» » » » BPJS "Bocor", Gus Muwafiq hingga Abdul Somad ini bahasannya...

BPJS "Bocor", Gus Muwafiq hingga Abdul Somad ini bahasannya...

Penulis By on Minggu, 08 Desember 2019 | No comments

DOKTER ERROR, NEGARA TEKOR

Jakarta - Disebuah rumah sakit terkenal, saya memeriksakan anak yang katanya didalam hidungnya sakit..
Seorang dokter lelaki muda sesudah meriksa dengan biaya periksa yang lumayan bikin kantung perih berkata, "Dia kena penyakit X. Harus dibedah hidungnya.."
Kaget? Pasti. Siapa sih orangtua yang tidak shock melihat anaknya yang masih kecil harus berhadapan dengan meja operasi. "Kira-kira berapa dok biayanya ?" Tanyaku agak gemetar. Rumah sakit ini terkenal dan pasti mahal. "Sekian puluh juta. Ada asuransi?" Tanyanya.
Ouch. Benar dugaanku. Dan aku pamit pulang. Sebagai kepala rumah tangga, mumet pun datang. Kebayang repotnya mengurus ini itu. Belum lagi waktu terbuang karena pasti nginap beberapa hari disana. Anak kecil gak bisa ditinggal.
Iseng telepon seorang teman yang dokter di rumah sakit pemerintah yang terkenal murah. Dia bilang, "Coba ke dokter ini. Dia dokter di RS ini juga. Praktek rumahnya di alamat ini.."
Aku ikuti kata temanku. Aku butuh second opinion, atau pendapat dokter kedua.
Sesudah ngantri agak lama, akhirnya giliran kami masuk ke ruang dokter yang sudah senior. Sederhana sekali ruangannya, beda dgn ruangan dokter muda di RS terkenal itu. Proses pendaftarannya pun masih manual, pake kartu warna warni dengan suster yang juga sudah berusia 60-an.
"Ah, ini sih biasa. Anak kecil rentan kalau kena debu. Infeksi biasa. Kasih obat ini aja.." Kata dokter senior itu. Biaya periksa 75 rebu rupiah dan obatnya sesudah kutebus sekitar 200rebu rupiah kurang sedikit.
Dan benar, besoknya sudah ada perubahan. Dua hari kemudian anakku sembuh. Untung tidak jadi operasi yang makan biaya puluhan juta rupiah itu.
Kalau gak ada duit, memang manusia cenderung kreatif. Beda kalau ada fasilitas sekarang seperti BPJS, yang pasien cenderung ngangguk aja apa kata dokter. Dan dokternya senang main bedah-bedahan, karena bayarannnya lumayan.
Modus dokter beginilah yang disoroti dokter Terawan, Menteri Kesehatan. Dokter sekarang banyak main operasi supaya dapat uang banyak.
Untuk operasi sesar saja, kata Dokter Terawan, BPJS menanggung 260 triliun rupiah. Sedangkan untuk operasi jantung, tahun 2018 beban biaya 10 triliun rupiah.
Jadi, gimana BPJS gak tekor??
BPJS dibangun sebagai konsep gotong royong supaya yang tidak mampu bisa disubsidi yang mampu. Tapi itu tidak akan berguna jika dokternya tetap mata duitan.
Mungkin banyak dokter yang lupa, bahwa profesi ini adalah profesi pengabdian, bukan profesi mencari uang. Bayaran terbesarnya adalah pahala, bukan material. Kalau pengen kaya, kenapa gak jadi pengusaha saja?
Saya kebayang dokter-dokter senior yang mengabdikan dirinya, ada yang mengobati di perahu, ada yang cuman bayar 10 ribu rupiah saja. Mereka tampak miskin di dunia, sesungguhnya mereka adalah orang yang kaya kelak di akhir masa.
Sungguh, sulit negeri ini akan maju, jika orang pintar belum bisa mengubah cara berfikirnya..
Seruput kopi dulu, ah...
Dokter Terawan
Menkes

AGNES MONICA, MARIA OZAWA & NETIZEN DI DESA GALIA

Jakarta - Saya buka fesbuk lagi karena ada berita Ir. Ciputra meninggal dunia. Tokoh properti yang dikenal dengan panggilan Om Cip ini meninggal di usia 88 tahun. Karyanya dimana-mana di seluruh Indonesia. Dan ia bagian dari sejarah pembangunan Indonesia.
Tapi, MasyaAllah, beranda malah penuh dengan debat tentang pernyataan Agnes Monica. Statusnya sadis-sadis lagi antara pro dan kontra tentang pernyataan "Tidak berdarah Indonesia".
Gada yang inget kalau Om Cip meninggal. Malah seperti dianggap gak ada. Lewat ya lewat aja, minggir ini ada urusan yang lebih penting !
Saya juga gak paham kenapa pernyataan Agnes gitu aja meski sampe harus berantem segala sampe lupa kalau harus masak dirumah?
Saya mau nulis tentang "dua anak SMP di Batam dikeluarkan dari sekolah karena tidak mau hornat bendera aja" jadi batal. Bukannya apa-apa, ntar debat tentang Agnes pindah ke komen, karena itu topik hot hot melotot.
Mungkin benar kata seorang teman, kenapa Tuhan menciptakan sepasang kaki dan sepasang tangan? Itu supaya kita bisa memukul dan menendang. Karena dna kita sejak jaman penjajahan adalah berantem, jadi dimanapun, topik apapun, selalu harus ada "gelud"nya.
Itulah mungkin kenapa dulu Belanda kabur dari Indonesia. Capek liat kita masalahin hal yang sederhana, sampe harus unfriend segala.
Sedangkan mereka mikirnya gimana bangun bendungan raksasa, kita lebih sibuk berantem antara bubur yang diaduk dan gak diaduk. Orang Belanda makan ya makan aja, mau diaduk mau gak diaduk terserah elu. Yang penting sendoknya dikembaliin, jangan dibawa pulang.
Dan situasi berantem itu makin hot kalau tokoh Nyai blewer dan Abang cincin besar turun komen juga. Mereka menikmati situasinya. Harus ada kontroversialnya negeri ini, kalau adem ayem itu mencurigakan.
Kita jd mirip desa Galia di komik Asterix, yang menikmati aroma perkelahian sebagai bagian dari budaya. Dan nanti di akhir komik, selalu Padli Zonix yang diikat ke pohon sedangkan yang lain menikmati babi panggang.
Padahal ada Maria Ozawa yang dukung timnas Indonesia, tapi itu kurang menarik perhatian. Mungkin karena udah terlalu old school, sedangkan pilihan baru setiap hari ada. Tumben gada yang sibuk "woiii bagi link wooiii", karena semua sudah punya.
"Maria Ozawa?? Wahh, lu pasti anak 90-an.." Malu kan, secara umur kita masih di angka 20-an.
Inilah kenapa saya kalau keluar negeri selalu dengan bangga bilang, "Saya Indonesia", meskipun darah ada Bataknya, juga ada sedikit darah Asgard dan pernah tinggal di Gotham City.
Karena negeri yang kucinta inilah yang selalu menawarkan cerita dengan bumbu tajam sehingga terasa di lidah. Kalau di luar negeri itu meski cantik tapi membosankan. Mereka terlalu tenang dan tidak ada gerakan seperti gedebong pisang.
Saya selalu bilang pada teman di luar, "Melihat negeri kalian yang cantik saya seperti membayangkan Luna Maya. Sedap dipandang doang, karena untuk dimiliki diluar jangkauan.."
Hari ini titik berantem masih di Agnes Monica. Besok pasti beda. Mungkin tentang Ferdianan Hutahaean yang tiba-tiba memperlihatkan saldo ATMnya, yang isinya mengharukan. Pas dibuka di ATM, tulisannya "Anda belum beruntung, silahkan coba lagi.."
Dan kita ribut lagi. Kalau kata anak Medan, "Entah apa apa yang kelen apakan pun sampe apa semua.."
Seruput kopi ah...
Galia
Galia

Benarkah Nabi Muhammad Kecilnya Dekil?

Jakarta - Diberanda saya ramai perdebatan tentang ceramah seorang ulama NU, Gus Muwafiq, yang bercerita tentang masa kecil Nabi Muhammad SAW..
Gus Muwafiq adalah ulama yang tinggal di Sleman, Jogyakarta. Dalam ceramahnya yang viral, ia menyebutkan dulu masa kecilnya Nabi Muhammad SAW itu dekil. Dan perkataan ini kemudian dianggap menghina Islam oleh kelompok 212, bahkan dilaporkan oleh FPI.
Bukannya marah, saya malah tertarik menggali informasi tentang masa kecilnya Nabi Muhammad Saw. Banyak memang hikayat yang menggambarkan Nabi lahir dengan cahaya mengelilingi tubuhnya dan semua bentuk pengagungan lainnya.
Saya coba garis bawahi pada kata pengagungan. Sebagai manusia yang diyakini suci, tentu harus ada bahasa pemujaan dan pengagungan terhadap sosok seorang Nabi.
Sama seperti ketika kita memuji istri yang cantik, "Cantikmu seperti mawar yang tertetesi embun pagi..". Apakah memang rupa istri seperti itu? Ya jelas tidak, itu bahasa sastra dengan konsep melebihkan sebagai bentuk penggambaran.
Jadi kalau disebut Nabi lahir dengan cahaya, tentu bukan cahaya sinar seperti yang kita tahu selama ini. Itu bahasa pengagungan terhadap aura kebijaksanaan yang memancar, yang tentu baru diketahui oleh para pujangga berdasar kisah-kisah dari para para penceritanya. Bahasa sastra.
Masa kecil Nabi sendiri tentu tidak beda dengan anak kecil lainnya di masa itu, masa arab barbar jahiliyah. Bukan manusia super yang bisa mengalahkan musuhnya dengan sekali hentakan dan halilintar mirip Gundala.
Bahkan ada cerita Nabi Muhammad SAW kecilnya menggembala kambing dengan upah beberapa dinar. Itu ada di hadis Bukhari, seperti kata Guru Besar UIN Jogja, Alvin Nur Choironi.
Jadi ya secara fisik manusia, biasa aja seperti anak kecil penggembala kambing lainnya. Kan gak mungkin penggembala kambing tubuhnya bercahaya kemana-mana.
Gimana sih anak kecil di negara tandus di tanah Arab pada masa dahulu? Ya, ukuran kita pastilah menyebutnya dekil, karena bersentuhan dengan debu setiap hari.
Gak salah kan, kalau Gus Muwafiq menggambarkan sesuatu sesuai konteksnya, pada masa itu? Gus Muwafiq hanya ingin kita memisahkan antara fakta sejarah dengan bahasa sastra..
Yang menganggap Gus Muwafiq menghina Nabi tentu tidak paham ini, setidak pahamnya dia dengan bahasa-bahasa sastra.
Banyak bahasa sastra digunakan dalam penggambaran sesuatu pada masa itu untuk memudahkan penjelasan. Seperti penggambaran surga, bidadari, malaikat dan hal-hal yang tidak ada di dunia ini. Cara paling rasional adalah menggambarkan dengan bahasa perumpamaan sampai sastra.
Tapi apakah "dekilnya" Nabi Muhammad SAW pada fisiknya adalah fakta bahwa beliau juga pernah sesat seperti yang dikatakan ngustad Evi Effendie yang dulu viral itu?
Bedakan antara fisik dan spirit atau ruh. Meski fisiknya sama dengan manusia biasa, tapi yang membedakan para Nabi dan kita adalah ruhnya yang suci, yang tidak terlihat kasat mata. Dari situlah lahirnya kebijaksanaan, kehormatan, kecerdasan sampai kemampuan untuk berkomunikasi langsung dengan Tuhan.
Memang masalah umat saat ini adalah kemampuan literasi, sehingga hanya sibuk meyakini tanpa dibarengi kemampuan memahami lebih. Dan ketika diberikan fakta sejarah, mereka sibuk berkata penistaan agama.
Itu mirip-mirip Neno Warisman yang melantunkan doa perang pada masa lalu dan coba-coba dicucokkan pada masa kampanye Pilpres. Gak nyambung, mak..
Eh, kemana dia ya? Kok ngilang? Jangan-jangan sedang mengurung diri karena patah arang. Dia yang berjuang habis-habisan, Mulan Jameela yang dapat peluang.. Seruputttt...
Kisah Nabi
Kisah Nabi

Manusia Munafik yang Hidup dari Menjual Ayat-ayat Suci

Manusia Munafik yang Hidup dari Menjual Ayat-ayat Suci
Benar kata seseorang bahwa di Indonesia apapun yang berbau agama laku dijual. Bahkan lewat kedok agama ada orang mencari makan dari sana. Dengan modal mulut yang diberikan oleh Tuhan, mereka menjual ayat- ayatNya. Bukan demi sesuap nasi lagi tetapi sudah demi harta duniawi. Bukan demi kebaikan umat, supaya hidup lebih baik dan bermanfaat bagi sesama tetapi demi harta benda dunia. Tahukah anda bahwa siklusnya mudah terbaca? Begini siklusnya awalnya mereka bukan siapa-siapa lalu dengan bermodal mulut dan pandai merangkai kata, dibumbui ayat-ayat suci , jadilah mereka mulai didengar banyak orang, lalu mereka mulai menjadi pendakwah, berpakaian ala timur tengah, akhirnya mulai diundang sana-sini bahkan ada yang punya acara sendiri di saluran televisi, lalu mereka menjadi terkenal menjadi selebriti, honor berkali lipat, bahkan dalam musim kampanye Politik mereka menjual ayat berdasarkan pesanan, lalu mereka menjadi kaya, uang berlimpah, dipuja sana sini, menjadi lirik sana sini, akhirnya karena godaan wanita mereka kawin lagi, ketahuan oleh para pengikutnya lalu bersilat lidah, lalu lama kelamaan mereka ditinggalkan pengikutnya, itulah fenomena siklus "Ustad Selebriti" di negeri kita ini, itulah siklus kaum munafik, penjual ayat-ayat suci. Hidup berlimpah dengan menipu umat. Herannya umatnyapun ada, ada yang mau dengar, heran kan? Jangan heran, karena kita hidup di negeri yang dilanda puber beragama, dimana baru hafal satu ayat sudah merasa menjadi penghuni surga. Kita hidup dinegeri munafik pemuja hidung mancung, jenggot, dan onta. Menyedihkan saat mengkafir-kafirkan orang dianggap ahli agama, menyedihkan saat pandai menghujat orang dikatakan ulama. Menyedihkan saat bicara manajemen kalbu, kalbunya penuh kemunafikan dan tipu daya. Menyedihkan saat mengharam- haramkan sesuatu malah pawai pakai motor besar buatan kafir.
Para munafikun penjual agama itu tidak pernah peduli bahwa apa yang diucapkannya akan dipatuhi dan dilaksanakan oleh para pengikutnya. Mereka mana peduli saat perilakunya nyinyir dan kawin cerai juga akan diikuti oleh para pengikutnya, merekapun tidak akan peduli saat orang melakukan bom bunuh diri karena ucapan mereka. Manusia munafik bertopeng suci berbaju agama, marak dimana-mana, sudah saatnya umat sadar bahwa pepatah tong kosong nyaring bunyinya itu benar- bemar ada, perhatikan para orang yang menyebut dirinya pendakwah itu, mereka yang bersuara nyaring, teriak- teriak haram, kafir, bidaah, mereka biasanya tong kosong, saatnya tinggalkan orang- orang seperti itu, jangan mudah terlena oleh suara orang-orang seperti itu. Sadarlah orang berilmu tinggi tidak akan seperti itu orang berilmu tinggi akan menjadi seperti padi semakin berisi semakin merunduk, lihatlah Kiyai Qurais Shihab, kurang apa beliau, ilmunya tinggi puluhan tahun belajar agama di Mesir dan Arab, banyak buku- buku karangan beliau yang diakui dunia, diantaranya buku Tafsir Al Misbah, diapun seorang keturunan nabi, tapi beliau dengan kerendahan hatinya tidak mau memakai gelar Habib, karena bagi beliau gelar Habib mengandung unsur pujian, begini katanya.
“Saya merasa, saya butuh untuk dicintai, saya ingin mencintai. Tapi rasanya saya belum wajar untuk jadi teladan. Karena itu saya tidak, belum ingin dipanggil habib,” kata Quraish merendah.
Sumber: (https://www.nu.or.id/post/read/74166/kenapa-quraish-shihab-enggan-dipanggil-habib-dan-kiai Konten adalah milik dan hak cipta www.nu.or.id)
Lihat betapa mulia hatinya bukan, tetapi ia malah sering dicaci maki oleh kaum munafik, mereka yang terhipnotis oleh para penjual agama itu.
Buat para pengasong ayat, mereka tidak ada beban pikiran mau bicara apa dan efeknya apa bagi para pengikutnya, bagi mereka amplop lebih penting, bagi mereka harta duniawi yang mereka dapatkan itu yang penting. Mereka faham bagaimana menarik hati umat, mereka faham bagaimana memprovokasi umat, mereka faham bahwa umat senang dengan gaya mereka mengasong ayat.
Sekarang saatnya umat harusnya menyadari bahwa belajar dari orang berilmu sangat penting jika tidak maka akan terjerumus kedalam kebencian, agama dipakai untuk menyebarkan kebencian bahkan dipakai sebagai alat politik. Cerdaslah jadi pendengar, "ojo gumunan" selalu cek dan ricek informasi, jangan berlebihan memuja orang, ingat diatas langit ada langit, tidak ada orang begitu pintarnya pasti ada orang lain yang lebih baik dan lebih pintar. Dewasalah menjadi umat beragama, jangan mudah percaya begitu saja. Jangan mau dibodohi dan dibohongi.
Agama mengajarkan kita bagaimana menata hati kita... Tata hati saat melihat perbedaan Tata hati saat melihat kemarahan Tata hati saat menghadapi persoalan.
Sumber Opini : https://seword.com/urusan-hati/manusia-munafik-yang-hidup-dari-menjual-ayatayat-ECBLTtjqw1

Catur Dibilang Haram. Faktanya Justru Harum. Indonesia Juara Umum Catur SEA Games 2019

Catur Dibilang Haram. Faktanya Justru Harum. Indonesia Juara Umum Catur SEA Games 2019
Kita tentu masih ingat saat Ustad Abdul Somad menyepakati seenak udelnya sendiri bahwa permainan catur itu haram hukumnya. Dengan gayanya yang sok paling tahu, sok paling hebat, sok paling pintar, sok paling suci, sok paling berhak masuk surga, UAS selama ini memang hobi memberi ceramah mengharam-haramkan dan mengkafir-kafirkan sesuka hatinya. Dalam ceramahnya, UAS menyetujui bahwa catur adalah permainan yang mubazir waktu.
"Taz, boleh nggak mau main domino? Nah dalam mazhab Hanafi mengharamkan dadu dan catur, itu menghabiskan waktu. Masa olahraga tapi bengong sampai tiga jam, aduh, mau persatuan catur nanti marah sama saya terserahlah," kata UAS dalam channel YouTube teman ngaji.
Kita yang sudah maklum dengan hobi Somad yang seperti ini jadi punya bahan untuk ngakak-ngakak. Kreatifitas netizen +62 jadi tambah terasah dengan kelakuan orang-orang macam Somad ini. Lucu-lucu jadinya.
Pengurus Besar Persatuan Catur Seluruh Indonesia (PB Percasi) sendiri santai saja menanggapi ceramah UAS yang mengharamkan olahraga catur.
Kepala Bidang Pembinaan dan Prestasi PB Percasi Kristianus Liem mengatakan jika Indonesia lebih baik membahas soal peningkatan prestasi catur itu sendiri. Sebab negara-negara lain yang sempat mengharamkan catur pun telah berpikir lebih terbuka dan mencoba lebih maju.
"Lebih baik kita pikirkan hal-hal positif. Negara-negara lain sudah lebih maju meski dulu membahas hal itu. Harusnya kita bahas prestasi. Aneh hal-hal seperti ini masih dibicarakan sekarang. Iran pernah mengharamkan catur. Tapi sekarang catur di Iran itu sedang booming, gila-gilaan. Bukan hanya sponsor banyak, tapi pecatur-pecatur mudanya tumbuh luar biasa," kata Liem.
Dan hari ini Percasi memang layak berbangga. Tak perlu bicara sampai berbusa-busa, Percasi berhasil mematahkan ceramah Somad yang mengharamkan catur dengan prestasi membanggakan. Prestasi yang mengharumkan nama Indonesia di ajang SEA Games 2019 yang diadakan di Filipina mulai 30 November 2019 sampai 11 Desember 2019.
Ya… Hari ini Percasi berhasil memastikan Indonesia menjadi Juara Umum di cabang olahraga Catur dalam pesta olahraga se Asia Tenggara ini. Warga Negara Indonesia sejati pasti bangga dengan torehan prestasi seperti ini. Indonesia Raya berkumandang di Filipina.
Dari total 5 nomor cabang dan 3 nomor eksebhisi yang dipertandingkan, ada total 5 emas yang diperebutkan, karena 3 nomor eksebhisi tidak masuk dalam perhitungan medali cabang. Dari 5 emas tersebut, Indonesia berhasil meraih 2 medali emas. Tiga medali emas sisanya terbagi rata masing-masing satu emas untuk Malaysia, Singapura dan Thailand. Vietnam dan Filipina selaku tuan rumah tidak kebagian emas.
Article
Article
Dua medali emas tersebut dipersembahkan oleh Susanto Megaranto dan Medina Aulia dari nomor catur cepat. Susanto mengemas empat kemenangan dan tiga hasil imbang. Sementara Medina meraih enam kemenangan dan tiga hasil imbang dari sembilan pertandingan. Tiga perak dipersembahkan oleh Ummi, Chelsie dan Ervan. Sementara satu perunggu dipersembahkan oleh Irene.
Dengan perolehan medali yang seperti ini, Indonesia dinyatakan sebagai Juara Umum Cabang Olahraga Catur SEA Games 2019. Hingga malam ini hari kesembilan SEA Games, Minggu, 8 Desember 2019, Indonesia berhasil duduk di urutan kedua klasemen perolehan medali. Kontingen Merah Putih meraih 66 medali emas, 61 perak, dan 76 perunggu. Sementara itu Filipina tak goyah dari posisi pertama dengan 104 emas, 81 perak, dan 84 perunggu. Vietnam menempel ketat di belakang Indonesia dengan raihan 59 emas, 57 perak, dan 74 perunggu.
Bangga tentunya. Anak-anak muda yang tekun berlatih dan berjuang demi mengharumkan nama bangsa dan negara tercinta. Sekarang mari kita bandingkan dengan anak-anak muda Indonesia lainnya yang kegiatannya justru demo sana sini, merusak bahkan mempermalukan negaranya sendiri. Bagai langit dan sumur khan bedanya.
Article
Saya juga jadi senyum-senyum sendiri saat tahu jika Medina Aulia yang berhasil menyabet satu emas di nomor catur cepat adalah perempuan berhijab. Saya rasa ini bukan kebetulan semata. Ini semua adalah cara manis yang dipakai Tuhan untuk “menampar” Somad yang hobi mengharam-haramkan dan mengkafir-kafirkan segala sesuatu seenak udelnya sendiri.
Article
Tanpa ragu Medina Aulia yang berhijab ini mendedikasikan waktu dan hidupnya untuk mengharumkan nama Indonesia, keluarga dan agamanya juga tentunya, di cabang olahraga yang diharamkan Somad, pemuka agama yang justru seagama dengan Medina Aulia itu sendiri.
Kagum sendiri khan jadinya dengan cara Tuhan “nabok” Somad. Wekekekeke……
Special Thanks buat Ketua Umum Percasi GM Utut Adianto. Ketua Bidang Pembinaan dan Prestasi Kristianus Liem dan Ketua Bidang Media dan Promosi Sonny Tulung dan segenap jajaran Pengurus Besar Percasi yang sudah bekerja sama dengan baik hingga bisa menghasilkan pecatur-pecatur hebat andalan Indonesia. Tetap semangat. Kalian semua keren. Terima kasih untuk kerja kerasnya.
Sebagai penutup saya ingin memberikan sebuah pernyataan sekaligus pertanyaan. Jika catur sudah berhasil menorehkan prestasi gemilang membanggakan Indonesia di kancah internasional, kira-kira prestasi membanggakan apa yang sudah Ustad Abdul Somad ukirkan untuk Indonesia selain ceramahnya yang suka mengharamkan dan mengkafirkan sesuka hatinya plus prestasi perceraiannya??? Adakah yang bisa menjawabnya???
Akhirnya saya bisa mengambil kesimpulan. Daripada kita ribut memusingkan tentang haram dan kafir yang adalah hak prerogatif Tuhan, lebih baik kita fokus berbuat kasih dan kebaikan pada semua orang tanpa terkecuali. Sebab Tuhan itu kasih dan agama adalah kebaikan. Sukur-sukur kita bisa berprestasi mengumandangkan Indonesia Raya di seluruh penjuru dunia. Merdekaaaaa….!!!
Sumber referensi:
Data-data saya dapatkan secara langsung dari Pak Kristianus Liem yang turun langsung mendampingi para atlet di lapangan lewat pembicaraan WA antara saya dengan Sonny Tulung.
https://news.detik.com/berita/d-4794116/ustaz-somad-sepakat-catur-haram-ini-respons-menag
https://www.suara.com/sport/2019/11/22/060500/uas-haramkan-catur-percasi-angkat-bicara
https://www.cnnindonesia.com/olahraga/20191208164319-178-455176/catur-rebut-emas-ke-65-indonesia-di-sea-games-2019
https://sport.detik.com/sport-lain/d-4814616/klasemen-sea-games-2019-filipina-tembus-100-emas-indonesia-ditempel-vietnam?utm_source=notifikasi&utm_campaign=browser&utm_medium=desktop
Silakan klik link berikut untuk bisa mendapatkan artikel-artikel saya yang lainnya.
https://seword.com/author/jemi/
Thank you so much guys. Peace on earth as in Heaven. Amen.
Sumber Opini : https://seword.com/umum/catur-dibilang-haram-faktanya-justru-harum-ttFa9eUCou

Pelaku Kriminal Teriak Kriminalisasi Ulama= Maling Teriak Maling

Pelaku Kriminal Teriak Kriminalisasi Ulama= Maling Teriak Maling
Beberapa tahun terakhir, paling tidak sejak Jokowi jadi Presiden, narasi "Kriminalisasi Ulama" terus menerus disuarakan oleh kelompok oposisi. Dituduhkan pada Presiden, pemerintah, dan semua yang mendukungnya.
Yang paling sering dan nyaring bersuara adalah orang-orang semacam Rizieq Shihab, Bahar bin Smith, Haikal Hasan, Yusuf Martak, Bahtiar Nasir, Sugi Nur, Felix Siauw, dan masih banyak nama-nama lain yang di kalangan mereka disebut ulama.
Di atas mimbar-mimbar keagamaan dan di berbagai kesempatan lain mereka berteriak dikriminalisasi oleh Jokowi, oleh pemerintah. Mereka Memprovokasi para pengikutnya yang notabene kebanyakan masyarakat awam supaya membenci presiden serta semua pihak yang mendukung.
Kekuatan oposisi tak mau ketinggalan. Mereka mendukung penuh narasi Kriminalisasi Ulama yang dimainkan Rizieq cs. Mengangkatnya sebagai isu utama di beberapa Pilkada dan Pilpres. Elit-elit politik seperti Amien Rais, Fadli Zon, bahkan Prabowo sendiri saat berlangsungnya kontestasi Pilpres terbilang sering menyuarakan.
Acara-acara politik berkedok keagamaan yang berkali-kali digelar secara terbuka selalu mengangkat isu kriminalisasi ini. Bahkan yang terakhir, di acara Reuni Alumni 212 yang digelar di Monas itupun masih mempertahankan isu tersebut sebagai isu utama. Karenanya pula, Rizieq yang berbicara melalui tayangan video dari Saudi tetap nyaring berteriak dikriminalisasi.
Walhasil, provokasi itupun diyakini sebagai kebenaran mutlak oleh mereka yang awam dan fanatis. Kasus yang menjerat Rizieq, Bahar, dan yang lainnya hingga saat ini dianggap sebagai upaya kriminalisasi yang dilakukan pemerintah terhadap ulama.
Para pengikut awam itu sulit diberikan penjelasan. Provokasi yang menggunakan doktrinasi keagamaan benar-benar telah menyesatkan logika berfikir mereka hingga sulit disadarkan. Narasi-narasi bantahan atau perbandingan ditolak mentah-mentah karena fanatisme yang tinggi terhadap keyakinan yang sudah ditanamkan sebelumnya.
Bagi mereka, Rizieq yang hingga sekarang harus mengungsi di Saudi, Bahar yang mesti mendekam di penjara, dan beberapa lainnya yang harus berhadapan dengan proses hukum adalah rekayasa pemerintah semata. Kriminalisasi ulama. Karena pemerintah dianggap takut melihat kekuatan Islam akan menguasai Indonesia jika orang-orang tersebut dibiarkan.
Mereka bahkan menutup mata terhadap banyak sekali fakta yang ada. Bahwa nyatanya Presiden sangat menghormati ulama dan bahkan merangkul ulama besar sebagai Wapres, hingga menyelenggarakan kegiatan-kegiatan keagamaan di Istana Negara sekalipun seperti tak bisa menggugah kebencian yang kadung tertanam di hati mereka yang terprovokasi narasi Kriminalisasi Ulama.
Sebaliknya, kelompok itu justru menuduh ulama-ulama yang menjalin hubungan baik dengan Presiden sebagai penjilat, Ulama Su', dan berbagai tuduhan negatif lainnya.
Menjawab fenomena ini tentu tidak mudah. Kesesatan mereka bisa dibilang parah. Alih-alih menyadarkan, salah sedikit dalam menjelaskan berpotensi konflik, bisa jadi bentrok fisik. Sudah banyak yang mengalaminya.
Tapi jangan khawatir. Jika bertemu kelompok semacam itu, saya punya senjata andalan untuk membantah tuduhan kriminalisasi ulama yang mereka tuduhkan pada Presiden, pada pemerintah. Sebagian besar mereka mati akal dan sulit untuk membantah. Narasi ini saya dapat dari pernyataan salah seorang tokoh NU, Maman Imanulhaq saat berbicara di sebuah acara talk show TV Nasional beberapa waktu lalu.
Maman yang ketika itu menjabat sebagai direktur relawan Tim Kemenangan Nasional (TKN) Jokowi - Ma'aruf Amin di Pilpres berkata bahwa "tidak mungkin Pak Presiden dan pemerintah mengkriminalisasi ulama, yang ada karena pelaku kriminal diulamakkan."
Dari pernyataan tersebut saya teringat penggalan sebuah lirik lagu Iwan Fals yang dulu kerap dinyanyikan para aktivis saat berdemo di depan gedung DPRD di daerah saya. "Maling teriak maling. Sembunyi balik dinding. Pengecut lari terkencing-kencing......."
Ya. Maling teriak maling. Jika dalam narasi maling teriak maling itu si maling sendiri yang menuduh orang lain sebagai maling, maka tuduhan narasi kriminalisasi ulama inipun sebenarnya disuarakan oleh para pelaku kriminal berkedok ulama dituduhkan kepada orang lain, yaitu Presiden, pemerintah, dan semua orang pendukungnya.
Rekam jejak bahwa mereka yang selalu berteriak kriminalisasi ulama itu adalah para pelaku kriminal tak bisa dibantah. Sekarang bisa saja Rizieq menggunakan taktik "maling teriak maling" untuk membela diri dengan mengatakan kasusnya direkayasa hingga harus kabur ke Saudi. Tapi fakta bahwa sebelumnya dia pernah dipenjara tak bisa dipungkiri. Begitupun Bahar dan beberapa lainnya yang kerap bersuara lantang mengaku dikriminalisasi.
Mereka memang sebenar-benarnya pelaku kriminal yang mengaku ulama dan berteriak dikriminalisasi oleh Presiden, pemerintah, dan pendukungnya. Mereka tak ubahnya maling teriak maling.
Sumber Opini : https://seword.com/umum/pelaku-kriminal-teriak-kriminalisasi-ulama-maling-9d7So9IdDw

Panik, Sohibul Iman Giring Opini Keluarga Jokowi Membangun Dinasti Politik

Panik, Sohibul Iman Giring Opini Keluarga Jokowi Membangun Dinasti Politik
Menepis tudingan Presiden PKS, Sohibul Iman, Gibran Rakabuming Raka mengatakan bakal majunya dia dan Bobby Nasution tak boleh dianggap sebagai dinasti. "Nggak ada dinasti. Saya ini kan ikut kontestasi, bisa menang bisa kalah. Semuanya tergantung pilihan masyarakat. Nggak ada dinasti," kata Gibran kepada wartawan di Sunter Agung, Jakarta Utara, Sabtu (7/12/2019, sumber detik.com).
Publik pasti sangat paham apa maksud pernyataan Presiden PKS, pasti tak jauh dari upaya menciptakan panggung partainya, dan tentu saja demi mengais simpati dari para calon pemilih dalam kontestasi pilkada serentak 2020. Namun untuk mencegah pancingan mereka berhasil, kita barangkali cukup meresponnya secara sederhana, sebagaimana disampaikan Gibran di atas. Pernyataan Sohibul Iman memang terlihat lebih memberi kesan jealous karena kalah pamor ketimbang mengandung makna lebih dalam. Dan guna mengimbangi kekhawatiran calon mereka tak cukup mampu bersaing, dibuatlah kesan seakan-akan majunya Gibran dan Bobby merupakan skenario yang diatur dari Istana.
Barangkali publik sepintas melihatnya sebagai ada benarnya, bahwa mereka berdua sedang membangun dinasti politik. Bayangkan saja, selagi citra sang orangtua berada di puncak kekuasaan, dan mampu menjadi magnet sangat kuat, siapa yang tak bakal tergoda untuk memanfaatkan momentum itu.
Namun jika kita melihatnya dari sisi positif, bahwa Gibran dan Bobby membuka peluang itu bukan tanpa sebab. Pemicunya tak lain adalah survei politik, menyebut nama mereka memuncaki responden di daerah yang bakal menjadi ajang pilkada, yakni Solo dan Medan. Untuk membuktikan bahwa mereka memiliki potensi, tentu saja harus diberikan kesempatan yang cukup. Dan kalau belum-belum mereka sudah dijegal dengan opini tak sedap, maka bisa terjadi kristalisasi antara pendukung dan penentang. Bisa jadi justru itulah yang diharapkan oleh PKS, karena mereka akan relatif diuntungkan.
Apakah benar Jokowi sedang membangun dinasti politik? Kita juga harus membedakan mana yang memberi kesan membangun dinasti, dan mana yang tidak. Misalnya saja yang selama ini sering kita saksikan, di satu daerah yang setiap periode pilkada, seperti tak ada potensi calon yang berasal dari keluarga lain.
Meskipun pada era di mana pilkada dilakukan secara langsung, kesan dinasti politik yang telah terbangun, tak mudah hilang dari benak publik. Berbeda dengan kesan kita kepada sosok keluarga Jokowi, karena tak mudah merasakan mereka menyiratkan kesan seperti itu. Kalau saja Jokowi mau, seperti juga tampak dalam beberapa politisi yang kekerabatannya cukup kental, niscaya kesan itu sudah lama dilakukannya.
Berdasarkan rekam jejak itu, maka terlalu pagi kalau Sohibul Iman menyebut keluarga Jokowi sedang membangun dinasti politik, hanya gara-gara anak dan menantunya tertantang mencalonkan diri dalam sebuah kontestasi yang demokratis. Satu-satunya kekhawatiran kita, bahwa pencalonan Gibran dan Bobby, akan dibantu dengan mesin politik guna memenangkan ajang itu secara tidak fair.
Jika kekhawatiran itu yang kita angkat, maka sebaiknya kita dorong publik menjadi pengamat kritis pada ajang di kedua kota yang menjadi fokus. Namun cara kita mengkritisi itu harus dilakukan secara objektif, agar disamping menjaga transparansi, sekaligus menjaga citra mereka berdua, jangan sampai terjebak dalam permainan tak elok.
Karena yang pertama kali mengeluarkan tudingan terbentuknya dinasti politik pada keluarga Presiden adalah petinggi PKS, mungkin cara terbaik yang bisa dilakukan untuk mencegahnya, kita dorong PKS membentuk tim pemantau khusus, agar terhindar dari fitnah, seandainya kedua bakal calon itu, kelak terbukti berhasil memenangkan kontestasi.
Kita bisa bayangkan seandainya Gibran dan Bobby berhasil menjadi kandidat, maka potensi pemanfaatan fasilitas negara untuk memenangkan mereka menjadi cukup terbuka. Sejak saat itulah kredibilitas KPU dan Bawaslu akan mulai diuji, apakah perangkat mereka mampu mencegah terjadinya konspirasi?
Yang menarik untuk dicermati, adalah drama antara pengurus Daerah yang ternyata tak mudah disetir oleh DPP partai pengusung. Hal mana terlihat dari penetapan Cawalkot Solo oleh PDIP, tempat Gibran mengajukan pendaftaran, yang kemungkinan tidak menjatuhkan pilihan pada putra Presiden tersebut.
Dari sisi ini saja tak tampak kesan DPC PDIP Kota Solo memberi jalan lebar bagi Gibran, meskipun tak mungkin mengingkari bahwa potensi Gibran sangat kuat untuk menarik para pemilih. Dan seperti dinyatakan Gibran, bahwa dia tak akan mendaftarkan pencalonannya kepada partai lain. Ketika Bobby pun mengaku mendaftarkan pencalonannya pada partai yang sama dengan Gibran, mudah diduga bahwa pengakuan itulah yang memicu Sohibul Iman mengumbar dugaan bahwa Gibran dan Bobby sedang membangun dinasti politik.
Sumber Opini : https://seword.com/politik/panik-sohibul-iman-giring-opini-keluarga-jokowi-rnVHmzguMU

Terungkap! Sosok Orang Ketiga Penyebab Retaknya Rumah Tangga UAS, Intel Prabowo?

Terungkap! Sosok Orang Ketiga Penyebab Retaknya Rumah Tangga UAS, Intel Prabowo?
Berita perceraian UAS masih hangat diperbincangkan publik. Bagaimana tidak, sang istri pertama mengaku seolah-olah tak mengetahui penyebab keputusan UAS menceraikannya. Di media sosial tak kalah ramai yang menunjukkan buku karangan UAS tentang keretakan rumah tangga. Tak hanya itu, akun Said Didu yang diretas menunjukkan nama selingkuhan UAS yakni Dr. Diana Thabrani. Bantahan Tengku Zul malah membuka tabir sosok selingkuhan UAS tersebut, apakah memang bagian dari strategi kemenangan eks capres gagal Prabowo?
Dilansir dari riausky.com, Wasekjen Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain buka suara terkait fitnah yang menimpa Ustaz Abdul Somad atau UAS.
UAS difitnah memiliki tiga istri dan selingkuhan. Tiga istri UAS yakni Masyitoh, Mellya Juniarti, dan Diana Tabrani.
Fitnah itu diumbar melalui akun Twitter mantan Sekretaris BUMN Said Didu yang sebelumnya dibobol hacker.                                                                                                Sang hacker lantas membuat cuitan mengejutkan. Ia menyebut UAS selingkuh   dengan Diana Tabrani karena tidak puas dengan istri pertama dan keduanya.
"Diana Tabrani adalah selingkuhan UAS hasil operasi dari tim intel Prabowo untuk jebak UAS dijeratan CINTA. Tujuan utama Diana Tabrani adalah agar UAS Takluk dengan CINTA nya dan Akhirnya dapat dikondisikan dukung PRABOWO dengan sejumlah MAHAR Milyaran Rupiah,” cuitnya.
Mendengar hal itu, Tengku Zulkarnain menyatakan bahwa cuitan itu adalah fitnah keji. Ia menyebut UAS sebagai adik angkatnya dan Diana adalah adik sepupunya.
“Telah diretas akun milik Said Didu dan kemudian dipakai untuk memfitnah Adik angkat saya al Ustadz Abdul Shomad berselingkuh dengan adik sepupu saya Dr. Diana Thabrani binti (paman saya) Prof. Dr. Thabrani Rab, tokoh besar Riau,” kata Tengku Zulkarnain, melalui akun @tengkuzulkarnain.id, Minggu (14/4/19).
Tengku Zulkarnain lantas membeberkan sosok Diana. Ia menyebut Diana adalah istri dari Sayyid Luqman.
“Perlu kaum muslimin ketahui bahwa setiap ada acara yang bersamaan antara adik sepupu saya Dr Diana dgn Tabligh Akbar adik angkat saya al Ustadz Abdul Shomad di manapun saja, maka suami beliau, adik Sayyid Luqman akan menemani Dr Diana,” tambahnya.
“Beberapa kali kami secara kebetulan malah pernah berada dalam satu hotel dengan adinda Luqman dan isteri beliau yang ikut acara adinda ustadz Abdul Somad,” katanya.
Tengku Zulkarnain menambahkan, fitnah UAS seperti disengaja setelah ulama kondang asal Pekanbaru Riau itu menyatakan dukungannya kepada Capres 02 Prabowo Subianto.
“Kami benar benar heran kenapa dalam keadaan Pemilu dan Pilpres ini banyak peretasan akun terjadi. Dan, sialnya akun yang diretas rata rata adalah mereka yang tidak pro Petahana. Belum terdengar adanya peretasan akun milik pendukung beliau sama sekali,” cuitnya.
Tengku Zulkarnain lantas mempertanyakan peran Tim Cyber Negara yang menghabiskan dana rakyat sebanyak Rp 2 triliun.
“Kami ingin mempertanyakan tim cyber negara yang menghabiskan dana rakyat 2 triliun rupiah itu, dan Tim Cyber Mabes Polri. Apakah keduanya tdk bisa mengusut dan melindungi akun warga negara Indonesia, meski (maaf) mereka oposisi?,” tambah Tengku Zulkarnain.
“Semakin ke sini kehidupan demokrasi kenapa semakin bejat? Mustahil manusia ber-Pancasila bejat begitu,” tandas Tengku Zulkarnain.
Begitulah pernyataan lengkap Tengku Zulkarnain. Dia mengatakan sesuatu hal yang sangat keliru yakni kerja intelejen seharusnya melindungi akun warga negara. Pertanyaannya kenapa harus dilindungi kalau yang bersangkutan sendiri tak melapor atas tindakan kriminal dan sebagainya.
Kasus UAS ini mirip kasus Rizieq Shihab. Firza Husein juga kerap berfoto bersama istri Rizieq, tapi kenapa bisa kecolongan chat mesum sampai berkirim foto bugil seperti itu? Jadi kalau ada suami Diana Tabrani yang senantiasa menemani saat bersama UAS, tidak berarti kalau keduanya tak berselingkuh.
Meski cara menguaknya berbeda, yang satu dari ponsel Firza dan satunya lewat akun lama Said Didu, tapi kebenarannya masih dimungkinkan.
Sebelumnya Jimly Asshiddiqie mengatakan kalau video Rizieq Shihab direkayasa. Benarkah? Sebelum kejadian itu, HP Firza Husein disita kepolisian terkait kasus makar. Setelahnya beredar video foto percakapan wa antara Firza Husein dan Rzieq Shihab terkait pornografi. Siapa yang menyebarkan? Hanya kepolisian dan Tuhan yang tahu. Tapi, keaslian video tak bisa dibantah bahwa memang Firza Husein dan Rizieq Shihab melakukan aksi pornografi yang dikutuk hukum dan agama.
Berkaca di kasus Ariel Noah di mana FPI yang menuntut pelaku pornografi dituntut penjara, seharusnya mereka juga menuntut Habib Rizieq dipenjara. Meski Ariel Noah waktu itu berdalih untuk koleksi pribadi seperti Firza Husein yang sengaja menyimpan rekaman chat mesum untuk konsumsi pribadi.
Berkaca dari kasus Rizieq, UAS juga bisa jadi berselingkuh dengan Diana yang kebenarannya diungkap lewat cara meretas akun orang. Kita tutup mata dengan penyebarnya seperti kasus pornografi Ariel Noah. Kalau dari kasus sebelumnya Ariel diminta dipenjara, maka Rizieq Shihab sepulang ke Indonesia bisa langsung dijebloskan ke penjara.
Bagaimana dengan UAS? Sejauh ini dia masih tutup mulut dengan isu perselingkuhan. Berbeda dengan isu penghinaan salib, penghinaan rasulullah dan sebagainya di mana ia langsung klarifikasi. Jadi, keanehan sikap UAS makin meyakinkan kalau ada orang ketiga seperti yang diungkap akun retasan. Soal motifnya untuk alat kemenangan Prabowo di laga pilpres silam, biar foto berbicara.
Berikut fotonya bersama Fadli Zon saat melaporkan kasus Neno Warisman: Article
Berikut ss akun Said Didu yang diretas: Article
Article
Terlihat kebersamaan Diana dengan tokoh Gerindra. Apakah kedekatannya dengan UAS ada hubungannya dengan partai ini untuk pilpres 2019 silam? Kita tunggu klarifikasi UAS langsung. Apalagi disitu disebutkan ada mahar milyaran rupiah. Karena iman seseorang memang diuji dengan harta, tahta dan wanita. Kalau percerainnya baru terjadi sekarang, mungkin untuk menghindari polemik pasca pilpres. Tapi dari isu yang beredar kalau UAS jarang menafkahi dzohir, patut dicurigai kalau memang ada orang ketiga.
Begitulah kura-kura.
Referensi:
https://riausky.com/mobile/detailberita/37497/ungkap-sosok-dokter-diana-tabrani-ustad-zulkarnain-pertanyakan-kerja-tim-cyber-negara%C2%A0.html
Sumber Opini : https://seword.com/umum/terungkap-sosok-orang-ketiga-penyebab-retaknya-juhVAjurr5

Menang Banyak, Terkuak Ada Anggota TGUPP Rangkap Jabatan

Menang Banyak, Terkuak Ada Anggota TGUPP Rangkap Jabatan
Pasang badan Anies Baswedan Gubernur DKI Jakarta untuk Tim Gubernur untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) nggak perlu disangsikan lagi. Sangking “berbaktinya” Anies kepada mantan tim suksesnya, cuek bebek ngotot, nggak tahu malu anggaran untuk TGUPP terus naik setiap tahunnya. Lihat saja angka fantastis senilai Rp 19,8 miliar yang diperjuangkan Anies untuk APBD 2020 bro! Masa bodo, bukan duit sendiri, Anies samasekali nggak ngotot memperbaiki kinerja “dayang-dayangnya” itu.
"Kalau Dinas, memang mereka punya programnya, kalau ini (TGUPP) adalah pada pengendalian pelaksanaan program. Ketika pelaksanaan program itu berjalan baik, artinya fungsi-fungsi itu berjalan, karena memang ini adalah delivery unit," ujar Anies di Gedung DPRD DKI Jakarta, Rabu (4/12/2019). Dikutip dari: megapolitan.kompas.com
Hahah…nggak terima, sekaligus nggak nyambung tanggapan Anies ketika TGUPP dikritik oleh beberapa fraksi DPRD DKI. Berusaha menjabarkan bawah TGUPP berfungsi memastikan kegiatan strategis daerah terlaksana, serapan anggaran sesuai target, dan program-program Pemprov DKI terlaksana.
"Itu adalah hasil kerja pengawasan internal monitoring program. Jadi begitu Anda melihat serapan kami terkendali dengan baik, itulah hasil kerja," kata Anies. Dikutip dari: megapolitan.kompas.com
Ok deh kalau begitu Bung Anies, tetapi nggak tahu kebetulan atau ketahuan nih. Ternyata pada Rapat Kerja Komisi E DPRD DK terungkap ada satu anggota TGUPP bernama Haryadi juga merangkap tugas di lingkungan Dinas Kesehatan (Dinkes) sebagai anggota Dewan Pengawas Rumah Sakit Umum Daerah. Ini terjadi ketika Ketua Komisi E DKI Jakarta Iman Satria sedang membahas anggaran untuk gaji dan operasional anggota Dewan Pengawas tersebut.
Yup, diketahui Dinkes memasukkan anggaran untuk dewan pengawas dalam BLUD RS Koja sebesar Rp 211, 261,548. Anggaran ini disebut merupakan anggaran iuran yang dilakukan oleh 7 rumah sakit, namun memiliki besaran yang berbeda di setiap rumah sakitnya
Ehhmmm…galau nih. Apakah warga Jakarta harus bilang wow…atau harus bilang waduh. Entahlah…karena Ketua Komisi E DKI Jakarta Iman Satria saja bingung. Wkwk….
"Haryadi yang TGUPP?" Tanya anggota Komisi E DPRD DKI Jakarta Rani Mauliani.
"Iya Pak Haryadi, TGUPP," jawab Wakil Kepala Dinas Kesehatan Khafifah Any saat menjawab pertanyaan Rani.
Sedikit mengenai keberadaan Dewan Pengawas Rumah Sakit sendiri sesuai Pergub Nomor 266 tahun 2016 yang ditandatangani Basuki Tjahaja Purnama (Ahok), dan diatur Kementerian Dalam Negeri, Kementerian Keuangan, dan Kementerian Kesehatan.
Anggota Dewan Pengawas Rumah Sakit Umum Daerah terdiri dari lima orang dengan rincian tiga orang professional dan dua masing-masing dari Dinas Kesehatan dan Badan Pengelola Keuangan. Sedangkan fungsinya sebagai pengawas khususnya keuangan Badan Layanan Umum Daerah (BLUD) rumah sakit agar maksimal.
Nah, yang jadi pertanyaan adalah memangnya secara hukum TGUPP dibolehkan rangkap jabatan?
"Nah nanti kita mau selidiki, mau cari fakta hukumnya," ujar Ketua Komisi E DKI Jakarta Iman Satria, di DPRD DKI Jakarta, Jalan Kebon Sirih, Jakarta Pusat, Minggu (8/12/2019). Dikutip dari: detik.com
"Menurut saya nggak boleh, karena TGUPP ini dapat dari APBD," kata Iman. Dikutip dari: detik.com
"Kalau zaman Ahok kan dia pakai kantong pribadi, jadi rasional, kalau ini harusnya nggak boleh, saya yakin nggak boleh," tuturnya. Dikutip dari: detik.com
Kebingungan, dan pernyataan sama juga diberikan anggota komisi E lainnya, Yudha mempertanyakan dasar hukum terkait gaji yang diterima Haryadi karena memiliki dua jabatan.
"Maksudnya gaji dobel satu TGUPP, satu Dewas, apa boleh secara hukum?" ujar Yudha
Melihat kebelakang TGUPP Anies ini beda bangetlah dalam segalanya dengan TGUPP versi Ahok. Dilihat dari jumlah Ahok hanya membutuhkan enam orang sebagai staf khususnya, sedangkan Anies sampai puluhan orang. Konyolnya, jumlah yang banyak ternyata menghabiskan uang saja, karena hasilnya NOL, dibandingkan TGUPP versi Ahok yang terbukti kerja. Ini belum kita bicara soal gaji, kalau Ahok menggaji dari kantong sendiri dengan dana opersionilnya, sedangkan Anies menggunakan APBD, alias uang rakyat. Tragisnya, anggaran TGUPP yang miliar itu habis begitu saja tanpa transparasi, apalagi pertanggungjawaban.
Ngakak wae penulis, entah Anies yang lihai atau entah beribu satu macam alasan. Mikir saja masing-masing biar pintar! Logikanya, apakah rangkap jabatan tidak akan memicu konflik kepentingan nanti?
Rekam jejak juga mencatat di masa Anies-Sandi TGUPP pernah kedapatan ada tiga hingga empat orang yang rangkap jabatan, dan diminta mundur salah satunya. Adapun aturan mengenai ini jelas tertuang dalam pasal 17 UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik menegaskan, pelaksana pelayanan publik dilarang merangkap jabatan.
Fakta dilansir dari tempo.com menurut Khofifah, Haryadi telah lebih dulu menjadi anggota Dewan Pengawas Rumah Sakit Umum Daerah ketimbang di TGUPP. Disebutnya berada di struktur Dewan Pengawas Rumah Sakit sesuai Keputusan Gubernur DKI Nomor 2247 Tahun 2016 yang berlaku sejak Oktober 2016. Lalu pada Maret 2018, nama Hariadi masuk dalam struktur TGUPP bentukan Anies.
Nah, sekarang pikir deh, kok enak banget Haryadi dapat gaji dari kanan kiri ok nih. Heheh…. Terus, apa iya Anies Baswedan nggak tahu Haryadi anggota Dewan Pengawas Rumah Sakit Umum Daerah? Kalau nggak tahu, kok ngeri banget sebagai gubernur Anies main comot orang aja masuk timnya. Terus seandainya tahu, apa dasar hukumnya hingga membolehkan Haryadi? Kocak, karena Ketua DPRD DKI saja bingung kok.
Penasaran, kira-kira komentar “kocak” apa lagi yang akan dipakai Anies untuk menangkis ee…kamu ketahuan, demi membela “cheerleader” alias TGUPP Anies. Hipp….horay…hipp…hipp..horayy…
Artikel mpok lainnya bisa dinikmati di @mpokdesy
Sumber: https://megapolitan.kompas.com/read/2019/12/04/20133851/terus-dikritik-ini-kata-anies-tentang-hasil-kerja-tgupp https://news.detik.com/berita/d-4814765/dprd-dki-akan-selidiki-anggota-tgupp-yang-rangkap-jabatan-di-dinkes https://metro.tempo.co/read/1281521/terungkap-rangkap-jabatan-satu-anggota-tgupp-anies-baswedan
Ilustrasi: mediaindonesia.com
Sumber Opini : https://seword.com/umum/menang-banyak-terkuak-ada-anggota-tgupp-rangkap-qoaYan6pco
Re-post by MigoBerita / Senin/09122019/10.15Wita/Bjm

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya