Saatnya UAH "Mengaum" ..!!!???

Penulis By on Selasa, 01 Juni 2021 | No comments


Migo Berita - Banjarmasin - Saatnya UAH "Mengaum" ..!!!??? Ada apa dengan UAH (Ustadz Adi Hidayat), sampai-sampai beliau berstatemen di channel youtubenya, ".... Jangan sampai membangunkan Singa yang berzikir... (diam menurut penulis MigoBerita) .... " . Baca berbagai artikel yang kami kumpulkan hingga tuntas, agar tidak gagal paham.

Untuk counter Video UAH ada di klik disini EKO KUNTADHI NGGA FITNAH, UAH JANGAN BAPER

UAH Ingatkan Jangan Ganggu Singa,
Guntur Romli: Karena Dia Khusyu Ngumpulin Bukti Transferan

Terkini.id, Jakarta – Pendakwah Ustadz Adi Hidayat (UAH) terus mendapat serangan dari buzzer terkait penggalangan dana donasi untuk Palestina.
Seperti diketahui, UAH banyak disoroti oleh buzzer seperti Mohamad Guntur Romli hingga Eko Kuntadhi lantaran baru menunjukkan dua bukti transfer untuk Palestina yang totalnya sebesar Rp25 miliar.
Sementara, total donasi yang sukses terkumpul adalah sebesar Rp30 miliar. Guntur Romli pun mendesak UAH dan timnya menunjukkan sisa bukti transfer yakni sebesar Rp5 miliar.
Terkait banyaknya tudingan penyalahgunaan donasi tersebut, UAS sendiri telah melaporkan ke kepolisian. UAS geram dengan banyaknya tudingan yang dia anggap fitnah.
“Jangan sekali-kali menebarkan kebencian, adu domba, fitnah, dan sebagainya, karena kami sedang melaksanakan amanat konstitusi.
Jangan pernah mengganggu singa yang sedang berzikir, karena saat ia mulai mengaum Anda tidak akan pernah bisa menghentikannya,” tegas dia dalam YouTube Adi Hidayat Official dikutip pada Minggu 30 Mei 2021.
Dia menyambut baik usulan segelintir pihak yang ingin mengaduit dana bantuan yang berhasil dikumpulkannya. Ia menegaskan dana yang telah terkumpul terbuka untuk publik. Apalagi, ini dipertanggungjawabkan kepada Allah Ta’ala di hari kiamat kelak.
“Pun demikian dengan teman-teman yang mengusulkan, kemarin ada usulan diaudit, untuk diteliti, Alhamdulillah, terima kasih banyak usulan itu kita akan laksanakan.
Bahkan kalau perlu Anda punya tim auditor yang ingin berkontribusi, ingin mengecek, sangat terbuka sehingga apa yang kita berikan diketahui, untuk persiapan kita melaju kepada hisab Allah di hari kiamat nanti,” ulasnya.
Adi Hidayat memastikan, tidak ada satu rupiah pun yang diambil dalam penggalangan dana untuk rakyat Palestina ini. Seluruh dana yang terkumpul sudah disalurkan. Ia pun mengingatkan pihak-pihak yang sengaja ingin mencari keributan dan menebar fitnah.
“Kita ingatkan hati-hati bagi yang sengaja cari keributan, ingin memecah belah, bahkan menghadirkan unsur-unsur fitnah, awas hati-hati ya kita akan melakukan tindakan tegas dengan menempuh langkah hukum,” tegasnya.
Dia berpandangan, penggalangan donasi untuk Palestina adalah bagian dari ibadah serta amanat konstitusi. Pasalnya, saat ini Palestina masih dijajah oleh zionis Israel. Karenanya, seluruh pihak khususnya rakyat Indonesia berkewajiban menolong mereka.
Sindiran Guntur Romli
Guntur Romli sendiri membantah bahwa dirinya memfitnah UAH. Guntuk menegaskan bahwa dirinya cuma meminta bukti transfer.
“Ngawur itu nuduh saya mau fitnah Adi Hidayat (UAH) & Tim, saya cuma minta bukti transfer, Rp25 Miliar sudah, yang Rp5 Miliar masih belum itu wahai akhi ukhti,” tulis Guntur Romli.
Soal pernyataan keras Adi Hidayat, Guntur mengaku tidak peduli.
“Auman singa gak akan punya pengaruh apa-apa, gak ada yang gentar, yg dibutuhkan: bukti transfer 5M,” tulisnya lagi.
“Jangan pernah ganggu singa berzikir, karena dia sedang khusyu’ ngumpulin bukti transferan,” sindirnya lagi lewat Twitter. 

guntur romli

Sumber Utama : https://makassar.terkini.id/uah-ingatkan-jangan-ganggu-singa-guntur-romli-karena-dia-khusyu-ngumpulin-bukti-transferan/

Didesak Tunjukkan Bukti Transfer ke Palestina, Jubir UAH Minta Guntur dan Eko Kuntadhi Datang Lihat Langsung

Terkini.id, Jakarta – Ustaz Adi Hidayat tengah mendapat serangan sejumlah buzzer lantaran penyaluran donasi Palestina dianggap tidak transparan.
Mohammad Guntur Romli, misalnya menyoroti wawancara salah satu stasiun televisi dengan tim UAH terkait donasi Palestina tersebut. Dalam wawancara itu, Guntur Romli menilai tim UAH tak mampu menunjukkan bukti transfer.
“Baru nonton dialog TVOne Habib Husin Shihab SH vs Fahd P. Ditanya bukti transfer Adi Hidayat (UAH) Fahd P gak bisa menunjukkan. Tamat soal transparansi & integritas!,” tulis Guntur Romli lewat postingannya di Facebook.

Menanggapi postingan itu, Fahd Pahdepie yang merupakan tim UAH, mempersilahkan netizen untuk menonton lagi wawancara itu.
“Videonya sudah tersedia di Youtube TVOne. Dalam wawancara itu saya mengatakan bahwa kami punya semua buktinya, siap diaudit kapan saja, hanya memang dalam wawancara itu saya tidak membawa print out bukti transfer bank-nya,” tulis Fahd.
Dalam postingannya, Fahd menunjukkan dua bukti transfer rekening bank untuk Palestina. Fahd mengungkapkan sengaja melampirkan dua saja bukti transfer, karena sisanya dia meminta Guntur Romli dan Eko Kuntadhi untuk datang langsung melihat.
“Terus, kalau ada, mana bukti transfernya? Bersama tulisan ini saya posting dua saja bukti transfer.
Ke INH sebesar Rp 10.272.905.500 dan ke MUI sebesar 14.300.000.000. Selain bukti transfer kami juga memiliki tanda terima dari masing-masing institusi.
Lho, kok hanya Rp25 miliar? Bukannya dana terkumpul 30 miliar? Ya, tepatnya, Rp 30.880.110.889,54. Semua tercatat dengan baik dan terperinci,” tulisnya.
Dia pun mengungkapkan sengaja melampirkan dua bukti transfer dulu.
“Dua dulu. Sisanya saya undang Mas Guntur Romli, Eko Kuntadhi dan semua yang mempermasalahkan secara terbuka untuk datang dan melihat sendiri.
Semoga ini menjadi alasan yang cukup untuk memenuhi permintaan pertemuan yang selalu tertunda itu. Kami juga sudah dan sedang diaudit lagi oleh auditor eksternal. Kalau belum cukup, mau bawa auditor sendiri, juga dipersilakan,” ungkapnya.
Kata dia, ada dana sekitar Rp 6,3 miliar yang diperuntukkan untuk pendidikan anak-anak Palestina dan beasiswa pelajar Palestina di perguruan-perguruan tinggi di Indonesia yang kami siapkan.
“Demi transparansi publik, dana itu dikerjasamakan dengan lembaga-lembaga terkemuka juga. Perlu dicatat, itu dari donasi tahap pertama. Dari donasi tahap kedua, kami sudah berkoordinasi dengan Lazis Muhammadiyah dan Baznas RI untuk menyalurkannya.
Artinya semua dana ini diserahkan untuk warga Palestina melalui lembaga-lembaga kredibel bahkan negara.
Namun, saya menyadari apapun penjelasannya, bagi mereka yang niatnya memang mencurigai bahkan memfitnah, akan terus punya alasan buat menyerang dan mempersoalkan. Silakan saja.
Kami sudah undang, sudah dipersilakan untuk ikut audit, dan lainnya. Kalau tetap tidak cukup, nanti bisa bertemu pada saat proses hukum. Biar lihat sendiri bukti-buktinya.
Ada yang menarik dari wawancara di TVOne kemarin. Pakar hukum pidana Chudry Sitompul mengatakan bahwa asas hukum justru mengatakan bahwa yang berkewajiban membuktikan adalah yang menuduh, bukan sebaliknya.
Siapa yang mendalilkan, harus membuktikan. Tapi kami, meskipun pihak yang dituduh, tetap siap membuktikan. Sekarang giliran yang menuduh, memfitnah, memframing dengan salah kaprah, silakan buktikan tuduhannya. Kami tunggu.
Saya sepakat dengan komentar Gus Nabil, ketua Umum Pimpinan Pusat Pagar Nusa NU sekaligus anggota DPR RI F-PDIP, saat berdialog bersama saya di iNews beliau menyampaikan,
‘Pihak-pihak yang menggalang dana dan siap diaudit seperti Ustadz Adi Hidayat ini perlu kita hormati, artinya terbuka dan tidak ada yang ditutup-tutupi.’
Demikianlah, mungkin ini belum selesai perjuangannya. Kami masih bergerak menyusun materi LP dan terus berkomunikasi dengan berbagai pihak.
Alhamdulillah dukungan publik terus mengalir, tokoh masyarakat memberi support, pejabat tinggi negara menghubungi dan menyetujui narasi utama bahwa pemerintah jangan terus dibenturkan dengan Islam. Hari ini bahkan kami akan bertemu pimpinan MPR dan pimpinan komisi III DPR, sementara komunikasi dengan pihak Polri terus terjalin dengan baik juga,” tulisnya lagi.

fahd pahdepie

Sumber Utama : https://makassar.terkini.id/didesak-tunjukkan-bukti-transfer-ke-palestina-jubir-uah-minta-guntur-dan-eko-kuntadhi-datang-lihat-langsung/

Sindir Ceramah UAS, Politikus PDIP: Somad Nanti Saya Kirimin Yasin

Terkini.id, Jakarta – Politikus PDIP, Dewi Tanjung membagikan sebuah video yang berisi sindiran terhadap ceramah pendakwah kondang Ustaz Abdul Somad (UAS) terkait Surat Yasin.
Video berisi sindiran terhadap ceramah UAS tersebut diunggah Dewi Tanjung lewat cuitannya di Twitter, seperti dilihat pada Selasa 1 Juni 2021.
Pada narasi unggahannya, kader PDIP yang akrab disapa Nyai ini mengatakan akan mengirimkan Surat Yasin kepada Ustaz Somad.
“Khusus untuk Abang Somad nanti Nyai kirimin Yasin Yaa,” cuit Dewi Tanjung.
Menurutnya, hal itu sesuai dengan yang diucapkan UAS dalam video yang ia bagikan tersebut.
“Sesuai yang Abang Ucapakan di video ini,” ujar Dewi Tanjung.
Dalam video yang diunggah politisi perempuan PDIP itu terdengar suara pria diduga UAS tengah menyampaikan ceramah bernada guyonan kepada jemaah.
“Istri, istri udah sampai mana baca Alquran? ‘Yasin Bang’. Kau kenapa tidak pindah-pindah? Dari awal kita nikah Yasin aja, kenapa? ‘Persiapan untuk abang’,” demikian terdengar suara dalam video unggahan Dewi Tanjung tersebut.

Sebelumnya, Dewi Tanjung juga melontarkan pernyataan keras kepada Ustaz Abdul Somad terkait ucapan pendakwah kondang tersebut yang menyebut haram hukumnya masuk ke rumah ibadah agama lain.
Dewi lewat cuitannya di Twitter meminta Ustaz Somad agar sebelum bicara dipikirkan terlebih dulu. Sebab, menurutnya, ucapan yang dilontarkan UAS terkait hukum haram masuk ke rumah ibadah agama lain tidak sesuai dengan perilaku penceramah itu.
“Somad. Somaadd kau Kalo Ngomong Di Pikir dulu Pake Otak Bukan Pake Gigi. Lain di Mulut dan lain yang terjadi,” tulis Dewi Tanjung.
Oleh karenanya, ia menilai UAS merupakan manusia munafik lantaran apa yang ia ucapkan tak sesuai dengan yang dia lakukan.
“Makanya jangan Jadi manusia Munafik kau Somad. Kau yang bilang Haram masuk rumah ibadah orang lain Tapi kau sendiri masuk,” tegasnya.
Lewat cuitannya itu, Dewi Tanjung juga membagikan potongan video ceramah UAS soal hukum dalam Islam terkait masuk ke rumah ibadah agama lain.
Menurut UAS dalam video itu, haram hukumnya bagi umat Islam masuk ke rumah ibadah penganut agama lain.
“Haram hukumnya masuk ke rumah ibadah orang lain,” ujar UAS dalam video yang dibagikan Dewi Tanjung tersebut.
Sementara pada cuplikan selanjutnya, tampak UAS menceritakan bahwa dirinya pernah memasuki sebuah kuil Hindu di Kota Medan.
“Kuil terbesar di Pulau Sumatera, kuil Hindu ada di Kota Medan, kuil itu bernama Kuil Sri Maryaman. Saya pernah datang ke sana, masuk ke dalam,” ujarnya.

UAS

Sumber Utama : https://makassar.terkini.id/sindir-ceramah-uas-politikus-pdip-somad-nanti-saya-kirimin-yasin/  

Tanggapi Bukti Transfer Donasi Palestina Pihak UAH, Eko Kuntadhi Soroti Tanggal Pengiriman

Terkini.id, Jakarta – Pegiat media sosial, Eko Kuntadhi menanggapi soal bukti transfer donasi Palestina yang diberikan pihak Ustaz Adi Hidayat (UAH).
Eko Kuntadhi menyoroti tanggal transfer donasi tersebut dan membandingkannya dengan tanggal cuitannya yang dianggap fitnah.
“Ohhh baru tanggal 28 Mei di transfernya. Sementara twit gue tanggal 25 Mei. Oalaa,” kata Eko Kuntadhi melalui akun Twitter-nya pada Selasa, 1 Juni 2021.
Sebelumnya, Fadh Pahdepie, Juru Bicara UAH dan Tim mengunggah dua bukti transfer donasi Palestina kepada dua lembaga.
Dalam bukti transfer pertama, terlihat bahwa Yayasan Mahad Islam Rafiah Akhyar mengirimkan uang sebesar Rp10.272.905.500,00  kepada International Networking for Humanitarian pada 24 Mei 2021.
Dalam bukti transfer kedua, yayasan yang sama mengirim uang senilai Rp14,3 miliar kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 28 Mei 2021.
Bukti transfer yang diunggah pihak UAH/ FB Fadh Pahdepie

Bukti transfer yang diunggah pihak UAH/ FB Fadh Pahdepie


Dalam ulasan di akun Facebook-nya itu, Fadh Pahdephie juga membeberkan bahwa jumlah donasi yang terkumpul adalah Rp30.880.110.889,54.
Ia mengaku sengaja hanya mengunggah dua bukti transfer yang totalnya Rp24 milliar lebih.
“Dua dulu. Sisanya saya undang Mas Guntur Romli, Eko Kuntadhi dan semua yang mempermasalahkan secara terbuka untuk datang dan melihat sendiri,” katanya pada Selasa, 1 Juni 2021.
Adapun masalah ini berawal dari cuitan Eko Kuntadhi pada 25 Mei 2021.
“Alhamdulillah. Terkumpul Rp60 M. Diserahkan Rp14 M,” kata Eko Kuntadhi.
Sebagai catatan, ia kemudian mengoreksi angka Rp60 miliar itu menjadi Rp30 miliar.
Ia membagikan cuitannya itu bersama dua tangkapan layar cuitan dan berita terkait donasi Palestina dan penyerahannya.
Tangkapan layar pertama menampilkan cuitan dari Mas Piyu bahwa UAH berhasil menggalang donasi sebesar Rp30 miliar dalam waktu 6 hari.
Tangkapan layar kedua menunjukkan artikel yang memberitakan bahwa UAH menyerahkan donasi sebesar Rp14.3 miliar ke Palestina.
Cuitan Eko Kuntadhi itu lantas dianggap sebagai fitnah sehingga ia disebut-sebut akan dilaporkan ke polisi.

Eko Kuntadhi UAH 

Cuitan Eko Kuntadhi dan bukti transfer dari pihak Ustaz Adi Hidayat/ Twitter @eko_kuntadhi dan FB Fadh Pahdepie

Sumber Utama : https://makassar.terkini.id/tanggapi-bukti-transfer-donasi-palestina-pihak-uah-eko-kuntadhi-soroti-tanggal-pengiriman/

Sindir Eko Kuntadhi, Mustofa Nahra Bagikan Surat At-Taubah Ayat 79

Terkini.id, Jakarta – Kepala Bagian Humas dan Informasi Publik Partai Ummat, Mustofa Nahrawardaya menyindir Eko Kuntadhi soal fenomena celaan terhadap orang beriman yang bersedekah.
Mustofa Nahra menyebut bahwa celaan terhadap orang yang bersedekah telah tertulis dalam kitab suci Alquran sejak dulu.
“Mas Eko Kuntadhi ternyata fenomena celaan terhadap orang beriman terkait sedekah, sudah tertulis di Kitab Suci Agama Saya, lebih dari 1400 tahun silam,” katanya melalui akun TofaTofa_id.
Mustofa Nahra membagikan pernyatannya itu bersama sebuah cuitan yang mengunggah Surat at-Taubah Ayat 79.
Dilansir dari TafsirWeb, berikut terjemahan dari ayat tersebut:
“(Orang-orang munafik itu) yaitu orang-orang yang mencela orang-orang mukmin yang memberi sedekah dengan sukarela dan (mencela) orang-orang yang tidak memperoleh (untuk disedekahkan) selain sekedar kesanggupannya, maka orang-orang munafik itu menghina mereka. Allah akan membalas penghinaan mereka itu, dan untuk mereka azab yang pedih.”
Eko Kuntadhi memang ramai dibicarakan belakangan ini karena dinilai memfitnah Ustaz Adi Hidayat (UAH) soal penyaluran donasi masyarakt Indonesia ke Palestina.
Masalah ini berawal dari cuitan Eko Kuntadhi pada Selasa, 25 Mei 2021.
“Alhamdulillah. Terkumpul Rp60 M. Diserahkan Rp14 M,” kata Eko Kuntadhi.
Sebagai catatan, ia kemudian mengoreksi angka Rp60 miliar itu menjadi Rp30 miliar.
Mas Piyu sebagai pihak yang dijadikan rujukan oleh Eko Kuntadhi soal terkumpulnya dana Rp30 milliar lalu membalas.
Mas Piyu menjelaskan bahwa ada tiga saluran donasi ke Palestina yang digalang oleh pihak UAH.
“(1) International Networking for Humanitarian (INH) – Rp 10,2 Miliar. (2) Dubes Palestina Rp 14,3 Miliar – via MUI. (3) Sisanya Rp 5 Miliar lebih : Untuk Pendidikan SDM Palestina bekerjasana dg kampus2 di Indonesia,” jelasnya pada Kamis, 27 Mei 2021.

Mustofa Nahra lantas membagikan cuitan dari Mas Piyu tersebut dan menyindir Eko Kuntadhi.
“Sumbu pendek. Rada repot,” katanya.

Eko Kuntadhi Mustofa Nahra 

Eko Kuntadhi dan Mustofa Nahrawardaya

Sumber Utama : https://makassar.terkini.id/sindir-eko-kuntadhi-mustofa-nahra-bagikan-surat-at-taubah-ayat-79/

Tanggapi Bukti Transfer Donasi Palestina Pihak UAH, Husin Shihab: Sisanya Ditransfer ke Mana?

Terkini.id, Jakarta – Pengacara, Husin Shihab mengomentari soal bukti transfer yang diberikan pihak Ustaz Adi Hidayat (UAH) terkait donasi masyarakat Indonesia ke Palestina.
Husin Shihab mengingatkan bahwa setiap penyaluran donasi harus tercatat walau hanya satu rupiah.
“Walau hanya 1 Rupiah harus tercatat. Kalau gak, itu gak amanah,” kata Husin Shihab melalui akun Twitter-nya pada Selasa, 1 Juni 2021.

Ketua Cyber Indonesia itu menekankan bahwa pihak UAH perlu terbuka soal penyaluran dana sebab dana itu berasal dari masyarakat Indonesia.
Ia juga mempertanyakan apakah lembaga yang mengumpulkan donasi itu sudah terdaftar di Kementerian Sosial (Kemensos).
“Karna UAH bilang ini dari seluruh rakyat Indonesia, kita perlu tau dana itu ke mana & apakah lembaganya sdh resmi terdaftar di Kemensos? Sesuai UU 9/61,” katanya.
Husin Shihab lantas mempertanyakan mengapa pihak UAH hanya mengunggah dua bukti transfer.
Pasalnya, dua bukti donasi yang diunggah oleh pihak UAH hanya senilai total Rp24 miliar lebih dari Rp30 miliar lebih donasi yang terkumpul.
“Kok cuma dua bukti transfer yang dipublish? Sisanya ditransfer ke mana emang?” kata Husin Alwi.
Sebelumnya, Juru Bicara UAH dan Tim, Fadh Pahdepie mengunggah dua bukti transfer donasi Palestina kepada dua lembaga.
Dalam bukti transfer pertama, terlihat bahwa Yayasan Mahad Islam Rafiah Akhyar mengirimkan uang sebesar Rp10.272.905.500,00  kepada International Networking for Humanitarian pada 24 Mei 2021.
Dalam bukti transfer kedua, yayasan yang sama mengirim uang senilai Rp14,3 miliar pada 28 Mei 2021.
Dalam ulasan di akun Facebook-nya itu, Fadh Pahdpie juga membeberkan bahwa jumlah donasi yang terkumpul adalah Rp30.880.110.889,54.
Ia mengaku sengaja hanya mengunggah dua bukti transfer yang belum memperlihatkan semua donasi yang terkumpul.
Adapun sisanya akan ia perlihatkan jika pihak yang mempermasalahkan penyaluran donasi tersebut datang langsung kepadanya.
“Dua dulu. Sisanya saya undang Mas Guntur Romli, Eko Kuntadhi dan semua yang mempermasalahkan secara terbuka untuk datang dan melihat sendiri,” katanya pada Selasa, 1 Juni 2021.

Ustaz Adi Hidayat 

Ustaz Adi Hidayat/ YouTube Adi Hidayat Official

Sumber Utama : https://makassar.terkini.id/tanggapi-bukti-transfer-donasi-palestina-pihak-uah-husin-shihab-sisanya-ditransfer-ke-mana/  

Munarman Lumpuh dan Disiksa di Rutan Polda Metro Jaya? Cek Faktanya

Munarman mantan Sekjen Front Pembela Islam (FPI) dikabarkan mengalami kelumpuhan dan tindakan penyiksaan di Rutan Polda Metro Jaya. Dengan sangat cepat menyebar awalnya di sosial media twitter kemudian menyebar ke sosial media yang lain.

Disebar luaskan dengan narasi yang sangat tidak masuk akal bahwa Munarman ini sampai tidak dapat berbicara dengan jelas akibat terus mendapat penyiksaan di dalam penjara, sejak dirinya ditangkap. Dari narasi yang dibuat jelas-jelas ini sebuah lawakan yang melenting garing.

Tapi entah mengapa, seperti biasa disambar dengan cepat oleh orang-orang yang sangat memuja organisasi FPI, yang sudah ditetapkan oleh pemerintah sebagai organisasi terlarang tersebut.

Berikut isi unggahannya:

BREAKING NEWS !!!

Bang Munarman terlupakan oleh kita, banyak kabar beredar jika beliau sekarang tidak bisa berjalan dan bisa jadi lumpuh permanen, juga susah untuk berbicara dgn jelas akibat terus2an mengalami penyiksaan sejak ditangkap 27 April 2021 lalu. Bahkan Munarman cuma diberi makan seminggu dua kali oleh polisi sehingga beliau sudah sangat teraniaya. Dan isu beredar jika itu desainernya Jokowi sendiri, REZIM LAKNATULLAH !!."

Dari kata-kata unggahannya saja sudah sangat dapat ditebak ini adalah ulah orang yang membenci pemerintah dalam hal ini presiden Jokowi. Sudah semestinya ada pihak-pihak yang melaporkan akun tersebut. Karena sudah dipastikan hoaks dan penuh kebohongan.

Atas informsi yang beredar tersebut oleh Karo Penmas Divisi Humas Polri membantah. Informasi Munarman mengalami kelumpuhan dan penyiksaan di Rutan Polda Metro Jaya dibantah oleh Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono.

Melansir dari merdeka.com, Karo Penmas Divisi Humas Polri Brigjen Rusdi Hartono mengatakan Munarman dalam keadaan sehat. "Munarman dalam kondisi sehat," tutur Rusdi saat dikonfirmasi, Senin (31/5).

Sebagai informasi Munarman saat ini sedang mendekam di Rutan Polda Metro Jaya lantaran telah ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan tindak pidana terorisme.

Sementara itu, Pengacara Munarman, Sugito Atmo Prawiro, menegaskan isu bahwa kliennya tak bisa berjalan dan lumpuh akibat penyiksaan usai ditangkap polisi terkait kasus terorisme merupakan kabar bohong alias hoaks.

"Setahu saya hoaks itu," katanya, dilansir dari CNNIndonesia. Sugito menjelaskan bahwa kondisi Munarman saat ini masih dalam keadaan sehat dan tak kekurangan satu apapun. Ia juga mengatakan tim kuasa hukum sudah bisa menjenguk Munarman usai ditangkap polisi.

"Kondisinya baik-baik saja, kemarin tim juga sudah menjenguk baik-baik saja. Enggak ada masalah. Enggak ada yang seperti dicantumkan dalam postingan Facebook tersebut," kata Sugito.

Jadi sudah dapat dipastikan bahwa berita tersebut super ngawur kabar kabur asal sembur. Nah, saya sebetulnya justru tertarik tentang sandal jepit yang ditanyakan Munarman, saat ditangkap dan digelandang densus 88 beberapa waktu yang lalu.

Bagaimana kira-kira, apakah Munarman sudah dipertemukan apa belum sama sandal jepitnya yang tercinta. Sandal jepit ini justru lebih menarik tinimbang kabar atau kondisi Munarman itu sendiri.

Kita menunggu kabar ditangkapnya akun penyebar kebohongan tersebut dan kiranya tak cukup dengan materei 10k saja. Sebab sudah menuduh kepala negara segala sebagai sang design.

Ditangkapnya Munarman menjadikan organisasi terlarang ini kian ompong melompong. Anak buah tercerai berai jantung dan kepalanya sudah diputus. Kendati Rizieq sudah keluar sekalipun dari penjara pada bulan Agustus 2021 nanti dan konon ada selentingan wacana hendak meninjau kembali terkait dibubarkannya organisasi (FPI) yang selama ini menghidupinya dan menjadikannya simbol perlawanan.

Nah, yang dikuatirkan jika yang bersangkutan membangun kembali dengan organisasi versi lain, yang kemudian dijadikan underdog oleh salah satu capres di 2024 nanti. Karena bagaimanapun para pemujanya yang terkenal militan cukup banyak dan tersebar.

Maka dari itu pengganti presiden Jokowi nanti, sudah seharusnya adalah presiden yang juga keras terhadap organisasi-organisasi masyarakat yang memakai agama sebagai kendaraan untuk mencapai tujuan, yang bertentangan dengan ideologi negara.

Kesimpulan

Kabar Munarman mengalami kelumpuhan dan penyiksaan di Rutan Polda Metro adalah hoaks. Mabes Polri memastikan saat ini Munarman dalam keadaan sehat.

Jangan mudah percaya dan cek setiap informasi yang kalian dapatkan. Pastikan itu berasal dari sumber terpercaya sehingga bisa dipertanggungjawabkan kebenarannya.

Demikian, salam

Munarman Lumpuh dan Disiksa di Rutan Polda Metro Jaya? Cek Faktanya

Sumber Utama : https://seword.com/umum/munarman-lumpuh-dan-disiksa-di-rutan-polda-metro-FTAaQbbPCP

Mencuri Kotak Amal Demi Makan, di Tengah Euforia Donasi Palestina

Membaca berita ada anak usia belasan tahun yang mencuri kotak amal masjid, untuk kebutuhan makan dirinya dan ayahnya, karena ayahnya tidak bisa bekerja, jujur saya merasa sedih sekali. Sedih karena sang anak itu harus diikat dan diarak keliling desa dengan tangan dan leher terikat.

Mungkin bagi sebagian orang, pencurian kotak amal adalah sesuatu yang menjengkelkan. Sehingga harus dan layak dihukum. Tapi tidakkah kita berpikir bahwa profil sang pencuri, yang ayahnya tidak bisa bekerja dan miskin itu, sebenarnya memang punya hak atas isi kotak amal di kampungnya? Bukankah dalam bahasa lain sebenarnya dia sedang mengambil haknya?

Ya okelah bagaimanapun itu tetap saja sebuah pencurian. Tetap salah. Tapi kenapa sampai harus diarak dan diikat? Tidak ada kah sedikit rasa kasihan kepada orang seperti anak itu yang kelaparan dan butuh makan?

Kejadian ini jelas menampar JK yang sebelumnya menyerukan setengah dari kotak amal di seluruh Indonesia agar disalurkan untuk Palestina. Juga menampar telak orang-orang yang selama ini getol menggelar aksi donasi untuk Palestina.

Entah bagaimana ceritanya kita jadi lebih peduli terhadap orang-orang di Palestina? Padahal kalau bicara soal agama, kita ini negara dengan penduduk muslim terbesar di dunia. Kenapa justru malah lebih memperhatikan Palestina? Sementara masalah di dalam negeri, urusan tetangga juga masih belum sepenuhnya selesai.

Puluhan miliar terkumpul untuk Palestina dalam hitungan hari. Para ustad dan selebritis merayakan dengan takbir, seolah itu adalah tiket bagi mereka untuk menuju surga karena telah membantu orang-orang Palestina. Tapi ternyata, tak jauh dari tempat kita, di Aceh sana, ada anak berusia belasan tahun yang ayahnya sakit-sakitan tidak bisa bekerja, harus mencuri uang 1.5 juta rupiah dari kotak amal demi bisa makan.

1.5 juta rupiah. Jelas angka yang tidak sebanding dengan puluhan miliar yang disalurkan untuk Palestina. Tapi nampaknya itu terasa sangat mahal karena tidak keren untuk dijadikan konten dan eksis di sosial media.

Kita sebagai ummat Muslim nampak lupa, atau mungkin tidak tahu, bahwa sedekah atau zakat yang paling utama adalah keluarga besar atau tetangga terdekat. Bukan orang-orang yang jauh dari tempat kita tinggal.

Entah kita sedang lupa atau memang tidak tahu, bahwa sedekah untuk membantu orang yang membutuhkan, sebenarnya dianjurkan tidak digembar-gemborkan di media. Sedekah sirriyah, untuk menutupi aib kemiskinan mereka yang kita berikan sumbangan.

Tapi sekali lagi, mungkin kalau membantu tetangga, apalagi diam-diam, kita jadi tidak punya bahasan dan konten untuk disebarkan di sosial media. Tidak mendapat pujian dan menimbulkan kebanggan.

Berbeda dengan membantu Palestina. Bisa foto dengan bendera warna-warni. Bisa bangga bisa merasa satu saudara dengan warga Palestina yang cantik-cantik dan ganteng-ganteng itu.

Berat memang gaya hidup di era di sosial media ini. Suatu ajaran agama harus selalu menyesuaikan dengan aturan viral-viralan. Karena nampak percuma dapat pahala kalau tidak mendapat pujian dari komentar follower.

Saya pribadi cenderung menolak kegiatan donasi atau sumbangan. Karena pengawasannya sangat berat dan sulit transparan, menimbulkan fitnah, pun penyalurannya cenderung bermasalah atau tidak tepat sasaran. Apalagi kalau melihat adanya pemotongan sampai 30 persen untuk operasional atau kebutuhan lembaga penyalur, itu jelas menyesakkan.

Aksi donasi yang kerap kita lihat hari ini cenderung tidak sesuai dengan ajaran agama Islam. Karena kita dipaksa untuk membantu orang yang jauh, tapi kepada yang dekat, kepada tetangga-tetangga kita, jadi terlupakan.

Bagi saya, kasus pencurian kotak amal di tengah euforia sumbangan puluhan miliar untuk Palestina, mestinya dipahami sebagai teguran dari Tuhan tentang sikap kita selama ini. Yang menyumbang demi pamrih, lalu melupakan kewajiban pada lingkungan hanya demi mendapat konten dan pujian di sosial media.

Sadari bahwa itu adalah sebuah kesalahan. Sadari bahwa ke depan kita harus lebih peka terhadap kondisi ekonomi masyarakat sekitar, sebelum menyumbang untuk orang-orang yang jauh dan tidak kita kenal.

Karena membantu keluarga, sepupu atau tetangga yang kesusahan, itu jauh lebih mulia dibanding membantu Palestina. Karena kalau kita ada masalah, butuh bantuan, yang membantu kita bukan orang Palestina. Tapi saudara, sepupu dan tetangga terdekat.

Mencuri Kotak Amal Demi Makan, di Tengah Euforia Donasi Palestina

Sumber Utama : https://seword.com/umum/mencuri-kotak-amal-demi-makan-di-tengah-euforia-5CYvpclsGI

Ramai-ramai Memupuk Kebencian Sejak Dini dari Isu Pertikaian Palestina vs Israel

Kata orang, tidak bisa menjadi Batman dan Joker sekaligus. Hal itu adalah perumpamaan bahwa kita harus memilih dengan tegas berada di sisi mana. Sisi pahlawan atau sisi penjahat yang memeranginya. Meskipun pada ceritanya, Joker awalnya adalah orang baik yang menjadi jahat karena tekanan keadaan yang membuat karakternya berubah.

Saya tiba-tiba ingat waktu masih SMP, saat itu seorang frater sebutan untuk orang yang sedang menempa pendidikan untuk menjadi Pastor Katolik mengatakan bahwa kebenaran dan kepahlawanan itu kerap sebatas sudut pandang. Semua punya versinya masing-masing. Semua punya landasannya masing-masing untuk melandasi kebenaran yang diyakininya. Ketika itu saya bingung maksudnya itu apa. Dan saya pahami setelah saya sudah beranjak dewasa serta menemukan contoh di sekitar kita yaitu Usman-Harun yang merupakan pahlawan nasional di negara kita, namun di Singapura dianggap sebagai teroris.

Rumitnya permasalahan orang dewasa, sulit sekali dicerna oleh anak-anak yang belum banyak wawasan dan pengetahuan. Ditambah emosi yang masih labil membuat anak-anak sulit mencerna hal-hal yang keterkaitannya dengan sebuah pemahaman secara luas.

Apa yang kita harapkan dari anak-anak PAUD mengibarkan bendera Palestina sambil didengarkan lagu dimana syairnya terdapat kata Jihad untuk Palestina-MU? Apakah dampak positif dari hal tersebut? Serta tujuannya? Dalam video yang viral tersebut, hanya terlihat bendera Palestina dan bendera ACT. Mengapa tidak ada bendera Indonesia? Maka kita akan kembali bertanya, untuk apakah hal itu?

Terlepas apapun penjelasan ACT, apakah anak-anak kita memang dipersiakan untuk Jihad demi negara lain? Menghormati simbol negara lain dan melupakan simbol negara sendiri?

Untuk orang dewasa pun ada yang menyikapinya dengan tidak bijak terkait konflik Palestina vs Israel. Apalagi anak Paud? Dan tidak lupa ada orang dewasa yang menganggap hal tersebut sebagai perang berdasarkan keyakinan. Dampaknya tentu saja memupuk kebencian terhadap kelompok keyakinan lain, bukan kebencian terhadap penjajahan seperti yang juga diyakini banyak orang.

Apa yang dilakukan dalam video tersebut justru akan mengikatkan sebuah ingatan yang dipahami secara dangkal oleh anak-anak tentang perlawanan terhadap suatu kaum atau kelompok keyakinan. Bukan perlawanan sebuah negara yang dijajah seperti yang digaungkan.

Karakter setiap manusia itu bukan pemberian Tuhan. Tidak ada orang sekedar berdoa mengharapkan menjadi orang baik, lalu berubah menjadi baik. Sama seperti orang berdoa minta rezeki, tidak akan mungkin Tuhan menjatuhkan uang dari langit. Doa adalah sebuah titik fokus akan sebuah harapan dan tujuan yang akan menjadi patokan hidup. Karakter manusia terbuat dari tempaan pengetahuan dari apa yang dilihat, didengar, dirasa, dan diajarkan baik secara langsung atau tidak langsung melalui lingkungan. Dalam video tersebut, ada potensi kebencian dan lebih cinta terhadap negara lain ketimbang Indonesia.

Ini bukan masalah kita mendiamkan peperangan dan penjajahan. Ini adalah masalah membentuk generasi kita menjadi generasi yang produktif, bukan generasi yang penuh benci sehingga melupakan bangsa dan berfokus pada hal-hal yang tak mungkin dijangkau kalau kita masih menjadi negara yang biasa-biasa saja atau bahkan terbelakang.

Jika kita ingin berjuang sesuai prinsip politik luar negeri kita, hanya mimpi jika fundamental negara kita sendiri tidak kuat. Kekuatan fundamental sebuah negara yang paling pokok adalah persatuan dan kemandirian. Tidak tergantung. Mana mungkin negara kita bisa bersatu kalau sejak dini dipupuk rasa benci dan melupakan bendera sebagai simbol negara? Bagaiaman negara kita bisa mandiri kalau generasi kita tidak ditempa menjadi pribadi yang produktif?

Peperangan besar cukup lama terjadi di Yaman. Korban jiwa justru lebih besar. Konflik di Afganistan pun masih memakan korban. Tetapi herannya orang-orang di negara kita tidak banyak bereaksi. Berbeda dengan Palestina. Ini pun suatu pertanyaan yang mendasar untuk nilai-nilai kemanusian kita yang katanya menginginkan kedamaian tercipta.

Fenomena di sekitar kita sudah banyak membuktikan bahwa generasi kita sudah mulai terkontaminasi penyakit benci Cuma karena meyakini hal yang berbeda. Kerap melupakan empati dan hak yang sama terhadap sesama manusia khususnya sebagai saudara sebangsa dan setanah air. Sudah banyak contohnya. Yang paling nyata tentu saja demokrasi yang dipenuhi sentiment SARA.

Ujaran kebencian pun tak jarang kita dengar. Bahkan tokoh-tokoh dengan pengikut yang lumayan banyak diberi panggung untuk menjelekkan sesama anak bangsa Cuma karena perbedaan yang menjadi hak setiap manusia yaitu agama. Belum lagi kasus intoleransi dan penolakan pendirian rumah ibadah minoritas di suatu tempat. Di barat yang minoritas non muslim, di Timur pun kebalikannya. Itu kenapa, rasa kebangsaan adalah pemersatu yang harus kita jaga demi kedamaian dalam negeri terlebih dahulu. Baru kita bisa berkontribusi dalam kedamaian dunia. Udah ah, itu aja…

Ramai-ramai Memupuk Kebencian Sejak Dini dari Isu Pertikaian Palestina vs Israel

Sumber Utama :https://seword.com/politik/ramai-ramai-memupuk-kebencian-sejak-dini-dari-isu-sQalEUN4N8

Sedap! Gus Yaqut Bakal Sertifikasi Penceramah Pakai TWK! Kadrun Panik!

Gus Yaqut ini adalah sosok yang fenomenal. Dia ini adalah menteri semua agama. Dia mau melakukan sertifikasi penceramah lewat tes wawasan kebangsaan. Pemberitaan yang dituliskan oleh Binti Mufarida dari Sindonews pada tanggal 1 Juni 2021 menuliskan hal tersebut. Jadi ini bukan hoax.

Yaqut Cholil Qoumas menegaskan dalam rangka moderasi atau bermoderator, dai dan penceramah harus disertifikasi wawasan kebangsaan. Dia mengatakan bahwa sertifikasi ini terkait dengan uji kompetensi penceramah. Kita tahu bahwa sekarang Indonesia disusupi paham radikalisme.

Paham yang mengajarkan bahwa cinta tanah air itu nggak ada dalilnya. Felix Siauw yang sempat bicara itu. Dedengkot ormas yang sudah dibubarkan karena anti Pancasila, yakni HTI, pernah mencuitkan bahwa bela negara ini tidak ada dalilnya.

Ini adalah sebuah statement yang sudah lama ada di negara ini. Mereka tinggal di negara ini, makan dari tanah air Indonesia. Hidup enak di sini, mendapatkan KTP di sini, tapi ternyata isinya kebencian dan mencoba untuk membuat Pancasila jadi semacam pemahaman kafir.

Keberadaan Gus Yaqut ini bagai embun segar di NKRI, sekaligus bagai angin gurun bagi para kadrun seperti Novel Baswedan yang gagal Tes Wawasan Kebangsaan dan juga temannya Felix Siauw yang pernah diundang berceramah di Balai Kota saat Anies memimpin.

Dari fakta ini, kita tahu bahwa radikalisme ini sudah berakar di Balai Kota dan KPK. Makanya nggak heran jika ada 75 kadal gurun yang gagal tes wawasan kebangsaan. Gus Yaqut mengatakan dalam melakukan moderasi beragama, ada bimbingan yang harus dilakukan.

“Salah satunya dengan melakukan bimbingan kepada para Dai dengan menggandeng peran Ormas Islam dan lembaga dakwah... Pelaksanaan bimbingan teknis kepada para Dai juga sejalan dengan upaya penguatan moderasi beragama yang dicanangkan dalam RPJMN 2020-2024... Para Dai yang sudah mengikuti Bimtek akan memperoleh sertifikat kompetensi yang diterbitkan oleh Kementerian Agama... Diharapkan para Dai yang sudah terbina akan bertambah wawasan serta kompetensi keilmuan nya dan memiliki integritas kebangsaan yang tinggi, untuk mensyiarkan dakwah langsung pada masyarakat tempatnya berdomisili melalui pendekatan kultur dan budaya setempat...” ungkap Yaqut dalam Rapat Kerja dengan DPR RI Komisi VIII.

Gus Yaqut ini adalah sosok yang benar-benar memahami betul keadaan bangsa ini yang sedang sakit dan dimabuk agama. Kalau dimabuk cinta membuat kita jadi waras, tapi kalau dimabuk agama, membuat kita jadi gila. Saya nggak bicara hanya dalam agama tertentu. Semua agama memang begitu.

Sebagai contoh saja agama Kristen. Saya sengaja ambil contoh Kristen karena saya agama Kristen. Di agama Kristen, ada saja pendeta-pendeta radikal nggak jelas yang dulu koar-koar dalam nama Tuhan Yesus minta badai pandemi diam dan tenanglah. Tapi ternyata makin mengganas.

Inilah akibat dari tidak pahamnya pendeta dengan ilmu pengetahuan dan integrasi dengan berbagai bidang. Diharapkan, dengan Tes Wawasan Kebangsaan, para pembicara baik dari berbagai agama, seperti agamanya Felix Siauw sampai agamanya Pendeta Tukang Usir Copet, bikin mereka nggak ada panggung.

Saya berharap apa yang dijadikan wacana oleh Gus Yaqut di dalam rapat Komisi VIII DPR RI ini bisa berjalan dengan baik. Jadi nggak ada tuh orang yang koar-koar untuk mengharamkan nyanyi Indonesia Raya. Nggak ada orang-orang yang berkoar di atas mimbar usir kopet tapi ternyata malah jadi klaster seminari.

Sehingga negara ini bisa hidup dengan baik. Menghadapkan agama dengan ilmu pengetahuan, adalah hal tertolol yang dilakukan. Ada lagi yang mengatakan TWK adalah cara untuk membungkam para koruptor terbaik. Sungguh dungu.

Ngomong-ngomong, mana suara ratusan pegawai KPK yang lolos tes minta pelantikan ditunda? Munafik juga kalian ya. Ternyata dilantik juga karena takut kena sanksi. Ya kenapa gak mundur kalau berani? Berani karena benar kan? Agamamu apa sih? Yang Kristen juga kalau gagal tes, ya terima aja. Artinya bodoh.

Maka tes wawasan kebangsaan, bisa dijadikan cara untuk menyaring para radikalis macam pengikut Felix Siauw dan pendukung Anies Baswedan lainnya. Penceramah di tempat ibadat, harus tersertifikasi. Kalau mau dikata, apa yang dilakukan Gus Yaqut, sesuai dengan aturan agama. Jelas!

Sedap! Gus Yaqut Bakal Sertifikasi Penceramah Pakai TWK! Kadrun Panik!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/sedap-gus-yaqut-bakal-sertifikasi-penceramah-YozBDzHC1n

Kontroversi Pengeras Suara Masjid Arab Saudi dan di Indonesia

Pengeras suara di Masjid ternyata masih saja jadi kontroversi. Ramadan kemarin artis Zaskia Mecca memprotes penggunaan pengeras suara untuk membangunkan sahur dengan cara teriak-teriak. Padahal sebagian orang justru merasa terbentu dengan teriakan membangunkan sahur tersebut. Bahkan sebagian warga menganggap bahwa membangunkan sahur dengan cara tersebut merupakan ciri khas di bulan Ramadan yang dirindukan ketika sudah tidak Ramadan lagi.

Masalah toa masjid ternyata masalah sensitif. Seperti yang terjadi di Tangerang. MR (43), seorang sopir di Kompleks Perumahan Illago, Gading Serpong, Kelapa Dua, Kabupaten Tangerang, memprotes suara Toa dari salah satu masjid di Desa Curug Sangereng. Dia meminta agar Toa masjid tersebut digeser.

MR mengaku protes tersebut adalah inisiatifnya tanpa ada permintaan dari majikannya. Dia pun meminta maaf atas kejadian tersebut. Karena protesnya tersebut menarik perhatian warga. Banyak masyarakat yang berkumpul datang dan tidak menerima protes dari MR tersebut.

Masalah pengeras suara di Masjid ini ternyata terjadi juga di negerinya Rasulullah SAW. Pemerintah Arab Saudi mengeluarkan peraturan yang memicu kontroversi. Peraturan tersebut terkait pembatasan penggunaan pengeras suara di masjid.

Peraturan Ini tertuang dalam surat edaran yang dirilis oleh Menteri Urusan Islam, Panggilan dan Bimbingan, Sheikh Dr Abullatif bin Abdulaziz Al-Sheikh, pada Minggu (23/5) waktu setempat.

Surat edaran ini dimaksudkan untuk membatasi penggunaan pengeras suara. Pemerintah Arab Saudi menyatakan pengeras suara diperbolehkan hanya untuk azan dan iqomah. Dalam surat edaran itu bahwa volume untuk pengeras suara eksternal masjid tidak boleh melebihi sepertiga volume maksimalnya.

Otoritas Arab Saudi menilai pengeras suara eksternal masjid dinilai mengganggu para pasien yang sakit, orang-orang lansia dan anak-anak yang tinggal di sekitar masjid. Disebutkan juga bahwa akan ada gangguan dalam bacaan dan ritual yang dilakukan oleh para imam masjid. Hal ini disebut bisa memicu kebingungan bagi jemaah di masjid dan bagi warga yang tinggal di sekitar masjid.

Soal mengganggu atau tidak tergantung perasaan masing-masing. Jika di tempat tersebut ada non muslim wajar kalau mereka merasa terganggu. Jangankan non muslim mereka yang muslim pun sering merasa terganggu dengan suara dari pengeras suara. Karena ya orang itu beda-beda sesuai dengan karakternya masing-masing. Seperti yang terjadi di Tangerang tadi. MR merasa terganggu dengan adzan subuh dari pengeras suara, dianggap mengganggu waktu istirahatnya.

Ada juga sebagian muslim mendengar adzan itu menyenangkan atau bahkan merindukan karena ingin sholat berjamaah tepat waktu. Tapi karena masyarakat beragam dan mempunyai perasaan yang berbeda-beda, penggunaan pengeras suara masjid harus bijaksana.

Penggunaan pengeras suara di masjid ini harus disesuaikan dengan kultur masyarakat setempat. Di tempat saya tidak ada yang merasa terganggu dengan penggunaan pengeras suara di masjid. Bahkan malah sebaliknya sebagian masyarakat merasa suara dari pengeras suara di mesjid kurang keras. Karena jika ada pengumuman penting tidak terlalu terdengar. Seperti pengumuman adanya yang meninggal, pengumuman kerja bakti dan sebagainya. Pengumuman orang meninggal harus jelas siapa yang meninggal dan rumahnya dimana. Jika pengeras suara pelan ya tidak terlalu terdengar. Sehingga malah jadi bahan perdebatan diantara masyarakat.

Untuk itu pengurus DKM Masjid di daerah saya mengganti pelantang dengan yang lebih bagus. Sehingga sekarang suara adzan, iqomah dan pengumuman lain terdengar lebih jelas. Masyarakat tidak ada yang protes bahkan merasa senang dan puas.

Kondisi ini tentu saja berbeda dengan daerah lain. Jika ada yang warga non muslim misalnya, apalagi jika warga non muslim tersebut sudah ada sebelum masjid dibangun. Tentu masyarakat yang akan membangun masjid harus lebih bijaksana.

Jika non muslim atau orang yang tidak suka dengan suara keras dari pengeras suara, pendatang baru, mereka datang setelah adanya masjid, maka mereka harus menyesuaikan diri dengan kondisi yang sudah ada.

Saling memahami dan saling menyesuaikan dengan kondisi yang ada dan kebiasaan yang telah terjadi harus dikedepankan demi perdamaian dan kebaikan masyarakat setempat. Apalagi sekarang musim media sosial. Kejadian sensitif pun bisa cepat menyebar dan menjadi bahan perdebatan.

Semoga saja masalah pengeras suara di Arab Saudi dan di Indonesia tidak menjadi sarana perpercahan. Tapi bisa menjadi sarana toleransi dan saling menghargai.

Sumber : https://news.detik.com/internasional/d-5590204/5-hal-dari-kontroversi-pembatasan-pengeras-suara-masjid-arab-saudi?single=1

https://news.detik.com/berita/d-5583696/pbnu-minta-kemenag-atur-toa-masjid-sesuai-kultur-masyarakat

Kontroversi Pengeras Suara Masjid Arab Saudi dan di Indonesia

Sumber Utama : https://seword.com/umum/kontroversi-pengeras-suara-masjid-arab-saudi-dan-TUOBV5AZNM

Eko Kunthadi VS UAH, Kadrun Tidak Paham Apa Itu "Burden Of Proof" (Beban Pembuktian)

Sebenarnya penulis malas membahas masalah ini, karena endingnya penulis sudah tahu kalau kasus ini akan menguap begitu saja. Seperti kasus sumbangan 6 laskar FPI yang dikumpulkan oleh politisi Demokrat Irfan Ghani.

Analisa penulis simpel saja, pertama penulis tidak melihat dari pihak donatur meminta transparansi. UAH sendiri tidak akan berani melaporkan Eko Kunthadi, karena jika sudah masuk pengadilan, maka rekening dan dana pribadi beliau akan diobok-obok. Eko Kunthadi juga tidak akan berani melaporkan alasan pencemaran nama baik, karena dasar cuitan dia berdasarkan berita dari media lokal, dia juga tidak punya akses ke data pribadi UAH yang berhubungan soal dana.

Kasus ini bisa selesai hanya jika ada niat dari pemerintah untuk megawasi aliran dana donasi oleh pihak independen seperti UAH dan UAS. Tapi mengingat kasus kotak amal yang diduga untuk terorisme saja sampai sekarang belum jelas siapa-siapa saja yang bermain, maka penulis kira mengharapkan hal ini hanya akan membuat kita menunggu dalam ketidakpastian.

Tapi penulis tertarik dengan pernyataan pakar yang diundang TV "memang beda", beliau mengatakan kalau beban pembuktian atau bahasa kerennya "Burden Of Proof" ada di pihak Eko Kunthadi. Jadi Eko yang harus membuktikan kalau terjadi penggelapan dana yang dilakukan oleh UAH. Alasan ini pula yang banyak digunakan kadrun pembela UAH di media sosial.

Mendengar alasan ini, penulis jadi tergelitik untuk ikut komentar terkait logika "Burden Of Proof" ini. Apakah benar Eko Kunthadi yang harus membuktikan? mari kita mulai pembahasannya!!

Berbicara logika dan kesalahan logika maka kita harus memahami dulu yang namanya "Kausalitas" yang merupakan prinsip sebab-akibat. Dimana akibat adalah konsekuensi dari kejadian yang pertama alias sebab. Jadi lagi-lagi semua harus kembali kepada memahami timeline atau urutan kejadian.

Contoh dalam perdebatan ada pihak A yang memaksa argumennya pasti benar karena dirinya adalah seorang pejabat. Lalu pihak B mulai mengorek-ngorek rekam jejak pihak A sebagai pejabat. Apakah lantas pihak B bisa dituduh Ad-Hominem atau menyerang pribadi? jelas tidak, karena yang membawa perdebatan ke ranah pribadi adalah pihak A.

Untuk kasus donasi UAS dan Eko Kunthadi, timeline pertama yang harus dipahami adalah sebagai berikut :

  • UAH mengumpulkan donasi dan menyebutkan bahwa dana yang terkumpul sebesar 30 Miliar
  • UAH lalu menyalurkan sebesar 14 Miliar melalui MUI
  • Eko Mencuit dan mempertanyakan kenapa yang disalurkan kurang dari setengahnya
  • Terbaru, bukti transfer ditunjukan oleh pihak UAH beberapa hari setelah Eko menulis cuitannya.

Secara logika, dari jumlah dana yang disalurkan saja sudah jelas terpaut jauh. Antara 14 Miliar dan 30 Miliar itu ada perbedaan jumlah yang sangat besar, jadi secara perhitungan dari data ini saja Eko sudah bisa mengklaim sudah melakukan pembuktian.

Jika hal ini saja tidak bisa dijawab pihak UAS, maka proses pembuktian sudah selesai sampai di sini. Jika hal ini sudah terjawab bahwa dana telah disumbangkan sepenuhnya (dipotong biaya administrasi dan lain-lain), baru kita masuk ke masalah selanjutnya yaitu soal transparansi dana.

Apakah dalam hal transparansi dana beban pembuktian ada di pihak Eko Kunthadi? jawabannya iya, jika UAH sudah menunjukan bukti transparansi, seperti hasil audit atau rekening koran/bukti transfer. Sedangkan UAH saja belum melakukan transparansi, bagaimana mungkin beban pembuktian langsung jatuh ke pundak Eko Kunthadi?

Ini ibarat ada pejabat yang belum menunjukan bukti transparansi pembayaran pajak, lalu menaruh beban pembuktian ke pihak yang mempertanyakan apakah pejabat tersebut taat pajak? belum menunjukan bukti pembayaran pajak saja adalah bukti itu sendiri bahwa orang tersebut tidak taat pajak.

Demikian halnya dengan UAH, tidak adanya transparansi aliran dana saja sudah menjadi bukti permulaan bahwa ada yang tidak beres dengan pengumpulan donasi tersebut. Lalu ketika UAH diminta menunjukan bukti transfer, kadrun meminta Eko Kunthadi membuktikan bahwa terjadi penggelapan dana?

Lah ini sih namanya goblok ga ketulungan. Yang pegang ATM siapa? yang pegang rekening siapa? yang harus melakukan transparansi siapa? kok Eko Kunthadi yang harus menunjukan buktinya? transparansi itu adalah tugas UAH untuk membuktikan, jika sudah membuktikan transparansi barulah beban pembuktian "Burden Of Proof" jatuh ke tangan Eko Kunthadi.

Jadi bisa disimpulkan bahwa banyak kadrun dan fans UAH yang tidak paham konsep logika, tapi sudah nekad langsung membahas "burden of proof". Memahami timeline suatu kejadian saja belum paham, sudah mau masuk ke pembahasan logical fallacy? Ini sih namanya tidak tahu diri.

Eko Kunthadi VS UAH, Kadrun Tidak Paham Apa Itu "Burden Of Proof" (Beban Pembuktian)

Sumber Utama : https://seword.com/umum/eko-kunthadi-vs-uah-kadrun-tidak-paham-apa-itu-lya7EdeRHG

Sumbangan untuk Palestina yang Penuh Lika-liku

Sore kemarin, Selasa 1 Juni 2021, di salah satu simpang jalan Tangerang, tampak sejumlah orang mengumpulkan donasi dari masyarakat pengguna jalan raya yang sedang terkena lampu merah.

Di zebra cross, mereka membentangkan spanduk bertuliskan bahwa saat ini Palestina mencekam diteror oleh Israel...dst. Intinya mereka sedang berusaha mengumpulkan dana untuk membantu orang-orang Palestina tersebut. Tak lupa mereka mengibarkan bendera Palestina, dan juga bendera hitam ala Hizbuth Tahrir.

Beberapa orang dari kelompok itu mengedarkan kardus-kardus bekas mi intan ke para pengendara yang sedang berhenti itu. Dari penampilan mereka yang rata-rata kucel dan dekil, ada kemungkinan mereka itu hanya ingin memanfaatkan situasi?

Lagi pula, situasi Palestina saat ini tentu sudah "normal" menyusul gencatan senjata sejak minggu lalu. Jadi tidak ada lagi alasan bagi siapa pun untuk menjadikan perang beberapa hari antara Hamas dan israel itu untuk mengumpulkan donasi lagi.

Apalagi sudah banyak donasi dan sumbangan yang terkumpul di seluruh dunia untuk rakyat Palestina di Gaza itu. Lalu untuk apa lagi sebenarnya orang-orang ini berpanas-panasan di jalan atas nama mengumpulkan donasi untuk warga Palestina?

Padahal sudah cukup banyak organisasi atau perkumpulan yang menggalang dana lewat selebaran di spanduk-spanduk. Dan para donatur yang tergerak hatinya, cukup mentransfer lewat bank tertentu yang nomor rekeningnya tercantum di spanduk.

Aksi-aksi penggalangan dana di jalanan semacam ini memang perlu dicermati, yang muncul seiring terjadinya musibah di suatu tempat atau negara. Ketika terjadi bencana alam di salah satu wilayah negeri beberapa waktu lalu, sudah biasa kita menyakskan sejumlah anak muda mengenakan jaket perguruan tinggi berseliweran di lampu-lampu merah mengedarkan kardus-kardus sumbangan untuk korban bencana alam.

Memalukan sebenarnya menyaksikan aktivitas seperti ini dilakukan oleh anak-anak muda yang membawa-bawa status sebagai mahasiswa. Mereka berlalu lalang di tengah ramainya lalu-lintas menyodor-nyodorkan kardus meminta sumbangan. Mereka berbaur dengan peminta-peminta dan pengamen yang menyebarkan amplop ke pengendara.

Banyak orang bertanya-tanya, apakah kawanan ini benar-benar mahasiswa? Dan kalau mereka benar-benar mahasiswa tak adakah cara yang lebih elegan dan intelektual menggalang dana, selain harus turun ke jalanan tiada ubahnya peminta-minta?

Dan kalau misalnya dana yang terkumpul itu apakah semuanya lantas disumbangkan ke pihak-pihak yang akan dibantu? Jangan-jangan nanti uang yang sudah terkumpul dipotong lagi di sana-sini untuk uang rokok, transportasi, konsumsi para aktivis?

Tentang pengumpul dana di Tangerang kemarin, jangan-jangan mereka terinspirasi oleh oknum ustadz yang sukses mengumpulkan donasi sebesar Rp 30 miliar untuk Palestina hanya dalam beberapa hari?

Mungkin mereka berpikir, apa salahnya mencoba mengumpulkan dana dari para pengguna jalan raya yang selalu ramai dari pagi hingga malam hari itu. Siapa tahu dapat miliaran rupiah dalam seminggu?

Tapi yang namanya duit, selalu mengandung banyak misteri dan lika-liku. Kita bicara soal uang sebesar Rp 30 miliar yang dimaksudkan Pak Ustadz sebagai donasi untuk Palestina. Tapi, kabarnya, yang disetor cuma setengahnya saja?

Isu ini pun diendus seorang pegiat media sosial, dan mempertanyakan tentang sisa yang jumlahnya masih sekitar Rp 15 M lagi itu. Besar itu. Ndilalah... ustadz kita marah dan mengancam supaya tidak memancing-mancing singa yang sedang ... tidur(?) Ngeri! Singa, hanya tidur saja, sudah bikin kita ngeri, apalagi sampai beliau terbangun dan mengaum. Habis dah kita.

Entahlah. Setelah acara ngamuk dan ngancam itu, kita dapat berita lagi bahwa ternyata ada transfer susulan dari dana donasi tadi. Namun pihak-pihak yang jeli memperkirakan masih ada sisa Rp 5 miliar lagi. Kalau betul masih ada sisa, Rp 5 miliar pula, kita perlu bertanya: mengapa tidak semua ditransfer?

Sebab kalau memang niat mau membantu orang lain lewat aksi penggalangan dana, seluruh uang yang terkumpul harus dihibahkan tuntas, tanpa sisa. Bahkan koordinator atau siapa saja yang pertama mengusulkan, wajib hukumnya untuk menjadi pihak yang pertama memberikan uangnya.

Ini logika sederhana, dan merupakan kelaziman dalam masyarakat yang bermartabat. Praktik semacam inilah yang berlaku di mana-mana. Contoh, di perkumpulan kami warga di satu komplek. Jika ada anggota yang kemalangan atau tertimpa musibah, ketua atau bendahara segera menghimbau lewat WA agar setiap anggota memberikan dana partisipasi secara sukarela.

Pada list yang dikirimkan di grup WA tersebut, si pengusul langsung mencantumkan namanya sendiri di awal, serta besaran donasi yang dia berikan. Anggota lain silakan lanjutkan mengisi dan mencantumkan jumlah uang yang disumbangkan. Seperti itulah yang lazim dan ikhlas, pun berakhlak. Tak perlu bawa-bawa singa!

Tapi kalau ada oknum yang justru ingin memanfaatkan dan memotong sumbangan massal itu untuk dirinya sendiri, apalagi sampai miliaran rupiah, itu namanya broker. Kalau sudah begini, niat untuk membantu itu sudah sumir. Itu namanya menyelam sambil minum air (dalam arti buruk), mengail di air keruh, atau menggunting dalam lipatan.

Kembali ke soal sekumpulan orang yang kemarin mengumpulkan dana untuk Palestina di simpang jalan itu. Ke manakah nanti uang itu akan mereka gunakan? Apakah murni akan disampaikan ke Palestina?

Apalagi dalam aksinya itu mereka membawa-bawa bendera item eks HTI, sudah jelas mereka berafiliasi ke mana. Banyak dugaan jika sumbangan-sumbangan yang diatasnamakan masyarakat Palestina, bukannya jatuh ke warga, namun ke kelompok bersenjata di Gaza itu.

Maka masyarakat kita pun jangan mudah memberikan uangnya setiap tiba "musim" Palestina di negeri ini.

Sumbangan untuk Palestina yang Penuh Lika-liku

Sumber Utama : https://seword.com/umum/sumbangan-untuk-palestina-yang-penuh-lika-liku-BT50eNAC4w

Pak Ustad, Mening Mikir Lagi Deh Buat Laporin Eko Kuntadi....

Uang.

Adalah sesuatu yang paling sangat amat berbahaya sekali di seluruh dunia dan akherat. Jangan dipikir, kalau orang sudah mati, lalu urusan uang ini tak terbawa ke akherat. Di dalam Islam disebutkan, hal yang paling memberatkan orang yang meninggal adalah hutang. Dan hutang itu dikototasikan pada uang. Kalau hutang janji, saya tidak paham hukumnya. Tapi kalau janji itu diberikan dalam bentuk uang, mungkin itupun bisa dikatagorikan hutang, asli saya tidak tahu, masih harus cari tahu dulu. Tapi kalau janji perbuatan, ya gimana... orangnya sudah meninggal, apa yang bisa dilakukan?

Atas kejadian murkanya Ustad Adi Hidayat, karena dia merasa namanya dicemarkan oleh Eko Kuntadi terkait masalah pengumpulan uang sumbangan dari masyarakat umum untuk membantu korban perang di Palestina, sikap murka sang ustad ini, malah menimbulkan kecurigaan banyak pihak. Mengapa dia harus murka sampai mengancam akan melaporkan Eko Kuntadi ke Polisi? Apa yang dijadikan alasan pelaporan? Cuitan Eko Kuntadi yang mengomentari 2 berita media mainstream? Apa salahnya orang ikut bersyukur atau berucap "Alhamdulillah" atas terkumpulnya sumbangan dari masyarakat umum yang begitu buanyak sekali?

Media Republika.com, pada tanggal 24 Mei 2021, melansir berita dengan judul "Enam Hari, UAH Himpun Rp 30 Miliar untuk Palestina" klik di sini untuk baca beritanya. Paragraf pertamanya menuliskan :

"Ustaz Adi Hidayat (UAH) mengajak masyarakat untuk berdonasi melalui Ma'had Islam Rafiatul Akhyar (MIRA) untuk membantu bangsa Palestina. Sekitar enam hari, MIRA dapat menghimpun Rp 30 miliar donasi dari rakyat Indonesia untuk Palestina".

"Di samping itu, kami mengimbau untuk mengumpulkan donasi ditampung oleh MIRA. Kami mulai sejak 16 Mei 2021 dan kami tutup pada Sabtu, 22 Mei 2021, kurang lebih berlangsung selama enam hari," kata Ustaz Adi saat konferensi pers penyerahan donasi secara simbolis dari Ustaz Adi Hidayat kepada Majelis Ulama Indonesia (MUI) untuk pembangunan Rumah Sakit Indonesia di Hebron, Palestina, Senin (24/5). Ustaz Adi menginformasikan, dalam jangka waktu tersebut telah terkumpul Rp 30.880.110.889,54 (Rp 30 miliar). Penggalangan dana pun disetop untuk direkapitulasi agar bisa diaudit dan disampaikan kepada publik.

Nah, caption di atas kedua potongan berita itu, Eko Kuntadi menulis "Alhamdulillah. Terkumpul Rp 60 M, Diserahkan Rp 14.3 M. Sorry Rp 30 M". Pencemaran nama baiknya dimana, Pak Ustad? Pak Ustad mau menjerat Eko Kuntadi dengan UU apa? UU ITE atau KUHP atas pencemaran nama baik?

Tak hanya bahwa kalimat pada caption yang ditulis Eko Kuntadi TIDAK MENGANDUNG UNSUR PENCEMARAN NAMA BAIK, dikatakan laporan itu dipaksakan PUN tetap saja Eko Kuntadi punya senjata lebih besar dan lebih ampuh dibanding pasal-pasal yang dipersangkakan.

Alih-alih para pendukung Ustad Adi Hidayat menuduh Eko Kuntadi akan ngeles dengan materei 1000, yang ada, Ustad Adi yang harus minta maaf pada Eko Kuntadi karena telah mencemarkan nama baiknya dengan tuduhan telah melakukan fitnah.

Mengapa demikian? Karena Negara telah menyediakan mekanisme pengawasan publik atas kepentingan umum guna menjaga keamanan dan keselamatan harta dari rakyat Indonesia. Dan itu tertuang pada Pasal 310 ayat (3) Kitab Undang-Undang Hukum Pidana. Yang bunyinya kurang lebih seperti ini, bahwa bukan menjadi sebuah tindak pidana pencemaran nama, jika suatu pemberitaan yang dilakukan secara tertulis, dapat dijelaskan dan/atau dibuktikan". Mengapa saya bisa hapal? Karena 3 tulisan saya di Seword tentang kejahatan sebuah yayasan asing, digugat rekonvensi oleh si yayasan. Dan saya senaaaaaang sekali, karena dengan berpegang pada Pasal 310 ayat (3), saya mendapatkan panggung untuk menjelaskan dan membuktikan seluruh hal yang saya tuliskan di 3 artikel saya di Seword.

Saya tidak semena-mena menulis tentang kejahatan yayasan itu tanpa pemikiran jangka panjang. Ada 1001 saran, pendapat dan pandangan hukum berdiri di belakang saya. Dan saya, yang bukan seorang pengacara, yang hanya seorang ibu rumahtangga, yang kebetulan menjadi pemerhati pendidikan nasional Indonesia, berusaha menginterprestasikan apa yang mereka tuturkan di tengah persidangan. Sayangnya, putusan hakim meng-N.O.-kan gugatan saya....

Anyway...

Berkaca pada apa yang saya alami, saya pun berkeyakinan, jika Ustad Adi Hidayat meneruskan ancamannya melaporkan Eko Kuntadi, yang ada, sidang di pengadilan malah menjadi panggung terbuka untuk Eko Kuntadi. Setelah itu, Eko bisa duduk manis di kursi penonton saat giliran kubu sang ustad harus pula membuktikan namanya telah dicemarkan. Caranya bagaimana? Ya keluarkan saja bukti-bukti seluruh uang masyarakat yang sudah dia terima dan bukti-bukti penyalurannya. Apalagi pada media UAH menyebutkan pengumpulan sumbangan masyarakat dan rakyat Indonesia ini akan di audit. Dan ketika UAH mengatakan "sumbangan (uang) masyarakat dan rakyat Indonesia", ini jelas sudah masuk ke dalam ranah KEPENTINGAN UMUM. Maka Pasal 310 ayat (3) bisa berbicara.

Pada cuitan Eko Kuntadi, diposting juga potongan berita yang dilansir oleh media CNN Indonesia, yang dilansir pada tanggal yang sama, 24 Mei 2021. Anehnya berita CNN ini, tidak bisa ditemukan di mesin pencari google. Yang ada malah potongan twitter dari https://tweet-per-sec.com/?q=Adi+Hidayat&lang=id, yang kalau diklik pun tak ada isinya....

Saya sih salut yah, Eko Kuntadi gercep juga menscreen shot lansiran CNN yang memberitakan bahwa UAH menyerahkn uang sebesar Rp 14.3 miliar untuk Palestina ke MUI. Pada potongan tweet-per-sec.com dinyatakan bahwa sejumlah uang sebesar Rp 24.5 miliar telah disalurkan pada hari Senin, 24 Mei 2021. Artinya, tetap tidak Rp 30.880.110.889,54 (ditulis Rp 30 miliar? Rp 880 juta itu buanyak loooh, kok dibulatkan ke bawah, tidak dibulatkan ke atas?).

Tak hanya kecepatan Eko Kuntadi menscreen shot potongan berita CNN yang sekarang sudah raib, Eko juga bahkan berhasil memiliki bukti sejumlah uang Rp 24.5 miliar telah disalurkan, dengan cara 2 kali pengiriman. Yang pertama via Bank Syariah Mandiri, pada tanggal 24 Mei 2021, sebesar Rp 10.272.905.500 (ini angka kok jelek banget yah, kenapa ngga dikirim Rp 10 miliar aja sih, atau Rp 10.500.000.000?), yang penyalurannya diberikan kepada Internasional Networking for Humanitarian dan yang kedua via Bank Syariah Indonesia, pada tanggal 28 Mei 2021, sebesar Rp 14.300.000.000 (nah ini angkanya enak dibaca dan ditulisnya), yang penyalurannya diberikan kepada MUI. jadi total yang sudah disalurkan adalh sebesar Rp 24.572.905.500 dari seluruh jumlah sebesar Rp 30.880.110.889,54, yang didapat dari masyarakat umum. Uuummm... masih ada yang ilang nih.... sebesar Rp 6.307.205.389,54 atau 20.4%... apa buat zakat mal? Atau amil zakat barangkali? atau pajak? Masa sumbangan dipajakin?

Jadi saran saya itu serius banget Pak Ustad, mening ga usah ngomong macam-macam deh. Biar selamat dunia akherat....

Pak Ustad, Mening Mikir Lagi Deh Buat Laporin Eko Kuntadi....

Sumber Utama : https://seword.com/politik/pak-ustad-mening-mikir-lagi-deh-buat-laporin-eko-nJrJIvHX5m

Re-post by MigoBerita / Rabu/02062021/12.36Wita/Bjm

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya