» » RISMA hingga Fadli zone,Riziq,Nazwa sampai ke Jokowi

RISMA hingga Fadli zone,Riziq,Nazwa sampai ke Jokowi

Penulis By on Sabtu, 09 Januari 2021 | No comments

 


Migo Berita - Banjarmasin - RISMA hingga Fadli zone, Riziq,Nazwa sampai ke Jokowi (pic by google image searching)

Risma Bikin Rame, Gus Yaqut Bikin Memble, Sandi Bikin Keki dan Jokowi Bisa Fokus

Baru menjabat Risma sudah bikin rame pemberitaan di media. Banyak pemberitaan tentang blusukannya. Kolong jembatan yang didatangi Risma langsung dibenahi oleh pemprov DKI Jakarta. Bahkan serangan terhadap Risma terkait blusukan yang setinganpun ditujukan padanya. Padahal, Risma blusukan dan turun ke lapangan hingga pernah sampai jatuh sakit karena kelelahan sudah dilakukannya semenjak menjadi Walikota Surabaya.

Risma yang merupakan kader PDI P menutupi kekurangan kader lain yang terkena kasus korupsi. Pengangkatan Risma bahkan tak ada yang mengkritisi. Media sosial pun dipenuhi oleh netizen yang sorak sorai, setuju dan senang atas diangkatnya Risma menjadi menteri sosial. Itu semua karena kinerja Risma selama menjadi walikota Surabaya selama dua priode layak dibanggakan.

Selain Risma, ada Gus Yaqut yang didapuk menjadi menteri agama menggantikan “ Sang Jenderal”. Awalnya sang Jenderal membawa euphoria tersendiri karena dianggap mampu menjadi menteri semua agama yang tegas. Background militer memang selalu dianggap tegas. Namun seiring dengan waktu, Sang Jenderal pun dianggap tidak seperti yang diharapkan.

Gus Yaqut adalah orang yang ‘vocal’ dan terang-terangan berdiri di sisi mana terkait kasus intoleransi serta hal-hal yang berkaitan dengan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam kemajemukan. Gus Yaqut tidak abu-abu dalam berdiri. Paling tidak, Gus Yaqut kerap membuat perang terbuka untuk melawan intoleransi dalam setiap sikap.

Diangkatnya Gus Yaqut menjadi menteri agama membuat ormas yang dibubarkan oleh pemerintah memble. Sebab dengan tegas, Gus Yaqut yang merupakan ketua umum Ansor berdiri dan merawat kebangsaan di tengah kemajemukan. Menjaga Pancasila dari rongrongan ideologi lain seperti yang digaungkan oleh HTI.

Selain HTI yang menjadi ormas terlarang. Semua orang pun tahu, bahwa Gus Yaqut tidak sejalan dengan FPI, ormas yang kini telah dilarang berkegiatan.

Dengan dikembalikannya menteri agama dalam pangkuan NU melalui ketua GP Ansor, Gus Yaqut, Jokowi pun sudah menutup fase merangkul yang pernah ia lakukan. Jokowi yang selalu mencoba mengajak semua kalangan berjalan bersama untuk memperkokoh NKRI kini seperti berkata “ kalau kamu tidak mau ya sudah, Oke…!”.

Para kelompok yang menggunakan politik agama kini memble dengan diangkatnya Gus Yaqut. Kalau ada yang komplain dan lain sebagainya, adalah hal yang wajar, karena setiap kebijakan tidak bisa memuaskan semua orang. Dan di dunia tidak ada manusia yang sempurna.

Selain Gus Yaqut, Sandiaga Uno pun masuk ke dalam kabinet Jokowi. Banyak orang-orang yang berada di garis pembenci Jokowi pun stress. Bahkan orang-orang yang berada di garis Jokowi pun ada juga yang kecewa tetapi tak sedikit juga yang tertawa karena melihat para pembenci Jokowi stress karena merasa terhianati.

Keputusan yang dilakukan oleh Jokowi di tengah pandemi corona tentu saja memiliki perhitungan yang matang. Perhitungan yang berdasarkan data secara global. Kebijakan atau keputusan yang diambil tentu saja tidak sembarangan. Ada tujuan yang harus dicapai. Ada permasalahan yang harus diselesaikan. Begitu juga terkait keputusan dalam mengambil menteri yang membantunya mengurus negara ini.

Hal-hal tidak produktif yang disebakan riak kepentingan pribadi dan golongan politik lawan Jokowi kini paling tidak sudah dibendung oleh para menteri Jokowi. Jokowi bisa fokus mengurus negara tanpa pusing fokusnya terbagi karena hal-hal tak produktif seperti kondusifitas dan serangan lawan politik terhadap setiap kebijakannya.

Ini bukan upaya untuk membungkam suara riuh yang mencerminkan demokrasi. Tetapi ini masalah keadaan genting yang harus ditangani. Semua harus bersatu menyelesaikan permasalahan yang menyerang seluruh dunia. Bukan hanya Indonesia.

Soal demokrasi, ini zaman teknologi. Gak gampang untuk melakukan hal buruk tanpa jejak digital. Gak gampang melakukan hal buruk tanpa terendus.

Yang masih bisa nyinyirin pemerintah di tengah pandemi ini saya rasa konyol. Lihatlah pemerintah berjuang bukan hanya untuk kesehatan rakyat, tetapi berjuang supaya perut rakyat tetap terisi. Dari bantuan pada rakyat biasa hingga perusahaan pun dilakukan. Membuat ekonomi tetap bergerak pun terus diupayakan. Tak hanya perut kita saat ini, tetapi juga tetap berjuang untuk memastikan masa depan anak cucu kita semua menjadi lebih baik dan lebih maju.

Risma Bikin Rame, Gus Yaqut Bikin Memble, Sandi Bikin Keki dan  Jokowi Bisa Fokus

Sumber Utama : https://seword.com/politik/risma-bikin-rame-gus-yaqut-bikin-memble-sandi-LwyaVWuzSw

Serangan Terhadap Mensos Risma Cermin Demokrasi Jongkok Serta Sifat Priyayi Masa Lalu

Blusukan adalah ilmu manajement tua yang kembali tenar semenjak Jokowi menjadi walikota Solo . Lalu apakah bisa digunakan di tengah kemajuan teknologi pada saat ini? Tentu saja masih relevan karena ada hal-hal yang belum bisa terpenuhi dan harus dijangkau langsung. Selain itu, secanggih apapun teknologi, manusia masih dibutuhkan untuk memastikan semuanya berjalan dengan benar. Ingat kan tentang anggaran gak masuk akal lem aibon DKI Jakarta meskipun sudah menggunakan kemajuan teknologi yang diwakili oleh e-budgeting?

Contoh sederhana lain misalnya begini, supaya kita bisa kontrol sebuah lokasi, kita bisa mengunakan CCTV. Namun, terkadang, ada titik buta yang tidak bisa dijangkau oleh CCTV. Jadi anggap saja, kolong jembatan dan tempat-tempat kumuh Jakarta yang dikunjungi Risma adalah salah satu titik yang gak akan bisa terlihat melalui bantuan CCTV.

Sederhananya, buluskan tetaplah penting dilakukan oleh seorang pemimpin untuk melakukan verifikasi serta kontrol. Oleh sebab itu, kalau ada tokoh politik seperti Fadli Zon nyinyirin blusukan Mensos Risma yang menemui orang-orang yang hidup di kolong jembatan hingga jalanan, mungkin hatinya sudah tertutupi oleh ego pribadi dan berusaha tutup mata terhadap permasalahan yang harus diselesaikan di negara ini. Termasuk di DKI Jakarta, meskipun Anies dianggap oleh para pendukungnya sebagai Gubernur pilihan umat dengan jargon keberpihakan.

Tujuan Fadli Zon hingga tim sorak Anies nyinyirin Risma tentu saja kental dengan unsur politik. Apa yang dilakukan Risma bisa mencoreng nama Anies Baswedan, tokoh satu-satunya yang saat ini berada di luar garis pemerintahan. Meskipun selain Anies, ada Ridwan Kamil yang sepertinya sudah terlihat seperti Anies.

Blusukan Risma pun dikatakan sebagai pencitraan oleh kelompok mereka. Padahal taktik pencitraan dengan menunjukkan hasil kerja itu bagus ketimbang taktik politik dengan menggunakan sentiment SARA.

Blusukan dan pencitraan hasil kerja itu tidak gampang dilakukan tanpa ketulusan. Tanpa komitmen pun hal itu sulit dilakukan. Jika orang ogah capek pun tidak bisa melakukan hal itu. Lihat saja Anies Baswedan, bertahan beberapa lama dia blusukan? Padahal saya berharap, Anies terus melakukan blusukan meskipun ada video beredar yang membuktikan blusukannya penuh dengan drama dan setingan. Paling tidak, jika Anies komitmen melakukan blusukan, hal itu akan menjadi kebiasaan. Dan di lapangan pasti akan menemui berbagai masalah yang mau tidak mau harus dia selesaikan, sebab jika tidak diselesaikan maka ketidak becusannya akan tersebar ke seluruh penjuru dunia seperti menutupi bau kali item dengan waring.

Pemimpin di negeri demokrasi pada era ini tidaklah gampang. Kalau masih memiliki gaya priyayi yang mengandalkan trah keturunan untuk bisa berkuasa maka sudah dipastikan gigit jari. Contohnya AHY pun tidak mampu menjual nama SBY yang pernah menjadi presiden dua priode untuk bisa duduk di kursi pertama DKI Jakarta.

Di negeri demokrasi, jika ingin menjadi priyayi masa lalu yang ongkang-ongkang kaki namun disegani dan menuai simpati, maka sudah jelas orang tersebut sedang bermimpi dan tak mau melihat kenyataan bahwa dunia ini sudah berubah.

Yang harus dikritisi adalah politik SARA. Politik meraih kekuasaan yang berpotensi memecah belah bangsa. Taktik politik yang berpotensi menimbulkan negara tidak kondusif. Dan jika sudah parah akan menimbulkan gesekan hingga perang saudara.

Serangan terhadap Risma terkait blusukan karena membela tokoh politik lain adalah pola pikir dalam demokrasi yang jongkok. Demokrasi yang belum bisa bersaing dengan akal sehat. Demokrasi yang belum bisa menjual kinerja untuk memenangkan hati rakyat. Demokrasi yang belum sehat karena belum sepenuhnya menggunakan akal sehat. Sebaiknya, pendukung Anies memecut Anies supaya menunjukkan hasil kerjanya. Itu baru keren.

Meskipun begitu, kita anggap semua ini sebagai proses dalam demokrasi yang lebih baik. Saling kritik dan rakyatlah yang akan menentukan. Tetapi yang perlu diingat adalah, setiap manusia itu senang diberi mimpi, tetapi lebih senang jika mimpi itu diwujudkan menjadi kenyataan.

Misalnya mimpi warga DKI Jakarta yang ingin memiliki rumah namun penghasilannya pas-pasan atau hanya sebatas UMK/UMR. Dulu Anies pernah memberi mimpi dengan janji rumah tapak DP 0 rupiah bagi warga miskin. Mimpi yang diberikan Anies sangatlah membahagiakan, tetapi kini Anies sudah menjadi Gubernur, maka warga DKI Jakarta akan lebih senang jika Anies bisa mewujudkan janji yang juga diimpikan oleh warga DKI Jakarta yang belum punya rumah dan terbuai dengan janji rumah tapak DP 0 rupiah bagi warga miskin. Eh faktanya rumah DP 0 rupiah Anies hanya bisa dibeli oleh orang yang berpenghasilan di atas UMR Jakarta ya? Dan itu pun bukan rumah tapak ya?

Sumber pendukung opini: https://news.detik.com/berita/d-5321900/fadli-zon-bicara-kecanduan-blusukan-hingga-gila-pencitraan-sindir-siapa

Serangan Terhadap Mensos Risma Cermin Demokrasi Jongkok Serta Sifat Priyayi Masa Lalu

Sumber Utama : https://seword.com/politik/serangan-terhadap-mensos-risma-cermin-demokrasi-TCWEYyXNSt

Kejumawaan Fadli Zon Rontok Dalam Itungan Kurang Dari 3 Detik !

Di Eropa dan Amerika, orang lebih menabookan pembicaraan tentang uang ketibang pembicara tentang seks secara terbuka. Di Indonesia ketabooan membicarakan seks secara terbuka lebih diyakini ketibang mengumbar masalah keuangan mereka. Di Eropa dan America, orang miskin sekalipun jarang yang berteriak "I have no money", tapi untuk berteriak, "I just get laid last night!" ke teman bahkan diunggah di media social sepertinya hal yang biasa-biasanya.

Ya memang bisa dimaklumi, selain karena faktor budaya, peran agama juga sangat dominan. Terlebih Indonesia sebagai negara yang berketuhanan, mewajibkan seluruh warga negaranya untuk memeluk agama dan kepercayaan, terlebih mayoritas penduduk pemeluk agama Islam, jelas sekali bahwa segala sesuatu yang berbau pornografi adalah dosa. Untuk itulah negara mengatur dengan ketat segala sesuatu yang berhubungan dengan pornografi. Namun demikian, pornografi di ranah pribadi, jelas tidak dilarang. Yang tidak boleh itu adalah pornografi di ranah umum. Jika pornografi sudah keluar dari ranah pribadi dan menjadi konsumsi umum, maka negara menyatakan bahwa itu adalah satu pelanggaran pidana.

Kalaupun tidak termasuk pidana, tetap saja, siapapun yang ketangkap melakukan aktifitas yang berhubungan dengan pornografi, pasti akan mendapat hukuman sosial. Dan hukuman sosial ini diberikan langsung oleh masyarakat dalam berbagai skala.

Bukan rahasia lagi kalau banyak pejabat Indonesia memiliki istri lebih dari satu. Tak hanya pejabat, masyarakat biasapun banyak yang memiliki istri lebih dari satu. Dalam hal ini saya tidak mau menggunakan istilah "poligami", karena apa yang saya bicarakan adalah kaum laki-laki, baik itu mereka yang beragama Islam, maupun yang non-Islam. Dan masyarakat Indonesia bisa menerima laki-laki yang memiliki istri lebih dari satu. Tapi, walaupun Indonesia akan memasuki jaman modernisasi dan berbaur ke dalam revolusi industri 5.0, tetap saja jika seseorang tersangkut dengan masalah pornografi, hal itu masih dipandang sebagai satu tindakan pemecah ketabuan, sebuah aib yang memalukan, bahkan bisa membunuh karir dan karakter seseorang.

Seperti akhir-akhir ini, dunia maya dan dunia nyata Indonesia digegerkan dengan temuan seorang Fadli Zon yang selama ini dipandang sebagai orang paling nyinyir sedunia terhadap siapapun yang pro pemerintahan Indonesia, tertangkap tersangkut dengan pornografi. Padahal, masalahnya sangat sepele. Dia hanya ketahuan "me-like" situs pornografi. Terlepas dari siapa yang sebenarnya mengklik tombol "like", Fadli Zon langsung menjadi bulan-bulanan rakyat Indonesia, terutama Netizen +62.

Segala bantahan dan pembelaan yang dilakukan kubu Fadli Zon, di dalam peradilan masyarakat Indonesia tetap tidak bisa diterima. Bahkan jika para punggawa Fadli Zon berjibaku membongkar dan memperlihatkan jejak digital bahwa sebenarnya yang "me-like" situs porno itu bukan Fadli Zon, tetap saja rakyat Indonesia sudah memutuskan dan memvonis Fadli Zon dengan tagar #FadlizonJubirBokep.

Keangkuhan seorang Fadli zon rontok seketika. Rasa jumawa itu sirna! Apalagi sekarang muncul pihak yang melaporkan Fadli Zon ke kepolisian. Bayangkan! Bukan Jokowi apalagi Deny Siregar yang menumbangkan kejumawaan seorang Fadli Zon, tapi kejumawaan itu dirontokkan hanya oleh satu kejadian yang mungkin berlangsung kurang dari tiga detik "Klik".

Kejadian ini benar-benar membuktikan kerahasiaan Tuhan dalam "mendudukan" hambanya. Fadli Zon sih... jadi orang, hidup kok diisi sama tingkah pencicilan, Jadi saja disentil sama Tuhan sama kejadian recehan tapi sangat tidak mengenakan. Ibarat ketusuk duri sura di jari tangan, terlihat biasa saja, tapi jari tangannya lama-lama membiru (catatan :duri sura itu duri halus yang biasa tumbuh di daun dan batang bambu).

Waktu saya membaca berita bahwa ada pihak yang melaporkan kelakuan Fadli Zon yang me-like video porno di akun media sosialnya, saya langsung tertawa. Wah ini orang niat banget yah.... Orang ini benar-benar peduli pada urusan moral Anggota Dewan Wakil Rakyat, moral seorang publik figure. Padahal seseorang disebut publik figure, secara disadari atau tidak disadari, seseorang ini telah menyerahkan segala urusan kehidupannya pada publik.

Dan untuk kasus pidana yang dilakukan oleh Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, teman saya bilang, proses hukumnya harus mendapatkan persetujuan dari Presiden Jokowi. Lah kita tahu dan paham bagaimana sikap Jokowi terhadap perkara hukum. Dia pasti akan melemparkannya ke rakyat juga. Jika rakyatnya setuju, laporan polisi Fadli Zon diproses, maka Fadli Zon pun akan menghadapi 2 pengadilan sekaligus. Pertama pengadilan sosial yang langsung dilakukan oleh rakyat dan netizen +62, kedua pengadilan litigasi.

Masalah pornografi ini memang sedap-sedap mengerikan. Jadi sedianya kita harus hati-hati....

Kejumawaan Fadli Zon Rontok Dalam Itungan Kurang Dari 3 Detik !

Sumber Utama : https://seword.com/umum/kejumawaan-fadli-zon-rontok-dalam-itungan-kurang-I1cFA9n604

Mimpi Buruk Anies Baswedan

Tak ada yang tak tau seksinya posisi Gubernur DKI dengan PAD (Pendapatan Asli Daerah) dan APBD yang menggiurkan! Jangan tanya soal problematika klasik Jakarta (banjir, macet, urbanisasi dan persoalan sosial lainnya) kalah semua dengan keseksian anggarannya! Jadi tak perlu heran bagaimana brutalnya Pilkada DKI 2017. Sejauh ini sejarah mencatat Pilkada Jakarta adalah yang terburuk, Pilkada SARA!

Dan satu lagi yang tak kalah menarik adalah posisi Gubernur DKI adalah jalan pintas menuju RI 1. Terbukti Presiden Jokowi melenggang mulus tanpa kendali.

Mimpi RI 1 itu barangkali ada di depan mata dan dalam gengaman sosok Anies Baswedan. Citra pemimpin santun, berpendidikan, jauh dari kasar, jarang membuat ulah dengan DPRD DKI (sejauh ini aman dan terkendali) walaupun sesekali PSI (parpol yang baru seumur jagung) terkadang bertingkah.

Berbagai penghargaan telah dikumpulkan dan dikoleksi DKI dibawah kendali Anies Baswedan. Tengok berbagai penghargaan selama Anies terpilih menjadi DKI 1, https://m.rri.co.id/humaniora/info-publik/928471/disebut-amburadul-ini-deretan-penghargaan-dki-jakarta?utm_source=terbaru_widget&utm_medium=internal_link&utm_campaign=General. Dan diakhir tahun saja DKI bertabur 5 penghargaan, luar biasa!! https://wartakota.tribunnews.com/2020/12/05/jelang-akhir-tahun-2020-anies-bertabur-5-penghargaan-dan-prestasi-inidaftarnya.

Di jaman Anies jalan Sudirman-Thamrin berdandan dan semakin cantik dengan trotoar yang lebar dan rapi. Sebetulnya proyek penataan trotoar itu warisan Djarot,dilanjutkan Anies dengan perombakan total https://metro.tempo.co/read/1031373/anies-rombak-rancangan-trotoar-sudirman-thamrin-warisan-djarot/full?view=ok, dengan biaya sekitar Rp. 300 M lebih, https://news.detik.com/berita/d-3900930/anggaran-perbaikan-trotoar-sudirman-thamrin-dari-klb-pengembang

Tak ada yang tak tau betapa bangganya Anies saat meresmikan pelican crossing di Halte Transjakarta Bank Indonesia (BI), Jalan MH Thamrin sekitar bulan September 2018. Jalan Sudirman-Thamrin adalah lambang sukses seorang Anies Baswedan.

Tapi kenapa justru di jalan itulah mimpi buruk Anies Baswedan dimulai Hanya karena obrolan tanpa sengaja seorang Mensos dengan orang kecil yang menyandang predikat gelandangan dan pemulung! Citra pejabat daerah penuh penghargaan, santun, agamis, pendidikan tinggi, seolah tanpa cela. Pokoknya paling cocok menjadi kandidat RI 1 nyatanya harus rontok gara-gara adanya gelandangan dan pemulung di jalan lambang kesuksesan. Oh biyung paringani sabar!

Mulailah kawan seperjalanan Anies Baswedan ramai berteriak dari mulai Haji lulung, Ridwan Saidi dan masih banyak lagi. Mimpi kali di Sudirman-Thamrin ada gelandangan!

https://m.cnnindonesia.com/nasional/20210108125718-32-591131/lulung-minta-risma-tak-usik-kerja-anies-jangan-pencitraan

https://www.viva.co.id/berita/nasional/1337824-risma-temui-gelandangan-di-thamrin-ridwan-saidi-nggak-masuk-akal

Beruntunglah Ibu Mensos santai menanggapi tuduhan pencitraan, settingan, drama, sandiwara atau apapun juga. Berbanding terbalik dengan kebakaran jenggot hebat yang dialami oleh 2 pejabat DKI Gubernur dan Wagubnya.

Rupanya pesona Bu Mensos menyilaukan penguasa DKI tersebut hingga setengah mati mengaburkan fakta bahwa tak mungkin ada gelandangan dan pemulung di jalan Sudirman-Thamrin https://amp.kompas.com/megapolitan/read/2021/01/06/16250261/anies-minta-dinsos-cek-identitas-pengemis-yang-ditemukan-mensos-risma-di

Banyak pengamat menyarankan lebih baik Bu Mensos fokus pada perbaikan data sosial daripada turun ke lapangan langsung malah kata Pak lulung, Bu Risma merebut pekerjaan Pak Anies, hehehe.

Taukah pak pengamat, Pak Lulung dan para pecinta sosok Anies, Jakarta itu miniatur Indonesia. Saya cuma membaca gerak Bu Mensos tanpa ada kepentingan. Saya pikir Bu Risma itu berlatar belakang pendidikan teknik. Orang berpendidikan sudah pada tahu bahwa data/masukan terbaik adalah data dari tangan pertama atau biasa disebut data primer.

Kenapa Bu Risma sengaja menemui warga kurang mampu. Dari warga kurang mampu inilah akan didapat data-data dan keterangan soal apakah bantuan pemerintah sudah tersalurkan dengan baik? Apakah bantuan sudah tepat sasaran? Apa saja yang diharapkan warga dari pemerintah? Apalagi sekarang covid-19 menimbulkan dampak ekonomi. Dan masih banyak hal lain yang bisa diketahui lewat wawancara langsung dan melihat sendiri ke lapangan.

Setelah beberapa kali bertemu orang kurang mampu secara acak, sudah tentu akan dicocokan dengan data sekunder yang barangkali telah ada. Setelahnya membandingkan semua, baru Bu Mensos akan mendapat gambaran lebih baik akan keputusan yang harus diambil.

Reaksi berlebihan dari kedua pejabat DKI, para rekanan termasuk tim sosial media Anies jujur membuat sedikit tanda tanya, saya berpikir rupanya pesona Bu Risma menakutkan dan menjadi mimpi buruk yang akan menghancurkan citra yang telah terbangun dengan rapi tentang sosok Anies Baswedan.

Atau bisa jadi Anies dan pendukungnya sedang dihantui rasa cemas oleh pesona Bu Risma yang akan menjadi ancaman kuat di kancah perpolitikan yang akan datang. Tri Rismaharini yang seolah menjadi reinkarnasi disiplin, galak, tegas, berani dan terarah dari seorang Ahok.

Oalah kenapa juga ketemu yang model begini lagi, sebel aku kata Pak Anies, hehehe. Bagusan Bu Risma itu diajak ngupi aja pak biar akrab, siapa tau bisa diajak kolaborasi, politik itu cair. Tidak putih tidak hitam, abu-abu. Diujungnya tiba-tiba teringat Jeng Fahira Idris, kemana aja ya sudah lama tidak bersuara.

Sumber gambar : https://m.liputan6.com/news/read/4443175/anies-baswedan-masih-positif-covid-19-wagub-dki-semakin-membaik

Mimpi Buruk Anies Baswedan

Sumber Utama : https://seword.com/politik/mimpi-buruk-anies-baswedan-h5EOZTRWDG

Gerindra "Tikam" Anies? Setelah Risma Akankah Basuki Hadimoeljono Juga Blusukan?

Tri Rismaharini, Menteri Sosial yang baru, langsung menarik perhatian publik. Semua gara-gara blusukan yang dilakukannya. Heboh dan dengan tudingan yang bermacam-macam.

Blusukan Bu Risma ke kolong jembatan dan saat menemukan gelandangan di kawasan pusat ibukota, membuat beberapa pihak yang terkait kebakaran jenggot. Panas dan kemudian malah menjadi lebay.

Menjadi sok aksi yang sayangnya terlihat salah tingkah. Menganggap apa yang dilakukan Bu Risma hanya pencitraan hingga memburu identitas tuna wisma yang ditemukan mantan walikota Surabaya itu.

Bu Risma tertawa. Wkwkwk…. ckckk!

Belum kering keringat dingin dari mereka yang mengolok-olok dan tidak sejalan dengan apa yang dilakukan Bu Risma, sampah di Kali Ciliwung kini juga menjadi perhatian.

Adalah Ketua Umum PDI Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri yang menyinggung kawasan Kali Ciliwung, Jakarta yang banyak sampah. Diberitakan detikNews, Bu Mega heran Kali Ciliwung yang banyak dipenuhi sampah.

"Saya ambil tema 'Cinta Ciliwung' bersih. Coba bayangkan mata kita apa nggak burem ya. Coba kemana, kemana rasa kita melihat namanya itu sampah, bertimbun-timbun sampai nggak bisa bergerak lagi. Kok tidak apa ya, tidak apa, saya harus katakan apa ya," kata Bu Mega saat memberikan kata sambutan dalam acara webinar bersama para penerima penghargaan Kalpataru, Kamis (7/1/2021).

(((Gedubrak!)))

Jelas ada yang tidak terima atas apa yang disampaikan Bu Mega. Pasti!

Wakil Ketua DPRD DKI Jakarta Fraksi Gerindra, M Taufik menyampaikan pembelaannya. Mantan koruptor itu menilai bahwa kali Ciliwung merupakan kewenangan Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR). "Ciliwung itu kalinya PUPR," ujar Taufik.

Taufik menambahkan bahwa termasuk di dalamnya terkait kebersihan kali Ciliwung yang bukan berada pada ranah Pemprov DKI. "Bersihin kali Ciliwung tanggung jawab PUPR kali yah," jelasnya.

Glek!

Benarkah apa yang disampaikan si bapak mantan koruptor itu? Benarkah pembersihan Kali Ciliwung bukan menjadi tugas Pemprov DKI Jakarta?

Mari kita uji!

Dikutip dari Covesia.com, Kepala Dinas UPK Badan Air dan Taman Dinas Kebersihan Jakarta Mumuh Mulyana, Jumat (28/11/2014), mengatakan Instansi yang dia pimpin sedang menunggu Gubernur Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) untuk menyerahkan kewenangan penuh terkait pengelolaan sungai-sungai yang melintasi wilayah DKI Jakarta, pada Dinas UPK Badan Air dan Taman Dinas Kebersihan DKI Jakarta.

"Saat ini kami masih menunggu serah terima dari instansi terkait, dan kepada Gubernur DKI untuk selanjutnya diserahkan kepada kami," ujar Mumuh.

Adapun sungai-sungai yang melintasi ibu kota Jakarta tersebut adalah, kali Angke, kali Pesanggrahan, kali Grogol, kali Mookervart, kali Kerukut, Kali Baru Barat, kali Ciliwung, kali Sunter, kali Buaran, kali Cakung, dan kali Jati Keramat.

Selain itu, seperti diberitakan oleh BERITAJAKARTA.ID, sampah yang menumpuk di Kali Ciliwung dibersihkan oleh sebanyak 50 petugas dari Unit Pengelola Kebersihan (UPK) Badan Air, Dinas Kebersihan Provinsi DKI Jakarta.

Nah, bagaimana Pak Taufik? Oalah, nampaknya Anda sedang gagal paham. Asal like, eh maaf, asal omong maksudnya!

Sebenarnya sikap yang asal bela tanpa paham seperti yang ditunjukkan Pak Taufik itu, sudah begitu dimaklumi oleh mayoritas masyarakat Indonesia. Yah mau bagaimana lagi, memang bisanya ya hanya segitu!

Egoisnya setinggi Monas, mikirnya cuma pakai dengkul. Hanya memikirkan diri dan posisinya sendiri, tidak sedikitpun berpihak pada kewarasan publik.

Padahal sederhana saja jika mau sedikit saja berlapang dada, bila mau membuka diri untuk bekerja sama, dan melupakan untuk saling berlawan-lawanan atau sekedar berhadap-hadapan, tentu jalan keluar niscaya akan lebih mudah didapat.

Sebagai misal, apa yang ditemukan Bu Risma dan apa yang disampaikan Bu Mega anggap saja sebagai masukan, jadikan titik awal pembuka dialog, yang dilanjutkan menjadi ajang kolaborasi, tentu akan menjadi tontonan yang menuntun, membuat mereka yang di akar rumput jadi lebih mudah untuk berangkulan kembali.

Alangkah indahnya bila Pemprov DKI Jakarta yang secara struktural lebih rendah berkata, "Bu Risma dan Pak Basuki (Menteri PUPR), terimakasih atas kerjasamanya, untuk selanjutnya mari kita benahi bersama Ibukota ini, agar menjadi lebih baik. Agar lebih membanggakan!"

Itu akan jauh lebih baik daripada kemudian diketahui Bapak Ir. Mochamad Basoeki Hadimoeljono, M.Sc., Ph.D. juga melakukan apa yang seperti telah dilakukan Bu Risma: blusukan!

Gerindra "Tikam" Anies?  Setelah Risma Akankah Basuki Hadimoeljono Juga Blusukan?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/gerindra-tikam-anies-setelah-risma-akankah-rYhApvbs2C

Anies Jangan Berisik! Jika Kau Paham Adab Dan Etika, Kau Takkan Dipecat Jadi Menteri

Setelah beberapa waktu lalu kita dibikin terkesima dengan cara Nikita Mirzani “menghancurkan” FPI, hari-hari terakhir ini kita juga dibuat terpesona dengan cara Bu Risma “membakar jenggot” Pemprov DKI. Tepatnya Anies Baswedan dan gerombolannya, termasuk para pemujanya.

Bicara tentang Bu Risma bukanlah sesuatu yang sulit. Ada cukup banyak kata yang bisa kita gunakan untuk menggambarkan sosok Dr. (H.C.) Ir. Tri Rismaharini, M.T., Wali Kota Surabaya 2 periode, sekaligus Menteri Sosial Republik Indonesia yang baru saja dilantik Presiden Jokowi.

Bu Risma itu tegas, tekun, rajin, bertanggung jawab, rendah hati, apa adanya tidak munafik, peduli pada anak buah dan warga, pintar dan cakap bekerja, dan masih ada banyak kata-kata positif lainnya yang bisa kita sematkan dalam diri Bu Risma yang tak ragu memegang sapu, sekop, cangkul dan lain-lain saat blusukan mengurus Surabaya.

Yang paling berkesan bagi saya adalah Bu Risma itu pemberani sehubungan dengan “kenekatannya” menutup Gang Dolly. Jelas nyawa yang jadi taruhannya.

Kita bisa tahu ini karena dalam kesehariannya memang inilah yang dilakukan Bu Risma saat membangun Surabaya. Just info, Bu Risma adalah kepala daerah perempuan pertama di Indonesia yang berulang kali masuk dalam daftar pemimpin terbaik dunia.

Dari sini kita bisa menyimpulkan jika pola kerja Bu Risma memang taktis dan cekatan langsung mengeksekusi di lapangan. Bu Risma tak pintar muter-muter main kata.

Dengan fakta cara kerja yang seperti ini saat menjabat sebagai Wali Kota Surabaya, kita seharusnya juga tak perlu heran jika pola yang sama akan selalu Bu Risma bawa di manapun dia berada, termasuk ketika mengemban tugas sebagai Menteri Sosial RI saat ini.

Apalagi Bu Risma adalah kader PDIP. Sekalipun kasus korupsi yang dilakukan Mensos sebelumnya membawa nama pribadi bukan partai, keberadaan Juliari Batubara sebagai politikus PDIP jelas mencoreng nama baik PDIP itu sendiri.

Makanya kita tak perlu heran jika Bu Risma akan giat bekerja dua kali lipat lebih gigih dari biasanya demi menunaikan tugasnya sebagai Mensos RI sekaligus mengembalikan nama baik PDIP yang sudah tercoreng gara-gara kelakuan tak terpuji Mensos sebelumnya yang juga sama-sama berasal dari PDIP.

Bagian menariknya adalah, saat Bu Risma langsung menggebrak dengan kinerja bagusnya, orang-orang yang tak becus kerja juga langsung kebakaran jenggot bereaksi.

Mulai dari nyinyir sampai memfitnah Bu Risma tega mereka lakukan demi menutupi rasa malu mereka yang panik sendiri melihat Bu Risma giat bekerja terjun langsung di lapangan sebagai Mensos RI yang peduli pada wong cilik.

Padahal Bu Risma juga tak punya niat lain selain kerja… kerja… kerja. Sama seperti Nikita Mirzani yang awalnya juga cuma ikut berkomentar doang menanggapi kepulangan Rizieq Shihab yang dianggapnya merugikan banyak orang.

Dari moment inilah perempuan-perempuan Indonesia yang pemberani ini justru dipakai menjadi alat untuk membongkar ketidakbenaran yang terjadi di negeri ini. FPI ambyar masuk tong sampah. Pemprov DKI pun kebakaran jenggot tak mampu menutupi rasa malunya.

Setelah beberapa waktu lalu ada banyak reaksi yang membully Bu Risma yang dituduh bersandiwara sehubungan dengan blusukan yang dilakukan Bu Risma untuk menolong tunawisma, hari ini giliran Gubernur DKI Anies Baswedan yang memakan umpan lambung Bu Risma.

Anies tak cukup pintar untuk belajar dari pengalaman Rizieq Shihab yang jadi hancur sendiri gara-gara reaksi over actingnya saat menanggapi Nikita Mirzani.

Adapun Anies menulis seperti ini di Instagram miliknya mengenai kunjungannya ke RS Fatmawati yang telah membangun fasilitas khusus untuk penanganan Covid. Anies menulis jika kunjungannya ke RS Fatmawati sudah ijin terlebih dulu pada Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin.

"Untuk menghormati adab dan etika, pagi ini berkabar terlebih dahulu kepada Menkes bahwa saya akan mengunjungi rumah sakit yang milik Kemenkes, bukan milik DKI," tulis Anies, Kamis, 7 Januari 2021.

Tak sulit bagi kita untuk menebak maksud Anies dengan tulisannya yang seperti ini. Sekalipun tak menyebutkan nama Bu Risma, terbaca ada rasa tak terima dari Anies selaku Gubernur DKI melihat Bu Risma blusukan “mempermalukan” Pemprov DKI.

Karena itulah Anies merasa perlu melakukan “pembalasan”. Umpan yang dilempar Bu Risma dimakan langsung oleh Anies seperti Rizieq langsung mencaplok umpan yang diberikan Nikita Mirzani.

Anies tak sadar tingkahnya yang seperti ini justru memperrmalukan dirinya sendiri. Simple saja.

Bagaimana bisa orang yang dipecat jadi menteri malah mengomentari bahkan nyindir-nyindir menteri yang sedang bekerja keras menunaikan tugas dan tanggung jawab yang sedang diembannya???

Ini namanya tak tahu diri. Dipecat jadi menteri itu membuktikan Anies memang tak tahu cara jadi mentri yang baik seperti apa. Orang tak tahu itu harusnya diam. Bukannya malah ribut berisik seperti Anies saat ini.

Biarkan Bu Risma bekerja. Toh Anies sendiri juga harus bekerja. Itupun kalau Anies memang bisa kerja. Jadi, urusi urusan masing-masing. Tak perlu ngerecokin apalagi nyindir-nyindir orang lain.

Dan jika kita bicara lebih spesifik tentang adab dan etika seperti yang ditulis oleh Anies, seharusnya Anies berkaca pada dirinya sendiri.

Mau dibolak balik intinya tetap sama. Bagaimana bisa orang yang tak paham adab dan etika malah ngajarin orang lain tentang adab dan etika??? Jika Anies memang punya adab dan etika, Anies takkan dipecat jadi menteri oleh Presiden Jokowi.

Untuk kita ketahui bersama, Anies ini dulunya adalah salah satu orang kesayangannya Jokowi. Ya, dulu Anies memang menempati posisi penting di Tim Jokowi-JK. Anies ditunjuk sebagai jubir tim sukses Jokowi-JK.

Dalam kapasitasnya sebagai tim sukses Jokowi-JK, kala itu Anies terus menyerukan gerakan anti kampanye hitam dan selalu menjawab kampanye hitam dengan tindakan nyata. Karena itulah Anies sering terlihat menemani Jokowi blusukan. Anies jadi orang yang selalu menempel ke manapun Jokowi pergi.

Anies selalu ada di setiap acara Jokowi termasuk mendampingi Jokowi saat mengambil nomor urut capres di KPU. Anies bahkan diajak duduk bersebelahan oleh Jokowi di atas pesawat Fokker 100 yang disewa Jokowi saat kampanye capres di Yogyakarta. Kunjungan Jokowi dan Anies di Kota Gudeg tersebut disambut oleh ribuan massa di sepanjang Jalan Malioboro sampai Keraton.

Jokowi dan Anies juga membuka lawatannya ke Jogja dengan mengunjungi Pasar Bringharjo yang terkenal dengan kerajinan batiknya.

"Rumah saya dulu hanya beberapa ratus meter dari sini letaknya," kata Anies saat itu.

Jokowi dan Anies juga bersilaturahmi dengan keluarga besar Sri Sultan Hamengkubuwono X di kediamannya di Kraton. Jokowi ditemani Anies melakukan kunjungan ke kediaman Sri Sultan dengan naik andong bersama. Jokowi juga mengajak Anies membuka kunjungan tersebut dengan salat berjamaah bersama.

Semesra inilah hubungan Jokowi Anies di masa lalu yang akhirnya mengantarkan Anies menduduki kursi Menteri Pendidikan dan Kebudayaan di Kabinet Kerja Jokowi-JK periode 2014-2019 yang akhirnya berujung pemecatan.

Jelas ada yang tak beres dalam diri Anies jika kedekatan yang sedemikian mesra dengan Jokowi jadi berujung pemecatan.

Sebagai penutup akhirnya saya bisa paham sepaham-pahamnya kenapa Jokowi memecat Anies. Sebab orang yang beradab dan beretika takkan pernah tega “membunuh” saudara sebangsanya sendiri dengan menyeret Tuhan, agama, ayat dan mayat untuk memenangkan pertarungan. Bukankah begitu Pak Anies Baswedan???

Sumber referensi:

https://www.kompas.tv/article/136149/kunjungi-rs-fatmawati-anies-baswedan-izin-menkes-sebagai-adab-dan-etika-netizen-bau-bau-sindiran?page=all

https://news.detik.com/berita/d-2597142/jokowi-selalu-ditempel-ketat-anies-baswedan

Anies Jangan Berisik! Jika Kau Paham Adab Dan Etika, Kau Takkan Dipecat Jadi Menteri

Sumber Utama : https://seword.com/politik/anies-jangan-berisik-jika-kau-paham-adab-dan-WNnmXhOstP

Buzzer Anies Tak Sengaja Lambungkan Nama Risma

Sejak Anies menang Pilkada pada 2017 lalu, rasanya belum pernah ada kejadian yang membuat Anies sepanik sekarang.

Meskipun Gubernur Jakarta itu pernah dipermalukan oleh Menteri PUPR terkait normalisasi sungai yang tidak dikerjakan oleh Anies, tapi kejadian itu tetap bisa dibolak-balikan. Gampang mendapat pembenaran bahwa sampai kapanpun, dan siapapun Gubernurnya, Jakarta akan tetap banjir.

Rakyat Jakarta dipaksa menerima kalimat sakti tersebut, tanpa boleh membandingkan dengan tahun-tahun sebelumnya.

Tapi kemarin, ketika Risma mendatangi kolong jembatan, bertemu dengan gelandangan, jelas membuat Anies dan timnya panik.

Jakarta yang selama ini tenang-tenang saja, nyaris tak ada berita negatif meskipun terlibat skandal lem aibon dan penjualan pohon kawasan Monas, kini kebakaran jenggot hanya gara-gara Risma turun blusukan.

Jakarta spontan terlihat kumuh tak terurus. Sementara Gubernurnya melakukan isolasi mandiri super spesial, lebih lama dari biasanya.

Sebenarnya apa yang dilakukan oleh Risma adalah hal biasa. Di Surabaya, saat masih menjadi Walikota, Risma kerap blusukan menemui para gelandangan dan menertibkannya. Memberikan tempat tinggal layak dan fasilitas lainnya. Biasa saja.

Tapi kenapa saat blusukan di Jakarta, malah dianggap pencitraan? Mengerjakan yang bukan urusannya? Bukankah Jakarta juga bagian dari Indonesia? Dan Risma punya hak untuk menertibkan gelandangan karena masih menjadi tanggung jawab Kementerian Sosial.

Apalagi melihat tim buzzer Anies membuat fitnah dan hoax terhadap gelandangan yang ditemui Risma. Dianggap settingan, acting. Diklaim sebagai penjual poster Bung Karno tapi pura-pura jadi gelandangan. Ini jelas bentuk kepanikan yang luar biasa.

Anies dan timnya seperti sedang coba menyembunyikan masalah yang ada di Jakarta, demi sebuah citra Jakarta yang maju, modern tidak ada masalah. Sehingga tak mau publik tau bahwa masih banyak gelandangan berkeliaran.

Makanya sampai membuat fitnah atau hoax seolah Risma melakukan settingan dan pencitraan, dengan tujuan politis menyerang kemuliaan Anies.

Bagi saya, masalah utama dari seorang kepala daerah adalah tidak sampainya informasi masalah yang ada di masyarakat. Tapi melihat respon tim buzzer Anies terkait blusukan Risma, saya baru tahu ternyata ada masalah yang lebih besar dari kurangnya informasi. Yakni, bekerja demi citra, menyembunyikan masalah agar tidak diketahui publik, sehingga bisa tampil dengan klaim-klaim fantastis.

Kalau saya jadi Anies, saya akan muncul dengan klaim baru yang lebih fantastis dari sebelumnya. Bahwa gara-gara isolasi mandiri, dan jarang melakukan blusukan secara senyap, maka ada lagi gelandangan dan masalah-masalah lain di Jakarta. Selanjutnya saya akan berjanji untuk kembali bekerja, dan siap bekerjasama dengan Mensos yang baru.

Bukankah itu keahlian Anies? Tata kata. Bukankah begitulah cara kerja Anies dalam menyelesaikan segala permasalahan? Klaim dan penjelasan.

Tapi mungkin karena sudah panik, jadi tak sempat berpikir tenang dan terukur. Sehingga buzzer harus dikerahkan full attack, sampai dibiarkan membuat fitnah dan hoax menyerang Risma, hanya demi sebuah citra; bahwa di Jakarta tidak ada masalah, tidak ada gelandangan.

Sekarang, setelah muncul klarifikasi dan penjelasan dari tukang penjual poster yang fotonya memang mirip, dan dikait-kaitkan dengan gelandangan yang ditemui Risma, Gubernur seiman seonta itu kini harus menerima konsekuensi. Bukan soal fitnah dan hoax yang dibuat oleh tim buzzer, tapi soal nama Risma yang secara tidak sadar dibesarkan dan dijadikan lawan politik.

Kita tahu, sebelumnya Anies selalu menempatkan urutan teratas bersama Prabowo, dalam hal calon Capres 2024. Sementara Risma jauh di belakang dan bahkan tak masuk hitungan.

Tapi gara-gara fitnah buzzer yang ingin membela Anies, kini publik otomatis diberi opsi atau pilihan lain. Publik diberi pilihan Risma. Dan namanya langsung dihadap-hadapkan dengan Anies Baswedan.

Begitulah seni berpolitik. Entah ini disengaja dan terpikirkan oleh tim komunikasi Risma, entah hanya kebetulan belaka, intinya serangan dan fitnah terhadap Risma semakin menguatkan namanya sebagai kandidat kuat Capres 2024.

Sementara Anies dan timnya perlu mengevaluasi dan memperbaiki cara-cara berkomunikasi timnya. Karena kalau begini terus, Anies akan semakin tenggelam, sementara Risma akan semakin terlihat begitu kuat dalam ke pemimpinannya.
Buzzer Anies Tak Sengaja Lambungkan Nama Risma

Perahu Risma Memecah Ariza dan Anies di Ombak yang Berbeda

Padahal Risma cuma berlalu saja sebenarnya, menjalani takdirnya sebagai Menteri Sosial RI, memperbaiki kehidupan sosial warga Indonesia di mana pun berada, baik ibu kota, mau pun pinggiran desa. Mau tengah Indonesia mau pun pesisir negara. Kalau pun pada tahap awal lebih banyak terlihat di ibu kota, tentu karena memang PMKS cukup besar di sini dan Risma juga berkantor di sini. Mengefektifkan waktu dari yang terdekat dahulu.

Dia tidak ingin menyenggol siapapun dalam langkahnya. Tidak juga menyakiti siapa pun dalam ucapannya. Jelas tujuan mata dan tangan Risma hanya membantu mereka yang pa-pa. Mengajak mereka merajut asa lagi, bahwa hidup bukan kesengsaraan semata. Ada bahagia di sana, yang memang butuh usaha untuk menggapainya.

Risma hadir menumbuhkan semangat, memastikan mereka punya gelagat untuk melangkah, memandang masa depan mereka secara bersama-sama, karena Risma tahu banyak jalan menuju ke sana.

Nyatanya, semua pa-pa menjadi gembira, mereka serasa punya nyawa lagi, punya tenaga lagi, dan punya masa depan lagi. Mereka sadar, bukan Risma Tuhannya, hanya saja Tuhan mengirim Risma membuka pikiran dan akal mereka, menjemput asa.

Itu saja sebenarnya inginnya Risma.

Kalau tiba-tiba ada yang merasa tersenggol, tersakiti dengan langkah Risma, terseok-seok seperti tertabrak truk, sempoyongan seperti orang mabuk, merasa bahwa borok mereka dibuka, memarahi adab dan logika Risma, dan menuduh Risma mengobrak-abrik propinsi mereka, tentu itu salah mereka sendiri. Derita mereka masing-masing.

Jelas itu bukan salah Risma. Itu hanya bentuk ke-baper-an mereka yang tersadar punya borok. Borok kumuh yang sekuat tenaga sudah dibenamkan di balik bagusnya selimut kilau kota. Borok ketimpangan yang setengah mati ditutupi dengan senyuman dan tata kata.

Bagusnya, kali ini ada dua suara riak di tampuk anjungan. Anies seolah merasa ada yang salah dengan langkah blusukan Risma. Dia menyindir Risma dengan nuansa izin dan adab yang dia sendiri meminta kepada Menteri Kesehatan saat akan meninjau perkembangan penanganan korona.

Riya? Ini sama saja dengan anak kecil yang cerita ke mamanya yang baru pulang kerja, " Ma, aku tadi siang sudah makan banyak. Pakai tangan kanan, lho, Ma"

Dia terlupa, dia wajar minta izin karena sarana kesehatan itu jelas wewenang Menteri Kesehatan. Seperti anak yang memang seharusnya makan menggunakan tangan kanan.

Dan yang dia juga lupa, dia bukan berwewenang kepada setiap nyawa pa-pa, dia hanya bertanggung jawab padanya. Jadi tidak perlu izin Menteri Sosial sama sekali, karena justru orang pa-pa dibawah wewenang Menteri Sosial dalam memanusiakannya. Terlebih Dinas Sosial daerah terbukti tidak mampu melakukannya.

Riak Anies senada dengan orang-orang di bawahnya yang ikut menggelora.

Sebagian bilang itu ratu drama, sebagian bilang pencitraan semata, dan sebagian bilang Risma ingin jadi Menteri Jakarta.

Bahkan, seorang Lulung pun berujar, dari pada Risma sibuk mencari-cari PMKS di Jakarta, jauh lebih baik kalau Risma mencari cara agar PKMS tidak lahir di Jakarta.

Hahaha. Mabuk tingkat dewa, panik tingkat dewi. Jelas PMKS sudah lahir, sudah ada di Jakarta, kok, jenis serangannya malah seperti itu? Malu kotamu banyak PMKS-nya?

Ya, sudah, kita iyakan sajalah. Biar mereka lebih bergelora.

Namun seorang Ariza berbeda suara. Baginya itu hal biasa. Hanyalah bentuk Risma menjalankan tugas semata. Dan yakin, Risma tidak hanya melabuh di Jakarta.

Perahunya pasti akan kemana-mana. Tidak hanya Jakarta, juga ke seluruh Indonesia. Ariza tahu itu.

Yang dia tidak sadar, atau sadar tapi tidak peduli, perahu Risma telah memisahkannya berada di ombak yang berbeda dengan gubernurnya.

Bagus dia kalau tidak sadar, karena berarti dia juga menjalankan perahu yang lurus seperti Risma. Menjalankan tugasnya sesuai hatinya dan arahan tugasnya.

Tapi, kalau pun dia sadar. Ya, tidak apa-apa juga, memang sudah saatnya dia mulai memikirkan langkahnya sendiri. Toh, langkahnya memang sepertinya berbeda dengan "Gubernur Indonesia". Maka kalau sekarang, mereka terbelah oleh ombak yang dibuat olah laju perahu Risma, ya, sudah. Itu sudah jalannya.

Dia juga perlu menjalankan takdirnya sendiri. Biarlah takdir untuk bersaing menjadi guberjur jakarta saja, agar bisa bersaing langsung dengan gubernur Indonesia, agar bisa sejalan kelak dengan Risma di kursi Presiden Indonesia.

Apakah aku berhalusinasi? Hahaha. Semua bisa saja terjadi. Mari kita lihat saja nanti.

Perahu Risma Memecah Ariza dan Anies di Ombak yang Berbeda

Sumber Utama : https://seword.com/puisi/perahu-risma-memecah-ariza-dan-anies-di-ombak-yang-Mx4mOHoJce

Gila, Hanya Gara-Gara Baliho Rizieq Dirusak, Sampai Nyawa Harus Melayang?

Mengerikan. Kejam. Barbar. Sadis. Tak punya otak.

Mantan Kepala Dinas Bina Marga Kabupaten Ciamis, Soekanda Mansoer, tewas dianiaya 7 orang pria.

Alasannya kenapa?

Karena korban dituduh merusak baliho bergambar Rizieq.

Warga Jalan Padasuka, kelurahan Lengkongsari, Kecamatan Tawang, Kota Tasikmalaya, tersebut, dianiaya karena dianggap merusak baliho bergambar Habib Rizieq, September 2020.

Kasat Reskrim Polresta Tasikmalaya Ajun Komisaris Yusuf Ruhiman mengatakan ketujuh tersangka telah ditangkap. Mereka menganiaya korban sampai meninggal.

Beritanya sampai di sini saja. Intinya ada yang merusak baliho Rizieq, kemudian 7 orang menganiaya orang ini sampai tewas.

Siapa mereka? Sudah pasti pemuja baliho atau pendukung Rizieq. Kalau bukan, ngapain ngamuk melihat baliho Rizieq dirusak? Tidak mungkin orang biasa bisa naik darah melihat baliho Rizieq dirusak. Tidak mungkin pula yang benci Rizieq. Hanya pemuja fanatik gila di luar akal sehat yang mau melakukan ini.

Nah, mari kita tanyakan kepada mereka yang selama ini sangat membela kelompok ini atau yang setidaknya protes terhadap pembubaran ormas intoleran. Apakah masih belum sadar kenapa mereka harus diberantas? Mau sampai seberapa rusuh dan timbul korban jiwa baru mau mengakui kalau kelompok ini adalah gerombolan yang sangat meresahkan?

Hebat ya mereka ini. Ini mah bukan suka main hakim sendiri, tapi suka main hakim rame-rame keroyok hingga menimbulkan korban jiwa. Hanya gara-gara baliho, mereka seperti kesetanan. Nyawa orang lain seolah tidak berharga. Membela junjungan mati-matian hingga otak tidak dipakai untuk berpikir dengan jernih.

Makanya sudah pas kalau pemerintah membubarkan kelompok ini. Bila perlu simpatisan dan pengikutnya yang bikin ulah, berantas sekalian tanpa ampun. Mereka ini ngaku beragama, bela agama, tapi kelakuan sebagian besar pengikutnya mirip preman yang tak punya nurani. Hanya karena baliho dirusak, mereka kalap hingga membuat nyawa melayang. Lucunya, saat mereka ditindak tegas, mereka nangis sambil teriak soal HAM dan penzaliman. Jijik banget deh.

Semua benar adanya bahwa selama ini mereka memang intoleran, radikal, mirip preman yang suka main hakim sendiri, sweeping atau bongkar warung, intimidasi, persekusi hingga menggunakan kekerasan.

Mana nih yang suka teriak HAM? Ada orang yang mati karena dianiaya mereka, apakah mereka kritis dan mengutuk? Mana nih Komnas HAM? Kenapa hanya fokus pada kasus penembakan terhadap enam laskar FPI? Ini ada warga yang menjadi korban penganiayaan hingga tewas gara-gara sekelompok pemuja baliho.

Oh iya, ada yang ketinggalan. Mana jubir FPI yang merangkap jubir rakyat, kenapa tidak komentar dan mengutuk? Apakah sibuk menyelamatkan muka yang berlumuran kotoran setelah akunnya ketahuan nge-like akun pemersatu rakyat?

Gara-gara merusak baliho aja sampai harus membunuh. Gimana orang mau percaya kalau mereka ini adalah kelompok toleran atau bagian dari ormas yang membawa kesejukan? Tidak berkuasa saja sudah meresahkan begini. Tak terbayangkan gimana jadinya kalau sampai kelompok ini membesar dan berkuasa di negeri ini. Ngeri membayangkan ini semua.

Mereka yang sebenarnya minoritas saja bisa membuat kekacauan dan kengerian seperti ini. Tak terbayang kalau mereka berkembang biak tak terkendali. Bisa hancur satu negara. Makanya sudah tepat kalau mereka ini diberantas dan dibubarkan. Bagi yang membela kelompok seperti ini, entah di mana nuraninya hingga bisa gelap mata dan hati seperti ini.

Di media lain yang saya baca, kabarnya korban sudah tua, berumur 65 tahun. Kalau ini benar, benar-benar biadab. Orang tua pun dihajar sampai segitunya. Apakah bagi mereka, baliho lebih berharga daripada nyawa seorang manusia? Apakah merusak baliho, harus dibalas dengan nyawa? Sekali lagi, siapa pun yang membela kelompok ini atau marah karena kelompok ini ditindak tegas/dibubarkan/dilarang, di mana otaknya?

Gak junjungannya, gak pengikutnya sama-sama hancur. Sungguh gila ada yang masih mau membela kelompok sampah macam ini. Menurut saya, hanya pengikut atau oknum yang mendapat untung dari pemanfaatan kelompok inilah yang merasa dirugikan akan pembubaran kelompok ini. Yang waras, pasti akan mendukung kelompok ini diberantas apa pun alasannya.

Semoga pelaku dihukum seberat-beratnya atas perbuatan biadab yang mereka lakukan. Ini benar-benar gila.

Bagaimana menurut Anda?

https://jabar.suara.com/read/2021/01/08/163356/eks-kadis-bina-marga-dibunuh-7-orang-diduga-rusak-baliho-habib-rizieq?page=all

Gila, Hanya Gara-Gara Baliho Rizieq Dirusak, Sampai Nyawa Harus Melayang?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/gila-hanya-gara-gara-baliho-rizieq-dirusak-PnZ36UasxU

Sebut Utang RI Tak Aman, SBY Takut Dirinya Disebut Donatur FPI?

Seperti biasa, tak ada angin, tak ada hujan, bapak mangkrak dan penghasil album Indonesia selalu nyinyir pemerintah. Saat semua negara mengalami pukulan akibat pandemi corona, yang dibutuhkan adalah stimulus untuk memacu roda ekonomi. Adanya beban utang baru untuk menggenjot infrastruktur dan proyek strategis di 2020 kemarin merupakan langkah yang tepat. Justru dengan menahan perputaran uang sama halnya akibat yang ditimbulkan dari lockdown, yakni macetnya ekonomi. Indonesia sudah berhasil membuktikan diri sebagai jawara dalam menumbuhka ekonomi, kenapa malah disuruh jalan di tempat oleh si beye?

Bukannya dengan adanya proyek-proyek tersebut juga akan menyerap tenaga kerja lokal? Bayangkan berapa banyak buruh, kuli bangunan, ahli arsitek dan perencanaan kota yang terlibat dalam proyek pembangunan. Perputaran uang akan tetap mengalir dari sektor ini yang juga berimbas meningkatnya belanja kebutuhan pokok. Harusnya SBY dalam menanggapi sesuatu melihat arah keseimbangan, bukan asumsi semata. Apakah kini ia merasa lebih henat ketimbang Menkeu Sri Mulyani? Tengoklah ke belakang betapa banyak warisan mangkrak yang ia bebankan ke Jokowi, dari pembangkit listrik hingga candi hambalang.

Sebelumnya seperti dilansir cnbcindonesia.com, Ketua Dewan Pembina Partai Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) menyoroti melonjaknya utang RI, yang saat ini difokuskan untuk menangani Covid-19 dan pemulihan ekonomi.

"Tantangan utama yang bakal dihadapi oleh pemerintah adalah bagaimana fiskal dan APBN kita bisa dikelola dengan baik. Juga bagaimana utang Indonesia dapat dikontrol secara ketat dan serius," ujar SBY dalam akun media sosial Facebook resmi miliknya yang dikutip CNBC Indonesia, Jumat (8/1/2021).

"Utang yang ada menurut saya sudah sangat tinggi dan karenanya tidak aman. Persoalannya bukan hanya meningkatnya rasio utang terhadap PDB Indonesia, tetapi yang berat adalah utang yang besar itu sangat membebani APBN kita. Membatasi ruang gerak ekonomi kita," kata SBY lanjutkan.

Untuk diketahui, data Kementerian Keuangan mencatat pada APBN 2020 pembiayaan yang berasal dari utang baru yang mencapai Rp 1.226,8 triliun. Utang tersebut naik lebih dari tiga kali lipat atau tumbuh 180,4% dari realisasi pembiayaan utang pada 2019 yang hanya mencapai Rp 437,5 triliun.

Penarikan utang baru itu juga jauh lebih besar dari target dalam APBN 2020 yang sebesar Rp 351,9 triliun. Namun masih dalam rentang yang diproyeksikan dalam Perpres 72 Tahun 2020 yang sebesar Rp 1.220,5 triliun.

"Betapa beratnya ekonomi kita jika misalnya 40% lebih belanja negara harus dikeluarkan untuk membayar cicilan dan bunga utang. [...] Jadi, jangan hanya berlindung pada persentase debt-to-GDP ratio yang dianggap masih aman dan diperbolehkan undang-undang. Bukan disitu persoalannya," ujar SBY.

"Kalau tahu penerimaan negara jauh berkurang, karena pemasukan dari pajak juga terjun bebas, ya kendalikan pembelanjaan negara. Pemerintah harus sangat disiplin dan harus berani menunda proyek dan pengadaan strategis yang masih bisa ditunda," tuturnya.

SBY juga menyinggung perekonomian Indonesia pada 1960. Kala itu ekonomi Indonesia dinilai sebagai titik terendah, karena pemerintah tidak pandai mengontrol pembelanjaan yang kelewat tinggi atau bisa diibaratkan 'besar pasak daripada tiang'.

"Pemimpin dan pemerintahan yang bijaksana tentu tidak akan mewariskan masalah dan beban yang sangat berlebihan kepada pemerintahan-pemerintahan berikutnya," ujarnya.

SBY lupa warisan utang Jokowi juga disertai pembangunan pesat yang mumpuni. Beda halnya dengan eranya, utang menumpuk, tapi proyek dan bangunan tak bisa difungsikan. Entah kenapa SBY tiba-tiba menyinggung utang Jokowi? Apa ada hubungannya dengan 59 rekening FPI yanh disikat negara? Apa ucapannya termasuk gertak sambal agar Mahfud MD dan PPATK tak mengungkap sumber aliran dana FPI? Biarlah waktu yang berbicara.

Yang pasti kita semua harus yakin penuh pada pemerintah saat ini. Saat nama Jokowi melambung di luar negeri dan dikagumi para pemimpin dunia, di negeri sendiri malah dicaci maki. Tak pernah sekalipun SBY menyanjung kinerja Jokowi yang jauh lebih baik ketimbang eranya. Tak pernah SBY memujinya yang mampu menekuk Freeport dan PT Vale sekaligus membuat Uni Eropa meradang dengan larangan ekspor nikel. Yang ada SBY selalu nyinyir dan nyinyir kalau melihat negara ini bertambah maju di tangan Jokowi. Atau jangan-jangan ia tak menginginkan negara ini tumbuh ke arah lebih baik? Kalau begitu lebih baik Demokrat ikut dibubarkan saja bersama FPI, ketimbang jadi benalu negara.

Begitulah kura-kura

Referensi:

https://www.cnbcindonesia.com/news/20210108114100-4-214451/sebut-tidak-aman-tiba-tiba-sby-bicara-utang-ri-di-era-jokowi

Sebut Utang RI Tak Aman, SBY Takut Dirinya Disebut Donatur FPI?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/sebut-utang-ri-tak-aman-sby-takut-dirinya-disebut-ty8p5SJT1y

Selamatkah Fadli Zon Dari tuntutan Rakyat Indonesia ? #TangkapFadliZon

Sekilas masalah Fadli Zon yang "me-like" situs porno, sepertinya bukan masalah besar. Hanya "me-like" kok, masalahnya dimana? Seorang laki-laki, bahkan perempuan, pasti suka hal-hal yang berbau porno. Karena sedianya hal porno itu ibarat oli dalam kehidupan, sama seperti ketika Fadli Zon mengatakan bahwa korupsi itu adalah olinya pembangunan. Sorry sorry to say yah... itu pemikiran tolol!

Kalau kita membandingkan kasus porno Gisel yang merekam aksi senggamanya lalu karena kelalaiannya video persenggamaan itu bocor ke ranah umum, jelas, apa yang dilakukan Fadli Zon tidak seberapa. Cuma nge-like kok, "klik", dalam waktu 0.05 detik saja selesai. Tapi kenapa publik begitu meributkannya? Bukankah Gisel dan Fadli Zon sama-sama sosok publik figure?

See? Sekilas orang, terutama yang nge-fans sama Fadli Zon, akan berkomentar seperti itu. Tapi sedianya ke-publik figur-an Fadli Zon dan Gisel itu jauh ibarat tanah dan langit. Gisel itu seorang 'celebrity', yang dasar katanya adalah 'celebrate', yang artinya "merayakan". Gisel juga disebut 'entertainer', yang dasar katanya adalah 'entertain' yang artinya "menghibur". Waktu video 19 detik dari Gisel viral di jagat maya, semua orang yang sempat melihatnya, pasti merasa terhibur. Bahkan tak sedikit orang yang belum sempat melihat video Gisel, merayu minta dikirimi atau minta ikut nengok. Cuma 19 detik kok.

Tapi Fadli Zon adalah seorang anggota DEWAN YANG TERHORMAT, D - E - W - A - N, yang oleh Kamus Besar Bahasa Indonesia dijelaskan sebagai seorang anggota MAJELIS yang pekerjaannya memberi nasihat, memutuskan suatu hal, dan sebagainya dengan jalan berunding. Dan sebagai seorang anggota DEWAN PERWAKILAN RAKYAT YANG TERHORMAT, Fadli Zon adalah sosok lembaga legislatif yang dipilih dan dipercaya oleh rakyat Indonesia yang memilihnya, untuk mengemban tugas membuat undang-undang, termasuk Undang-Undang UU ITE dan UU Pornografi. BAGAIMANA SEORANG PEMBUAT UU PORNOGRAFI MELANGGAR UU YANG DIA BUAT SENDIRI???

Jadi, jika kemudian kasus "nge-like" situs porno yang dilakukan oleh Fadli Zon mendapatkan sorotan publik begitu istimewa, dengan skala yang lebih besar ketibang kasus pornografi-nya Gisel, hal ini sangat amat wajar. Sikap rakyat lebih menyoroti kelakukan Fadli Zon, ini juga bisa diartikan bahwa rakyat sangat peduli dan sangat tidak setuju ada ANGGOTA DEWAN PERWAKILAN RAKYAT YANG TERHORMAT TIDAK MEMILIKI MORAL YANG BAIK. Terlebih yang bayar gaji Fadli Zon itu adalah rakyat, bukan Partai Gerindra.

Dulu Tifalul Sembiring juga pernah melakukan hal yang serupa dengan Fadli Zon. Dia bahkan menjabat sebagai Menkominfo tapi menfollow situs porno! Tapi tidak sampai seheboh kasus Fadli Zon sekarang!

Itulah! Dua kejadian sama mendapatkan perhatian yang berbeda. KIta juga pasti jadi bertanya kenapa? Sebenarnya jawabannya gampang saja, "Karena Fadli Zon mulutnya lebih nyinyir dari Tifalul Sembiring". Dari banyaknya reaksi masyarakat yang tidak mau menerima penjelasan atau klarifikasi dari kubu Fadli Zon terkait "ketidak sengajaan" dia me-like situs porno, kita sudah bisa melihat bahwa sebagai DEWAN WAKIL RAKYAT YANG TERHORMAT, sedianya Fadli Zon wajib memperlihatkan tauladan pada rakyat. Selama ini yang diperlihatkan oleh Fadli Zon pada rakyat hanya cara jitu menyinyiri pemerintahan.

Ingat kasus Ratna Sarumpaet? Partai Gerindra ramai-ramai melakukan konferensi pers. Cuma sekali sih konferensi persnya, tapi bacot Fadli Zon yang aktif di akun media sosialnya, memiliki dampak yang lebih massive daripada kejadian Konferensi pers itu sendiri. Sampai-sampai bacot Fadli Zon tentang kejadian oplas Ratna Sarumpaet yang diklaim sebagai korban penganiayaan, dikutip banyak media pemberitaan! Polda Metro Jaya saja sampai didemo dituntut untuk segera memburu dan menangkap pelaku penganiaya Ratna Sarumpaet. Fadli Zon juga dilaporkan dengan tuduhan penyebar hoax pertama tentang penganiayaan Ratna, tapi sampai hari ini laporannya tak terdengar lagi.

Fadli Zon adalah sosok yang memiliki potensi besar untuk menggiring opini rakyat dengan bacot nyinyir dia. Jadi sangat wajar jika sekarang, ketika rakyat menemukan kelakukan Fadli Zon di luar moral wajar seorang Anggota Dewan Wakil Rakyat yang terhormat, mereka menuntut pihak kepolisian untuk menangkap Fadli Zon.

In any case, Fadli Zon adalah sosok spesial yang tak bisa dibandingkan dengan Gisel atau Tifalul Sembiring sekalipun. Rakyat Indonesia sudah gerah dengan semua tingkah laku dia. Indonesia tanpa sosok publik figure seperti Fadli Zon akan jauh lebih tenang dan damai. Jadi satu hal yang wajar jika kemudian rakyat Indonesia menuntut pertanggungjawaban dari Fadli Zon atas moral yang dia perlihatkan sebagai anggota DEWAN Perwakilan rakyat yang terhormat, yang secara konsisten menyinyiri semua orang yang pro pemerintah. Apalagi Fadli Zon juga seorang yang mendukung FPI Terlarang, maka sempurnalah kegerahan rakyat Indonesia padanya.

Mari kita kawal proses hukum atas pelaporan Fadli Zon untuk kasus "pornografi". Jangan sampai laporan ini tenggelam seperti laporan kasus penyebar hoax penganiayaan Ratna Sarumpaet.

Selamatkah Fadli Zon Dari tuntutan Rakyat Indonesia ? #TangkapFadliZon

Sumber Utama : https://seword.com/umum/selamatkah-fadli-zon-dari-tuntutan-rakyat-SgohgCdK8J

Komnas HAM Masih Bela FPI & Pojokkan Polisi

Komnas HAM sudah mengeluarkan kesimpulan hasil investigasi kasus meninggalnya enam anggota FPI. Kesimpulan itu dibagi menjadi tiga bagian, yaitu Substansi Fakta Temuan secara singkat sebagai berikut, pokok peristiwa dan rekomendasi. Silakan baca selengkapnya di sini: Kesimpulan Lengkap dan Rekomendasi Komnas HAM soal Penembakan Laskar FPI.

Saya akan fokus membahas soal pokok peristiwa bagian ketiga di mana Komnas HAM menyatakan polisi melakukan pelanggaran HAM dengan alasan tidak masuk akal dan tanpa penjelasan masuk akal.

3. Bahwa terdapat 6 (enam) orang yang meninggal dunia dalam dua konteks peristiwa yang berbeda.

  • Insiden sepanjang Jalan Internasional Karawang Barat sampai diduga mencapai KM 49 Tol Cikampek yang menewaskan 2 (dua) orang Laskar FPI substansi konteksnya merupakan peristiwa saling serempet antar mobil dan saling serang antara petugas dan laskar FPI bahkan dengan menggunakan senjata api.

  • Sedangkan, terkait peristiwa Km 50 ke atas terhadap empat orang masih hidup dalam penguasaan petugas resmi negara, yang kemudian juga ditemukan tewas, maka peristiwa tersebut merupakan bentuk dari Peristiwa Pelanggaran HAM; Penembakan sekaligus terhadap empat orang dalam satu waktu tanpa ada upaya lain yang dilakukan untuk menghindari semakin banyaknya jatuh korban jiwa mengindikasikan adanya unlawful killing terhadap ke 4 anggota Laskar FPI.” (Sumber: Detik)

Saya di sini hanya untuk memberi pandangan saya sendiri atas sikap Komnas HAM. Jika tidak sepaham dengan saya, ya tidak apa-apa.

Komnas HAM mengakui FPI melakukan penyerangan terhadap kepolisian. Komnas HAM juga yang menyatakan bahwa FPI punya kesempatan untuk menghindar dari kejaran kepolisian, tetapi mereka malah menunggu sehingga akhirnya terjadilah saling serempet dan serang bahkan menggunakan senjata api. Kalau Komnas HAM berani mengakui, maka yang disalahkan harusnya FPI, bukan polisi.

Komnas HAM mengakui bahwa FPI melakukan penyerangan kepada kepolisian sampai menggunakan senjata api – sementara soal penyerangan menggunakan senjata tajam tidak disebutkan. Dalam artian ini sebenarnya, polisi dalam keadaan terdesak dan bahaya sebab berhadapan dengan FPI yang siap membunuh mereka dengan senjata api.

Perhatikan bahwa FPI sengaja menunggu mobil polisi dan melakukan penyerangan. Itu artinya orang-orang ini dapat dianggap membahayakan petugas sekalipun mereka sudah dilucuti senjatanya, apalagi ketika dibawa, polisi kekurangan jumlah. Bisa banyak kemungkinan terjadi di sana, dan salah satunya adalah FPI mencoba merebut senjata petugas.

Komnas HAM menyatakan polisi melakukan pelanggaran HAM karena diduga adanya peristiwa penembakan empat orang sekaligus dalam satu waktu tanpa adanya upaya lain. Komnas HAM menyimpulkan tindakan polisi itu sebagai ‘unlawful killing’. Saya memahami unlawful killing ini sebagai pembunuhan yang disengaja atau menyebabkan cedera serius di luar alasan hukum.

Jika memang polisi mau membunuh keempat orang tersebut, untuk apa mereka memasukkan ke dalam mobil sementara dua orang lain sudah meninggal di mobil FPI? Menembak mati keenam anggota FPI di dalam mobil FPI sendiri yang menyerang polisi sebenarnya akan dengan mudah meloloskan polisi dari tuduhan melakukan tindakan HAM. Hanya dibilang saja keenamnya menyerang polisi dengan senjata api dan tajam, maka polisi akan lepas.

Apakah Komnas HAM mengabaikan alasan tindakan tegas dan terukur dari kepolisian karena FPI mau merebut senjata mereka? Upaya lain apa lagi yang dapat dilakukan polisi ketika senjata mereka mau direbut FPI – yang memang sebelumnya sengaja menantang, mencelakai dan menembak petugas – dengan kondisi di dalam mobil? Apa yang akan terjadi jika polisi tidak melakukan tindakan tegas dan terukur? Jika Komnas HAM tidak menjawab pertanyaan-pertanyaan ini dengan bukti-bukti, maka sama saja Komnas HAM membela FPI dan memojokkan polisi.

Kalau ada seorang dibuntuti polisi – bukan dikejar loh – bukannya kabur malah menunggu – bisa dikategorikan menantang polisi, lalu melakukan tindakan menyerempet, menyeruduk dan sampai menembak dengan senjata api, apakah orang seperti itu – ketika tertangkap – masih dapat dianggap tidak membahayakan ketika berusaha merebut senjata polisi? Polisi bodoh dan penakut mungkin akan membiarkan dirinya dilucuti dan dibunuh.

Polisi ada gobloknya juga. Sudah tahu yang dibawa itu berbahaya, tapi tidak diborgol. Kalau memang tidak punya borgol, diikat saja tangannya pakai tali atau pakai baju FPI sendiri. Atau mungkin ini yang dimaksudkan Komnas HAM sebagai upaya lain? Kalau ini maksudnya, Komnas HAM harusnya bilang polisi melanggar HAM karena goblok, bukan karena sengaja mau membunuh!

Komnas HAM Masih Bela FPI & Pojokkan Polisi

Sumber Utama : https://seword.com/umum/komnas-ham-masih-bela-fpi-pojokkan-polisi-5T0j94w31U

Saat Menkes Skakmat Najwa Shihab yang Pertanyakan Backgroundnnya!

Merasa jadi primadona lantaran menang debat lawan kursi kosong dan dianggap menekuk Jokowi oleh kadrun, Nana kini mengarahkan bidikannya ke menkes baru. Tak berselang lama setelah pengangkatannya, Nana langsung memberondong Budi Sadiki dengan banyak pertanyaan menohok. Tapi, dia lupa lawannya bukanlah orang baru di pemerintahan. Budi sebelumnya adalah wakil BUMN yang dipegang Erick Thohir. Jawaban yang ia kemukakan telak membungkam Nana seribu bahasa.

Baru kali ini ada sosok pejabat yang sukses membuat Nana serasa dipermalukan. Pertanyaan soal background yang tidak sama dengan pekerjaan yang diamanahkan sangat naif ditanyakan. Pasalnya yang bersangkutan memiliki rekam jejak yang mumpuni dalam manajemen dsn kepimpinan. Pun Nana sendiri ternyata juga tidak in line. Jadi ibarat peribahasa mendulang air terpecik ke muka sendiri. Itulah yang dialami Najwa saat dirinya hendak membantai Budi Sadikin.

Seperti diberitakan suara.com, ada yang menarik dalam tayangan Mata Najwa saat mengundang Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin. Pria  yang akhirnya mengisi kursi kosong Menteri Kesehatan di acara yang dipandu Najwa Shihab itu punya jawaban menarik saat disinggung soal latar belakangnya yang bukan merupakan orang kesehatan.

Saat menjadi pembicara di acara Mata Najwa di Trans7 bertajuk 'Beres-Beres Kursi Menkes' yang tayang pada Rabu (6/1/2021) malam, Najwa Shihab menyampaikan pertanyaan dari publik mengenai latar belakang pendidikan Budi bukan dari dokter namun bisa menduduki jabatan Menkes.

"Pertanyaan dari Alliefridwan, bagaimana cara bapak menanggapi pandangan sinis yang dilontarkan publik karena tak memiliki background kedokteran maupun kesehatan masyarakat? Soalnya bapak kan lulusan fisika nuklir dan memimpin Kemenkes," tanya Najwa seperti dikutip Suara.com, Kamis (7/1/2021).

Mendapatkan jawaban seperti itu, Budi malah langsung balik bertanya kepada Najwa Shihab mengenai latar belakang pendidikannya.

"Mbak Nana lulusan Fikom UI tahun berapa?" tanya Budi.

"Saya Fakultas Hukum UI pak," jawab Najwa.

Budi terkejut saat mengetahui Najwa bukan seorang lulusan Fakultas Ilmu Komunikasi, namun ia bisa menjadi seorang pembawa acara yang hebat.

"Oh, lulusan Fakultas Hukum UI bisa jadi anchor yang hebat juga ya," ungkap Budi.

Najwa langsung teersenyum. Ia berbalik melontarkan pernyataan kepada Budi sebagai lulusan Fisika Nuklir Institur Teknologi Bandung (ITB) juga bisa menjadi Menkes yang hebat.

"Terima kasih, pak menteri. Jadi, artinya lulusan Fisika Nuklir ITB bisa jadi Menkes yang lebih hebat?" kata Najwa.

"Kesimpulan Mbak Nana lumayan bagus," jawab Budi.

Jawaban Budi tersebut langsung membuat Najwa Shihab tertawa keras. Najwa memuji kelihaian Budi dalam menjawab pertanyaannya.

"Hahaha itu cara jawabnya ya. Itu cara meninggikan diri tanpa terlihat sombong ya pak. Jadi Anda mau katakan, untuk yang meragukan Fisika Nuklir ITB memimpin mengenai Kemenkes itu pandangan kekhawatiran yang wajar atau seperti apa," tutur Najwa.

Budi menilai, pandangan publik yang khawatir dengan latar belakang pendidikan Budi tak sesuai dengan bidang kesehatan merupakan pandangan yang wajar.

Ia mengaku pernah mengalami hal serupa saat didapuk menjadi Direktur Utama Bank Mandiri. Seorang lulusan Fisika Nuklir ITB justru menjadi orang penting di bank plat merah.

"Saya rasa wajar. Waktu jadi Dirut Bank Mandiri juga banyak yang bertanya, kenapa lulusan ITB bisa jadi Dirut bank terbesar?" ungkap Budi.

Budi menjelaskan, meskipun latar belakangnya tidak sesuai dengan bidang yang ia pimpin, namun ia bekerja dalam sebuah sistem.

"Kita kerja enggak sendiri, tapi dengan sistem. Di Kemenkes ada banyak dokter, selama saya bisa merajut, memanfaatkan keahliannya, mengarahkan jalannya kemana InsyaAllah harusnya bisa. Yang melakukan pekerjaan mereka, bukan saya," papar Budi.

Pemaparan Budi Sadikin sangat telak membungkam Nana. Ternyata mereka sama-sama memiliki latar belakang berbeda yang kemudian sukses dnegan pekerjaan yang digeluti. Rasanya banyak juga ahli penelitian yang memiliki keahlian organisasi. Salah satunya bahkan mendapat Nobel Chemisty dan juga memimpin Royal Society di Inggris. Termasuk Prof Adi Utarini dari UGM yang sukses memimpin 100 tim peneliti selama 10 tahun. Background sains yang dimiliki diimbangi dengan keahlian berorganisasi dan memimpin.

Meski yang dialami Nana dan Menkes benar-benar jauh dari yang dipelajari semasa kuliah, selama saat bekerja mampu menekuni bidang baru yang digeluti, tak menutup kemungkinan untuk sukses. Nana yang dari hukum melenceng jadi presenter pasti tahu mengenai kasus meninggalnya 6 laskar FPI. Alih-alih bersikap netral dan profesional seperti latar belakangnya, dirinya malah sengaja membela FPI dan memojokkan aparat.

Kini dengan temuan Komnas HAM bahwa laskar FPI mrmsng membawa senpi dan ada baku tembak, sudah seharusnya ia meminta maaf ke publik dengan mengekspos berita menyesatkan. Harusnya Nana yang belajar dari menkes baru soal profesionalitas dalam bekerja. Meski background fisika nuklir, Budi menunjukkan kiprahnya yang bagus untuk negara. Berbeda jauh dengan Nana yang dibuang dari Metro TV karena tak bisa menjaga ucapan dan netralitasnya. Kini tak hanya berubah jadi kadrun, tapi memfasilitasi mereka yang benci ke pemerintah.

Begitulah kura-kura

Referensi:

https://sumsel.suara.com/read/2021/01/07/140839/ditanya-soal-bukan-dokter-jadi-menkes-budi-gunadi-skakmat-najwa-shihab?page=all

Saat Menkes Skakmat Najwa Shihab yang Pertanyakan Backgroundnnya!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/saat-menkes-skakmat-najwa-shihab-yang-pertanyakan-38DxjkY6zt

Re-post by Migo Berita / Sabtu/09012021/17.05Wita/Bjm 


 


 

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya