Migo Berita - Banjarmasin - Hari ini hingga Kamis tanggal 2 April 2020, seluruh dunia dan tidak luput Negara kita yang kita cintai INDONESIA telah di "SERANG" virus Corona (dalam berbagai kontroversi dan fakta yang menyebut inilah mungkin usaha Terakhir Amerika cs untuk kuasai dunia bisa di klik disini untuk berita lengkapnya).
Negara kita dan masyarakatnya harus BERSATU untuk menghadapi serangan ini, marilah kita bahu-membahu apapun bentuk politik anda (yang ANTI Jokowi / ANTI Pemerintah dan PENDUKUNG Jokowi / Pemerintah), mari kita bersama bergandeng tangan " Winter is Coming".
Kiat dimasyarakat untuk menghadapi serangan ini :
JANGAN TERMAKAN BERITA HOAX, Tetaplah Mempunyai Pola Hidup Bersih dan Sehat, Cuci tangan, Mandi, jaga jarak, pake masker / penutup muka, bagi yang sakit segera ke puskesmas terdekat dan lain sebagainya, sebagai standar pertama agar Kita, Kamu, Mereka dan Saya "SADAR" bahwa sebenarnya KITA lah sebenarnya garda terdepan menghadapi virus corona / covid19 ini, jangan sampai Tim Medis yang menjadi Garda terakhir kita dalam merawat hingga menyembuhkan harus ditambahkan lagi dengan pasien yang bertambah banyak, hingga nanti garda terakhir kita para Tim Medis semakin sedikit karena terdampak hingga Meninggal.
Kita do'a kan mereka para Tim Medis kita ada yang berhasil menemukan Anti Virus nya (Vaksinny).. semoga.. AMIN.
Inilah beberapa kumpulan artikel yang mungkin bisa jadi lahapan bacaan yang ringan buat kita semua dimanapun kita berada silahkan dibaca :
Azzam M Izzulhaq Sebar Provokasi Bahaya Anti Pemerintah Disaat Wabah Corona
Surabaya – Cuitan akun Twitter @AzzamIzzulhaq pada tanggal 30 Maret 2020:“Mau pakai istilah serumit apa pun. Mau pakai pidato seheroik apapun. Kesimpulannya tetap: “Negara tidak maumengeluarkan anggaran untuk membantu rakyatnya”. Terimakasih. Semoga Allah membinasakan kalian secepatnya. Amin”.
Sebuah cuitan yang tidak pantas diucapkan disaat negara menghadapi wabah Virus Corona, bahasa yang sangat menghina dan bahkan sebuah provokasi keji yang ditujukan kepada pemerintah.
Menurut pegiat medsos Yusuf Muhammad
dalam akun fanpage Facebooknya, Saya heran melihat kelakuan gerombolan
pembenci, makin lama bukannya sadar tapi makin edyan.
Baca Juga:- Lockdown Siasat “Kudeta” HTI kepada Jokowi
- Yusuf Muhammad: Jangan Biarkan TNI Disusupi Simpatisan HTI yang Anti Pemerintah
Negara sudah menyiapkan dana sebesar 405
Triliun, untuk membantu ekonomi rakyat kecil ditengah wabah pandemi
covid-19. Tapi kok masih saja ada yang nyinyir?
Selama pandemi Covid-19, negara juga
gratiskan listrik selama tiga bulan, khusus bagi pelanggan 450 VA.
Sedangkan bagi pelanggan 900 VA mendapat diskon 50 persen. Tapi kenapa
masih banyak yang nyinyir?
Coba perhatikan, para germbolan pembenci
bahkan memerintah Tuhan untuk membinasakan orang yang bersebragan
dengan pandangan mereka. Seakan Tuhan dijadikan ‘bawahan’ yang bisa
seenaknya diperintah untuk menuruti nafsu mereka. Edyann tenan.
Itulah kenapa saya bersyukur tidak
bersama pada barisan mereka, karena di barisan saya saat ini tetap
menganggap Tuhan sebagai dzat yang maha kuasa dan tahu segala urusan di
muka bumi. Tuhan bukan untuk diperintah seperti seenak jidat mereka.
Sedikit cerita, Nabi pernah disuruh mendoakan yang buruk oleh para sahabat, tapi Nabi selalu menolak.
Baca Juga:- Ikut Nabi atau Ikut Khilafah Sesat HTI ala Teroris ISIS dan Al-Qaeda?
- Ahmad Zainul Muttaqin Jawab Kampanye Sesat “Jangan Takut Corona Tapi Takutlah Kapada Allah”
Saat itu Nabi Muhammad SAW dan para
sahabatnya sedang melewati kaum Tsaqif, ada seorang sahabat yang meminta
Nabi Muhammad SAW berdoa agar kaum Tsaqif mendapatkan laknat dari Allah
SWT. Namun, Nabi Muhammad SAW menolak. Nabi Muhammad SAW justru
mendoakan kaum Tsaqif agar mendapatkan hidayah dari Allah SAW.
Nabi Muhammad SAW juga mendoakan kaum
Dus, agar mendapatkan hidayah ketika beliau diminta salah seorang
sahabat untuk melaknat mereka.
Hal yang sama juga dilakukan Nabi
Muhammad SAW ketika usai Perang Uhud. Sebuah peperangan yang berat bagi
pasukan umat Islam karena mereka kalah. Akibatnya, sebagian sahabat
meminta agar Nabi Muhammad SAW melaknat kaum Quraisy. Namun lagi-lagi
Nabi menolaknya.
“Sesungguhnya saya diutus dengan membawa
kasih sayang. Saya tidak diutus sebagai tukang melaknat. Ya Allah
ampunilah kaumku karena mereka tidak mengetahui,” jawab Nabi Muhammad
SAW.
Jadi, sampai sini sudah paham?
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2020/04/azzam-m-izzulhaq-sebar-provokasi-bahaya-anti-pemerintah-disaat-wabah-corona/
Sebar Berita Bohong Soal Darurat Sipil, Muannas Alaidid Akan Polisikan Ali Baharsyah
Jakarta – Muannas Alaidid dalam akun twitternya
mengunggah sebuah video viral diduga bernama Ali Baharsyah seorang
pendukung HTI garis keras yang sering kali memberikan nyinyiran busuk
kepada pemerintah.
Muannas menanggapi cuitan akun twitter @ahmad_subana
“HTI GAK PUNYA OTAK
Pengasong kilapah yg satu ini lebih berbahaya dr corona.
Yg kaya gini harus di karantina dibalik jeruji besi.
Cc @DivHumas_Polri”
Baca Juga:- Provokasi Berbahaya Pendukung Khilafah Albaharsyah Sebut Pancasila Gak Jelas
- Lockdown Siasat “Kudeta” HTI kepada Jokowi
Cuitan Muannas “Video ini viral.
Konten ini masuk dugaan penyebaran berita bohong, Karena darurat sipil
mmg belum berlaku dan diterapkan, yg diambil pemerintah hari ini adalah
OPSI PSBB (Pembatasan Sosial Berskala Besar) bukan Darurat Sipil”.
Bib @muannas_alaidid kalau mau laporkan bedebah ini, saya sdh buatkan thread segala hinaan dan caci maki ke pemerintah.
Di sini: https://twitter.com/narkosun/status/1102485794567016448?s=19 …
Di sini: https://twitter.com/narkosun/status/1102485794567016448?s=19 …
Muannas menjelaskan lebih lanjut bahwa
darurat sipil sejauh ini masih dianggap wacana kalo kemungkinan nanti
ternyata didapati situasi memburuk dan opsi PSBB (Pembatasan Sosial
Berskala Besar) dinilai tidak efektif memutus mata rantai penyebaran
COVID-19 artinya bisa berlaku opsi lain, termasuk ada usulan darurat
militer.
Jadi seolah-olah menanggap saat ini
telah berlaku darurat sipil, ini berita bohong yang menyesatkan publik,
terindikasi hasut dan masuk dalam kualifikasi rumusan delik Pasal 14 dan
15 UU No. 1 Th. 46. Hati-hati.
Baca Juga:- Alm KH. Hasyim Muzadi Pernah Sebut HTI Suatu Saat Akan Bentrok Dengan Negara
- Video Ceramah Provokasi Kudeta dan Perangi Jokowi
Berikut rekam jejak hitam pengasong HTI Ali Baharsyah:
Oleh karena banyaknya desakan dan permintaan netizen agar saya
melaporkan kepihak kepolisian terhadap seorang laki-laki diduga bernama
Ali Baharsyah, insya allah malam ini saya putuskan untuk membawa
kasusnya ke bareskrim polri, semoga ada hikmah bagi kita semua, ujar
Muannas di akun twitternya. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2020/04/sebar-berita-bohong-soal-darurat-sipil-muannas-alaidid-akan-polisikan-ali-baharsyah/
Ayo Anies, Jangan Cuma Bibir yang Bergetar
Jakarta - Anies Baswedan konfrensi pers. Bibirnya bergetar,
bbrrrrr. Ia menyebutkan ada 283 jenazah yang dimakamkan karena Covid-19.
Karena jumlah itulah dia bergetar. Ia ingin menunjukan ketakutan. Jakarta parah,
coy. Yang mati banyak.
Orang kaget. Pasalnya sampai hari ini, menurut data BNPB jumlah
pasien positif Corona yang wafat secara nasional ada 122 orang. Lho, kok Jakarta
nyelonong sendiri menyebutkan angka 283 orang sampai bibirnya bergetar
begitu.
Memang, Anies tidak menyebutkan pasien positif. Ia hanya menyampaikan
orang yang pemakamannya menggunakan protap Covid19.
Tapi untuk apa ia melansir angka itu? Untuk membuat ketakutan publik
makin kuat. Atau untuk membuat publik meragukan data nasional. Sehingga muncul
ketidakpercayaan pada pemerintah pusat.
Kita tahu, bangsa ini suka dengan drama. Gampang terbuai dengan kisah
yang menye-menye. Apalagi sampai bibirnya bergetar segala, kayak HP yang
ringtone-nya mati.
Masalahnya dalam kondisi sekarang, apa perlu main drama? Rakyat
membutuhkan hasil kerja. Bukan drama menye-menye.
Saat ini yang lebih dibutuhkan rakyat adalah kerja yang serius. Kerja
butuh duit. Pemerintah pusat sudah merealokasi anggaran RP158 triliun untuk
mengantisipasi Corona. Selain itu, Menteri Keuangan diperintahkan menahan
pengeluaran yang bisa ditunda sekitar Rp60 triliunan. Semua difokuskan untuk
memerangi wabah ini.
Presiden meminta Pemda-pemda juga ikut melakukan realokasi
anggarannya. Seruan ini bersambut. Pemerintah Jawa Tengah sudah mengalokasikan
Rp1,4 triliunn untuk mengantisipasi problem Covid19. Belum lagi ditambah
anggaran Kabupaten Kota yang berada di Jateng.
Tampaknya besaran anggaran itu akan disesuaikan dengan kebutuhan
masyarakat. Jika dibutuhkan, akan diusahakan penambahan anggaran lagi yang
diambil dari beberapa mata anggaran yang bisa digeser.
Pemda Jabar juga kabarnya sudah bersepakat dengan DPRD Jabar untuk
alokasi sampai Rp18 triliun. Selain membiayai perang terhadap virus, juga untuk
mengantisipasi problem ekonomi masyarakat Jabar.
Sayangnya sampai sekarang Pemda DKI belum melakukan langkah apa-apa
untuk refocusing anggarannya. DKI hanya mengandalkan anggaran bencana Rp153
miliar. Mungkin juga mengandalkan bantuan pemerintah pusat dan donasi dari
masyarakat.
Padahal Ketua DPRD DKI sudah teriak, pemda bisa mengalihkan anggaran
Formula E untuk memerangi wabah ini. Jumlahnya kan bisa sampai Rp1,6 triliun.
Sedangkan dalam hitungan Indonesia Budget Center ada Rp11 triliun anggaran Pemda
DKI yang mestinya bisa dialihkan untuk perang terhadap virus ini.
Jika hanya Rp153 miliar, sementara Jakarta adalah epicentrum
terbesar, mana mungkin bisa serius memerangi wabah. Apalagi sampai
mengantisipasi dampak ekonominya karena sejak lama Jakarta menghentikan kegiatan
kantor.
Kalau ekonomi dihentikan tanpa ada kompensasi bagi masyarakat,
bagaimana publik bisa nurut untuk sosial distancing. Mereka butuh
makan.
Tapi kadang orang salah kira. Siapa yang paling banyak omong dianggap
paling banyak kerja. Padahal kerjanya cuma ngomong sampai bibirnya
bergetar.
Saya sih, simpel. Saat ini ukuran kerja salah satunya dinilai dari
berapa besar anggaran yang dialokasikan. Kalau anggarannya pelit, boro-boro bisa
kerja. Boro-boro bisa mengantisipasi dampak Covid19. Paling hanya cukup untuk
membiayai konfrensi pers doang.
Tapi mungkin, inilah politik anggaran. Seolah-olah paling banyak
kerja. Paling heboh teriak soal wabah. Paling gercap. Tapi gercapnya cuma di
media. Cuma bicara di konfrensi pers. Ketika diminta untuk keluarin duit buat
bertindak riil, dia melengos. Gue yang teriak, lu yang keluarin duit. Begtu
mungkin arahnya.
Kita semua tahu, wabah gak akan hilang cuma dengan konfrensi
pers.
"Iya, ya mas. Masa untuk menghadapi wabah, seorang pemimpin cuma
bibirnya doang yang bergetar. Kantong dan tangannya malah nyantai," celetuk
Kumkum.
Kabar dari Sudut Istana
Jakarta - "Pak,
kita harus lockdown, pak. Masyarakat sudah resah.." begitu kata orang
disekitar Jokowi.
Istana
tegang. Jokowi dihimpit ditengah-tengah. Suara-suara keras diluar meneriakkan
supaya Indonesia menerapkan konsep lockdown seperti di negara-negara maju
Ini situasi
yang kesekian kali Jokowi dihimpit oleh kekuatan besar. Dulu ada gerakan massa,
yang kalau tidak dicarikan jalan keluar, negeri ini akan meledak. Tapi Jokowi
berhasil melaluinya dengan cerdas.
Bukan virus
yang dikhawatirkan Jokowi, tetapi rakyat kecil. Bagaimana mereka makan nanti ?
Kalau mereka
lapar, kerusakan apa yang akan terjadi nanti ? Dia pernah susah, dia tahu
bagaimana rasanya. Negeri ini bisa hancur jika jutaan orang lapar gelap mata.
Sangat mudah ditunggangi.
"Pake UU
Karantina, pak..." Desak seorang pejabat lagi yang ngotot banget pengen
lockdown. Sementara diluar sana, beberapa daerah sudah bermain politik,
melakukan karantina di masing-masing wilayah dan tidak mau berkoordinasi dengan
pusat.
Apa yang akan
kamu lakukan pada situasi terjepit itu? Ibarat makan buah simalakama, semua
keputusan sama buruknya.
Belum cukup,
ibunda tercinta meninggal. Hatinya hancur, tapi dia harus tetap berfikir jernih
dalam situasi genting ini.
Beberapa hari
Jokowi diam. Dia tidak banyak bicara, memikirkan segala sisi, segala
kemungkinan, supaya bisa mendapat keputusan yang tepat. Desakan orang-orang
disampingnya tidak dihiraukan.
Akhirnya,
keputusannya keluar.
"Tidak.
Tidak ada lockdown ataupun karantina wilayah. Keputusan itu akan membuat orang
panik, seperti di India. Mereka akan keluar kota dan pulang ke desa. Di kota
mereka mau kerja apa ? Beban biaya didepan mata, pendapatan tidak ada...
Tidak ada
lockdown.." Katanya tegas.
"Lagian
kalau lockdown atau karantina wilayah, negara akan menanggung dana sangat
besar. Ekonomi kita bisa runtuh. Itu tidak memecahkan masalah. Yang miskin
tambah miskin, yang kelas menengah akan jatuh miskin..."
Dan kita bisa
melihat, bagaimana penerapan keputusan Jokowi. Rakyat kecil yang terdampak yang
dipentingkannya. Bagaimana model pembatasan sosial - bukan lockdown atau
karantina wilayah - yang diutamakan.
Lebih dari
400 triliun rupiah dia keluarkan untuk itu. Uang ini untuk membantu ekonomi
tetap bergerak dengan relaksasi kredit bagi ojol, menjaga usaha kecil sampai
menggratiskan listrik bagi rakyat miskin.
Seandainya
dia pake UU Karantina, maka yang terjadi adalah ketidakadilan, karena semua
warga -tidak perduli kelas sosialnya- akan dapat dana. Itu sama rata, bukan
keadilan sesuai proporsinya. Dengan dana yang ada, dia fokus membantu rakyat
kecil.
Lagi-lagi
Jokowi memainkan caturnya dengan cantik sekali. Dia mampu berkelit dari tekanan
dan keluar sebagai pemenang. Ketenanganya dalam menghadapi badai, sungguh luar
biasa..
Percayalah.
Saya tidak menyesal memilih dia sebagai pemimpin bangsa ini.
Seruput
kopinya?
Sumber Berita : https://www.dennysiregar.id/2020/03/kabar-dari-sudut-istana.html
Aturan Main Lockdown
Jakarta -
Otonomi daerah di negeri ini, ada bagusnya dan juga ada jeleknya.. Bagusnya
adalah daerah masing-masing punya kewenangan dalam menata wilayahnya. Jeleknya
adalah tidak ada koordinasi jelas dengan pemerintah pusat. Kepala daerah seolah
menjadi raja di wilayahnya sendiri, tanpa perlu merasa koordinasi dgn pusat.
Permasalahan
otonomi daerah ini terlihat jelas saat wabah Corona melanda Indonesia..
Beda dengan
China misalnya, yang ketika pusat bilang A semua harus A, di Indonesia tidak
bisa begitu. Ada saja pemerintah daerah yang tidak seiring. Itulah bedanya
demokrasi dan otoriter. Dalam kondisi seperti ini, pemerintahan yang otoriter
menjadi begitu penting, supaya keputusan jadi terpusat.
Ketika pusat
mengumumkan tidak ada Lockdown, ternyata ada beberapa daerah yang mengumumkan
mereka melakukan Lockdown. Mereka mempunyai alasan, UU no 6/2018 dimana daerah
bisa melakukan karantina di wilayahnya.
Permasalahannya,
seberapa butuh sebuah daerah di Lockdown? Apakah hanya karena satu orang
terduga positif Corona, maka satu kota atau wilayah harus Lockdown total?
Ya, tidak
bisa begitu. Keputusan Lockdown atau karantina, tidak boleh berdasarkan emosi
kepala daerahnya saja. Apalagi berdasarkan keputusan politis, untuk menjaga
suara pemilih.
Pertimbangannya
harus melibatkan pusat, karena mengkarantina suatu daerah, harus punya
pertimbangan lain yang melibatkan pusat, misalnya pangan, logistik, keamanan
dan segala macam. Dan itu melibatkan Kementrian untuk mengaturnya.
Memang kalau
misalnya Jakarta Lockdown, terus pusat gak tanggung jawab terhadap masalah
pokok itu? Jelas mereka gak bisa lepas tangan karena keamanan seperti TNI dan
Polri ada ditangan pusat. Belum lalu lintas logistik dan lain-lain.
Nah,
masalahnya kalau satu daerah ujug-ujug teriak "Lockdown"! ini akan
memicu kepanikan di daerah lain juga. Kalau tidak terkontrol bisa bahaya. Semua
daerah ambil keputusan masing-masing dengan berbeda penafsiran.
Itulah kenapa
Menkopolhukam segera menyusun Peraturan Pemerintah tentang karantina. Disana
akan dijelaskan tata cara Lockdown per wilayah. Dan keputusan Lockdown itu
tentu tidak bisa diambil kepala daerah, tetapi oleh gugus tugas daerah untuk
penanganan Corona dan diteruskan ke pusat.
Begitu aturan
mainnya.
Dan kalau
sudah terbit PP ini, kepala daerah yang pengen jalan sendiri, bisa kena sanksi
pidana maksimal 1 tahun. Itu juga sesuai UU karantina.
Ngomong Lockdown
itu gampang. Yang gak kuat itu dampaknya. Satu kota tertutup total dari kota-kota
lain, ekonomi mati yang akan menimbulkan dampak sosial dan macam-macam.
Enak kepala
daerahnya ngomong "Lockdown". Nanti kalau ada dampak sosialnya yang
berbahaya, trus main lempar, "Itu urusan pusat". Kan taaaaaaa......
ke beer.
Jadi udah
paham kan, saos cabe?
Kalau paham,
seruput kopi dulu. Panik gak menyelesaikan masalah, malah menimbulkan kepanikan
baru yang apinya membakar kemana-mana..
Mmmuuuahhhh...
Sumber Berita : https://www.dennysiregar.id/2020/03/aturan-main-lockdown.html
Lockdown di India
Jakarta - India
ketika menerapkan lockdown total, dan menyebarkan aparatnya untuk memaksa
penduduk masuk ke rumah, tidak mempertimbangkan seluruh aspek ekonomi dan
sosial.
Mereka hanya
berbicara tentang penyebaran virus saja.
Yang
terhantam keras adalah masyarakat miskin disana, dimana mereka tidak bisa
bekerja sekedar mencari makan. Mereka bergantung dari pasokan pemerintah, dan
harus antri berjam-jam. Jelas pada situasi ini, social distancing pun
diabaikan.
Akhirnya,
ribuan warga miskin India pun pergi dari wilayahnya dengan berjalan kaki,
karena tidak tahan dengan situasi ini.
Bagaimana
nasib 25 juta warga miskin di Indonesia ketika kita menerapkan lockdown total
seperti di India?
Kadang dalam
melihat sesuatu, kita harus meluaskan pandangan. Bahwa di negeri ini, yang
tinggal bukan hanya kita saja, kelas menengah yang dgn enak rebahan sambil
nonton tivi berlangganan.
Pahami. Tidak
mudah mengambil sebuah keputusan untuk 250 juta orang. Beda antara tidak tegas
dan berfikir untuk mengambil keputusan tepat.
Kita tidak ingin negeri ini seperti India. Situasi
seperti ini mudah ditunggangi..
Sumber Berita : https://www.dennysiregar.id/2020/03/lockdown-di-india.html
Tugas Kita Cuma Jaga Jarak, Jaga Badan dan Cuci Tangan
Jakarta - Ada kabar gembira. Ahli kesehatan di China telah
mengumumkan, bahwa obat Avigan, produksi Jepang dapat secara efektif mengurangi
serangan virus Corona bagi penderitanya.
Dalam peneltian di Wuhan, yang sekaligus untuk mengobati pasien di
sana, dokter-dkter memberikan Avigan kepada pasien. Terbukti pasien yang
diberikan Avigan memiliki kemampuan sembuh lebih cepat dibanding yang tidak
minum obat itu.
Misalnya, paru-paru penderita yang tadinya bermasalah, rerata bisa
pulih 91% dalam waktu empat hari. Sedangkan yang tidak mengkonsumsinya, hanya
pulih 62%.
Meskipun, menurut ahli farmasi di Jepang, Avigan bisa mengobati bagi
yang serangan virusnya belum maksimal. Bagi penderita yang virusnya telah
membiak sangat banyak, Avigan belum mampu mengatasi. Tetapi setidaknya, ini
adalah berita positif.
Obat lain yang juga dianggap mampu menghalau serangan virus adalah
Klorokuin. Ini adalah obat malaria. Menurut beberapa penelitian, klorokuin juga
mampu menghambat perkembangan virus Covid 19 di tubuh pasien.
Alhamdulillah, Presiden Jokowi sudah menyatakan pemerintah telah
mendapatkan Avigan dan klorokuin. Avigan yang langsung didatangkan dari
perusahaan farmasi Jepang. Awalnya 5000 butir sudah didapatkan. Dan akan dipesan
2 juta butir lagi.
Sedangkan klorokuin, Indonesia punya stok 3 juta butir yang siap
diberikan kepada pasien.
Bukan hanya itu. alat tes cepat (rapid test) kini juga sudah
didatangkan ke Indonesia. Alat itu mampu mendeteksi virus dengan akurasi 85%
sampai dengan 95%. Memang tingkat akurasinya tidak sebesar alat test swap yang
bisa mencapai 99%.
Rapid test menggunakan sampel darah. Sementara test swap menggunakan
sampel liur di tenggorokan.
Kabarnya sore tadi sudah mulai dilakukan rapid tes di Jakarta
Selatan. Pemerintah akan menyiapkan satu juta kit untuk tes cepat
ini.
Menurut perhitungan kasar, sekitar 600 sampai 700 ribu orang di
Indonesia termasuk beresiko terpapar wabah.
Itu dari sisi memerangi virusnya.
Tapi, akibat Corona ini, ekonomi rakyat jadi terganggu. Apalagi bagi
rakyat kecil dan pekerja informal.
Untung saja Menkeu Sri Mulyani mengumumkan akan memberikan Bantuan
Tunai Mandiri kepada 87 juta rakyat yang dianggap paling rentan terkena dampak
ekonomi. Sekitar Rp60 triliun disiapkan pemerintah untuk program stimulus
ekonomi menangkal dampak Corona ini.
Alhamdulillah, pemerintah sudah bekerja maksimal. Memikirkan segala
kemungkinannya. Tapi mereka gak bisa sendiri. BUMN, Pengusaha-pengusaha besar
diharapkan juga ikut turun tangan. Setidaknya mereka harus menunjukan saatnya
berbakti bagi negeri ini.
Sementara bagi rakyat kecil sepertikita, tugasnya mudah. Cukup jaga
jarak (social distancing), jaga kesehatan, minum vitamin C untuk jaga badan dan
cuci tangan.
Gampang kan?
"Mas, minyak telon bisa menangkal Corona gak?," tanya Abu
Kumkum.
Minyak telon asli aja belum tentu bisa, apalagi yang
oplosan...
Kali Ini Bukan Wabah Dalam Film, Misteri
Jakarta - Warga di Wuhan, China, kemarin sedikit bergembira. Mereka
menyanyikan lagu kebangsaan Tiongkok. Hari itu tidak ada ditemukan kasus baru di
Wuhan.
Sementara di AS, dalam sehari kemarin, ditemukan 5894 kasus baru.
Kenaikannya sampai 76%. Jauh lebih tinggi dibanding Italia yang hanya naik 15%.
Memang secara total jumlah orang yang positif Corona di Itali saat ini mencapai
41 ribu lebih. Sementara total di AS 13 ribuan.
Dengan kondisi itu, kepanikan melanda AS. Warga disana berburu semua
isi supermarket. Pemerintahan Trump rupanya tidak siap menghadapi wabah yang
melanda.
Sebetulnya bukan hanya Trump. Semua pemerintahan di dunia tidak ada
yang siap menghadapi gelombang mengagetkan ini. Tapi ketika ketidaksiapan
ditunjukkan AS yang selama ini dikenal sangat garang dan jagoan dunia, kita jadi
terkejut.
AS sendiri kabarnya kini sedang mencari bantuan ke beberapa negara
lain. Alat pelindung kesehatan untuk petugas medisnya kekuarangan. Bangsal RS
yang bisa ditampati pasien ternyata tidak mencukupi.
Bahkan masker juga hilang di pasaran AS. Selama ini AS mengandalkan
masker dari impor negara lain. Nah, ketika negara produsen juga sedang
membutuhkan, mereka menahan ekspor ke negara lain.
Indonesia, misalnya. Kementerian Perdagangan telah melarang produsen
kesehatan untuk eksport produknya ke luar negeri. Khususnya yang berkenaan
dengan perangkat yang dibutuhkan untuk memerangi Corona.
AS yang makin gamang. Sementara China mulai menunjukan giginya.
Mereka mengirimkan bantun ke negara-negara yang berteriak meminta tolong. Alat
dan tenaga medis dari China, kini sedang sibuk di Iran, Irak, Prancis sampai
Italia. Mereka juga menawarkan bantuan ke pemerintahan Indonesia.
Sementara AS, meski butuh, kayaknya gengsi meminta bantuan dari
China. Makanya Trump harus mengeluarkan semua jurusnya sendiri untuk memerangi
Corona ini.
Tapi toh, ia terpaksa harus menghubungi negara lain untuk meminta
bantuan. Tentu saja belum tentu bisa. Masalahnya Eropa juga sedang babak belur.
Indonesia juga sedang mempersiapkan diri lebih serius.
Nah, AS sedang kalut sekarang. Infrastrukturnya belum tentu sanggup
menghandle serbuan virus ini.
AS boleh saja punya film hebat tentang bagaimana mereka memerangi
wabah dunia. Kayak film Outbreak atau Contagion itu. Tapi, yang sekarang terjadi
adalah real. Bukan dalam kisah film. Di alam nyata, nyawa dan kepentingan
manusia yang real sedang dipertaruhkan.
Kondisi ini mengingatkan kita pada pidato Presiden Jokowi beberapa
waktu lalu dalam pertemuan IMF di Bali. "Winter is comming," begitu katanya.
Jokowi saat itu menyerukan pada semua kekuatan dunia untuk bekerjasama. Tidak
lagi sibuk dengan perang dagang yang konyol dan merugikan.
Dunia buruh kerjasama. Kita tidak bisa hidup sendiri untuk
menguasainya. Dalam perspektif ekonomi sudah dibuktikan, kerjasama jauh lebih
menguntungkan ketimbang saling mematikan. Kita harus mengganti makna kompetisi
dengan kooperasi.
Kerjasama hanya butuh sedikit energi dibanding kompetisi. Dengan
manfaat dan keuntungan yang sangat besar. Kerjasama apabila dilakukan dengan
posisi seimbang akan saling memberikan manfaat. Sedangkan kompetisi yang kelewat
batas justru akan saling menghancurkan.
Tampaknya wabah Corona ini bisa menjadi pelajaran penting para
petinggi negara adidaya. Tidak ada gunanya lagi sok-sokan menguasai dunia dengan
gaya penantang petenteng. Sehebat apapun sebuah negara, ia tetap butuh uluran
tangan negara lain. Kesombongan tidak lagi punya tempat di dunia yang egaliter
ini.
Apapun negara, agama atau rasmu, nyatanya kita hidup mengirup udara
yang sama. Memandang langit yang sama. Dan kini memerangi virus yang
sama.
"Cuma nasibnya saja yang masih beda, mas," ujar Abu
Kumkum.
PARA PAHLAWAN ITU
Jakarta - "Mas, sepupuku perawat di Jakarta. Ia barusan hubungi saya.
Dia diusir pemilik kostnya. Disuruh pindah," seorang teman telepon dari
Semarang.
"Kenapa?"
"Pemilik kos takut Corona. Sepupuku dan 3 orang temannya kini gak
tahu kemana harus pulang," kisahnya lagi.
Aku tertunduk lesu mendengar kisah ini. Membayangkan mereka yang
sedang berjibaku dengan maut harus mendapat perlakuan buruk. Padahal mereka
semua melakukanya untuk kita.
Ya, untuk kita. Untuk kemanusiaan. Untuk
profesionalitasnya.
Aku telepon teman yang punya beberapa unit apartemen. Aku tanyakan,
apa ada unit yang kosong. Dia menjawab ada. Kebetulan ada tiga yang kosong. Satu
model studio, yang dua model dua kamar.
Aku bilang mau pakai untuk beberapa bulan. Aku ceritakan kondisinya.
"Oh, gitu. Ok, lu bisa pakai separuh harga. Terserah gimana bayarnya." Ia juga
mengatakan, kalau mau masuk malam ini, juga bisa. Nanti kunci dan aksesnya
dikirim via ojek online.
"Thanks," kataku.
Aku telepon teman lain lagi. Menceritakan situasinya. "Ok, gue handle
satu unit ya," ujarnya. Maksudnya untuk satu unit ia yang akan membayar
sewanya.
Seep, pas. Aku masih sanggup untuk handle sewa satu unit apartemen
dalam beberapa bulan.
Secepatnya saya hubungi teman di Semarang tadi. Menawarkan dua unit
apartemen untuk sepupunya.
"Mas, ternyata bukan hanya empat orang. Banyak perawat yang kos juga
disuruh pindah sementara," kisah teman itu.
Aku langsung menghubungi sepupunya via WA. Tidak dijawab. Mungkin
masih sibuk bertugas. Satu jam kemudian ia membalas. Aku langsung telepon.
Menawarkan apartemen yang sudah disiapkan.
"Bener mas, ada beberapa temanku yang diminta pindah kos. Aku juga,"
kisahnya.
Tapi lokasi apartemen yang aku tawarkan sedikit jauh dengan RS tempat
ia bertugas. "Kami trauma mas. Jangankan kos. Makan di Warteg saja kami pernah
tidak boleh. Masyarakat takut Corona. Padahal kami sudah ikuti protokol
kesehatan secara ketat. Jadi untuk sementara kami agak menghindar dari
publik."
"Untungnya manajemen RS sekarang menyiapkan ruangan untuk kami
menginap. Kami semua sekarang diminta menginap di RS. Khususnya bagi yang masih
muda," tuturnya.
Jadi ia memilih tetap di RS. Ia juga tidak enak jika masyarakat
khawatir dengan keberadaan mereka. "Ketimbang bikin suasana gak enak di
masyarakat. Kami di RS aja mas. Terimakasih atas perhatiannya."
Saya tertegun. Saya membayangkan para petugas medis yang selama
sekian jam menggunakan masker dan APB. Bergerak kesana kemari. Dengan pakaian
yang menyusahkan itu. Pengab. Tidak nyaman. Dan melelahkan.
Jika lapar, mereka gak bisa sembarangan makan. Jika haus mereka gak
bisa sembarangan minum. Virus berbahaya bertebaran di sekeliling mereka. Apalagi
mereka yang bertugas di ruang khusus pasien. Harus sangat
berhati-hati.
Wajah mareka pada berbekas akibat ikatan masker dan APB. Kelelahan.
Lapar dan haus.
Di timeline berseliweran nama-nama petugas medis yang wafat. Beberapa
ahli paru. Dokter internis. Dan perawat. Mereka tumbang diterjang
Corona.
Doa dan air mata untuk mereka semua.
Saat ini ratusan negara di dunia berebut Alat Pelindung Diri. Semua
membutuhkan. Tidak ada negara yang siap menghadapi kondisi ini. Akibatnya semua
petugas medis akhirnya beresiko sangat besar.
Alhamdulillah, baru saja pemerintah pendapatkan APD. Jumlahnya 150
ribu unit. Pesawat Hercules baru saja mendarat membawa itu semua dari
China.
Para petugas medis itu. Dokter dan perawat. Mereka bekerja di
tengah-tengah badai. Bekerja karena pengabdian profesi. Mereka bekerja untuk
kemanusian. Untuk kita semua. Untuk masa depan kita.
Ahh, teman-teman ini. Para dokter yang berjibaku. Para perawat yang
kelelahan. Terimakasih untuk mereka. Terimakasih untuk
keikhlasannya.
Pagi ini. Aku jadi paham. Apa makna kehadiran sosok pahlawan, bagiku.
Bagi kita.
Dan saya menuliskan ini dengan hati yang perih..
Sumber Berita : https://www.ekokuntadhi.id/2020/03/para-pahlawan-itu.html
POLITIK DUNIA DI TENGAH WABAH
Jakarta - Kemarin media-media di AS menggambarkan informasi. Tenaga
medis disana berteriak kekurangan APD. Mereka mengeluh, seperti berperang tanpa
senjata. Tanpa perlindungan.
Masyarakat memaki Trump dan pemerintah.
Toko-toko sembako di AS kehabisan stok. Malah pembelian senjata
meningkat pesat. Entah apa yang dipikirkan rakyatnya Trump ini.
Hari ini di Inggris dan Belanda, suasana yang terjadi juga sama.
Tenaga medis mereka kekurangan APD. Sudah banyak tim medis yang bertumbangan
diterjang virus.
Suasana yang sama juga terlihat di Iran. Sudah sebulan bangsa Iran
berjuang menghadapi wabah. Sialnya. Di tengah wabah ini AS malah makin
menggencarkan embargo. Yang tadinya alat medis dan obat-obatan bisa masuk ke
Iran. Kini justru di tengah serbuan wabah, AS makin memperketat ancaman bagi
siapa saja yang mau membantu Iran.
Iran dibiarkan menggelepar sendiri.
Yang paling menyedihkan, dalam suasana seperti ini, Mike Pompeo,
mengusulkan agar AS memulai agresi militer ke Iran. Alasannya, mumpung Iran
sedang lemah.
Sementara Trump juga masih asyik mengumbar konfrontasi dengan China
dengan istilah Chinese Virus-nya.
Dengan logika ini juga, seorang legislator dari Partai Republik
menuntut China agar mau memotong utang AS. Maksudnya AS mau menekan China agar
AS diberikan keringanan pemotongan utang. Tapi dengan alasan yang justru
menyakitkan bagi China.
Di sisi lain, pejabat Kesehatan AS sedang merengek minta bantuan
China untuk mau mengirimkan APD.
Saat wabah pertama merebak di Wuhan, semua media AS memanfaatkan
untuk mendiskriditkan China. Bukan hanya itu. Statemen pejabat AS dan Trump juga
jelas membakar suasana. China sedang dilanda musibah. Tetapi suasana yang terasa
AS justru memanfaatkannya. Waktu itu China seperti di embargo dunia secara tidak
langsung.
Presiden Xi Jinping meminta bantuan dari banyak negara. Wajar. Mereka
punya penduduk 1,4 milyar. Dalam kondisi seperti itu, tidak akan sanggup
menyiapkan semuanya sendiri.
Indonesia salah satu negara yang menyambut permintaan Jinping. Kita
mengirimkan jutaan masker ke China. Baik dari pemerintah pusat maupun pemerintah
daerah.
Kini pergerakam virus berbalik. Negara-negara yang mulanya adem,
mulai diamuk Covid-19. Sementara di China sendiri, grafik menularan sudah jauh
berkurang.
AS yang ketika Wuhan dihantam Covid-19 seperti memanfaatka situasi,
kini ada dalam kondisi darurat. Demikian juga Inggris dan banyak negara Eropa.
Mereka menjerit kekurangan APD.
Jerman mengerahkan industri militernya untuk memproduksi APD. Tapi
mereka juga mendapat bantuan dari negara lain.
Sementara China mulai bergerak ke luar. Mereka mengirimkan bantuan ke
Iran, Itali, Prancis, Vietnam dan banyak negara lain. Alat medis, obat dan
tenaga dikirimkan. Dokter-dokter dari China dan Kuba kabarnya paling banyak
dikirim ke luar negeri untuk membantu negara lain.
Indonesia juga mendapatkan hibah APD dari China. Kemarin pesawat TNI
AU mengambilnya ke sana. Tapi mungkin hibah gak cukup. Presiden Jokowi juga
sudah menganggarkan dana untuk membeli kekurangan APD.
Semua negara di dunia sedang berebut mencari APD. Indonesia punya
industrinya, meski tidak besar. Kini industri alat kesehatan untuk sementara
dilarang ekspor. Kita butuh untuk digunakan di Indonesia.
China juga punya industri APD. Ketika mereka sudah agak sembuh,
industrinya bangkit lagi. Pabrik-pabrik alkes di Vietnam saat Wuhan mewabah
menyiapkan produk buat China. Saat China mereda, negeri tirai bambu itu fokus
membantu Vietnam.
Begitulah kondisi dunia saat ini. Negera-negara yang suka bermusuhan,
akhirnya menjerit-jerit sendiri. Negara-negara yang saling bekerjasama merasakan
buahnya.
Sebab Tuhan menciptakan dunia ini untuk umat manusia. Bukan hanya
untuk satu ras saja.
"Termasuk untuk penjual minyak telon oplosan kan, mas?," tanya Abu
Kumkum.
Ohhh... Jelas!
Superhero Lockdown
Jakarta - Teman saya suka nonton film Superhero. Saya juga suka. Mengamati
pertempuran para Superhero itu rasanya mengasyikan. Kekuatan besar bertarung.
Mobil beterbangan. Gedung-gedung hancur. Jalanan jebol. Jembatan ambrol. Tapi
pertarungan harus diteruskan, karena musuh mau memusnahkan ras
manusia.
Setelah pertarungan yang dimenangkan Superhero, rakyat bertepuk
tangan. Seorang perempuan keluar dari kerumunan. Memeluk sang pahlawan.
Berciuman.
Film selesai dan popcorn habis. Lampu menyala. Saya bangkit dari dari
kursi bioskop. Melangkah keluar. Kembali ke alam nyata.
Sambil melangkah keluar saya terus berfikir, apakah rakyat yang
diselamatkan Superhero itu benar-benar bergembira? Padahal infrastruktur kotanya
hancur. Gedung tempatnya berkantor untuk cari nafkah ikut luluh lantak. Ratusan
pedagang akan kehilangan tempatnya cari makan, karena diseruduk pertempuran yang
brutal.
Apakah esok hari, mereka masih bisa mencari nafkah dalam suasana
biasa?
Sayangnya, film Superhero biasanya selesai disitu. Tidak dikisahkan
bagaimana esoknya rakyat harus menghidupi diri. Yang kita saksikan hanya orang
yang bertepuk tangan di pinggir jalan setelah musuh mati.
Tapi orang-orang biasa, yang mencari nafkah di gedung-gedung
bertingkat itu. Yang berdagang di pinggir jalan dan kiosnya hancur diterjang
pertarungan, bagaimanakah mereka melanjutkan hidup?
Para driver online yang motor dan mobilnya ikut hancur, bagaimana
mereka bisa menjelaskan itu ke keluarganya. Bahwa besok ia gak bisa lagi cari
nafkah karena mobil atau motornya ikut rusak akibat ulah Superhero dan musuhnya
yang bertarung di kota.
Sebab hidup bukan hanya satu sisi. Iya, ada musuh yang berbahaya
harus dihadapi. Tapi adakah cara yang lebih efisien yang bisa dilakukan tanpa
harus menghacurkan kota. Misalnya, memancing musuh ke daerah terbuka yang sepi
penduduk. Atau menembak monster itu dengan suntikan bius dosis tinggi, hingga
pingsan.
"Kalau harus seperti itu, filmnya gak seru lagi, mas," ujar abu
Kumkum.
Benar. Film jadi gak seru. Jadi Superhero memang gak usah terlalu
rasional. Mau berantem harus mikirin, bagaimana dampak ekonominya kalau gedung
hancur. Bagaimana kehidupan selanjutnya berjalan. Bagaimana infrastruktur yang
penting bagi rakyat itu bisa diselamatkan.
Bagi mereka yang penting gedebak gedebuk, berantem, menang, mendapat
tepuk tangan dan ciuman. Makin hancur-hancuran kotanya akan makin heroik
kisahnya.
Kini kita sedang menghadapi musuh wabah Covid-19. Apakah kita mau
gunakan cara Superhero untuk menanganinya? Gak peduli seberapa kehancurannya
kehidupan dan ekonomi rakyat. Yang penting lockdown!
Dia pikir, kalau sudah teriak-teriak lockdown otomatis merasa jadi
Avangers. Lalu akan dapat tepuk tangan dan ciuman?
Tahu gak sih, sebenarnya Superhero sejati itu bukan Spiderman. Tetapi
Bibi May, yang tiap hari memberi makan bocah laba-laba itu sampai dia dewasa.
Dan pamannya yang bekerja keras demi keluarga.
"Dan Marry Jane, mas. Dengan ciumannya," celetuk Kumkum.
Caelah, yang diinget cuma itu...
Sumber Berita : https://www.ekokuntadhi.id/2020/03/superhero-lockdown.html
Anies Sibuk Minta Lockdown, Ahok Sibuk
Bantu Perangi Corona
Kembali
kita melihat perbedaan mencolok antara gaberner sekarang dengan eks
gubernur yang kini menjadi Komisaris Utama PT Pertamina (Persero),
Basuki Tjahaja Purnama, alias Ahok.
Tampak
kontras cara mereka menangani masalah yang muncul di lingkungan
kerjanya masing-masing, juga bakti diri kepada ibu pertiwi ketika ada
bencana melanda, seperti banjir dan kini kasus wabah pandemik corona.
Bahaya
corona sudah di depan mata, bahkan telah membuat kita harus berpikir
dan bertindak keras dalam dua minggu terakhir ini. Apa aksi nyata dari
dua sosok ini? Mari kita bahas satu per satu.
Anies,
sudah kita ketahui bagaimana kualitas dan cara kerjanya dan memang saya
tidak ingin menuliskannya disini kalau tidak terpaksa. Dia, pecatan
menteri pendidikan itu, bisanya hanya menata kata dan memanfaatkan
segala momen untuk mencitrakan diri sebaik mungkin.
Memposisikan
diri sebagai orang terdepan dalam mewartakan berita dari balaikota yang
dia sulap bak istana dan berkhayal seperti orang nomor satu itu,
gaberner ini tidak henti-hentinya berpidato dan menggelar konferensi
pers dari tempat kesayangannya itu. Sudah tak terhitung lagi gabener ini
berpidato hanya untuk menyampaikan berita, seakan-akan dialah yang
punya republik ini.
Jika
dia hanya berpidato dan konferensi pers, kapan kerjanya? Kapan dia
turun ke lapangan untuk benar-benar memberikan aksi nyata di
tengah-tengah wargannya yang sedang berperang lawan covid-19?
Dikala
gubernur di daerah lain, sebut saja Ganjar Pranowo yang disebut-sebut
paling tepat sosok pengganti pak Jokowi ini terus mencari cara memerangi
covid-19 ini? Anies hanya menanti-nanti berita apa yang cocok
dikabarkan lewat mimbar kesayangannya di balaikota.
Padahal,
ketika Ahok menjadi gubernur, sangat jarang berbicara lewat mimbar, dia
lebih suka komunikasi langsung dengan warga yang sudah membanjiri
balaikota sedari pagi menunggu kedatangan beliau. Ahok dengan gaya
komunikasi langsung dan memberikan solusi tanpa menata kata, telah
menemukan cara efektif berkomunikasi dengan warganya tanpa harus
pencitraan di depan wartawan.
Lah
kini? Kebijakan itu sudah mentah di dua tahun terakhir ini. Gaya
komunikasi gaberner yang publikasi di depan wartawan dengan kata-kata
manis, bahkan menyentuh hati dengan menyebutkan sudah ada korban
mencapai 283 jiwa, sehingga berpengaruh pada permintaan gaberner agar
lockdown, sungguh menyentuh hati sebenarnya, tetapi begitulah dia yang ‘agak manja’,
sehingga tidak bisa berpikir lebih jernih dan bertindak dengan
keputusan yang bijak dan keras serta bersikap petarung dalam menghadapi
situasi genting seperti ini.
Gaberner
pengen enaknya aja dengan minta lockdown, sehingga ketika keputusan
lockdown diberlakukan, dia bisa cuci tangan lagi atau lepas tanggung
jawab seperti kebiasaannya dalam menangani banjir dan masalah hilangnya
pohon di monas beberapa waktu yang lalu.
Dengan gampangnya dia akan berkata “itu kan keputusan pusat, kami hanya menjalankan instruksi dari pemerintah pusat”, kala lockdown berakibat seperti yang terjadi di India atau Italia, penjarahan terjadi karena status lockdown.
Ketika
gaberner DKI sekarang banyakan menata kata tanpa bertindak nyata –
kenapa saya katakan tanpa bertindak nyata? – bayangkan pemirsa, anggaran untuk menangani covid-19 ini hanya 130 miliar rupiah? Padahal APBD DKI itu sampai 95 triliun rupiah.
Ahok,
yang sekarang menjadi Komisaris Utama Pertamina malah gencar-gencarnya
turut membantu memerangi covid-19 dengan caranya sendiri. Bukti nyata
dia usahakan tanpa pencitraan. Seperti biasa, dengan ikhlas dia
mengeluarkan segala ide dan pemikirannya dia tuangkan dalam bentuk
nyata, bukan seperti gaberner DKI.
Di tengah wabah covid-19, PT Pertamina (Persero) menyediakan layanan pesan antar (Pertamina Delivery Service/PDS).
Hal ini guna menghindari antrean dan meminimalkan masyarakat pergi ke
luar rumah. Kabar baik tersebut dibagikan Komisaris Utama PT Pertamina
(Persero) Basuki Tjahaja Purnama, melalui akun Twitternya, seperti
dikutip, Minggu (22/3).
Ahok
mengatakan PDS menyediakan layanan antar bahan bakar Pertamax Turbo,
Pertamina Dex, Pelumas Fastron Bright Gas, dan Elpiji, dengan
menghubungi Pertamina Call Center 135.
"Pertamina
Delivery Service untuk membantu seluruh aktivitas kamu selama Work From
Home. #PertaminaDeliveryService tersedia di beberapa wilayah. Info
lebih lengkap segera hubungi Pertamina Call Center 135," katanya.
Kedua,
baru-baru ini mantan Gubernur DKI Jakarta yang kini duduk sebagai
Komisaris Utama Pertamina, Basuki Tjahaja Purnama yang akrab disapa
Ahok, mengajak masyakat menginstal aplikasi Qlue di ponselnya untuk melaporkan masalah yang dialami terkait wabah virus corona.
Ajakan itu disampaikan Ahok lewat Twitternya @basuki_btp pada Selasa, 31 Maret 2020.
"Ayo kita bergerak bersama. Tiga langkah mudah untuk membantu Indonesia melawan Covid-19," tulis Ahok seraya melampirkan grafis cara menginstal aplikasi Qlue dan menyebut akun Twitter @qluesmartcity.
Aplikasi
Qlue ini pernah dijadikan sebagai mitra Pemerintah DKI Jakarta ketika
Ahok masih memimpin DKI Jakarta. Lewat aplikasi ini, masyarakat Jakarta
dapat melaporkan masalah yang dihadapi, untuk diteruskan kepada
pemerintah dan ditindaklanjuti.
Kini,
ketika rakyat dan pemerintah Indonesia sedang berjuang melawan wabah
corona, Qlue memperluas wilayah laporan untuk seluruh Indonesia.
"Untuk laporan terkait isu Covid-19 ini bisa dilaporkan untuk seluruh Indonesia. Laporan kamu langsung dapat dipantau di https://indonesiabergerak.com," tulis akun Twitter resmi Qlue merespon pertanyaan salah satu pengguna Twitter.
Hal yang dapat dilaporkan di antaranya: lokasi kerumuman masyarakat, rumah sakit yang penuh, dan juga kelangkaan alat medis.
Di situs indonesiabergerak.com,
hingga Rabu siang ini, laporan yang masuk berupa: 88,5 persen tentang
kerumunan warga, 4,92 persen kelangkaan alat medis, 4,1 persen suspect
Covid-19, dan 2,46 persen tentang rumah sakit yang penuh.
Laporan-laporan
itu akan diteruskan kepada pihak terkait untuk dicarikan solusinya.
Laporan tentang rumah sakit yang penuh, misalnya, tentu berguna bagi
warga lain agar tidak buang-buang waktu mendatangi rumah sakit itu untuk
mendapat pelayanan kesehatan.
"Masih
tidak mengindahkan anjuran pemerintah untuk membatasi aktifitas agar
tidak tertular virus Covid-19, sudah banyak toko yang tutup untuk
mempedulikan kesehatan karyawan, tetapi masih ada beberapa toko yang
masih buka dengan alasan permintaan barang penjualan banyak dan
meningkat" tulis seorang warga sembari melampirkan foto, melaporkan
kondisi di Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur pada Rabu (1 April
2020) pukul 10.25 WIB.
Ada
juga laporan dari warga Lenteng Agung, Jakarta Selatan tentang orang
meninggal di RT 07 RW 02. Pelapor meminta pihak puskesmas memantau
jenazah yang meninggal dikhawatirkan suspect corona. Sebab, dari pihak
RSUD Pasar Minggu meminta jenazah tidak boleh dibuka.
Semua laporan dapat dilihat di link ini: https://indonesiabergerak.com/laporan-warga
Partisipasi
masyarakat dalam melaporkan suspect COVID-19, kerumunan masyarakat yang
dapat berpotensi menyebarkan virus corona, hingga data rumah sakit yang
penuh, sangat dibutuhkan BNPB sebagai data untuk analisis dan
menentukan langkah selanjutnya,dalam mengantisipasi penyebaran virus
corona di Indonesia.
“Peran
startup karya anak bangsa seperti Qlue ini, patut kita apresiasi
sebagai wujud nyata peran sinergi antara BNPB dengan seluruh pihak,
untuk tetap fokus mengurangi dampak penyebaran COVID-19. Inisiatif
startup karya anak bangsa ini akan membantu BNPB membuat kebijakan
strategis dalam mengatasi pandemi Covid-19," kata Doni.
Jadi,
kalau sudah ada aplikasi Qlue ini, ngapain lagi gaberner DKI harus
menata kata untuk menjelaskan berapa banyak warga DKI yang meninggal
atau terkena corona? Sekian dulu...
Maju Tak Gentar Melawan Covid-19
Wabah
virus corona jenis baru, yaitu SARS-CoV-2 atau yang dikenal dengan nama
Covid-19 telah menyebar ke lebih dari 200 negara. Per tanggal 31 Maret
2020, terdapat 859.000 kasus terkonfirmasi positif, dengan jumlah
kematian mencapai lebih dari 42.000 orang di seluruh dunia. Di Indonesia
sendiri dilaporkan ada 1.528 kasus dengan tingkat kematian 136 orang.
Masing-masing negara memiliki strategi penanganan wabah yang berbeda-beda.
Ada yang memilih melakukan total lockdown seperti China, Italia, India
dan sebagian Amerika. Ada yang memilih untuk melakukan pembatasan sosial
(social distancing dan physical distancing) yang dikombinasikan dengan
mengadakan pengujian masif seperti Singapura, dan Korea.
Indonesia
sendiri sudah sejak pertengahan Maret memberlakukan pembatasan sosial
dengan menghentikan perkuliahan di sekolah dan kampus dan menggantinya
dengan pembelajaran melalui daring, mengkampanyekan bekerja dari rumah
(working from home), menutup tempat-tempat hiburan dan rekreasi, serta
membatasi terjadinya kerumunan orang. Di samping itu penambahan
fasilitas layanan kesehatan terus ditingkatkan dengan mengalihkan
beberapa hotel menjadi rumah sakit karantina seperti Wisma Atlit di
Jakarta dan Palembang, pembangunan fasilitas kesehatan baru di beberapa
daerah seperti di Pulau Galang.
Belajar
dari dampak negatif yang ditimbulkan dari pilihan strategi lockdown di
India dan rendahnya efektivitas pilihan strategi lockdown di Italia dan
sebagian Amerika, pemerintah akhirnya mengambil strategi untuk
melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) melalui PP nomer 21
tahun 2020, sebagaimana sudah diatur dalam Undang-undang nomer 6 tahun
2018.
Untuk
merealisasikan strategi tersebut pemerintah terlebih dahulu
mendeklarasikan negara dalam keadaan darurat kesehatan melalui Kepres
nomer 11 tahun 2020. Langkah ini dibarengi dengan relaksasi anggaran
pemerintah untuk alokasi melawan Covid 19. Pemerintah memutuskan untuk
menggelontorkan 405 triliun rupiah yang dialokasikan ke 4 bidang, yaitu
75 triliun untuk bidang kesehatan, 110 triliun untuk perlindungan
sosial, 70 triliun untuk insentif perpajakan dan stimulus KUR dan 150
triliun untuk pemulihan ekonomi nasional.
Pilihan kebijakan ini tidak mungkin bisa memuaskan semua pihak, tetapi patut di apresiasi. Dari sisi prioritas, alokasi di bidang kesehatan perlu segera direalisasikan
untuk meningkatkan kemampuan nasional bagi penyediaan fasilitas
kesehatan dalam menangani wabah Covid-19. Pemberlakuan PSBB juga akan
membawa dampak perlemahan ekonomi, mulai dari menurunnya permintaan dan
menurunnya pendapatan akibat terganggunya aktivitas ekonomi. Alokasi dana di bidang perlindungan sosial
ini juga perlu segera direalisasikan untuk meredam gejolak sosial yang
mungkin timbul akibat banyaknya warga masyarakat lapisan bawah yang
kehilangan sumber pendapatannya.
Prioritas berikutnya adalah alokasi di bidang insentif perpajakan dan pemulihan ekonomi.
Ini memang baru bisa efektif direalisasikan setelah masalah kesehatan
dan perlindungan sosial bisa diatasi. Walaupun demikian, bidang ini juga
perlu diperhatikan untuk mengembalikan pertumbuhan ekonomi Indonesia
dan menghindari adanya gelombang PHK akibat tutupnya fasilitas industri.
Dampak dari penggelontoran dana ini adalah membengkaknya defisit
anggaran menjadi di atas 3%. Pemerintah perlu mendapatkan persetujuan
dari DPR RI atas Perppu nomer 1 tahun 2020 yang dikeluarkan, karena
Undang-Undang membatasi maksimal defisit anggaran adalah sebesar 3%.
Dengan relaksasi anggaran ini diharapkan mampu untuk mengatasi wabah
Covid-19, baik dari sisi kesehatan, dampak sosial yang timbul dan
pemulihan ekonomi. Besarannya sekitar 2,5% dari total GDP Indonesia,
lebih besar dibandingkan dengan Perancis, Spanyol, India, Itali dan
Malaysia, walaupun masih jauh lebih kecil dibandingkan dengan Amerika,
Singapura dan Australia yang rerata memberikan stimulus fiskal sebesar
10% dari GDP.
Sejalan dengan kebijakan tersebut, ada beberapa hal penting yang perlu dicermati. Pertama, dana 405 triliun rupiah ini sangat signifikan dan setara dengan 25% dari total APBN Indonesia tahun 2020. Tentu realisasinya harus diawasi dengan ketat. Tidak boleh terjadi kebocoran dan penyimpangan.
Ini menjadi tugas dari KPK, Kepolisian, Kejaksaan dan Inspektorat untuk
benar-benar mengawal penggelontoran dana ini. Bila diperlukan
pemerintah bisa mengeluarkan aturan tambahan yang menggolongkan
penyimpangan dana stimulus fiskal ini sebagai kejahatan luar biasa
(extra ordinary crime) dengan ancaman hukuman yang sangat berat. Jangan
sampai niat mulia dan pengorbanan seluruh bangsa Indonesia akan sia-sia
akibat perbuatan oknum pencari rente ekonomi di tengah musibah nasional.
Kedua, pemerintah
perlu menggalang dan memobilisasi seluruh potensi yang dimiliki bangsa
Indonesia untuk bergotong royong mencegah dan melawan dampak penyebaran
Covid-19. Menyerahkan sepenuhnya urusan ini kepada pemerintah
akan sia-sia. Pemerintah tidak mungkin bisa mengatasinya sendiri.
Bibit-bibit partisipasi masyarakat sebenarnya sudah mulai muncul, baik
dalam penggalangan dana bantuan, kesadaran masyarakat untuk mematuhi
kebijakan yang diambil seperti social/physical distancing, working from
home dan menghindari kerumunan dan keramaian, mutlak dilakukan.
Semangat gotong-royong yang sebenarnya menjadi falsafah hidup
(philosophie grondslag) bangsa Indonesia, yang digali oleh Bung Karno,
harus digalakkan. Inilah saatnya kita menunjukkan bahwa pengejawatahan
nilai-nilai luhur bangsa Indonesia memang tidak luntur bahkan menguat di
tengah ancaman bencana nasional.
Ketiga, aura
positif adalah salah satu kunci keberhasilan China sebagai episentrum
bencana dan Jepang dalam menanggulangi Covid-19 dalam waktu yang relatif
singkat. Dalam hal ini diperlukan peran aktif dari Keminfo,
Cyber BIN, dan aparat inteligen untuk bekerja sama dengan para
influencer media sosial dalam mengabarkan semangat optimisme dan berita
positif. Di samping itu patroli cyber juga harus lebih aktif untuk
mencegah dan menindak penyebaran hoax. Kita memang tidak mungkin bisa
seperti China yang mampu mengendalikan seluruh informasi yang beredar,
tetapi kita harus lebih siap memenangkan peperangan dalam dunia maya.
Sebagai
penutup, ada satu pertanyaan yang sulit untuk dijawab, yaitu kapan
wabah ini akan segera berakhir. Tidak ada satupun orang yang tahu.
Beberapa analis memperkirakan bahwa wabah Covid-19 ini akan mencapai
puncaknya pada bulan Mei dan Juni 2020. Saya tertarik dengan prediksi
yang dikemukakan oleh Prof. Pitoyo Hartono dengan menggunakan model
Neutral Network, yang sekarang merupakan state of the art model untuk
memprediksi time series data semacam ini. Prediksi tersebut dibuat
dengan menggunakan data pertumbuhan pasien selama 69 hari sampai tanggal
30 maret 2020. Jika data pasien benar dan tidak ada yang disembunyikan
oleh pemerintah dan tidak ada cluster penyebaran yang tidak terdeteksi,
maka pelandaian kurva penyebaran Covid-19 di Indonesia diperkirakan akan
mulai terjadi pada paling lambat pertengahan April 2020. Semoga
prediksi ini tidak meleset dan kita bisa berhenti menjadi insan asosial
yang menghindari bersalaman, berpelukan saling meriung riang.
Dr. Harris Turino – Doctor in Strategic Management
Apakah Anda Masih Menerima Gaji Penuh?
Bersyukurlah ...!
Hari
ini, tepat tanggal 1 April 2020 sebagian kelompok karyawan di negeri
ini menerima pembayaran gaji untuk pekerjaan bulan Maret 2020. Sebagian
mungkin sudah menerimal lebih awal, untuk mereka yang perhitungan
gajinya pada Minggu terakhir, atau beberapa hari sebelum pergantian
bulan. Bagi Anda para karyawan/karyawati .. sudahkah Anda menghitung
atau paling tidak menerima informasi berapa jumlah gaji Anda kali ini?
Apakah Anda sudah mensyukurinya?
Kenapa saya perlu tekankan kata bersyukur pada pertanyaan terakhir tadi? Karena ... tak semua karyawan kali ini yang beruntung menerima gaji penuh!
Kita
tahu bahwa dunia usaha sedang sedikit oleng. Kondisi yang membuat para
pengusaha kudu memutar otak bagaimana cara biar kalau rugi, ya nggak
rugi-rugi amat ... juga kalau terpaksa menghemat ini dan itu, biar
sedapat mungkin upah yang diterima oleh para karyawan/wati tidak terlalu
banyak disunat, karena pendapatan perusahaan juga menurun.
Seorang
teman melaporkan bahwa setiap Sabtu dirinya kudu libur, cuti di luar
tanggungan, yang artinya akan ada pemotongan gaji untuk “hari libur”
yang dimaksud. Jika kita hitung saja ada “4 kali Sabtu” dalam sehari,
berarti ada pemotongan minimal 4 hari kerja. Libur sih, tidak keluar
ongkos transport atau BBM ... tapi gaji yang diterima jadinya tidak utuh
lagi. #nasib
T’rus
mungkin terjadi pula kebijakan mengurangi jam kerja ... yang biasanya
7-8 jam menjadi 5-6 jam saja. Kebijakan yang tentunya berimbas pada
pemberian upah atau gaji yang lagi-lagi tidak penuh. Logis dan
seharusnya bisa dipahami mengingat situasi sulit yang sedang terjadi.
Memaksakan
(baca: menuntut) menerima gaji penuh dalam kondisi begini, tentu nggak
paslah ... kecuali ada karyawan yang menerima gaji penuh (seperti yang
dituntut) tetapi bulan berikutnya tidak gajian sama sekali alias dipecat
karena dinilai terlalu banyak menuntut dan berulah!
“Lha tapi kan keluarga saya butuh makan?” mungkin ada dalih seperti itu.
Ya,
ngerti ... namanya masih hidup ya kudu butuh makan! Namun, kita juga
diberi nalar untuk berpikir waras dalam kondisi susah begini, mbok ya
sedikit maklum dan mau memahami keadaan gitu loh!
Ini belum bicara soal THR, yang pasti sebentar lagi ramai, dengan tuntutan utama pemberian THR secara penuh tentunya. Jika sampai terjadi adanya pemberian THR sebanyak tiga perempat, apalagi separuh dari gaji ... akan membuat sebagian karyawan/wati di negeri ini lebih mudah “dikipasi” untuk melakukan aksi massa ... yang bagi saya lagi-lagi: tidak pada tempatnya!
Kembali ke ajakan untuk bersyukur ...
Saya masih meyakini bahwa bersyukur merupakan cara terbaik dalam kondisi begini, terutama menyikapi penerimaan gaji yang tidak utuh kali ini. Memang, bersyukur tidak lantas membuat uang sejuta lantas berubah jadi dua juta
... bersyukur juga tidak lantas membuat harga pampers jadi lebih murah
dua puluh ribu rupiah ... juga tidak lantas membuat tukang sayur auto
banting harga ... tetapi bersyukur akan membuat:
Pikiran dan hatimu terasa lega ...
Gaji yang diterima menjadi berkah (berkat) ...
Hidupmu terasa lebih ringan untuk dijalani ...
(karena bersyukur itu tidak perlu mbayar ...)
Coba
bandingkan dengan persungutan, omelan, atau grundelan ... yang saya
yakin efeknya akan membuat senyum Anda menjadi tidak simetris, keributan
akan lebih mudah terjadi dengan pasangan Anda, dan hidup akan terasa
lebih berat untuk dijalani. #jangandicoba
Namun ingat, bersyukur atas “berkat Tuhan” berupa gaji yang masih kita terima tidak menghapuskan
kewajiban untuk sedikit mengencangkan ikat pinggang alias mengatur
keuangan lebih ketat lagi, supaya cukup dan kalau bisa tidak sampai
utang. Kebijakan untuk berhemat, juga fokus hanya pada kebutuhan hidup
(makan, minum, kesehatan) menjadi hal yang mutlak dilakukan untuk
membarengi ucapan syukur kita.
Hanya
... kita perlu mengingat juga bahwa di luar sana mungkin ada teman kita
yang bulan depan terancam tidak gajian (karena kontrak kerjanya
diputus), gajian cuma separuh atau seperempat (karena bulan ini tidak
bekerja penuh), atau malah belum tahu akan dapat uang dari mana (karena
sumber penghasilannya rada mampet).
Berdoalah
untuk mereka supaya dibukakan jalan rezeki, juga bantulah sedapat
mungkin sekiranya mereka orang yang kita kenal dekat atau cukup baik—karena
pada masa-masa sukar begini, mereka yang kuat wajib menanggung orang
lain yang sedang dalam kelemahan. Tak perlu menunggu kaya juga untuk
bisa melakukannya!
Begitulah syukur-syukur ...
Qlue, Aplikasi Era Ahok Yang
Bangkit Kembali Untuk Lawan Corona
Nama aplikasi Qlue sempat jaya di masa Ahok menjadi gubernur DKI Jakarta. Melalui Aplikasi Qlue yang pernah dijadikan sebagai mitra Pemerintah DKI Jakarta, masyarakat Jakarta dapat melaporkan berbagai masalah yang dihadapi, untuk diteruskan kepada pemprov DKI dan ditindaklanjuti.
Mulai dari permasalahan penumpukan sampah, kemacetan, lampu jalan yang mati, parit mampet, pohon tumbang hingga berbagai hal lainnya bisa dilaporkan melalui aplikasi ini. Tindak lanjut laporan melalui aplikasi ini pun terbilang cukup cepat.
Saya sendiri pernah mencoba aplikasi ini, dulu. Ketika itu saya melaporkan tentang parit yang mampet. Dalam hitungan jam, beberapa petugas PPSU langsung datang membersihkan parit. Demikian juga ketika saya melaporkan masalah sampah yang menumpuk di sisi jalan.
Melalui aplikasi Qlue ini kita merasa benar-benar di dengar oleh Pemprov DKI Jakarta, meski tanpa harus mendatangi balai kota sekalipun. Tapi itu dulu, waktu Ahok masih menjadi gubernurnya.
Setelah kursi gubernur berpindah ke Anies, aplikasi ini pun sempat meredup. Pasalnya laporan warga melalui aplikasi Qlue ini kerap lambat ditindaklanjuti atau bahkan ada yang tidak ditindaklanjuti oleh pemprov DKI. Akibatnya semakin banyak warga yang merasa percuma dan malas melapor melalui aplikasi ini. Alhasil aplikasi Qlue pun terkesan "mati suri" di era Anies.
Walau sudah tidak menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta, kepedulian Ahok terhadap masyarakat masih sangat tinggi. Setelah belum lama ini meluncurkan aplikasi Pertamina yang memudahkan masyarakat memesan BBM tanpa harus keluar dari rumah.
Ayo kita bergerak bersama. Tiga langkah mudah untuk membantu Indonesia melawan Covid-19. @qluesmartcity
Kini, Ahok yang sekarang duduk sebagai Komisaris Utama Pertamina, mengajak masyarakat menginstal aplikasi Qlue di ponselnya untuk melaporkan masalah yang dialami terkait wabah virus corona.
Hal ini diketahui melalui akun Twitternya @basuki_btp pada Selasa, 31 Maret 2020.
Melalui akun twitternya, Ahok mengajak kita untuk bergerak bersama dengan tiga langkah mudah melawan Covid-19.
"Ayo kita bergerak bersama. Tiga langkah mudah untuk membantu Indonesia melawan Covid-19," tulis Ahok seraya melampirkan grafis cara menginstal aplikasi Qlue dan menyebut akun Twitter @qluesmartcity.
Ada berbagai hal yang bisa dilaporkan melalui aplikasi ini. Mulai dari lokasi kerumunan warga, rumah sakit yang penuh, hingga kelangkaan alat medis.
"Qlue mengaktifkan ekosistem smart city dengan menyediakan QlueApp sebagai platform warga untuk melaporkan dan memantau perkembangan Covid-19, " kata Rama, CEO Qlue.
Selain melalui aplikasi, laporan juga dapat dipantau langsung melalui website https://indonesiabergerak.com seperti yang disampaikan oleh akun Twitter resmi Qlue.
Saat saya mencoba mengunjungi website tersebut. Ternyata sudah ada 1528 laporan masyarakat, sebagian besar didominasi laporan tentang adanya kerumunan warga di berbagai lokasi, sisanya laporan tentang kelangkaan alat medis, suspect Covid-19, dan tentang rumah sakit yang penuh.
"Masih tidak mengindahkan anjuran pemerintah untuk membatasi aktifitas agar tidak tertular virus Covid-19, sudah banyak toko yang tutup untuk mempedulikan kesehatan karyawan, tetapi masih ada beberapa toko yang masih buka dengan alasan permintaan barang penjualan banyak dan meningkat".
Demikian salah satu laporan yang saya lihat dari salah seorang warga sembari melampirkan foto kondisi di Pisangan Timur, Pulo Gadung, Jakarta Timur pada Rabu (1 April 2020) pukul 10.25 WIB.
Ohya, aplikasi ini bukan hanya berlaku untuk DKI Jakarta saja lho. Ruang lingkupnya berskala nasional menjangkau seluruh Indonesia, sehingga dapat dimanfaatkan oleh semua warga Indonesia. Laporan yang kita sampaikan, nantinya akan ditindaklanjuti oleh BNPB dan lembaga pemerintah terkait.
So guys, tunggu apalagi? Mari instal aplikasi ini juga. Keberhasilan mengalahkan pandemi Corona ini tidak bisa kita gantungkan kepada pemerintah semata. Sebagai anggota masyarakat, kita pun wajib mendukung dan bisa ikut berpartisipasi.
Mulai dari menuruti anjuran pemerintah untuk menjaga kebersihan diri, berdisiplin dengan menerapkan social distancing, work from home atau stay at home hingga melaporkan lewat aplikasi ini, bila melihat adanya kerumunan di sekitar lingkungan kita.
Sedangkan bagi yang membutuhkan rumah sakit juga bisa mengecek mana rumah sakit yang sudah penuh dan mana saja rumah sakit yang masih memiliki ruangan kosong.
Secara keseluruhan, aplikasi ini sangat membantu bagi kita di masa pandemi Corona ini.
Dengan bekerjasama dan saling bahu-membahu melalui gerakan social solidarity, kita pasti akan mampu mengalahkan pandemi Corona yang saat ini sudah semakin meluas.
Ketika Ada Gubernur Mendahului Kebijakan
Pusat ... Eh, Malah Dianggap Hebat!
Entah
kenapa, para pengagum “Gubernur Seiman” yang di sono itu kok selalu
bangga ketika pemimpin daerahnya dibilang (dianggap) lebih hebat dari
Presiden. Pernah juga dibilang “Gubernur Indonesia” atau “Gubernur Rasa
Presiden” hanya karena kebetulan pandai dalam merangkai kata, berbahasa
Inggris, atau beretorika terkait situasi yang sedang terjadi.
Pernah
juga orang ini dibilang “mendahului kebijakan pusat”, yang seolah-olah
menjadi legitimasi bahwa orang ini lebih tahu cara mengambil keputusan
dibandingkan seorang Presiden. Padahal, secara cakupan lingkup kerja
saja sudah beda banget: lingkup provinsi dibandingkan nasional.
Salah satu yang belum lama ini terjadi, yakni pengurangan transportasi publik yang malah menjadi keputusan blunder karena terjadi penumpukan massa di sana-sini pada masa penyebaran Covid-19, yang justru menghancurkan imbauan agar masyarakat melakukan Social (Physical) Distancing waktu itu.
Belum
lagi soal tanggung jawab sebagai dampak dari keputusan yang diambil,
juga beda banget. Yang satu cuma bertanggung jawab terhadap 10-an juta
jiwa (penduduk Jakarta saja), tetapi sosok yang satu lagi (The Real
President) bertanggung jawab lebih dari 260 juta jiwa ... atau 26 kali
lipatnya, Drun, Bong, Pret, Coy, Bang, Mas, Mbak, Dab, Rek!
Ingat: Gubernur Adalah Bawahan Presiden
Hal pertama yang perlu saya ingatkan adalah soal posisi Gubernur secara aturan resmi, yang merupakan bawahan dari Presiden.
Jadi, secara kewenangan seharusnya memang Gubernur (apalagi Walikota
dan Bupati) jangan sampai nekat mendahului wewenang Presiden. Kalau itu
yang terjadi ... bukan Gubernurnya yang hebat, dahsyat, dan luar biasa
... tapi bisa dikategorikan pembangkangan terhadap pimpinan sah!
Harusnya,
setiap kebijakan apa pun yang kira-kira akan berimbas secara global
(lingkup provinsi) ya perlu dilaporkan kepada Presiden, sebelum
memutuskan untuk mengeksekusinya ... apalagi jika menyangkut Jakarta,
yang sampai hari ini masih Ibu Kota Indonesia, bukan Ibu Kota Yaman,
Arab Saudi, atau negara lain!
Ingat,
Gubernur masih merupakan bawahan Presiden, meski untuk alasan tertentu
di negeri ini (yang kental banget nuansa politiknya) sepertinya susah
menegur atau memberi peringatan tegas terhadap seorang Gubernur meski
jelas-jelas kerjanya ngaco ... tapi tetap dalam hal ini posisi Presiden
Jokowi sebagai atasan semua kepala daerah di Indonesia!
Pemerintah Daerah Perlu Sevisi dengan Pemerintah Pusat
Analogi
sederhananya jika di sebuah kantor ada 10 cabang yang merupakan
perpanjangan tangan dari kantor pusat, seharusnya apa pun yang terjadi
di 10 kantor cabang itu, harus sepengetahuan, seizin, dan sekomando
pimpinan yang ada di kantor pusat. Ya, kan?
Cuma ... repotnya terkadang otonomi daerah bagi kepala daerah tertentu
diartikan dengan kebebasan untuk membuat aturan sendiri, tanpa pernah
melakukan kroscek apakah sejalan dengan visi yang diusung atau sedang
dijalankan oleh pemerintah pusat. Malah ada yang seperti tak mau tahu,
karena kebijakan yang ada lebih disesuaikan dengan keinginan partai
pendukung saat Pilkada, atau lebih parah lagi dengan “kontrak politik”
yang dibuat (terlanjur dijanjikan) dengan kelompok tertentu, tanpa
mempertimbangkan dampaknya terhadap daerah yang dipimpinnya.
Ambil
contoh Jakarta, yang terpilih lewat suara “JKT58” misalnya, seharusnya
setelah resmi jadi gubernur ... DKI-1 kudu bekerja untuk segenap rakyat
Jakarta, termasuk jumlah yang tersisa (42 persen) yang pada Pilkada DKI
Jakarta 2017 lalu tidak memilih Anies-Sandi. Namun, kita belum melihat
kerja maksimal itu lewat berbagai program dan kebijakan yang ada.
Jangankan untuk melayani masyarakat Jakarta yang di luar JKT58, wong sampai sekarang saja ada banyak janji kampanye yang bila meminjam peribahasa: jauh panggang dari api kok. Bagaimana program Rumah DP Nol Persen? Nasib program OK-OCE gimana? Janji tidak ada penggusuran? Program penanganan banjir? Pretlah semua...!
Saya
cuma bisa bayangin kalau pemerintah daerah bisa sejalan dengan pusat,
hasilnya biasanya akan baik ... karena fokus Presiden Jokowi adalah
membawa Indonesia ke arah yang lebih baik. Idealnya memang ada para
kepala daerah seperti Ibu Risma (di Surabaya), Bapak Ganjar Pranowo (di
Jateng), Ibu Khofifah (di Jawa Timur), Hendrar Prihadi (di Semarang) ...
atau kalau dulu ... Ahok-Djarot (di Jakarta ... yang membuat
masalah-masalah di daerah relatif lebih mudah ditangani karena ada
kesepakatan dengan pemerintah pusat, juga tentunya backup untuk segala
hal yang diperlukan.
Hal
yang rasanya takkan pernah terwujud di DKI Jakarta, sampai Pilkada
selanjutnya digelar dan kita akan melihat siapakah sosok DKI-1 dan DKI-2
yang kelak bercokol di Balai Kota DKI Jakarta. Sosok yang kita harapkan
tidak lagi merasa dirinya lebih Presiden dari Presiden RI ... karena
memang semua itu hanya: ngimpi!
Sumber Berita : https://seword.com/politik/ketika-ada-gubernur-mendahului-kebijakan-pusat-rnwHXWGfKf
Peringatan Terakhir Presiden Jokowi
Darurat
sipil dipilih oleh Presiden Jokowi sebagai peringatan kedua. Sebagai
sebuah penegasan. Presiden seolah bilang, ini terakhir dan tak akan ada
teguran lagi. Kalau masih ngeyel ya liat nanti.
Sebelumnya
Presiden sudah mengingatkan bahwa lockdown adalah kewenangan pemerintah
pusat. Pemerintah daerah tidak boleh seenaknya dan mengambil keputusan
sendiri. Harus koordinasi. Ancaman bagi kepala daerah yang ngeyel dan
melanggar adalah pemecatan.
Pernyataan
Presiden ini muncul karena mulai ada gelagat busuk beberapa partai
politik. Namun Tegal tetap melakukan lockdown, begitu juga dengan
Tasikmalaya. Yang cukup parah dan menimbulkan konflik adalah Tegal.
Karena penutupannya sangat ketat dan masyarakat mulai berontak.
Tegal
adalah basis Demokrat. Walikotanya adalah politisi senior demokrat. Dan
Demokrat kita tahu belakangan ini cukup gencar menyuarakan lockdown.
Sementara Tasikmalaya adalah basis Gerindra dan PKS, kita tahu meski
Prabowo sudah jadi menteri, tapi Fadli Zon sebagai orang kepercayaan
Prabowo itu terus nyinyir dan menyuarakan lockdown.
Ganjar
Pranowo sebagai Gubernur Jawa Tengah tak berdaya menghadapi Walikota
Tegal. Sementara Gubernur Jabar, Ridwan Kamil juga nampak mendiamkan
kondisi Tasikmalaya. Tapi kalau RK ini wajar, ga usah heran, karena RK
sendiri juga sempat mengusulkan lockdown. Sama seperti Anies Baswedan.
Untuk menghentikan konflik yang terjadi di daerah, seperti Tegal dan Tasikmalaya, Presiden mengambil langkah darurat sipil.
Maka
jangan heran kalau setelah keputusan ini diambil, banyak yang tak
setuju dan bahkan melakukan penolakan. Karena mereka, para oposisi ini
masih mau bermain-main dalam isu kerusuhan. Main-main dengan pertahanan
negara. Sampai foto Rizieq pun dibawa-bawa lagi untuk menolak darurat
sipil. Nampaknya anggaran provokasi sudah cair. Haha
Lalu
sebenarnya kenapa sih kepala daerah ini banyak yang kebelet mau
lockdown atau karantina wilayah? Jawaban sederhananya adalah anggaran
besar.
Karena
kalau karantina wilayah diberlakukan, maka daerah terkait akan menerima
anggaran untuk biaya hidup semua warganya. Tak peduli kaya dan miskin
lagi, semua dapat. Bahkan termasuk hewan peliharaannya. Dan kita tahu,
hewan peliharaan orang-orang kaya itu biayanya bisa jutaan rupiah
sebulan dan itu tak bisa diberi pakan alternatif atau disuruh berhemat.
Polisi
akan berjaga 24 jam penuh, dan itu ada biaya atau anggarannya juga,
walau sekedar untuk koordinasi dan rapat. Anggaran besar dan bisa sangat
fleksibel untuk diotak-atik. Apalagi sekelas Jakarta. Bahkan tanpa
corona pun, harga lem aibon bisa ratusan miliar. Apalagi kalau sampai
karantina wilayah.
Selain
itu, kepala daerah bisa memanfaatkannya untuk kepentingan pribadi,
sekalian kampanye politik. Misal dengan memberikan langsung bantuan
tersebut ke masyarakat. Seolah-olah bantuan tersebut datang dari kantong
mereka sendiri. Padahal itu APBN.
Apa
yang terjadi di Tegal, bisa jadi itu adalah inisiatif Walikota. Untuk
cari muka ke Demokrat. Agar ke depan bisa dipertahankan atau
dipromosikan sebagai Gubernur Jateng selanjutnya. Bisa juga kekacauan
tersebut adalah instruksi langsung dari SBY, yang sedari dulu sangat
usil dan lebih baperan dari mantan-mantan saya.
Makanya
saya salut dengan Khofifah. Meskipun diusung Demokrat, tapi sampai saat
ini tak bermanuver dan mencari muka demi bisa maju di Pilpres 2024.
Fokus bekerja, ga kegatelan seperti gubernur lainnya.
Jadi
kalau disimpulkan, kepentingan karantina wilayah adalah kampanye,
anggaran besar, cari muka dan manuver partai politik dalam menggangu
pemerintah.
Kepala
daerah itu tidak peduli dengan Corona. Yang mereka pikirkan hanya
karantina wilayah, karena itu yang terbaik bagi karir politiknya. Sekali
dayung dua tiga pulau terlampaui.
Kalaupun
misal wilayah mereka jadi rusuh atau konflik, ya tak masalah. Karena
publik akan menyalahkan Presiden Jokowi, bukan Walikota atau
Gubernurnya. Dunia internasional juga hanya akan melihat Indonesia,
bukan Tegal atau Tasikmalaya.
Untungnya
kita punya Presiden yang tidak mudah dipengaruhi atau ditekan. Jadi
fokus memikirkan kepentingan mayoritas. Bukan sekedar berpesta anggaran.
Sehingga semangat gotong royong bisa berjalan. Kalangan menengah bawa
dapat bantuan dari pemerintah. Penambahan anggaran sembako, gratis
listrik, sampai penundaan cicilan kendaraan. Sementara kalangan menengah
atas tidak dapat subsidi karena dinilai mampu dan punya tabungan yang
cukup.
Presiden
selama ini cukup sabar menghadapi manuver elite dan partai politik.
Tapi sekali lagi, nampaknya, keputusan darurat sipil ini adalah
peringatan terakhir. Tak akan ada peringatan ketiga.
Cruyff Turn ala Jokowi Bikin Fadli Zon
Mrongos dan Said Didu Mringis
Piala Dunia 1974 di Jerman Barat, Belanda datang dengan skuat yang penuh talenta berbekal totaalvoetbal. Dalam tim itu, ada si jenius Johan Cruyyf dengan nomor ikonik 14 dan ban kapten melingkar di lengannya.
19
Juni 1974, saat melawan Swedia pada menit ke-23, untuk pertama kalinya
sang legenda Belanda itu menunjukkan kepada dunia sebuah gerakan yang
kemudian menjadi signature move-nya. Cruyff Turn. Bagi Anda yang belum
pernah menyaksikan, atau jika Anda ingin mengingatnya kembali, silahkan
tonton di sini.
Gerakan
indah itu, bukan sekedar unjuk kebolehan seorang pemain. Tapi adalah
sebuah upaya melepaskan diri dari tekanan lawan dengan cara yang sangat
indah. Begitu elegan.
**
Itu
pula agaknya yang dilakukan oleh Presiden Jokowi. Saat pemerintahannya
dihadapkan pada posisi sulit, posisi terpojok soal penanganan wabah
Covid-19.
Penderita
terus bertambah. Walaupun yang berhasil sembuh juga bertambah, tes,
obat serta APD terus coba dipenuhi, sosial/physical distancing
diterapkan, namun tetap saja ada pihak-pihak yang menginginkan cara
penanganan yang ditingkatkan. Lebih ekstrem.
Mereka menginginkan Lockdown. Atau karantina wilayah.
Posisi
Presiden seakan terpojok karena tuntutan itu juga datang dari sebagian
pendukungnya maupun para relawan. Mereka ramai-ramai menuntut lockdown
sebagai langkah baru, setelah langkah yang selama ini diambil Pak Jokowi
dianggap lamban, menyepelekan, dan banyak kekurangan.
Tekanan
lain jelas datang dari para oposisi. Ramai-ramai menyerang Pak Jokowi.
Paham Salawi-nya kambuh. Menyalahkan Presiden dengan sebutan lamban,
tidak bertanggung jawab terhadap rakyat, mementingkan ekonomi dibanding
nyawa rakyat, hingga tuduhan lebih mementingkan kepentingan kekuasaan.
Bahkan
seakan membangkang, beberapa kepala daerah dengan sembrono sudah
menutup diri wilayahnya. Sok gagah-gagahan agar terlihat lebih cepat,
lebih tanggap, dan lebih mengerti dari pemerintah pusat.
Di
level nasional, snggota DPR RI, Fadli Zon termasuk yang paling rajin
menyuarakan Lockdown. Ngetuit menjadi salah satu caranya ketika
menjalankan salah satu fungsinya sebagai wakil rakyat sekaligus sebagai
tukang kompor. Pernah juga beliyo memgirim surat terbuka kepada Presiden Jokowi.
Pak Zon menyayangkan sikap pemerintah terkait pencegahan dan penanganan penyebaran virus corona atau Covid-19. "Sy
selalu mencoba mengingatkan pemerintah agar terkunci sejak 12 hari yang
lalu. Tapi tak digubris. Sy sdh menulis surat terbuka dg segala
argumentasi. Negeri ini mmg sdg kehilangan pemimpin," tulis Fadli Zon di akun twitternya, Kamis (26/3/2020).
Dianggap
hilang oleh seorang Fadli Zon, Presiden Jokowi menunjukkan kepemimpinan
beliau dengan sangat nyata. Dengan penuh kejutan. Tapi tepat.
Untuk
lebih meningkatkan penanganan Covid-19 selanjutnya, Presiden Jokowi
memutuskan akan melaksanakan Pembatasan Sosial Berskala Besar. Tidak
hanya itu, Mantan Gubernur DKI Jakarta tersebut juga meminta pembatasan
tersebut didampingi dengan adanya kebijakan darurat sipil.
""Saya
minta pembatasan sosial berskala besar, physical distancing, dilakukan
lebih tegas, lebih disiplin, dan lebih efektif lagi. Sehingga tadi juga
sudah saya sampaikan perlu didampingi kebijakan darurat sipil,"," kata
Jokowi dalam membuka rapat terbatas terkait laporan satuan gugus tugas
Covid-19 melalui siaran teleconference di Istana Merdeka, Jakarta Pusat,
Senin (30/3).
(((Dhuarrr…..)))
Semua kaget. Mereka terdiam.
Anies
Baswedan sang Gubernur DKI Jakarta yang sangat ingin karantina wilayah
bergetar. Fadli Zon bergetar. Said Didu ikut-ikutan bergetar. Mereka
yang mengharap Lockdown atau karantina wilayah bergetar berjamaah.
Pak Zon buru-buru menolak rencana Presiden Jokowi. Terutama terkait penerapan status darurat sipil. "Memang harus ditolak darurat sipil. Salah pakai aturan. Diagnosis salah, pasti obat salah," tulisnya kembali dalam akun Twitter, Senin (30/3/2020). "Saya heran, siapa pembisiknya? Sangat berlebihan, tapi tak menyelesaikan masalah. Malah cenderung bikin masalah baru," tambahnya.
Di
saat Fadli Zon masih keheranan, eks Sekretaris Kementerian BUMN Said
Didu juga ikut menolak rencana Presiden Joko Widodo (Jokowi) menerapkan
darurat sipil dalam memutus penyebaran wabah corona (Covid-19). "Sudah mulai ada yang ngancam- ngancam. Inikah darurat sipil ??#TolakDaruratSipil," tulisnya, dikutip dari akun Twitternya, Selasa (31/3/2020). "Corona
mengejar nyawa rakyatmu.?Pemimpin negara yang normal membantu
rakyatnya. Tapi anda malah mengejar rakyatmu dengan cambuk darurat
sipil.Ya Allah lindungi kami dari kedholiman ini. #tolakDaruratSipil," tambahnya. "Rakyat
dikejar corona, pemerintah mau terapkan darurat sipil untuk mengejar
rakyat. Sementara di negara lain krn ada corona justru diberikan uang,
makanan, jaminan hidup dll. Malang betul nasib rakyat di sini.
#tolakdaruratsipil," tambahnya lagi.
Ah…
Kembali
ke Cruyff Turn, Jan Olsson, pemain belakang Swedia yang dikelabui dan
korban pertama trik ini, selayaknya gentleman mengungkapkan perasaannya,
"Saya tak mengerti bagaimana dia melakukannya. Itu adalah rangkaian
gerakan yang fantastis. Momen paling membanggakan dalam karirku. Aku
pikir aku sudah pasti akan mampu merebut bola, namun ia mengelabuiku.
Aku tidak merasa dipermalukan. Aku memang tidak mampu merebut bola
darinya. Cruyff adalah seorang jenius.*"
Lalu apakah Fadli Zon dan Said Didu mampu bersikap seperti Jan Olsson? Bersikap ksatria dan penuh respek?
Jangan ngimpi!
Yang pasti saat ini, yang satu mrongos dan satunya lagi sedang mringgis. Keduanya ngeri pada status darurat sipil!
Apakah "Provokator" Berkedok Agamis Yang
Menyerukan Revolusi Ini Dibiarkan Bebas?
Tadi
penulis tidak sengaja melihat postingan di facebook tentang seseorang
yang ngakunya namanya Kiyai, Ulama Sufi Mujaddid, Ahli Ekonomi, Mantan
Tahanan Politik (Tapol) Reformasi 1998 dan cucuc kandung Wali Allah.
Dalam
postingannya, dia “memprovokasi” mahasiswa, rakyat untuk menggulingkan
pemerintahan Indonesia yang sah di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi.
Dia
mengatakan mulai tanggal 1 April 2020, semua mahasiswa dan rakyat
Indonesia untuk melakukan demo di jalan dengan agenda agar Presiden
Jokowi mundur tanpa syarat dan bila Presiden Jokowi tidak mau mundur
sampai tanggal 11 Juni itu saa artinya dengan revolusi Islam dan sosial
(perang suci se-Indonesia mulai tanggal 12 Juni 2020 sampai tanggal 31
Desember 2020 (tahap pertama).
Berikut adalah screen shot postingannya tersebut…
Setelah melihat postingannya, penulis langsung komentar 2 kata…
“Sakit Jiwa”!
Memangnya
dia siapa bisa memprovokasi masyarakat dan rakyat Indonesia untuk demo
di jalanan mulai tangga 1 April dengan agenda meminta Presiden Jokowi di
tengah situasi wabah virus Corona saat ini?
Dan
jika ada mahasiswa dan rakyat yang mau ikutan demo di tengah situasi
wabah virus Corona saat ini, mereka berarti sama-sama “sakit jiwa”!
Siapa yang berani mengumpulkan massa di tengah situasi seperti ini?
Apakah dia mau bertanggung jawab jika mereka yang mau demo turunkan Presiden Jokowi terjangkit virus Corona?
Penulis lalu menemukan akun facebooknya yang beralamat di https://www.facebook.com/kiyai.k.syarif
Dalam
postingannya yang lain, dia mengatakan sudah melakukan latihan militer
kepada pengikutnya di Sumatera Barat agar bisa menerapkan hukum Islam di
Indonesia dan Presiden Jokowi mundur tanpa syarat.
Halah, teriak tegakkan Islam, basi!
“Himpunan
Teroris Indonesia” (HTI) juga koar-koar tegakkan Islam tapi faktanya
mereka hanya kumpulan orang-orang yang haus kekuasaan dengan kedok
tegakkan khilafah!
Lihat saja fakta sejarah pemberontakan yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir di seluruh dunia yang diberitaka dalam situs https://kumparan.com/kumparannews/deretan-upaya-kudeta-oleh-hizbut-tahrir
Pemberontak
DI/TII juga koar-koar ingin mendirikan negara Islam Indonesia tapi
faktanya mereka malah membantai rakyat tak berdosa, membakar sekolah
agama (madrasah) dan mesjid yang tidak sepaham dengan mereka dan ingin
membunuh para Ulama NU seperti yang sudah penulis bahas lengkap dalam
tulisan sebelumnya. Sumber
Bahkan
teroris ISIS juga memanfaatkan simbol Islam demi kepentingan politik
mereka dank oar-koar ingin menegakkan khilafah Islamiyah tapi kelakuan
mereka lebih kejam dari binatang!
Sudahhlah,
kami sudah muak dengan antek teroris yang koar-koar bela agama, bela
ulama, ingin tegakkan Islam dan lain sebagainya karena faktanya semua
itu hanya kedok untuk menipu umat Islam agar mau mengikuti kalian
sehingga kalian bisa mncapai tujuan politik kelompok kalian sendiri!
Dan
penulisjuga sudah muak dengan orang-orang yang sok agamis ini, karena
ujungnya koar-koar mati syahid untuk mendapatkan bidadari (sex)!
Penulis mendapatkan postingannya yang lain yang meperlihatkan “watak” asli orang ini.
Dari screen shot di atas terlihat jika dia menyebutkan nama seorang wanita bernama Amalia Putri.
Dia
menyapa Amali Putri dan menyebutnya cantik bangat seperti bidadarinya
di surge, lalu dia gombal dengan mengatakan apakah bidadarinya sudah
turun dari ke bumi?
Tapi
ketika dikatakan kiyai jorok, kiyai porno, dia malah marah-marah dengan
mengatakan yang komentar seperti itu dengki, kampungan!
Hadeuh omong Islam, revolusi tetapi ujungnya malah gombalin cewek!
Inikah “kelakuan” orang yang ngakunya cucu Wali Allah?
Malu sama umur!
Sekarang
kita balik bertanya, apakah orang seperti ini dibiarkan memprovokasi
mahasiswa dan rakyat untuk melakukan demo di seluruh Indonesia?
Di tengah situasi wabah virus Corona, orang yang membuat keramaian saja bisa ditindak tegas oleh pihak Kepolisian Sumber
lalu apakah orang yang memprovokasi mahasiswa dan rakyat Indonesia
untuk demo terhadap pemerintah Indonesia yang sah di tengah situasi
wabah virus Corona saat ini dibiarkan bebas???
Apakah orang yang ingin melakukan perang suci (menurut versinya) ini dibiarkan bebas berkeliaran di Indonesia?
Berikut
penuli lampirkan wajahnya, mungkin pihak Kepolisian setempat bisa
“meringkus” orang-orang seperti ini yang malah membuat kekacauan di
masyarakat di tengah situasi wabah Corona saat ini:
Kami sudah bosan dengar kata maaf, khilar, akun di-hack atau alasan klasiknya lainnya jika diciduk nanti!
Wassalam,
Nafys
Tulisan sebelumnya https://seword.com/politik/ubedilah-badrun-dan-motif-jahat-dibalik-teriakan-dSlX1BmJmu
Bagi yang ingin membaca tulisan penulis sebelumnya, silahkan mengikuti halaman fanpage facebook penulis di https://www.facebook.com/NafysSeword/
Mana Dr.Tirta!! APBD 89 T, Anies Hanya
Menganggarkan 130 M Buat Lawan Covid-19
Sungguh
menyedihkan menjadi warga DKI Jakarta, Provinsi yang mempunyai anggaran
belanja terbesar dalam APBN-APBD 2019 tetapi menganggarkan paling kecil
untuk penanganan pandemi virus corona ini di antara 4 provinsi besar
seperti Jateng, Jabar dan Jatim.
DKI
Jakarta Jakarta hanya menganggarkan 130 miliar untuk penanganan corona
sungguh kecil dibanding 3 provinsi lainnya. Bayangkan DKI Jakarta yang
punya uang dari APBD sebesar 89 Triliun dibanding Jawa barat, Jawa
Tengah dan Jawa timur yang berkisar rata 30an Triliun hanya
menganggarkan 130 miliar berbanding jauh dengan Jateng -Jabar sebesar
1,4 dan 5 triliun ataupun Jatim yang 2 kalinya DKI sebesar 264 Miliar.
Saya
menunggu raung raungan Dokter Tirta untuk berani memprotes Anies
sebagai gubernur DKI perihal ini. Si Tirta yang dalam raungannya perihal
APD yang langka dan keselamatan dokter harusnya berani nunjuk muka dan
menyebut Anies bodoh jika DKI dibawah kepemimpinannya hanya
menganggarkan hanya 130 Miliar yang terlalu kecil dibanding anggaran
yang dimiliki Jakarta sebesar 89 Triliun.
Kalau
benar dia berjuang atas nama kemanusiaan karena pernah jadi dokter dan
berbakti kepada gurunya yang berjuang serta wafat karena melawan
covid-19 ini, secara logika dia memprotes keras kepada Anies yang pelit
mengeluarkan anggaran khusus untuk penanganan Corona di wilayah DKI.
DKI
Jakarta yang mempunyai kasus tragedi covid-19 terbanyak yaitu 698
positif dan meninggal 78 jiwa, harusnya lebih intens dan merubah
penangannya lebih baik lagi dengan kekuatan anggaran yang besar.
Gubernurnya yang seperti artis kurang jatah syuting sehingga gemar naik
panggung serta mencari sensasi dengan memberikan pidato "sampah"
sehingga menambah kepanikan masyarakat harusnya di caci maki oleh
siapapun yang terpanggil berjuang melawan wabah virus corona tak
terkecuali dokter Tirta ini yang meraung raung perihal APD dan
keselamatan dokter.
Dana
130 miliar untuk penanganan corona tidak ada seupilnya dibanding
anggaran Formula E yang mencapai 1,6 Triliun dan di tambah sebelumnya
harus menyetor dana sebesar 345 miliar ke penyelenggara untuk menjadi
tuan rumah seperti DKI Jakarta ini. Apakah Anies tidak punya hati dimana
sebanyak 78 jiwa warga DKI telah melayang akibat tertular virus
covid-19 ini sehingga anggaran penanganan virus corona sekecil ini ?
Anies
yang Gubernur Jakarta, seharusnya dia bertanggung jawab terhadap
keselamatan warganya. Anies harusnya mengikuti saran ketua DPRD DKI yang
meminta Anies mealokasi anggaran formula E menjadi penanganan wabah
corona ini. Mungkin jika dia melakukan hal itu warga Jakarta yang
meninggal akibat virus covid-19 ini tidak harus sebanyak 78 jiwa, yang
menjadi paling terbanyak diantara provinsi provinsi di seluruh
Indonesia.
Anies
yang mantan pecatan menteri Jokowi, memang sudah terlihat tidak becus
bekerja dan hanya pandai berkata kata yang terbukti dalam penanganan
banjir Jakarta yang terkesan tidak melakukan apa apa. Akibatnya sekarang
banyak yang memahami mengapa Jokowi memecat dia dari jabatan menteri
pendidikan saat itu. Tapi tak ada yang mengira dia berhasil menjadi
gubernur Jakarta mengalahkan kandidat unggulan seperti Ahok dan Agus.
Anies
yang pendukungnya menggunakan mayat sebagai salah satu jalan
memenangkan pertarungan pilkada DKI mungkin memang terbiasa dengan
memainkan mayat dalam mencapai tujuan politiknya. Terbukti bagaimana dia
merasa kurang dengan jumlah 78 korban jiwa meninggal di DKI akibat
corona sehingga dalam pidato beberapa lalu menyebutkan 283 korban
meninggal yang di makamkan dengan Protab Covid-19. Pidato yang sesat dan
menyesatkan!
Sadis
memang Anies ini. Bagaimana hausnya kekuasaan demi tujuan tujuan
tertentu dalam politik. Bukannya memperbaiki kinerjanya dalam penanganan
covid-19 malah memainkan isu isu tidak bermoral seperti 283 jiwa ini
ditengah tragedi kemanusiaan seperti pandemi covid-19 ini.
Hanya
orang orang tak berhati yang sanggup melakukan ini dimana orang orang
berlomba lomba untuk membantu penanganan covid-19 seperti masyarakat,
pengusaha dan pemerintah pusat memberikan dana sebanyak banyaknya agar
membantu melawan tragedi kemanusiaan ini, Anies hanya memberikan secuuil
dana APBD yang di punya dan menari nari dengan isu mayat didalamnya.
Padahal Jokowi sudah memberi contoh sebanyak 500 Triliun untuk penangan
covid-19 serta dampaknya.
Kepada
dokter Tirta yang katanya sangat sayang kepada gurunya, buktikan
baktimu untuk beliau. Tamparlah Anies ini, bukan malah berfoto foto dan
bercanda gurau dengan dia, walaupun bisnis "ruang kerja" mu ada di
program oke oce milik pemprov DKI (menurut akun twitter digeembok)
buktikanlah bahwa jasa gurumu lebih besar dari pada kebutuhan perutmu.
Bagi
kalian warga DKI Jakarta khususnya pendukung Anies, bangunlah dari
tidur mu lihatlah keluarga dan sahabat sahabatmu ataupun dirimu sendiri
yang mungkin akan jadi korban keganasan covid-19 ini, mari kita lebih
memaksa si gubernur terbodoh versi google ini lebih bekerja serius
menangani virus corona ini dengan lebih banyak membangun fasilitas
kesehatan, kebutuhan APB dan kebutuhan dokter serta paramedis bukan
malah naik panggung dan berpidato "sampah" yang bikin tambah cemas.
Jangan
sampailah kita menjadi korban, keluarga atau sahabat kita karena
kekurangan fasilitas, alat dan pertolongan medis di wilayah DKI Jakarta
ini. Bangun dan bangkitlah warga Jakarta, mari bersama sama melawan
tirani dan kezaliman ini, bersama insyallah kita pasti bisa. Merdeka!
#AniesMundurAja
Sumber :
https://bisnis.tempo.co/read/1323368/jokowi-minta-ada-anggaran-khusus-corona-di-apbn-dan-apbd
Viral! Mantan Wartawan Bongkar Kerjasama
Media dan DKI 1 Di Tengah Corona!
Anies
memang top soal anggaran. Setelah APBD DKI habis untuk bongkar pasang
bambu, waring item dll. Muncullah mark up anggaran lem aibon dan
kawan-kawan. Kini di tengah badai corona yang menjangkiti banyak warga
DKI. Muncullah isu jenazah yang secara ajaib diberitakan serentak
berbagai media. Padahal anggaran DKI untuk corona termasuk paling
sedikit ketimbang 3 provinsi lainnya.
Untungnya
salah satu wartawan senior berani membongkar akal-akalan media dengan
Balaikota. Namanya Andi Atthira yang merupakan lulusan jurnalistik
Universitas Dr. Soetomo dan juga bekerja sebagai jurnalis Jawapos. Tentu
saja pernyataannya yang kini viral menampar berbagai media kotor yang
tega memakan cuan di tengah korban corona.
Berikut statusnya di FB:
“Mas
nanti ‘penjelasannya’ sama saya ya, tapi jangan lupa judul harus sesuai
press rilis, itu permintaan sibos soalnya,” begitu dialog yang sering
saya ucapkan sambil berbisik bisik, ketika saya menjadi koordinator
media seluruh Indonesia, dunia dan akhirat, yang dulu sering saya
kerjakan, selama bertahun tahun.
Maka...
beberapa hari kemudian semua media menurunkan beritanya sesuai
permintaan saya, judul dan isi serupa. Tugas saya selesai, lanjut ngopi
dan shopping di Plaza Senayan. Mau masuk koran seluruh Indonesia, berita
di TV, media online, infotainmen, mau berapa ratus media, panggil gue
aja, deal, semua akan beres. Berita tidak menarik pun disetting jadi
menarik.
Yess.
Saya hanya cerita pengalaman dan kisah nyata saya, mantan wartawan 7
tahun, yang sering mengkoordinir seluruh wartawan nasional, untuk jumpa
pers artis, pemusik, pengusaha atau pejabat tinggi, termasuk saya juga
sering menyalurkan amplop amplop dan transfer ke rekening teman teman
yang sudah memuat beritanya. Dulu istilahnya saya hanya bunyiin
sempritan aja wartawan bisa kumpul. Bahasa kalbu mereka sensitif kalau
saya yang ngundang mereka.
Contoh
judul judul yang saya maksud senada seirama itu seperti potongan berita
berita di bawah ini. Anies tentu tidak salah. Tapi yang cerdas adalah
konsultan politik dan koordinator medianya. Saya dulu pernah mengerjakan
hal hal seperti ini, termasuk membantu Andi Mallarangeng mengundang
media dan meracik berita yang harus ditulis, saat mengenalkan partai
barunya. Saya pernah diajak teman bergabung di timnya, menjadi tim
sukses beberapa Caleg dan Partai untuk memainkan media. Tapi maaf saya
anti politik praktis, saya tolak.
Saya
juga pernah mengkoordinir wartawan dan infotainment untuk pernikahan
Sophia Latjuba, Puput Melati, kasus hukum Manohara, Inul Daratista dan
Rhoma Irama, dan lain lain. Saya bisa mengarahkan angle berita semua
media saat itu. Yang lebih stright lagi, saya pernah menyetir teman
teman wartawan dengan memberi daftar pertanyaan. Mereka tidak boleh
bertanya yang tidak ada dalam daftar pertanyaan. Kalau tidak, maka
pertanyaannya akan diabaikan. Ini baru level bawah yah. Di level
tertinggi negosiasinya minimal di tingkat redaksi, ada lagi di atasnya
pemimpin redaksi bahkan pemilik media. Nilainya ? Sesuai level yang
pasti.
Apakah
hal seperti itu wajar ? Ya. Lumrah lumrah saja di dunia media. Tapi
ingat potongan potongan berita berjudul sama di bawah ini hanya contoh,
habis sudah lama saya tidak melihat judul judul yang seirama seperti
ini. Tuh kan suara saya jadi ikutan bergetar...!!! 😝😝😝😝😝
Berikut
ss media dengan judul yang sama soal Anies suaranya bergetar saat
menyebut jumlah jenazah yang dimakamkan dengan protap Covid 19:
Tak
bisa dipungkiri kalau wabah corona memukul banyak industri termasuk
iklan. Tapi melacurkan diri demi uang di tengah musibah nasional adalah
tindakan tercela. Tega-teganya mempolitisasi nyawa manusia yang juga
saudara sebangsa. Apalagi media Tirto yang sudah berani menurunkan judul
"Ramai-Ramai Istana Jegal Kebijakan Anies Terkait Covid 19". Ini
benar-benar kelewat batas.
Semoga
nanti saat ada darurat sipil, pemerintah bisa menindak tegas media yang
memperkeruh suasana. Mereka hanya berorientasi uang semata tanpa
memperdulikan keselamatan warga. Kalau dengan teguran tak diindahkan ada
baiknya ditindak secara pidana. Tentunya kita mengharapkan adanya kerja
sama antara pemerintah dan rakyat dalam melawan corona. Jangan sampai
ada media provokator yang membuyarkan itu semua.
Dahulu
akun @kurawa pernah menegur mereka karena menurunkan berita bernarasi
sama yakin goodbener di tengah musibah banjir. Salah satu wartawan
bernama Ainur juga sempat menegur kompas dan Jawapos yang memiliki
konten sama persis lalu akhirnya ditarik oleh Jawapos bersama permintaan
maaf. Kini tagline sama tentang suara bergetarnya Anies kembali
diulang.
Ini
jelas-jelas memanfaatkan cuan di tangah musibah. Entah di mana hati
para jurnalis kita hingga tega menjual kesengsaraan rakyat demi uang.
Kalau dokter dan relawan saja berkorban nyawa, setidaknya mereka tak
menyia-nyiakan pengorbanan mereka dengan isu baru yang memanaskan
suasana.
Ubedilah Badrun dan Motif “Jahat” Dibalik
Teriakan Lockdown Jakarta
Berdasarkan
situs resmi covid19.go.id pada saat penulis menyelesaikan tulisan ini
pada tanggal 1 April 2020, terdapat 1.677 kasus yang sudah
terkonfirmasi, 1.417 dalam perawatan, 103 orang yang sudah sembuh dan
157 orang yang meninggal di seluruh Indonesia.
Dari
semua provinsi yang ada di Indonesia, pasien terkait virus Corona itu
paling banyak terdapat di provinsi DKI dengan jumlah 808 kasus yang
terkonfirmasi, 50 orang yang sembuh dan 85 orang yang meninggal.
Kenapa ya, provinsi DKI Jakarta merupakan provinsi yang terbanyak memiliki jumlah kasus virus Corona ini?
Bukankah Anies Baswedan mengatakan sudah melakukan pembatasan sosial skala besar seperti arahan Presiden Jokowi?
Itu omongannya, tapi faktanya apa?
Ada
yang ingat Anies Baswedan mengumpulkan jajaran Wali Kota, Bupati,
Camat, dan Lurah seluruh Jakarta. Anies ingin memastikan pembatasan pada
tanggal 19 Maret 2020 lalu?
Di
tengah situasi wabah Corona, Pemrpov. DKI Jakarta malah membuat
kumpulan massa dengan dalih operasi pasar. Kesannya peduli masyarakat
padahal itu malah bisa memperparah penyebaran virus Corona karena semua
masyarakat berkumpul menjadi satu. Dan akhirnya kegiatan operasi pasar
itu ditunda seperti yang dilansir dalam situs https://jakarta.bisnis.com/read/20200322/384/1216580/operasi-pasar-murah-di-jakarta-ditunda-masyarakat-diminta-tetap-tenang
Kalau
memang niat membantu masyarakat, tinggal lihat data warga miskin di
Jakarta lalu bisa disalurkan oleh Ojol gak perlu berdesakan. Masyarakat
miskin terbantu, Ojol juga terbantu dan masyarakat tidak terkumpul di
satu tempat sehingga dapat mencegah peneybaran virus Corona di Jakarta.
Itu
belum lagi kebijakan “kejut” Anies Baswedan dalam hal transportasi yang
membuat masyarakat antri di tengah panas terik maupun hujan sehingga
membuat semuanya malah amburadur seperti yang diberitakan dalam situs https://www.cnnindonesia.com/nasional/20200316130738-20-483821/kebijakan-blunder-transportasi-anies-berujung-amburadul
Bahkan pada awal Maret lalu, Pemprov. DKI TEGA menjual masker kepada rakyat Jakarta dengan harga Rp 300 ribu per kotak (box)! Sumber
Dimana ”otak” mereka yang tega mencari untung di tengah situasi wabah virus Corona ini???
Itulah sebagian contoh bagaimana “tidak becusnya” kinerja Anies Baswedan dalam mencegah penyebaran virus Corona di Jakarta!
Dan
lucunya, masih ada yang mengatakan Anies Baswedan sudah banyak
melakukan kegiatan untuk melawan vwabah virus Corona di Jakarta?
APBD
DKI tahun 2020 itu berjumlah Rp 87,95 triliun tetapi Pemprov DKI hanya
menganggarkan Rp 54 miliar untuk penanganan wabah virus Corona ini di
awal Maret 2020 lalu. Sumber
Jumlah
anggara untuk melawan virus Corona sebesar Rp 54 miliar itu jauh lebih
kecil dari anggaran lem aibon yang jumlahnya sebesar Rp 82 miliar eh
salah malah Rp 126 miliar kata ICW!
Ternyata anggaran untuk menyelamatkan nyawa rakyat Jakarta “lebih murah” dari anggaran lem aibon!
Dan
di akhir Maret, setelah kasus wabah virus Corona semakin banyak,
Pemprov DKI menggelontorkan Rp 130 miliar untuk lawan virus Corona?
APBD DKI tahun 2020 berjumlah Rp 87,95 triliun tetapi anggrannya untuk lawan Corona “hanya” Rp 130 miliar???
APBD
Jawa Barat tahun 2020 hanya berjumlah Rp 46 triliun tetapi berani
menganggarkan Rp 500 miliar untuk melawan wabah virus Corona!
APBD
Jawa Timur tahun 2020 yang hanya berjumlah Rp 35 triliun tetapi berani
menganggarkan Rp 264 miliar untuk melawan wabah virus Corona!
Bahkan
APBD Jawa Tengah yang hanya berjumlah Rp 28,3 triliun tetapi berani
menganggarkan Rp 1 triliun untuk melawan wabah virus Corona!
Perbandingan APBD Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah
Perbandingan alokasi anggaran Jakarta, Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah untuk melawan virus Corona!
Aneh
tapi nyata, Provinsi DKI Jakarta yang memiliki jumlah kasus virus
Corona terbanyak di Indonesia malah anggarannya lebih kecil dibandingkan
provinsi Jawa Barat. Jawa Timur dan Jawa Tengah padahal APBD Jakarta
jauh lebih besar dari APBD ketiga provinsi Jawa!
Jadi sudah kelihatan bagaiman “tingkat kepedulian” Anies Baswedan kepada rakyat Jakarta!
Lockdown Jakarta
Setelah makin banyak kasus virus Corona di Jakarta, maka banyak yang teriak lantang lockdown Jakarta!
Sepertinya lockdown adalah satu-satunya solusi dalam melawan virus Corona ini, tapi faktanya di beberapa negara, kebijakan lockdown ini malah membuat kekacauan!
Di Italia mulai terjadi penjarahan, di Lebanon kacau balau, di India malah menimbulkan panic buying dan kesenjangan sosial, di Tunisia juga malah menimbulkan demo dari rakyat miskin!
Akhirnya PM India minta maaf terkait kebijakan lockdown dan Gubernur New York (Amerika Serikat) menyesal karena menerapkan lockdown!
Jadi, masih yakin lockdown adalah solusi terbaik untuk Jakarta?
Lalu, kenapa mereka masih teriak lockdown Jakarta?
Kesannya sih mereka peduli banget tentang rakyat Jakarta, padahal itu semua hanya "kedok" saja!
Penulis menemukan sebuah berita di media RMOL yang menceritakan secara jelas berapa biaya yang dibutuhkan oleh Jakarta terkait lockdown ini….
Dari judulnya tertulis bahwa “Lockdown DKI Butuh Rp 12,4 T, Begini Rincian Dan Pembiayaannya”
Isinya tentang pendapat Ubedilah Badrun dengan teorinya untuk melawan virus Corona dengan cara lockdwon di Jakarta.
Penulis akan membahas sekilas siapa Ubedilah Badrun ini sebelum kita bahas teori lockdown nya di Jakarta.
Ubedilah
Badrun yang merupakan Pengamat Politik Universitas Negeri Jakarta ini
pernah mengatakan bahwa Presiden Jokowi adalah produk politik simulacra
yaitu sebuah episode industri politik yang mampu menghadirkan pemimpin
melalui proses pencitraan yang masif dan sistemik!
Ubedilah
ini juga mengatakan bahwa elektabilitas Ahok akan turun jika diproses
hukum dalam kasus penistaan agama, jadi tidak heran jika muncul demo
berjilid-jilid dengan dali bela agama karena tujuannya agar nama Ahok
rusak!
Dan
saat nama Ahok muncul sebagai kandidat kuat orang yang akan memimpin
Ibu Kota baru, Ubedilah ini “nyinyir” Ahok dengan mengatakan bahwa Ahok
terbukti kasus penistaan agama dan kasus dugaan korupsinya (Sumber
Waras) dihentikan karena KPK menyebutkan jika Ahok tidak punya niat
jahat?
Faktanya KPK menghentikan kasus Sumber Waras karena tidak ada korupsi dalam kasus tersebut Sumber jadi bukan seperti nyinyiran Ubedilah Badrun yang mengatakan KPK menyebutka jika Ahok tidak punya niat jahat!
Jadi
intinya, Ubedilah Badrun ini adalah salah satu orang yang “anti”
terhadap Presiden Jokowi dan Ahok, jadi sudah paham dia pendukung
siapa…!
Lalu kenapa dia teriak lockdown Jakarta?
Dari berita RMOL di atas, Ubedilah Badrun mengatakan bahwa Jakarta butuh Rp 12,4 triliun untuk melakukan lockdown dan uang tersebut untuk membiayai makan, kebutuhan listrik, air, alat medis dan petugas medis selama 14 hari masa lockdown.
“Jadi
tidak terlalu mengganggu APBN dan APBD DKI Jakarta. Jika DKI Jakarta
siap Rp 8,7 triliun, pemerintah pusat tinggal nambahin Rp 3,7 triliun.
Sehingga cukup memenuhi Rp 12,4 triliun untuk kebutuhan lockdown Jakarta
selama 14 hari," tuturnya
Teorinya,
Ubedilah Badrun ini mengatakan Pemprov DKI bisa menyisihkan Rp 8,7
triliun dan pemerintah pusat menggelontorkan Rp 3,7 triliun kepada
pemerintah Jakarta sehingga biaya total lockdown Jakarta adalah sebesar Rp 12,4 triliun!
Rp 12,4 triliun untuk biaya lockdown Jakarta?
Teori itu mudah tapi fakta di lapangan?
Pemprov
DKI yang APBD nya berjumlah Rp 87,95 triliun lebih besar dari APBD Jawa
Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah “hanya” menggelontorkan 130 miliar
untuk melawan wabah virus Corona boro-boro mau menggelontorkan Rp 8,7
triliun!
Atau semua ini hanya ”taktik” agar dapat uang dari pemerintah pusat saja?
Bukankah kas Pemprov DKI Jakarta menipis karena wabah virus Corona ini?
Tidak percaya jika kas Pemprov DKI itu menipis?
Silahkan simak pengakuan Sekretaris Bapenda DKI Jakarta Pilar Hendrani…
"Karena kebutuhan kami Pemprov DKI Jakarta
sedang banyak sekali, jujur saja. Uang yang masuk itu sekarang langsung
dibelanjakan. Penerimaan pajak daerah itu salah satu yang kita andalkan
untuk membeli alat-alat penanganan Covid-19 ini," ungkap Sekretaris
Bapenda DKI Jakarta Pilar Hendrani kepada Bisnis. Sumber
Hmmmm, sekarang semuanya masuk akal bukan?
Anies
Baswedan mengatakan dia sudah melakukan kebijakan pembatasan sosial
skala besar seperti arahan Presiden Jokowi, tetapi faktanya jumlah
pasien terkait virus Corona di provinsi Jakarta adalah yang terbanyak di
Indonesia!
Lalu muncul orang seperti Ubedilah Badrun yang “anti” terhadap Presiden Jokowi dan Ahok lalu teriak lockdown
Jakarta agar pemerintah pusat mau memberikan bantuan uang triliunan
kepada pemerintah DKI Jakarta dengan dalih untuk melawan virus Corona
padahal faktanya saat ini kas Pemprov DKI Jakarta menipis!
Lalu ujungnya mereka mereka teriak lockdown Jakarta agar pemerintah pusat (Presiden Jokowi) mau memberikan uang kepada Pemprov DKI yang kas nya sudah menipis!
So,
masih percaya mereka peduli kepada rakyat Jakarta dalam wabah virus
Corona ini atau hanya ingin uang dari pemerintah pusat (Presiden Jokowi)
untuk menutupi kas Pemprov DKI yang menipis???
Jadi sudah paham apa dan siapa sebenarnya Ubedilah Badrun ini…
Ubedilah
Badrun, daripada ente “pansos” dengan “nyinyirin” Presiden Jokowi dan
Ahok, lebih baik ente urusin tuh mahasiswa antek teroris HTI dengan nama
Gerakan Pembebasan di kampus UNJ! Sumber
Wassalam,
Nafys
3 Hal Ini Harus Dipastikan untuk Lockdown
Sosial
media masih menarik perhatian untuk dibahas mengenai pengambilan
langkah pemerintah untuk lockdown. Misalkan twit dari Ismail Fahmi yang
menyebutkan pro dan kontra tentang lockdown. Lalu, twit Dandhy Laksono
yang diambil dari argumentasi guru besar yang mengatakan hanya butuh Rp 4
triliun untuk membantu makan, listrik dan air selama 14 hari.
Dengan adanya aturan Work From Home (WFH) dan Sekolah mulai diliburkan,
ini adalah langkah awal sebelum pada akhirnya lockdown. Serta PT KAI pun
telah melakukan pembatalan 19 perjalanan di Pulau Jawa. WFH di Jakarta
baru berjalan 2 minggu dari 4 minggu yang ditentukan oleh pemerintah DKI
Jakarta. Nah, setelah 4 minggu tidak ada efek apapun, baru masuk dengan
kebijakan lainnya yang lebih meningkat.
Kurang Tepatnya Pengumuman Darurat Corona
Di
sisi lain, langkah pemeritah pusat yang mengumumkan darurat corona
hingga 29 Mei 2020 ini langkah yang salah. Di mana pada tanggal tersebut
adalah waktu untuk mudik. Pengumuman tersebut lamban direspon oleh
Kementerian Perhubungan untuk yang tidak memberlakukan mudik. Di media
pun hanya ada pemberitaan tentang siapa dan berapa yang meninggal akibat
covid-19, pada akhirnya mereka merasakan Jakarta sudah tidak aman lagi.
Pulang-kampung
menjadi langkah pertama merasa aman dan nyaman bagi para perantau di
Jakarta. Alhasil, kita melihat kurva angka yang terkena covid-19 ini
meningkat. Juru Bicara pemerintah untuk penanganan covid-19, Achmad
Yurianto pada akhirnya membuat stigma warga miskin membawa covid-19.
Padahal, ini terjadi atas lemahnya koordinasi dari beberapa kementerian
yang menjadi ujung tombak penanganan covid-19.
Berbicara
tentang covid-19 tentang pro-kontra lockdown ini sangat menarik.
Beberapa orang menekan pemerintah pusat untuk melakukannya, tapi lupa
jika Indonesia ini ada beberapa pemerintah. Mulai dari Kota/kabupaten,
provinsi dan pusat. Karena beberapa kementerian dan presiden Indonesia
doyan bersosial media, pada akhirnya banyak pihak yang mendesak adanya
lockdown ke pemerintah pusat.
Pemegang Aturan Lockdown
Baiknya,
yang bergegas untuk melakukan lockdown ini pemerintah provinsi dan
kota/kabupaten setempat. Hal ini juga telah dilakukan oleh satu provinsi
di China, Hubei. Walaupun begitu, namanya Indonesia berbeda dengan
negara lainnya, aturan lockdown dipegang oleh pemerintah pusat, Jika
seandainya pemerintah kota/kabupaten dan provinsi yang melakukan
lockdown, catatan yang paling utamanya adalah menjaga pintuk masuk
setiap perbatasan kota/kabupaten dan provinsi. Setiap orang yang datang
dari perbatasan tersebut harus ditutup. Seperti stasiun, bandara dan
terminal harus ditutup. Jangan sampai ada penurunan penumpang di wilayah
yang melakukan lockdown.
Kalaupun
harus masuk, perlu diperiksa banyak hal. Salah satunya rapid test
dilakukan di sana. Misalkan di terminal atau stasiun tempat turunnya
penumpang. Kota/kabupaten dan provinsi yang akan melakukan lockdown pun
harus dilengkapi dengan kesiapan yang matang. Mulai para medis yang
memeriksa sudah harus paham bagaimana pemeriksaan covid-19. Satpol PP
dan keamanan pun harus dengan sigap melakukan periksaan orang-orang yang
datang melalui perbatasan tersebut.
Saya
pun sepakat dengan sketsa yang dilakukan oleh Dewan Guru Besar FKUI
tentang anggaran yang perlu dikeluarkan oleh pemerintah. Namun, apakah
anggaran tersebut tersebut diberikan secara tunai atau dalam bentuk
lainnya. Berbicara lockdown, tidak mungkin jika harus menyerahkan secara
tunai. Ini sangat beresiko. Hal yang bisa dilakukan oleh pemerintah
daerah mengenai subsidi ini memberikan dalam bentuk sembako.
Pembagian Tugas Pemerintah Pusat dan Daerah
Jawa
Barat menjadi penggagas masyarakat yang menerima bantuan yang terkena
dampak corona yang berpotensi meningkatkan angka kemiskinan. Subsidi
yang diterima masyarakat sebesar Rp 500 ribu/bulan. Sedangkan pemerintah
pusat memberikan Bantuan Pangan Non-Tunai sebesar Rp 200 ribu/bulan
kepada 15,2 juta Kepala Keluarga (KK). Serta dilonggarkan cicilan
kendaraan bagi para ojek online.
Begitu
juga dengan siapa yang menjadi prioritas menerima manfaat tersebut.
Jika dalam kontek DKI Jakarta, ini agaknya sulit ditentukan. Sebab, di
Jakarta sendiri ada banyak masyarakat yang tidak berstatus KTP Jakarta.
Agaknya menjadi hal yang dilematis jika hanya diberikan kepada warga
dengan KTP DKI Jakarta saja. Lalu, bagaimana tugas pemerintah pusat?
Pemerintah pusat memberikan aturan rinci siapa saja yang wajib buka
ketika lockdown terjadi. Indonesia sendiri menggunakan pasar tradisional
sebagai pusat perbelanjaan.
Keadaan
ini cukup dilematis yang mana pasar tradisional menjadi salah satu
tempat potensi penyebaran corona. Di pusat perbelanjaan (Mall) beberapa
resto hanya buka hingga pukul 17.00 atau 18.00 WIB saja. Lalu, bagaimana
dengan Pedagang Kaki Lima (PKL) makanan yang hidupnya bergantung pada
laku tidaknya makanan yang mereka jual setiap hari. Jika mereka terkena
imbas dari agenda lockdown, mereka menjadi potensi awal bertambahnya
pengangguran dan kemiskinan. Keadaan-keadaan ini harus diperhatikan
dengan jelas.
Stres Dibuang Zulhas dan PAN, Amien Rais
Politisasi Corona sebagai Tentara Allah!
Amien
Rais kembali berulah dengan membawa wabah ini untuk mempolitisasi
agama. Setelah Somad kelabakan karena menyebut corona tentara Allah tapi
ikut menggilas Arab Saudi dan banyak negara timur tengah, kini giliran
Amien Rais berulah. Ia menyeret-nyeret LGBT sebagai penyebab diturunkan
corona pada vlognya hari ini. Apakah ini semua ada hubungannya dengan
kekecewaannya pada Zulhas dan PAN?
Amien
Rais sendiri diisukan sempat akan membuat partai baru karena namanya
dicoret dari kepengurusan PAN. Amien Rais tentu sakit hati karena PAN
yang ia bina mencampakkannya dan membuatnya tak berarti. Itulah yang
membuat ia kembali mempolitisasi agama sebagai senjata untuk menaikkan
popularitasnya. Padahal semua masyarakat tahu kalau corona tak menganal
agama atau suku bangsa dalam serangannya.
Seperti diberitakan detik.com,
politikus senior Amien Rais nge-vlog dengan cucu saat social
distancing di rumah. Amien Rais menyebut virus Corona atau COVID-19 bak
tentara Allah untuk menegur manusia yang tidak mengindahkan nilai agama.
"Kalau
saya, Corona itu, boleh dikatakan kuno, nggak ilmiah nggak apa-apa,
tapi contohnya surat Al-A'raf ayat 130 ketika itu Firaun sombong sekali
mengejek Musa, 'Mana Musa, kalau kamu punya Tuhan, datangkanlah sesuatu
yang membuat kami kerepotan, kami cemas, kami sedih'," kata Amien Rais.
Dalam vlog itu,
Amien lalu menguraikan musibah-musibah yang dialami bangsa Mesir atas
kesombongan Firaun. Di antaranya wabah belalang, kutu, hingga air Sungai
Nil menjadi darah.
"Waktu
itu Si Firaun pernah mengatakan, 'Wahai, Musa, tolong. Kami sekarang
sudah percaya pada Tuhanmu, Allah Yang Maha Esa. Kalau Tuhanmu bisa
mengenyahkan musibah ini, kami akan beriman kepada tuhanmu, kepada
Allah, dan akan saya bolehkan bangsa Palestina ke tanah airnya.' Tapi
dasar Firaun manusia sombong bukan main, ketika bencana dicabut Allah,
dia menantang kembali menjadi kaum penuh dosa," urai Amien Rais.
"Saya
kira ini sama saja. Corona ini tentara Allah yang tidak kelihatan,
tidak bisa ditembak dengan bazoka, tidak bisa diapa-apakan. Tapi
sekarang sudah lebih banyak yang meninggal 30 ribu, di Italia lebih
banyak dari China, bahkan Amerika juga hampir 2.000 kalau nggak salah,
dll," ujar Amien Rais menjawab pertanyaan cucunya soal Corona di
Al-Qur'an dan hikmahnya.
Itu
dikatakan Amien Rais saat nge-vlog bersama cucunya, Sofie, seperti
dikutip detikcom dari akun YouTube Sofie & Sasha Rahmadi, Rabu
(1/4/2020). Vlog ini juga diunggah Amien Rais di akun Instagram resminya
@amienraisofficial.
Amien
mengaku melihat wabah virus Corona atau COVID-19 ini sebagai teguran
dari Allah kepada manusia. Dia mengibaratkan teguran ini sebagai
pengingat para manusia kembali ke nilai agama.
"Itu
ya, Cucuku, kalau saya melihat ini teguran, jeweran dari Allah kepada
manusia modern yang tidak lagi mengindahkan nilai-nilai agama. Sekarang
ada LGBT, ada same sex marriage, perempuan sama perempuan itu nggak
masuk akal. Dalam dunia binatang kan tidak ada, ayam jago dengan jago,
domba jantan dengan jantan, karena itu dihentakkan dengan Corona ini,"
ucap Amien.
Amien
Rais juga menyinggung virus ini ada karena alam telah rusak. Wabah
diyakini Amien sebagai pengingat bahwa masih ada kuasa Allah di atas
manusia..
"Mbah
Amien percaya bahwa sejak dulu, thousands years ago, Allah menjewer
hamba-hamba-Nya biasanya dengan kejadian alam. Jadi dihentak, dibuat
syok bahwa kamu manusia tidak bisa apa-apa, di atas kamu ada alam yang
bisa mengingatkan kamu supaya kamu tidak sombong, tidak kemudian
berpikir hanya dunia ini dll," ujar Amien Rais.
Amien juga mengutip surat Ar-Rum ayat 41 tentang kerusakan di daratan dan lautan karena ulah manusia.
"Ayat
dalam surat Ar-Rum ayat 41, jadi telah muncul kerusakan di daratan dan
lautan karena ulah tangan manusia yang merusak bumi. Kemudian itu nanti
akan menyebabkan Allah memberikan teguran musibah, supaya manusia
kembali ke jalan yang benar," tuturnya.
Amien
Rais memang politikus kolot dan kuno, apa saja ia jadikan bahan
menggoreng agama tanpa melihat sisi edukasinya. Boleh-boleh saja ia
berceramah mengenai kesombongan Fir'aun, tapi nyatanya ia sendiri
manusia sombong yang tak mengakui kepemimpinan Jokowi hingga bernadzar
jalan kaki Jogja-Jakarta kalau Jokowi terpilih. Mungkin karena
kesombongnnya Indonesia jadi dilewati wabah corona.
Amien
Rais juga kerap memfitnah pemerintah. Mengadu domba aparat dan rakyat
saat demo berujung rusuh dengan mengumbar selongsong peluru yang
nyatanya bukanlah milik aparat. Amien Rais pula yang menyerukan
kedaulatan rakyat untuk memancing emosi massa. Untungnya kini ia tak
meminta lockdown, mungkin sudah tak ada lagi elit yang mau memakai
jasanya. Apalagi setelah ia dibuang PAN dan Zulhas.
Lihat
saja omongannya soal corona yang semakin kacau. Amien Rais boleh
mengatakan ini dampak kerusakan alam. Tapi untuk menunjukkan azab bagi
LGBT, ini jelas salah sasaran. Sebab penderita corona yang kemudian
meninggal tidaklah serta merta LGBT, bahkan kebanyakan kelairga normal.
Kenapa Amien sebegitu stresnya mengedukasi cucunya dengan membawa LGBT.
Apa dia pikir saat ini jaman Nabi Luth? Ayo move on Mbah!
Semua
ada masanya, saat ini corona sebagai siklus flu baru yang biasa muncul
100 tahun seperti flu Spanyol. Corona juga turunan SARS dan MERS namun
lebih menular hingga menyebabkan kematian. Untuk itu aturan pembatasan
sosial penting dilakukan. Hikmahnya kini lapisan ozon bumi mulai menutup
dan bumi menjadi sehat kembali. Meski untuk itu ekonomi dan nyawa
manusia harus dikorbankan. Semoga saja Indonesia bisa cepat bangkit dari
wabah ini. Usul pada Mbah Amien, jangan mau diajak ketemuan elit untuk
seruan lockdown. Bahaya! Usia udzur tingkat kematiannya juga lebih
tinggi kalau banyak ketemuan.
Begitulah kura-kura.
Referensi:
Re-post by MigoBerita / Kamis/02042020/11.39Wita/Bjm