Migo Berita - Banjarmasin - Dari Harun Yahya, Riziq Shihab, vaksin Covid 19 hingga Berita HOAX
10 Hoaks Soal Vaksin Corona (Sinovac) yang Mungkin Sudah Terlanjur Meracuni Masyarakat
Dalam tayangan di YouTube, dengan channel Cokro TV, Ade Armando tak luput mencermati dan mengulas soal RIbka Tjiptaning yang menolak divaksin secara terang-terangan, lalu memberi pernyataan yang lebih terdengar sebagai provokasi supaya masyarakat juga menolak divaksin.
Soal Ribka Tjiptaning ini rasanya sudah banyak dibahas oleh para penulis, juga menjadi kontroversi di kalangan netizen Indonesia, jadi saya tak perlu membahas lagi soal sosok yang berasal dari partai yang cukup kuat di negeri ini.
Nah, dalam tayangan yang diberi judul RIBKA TJIPTANING DAN KEDUNGUAN SOAL VAKSINASI tersebut, saya terkejut bahwa ternyata ada 10 kabar bohong, yang mengarah pada narasi yang ingin menyesatkan dan membohongi masyarakat terkait vaksi Sinovac, yang kita tahu bersama sudah dimulai proses pemberian vaksinnya.
Presiden Joko Widodo sendiri menjadi yang pertama disuntik vaksin, untuk menguatkan kepercayaan masyarakat bahwa vaksin ini benar-benar aman dan bisa mulai disuntikkan kepada masyarakat, dengan aturan maupun ketentuan yang sudah ditentukan oleh pemerintah.
Saya sendiri sih kalau memang dinyatakan sebagai calon penerima vaksin, misalnya dengan pertimbangan sebagai penulis SEWORD (halah ….GR banget seeeh…!), saya pun siap untuk divaksin, karena saya memang tak pernah takut dengan yang namanya suntik-menyuntik.
Apa saja 10 kabar hoaks yang sempat beredar??
Nah, tidak termasuk dengan tuntutan yang seakan tak ada habisnya, juga terkesan bahwa Presiden Jokowi akan dicari-cari kesalahannya, berikut ini 10 kabar hoaks yang sempat beredar di masyarakat, bahkan mungkin sekali masih beredar di grup-grup WA, seperti disampaikan oleh Ade Armando dalam tayangan yang sumber aslinya bisa SEWORD-ers klik pada bagian akhir artikel ini:
(1) Vaksin ini modus operandi dari PKI atas perintah negara China untuk habisi rakyat Indonesia
(2) Sinovac membahayakan, buktinya pemerintah China sendiri tidak menggunakan untuk warganya
(3) Reaksi senyawa vaksin Sinovac dapat memicu virus Corona untuk membelah diri, lalu berkembang menjadii virus baru yang semakin ganas
(4) Penerima pertama suntikan vaksin Sinovac diberitakan meninggal dunia
(5) Sinovac yang dikirim untuk uji klinis bukan vaksin sesungguhnya, hanya untuk uji coba
(6) Sinovac mengandung sel kera hijau – Eh busyet, nggak sekalian Kera Sakti?
(7) Vaksin Sinovac mengandung Corona hidup yang dilemahkan
(8) Vaksin Covid-19 mengandung boraks, formalin, merkuri
(9) Sinovac adalah vaksin yang paling lemah dibanding vaksin-vaksin lainnya
(10) Relawan uji coba vaksin Sinovac mengalami gangguan syaraf sehingga menimbulkan gangguan pada tangan
Nah, di antara belasan komentar yang saling berbalas soal tayangan Ade Armando tadi, dua komentar berikut menarik perhatian saya. Dimulai dari pemilik akun “PUNXGOARAN Official” yang berkata:
”Setiap orang berhak menerima dan tidak menerima vaksin, kalian yg mau di vaksin ya silahkan jangan memaksa ataupun mensanksi mereka yg tidak mau di vaksin. Begitu pula sebalik nya yg tidak mau di vaksin ya sudah jangan mengajak mereka yg mau di vaksin untuk tidak di vaksin. Semua Berhak atas apa yg masuk di dalam diri nya sendiri.”
Ada benarnya sih, meski tidak semua isi pendapatnya benar, karena terkait vaksin kita tidak hanya berurusan dengan diri sendiri tetapi berurusan dengan orang banyak. Namun, saya senang ketika lantas komentar ini mendapat sambutan smash dari pemilik akun bernama “Andrew” yang berkomentar:
”Dan, semua orang baik individual, kelompok, atau perusahaan swasta terutama juga berhak menolak menerima orang yang tdk di vaksin, fair.”
Mungkin maksudnya, kalau ada yang bersikeras menolak divaksin, t’rus melamar kerja dan ketahuan orang itu menolak untuk divaksin, tanpa harus memberitahukan detail alasannya kepada yang bersangkutanya, memang berhak kok siapa saja untuk menolak orang seperti itu, terutama jika dianggap dapat membahayakan keselamatan para pekerja lain yang ada di kantor atau perusahaan tersebut, bahkan dapat membahayakan owner-nya.
Akan tetapi, kabar hoaks ini saya yakini akan cukup dapat tereduksi seandainya pemerintah memiliki pasukan tim komunikasi yang mumpuni, yang mungkin dengan sekali tulis atau berbicara maka akan lebih banyak orang yang akan menuruti … dibandingkan memilih orang yang, menurut kacamata awam saya, asal terkenal …tapi setelah disuntik vaksin malah seolah menunjukkan ketidakbijaksanaannya. Tahulah siapa itu …
Beredarnya minimal 10 hoaks tadi saya yakini kemungkinan besar telah meracuni sebagian dari masyarakat kita, dengan dampak mereka akan menolak untuk divaksin, karena mempercayai satu atau beberapa berita hoaks yang kalau sudah menyebar, tentu akan sukar untuk menangkalnya.
Akhirnya, sama dengan slogan khas Ade Armando saat menutup tayangan di Cokro TV, marilah kita terus menggunakan akal sehat, karena hanya dengan akal sehat negeri ini akan selamat … juga akan mampu memerangi hoaks-hoaks seperti contoh yang dipaparkan kali ini.
Begitulah kura-kura…
Sumber: https://www.youtube.com/watch?v=-nY0K1lE4sg
Sumber Utama : https://seword.com/politik/10-hoaks-soal-vaksin-corona-sinovac-yang-mungkin-DUFf4mfKOt
Jokowi dan Ilusi Kaum Titik-Titik tentang Erdogan
Erdogan adalah salah satu tokoh di luar sana yang sering membuat kalangan titik-titik seperti kehilangan kewarasannya. Oleh mereka, apa pun yang dilakukan oleh Erdogan, baik di dalam negeri maupun tindakan luar negerinya, selalu dipuji dan dibela, dengan “cita rasa tertentu” pula. Parahnya, bahkan mereka membanding-bandingkan sosok ini dengan Jokowi secara nyinyir. Ketika Erdogan pernah berkunjung ke Indonesia beberapa bulan lalu, di antara mereka ada yang sampai bilang seperti ini, “Kalau saja Turki mau meminjamkan Erdogan untuk memimpin Indonesia.” Maksudnya, saking titik-titiknya mereka kepada Erdogan sampai-sampai mereka seperti ingin dipresideni oleh Erdogan. Tentu saja ini aneh. Terlalu, kata Bang Haji Rhoma. Memangnya, dibandingkan dengan Presiden Jokowi, Erdogan itu siapa?
Di kalangan titik-titik, memang ada yang terpapar ilusi dengan membayangkan seolah-olah Erdogan adalah seorang khalifah yang memerintah dari Turki. Mereka membayangkan, bahwa dengan tampilnya Erdogan menjadi pemimpin Turki dalam dekade ini, kekhilafahan Utsmaniyah seakan hidup kembali, dan mereka siap serta bangga menjadi rakyat Erdogan. Mengapa saya sebut ini ilusi? Ya coba saja periksa KTP mereka. Mereka masih sebagai WN Indonesia, tetapi kekaguman hatinya untuk Erdogan plus rasa kagum atas mitos-mitos mengenainya. Sebenarnya, rasa kagum kepada seseorang itu wajar saja. Setiap orang, termasuk saya dan Anda, pasti memiliki kekaguman kepada orang per orang, baik tokoh domestik maupun luar negeri. Hanya saja, kagumlah secara proporsional. Dan lihat dengan seksama di bumi mana kakimu sekarang berpijak. Kagum boleh, dan itu wajar. Tapi jangan sampai terpapar ilusi dan mitos-mitos.Sumber Utama : https://seword.com/luar-negeri/jokowi-dan-ilusi-kaum-titik-titik-tentang-erdogan
Erdogan, Presiden Pujaan Anies dan PKS Tangkap Harun Yahya, Cendekiawan Junjungan Kaum Bumi Datar. Ada apa?
Sejak terjadinya penangkapan Harun Yahya oleh pihak kepolisian Turki pada Rabu, 11 Juli 2018 lalu, hampir semua media mainstream baik lokal maupun internasional serentak mengabarkan, tak terkecuali media di Indonesia. Berita tentang Cendekiawan Muslim yang penuh kontroversi itu berkali-kali dimuat.
Apa sebenarnya yang menarik dari penangkapan Harun Yahya oleh polisi Turki yang baru saja memilih kembali Erdogan sebagai Presiden?
Yang menarik adalah karena Harun Yahya dikenal sebagai ilmuwan dan cendekiawan Muslim dengan sejumlah karya tulis yang dibukukan dengan klaim hasil penelitian. Buku-bukunya yang beredar hampir semuanya menuai kontroversi karena banyak menentang teori-teori yang telah dikemukakan oleh ilmuwan sebelumnya.
Salah satu diantara kontroversi Harun Yahya yang paling fenomenal tertuang dalam bukunya berjudul "The Atlas of Creation." Yahya menjelaskan bahwa sepanjang penelitian yang dilakukannya tidak pernah menemukan adanya evolusi pada manusia. Karena itulah ia dikenal menentang teori evolusi Darwin yang banyak dipercayai masyarakat dunia.
Bagi saya pribadi, yang menarik dari kasus Harun Yahya itu bukan hanya pada sisi kontroversialnya. Lebih dari itu, Yahya telah berhasil meyakinkan sebagian Muslim dunia hingga memujinya sebagai sosok ilmuwan dan cendekiawan mewakili Muslim secara global. Dan diantara Muslim yang kerap menyanjung Harun Yahya adalah sebagian Muslim Indonesia yang juga sangat mengagumi Presiden Turki, Erdogan.
Dalam beberapa kesempatan para pemuja kedua tokoh dari Turki tersebut mengemukakan pendapat ke publik tentang kekagumannya pada Harun Yahya maupun Erdogan. Tak jarang, mereka juga membandingkan Presiden Turki tersebut dengan Presiden Jokowi dengan kesan menjunjung Erdogan dan menyepelekan Jokowi sebagai presidennya sendiri.
Puja puji dan sanjungan terhadap kedua tokoh Turki tersebut tak hanya dilakukan oleh masyarakat biasa. Beberapa tokoh dan politisi yang berada dalam barisan oposisi juga sering kali melakukan. Anies Baswedan dan beberapa politisi PKS adalah yang paling sering kedapatan mengungkap pujiannya ke publik. Mereka tak segan membandingkan Erdogan yang dianggap hebat dengan Jokowi yang kehebatannya sama sekali tak mereka anggap.
Adanya penangkapan Harun Yahya oleh Polisi Turki dengan kasus-kasus besar yang menyertai itu menyisakan pertanyaan besar, karena baik Erdogan maupun Harun Yahya yang merupakan Presiden dan Ilmuwan serta Cendekiawan adalah junjungan kaum bumi datar. Lalu apa sebenarnya yang terjadi pada kedua tokoh besar Turki dan cara pandang orang-orang yang meyakini teori bumi datar tersebut?
Pertama yang cukup nampak dipermukaan adalah latar belakang seorang Erdogan yang berasal dari kelompok Ikhwanul Muslimin. Karena itulah jangan heran jika presiden Turki tersebut dikagumi oleh sebagian masyarakat Indonesia yang juga berafiliasi kepada jaringan IM di Indonesia seperti eks HTI dan PKS.
Berikutnya adalah sosok Harun Yahya. Yang cukup jelas di permukaan adalah karena Yahya sering menarasikan adanya kebangkitan Islam dunia dengan logika-logika yang dimainkannya. Yahya bahkan sempat memuji Islam Indonesia sebagai kekuatan terbesar yang akan menguasai Asia. Belum lagi narasi-narasi lainnya yang kerap dipublikasikan seperti kebencian pada Yahudi, Freemason, dan kelompok non Muslim lainnya. Hal ini tentu sejalan dengan pernyataan-pernyataan publik kelompok pemujanya yang ada di Indonesia.
Selain alasan tersebut di atas, teori yang menentang teori Evolusi Darwin tentu mendatangkan simpati Muslim pemujanya di Indonesia. Bagaimanapun, Harun Yahya dikenal sebagai tokoh Muslim, dan yang ditentang adalah teori dari seorang ilmuwan non Muslim. Pola pemikiran yang demikian sepertinya tidak asing lagi digunakan oleh mereka, kaum bumi datar pemuja Erdogan dan Harun Yahya.
Lepas dari para pemuja Erdogan dan Harun Yahya di negara kita. Secara pribadi saya menaruh curiga pada langkah Erdogan yang baru saja dilantik kembali menjadi presiden dengan menangkap Harun Yahya yang notabene dikagumi dan memiliki banyak pengikut. Karena jika mengacu pada kasus yang disangkakan bukanlah hal baru yang melekat pada sosok Yahya. Kasus-kasus yang dituduhkan sekarang sudah sering diberitakan di media sebelumnya.
Saya mencurigai adanya pergeseran afiliasi politik dalam dunia Islam. Erdogan dan pemerintahannya yang semula terstigma sebagai pendukung gerakan Islam transnasional yang dimotori oleh Ikhwanul Muslimin (IM) perlahan akan menghapus stigma tersebut dengan melakukan penangkapan Harun Yahya yang notabene juga didukung oleh IM.
Jika kecurigaan ini benar, tentu saja sikap Erdogan tersebut dipengaruhi oleh sikap politik negara-negara Islam lainnya yang mulai cuci tangan atas andil mereka mendukung IM dengan gerakan terorisme global seperti sebelumnya dilakukan pemerintah Saudi. Dan kabar gembiranya adalah, fenomena tersebut menandakan adanya dominasi kelompok muslim yang lebih mengedepankan perdamaian dalam dunia Islam.
Pertanyaan berikutnya adalah, apakah ada hubungannya dengan Islam Nusantara yang mulai mendunia?
Sementara belum ada yang secara gamblang menjawab benar atau tidaknya. Tetapi harapan dari beberapa tokoh atau ulama dunia sudah mulai diungkapkan ke publik. Mereka tentu mewakili warga Muslim di masing-masing negaranya yang menganggap konsep Islam Nusantara mampu mengaplikasikan Islam yang rahmatan lil alamin di muka bumi.
Link sumber: https://dunia.tempo.co/read/1105856/penulis-kontroversial-harun-yahya-ditangkap-kepolisian-turki#SYCSwlo5SPs0fkWj.41 https://kumparan.com/ahmad-romadoni/anies-puji-erdogan-sebagai-pemimpin-yang-beri-solusi-kepada-warga https://www.jpnn.com/news/mardani-pks-erdogan-dicintai-karena-membangun-ekonomi https://kumparan.com/muhamad-iqbal/pks-kagum-anies-diterima-erdogan-tak-perlu-dibandingkan-dengan-jokowi http://www.suaraislam.co/astaghfirullah-harun-yahya-dipuja-kaum-bumi-datar-terlibat-skandal-dan-pesta-seks-serta-pemerasan/ http://id.harunyahya.com/id/Artikel/9795/masyarakat-indonesian-menganggap-harun-yahya#.W0culVy7Bgk.whatsapp
Analisa Harun Yahya, Rizieq Versi Turki yang Jatuh ke Kasus Asusila?
Fenomena pemuka agama dadakan sudah menjamur di negeri ini sejak lama. Saat itulah, orang-orang kontroversial semacam Adnan Oktar (pemilik korporasi Harun Yahya) dan Zakir Naik jadi idola baru. Dalam negeri sendiri, tak kalah sesatnya dengan menjadikan Rizieq, Felix Siauw, Jonru, dan lainnya sebagai panutan. Kalau dianalisa mendalam, ditemukan sedikit banyak kesamaan dari fenomenan ini. Semua menjadikan agama versi mer3ka sebagai pembenaran semua tindakan, ucapan maupun buah pemikiran.
Siapa yang dirugikan? Tentunya generasi muda atau orang-orang awam yang sedang belajar agama. Fenomena hijrah disalah artikan dengan berguru pada orang yang salah. Akibatnya kalau sebelum hijrah mereka mengaku pendosa, setelah hijrah malah jadi auto ahli surga dengan mengkafirkan sesama. Mari kita analisa perjalanan Adnan Oktar hingga akhirnya divonis kasus pemerkosaan dan diganjar penjara 1000 tahun.
Harum Yahya sebenarnya bukan nama orang seperti yang kita kenal, melainkan nama sebuah korporasi yang juga jadi nama pena. Karyanya sangat terkenal di Indonesia. Saya sendiri sempat terkagum setelah dipinjami teman kuliah yang gemar ikut kajian. Tapi kalau dibaca secara mendalam, justru bisa jadi menyesatkan. Adnan Oktar sebagai pendiri korporasi Harun Yahya sendiri nyatanya tak memiliki latar belakang agama. Dirinya hanya sebatas belahar agama saat di SMA.
Sedang pendidikan lanjutannya di kuliah mengambil desain interior. Lalu diteruskan bidang sejarah yang tak pernah diselesaikan. Lantaran kepiawaiannya, Adnan berhasil menyatukan para akademisi di Turki untuk menuangkan pemikiran sains untuk kemudian dihubungkan dengan Al Qur'an. Padahal kitab suci adalag sesuatu yang final, berbeda jauh dengan ilmu pengetahuan yang terus mengalami perubahan dan perkembangan.
Membantah teori Darwin, juga harus dilakukan secara ilmiah lewat penelitian konsisten diserati bukti-bukti saintifik. Berbeda dangan karya Harun Yahya yang menjadikan Al Qur'an sebagai sumber bantahan. Mungkin banyak orang terpana awal mula membaca teori-teorinya, tapi akhrinya semua itu hanya tipu-tipu Adnan Oktar saja. Dengan membenturkan agama dan sains, dirinya jadi kontroversial dan meraup keuntungan.
Persis kelakuan ustadz-ustadz dadakan yang kerap membenturkan agama dan ideologi bangsa kita. Padahal sudah ada meneri agama, lembaga MUI hingga ormas-ormas besar seperti NU dan Muhammadiyah. Apakah HTI, FPI, ikhwanul muslimin dan sejenisnya merasa lebih tahu soal agama? Kesombongan mereka inilah yang akhirnya membawa pada kesesatan. Sebenarnya Al Qur'an sudah memperingatkan agar jangan sampai menjual agama dengan harga yang murah. Maksudnya adalah jangan sampai membargain isi kitab suci dengan sains, politik yang menurunkan derajat kitab suci itu sendiri.
Kembali pada Adnan Oktar dengan berbagai karyanya seperti "Keajaiban Penciptaan Manusia", "Agama Darwinisme", "Atlas Ensiclopedia" dan sebagainya. Kita akui orang ini memiliki kecerdasaan sama halnya Zakir Naik, sayang kecerdasannya digunakan tidak sesuai tempatnya. Alih-alih mencerdaskan orang-orang sekitarnya, mereka malah menyesatkan banyak orang melalui argumen pribadinya. Seperti juga Rizieq yang kerap berkata-kata kotor dan menyalahartikan jihad.
Di jaman walisongo juga ada sosok serupa yang disebut Syehk Siti Jenar. Dirinya akhirnya dihukum mati lantaran menyebarkan ajaran sesat. Kini orang-orang yang serupa bermunculan dalam berbagai bentuk. Ada yang membentuk korporasi Harun Yahya seperti yang dilakukan Adnan Oktar. Ada yang membentuk ormas radikal yang kini dibuabrkan seperti Rizieq. Ada juga yang berupa penceramah-penceramah baru yany merasa lebih pintar dari ulama sesungguhnya.
Kalau melihat twitter ustadz Maheer, orang ini memiliki suara yang sangat merdu saat mengumandangkan adzan, melafalkan kitab suci atau memimpin sholat. Sayangnya itu semua tak diimbangi akhlak yang baik hingga berani menghina Habib Lutfi yang jauh lebih alim dari dirinya. Mungkin perbandingan ilmu Habib Lutfi adalah seluas samudera dibanding ilmu agama Maheer yang hanya setetes air. Tapi kesombongannya membuatnya ujub dan justru merendahkan orang yang jauh berilmu ketimbang dirinya.
Kalau memang benar FPI pembela agama Tuhan, kenapa imam besarnya tak diselamatkan Tuhan saat hendak divonis 16 tahun penjara dari 2 kasus yang menjeratnya? Begitu juga Maheer yang mengaku pembela ulama dan habaib hingga menghina artis perempuan dengan sebutan lonte. Kalau mereka benar, lantas kenapa Tuhan tak menyelamatkan mereka? Atau jangan-jangan selama ini mereka telah mengambil jalan sesat seperti halnya Adnan Oktar.
Akhrinya yang paling sengsara adalah para pengikutnya yang meminta dibimbing ke jalan Tuhan. Bagaimana pemilik Harun yahya bisa membimbing kalau dirinya sendiri jatuh dalam kubangan dosa dan memperkosa wanita. Bagaimana Rizieq bisa membimbing kalau dirinya sendiri doyan zina lewat chat mesum? Termasuk ustadz-ustadz gadungan lain yang doyan poligami dan tak jujur pada istrinya. Tanyakan pada hari nurani, apakah mereka yang membimbing ke jalan Tuhan ataukah jalan kesesatan?
Referensi:
https://www.nu.or.id/post/read/104216/membuka-topeng-harun-yahya
Sumber Utama : https://seword.com/umum/analisa-harun-yahya-rizieq-versi-turki-yang-jatuh-Qv3QdSzG7i
Menyanjung Harun Yahya Sembari Melupakan Abdus Salam
Saya masih ingat ketika duduk di bangku kuliah antara tahun 2000 hingga 2002. Kebetulan saya berkuliah di salah satu perguruan tinggi Islam di kota Bandung. Pada masa itu, fenomena Harun Yahya ditanggapi dengan gegap gempita dan euforia. Sepertinya aktivis-aktivis Islam pada masa itu seakan-akan mendapat suntikan tenaga dengan kehadiran Ilmuwan asal Turki tersebut.
Bisa dikatakan kehadiran Harun Yahya dianggap sebagai “oase” di tengah gersangnya keilmuan di dunia Islam. Coba saja kalau kita memperhatikan, jika membicarakan cendekiawan dan ilmuwan muslim, kita akan mendapatkan jawaban yang sama saja. Selalu berputar pada tokoh itu-itu saja, tanpa pernah mendapatkan referensi yang lebih fresh atau segar.
Cerita masa lalu terus saja diputar, seperti kaset usang yang diulang-ulang. Mereka membanggakan bagaimana dahulu umat Islam pernah memiliki tokoh-tokoh semacam Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Rusyd, Khawarizmi dan lainnya. Mereka membanggakan bagaimana Ibnu Sina yang di Barat disebut “Avicenna” dijuluki sebagai “Bapak Kedokteran Modern.” Tapi belakangan karena konflik Sunni-Syiah, tokoh Ibnu Sina sendiri dikafirkan oleh sebagian kalangan karena dianggap menganut Syiah.
Lantas, ketika ditanyakan siapa yang menjadi rujukan ilmuwan serta cendekiawan muslim masa kini, mereka pun berpikir lama, mencoba mencari-cari tapi tak kunjung ketemu. Itulah gambaran sekilas kondisi keilmuwan dan sains di dunia Islam dewasa ini. Stagnan mungkin kosakata yang tepat untuk menggambarkannya. Dus, jika diukur dari zaman kejayaan Islam, yang ditandai dengan hadirnya tokoh-tokoh yang saya sebut di atas, maka sesungguhnya zaman sekarang adalah zaman dekadensi alias kemunduran. Kemunduran karena tidak banyak ilmuwan muslim yang muncul ke permukaan dan berpengaruh dalam bidang sains dan teknologi.Nah, tiba-tiba saja mencuat ke permukaan nama Harun Yahya. Salah satu karyanya yang pernah saya baca berjudul “Keruntuhan Teori Evolusi" Respon spontan yang saya tangkap pada waktu itu diwakili satu kata : Heboh ! Umat Islam –khususnya di tanah air- seakan bangun dari tidur panjang. Memang jika dicermati, Harun Yahya memakai teknik marketing yang menakjubkan. Buku-bukunya dikemas dengan sangat luks, kertasnya tebal sehingga mengesankan bukan buku murahan. Meski dengan harga yang cukup mahal, buku-bukunya laris manis bak kacang goreng !
Sebagian aktivis Islam kemudian berbangga diri, inilah kebangkitan umat, kata mereka. Telah muncul seorang ilmuwan muslim yang kehadirannya sudah lama ditunggu-tunggu. Karya-karyanya dianggap sebagai “panasea” terhadap kelesuan kelimuwan umat Islam. Buku-buku Harun yahya adalah jawaban yang tepat untuk meng-counter hegemoni Darwinisme yang –katanya- menggerus aqidah.
Namun, siapa sesungguhnya Harun Yahya ? Harun Yahya telah menulis lebih dari 200 buku, dan telah diterjemahkan ke dalam 17 bahasa. Di Indonesia sendiri buku-buku dan VCD-nya laris manis dan “best seller.” Harun Yahya adalah nama samaran. Adnan Octar-lah nama sesungguhnya. Pria kelahiran Turki ini sengaja memakai nama Harun Yahya, untuk mengenang nama 2 nabi, yakni Harun dan Yahya. Dua orang nabi yang berjuang mengatasi redupnya keimanan.
Diceritakan bahwa semenjak kecil Ia tertarik untuk membela agamanya, di tengah arus sekularisasi Turki yang berusaha menjauhkan agama dari ranah publik. Motivasi inilah yang membuatnya tergerak membuat ratusan judul buku dan puluhan video untuk meng-counter hegemoni keilmuan Barat. Keilmuan yang bercirikan filsafat materialisme karena berpijak sepenuhnya pada teori Evolusi Darwin.
Sebagai penulis produktif, jumlah buku yang berhasil diterbitkan Harun Yahya sungguh luar biasa. Di tanah air sendiri, pengagum atau fansnya lumayan banyak. Selain dikagumi, Octar, yang pernah menjadi mahasiswa Fakultas Sastra Universitas Mimar Sinan, Istanbul, dan Fakultas Filsafat Universitas Istanbul namun tidak pernah menyelesaikan studi di kedua tempat tersebut juga banyak menuai kritik.
Kedoknya mulai terbuka perlahan-lahan, di tanah air sendiri sosok Harun Yahya mulai dipertanyakan. Prof.Dr.Teuku Jacob (alm), penemu fosil di Sangiran, guru besar Paleoantropologi Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada menyebut Harun Yahya bukanlah orang yang ahli di bidang evolusi. Menurut Jacob, Harun Yahya sebetulnya mengambil saja kreasionisme yang penuh ramai di California, dari kalangan Kristen penentang Teori evolusi Darwin.
Pendapat senada kita dengar dari Haidar Bagir, pendiri dan direktur utama Penerbit Mizan, Bandung. Menurutnya fenomena Harun Yahya ini positif, namun ada yang mengkhawatirkan. Ia (Harun Yahya) sangat negatif bahkan menihilkan Teori evolusi Darwin. Bahkan Harun Yahya mencoba meruntuhkan teori ini dengan alasan teori itu ateistik, marxis, kapitalis (Panjimas, Mei 2003 hal.25).
Bagi para pengkritiknya, isi buku-buku Harun Yahya bukanlah temuannya sendiri. Tak ada hal baru di dalamnya. Buku tersebut tak lebih dari kumpulan apologi yang dibalut klaim-klaim agama untuk menolak teori Darwin. Belum lagi soal kait mengaitkannya teori Darwin dengan Komunisme, Liberalisme, Fasisme serta isme-isme lain yang sesungguhnya saling bertolak belakang. Intinya, tidak ada hal positif pun yang dilihat Harun Yahya dari peradaban Barat.
Lantas, bagaimana sikap para fans atau pengagumnya ketika Adnan Octar atau Harun Yahya ditangkap oleh otoritas Turki baru-baru ini ? Tentu seperti diceritakan dalam riwayat hidupnya, penangkapan terhadapnya bukanlah kali pertama. Tapi penangkapan kali ini kelihatannya telak. Octar dan para pengikutnya dijerat lebih dari 30 dakwaan pidana, mulai dari membentuk geng kriminal, melakukan penipuan, pengemplangan pajak hingga serangan seksual (detik.com, 24 Juli 2018).
Yang mengagetkan adalah tentang gaya hidup Harun Yahya. Tidak seperti yang selama ini digembar-gemborkan sebagai ilmuwan muslim. Kehidupannya yang serba glamour dan dikelilingi perempuan cantik yang disebutnya “kittens” mencuat ke permukaan. Yang lebih nyeleneh adalah pandangannya mengenai bikini sebagai penutup Islami dan vodka yang dianggapnya halal.
Berita paling anyar tentang Harun Yahya mungkin lebih mengejutkan para fans-nya, khususnya di Indonesia. Hakim di Turki memvonis Harun bersalah dan mengganjarnya dengan hukuman yang luar biasa, 1.075 tahun penjara ! Hukuman ini dijatuhkan karena Harun terbukti bersalah dalam kejahatan seksual !
Menurut Bloomberg, pengadilan di Istanbul, Turki menyebutkan kejahatan yang dituduhkan ke Yahya mencakup serangan seksual, pelecehan seksual terhadap anak di bawah umur, penipuan, dan upaya melakukan mata-mata politik dan militer (kumparan.com).
Nah, sekarang kita membandingkan tokoh lainnya. Ia adalah Abdus Salam. Netflix mengangkat tokoh ini dalam salah satu film dokumenternya. Platform streaming film ini sudah dirilis pada 1 Oktober 2019 lalu. Disutradarai oleh sutradara film yang berbasis di Brooklyn Anand Kamalakar dan diproduksi di bawah bendera Kailoola Productions, film dokumenter panjang itu berkisar pada kehidupan yang luar biasa dari fisikawan Pakistan, Dr Abdus Salam.
Namun siapakah Ia ? Abdus Salam adalah Ilmuwan muslim yang cenderung sepi dari pemberitaan. Umat Islam seakan lupa –atau bahkan sengaja ?- melupakan tokoh satu ini. Abdus Salam memang tidak membuat karyanya dengan visual yang hebat. Tidak mengemas bukunya dengan kertas dan sampul yang luks, tapi kecerdasannya diakui dunia. Pengakuan yang membuatnya diganjar penghargaan Nobel di bidang Fisika pada 1979 lalu. Nobel pertama di bidang Fisika untuk seorang muslim ! Hingga sekarang tidak banyak tokoh Islam yang mendapatkan penghargaan prestisius seperti Nobel, namun salah satunya didapatkan oleh Abdus Salam !
Siapakah Dia ? Mohammad Abdus Salam (alm) lahir pada 29 Januari 1926 di Jhang, Punjab, daerah pendudukan Inggris India. Ia ilmuwan yang menekuni “theoretical physics.” Bersama Sheldon Glashow dan Steven Weinberg, Abdus Salam menemukan teori apa yang disebut “Electroweak” pada 1968, yang kelak oleh panitia Nobel dianggap temuan penting, membantu umat manusia memahami jagat raya. Karya ilmiahnya yang diterbitkan berjumlah tidak kurang dari 200 buah.
Selain Nobel, Salam mendapat anugerah atau puluhan penghargaan lainnya dari seantero dunia karena kontribusinya itu. Yang menarik, Salam pernah berpidato di depan para Ilmuwan, tokoh masyarakat pada Simposium Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa di Kuwait (tahun 1981). Pidatonya ini kemudian dibukukan menjadi sebuah buku tipis yang berjudul “Sains dan Dunia Islam.”
Pidato Salam yang sudah dibukukan itu -seperti ditulis oleh Prof. Dr. Achmad Baiquni sebagai pengantarnya- lebih menyerupai jeritan hati nurani seorang Muslim, Ilmuwan berkaliber besar yang melihat terlantarnya sains dalam kondisi yang sangat menyedihkan di lingkungan umat Islam.
Salam menyoroti mundurnya riset dan sains di dunia Islam. Padahal, seperti dikutip Salam, George Sarton, dalam karya monumentalnya, Sejarah Sains, pernah menyebut bahwa selama 3 abad lebih, yakni dari tahun 750 hingga 1100 masehi, ilmuwan dunia adalah orang-orang muslim yang tokoh-tokohnya penulis rincikan di awal paragraf.
Lesunya sains Islam-menurut Salam-karena umat Islam sendiri melupakan Firman Allah dalam Al-Qur’an. Padahal menurut Salam, seperdelapan atau sekitar 750 ayat dalam Al-Qur’an, menyuruh umat Islam untuk mempelajari alam semesta, untuk berpikir, untuk menggunakan nalar sebaik-baiknya, dan menjadikan kegiatan ilmiah sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan umat (hal.16).
Dalam pidatonya yang singkat itu, Salam pun memberikan petunjuk praktis bagaimana menghidupkan kembali sains di dunia Islam. Sayang, tiga dasawarsa berlalu, petunjuk tersebut belum dijalankan oleh negara-negara Islam lainnya. Dan sangat disayangkan pula, Abdus Salam sendiri diabaikan dan kurang dihargai di negara-negara muslim lantaran Ia adalah seorang Ahmadi (anggota Ahmadiyah). Sebuah kelompok yang sering mendapat persekusi dan tuduhan sesat dari kelompok Islam lainnya.
Abdus Salam wafat pada 21 November 1996. Di batu nisan Salam, yang terletak di Kota Rabwah, Pakistan, tadinya tertulis bahwa dia adalah Penerima Nobel Muslim pertama. Hingga pemerintah lokal memerintahkan untuk menggosok bersih kata 'Muslim'. Sungguh ironis !
Referensi :
Panjimas, Mei 2003. No.12 Tahun I.
Salam, Abdus. 1983. Sains dan Dunia Islam. Bandung : Pustaka
https://www.bbc.com/indonesia/vert-cul-50285577
Sumber Utama : https://seword.com/politik/menyanjung-harun-yahya-sembari-melupakan-abdus-ZBPMyjkKul
Rizieq Dkk Minta Ahok dan Raffi Dihukum, Berarti Anies, Riza dan Pengikut FPI Juga?
Berbicara soal keadilan hukum, rasanya sejauh ini pemerintah dan aparat sudah bertindak secara profesional. Ahok yang dianggap menodai agama tetap dihukum mesti sudah berulang kali meminta maaf. Begitu juga kasus pelanggaran protokol kesehatan yang menimpa pentolan FPI juga ditindak meski Rizieq sempat meminta maaf. Masalahnya saat ini ia lupa kalau pada kasusnya yang dihukum adalah panitia atau penyelenggara acara.
Begitu juga kasus kerumunan yang kini viral didatangi oleh Raffi Ahmad, Ahok beserta artis papan atas. Aparat jelas akan menindak tegas penyelenggara acara yakni seseorang yang diketahui berprofesi sebagai pembalap. Namun, kini Rizieq dan pengacaranya justru mempermasalahkan Ahok dan Raffi yang hanya tamu undangan. Soal aturan protokol kesehatan yang dilabrak. Harusnya kalau bicara keadilan, Anies yang mendatangi rumahnya saat subuh dan Riza Patria yang ikut hadir di acara maulid juga kena beserta pengikut FPI.
Seperti dilansir wartaekonomi.com, kuasa Hukum Habib Rizieq Shihab, Aziz Yanuar meminta pemerintah untuk adil dengan mengusut tuntas terkait kerumunan Artis Raffi Ahmad, yang berpesta tanpa protokol kesehatan usai menerima vaksinasi di Istana, Rabu (13/1) paginya.
Ia menyatakan bahwa seharusnya orang-orang yang terlibat dalam kerumunan Raffi Ahmad itu juga diproses hukum seperti halnya Habib Rizieq Shihab.
"Harusnya hukum berlaku sama baik untuk HRS dan warga negara lain, untuk buktikan Indonesia negara hukum. Bukan negara kesewenang-wenangan," katanya.
"Ini penegakan hukum diskriminatif dan tak berkeadilan nyata terang benderang," tegasnya.
Harusnya sebelum teriak keadilan, mereka mengaca dulu perjalanan kasus mereka sendiri seperti apa. Kalau semua yang terlibat kerumunan ditindak, tak hanya Rizieq, mungkin Munarman, Novel Bamukmin dan semua pengikut FPI sudah mendekam di penjara saat ini. Termasuk istri Rizieq, puteri-puterinya yang terlibat pesta pernikahan. Begitu juga dengan pujaannya yang kini duduk di DKI 1 dan 2.
Apakah Rizieq siap memenuhi penjara dengan mereka semua? Kita saksikan apa pengacaranya masih berani bicara keadilan. Termasuk Mustafa Nara yang mengatakan hukjman Ahok dan Rizieq lebih berat karena dilakukan saat PSBB diperketat. Sedang Rizieq membuat kerumunan saat PSBB transisi. Apa Mustafa yakin aparat menindak semua yang terlibat dalam acara atau yang menyelenggarakan saja? Sebelum Ahok dan Rafi ditindak, semua yang ikut di kerumunan Rizieq mulai dari bandara, Petamburan hingga Bogor juga diperiksa.
Di sana juga ada artis pendukung Rizieq yang ketahuan mendatanginya. Padahal menurut aturan, Rizieq yang barusan datang dari luar negeri harus karantina mandiri selama 14 hari. Ada juga foto Fadli Zon, Tengku Zulkarnain di sana. Andaikan Ahok dan Raffi harus dikorbankan, siapkah kubu mereka kehilangan ribuan orang dan tokoh-tokoh pujaannya? Kalau kasus ini dibesarkan terus dengan menuntut Ahok. Maka dengan dan atas nama keadilan yang sama, semua yang terlibat dalam kerumunan Rizieq harus diperiksa dan diadili.
Seperti diberitakan merdeka.com, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menemui Pimpinan Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab pada Selasa malam (10/11). Anies mendatangi rumah Rizieq di Jalan Petamburan III, Jakarta Barat. Pertemuan Anies dan Rizieq diketahui dari foto yang diunggah oleh Wakil Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain.
Dia mengunggah foto pertemuan tersebut di akun Instagram-nya pada Selasa malam sekitar pukul 23.00 WIB.
Pertemuan empat sahabat, tiada yang lebih menggembirakan daripada bertemu dengan sahabat," dikutip dari instagram @tengkuzulkarnain.id.
Dalam foto tersebut, Anies duduk di sebelah kanan Rizieq. Sementara itu, di sebelah kiri Rizieq, ada Tengku Zulkarnain dan di foto paling kanan adalah menantu Rizieq, Hanif Al-Athos.
Anies terlihat mengenakan setelan jas dan celana hitam serta peci. Sementara yang lainnya mengenakan setelan serba putih dan semuanya mengenakan masker.
Pertemuan Anies dan Rizieq ini awalnya direncanakan pada Rabu (11/11) pagi. Namun ternyata Anies memajukan jadwalnya.
Akhirnya jangan sampai hukum ini jadi memberatkan pihak yang dirasa berseberangan, terutama soal pandangan politik. Kita tak membenarkan acara kerumunan oleh siapapun. Tapi acuan hukuman juga harus seusai undang-undang yang berlaku. Jika tertulis yang bertanggung jawab pada penyelenggara acara ya itulah dasar hukumnya. Jangan karena tak suka Ahok dan membandingkan nasibnya dengan Rizieq lantaran memaksanya untuk dihukum. Mereka harus ingat betapa nelangsanya Ahok dulu saat dipenjara, kalah pilkada hingga rumah tangganya juga ikut pecah. Jangan samkan kondisinya yang terlihat senang saat ini, padahal waktu itu Rizieq enak-enakan melancong di Arab Saudi.
Begitulah kura-kura
Referensi:
Sumber Utama : https://seword.com/politik/rizieq-dkk-minta-ahok-dan-raffi-dihukum-berarti-BqpnJToLE7
Pentingnya Komunikasi Protokol Kesehatan Oleh Aparat dan Pemerintah!
Hingga saat ini, jujur saja banyak masyarakat yang tak tahu dan tak mengenal batasan protokol kesehatan. Kemarin heboh foto Raffi Ahmad dan salah satu pejabat BUMN berpesta usai divaksin. Hari ini muncul foto Ariel dikerumuni tenaga kesehatan sehabis vaksin (meski semuanya bermasker). Kalau publik figur dan tenaga medis saja tak bisa menerapkan protokol kesehatan, lantas bagaimana dengan masyarakat awam? Apalagi soal denda, pidana dan sebagainya yang sering simpang siur diartikan.
Secara pribadi saya tak meragukan ikhtiar pemerintah dan aparat sejauh ini. Selama hampir setahun, pemerintah telah menggelontorkan begitu banyak subsidi dan bansos hingga menggratiskan vaksin. Begitu juga aparat yang terus mengawal aturan protokol kesehatan di lapangan. Mereka juga harus mematuhi undang-undang terkait PSBB yang diterapkan di wilayah yang berbeda-beda. Andai saja ada komunikasi baik yang mengawal ikhtiar kita semua, tentu kejadian pelanggaran terkait protokol kesehatan tak terus menjadi isu yang mencemaskan.
Alih-alih berpikir positif, optimis dan menjaga hidup sehat, masyarakat malah disibukkan dengan menghujat sana sini. Aparat pun juga begitu, di samping bekerja keras mengawal protokol kesehatan, mereka masih disibukkan untuk menindak para pelanggar dan memproses laporan. Kalau hal ini terjadi terus menerus, kapan negara ini bersatu melawan Covid 19? Kalau bukan terkena corona, bisa-bisa masyarakat di bawah kena sanksi denda hingga pidana yang juga sama-sama menyengsarakan akibat abai atau tak tahu dengan aturan yang berlaku.
Saran saya, harusnya ada komunikasi terpusat yang diambil alih Menkominfo. Dalam hal sosialisai, silahkan melibatkan influencer atau artis. Bukan malah mengendorse artis untuk vaksin yang ternyata tak paham apa itu 3M. Tugas komunikasi ini penting karena dari sini ada tidaknya kegaduhan bisa diredam. Jangan sampai sudah selesai acara baru koar-koar diproses dan sebagainya. Memberi vaksin pada artis jelas kesalahan pemerintah karena dampaknya bukan sosialisasi, malah kegaduhan di sana sini.
Kini kabarnya semua yang terkait di pesta yang didatangi Raffi akan diperiksa untuk klarifikasi. Ini belum tuntutan dari David ke Raffi terkait tak memakai masker. Dari kemarin media massa seperti twitter disibukkan dengan cuitan menyerang Ahok dan Raffi Ahmad. Trending #TangkapAhokdanRaffi pun menjadi viral dan permintaan untuk menghukum berat keduanya. Kalau sudah begini akhirnya pemrrintah dan aparat juga yang susah. Di mana tim komunikasi istana? Kenapa tak mewanti-wanti Raffi untuk menguindari kerumunan sementara waktu. Begitu juga dengan Ahok yang mau saja diundabg pesta, mesti dalam fotonya ia bermasker.
Kalau mereka dituntut untuk diproses, maka kerumunan penjebutan Rizieq di bandara, pesta di petamburan hingg perayaan maulid di Bogor juga harus diproses. Tak hanya Rizieq sebagai penyelenggar, tapi semua yang hadir. Karena Ahok dan Raffi juga bukan penyelenggara pesta. Sebelum mereka dipaksa menerima hukuman pidana, terlebih dahulu para mantan FPI, Anies, Riza, Zulkarnain, Munarman, Sobri Lubis dkk juga harus dipidana terlebuh dahulu.
Akhirnya kembali lagi pada pemerintah dan aparat. Apakah membabi buta menerapkan hukum tanpa sosialisasi nyata dan menyeluruh, atau memperbaiki komunikasi. Kalau memang hajatan, pesta dan sebagainya dilarang. Maka segera buatkan aturan pelarangan di semua wilayah, baik yang PSBB atau tidak. Karena terkadang masyarakat tak mengerti ada tidaknya jadwal PSBB di wilayahnya.
Dan juga sebenarnya kasus pesta yang dihadiri Raffi hanya pas kebetulan apesnya saja. Andai Anya waktu itu tak mengupload pesta mereka di insta story, tak akan ada masyarakat yang tahu hingga viral. Tak akan tindakan dari aparat hingga mungkin berujung pidana bagi penyelenggara acara. Kasus ini besat lantaran viral, dihadiri publik figur dan momennya pas setelah heboh suntik vaksin pertama. Jadi klop sekali kalau beritanya langsung viral dan menyambar semua media massa.
Padahal kalau diperhatikan, di daerah-daerah bahkan kota, masih ada yang menggelar hajatan nikah. Meski statusnya tidak PSBB, tapi tak berapa lama darrha tersebut terkena PSBB ketat. Bayangkan orang awam yang tahu tetangganya baik-baik saja menggelar pesta, dirinya juga berpikir tak akan terkena kasus. Terlepas daerahnya mau PSBB atau tidak. Lain halnya kalau ada aturan pasti melarang semua kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan. Mulai dari larangan pesta nikah, reuni teman atau keluarga hingga membuat aturan makan di bawa pulang.
Karena jelas saja warung-warung kecil tak punya fasilitas seperti McD atau KFC. Mereka tak bisa membuat garis silang antar tempat duduk atau memberi hand sanitizer dan melakukan penyemprotan berkala. Apalagi ada banyak warung makanan lesehan yang jelas tak ada aturan social distancing. Harusnya kalau mereka ditertibkan, sekalian semua harus memberlakukan makan dibawa pulang. Terkait jam malam juga, bagaimana untuk kontrol di daerah gang-gang sempit. Harusnya ada koordinasi dengan RT RW setempat.
Semiga kita semua berhasil melewati pendemi ini dan ekonomi kembali normal. Sebagai rakyat kita hanya bisa memberi masukan sembari menunggu langkah kkngkrit pemerintah. Sudeh habis energi kita untuk melawan pandemi ini dan menggerakkan ekonomi. Jangan ditambah lagi dengan komunikasi amburadul dan tak terarah. Lebih baik terlambat memperbaiki daripada tidak sama sekali.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/pentingnya-komunikasi-protokol-kesehatan-oleh-J7voqYefhQ
Saatnya Indonesia Menang Lawan Covid-19
Sudah hampir satu tahun pandemi covid-19 menghantui Indonesia. Hampir seluruh wilayah di Indonesia sudah terdapat kasus positif covid-19. Hingga Kamis, 14 Januari 2021, ada 869.600 orang positif covid-19, 711.205 orang sembuh, dan 25.246 orang meninggal. Sekedar tambahan, mayoritas pasien yang meninggal adalah mereka yang sudah berusia lanjut (secara imunitas sudah lemah), serta mereka yang memiliki penyakit berat bawaan atau penyerta (kormobid).
Selain itu, tanpa meninggalkan rasa duka dan bela sungkawa terhadap orang yang meninggal karena covid-19, ternyata menurut data yang saya peroleh, sekitar dua ratus ribu lebih penduduk Indonesia meninggal setiap tahun karena rokok. Angka ini tentu sangat jauh lebih tinggi dibanding kasus kematian di Indonesia yang disebabkan covid-19. Artinya covid-19 bukan satu-satunya ancaman. Masih banyak hal lain yang ikut menyumbang kasus kematian yang jauh lebih besar.
Sudah cukup lama kita mengenal dan hidup berdampingan dengan covid-19. Setidaknya kita sudah punya pengalaman cukup untuk menghadapinya dibanding di awal pandemi. Jangan sampai kita kembali mundur ke belakang seperti di awal pandemi. Seharusnya sudah ada perubahan yang signifikan, baik dalam hal kebijakan, maupun respon masyarakat, seperti:
Rasa takut dan khawatir masyarakat seharusnya sudah menurun drastis. Asalkan mematuhi protokol kesehatan dan tetap jaga imunitas, covid-19 kemungkinan tidak akan masuk. Kalaupun masuk, kemungkinan untuk sembuh sangat besar.
Aturan rapid tes dan swab tes seharusnya sudah tidak perlu diberlakukan ketika naik kendaraan umum seperti pesawat, kereta api, bus, atau ketika memasuki daerah tertentu. Alasannya, nyaris di seluruh wilayah di Indonesia sudah ada covid-19. Buat apa takut tertular covid-19 dari luar padahal di daerahnya sendiri juga sudah banyak kasus positif? Selain itu, rapid dan swab hanya semakin menyusahkan masyarakat di tengah keterpurukan ekonomi. Rapid dan swab juga bisa menjadi ladang bisnis segelintir orang.
Seharusnya tidak ada lagi PSBB apalagi lockdown. Kalaupun ada PSBB, aturan dan mekanismenya seharusnya dibuat lebih longgar dibanding awal pandemi. Indonesia sudah terpuruk ekonominya. Jangan sampai PSBB semakin memperuruk ekonomi Indonesia.
Saya berani menulis hal tersebut karena saya sangat optimis tidak lama lagi Indonesia akan berhasil memenangkan perang melawan covid-19. Ibarat perang, amunisi kita makin lengkap didukung dengan pengalaman dan jam terbang yang tinggi. Alasan saya begitu optimis secara rinci sebagai berikut:
Budaya. Masyarakat sudah mulai membudayakan protokol kesehatan dalam kehidupan sehari-hari seperti memakai masker, jaga jarak, serta rajin cuci tangan. Mungkin belum semua membudayakan protokol kesehatan seperti ini, namun saya yakin jumlah yang sudah membudayakan jauh lebih banyak dibanding yang belum.
Pengalaman. Sudah ada 711.205 orang sembuh dari covid-19. Artinya, kita punya 711.205 kisah sukses dan pengalaman orang berperang melawan covid-19 hingga akhirnya sembuh. Sangat banyak. Pengalaman ini bisa ditiru dan diikuti oleh orang-orang yang baru terkena covid-19 atau yang belum sembuh. Selain itu, para dokter tentu makin berpengalaman dalam menyembuhkan pasien covid-19.
Vaksin covid-19. Meskipun sempat terlambat, program TPK (terapi plasma kovalesen) sudah diterapkan secara nasional. Mungkin banyak yang belum tahu apa itu TPK sehingga bisa disebut vaksin pasif. Secara sederhana, TPK adalah pemberian donor plasma darah dari pasien yang sudah sembuh dari covid-19 kepada pasien covid-19. Plasma darah orang yang sudah sembuh dari covid-19 memiliki antibodi yang kuat dan berhasil memenangkan pertempuran dengan covid-19. Analogi sederhana, pasien covid-19 diberi bantuan bala tentara (anti bodi) yang sudah menang melawan covid-19 di tubuh orang lain, untuk melawan covid-19 yang ada di tubuh pasien covid-19.
Sudah ada 711.205 pasien sembuh, dan ada 133.146 pasien belum sembuh (total kasus - total positif- total meninggal). Seharusnya Indonesia bisa surplus plasma darah. Jika semua pasien sembuh bersedia dan memenuhi syarat mendonorkan plasma darahnya, ada 711.205 plasma darah yang siap didonorkan kepada 113.146. Bahwa kemudian realita di lapangan tidak seperti itu, mungkin pelaksanannya saja yang belum sempurna. Namun seharusnya kita tetap wajib optimis.
-Vaksin aktif. Pada hari Rabu, 13 Januari 2021, Presiden Jokowi menjadi orang pertama yang menjalani vaksinasi jenis sinovac. Setelah Jokowi, beberapa artis, influencer, nakes, serta pejabat daerah juga menjalani vaksinasi. Terbukti, vaksin sinovac tidak memberikan efek samping seperti yang dikhawatirkan masyarakat. Efek yang ditimbulkan sebagaimana orang yang sudah divaksin hanya sebatas pegal-pegal sebentar serta ngantuk.
Menurut data Kementerian Kesehatan, Indonesia akan kedatangan 122 juta dosis vaksin pada Desember 2020 hingga Januari 2021. Indonesia juga memiliki opsi tambahan pemesanan 100 juta dosis vaksin yang akan tiba di Indonesia pada September 2021 hingga Maret 2022. Jumlah ini memang belum bisa mencukupi kebutuhan vaksin untuk seluruh rakyat Indonesia. Namun sudah cukup signifikan membantu melawan penyebaran covid-19.
Dari beberapa alasan di atas, saya kira sekarang saatnya Indonesia bangkit dari keterpurukan. Sekarang saatnya rakyat optimis bahwa kita bisa menang melawan covid-19. Amunisi kita sudah semakin kuat!
Sumber Utama : https://seword.com/umum/saatnya-indonesia-menang-lawan-covid-19-wapr3hOLSW
Blusukan Risma Seolah Berkata, "Tuna Wisma Bukan Oli Kemiskinan"
Pernahkah kita bertanya, mengapa para Tuna Wisma tak pernah bisa berkurang di Indonesia? Atau kita bertanya, bantuan sosial yang diciptakan oleh pemerintah itu banyak tetapi mengapa kemiskinan, terutama mereka yang disebut tuna wisma begitu sulit untuk dientaskan? Alih-alih berpikir untuk menjawab dua pertanyaan seperti tadi, kebanyakan dari kita malah suka menyalahkan sistem pemberian bantuan sosial bagi fakir miskin. Padahal Undang-Undang Dasar 1945 jelas-jelas menyatakan bahwa "Fakir Miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara". Lalu bagaimana perangkat negara, termasuk pejabat pemerintah daerah, mengaplikasikan dan mengimplementasikan program yang katanya merupakan perwujudan dari Pasal 34 dari UUD 1945 tersebut?.
Sejak Jokowi menjadi Presiden Indonesia, dia banyak meluncurkan program bantuan sosial untuk mengentaskan kemiskinan seperti bantuan Program Keluarga Harapan, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Program Raskin, Kartu Sembako, Kartu Pra Kerja, dan bantuan-bantuan lain yang diselenggarakan baik pemberiannya secara langsung kepada si fakir miskin, maupun melalui pemerintah daerah. Namun, untuk mendapatkan semua bantuan itu, yang menjadi persyaratan utama bagi rakyat miskin ada 3 hal, yaitu KTP, KK dan alamat tempat tinggal.
Saya memahami mengapa persyaratan yang diberikan pada fakir miskin seperti itu. Karena hal itu untuk menghindari upaya-upaya licik, baik dari oknum aparat, dari pikiran jahat orang yang berpura-pura menjadi fakir miskin, maupun dari pihak fakir miskin sendiri. Kasus pemberian bantuan yang double diberikan pada orang yang sama, sudah menjadi masalah standar. Data jumlah fakir miskin yang dicatat oleh setiap daerah yang berantakan juga sudah menjadi masalah standar. Penyaluran dana sosial memang sangat berpotensi memiliki celah korupsi yang tinggi dan sulit untuk dideteksi. Namun demikian, tetap saja, dari semua kelompok fakir miskin, kelompok Tuna Wisma lah yang sulit disentuh oleh semua bantuan sosial tadi. Sayangnya, fakta ini tak pernah menggerakkan hati para Gubernur semua propinsi di Indonesia untuk memikirkan satu cara bagaimana kelompok miskin Tuna Wisma di daerah mereka bisa digapai oleh Pasal 34 dari UUD 1945. Bahkan media saja jarang yang melansir atau menyoroti masalah kelompok fakir miskin Tuna Wisma dari sisi masalah atau kesulitan mereka tersentuh dan menyentuh bantuan dari negara.
Di sisi lain, masalah kemiskinan Tuna Wisma ini tidak semudah menghadapi masalah kemiskinan daerah tertinggal, atau kemiskinan kurangnya pendapatan, atau kemiskinan pengangguran. Kemiskinan Tuna Wisma kadang diakibatkan karena mereka adalah manusia yang memang tak mau dirumahkan. Keluhan tentang Departemen Sosial yang sudah menjaring banyak Tuna Wisma untuk ditampung dan diberi pelatihan, namun akhirnya gagal karena si Tuna Wisma kabur dan lebih memilih untuk hidup di jalan, banyak dan sering kita dengar. Tapi sejujurnya, masalah manusia yang lebih memilih untuk hidup di "alam bebas" tak perlu kita pikirkan. Namun demikian, mereka cukup diberi informasi, jika satu hari mereka sudah berubah pikiran dan memutuskan untuk tinggal di dalam rumah, mereka tahu harus kemana mereka bisa meminta bantuan. Kita ga perlu ngotot-ngototan dengan jenis orang seperti ini.
Jadi, jika pemerintah daerah peduli pada keberadaan kelompok miskin Tuna Wisma di dearahnya masing-masing, sedianya mereka memikirkan satu cara bagaimana agar bantuan pemerintah bisa menyentuh mereka. Karena kita tidak bisa menyadur jargon dari Fadli Zon yang memandang bahwa korupsi itu adalah olinya pembangunan, lalu Tuna Wisma kita anggap sebagai olinya kemiskinan.
Begitupun dengan para anggota dewan, baik pusat maupun pemerintah. Membuat peraturan dan undang-undang turunan untuk melaksanakan Pasal 34 dari UUD 1945, harus bisa merangkul seluruh jenis kemiskinan, termasuk memberikan arahan bagaimana setiap pemerintah daerah bisa membuat prosedur dan mekanisme khusus untuk mengentaskan kemiskinan Tuna Wisma. Dan blusukan, harus menjadi salah satu dari sekian banyak arahan yang diberikan. Tanpa blusukan, kepala daerah hanya akan berlaku seperti raja yang mengira seluruh warganya sudah aman dan sejahtera. Kalaupun si kepala daerah ini tahu masih ada Tuna Wisma di daerahnya, mereka seperti sengaja lalai untuk meliriknya.
Ini yang kemudian menjadi sangat aneh dan mengheran, ketika Menteri Sosial melakukan inisiatif blusukan, yang sudah menjadi kebiasaan dirinya, dan menemukan beberapa Tuna Wisma di kolong jembatan, mengapa banyak pihak termasuk anggota DPR RI begitu kebakaran jenggot? Apakah ini "pesan" dari mereka yang membully Ibu Risma, dengan segala cara dan segala gaya, bahwa Negara harus menganggap Tuna Wisma sebagai oli kemiskinan? Atau harus dianggap seperti rokok Sampeorna Hijau "Ga ada elu ga rame" tapi tetap tak diisap?.
Anies Baswedan yang waktu debat Pilkada membanggakan program Rumah Murah saja, ujung-ujungnya program dia malah menyentuh kalangan warga menengah karena ternyata jumlah DP dan angsuran hanya bisa dijangkau oleh mereka yang berpenghasilan diatas Upah Minimul Regional. Dengan jumlah APBD yang maha besar, Anies Baswedan GAGAL TOTAL merumahkan kelompok Tuna Wisma dan gengsi untuk melanjutkan cara Basuki Tjahaya Purnama untuk memanusiakan mereka. Sungguh satu ketololan yang tak bisa dicerna oleh otak berukuran dewa sekalipun.
Risma, sebagai Menteri Sosial yang bertindak mewakili pemerintah pusat, tak mungkin blusukan ke semua propinsi yang ada di Indonesia hanya untuk menampar para Kepala Daerah tentang masalah Tuna Wisma di daerah mereka. Apalagi kemudian seperti yang diungkapkan oleh Risma sendiri bahwa kejadian yang dianggap blusukan, sebenarnya bukan benar-benar blusukan, tetapi hanya satu kebetulan ketika dia lewat, dia melihat para Tuna Wisma. Hati dia sebagai sesama manusia dengan posisi dan kewenangan yang dimiliki sekarang, tergerak untuk menghampiri dan mengetahui, apa yang menjadi alasan mereka menjadi Tuna Wisma.
Pemerintah daerah adalah kepanjangan tangan dari pemerintah pusat, maka untuk melaksanakan Pasal 34 UUD 1945, pemerintah daerah lah yang harus turun tangan mengatasi masalah Tuna Wisma. Bukankah di setiap Undang-Undang selalu terdapat pasal yang berbunyi : "Pemerintah daerah membuat kebijakan dengan berdasar pada undang-undang dan peraturan (yang dibuat oleh DPR dan pemerintah pusat)"?
Kejadian blusukan yang dilakukan RIsma lalu mendapatkan bullyan yang maha dahsyat dari pihak yang tidak suka, cukup memperlihatkan pada dunia BETAPA BOBROKNYA EMPATI oposisi di Indonesia. Dan hal ini sangat amat dan teramat sangat memalukan. Agama tak berfungsi buat golongan penyinyir dan pembully RIsma.
Untuk Ibu Risma, saya, mewakili seluruh rakyat Indonesia yang mendukung Ibu, menghaturkan penghargaan dan penghormatan setinggi-tingginya atas kepedulian Ibu pada para Tuna Wisma di Jakarta. Semoga setelah masa pembullyan selesai, akan datang masa kesadaran bahwa Tuna Wisma bukan oli kemiskinan.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/blusukan-risma-seolah-berkata-tuna-wisma-bukan-oYrqZLoJJ0
Jika Tak Mau Divaksin, Jangan Provokasi Orang Untuk Menolak Vaksin
Beberapa hari ini kita gaduh soal vaksin. Ada yang ragu, ada yang mau, ada yang menolak, ada yang mempertanyakan ini itu, ada pula yang menyebar berita bohong tentang bahaya vaksin.
Bila kita melihat kembali ke belakang, seharusnya program vaksinasi tidak seharusnya buat gaduh.
Dulu ada yang minta di-lockdown. Jangankan lockdown, dikasih PSBB saja sudah banyak yang mengeluh, bahkan banyak yang tidak mau taat aturan.
Dulu ada yang minta pemerintah tegas terhadap pelanggar protokol kesehatan. Ketika ditindak tegas, ada yang menuduh negara represif dan otoriter.
Dulu pemerintah didesak mengusahakan vaksin. Vaksin dipesan, katanya tidak teruji, kaleng-kaleng dan tidak halal. Sudah diuji kelayakan dan kehalalannya, masih juga tidak percaya dan minta presiden divaksin duluan.
Pada titik ini sebenarnya sudah tidak ada masalah. Secara ilmiah/klinis sudah teruji vaksinnya melalui BPOM. Secara agama sudah teruji juga vaksinnya melalui sertifikat dan fatwa halal dari MUI.
Presiden mengiyakan divaksin duluan. Diminta lagi agar disiarkan secara langsung. Sudah disiarkan langsung, eh masih juga ada yang tidak yakin vaksin dapat menghalau covid-19. Ada yang bilang presiden tidak benar-benar divaksin. Kan bangsat!
Vaksin minta digratiskan. Sudah digratiskan, masih saja ada yang curiga ini konspirasilah, dagangan vaksinlah, vaksinnya katanya ditunda di negara lain.
Aduh…. Rakyat Indonesia ini memang paling susah disuruh taat, manut, ikut saja. Semua auto paling pintar. Bukan ahlinya, tapi bahas vaksin seolah dialah ahlinya. Bukan bidangnya, tapi merasa ia paham segalanya.
Maka saya kira sudah waktunya, kita mengubah sikap. Kalau Anda memang tidak mau divaksin, tidak perlu memprovokasi orang lain untuk menolak vaksin.
Provokasi itu ada banyak cara. Bisa dengan cara menakut-nakuti orang lain. Bisa menyebarkan berita bohong. Bisa juga dengan menyatakan lantang-lantang baik di media sosial maupun di forum diskusi bahwa Anda menolak divaksin.
Nanti tidak divaksin, Anda menuduh negara tidak adil, pemerintah zalim, presiden tidak peduli rakyat, dan lain-lain seperti kebiasaan makhluk berjulukan kadrun.
Sudahlah… Anda tidak mau divaksin, ya diam saja. Masih banyak orang lain ingin hidup lebih lama lagi dan berlomba divaksin. Apalagi vaksinnya gratis.
Kalau Anda sedikit saja membuka mata dan telinga, Anda seharusnya menghargai gerak cepat pemerintah mendapatkan vaksin ketika negara lain pun berlomba mendapatkan.
Anda seharusnya bersyukur, pemimpin Anda dengan segala konsekuensinya mau mendengarkan suara Anda. Meski sebenarnya dia tidak harus melakukan itu, tetapi demi meyakinkan rakyatnya para petinggi negara mau divaksin di depan matamu mengikuti permintaanmu. Bukan hanya di tingkat pusat, tapi sampai ke daerah-daerah. Masak itu tidak cukup meyakinkan kamu?
Jika bukan karena kebencian di hatimu, sikap para pemimpin itu harusnya sudah meyakinkan keraguanmu, mempasrahkan nasibmu, membulatkan tekadmu. Hargailah mereka yang sudah mau mendengar dan memberi contoh kepadamu. Memang tak sesempurna yang kita inginkan. Tapi adakah pemerintah yang sempurna di dunia ini?
Jika saja Anda punya hati, maka Anda akan bisa melihat bahwa pemerintah dengan segala kesusahannya bekerja keras agar situasimu bisa kembali normal sebagaimana biasanya. Yang berjualan, bisa berjualan tanpa was-was. Anak sekolah kembali bersekolah menuntut ilmu, bertemu teman-temannya, bercanda tawa kembali, dan mendapatkan dunianya kembali tanpa harus terkurung di rumah seharian. Tenaga kesehatan bisa lega tidak meregang nyawa setiap saat.
Sudah banyak nyawa yang hilang akibat covid-19. Mungkin masih banyak yang sedang dalam sekarat melawan covid-19 di rumah sakit. Rumah sakit sudah hampir penuh di beberapa daerah. Sudah berjuta pengangguran karena ekonomi melesu, produksi tidak jalan, penjualan merosot tajam, pabrik tutup, usaha bangkrut, anak-istri terancam tidak makan walau sudah mengetatkan ikat pinggang.
Jangan kita tambah lagi masalah hanya karena kebencian kita dan ego masing-masing.
Kita tidak sedang berlomba memenangkan piala. Kita sedang berjibaku menyelamatkan nyawa.
Kita tidak sedang bertaruh harta. Kita sedang bertaruh nyawa jutaan manusia tidak peduli apa agamanya, sukunya, status sosialnya, pekerjaannya, etnisnya dan daerahnya.
Musuh kita bukan sesama anak bangsa pun bukan sesama manusia. Musuh kita kali ini adalah korona. Mari kita lawan bersama.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/jika-tak-mau-divaksin-jangan-provokasi-orang-erzJtz0hFM
Neno Warisman : Setelah Mengancam, Sekarang Minta Musyawarah Pada Tuhan
Bagai halilintar di siang bolong, ancaman yang dipanjatkan oleh Neno Warisman pada Tuhan, dalam bentuk deklamasi di acara Munajab 212, menggelagar hampir di setiap telinga siapapun yang mendengarkan. Tak usah saya yang sama-sama muslim, saya yakin orang yang non-muslim pun akan berucap sama, "Astagfirullahal'adzim" dalam bahasa dan cara mereka. Sungguh satu ancaman yang sangat tidak pantas dan sangat melampaui batas. Kengerian seketika menyelubungi hati setiap orang. Berharap-harap cemas apa yang akan menjadi reaksi Tuhan atas ancaman hambanya yang begitu jelata.
Dan tak perlu kita menunggu lama, Tuhan menjawab ancaman yang diteriakkan Neno Warisman.
Kekalahan yang nyata atas kelompok yang Neno mintakan untuk dimenangkan, satu-satu dihempaskan Tuhan. Pertama, kekalahan Prabowo - Sandi dalam ajang Pilpres 2019 yang begitu sempurna. Tuhan bahkan menampar wajah Neno Warisman sangat keras dengan memperlihatkan padanya, kekuatan Tuhan yang berkemampuan membalikkan keadaan. Prabowo dan Sandiaga Uno sekarang berdiri di belakang Jokowi, pihak yang Neno tarohkan sebagai sandera untuk bisa mengancam Tuhan.
"Karena jika tidak Engkau menangkan kami, kami takut ya Allah... kami takut tak ada lagi orang yang akan menyembahmu!"
Reaksi Tuhan atas ancaman Neno tak hanya berhenti pada titik balik Prabowo dan Sandiaga Uno, tetapi lebih jauh dari itu, Tuhan juga yang membalikkan keadaan kelompok yang selama ini telah menempatkan dan memperalat diri Neno Warisman sebagai orang terpandang di antara mereka. Tak ada lagi do'a Neno Warisman dan do'a-do'a kelompok FPI dan PA 212 yang terbukti dikabulkan Tuhan. Kekalahan demi kekalahan kubu FPI terlarang di pengadilan, harus mereka telan tanpa kunyahan. Sementara laporan demi laporan ke pihak kepolisian, terus berdatangan dari pihak-pihak yang merasa telah didzolimi mereka. Tidakkah Neno Warisman sadar bahwa Tuhan telah menerima ancaman yang dia ucapkan dengan begitu baik dan sempurna?.
Dalam keadaan berdiri di tengah-tengah puing reruntuhan kejayaan FPI, Neno Warisman masih berani bersuara dan bersikap besar kepala. Dengan tanpa merasa berdosa bahwa dirinya pernah mengancam Tuhan, Neno Warisman masih berani mempertanyakan, mengapa orang-orang itu harus selalu melaporkan hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dilaporkan ke Kepolisian? Tidakkah mereka paham bahwa semua itu masih bisa dimusyawarahkan?.
"Nampaknya kita sudah kehilangan kemampuan untuk bermusyawarah, tampaknya kita selalu memakai satu perangkat yaitu lapor ke polisi. Terus menerus (polisi) menerima laporan yang sebetulnya kalau kita secara jernih melihat ini, sebetulnya tidak perlu sampai ke ranah pelaporan karena kan dinilai menghalangi satgas melakukan swab tes. Kita melihat ada upaya untuk terus menerus menempatkan Habib Rizieq Shihab sebagai Tersangka dengan berbagai bantahan, berbagai pertimbangan, berbagai gugatan. Kita tidak tahu seperti apa kasus berikutnya, yang jelas begitu banyak bantahan dan pertimbangan dari para ahli. Semoga Allah menolong hamba-hamba yang berjalan di jalan yang baik, berjalan di jalan yang benar bagaimanapun caranya, tetapi kita yakini Allah lah yang memegang tampuk keadilan yang seadil-adilnya".
Hhhmm.... sudah ancaman lagi yang keluar!! Sedikitpun, kita tidak melihat ada rasa penyesalan dari setiap kata yang dilontarkan Neno Warisman. Atau paling tidak kita bisa melihat sedikit saja sikap menyadari bahwa dia pernah mengancam Tuhan dan apa yang terjadi sekarang terhadap RIzieq Shihab adalah jawaban Tuhan atas ancaman Neno Warisman. Jadi kalau pentolan FPI mau mencari kambing hitam atas seluruh keluluh-lantahan kelompok mereka, Neno Warisman lah orang yang paling tepat untuk disalahkan.
Kalimat terakhir Neno "Semoga Allah menolong hamba-hamba yang berjalan di jalan yang baik, berjalan di jalan yang benar bagaimanapun caranya, tetapi kita yakini Allah lah yang memegang tampuk keadilan yang seadil-adilnya", seperti gaya lain dari sebuah kalimat pengancaman. Siapkah Neno untuk menerima putusan Tuhan jika ternyata "hamba-hamba", yang dipandang Tuhan sudah berjalan di jalan yang benar adalah pihak yang selama ini Neno pandang lawan? Siapkah Neno menerima kenyataan kalau ternyata Tuhan memperlihatkan bahwa dirinya dan kawan-kawannya lah, yang selama ini telah berjalan di jalan yang salah?.
Menyikapi kemenangan Jokowi dan Ma'ruf Amin, yang bukan bagian dari "kami" dalam ancamannya saja, Neno Warisman masih terus menjadi pihak oposisi sayap kiri dan tak legowo menerima kekalahan. Sikap ini menjadi bukti, bahwa terhadap Tuhan pun Neno Warisman berani membangkang. Itu sebabnya, kalimat terakhir Neno yang seperti sebuah do'a : "Semoga Allah menolong hamba-hamba yang berjalan di jalan yang baik, berjalan di jalan yang benar bagaimanapun caranya, tetapi kita yakini Allah lah yang memegang tampuk keadilan yang seadil-adilnya", memberikan kesan bahwa Neno Warisman lagi-lagi mengancam Tuhan. Sebuah pesan subliminal bahwa Neno akan memandang Tuhan bukan Pemegang tampuk keadilan yang seadil-adilnya jika ternyata "hamba-hampa yang berjalan di jalan yang baik dan benar", itu adalah kelompok Jokowi.
Terlepas dari komentar Neno Warisman, memang semua perkara pidana yang memiliki delik aduan, itu bisa diselesaikan dengan musyawarah. Tetapi untuk perkara delik umum, sudah musyawarahpun, hukum tetap harus berjalan.
Kalau saya jadi Neno Warisman, ketibang koar-koar menuduh rakyat Indonesia sudah kehilangan kemampuan untuk musyawarah, saya akan coba memusyawarahkan satu perkara pidana yang memiliki delik aduan. Neno sedianya harus bisa membuktikan sendiri perkara mana yang bisa diselesaikan dengan cara musyawarah. Sebagai uji coba, saya menyarankan Neno untuk memusyawarahkan kasus pidana pencemaran nama baik yang dilakukan oleh Rizieq Shihab terhadap Henry Yosodiningrat. Kira-kita Neno punya ga kemampuan untuk bermusyawarah dan meminta Henry Yosodiningrat mencabut laporannya terhadap Rizieq Shihab? Atau ini sudah menjadi tabiat neno Warisman yang suka bercuap tapi tak tahu apa yang dia cuapkan.
Banyak-banyak istigfar Bu Neno... hidup ini hanya sebentar.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/neno-warisman-setelah-mengancam-sekarang-minta-6qbgN5OSSq
Dunia Persilatan Gempar, UAS Akan Jadi Influencer Vaksin Corona?
Menariknya politik Indonesia adalah karena banyak dipengaruhi oleh ulama-ulama yang ikut mengomentari perpolitikan tanah air dan memiliki pengikut yang senantiasa mendengarkan mereka. Setelah sebelumnya Tengku Zul membuat heboh dengan pernyataannya tentang 4.900 bidadari berikut ini, kini ada Abdul Somad yang rencananya akan dijadikan influencer vaksin oleh pemerintah.
Ketika pertama kali virus corona marak di Indonesia, Abdul Somad adalah ulama yang sering menjadi bahan pembicaraan di kalangan masyarakat. Hal tersebut akibat perkataannya yang menyatakan bahwa corona adalah tentara Allah yang tidak akan menyerang muslim, tapi akan menyerang kafir yang berbuat zholim terhadap muslim. Abdul Somad mengambil contoh negara China yang dianggap menganiaya muslim Uighur.
Perkataan UAS tersebut akhirnya terbukti salah, karena banyak negara muslim juga terdampak pandemi yang satu ini sementara China mulai pulih, bahkan Arab Saudi sebagai negara lahirnya agama Islam juga melakukan lockdown dan menutup ibadah haji.
Belakangan beberapa ulama yang terkenal ahli dalam ilmu agama juga terkena virus ini, contohnya : Said Aqil ketua PBNU, AA Gym, Almarhum Syekh Ali Jaber dan bahkan Habib Rizieq, walaupun nama yang penulis sebut terakhir tidak mengakuinya sebelum diungkap oleh kepolisian.
Walaupun terbukti salah, tapi Abdul Somad benar-benar mempunyai pendukung yang militan yang selalu membelanya dan percaya kepadanya. Terbukti beberapa hari lalu saat muncul tagar tolak vaksin, ceramah Abdul Somad banyak dibagikan sebagai penguat untuk aksi tersebut.
Video pada Desember lalu tersebut menyatakan bahwa Abdul Somad tak mau divaksin jika Indonesia tak memakai vaksin yang dipakai di Mesir dan Arab Saudi. Jadi sampai sini kita bisa simpulkan kalau bagi Abdul Somad, jika vaksinnya dipakai oleh Mesir dan Arab, Abdul Somad bersedia divaksin untuk memerangi penyebaran tentara Allah. Wah Abdul Somad sudah mulai berani melawan penyebaran tentara Allah nih.
Kita juga tidak lupa banyak pendukung UAS yang adalah pengagum presiden Turki Erdogan juga, namun presiden Turki tersebut mengikuti jejak Indonesia dan presiden Jokowi yang juga divaksin. Sebenarnya hal tersebut adalah hal yang sangat wajar, karena saat krisis ekonomi di Turki dan mata uang Turki jatuh, mereka mendapatkan bantuan dari China.
Tapi tentu hal ini akan membuat para pendukung Erdogan yang juga pendukung Abdul Somad kebingungan, karena mereka tidak suka kepada Jokowi. Jika mereka menentang Indonesia menggunakan vaksin China artinya mereka tidak sepakat dengan Erdogan, tapi jika mereka setuju dengan Erdogan, artinya mereka sepakat dengan Jokowi.
Akhirnya, mereka pura-pura tidak tahu apa yang dilakukan Erdogan dan kali ini menggunakan Mesir dan Arab sebagai patokan yang akan mereka ikuti. Ini adalah bukti kalau kebencian bisa membuat kita plin plan dan melakukan standart ganda.
Terlepas dari bagaimana Abdul Somad dan pendukungnya, pada akhirnya pemerintah membuka opsi untuk mengajak ustad ganteng tersebut menjadi influencer vaksin corona. Kira-kira Abdul Somad mau atau tidak ya? Berikut analisanya :
Soal Endorse sebenarnya bukanlah hal yang aneh buat Abdul Somad, sudah beberapa kali beliau diendorse untuk mempromosikan calon pemimpin, mulai dari calon walikota Medan, hingga calon Presiden seperti Prabowo. Apalagi MUI juga sudah mengeluarkan fatwa suci dan halal.
Tapi yang menjadi masalah Abdul Somad sering mengkritik pemerintah dan setia menjadi oposisi, tentu beliau harus memikirkan langkah untuk menyelamatkan muka jika nantinya menjadi influencer vaksin membantu pemerintah, apalagi nama Abdul Somad besar karena para pendukung fanatiknya.
Faktor MUI menurut penulis tidak akan terlalu jadi pertimbangan Abdul Somad, walaupun MUI pernah membantu Abdul Somad saat kasus penghinaan agama kristen, tapi itu adalah MUI lama, dimana sekarang sudah banyak yang diganti kendati masih ada beberapa muka lama.
Secara suara maka Abdul Somad bisa tekor, sebagian pendukungnya akan ada yang kecewa dan di sisi lain pendukung Jokowi dan pemerintahan tidak akan jadi memuja Abdul Somad, mengingat kebanyakan pendukung Jokowi dari kalangan NU yang mempunyai kiai-kiai kharismatik dan banyak pengikut. Hal ini tentu akan menjadi pertimbangan Abdul Somad.
Jadi kecil kemungkinan untuk Abdul Somad mau menjadi influencer vaksin walaupun pemerintah sudah membuka pintu untuk mengajak beliau. Tapi sekecil apapun yang namanya komunikasi politik adalah seni, tergantung seberapa niat pemerintah berkomunikasi dengan Abdul Somad, apalagi jika ada kejutan dimana Mesir dan Arab tiba-tiba menggunakan vaksin yang sama dengan Indonesia. Yang pasti jika Abdul Somad mau bekerja sama dengan pemerintah dan menjad influencer vaksin, maka dunia persilatan akan kembali gempar.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/dunia-persilatan-gempar-uas-akan-jadi-influencer-tqDv4MMiAX
Tim Komunikasi Istana Kayak Keledai
Ketika Raffi Ahmad direncanakan untuk menjadi perwakilan artis yang mendapat vaksin pertama, saya sudah curiga akan ada isu baru. Dan benar saja, foto Rafi menghadiri pesta tanpa masker tiba-tiba viral. Yang memviralkan adalah temen artisnya, Anya Geraldine, yang sebelumnya pernah diisukan dekat dengan anaknya Sule.
Apa yang ditulis Anya sebenarnya kalimat bercanda. Ngabis-ngabisin vaksin aja itu kalimat akrab atau ledekan biasa. Tapi karena yang baca adalah netizen, maka nada bacanya jadi beragam. Dan rupanya, malah banyak yang mengecam. Karena menurut aturan, setelah divaksin, tetap harus jaga jarak, pakai masker dan cuci tangan.
Saya pikir isu ini akan berhenti di ucapan permohonan maaf Raffi. Yang teledor berfoto setelah makan. Dan menurut Raffi, itu acara tertutup di rumah salah seorang kenalan yang mengundangnya.
Tapi Polisi malah mendatangi lokasi hajatan. Dan isunya semakin runyam karena Ahok juga ada di acara yang sama. Sehingga dendam kadrun pun menggema. Meminta Ahok dan Raffi dipenjara seperti Rizieq.
Mereka tak peduli bahwa posisi Rizieq sebagai penyelenggara sepenuhnya berbeda dengan Raffi dan Ahok yang hanya sebagai peserta undangan. Sementara dari skala kerumunan atau acara, ini sudah sesuai protokol kesehatan. Cuman, kebetulan saja mereka foto setelah makan-makan. Makanya ga ada yang pakai masker. Itu saja.
Kalau Ahok dan Raffi sampai dipenjara, maka demi keadilan, semua anggota FPI, Anies Baswedan dan Riza Patria juga harus dipenjara. Karena keduanya hadir di hajatan Rizieq.
Meskipun bagi kita ini hanyalah ribut-ribut tidak produktif, tapi sejatinya hal semacam ini bisa dihindari.
Saya jujur ga paham dengan tim komunikasi Istana dalam memilih orang-orang untuk menyebarkan narasi positif. Kabar buruknya, ini bukan kali pertama. Padahal katanya, hanya keledai yang jatuh dua kali di lubang yang sama.
Dulu saat ada isu omnibuslaw, pemerintah juga membayar influencer artis. Yang cuma modal copas dan sesuai arahan. Murni tanpa proses berpikir dan menghasilkan pernyataan yang relevan.
Lucunya, saat influencer artis ini diserang komentar negatif oleh buzzer SJW, mereka malah minta maaf dan mau mengembalikan dana iklan yang sudah diterima. Hahaha
Bagi saya, yang salah jelas bukan artisnya. Yang salah ya yang milih mereka. Kenapa tidak ada pertimbangan matang dan antisipasi?
Karena produk atau program pemerintah itu produk politik. Tidak bisa disamakan dengan produk umum seperti sabun, pasta gigi atau obat pemutih.
Maka ketika pemerintah menunjuk artis sebagai influencer dengan tujuan menyebarkan semangat positif, itu artinya pemerintah sedang menyamakan vaksin dengan sabun atau vitamin. Yang bisa di iklankan oleh artis manapun, tak peduli latar belakang dan kontroversial yang bisa ditimbulkan.
Ga ada yang salah sama artisnya, hanya tidak relevan saja. Kalaupun mau maksa harus ada perwakilan artis, kan banyak pilihannya. Misal Reza Rahadian atau orang-orang yang cenderung jarang bikin konten di sosmed.
Saya bisa maklum kalau Presiden akhirnya menunjuk Menkominfo yang tak mampu berkomunikasi dengan baik, pun tak punya informasi yang cukup. Bahkan mungkin bikin akun instagram pun belum tentu bisa.
Maklum karena itu keputusan politik. Pertimbangan koalisi. Maklum kalau yang dituntut sejatinya tak paham isi lembaga ya. Tapi masa sampai urusan influencer masih juga salah pilih sih?
Kalau soal produk politik, mestinya yang diundang ya orang-orang yang punya pengaruh di sosial media dengan tema-tema politik.
Saya juga ga paham kenapa di Periode kedua ini, pemerintah semakin tidak mau memanfaatkan para relawan yang konsisten membantu menyebarkan narasi positif. Mungkin mereka terpengaruh Tempo yang kerap melabeli kami dengan buzzer. Jadi tak mau dekat-dekat atau berkomunikasi. Lalu dipilihlah artis-artis yang bayarannya jauh lebih mahal. Mungkin biar mereka percaya diri, bayar mahal pasti bagus. Tapi hasilnya malah zonk dan kasus.
Nah kalau sudah ribut begini, yang beresin ya para relawan tanpa pengakuan. Yang tak mendapat apa-apa dari pemerintah, yang kerap disebut buzzer, tapi terus konsisten memberikan dampak positif untuk Indonesia.
Tapi ya mungkin memang beginilah realitas politik di Indonesia. Dalam kondisi apapun kita tetap harus ikhtiar.Sumber Utama : https://seword.com/politik/tim-komunikasi-istana-kayak-keledai-gThc5Sfe30
Tak Hanya Nyinyir Vaksin, Demokrat Juga Pernah Menolak UU minerba, Partai Antek Asing?
SBY dengan jargon terbarunya "jangan begitu, tuhan tidak suka" rupanya tak hanya nyinyir pemerintah, tapi semua programnya. Jauh sebelum heboh vaksin, mereka adalah partai dan dinasti pertama yang menyerukan lockdown. Entah niatnya baik atau buruk, kita tidak tahu. Yang ada setelah vaksin masuk, mereka tetap nyinyir bahkan anaknya menghubungkan peristiwa jatuhnya pesawat dengan teguran pada pemerintah. Kini heboh gugatan benua biru ke negara kita terkait nikel justru membongkar aib lama mereka.
Padahal Unu Eropa yang dijuluki benua biru telah menutup peluang ekspor sawit dalam negeri. Untungnya Jokowi yang bertangan besi, tak menyerah dan mengolah sawit jadi bahan bakar B 30, B 50 hingga B 100. Kini saat pemerintah hendak memberdayakan nikel mentah untuk kemudian diproses menjadi bahan baku setengah jadi atau jadi, justru mereka mengecam kita. Nyata sudah negara-negara Eropa tak ingin negara kita maju. Bagi mereka, yang terpenting memperkaya negara sendiri. Mungkin ini juga alasan intel Jerman sampai menguntit ormas FPI yang telah dibubarkan.
Sebelumnya seperti diberitakan detik.com, Uni Eropa (UE) masih melanjutkan gugatan terhadap Indonesia ke Organisasi Perdagangan Internasional (World Trade Organization/WTO). Benua biru melayangkan gugatan atas larangan ekspor bijih nikel yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dalam Undang-undang (UU) Mineral dan Batubara (Minerba).
"Kemarin sore sekitar jam 3 atau 4 menjelang tutup kantor perwakilan kita di Jenewa, kita mendapatkan notifikasi dari UE bahwa mereka akan terus jalan proses daripada proses dispute, proses sengketa di WTO, dispute settlement body (DSB)," ungkap Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad Lutfi dalam konferensi pers virtual, Jumat (15/1/2021).
Lutfi mengatakan, proses selanjutnya akan ditetapkan pada tanggal 25 Januari 2021.
"Ini ada proses bakunya, ada sequence-sequence-nya yang akan dimulai pada tanggal 25 Januari. Jadi biarkan saya itu di WTO, di Jenewa yang menjalankan itu. Ini merupakan proses baku yang harus diikuti," tutur Lutfi.
Inilah semangat cinta NKRI yang kini dijalankan Jokowi beserta jajarannya. Demi masa depan generasi penerus, mereka rela babak belur dihantam kanan kiri. Bahkan hantaman tak hanya datang dari luar. Sejak diajukannya UU Minerba awal Mei tahun lalu, ada 1 partai yang menolak. Siapa lagi kalau bukan partai besutan pepo yang suka jalan di tempat, bikin album dan warisan mangkrak.
Seperti dilansir cnbcindonesia.com, Komisi VII DPR RI hari ini menggelar rapat kerja dengan pemerintah untuk membahas tingkat pertama Rancangan Undang-Undang Mineral dan Batu Bara (RUU Minerba).
Pasal-per pasal dibacakan sedari pagi, dan sampai sore ini mayoritas fraksi yang ada di komisi energi dan pertambangan tersebut sepakat perubahan undang-undang mineral dan batu bara nomor 4 tahun 2009. Meskipun terdapat satu fraksi yang menolak, yakni Fraksi Demokrat.
Fraksi yang setuju diantaranya adalah;
Fraksi PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, Nasdem, PKB, PKS, PAN, PPP. Meskipun dari beberapa fraksi yang setuju ini, sebagian ada yang setuju dengan memberi catatan.
Anggota Komisi VII DPR RI dari fraksi Golkar, Maman Abdurahhman dalam pandangan partinya menyampaikan revisi ini perlu untuk kepastian usaha pertambangan ke depan. Revisi ini, kata dia, adalah salah satu upaya untuk menunjang pembangunan nasional demi kemakmuran rakyat.
"Kepastian usaha dan lain-lain, revisi berikan jaminan perpanjangan Kontrak Karya dan Iziun Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dan jaminan izin pertambangan yang terintegrasi dengan pemurnian," paparnya, Senin (11/5/2020).
Sementara, Fraksi Demokrat diwakili oleh Sartono Hutomo menekankan bahwa pembahasan revisi undang-undang minerba tak perlu buru-buru.
"Menolak atas rancangan UU Nomor 4 Tahun 2009 diteruskan, dan menunda hingga masa covid-19 selesai. Agar aturan tidak tumpang tindih di satu sisi, karena akan jadi polemik," jelasnya.
Alasan Demokrat dari dulu selalu tak mau terburu-buru. Padahal justru seruan mereka untuk melockdown itulah yang buru-buru dan terancam menghamburkan APBN. Kini saat pemerintah ingin menggenjot ekonomi dengan meneruskan proyek yang tertunda dan menambah utang, sekali lagi mereka minta untuk tak terburu-buru. Mungkin definisi terburu-buru ala Demokrat kalau hal ini menguntungkan Indonesia kelak, maka jangan terburu-buru. Tapi, kalau justru cepat merugikan negara, maka silahkan langsung dieksekusi.
Sama halnya dengan dukungan mereka pada penolakan UU omnibus law. Alasannya tetap sama agar jangan terburu-buru mengatur urusan ketenagakerjaan. Padahal dengan UU ini, peluang investasi yang masuk semakin besar. Justru penolakan ini membuat negara kita semakin sulit membuka lapangan kerja. Kalau disimpulkan kenapa semua seruan Demokrat justru merugikan negara? Bahkan pada keputusan UU Minerba juga tak pro pemerintah. Apakah Demokrat partai antek asing?
Referensi:
Sumber Utama : https://seword.com/politik/tak-hanya-nyinyir-vaksin-demokrat-juga-pernah-N2jXdilHwT
Menolak Vaksin, Emangnya Negeri Ini Milik Nenek Lu?
HIngga covid-19 memasuki bulan April - Mei 2020, dst., dan masyarakat sudah menyadari betapa wabah ini sangat mengerikan, kerinduan akan vaksin pun menggebu-gebu. Karena hanya dengan vaksin, atau sistem kekebalan tubuh yang harus diperkuat supaya mampu menolak kehadiran virus ini.
Maka reaksi netizen sangat antusias setiap ada berita tentang penemuan vaksin covid. Semua orang menyambut dengan penuh harap dan ucapan syukur. Ketika ada berita tentang sebuah lembaga yang sudah menemukan vaksin, banyak netizen menulis harapan: "Bulan puasa covid-19 hilang", atau "Lebaran covid-19 sudah hilang...", dst.
Tapi ternyata proses pembuatan vaksin itu tidak seperti membuat obat batuk yang setelah ramuannya komplit, lalu diracik, dst. Pembuatan vaksin nyatanya memakan waktu berbulan-bulan bahkan hampir setahun. Covid-19 merajalela sejak awal tahun 2020, sementara vaksinasi baru mulai Januari 2021. Jadi dapat dibayangkan betapa susahnya dan sulitnya mendapatkan vaksin yang satu ini.
Banyak lembaga terkait di dunia berusaha menemukan vaksin covid-19, termasuk di Indonesia. Kalau tidak ada aral melintang, kita juga bakal punya vaksin sendiri yang dinamai "Merah Putih"? Semoga saja terwujud dengan segera.
Vaksin memang menjadi satu-satunya solusi agar wabah ini segera dihentikan. Karena selama setahun ini dunia sudah sangat menderita oleh pandemi ini. Terasa miris juga, dunia dengan teknologi yang sudah sedemikian hebatnya, namun kesulitan menemukan penangkal covid-19 dengan cepat?
Tapi ketika akhirnya sekarang vaksin sudah mulai tersedia, semua patut disyukuri juga. Sebab keinginan semua orang tetap satu: kehidupan manusia kembali "normal" seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan jalan ke arah itu sudah diretas dengan mulai berjalannya vaksinasi di berbagai negara, termasuk di negeri kita.
Sejumlah negara sudah memulainya dengan kepala pemerintahan masing-masing yang lebih dahulu disuntik vaksin. Raja Salman dari Arab Saudi, Vladimir Putin dari Rusia, Jokowi dari Indonesia, dll. Itu menandakan betapa perang melawan vaksin ini memang bukan main-main. Maka terkutuklah oknum atau pihak-pihak yang bersikap meremehkan dan bahkan menolak vaksin ini!
Upaya keras dan serius pemerintah mengadakan vaksin ini untuk 260 juta rakyatnya layak diapresiasi. Maka pada 6 Desember 2020 lalu, untuk pertama kalinya sebanyak 1,2 juta vaksin produksi Sinovac dari China, tiba di Indonesia. Pemerintah sudah menetapkan enam vaksin COVID-19 yang ditetapkan untuk dipakai di Indonesia: vaksin buatan Bio Farma, Sinovac, Pfizer, Sinopharm, Moderna, dan AstraZeneca.
Sekalipun demikian, bukanlah hal yang mudah untuk mengadakan vaksin dalam jumlah yang sangat besar dalam waktu yang sebentar. Karena pada dasarnya hampir seluruh manusia wajib divaksin, maka diperlukan miliaran dosis vaksin.
Untuk Indonesia, menurut Bappenas, pemerintah sudah memesan sebanyak 371 juta vaksin untuk 181 juta rakyat. Dan itu bukan seperti membalik telapak tangan, namun butuh waktu lama. Maka, diperkirakan hingga 2022 nanti, ada 371 dosis juta vaksin yang masuk ke Indonesia.
Deputi Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menyebut selanjutnya jutaan vaksin ini akan datang bertahap untuk berbagai jenisnya. Untuk tahun 2021 saja, pemerintah Indonesia sudah memesan 275 juta vaksin.
Vaksin dipesan dalam jumlah yang sangat banyak, tentu supaya ada cadangan juga. Namun yang juga layak disyukuri bahwa vaksin ini gratis untuk rakyat. Kita sekarang tinggal berdoa semoga seluruh rencana lancar, pasokan vaksin tiba sesuai jadwal, dan vaksinasi rampung sesuai target.
Namun sungguh disesalkan dan tidak bisa dinalar sikap orang-orang yang sama sekali tidak menghargai upaya keras pemerintah. Selama ini ada suara-suara yang menolak vaksin dengan berbagai alasan "bodoh". Padahal kebanyakan penolak itu rata-rata masyarakat awam yang tingkat pengetahuannya minim, namun berlagak sok menolak vaksin.
Misalnya menurut mereka, vaksin itu tidak halal, tidak aman, dll. Barisan orang-orang semacam ini pasti dipengaruhi oleh pemuka agamanya yang kemungkinan besar radikal, anti-pemerintah, dan mengharamkan semua hal. Bagi mereka, produk bangsa kafir itu haram, kecuali smartphone dan internet.
Penolak vaksin itu ada juga dilatarbelakangi politik. Bukan rahasia jika ada pihak atau oknum yang "tidak suka" jika pandemi ini segera berakhir. Sebab jika covid-19 berhasil ditekan, lalu lambat laun roda ekonomi dan kehidupan mulai berputar menuju kenormalan dan kemajuan, maka stabilitas politik pun semakin mantap!
Suasana negeri yang aman damai, rakyat makmur dan sejahtera ini justru membuat oknum-oknum itu gelisah. Sebab kalau pemerintah stabil, rencana atau skenario mereka buyar. Ambisi meraih kekuasaan hancur berantakan. Maka belum lama ini ada oknum yang mencoba mempengaruhi supaya rakyat jangan berpikir secara berlebihan bahwa vaksin ini akan membuat perekonomian meroket. "Tuhan tidak suka!" katanya.
Orang-orang yang menolak vaksin dengan berbagai alasan masing-masing, jelas menjadi batu sandungan. Padahal vaksinasi ini demi kepentingan umum, karena tujuannya menghentikan wabah penyakit menular. Wabah ini awalnya dari seseorang di Wuhan China, dan menyebar ke seluruh dunia. Apakah orang-orang bodoh yang menolak divaksin ini ingin menjadi penyebar mimpi buruk di negeri ini?
Rakyat wajib mencermati si Ribka Tjiptaning, anggota DPR dari PDIP yang dengan gagah menolak dirinya dan keluarganya divaksin. Sangat membingungkan jika oknum semacam ini dengan segala keistimewaannya di masyarakat, malah berlagak jadi provokator. Sebagai bagian dari koalisi pemerintah, dia mestinya mendukung penuh program pemerintah yang tujuannya untuk keselamatan seluruh anak bangsa!
Rakyat harus sadar betapa urgennya vaksinasi ini, sebab tujuannya menghentikan penularan wabah yang daya rusaknya luas dan dahsyat. Maka vaksinasi ini kewajiban bagi rakyat. Vaksinasi bukan menyangkut kepentingan orang per orang atau keluarga, tapi nasib bangsa. Ibaratnya, kalau mau mati, ya mati saja sendiri. Jangan menyebabkan orang lain tertular.
Orang-orang yang menolak vaksin kebanyakan karena bodoh dan dibodohi, tapi berlagak sok pintar. Berurusan dengan orang-orang semacam ini kita hanya bisa menahan rasa geram dan dongkol sembari mengumpat: Memangnya negeri ini milik nenek lu?
Tuh lihat, Raja Salman saja mau divaksin.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/menolak-vaksin-emangnya-negeri-ini-milik-nenek-lu-Vmc6sbZBPB
Baru Ngaku Sekarang Kena Covid 19, Tak Layak Jadi Panutan
Banyak orang yang sudah curiga dari awal, apa yang begitu rapat disembunyikan oleh RS, sampai harus kucing-kucingan dengan Pemda Bogor, sampai harus merelakan 6 nyawa menjadi korban di jalan tol, tidak lain dan tidak bukan adalah ketakutannya mengakui bahwa dia memang terjangkit virus korona. Dia tidak mau terus terang pada saat itu, bahkan mengumumkan di channel TV Ormasnya bahwa dia tidak terjangkit.
Entah apa yang dia takutkan dari hal pengakuan itu. Bukankah semua orang berpeluang terjangkiti? Apalagi dia memang baru saja pulang dari luar negeri pada saat itu. Saya hanya bisa menduga, hal itu dia lakukan, karena dia takut pengikutnya mulai ragu dan melabeli dia bukan cucu Nabi, disebabkan ternyata bisa juga terjangkit Covid 19.
Masalahnya, jauh-jauh hari, mereka sudah menyampaikan propaganda kepada pengikut-pengikut dan pengagum-pengagum RS, bahwa Covid 19 itu adalah tentara Allah. Tidak akan menjangkiti orang yang di dalam darahnya mengalir darah Nabi. Tidak akan menjangkiti orang yang rajin berwudu. Dan hanya akan membinasakan orang-orang kafir dan munafik.
Jadi, kalau mengakui terinfeksi, tentu semua propaganda itu akan berbalik arah ke RS sendiri. Jangan-jangan bukan cucu Nabi, jangan-jangan tidak wudhu, jangan-jangan justru kafir dan munafik? Ini tentu jauh lebih menakutkan daripada virusnya itu sendiri.Maka, virus pun harus disembuhkan dulu, biar pun banyak yang menjadi korban, resiko itu harus diambil. Yang penting saat nanti benar-benar terpaksa harus berurusan dengan polisi, statusnya sudah negatif virus korona. Itu saja yang paling penting.
Nyatanya, benar, saat ditangkap, di tes usap, RS dinyatakan negatif Covid 19. Pengikut dan pengagumnya pun lega. Tapi, saat ada kabar, bahwa RS mengalami sesak nafas di dalam tahanan, orang-orang kembali curiga. Ini bisa jadi dampak dari keterjangkitannya sebelumnya. Karena menurut literasi, orang yang baru sembuh, masih ada kemungkinan akan merasakan sesak nafas kembali.
Sekarang, kecurigaan itu mulai terjawab setelah polisi mengungkapkan bahwa RS sempat dinyatakan positif terinfeksi Covid 19 berdasarkan hasil tes swab beberapa waktu lalu. Namun, kata Polri, saat itu RS mengaku dalam keadaan sehat wal afiat.
Ungkapan Polri ini pun segera ditanggapi oleh kuasa hukum RS. Sugito langsung membela kliennya dan menjelaskan, “Tidak semua apa yang jadi privasi keluarga harus diinformasikan ke publik, atau pemerintah harus tahu.”
Sugito mengatakan RS tetap menjalankan aturan pemerintah bagi pasien yang positif korona. Dia mengatakan saat itu RS tetap menjalani isolasi mandiri.
“Kalau Habib Rizieq harus mentaati ketentuan yang dijalankan pemerintah, iya (sudah dijalankan). Seperti isolasi semuanya kan diikuti, “ucapnya. Sumber
Lucunya, Sugito menganggap itu bukanlah satu pelanggaran hukum.Dia berdalih, “Habib Rizieq juga kan selama ini untuk urusan kesehatan di-backup oleh tim MerC kan, kok hanya Habib Rizieq sih, kenapa hanya Habib Rizieq? Karena selama ini Habib Rizieq terlalu oposan terhadap pemerintah?”
Saya kira, itu hanya tugas Sugito sebagai kuasa hukum, berdalih apa pun untuk membela kliennya. Melebarkan narasi kalau perlu ke pemerintah, agar kliennya terbela. Padahal, saya yakin dia tahu, bahwa faktanya, pemerintah tidak mengintervensi kasus RS sedikit pun. Dan, walau banyak orang yang terkena covid 19, pada dasarnya semua orang akan melaporkan kejadian itu. Pertama, untuk mengantisipasi kejadian yang lebih serius pada dirinya sendiri. Kedua, agar bisa menjadi proses penelusuran kontak, sehingga orang lain tidak lebih banyak yang tertular.
Itu artinya orang tersebut bertanggung jawab terhadap kesehatan orang lain.
Namun apa yang terjadi dengan kliennya Sugito? Entah siapa yang mengajari, dia malah tidak mau mengaku sudah terinfeksi virus. Alhasil, tracing tidak bisa dilaksanakan. Padahal, kalau saja saat itu tracing dilaksanakan, bisa jadi mencegah virus menjangkiti wakil gubernur DKI, dan bisa pula kemudian mencegah menjangkiti gubernurnya sendiri.
Tidak ingin bermaksud berburuk sangka, walau dengan narasi yang bagus sekali dari sang gubernur pun, tidak boleh disalahkan kalau kita menduga terjangkitnya mereka adalah pasca pertemuan dengan RS saat mereka menyambutnya langsung sesaat setelah dia kembali ke tanah air.
Terlepas dari itu semua, sekarang kita berharap Polri juga harus concern memeriksa kuasa hukum RS, karena patut diduga mereka telah ikut memberikan keterangan palsu, menghalang-halangi negara melakukan pencegahan penyebaran virus.
Dan, bagi kedua pihak, RS dan kuasa hukumnya, sangat tidak patut untuk dijadikan teladan dalam usaha kita memutus mata rantai Covid 19 sekarang ini.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/baru-ngaku-sekarang-kena-covid-19-tak-layak-jadi-0yTxfFVhlt
Endang Tirtana: Izin BPOM Sudah, Halal MUI Sudah, Penyebar Hoax Harus Dipolisikan!
Endang Tirtana, direktur dari IWD alias Indonesia Watch for Democracy yang juga merupakan politisi PSI, mengatakan bahwa vaksin di Indonesia sudah bisa dikerjakan secara massal. Semua perizinan baik dari tinjauan medis, birokrasi dan juga dari keagamaan sudah berjalan baik.
Jadi tidak ada yang perlu kita khawatirkan. Namun saat ini, narasi-narasi busuk muncul membuat Endang Tirtana pun berespons dan mengeluarkan statement tegas. Apa yang ia katakan? Mari kita simak di dalam penjelasannya.
Halal dari MUI sudah, izin dari BPOM sudah, vaksin ada, jangan lagi ada keraguan!
MUI sudah memberikan stempel halal. Kalau urusan Kapolri, MUI gak usah banyak ngomong. Tapi kalau urusan vaksin, boleh lah nggak apa-apa. Saya izinkan. Hahaha. Tapi yang pasti, Endang Tirtana mengatakan MUI sudah memberikan stempel halal vaksin, artinya sudah bisa digunakan lewat saringan agama.
Kemudian BPOM juga sudah memberikan izin edar dan penggunaan vaksin Sinovac yang sudah disuntikkan kepada Presiden Joko Widodo. Selama ini kita tahu bahwa setiap obat-obatan yang beredar, resminya harus ada lewat screening BPOM. Artinya secara dosis dan sebagainya, sudah lewat juga.
Dari dua hal ini saja sebetulnya Endang mengatakan bahwa rakyat tidak perlu ragu lagi. Semua sudah berjalan dan disaring sesuai dengan apa yang sudah diproses. Tak perlu ragu, karena sudah ada lembaga-lembaga yang memberikan izin edar dan kehalalan.
IWD mendukung pemerintah untuk segera melaksanakan vaksinasi sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi pandemi Covid 19.
Tidak hanya meminta masyarakat jangan ragu, Endang Tirtana pun mendukung gerakan pemerintah untuk melaksanakan vaksin secara nasional. Ikhtiar Presiden pun didukung oleh Endang, sebagai bagian untuk menang atas Covid 19.
Dalam hal ini, saya perlu memberikan apresiasi tinggi terkait apa yang menjadi pilihan presiden Joko Widodo dalam membeli vaksin Sinovac, jauh-jauh hari sebelumnya. Agar apa? Agar rakyat Indonesia selamat. Sekarang, malah kita melihat bahwa negara-negara seperti Malaysia dan Filipina sedang sulit cari vaksin. Feeling Jokowi ini mantap.
Malaysia dan Filipina pun sudah mengalami kesulitan dalam membeli vaksin yang cocok untuk negara mereka. Bagi penulis, pemilihan vaksin Sinovac untuk rakyat Indonesia yang merupakan rumpun ras Asia, sudah sangat tepat. Memang vaksin Pfizer, Astra Zeneca yang merupakan produk Amerika dan Eropa juga sudah dipesan. Namun Sinovac adalah vaksin yang cocok untuk rumpun Asia.
Jujur saja, saya baru tahu bahwa dalam penelitian dan pembuatan vaksin, ternyata faktor ras ada pengaruhnya. Jadi kalau secara awam saya melihat vaksin Pfizer, Astra Zeneca dan vaksin-vaksin buatan Amerika Eropa lainnya, tidak se-cocok Sinovac.
Jadi Endang Tirtana mengatakan dengan jelas bahwa dukungan kepada Jokowi ini, bukan sekadar dukungan buta. Tapi dukungan karena pemahaman yang sudah mantap.
Saya juga siap divaksin, sesuai dengan program yang dicanangkan pemerintah.
Setiap masyarakat sangat di-encourage untuk mau divaksin. Harus siap divaksin dan menerima ikhtiar baik ini. Vaksin apapun itu, yang pasti ini adalah ikhtiar dan niat baik pemerintah kepada masyarakat agar bisa melakukan kegiatan sehari-hari dengan normal lagi.
Kita mempercayai satu hal. Pandemi ini akan selesai. Kita percaya dan optimis, bahwa negara ini kelak akan terbebas, dan mimpi Indonesia maju 2030 bisa dikerjakan dengan baik.
Jika ada yang menyebarkan kabar bohong untuk menakut-nakuti dan menghasut masyarakat agar tidak mau divaksin, sebaiknya aparat penegak hukum mengambil langkah tegas.
Sebaik-baiknya orang, tentu akan ada saja anjing-anjing yang menggonggong. Ada narasi-narasi bahwa vaksin palsu beredar. Ada yang kelewatan juga sampai mengatakan Jokowi bukan disuntik vaksin, tapi disuntik vitamin. Malah ditanya-tanya lagi oleh Najwa si anchor Air Mata Najwa.
Kita harus tahu bahwa masyarakat ini memahami apa yang mereka lihat. Mereka menyerap apa saja yang mereka tonton. Apalagi jika ada junjungan yang mereka sanjung. Rizieq yang kasus seks chatnya mau dibuka lagi saja bisa mereka percaya. Jadi meminta aparat penegak hukum mengambil langkah tegas, adalah hal yang sangat baik dikatakan.
Protokol kesehatan harus tetap dijalankan dan diperketat, baik oleh pemerintah pusat maupun berkoordinasi dengan pemerintah daerah.
Encouragement Endang bukan sekadar kata-kata belaka seperti si Anies yang suka ngomong doang. Endang Tirtana meminta masyarakat juga untuk menaati protokol kesehatan, dan mendukung pemerintah untuk melakukan program protokol kesehatan.
Terima kasih untuk Bro Endang soal pemahaman ini. Masyarakat butuh pemahaman yang baik, bukan malah provokasi dan bikin pernyataan aneh. Mantap Bro Endang!
Begitulah mantap-mantap.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/endang-tirtana-izin-bpom-sudah-halal-mui-sudah-O9Xy3oCE4V
Ahok Bongkar Kontrak Janggal LNG Pertamina, Akan Ada Kumis yang Rontok!
Ahok diserang oleh kadal gurun. Oleh para pendukung Rizieq soal kerumunan yang dibuat beberapa malam silam dalam acara pesta di rumah seseorang. Saya curiga, serangan terhadap Ahok ini settingan. Ahok yang adalah Komisaris Utama PT Pertamina sebenarnya memang sudah diincar.
Pertanyaannya, kenapa Ahok diincar? Kenapa dia diserang soal kerumunan yang membuat polisi sampai turun tangan? Ini yang patut kita cermati bersama-sama. Bahkan Rizieq sampai mengatakan bahwa Ahok harus ditangkap soal kerumunan.
Ahok diserang, Rizieq sampai buka suara soal kerumunan. Dia harus dipenjara. Bodohnya bohir. Rizieq ditangkap bukan karena soal kerumunan melainkan soal penghasutan dan kurang ajarnya dia. Sudah diingatkan sebelumnya, masih ngeyel ya diciduk dan disobek-sobek itu balihonya.
Diduga kuat, bohir mulai lancarkan serangan kepada Ahok, soal penemuannya tentang kontrak janggal di Pertamina yang diteken perusahaan tersebut. Soal LNG asal Mozambik pada tahun 2019. Lah ketahuan deh. Ujung-ujungnya duit lagi. Sepertinya akan ada kumis yang memutih kemudian rontok.
Kontrak yang dimaksud adalah kontrak LNG asal Republik Mozambique yang ditandatangani 2019 silam dan membuat Ahok merasa adanya ketidakwajaran dalam kontrak. Ahok pun tidak menjelaskan lebih rinci lagi soal kontrak apa. Yang pasti, dia mengatakan ada ketidakwajaran sehingga perlu diaudit.
Dia mengatakan bahwa ada ketidakwajaran dalam pembelian kontrak jangka panjang Liquid Natural Gas alias LNG, sehingga perlu ditinjau ulang soal kontrak yang usianya sangat panjang, yakni 20 tahun itu. Gila. Ada bohir yang sebelum keluar, mau nyerap uang selama 20 tahun. Bisa buat 2 generasi di bawahnya itu.
Nicke Widyawati selaku Direktur Utama Pertamina dan Senior Vice President Komunikasi Pertamina Agus Suprijanto pun belum memberikan tanggapan, setelah Ahok mengatakan hal ini. Apa yang Ahok katakan memang sesuai dengan fakta. Bahwa pada tahun 2019, tepatnya di bulan Februari, Pertamina meneken perjanjian jual beli.
Sales and Purchase Agreement itu dilakukan dengan perusahaan Amerika Serikat, Anadarko Petroleum Corporation terkait penjualan Liquid Natural Gas dari Mozambique LNG 1 Company Pte Ltd. Mozambique LNG1 Company Pte LTd sendiri adalah penjual gas produksi anak usaha Anadarko.
Rencananya, LNG yang dibeli dari sana, sebanyak 1 juta ton per tahun (Million Ton Per Annum) dan akan berlangsung selama 20 tahun. Mantul betul. Ya namanya kontrak, itu lintas kekuasaan politik lah. 20 tahun itu minimal 2 presiden, maksimal 4 presiden kalau masing-masing 2 periode atau 1 periode.
Pada saat itu, direktur pemasaran Pertamina, Basuki Trikora Putra mengatakan bahwa impor LNG dari Mozambique itu sangat mantap karena harganya paling bersaing. Wakil Presiden Eksekutif Anadarko, yakni Mitch Ingram mengatakan bahwa Indonesia akan jadi pasar gas alam dengan pertumbuhan tercepat se-Asia. Ya penjual pasti akan membesar-besarkan pembeli yang membeli dalam partai besar lah. Wajar saja.
Lantas, apa yang menjadi kecurigaan Ahok? Ini yang mulai seru. Pertama, cadangan gas bumi Indonesia ini ada sekitar 100 triliun standard cubic feet alias Trillion Cubic Feet (TCF). Dari sini kita sudah mulai paham, ada kejanggalan antara stock, supply and demand.
Pertanyaannya adalah begini. Ketika stock sangat banyak dengan supply memadai dan demand yang juga pas, buat apa kontrak 20 tahun dengan 1 juta ton per tahun itu dilakukan dengan Mozambique? Maka dari sini, nggak heran kan kenapa Ahok diserang soal kerumunan? Tapi saya yakin Ahok berani. Sehingga saya yakin suatu saat, akan ada kumis-kumis yang memutih dan rontok satu per satu.
Ahok ini bukan tipe orang yang bisa ditekan. Semakin ditekan, dia akan semakin reaktif. Inilah yang menjadi harapan kita bersama soal Indonesia maju. Salah sasaran Rizieq menyerang Ahok dan Raffi Ahmad adalah dia gak paham hukum.
Rizieq dipenjara karena dia bikin hasutan. Soal kerumunan, juga dia dijadikan tersangka karena dialah yang membuat kerumunan dan menginisiasi. Anies pun bungkam. Dia tidak bisa apa-apa. Selama ini, sudah paham ya siapa yang ada di balik peta politik ini? Apakah dia Jadolf Kitler?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/ahok-bongkar-kontrak-janggal-lng-pertamina-akan-wT1eqvheWz
Hati-Hati Denny Siregar, Kau Mulai Memainkan SARA Terhadap Ribka...
Menjadi Publik Figure itu banyak tidak enaknya. Mereka yang bangga mendapatkan gelar "Publik Figure" adalah mereka yang menjual kehidupan pribadinya kepada publik. Apapun yang mereka katakan dan lakukan, tak akan pernah luput dari perhatian dan sorotan publik. Sampai urusan ngorok dan kentutpun, bisa jadi santapan publik.
Saya tidak akan pernah lupa satu percakapan saya dengan ayah mertua yang saat itu mendumel karena pacar Roger Federer, petenis dunia, hamil duluan sebelum menikah. Mendengar dia ngomel-ngomel dan menghujat Roger Federel, yang merupakan idola saya, jelas saya membela Roger. Saya bilang, "Bukankah di Eropa banyak sekali perempuan yang hamil di luar nikah bahkan sudah hamilpun mereka tetap tidak menikah. Itu kan sudah bagian dari budaya Eropa!" Dan dengan satu kali bentakan mertua saya bilang, "Tapi Roger Federer itu Publik figure! Dia tidak boleh melakukan hal seperti itu karena akan jadi contoh para penggemarnya!". Saya ternganga mendengar pernyataan mertua. Suami saya pun memberi isyarat untuk tidak melanjutkan perdebatan sambil berbisik, "Papi itu generasi jadul... di jamannya selebrity dilarang macam-macam!".
Konpensasi menjadi selebrity atau Publik Figure memang menggiurkan. Lihat saja Atta Halilintar, sebagai Publik Figure milenial di dunia virtual, dia jadi salah satu orang muda terkaya di Indonesia. Sejauh ini, yang saya tahu, apa yang Atta lakukan untuk menjadi terkenal dan kaya raya, dia pintar membuat konten-konten di media sosial. Tapi masalah percintaan dan perjodohan dia dengan Aurel Hermansyah sepenuhnya menjadi santapan publik. Begitu pula dengan Denny Siregar. Dia menjadi terkenal karena kepiawaiannya dalam menyoroti banyak hal yang terjadi di kehidupan keseharian, terutama hal yang menyangkut perpolitikan. Saya termasuk salah satu penggemar Denny Siregar, walupun akhir-akhir ini saya lebih menikmati video-videonya Ade Armando. Mungkin faktor usia, saya dan Ade Armando itu seumuran, jadi kecepatan gelombang dia lebih sesuai dengan kecepatan gelombang saya. Kalau Denny Siregar lebih menggebu-gebu. Serangannya terhadap lawan begitu garang dan tajam. Saking garang dan tajamnya, Denny sempat menjadi sasaran hingga data pribadi dia dibongkar oleh lawan. Lalu Denny pun meradang dan menggugat kejadian pembongkaran data pribadi dia. Sayangnya, ganti rugi yang dituntutkan di luar perkiraan. Jumlah tuntutan ganti rugi sebesar Rp 1 triliun sangat sulit untuk dijustifikasikan di persidangan. Kasus ini sudah sampai mana sekarang, rasanya kita tak bisa lagi mengikutinya....
Sebagai sesama pendukung Jokowi, saya tak selalu setuju dengan pandangan dan opini Denny Siregar. Beberapa kesempatan saya pernah menuliskan ketidak setujuan saya atas pandangan dan pemikiran dia. Yang terpenting buat saya, apapun gaya kita beropini, jangan sampai melanggar aturan yang digariskan undang-undang, terutama Undang-Undang ITE, karena baik Denny Siregar, maupun semua Penulis Seword, ajang peperangan kita berada di dunia maya, dimana Negara mengawasinya dengan UU ITE yang dikawal ketat dengan KUHP dan undang-undang lainnya yang berhubungan.
Dan hari ini saya cukup kecewa menemukan cuitan Denny Siregar yang begitu mengandung unsur SARA. Saya juga tak suka pada cara Ribka Tjiptaning menyampaikan pandangan dia di rapat Komisi IX DPR RI tentang vaksin corona. Karena suara Ribka yang kencang dengan gaya bahasa yang tanpa etika, koaran panjang dia ternyata tak mengandung sedikitpun solusi yang bisa dia sampaikan pada pemerintah, khususnya Menteri Kesehatan. Saya juga tahu kalau Ribka dulu pernah menyatakan bangga menjadi anak PKI dan sekarang dia berhasil masuk dan berperan di panggung perpolitikan. Tapi menjadi sangat tidak etis ketika kita menguliti Ribka dari sisi pribadi dia, apalagi menyentuh ranah agama dan keimanan dia.
Di akun Twitter Denny Siregar, salah satu follower Denny dengan nama akun Indonesia Teguh @qzitz mentwitkan 2 foto Ribka yang berdampingan. Yang satu foto Ribka tanpa jilbab dan yang satu lagi foto Ribka memakai jilbab, dengan caption "Calon Pengganti Bunda Neno". Saat ini foto tersebut sudah dihapus oleh pihak Twitter. Dan saya haqul yakin, foto RIbka yang berjilbab adalah editan. Tapi Denny Siregar malah ikut-ikutan berkomentar. Dia menuliskan "Udah ada yang manggil ukthi RIbka. Cepat banget berubah dari "anak PKI" jadi "Sobat seiman". Sementara kita tahu kalau Ribka Tjiptaning ini adalah umat Kristiani. Bagi saya ini sudah sangat SARA.
Tidakkah Denny Siregar belajar dari kejadian Maheer yang mengomentari fotonya Habib Lutfi? Komentar Maheer atas cara Habib Lutfi memakai sorbannya memang tidak menggunakan Pasal SARA karena baik Maheer ataupun Habib Lutfi, keduanya sama-sama Muslim. Tapi perbuatan Maheer dijerat dengan pasal penghinaan, dan dia pun mendekam di penjara. Artinya, editan foto Ribka jauh lebih berbahaya karena Ribka bukan seorang Muslim. Dengan berkomentar "Udah ada yang manggil ukthi RIbka. Cepat banget berubah dari "anak PKI" jadi "Sobat seiman", Denny telah ikutan melecehkan agama dan keyakinan Ribka yang seorang umat Kristiani.
Terlepas dari sikap Ribka yang menolak untuk disuntik vaksin, masalah meme foto Ribka yang diunggah oleh akun Indonesia Teguh @qzitz yang ikut dikomentari Denny Siregar, jelas-jelas telah masuk ranah SARA. Jika Denny Siregar sadar bahwa dirinya adalah seorang Publik figure dan Denny memahami bahwa segala perbuatan yang mengandung pelanggaran atas SARA adalah tindakan pidana, sebagai pemilik akun, sedianya Denny menghapus twittan Indonesia Teguh @qzitz dan melakukan pencegahan agar meme tersebut tidak menjadikan twittan ini santapan media.
Saya sendiri menulis tulisan ini, tak berani menggunakan screen shot dari komentar Denny Siregar maupun menggunakan foto Ribka. Karena jika saya mengunggah kedua screen shot itu, artinya saya ikut menyebarkan apa yang Denny komenkan. Kalian bisa menggooglenya sendiri. Tapi tolong, jangan ikut-ikuta tindakan yang sangat kampungan seperti ini.... hati-hati! Kepolisian siber sudah dimassivekan!
Sumber Utama : https://seword.com/umum/hati-hati-denny-siregar-kau-mulai-memainkan-sara-heqku9S9Sf
Re-post by Migo Berita / Sabtu/16012021/13.41Wita/Bjm