". Kita juga tentunya tak
bisa begitu saja melupakan terkirimnya seorang Basuki Tjahaja Purnama
(AHOK) ke baliik jeruji besi karena lagi-lagi dianggap melakukan
penistaan agama, padahal sama sekali ia tidak bermaksud menistakan agama
lain, dalam hal ini Islam, yang dianut oleh keluarga dari orangtua dan
para kakak angkat dari eks Gubernur DKI Jakarta itu.
Jangan
lupakan pula kasus yang pernah menjerat Dwi Handoko (di Surabaya) yang
akhirnya divonis 4 tahun penjara karena dianggap melanggar pasal 28 ayat
2 UU ITE dengan "menghina Tuhan" di akun media sosialnya.
Silakan
buka link yang ada di bagian bawah artikel ini untuk melihat persisnya
soal 17 orang yang pernah berurusan dengan hukum terkait persoalan
penodaan agama, atau tepatnya mungkin didakwa melakukan penodaan atau
penistaan agama.
Kekhawatiran yang lebih besar dari sekadar hukuman penjara
Dihukum
dan dipenjara karena dakwaan penodaan agama memang tak mengenakkan,
sebagaimana hukuman karena dakwaan akibat pelanggaran atau kasus
kejahatan lainnya. Namun, bagi saya ada kekhawatiran lebih besar jika sudah menyangkut persoalan agama.
Yesus
Kristus, yang baru saja dijadikan bahan ceramah (menjawab pertanyaan
jamaah) oleh Abdul Somad, menurut Alkitab yang saya baca dan yakini
akhirnya juga harus menghadapi kematian dengan cara disalib (kematian
paling keji pada waktu itu oleh pemerintahan Romawi), sebenarnya juga
"dihukum" oleh tekanan massa yang diprakarsai oleh para tokoh agama
setempat ... kasus dianggap "menista Allah" dengan menyamakan diri-Nya
sebagai Allah!
Bagi saya, apa yang terjadi belakangan ini
seharusnya MEMBANGUNKAN KITA SEMUA YANG MENGAKU MENCINTAI INDONESIA
bahwa negeri ini ada dalam bahaya, jika tidak segera ditemukan
solusinya!
Oya, solusinya sudah ada ding. Kita
punya Pancasila, Bhinneka Tunggal Ika, dan budaya kehidupan bangsa yang
bisa (mampu) hidup dengan toleransi tinggi meskipun berbeda keyakinan
(agama), juga karakter mulia dari bangsa ini (semoga masih ada) yang
mudah memaafkan kesalahan orang lain.
Masalahnya
... ada sebagian dari masyarakat di negeri ini yang "meninggalkan"
hal-hal yang baik tersebut, demi memuaskan keinginan hatinya, juga
(maaf) ego karena merasa dirinya, kelompoknya, atau ajaran yang diyakini
oleh mereka adalah yang PALING BENAR.
INDONESIA BANGUNLAH!
Jangan
mau diadu domba oleh perbedaan keyakinan atau penafsiran. Kita sudah
puluhan tahun mampu hidup berdampingan, meski berbeda keyakinan, tetapi mengapa kini harus kita tinggalkan hal yang baik itu? hanya karena masuknya ajaran atau pemahaman baru yang kita terima?
Seberharga
itulah yang kita yakini, sampai mengorbankan keutuhan, keselamatan,
kepentingan, dan keberlangsungan hidup sebagai satu bangsa yakni Negara
Kesatuan Republik Indonesia?
INDONESIA BANGUNLAH!
Jangan
izinkan lagi ada provokasi atas dalih agama, yang terkadang sebenarnya
masalahnya bukanlah kaitan agama, tapi bisa karena kebencian,
ketidaksukaan, atau mungkin adanya kepahitan yang belum
terselesaikan—akibatt trauma masa lalu mungkin?
INDONESIA BANGUNLAH!
Keutuhan negeri ini lebih penting
daripada emosi sesaat yang ingin kita lampiaskan, kepada saudara
sebangsa yang mungkin karena "takdir Tuhan" memiliki keyakinan yang
berbeda dibandingkan dengan kita! Terlebih bagi kita yang menjadi pemuka
agama ... marilah lebih berhati-hati dengan ucapan, sindiran, bahkan
guyonan yang kita sampaikan .. terutama ketika berada di balik mimbar
dan memegang microphone di dtangan!
Akhirnya,
meskipun mungkin masih sukar dan butuh perjuangan panjang, lama, dan
agak keras (karena mungkin terjadi benturan di sana-sini) ... saya
berharap kasus "ucapan offside" dari Bang Abdul Somad bisa menjadi yang
terakhir. Begitu pula kasus AHOK bisa menjadi yang terakhir, dimana ke
depan seharusnya tak ada lagi "anak bangsa" (apa pun agamanya) yang
diseret ke meja hijau karena dianggap melakukan penodaan agama.
Mungkinkah?
Silakan dijawab lewat perlakuan kita terhadap mereka yang sebangsa
dengan kita, tetapi berkeyakinan (beragama) yang kebetulan tidak sama
daripada kita. Setuju? :-).Sumber Opini : https://seword.com/umum/indonesia-bangunlah-ada-potensi-bahaya-adu-domba-karena-agama-di-negeri-ini-kAojo5Lu8u
Breaking News!!! Malaysia akan Penjarakan Zakir Naik terkait Isu SARA
Semoga ketegasan
Malaysia bisa ditiru negara mayoritas muslim seperti Indonesia dalam
menghadapi ulama yang menyinggung SARA. Siapapun harus tunduk pada hukum
negara meski dia adalah pemuka agama. Kalau terbukti memecah belas
persatuan dan kebhinekaan lewat ceramah, maka negara harus menindak
tegas dengan memenjarakan.
Sebelumnya ramai
diberitakan kalau pemerintah Malaysia akan mendeportasi Zakir Naik
terkait ceramahnya. Zakir Naik telah menghina etnis Cina dan agama hindu
sebagai minoritas di Malaysia. Kini tak hanya ancaman deportasi, Zakir
Naik juga tengah diperiksa kepolisian Malaysia.
Kepolisian
Malaysia telah memulai penyelidikan terhadap ulama kontroversial asal
India, Zakir Naik. Zakir kini diselidiki oleh Kepolisian Malaysia atas
dugaan berniat memprovokasi untuk merusak perdamaian. Sedikitnya ada 115
laporan yang diajukan ke polisi Malaysia terkait Zakir Naik.
Seperti
dilansir media lokal Malaysia, The Star, Jumat (16/8/2019),
penyelidikan terhadap Zakir Naik ini didasarkan pada laporan yang
diajukan ke polisi di wilayah Gombak, Selangor, dalam beberapa waktu
terakhir. Penyelidikan dilakukan oleh Divisi Investigasi Kriminal (CID)
Kepolisian Diraja Malaysia (RMP).
"Kami telah
membuka dokumen penyelidikan dengan didasarkan pada laporan yang
diajukan di Gombak. Sejauh ini, sekitar 115 laporan telah diajukan
terkait masalah tersebut," ujar Direktur CID Kepolisian Diraja Malaysia,
Komisioner Huzir Mohamed, dalam konferensi pers.
"Kami sedang menyelidiki hal tersebut berdasarkan pasal 504 Undang-undang Pidana," imbuh Huzir dalam pernyataannya.
Huzir
tidak menjelaskan lebih lanjut soal perkembangan dalam penyelidikan
yang sedang berlangsung. Diketahui bahwa pasal 504 UU Pidana Malaysia
mengatur soal tindak penghinaan secara sengaja dengan niat untuk
memprovokasi demi merusak perdamaian.
Laporan
media lokal Malaysia lainnya, Malay Mail, menyebut penyelidikan
kepolisian fokus pada komentar-komentar Zakir Naik soal warga etnis
minoritas di Malaysia yang disampaikan dalam sebuah acara dialog
keagamaan di Kelantan, pekan lalu.
Dalam
komentar itu, Zakir Naik diketahui menyinggung soal loyalitas warga
Hindu di Malaysia kepada pemerintahan Perdana Menteri (PM) Mahathir
Mohamad. Dia mengklaim bahwa warga Hindu di Malaysia lebih setia pada PM
India Narendra Modi daripada Mahathir, meskipun mendapatkan '100 kali'
lebih banyak hak dibandingkan warga muslim di India.
Tak
hanya itu, Zakir Naik juga mencetuskan pengusiran warga etnis China
yang disebutnya sebagai 'tamu lama' di Malaysia. Hal ini diungkapkan
Zakir Naik saat merespons seruan deportasi dirinya.
Zakir
Naik yang diketahui sudah tiga tahun terakhir tinggal di Malaysia
dengan statusnya sebagai permanent resident. Sosoknya selama ini
diselimuti kontroversi karena keterbukaannya mengkritik non-muslim dalam
ceramah-ceramahnya. Zakir Naik telah menghindari otoritas India sejak
tahun 2016, ketika otoritas India menjeratkan dakwaan ujaran kebencian
dan pencucian uang.
PM
Mahathir dalam pernyataan yang dikutip kantor berita Malaysia, Bernama,
beberapa waktu lalu menyebut Zakir Naik tidak bisa dipulangkan ke India
karena 'kekhawatiran akan dibunuh' di sana. "Jika negara manapun ingin
menampungnya, mereka dipersilakan," ucap PM Mahathir.
Semoga
tidak ada negara mayoritas muslim lain yang mau menampung Zakir Naik.
Orang ini sangat berbahaya. Bagaikan air susu dibalas air tuba, dia
membalas kebaikan Malaysia dengan mengadu domba warga dan mengancam
persatuan bangsa.
Khususnya Indonesia sebagai
negara majemuk dan bhineka tunggal ika. Sudah begitu resah kita
menghadapi berbagai ceramah provokatif belakangan ini. Jadi tak perlu
lagi menampung ulama internasional yang bisanya memecah belah seperti
Zakir Naik.
Mungkin Indonesia bisa langsung
menindak para ulama yang menyinggung isu SARA seperti Rizieq, UAS, Felix
dan buanyak lagi lainnya. Pemerintah tak usah takut dicap anti islam
atau kriminalisasi ulama karena nyatanya mayoritas masyarakat anti
terhadap ceramah SARA dan adu domba.
Sebagai
penceramah agama yang harusnya menjelaskan cara berbuat baik terhadap
pemeluk agama lain, ustad-ustad provokator malah sebaliknya. Isi ajaran
mereka penuh dengan hasutan dan cara membenci minoritas. Padahal agama
manapun selalu mengajarkan kebaikan dan mencegah keburukan. Dalam
menghadapi kemaksiatanpun kita tidak diperbolehkan melakukan kekerasan
dan perkataan kotor. Masyarakat kita harus bisa membedakan mana ulama
yang baik dan yang merusak kesatuan umat beragama.Sumber Opini : https://seword.com/umum/breaking-news-malaysia-akan-penjarakan-zakir-naik-terkait-isu-sara-BYCRFsa8BQ
Re-Post by MigoBerita / 20082019/17.45Wita/Bjm