» » » » » » » » » AYO Memilih "JANGAN GOLPUT" 17 April 2019 : Visi Misi Calon Presiden dan Wakil Presiden NKRI Tahun 2019 (Video)

AYO Memilih "JANGAN GOLPUT" 17 April 2019 : Visi Misi Calon Presiden dan Wakil Presiden NKRI Tahun 2019 (Video)

Penulis By on Selasa, 15 Januari 2019 | No comments

Ini Kata Mahfud MD Agar Tak Salah Pilih Presiden

Surabaya, (Tagar 16/1/2019) - Pakar Hukum Tata Negara Mahfud MD meminta masyarakat mencermati janji calon presiden di acara debat dalam rangka pemilihan presiden yang akan digelar Kamis, 17 Januari 2019.
"Cermati apa yang dijanjikan para capres, terutama dalam pemberantasan korupsi dan penyelesaian kasus hak asasi manusia (HAM) serta terorisme," ujarnya di sela diskusi dengan media di Surabaya, Selasa malam (16/1) dilansir kantor berita Antara.


Debat tahap pertama yang digelar Komisi Pemilihan Umum tersebut bertemakan tentang hukum, HAM, korupsi dan terorisme.
Menurut dia, efek dari debat calon presiden akan mempengaruhi masyarakat, meski tidak banyak, sebab saat ini lebih dari separuh warga di Tanah Air sudah menentukan pilihan.
Kendati demikian, kedua calon presiden dipastikan telah mempersiapkan diri sebaik-baiknya karena sadar tentang pengaruhnya terhadap masyarakat.
"Saya yakin debat sudah dipersiapkan sangat baik oleh dua capres, dan pasti tidak ada yang jelek. Lalu, tinggal rakyat memilih lebih menyetujui strategi capres siapa yang lebih tepat," ucapnya.
Sementara itu, tentang polemik kisi-kisi yang disampaikan sebelum debat, mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu tak mempermasalahkan, sebab diberikan atau tidak sama saja karena kedua capres telah menyiapkannya.
"Kalau saya pribadi menilai tak masalah. Mahasiswa sebelum ujian saja sudah diberikan silabusnya," kata tokoh nasional kelahiran Sampang, Madura tersebut.


Agar Rakyat Tak Salah Pilih
Dalam kesempatan ini, Mahfud MD mengatakan akan menjelejahi Pulau Jawa menggunakan kereta api untuk menyapa sekaligus mengajak masyarakat menentukan pilihannya pada Pemilihan Presiden 2019.
"Saya berkeliling menyampaikan seruan agar menggunakan hak pilihnya menentukan pemimpin bangsa ini," ujarnya.
Pelaksanaannya, kata dia, digelar sepekan mulai 23 hingga 29 Januari 2019 yang diawali dari stasiun di kawasan Merak, Banten dan berakhir di Banyuwangi, Jawa Timur.
Bersama sejumlah tokoh yang tergabung dalam "Gerakan Suluh Kebangsaan", ia akan menyempatkan berdiskusi dengan masyarakat yang status sosialnya kelas menengah ke bawah.
"Teknisnya, kami berhenti di beberapa stasiun di suatu kota/kabupaten, lalu berdiskusi sembari mengajak tokoh daerah atau lokal setempat," kata mantan Ketua Mahkamah Konstitusi itu.
Kegiatan tersebut, lanjut dia, bertujuan agar masyarakat benar-benar yakin sehingga tidak salah menentukan pilihannya pada pemilihan umum dan pemilihan presiden pada 17 April mendatang.
Sementara itu, Gerakan Suluh Kebangsaan yang diinisiasinya bersama sejumlah tokoh bangsa bertujuan mengajak berbagai elemen masyarakat membangun kesadaran berbangsa dan bernegara.
Sarasehan kebangsaan adalah acara yang bertujuan untuk mempererat silaturahmi, kerukunan, dan persaudaraan serta meningkatkan jiwa kebangsaan di berbagai lapisan masyarakat.
Sejumlah kegiatan digelar, antara lain diskusi kreatif interaktif yang rencananya diselenggarakan di 10 kota di Indonesia, seperti Surabaya, Jakarta, Medan, Makassar, Pekanbaru dan beberapa daerah lainnya.
"Kami sudah mengawalinya di Yogyakarta, dan pada Rabu (16/1) digelar di Surabaya. Tokoh yang hadir antara lain Sinta Nuriyah Wahid, Romo Benny Susetyo dan lainnya," katanya. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/942038-mahfud-md.jpeg
Ketua KPU Arief Budiman (kiri) menerima kedatangan Mantan Ketua Mahkamah Agung Bagir Manan (kanan) dan Mantan Ketua Mahkamah Konstitusi Mahfud MD (kedua kanan) di Gedung KPU, Jakarta, Senin (3/12/2018). Kedatangan Mahfud yang mewakili 100 pengajar Hukum Tata Negara dan Hukum Administrasi itu bertujuan untuk meminta KPU agar mematuhi konstitusi terkait syarat pencalonan anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) pada Pemilu 2019. (Foto: Antara/Rivan Awal LinggaSumber Berita : https://www.tagar.id/ini-kata-mahfud-md-agar-tak-salah-pilih-presiden

Kubu Prabowo Ternyata Cengeng

Oleh: Denny Siregar*
Masih ingat zaman kita kecil?
Ada saat dimana kita sedang bermain dengan teman-teman dan kelihatan mau kalah, lalu kita menangis keras-keras lari ke rumah dan meninggalkan permainan. Kita teriak-teriak "Curang, curang...," mencoba menarik simpati banyak orang. Teman-teman tertawa melihat kita, dan tangisan kita semakin nyaring terdengar.
Ketika Djoko Santoso, ketua pemenangan Prabowo Sandi mengatakan, bahwa Prabowo akan mundur jika Pemilu curang, saya jadi teringat masa kecil saya yang ingusan juga korengan. Ternyata kubu Prabowo tidak ubahnya seperti anak kecil, sibuk teriak curang dan main ancam mundur dari permainan.
Pernyataan bahwa Prabowo akan mundur dari Pemilu itu melengkapi narasi mereka untuk menjatuhkan para penyelenggara Pemilu, seperti pemerintah dan KPU. Mereka berperilaku layaknya orang yang dizalimi dan mencari simpati. Nangis ke sana ke mari, mengorek sisa-sisa nasi basi.
Ketidakdewasaan kubu Prabowo dalam Pemilu ini menguatkan pendapat banyak orang bahwa karakter mereka lemah, manja dan olokan. Mereka tidak tahan bertanding dengan kompetisi yang ketat, inginnya menang dengan mudah. Kalau kalah, langsung maenan nama orangtua.
Saya bisa kebayang apa yang terjadi ketika kelak Indonesia dipimpin mereka.
Mental bangsa yang sedang dibangun untuk menjadi petarung menghadapi kerasnya arus globalisasi, diruntuhkan dengan kemanjaan. Bangsa ini akan kembali cengeng dan tidak kuat menghadapi kenyataan. Suapan-suapan subsidi yang terlihat seperti melindungi tapi sebenarnya melumpuhkan, akan kembali terulang.
"Kenyangkan rakyat dengan bantuan langsung tunai, niscaya mereka akan bungkam." Dan tumbuhlah kita menjadi bangsa yang selalu meminta dan malas kerja.
Dan mirisnya, perilaku cengeng ini ditularkan oleh mereka yang dulu berpangkat Jenderal. Yang seharusnya memberi contoh bagaimana sikap bertarung yang benar, ksatria, jantan dan tetap bersikap hormat jika lawan menang.
Masak kalah elegan sama Jokowi yang kerempeng, lulusan Perguruan Tinggi lokal, yang katanya boneka partai, plonga plongo, tidak gagah dan tidak bisa berbahasa Inggris dengan benar?
Mendingan jangan pernah seruput kopi, mimik cucu aja, Pak, biar lebih pas dan afdol....
*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
https://www.tagar.id/Asset/uploads/528622-prabowo-sandi.jpeg
Calon presiden dan wakil presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto (kiri) dan Sandiaga Uno (kanan) menyapa pendukung saat akan menyampaikan pidato kebangsaan di Jakarta Convention Center, Jakarta, Senin (14/1/2019). Prabowo-Sandiaga menyampaikan pidato kebangsaan dengan tema "Indonesia Menang" yang merupakan tagline visi dan misinya. (Foto: Antara/Galih Pradipta)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/kubu-prabowo-ternyata-cengeng







Ditantang Tes Baca Alquran: Prabowo Menghindar, Jokowi Siap

Jakarta, (14/1/2019) - Ikatan Dai Aceh dalam sehari ini secara maraton mendatangi kantor timses Prabowo-Sandi di Kertanegara kemudian mendatangi kantor timses Jokowi-Ma'ruf di Cemara.
Kedatangan Ikatan Dai Aceh (IDA) untuk menyampaikan secara langsung, undangan tes baca Alquran di Masjid Baiturrahman Banda Aceh.
Di kantor timses Prabowo, IDA diterima petugas sekretariat hanya selama 10 menit. Sedangkan di kantor timses Jokowi, IDA diterima selama 2 jam.
Prabowo menunjukkan gelagat menghindar, tidak memberikan jawaban pasti. Sementara Jokowi tegas menyatakan siap. Hal ini terlihat dari respon timses masing-masing.
Baca juga: Sepuluh Menit di Kantor Timses Prabowo
Usai menerima Ikatan Dai Aceh, politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhammad Lukman Edy menyatakan dengan tegas, bahwa capres-cawapres nomor urut 01 Joko Widodo-Ma'ruf Amin bersedia menjawab tantangan dari IDA serta masyarakat Aceh.
"Kami (mewakili capres-cawapres 01) siap, bersedia untuk mengikuti tes baca Alquran yang diinisiasi oleh IDA sebagai bentuk apresiasi kami terhadap keinginan masyarakat Aceh," ujar Muhammad Lukman Edy di TKN Rumah Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (14/1).
Baca juga: Ini Materi Tes Baca Alquran untuk Capres-Cawapres Peserta Pilpres 2019
Lebih lanjut kata Edy, Tim Kemenangan Nasional (TKN) Jokowi-Ma'aruf Amin akan memberi jawaban langsung juga secara tertulis dengan substansi surat tertanggal 15 Januari 2019 yang diberikan ke pihak IDA, ihwal menyetujui uji tes baca Alquran yang rencananya akan terselenggara di Masjid Baiturrahman, Banda Aceh.
Menurut Edy, hal ini merupakan bentuk apresiasi TKN terhadap kearifan masyarakat Aceh.
"Dalam rangka untuk memilih, menentukan, menyeleksi, melihat kapasitas dan kapabilitas capres-cawapres yang akan masyarakat Aceh pilih nanti," tuturnya.
Tim Kemenangan NasionalTim Kemenangan Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf saat menerima Ikatan Dai Aceh di TKN Rumah Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (14/1/2019). Politikus Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Muhammad Lukman Edy (tengah) (Foto: Tagar/Morteza Syariati Albanna)

Mantan Menteri Percepatan Daerah Tertinggal di era kepemimpinan Presiden SBY ini juga menyampaikan, bahwasannya tidak hanya Provinsi Nanggroe Aceh Darussalam yang meminta capres-cawapres mengikuti tes baca Alquran. Bahkan, lanjut dia, ada beberapa komponen masyarakat Sumatera Barat juga mengajukan hal sama.
"Nanti kalau ada komponen masyarakat Sumatera Barat meminta secara resmi, meminta hal yang sama, tentu kami juga akan menjawab hal yang sama dalam hal ini adalah tes baca Alquran," sambungnya.
Untuk itu, dalam waktu dekat ini pihaknya akan mengatur agenda terlebih dahulu, terkait jadwal tes baca Alquran di Bumi Serambi Makkah. "Ya, jadwalnya juga disesuaikan. Kapan misalnya Pak Jokowi dan Kiai Ma'ruf punya waktu luang ke Aceh," jelasnya.

Kerisauan Ikatan Dai Aceh
Sebelumnya, Ketua IDA Tengku Marsyuddin Ishak menyiratkan kerisauannya, karena capres-cawapres nomor urut 01 Jokowi-Ma'aruf Amin, maupun capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo-Sandiaga Uno, tidak kunjung membalas surat tertanggal 29 Desember, terkait calon pemimpin Indonesia baiknya mengikuti tes baca Alquran terlebih dahulu di Aceh.
"Masyarakat Aceh terus bertanya kepada IDA, kapan capres-cawapres mau ikut tes baca Alquran di sini. Untuk itu, saya perlu datang langsung ke Jakarta untuk menyampaikan hal ini sekaligus menyambung silaturahmi," ucapnya.
Marsyuddin mengklaim bahwa tes ini dapat memberikan efek positif ke masyarakat muslim di Indonesia nantinya.
"Ya itu. Ada politik identitas. Ada pihak tertentu mengklaim paling Islam. Bila memilih  si A masuk surga, bila memilih si B masuk neraka. Bahkan juga sudah ada yang mengkafirkan sesama muslim. Untuk itu kita gagas saja tes baca Alquran. Biarlah nanti rakyat yang menjadi hakimnya," ujarnya.
Sebelumnya, tim dari Ikatan Dai Aceh ini mendatangi timses Prabowo-Sandi di kantor Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandiaga di Rumah Kertanegara, Jl Kertanegara No 4, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Senin pagi (14/1).
Mereka ditemui petugas Sekretariat selama 10 menit.
"Untuk hari ini, info dari Sekretariat, Bapak Prabowo sedang ada kesibukan. Jadi pasti dijadwal ulang. Tidak ada jawaban yang spesifik tadi dari sekretariat. Tapi lebih kurang begini mungkin, terlalu sibuk, ada agenda lain. Ya kami bersabar saja," kata Marsyuddin.
Selagi di Jakarta, kata Marsyuddin pula, pihaknya akan bermusyawarah sekaligus meminta pendapat Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk menanyakan rekomendasi penguji yang  akan ditugaskan untuk menilai kemampuan dua pasang capres-cawapres dalam tes baca Alquran nantinya di Aceh. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/107845-ikatan-dai-aceh.jpeg
Ketua Ikatan Dai Aceh (IDA) Tengku Marsyuddin Ishak (kedua dari kiri) bersama tiga rekannya diterima Tim Kemenangan Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf di TKN Rumah Cemara, Menteng, Jakarta Pusat, Senin (14/1/2019). (Foto: Tagar/Morteza Syariati Albanna)
Sumber Berita :  https://www.tagar.id/ditantang-tes-baca-alquran-prabowo-menghindar-jokowi-siap

Full Pidato Visi Misi Prabowo "Indonesia Menang"

 

Sumber Video : https://www.youtube.com/watch?v=8ouLixXj8Eo 

 

Visi Presiden Joko Widodo - Episode Infrastruktur

Sumber Video : https://www.youtube.com/watch?v=MW-21u6ZEzE 

 

BANDINGKAN;VISI MISI 2 CAPRES YG DIUNGGAH KPU;JOKOWI-MA'RUF;PRABOWO-SANDIAGA;PILPRES 2019;TIMSES;TK

 

Sumber Video : https://www.youtube.com/watch?v=MW-21u6ZEzE 

Yang Disuka dan Tidak Disuka Milenial Dalam Debat Capres

Jakarta, (Tagar 14/1/2019) - Pendiri Rumah Milenial Sahat Martin P Sinurat menegaskan bahwa generasi milenial saat ini tidak menyukai retorika yang panjang melainkan penyampaian program yang langsung pada intinya dan mudah diterapkan dalam debat capres 17 Januari 2019.
"Kami tidak terlalu suka retorika yang panjang, melainkan ingin mendengar hal-hal konkret apa yang bisa dilakukan agar perubahan bisa segera terjadi, dan tetap berlanjut, bukan perubahan sesaat saja," kata Sahat Martin Philip Sinurat di Jakarta, Senin (14/1) mengutip kantor berita Antara.
Sahat yang juga mantan Ketua GMKI itu menyebut bahwa generasi milenial merupakan generasi yang memiliki rasa ingin tahu, idealis, dan selalu ingin adanya perubahan yang berkelanjutan.
Oleh karena itu, ia mengatakan, anak muda cenderung ingin penyampaian yang to the point dan bisa dilaksanakan.
"Bagaimana strategi membangun generasi muda Indonesia yang anti korupsi dan tidak radikal. Bagaimana agar penegak hukum bisa melakukan tugas dengan benar dan tidak tebang pilih. Serta bagaimana agar kasus-kasus HAM seperti di Papua, era 98, dan lainnya bisa diselesaikan sampai ke akarnya," katanya.
Ia menambahkan, topik debat capres putaran pertama pada 17 Januari 2019 memang terkait persoalan-persoalan bangsa yang sudah menjadi virus selama puluhan tahun.
"Kondisinya sudah akut, karena kita pernah ada di dalam rezim yang membiarkan virus ini menjalar dan menular di tengah masyarakat," katanya.
Hal itu berarti kata dia, capres harus memiliki visi yang jelas untuk melakukan perubahan terkait penegakan hukum yang tidak tumpul ke atas, tajam ke bawah, penanganan korupsi yang dilakukan oknum pejabat mulai dari pusat sampai tingkat desa, penyelesaian kasus-kasus HAM dan upaya deradikalisasi yang seluruhnya bukanlah hal yang mudah.
Namun, ia menyadari hal itu memang tidak mudah karena dibutuhkan komitmen kuat dari para capres jika nantinya terpilih.
"Maka memang harus dilakukan dari sekarang, dan ada langkah-langkah yang jelas untuk bisa dilakukan ke depan. Bukan hanya menjual jargon, ataupun menyampaikan pernyataan yang enak didengar saja," katanya.
Ia menegaskan hampir pasti kaum milenial akan menonton dan mengikuti debat capres tersebut.
"Pasti milenial akan menonton. Dan hal-hal yang menarik, baik positif ataupun negatif, akan dengan cepat juga kami bagikan melalui media sosial kami," kata Sahat. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/864633-milenial.jpeg
Ilustrasi. (Foto: Syiar Nusantara)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/yang-disuka-dan-tidak-disuka-milenial-dalam-debat-capres

Mereka Ingin Pemilu Ulang di Pilpres 2019

Oleh: Denny Siregar*
Banyak orang mengira bahwa kekalahan Ahok di Pilgub DKI, karena iklim politik keras yang digelorakan oleh lawan-lawan politiknya.
Sejatinya itu kurang tepat juga, karena dalam iklim politik yang sangat keras yang menghantam Ahok itu, Ahok masih menang juga setidaknya di putaran pertama, yaitu sebesar 42 persen lebih.
Permasalahan ada di putaran kedua. Pada putaran kedua, diperkirakan tingkat partisipasi pemilih Ahok menurun dari putaran pertama, sedangkan pemilih Anies meningkat. Eep Saefullah, konsultan Anies-Sandi dari Pollmark mengatakan, pemilih Ahok di putaran kedua turun sampai 14 ribu pemilih. Sedangkan partisipasi Anies meningkat tajam.
Ke mana para pemilih Ahok di putaran pertama?
Kemungkinan besar mereka jenuh dengan pemilu putaran kedua, sehingga tidak menggunakan hak pilih. Ada lagi yang berkata, pemilih Ahok di putaran kedua takut dengan isu akan terjadi peristiwa Mei 98 kedua di Jakarta. Sedangkan di sisi Anies, PKS berhasil memobilisasi pemilih supaya militan dengan bahasa "surga dan neraka" berkaitan dengan pemilih non muslim.
Kalau kita melihat pola di Jakarta, kita bisa melihat pola yang sama yang sedang dilakukan untuk Pilpres 2019.
Judulnya adalah "Pemilu Ulang".
Proses delegitimasi KPU dan pemerintah selaku penyelenggara Pemilu, ujung-ujungnya adalah membangun ketidak percayaan masyarakat. Narasi-narasi "KPU curang" menggema di mana-mana dan dikuatkan dengan pernyataan timses Prabowo bahwa Prabowo akan mundur jika Pemilu terindikasi curang.
Ujung-ujungnya nanti saat pencoblosan, ada gerakan besar untuk menuntut Pemilu ulang. Gerakan besar yang mirip-mirip dengan "reuni 212" akan dimobilisir supaya terjadi people power menuntut ada pencoblosan ulang. Mungkin bukan keseluruhan, tapi di beberapa daerah di mana mereka mempunyai kans untuk menaikkan jumlah suara, di Jawa Barat misalnya.
Dan ketika akhirnya diputuskan Pemilu ulang, maka mereka akan memobilisasi militansi pendukungnya untuk memilih. Sedangkan pemilih Jokowi sudah jenuh dengan Pemilu dan tingkat partisipasinya turun jauh.
Pilgub DKI memang menjadi contoh kasus memenangkan pertarungan yang paling diminati oleh pendukung Prabowo. Hanya caranya mereka modifikasi supaya sesuai dengan situasi dan kondisi.
Jika benar begitu, mungkinkah akan ada kemungkinan Pemilu ulang di Pilpres 2019?
Mungkin saja. Jika KPU dan pemerintah akhirnya berkompromi karena tekanan massa, dan membuat keputusan yang salah.
Dan saat itu, kita akan melihat kekalahan Jokowi karena turunnya tingkat partisipasi.
Hati-hati....
*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
https://www.tagar.id/Asset/uploads/412765-prabowo.jpeg
Calon presiden nomor urut 02 Prabowo Subianto disambut warga saat melakukan kunjungan di Ambon, Maluku, Jumat (28/12/2018). Prabowo mengunjungi Ambon antara lain untuk menghadiri syukuran Natal yang digelar DPD Partai Gerindra Provinsi Maluku. (Foto: Antara/Izaac Mulyawan)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/mereka-ingin-pemilu-ulang-di-pilpres-2019

Prabowo Ancam Mundur Bukan Karena Takut Kalah, Kata Pengamat

Jakarta, (Tagar 16/1/2019) - Peneliti di Pusat Penelitian Politik LIPI Wasisto Raharjo Jati menilai kubu Prabowo Subianto tengah memainkan strategi politik, terkait kemungkinan Prabowo mundur dari Pilpres 2019.
Sebelumnya, Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Djoko Santoso mengatakan kemungkinan Prabowo Subianto mundur sebagai capres di acara Bincang Asik dan Penting (Bising) Gerakan Milenial Indonesia Malang Raya, Minggu (13/1).
Baca juga: Kubu Prabowo Ternyata Cengeng
"Prabowo Subianto akan menyampaikan pidato kebangsaan. Memang supaya enggak terkejut barangkali, kalau tetap nanti akan disampaikan Prabowo Subianto. Pernyataan terakhir Prabowo Subianto adalah, kalau memang potensi kecurangan itu tidak bisa dihindarkan maka Prabowo Subianto akan mengundurkan diri. Karena memang ini sudah luar biasa," kata Djoko Santoso.
"Saya pikir itu bagian strategi politik PS agar tidak terbawa lawan. Hal itu menurut saya bagian dari perang psikologis politik," ujar Wasisto saat dihubungi Tagar News, Selasa (15/1).
Baca juga: Mereka Ingin Pemilu Ulang di Pilpres 2019
Wasisto menilai strategi tersebut diterapkan Prabowo bukan karena takut kalah. Tapi, sebaliknya, karena Prabowo CS sedang dalam kepercayaan tinggi.
"Sebenarnya yang saya lihat PS ini sedang dalam kepercayaan tinggi, karena berbagai macam rilis survei menyebut suara PS naik dan Jokowi stagnan," terang dia.
"Ya kalau takut kalah mereka akan melunak pernyataan politiknya," sambungnya.
Maka dari itu, Prabowo menurutnya lebih memilih perang psikologis ketimbang perang adu gagasan. "Karena itulah, kini mereka berusaha untuk berperang psikologis daripada program," tandasnya.

Kekhawatiran Kalah yang Luar Biasa
Sementara itu, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional (TKN) Irma Suryani Chaniago berpendapat Prabowo mengancam mundur sebagai cara mendelegitimasi Komisi Pemilihan Umum (KPU). Setelah peristiwa hoaks tujuh kontainer di Tanjung Priok, Kamis (3/1).
"Ini bagian kedua, yang disinyalir cara mendelegitimasi KPU setelah tujuh kontainer kertas suara. Karena meragukan netralitas penyelenggara kan," ujar Irma.
Menurut Ketua DPP Partai Nasdem ini, narasi meragukan KPU memang sengaja dilontarkan kubu Prabowo-Sandi karena khawatir kalah melawan Joko Widodo-Ma'ruf Amin di Pilpres nanti.
"Kekhawatiran kalah yang luar biasa atas hasil survei dan fakta makin banyaknya masyarakat yang dukung Jokowi, membuat mereka mengeluarkan narasi-narasi yang cenderung meragukan netralitas penyelenggara Pemilu," tegasnya. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/795053-prabowo-subianto.jpeg
Prabowo Subianto. (Foto: Facebook/Prabowo Subianto)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/prabowo-ancam-mundur-bukan-karena-takut-kalah-kata-pengamat

Wawancara Ketua MUI: Capres-Cawapres Muslim Bisa Baca Alquran Itu Penting

Jakarta, (Tagar 16/1/2018) - Ikatan Dai Aceh mewacanakan tes baca Alquran untuk dua pasangan calon capres-cawapres Indonesia, Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno.
Ikatan Dai Aceh (IDA) mengklaim sejak Desember 2018 telah mengirimkan surat resmi ke timses Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi, namun tak kunjung mendapatkan respon positif.
Karena itu, IDA datang langsung ke Jakarta pada Senin 14 Januari 2019 untuk meminta respon kedua belah pihak.
Baca juga: Ditantang Tes Baca Alquran, Prabowo Pikir-pikir, Jokowi Siap
Di Jakarta, IDA mendatangi juga kantor Majelis Ulama Indonesia, meminta rekomendasi serta memohon untuk mengirimkan tim penguji yang sekiranya bisa datang ke Masjid Baiturrahman, Banda Aceh, tempat dilakukannya tes baca Alquran di Kota Serambi Mekkah.
Selasa sore (15/1) Tagar News menemui Ketua MUI Lukmanul Hakim di lantai 3 Kantor Pusat Majelis Ulama Indonesia, Jakarta Pusat, untuk menanyakan langsung ihwal tes baca Alquran untuk calon presiden yang akan menjadi pemimpin tertinggi rakyat Indonesia hingga tahun 2024 mendatang.
Berikut ini petikan wawancara selengkapnya dengan Lukmanul Hakim:
Apa benar Ikatan Dai Aceh tadi datang ke kantor MUI terkait dengan wacana tes baca Alquran di Banda Aceh? Lalu, apa urgensinya?
Iya benar. Dalam hal ini, dengan latar belakang sampai memunculkan ide tentang tes baca Alquran. Kita memahami karena di Aceh itu memang pemilihan Pejabat sampai ke tingkat Kepala Desa ada tes baca Alquran. Yang kedua, karena belakangan menurut IDA, agama Islam dijadikan sebagai komoditi politik. Maka itu IDA yang bersikap netral mewacanakan tes baca Alquran untuk dua paslon capres-cawapres 2019.
Apa alasan mereka untuk melakukan tes baca Al Quran bagi kedua paslon capres-cawapres, apakah MUI akan dilibatkan juga dalam wacana tersebut?
Alasan-alasannya sangat logis. MUI terima soal capres-cawapres yang beragama Islam dijadikan komoditas politik. Mereka ingin tahu, apa kedua paslon bisa membaca Alquran. Tidak rumit sebetulnya yang dia mintakan. Minimal membaca Alquran dan praktik ibadah membaca Al Fatihah dan surat pendek lainnya yang biasa ada dalam salat.
Kemudian mereka menyampaikan. Jika ini terlaksana, mengajukan agar MUI juga menjadi tim penguji untuk evaluasi dalam pembacaan Alquran di Aceh. Tentu kami dari MUI mengapresiasi, menghormati dan menghargai ide dan latar belakang yang IDA sampaikan.
Yang kedua, kalaupun itu terlaksana, tentu pelaksanaannya bukan di MUI, itu wilayah KPU. Apabila itu dilaksanakan, kami mengapresiasi dan siap mendukung, dengan tim juri yang mereka mintakan.
Jadi MUI Pusat akan mengirimkan tim penguji dari Jakarta?
Iya, yang mereka minta seperti itu. Memang dari MUI Pusat dimintakan ada yang menjadi tim juri. Ya, kita nyatakan siap.
Apakah sudah ada komitmen soal tanggal pelaksanaan?
Belum, kan itu nanti KPU. Setelah dari sini IDA berencana ke KPU untuk mengajukan wacana ini.
Selama di Jakarta dalam dua hari ini, apa saja yang IDA ungkapkan ke MUI?
Mereka bercerita, sudah ke sekretariat capres-cawapres nomor 01 dan 02. Saya tidak tahu tanggapan dari paslon 01 dan 02 seperti apa mengenai tes baca Alquran.
Menurut Ketua IDA Tengku Masyruddin Ishak, ada pihak yang mengkafir-kafirkan sesama muslim di sana. Bila berbeda pilihan politik, bisa masuk surga atau masuk neraka. Apa itu benar? Bagaimana tanggapan Anda?
Nah itu dia, beliau menyampaikan respon keprihatinannya dari situasi ini sebetulnya. Karena menurut mereka, hal ini sudah kebablasan. Sehingga muncullah ide tes baca Alquran saja bagi capres-cawapres di Pemilu 2019.
Menurut kami dari MUI, ini kan politik lima tahunan, tetapi persaudaraan kita kan sepanjang hayat. Maka, jangan sampai politik lima tahunan ini dirusak, merusak persaudaraan kesatuan bangsa sepanjang hayat. Apalagi sampai mengkafir-kafir kan, ini tidak tepat.
Lalu bagaimana solusi dari MUI?
Dalam hal ini, MUI mengimbau bahwa kita boleh berbeda pilihan tetapi caranya dengan politik yang santun, tidak saling menyerang atau bahkan mengkafirkan. Ini lebih mendasar, karena agama itu urusan dengan Tuhan dengan Allah SWT. Kok, hanya beda pilihan politik, sampai ke status agama berubah. Itu kan luar biasa, ini berbahaya. Kalau menurut saya, ini suatu situasi yang kebablasan. MUI menyampaikan keprihatinan atas situasi itu.
Apa MUI bersikap netral di Pemilu 2019?
Meskipun eks Ketua Umum MUI saat ini sebagai calon wapres pihak 01. Secara organisasi, MUI tetap netral. Meskipun pengurus-pengurusnya, ya berbeda-beda. Itu adalah suatu pilihan politik. Tidak ada masalah dari MUI. Cuma, kalau sampai mengkafirkan maka MUI merasa prihatin. Karena tidak ada dasar untuk mengkafirkan seseorang hanya akibat memilih paslon salah satu di antara dua itu.
Seberapa pentingnya tes baca Alquran bagi capres-cawapres ini?
Pertama, kalau memang dia beragama Islam. Tentu yang namanya pemimpin kan harus bisa kita ikuti yang namanya Imam. Konteks Imam jika baca Alquran saja tidak bisa, kan tidak mungkin jadi Imam, kira-kira begitu logika kami. Itulah logika yang tadi disampaikan kawan-kawan dari Aceh.
Maka itu, kalau konteks mau kepemimpinan Islam, kita sepakati seperti Imam maka harus ada yang bisa membaca Alquran, itu penting. MUI dan IDA sepakat bahwa Agama Islam itu Rahmatan Lil'alamin. Jadi integritas keagamaan seorang pemimpin, dalam hal ini Agama Islam, tentu sangat penting integritas keagamaan seseorang. Dalam hal ini tentang salatnya, tentang ibadahnya, dan hal-hal yang lainnya.
Apa kiat MUI untuk masyarakat Indonesia untuk memilih pemimpin terbaik di Pemilu nanti?
Kita ingin memilih yang terbaik dari mulai salatnya, baca Alquran, ibadahnya, baik dari semua aspek.
Dengan wacana tes baca Alquran di Aceh, apakah bakal ada salah satu paslon yang dirugikan ataupun diuntungkan?
IDA dalam hal ini berposisi netral, karena kegamangan mereka pada dai yang membawa politik keagamaan. Maka, kemudian dari situ, praktik jika ingin melibatkan agama ya di Aceh, Syariah. Jadi, saya tidak melihat itu ada paslon yang diuntungkan maupun dirugikan.
Buat kita, tentukan saja bila memang itu penting menurut kedua belah pihak itu perlu, silakan.
Jika tes baca Alquran benar terlaksana, apakah akan memberikan impact bagi pemilih?
Tergantung orangnya juga ya (tertawa). Artinya, tergantung yang menilai. Dalam hal ini, tentu masyarakat akan menilai sendiri. Ada orang yang akan sangat terpengaruh dengan bacaan Alquran itu dengan praktik salat itu, ada juga yang tidak berpengaruh.
Nah, masyarakat Indonesia kan juga heterogen, tidak sama seperti MUI semua atau ormas lainnya, ya tidak juga. Kalau buat kita, tes baca Alquran bagus juga untuk suatu pembelajaran bagi politik Indonesia ya. Di mana Indonesia adalah negara mayoritas muslim, bahwa pemimpinnya itu harus mempraktikkan agamanya sendiri.
Dalam hal ini MUI akan membantu IDA?
Ya, kami siap mendukung. Kita mengapresiasi dan saya kira itu penting. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/522304-ketua-mui.jpeg
Ketua Majelis Ulama Indonesia Lukmanul Hakim. (Foto: Tagar/Morteza Syariati Albanna)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/wawancara-ketua-mui-caprescawapres-muslim-bisa-baca-alquran-itu-penting

Debat Capres-Cawapres, Pertaruhan Elektabilitas dan Integritas

Jakarta, (Tagar 14/1/2019) - Komisi Pemilihan Umum (KPU) terus melakukan tahapan-tahapan Pemilu yang dilaksanakan pada 17 April 2019, salah satunya debat calon presiden dan wakil presiden.
Debat antarcalon presiden dan wakil presiden pada Pemilihan Presiden 2019 yang berlangsung sebanyak lima kali ini merupakan salah satu metode kampanye yang diatur dalam Undang-Undang No 7/2017 tentang Pemilu.
Dalam pasal 277 ayat 1 dinyatakan debat berlangsung selama lima kali dan disiarkan secara luas melalui media elektronik. Debat capres-cawapres perdana akan dilaksanakan pada 17 Januari 2019 di Hotel Bidakara, Jakarta.
Debat menjadi sarana dalam menyampaikan visi dan misi, program kerja dan juga pandangan dalam mengatasi masalah-masalah yang berkembang di masyarakat.
Debat capres dan cawapres juga merupakan pertaruhan elektabilitas kedua pasangan calon presiden dan wakil presiden, Jokowi-Ma'ruf Amin dan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Pemilih akan memilih calon yang dianggap mampu menguasai segala persoalan dan mencari solusi dari persoalan tersebut.
Debat perdana ini akan mengangkat tema hukum, hak asasi manusia, korupsi dan terorisme. Indonesia akan menyaksikan gagasan dan program masing-masing kandidat dalam aspek-aspek terkait tema tersebut. Pengamat Politik dari Indonesian Public Institute (IPI), Jerry Massie, berpendapat debat merupakan determine atau penentu capres bisa leading.
Selain itu ada juga campaigns (kampanye-kampanye), imaging political (pencitraan politik) dan blusukan. Lantaran dalam debat, sebanyak 192 juta pemilih bisa menyaksikan kandidat mereka mempresentasikan grand design dan master plan rencana ke depan seperti apa dan bagaimana.
Dalam konteks ini, sang petahana Jokowi lebih diuntungkan dari Prabowo yang belum pernah menjabat di eksekutif namun kaya prestasi di militer dan pernah dua kali menjadi capres/cawapres. Prabowo akan bisa memainkan teori dan menyoroti praktik yang pernah dijalankan Jokowi.
Debat merupakan adu gagasan, ide, kemampuan baik manajerial dan leadership, sehingga semua tema akan menarik, seperti topik HAM dan masalah korupsi yang terbesar zaman ini.
"Menurut saya disinilah kedua capres mampu menerjemahkan kebutuhan publik bahkan mampu menjawab keraguan publik khususnya pemilih 'swing voters' (pemilih mengambang) dan undecided voters (pemilih belum menentukan pilihan)," kata Jerry, di Jakarta, Minggu.
Menurut dia, debat capres-cawapres merupakan salah satu pertaruhan elektabilitas dan integritas serta kredibilitas kedua pasangan, Jokowi-Ma'ruf dan Prabowo-Sandi.
"Bagi saya unggul di debat menjadi pembuka jalan untuk menang Pilpres 2019. Debat bagaikan sebuah ujian untuk dapat menang dalam pertempuran," ujarnya.
Kedua pasangan calon harus merebut minimal tiga kemenangan dalam lima kali ajang debat Pilpres 2019.
"Sangat menentukan lagi bagi 40 persen pemilih pemula atau bahasa gaul 'pemilih milenial'. Lantaran pemilih tersebut ada 80 juta," katanya.
Berdasarkan survei Indikator, elektabilias Jokowi-Ma'ruf 54,9 persen, sementara Prabowo-Sandiaga 34,8 persen.
Sementara sisanya, sebesar 9,2 persen responden belum menentukan pilihan dan 1,1 persen memilih tidak akan memilih di antara keduanya atau golongan putih (golput).
Elektabilitas kedua pasangan capres-cawapres masih bisa berubah mengingat pilpres masih sekitar tiga bulan lagi.
"Jadi, debat capres ini akan mendongkrak elektabilitas kedua pasangan calon. Kedua pasangan harus merebut hati 'swing voters' dan pemilih yang belum menentukan pilihan (undecided voters)," katanya.

Debat pengaruhi swing voters 
Pengamat politik dari UIN Jakarta, Adi Prayitno, menilai debat capres dan cawapres menjadi momen penting untuk menaikkan citra dan elektabilitas kandidat, terutama mempengaruhi "swing voter" yang belum menentukan pilihan.
"Karenanya, visi misi, program kerja, dan tawaran kerja menjadi penting dinarasikan dengan baik," tuturnya.
Swing voters hakikatnya adalah pemilih rasional yang melihat personifikasi kandidat dengan program terukur, bukan normatif.
Melihat komitmen politik kandidat dengan serius bukan semata retorika.
"Karena itu, jangan pernah main-main dengan debat yang bakal digelar lima kali ini. Apalagi suara pemilih swing voter masih signifikan," katanya.
Tunggu gebrakan cawapres Pada debat perdana nanti, publik menunggu gebrakan Ma'ruf Amin dan Sandi mengingat dua sosok ini sebagai debutan dalam pilpres.
"Terutama Sandi sebagai penantang harus menampilkan kebaruan yang diinginkan publik. Argumennya mesti lebih nendang dan keras, jangan hanya datar saja. Sejauh ini Sandi datar saja apa adanya tanpa diferensiasi yang tak terlampau meyakinkan," katanya.
Pemilih milenial juga akan mengikuti arah mata angin yang berembus. Kalau pasangan nomor urut 01, Jokowi-Ma'ruf dominan dalam debat, maka kaum milenial akan memilih.
Namun sebaliknya, jika Prabowo-Sandi yang unggul, kaum milenial akan memilihnya. Pemilih milenial itu preferensi politiknya sangat ditentukan siapa kandidat yang paling kuat mrmpengaruhi opini publik.
Hal senada juga disampaikan Direktur Sinergi Masyarakat untuk Demokrasi Indonesia (Sigma), Said Salahudin, bahwa debat capres-cawapres diyakini cukup efektif untuk mempengaruhi pilihan pemilih.
Apa yang menjadi visi dan misi pasangan calon akan dinilai oleh Pemilih. Aspek rasionalitas program, argumentasi, gestur, gaya berdebat, dan penggunaan bahasa biasanya akan menjadi pertimbangan utama Pemilih.
Tetapi, kondisi itu lazimnya terjadi pada penyelenggaraan Pilpres yang kemampuan pesertanya dalam berdebat belum pernah disaksikan oleh pemilih.
Nah, di Pilpres 2019, Pemilih pada umumnya sudah mengetahui kualitas capres Joko Widodo dan Prabowo Subianto. Sebab, keduanya sudah pernah berhadapan pada debat Pilpres 2014.
"Jadi, efek debat capres nanti saya kira tidak akan berpengaruh banyak terhadap pilihan Pemilih. Kalau pun ada pengaruhnya, terbesar saya kira akan datang dari kelompok Pemilih pemula," kata Said.
Pemilih pemula ini kan pada umumnya baru melek politik. Sensasi debat Jokowi versus Prabowo lima tahun yang lalu belum pernah mereka rasakan.
"Permasalahannya, jumlah pemilih pemula ini tidak cukup jelas. Ketua KPU bilang sekitar lima juta orang, sementara salah seorang anggota KPU menyebut sekira 1,2 juta pemilih," katanya.
Tetapi untuk debat cawapres kondisinya mungkin akan berlainan dengan debat capres karena pasangan Jokowi dan Prabowo pada Pilpres 2019 ini berbeda dengan Pilpres 2014.
"Baik Ma'ruf Amin maupun Sandiaga Uno belum pernah berhadap-hadapan dalam sesi debat," tuturnya.
Sebagian Pemilih mungkin pernah menyaksikan kualitas Sandiaga pada Pilgub DKI Jakarta 2017. Tetapi itu kan dengan lawan debat yang berbeda. Kemampuan Ma'ruf dalam berdebat bahkan belum pernah dilihat orang," tuturnya.
Dari sesi debat Ma'ruf versus Sandiaga itulah kemungkinan bisa muncul perubahan elektabilitas dari kedua pasangan calon.
Sebab, pemilih pemula, swing voters dan kelompok undecided voters sepertinya masih dapat 'digoda' oleh para cawapres pada saat sesi debat nanti.
"Jadi, debat cawapres tampaknya lebih berpeluang untuk mengubah pilihan pemilih dibandingkan dengan debat capres. Debat antara Ma'ruf Amin yang sudah berusia sangat senior dan Sandiaga Uno yang jauh lebih junior boleh jadi sudah sangat dinanti," katanya.
Mari kita tunggu debat yang berlangsung pada 17 Januari 2019 nanti, apakah penguasaan debat akan mampu meningkatkan elektabilitas pasangan calon atau justru menurunkan. []
Penulis: Syaiful Hakim (Kantor Berita Antara)
https://www.tagar.id/Asset/uploads/169539-jokowi-prabowo-2014.jpeg
Debat capres-cawapres 2014, Jokowi-JK vs Prabowo-Hatta Radjasa. (Foto: KPU)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/debat-caprescawapres-pertaruhan-elektabilitas-dan-integritas

 

ONE 4 ALL AND ALL 4 ONE I LIRIK

Sumber Youtube : https://www.youtube.com/watch?v=UynTDh4OwLM

Prabowo, Membuat Lagu Penyemangat untuk Jokowi

Jakarta, (Tagar 16/1/2019) - Kepala Pusat Analisa dan Pengendali Situasi PDI Perjuangan Prananda Prabowo akrab disapa Prananda, bukan Prabowo. Ia putra Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri.
Prananda Prabowo menggubah lagu One For All and All for One sebagai bentuk dukungan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi).
"Saat ini bangsa Indonesia menghadapi banyak rintangan, dan lagu ini akan menjadi penyemangat Presiden Joko Widodo menjaga persatuan karena kita Satu Indonesia," ujar Prananda dalam keterangan tertulis diterima di Jakarta, Selasa (15/1) dilansir kantor berita Antara.
Menurut Prananda Prabowo, lagu karyanya itu mengedepankan persatuan dan kesatuan dalam menghadapi berbagai permasalahan yang dihadapi bangsa.
"Lagu ini menonjolkan pesan persatuan dan kebinekaan. Saat ini Indonesia rawan akan perpecahan dan berita bohong," tambah putra Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri itu.
Lagu One For All and All for One pertama kali diperdengarkan pada perayaan puncak HUT ke-46 PDI Perjuangan di Jakarta, Kamis (10/1), di hadapan peserta acara yang datang dari seluruh Indonesia, termasuk Presiden Jokowi, Wakil Presiden Jusuf Kalla, Cawapres KH Ma'ruf Amin, serta para petinggi negara lain.
Lagu itu dibawakan dengan apik dan bersemangat oleh NTT Voices, Rayen Pono, Iis Rodinda, Rani Kless, Meta Volmax, dan Juan dengan perpaduan musik modern.
Berikut bait lagu One For All and All for One tersebut:
Seribu masalah 
Yang silih berganti datang 
Bukan menjadi rintangan 
Jika kita slalu 
Menghadapi 
Semua bersama 
Pastikan kita satu 
Kita slalu bersama 
Dalam gerak dan langkah 
Hadapi rintangan 
Bersatu kita bisa 
One For All and All for One 
Kita kan slalu hadapi semua bersama 
One For All and All for One sebab kita semua satu kesatuan 
One love One life One heart We are one. []
https://www.tagar.id/Asset/uploads/559198-presiden-jokowi.jpeg
Presiden Joko Widodo (ketiga kanan) didampingi Menteri PUPR Basuki Hadimuljono (kedua kanan), Menseneg Pratikno (kanan), Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (ketiga kiri), Wakil Gubernur Jawa Barat Uu Ruzhanul Ulum (kedua kiri) dan Bupati Kabupaten Bogor Nurhayanti meninjau pembangunan Bendungan Sukamahi di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, Rabu (26/12/2018). Pembangunan Bendungan Sukamahi yang memiliki volume tampung 1,68 juta meter kubik serta Bedungan Ciawi sebesar 6,45 juta meter kubik tersebut diharapkan dapat mencegah banjir kiriman ke Ibu Kota yang berasal dari Bogor dan ditargetkan selesai pada 2019. (Foto: Antara/Wahyu Putro A)
Sumber Berita : https://www.tagar.id/prabowo-membuat-lagu-penyemangat-untuk-jokowi

Re-Post by MigoBerita / Rabu/16012019/10.15Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya