» » » » » » » Bela Rupiah atau Dollar ? Bela Negara Indonesia dengan Solusi atau hanya Demo tanpa Solusi ?!

Bela Rupiah atau Dollar ? Bela Negara Indonesia dengan Solusi atau hanya Demo tanpa Solusi ?!

Penulis By on Jumat, 07 September 2018 | No comments

MigoBerita - Banjarmasin - Mungkin orang-orang khususnya di Kalimantan Selatan, tepatnya di kota Banjarmasin dalam beberapa hari ini mempermasalahkan masalah tabung gas 3 kg yang susah dicari, yang sekali dapat berharga mahal hingga tembus dari 30 ribu hingga 50 ribu kata Ibu Asiah yang berjualan Kopi & Teh serta gorengan dikawasan jalan Kolonel Sugiono Banjarmasin. Tapi anehnya, menurut beberapa orang yang menjadi pengujung Warung itu, para pemuda koq demonya masalah Dollar Naik,.. seperti nggak ada yang lain. Apalagi menurut mereka biar Dollar Naik seberapapun, kami tetap "Mewarung" disini dan yang pasti Ibu Asiah tetap jualan. Yang Pusing paling "orang kaya" yang hari-harinya tergantung sama Dollar, jadi para pendemo Dukung "Orang Kaya" atau "Rakyat Indonesia"..???!!!.


Luhut Binsar Pandjaitan: Politisasi Rupiah Lemah Bentuk Pengkhianatan

JAKARTA – Menteri Koordinator Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan menyebut politisasi terhadap isu pelemahan rupiah sebagai bentuk pengkhianatan terhadap negara.
Saat ini menurutnya kesepakatan pihaknya dengan Bank Indonesia dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) untuk duduk bersama dalam mengatasi masalah ini.
“Kami sepakat, kita jangan memain-mainkan politik untuk currency ini karena dampaknya pada semua rakyat kecil. Jadi kalau semua itu orang melakukan [politisasi rupiah] saya kira itu pengkhianatan pada negara,” ujar Luhut dalam konferensi pers di Pertemuan Tingkat Pejabat Tinggi (SOM) AIS ke-2 di Oriental Mandarin, Jakarta Pusat, Kamis (6/9).
BacaSandi, Tukar 1000 Dolar Sok Jadi Pahlawan.
Ia juga mengklaim pemerintah saat ini telah berupaya semaksimal mungkin untuk melakukan efisiensi dan menghindari budaya korupsi.
“Bedanya sekarang ini pemimpinnya enggak ada yang korupsi. Nah itu penting dicatat. Presidennya, anaknya, istrinya, semuanya bersih dan kerja keras. Mereka turun ke bawah. Orang bilang pencitraan, pencitraan apanya?” kata mantan Menkopolhukam ini.
Selain itu, pemerintah juga telah melakukan pengambilan keputusan dengan cara transparan.
“Tidak ada yang salah kecuali ada kita korupsi atau tidak efisien. Kita enggak kok. Kita sudah membuat negeri ini tambah efisien. Karena apa? Karena semuanya sudah sistem online,” kata dia.
Sebelumnya, sejumlah politikus oposisi, seperti Fadli Zon dan Ferdinand Hutahaean, menilai pemerintahan Jokowi telah gagal dalam menjaga rupiah dari depresiasi.
Namun demikian, bakal calon wakil presiden Sandiaga Uno dan Wasekjen Partai Demokrat Andi Arief meminta semua pihak untuk tak memanfaatkan pelemahan rupiah untuk menyerang Pemerintah. [ARN]

Kunjungan Kerja, Aliansi Mahasiswa Kalsel Tak Bertemu Wakil Rakyat

PULUHAN mahasiswa yang tergabung dalam Aliansi Mahasiswa Kalimantan Selatan kecewa dengan kalangan wakil rakyat di DPRD Kalsel.
KEKECEWAAN dipicu saat mereka ingin menyampaikan aspirasinya ke DPRD Kalsel, Jumat (7/9/2018), tidak ada satu pun anggota dewan yang menemui mereka.
Koordinator aksi, Rizky Adi Putra mengatakan, mahasiswa ingin menyampaikan dolar naik dan melemahnya rupiah, dan menuntut pemerintah untuk menjaga kestabilan nilai rupiah.
Aliansi Mahasiswa Kalsel menuntut pemerintah segera mengambil sikap untuk menstabilkan nilai rupiah agar tidak berpotensi keluarnya kebijakan yang memberatkan rakyat.
Pemerintah wajib menjaga kestabilan, sebab terhitung sejak 5 September 2017 hingga 7 September 2018 nilai rupiah mengalami pelemahan yang drastis, dari Rp 13.154 mencapai Rp 14.897.
Di saat yang bersamaan, lanjutnya, selama satu tahun ini, berbagai kebijakan yang merugikan, seperti penjualan aset PT Pertamina, penambahan hutang yang mencapai Rp 5.336 triliun, hingga kepentingan politik yang terkesan sibuk dengan perebutan kekuasaan mengakibatkan semua keadaan semakin buruk.
“Kami kecewa karena pada saat jam kerja, tidak ada anggota DPRD Kalsel ada di kantor, dengan dalih mereka sedangan tugas keluar,” ujar Rizky.
Pihaknya berjanji akan kembali ke DPRD Kalsel. “Kami sudah mengirim surat pada Rabu lalu,” ujarnya.
Kepala Bagian TU Sekretariat DPRD Kalsel Riduansyah mengakui anggota DPRD Kalsel sedang kunjungan kerja. “Unjuk rasa akan disampaikan ke unsur pimpinan, baru ke Komisi II DPRD Kalsel, “ujar Riduansyah.
Ia mengakui pengunjuk rasa sudah menyampaikan surat pemberitahuan, namun rapat Banmus yang digelar DPRD Kalsel lebih dulu menetapkan jadwal dewan.
“Kalau mau bertemu dengan anggota DPRD Kalsel harus sesuai jadwal yang ada. Kami sudah berikan jadwal dewan untuk disesuaikan,” katanya.

Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2018/09/07/kunjungan-kerja-aliansi-mahasiswa-kalsel-tak-bertemu-wakil-rakyat/

LSISK Minta Pemerintah Benahi Kondisi Perekonomian Negara karena Merosotnya Nilai Tukar Rupiah

MAHASISWA yang tergabung dalam Lingkar Studi Ilmu Sosial Kerakyatan (LSISK) menggelar aksi mimbar bebas menuntut pemerintah untuk segera membenahi kondisi ekonomi negara, di bundaran Hotel A, Jumat (7/9/2018).
HAL didasarkan oleh kondisi nilai tukar rupiah yang semakin melemah. Organisasi lintas perguruan tinggi ini menuntut pemerintah mengambil kebijakan yang mampu meredam keperkasaan dollar atas rupiah
Rizki Ade Putra, koordinator aksi dalam orasinya mengatakan, dengan banyaknya polemik yang ada di negeri ini ditambah lagi dengan permasalahan ekonomi yang tidak stabil.
“Terhitung sejak 5 September 2017 hingga 6 September 2018 nilai rupiah mengalami pelemahan yang drastis dari Rp 13.154 sampai Rp 15.029. Di saat yang bersamaan selama satu tahun ini, berbagai macam kebijakan yang merugikan, seperti penjualan aset PT Pertamina” tegasnya.
Belum lagi penambahan hutang, yang mencapai Rp 5.336 triliun lanjut Rizki Ade Putera, hingga kepentingan politik yang terkesan sibuk dengan perebutan kekuasaan mengakibatkan semua keadaan semakin memburuk.
“Dampak yang dirasakan dari lemahnya nilai rupiah akan memperburuk keadaan bangsa yang masih sarat dengan ketidakstabilan ekonomi, hutang Negara yang menumpuk, dan taraf hidup rakyat yang masih rendah,” ucap mahasiswa UIN Antasari ini.
Ia menambahkan, lebih dari itu, dari rentetan gejolak yang tampak, kemungkinan krisis ekonomi menjadi sesuatu yang tidak dapat dihindari lagi.
“Melihat kondisi bangsa saat ini, jelas bertolak belakang dengan UU RI Nomor 11 ayat 1 Tahun 2009 tentang Kesejahteraan Sosial, bahwa kesejahteraan sosial adalah kondisi terpenuhinya kebutuhan material, spiritual, dan sosial warga Negara agar dapat hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga dapat melaksanakan fungsi sosialnya” ucap Rizki Ade Putera.
Rizki Ade Putera menegaskan pemerintah harus segera mengambil sikap untuk menstabilkan nilai rupiah, agar tidak berpotensi keluarnya kebijakan yang memberatkan rakyat dan pemerintah wajib menjaga kestabilan nilai rupiah.

Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2018/09/07/lsisk-minta-pemerintah-benahi-kondisi-perekonomian-negara-karena-merosotnya-nilai-tukar-rupiah/

Jokowi Pilih Erick Thohir, Bagai Petir Menyambar Strategi Kampanye Prabowo – Sandiaga!

Di sekitar bulan April 2018, seorang pengamat politik yang juga Direktur Eksekutif Indo Barometer, Mohamad Qodari mengungkapkan bahwa Prabowo sedang menjalankan strategi kampanye yang dulu dipakai oleh Donald Trump. Waktu itu yang sering kita dengar dari Prabowo adalah suramnya masa depan Indonesia; buruknya gizi anak-anak; jeleknya prestasi atlet; rakyat yang kelaparan; pemerintah buang-buang uang rakyat dengan menyelenggarakan Asian Games; bocornya keuangan Indonesia; elit yang goblok, serakah, bermental maling, hatinya beku, tidak setia pada rakyat; mark up proyek; dan lain-lain yang tidak ada aura positifnya sama sekali.
Menurut Qodari, strategi kampanye Donald Trump yang dipakai oleh Prabowo dijalankan dengan menciptakan pesimisme, menebarkan ketakutan, dan mempertentangkan kalangan bawah dengan kalangan atas. Pada Pilpres AS 2016 itu, Donald Trump 'menggoreng' isu kesenjangan di AS. Selain itu, ia mencoba menyebarkan rasa takut bahwa AS berada di bawah ancaman asing, seperti China, ancaman Islam, dan tenaga kerja imigran Meksiko. "Menurut saya, ini agak mirip. Jadi yang disebarkan adalah pesimisme, kemudian ketakutan. Dan kalau kita lihat kasus di Amerika ternyata pesimisme dan ketakutan itu dibeli oleh rakyat Amerika sehingga mereka memilih Donald Trump," tuturnya. "Trump itu kan slogannya, 'Make America Great Again', membuat Amerika menjadi hebat lagi. Menurut saya, terjemahan bebas pidatonya Prabowo itu adalah membuat Indonesia menjadi hebat lagi bersama saya, 'macan Asia'," tambah Qodari. Jika pesimisme dan ketakutan berhasil dikembangkan dan mempengaruhi masyarakat, kecenderungan memilih Prabowo sebagai presiden diyakini akan lebih besar dibanding memilih Joko Widodo (Jokowi). Menurutnya, dalam pesan-pesannya, Prabowo seolah-olah menyiratkan bahwa Indonesia akan menjadi hancur jika bukan dia pemimpinnya.
"Beliau (Prabowo) punya sebuah strategi membangun ketakutan, pesimisme mengenai situasi dan kondisi Indonesia pada hari ini maupun di masa yang akan datang, dengan asumsi bahwa mereka-mereka yang takut dan pesimistis mengenai kondisi sekarang dan akan datang bakal lari ke dia, mendukung dia, dan tidak mendukung yang sekarang ini (Jokowi)," kata Qodari.
Strategi kampanye itu masih dijalankan sampai sekarang. Dalam gerakan #2019GantiPresiden, dalam “Nawa Duka” dan berbagai pernyataan soal ekonomi yang digelontorkan oleh para pendukung kubu sebelah sana.
Namun, tiba-tiba saja sore ini, Jokowi mengumumkan Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) pasangan Jokowi – Ma’ruf Amin, yakni Erick Thohir. Namanya lagi ngetop sebagai Ketua INASGOC (Indonesia Asian Games 2018 Organizing Committee) yang sangat sukses menyelenggarakan Asian Games 2018. Ini salah satu dari alasan penunjukan Erick sebagai ketua timses Jokowi – Ma’ruf.
Erick Thohir adalah seorang pengusaha. Mahaka Group yang dia dirikan mencakup bisnis dalam bidang media, advertising dan entertainment. Apa saja yang ada di dalam Group Mahaka? Harian Republika, Majalah Golf Digest, Jak TV, Gen FM, dan Jak FM. Erick juga ikut mendirikan TV One dan Viva News (viva.co.id). Erick juga menjabat sebagai Direktur Utama Antv. Selain itu Erick adalah pemilik klub sepakbola Inter Milan, dan berbagai klub olah raga lainnya.
Genaplah sudah, orang-orang yang memberikan dukungan kepada Jokowi adalah yang “menguasai udara”. Karena juga ada Surya Paloh (Media Group: MetroTV) dan Hary Tanoesoedibjo (MNC Group).
Kembali ke Donald Trump, kekuatan media televisi menjadi satu faktor utama kemenangannya pada waktu itu. Padahal waktu itu mayoritas koran AS meng-endorse Hillary Clinton, lawan politiknya. Dari 100 koran teratas di AS, hanya 2 yang meng-endorse Trump. Namun kepopuleran Trump di dunia televisi mengalahkan Hillary dengan telak. Pun kepopuleran Trump di media sosial menambah kemenangan itu. Tentunya di Indonesia, siaran televisi sekarang menjangkau hampir seluruh pelosok wilayah negeri. Bisa dikatakan lebih luas daripada akses internet. Well, kalau memasukkan media online dan media sosial, ya sama saja, sokongan terhadap timses Jokowi – Ma’ruf bisa dibilang segudang. Masing-masing media televisi sekarang memanfaatkan media sosial dengan masif. Betul?
Sandiaga yang juga pengusaha, paham betul strategi media ini. Dia pun tidak bisa menyembunyikan kekederannya. Sebelum nama Erick Thohir resmi diumumkan, Sandiaga sudah berusaha mempengaruhi Erick agar tidak terjun ke dunia politik. Bahkan dia meyakini Erick akan menolak jika dipilih oleh pihak Jokowi-Ma'ruf Amin menjadi ketua timses mereka.
"Kalau boleh milih pasti dia enggak bakal mau, karena dia lebih mudah untuk mengurus usahanya, tidak membebani sebagai political exposed person (PEP)," ujarnya. "Kalau ketua tim pasti jadi PEP, pasti dia akan sangat berat sebagai pengusaha dan Erick membawahi ribuan pegawai juga, jadi bagi saya, saya sangat mengerti posisi beliau," sambungnya.
Sumber Opini : https://seword.com/politik/jokowi-pilih-erick-thohir-bagai-petir-menyambar-strategi-kampanye-prabowo-sandiaga-jhZ_6qDxO

HTI: IDEOLOGI PERUSAK NEGERI

Berbicara HTI, kita bukan sekedar berbicara tentang ormas saja. Tetapi jauh lebih luas dari itu, HTI sudah menancapkan ideologi pendirian negara khilafah didalam benak pemikiran banyak orang. Jadi meski ormasnya sudah dibubarkan, ideologinya masih bertahan.
Anda bisa bayangkan, selama 20 tahun sejak reformasi, HTI berkembang biak di negeri ini. Mereka masuk kemana-mana, ke sistem pendidikan kita, ke sistem pemerintahan kita, ke aparat hukum sampai ke pengadilan.
Mereka menguasai banyak hal dalam kehidupan kita, dengan baju agama. Tujuan mereka satu saja, menggulingkan pemerintahan yang sah dan mendirikan negara Islam berbasis khilafah. Mereka sangat sabar dalam menjalankan misinya, intelektual, dan sering menggunakan "tangan orang lain" untuk memukul sehingga mereka tampak bersih dan bebas dari gugatan.
HTI sendiri menolak demokrasi karena haram. Tetapi mereka menggunakan konsep demokrasi untuk menghancurkan demokrasi itu sendiri. Bagaimana caranya ? Mengadu domba pilar-pilar demokrasi sehingga akhirnya luluh lantak. Ketika negara akhirnya hancur karena perseteruan, HTI akan muncul menawarkan konsep khilafah yang mereka usung sebagai konsep yang benar.
Bisa dibayangkan, harus berapa ratus ribu jiwa akan menjadi korban hanya untuk sebuah ideologi buatan ?
HTI itu bagai virus. Dimana dia berpihak, disanalah dia berkembang biak. Seperti halnya virus, ia harus mempunyai inang atau tempat berkembang. Dan jika ia sudah mencengkeram, bisa dipastikan mangsanya seperti zombie yang tidak perduli lagi akan sekitar yang penting misinya tercapai.
Saking merusaknya ideologi HTI, banyak negara yang melarangnya.
Dalam politik kita, begitu juga yang dilakukan mereka. Mereka masuk ke partai dan berkembang biak disana untuk kemudian merusak dari dalam. Sedangkan mereka sendiri cuci tangan seolah tidak pernah terlibat dalam pengrusakan..
Dan ketika seorang Jokowi membubarkan dan memotong sumber hidup mereka, bisa dibayangkan betapa dendamnya HTI kepada Jokowi. Dan mereka akan melakukan segala cara untuk menghancurkannya, bila perlu membunuhnya demi sebuah cita-cita.
Karena itu, Pilpres 2019 nanti, sesungguhnya ini bukan pertarungan Prabowo versus Jokowi. Tetapi pertarungan mereka yang cinta NKRI versus HTI.
Anda tahu saya ada dibarisan mana dan tetapkan barisan anda sendiri.
Gerakan Ganti Presiden HTI
Sumber Opini : https://www.dennysiregar.com/2018/08/hti-ideologi-perusak-negeri.html

SEBUAH KRITIKAN UNTUK TIMSES JOKOWI

"Bersih, Merakyat, Kerja Nyata.."
Itulah yang menjadi slogan timses Jokowi dalam membangun citra Presiden memasuki masa pemilihan Presiden tahun depan. Bersih mencitrakan pemerintahan yang tidak korup, kerja menunjukkan bahwa Jokowi bergerak dan merakyat adalah sebuah pesan bahwa Jokowi dekat dengan rakyatnya.
Sebuah slogan yang bagus. Tapi entah kenapa saya merasa ada yang kurang nendang..
Sebagai orang marketing, saya selalu berhadapan dengan banyak ide dan kreatifitas dalam membangun brand. Ide dan kreatifitas membangun brand itu sangat penting, karena itu bagian dari pesan yang ingin disampaikan..
Tapi saya harus mohon maaf pada timses Jokowi, bahwa slogan "Bersih, Merakyat, Kerja Nyata" itu - bagi saya - sangat jadul. Sangat TVRI. Sangat pemerintahan. Terlalu standar. Sama sekali tidak menggerakkan apa-apa.
Slogan ini cocok disematkan pada Jokowi saat dia menjadi Walikota Solo, dimana Jokowi masih pake jas kedodoran. Kalau sekarang, ketika Jokowi tampil dengan gaya "fun dan garang" dengan jaket jeans, motor besar dan sneakers, slogan "Bersih, Merakyat, Kerja Nyata" itu seperti menghancurkan bangunan yang dia bentuk dengan aksesoris "keren" yang dia pakai.
Bersih, kerja dan merakyat itu adalah sebuah keharusan bagi seorang pemimpin. Tidak perlu dijadikan slogan. Karena itu sudah kewajiban. Tidak ada yang istimewa. Bahkan generasi milenial yang sudah terkontaminasi teknologi dan banyak berkomunikasi dengan negeri luar, akan ketawa kalau baca slogan itu.
Bayangin aja, mereka sering nonton youtube dengan segala macam pernak perniknya, trus tiba-tiba dipaksa nonton TVRI jadul dengan gaya pembaca berita yang sangat formal. "Berita-berita selengkapnya. Harga cabe keriting di pasar induk.."
Kebanting, gan..
Coba lihat apa yang dilakukan tim Prabowo...
Mereka dengan gencar melakukan branding yang provokatif, seperti #2019gantiPresiden. Ini adalah pesan yang kuat, garang dan membangun perlawanan. Apalagi ketika mereka nanti merubah dari kata "gantiPresiden" menjadi "Perubahan" atau " Perlawanan". Dan model-model revolusioner ini sangat disukai generasi milenial.
Kemampuan narasi tim oposisi harus diakui mempunyai kekuatan. Menantang. Pesannya jernih dan mudah dijadikan doktrin. Tidak malu-malu dan menyerang.
Sedangkan slogan Jokowi seperti pemain bertahan yang males-malesan. "Ah, udah pasti menang ini, ngapain terlalu galak ? Santai aja.." Ini justru berbahaya. Sekali pukul, bisa jatuh dan pingsan..
Intimidasi dalam membangun slogan itu sangat penting, apalagi ketika pertarungan terjadi pada dua kubu. Seperti orang berdebat, harus pakai narasi memukul dan memojokkan, bukan narasi sekedar menyampaikan. Karena dalam situasi ini, penonton tidak melihat siapa yang benar dan siapa yang salah, karena ini sebenarnya pertarungan persepsi saja.
"Menangkan persepsi, maka anda sudah memenangkan pertarungan..". Strategi ini seharusnya sangat dipahami oleh timses Jokowi dalam membangun citra.
Jokowi sudah keren tampil dengan motor besar malah pake acara jumping segala di pembukaan Asian Games, dan diapresiasi oleh anak muda Korea yang menjadi rujukan milenial Indonesia. Tapi citra itu akan hancur ketika slogan yang disampaikan sama sekali tidak "menggelora".
Ketika membaca slogan "Bersih, Merakyat, Kerja Nyata" maka yang akan terpersepsikan oleh milenial adalah "kelompok tua" atau "bukan generasi gua". Selesai sudah..
Inilah yang harus diperbaiki sebelum memasuki masa kampanye. Banyak model slogan yang membakar, menggelora, memotivasi, melakukan perlawanan dan revolusioner. Ini perang propaganda, bukan sekedar berkata-kata..
Seperti dulu Obama dengan kata "Change!" atau slogan Trump "Make America Great Again!" Itu membangkitkan perjuangan dan perlawanan. Sebuah revolusi yang menghanyutkan.
Coba misalnya Trump pake slogan, "Clean, Work and close to the people". Sudah pasti kalahnya, karena basi banget dengernya.
Ini kritikan dan mudah-mudahan bisa didengar. Sukur-sukur bisa dirubah dengan yang lebih garang.
Bayangkan ketika secangkir kopi, slogannya cuman "Panas, Legi dan Kentel". Pasti gak banyak yang tertarik menikmatinya. Tapi kalau slogannya, "Hare gene masih minum teh??" Wah, ini ngajak berantem hihihi..
Joko Widodo Jokowi

KELEMAHAN TERBESAR PENDUKUNG JOKOWI

"Apa kelemahan terbesar pendukung Jokowi, bang?". Tanya seorang teman ketika membaca tulisanku "Kritik untuk timses Jokowi". Aku ketawa. Pertanyaan yang bagus dan ini mungkin bisa jadi sebuah acuan.
Saya mungkin sedikit dari banyak orang yang menghabiskan banyak waktu di medsos, sehingga akhirnya bisa mempelajari pola-pola komunikasi di media sosial bahkan sampai ke propagandanya.
Dan saya harus jujur, di bidang propaganda media sosial, kubu Prabowo masih jagonya.
Lihat saja cara-cara mereka memprovokasi. "Kami umat Islam", "Ulama kami", "7 juta manusia di Monas" sampai ke "Ganti Presiden" adalah kemampuan membuat jargon-jargon dengan model "klaim". Mereka tidak perduli bahkan tidak pake malu untuk menggelorakan semangat di pendukung mereka dengan bahasa-bahasa hiperbola.
Bukan hanya urusan tagar di medsos, mereka bahkan membuat gerakan sebagai dampak berkelanjutan - multiplier effect, dan ini memperbesar propagandanya. Sesudah apinya besar, mereka membuat turunannya seperti kaos, supermarket sampai filmnya.
Buat mereka brand itu harus dijaga terus supaya jangan padam bahkan jika perlu di buat turunannya lagi. Sesudah selesai dengan "212", kelompok pendukung Prabowo membangun gerakan baru "2019gantiPresiden".
Perhatikan cara-cara mereka, terokestrasi dengan benar dan solid. Dan mereka punya logistik yang fokus disalurkan untuk membangun perlawanan sebata demi sebata.
Disinilah sebenarnya kelemahan terbesar pendukung Jokowi..
Pendukung Jokowi bisa dibilang bukan pendukung militan. Mereka pendukung yang setengah-setengah. Pendukung Jokowi sama baperannya dengan pendukung Prabowo, hanya kalau pendukung Prabowo bapernya dengan bersatu menyerang pendukung Jokowi, sedangkan pendukung Jokowi baperan dengan sesamanya sendiri.
Pendukung Jokowi ini terlalu santun, datar, malu-malu ayam, sehingga terkesan selalu bertahan. Setiap serangan isu dari tim Prabowo, mereka sibuk mencari jawaban. Akhirnya energi mereka terkuras disana, karena tarian genderang lawan.
Jarang sekali pendukung Jokowi memainkan genderang sendiri yang membuat lawan menari, karena energi mereka habis untuk membela diri. Pendukung Jokowi sibuk bermain di "logika" dan "angka" dalam menjawab isu, padahal tim Prabowo bermain di "rasa".
Contoh nanti isu PKI yang akan ada di akhir September nanti. Pasti isu itu akan dibangun sebagai narasi bahwa pendukung Jokowi -bahkan Jokowinya sendiri- adalah PKI. Dan akhirnya sibuk tangkis menangkis kayak pemain bulu tangkis.
Padahal isu PKI itu bisa jadi adalah "decoy" atau umpan pengalih perhatian supaya pendukung Jokowi sibuk menangkis, sedangkan tim utama pendukung Prabowo sedang bergerilya dengan menguasai masjid, tanpa terlihat dan teraba.
Baru ketika mereka muncul dengan kekuatannya, blarrrr, mereka menguasai medan. Ingat peristiwa Pilgub DKI? Begitulah cara mereka bekerja. Dan lihat hasilnya. Ahok kalah.
Ketidak mampuan pendukung Jokowi membangun klaim mungkin karena beban berat bahwa mereka adalah "kaum terpelajar", sehingga menghindar dari model propaganda rasa dan lebih banyak bermain di logika dan angka. Ada rasa takut ketika harus membangun klaim, dan ini adalah kelemahan terbesarnya.
Ibaratnya di dalam pertandingan sepakbola, tim Prabowo selalu menguasai setengah lapangan untuk melancarkan serangan-serangan.
Kalau saya sejak dulu tidak mau kalah dengan mereka. Di media sosial saya selalu menyerang, karena jika saya sudah merasa takut terintimidasi, maka bisa dipastikan mereka akan memenangkan persepsi. Itulah kenapa saya lebih sering bertarung sendirian, karena di pendukung Jokowi banyak perdebatan tentang "cara" sedangkan di tim Prabowo "cara itu nomer dua, yang penting hajarrr...".
Disitu saya harus menghormati kemampuan musuh ideologis saya.
Kenapa pendukung Jokowi selalu kalah langkah dalam propaganda?
Karena pendukung Jokowi berfikir lokal, sedangkan tim Prabowo mengadopsi gerakan global. Gerakan propaganda di media sosial ini adalah ciri khas gerakan Ikhwanul Muslimin yang berhasil mereka lakukan di Mesir, Libya, Turki dan negara-negara lain.
"Jadi bagaimana cara mengalahkan mereka?"
Seharusnya timses Jokowi ikuti langkah negara China, "Amati, Tiru dan Modifikasi.." Banyak kelemahan di pendukung Prabowo sebenarnya, tapi ini tidak terlihat karena sibuk menangkis persepsi.
Perhatikan slogan "2019gantiPresiden" dengan slogan "Bersih, Merakyat dan Kerja Nyata". Mana kira-kira yang muda dan revolusioner dan mana yang tampak tua dan "bukan generasi gua"?
Propaganda HTI

PERANG TIMSES KAMPANYE JOKOWI-PRABOWO

"Make America Great Again !"
Ini adalah kampanye Donald Trump waktu pilpres di Amerika thn 2016 lalu. Meski banyak yang protes bahwa itu juga slogan kampanye Ronald Reagan tahun 1980, tapi Trump tidak perduli. Dia ingin memakai slogan itu dalam kampanyenya.
Perhatikan cara pemakaian katanya.
Timses Trump memainkan klaim "America" seakan-akan Donald adalah leader dari bangsa mereka. Ini jelas klaim dan diprotes oleh dua mantan Presiden, yaitu Barrack Obama dan Bill Clinton.
Menurut Obama, "slogan itu memecah belah bangsa". Kata Clinton, "Amerika sudah hebat. Untuk apa harus dibilang hebat lagi ?"
Tapi slogan itu jelas ditujukan bukan buat mereka berdua, melainkan ke warga Amerika kulit putih yang terpuruk, kalah dan susah, untuk bangkit dan memenangkan pertandingan. Trump memainkan isu bangkitnya supremasi kulit putih melawan dunia dan klaim "America" sah-sah saja.
Sedangkan kampanye Hillary Clinton khas wanita yang membutuhkan "bahu dan dada bidang" untuk menguatkan. Lihat saja slogannya, "Stronger Together", "Fighting for Us". Dan lagu-lagunya juga menggambarkan kewanitaan, seperti "Brave" dan "Fight Song".
Trump tidak. Dia memainkan glorifikasi besar-besaran. Sebuah impian dari keterpurukan, ketidakpunyaan, dan harus diambil selagi bisa. Slogan-slogannya, "Make America Proud Again", "Make America Work Again" dan "Silent Majority stands with Trump".
Lagu yang dipake juga menggambarkan keinginan yang tidak tercapai seperti "You cant always get what you want" dari Rolling Stones dan "American dreamer". Timses Trump membangun mimpi dari rasa kalah yang terjadi di komunitas kulit putih selama ini.
Dari pemilihan slogan dan lagu ini, saya melihat bahwa Trump mampu membangun kebutuhan sebagian besar rakyat Amerika. Yaitu kebutuhan akan pengakuan, akan pekerjaan, mimpi untuk menjadi besar di tanah yang besar.
Trump berbicara tentang dunia dan Hillary berbicara tentang dirinya.
Pada akhirnya Hillary kalah, mungkin karena ia tidak mewakili banyak orang. Ia hanya mewakili mimpinya sendiri. Semua puja puji terhadap model slogan yang sempurna itu hancur karena ternyata sama sekali tidak "bunyi".
Pemilihan Presiden di Amerika sedikit mempunyai kemiripan dengan Indonesia, terutama dalam masalah kampanye. Dan ini bisa jadi acuan pada timses kedua paslon Jokowi dan Prabowo di Indonesia.
Saya membayangkan, Prabowo yang sudah diuntungkan dengan kata "GantiPresiden" akan mengubah kata "Ganti" itu menjadi "Lawan". Dan ini tentu ditujukan pada Jokowi.
Kata "Lawan" ini disukai generasi milenial, generasi pemberontak, karena "Gue Banget".
Timses Prabowo akan bermain menyerang. Mereka adalah oposisi atau penantang, tentu bebannya tidak seberat petahana atau pemegang sabuk kejuaraan. Yang masalah memang di petahana ini. Karena sudah pernah menang, mereka akan memainkan konsep bertahan.
Menarik memang melihat perjalanan kampanye ini dari awal. Secangkir kopi memang tidak cukup untuk mengamati apa yang akan dilakukan kedua timses dalam perjalanan Pilpres 2019..
Pilpres 2019 Make America Great Again

Erick Thohir, Langkah Kuda yang Merusak Pertahanan Lawan

"Its just business, nothing personal.."
Begitu kata Don Vito Corleone dalam film Godfather. Quote legendaris ini memberi pesan, bahwa terkadang kita harus memisahkan pertemanan dan pekerjaan. Karena tidak jarang kedua itu tidak bisa disatukan..
Begitu juga yang terjadi dalam kisah terpilihnya Erick Thohir sebagai ketua timses Jokowi.
Erick Thohir adalah teman dekat Sandiaga Uno. Dan ini diungkapkan Sandi pada media, bahwa ia dan Erick berteman bukan sekedar pribadi tetapi juga keluarga dan bisnis. Istri mereka belanja dan arisan bareng. Sandi khawatir bahwa masuknya Erick Thohir dalam jajaran Jokowi, akan merusak persahabatan mereka.
Sebenarnya kekhawatiran Sandiaga Uno bukan hanya disitu, bahkan lebih luas. Erick Thohir sangat mengenal Sandi luar dalam, dan ini membahayakan. File-file lama Sandi bisa keluar ke permukaan. Bisa hancur deh image sebagai Santri post Islamisme yang sudah dibangun pelan-pelan.
Tapi saya yakin, Erick Thohir juga tidak akan sejahat itu. Dia profesional murni. Dan ini juga tetap menakutkan Sandi.
Erick Thohir adalah "otak" dibalik kesuksesan Asian Games 2018. Even dunia yang sempat dicibiri banyak orang - termasuk bung Roy yang sekarang menghilang bersama panci kesayangannya - ternyata sukses besar ditangan boss Inter Milan ini.
Dan ketika ia diserahi Jokowi menjadi timses, ini berarti ia melangkah dalam dunia baru selain bisnis. Bagi pengusaha seperti Erick Thohir, ini tantangan..
Yang membuat Sandi gemetar adalah, Erick Thohir sangat mengerti bagaimana membangun energi emak-emak dan milenial untuk memilih Jokowi, segmen yang ingin direbut Sandi. Isu agama sudah sulit direbut karena mbahnya sudah ditangan lawan. Masak segmen yang ini juga tidak ada ditangan ?
Langkah Jokowi menyewa Erick Thohir sungguh merusak kubu oposisi. Erick diyakini mampu membangun citra Jokowi dengan elegan. Erick bisa membawa Jokowi dalam konsep maju, hebat, futuristik dan segala harapan. Sedangkan Prabowo tergambarkan gelap dan suram.
Terpilihnya Erick sama sekali tidak diduga Prabowo dan kawan-kawan. Ia adalah tokoh muda dan brilian.
Jokowi sekali lagi menaikkan standar dalam perpolitikan. Ia membangun konsep demokrasi dengan model entertainmen, bukan model politik hitam yang penuh dengan hoax dan sara yang dikedepankan.
Dan masyarakat Indonesia akan disuguhkan pertunjukan demokrasi yang menarik dan diluar ekspektasi. Sejarah Pilpres 2014 dan Pilgub DKI 2017 yang kelam akan dikubur dalam-dalam. Politik harus menarik bagi generasi milenial yang independen dan fun..
Kringgg...
"Hei, San.. tumben telepon gua. Ada apa ?"
"Rick. Gua gak sangka lu jadi timses lawan politik gua.."
"Its just business, San.. Nothing personal.."
Di sebrang sana terdengar bunyi hape dibanting dan suara memaki, "Gua pengen menangggg. Menanggg. Tuhan, mbok ya beri kesempatan jadi sekaliii ajaa.. "
Secangkir kopi pun dibagikan kembali.
Erick Thohir Erick Thohir Ketua Timses Jokowi

Ketum PBNU: Gerakan #2019GantiPresiden Berpotensi Makar Jika Dibiarkan

JAKARTA – Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Said Aqil Siroj mengatakan bahwa gerakan tanda pagar #2019GantiPresiden dapat dikategorikan sebagai gerakan makar apabila tidak mengikuti koridor konstitusi yang berlaku.
Koridor Kostitusi yang dimaksud Kiai Said adalah kepatuhan gerakan ini pada sistem demokrasi melalui pemilihan umum sesuai waktu yang ditetapkan pemerintah melalui mekanisme Pemilihan Presiden yang akan digelar pada April 2019 mendatang.
“Kalau (gerakannya) hanya tagar saja, it’s oke. Tapi kalau berupa pengerahan massa, dan ganti presidennya bulan Januari, Februari atau Maret (di luar jadwal Pilpres), ya berarti berbau makar dong,” kata Kiai Said dilansir dari NU Online, Kamis (06/09/2018).
Apakah perlu membatasi gerakan ini?
Kiai Said mengembalikan persoalan ini kepada pemerintah dan aparat yang berwenang. “Soal izin atau larangan tergantung polisi ya. Alasan apa pun, siapa pun kalau gerakannya itu mengagganggu ketenangan, menimbulkan kegaduhan sebaiknya dilarang,” jelasnya.
BacaSandi, Tukar 1000 Dolar Sok Jadi Pahlawan.
Tanda pagar #2019GantiPresiden tengah menimbulkan pro dan kontra di tengah masyarakat. Sejumlah deklarasi gerakan ini di beberapa daerah menimbulkan kontroversi.
Ketua Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia UIN Syarif Hidayatullah Makyun Subuki berpendapat, gerakan ini berpotensi besar melahirkan konflik di tengah masyarakat. Sebab gerakan ini memanfaatkan sentimen massa untuk melakukan aksi bersama dengan sejumlah petingginya sambil melakukan orasi hingga deklarasi. “Karena pengaruh medsos begitu kuat, potensi kerusuhan tinggi,” ungkapnya.
Oleh karenanya, ia mengimbau agar Bawaslu melarang tagar tersebut guna menghindarkan dampak sosial yang terjadi. “KPU sama Bawaslu harusnya pakek kaidah fiqih “dar’ul mafasidi muqaddamun ‘ala jalbil mashalih (menghindari kerusakan lebih didahulukan ketimbang melahirkan kemaslahatan),” katanya. [ARN]

Polisi Tangkap Petinggi Kader PKS Kalteng Penyebar Ujaran Kebencian

KOTAWARINGIN – Bukan sekali dua kali kader PKS melakukan ujaran kebencian dengan menggunakan Isu SARA. Baru-baru ini Polisi menangkap pria bernama Agus Sugianto karena menyebarkan berbagai ujaran kebencian melalui akun Facebook miliknya. Agus disebut menjabat Sekretaris Dewan Pimpinan Cabang Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Kabupaten Kotawaringin Timur, Kalimantan Tengah.
Baca: Muhammad Zazuli Bongkar Jejak Hitam Digital Media Milik Kader PKS
“Benar beberapa waktu lalu anggota Polda Kalteng ada melakukan penangkapan terhadap salah seorang warga Kotim, terkait dugaan ujaran kebencian yang diposting di akun facebooknya,” kata Kapolres Kotim AKBP Muhammad Rommel, saat dihubungi melalui telepon dari Palangka Raya, Kamis, 9 September 2018.
Salah satu dari beberapa ujaran kebencian yang ditulis dan disebarkan pria berumur 35 tahun melalui akun Facebook bernama Agus Sugianto, itu mengandung kebencian etnis dengan kalimat kasar dan menghina kepala negara dengan gambar tidak pantas.
Baca: Eko Kuntadhi: Hancurkan Nasionalisme Cara ISIS, HTI dan PKS Habisi NKRI
Berdasarkan data dihimpun di lapangan, Agus ditangkap di kediamannya di Jalan DI Panjaitan, Gang Tiung Andai, Kabupaten Kotim, Sabtu, 1 September 2018 sekitar pukul 15.30 WIB.
Dalam proses penangkapan yang dipimpin langsung oleh Kanit Cyber Crime Dit Reskrimsus Polda Kalteng, AKP Aris Setiyono dan dibantu beberapa anggota Polres Kotim, Agus Sugianto tidak melakukan perlawanan.
Awalnya pria asal Sampit itu dibawa ke Mapolres Kotim. Namun, setelah dilakukan pemeriksaan secara intens, dia dibawa ke markas Polda Kalteng yang berada di Kota Palangka Raya.
Pria kelahiran Kota Sampit 07/03 1983 itu pun informasinya sudah ditetapkan sebagai tersangka dalam perkara tersebut. Bahkan ia juga sudah mendekam di rumah tahanan Polda Kalteng guna mempertanggungjawabkan perbuatannya.
Baca: ‘Teroris’ dan PKS Benci Jokowi, Ini Penjelasan Denny Siregar
Hasil data yang berhasil dihimpun di lapangan ini telah dicoba dikonfirmasi ke sejumlah pejabat di lingkungan Polres Kotim dan Polda Kalteng. Namun, sampai berita ini ditayangkan, belum ada yang bisa memberikan penjelasan lebih detail.
Direktur Reserse Kriminal Khusus Polda Kalteng Kombes Pol Adex Yudiswan saat dihubungi melalui WhatsApp pada pukul 12.54 WIB, sama sekali tidak merespons. (SFA)
Hate Speech, Ujaran Kebencian

Hastag Ganti Presiden Senjata Kelompok Khilafah Hancurkan Suriah 

JAKARTA – Belajar dari kasus-kasus di Timur Tengah dari Suriah hingga Libya yang saat ini hancur lebur karena ulah teroris dan tangan barat, mereka menggunakan isu agama untuk menghancurkan sebuah negara, fakta jelas dalam kasus di Suriah, teroris dan kelompok radikal gunakan isu ganti presiden untuk melengserkan Bashar Assad, faktanya rakyat Suriah sangat mencintai presiden mereka.
Baca: Eko Kuntadhi: Hancurkan Nasionalisme Cara ISIS, HTI dan PKS Habisi NKRI
Hal itu sejalan dengan Sekjen PKB sekaligus Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Joko Widodo-Ma’ruf Amin, Abdul Kadir Karding, menyebut hastag ganti presiden pernah dipakai di Suriah. Istilah itu pun, disebutnya, membuat kacau keadaan di negara tersebut.
“Hastag itu pernah dipakai di Suriah. Kenapa Suriah kacau, itu karena pakai hastag itu ganti presiden, dan ganti presiden itu maknanya macam-macam. Jadi saya kira memang bagus sudah kalau pasangan calon di sebelah mengganti hastag itu,” kata Karding saat menanggapi niat Gerindra mengganti #2019GantiPresiden menjadi #2019PrabowoPresiden.
Hal tersebut dia sampaikan di Posko Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (28/8/2018). Karding menyebut hastag serupa #2019GantiPresiden ada sejak 2011 di Suriah dan menjadi salah satu alasan kacaunya negara itu.
“Oh iya, itu terjadi di Suriah tahun 2011 dan kenapa Suriah kacau, salah satu faktornya adalah hastag ini dikapitalisasi, lalu kelompok yang ingin mendirikan khilafah mengkapitalisasi itu sehingga terjadi seperti Suriah hari ini,” ucapnya.
Baca: Netizen: PKS Bubar Atau Indonesia Hancur
Karding menyebut koalisi Jokowi memiliki cara tersendiri untuk melawan gerakan #2019GantiPresiden itu. Ia juga tidak mengungkap secara detail cara atau strategi koalisi Jokowi untuk melawan gerakan #2019GantiPresiden.
Gerakan #2019GantiPresiden dinilai kubu Jokowi tidak memiliki hal yang positif untuk rakyat. Hal tersebut lantaran dalam hastag itu tertulis ganti presiden, yang notabene presiden merupakan simbol negara.
Baca: Bahaya Propaganda, Belajaralah dari Konflik Suriah
“Kita lebih khawatir kepada rakyat, jangan sampai bentrok. Hastag itu nggak memberi kenyang, hastag itu tidak memberi rakyat Indonesia lebih baik ke depan,” ungkap Karding.
Lebih lanjut, lewat pesan singkat, Karding khawatir gerakan #2019GantiPresiden akan berdampak chaos karena adanya banyak penolakan di masyarakat yang berujung kisruh di beberapa daerah. Ia mengatakan masyarakat Indonesia sudah sepakat untuk menjaga jalannya pilpres dengan aman dan damai.
Baca: Isu Sektarian Senjata Ampuh Barat-Arab Saudi Hancurkan Suriah dan Assad
“Satu-satunya kekhawatiran kita adalah di tingkat arus bawah terjadi chaos karena penolakan terhadap hastag itu yang dibarengi dengan gerakan politik oleh beberapa orang itu cukup kuat penolakannya dan itu yang kita khawatir masyarakat chaos, terbelah, dan akhirnya mengganggu stabilitas keamanan kita,” jelas Karding. (SFA)
Belajar dari Suriah
Belajar dari Suriah
#2019GantiPresiden, Hancurkan Suriah

Prof Sumanto ke Neno Cs ‘Ngibulin Rakyat Mbok Pinter Dikit’

JAKARTA – Kepada Neno, Sarumpret, dan Cheerleader PKS, kalau kalian mau ngibulin rakyat Indonesia, khususnya umat Islam, mbok yang pinteran dikit lah. Supaya tidak malu-maluin.
Baca: Bawa Pedang dan Sebar Fitnah, Polisi Tangkap Deklarator #2019GantiPresiden Kalbar
Masak kampanye dan propaganda politik ganti presiden kok disamakan dengan jihad Perang Badar dan perang-perang lain di zaman Nabi Muhammad? Perang di zaman itu kan antara Nabi Muhammad dan pengikutnya melawan suku-suku yang memusuhi beliau. Lah, memangnya Pak Jokowi memusuhi Nabi Muhammad?
Baca: TERBONGKAR, Pria Gondrong Sebut Banser Idiot Diduga Anggota FPI Asal Waru Sidoarjo
Masak ditolaknya kalian di sejumlah daerah kok disamakan dengan ditolaknya Nabi Muhammad di Mekkah sehingga beliau hijrah ke Madinah dan tempat lain. Lah, memangnya kalian ini siapa kok menyamakan diri dengan nabi dan menganalogkan dengan situasi di zaman nabi? Apa kalian nggak punya cermin untuk ngaca?
Baca: Ramalan Denny Siregar, Ini Strategi Ormas Radikal dan Khilafah di Tahun 2018
Sekali lagi, kalau mau menipu umat itu yang cerdas dikitlah biar tidak kelihatan bego, ngibul, nggedebus, dan ndobolnya, nanti kalian malah jadi bahan tertawaan sapi-sapi. Catatan: yang mencet econ tertawa di TS ini # sapi. (SFA)
Sumber: Akun Facebook Sumanto Al-Qurtuby
Sumanto Al-Qurtuby
Sumber Berita : http://www.salafynews.com/prof-sumanto-ke-neno-cs-ngibulin-rakyat-mbok-pinter-dikit.html

Gus Yaqut ‘Gebuk’ Gerakan #2019GantiPresiden dan Ahmad Dhani


JAKARTA – Ketua Umum Pempinan Pusat GP Ansor (Ketum PP Ansor) Yaqut Cholil Qoumas alias Gus Yaqut mengaku siap meng’Gebuk’ gerakan #2019GantiPresiden jika gerakan yang digagas politikus PKS Mardani Ali Sera itu terbukti ingin mengganti bentuk negara Indonesia menjadi negara Khilafah.
Baca: Yusuf Muhammad: Gerakan ‘Ganti Presiden’ Upaya Makar Khilafah
“Makannya kemudian saya bilang Banser akan turun tangan pertama kali di depan, gebuk gerakan ini kalo memang kita nilai gerakan ini sudah akan menjadi cita-cita khilafah, mewujudkan cita-cita khilafah,” ujar Gus Yaqut, di acara Rosi yang tayang di Kompas TV, Kamis (30/8/2018).
Sumber Youtube : https://youtu.be/tAGpSsiXQ3Q

Selain itu Gus Yaqut melihat gerakan #2019GantiPresiden ini sebagai sesuatu yang dibuat untuk ‘lucu-lucu’, yang direspon secara berlebihan.
“Makannya kenapa, itu makannya selalu saya katakan Banser melihat ini lucu-lucu an, ini banci ini gerakan, ngomong ganti presiden tapi tidak disebut siapa yang mau mengganti, sementara yang diganti sudah jelas,” ujar Gus Yaqut.
Mendengar pernyataan itu, aktivis #2019GantiPresiden Ahmad Dhani yang turun hadir dalam acara itu pun ikut angkat bicara.
Baca: Hastag Ganti Presiden Senjata Kelompok Khilafah Hancurkan Suriah
Ahmad Dhani justru bertanya kepada Gus Yuqut dengan apa ia menggebuk gerakan #2019GantiPresiden ini.
“Gebunya pakek apa bos?,” tanya Ahmad Dhani.
“Gampang sekali buat gebuk, banyak sekali alatnya buat gebuk,” sahut Gus Yaqut.
Gus Yaqut malah mengancam untuk turut meng’Gebuk’ Ahmad Dhani jika pentolan grop band Dewa 19 itu terbukti melakukan ‘ancaman’ kepada negara Indonesia.
“Kalo kamu sudah melakukan ancaman terhadap negara, aku nih sebagai warga yang cinta negeri ini , maka aku akan gebuk kamu,” ujar Gus Yaqut. Ahmad Dhani yang cukup terkejut dengan pernyataan itu lantas bertanya balik ke Gus Yaqut.
Baca: Bawa Pedang dan Sebar Fitnah, Polisi Tangkap Deklarator #2019GantiPresiden Kalbar
“Melanggar hukum dong?,” tanya Ahmad Dhani ke Gus Yaqut.
“Kalo melanggar hukum, kamu lebih melanggar hukum dong, karna kamu lebih ingin merubah negara ini menjadi bentuk lain, kan begitu,” sahut Gus Yaqut.
Bahkan beberapa netizen ikut komentar terkait masalah ini, antara lain Guntur Romli dalam akun twitternya mengapresiasi keberanian Ketum Ansor @GunRomli Dahsyat ini Panglima Tertinggi Banser Gus Yaqut @GPAnsor_Satu Dhani cuma bisa melongooooo
 
Akun teitter Yusuf Muhammad juga tak ketinggalan keluarkan komentarnya @yusuf_dumdum Wooii @AHMADDHANIPRAST kok lu plonga plongo aja? Jawab.. mau digebukin kok diem aja. Katanya kemaren mau habisin semua yg nolak lu di Surabaya? Skakmat!

Penyataan keduanya pun disambut meriah oleh penonton yang ikut langsung menyaksikan acara berdurasi 90 menit tersebut. (SFA)

#2019GantiPresiden Belum Tentu Gabung 'PrabowoPresiden', Wasekjen GP Ansor: Dasar Ulo!

 DutaIslam.Com - Ketua DPP Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Mardani Ali Sera mengatakan massa simpatisan #2019GantiPresiden belum tentu dilebur ke dalam gerakan #2019PrabowoPresiden yang digalang Partai Gerindra.
Demikian diberitakan CNN Indonesia, Kamis (06/09/2018) dengan judul: Massa #2019GantiPresiden Belum Tentu Gabung 'PrabowoPresiden'.
"Dasar Ulo! (Ular). Udah betul itu Tum, gebuk aja!," ujar Syaltout, Jum'at (07/09/2018).
Gus Yaqut, yang ditandai oleh Syaltout pun memberikan komentar tanggapan. Gus Yaqut menilai tagar #2019GantiPresiden disebutnya sebagai gerakan banci.
"Mau ganti, tapi nggak jelas siapa yang mau mengganti. Anggap saja lucu-lucuan," tulisnya.
Namun Gus Yaqut menegaskan, jika mereka bertujuan makar, maka perlu diwaspadai.
"Nggak usah merespon berlebih. Mereka baru masuk di fase awal. Kalau sudah mulai terang, yaa apa boleh buat, seperti DR Mahmud Syaltout bilang, ULO yaa DIGEBUG!!," tandasnya. [dutaislam.com/gg]

Ilustrasi tolak #2019GantiPresiden
 
Re-Post by MigoBerita / Sabtu/08092018/10.53Wita/Bjm 
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya