» » » » Siapa sebenarnya The King of Lips service, BEM or Mr.President ?!?

Siapa sebenarnya The King of Lips service, BEM or Mr.President ?!?

Penulis By on Senin, 28 Juni 2021 | No comments

Dibela PKS, Fadli Zon, Febri Diansyah, Fix BEM UI Bermasalah! 

Migo Berita - Banjarmasin - Siapa sebenarnya The King of Lips service, BEM or Mr.President ?!? Biar tidak salah memahami silahkan baca hingga tuntas kumpulan artikel yang telah kita kumpulkan. Selamat membaca.

Kinerja Jokowi

BEM UI Sebut Jokowi The King of Lip Service, Demokrat: Kritik Tanda Sayang pada Bapak Presiden

TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) menyebut Presiden Joko Widodo the king of lip service.

Partai Demokrat menilai hal itu sebagai kritik dan patut diapresiasi.

"Keberanian adik-adik BEM UI dalam menyampaikan kritik tentunya patut diapresiasi. Kritik sebagai tanda sayang mereka kepada Bapak Presiden, agar Bapak Presiden tidak mengambil langkah atau kebijakan yang keliru," kata Kepala Badan Komunikasi Strategis DPP Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra, kepada wartawan, Senin (28/6/2021).

Menurut Herzaky, mahasiswa yang kritis itu adalah bagian dari sejarah bangsa, sejak Soekarno dan sejarah demokrasi Indonesia pada gilirannya membuka kesempatan pada putra putri terbaik bangsa menjadi Presiden, termasuk Joko Widodo.

Dia menilai, keberanian dan posisi non partisan mahasiswa harus terus didukung.

"Ada oase di tengah gersangnya demokrasi hari ini di Indonesia," ujarnya.

Menurut Herzaky, mahasiswa yang kritis itu adalah bagian dari sejarah bangsa, sejak Soekarno dan sejarah demokrasi Indonesia pada gilirannya membuka kesempatan pada putra putri terbaik bangsa menjadi Presiden, termasuk Joko Widodo.

Dia menilai, keberanian dan posisi non partisan mahasiswa harus terus didukung.

"Ada oase di tengah gersangnya demokrasi hari ini di Indonesia," ujarnya.

Sebelumnya, Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia menyebut Presiden Joko Widodo the king of lip service.

Melalui akun @BEMUI_Official, organisasi kampus itu secara blakblakan menyebut Presiden Jokowi sebagai the king of lip service. 

Tribunnews.com, Rizki Sandi Saputra
Kepala Badan Komunikasi Strategis (Bakomstra) Partai Demokrat Herzaky Mahendra Putra, saat ditemui awak media di Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Selasa (20/4/2021).

Sumber Utama : https://www.tribunnews.com/nasional/2021/06/28/bem-ui-sebut-jokowi-the-king-of-lip-service-demokrat-kritik-tanda-sayang-pada-bapak-presiden

Medsos Pengurus BEM UI Diretas Usai Sebut Jokowi 'King of Lip Service'

Jakarta -Belum reda kontroversi pernyataan BEM UI (Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia) soal Presiden Jokowi 'King of Lip Service', kini muncul kabar terbaru dari penggawa BEM UI. Akun aplikasi perpesanan dan media sosial (medsos) sejumlah pengurus BEM UI diretas.

"Pada tanggal 27 dan 28 Juni 2021, telah terjadi peretasan akun media sosial kepada beberapa pengurus BEM UI 2021," kata Ketua BEM UI Leon Alvinda Putra dalam keterangan tertulis, Senin (28/6/2021).

Akun yang dikabarkan mereka kena 'hack' adalah akun WhatsApp (WA), Telegram, dan Instagram. Ada tiga pengurus yang mereka kabarkan mengalami hal tersebut.

Pukul 00.56 WIB, Akun WA Kepala Biro Hubungan Masyarakat BEM UI 2021, Tiara Shafina, tidak dapat diakses. Di WA dia, tertulis bahwa akunnya telah keluar dari telepon seluler.

"Hingga saat ini, akun WhatsApp Tiara belum dapat diakses kembali," kata Leon.

Pukul 07.11 WIB, akun WA Wakil Ketua BEM UI Yogie Sani tidak bisa diakses dan muncul notifikasi akun tersebut sudah digunakan di HP lain.

"Pukul 07.20 WIB, akun tersebut sudah bisa digunakan lagi," kata Leon.

Selanjutnya, BEM UI mengecam peretasan ini. 

Ilustrasi Kampus UI, Depok
Ilustrasi UI (Grandyos Zafna/detikFOTO)

(https://news.detik.com/berita/d-5622569/medsos-pengurus-bem-ui-diretas-usai-sebut-jokowi-king-of-lip-service)

Ada pula akun Telegram dari Koordinator Bidang Sosial Lingkungan BEM UI, Naifah Uzlah, pukul 02.15 WIB.

"Pada pukul 21.45 WIB, akun Instagram Syahrul Badri (Kepala Departemen Aksi dan Propaganda BEM UI) mengalami 'restriction' setelah mengunggah beberapa postingan di Instastory menyangkut surat pemanggilan fungsionaris BEM UI oleh pihak UI. Akun masih ada, namun sampai saat ini pemilik akun belum bisa menggunakan akun tersebut seperti biasa," tutur Leon.

Peretasan terahadap akun WA, Telegram, dan Instagram sejumlah pengurus BEM UI. (Dok BEM UI) 
Peretasan terhadap akun WA, Telegram, dan Instagram sejumlah pengurus BEM UI. (Dok. BEM UI)

Total, ada tiga pengurus BEM UI yang hingga kini mereka ketahui diretas atau dicoba diretas. BEM UI menanggapi serangan terhadapnya.

"Dengan ini kami mengecam keras segala bentuk serangan digital yang dilakukan kepada beberapa pengurus BEM UI 2021," kata dia.

Sumber Utama : https://news.detik.com/berita/d-5622569/medsos-pengurus-bem-ui-diretas-usai-sebut-jokowi-king-of-lip-service/2

Dibela PKS, Fadli Zon, Febri Diansyah, Fix BEM UI Bermasalah!

BEM UI ini adalah kumpulan mahasiswa yang gampang banget mengritik Joko Widodo. Mereka ini dari ternyata seperguruan dengan Fadli Zon, Febri Diansyah, PKS yang kerjaannya memang sering mengkritik Joko Widodo. Mereka ini senasib. Mereka ini satu visi.

Sama-sama pendukung sebuah pemikiran yang nggak jelas. Mereka bersembunyi di balik perjuangan “kebebasan berpendapat”, sambil merongrong NKRI dan merusak nalar dan logika hukum. Sudah sangat jelas bahwa mereka ini bermasalah. Ingat HTI.

Padahal yang seharusnya dinobatkan jadi King of Lip Service itu adalah Anies Baswedan. Mereka ini adalah orang-orang di BEM UI yang didukung oleh PKS yang kampanye pakai ayat dan mayat, Demokrat yang banyak korupsi, Fadli Zon yang sebar hoax Ratna, dan Febri Diansyah yang bela Novel. Jelas kan?

Saya akan ulas satu per satu.

Partai Demokrat. Partai ini adalah partai yang dipimpin oleh ketua yang tidak memiliki jiwa kepemimpinan yang kuat. Dua-duanya sih. Nggak ayah, nggak bapak, mereka tidak memiliki karisma kepemimpinan yang baik. Meletakkan anggota keluarga jadi elit Demokrat. Lucu.

Membuat para loyalis yang tidak sedarah, jadi anggota biasa. Tidak ada kepemimpinan yang kuat. Bahkan dibandingkan dengan Ibu Megawati, AHY dan SBY ini tidak bisa disetarakan. Karisma tidak ada. Hanya bawa perasaan saja. Prihatin, kemudian merasa dikudeta, padahal nggak ada apa-apa.

Mereka ini berselancar di arus isu BEM UI yang terbukti melanggar etika dalam berpendapat. Elit-elit Demokrat ini nggak beres. Mengkritik pemerintah merasa keren, tapi dikritik balik malah ngeblok. Elit Demokrat kalau mau disebut ya di dalamnya banyak yang nggak jelas.

Partai Keadilan Sejahtera, PKS ini siapa yang tidak tahu? Partai ini memenangkan Anies Baswedan dan Sandiaga Uno di dalam Pilkada DKI Jakarta lewat kampanye ayat dan mayat. Ngeri banget kalau kita melihat PKS. PKS ini adalah partai yang kelihatannya menghalalkan segala cara untuk capai tujuan.

PKS dan HTI ini adalah sahabat dekat. Mardani pernah divideokan bersama Ismail Yusanto. PKS dan HTI ini satu suara dan tidak memiliki perbedaan satu sama lain. Mereka ini bagai pinang dibelah kampak. Mereka ini satu visi. Sama-sama pernah tidak mau mengakui Pancasila sebagai azas tunggal.

Ada sebuah kepercayaan mistis yang tak bisa diganggu gugat sama sekali. Mereka yang didukung PKS, pasti bermasalah. Terbukti banget kan. Anies Baswedan didukung PKS dan dia terbukti bermasalah. Prabowo orang bermasalah yang didukung PKS. Lalu Felix Siauw dan Ismail Yusanto dekat dengan PKS.

Pernah kejadian juga di DPP PKS, bendera Indonesia berkibar terbalik. Semuanya bermasalah. Jadi barang siapa yang didukung PKS, mereka akan jadi pecundang. Lihat Prabowo jadi pecundang, lihat di Jawa Barat, calon gubernur dan wakil gubernur juga pecundang. Anies Baswedan dan Sandiaga Uno juga pecundang.

Jadi kalau PKS dukung mahasiswa, itu pun juga pastinya pecundang. UI ini banyak diisi oleh mahasiswa yang ada di bawah motor pendidikan PKS. Mereka ini bergabung dan bersembunyi di balik SJW. Mereka orang-orang yang membawa narasi tidak benar di Indonesia.

Fadli Zon. Haduh. Ini orang lagi. Dia ini kader Gerindra yang dibiarkan sama Prabowo menyebarkan hoax Ratna Sarumpaet digebukin. Orang ini pernah berfoto bersama Ratna saat wajah Ratna seperti orang habis digebukin, sambil bikin narasi nggak jelas. Orang ini adalah pendukung Anies Baswedan.

Selain mendukung gabener DKI, dia juga adalah pembela Prabowo. Haduh. Orang ini memang sudah paling-paling tidak ada pendirian deh. Padahal kita tahu Gerindra adalah bagian dari koalisi, tapi mulutnya Fadli Zon ini selalu oposisi. Kritikannya nggak bermutu.

Oh ya jangan lupa, dia ini pernah nyekar ke makam Karl Marx bapak komunisme dunia loh. Terus di waktu yang tidak lama, dia juga bawa-bawa isu komunisme. Haduh. Orang gini kalau bela BEM UI, ya sudah jelas artinya BEM UI ngaco.

Terakhir Febri Diansyah. Nah orang ini adalah salah satu pendukung Novel Baswedan yang paling militan. Twitter jadi medan perangnya. Untuk orang ini, nggak usah banyak-banyak deh. Kalau dia bela BEM UI, kita tahu bahwa BEM UI memang sudah ngaco.

Terbukti juga pihak Rektorat UI mengatakan bahwa tindakan BEM UI nggak sesuai semangat mahasiswa. Kalau saya kira, mereka ini udah nggak perlu pakai gelar “Maha”. Kecuali mahasewa.

Begitulah sewa-sewa.

Dibela PKS, Fadli Zon, Febri Diansyah, Fix BEM UI Bermasalah!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/dibela-pks-fadli-zon-febri-diansyah-fix-bem-ui-OQS0J7vAOd

Leon Alvinda Putra adalah contoh mahasiswa gagal. Mulai tercatat sebagai mahasiswa Universitas Indonesia fakultas Ekonomi dan Bisnis sejak tahun 2017, itu artinya Leon telah berkuliah selama 4 tahun di UI. Digadang-gadang sebagai mahasiswa berprestasi dengan nilai Indeks Prestasi Kumulatif atau IPK hampir menyentuh IPK lulusan cumlaude, bahkan juga disebutkan sudah menjadi asisten dosen, namun fakta bahwa Leon Alvonda Putra, hari ini masih belum diwisuda, masih tercatat sebagai Mahasiswa, artinya IPK 3.5 yang dimilikinya tak membuktikan kecerdasannya. Bukankah sekarang ini waktu yang dibutuhkan oleh mahasiswa yang berprestasi dan cerdas itu rata-rata 3 tahun - 3 tahun setengah? Yakin IPK Leon setinggi Itu?

Kata media, prestasi Leon itu banyak, diantaranya berhasil menjadi Ketua HMI, dan menjadi ketua organisasi lain di lingkungan fakultasnya. Sebagai mahasiswa jurusan ekonomi dan bisnis, Leon gagal dalam mengidentifikasi prioritas antara berorganisasi dan menyelesaikan study. Sebagai calon sarjana ekonomi, "seharusnya" Leon mampu menerapkan prinsip ekonomi "mendapatkan keuntungan sebesar-besarnya dengan biaya sekecil-kecilnya". Dia pikir kuliah sampai 4 atau 5 tahun baru kelar dan diwisuda itu tidak bayar? Ya, okay menjadi ketua berbagai organisasi memberikan keuntungan dalam hal pengalaman. Tapi jangan salah, hanya kalau Leon akan menjadi start-up inteupreneur, pengalaman menjadi pemimpin baru akan berguna.

Dalam perkara meme "The King of Lip Service", Leon juga gagal membedakan mana yang disebut kritikan dan mana yang disebut ejekan. Meme "The King of Lip Service" yang disematkan BEM UI kepada Presiden Jokowi, adalah jelas sebuah ejekan dan bukan kritikan. Apalagi contoh yang disebutkan hanya tentang pernyataan Presiden Jokowi yang "Rindu didemo", yang pada penjelasannya pun tidak menjastifikasikan meme "The King of Lip Service".

Pada video yang diunggah Kompas TV, di menit ke 0:45 - 1:10, Leon mengatakan "Kami ingin mengingatkan pada Presiden kita, untuk bisa memastikan perkataan-perkataan yang beliau sampaikan, sesuai dengan realita di lapangan. Karena kami melihat, banyak sekali kontradiksi antara perkataan beliau dengan apa yang terjadi di lapangan. Misalnya terkait perkataan beliau bahwa beliau "rindu didemo", sayangnya banyak sekali represifitas yang terjadi ketika kami melakukan demo. Contohnya pada tanggal 1 Mei, lebih dari 160 mahasiswa mengalami represifitas ketika melakukan hari buruh di Jakarta".

https://www.youtube.com/watch?v=sIdyXttrvt4

Tak Ada Yang Harus Diklarifikasi. Semuanya Sudah Jelas, Ketua BEM UI Harus Di D.O.!!!

Demo atau unjuk rasa yang dimaksud oleh BEM UI di bawah komanda Leon Alvinda Putra adalah unjuk rasa terhadap Undang-Undang Cipta Kerja, yang pada saat ini sedang dalam proses pengajuan uji formil dan uji materil ke Mahkamah Konstitusi. Jika Leon Alvinda Putra seorang yang cerdas dan ekonomis, seharusnya unjuk rasa itu dilakukan di depan Gedung Mahkamah Konstitusi, dan meminta Majelis Hakim yang memeriksa perkara uji formil dan uji materil atas Undang-Undang Cipta Kerja, mengabulkan apa yang dimohonkan. Bukannya berdemo di depan Patung Kuda dan meminta pemerintah untuk MENCABUT Undang-Undang yang sudah disahkan. Demo BEM UI menjadi salah kaprah.

Apakah selama 4 tahun berkuliah, UI tak mengajarkan pada Mahasiswanya tentang mekanisme dan prosedur hukum atas perubahan atau pembatalan sebuah Undang-Undang yang sudah disahkan oleh Dewan Perwakilan Rakyat? Sepertinya tidak, atau memang mahasiswanya yang kebanyakan gaya dan gagal dalam memahami apa yang diajarkan tentang bernegara dan berbangsa. Lagi-lagi masalah WAWASAN KEBANGSAAN menjadi pelajaran kunci bagi negara semuda Indonesia.

https://www.youtube.com/watch?v=1DBmXNSMtA8

Leon juga gagal dalam memahami tentang apa dan mengapa suatu tindakan represif, yang dia tuduhkan pada jajaran kepolisian yang menjaga keamanan selama unjuk rasa berlangsung di bundaran Patung Kuda Jakarta, dilakukan. Pada setiap aksi unjuk rasa, peserta unjuk rasa sering sekali memancing emosi aparat keamanan dengan mengejek, berteriak keras bahkan melakukan penyerangan. Ketika Leon menyatakan bahwa banyak sekali terjadi represifitas ketika BEM UI melakukan demo, apakah Leon yakin bahwa aksi demo tidak disertain aksi-aksi brutal seperti memancing emosi atau bahkan pengrusakan fasilitas umum di sekitar aksi demo dilakukan? Aparat kepolisian adalah juga manusia yang memiliki hati dan perasaan. Jika unjuk rasa atau demo dilakukan dengan tertib tanpa menimbulkan kericuhan dan kegaduhan, maka aparat kepolisian tidak akan melakukan tindakan pengamanan dan mengamankan sebagian orang yang tertangkap tangan telah melakukan tindak pelanggaran hukum.

Hati-hati, mengejek di tempat umum itu ada pasalnya di dalam KUHP, mengrusak fasilitas umum juga ada pasalnya di dalam KUHP. Mengganggu ketertiban umum apalagi. Dan semua pasal-pasal itu memiliki delik umum. Polisi tak perlu menunggu hingga ada orang yang melaporkan. Setiap peserta unjuk rasa yang tertangkap sedang melakukan pelanggaran hukum, pasti akan ditangkap. Lalu penangkapan seperti ini Leon tuduhkan sebagai sebuah tindakan represif tanda dasar, hingga BEM UI menciptakan ejekan pada Presiden Indonesia dengan gambar dan tulisan "The King of Lip Service"???

Adalah kebaikan hati pihak Istana, melalui Juru Bicara Presiden RI, Fachrul Rahman, yang membuat pernyataan pada akun media sosialnya bahwa "Segala aktivitas kemahasiswaan di Universitas Indonesia, termasuk BEM UI, menjadi tanggung jawab pimpinan UI". Karena, jika pihak Istana berkehendak untuk menyatakan, "proses mereka yang sudah nyata melakukan pelanggaran atas tindak pidana sesuai KUHP", niscaya para peserta demo itu akan mendekam di penjara. Dari sisi usia, mahasiswa itu sudah termasuk usia dewasa di mata hukum (usia 18 tahun ke atas). Apalagi Leon yang sudah berusia 22 tahun.

Bukan berarti BEM UI sudah mendapatkan IJIN untuk berdemo, lalu mereka BEBAS melakukan ejekan, hinaan, apalagi pengrusakan fasilitas umum. Mekanisme Hukum dengan jelas MEMISAHKAN setiap perbuatan pelanggaran antara satu pasal dengan pasal yang lainnya. Peng-juncto-an dua pasal hanya dilakukan jika satu tindakan melanggar beberapa pasal secara bersamaan.

Sedianya, pernyataan Juru Bicara Presdien RI, yang notabene adalah mewakili suara Presiden RI, harus ditanggapi dengan serius oleh Pimpinan UI. Drop Out Ketua BEM UI yang telah gagal dalam mengimplementasikan seluruh pengetahuan yang diajarkan dan mempermalukan nama Universitas Indonesia dengan mengejek Presiden Indonesia yang tidak pada tempatnya. Ketegasan Pimpinan UI kali ini harus diperlihatkan pada dan diperhatikan oleh rakyat Indonesia, karena ini bukan kali pertama BEM UI melakukan kesalahan fatal dalam mengekspresikan kritikan pada negara dan pemerintah Indonesia.

Tak Ada Yang Harus Diklarifikasi. Semuanya Sudah Jelas, Ketua BEM UI Harus Di D.O.!!!

Sumber Utama : https://seword.com/umum/tak-ada-yang-harus-diklarifikasi-semuanya-sudah-9mVzdvn7EH

Ketua BEM UI Berani Katakan Bambang Widjojanto dan Anies Baswedan Stop Membual?

Sekarang lagi heboh Ketua BEM UI 2021 bernama Leon Alvinda Putra yang nyinyir Presiden Jokowi sebagai King of Lip Service. Kita juga bisa melihat postingan nyinyiran BEM UI Official dengan mengatakan berhenti membual, rakyat sudah mual.

Gue ngakak lihat kelakuan Ketua BEM UI ini. Selama ini, pihak oposisi sering nyinyir, menyebarkan hoaks, fitnah dan provokasi juga berdalih memberikan kritikan. Xixixi

Ada satu hal yang membuat gue geli melihat kelakuan Leon Alvinda Putra ini. Mungkin dia pikir jika sudah jadi Ketua BEM UI sudah sangat hebat gitu?

Jadi ingat jejak digital mantan anak Fisika UI yang jadi Ketua BEM UI periode 2002/2003 bernama Rico Marbun yang pernah dilaporkan ke polisi dalam kasus dugaan penyelewengan dana kompensasi BBM yang mencapai Rp 4,4 triliun! Sumber

Article

Rico Marbun dan Fatur Nugroho diduga menerima dana kompensasi bahan bakar minyak sebesar Rp 75 juta. Seharusnya dana dari Departemen Pendidikan Nasional itu diperuntukkan program life skill kepemudaan. Kasus itu dilaporkan Pengurus Majelis Permusyawaratan Mahasiswa dan BEM UI ke Markas Kepolisian Resor Metro Jakarta Selatan pada tahun 2004 silam.

Apakah Rico Marbun yang pernah menjabat sebagai Ketua BEMU UI tidak malu dengan kasus tersebut?

Bukannya malu, dia malah jadi caleg PKS di Sumatera Utara dari Daerah Pemilihan (Dapil) Sumatera Utara 03 Nomor Urut 7 tetapi gagal. Dia juga sempat jadi Direktur Eksekutif Lembaga Survei Median yang dulu pernah membuat survei mimpi bahwa PKS jadi 3 partai besar tahun 2014 silam. Wkwkwkwk

Article

Kita juga masih ingat anak Fisika UI yang jadi Ketua BEM UI 2012 bernama Faldo Maldini yang menjadi oposisi pada Pilpres 2019 lalu. Dengan angkuhnya, dia sok tidak kenal dengan Addie MS yang merupakan pendukung Jokowi.

Article

Dan kita tentu masih ingat dengan anak Fisika UI bernama Zaadit Taqwa yang jadi Ketua BEM 2018 yang sempat heboh karena mengacungkan kartu kuning kepada Presiden Jokowi saat itu.

Si Zaadit ini sok mengacungkan kartu kuning ke Presiden Jokowi terkait kasus gizi buruk di Papua, tetapi dia sendiri malah mau tidak pergi ke Papua! Sumber

Article

Bahkan seorang Dokter muda di Papua mengirimkan surat menohok kepada Zaadit Taqwa yang sok paling peduli terhadap Papua! Sumber

Article

Pada tahun 2019 lalu, kita juga masih ingat dengan Ketua BEM UI bernama Manik Marganamahendra yang sok menolak Omnibus Law tetapi mereka akhirnya ngaku bukan orang hukum! Wkwkwkw

"Yang jurusan hukum siapa?," tanya Karni Ilyas.

"Enggak ada, tapi kita sama-sama belajar," ungkap Manik. Sumber

Jadi yang sudah jadi Ketua BEM gak usah sok merasa hebat karena kami sudah duluan jadi mahasiswa daripada kalian!

Lalu, kenapa kasus BEM UI nyinyir Presiden Jokowi saat ini heboh?

Kasus Zaadit Taqwa yang mengacungkan kartu kuning juga heboh dan dihebohkan lagi oleh pihak oposisi yang memang tidak suka dengan pemerintahan Indonesia yang sah saat ini.

Makanya tidak heran jika seorang Bambang Widjojanto memanfaatkan kasus ini demi kepentingan pribadi dan kelompoknya dan memuji aksi BEM UI.

Article

Sorry aja, Bambang Widjojanto ini tidak ada “harganya” di mata gue!

Selain terlibat kasus saksi palsu, Bambang Widjojanto malah diangkat jadi Ketua TGUPP Pencegahan Korupsi oleh Anies Baswedan. Ada yang tahu apa prestasi Ketua TGUPP ini?

Ketua TGUPP Pencegahan Korupsi sekaligus Ketua KPK DKI Jakarta tetapi kasus korupsi lahan rumah DP 0 sekarang malah ditangani oleh KPK Pusat.

Jadi Bambang Widjojanto ngapain saja sebagai Ketua TGUPP Pencegahan Korupsi sekaligus Ketua KPK DKI Jakarta?

“Makan” gaji buta sebagai seorang Ketua TGUPP yang gajinya mengalahkan gaji seorang Menteri?

Ketua TGUPP Pencegahan Korupsi tetapi adik kandungnya sendiri seorang koruptor yang vonisnya diperberat oleh MA dari 16 bulan menjadi 9 tahun penjara! Wkwkwkwk

Article

Berani gak Leon Alvinda Putra, Ketua BEM UI mengatakan stop membual kepada Bambang Widjojanto yang adik kandungnya seorang koruptor tetapi dia malah jadi Ketua TGUPP Pencegahan Korupsi sekaligus Ketua KPK DKI Jakarta dan kasus korupsi lahan rumah DP 0 di Jakarta sekarang malah ditangani oleh KPK Pusat?

Berani gak ketua Leon Alvinda Putra, Ketua BEM UI mengatakan stop membual kepada Gubernut DKI Jakarta Anies Baswedan yang pernah sesumbar mengatakan kemenangan melawan Covid sudah di depan mata tetapi faktanya Jakarta dengan anggaran penanganan Covid yang fantastits malah jadi provinsi penyumbang kasus Covid tertinggi di Indonesia!

Article

Oh iya, Leon Alvinda Putra kita belum selesai ya, rakyat Indonesia harus tahu siapa ente sebenarnya…

Sumber Utama : https://seword.com/politik/ketua-bem-ui-berani-katakan-bambang-widjojanto-dan-DvZf4UmN90

Anggap Aja Angin Lalu, BEM UI Cuma Cari Sensasi, Ini Buktinya

Di media sosial, nama BEM UI menjadi bahan perbincangan karena membuat cuitan panjang yang mengkritik presiden Jokowi.

Dalam cuitannya, BEM UI mengunggah foto Jokowi yang sudah diedit dengan background gambar bibir lengkap dengan mahkota raja.

"JOKOWI: THE KING OF LIP SERVICE," tulis BEM UI dalam caption unggah tersebut.

BEM UI menilai Jokowi kerap mengobral janji manis. Akan tetapi, janji Jokowi seringkali tak selaras dengan kenyataan. "Jokowi kerap kali mengobral janji manisnya, tetapi realitanya sering kali juga tak selaras. Katanya begini, faktanya begitu. Mulai dari rindu didemo, revisi UU ITE, penguatan KPK, dan rentetan janji lainnya," ungkapnya.

Kritik ini juga ditampilkan melalui situs resmi BEM UI.

Buntut dari cuitan tersebut, terjadi perdebatan panas. Ada yang mendukung, ada yang menganggap mahasiswa makin lama makin aneh seolah tidak intelektual dalam menyampaikan kritikan.

Bahkan BEM UI sudah dipanggil pihak rektorat UI untuk bertemu untuk memberikan penjelasan dan klarifikasi. Belum ada berita mengenai hasil pertemuan tersebut.

Selagi menunggu, izinkan saya menuangkan opini terkait isu ini.

Kalau menurut saya, presiden tidak usah menanggapi. Tapi jubir presiden, Fadjroel Rachman juga ikut merespons kritik tersebut. Dia menyebut segala aktivitas kemahasiswaan merupakan tanggung jawab pimpinan UI.

"Segala aktivitas kemahasiswaan di Universitas Indonesia termasuk BEM UI menjadi tanggungjawab Pimpinan Universitas Indonesia," kata Fadjroel.

Pernyataan ini sebetulnya tidak perlu dilontarkan, meski menarik karena langsung menembak langsung to the point. Mungkin tujuannya agar pihak UI tidak mengatakan kalimat klasik yaitu mereka tidak bertanggung jawab, di mana itu adalah atas nama mahasiswa pribadi, bukan atas nama UI secara keseluruhan.

Ada betulnya juga, soalnya dulu saat mahasiswa demo, dan berakhir ricuh, mereka hanya mengatakan, ada oknum perusuh yang menyusup, bukan dari mereka sehingga mereka tidak bertanggung jawab alias cuci tangan sampai bersih.

Tadi saya katakan, presiden tidak perlu menanggapi, meski agak terlambat karena jubirnya sudah menanggapi. Tapi, it's ok.

Kenapa tidak perlu tanggapi? Karena BEM UI ini hanya cari sensasi. Sensasi yang ditebar rata-rata bertepatan dengan isu-isu yang sedang riuh. Mau mengkritik silakan, tapi kalau sudah mengedit Presiden pakai mahkota raja, ini sudah kelewat batas. Ini bukan tipe mengkritik dengan memakai intelektualitas yang melekat pada diri mahasiswa, tapi lebih mirip tukang nyinyir ala politisi sakit hati.

Saya mulai flashback sedikit.

Ingat insiden kartu kuning kepada Jokowi?

Ketua BEM UI saat itu, Zaadit Taqwa memberikan kartu kuning kepada Presiden Jokowi saat Jokowi menghadiri acara Dies Natalis Ke-68 UI di Balairung, Depok.

Etiskah?

Kartu kuning adalah simbol kritikan kepada presiden, di mana dalam tahun keempat pemerintahan Jokowi saat itu, ada sejumlah hal yang menjadi sorotan BEM UI. Salah satu masalah tersebut adalah isu gizi buruk di Asmat. Orang ini sudah kena skakmat sampai tak bisa ngomong apa-apa ketika dia ditantang untuk terjun ke lapangan dan tinggal langsung di sana. Tipikal orang yang hanya berani di mulut tapi tak bernyali saat ditantang langsung terjun ke lapangan.

Aksi lainnya adalah saat para mahasiswa menolak RKUHP, RUU KPK dan dan sejumlah rancangan undang-undang lainnya yang dianggap tidak berpihak pada masyarakat. Demo berakhir ricuh. Rusuh. Kerusakan di mana-mana. Di banyak kota pula. Siapa tanggung jawab? Semuanya pura-pura bego, ngeles mengatakan itu ada ulah oknum penyusup yang bukan bagian dari mereka. Ada yang menarik diri saat demo berakhir rusuh. Mereka tidak mau dianggap ikut menyebabkan semua itu terjadi.

Etiskah?

Dan sekarang mereka kembali membuat cuitan sensasional dengan tajuk the king of lip service. Saya malah berpikir, bukankah ini lebih cocok disematkan kepada gubernur yang menangnya lewat kesantunan, tata kata dan didukung kelompok penjual agama dan pengancam jenazah tidak disalatkan? Mungkin mereka sedang halusinasi.

Coba lihat ketiga isu di atas. Jokowi muncul, kasih kartu kuning. Apakah biar dibilang hebat dan dapat tepuk tangan dari masyarakat?

Saat isu RKUHP dan RUU KPK riuh, mereka hadir, padahal penjelasan soal RUU itu sudah jelas (meski tim komunikasi dari pemerintah memang agak amburadul saat itu sehingga sosialisasi tidak maksimal dan bikin publik bingung, serta hoax bertebaran dengan mudah).

Dan sekarang, pas ketika pandemi memburuk, mereka muncul lagi. Salah satunya bicara soal TWK pula. Ada apa ini? Mahasiswa mau cari sensasi lagi kah?

Kalau begitu, cara paling manjur ya biarin aja mereka. Lama-lama juga capek sendiri. Anggap aja kurang perhatian dan mau cari sensasi.

Bagaimana menurut Anda?

Anggap Aja Angin Lalu, BEM UI Cuma Cari Sensasi, Ini Buktinya

Sumber Utama : https://seword.com/politik/anggap-aja-angin-lalu-bem-ui-cuma-cari-sensasi-6TgadzM5wn

Mahasiswa : Fisiknya Boleh 2021, Tapi Pemikiran dan Cara Perjuangan Kok Masih 1998?

Kemarin BEM UI baru saja mengeluarkan sebuah meme yang mengatakan bahwa Jokowi adalah raja dari lip service. Pernyataan yang sangat menggelikan ini akhirnya dianggap oleh pihak UI sebagai pelanggaran aturan, dan akhirnya 10 orang dari BEM UI katanya telah dipanggil dan dimintai keterangan.

Gue sih sebagai mahasiswa, sebenarnya sudah tidak kaget dengan gerakan-gerakan mahasiswa macam ini. Mereka merasa bahwa mereka patriot dan ingin memajukan Indonesia, tapi sebenarnya pikiran mereka ini terbelakang. Mereka tidak bahwa untuk membawa Indonesia pada kemajuan, mereka duluan yang harusnya terlebih dahulu maju dari segi pemikiran.

Hal ini banyak gue temukan pada masa pendidikan gue (yang masih gue jalani), dimana banyak mahasiswa masih lugu dalam hal politik. Mereka berpikir bahwa pemerintah masih melakukan penindasan terhadap rakyat, sama seperti zaman 1998 dulu.

Mereka merasa bahwa 2021 ini masih sama dengan situasi 1998. Memang ada hal yang sama, karena terkait dengan mentalitas ORBA yang masih ada hingga kini. KKN masih merajalela, tapi gue rasa kita mulai sedikit demi sedikit bangkit terkait banyak hal : HAM mulai diperhatikan, infrastruktur mulai dibangun tidak hanya di Jawa, keadilan sosial mulai diperhatikan, dan banyak lagi. Memang belum sempurna, tapi itulah progress.

Buat para mahasiswa, lo salah. Lo semua, mahasiswa sekarang bisa mengakses berita dan medsos dengan bebas kan? Tidak ada pembatasan dari pemerintah sama sekali terkait hal itu. Instagram, FB, TikTok pun bisa diakses dengan bebas. Meme itu pun saya gue yakin tidak akan di takedown kecuali oleh si admin akun BEM UI karena desakan dari pihak kampus.

Kita ini generasi penerus, bos. Kita ini sama-sama ingin Indonesia menjadi maju, jika dilihat dari apa yang lo suarakan. Tapi jika cara memajukan Indonesia itu dengan cara yang terbelakang, maaf gue berlawanan dengan lo.

Awalnya gue berharap bahwa lo akan berubah dengan menggunakan cara yang lebih matang dan lebih maju. Tapi harapan gue ini sepertinya akan makin pupus, karena ternyata lo beresonansi dengan pemikiran politik partisan. Dari sini gue merasakan, niat dan cara perjuangan mahasiswa sekarang udah ternodai oleh kepentingan-kepentingan.

Mereka merasa bahwa mereka sedang menjaga spirit perjuangan 1998, tapi maaf gue harus menilai bahwa mahasiswa sekarang jauh dari nilai-nilai itu. Gue melihatnya sekarang ya mereka asal bunyi "kami fraksi rakyat, demi rakyat" padahal ya backing nya ya orang partisan juga. Akhirnya, suara-suara yang lo suarakan juga bersinergi dengan orang-orang partisan itu.

Dengan apa yang lo suarakan, lo merasa bahwa diri lo intelektual Lo tidak sadar bahwa itu semua adalah intelektualitas yang semu. Itu semua, ya karena "suara intelektualitas" lo ya adalah suara partisan yang penuh kepentingan.

Lo harus sadar bahwa intelektualitas yang sejati itu, adalah intelektualitas yang bebas dari kepentingan. Dengan intelektualitas sejati, lo bisa mengkritik siapapun dan apapun tanpa harus berpihak. Lo bisa setuju atau tidak setuju dengan pemerintah atau yang lainnya secara adil.

Tapi kan.... ntar kita dibilang BuzzeRp lagi kalau setuju dengan pemerintah!

Gini ya, buat gue lo adalah BuzzeRp ketika lo mengganggap bahwa satu pihak selalu salah sementara yang lain selalu benar. Jadi udah tidak adil banget sejak dari pikiran. Kali ini lo mengganggap bahwa pemerintah selalu salah, dan pihak penentangnya (selalu) benar. Jadi secara singkat, lo BuzzeRp. Cuma beda sisi aja.

Buat temen-temen mahasiswa semua, stop semua ini. Marilah kita melihat dengan lebih jujur semua permasalahan yang ada di Indonesia ini. Ketika pemerintah salah, ya silahkan kritik. Tapi jika benar, ya gapapa setuju. Sembari tetap memberi masukan agar Indonesia menjadi semakin maju.

Kita kembali ke hakikat kita sebagai dapur intelektualitas yang sejati, bukan intelektualitas semu yang dilandasi kepentingan partisan

Kita udah hidup di 2021. Jangan hanya fisik kita yang modis ala anak jaman sekarang, tapi pemikiran kita juga harus maju sesuai dengan eranya. Kita bisa kok tetap menghidupi spirit perjuangan kakak-kakak kita di 1998, tetapi dengan tetap mengikuti peradaban dan terus maju. Jangan terus berpedoman pada 1998 dalam memandang semua masalah, tetapi lihat konteksnya.

Hidup Mahasiswa! Hidup Rakyat Indonesia!

Mahasiswa : Fisiknya Boleh 2021, Tapi Pemikiran dan Cara Perjuangan Kok Masih 1998?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/mahasiswa-fisiknya-boleh-2021-tapi-pemikiran-D2UKhjatXZ

Jenis Pembaca TOLOL dan Pembaca Cerdas

Setiap kali setelah saya publish tulisan terbaru saya, biasanya saya melakukan beberapan proses tahapan agar tulisan yang saya sajikan enak dibaca dan perlu.

Yang saya lakukan adalah, memeriksa beberapa typo jika ada karena jempol saya gede sejak orok. Selain itu saya juga bikin tulisan langsung dari Handphone, karena tidak terbiasa bikin tulisan pakai Laptop.

Selain saya belum mampu beli Laptop, pun juga ide-ide menulis saya lebih cepat berloncatan keluar setiap kali jari jemari saya menyentuh keypad Handphone.

Proses selanjutnya yang saya lakukan, yaitu memoles kembali kalimat-kalimat dalam tulisan agar yang tidak perlu seperti pengulangan kalimat, kata sambung, tanda baca titik, koma, serta memperbaiki gaya bahasa yang terkesan aneh, tidak pas, terlalu lebay, dan lain sebagainya.

Setelah itu saya baca ulang lagi keseluruhan isi artikel yang saya publish itu dua sampai tiga kali, apakah ada logika yang tidak nyambung antar paragraph, apakah ada point-point penting yang terlewatkan yang harus saya sisipkan, apakah opini saya kurang tajam, dan lain sebagainya.

Sampai disini cukup? Tidak. saya periksa ulang apakah ada paragraph yang terlalu panjang atau terlalu pendek. Kalau terlalu panjang, saya padatkan lagi atau saya bagi jadi dua paragraph supaya enak dan ringan dibaca.

Dan kalau ada paragraph yang terlalu pendek, saya kembangin dengan kalimat sambung dan sisipin kalimat-kalimat lainnya supaya padat dan tidak terkesan itu paragraph langsing sendiri.

Proses terakhir saya periksa lagi konektivitas antar paragraph, apakah proses jahit menjahit antar paragraph sudah halus atau belum. Kalau masih kasar, saya amplas lagi sampai halus dan kinclong.

Biasanya proses-proses yang saya lakukan setelah saya publish tulisan makan waktu sekitar 30 sampai 45 menit, tergantung durasi tulisan saya, apakah tulisan saya panjang lebih dari 1000 kata atau sesuai standard minimum 600 kata sesuai SOP yang telah ditetapkan oleh Redaksi Seword.

Setelah selesai semua proses-proses diatas dan saya sudah merasa lega dan puas, saya lalu melakukan kegiatan-kegiatan lain, seperti gym, atau baca-baca portal berita online, atau bermedsos ria, baik itu di Instagram, Facebook, maupun Twitter, atau Yoga di kamar, dan kegiatan-kegiatan lainnya.

Setelah selesai semua kegiatan saya dan sudah santai, baru saya periksa tulisan saya di Seword sembari sekilas baca komentar para pembaca, kira-kira apa reaksi dan tanggapan mereka terhadap narasi yang saya lempar dalam tulisan saya tersebut.

Dan seperti biasa sesuai prediksi saya, kolom komentar tulisan saya pasti dipenuhi komentar-komentar oleh para pembaca yang saya kategorikan ada dua jenis, yaitu pembaca TOLOL dan pembaca cerdas.

Seperti apa pembaca TOLOL dan pembaca cerdas? Take a sit and relax, plus siapkan kopi, rokok, dan cemilan. Saya akan mengupasnya satu per satu di sini seperti halnya mengupas bawang Bombay helai demi helai.

Yang pertama, jenis pembaca TOLOL. Kenapa saya bilang TOLOL (TOLOL sengaja saya bikin HURUF BESAR semua karena sesuai dengan level KETOLOLAN mereka yang benar-benar TOLOL).

Yang pertama, pembaca TOLOL adalah pembaca yang malas baca tapi paling sering komen ngaco.

Mereka hanya baca judulnya saja tanpa membaca isi tulisan, lalu menghakimi penulis kritis seperti saya ini sesuai asumsi mereka yang TOLOL-TOLOL itu dengan berdasarkan baca judulnya saja.

Jika saja para kaum TOLOL itu mau meluangkan waktu mereka sejenak saja untuk membaca tulisan saya sampai selesai dan tuntas, saya jamin mereka tidak akan berprilaku TOLOL.

Tapi ya itu tadi, akibat malas baca, lalu menjudge hanya berdasarkan judul, kemudian meninggalkan berak dan kotoran di mana-mana di kolom komentar, sehingga mengotori aura kritis tulisan saya yang sudah saya poles sedemikian rupa.

Yang berikutnya, selain jenis pembaca TOLOL, ada juga jenis pembaca TOLOL KUADRAT. Golongan ini rajin baca, dan mereka baca sampai habis dan tuntas apa yang saya tulis.

Tapi ya itu tadi, karena memang otaknya tumpul dan TOLOL dengan kemampuan IQ selevel Pentium I, makanya saya tidak heran jika mereka meninggalkan kotoran dan berak yang mengotori kolom komentar tulisan saya.

Bagaimana saya tidak bilang TOLOL KUADRAT, contohnya dalam tulisan saya tentang Vaksin yang Amburadul itu, jelas-jelas saya sudah memberi solusi agar penanganan vaksin dapat dilakukan dengan cara yang lebih profesional, cepat, dan tuntas, malah dikomentari seenak pantat mereka yang bau koreng.

Para manusia TOLOL itu dengan sangat beraninya menghujani saya dengan makian dan sumpah serapah, termasuk namun tidak terbatas hujatan-hujatan lainnya sesuka dengkul mereka.

Tapi jika saja mereka mau meluangkan waktu sedikit untuk mencerna isi kalimat per kalimat yang saya tulis, apa makna yang tersirat, apa inti yang berupaya saya paparkan, dan apa tujuan besar serta moral story yang saya lempar ke publik, saya yakin mereka akan mengerti dan tidak berprilaku TOLOL KUADRAT.

Begitulah kura-kura. Namanya juga TOLOL, ya memang susah. Sekali TOLOL, tetap akan TOLOL selamanya. Jenis pembaca TOLOL macam begini ini adalah mereka-mereka yang baru gabung di Seword yang tidak tahu siapa sesungguhnya saya.

Kalau para komentator lama sudah paham kalau Argo yang bikin artikel lebih baik mingkem jangan cari gara-gara daripada kena sikat tanpa ampun sampai melenting kesana kemari tak tentu arah.

Sebab musuh saya hanya satu, yaitu para golongan sumbu pendek yang memiliki pencernaan halus, tidak mampu makan makanan keras yang saya sajikan dalam tulisan saya demi kebaikan bangsa dan negara yang kita cintai bersama ini.

Mereka maunya makanan yang enak-enak saja. Giliran saya sajikan makanan yang agak keras sedikit, langsung muntah berak yang tak terkira.

Kalau saya, jelas reaksi saya. Karena saya ini orangnya cepat mendeteksi level KETOLOLAN pembaca SUPER TOLOL, maka saya tidak akan meladeni dan berurusan dengan jenis pembaca TOLOL, apalagi yang jenisnya TOLOL KUADRAT itu, melainkan saya hajar lewat tulisan agar seluruh dunia tahu level KETOLOLAN mereka yang tak terkira.

Kenapa demikian? Karena hanya buang-buang waktu dan energi saja. Menginginkan pembaca TOLOL menjadi pembaca cerdas sama halnya menginginkan Ivanka Trump bersedia menikah dengan saya. Sampai langit runtuh dan matahari terbit dari barat pun, itu tidak akan mungkin pernah terjadi.

Yang kedua, jenis pembaca cerdas. Kalau jenis pembaca ini saya rasa tidak perlu saya jelaskan panjang kali lebar sampai jari keriting disini, karena sudah pasti kebalikannya dengan jenis pembaca TOLOL yang saya kupas di atas.

Pembaca cerdas adalah pembaca yang cepat mengerti apa maksud isi dari tulisan yang dimaksud oleh penulisnya.

Mereka cepat mencerna apa moral story dari suatu paparan tulisan. Mereka tidak hanya baca judul tulisan saja, akan tetapi mereka juga membaca seluruh isi artikel dan memahami apa moral story yang termaktub dalam suatu tulisan.

Dan di kolom komentar pun, mereka juga elegan. Jika tidak setuju dengan opini yang disampaikan, mereka menyanggahnya dengan smart dan elegan.

Sekalipun komentar mereka panjang-panjang, tapi saya mengerti, dan bukan sekali dua kali saya merevisi tulisan saya setelah mendapat masukan cerdas dari pembaca golongan smart ini.

Begitu juga jika mereka setuju dengan apa yang saya tulis, maka mereka juga akan meninggalkan jejak komentar yang cerdas, kritis, dan pedas terhadap sasaran tembak yang saya sikat.

Jadi sekarang tinggal ente pilih, mau jadi pembaca TOLOL atau pembaca Smart? Sebab, Hidup itu seperti air yang tenang di sungai. Kadang selalu saja ada tai yang lewat bersamanya.

Jenis Pembaca TOLOL dan Pembaca Cerdas

Sumber Utama : https://seword.com/umum/pembaca-tolol-dan-pembaca-cerdas-i01zWuWoMZ

Re-post by MigoBerita / Senin/28062021/16.34Wita/Bjm 

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya