» » » » » » STOP RADIKALISME : "Angkat Topi" buat Pak Prabowo dan Pak Jokowi, NKRI memang Harga Mati..!!!

STOP RADIKALISME : "Angkat Topi" buat Pak Prabowo dan Pak Jokowi, NKRI memang Harga Mati..!!!

Penulis By on Kamis, 24 Oktober 2019 | No comments

Tim MigoBerita - Banjarmasin - Alhamdulillah, akhirnya NKRI Harga Mati bisa terwujud dengan bersatunya "Cebong" / Kubu Jokowi dan "Kampret" / Kubu Prabowo di satu barisan yang bernama INDONESIA, yang tertinggal sekarang menurut NETIZEN +62 (INDONESIA) hanyalah KADRUN (Kadal Gurun), ini menurut opini yang berkembang di pemberitaan online tanah Air Indonesia adalah tersisa dari Ormas-ormas berirama agama tapi malah "Manyupani" (Bikin Malu) agama saja, itu bisa jadi ormas yang ANTI AHOK dan ANTI Jokowi (baik secara tersirat maupun tersurat), semisal ormas terlarang HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) , kemudian Kelompok 212 dan FPI serta mungkin saja ormas-ormas yang terdaftar maupun tidak, tentu ini menurut tafsir dan opini masing-masing pihak yang berkembang dipemikiran bebas dan bertanggung-jawab setiap warga negara Indonesia.
Yang jelas dengan bergabungnya RIVAL Jokowi dalam PILPRES kemaren Pak Prabowo menjadi MENHAN (Menteri Pertahanan) dalam Kabinet Menteri Pak Presiden Jokowi, ini membuktikan bahwa Bangsa Indonesia itu sebenarnya memang BERSAUDARA dan bagi mereka yang selalu mengumandangkan HOAX, KEBENCIAN dan PERMUSUHAN serta MENGADU DOMBA masyarakat adalah berarti juga MUSUH  NKRI dan MUSUH warga negara INDONESIA, yang berarti mereka adalah Penebar bibit RADIKALISME.
Bahkan ada "Cerita Imajinatif" yang dikumdangkan NETIZEN Tanah Air ketika terjadi perbincangan Antara Pak Jokowi dan Pak Prabowo :
Jokowi : Gimana Mas Prabowo, Kita ternyata memang Bersaudara kan ?
Prabowo : Ya iyalah masa ya iya Saudara KADRUN
Jokowi : Gini loh mas Prabowo, 2014 Bapak memang Kalah PILPRES dengan Saya, tapi koq Partai Pembela Bapak malah MAU Jadi MENTERI Saya... (maksudnya Meninggalkan Bapak Prabowo..??? Kemudian ketika  menjelang pertarungan PILPRES 2019, eh si Partai Malah MEninggalkan Saya..??? MMmmmm... berarti mereka kan mau Enaknya Sendiri... Gimana menurut Bapak  Prabowo ?
Prabowo : Betul Pak Jokowi, mereka memang mau ENAK sendiri, enggak tau perasaan Saya Gimana ...!!?
Jokowi : Nah, kalau kaya gitu Mas Prabowo, Gimana Kalau Bapak diperlukan NKRI untuk menjadi MENHAN, karena ini sesuai omongan Bapak ketika DEBAT PILPRES dengan Saya kemaren, bahwa ada Ancaman terhadap Pertahanan Keamanan kita bangsa Indonesia, Bagaimana Pak Prabowo, ANDA Setuju?!!
Prabowo : DEMI NKRI, Saya Siap mempersembahkan Jiwa dan Raga Saya untuk menjadi MENHAN.
Jokowi : ALHAMDULILLAH
Jokowi dan Prabowo : SEMOGA ALLAH MERIDHOI IKHTIAR Kita bagi NKRI yang RAHMATAN LIL 'ALLAMIN

Selamat Atas Pelantikan Jokowi dan Ma'ruf Amin sebagai Presiden dan Wakil Presiden
Selamat juga kepada Pak Prabowo yang telah mau mempersembahkan Jiwa dan Raganya untuk NKRI
Semoga NKRI tambah Maju dan Sejahtera serta Ber Keadilan Rakyatnya.. Amin ya rabbal 'allamin.
MIGOBERITA


Gerindra Bisa Jadi Duri Dalam Daging

DennySiregar.id, Jakarta - Kabar yang sudah bisa dipastikan kebenarannya adalah Gerindra akan mendapat kursi dalam kabinet.
Ini bagian dari komitmen Jokowi untuk menyatukan semua perbedaan dalam satu lingkup kekuasaan. Tujuannya supaya sama-sama berfikir untuk kemajuan Indonesia ke depan.
Pertanyaannya, apakah Gerindra dengan perolehan suara terbesar ketiga akan menjadi partner yang baik atau justru menjadi duri dalam daging pemerintahan ?
Mungkin kasus gabungnya PAN dalam kabinet Jokowi di periode pertama lalu bisa menjadi acuan. PAN pada Pilpres 2014 adalah lawan politik Jokowi. Tetapi ketika Jokowi menang, PAN merapat supaya mendapat kursi di kabinet. Jokowi meluluskannya.
Mendekati Pilpres 2019, PAN berulah. Mereka ternyata tidak bisa menempatkan diri sebagai bagian dari koalisi. Mereka punya kesetiaan tersendiri sebagai oposisi. Dan pada akhirnya, mereka menjadi duri dalam daging sampai mereka keluar dan benar-benar bergabung bersama oposisi.
Situasi yang sama bisa saja terjadi pada Gerindra.
Mental oposisi akan sulit hilang dari diri Gerindra. Apalagi mereka punya perasaan bahwa diri mereka pernah menjadi oposisi terbesar dalam melawan koalisi pemerintahan. Perasaan ini akan sulit hilang, apalagi model orang2nya sama dengan mereka yang ada di Pilpres 2019. Nyinyir tanpa solusi.
Bisa bayangkan ketika orang-orang model Fadli Zon dan Andre Rosadie yang sulit berfikir positif dan terbuka, duduk bersama dengan mereka yang selalu berfikir ke depan. Tentu akan ada tumbukan pemikiran.
Kenapa ? Ini karena konsep pemikiran elit2 politik kita masih terkonsentrasi pada kekuasaan, bukan pada kerjasama. Jadi yang diributkan nanti hanyalah masalah "siapa yang berkuasa" bukan "apa yang bisa kita lakukan bersama"?
Jokowi mungkin punya harapan sempurna supaya semua elemen bisa bekerjasama untuk kemajuan bersama. Tapi realitas politik akan membuatnya tersadar, bahwa hal itu akan sulit dilakukan. Yang dia lakukan kemudian adalah kembali mereshuffle kabinetnya dan itu akan membuat perbedaan kembali meruncing lebih tajam.
Butuh waktu lama dan generasi baru untuk mewujudkan harapan seorang Jokowi. Sementara ini kita nikmati saja dulu kekurangan kedewasaan elit2 politik kita.
Ibaratnya, mengubah Gerindra menjadi koalisi yang sempurna dan bisa bekerja bersama, sama sulitnya seperti mengubah Rocky Gerung menjadi seorang sufi yang bicara tentang ilmu kerendahan hati.
Lebih mudah mengubah Johnny Sins dari seorang dokter menjadi astronot, meski kalau dia buka baju bentuknya sama aja.
Seruput kopi dulu ahhhh....
Prabowo-Sandi Prabowo-Sandi
Sumber Opini : https://www.dennysiregar.id/2019/10/gerindra-bisa-jadi-duri-dalam-daging.html

THE LAST SAMURAI

DennySiregar.id, Jakarta - Akhirnya Presiden Joko Widodo sah menjabat untuk kedua kalinya.
Bahkan untuk menuju proses itu saja, keributan demi keributan harus dilalui. Banyak kelompok yang tidak suka Jokowi menjabat lagi karena itu berarti ruang mereka untuk memperkosa negeri ini seperti yang dulu pernah mereka lakukan, semakin sempit.
Sejak Jokowi diumumkan oleh KPU sebagai pemenang, sama sekali tidak ada jiwa ksatria dari lawan-lawan politiknya bahkan untuk sekedar mengucapkan selamat saja. Mereka terus menerus menekan dengan demonstrasi besar yang bahkan menghilangkan banyak nyawa yang dikorbankan.
Usaha kudeta dengan percobaan pembunuhan direncanakan. Yang terlibat adalah mantan militer berpangkat tinggi dengan kemampuan tempur yang hebat. Tetapi usaha itu berhasil digagalkan dengan pendekatan yang sempurna oleh Kapolri Tito Karnavian.
Dan tidak selesai sampai disitu. Gelombang kekerasan melalui demo terus dilakukan dengan niat untuk memperbesar api. Kelompok separatis dan kelompok radikalis menekan dari dua sisi. Papua dan Jakarta dibakar supaya apinya merambat kemana-mana.
Langkah Jokowi untuk menuju periode kedua jabatannya, jauh lebih sulit daripada saat dia ada menjabat pertama kali.
Kenapa? Karena saat menjabat pertama, banyak yang meremehkan Jokowi dan menganggap dia bisa diatur sebagai anak bawang. Tapi semakin kesini, ternyata Jokowi bukan lagi lawan yang bisa dipandang sebelah mata. Ia jauh lebih kuat daripada yang dikira.
Mata lawan membuka dua-duanya dan mulut mereka menganga, "Sial. Presiden sekarang ini bukan tipikal melambai ! Kita bulak balik gagal !!"
Dan mereka tahu, periode kedua ini Jokowi tidak akan semakin melemah. Justru ini saat Jokowi bersikap "nothing to lose", tidak ada yang ditakutkan lagi karena ini periode terakhirnya.
Kalau sebelumnya Jokowi hanya bertempur dengan granat, senjata semi otomatis sampai bazoka saja, periode kedua ini pesawat tempur dan tank lapis baja dikeluarkannya.
Saya selalu percaya dengan Jokowi. Sejak dia menjabat pertama kali. Permainan politiknya benar-benar mengajarkan banyak hal tentang pertarungan sesungguhnya. Bagaimana lawan bisa mati dengan luka dalam, beberapa lama sesudah Jokowi menikamnya. Tanpa rasa sakit. Tapi mematikan..
Dan sekarang petarung itu dilantik kembali. Ia sudah menyiapkan pedang katananya. Baju tempurnya. Ia the Last Samurai. Pejuang terbesar yang terakhir yang pernah ada. Kita mungkin tidak akan pernah mendapat momen yang seperti ini lagi..
Salam secangkir kopi..
Jokowi Presiden Jokowi 2019-2024
Sumber Opini : https://www.dennysiregar.id/2019/10/the-last-samurai.html

Fachrul Razi, Calon Menteri Agama yang Ahli Militer

DennySiregar.id, Jakarta - Saya sempat kaget juga melihat berita bahwa Fachrul Razi, senator Aceh, dicalonkan jadi Menteri Agama.
Si senator ini yang dulu melaporkan saya ke polisi karena merasa saya menghina rakyat Aceh. "Wah, kalau orang ini jadi Menteri Agama, kacau.." Pikir saya. Ya gimana gak kacau, wong doi tidak bisa membedakan antara kritik pada parlemen Aceh dengan menghina rakyat Aceh. Bisa kacau Departemen Agama dipimpinnya..
Tapi kabar baru datang, katanya bukan Fachrul Razi yang botak itu. Rambutnya lebat, kata seorang teman. Saya pun teringat seorang Jenderal TNI Purnawirawan Fachrul Razi, Ketua tim Bravo 5, salah satu organ terkuat Jokowi saat Pilpres.
Jenderal Fachrul Razi adalah inisiator yang mengumpulkan para Purnawirawan Jenderal saat kampanye Jokowi. Strategi Fachrul Razi ini sangat efektif menepis isu kalau Purnawirawan TNI semua ada dibelakang Prabowo.
Fachrul Razi dulu adalah mantan Wakil Panglima TNI saat era Gus Dur. Karena jabatan Wakil dihapus, akhirnya Fachrul Razi pun tersingkir.
Nah, yang menarik, Fachrul Razi ini dikenal sebagai ahli strategi militer. Dia juga dikenal sebagai salah satu arsitek militer di kabinet Jokowi.
Pertanyaannya, ada apa seorang ahli strategi militer dicalonkan jadi Menteri Agama? Apa hubungannya militer dengan agama?
Saya sempat bingung beberapa saat sebelum menyadari bahwa agenda utama Jokowi dalam pemerintahan keduanya adalah RADIKALISME. Dan bicara radikalisme di Indonesia, tentu juga harus bicara agama karena agama itu menjadi bungkusnya.
Ada kemungkinan besar, Jokowi ingin membersihkan unsur-unsur radikalisme di tubuh departemen agama yang sudah kronis.
Departemen ini memang salah satu sarang tempat berkembang biaknya virus zombie itu dan untuk membersihkannya harus dengan penanganan dan strategi khusus, bukan lagi dengan pendekatan persuasif tetapi harus dengan cara "keras".
Keras yang dimaksud disini tentu bukan untuk memukul, tetapi bagaimana mengkanalisasi kelompok radikal itu, sehingga ruang mereka akan menjadi sangat sempit.
"Wah, menarik kalau gini.." Pikir saya. Saya pasti akan menantikan dan sangat mendukung gebrakan out of the box yang dicanangkan Jokowi. Penusukan Wiranto ternyata sangat membekas sehingga perlu ada strategi khusus untuk melawan mereka.
Semoga Jenderal Fachrul Razi menjadi Menteri Agama dan kita akan melihat perang strategi melawan radikalisme. Perang yang sama yang dilakukan Jokowi di tubuh Perguruan Tinggi yang sudah dilakukannya sebelumnya. Seruput kopi dulu, Pakde. Saya jadi semangat kalo gini..
Fachrul Razi Fachrul Razi

Salam Hormat Untuk Bapak Tito Karnavian

DennySiregar.id, Jakarta - Sejak dilantiknya Jenderal Tito Karnavian sebagai Kapolri, saya mendadak jadi fans beliau.
Tidak lama sesudah beliau menjabat, gelombang demo langsung mengujinya. Demo besar yang ingin menjatuhkan Ahok dengan tudingan "penista" agama pada bulan November, menjadi ujian pertamanya.
Meski sempat rusuh, tetapi demo itu berhasil diredam. Dan baru demo kedua dengan nama 212, yang diklaim umat Monas sebanyak 8 juta orang itu, langsung mandul gondal gandul. Saya sempat berdiri dan bertepuk tangan panjang untuk beliau.
"Luar biasa.." Itulah pujian terendah untuk dirinya.
Tito Karnavian mantan KaDensus 88 itu, mampu menjadi dirijen handal membuktikan kapabilitas dirinya sebagai penjaga negeri. Pengalaman memburu teroris selama belasan tahun, menjadikan dirinya sebagai sosok yang sangat ditakuti oleh kelompok radikal karena ia selalu selangkah di depan mereka.
Bahkan saking pusingnya, Rizieq Shihab sampe kabur gak pulang-pulang ke rumah. Dia kalah main "poker" dihadapan Tito. Meski teorisme tetap ada, di tangan Tito Karnavian dan jajarannya, Indonesia masih tetap terjaga sampai sekarang dan kita masih bisa menikmati secangkir kopi dengan tenang.
Tito Karnavian adalah "Guardian Angel" yang ada pada posisi yang tepat dan waktu yang tepat. Dan tampaknya Jokowi pun sayang padanya karena Tito adalah rekan yang bisa dipercayainya.
Hari ini terdengar kabar bahwa Kapolri diberhentikan oleh Jokowi. Saya sedih sekaligus senang mendengarnya. Prediksi saya, beliau akan menjadi salah satu Menteri mungkin di Polhukam, karena keahlian beliau masih dibutuhkan negeri ini.
Semoga Kapolri masih dijabat oleh mereka yang pernah bertugas di Densus 88, karena fokus kita masih pada terorisme dan radikalisme. Hanya Densus 88 yang punya penciuman yang tajam dalam mendeteksi mereka.
Untuk pak Tito Karnavian, terimakasih pak atas semua dedikasinya.
Dengan rasa hormat setinggi-tingginya, saya ingin memberikan secangkir kopi untuk bapak. Ini bukan secangkir kopi biasa, tetapi secangkir kopi penuh cinta.
Seruput, bapak... Kapolri terbaik yang pernah ada. Dari anak bangsa yang mencintai negeri ini dengan segenap hati.
Tito Karnavian

SUSI PUDJIASTUTI HILANG

DennySiregar.id, Jakarta - Sebenarnya sejak awal saya sudah menduga bahwa bu Susi Pudjiastuti tidak akan lagi masuk kabinet, hanya perasaan suka saya padanya yang mencoba menjauhkan bayangan itu.
Kenapa saya suka? Mungkin lebih karena kepribadian bu Susi yang bebas dan merdeka. Dia adalah satu-satunya Menteri yang tidak perlu jaim dengan penampilan. Lah, ngapain harus jaim? Dia pengusaha sukses jauh sebelum jadi Menteri.
Dan bu Susi yang pertama kali mendobrak dengan menenggelamkan kapal-kapal pencuri ikan asing. Ia menjadikan penenggelaman itu sebagai show pribadinya.
Bu Susi memang punya tim PR yang ciamik. Berita itu heboh dan muncul slogan baru, "Tenggelamkan!".
Ia juga ahli memainkan twitternya. Dikelolanya sendiri akun pribadinya, sehingga rakyat semakin dekat padanya.
Tetapi apakah yang terjadi di perikanan sama cantiknya dengan apa yang dilihat masyarakat luas?
Suara keluhan datang dari Kamar Dagang Industri atau Kadin yang mengeluhkan lambatnya ijin operasi kapal sehingga nelayan tidak bisa maksimal beroperasi. Bagi nelayan itu kerugian besar, karena mereka lebih sibuk mengurus administrasi daripada mendapat keuntungan di lautan.
Selain itu, keluhan datang dari nelayan yang susah menjual ikannya. Disisi berbeda, pabrik pengolahan perikanan mengeluh kekurangan bahan baku.
Dalam artian sederhana, secara pembangunan infrastruktur di sektor perikanan, Susi dinilai gagal sehingga terjadi gap antara satu daerah dengan daerah lainnya. Daerah yang banyak ikan ga bisa jual ikan, daerah yang kurang ikan makin tidak sejahtera.
Ketimpangan itu membuat pendapatan kita dari sektor ikan tidak optimal. Padahal, di sektor inilah salah satu kekayaan Indonesia.
Selain itu, bukan rahasia lagi bahwa Susi tidak bisa bekerjasama dengan LBP sebagai Menko. LBP minta Susi setop penenggelaman kapal dan fokus pada peningkatan kesejahteraan nelayan, tapi Susi masih tetap asyik disana.
Dan inilah yang jadi kelemahan Susi, karena lebih suka memainkan PR bagi dirinya daripada bekerja lebih luas mensejahterakan sektornya.
Dan puncaknya adalah ketika Susi membatalkan reklamasi teluk Benoa. Kebijakan ini dilakukan Susi saat masa transisi, dimana Jokowi sudah mengeluarkan larangan untuk membuat kebijakan apapun. Susi dinilai membangkang dan ini tidak baik bagi koordinasi yang membutuhkan kerjasama tim.
Intinya, Susi sukses di fase pertama dalam menangani pencurian, tapi gagal di fase berikutnya dalam masalah kesejahteraan. Ditambah koordinasi yang kurang karena Susi terlalu independen, merah di rapor Susi terlalu banyak.
Jadi akhirnya saya harus bisa memisahkan kesukaan saya pada pribadi Susi dengan catatan hasil kinerjanya. Susi itu Menteri yang Instagrammable, tapi penilaian hasil kerja berbeda.
Meskipun begitu, saya tetap kehilangan pribadinya yang ceria yang menjadi hiburan ditengah kesibukan. Sudah tidak ada lagi foto Susi ditengah laut sendirian, ataupun ia dengan sebatang rokok ditangan, ataupun ketika ia sedang nongkrong dengan tato di kakinya yang kelihatan.
Saya kehilangan Susi secara pribadi...
Bu Susi, salam cinta dari saya yang mengagumi kepribadian anda. Seruput kopinya..
Susi Pudjiastuti Susi Pudjiastuti

Jangan Paksa Jokowi!

Jangan paksa Jokowi untuk memenuhi keinginan kita hanya karena merasa sudah mati-matian mendukung. Namanya memilih dan mendukung ada konsekuensinya. Pasti ada yang sesuai dengan harapan, pun sebaliknya ada yang tidak sesuai harapan.
Tapi bukan berarti ketika ada yang tidak sesuai harapan, lalu kita marah, menyesal, dan merasa telah dikadali oleh orang yang kita dukung. Sama halnya jika hendak memilih pasangan. Pasangan kita pasti punya kekurangan, disamping kelebihan. Apa iya karena kita hanya mau menerima kelebihannya saja? Apa iya kemudian kita menyesal telah memilih pasangan hidup hanya karena melihat kekurangannya?
Tidak ada orang yang sempurna. Orang yang kita pilih tidak mungkin tak memiliki kekeringan. Kita masih hidup di dunia Jangan pernah berharap sosok yang sempurna di dunia. Kita hanya bisa memilih sosok yang sempurna di surga kelak.
Hanya mau menerima kelebihan dan kebaikan dari orang yang kita pilih adalah sikap oportunis dan pragmatis. Itu bukan merupakan sikap yang kesatria. Artinya kita tidak tulus dalam memilih. Kita masih mempertimbangkan timbal balik, untung rugi, dan dampak positif dari pilihan kita.
Dalam politik memang sebaiknya tidak fanatik buta. Baper harus dibuang jauh-jauh. Politik itu soal kepentingan, bukan soal persahabatan suci. Menganggap persahabatan dalam politik sama dengan persahabatan manusia pada umumnya adalah keliru. Ujung-ujungnya hanya dibuat dongkol.
Sebagai presiden terpilih, Jokowi tidak mungkin bisa memuaskan seluruh pendukungnya. Keinginan, kepentingan dan harapan mereka berbeda-beda. Namun yang pasti, beliau punya hak prerogratif dan wewenang mutlak untuk memilih siapapun yang menjadi menteri di dalam Kabinet Indonesia Maju, terlepas pendukungnya suka atau tidak.
Selama Jokowi tidak melakukan kesalahan dan pelanggaran seperti misalnya korupsi, menyelewengkan wewenang, otoriter, dan menzalimi rakyat, kita tidak berhak menghakimi kalau beliau telah bersalah dan mengecewakan pendukungnya. Jika hanya karena memilih menteri yang menurut kaca mata kita tidak tepat dan menuai kontroversi, saya rasa beliau tetap masih layak untuk didukung. Kita belum bisa mengklaim kalau keputusan Jokowi dalam memilih menteri keliru sebelum melihat kinerja mereka bagaimana nanti.
Yang harus kita pahami, Jokowi punya gaya berpolitik yang unik, sulit ditebak, dan berbeda dengan politisi lain pada umumnya. Mungkin hal ini yang membuat beliau menjadi politisi paling sukses di Indonesia karena berhasil memenangkan pemilu 5x berturut-turut tanpa pernah kalah. Berikut analisa saya terkait gaya berpolitik beliau yang saya kira perlu dipahami oleh seluruh pendukungnya.
Pertama, Jokowi tipe orang yang merangkul, bukan memukul. Beliau adalah orang yang sangat sportif dalam bertanding. Setelah pertandingan selesai, beliau tidak segan untuk meranhkul lawannya. Dalam konteks pemilu, beliau akan sangat terbuka mengajak lawan-lawannya untuk bekerja sama membangun negeri. Beliau memberikan kesempatan seluas-luasnya terhadap siapapun yang mau bekerja sama membangun negeri.
Pada Pilpres 2014, Jokowi tak segan-segan merangkul PAN. Kalau saat itu Gerindra mau diajak bergabung, mungkin beliau pun akan menerima dengan tangan terbuka. Pada Pilpres 2019, giliran Gerindra yang bergabung. Terlepas bergabungnya Gerindra karena faktor deal-deal politik antara Prabowo dan Megawati, diterimanya Prabowo oleh Jokowi untuk bergabung dalam kabinet adalah bukti bahwa beliau memang tipe poltisi yang merangkul.
Kedua, Jokowi tidak ingin punya musuh. Beliau terlihat sekali tidak ingin memiliki musuh bebuyutan. Rival-rivalnya di pemilu tetap dianggapnya teman. Beliau berbeda dengan Megawati yang sulit akur dan rekonsiliasi dengan SBY hingga tak pernah hadir saat SBY dilantik dua kali menjadi presiden. Pun sebaliknya dengan SBY yang sulit akur dengan Megawati. Jokowi masih tetap bisa akur sama siapapun, meskipun dia adalah lawan politiknya di Pemilu.
Ketiga, Jokowi ingin menang tanpa 'ngasorake' (merendahkan) lawan. Saya kira siapapun yang menjadi lawan beliau tidak sekalipun merasa malu, sakit hati, dan terhina setelah dikalahkan. Beliau mampu membesarkan hati lawan-lawannya. Beliau tak segan-segan mengajak lawan bergabung, sebagai bentuk penghormatan dan apresiasi terhadap lawannya.
Keempat, Jokowi mungkin tipe politisi yang kurang sepakat dengan keberadaan oposisi dalam sistem negara demokrasi. Beliau terlihat lebih suka mengajak semua pihak (termasuk lawan politik) dan semuruh elemen masyarakat untuk bekerja sama dan bersama-sama membangun negeri. Beliau terlihat lebih suka lawan politiknya bekerja sama membangun negeri dalam bentuk kerja nyata, bukan berperan sebagai oposisi yang fungsinya hanya mengontrol kinerja pemerintah. Oleh sebab itu, beliau tak segan-segan lawan politiknya bergabung dalam pemerintahan.
Kelima, Jokowi seperti percaya bahwa manusia punya potensi berubah menjadi lebih baik. Di antara pendukungnya yang menolak Prabowo menjadi Menhan dalam kabinet Indonesia Maju adalah karena dianggap punya jejak hitam di masa kelam, terkait dengan penculikan beberapa aktivis 98. Prabowo dianggap sebagai antek Orba dan terlibat penculikan beberapa aktivis 98. Atas dasar ini sebagian pendukungnya merasa Prabowo tidak layak menjadi Menhan.
Jika tudingan bahwa Prabowo terlibat penculikan aktivis 98 itu benar, saya kira mustahil jika Jokowi tidak tahu. Lalu kenapa tetap memilih Prabowo menjadi Menhan?
Saya merasa di sinilah bukti bahwa Jokowi benar-benar pemeluk agama yang baik. Beliau meneladani salah satu asma'ul husna yaitu "Al-Ghoffar" (Maha Pengampun).
Jokowi percaya bahwa tidak selamanya orang akan selalu jahat. Setiap orang punya potensi untuk berubah menjadi baik, sejahat apapun orang itu. Di sini saya melihat beliau sedang memberikan kesempatan kepada Prabowo untuk berubah menjadi lebig baik. Beliau terlihat mengampuni dosa-dosa masa lalu Prabowo (jika memang tudingan bahwa Prabowo terlibat penculikan aktivis itu benar).
Begitulah apa yang saya pahami. Jika ada yang tidak sepakat saya meminta maaf. Jika ini bermanfaat dan mencerahkan, saya mengucap syukur alhamdulillah.
(SA)
Jangan Paksa Jokowi!
 
Re-post by MigoBerita /Jum'at/10.29Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya