Dina Sulaeman: Kenapa Pemerintah RI Tak Dukung Uighur Tapi Dukung Rohingya-Palestina?
Jakarta – Pengamat Timur Tengah dan yang intens mengamatai masalah radikalisme dan terorisme Dina Sulaeman dalam akun fanpage facebooknya
mengungkap sebuah fakta yang cukup mengejutkan tentang kenapa
pemerintah Indonesia tidak mendukung Uighur tapi intens mendukung
Rohingya dan Palestina, ini penjelasannya:
Sebuah “iklan” berbayar (sponsored)
lembaga pengepul donasi untuk Uighur melintas di beranda. Berbeda dari
sebelumnya, kini lembaga itu menyebutkan dengan jelas, bahwa bantuan
selimut dan pangan akan diberikan kepada pengungsi Uighur di Kayseri,
Turki.
Baca: Wartawan Turki Ungkap Isu Kamp Penyiksaan di Uighur Adalah Propaganda Teroris
Nah, gitu dong, terus-terang saja, bahwa
bantuan itu akan diantar ke Turki. Saya baru dengar nama Kayseri, dan
dengan sedikit google ketemulah foto ini.
Foto ini adalah kompleks apartemen yang
disediakan pemerintah Turki untuk menampung para pengungsi Uighur,
lokasinya di Kayseri, sekitar 11 jam naik bis dari Istanbul.
Dari foto ini ada beberapa hal yang bisa kita cermati:
- Judul: “Anggota minoritas Muslim terbesar di Cina membuat rumah baru di Turki”. Faktanya, ada 10 etnis di China yang beragama Islam, saya urutkan dari yang populasinya paling banyak: suku Hui, Uighur, Kazakh, Dongxiang, Kyrgyz, Salar, Tajik, Uzbek, Bonan dan Tatar. Jumlah total mereka 22 juta orang, atau sekitar 1,6% dari total populasi China.
- Ini adalah foto tahun 2015, saat ISIS masih “jaya”. ISIS membutuhkan pasukan dan ‘warga negara’ lebih banyak di “Islamic State”-nya. Di saat yang sama, Erdogan sangat ingin Assad terguling. Saat itu, kebijakan Turki adalah membuka pintu untuk kaum Uighur. Itulah sebabnya, mereka dengan mudah dapat visa dan secara legal masuk Turki, diberi tempat tinggal pula.
- Menurut reportase AP tahun 2017 (tapi menceritakan kejadian tahun 2015), begitu orang-orang Uighur itu sampai bandara Istanbul, sudah ada aktivis Uighur menanti dengan 3 bis kosong, untuk membawa mereka ke Kayseri. Namun di saat yang sama, juga ada 20 Uighur perekrut ISIS yang menunggu, mereka menjanjikan uang, pekerjaan, dan tempat tinggal, di Suriah. Sebagian besar mau menerima bujukan perekrut ISIS itu. Sumber: (Eksklusif AP: Uighur Tiongkok bekerja untuk menangkis jihad)
Saya menduga, derasnya arus Uighur
keluar dari Xinjiang pada masa itu ada kaitannya dengan rekrutmen milisi
ini. Tahun-tahun tersebut, propaganda ISIS sangat luar biasa:
menjanjikan “negeri Islami” yang sangat nyaman buat kaum Muslim. Di
laporan lain diceritakan bahwa orang-orang Uighur itu membayar mahal
makelar yang berjanji akan membawa mereka ke Turki. Ada makelar yang
benar-benar mengantar mereka ke Turki, ada yang nyasar dulu ke berbagai
negara, termasuk tewas di perjalanan.
Ada sebuah keluarga (terdiri 20 orang)
Indonesia yang juga termakan propaganda jenis ini. Mereka hidup nyaman
di Indonesia, tapi kemudian menjual segala harta bendanya untuk bisa
berangkat ke kekhalifahan ISIS di Raqqa Suriah. Ujungnya, menyesal, dan
minta bantuan pemerintah untuk pulang. (17 Pengikut ISIS asal Indonesia Dipulangkan dari Suriah)
- Tahun 2019, sudah mulai ada upaya deportasi pengungsi Uighur dari Turki. (Pengungsi Uighur di Turki khawatir mereka akan dikirim kembali ke Cina) Mengapa? Kemungkinan besar, karena Turki lebih mementingkan hubungan ekonominya dengan China. Selain itu, perang Suriah sudah hampir usai. Yang tersisa adalah masalah besar: ada 18.000 milisi “jihad” asal Uighur tertahan di Idlib. Mereka tidak mau pulang ke China. (18.000 al-Qaeda Uighur di Suriah)
“Pulang” ke Turki? Erdogan tidak cukup
gila untuk mau menampung 18.000 eks Al Qaida/ISIS. Siapa yang mau kasih
makan dan pekerjaan untuk mereka di Turki? Jelas ini adalah efek perang
yang tidak diduga oleh Erdogan. Dia dulu mengira, Assad akan terguling
dengan cepat, sehingga sebanyak apapun Al Qaida/ISIS yang ia bantu
rekrut dan ia biarkan lalu-lalang di perbatasan Turki-Suriah, mereka
akan tetap di Suriah, tidak akan muncul masalah “pulangnya kemana?”
- Bagaimana kondisi para pengungsi Uighur di Turki? Seperti dilaporkan AP [2], meskipun Turki menerima pengungsi Uighur dan memberi tempat tinggal, mereka tetap kesulitan bekerja atau sekolah. Jika paspor China mereka habis, otomatis mereka tidak punya kewarganegaraan (stateless) dan Turki juga tidak mau kasih kewarganegaraan.
Jadi, ya, dari sisi ini memang mereka
menderita, di TURKI. Yang jelas, status resmi mereka adalah warga China
dan sebenarnya China mau menerima mereka kembali asal masuk ke kamp
deradikalisasi dulu (sebagaimana eks-ISIS yang pulang ke Indonesia pun
menjalani program deradikalisasi).
- Apakah pemerintah Indonesia bisa membantu mereka? Di foto terlihat 2 bendera. Yang merah adalah bendera Turki. Yang biru adalah bendera East Turkestan. Artinya, ini adalah sebuah gerakan separatisme (pemisahan diri dari sebuah negara berdaulat). Pemerintah Indonesia jelas tidak bisa ikut campur membantu sebuah gerakan separatis. Analoginya, seperti gerakan Papua Merdeka, Indonesia juga melawan (secara diplomatik) saat ada negara-negara lain membiayai dan mendukung gerakan separatisme tersebut.
Kasus ini berbeda dari Rohingya. Justru
orang Rohingya ingin diakui sebagai warga Myanmar (dan mendapatkan
hak-hak sebagai warga negara), tapi pemerintah Myanmar menolak. Jadi
Rohingya bukan gerakan separatis dan Indonesia berperan sangat aktif
membantu penyelesaian kasus ini. Juga berbeda dengan kasus Palestina,
yang jelas dijajah oleh Israel. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/opini/118064/23/12/2019/dina-sulaeman-kenapa-pemerintah-ri-tak-dukung-uighur-tapi-dukung-rohingya-palestina/
4 Kejanggalan Donasi ACT-UII Soal Penggalangan Dana Peduli Uyghur
Jakarta – Inilah 4 kejanggalan soal donasi peduli Uyghur yang digagas oleh Sebuah NGO Aksi Cepat Tanggap (ACT)
yang bergabung dengan Universitas Islam Indonesia, seperti kita ketahui
bersama ACT juga sempat bermasalah dalam mengirim bantuan ke Suriah,
bahkan terindikasi membantu para militan disana, Siapa Suku Uyghur ini
hingga ACT dan UII melakukan penggalangan donasi?, kita jadi
bertanya-tanya kembali, simak artikel berikut ini:
Beredar e-poster di jejaring medsos,
berjudul “UII Peduli Uighur”. Seruannya: “Mari bergabung bersama UII dan
Aksi Cepat Tanggap guna menyalurkan bantuan terbaikmu untuk Muslim
Uighur.” No rekening UII atau Universitas Islam Indonesia pun
dicantumkan di e-poster itu. Pertanyaannya: apakah Bapak Rektor UII yang
terhormat, Bapak Fathul Wahid, S.T., M.Sc., Ph.D, tidak mengetahui
adanya kejanggalan dalam aksi penggalangan dana ini?.
<span
data-mce-type="bookmark" style="display: inline-block; width: 0px;
overflow: hidden; line-height: 0;"
class="mce_SELRES_start"></span>Videonya klik disini : https://youtu.be/VEAaGIfzIFs
Baca: Adakah Hubungan Intim ‘Antara Bukalapak dengan ACT, HTI, Suriah dan Bachtiar Nasir’?
Kejanggalan Pertama,
menurut banyak media mainstream, kaum Muslim Uighur sebanyak satu juta
orang ditahan di kamp, dan mereka mengalami penyiksaan dan larangan
untuk beribadah.
Jadi kalau bantuan itu digalang,
diberikan kepada siapakah? Kepada yang sedang ditawan di kamp? Tentu
tidak mungkin. Bukankah kata ACT di web mereka, “Sedikitnya ada 101
fasilitas keamanan tingkat tinggi yang terdeteksi di Xinjiang…fasilitas
itu tertutup, raksasa, punya pagar besi dan beton, dan punya menara
pemantau untuk mengontrol pergerakan siapapun di dalamnya.” Atau, kepada
keluarganya? Ini juga tidak mungkin, karena kata ACT di web resmi
mereka, “Warga Uighur tidak bebas ber-Islam, pakai janggut tidak boleh,
puasa tidak boleh, berdoa dan bersujud di masjid tidak boleh”. Artinya,
ada polisi atau CCTV ada di segala penjuru Xinjiang untuk mengawasi kan?
Bagaimana bisa bantuan asing masuk kalau dimana-mana ada polisi dan
CCTV, seperti disimpulkan dari cerita ACT itu?.
Baca: Sekjen Alsyami Komentari Perselingkuhan ‘Bukalapak dan ACT’ Soal Donasi Suriah
Kejanggalan Kedua, bukankah
yang jadi isu “kaum Muslim Uighur dibatasi dalam ber-Islam”? Lalu, dana
bantuannya untuk apa? Kalau mereka diberi baju dan makanan, apa mereka
jadi bebas ber-Islam? Kalau diberi uang, apa mereka jadi bebas
berjanggut lagi? Kalau kita lihat iklan ACT di Kitabisa.com totalnya
mencapai milyaran rupiah, ACT mengatakan: “Bantu Pengungsi Uighur
Bertahan di Musim Dingin; Muslim Uighur krisis silent dan pangan.”
Pertanyaannya: pengungsi Uighur itu ada dimana? Kami sudah lacak di
google, yang disebut pengungsi Uighur itu banyak yang tinggal di Turki,
dan di berbagai negara Barat, bukan tinggal di tenda-tenda ala korban
perang. Tetapi mereka yang secara resmi (dengan paspor) pergi ke negara
lain untuk mencari penghidupan yang lebih baik. (sumber:https://www.france24.com/en/20190812-chinese-uighur-refugee-fears-deportation-turkey )
Jadi, mau diberikan kepada siapa makanan dan selimut itu?
Kejanggalan Ketiga, Di
akun FB UII, disebutkan “Mari bergabung bersama UII & Aksi Cepat
Tanggap (ACT) untuk memberikan bantuan terbaik bagi saudara kita yang
tengah berjuang melawan kejamnya penindasan dan kekerasan di Xinjiang,
China dengan berdonasi melalui rekening …” Apakah ini artinya dananya
diberikan kepada “pejuang politik”? Siapa? Yang banyak diberitakan,
“juru bicara” Uighur di dunia internasional adalah World Uyghur Congress
(WUC). WUC diciptakan oleh CIA pada era Perang Dingin. WUC inilah yang
sering diwawancarai dan dikutip media Barat. WUC kini berkantor pusat di
Munich, Jerman dan mendapat dukungan dari berbagai negara Eropa.
Tanggal 7-10 Desember 2019 lalu, Presiden WUC, Dolkun Isa bertemu dengan
orang-orang penting, termasuk anggota Parlemen Uni Eropa. Asal tau saja,
18.000 Al Qaida- Uighur saat ini mendapat suplai makanan dari LSM
Jerman dan Prancis (https://www.voltairenet.org/article208556.html) Atau
artinya, diberikan kepada pejuang bersenjata? Rekam jejak digital ACT
menunjukkan bahwa ACT dalam berbagai acara penggalangan dana Suriah
menggunakan bendera FSA, yaitu oposisi Suriah yang angkat senjata,
alias, teroris juga. Di berbagai perang, FSA terbukti kerjasama dengan
Al Qaida, bahkan ISIS.
Baca: Dina Sulaeman: Tentang Bukalapak dan ACT ‘Pro Pemberontak Suriah’
Nah, orang-orang Uighur ini juga sangat
banyak yang bergabung dengan kelompok teroris di Suriah. Saat ini,
diperkirakan ada 18.000 orang anggota Al Qaida asal Uighur yang masih
tertahan di Idlib, Suriah. Mau pulang ke China, takut. Mau pindah ke
Turki, Erdogan tidak mau terima. (sumber: https://www.voltairenet.org/article202535.html) Apakah yang disebut “pengungsi” adalah mereka ini dan dana yang terkumpul akan diberikan kepada mereka?
Kejanggalan Keempat,
pemerintah China secara tegas menolak tuduhan ada kamp penahanan dan
penyiksaan kepada Muslim Uighur. Artinya mereka pasti menolak
mentah-mentah masuknya bantuan itu ke wilayah China; atau apalagi bila
diberikan ke “pengungsi” Uighur di Suriah (alias Al Qaida). Pemerintah
Indonesia juga tidak akan merestui tindakan kelompok masyarakat yang
melanggar kedaulatan negara lain. Jadi apakah UII sebagai sebuah
universitas besar dan terhormat mau nekad melakukan pelanggaran
diplomatik? Wallahu a’lam. Silahkan dijawab oleh ACT. Harapan kami
kepada Rektor UII, pertanyaan kami juga Anda pertanyakan sehingga Anda
bisa meninjau ulang kerjasama Anda dengan ACT. Sekian. Terimakasih.
(ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/opini/117783/20/12/2019/4-kejanggalan-donasi-act-uii-soal-penggalangan-dana-peduli-uyghur/
Yusuf Muhammad: Waspada! Kelompok Khilafah Tunggangi Isu Uighur
Surabaya – Pegiat medsos Yusuf Muhammad menjelaskan dalam akun fanpage
facebooknya bagaimana kelompok Khilafah dan Kadrun Indonesia
memanfaatkan Isu Uyghur untuk mencari simpati umat muslim Indonesia,
Yusuf mewanti-wanti rakyat untuk tak tertipu seruan mereka.
Gerombolan “kadrun” mulai memprovokasi umat muslim di Indonesia terkait Uighur.
Mereka memaksa umat muslim di Indonesia agar mau bela muslim Uighur
untuk kepentingan mereka. Padahal, ketika penduduk muslim Yaman dihujani
bom dan digempur oleh pasukan koalisi Saudi hingga ribuan yang
meninggal, mereka bungkam tak peduli.
Baca: Denny Siregar: Isu Uighur Propaganda AS dan Kadrun Indonesia Serang NU-Muhammadiyah
Jika benar mereka menyuarakan soal pembelaan terhadap sesama muslim, maka pertanyaannya:
Apakah penduduk Yaman yang dibunuh itu
bukan muslim? kenapa mereka tak pernah bersuara keras soal penindasan
Saudi dan koalisinya terhadap penduduk Yaman?
Jawabannya cukup simpel. Semua itu
karena tak ada value dan keuntungan bagi kelompok mereka. Jadi, kalau di
Indonesia ada gerakan save Palestine, Save Rohingya, save Suriah dan
save Uighur, semua itu dilakukan karena ada kepentingan, bukan murni bela islam.
Baca: 22 Negara Desak China Hentikan Pelanggaran ke Muslim Uighur, Tidak Ada Nama Turki-Saudi
Jadi, meskipun ada sesama muslim yang
jadi korban, seperti di Yaman, tapi jika tak ada value atau keuntungan
bagi kelompok mereka ya cuek aja. Siapa lu!
Kelompok mereka ini memang spesialis penunggang gelap.
Mereka melakukan propaganda dan
menunggangi kasus etnis Uighur yang kemudian dikaitkan dengan sentimen
agama. Hal ini membuat kita semakin mudah untuk menerka ke mana afiliasi
mereka.
Dan jawabannya tentu khilafah solusinya.
Jadi, saya ingin sampaikan maaf, ya.
Propaganda mereka yang dibantu pihak asing itu tidak akan mempan
pengaruhi nalar kami yang masih waras!
Baca: Dina Sulaeman: Kupas Tuntas Propaganda Berita Miring Uighur
Buat netizen yang masih awam soal
Uighur, waspada jangan terpengaruh gombalan mereka. Jangan mau
diprovokasi oleh mereka karena adanya sentimen agama. Ingat, saudara
sebangsa kita masih banyak yang harus dipedulikan. Bahkan saudara seiman
kita juga masih banyak yang harus kita bantu di negeri ini.
Coba cek akun-akun yang mengglorifikasi
soal Uighur ini. Mereka rata-rata adalah kelompok intoleran, tapi suka
menuntut keadilan dan anti terhadap pemerintah. Mereka memprovokasi
mengajak umat muslim di sini untuk melihat masalah di China, tapi soal
intoleransi di negeri sendiri mereka tak pernah peduli.
Baca: 109 warga Uighur yang Ingin Gabung ISIS Dideportasi dari Thailand
Jadi, mari bijak dalam berfikir dan
bersikap. Jangan nyandak yang jauh di luar sana yang mungkin kita
sendiri belum jelas dan paham duduk perkaranya. Mending kita urus yang
di sekitar kita saja.
Kalau peduli dengan muslim uighur,
mending langsung berangkat ke China saja, kan Dubes China sudah mengajak
rakyat Indonesia untuk melihat langsung kondisi muslim Uighur di sana.
Jadi, jangan cuma bisa memprovokasi umat
muslim di Indonesia, tapi giliran diajak ke China menolak dengan
berbagai alasan. Ayo, drun. Saatnya buktikan! Minggat sana ke China.
Jangan balik lagi ke Indonesia. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/opini/117633/19/12/2019/yusuf-muhammad-waspada-kelompok-khilafah-tunggangi-isu-uighur/
Dina Sulaeman: Kupas Tuntas Propaganda Berita Miring Uighur
Jakarta – Pengamat Timur Tengah dan Radikalisme, Dina Sulaeman di akun facebooknya
membuat sebuah tulisan menarik bagaimana berita miring tentang Uighur,
propaganda warga Muslim terdholimi oleh pemerintah China adalah sebuah
siasat membahayakan bagi negeri ini yang disuarakan oleh
kelompok-kelompok pembenci pemerintah RI, inilah cara mereka mencari
simpati masyarakat dengan menampilkan info-info sesat tentang Uighur,
bahkan tagar #WeStandWithUyghur menjadi trending topik di twitter.
Menurut Pengamat, diantara sedemikian
derasnya informasi soal Uighur, memang bagi sebagian orang sulit untuk
percaya pada informasi bantahan “kaum Muslim di Uighur baik-baik saja”.
Informasi yang tersebar terlihat sangat meyakinkan. Saya tidak punya
info apapun yang bisa membantah berbagai foto dan video yang tersebar,
karena saya tidak melakukan riset soal ini.
Baca: Eko Kuntadhi Bongkar Fakta Dibalik Isu Uighur
Kondisinya berbeda dengan kasus Suriah,
dimana hoax sangat mudah terbongkar: tidak ada satupun foto
berdarah-darah yang diklaim sebagai “korban pembantaian Assad” terbukti
benar. Hanya dengan cara mudah: masukkan foto itu ke google image, akan
segera ditemukan bahwa foto itu adalah korban kejahatan Israel di Gaza,
korban kejahatan tentara AS di Irak, korban tabrakan di Turki, korban
gempa bumi di Azerbaijan, atau foto kursi kuno di museum [diklaim
sebagai kursi listrik dimana orang Sunni dibunuh Assad], dll.
Kondisinya beda dengan kasus Suriah,
dulu itu para netizen anti-perang dari berbagai negara gotong-royong
memverifikasi foto dan video tersebut. Apa saja hoax yang disebar White
Helmets, segera muncul tanggapannya disertai bukti/argumen tak
terbantahkan untuk menunjukkan bahwa itu foto/video hoax. Tapi yang
sudah banyak dibongkar pun, sebagian orang tetap saja tak mau terima.
Baca: Dubes China Bahas Muslim Uighur dengan Ketum PBNU KH Said Aqil Siradj
Entah mengapa kini para netizen pro
China tak banyak bersuara. Minimalnya, kalau betul ini hoax, kalian
seharusnya menerjemahkan video-video yang memberi klarifikasi. Ini sama
seperti dulu, awalnya, mahasiswa-mahasiswa Indonesia (padahal Aswaja) di
Suriah juga cenderung diam. Awalnya, kami para netizen antiperang yang
babak belur jadi ‘minoritas’ melawan suara mainstream dan biasanya
sering diserang dengan ejekan: emang kalian pernah ke Suriah??
Sekarang, kemana mahasiswa-mahasiswa
Muslim Indonesia di China? Suara kalian tentu lebih kuat memberikan
testimoni seperti apa kondisi disana. Toh situasi di Indonesia sudah
berubah dibanding sebelumnya. Jadi, speak up lah, ga usah takut dibully.
Bagaimana dengan saya? Yang jelas, saya
tidak bisa memastikan: apakah kamp konsentrasi dimana 1 juta Muslim
direpresi itu benar adanya atau tidak. Tapi, saya cenderung skeptis,
karena semua media yang agresif menyuarakan soal Uighur adalah media
yang sama, yang selama 8 tahun perang Suriah berbohong, berbohong, dan
berbohong.
Media yang sama yang dulu juga berbohong
soal “senjata kimia di Irak” yang menjadi alasan untuk invasi militer
AS ke Irak tahun 2003 dan memorakporandakan negeri itu, sampai hari ini.
Baca: Muhammad Zazuli: Isu Rohingya Senjata Baru Kelompok Bumi Datar Serang Jokowi
Lembaga-lembaga pro HAM yang melaporkan
soal kamp itu (HRW, Amnesty Intl) adalah lembaga yang membuat berbagai
laporan dengan data yang tidak terverifikasi, menuduh Assad membantai
rakyatnya sendiri (Baca buku Salju di Aleppo).
Jadi, mengapa saya harus langsung
percaya pada semua media dan lembaga HAM yang terbukti bertahun-tahun
berbohong itu? Sekarang media AS (WSJ) dengan liciknya menyeret NU dan
Muhammadiyah ke dalam konflik ini; mereka tuduh NU dan Muhammadiyah
menerima dana dari China sehingga diam soal Uighur.
Saya pernah menulis 2 tulisan soal
Uighur, di situ saya memberikan “petunjuk metodologis” bagaimana cara
menganalisis dan mengkritisi kasus ini, termasuk mengkritisi sumber
berita, yang ternyata terkait dengan NED (ingat cerita saya soal NED?).
(Tentang China dan Uyghur (1–2))
Saran saya, sebaiknya kita tetap
mendengar dari kedua pihak. Kesalahan publik pada masa perang Suriah
adalah menolak mendengar bantahan dari pihak pemerintah Suriah. Narasi
yang tersebarluas hanya dari 1 pihak (pro oposisi/pemberontak). Baru
beberapa tahun terakhir ini saja pada melek dan mendukung tagar #JanganSuriahkanIndonesia.
Untuk Uighur, Anda semua pasti sudah
kenyang membaca dan menonton berbagai video soal “kejahatan” China.
Beberapa hari yll, media China merilis film dokumenter untuk membantah
narasi itu. Silahkan tonton, Anda akan mendapatkan perspektif yang
berbeda.
<span
data-mce-type="bookmark" style="display: inline-block; width: 0px;
overflow: hidden; line-height: 0;"
class="mce_SELRES_start"></span>
klik videonya disini : https://youtu.be/u4cYE6E27_g
Simak juga tulisan seorang mantan pejabat KBRI yang pernah berkunjung ke keluarga Uighur di Xinjiang. (ARN)
PLIN PLAN! Trump Ganti Alasan Pembunuhan Jenderal Soleimani
Washington –
Presiden AS Donald Trump sekali lagi mengganti pembenarannya dalam
memerintahkan pembunuhan Jenderal Qassem Soleimani. Ia mengklaim bahwa
komandan anti-teror terkemuka itu sudah”mengatakan hal-hal buruk tentang
negara kita.”
Saat berbicara di acara penggalangan
dana Partai Republik pada hari Jumat di Mar-a-Lago, Florida, Trump tidak
lagi menyebutkan “ancaman segera” sebagaimana klaim sebelumnya yang
menyebabkan keputusannya memerintahkan pembunuhan Jenderal Soleimani.
Dalam pidatonya yang diadakan di dalam
ballroom berlapis emas di Mar-a-Lago, ia mengklaim bahwa Soleimani
mengatakan hal-hal buruk tentang Amerika Serikat sebelum serangan, yang
menyebabkan keputusannya untuk mengesahkan pembunuhannya.ur Tengah
Pernyataan terakhir Trump itu
bertentangan dengan justifikasi administrasi Trump yang dinyatakan
kepasa publik dalam memerintahkan serangan drone AS, yang telah
mengundang kemarahan internasional.
Pembenaran “ancaman yang akan segera
terjadi” telah digunakan oleh para pejabat AS setelah pembunuhan itu,
tetapi gagal total memberikan bukti untuk klaim mereka.
NBC News melaporkan pada hari Senin
bahwa Trump telah memberikan wewenang kepada militer AS untuk membunuh
Jenderal Soleimani tujuh bulan lalu, yang secara otomatos menggurkan
alasan pembenaran Trump mengenai “ancaman yang akan segera terjadi”.
Soleimani, komandan Pasukan Quds dari
Korps Pengawal Revolusi Islam Iran (IRGC), dan Abu Mahdi al-Muhandis,
komandan kedua dari Mobilisasi Populer Irak (PMU), dibunuh di ibukota
Irak, Baghdad awal 3 Januari
Iran merespons dengan meluncurkan rudal ke pangkalan militer Irak yang menampung pasukan AS.
Trump menceritakan detil pembunuhan yang
ia perintahkan, bermula ketika ia melihat Jendral Iran Soleimani
bertemu dengan pimpinan Hashd al-Shaabi Abu Mahdi Mohandes, namun dalam
sambutannya, dengan konyol Presiden AS itu keliru menyebut bahwa
Jenderal Soleimani bertemu dengan kepala gerakan perlawanan Libanon
Hizbullah di Baghdad.
Trump mengakui juga pada acara penggalangan dana tersebut bahwa pembunuhan Jenderal telah “mengguncang dunia.”
Ia melanjutkan dengan menceritakan
kembali saat mendengarkan pejabat militer AS ketika mereka menyaksikan
serangan dari “kamera yang berjarak bermil-mil di langit.”
“Mereka bersama-sama, Pak,” ujar Trump mengingat ucapan para pejabat militernya.
“Pak, mereka punya dua menit dan 11 detik.
Tidak ada emosi.
“2 menit dan 11 detik untuk hidup, Pak,” Trump menirukan ucapan pejabatnya.
“Mereka di dalam mobil, mereka di dalam
kendaraan lapis baja. Pak, mereka memiliki sekitar satu menit untuk
hidup, Pak. 30 detik. 10, 9, 8 … ‘”
“Lalu tiba-tiba, boom,” lanjut Trump “‘Mereka tewas Pak. Tercerai berai!Analis: Amerika Hack GPS Pesawat Ukraina Hingga Tertembak Iran
AS telah melakukan serangan drone di
beberapa negara. Serangan udara, yang diprakarsai oleh mantan Presiden
AS George W. Bush pada 2004, meningkat di bawah mantan Presiden Barack
Obama.
Organisasi hak asasi manusia seperti
Amnesty International dan Human Rights Watch mengatakan para pejabat AS
melakukan kejahatan perang karena melakukan serangan pesawat tak berawak
dan harus diadili.
Pemimpin Revolusi Islam Ayatollah Seyyed
Ali Khamenei mengatakan, pada Hari Jumat, pembunuhan itu membuat AS
malu karena Washington harus mengakui tindakan “teroris” dan melihat
citranya mendapat pukulan balasan Iran.
“Hari dimana rudal Korps Pengawal
Revolusi Islam menghancurkan pangkalan AS adalah salah satu dari
hari-hari Tuhan. Respons Garda Revolusi merupakan pukulan besar bagi
citra negara adidaya Amerika yang menakutkan,” kata pemimpin itu kepada
sejumalah besar jamaah di Teheran pada hari Jumat.
Iran menggempur dua pangkalan AS di Irak dengan rudal sebagai pembalasan atas pembunuhan Jenderal Soleimani.
“Hari Tuhan berarti melihat tangan Tuhan
dalam suatu peristiwa, hari ketika puluhan juta warga di Iran dan
ratusan ribu di Irak dan beberapa negara lain datang ke jalan-jalan
untuk menghormati darah komandan Pasukan Quds,” ujarnya. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/internasional/amerika/121439/19/01/2020/plin-plan-trump-ganti-alasan-pembunuhan-jenderal-soleimani/
Mantan CIA Benarkan Serangan Cyber AS Penyebab Kecelakaan Pesawat Ukraina
Washington –
Philip M. Giraldi, mantan spesialis anti-terorisme CIA dan perwira
intelijen militer, menulis sebuah artikel, yang diterbitkan oleh
American Herald Tribune Website. Ia membenarkan bahwa serangan cyber AS
pada transponder pesawat Ukraina dan sistem pertahanan Iran menyebabkan
kecelakaan pesawat Ukraina, seperti dikutip media berbahasa Inggris Al-Manar.
Secara rinci, Giraldi mengungkapkan
bahwa operator rudal Iran dilaporkan mengalami “gangguan” yang cukup
besar, sementara transponder pesawat dimatikan dan berhenti
mentransmisikan beberapa menit sebelum rudal diluncurkan.
“Matinya transponder, yang secara
otomatis memberi isyarat kepada operator dan elektronik Tor bahwa
pesawat itu sipil, sebaliknya secara otomatis mengindikasikan bahwa itu
bukan pesawat sipil. Operator, setelah diberi pengarahan khusus tentang
kemungkinan rudal jelajah Amerika, akhirnya memutuskan menembak”.Ukraina
Perlu dicatat bahwa pasukan rudal IRGC
menjatuhkan pesawat Ukraina setelah menembakkan rudal ke pangkalan
militer AS Ain Al-Asad di Irak dalam menanggapi pembunuhan Jenderal
Soleimani, artinya berada dalam kondisi siaga tertinggi. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/fokus/121387/19/01/2020/ada-tangan-amerika-dibalik-kecelakaan-pesawat-ukraina/
Rusia: 6 Jet Tempur F-35 AS di Perbatasan Iran pada Saat Kecelakaan Pesawat Ukraina
Moskow –
Menteri Luar Negeri Rusia Sergei Lavrov mengatakan ada informasi yang
tidak terverifikasi bahwa setidaknya enam jet F-35 Amerika “berada di
wilayah perbatasan Iran” pada saat Iran secara tidak sengaja menembak
jatuh pesawat Ukraina pada minggu lalu.
“Informasi ini belum diverifikasi,
tetapi saya ingin menggarisbawahi kegelisahan yang selalu menyertai
situasi seperti itu,” katanya, pada hari Jumat (17/01/2020), seperti
dilansir Presstv.com.
Baca Juga:
Lavrov menekankan bahwa penting untuk
memahami konteks insiden itu, yang terjadi ketika Iran dalam keadaan
siaga tinggi setelah membalas dendam terhadap pembunuhan Letnan Jenderal
Qassem Soleimani oleh Amerika.
“Ada informasi bahwa Iran mengharapkan
serangan lain dari Amerika Serikat setelah serangan itu tetapi tidak
tahu bagaimana bentuknya,” kata Lavrov.
Menteri luar negeri Rusia menambahkan
bahwa dia tidak berusaha memaafkan siapapun atas insiden tersebut. Pada 8
Januari, pesawat Ukraina jatuh beberapa menit setelah lepas landas di
dekat ibukota, Tehran, saat dalam perjalanan ke Kiev. Insiden itu
menyebabkan kematian 176 orang di dalamnya, kebanyakan dari mereka
adalah warga Iran.Amerika Hack GPS Pesawat Ukraina Hingga Tertembak Iran
Iran pada awalnya mengaitkan kecelakaan
itu dengan kegagalan teknis tetapi akhirnya mengumumkan bahwa pesawat
itu telah dijatuhkan oleh rudal yang ditembakkan karena “human error”
setelah melakukan penyelidikan lebih lanjut.
Bendera merah yang sangat serius
Berbicara pada hari Jumat, Menteri Luar
Negeri Rusia juga mengatakan bahwa jatuhnya pesawat Ukraina yang tragis
menjadi “bendera merah yang sangat serius” yang mengisyaratkan perlunya
“mulai bekerja pada eskalasi dan bukan pada ancaman yang konstan”.
“Peningkatan ketegangan antara Iran dan
Amerika Serikat tidak akan membantu menyelesaikan satu krisis-pun di
kawasan, jika saja karena ketegangan akan meningkat,” katanya.
Lavrov menambahkan bahwa pembunuhan
“Soleimani” yang belum pernah terjadi sebelumnya “merusak dan
mempertanyakan semua norma hukum internasional”.
Menurut pejabat Baghdad, Soleimani
diundang ke Irak sebagai tamu resmi pemerintah ketika ia menjadi target
serangan pesawat tak berawak AS di Bandara Internasional Baghdad. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/internasional/121311/18/01/2020/rusia-6-jet-tempur-f-35-as-di-perbatasan-iran-pada-saat-kecelakaan-pesawat-ukraina/
Kecelakaan Pesawat Ukraina Disetting
Iran – Video 19 detik
yang diterbitkan oleh New York Times pekan lalu, menunjukkan saat misil
Iran mengenai jet penumpang, telah mendorong banyak kecurigaan di media
sosial. Muncul berbagai pertanyaan mengenai ketepatan waktu yang secara
logika tidak mungkin, dan posisi merekam saat yang sangat tepat ketika
pesawat terkena misil.
Selanjutnya, sistem pertahanan udara Iran dalam siaga tinggi yang memungkinkan melakukan serangan balasan ke pasukan AS. Beberapa laporan menunjukkan bahwa radar pertahanan Iran mendeteksi peringatan pesawat tempur musuh yang masuk dan rudal jelajah pada pagi hari tanggal 8 Januari. Tampaknya aneh mengapa pihak berwenang Iran tidak membatalkan semua penerbangan komersial dari Tehran selama periode itu. Mungkin karena pesawat sipil biasanya dapat dibedakan oleh radar dengan sinyal lain dari objek militer
Surat kabar itu memuat berita signkat
pada 9 Januari, sehari setelah pesawat Ukraina dijatuhkan di dekat
Tehran. Judulnya adalah “Video Menunjukkan Pesawat Ukraina Ditembak
jatuh dari Iran”, 176 orang penumpang dan awak di dalamnya tewas. Dua
hari kemudian, militer Iran mengakui bahwa salah satu unit pertahanan
udaranya telah menembak ke arah pesawat dengan keyakinan yang salah
bahwa itu adalah rudal jelajah musuh yang mengancam.
“A smoking gun” adalah bagaimana
jurnalis New York Times Christiaan Triebert menggambarkan video itu
dalam cuitannya. Triebert bekerja di tim investigasi visual dalam surat
kabar tersebut. Dalam tweet yang sama, ia mengucapkan terima kasih atas
“teriakan yang sangat besar” itu kepada warga negara Iran dengan nama
Nariman Gharib, yang memberikan video tersebut kepada NY Times, dan
videografer, yang katanya ingin tetap anonim”.
Videografer anonim itu adalah orang yang
merekam 19 detik video yang memperlihatkan misil mengenai PS752 tak
lama setelah lepas landas dari bandara Tehran Imam Khomenei sekitar
pukul 06:15.
Orang ini, bisa tetap diam (santai)
selama merekam tragedi yang harusnya mengerikan itu, ia justru merekam
sambil merokok, (asap terlihat sebentar melayang di atas layar), berdiri
di pinggiran kota Parand ke arah barat laut. Lokasinya diverifikasi
oleh NY Times menggunakan data satelit.
Serangkaian kebetulan luar biasa dari
sumber NYT itu menimbulkan pertanyaan yang aneh tentang bagaimana
sebuah video amatir itu bisa memiliki detil yang sangat cermat.
Tetapi pertanyaan besar yang diajukan
banyak orang di media sosial adalah mengapa “videografer” ini berdiri di
daerah industri terlantar di luar Tehran sekitar pukul enam pagi dengan
mengarahkan kamera ponselnya ke sebuah sudut yang gelap. langit?
Pesawat itu bahkan hampir tidak terlihat, namun orang yang mengamati
langit itu memiliki kamera yang menyala dan siap untuk merekam sebuah
peristiwa paling dramatis, beberapa detik sebelum peristiwa itu terjadi.
Itu menunjukkan sang perekam sudah mengetahui hal itu sebelumnya.
Kemudian, mengingat bahwa perekam itu
baru saja menyaksikan sesuatu yang mengerikan, maka semakin aneh bahwa
ia bisa tenang dan tidak terguncang. Tidak ada ekspresi kaget yang
terdengar atau bahkan sedikit pun kegelisahan.
Lebih lanjut, ternyata Nariman Gharib,
pria yang menerima video dan diberikan kepada NYT, adalah seorang
pembangkang anti-pemerintah Iran yang tidak tinggal di Iran. Dia dengan
giat mempromosikan perubahan rezim dalam postingan-postingan media
sosialnya.
Christiaan Triebert, pakar video NYT,
yang berkolaborasi erat dengan Gharib untuk menyampaikan kisah itu dalam
beberapa jam setelah kejadian, sebelumnya bekerja sebagai penyelidik
senior di Bellingcat. Bellingcat menyebut dirinya sebuah proyek
jurnalisme investigasi online independen, tetapi banyak kritikus
menuduhnya sebagai media tambahan untuk intelijen militer Barat.
Bellingcat telah menjadi pendukung besar narasi media yang merugikan
pemerintah Rusia dan Suriah atas penembakan MH17 di Ukraina pada tahun
2014 dan serangan senjata kimia.
Dalam penembakan terbaru pesawat Ukraina
di atas Tehran, hubungan yang erat antara seorang videografer anonim
yang ditempatkan secara mencurigakan di lapangan, dan seorang
pembangkang Iran yang hidup di luar negeri, yang kemudian mendapatkan
perhatian khusus dan respons dengan sangat cepat dari NYT, menunjukkan
sebuah level baru orkestrasi, bukan untuk menuntun kita agar percaya
sebuah urutan dari berbagai kejadian acak, lebih menyeramkan lagi,
menunjukkan bahwa insiden yang mengerikan itu sudah direncanakan!
Tampaknya masuk akal untuk berspekulasi
bahwa pada dini hari tanggal 8 Januari sebuah insiden bencana dibuat
untuk terjadi. Penembakan terjadi hanya empat jam setelah Iran menyerang
dua pangkalan militer AS di Irak. Serangan-serangan itu sebagai balas
dendam atas pembunuhan pesawat tak berawak Amerika komandan militer
Iran, Mayor Jenderal Qassem Soleimani pada 3 Januari 2020.
Selanjutnya, sistem pertahanan udara Iran dalam siaga tinggi yang memungkinkan melakukan serangan balasan ke pasukan AS. Beberapa laporan menunjukkan bahwa radar pertahanan Iran mendeteksi peringatan pesawat tempur musuh yang masuk dan rudal jelajah pada pagi hari tanggal 8 Januari. Tampaknya aneh mengapa pihak berwenang Iran tidak membatalkan semua penerbangan komersial dari Tehran selama periode itu. Mungkin karena pesawat sipil biasanya dapat dibedakan oleh radar dengan sinyal lain dari objek militer.
Namun, dengan teknologi peperangan
elektronik (EW) yang telah dikembangkan Amerika Serikat dalam beberapa
tahun terakhir, sangat mungkin bagi radar militer musuh untuk “terkecoh”
oleh benda-benda “hantu”. Salah satu EW yang dikembangkan oleh Pentagon
adalah Miniature Air-Launched Decoy (MALD) yang dapat membuat sinyal
menipu pada sistem radar musuh megenai hulu ledak yang masuk.
Apa yang kita simpulkan adalah bahwa
Amerika mengeksploitasi skenario ambang perang dimana mereka memancing
sistem pertahanan udara Iran untuk menjadi pemicu. Ditengah ketegangan
ini, serangan oleh EW pada radar militer Iran, secara teknis akan layak
untuk mendistorsi data pesawat sipil sebagai target ofensif. Militer
Iran telah mengklaim tragedi ini akibat salah tembak. Tampaknya masuk
akal mengingat Pentagon terbiasa melakukan peperangan elektronik.
Baca Juga:
Kemungkinan lain, meskipun jahat, bahwa
jalur penerbangan keluar dari Tehran sengaja ditempatkan pada posisi
yang sangat berbahaya oleh alat perang elektronik Amerika. Seorang pria
yang ditempatkan di lapangan mencari tahu jadwal penerbangan, waktu lalu
sesuai jadwal, akan berada di lapangan untuk merekam tembakan misil
setelah provokasi.
Direncanakannya penembakan akan
menjelaskan mengapa intelijen Barat begitu cepat untuk dengan yakin
menyatakan apa yang terjadi, bertentangan dengan klaim awal Iran tentang
kegagalan teknis pesawat.
Bencana ini telah sangat merusak citra
pemerintah Iran, baik di dalam negeri maupun di seluruh dunia. Protes
meletus di Iran yang mengecam pihak berwenang dan Islamic Revolutionary
Guards Corp karena “berbohong” tentang kecelakaan itu. Sebagian besar
dari 176 korban adalah warga negara Iran. Kemarahan di jalanan dipicu
oleh komentar publik dari para pemimpin Barat seperti Donald Trump, yang
tidak diragukan lagi melihat keributan dan tuduhan sebagai kesempatan
untuk mendorong lebih keras bagi perubahan rezim di Iran. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/fokus/121010/15/01/2020/kecelakaan-pesawat-ukraina-disetting/
Re-post by MigoBerita / Senin/20012020/18.03Wita/Bjm
1 komentar:
Numpang promo ya gan
kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*