» » » » » » Jokowi MURKA Uang Anggaran untuk Masyarakat belum disalurkan optimal !!!!!

Jokowi MURKA Uang Anggaran untuk Masyarakat belum disalurkan optimal !!!!!

Penulis By on Jumat, 23 Juli 2021 | No comments

 

Migo Berita - Banjarmasin - Jokowi MURKA Uang Anggaran untuk Masyarakat belum disalurkan optimal !!!!! Entah kenapa penyerapan anggaran untuk Covid 19 hingga Bansos disemua daerah sangat minim sekali dibawah angka 50 persen, inilah yang membuat Pak Presiden Jokowi Angkat bicara, karena menurut beliau, masyarakat sangat menunggu !!! Agar tidak gagal paham segera baca hingga tuntas , kumpulan artikel yang kita kumpulkan. Selamat Membaca.

Murka! Jokowi Beri Peringatan ke Kepala Daerah yang Tak Realisasikan Anggaran Corona!

Masyarakat perlu tahu kalau Jokowi tak serta merta mengumumkan perpanjangan PPKM hingga 26 Juli mendatang. Ia juga menganggarkan bantuan ekonomi sebesar 52 triliun lebih. Masalahnya berita bantuan pusat selalu tenggelam, kalah nyaring dengan kritikam atas kebijakannya. Padahal masyarakat sendiri juga lalai dalam menaati prokes atau mematuhi aturan agar tak mudik dan berkumpul. Lebih jauh, ternyata banyak daerah yang tak menyalurkan bantuan pemerintah pusat. Tahun ini serapannya malah lebih rendah ketimbang tahun lalu, yakni hanya dua puluhan persen.

Entah apa yang ada di pikiran para kepala daerah ini. Apa mereka benar-benar tak tahu cara merealisasikan, sengaja tak merealisasikan atau ada niat yang lain. Yang jelas ada pengamat yang mengatakan kalau sistem demokrasi di Indonesia salah satu penyemab ketidaksinkronan antara pusat dan daerah. Para kepala daerah yang juga merasa dipilih rakyat merasa begitu jumawa hingga berani berseberangan dengan pusat. Mungkin inilah yang terjadi hingga Tito Karnavian selaku Mendagri juga berkirim surat menegur belasan provinsi. Jokowipun tak kalah geram dengan ulah para bawahannya di daerah.

Seperti diberitakan detik.com, puluhan triliun rupiah dialokasikan negara untuk program bantuan sosial (bansos), membantu rakyat yang terdampak pandemi COVID-19. Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengungkap, ternyata baru sedikit dana bansos yang dicairkan. Pencairan bansos harus dipercepat!

"Percepat bantuan sosial dan percepatan belanja daerah," kata Jokowi dalam pengarahan untuk para kepala daerah se-Indonesia, disiarkan kanal YouTube Sekretariat Presiden, Minggu (19/7/2021).

Ada anggaran UMKM yang pertama-tama disoroti Jokowi dalam konteks ini. Jokowi menerima data, ada Rp 13,3 triliun anggaran UMKM untuk 514 kabupaten/kota dan provinsi, namun yang dipakai baru Rp 2,3 triliun.

"Padahal kita sekarang ini butuh sekali. Rakyat butuh sekali. Rakyat menunggu, sehingga saya minta ini agar segera dikeluarkan," kata Jokowi memberi perintah kepada para kepala daerah.

Selanjutnya, ada anggaran Perlindungan Sosial (Perlinsos) sebesar Rp 12,1 triliun. Kendati duit anggarannya begitu besar, namun yang dicairkan untuk Perlinsos baru Rp 2,3 triliun.

"Belum ada 20% semuanya. Padahal rakyat menunggu ini," kata Jokowi.

Selanjutnya, soal dana BLT Rp 28 triliun, yang cair baru sedikit:

Ada pula dana desa. Total ada Rp 72 triliun dana desa. Dari jumlah total itu, ada Rp 28 triliun yang dipakai untuk Bantuan Langsung Tunai (BLT). Ternyata, yang dicairkan ke rakyat baru sedikit.

"Tetapi yang terealisasi, yang dipakai, baru Rp 5,6 triliun, juga kurang dari 25%," kata Jokowi.

"Ini yang saya minta semuanya dipercepat," kata Jokowi.

Kini kita tahu betapa beratnya perjuangan seorang pakdhe yang nyatanya tak didukung oleh bawahannya sendiri. Semua ornag orang menyalahkan Jokowi, terutama oposisi. Tagar-tagar menyuruh Jokowi mundur dan menyerah bertebaran. Pertanyaannya, apakah kalau sampai terjadi kekosongan kepala negara akan menjadikan kondisi lebih baik. Apakah keinginan makar ini menyelamatkan negara atau justru membawa Indonesia ke jurang kehancuran.

Kamarin-kemarin kita boleh mengkritik keras soal PPKM ke Jokowi. Tapi, hari ini dengan fakta yang terlihat, harusnya para kepala daerah juga harus disalahkan, kalau perlu ditiadakan. Dan benar saja, pada rapat para kementrian, akhirnya ada rencana pengambilalihan distribusi bantuan dari pusat langsung. Artinya para kepala daerah pilihan rakyat benar-benar tak berguna hingga membuat pusat kerja keras sendirian. Kalau sudah begitu silahkan tuntut mundur kepala daerah kalian masing-masing. Jangan lagi menyalahkan pusat, kalau nyatanya yang di daerah malah memperlambat penanganan.

Belum lagi adanya perbedaan politik karena kepala daerah diusung oposisi. Seperti contohnya kepala daerah di Jawa Timur dan Jawa Barat yang waktu itu dengan lancang menyurati pusat untuk membatalkan UU omnibus law. Kita tahu kalau Jawa Timur memang diusung oposisi yang mungkin ada agenda lain agar kebijakannya bertentangan dengan pusat. Sedang di Jawa Barat, meski yang mengusung pro pemerintah, nyatanya keoala daerah bisa bertentangan dengan pusat . Mungkin karena daerahnya sarang kadrun.

Jakarta lebih parah lagi, dari awal menjabat hingga saat ini mungkin akan selalu bertentangan dengan pusat. Inilah yang harus disadari masyarakat bahwa tak mudah jadi seorang Jokowi. Tapi, kita harus optimis, di tangannya Indonesia bisa melewati pandemi. Caranya dengan terus mendukung, baik secara lisan, maupun tulisan. Mari gaungkan kembali tagar #JokowiAtasiPandemi dan tenggelamkan tagar yang mengarah pada makar.

Murka! Jokowi Beri Peringatan ke Kepala Daerah yang Tak Realisasikan Anggaran Corona!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/murka-jokowi-beri-peringatan-ke-kepala-daerah-Yz5dGbdkl1

Presiden Jokowi Versus Para Pejabat Tak Becus!

Bicara soal kinerja aparatur sipil negara (ASN), kita tahu bahwa masih banyak yang harus diperbaiki. Citra buruk memang sudah melekat ke dalam diri para ASN. Itu hasil pengalaman bertahun-tahun. Yang sudah berpengalaman berurusan dengan kantor-kantor pemerintah, misalnya dalam soal perijinan, pasti paham. Walaupun kita anti-korupsi, namun kalau tanpa uang pelicin, urusan tidak bakal kelar. Serba salah kan. Akhirnya ya terpaksa mengikuti arus, memberi “uang administrasi”, yang pasti akan masuk kantong mereka sendiri.

Saya juga ingat dengan cerita dari teman, tentang bagaimana kinerja ASN di sebuah kementrian. Yang disekolahkan negara hingga S2 ke luar negeri, kerjaannya hanya main catur di kantor. Kantor pun sepi. Jauh lah dari kesibukan yang biasa kita lihat di kantor perusahaan swasta. Itu dulu sih, beberapa tahun silam. Kalau sekarang katanya kinerja ASN sudah jauh lebih baik. Ditambah dengan aturan-aturan yang digunakan untuk memonitor kinerja mereka dan birokrasi yang makin ringkas.

Poin saya adalah, jutaan ASN di seluruh Indonesia, sudah terbiasa dengan cara kerja model “orde baru” seperti yang sudah saya paparkan tadi. Baru ketika Jokowi jadi presiden, mulai ada pergerakan untuk memangkas birokrasi dan memicu (baca: memecut) kinerja ASN. Di perkotaan bisa jadi cara kerja ASN sudah berubah. Tapi di daerah hingga pelosok bagaimana? Lihat saja di berbagai pemberitaan. Ada saja kasus ASN masih melakukan pungli, dari jajaran pegawai hingga ke pejabatnya. Kasus korupsi juga masih ada saja kan. Apalagi sebagai negara demokrasi, kita mengadakan pemilihan umum, dari posisi Lurah atau Kepala Desa, hingga Presiden RI. Yang mana kepopuleran kadang lebih menang ketimbang kemampuan.

Nah, warisan kinerja cara lama yang buruk itu dan kemampuan memimpin yang kurang, serta niat memimpin yang tidak setulusnya untuk kepentingan rakyat, akan menuai “hasil” yang nyata, ketika bangsa dan negara ini menghadapi perang besar melawan pandemi global. Rakyatlah yang akhirnya menanggung akibat buruknya.

Kita tahu se-gercep apa Presiden Jokowi itu bekerja. Kecepatannya tinggi. Saya yakin bahwa ekspektasi Presiden Jokowi terhadap jajarannya dan ASN di seluruh Indonesia pasti juga tinggi. Jangan disamakan dengan sang mantan yang terbiasa berkata “saya prihatin”, lalu mengarang lagu. Presiden Jokowi tidak punya waktu buat hal-hal receh seperti itu.

Kita saksikan sendiri bagaimana cepatnya Indonesia mendapatkan vaksin Covid dalam jumlah yang besar. Lebih dulu ketimbang negara-negara tetangga. Sementara negara lain masih ada yang baru bisa mendapatkan vaksin setelah mendapatkan bantuan dari negara produsen. Bahkan sempat ada embargo vaksin di negara-negara tertentu, seperti India. Yang menyebabkan tersendatnya suplai vaksin dunia. Indonesia? Beberapa hari lalu Presiden Jokowi menyebut jumlah vaksin yang sudah masuk ke Indonesia mencapai 137 juta dosis Sumber. Segitu banyaknya. Namun yang disuntikkan baru sekitar 54 juta dosis. Segitu sedikitnya?

Artinya ada sesuatu yang salah dalam proses distribusi dan vaksinasi ini. Ada stok vaksin yang tertimbun dan tidak bergerak. Apakah karena masyarakat masih ada yang takut divaksin? Bisa saja. Tapi kan itu bisa didekati dengan cara persuasif oleh para pemimpin daerah. Bisa dengan mengajak para ulama untuk mendekati masyarakat, agar tidak takut divaksin. Kalau ada ulama yang justru anti-vaksin, ya polisikan saja. Saya kira jumlah yang anti-vaksin masih lebih sedikit ketimbang jumlah yang masih bisa dirayu buat divaksin. Emak-emak sudah biasa memvaksin anak-anak di puskesmas atau posyandu yang tersebar di seluruh Indonesia kan?

Semua tergantung para pemimpin daerah. Presiden sudah memberikan contoh. Tinggal diikuti saja. Negara kita juga tidak dalam kondisi berkonflik seperti misalnya di Myanmar atau Afganistan. Ada Polri dan TNI yang siap membantu. Terus masalahnya di mana? Ya balik lagi ke kinerja para pejabat daerah dan jajaran ASN di sana.

Bukan hanya soal vaksin. Presiden Jokowi mengungkapkan hal lain yang bagi saya sangat memprihatinkan. Kita sudah berada di pertengahan tahun 2021. Masih dalam kondisi pandemi dan pemulihan ekonomi. Kita harus bersyukur bahwa negara masih punya anggaran besar untuk membantu rakyat melalui masa-masa sulit ini. Tapi apa yang terjadi? Penggunaan anggaran itu ternyata tidak sebesar yang ditargetkan.

Ini lah yang dipaparkan dan “disemprotkan” oleh Presiden Jokowi ketika memberi pengarahan kepada para kepala daerah pada hari Senin lalu (19/7). Anggaran perlindungan sosial untuk penanganan Covid sudah ada sebesar Rp 12,1 triliun. Namun yang direalisasikan tidak sampai 20 persen-nya, hanya mencapai Rp 2,3 triliun. Ada lagi Dana Desa yang totalnya mencapai Rp 72 triliun. Dari jumlah itu, Rp 28 triliun bisa dipakai untuk anggaran bantuan langsung tunai (BLT). Namun yang tersalurkan baru sebesar Rp 5,6 triliun. Kurang dari 25 persen! Kemudian ada lagi anggaran bantuan untuk pelaku usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) untuk 514 kabupaten, kota dan provinsi. Totalnya sebesar Rp 13,3 triliun. Namun yang terealisasi baru sebesar Rp 2,3 triliun. Tidak sampai 20 persennya! Sumber Sumber

Presiden Jokowi mengingatkan bahwa rakyat sedang menunggu segala bantuan itu. Oleh sebab itu presiden meminta agar para kepala daerah segera mempercepat realisasi anggaran itu. Menyampaikannya ke rakyat yang sangat membutuhkan. Rakyat sekarang sedang menjerit. Dananya ada, bukannya tidak ada. Pemerintah pusat sudah memberikan, bukannya menahan atau meniadakan. Tapi mengapa penyalurannya mampet? Di berbagai berita media, sudah banyak anggota masyarakat yang nampak melawan aparat ketika sedang melakukan kegiatan PPKM. Itu mencerminkan rasa frustrasi. Masak para kepala daerah ini tidak paham?

Article Sumber

Article

Sebelumnya, Mendagri Tito Karnavian juga telah memberikan peringatan keras kepada 19 gubernur dan 410 bupati/walikota. Terkait kurangnya realisasi bantuan operasional kesehatan dan insentif tenaga kesehatan di berbagai daerah. Ke-19 provinsi yang mendapat teguran adalah : Aceh, Sumbar, Kepri, Sumsel, Bengkulu, Bangka Belitung, Jabar, Yogyakarta, Bali, NTB, Kalbar, Kalteng, Sulsel, Sulteng, Sulut, Gorontalo, Maluku, Maluku Utara, dan Papua Sumber Sumber. Sebanyak itu dan separah itu.

Sementara di sisi lain, ada sekelompok elit politik yang sedang memancing di air keruh. Demi kepentingan politisnya masing-masing. Berbagai tudingan dan “kritik” mereka lemparkan ke Presiden Jokowi. Dan ujung-ujungnya mereka minta Presiden Jokowi mundur saja. Padahal kalau ditanya balik ke mereka, apa kontribusi mereka terhadap penanganan pandemi, saya yakin mereka akan kesulitan untuk menjawabnya. Juga kalau ditanya siapa yang bisa menggantikan Jokowi, yang kinerjanya melebihi Jokowi. Emang ada?

Jadi kinerja para pejabat di daerah ternyata masih terperangkap dengan pola lama, yakni kelambanan yang luar biasa. Ditambah dengan kurangnya sense of crisis dan kurangnya kedekatan dengan warga masyarakat masing-masing. Menyebabkan apa yang sudah dirancang pemerintah pusat jadi kurang efektif dan terbatas manfaatnya. Seakan Presiden Jokowi tidak hanya sedang melawan pandemi. Juga harus melawan buruknya kinerja para pejabat dan jajaran ASN. Betapa berat beban yang sedang dipikul Presiden Jokowi. Namun saya yakin, Presiden Jokowi akan mampu memicu dan memecut kinerja mereka. Perlu waktu dan perlu dibantu oleh jajaran kementrian. Kalau tidak bisa dipacu lagi, ya sudah, pecat saja! 

Presiden Jokowi Versus Para Pejabat Tak Becus!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/presiden-jokowi-versus-para-pejabat-tak-becus-9FP0a4i5zV

Hilangnya Senyum Jokowi

Merdeka.com - Suasana tegang dalam rapat kabinet terbatas, Jumat (16/7). Hanya dihadiri beberapa orang Menteri Kabinet Indonesia Maju. Dipimpin langsung Presiden Joko Widodo. Pria yang akrab disapa Jokowi itu tidak bisa lagi menahan kekecewaannya. Tak ada lagi kompromi. Melihat perilaku anggota kabinetnya.

Laporan masuk ke meja Presiden. Dua orang menteri melawat ke luar negeri. Dikabarkan berada di Amerika Serikat. Terlibat dalam sebuah rekaman video berdurasi delapan detik. Menteri Perdagangan Muhammad Luthfi dan Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Bahlil Lahadalia. Mereka berjalan bersama. Sambil bersendau gurau dan tertawa lepas.

"Jokowi marah saat ratas tadi. Karena ada dua menteri yang ke luar negeri. Ya dua menteri itu," ujar sumber merdeka.com dari balik tembok istana, Jumat (16/7).

infografis jokowi marah

Kedua menteri itu terbang ke Amerika Serikat membawa agenda penguatan hubungan ekonomi. Kerja sama Indonesia dengan pemerintahan baru Presiden AS Joe Biden. Luthfi dan Bahlil berada di AS selama sembilan hari. Terhitung 9-18 Juli 2021. Misi keduanya dikabarkan berhasil membawa pulang investasi USD 350 juta atau setara Rp5,068 triliun. Tapi bukan itu yang membuat Jokowi marah.

Kunjungan ke luar negeri dilakukan tidak pada waktunya. Kondisi di tanah air tengah genting. Lonjakan kasus Covid-19 terjadi. PPKM Darurat diterapkan untuk membatasi aktivitas. Sementara menterinya, justru terbang ke belahan benua lain.

"Jokowi marah banget sama dua menteri itu," lanjut sumber tersebut.

Sekretaris Kabinet Pramono Anung salah satu yang hadir dalam ratas. Presiden langsung melarang semua menterinya ke luar negeri. Ada pengecualian untuk Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. Jika ada menteri yang harus ke luar negeri, wajib mendapat izin dari Kepala Negara. Tidak bisa ditawar lagi.

"Untuk itu seluruh menteri, kepala kementerian lembaga dilarang bepergian keluar negeri," kata Sekretaris Kabinet Pramono Anung dalam akun Youtube Sekretariat Presiden.

jokowi di acara tanwir pemuda muhammadiyah

Kekecewaan Jokowi terhadap kinerja Menteri sering dibahas bersama Wakil Presiden Ma’ruf Amin. Sumber kami mengatakan, Jokowi rutin berbincang dengan Ma’ruf Amin melalui sambungan telepon. Keduanya membahas nama-nama menteri yang dikeluhkan Jokowi. Lantaran kinerja mereka tak memuaskan di mata Kepala Negara. Nama Menteri yang jadi sorotan disimpan rapat.

"Ada beberapa menteri. Ada yang tidak nurut perintah, bandel, dan lain-lain. Tapi kan tidak bisa diumbar," ucap sumber.

Kemarahan Jokowi tak selalu diutarakan dengan kata. Para Menteri dan orang terdekatnya cukup melihat dari gesturnya. "Dari raut wajah berubah."

Juru Bicara Wapres Ma’ruf Amin, Masduki Baidlowi tidak membantah intensitas komunikasi Presiden dengan Wakilnya. Hanya saja, dia tidak tahu persis pembicaraan keduanya. Karena sifatnya rahasia. Komunikasi dilakukan tidak setiap hari. Dalam sepekan, minimal lima kali keduanya saling berdiskusi. Dilakukan melalui sambungan telepon hingga rapat virtual. Dalam kondisi tertentu, Wapres Ma’ruf Amin yang melapor pada Presiden.

"Karena wapres tahu benar posisinya. Beliau sangat tahu memposisikan sebagai seorang wakil. Tapi juga sebaliknya, Presiden juga tahu betul wapres lebih senior, maka kemudian Pak Jokowi juga menghormati Wapres," ungkap Masduki saat dikonfirmasi.

Wapres selalu meminta petunjuk Presiden. Terutama berkaitan dengan keluhan dari masyarakat terkait penanganan Pandemi. Setelah mendapat izin dari Presiden, Wapres langsung bergerak. Menghubungi menteri-menteri terkait. Semisal menghubungi Menko Marves Luhut Binsar Panjaitan, Mendagri Tito Karnavian, dan lainnya.

"Jadi yang begitu penting oleh Wapres, tapi kan tidak semuanya komunikasikan dan diberitakan," ucap Masduki.

penjelasan jokowi al larangan mudik

Hilangnya Senyum Jokowi

Kemarahan Jokowi di rapat terbatas tidak hanya sekali. Catatan kami, pada 18 Juni 2020, Jokowi marah lantaran menterinya tidak memiliki sensitivitas dalam menghadapi krisis. Kemarahan pertama Jokowi di dua bulan awal masa Pandemi Covid-19 melanda Indonesia. Pada 28 Juni 2020, Jokowi mengutarakan keinginannya melakukan reshuffle kabinet. Termasuk membubarkan Lembaga yang tidak diperlukan.

Usai kemarahan Jokowi, Mensesneg Pratikno menyebut kinerja para menteri mulai membaik. Itu disampaikan Pratikno pada 6 Juli 2020. Hanya berselang dua hari, tepatnya 8 Juli 2020. Kali ini dalam rapat Bersama Menteri dan beberapa kepala daerah. Lagi-lagi Jokowi menyoroti kinerja menteri yang tak peka saat krisis. Para Menteri diinstruksikan kerja lebih keras. Tidak bisa bekerja dengan cara biasa. Jokowi berkilah tidak marah. Sekadar memotivasi para menterinya.

Kekecewaan dan kemarahan Jokowi juga terucap ketika dana bantuan sosial (bansos) Covid-19 dikorupsi. Oleh anak buahnya sendiri. Kala itu, Juliari Batubara masih menjabat Menteri Sosial. Jokowi juga tidak senang melihat pencairan dan distribusi bansos tersendat. Termasuk mendengar insentif tenaga kerja terlambat.

Pandemi Covid-19 berkepanjangan membuat Presiden pusing. Orang dekatnya mengakui itu. Kini, ada ciri khas Jokowi yang hilang. "Pak Jokowi lagi pusing dan capek, karena itu sekarang jarang senyum dan ketawa," kata orang dekat Jokowi.

Jokowi biasanya selalu berbagi senyum. Bahkan, tak pernah menahan tawa. Biasanya terlihat ketika berjumpa dengan warga. Saat melempar kuis berhadiah sepeda.

momen presiden jokowi dengarkan curahan guru matematika smpn 7 padang

Publik bisa melihat besarnya beban yang dihadapi Jokowi selama Pandemi Covid-19. Apalagi ini krisis multidimensi. Menyangkut nyawa 271.349.889 jiwa rakyatnya. Belum lagi ekonomi yang kini ada di jurang resesi. Tidak ada satupun pemimpin negara bisa tidur tenang di tengah badai krisis. Salah satunya Jokowi.

Seharusnya, keseriusan Jokowi dan para menterinya ditampilkan sejak awal Pandemi. Alih-alih menenangkan rakyat, yang terjadi di awal Pandemi justru para petinggi negeri menjadikan Covid-19 bahan guyonan. Ketika kondisi memburuk seperti sekarang, pemerintah mencoba mengubah mainset public. Ini bencana krisis yang serius. Bahkan digunakan kata darurat.

"Sekarang justru yang panik pemerintah. Harusnya bukannya Pak Jokowi tapi semua bawahannya harus mulai ikut serius. Tidak cengegesan lagi," ujar pakar Komunikasi Universitas Pandjajaran, Kunto Adi Wibowo.

Adi melihat pusingnya Jokowi saat ini. Penularan Covid-19 melonjak tajam. Beriringan dengan tingginya jumlah rakyat yang meninggal. Belum lagi kondisi Indonesia yang kini ‘ditakuti’ bangsa lain. Warga negara asing ditarik pulang. Dilarang terbang ke Indonesia. Membuat pariwisata yang digadang-gadang membuat ekonomi bangkit, justru semakin sulit.

jokowi vcall bareng perawat safira

Jangan Lagi Politik dan Militer

Dewan Pertimbangan Presiden selalu memberikan masukan untuk Jokowi. Setiap anggota mengutarakan usulan berdasarkan kondisi yang dilaporkan. Usulan itu biasanya disampaikan secara periodik oleh Ketua Wantimpres Wiranto. Wantimpres jarang mendengar keluhan dari Presiden selama menangani Pandemi. Mereka meyakini, Presiden Jokowi punya rencana matang.

"Beliau menguasai masalah," kata Anggota Dewan Pertimbangan Presiden Bidang Kesehatan dan Pendidikan Dato Sri Tahir.

Komandan Pasukan Pengaman Presiden Mayor Jenderal TNI Agus Subiyanto salah satu orang yang hampir setiap saat mendampingi Jokowi dari dekat. Dia melihat keseriusan Kepala Negara menghadapi Pandemi. Konsentrasi Presiden utamanya mempercepat penanganan Pandemi Covid-19.

"Beliau tidak kenal waktu. Apalagi menghadapi Pandemi ini, Bapak sangat konsen dan serius. Bapak kalaupun sedang lelah, tetapi setelah bertemu masyarakat jadi segar dan semangat. Bapak itu totalitas memikirkan rakyatnya," jelasnya.

Jokowi seakan tidak ingin menunjukkan kelelahan. Terlebih ketika tampil di depan publik. Pandemi menguras tenaga dan pikiran Kepala Negara. Namun imunitas tubuh Presiden tetap dijaga. Konsumsi vitamin dan jamu tradisional jadi andalan.

"Kalau mengeluh lelah tidak pernah disampaikan ke saya," ucap dokter Kepresidenan, dokter Padma.

presiden jokowi hadiri ktt ke 37 asean di istana kepresidenan bogor

Kondisi hari ini membuat gaya komunikasi Jokowi berubah. Ada kekhawatiran yang tak bisa ditutupi. Namun coba dibungkus dalam semangat optimisme. Gambaran itu juga yang ditampilkan para pembantu Presiden. Sayangnya, mereka justru terlalu percaya diri. Tak diduga, kondisi memburuk tanpa diprediksi.

"Komunikasi Pak Jokowi tampak agak tegang, sangat serius sekali, Saya melihat, sorry, para pembantu presiden ini mohon maaf ya, over optimistis," menurut pakar komunikasi dari Universitas Airlangga, Suko Widodo.

Keseriusan dalam penanganan Pandemi membuahkan kebangkitan kembali gaya lawas. Pendekatan kekuatan militer. Alih-alih mendisiplinkan warga, mematuhi protokol kesehatan dan membatasi kegiatan. Masyarakat justru dihadapkan pada situasi makin sulit.

Sudah saatnya Jokowi didampingi para ahli. Tampil di depan publik bersama mereka yang menguasai ilmu kesehatan dan pengetahuan. Untuk mendapatkan kembali dukungan dari rakyatnya.

"Pak Jokowi bisa mendapatkan kepercayaan, bukan politik dan militer," tegasnya. 

Hilangnya Senyum Jokowi 
 Jokowi di Istana Kepresidenan Bogor. ©2021 Foto: Lukas - Biro Pers Sekretariat Presiden

Sumber Utama : https://www.merdeka.com/khas/hilangnya-senyum-jokowi-jokowi-hadapi-pandemi-1.html

Strategi Ganjar Lawan Covid Tuai Pujian Dari IDI Hingga Singapura!

Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo merupakan kepala daerah yang terlihat paling aktif mendatangi warga dalam masa pandemi ini. Ganjar yang memang hobi gowes, kerap blusukan sambil bersepeda, ke pasar-pasar dan kampung-kampung warga. Juga sesekali menyapa warga yang berjualan di pinggir jalan. Menegur dan mengingatkan mereka soal prokes. Ganjar juga sering meninjau warga yang sedang menjalani isolasi di lokasi-lokasi isolasi pasien Covid. Lalu menyemangati agar mereka cepat sembuh. Ke rumah-rumah sakit pun Ganjar sempat untuk meninjau. Padahal kita tahu bahwa wilayah Jawa Tengah itu luas. Capek lho mengurusi wilayah segitu luasnya. Jangan heran kalau Pak Ganjar ini tidak bisa gemuk badannya hehehe….

Pujian atas kinerja Ganjar bukan hanya datang dari para netizen atau warga masyarakat. Namun juga dari mereka yang ahli. Artinya kita tidak omong kosong ketika memaparkan kelebihan Ganjar dalam penanganan pandemi. Tidak sekedar tata kata alias omong doang. Karena juga didukung oleh pendapat para ahli.

Pertama, datangnya dari Singapura. Seorang dokter spesialis bedah tulang dan tulang belakang di Mount Elizabeth Hospital. Nampaknya beliau ini berasal dari Indonesia, karena namanya nama Indonesia, dokter Tony Setiobudi. Dokter ini juga seorang youtuber dengan subscriber mencapai 411 ribu. Video-video yang dibuatnya di kanal Youtube-nya juga berbahasa Indonesia link channel youtube. Kebanyakan video yang dibuatnya itu berkisar tentang bidang keahliannya, yakni tulang, sendi, syaraf dan tulang belakang. Namun ada satu video yang dia buat khusus untuk memuji strategi Ganjar menghadapi pandemi Covid link video.

Dokter Tony mengawali videonya dengan memaparkan bahwa di masa pandemi ini diperlukan adanya seorang pemimpin yang handal, yang punya wawasan luas, punya strategi yang jelas dan tegas, yang tidak hanya memikirkan dirinya sendiri. Kemudian dia menyebut Ganjar sebagai pemimpin pertama di Indonesia yang menyampaikan strategi yang jelas dalam menangani pandemi. Pujian ini mengacu pada 5 poin arahan Gubernur Ganjar kepada para jajarannya untuk menangani pandemi.

Pertama, seluruh daerah diminta menghitung ulang kapasitas tempat tidur ICU atau isolasi yang ada di rumah sakit dan jumlah SDM tenaga kesehatan. Sehingga jika terjadi kekurangan bisa segera ditambahkan. Kalau tidak bisa, kepala daerah bisa langsung telpon Ganjar untuk segera dibantu. Kedua, setiap kabupaten kota harus menyiapkan tempat isolasi terpusat, seperti gedung yang tidak terpakai, hotel, balai diklat, wisma yang bisa digunakan untuk isolasi. Ketiga, Lurah dan Kades harus menyiapkan tempat isolasi terpusat di tingkat desa atau kelurahan, di rumah atau gedung yang tidak digunakan. Aktifkan lagi (program) jogo tonggo agar pergerakan keluar masuk warga bisa terpantau ketat. Keempat, operasi justisi ditingkatkan lagi, tidak boleh berhenti, pantau dan perketat keramaian di titik strategis, tempat wisata, mall, pasar, tempat olahraga, area publik. Kalau tidak bisa diatur harus ditutup. Kelima, percepatan vaksinasi Covid-19 di seluruh wilayah Jateng Sumber tambahan.

Program jogo tonggo adalah program yang mengedepankan partisipasi aktif warga untuk saling menjaga dari penularan Covid-19. Jika ada yang kena, maka para warga sekitar akan saling memberi perhatian dan saling membantu. Program ini didukung pula dengan pembentukan Satgas jogo tonggo yang diketuai oleh Ketua RW, dibantu para Ketua RT, dan beranggotakan tim kesehatan, tim ekonomi, serta tim keamanan. Konsep jogo tonggo besutan Ganjar ini menjadi salah satu juara dalam acara Top Inovasi Pelayanan Publik, Inovasi Penanganan Covid-19 dan Pengaduan Terbaik 2020, dalam kategori Pelayanan Publik Penanganan Covid-19, yang diselenggarakan oleh Kementrian Pendayagunaa Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi. Sumber Sumber

Gubernur Ganjar tidak berhenti berinovasi. Ganjar baru saja menggagas program baru bernama Rembug Desa, dengan mendayagunakan entitas desa. Melalui program ini, Ganjar ingin menyaring informasi faktual yang ada di lapangan, termasuk mendengar keluhan atau kendala yang dihadapi desa dalam penanganan pandemi. Juga sekaligus bisa memberikan arahan langsung dan menyerap contoh baik yang telah dilakukan beberapa desa agar ditiru daerah lainnya. Caranya dengan mengadakan rapat dengan para kepala desa (kades), yang digilir per kabupaten. Dimulai pada hari Senin lalu (19/7), Ganjar mengadakan Rembug Desa dengan para kades di Banjarnegara secara virtual. Sebanyak 244 lurah/kades mengikuti acara ini memakai aplikasi zoom Sumber Sumber. Mantap!

Terobosan Rembug Desa ini kemudian menuai pujian kedua dari epidemiolog dari Universitas Diponegoro, Ari Udijono dan Ketua Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Jawa Tengah, Djoko Handojo. Ari menilai program ini adalah cara yang bagus untuk melibatkan masyarakat dalam pengendalian Covid. Desa merupakan garda terdepan dalam menangani pandemi. Program ini menjadi sarana komunikasi dari bawah ke atas, yang pada akhirnya bisa dipakai untuk menggerakkan masyarakat untuk menyadari pentingnya mentaati prokes. Sedangkan Djoko Handojo menyamakan strategi Ganjar dengan strategi perang perjuangan Jenderal Soedirman. Yang mampu mengoptimalkan seluruh kekuatan termasuk kurir hingga prajurir terbawah untuk memenangkan peperangan. Para kades/lurah akan bekerja optimal karena sudah berdialog langsung dengan pimpinan tertinggi di Jateng dan perintah yang diberikan pun akan dilaksanakan sesuai dengan situasi di daerahnya masing-masing Sumber.

Semua bekerja. Dari gubernur hingga ke lurah/kades, sampai Ketua RT. Dalam satu komando. Ini dia yang namanya strategi. Tidak hanya meninjau satu tempat lalu marah-marah, tapi kemudian ternyata salah. Atau keluyuran di makam, “menjual” drama kesedihan. Atau jadi pahlawan kesiangan mendatangi pasar yang sudah terlanjur jadi tempat kerumunan, sambil membawa rombongan awak media, menciptakan kerumunan lagi. Ganjar bekerja nyata, terarah, bersinergi, berkoordinasi, dan menjalankan tugasnya sebagai pemimpin. Mau turun ke lapangan dan menjalin dialog dengan segala pihak. Demi kepentingan rakyat. Ini dia yang namanya pemimpin. Bravo!

Strategi Ganjar Lawan Covid Tuai Pujian Dari IDI Hingga Singapura!

Sumber Utama : https://seword.com/umum/strategi-ganjar-lawan-covid-tuai-pujian-dari-idi-eLfG44v3R6

Lewat Bima Arya, Presiden Jokowi “Rebus” Anies!

Di balik layar, entah kapan, mungkin Presiden Jokowi pernah memarahi Anies. Karena ketidakbecusan dia bekerja. Tidak dengan kata-kata kasar lah. Saya yakin sekedar diajak berargumentasi dan gubernur santun ini pun hanya bisa ngeles dan memberikan jawaban muter-muter, sambil sesekali ngomong pakai bahasa Inggris. Tapi tentu saja nggak ngefek, karena kita lihat sendiri bahwa Anies tidak pernah berubah. Tetap sok melawan pemerintah pusat, tetap memberi kesan sok tahu, dan tetap memihak ke gerombolan yang memusuhi Jokowi.

Presiden Jokowi pun mengambil alternatif lain untuk “memarahi” Anies. Misal blusukan di wilayah Jakarta. Juga bekerja di lokasi yang harusnya merupakan tempat kerja Anies. Seperti mengecek kesiapan Rusun Nagrak jadi tempat isolasi tambahan buat pasien Covid. Presiden Jokowi juga memperlihatkan kecepatan kerja luar biasa menyulap Asrama Haji Pondok Gede jadi Rumah Sakit tambahan. Hanya dalam waktu sekitar seminggu. Ya memang pekerjaan itu pasti bisa dilakukan secepat kilat, apalagi dengan lokasi di Jakarta. Yang penting orangnya mau kerja dan mau koordinasi dengan pihak-pihak yang terkait. Bukannya malah seperti kehabisan akal sampai meminta-minta ember dan sapu ke para dubes asing.

Tidak sampai di situ saja, Presiden Jokowi juga kerap “memakai” orang lain untuk menyentil Anies. Tentunya orang lain itu yang jauh lebih baik kemampuannya daripada Anies. Seakan di-endorse oleh Presiden Jokowi. Memperlihatkan ini lho pemimpin daerah yang bisa dijadikan contoh teladan, yang benar-benar bisa kerja. Wali Kota Bogor, Bima Arya merupakan satu orang yang dijadikan Presiden Jokowi sebagai simbol sentilan terhadap Anies.

Bima Arya ini kader PAN ya. Kita tahu bahwa PAN sekarang agak condong ke pemerintah, apalagi selepas keluarnya Amien Rais. Sementara itu, pastinya Presiden Jokowi juga tahu soal manuver Anies ke arah PAN. Yakni ketika saat Lebaran hari pertama lalu dia malah berkunjung ke rumah Ketum PAN, padahal sebelumnya Anies melarang warga melakukan silaturahmi. Dasar plin plan, demi ambisi politik. Kita aja paham, apalagi Presiden Jokowi yang ahlinya merebus kodok.

Salah satu cara Presiden Jokowi “merebus” Anies, adalah dengan mengakrabkan diri dengan Bima Arya. Sehingga Bima Arya pun citranya juga terangkat. Seorang wali kota, namun sudah pantas buat jadi gubernur. Bima Arya juga sudah membuktikan bahwa dia bekerja sesuai aturan. Tidak terpengaruh ataupun berpihak pada gerombolan pengacau seperti FPI dan Rizieq. Buktinya, Rizieq akhirnya disidang karena laporan/kesaksian dari Bima Arya kan.

Bima Arya juga pernah secara frontal “menguliti” ketidakbecusan Anies. Ini terjadi tahun lalu. Ketika PSBB akan diberlakukan kembali. Anies sebagai Gubernur DKI Jakarta sok jadi yang paling pinter. Dia pun memimpin rapat para kepala daerah se-Jabodetabek. Bima Arya akhirnya mengungkap bagaimana “dodolnya” Anies di dalam rapat itu. Menurutnya, Anies tidak punya konsep yang jelas dan belum berkoordinasi dengan pemerintah pusat. Sampai akhirnya rapat pun tidak bisa mengambil keputusan apa-apa. Bahkan Bima pun meminta Anies untuk berkoordinasi dulu dengan pemerintah pusat dan memformulasikan langkah-langkah yang jelas/detail. Baru kemudian disampaikan lagi ke rapat kepala daerah se-Jabodetabek Sumber.

Apa ini namanya? Wali kota ngajarin gubernur bagaimana cara jadi gubernur? Hehehe… Memalukan lah buat Anies. Saya yakin Presiden Jokowi pasti tahu soal ini. Oleh sebab itu, beliau pun “memakai” Bima Arya ini buat sedikit memanaskan air rebusan.

Hal serupa sebenarnya pernah dilakukan oleh Presiden Jokowi pada bulan Maret/April lalu. Waktu itu sedang ramai topik reshuffle kabinet. Bima Arya sempat dipanggil Presiden Jokowi untuk bertemu di Istana Bogor. Beberapa minggu kemudian hal ini baru bocor ke media. Disertai dengan dugaan bahwa pertemuan itu berhubungan dengan pengusungan Bima Arya jadi calon gubernur DKI Jakarta di Pilkada nanti. Bima Arya sendiri memaparkan bahwa isi pertemuan itu membahas soal penanganan Covid dan rencana pembangunan trem di Bogor Sumber Sumber. Tetap saja, yang beredar di media adalah adanya spekulasi soal pencalonan Bima Arya jadi cagub di Jakarta. Anies kesenggol dong.

Kemarin Rabu (21/7) sore, kembali Presiden Jokowi memanggil Bima Arya ke Istana Bogor. Menurut Bima Arya, presiden meminta update soal perkembangan penanganan Covid di Kota Bogor. Dia pun menyampaikan laporan penanganan covid dari hulu ke hilir. Bima Arya juga menyampaikan berbagai usulan, saran dan permintaan kepada presiden terkait kebutuhan nakes, oksigen dan obat-obatan. Tak lupa Bima Arya menyampaikan ke media bahwa menurut Presiden Jokowi, langkah penanganan Covid di Kota Bogor sudah sejalan dengan kebijakan pemerintah pusat, yang berfokus membantu kaum duafa dan warga terpapar secara ekonomi Sumber.

Sekali lagi, Bima Arya sudah nampak dan terdengar seperti seorang gubernur. Paparannya pun jelas, teratur, dan terarah. Nggak kayak gubernur yang itu. Sok galak sidak ke perkantoran, ternyata salah masuk. Sok pintar cari sumbangan ke para dubes asing, ternyata blunder dan jadi mempermalukan bangsa sendiri. Sok tahu soal angka Covid, eh dia malah sempat-sempatnya jalan-jalan “safari politik” ke provinsi lain. Sok melarang warganya keluar rumah, eeh dianya malah sepedaan bersama keluarga. Bukannya dianggap pinter, malah jadi lelucon dan tertawaan publik. Memang tidak perlu dimarahi sama Presiden Jokowi kok. Buang-buang energi saja. Biarkan saja dia blunder dan terebus sendiri.

Lewat Bima Arya, Presiden Jokowi “Rebus” Anies!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/lewat-bima-arya-presiden-jokowi-rebus-anies-c4pvxg9457

Dulunya Minta Lockdown, Kini Sok Berjasa Menolak PPKM, Demokrat Raja Halu!

Belum hilang dari ingatan kita awal mula pandemi ini ada begitu banyak suara menyerukan lockdown. Dari mulai mantan wapres JK, gubernur DKI, PKS dan juga Demokrat. Suara mereka sahut menyahut memprovokasi pemerintah untuk melakukan lockdown total. Bahkan jika PPKM hari ini tidak diberlakukan, saya kira Demokrat masih konsisten menyerukan lockdown. Kalau ditanya apa bedanya PPKM dengan lockdown, tentu beda jauh. Jangankan pembatasan di jalan atau pemberlakuan jam malam, keliar rumah saja tak diperbolehkan di masa lockdown.

Kita ingat betul saat itu lewat akun sosial medianya, AHY mengupload tugas sekolah Amira yang berisi permintaan lockdown ke presiden dalam bahasa inggris. Ulah Demokrat ini mengundang reaksi keras dari salah satu pegiat media sosial, Denny Siregar. "Bapak sudah, anak sudah, gini giliran cucu dikerahkan untuk meminta lockdown," begitulah kira-kira tanggapan Denny Siregar waktu itu. Sampai-sampai Anisa Pohan berang dan mengancam akan melaporkan Denny. Anisa juga berujar kalau mulut Denny minta disambelin.

Saat lonjakan kasus terjadi lagi pasca lebaran yang juga berbarengan dengan program vaksin, permintaan lockdown awalnya justru datang lagi dari Ibukota dan PKS. Pemerintah yang terpancing langsung mengeluarkan kebijakan PPKM dengan alasan rumah sakit penuh, tenaga medis kewalahan dan sebagainya. Dan kini akhirnya melalui Luhut, pemerintah menyadari kekeliruan kebijakan tersebut yang nyatanya berdampak pada wong cilik. Tentunya para pendukung pemerintah yang sedari awal mewanti-wanti agar tak lockdown yang paling berjasa dengan pencabutan aturan PPKM.

Tapi kini kita lihat ada failed dinasty yang mengaku-ngaku paling berjasa dalam penghentian PPKM. Dia adalah Anisa Pohan, ibunda dari seorang anak yang dulunya membuat tugas sekolah meminta presiden melockdown. Ini benar-benar halu dan lucu. Ibarat mereka meminta lamaran, tapi ketika ada penolakan pada calon besan, mereka merasa paling berjasa dalam penolakan tersebut. Itulah Demokrat dengan segala keniscayaan yang ada di dalamnya.

Dan lagi kini beredar lagi cuplikan berita kalau sang mantan ada dalam cuplikan film hollywood. Mungkin merasa iri dengan Jokowi dan para kepala negara yang mau dimasukkan dalam cuplikan film internasional. Ini benar-benar rasa halu yang luar biasa. Padahal mantan-mantan presiden lain tak ada yang cemburu. Toh cuma mantan. Anehnya Demokrat sebelumnya juga mengolok Jokowi sibuk shooting saat membagikan bansos langsung. Juga mengolok Mahfud MD yang belakangan hobi nonton sinetron. Seakan kena karma, kini mereka malah membanggakan mantan yang cuma numpang dalam suatu film.

Untungnya Jokowi tak terpengaruh suara partai halu. Dirinya tetap mengabdi meski dicaci, tak tumbang meski dihadang. Jokowi bergerak untuk menggenjot vaksinasi dan mengoptimalkan anggaran yang di daerah. Hasilnya dari panglima TNI hingga Mendagri, Tito Karnavian ikut turun ke lapangan. Seperti kata Mahtud MD, Jokowi tak hanya menganulir vajsin berbayar, tapi juga mengerahkan jajarannya hingga mengajarkan mahasiswa kedoktwran untuk membantu program vaksinasi.

Di lapangan, panglima TNI terjun membagikan bansos-bansos dan membantu vaksinasi di Jawa Tengah. Sedang Tito sendiri dikabarkan tengah menyurati belasan provinsi yang anggaran penanganan Covidnya macet. Harusnya pulau Hawa dan Bali yang dihuni mayoritas penduduk bisa dipercepat vaksinasinya. Belakangan kita tahu provinsi seperti Banten, Jabar dan lainnya masih rendah tingkat vaksinasinya. Jadi jangan salah kalau pandemi ini berlarut-larut. Karena nyatanya begitu banyak daerah yang tak sejalan dengan arahan pusat. Sudah begitu diberi oposisi yang halunya tingkatan dewa.

Belum lagi serangan dari media-media rasa oposisi plus para kadrun. Pemerintah sejatinya berjuang melawan banyak hal. Benar kata Jemima, Jokowi bukan superman yang bisa menyenangkan semua orang. Di saat pemerintah berusaha keras menyalurkan vaksin agar tercapai herd immunity, media-media mainstream malah membuat berita menyesatkan. Detik ketahuan menurunkan judul kalau vaksin sinovac dipuja Chili, tapi dicampakkan Singapura dan Malaysia. Begitu juga media Tempo, Antara yang memuat seakan vaksin sinovac tidak dipakai negara lain. Padahal kenyataannya negara-negara tersebut menghentikan pemberian setelah stoknya habis.

Untungnya Jokowi bukanlah mantan yang cepat halu dan dikit-dikit mengelus dada ketika diserang. Coba kalau era mantan yang jadi, bisa-bisa setiap berita atau kritikan akan dibuat besar. Dengan tampang terdzolimi ia akan menyebut nama media berisi pemberitaan yang menyudutkannya. Tentunya kita tak lupa era mantan pernah melaporkan pemberitaan Asia Sentinel yang memberitakan dugaan penggelapan dana Bank Century oleh SBY yang membuat partainya meradang. Lagi-lagi negara dibuat prihatin akan kesengsaraan sang mantan, bukan prihatin pada rakyatnya.

AHY sebenarnya tak begitu mengerti politik, tapi istri, mantan dan orang-orangnya begitu berisik dan terus menyebar kebencian pada pemerintah. Mulai dari Andie Arief yang menyuruh Jokowi minta maaf pada rakyat karena gagal mengatasi pandemi. Ibas yang menyebut negara kita jadi failed nation gara-gara Jokowi. Hingga menyebut uluran langsung Jokowi memberi bansos sebagai shooting sinetron. Begitu kurang ajarnya orang-orang ini merendahkan kepala negara.

Kalau dulu ada geng Rizieq yang vokal menentang kebijakan pemerintah, maka dengan ditahannya sang imam jumbo, suara eks FPI ikut redup. Peran mereka kini digantikan langsung oleh Demokrat yang terus menerus memprovokasi kekacauan hingga lebaran kuda. Orang-orang seperti Refly Harun, Rocky Gerung, Said Didu dan Rizal Ramli akan menjadi pelengkap Demokrat untuk terus mengorbankan api kebencian.

Amien Rais sendiri yang dulu vokal menyerang kini justru cakar-cakaran dengan pengacara Rizieq. Ini lantaran Amien dianggap blunder setelah mengumumkan hasil investigasi kasus kematian laskar FPI tak melibatkan TNI Polri. Entah kemasukan angin apa sehingga seorang Amien Rais jadi berpihak pada pemerintah. Mungkin dirinya merasa sudah tua dan tak ingin membawa bekal pulang amal buruk. Teringat ada ustadz Maheer, Tengku Zulkarnain yang sebelumnya meninggal setelah vokal mencaci maki pemerintah.

Akhirnya kita bersyukur punya Jokowi yang terus berjuang demi rakyat meski mendapat cibiran dari banyak pihak. Kita doakan negara ini bisa segera keluar dari pendemi dan Jokowi bisa fokus kembali membangun negeri. Untuk para mantan, teruslah halu sampai kalian sadar suatu waktu roda berputar dan menempatkan dinasti-dinastian ke bentuk awal yakni cuma rakyat biasa.

Dulunya Minta Lockdown, Kini Sok Berjasa Menolak PPKM, Demokrat Raja Halu!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/dulunya-minta-lockdown-kini-sok-berjasa-menolak-AzldoA3Ieh

Cakep! Infodemi Merebak, Menkominfo Johnny Plate Ajak Cek Sumber!

Salah satu dampak Covid-19 adalah lahirnya orang “bijak” yang mendadak jago bicara. Ramai-ramai merasa lebih jago dengan opininya masing-masing, bla…bla…dan bla….. Hanya saja, jujur saya geli mendengar narasi mereka yang berbanding terbalik dengan kenyataan yang terang menderang di lapangan. Penasaran juga, opini brilliant tersebut didapat mereka dari mimpi atau darimana sih?

Sebab jelas-jelas selama ini kematian yang ada bukan angka ngasal. Itulah kurang lebihnya fakta airmata kehilangan yang dirasakan oleh banyak keluarga. Termasuk kondisi rumah sakit dan jibaku para dokter serta tenaga kesehatan. Maaf, itu bukan sinetron kejar tayang, dan mereka tidak sedang berakting kawan.

Salut dan kasihan dengan nyali mereka yang “sakti” masih ngotot tidak bermasker, atau mungkin sikap keblinger menolak vaksin. Lalu geli meringis jika masih ada yang halu ngotot mengatakan Covid adalah konspirasi? Hahahha….kemana saja mereka selama ini, tinggal di planet lain dan sedang bertamu di bumi?

Jujur, saya juga capek dengan kondisi ini, tetapi saya memilih patuh. Jadi, terus terang saja kesal ketika ada narasi menentang kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM). Kesannya disini pemerintah tidak peka dengan perut lapar rakyatnya? Lalu muncul narasi “ngelawak,” membandingkan negara ini dengan negara lain pula? Mungkin inilah contoh nyata pepatah kuman diseberang lautan tampak, gajah di pelupuk mata tak terlihat.

Susah payah pemerintah mengatasi pandemi, dan memperjuangkan nyawa rakyatnya. Tetapi, apa yang diberikan oleh sebagian dari kita? Justru balas mencerca, mengkritik dan menghujat! Sebagian dari kita tidak datang dengan solusi, dan bahkan untuk diminta kerjasamanya saja justru balik menikam. Miris!

Begini sajalah, daripada cuma bisa ngomporin, kenapa tidak membantu pemerintah? Tanya diri sendiri, sudah berbuat apa selama pandemi ini? Sudah berbuat apa untuk mengatasi lapar saudara sendiri, tetangga sendiri, atau orang-orang yang ada di sekitarnya? Wokeh, ora ono duit karena PPKM. Yah…sudah diam, dan jangan membuat narasi yang merusak kebijakan dan kerja keras pemerintah! Singkatnya, jika tidak bisa membantu, yah jangan jadi beban.

Wokeh, ada yang berjoget berpesta diatas pandemi. Maaf yah, bukankah justru disinilah kita harusnya bersatu? Kita harus mendukung kebijakan pemerintah supaya pandemi berakhir, dan pesta pora mereka pun berakhir! Khan begitu harusnya.

Makanya, mantap betul ajakan Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Plate, agar kita cek sumber untuk melawan infodemi, utamanya di media sosial.

"Oleh karena itu, saya instruksikan kepada semua platform digital untuk lebih proaktif melakukan penanganan konten hoaks, turut mengamplifikasi pesan yang membangun optimisme dan kekuatan bangsa, serta turut menyebarkan informasi kebijakan dan penanganan Covid-19 oleh pemerintah, termasuk percepatan vaksinasi dan penerapan protokol kesehatan," tutur Menkominfoalam siaran pers yang diterima, Senin (19/7/2021). Dikutip dari: liputan6.com

Ehhhmmm…apa sih infodemi?

Infodemi ialah penyebaran berita atau informasi berlebihan terhadap suatu keadaan yang akhirnya meresahkan dan memperburuk keadaan. Infodemi menyebar lebih cepat daripada pandemi itu sendiri. Sebab tidak menutup kemungkinan ditambahi bumbu sotoy atau muatan kepentingan. Maka makin gurih menyesatkan dan membodohilah ujungnya. Ngerinya, informasi bersalahan ini merusak akal sehat manusia, dan seperti wabah juga yang menularkan kebodohan kepada orang lain.

Sehingga bukan hanya pandemi Covid-19, tetapi penyebaran berita bohong sangatlah memengaruhi pemikiran manusia dan memakan korban akibat masifnya penyebaran infodemi saat ini. Infodemi seperti silent killer yang mematikan akal sehat. Sulitnya, tidak ada vaksin untuk ini. Sebagai langkah awalnya adalah mencari sumber dan upaya mencerdaskan masyarakat.

Disinilah Kemenkominfo melihatnya sebagai hal serius untuk menangani hoaks dari hulu ke hilir. Adapun langkah penting yang diambil adalah dengan edukasi literasi digital, pemutusan akses (take down) konten negatif bersama platform media sosial, penerbitan klarifikasi hoaks bersama pemangku kepentingan terkait, hingga mendukung kepolisian dalam upaya penegakkan hukum.

Perhatian serius Johnny Plate adalah bentuk dukungan penuh Kemenkominfo melawan pandemi. Sebab, kesalahan informasi berpontensi memperburuk kinerja pemerintah, dan memperlambat penanganan Covid.

Ini saatnya masyarakat disadarkan bertanggungjawab ketika menyampaikan informasi dan bernarasi. Sehingga kita dapat menghadirkan ruang digital yang bersih hoaks menyesatkan dan pembodohan.

Sejauh ini terdapat tiga isu hoaks terkait pandemi, yaitu:

1. Infodemi Soal Hoaks dan Disinformasi Covid-19 Temuan hoaks pemelintiran informasi rumah sakit sengaja meng-covid-kan pasien yang datang untuk keuntungan komersil. Hingga kabar yang menyebut Covid-19 merupakan konspirasi.

2. Infodemi Terkait Hoaks dan Disinformasi Vaksin Covid-19 Hoaks yang mengangkat isu vaksin yang menyebabkan gelombang radiasi elektromagnetik, tudingan vaksin menyebabkan kematian, dan informasi keliru bahwa penyebaran varian delta Covid-19 karena vaksinasi.

3. Infodemi Terkait Hoaks dan Disinformasi PPKM Darurat Hoaks terkait informasi keliru tentang PPKM Darurat di berbagai daerah dan pemahaman salah mengenai perpenjangan PPKM Darurat.

Keseriusan Johnny Plate mengajak masyarakat agar mandiri memanfaatkan kanal informasi untuk memeriksa hoaks. Terkait Covid, diantaranya adalah kanal mandiri seperti https://linktr.ee/covid19.go.id dan kanal aduan seperti salah satunya https://aduankonten.id/

Berlahan tapi pasti pandemi dengan caranya pun mendorong masyarakat semakin cerdas. Tidak menelan mentah-mentah informasi yang berada di ruang digital. Tetapi mencernanya dengan memeriksa sumber beritanya. Artinya jelas media juga bertanggungjawab, dan berperan penting agar bernarasi cerdas serta sehat untuk membantu pemerintah memulihkan negeri ini.

Cakep!  Infodemi Merebak, Menkominfo Johnny Plate Ajak Cek Sumber!

Sumber Utama : https://seword.com/umum/cakep-infodemi-merebak-menkominfo-johnny-plate-LtpaspWlJz

Jika ada pepatah mengatakan, siapa yang menabur dia yang menuai, maka bisa dibilang saat ini mantan politisi PAN Amien Rais sedang menuai hasil yang ia tabur dulu.

Tentu masih segar diingatan kita apa saja perbuatan buruk yang pernah ia lakukan kepada Presiden Jokowi kala itu.

Mulai dari mengatakan Jokowi seperti bebek lumpuh.

Kemudian, kebijakan yang diambil oleh mantan Walikota Solo tersebut disebutnya kebijakan panik.

Padahal kalau dibandingkan dengan Presiden sebelumnya, bisa dibilang kebijakan Jokowi lebih baik.

Karena minimal tidak ada pembangunan infrastruktur yang mangkrak di zaman sekarang.

Program untuk masyarakat miskin juga terus digalakkan. Mulai dari PKH, bantuan Sembako, Kartu Indonesia Sehat (KIS), hingga bedah rumah.

Lagian juga, yang menjadi indikator keberhasilan program pemerintah itu adalah tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintah itu sendiri.

Dan tingkat kepuasan masyarakat terhadap pemerintahan Jokowi-Ma’ruf mencapai angka 70 persen.

Itu angka yang tinggi ferguso.

Apalagi di masa pandemi Covid-19 ini.

Tidak jarang masyarakat yang puas terhadap pemerintahnya ketika bencana datang melanda.

Kalau kebijakan hasilnya bikin puas masyarakat, pertanyaannya bagaimana mau disebut kebijakan yang panik?

Selanjutnya, Amien Rais juga pernah memplesetkan Nawacita menjadi nawasengsara dan mengatakan Presiden Jokowi seperti Joseph Estrada. Presiden Fipilina yang gagal dan korup itu.

Di mata Amien, tidak ada satupun yang benar yang dilakukan oleh Jokowi selama ini.

Pertanyaannya, kenapa Amien begitu jahat sama Presiden tersebut?

Tentu tidak lain tidak bukan karena dia iri atas pencapaian Jokowi.

Amien yang pernah jadi Ketua MPR malah gagal terpilih jadi Presiden. Sedangkan Jokowi, yang awalnya hanya walikota biasa bisa memenangkan kontestasi Pilpres itu.

Begitupun Capres yang diusungnya Prabowo, dua kali dikalahkan oleh Jokowi.

Wajar bila kemudian Wan Amien keki banget dengan pencapaian mantan Gubernur DKI tersebut.

Hingga pikirannya menjadi tidak rasional lagi dan melakukan ujaran kebencian.

Kasihan juga sebenarnya lihat bapak ini. Sudah tua tapi hidupnya tidak tenang.

Dan mau menjatuhkan Jokowi tapi dia sendiri yang jatuh.

Terbukti, ia yang mendirikan PAN, dia pula yang terdepak dari partai itu.

Nah sekarang, siapa sangka Amien Rais yang dulu begitu dekat dengan Rizieq. Bahkan saat pentolan FPI itu kabur ke Arab Saudi , ia sempat menemuinya. Eh kini mereka malah berseteru.

Konflik antar elit kadrun itu terjadi bermula dari pernyataan Amien Rais yang menyebut bahwa Polri dan TNI sama sekali tidak melakukan pelanggaran HAM berat terkait peristiwa tewasnya Laskar FPI di KM-50 tol Jakarta - Cikampek.

Yang mana menurut Amien, kesimpulan itu dia dapatkan dari hasil investigasi yang dia dkk lakukan.

Hingga Rizieq pun bereaksi keras atas pernyataan politisi senior yang dijuluki Sengkuni oleh netizen itu. Ia mengatakan pernyataan Amien tersebut sangat blunder.

Pernyataan eks Ketum PAN itu juga dianggap oleh Rizieq telah merugikan Laskar FPI yang tewas. Serta menguntungkan pihak lawan. Dalam hal ini TNI, Polri dan pemerintah.

Terakhir, Rizieq menegaskan pernyataan Amien itu kontraproduktif yang bisa bikin pemerintah senang. Hahaha

Padahal dibentuknya Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) enam Laskar FPI oleh Amien dkk itu awalnya bertujuan untuk mencari-cari kesalahan polisi sebagai bahan gorengan untuk menghantam pemerintah.

Agak mengejutkan memang, ketika Amien Rais mendadak bicara jujur.

Apakah ini bertanda bahwa saat ini ia telah meninggalkan Imam besar FPI itu yang tengah berjuang bebas dari jeratan hukum, demi untuk menyelamatkan partainya Partai Ummat?

Karena berdasarkan pengalaman yang sudah-sudah, bersekutu dengan Rizieq dan FPI itu hasilnya Amien selalu gagal.

Jadi ia ingin megubah haluan dari yang awalnya pakai narasi agama menjadi moderat.

-o0o-

Nah, pasca Rizieq itu, kini giliran loyalisnya Novel Bamukmin yang menyerang Amien Rais.

Tanpa tedeng aling-aling, Wasekjen PA 212 tersebut meminta ketegasan dari Amien Rais. Karena menurutnya ini soal nyawa 6 Laskar FPI yang tewas.

"Ini masalah nyawa korban dari kepentingan politik yang mungkar," ujar Novel dengan nada gusar.

Hingga kadrun yang mempopulerkan istilah 'fitsa hats' itupun mendesak Amien segera memberikan klarifikasi.

Yang pada intinya Novel Bamukmin meminta pendiri Partai Ummat itu menarik kembali pernyataannya.

Sehingga narasi ada pelanggaran HAM berat di balik peristiwa tewasnya Laskar FPI itu bisa terus bergelora.

Nah, kedepannya perseteruan antara para pembenci Jokowi ini tentu akan semakin seru.

Karena loyalis Amien Rais, seperti Agung Mozin dkk tentu tidak akan tinggal diam, sesepuhnya diskakmat oleh kubu FPI.

Hingga hubungan keduanya benar-benar retak seribu.

Ngeri-ngeri Sedap! Kini Giliran Novel Bamukmin yang Skakmat Amien Rais

Sumber Utama : https://seword.com/umum/ngeri-ngeri-sedap-kini-giliran-novel-bamukmin-3qqqvp457q

Negeri Ini Akan Baik-baik Saja

Penanganan pandemi di Indonesia ini mulai terbagi ke dua golongan. Antara perkotaan dan pedesaan, kelompok ekonomi menengah atas dan menengah bawah.

Dua kelompok beda kepentingan, beda masalah dan tantangannya.

Bagi orang perkotaan dan ekonomi menengah atas, solusi dari pandemi ini adalah lockdown total. Sepenuhnya tidak ada yang boleh keluar sampai semua warga divaksin. Itu pemikiran paling ekstrimnya.

Mereka juga orang yang bisa membaca data statistik. Meski sebagian kadang asal-asalan dalam menyimpulkan.

Bagi mereka, hidup dua tahun lagi dengan kondisi lockdown bukanlah masalah. Karena demi keselamatan dan kesehatan bersama. Toh uang untuk makan masih ada.

Mereka akan sangat khawatir sekali dengan penyebaran dan kondisi kesehatan. Tiap hari buka media dan mendengar aneka ragam informasi. Sampai-sampai, sebagian mendadak koleksi aneka ragam makanan, obat-obatan, sampai tabung oksigen buat jaga-jaga.

Sebaliknya, bagi orang pedesaan dan ekonomi menengah bawah yang tinggal mengais rejeki di kota, PPKM adalah sebuah kesalahan fatal. Mereka menolak dan menentang.

Karena mereka mendapat rejeki makan dalam hitungan hari. Mereka bukan orang yang paham financial dan punya darurat. Tidak sama sekali.

Tidur mereka tetap nyenyak meski besok belum ada uang untuk makan. Yang besok ya dipikir besok. Malam ini tidur dulu. Begitu prinsipnya. Saya tau karena pernah di zona ini.

Orang-orang menengah bawah itu cenderung lebih santai hidupnya. Makan enak adalah keajaiban.

Mereka lebih takut tidak bisa bergerak dan ga bisa bekerja, dibanding terpapar virus. Kalau diberi pilihan, mereka akan sukarela terpapar virus asalkan dapat uang melimpah.

Sampai di sini, anda tidak boleh membantahnya dulu. Karena fakta di lapangan, ada lho masyarakat bawah yang menjual ginjal nya untuk kebutuhan harian. Dan ini adalah kondisi berbeda yang harus kita terima bersama.

Bagi kalangan menengah bawah, bekerja penuh resiko adalah hal biasa. Dan itu tetap mereka lakoni selama dapat membiayai kehidupan keluarga. Maka kalau sekarang ada orang ribut soal pandemi, mereka ini akan kebingungan dan bertanya-tanya, sebenarnya ini ribut soal apa?

Dari dua pemikiran dan lingkungan yang berbeda inilah kemudian terjadi perdebatan. Adu argumentasi antara pro kesehatan dan pro ekonomi.

Mereka yang pro kesehatan akan menuntut lockdown. Kecewa dengan PPKM yang dianggap kurang tegas, kurang ketat. Masih terlalu longgar.

Sementara yang pro ekonomi akan menuntut PPKM dibuka agar mereka bisa bekerja lagi. Karena bagi mereka, ga kerja, ga makan.

Jangan heran kalau di tengah pembatasan atau apapun namanya, banyak kalangan menengah bawah yang tetap bekerja. Tetap berjualan. Tetap narik penumpang. Karena itu adalah ikhtiar yang bisa mereka lakukan.

Bahwa kemudian dirazia oleh Satpol PP. Ditangkap, ditilang dan diberi hukuman, pun mereka sudah siap dengan konsekuensinya. Jangankan cuma hukuman semacam itu, toh mereka sudah pasrah misal kan terkena virus dan sakit.

Bagi kalangan menengah bawah, sekali lagi, resiko pekerjaan adalah hal biasa.

Lalu bagaimana pendapat dua kelompok ini terkait lonjakan kasus dan kematian?

Bagi kalangan menengah atas, jelas itu mengkhawatirkan. Mereka takut, mengeluh dan terus menyalahkan siapapun yang telah membuat kondisinya seperti ini. Menyalahkan orang yang masih bekerja keluar rumah dan dianggap bebal. Menyalahkan pemerintah yang dianggap tidak tegas, dan seterusnya.

Tapi bagi kalangan menengah bawah, kondisi tersebut tidak terlalu menjadi perhatian. Karena fokus utama mereka adalah ekonomi, makan.

Kalaupun ada tetangga atau kerabat yang meninggal, itu tak akan menakutkan. Mereka tetap akan berinteraksi, keluar rumah dan bekerja.

Pemerintah dalam kondisi seperti ini jelas menghadapi dilema. Di satu sisi penduduk mayoritas kita adalah menengah bawah, tapi di sisi support ekonomi dan politik, datang dari kelompok menengah atas.

Kalau mengedepankan kepentingan ekonomi masyarakat bawah, para elite akan memainkan peran. Tapi kalau mengedepankan kepentingan kesehatan, maka masyarakat mayoritas akan memberontak dan demo.

Itulah sebabnya, dua hal ini selalu menjadi dilema. Pemerintah dianggap memainkan gas rem untuk menjaga keseimbangan.

Memang akan selalu ada anggapan tidak tegas, pun ada pula anggapan tidak peka terhadap ekonomi warga, tapi semua itu sudah pasti sesuai dengan pertimbangan dalam rangka mengurangi resiko pelengseran Presiden atau revolusi.

Dalam kondisi seperti sekarang, apapun yang dilakukan pemerintah pasti salah. Resikonya sama, revolusi.

Kabar baiknya, pemerintah sudah menggelontorkan dana besar-besaran untuk bansos. Mungkin tidak sebanding. Mungkin juga tidak cukup layak untuk makan normal. Tapi setidaknya masyarakat tidak harus mati kelaparan karana penyekatan.

Selain itu, gotong royong warga, dari TNI, Polri, BIN, para pengusaha dan orang-orang yang masih punya sedikit lebih uang, semuanya tergerak untuk membantu.

Kondisi ini menunjukkan kepedulian dan kebersamaan. Secara psikologi, warga yang marah dan terdampak masih akan berpikir ribuan kali sebelum melakukan aksi. Mereka yang frustasi akan sungkan untuk merusak rumah-rumah atau menjarah seperti 98. Karena orang-orang yang membantu beri sembako ada di sekeliling mereka.

Saya optimis negeri ini akan baik-baik saja selama semua pihak bergerak gotong royong.

Kalaupun ada media asing yang coba memainkan propaganda dengan berita kelangkaan oksigen, rumah sakit penuh, dan mayat difoto berjejer (entah karena sakit apa) itu tak akan terlalu berpengaruh terhadap mental masyarakat.

Mungkin kalangan menengah atas akan ketakutan. Tapi tetap saja pada akhirnya mayoritas orang akan sadar bahwa itu hanya propaganda sesat.

Negeri Ini Akan Baik-baik Saja

Sumber Utama : https://seword.com/politik/negeri-ini-akan-baik-baik-saja-IexuwgwJbL

Amien Rais Berubah Pikiran?

Saya ingat ketika tahun 1998 merupakan era reformasi. Banyak orang yang membicarakan tentang reformasi walaupun saya sendiri tidak begitu mengerti apa itu reformasi. Pemahaman saya hanya sebatas reformasi merupakan upaya untuk Indonesia agar bisa lebih baik lagi. Harapan masyarakat begitu besar agar kehidupan mereka lebih baik, kesempatan kerja lebih banyak dan bisa menghidupi keluarganya lebih baik.

Salah satu tokoh reformasi yang saya tahu adalah Amien Rais. Waktu itu beliau terlihat lebih muda tentunya, bagaimana gaya bicaranya begitu semangat dan sering menyindir beberapa pihak. Keberaniannya menyindir tentu terasa istimewa karena belum banyak orang yang berani menyindir, mengkritik bahkan menyalahkan pihak-pihak tertentu khususnya pemerintahan.

Amien Rais pun kemudian mendirikan Partai Amanat Nasional (PAN) sebagai partai baru yang lahir di era reformasi. Partai ini cukup berkembang pesat karena ketokohan Amien Rais sebagai tokoh reformasi.

Tetapi sayang PAN belum pernah menjadi pemenang Pemilu dan belum sekalipun kadernya bisa jadi Presiden. Puncak prestasi PAN adalah mengantarkan Amien Rais menjadi Ketua MPR.

Di era Jokowi Amien Rais entah kenapa begitu ngeyelnya berada di seberang pemerintahan. Dalam berbagai kesempatan sering melontarkan pernyataan yang kontroversial.

Seperti pembagian sertifikat gratis sebagai yang dianggap bohong, partai Allah dan partai setan dan lain sebagainya. Kesimpulannya seolah Amien Rais begitu tak suka terhadap Jokowi.

Menjelang Pilpres 2019 Amien Rais mendapat kawan sependapat yaitu sosok Habib Riziq Shihab. Tapi sayang HRS pergi ke Arab Saudi dan tidak kembali dalam waktu yang cukup lama.

Rekam jejak kemesraan antara Amien Rais dan HRS jelas terlihat. Hubungan Amien Rais dan Habib Rizieq relatif cukup lama. Namun agar tidak terlalu jauh, jejak hubungan keduanya akan diulas sejak Habib Rizieq kembali ke Indonesia. Saat itu sejumlah tokoh berdatangan ke Petamburan. Salah seorang di antaranya adalah Amien Rais.

Amien tiba di kawasan kediaman Habib Rizieq, Rabu (11/11/2020). Amien tampak mengenakan batik bercorak putih. Tanpa berbicara sepatah kata pun, Amien langsung berjalan kaki masuk ke rumah Habib Rizieq. Kedatangan Amien jelas merupakan kedatangan seorang teman baik sosial maupun politik. Amien seolah ingin menegaskan bahwa dirinya dan HRS benar-benar sejalan.

Ketika pemerintah melarang FPI, Amien Rais merupakan tokoh yang vokal menyampaikan kritik. Amien menyebut keputusan pemerintah itu telah menghabisi demokrasi Indonesia. pembubaran FPI ini membuat Amien Rais marah, karena kekuatan politik koleganya berkurang. Jika Pilpres lagi maka FPI tidak bisa dijadikan massa pendukung semudah sebelumnya ketika FPI masih ada.

Kemesraan Amien dan HRS terus berlanjut. Amien Rais juga membela Habib Rizieq saat eks pentolan FPI itu ditahan. Amien Rais menyambangi Bareskrim Polri guna menyerahkan surat untuk Kapolri Jenderal Idham Azis yang berisi pernyataan siap untuk menjadi penjamin penangguhan penahanan Habib Rizieq Shihab (HRS).

Ketika peristiwa di tol km 50 terjadi Amien Rais segera bereaksi. Sejumlah tokoh membentuk Tim Pengawal Peristiwa Pembunuhan (TP3) terkait tewasnya enam anggota laskar Front Pembela Islam (FPI) di Tol Jakarta-Cikampek Km 50. Dalam pernyataan sikapnya, TP3 saat itu menilai polisi telah melampaui kewenangannya sehingga menyebabkan enam anggota laskar FPI tewas.

Tapi aneh bin ajaib kemudian Amien Rais mengeluarkan pernyataan tak biasa. TP3 enam laskar Front Pembela Islam (FPI) meluncurkan Buku Putih TP3 terkait penembakan enam orang laskar FPI di Tol Jakarta-Cikampek Km 50. Amien Rais mengatakan TNI dan Polri tidak terlibat dalam kasus tersebut. Pernyataan tersebut disampaikan politikus senior Amien Rais yang juga inisiator TP3 dalam jumpa pers peluncuran Buku Putih TP3 yang disiarkan di YouTube, Rabu (7/7/2021).

Sepertinya Amien Rais mulai berubah pikiran. Mungkin telah sadar bahwa Partai barunya yaitu partai Ummat membutuhkan ruang untuk terus berkembang. Dan perkembangan ini membutuhkan bantuan dari pemerintahan sekarang atau bahkan dari Jokowi secara langsung.

Jokowi selama ini dikenal mempunyai citra yang sangat baik di mata masyarakat. Partai Ummat membutuhkan citra yang baik dari masyarakat. Apalagi sekarang ini masa pandemi Corona menyulitkan Partai Ummat untuk terus berkembang. Karena perhatian masyarakat terfokus pada usaha menekan penyebaran virus Corona.

Partai Ummat membutuhkan perkembangan di masyarakat untuk lolos verifikasi demi mengikuti Pemilu tahun 2024 nanti. Mungkin Amien Rais sadar kini saatnya mulai dekat dengan pemerintah atau Jokowi demi 2024.

Amien Rais Berubah Pikiran?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/amien-rais-berubah-pikiran-0Zp0bxDekU

MS Kaban Harusnya Ngaca Dulu ke Masa Lalu Sebelum Ngomel

Tambah lagi satu barisan sakit hati yang menginginkan Jokowi terbentur masalah.

MS Kaban namanya.

Dia meminta MPR menggelar Sidang Istimewa untuk mengadili Presiden Jokowi. Kaban menilai pemerintah telah gagal menangani pandemi Covid-19. Dia menyebut kondisi ini terbukti dari perbedaan adanya pendapat antara menteri dan presiden. "Presiden pun tak tahu kapan pandemi akan teratasi. Terkendali kata LBP. Belum terkendali kata Presiden. Presiden dan opung LBP berbeda lihat situasi," kata MS Kaban di akunnya di Twitter.

Apakah hanya karena itu, lantas itu dijadikan alasan kuat agar diadakan sidang istimewa? Ini usulan stres yang hanya bisa dilontarkan oleh orang yang sakit hati.

Ibarat ada orang menampar saya, lantas saya marah dan meminta hakim agar menghukum mati orang yang menampar saya. Wajar gak kalau saya dibilang otaknya gak beres dan stres?

Apa indikator gagal mengatasi pandemi? Saya kira semua negara juga gagal atasi pandemi. Kalau patokannya adalah penyebaran varian Delta, seratusan negara juga sudah terinfeksi. Artinya semua pemimpin di dunia ini gagal. Haruskah mereka dilengserkan oleh parlemen juga? Pak, pak. Kalau sakit hati tolong lebih baik jangan bicara. Kelihatan konyolnya.

MS Kaban ini mungkin agak asing di telinga sebagian orang, soalnya jarang sekali dia nyinyir beruntun seperti Fadli Zon, Novel Bamukmin atau rektor kacau pendukung Anies itu.

Dia dulu pernah menjabat sebagai Menteri Kehutanan di era SBY pada kurun waktu 21 Oktober 2004 hingga 20 Oktober 2009. Kalau kita tanya dia siapa Anggoro Widjojo, dia pasti bakal tiarap dan tak mau menjawab, hehehe.

Jadi menurut berita yang saya baca (soalnya tahun 2014, saya masih belum peduli dengan politik), ada putusan majelis hakim Pengadilan Tindak Pidana Korupsi Jakarta atas perkara dugaan suap pengajuan anggaran 69 program Gerakan Nasional Rehabilitasi Hutan dan Lahan Kementerian Kehutanan 2007 dengan terdakwa Anggoro Widjojo mengungkapkan dugaan keterlibatan MS Kaban.

Majelis hakim Pengadilan Tipikor menyatakan Anggoro terbukti secara sah dan meyakinkan menyuap pejabat Kemenhut ketika itu, termasuk MS Kaban.

Jadi sudah paham, kan, siapa dia dan bagaimana masa lalunya yang sangat membanggakan Indonesia. Ibarat tidak pernah ngaca, buruk tapi merasa suci dan pintar menghakimi orang lain. Dengan kasus yang menimpa dirinya, kira-kira apakah omongan orang ini layak didengar apalagi dipercaya?

Bodoh sekali dong kalau ucapan orang seperti dia didengar. Tak ada angin, tak ada hujan, desak MPR gelar sidang istimewa. Ini namanya kambuh sakit hati. Barisan sakit hati, selalu orang-orangnya mirip. Suka konyol bahkan cenderung mengarah ke stres dan kompak ingin melihat Jokowi jatuh. Perkumpulan para tukang mimpi melihat lengsernya Jokowi.

Dan satu lagi, MS Kaban sekarang menjadi Wakil Ketua Majelis Syuro Partai Ummat. Partai Ummat? Pasti sulit untuk tidak memikirkan Amien Rais dong. Nah, benang merahnya gampang ditarik. MS Kaban gabung dengan Amien Rais membentuk partai baru. Bergabung dengan kakek tua ini, artinya kita jadi paham kenapa suka menyerang Jokowi dengan narasi yang tidak nyambung.

Negara ini memang banyak sekali orang munafik. Terlalu banyak malah, kayak rumput liar yang tak habis dicabut. Mereka pura-pura bodoh tak ingat dengan masa lalunya yang hancur dan bobrok. Lalu dengan muka tebal, membuat kesan seolah orang yang diserangnya jauh lebih bobrok.

Sudah banyak bukti barisan sakit hati tetangga sebelah terlepas topeng palsunya. Satu per satu dipermalukan. Satu per satu kebusukannya terbongkar. Satu demi satu gol kena kasus. Ini semacam tanda dari Tuhan bahwa orang munafik pada akhirnya, tanpa sadar akan mempermalukan dan menelanjangi diri sendiri.

Eh, ralat deh. Lebih baik jangan bawa-bawa Tuhan. Kelompok sebelah suka menganggap diri mereka jubir, tangan kanan atau perwakilan dari Tuhan. Nanti mereka marah, hehehe. Hanya mereka yang boleh melakukannya.

Buat MS Kaban, ketimbang bikin saran yang tak masuk akal, lebih baik lakukan hal yang lebih menghibur. Misalnya nih, gelar sidang di mana Amien Rais harus ditanyakan agar semua ini clear dan tidak gantung lagi. Tanyakan, rakyat ingin menonton acara jalan kaki dari Jakarta ke Yogya.

Bagaimana menurut Anda?

MS Kaban Harusnya Ngaca Dulu ke Masa Lalu Sebelum Ngomel

Sumber Utama : https://seword.com/politik/ms-kaban-harusnya-ngaca-dulu-ke-masa-lalu-sebelum-jHIRWqgY8g

Hancurkan Dalang di Balik Aksi Demo Penolakan PPKM

Sudah memasuki tahun kedua pandemi Covid-19 berlangsung di belahan dunia, tapi belum juga terlihat tanda-tanda menunjukkan penurunan yang signifikan.

Bahkan sekarang ini di Indonesia sendiri terjadi eskalasi kasus yang terdampak dan terpapar cukup tajam.

Sedikit negara yang bisa dikatakan berhasil dalam menangani pandemi saat ini.

The Lowy Institute sebuah lembaga yang berbasis di Sydney - Australia merilis Index Performance Covid, berdasarkan data tersebut Indonesia menduduki peringkat ke 85 terpaut satu peringkat diatas India. Dari data per Januari 2021. -https://amp.kompas.com/tren/read/2021/01/29/144200765/selandia-baru-terbaik-tangani-covid-19-seperti-apa-penanganan-di-sana-

Namun begitu penanganan terhadap pandemi di Indonesia sempat mengalami penurunan, berselang beberapa saat data dari Lowy Institute dipublish.

Memasuki pertengahan bulan Mei musim mudik tiba, himbauan pemerintah agar masyarakat tidak mudik kurang mendapat apresiasi, bahkan tidak digubris sama sekali. Sampai pada arus balik mudik pun tiba, mulailah terjadi lonjakan drastis penyebaran Covid-19 meningkat secara signifikan.

Setidaknya ada lima provinsi yang bisa dikatakan menyumbangkan kasus baru terbanyak, diantaranya; DKI Jakarta sebanyak 9.439, Jawa Barat dengan 7.239 kasus baru, Jawa Tengah 4.048 kasus baru, disusul dengan Jawa Timur dan DI Jogjakarta.

Dan total penyebaran kasus positif baru covid-19, per 6 Juli 2021 sebanyak 2.345.018. Dengan kasus meninggal baru bertambah sebanyak 728 jiwa dengan jumlah keseluruhan menjadi 61.868 jiwa.

Sementara pada kasus sembuh baru sebanyak 15.863 jiwa, dan akumulasi keseluruhan mencapai 1.958.553 jiwa. Artinya jumlah yang berhasil sembuh masih lebih banyak daripada jumlah yang meninggal. -https://m.liputan6.com/health/read/4600207/ini-5-provinsi-penyumbang-terbanyak-kasus-positif-covid-19-per-6-juli-2tet

Data tersebut diatas dapat kita jadikan sebuah titik balik, bahwa apapun yang sudah dilakukan pemerintah dalam melakukan langkah preventif tidak akan berarti, bahkan menjadi sia-sia, jika tidak disikapi secara bijak oleh masyarakatnya.

Hal diatas berdasarkan pertimbangan, bahwa menangani pandemi seperti sekarang ini bukan hanya tanggung jawab semata pemerintah, melainkan juga menjadi tanggung jawab seluruh elemen bangsa ini.

Jika kedua unsur ini tidak bersinergi, jangan berharap pandemi yang terjadi akan segera teratasi dalam waktu dekat.

Sebagai negara kita sudah memiliki pemimpin yang baik dan dapat dipercaya. Hal ini dapat dibuktikan, bagaimana negara ini dapat mengimpor jutaan vaksin, di saat negara tetangga cemas karena didesak warga negaranya karena dianggap tidak responsif, dan bereaksi cepat tanggap terhadap kondisi darurat yang terjadi. Bahkan disaat negara eropa mengalami kepanikan dan saling memperebutkan vaksin.

Berdasarkan uraian diatas, apakah kita masih memiliki anggapan, bahwa apa yang sudah dilakukan pemerintah dalam melindungi segenap warganya terbilang kurang efektif? Apakah pantas kita menilai, bahwa pemerintah tidak memiliki kompetensi dalam menanggulangi pandemi?

Sementara masyarakat lebih mempercayai berita hoax, yang diamini oleh LSM berbasis ulama, para politisi busuk, dan akademisi yang telah menggadaikan ideologinya dengan memberikan bermacam argumentasi ngawur sehingga menimbulkan masyarakat ragu, yang berujung pada penolakan program Vaksin.

Andai saja mayoritas masyarakat patuh atas himbauan pemerintah untuk divaksin, mungkin sekarang sudah terbentuk herd immunity di negara sekarang ini.

Selandia Baru saja yang menurut The Lowy Institute sebagai negara cukup berhasil menekan penyebaran Covid-19, belum melakukan vaksin kepada WN nya.

Tapi kepatuhan masyarakatnya sangat membantu pemerintah dalam melakukan langkah preventif, sehingga negara ini dapat menghindari penyebaran pandemi masif yang saat ini melanda dunia.

Bandingkan dengan warga negara di negeri ini? Apakah memiliki karakteristik sama, seperti yang dimiliki warga negara Selandia Baru yang memiliki apresiasi tinggi terhadap pemerintahan dan negaranya? Silakan untuk menjawabnya!

Lebih menjengkelkan lagi mentalitas masyarakat kita yang seperti daun kering, mudah terbakar oleh provokasi yang sama sekali tidak memberikan solusi yang tengah melanda negeri ini.

Dan lucunya, ketika persoalan bertambah krusial, dengan entengnya mereka menuduh pemerintah telah gagal menghadapi persoalan bangsa.

Padahal semua bermula dari keengganan masyarakat kita sendiri yang susah diatur.

Sungguh mentalitas yang menjijikan! Terlebih pada gerakan demo yang menolak PPKM, dan dalam kesempatan ini penulis memberikan apresiasi yang tinggi terhadap aparatur pemerintahan terutama pihak kepolisian yang berhasil mengamankan beberapa orang yang diduga kuat sebagai provokator, dimana berhasil diamankan senjata api, dan narkoba dari tangan mereka. -https://www.google.com/amp/s/www.pikiran-rakyat.com/bandung-raya/amp/pr-012267094/bawa-senpi-dan-obat-terlarang-4-demonstran-tolak-ppkm-darurat-diamankan

Penulis berharap tidak berhenti sampai disini, karena beberapa orang yang terindikasi sebagai anasir dari gerakan inkonstitusional yang berusaha makar untuk melengserkan pemerintah yang sah, sudah tersebar luas identitasnya di medsos.

Semoga penyidikan dan penyelidikan yang dilakukan pihak kepolisian dapat menemukan siapa yang menjadi aktor intelektual dan penyandang dana di belakang aksi ini semua.

Damailah negeriku!✊

Hancurkan Dalang di Balik Aksi Demo Penolakan PPKM

Sumber Utama : https://seword.com/politik/hancurkan-dalang-di-balik-aksi-demo-penolakan-ppkm-07arkNMatM

Taffarel Montero “Ditelanjangi” Digembok Soal Rusuh 24 Juli, Lapornya ke Instagram!

Hari ini rencananya ada demo besar-besaran dan sporadis di Indonesia, meminta Joko Widodo untuk turun dengan judul Jokowi End Game. Provokasi yang dilakukan itu tidak main-main bahkan sampai ada arahan untuk membentuk pasukan anti gas air mata.

Artinya demonstrasinya ini bukan ditunggangi seperti pengakuan mahasiswa kemarin sore yang masih kencing belum lurus itu. Artinya, demonstrasi ini memang sengaja dirancang untuk rusuh. Mereka akan memancing aparat untuk menindak tegas dan melakukan perlawanan, agar pecah piring-piringnya.

Article 

Namun yang terjadi, sehari sebelum aksi 24 Juli yang akan dilangsungkan, beberapa wajah diviralkan di Twitter. Wajah-wajah ini memang terlihat cukup asing, karena memang masih terlihat sangat muda. Muda artinya tak berpengalaman. Tak berpengalaman artinya mudah dihasut.

Sangat banyak netizen pro NKRI dan pro akan akal sehat memposting beberapa wajah. Setidaknya, sebuah akun legend @xvidgmbk melakukan roasting terhadap seorang yang dianggap cukup berbahaya. Saya pun mengangkat kasus ini, karena salah satunya adalah digembok bisa dipercaya.

Awalnya ada postingan screen shot dari sebuah WhatsApp Group bernama Grup Tenis Semarang dengan narasi mengerikan yang memang sangat mengkondisikan situasi agar menjadi situasu alias pecah. Kelihatannya dari narasi itu, mereka ingin membuat kekacauan.

Sosialisasi singkat ini berkaitan dengan demonstrasi hari ini yang entah kapan akan dilakukan. Targetnya adalah menciptakan kekacauan untuk melumpuhkan perekonomian. Berdasarkan aksi massa yang terdahulu, mereka menganggap pemerintah akan gerak kalau ada kekacauan ekonomi.

Mereka merasa bahwa dengan melemahkan ekonomi, pemerintah baru akan memperhitungkan warga. Narasi semacam ini adalah sangat busuk, apalagi mengingat ekonomi negara-negara justru lagi susah karena pandemi. Mereka ingin membuat kekacauan ekonomi? Artinya mereka rakyat atau binatang?

Article

Bahkan di dalam narasi, mereka melakukan beberapa aturan kepada para mahasiswa bangke bau Cikeas. Prokesnya cukup jelas. Mau demo tapi takut kena copet, itu namanya dungu dan busuk. Ada juga pendemo ini diduga pembaca bokep, karena apa? Karena ada protokol digital security juga.

Masakan pendemo disuruh hapus segala chat yang berbau bokep, selingkuhan, dokumen resmi? Kenapa disuruh hapus konten doxing di sosmed? Masakan disuruh lakukan two step verification? Masa disuruh pakai nama samaran di Discord? Ini pendemo atau buzzernya babeh Haikal?

Di semarang pun juga ada aksi yang akan diadakan tanggal 24 Juli jam 9 pagi. Berarti per artikel ini ditulis, mereka mungkin lagi siap-siap. Bahkan ada konsep yang disajikan di sini, yang sangat mengerika. Mereka ingin menjadi orang yang tidak dikenal, dengan aksi Non Hirarki.

Mereka mencabut semua identitas almamater kampus mereka. Artinya sudah jelas ada motivasi busuk di dalamnya. Bahaya sekali. Ada orang-orang yang bahkan siap menjadi garda terdepan, siap dilukai seolah-olah. Otak nya harus dibungkam.

Dan digembok melanjutkan bahwa aplikasi yang mereka gunakan untuk konsolidasi dan mengumpulkan massa untuk demo adalah aplikasi Discord. Bocah-bocah BEM sampah ini membuat grup untuk konsolidasi. Katanya harus pakai nama palsu, tapi ternyata ada orang yang dianggap digembok pakai nama asli.

Ternyata dari ribuan member anak BEM yang pakai ID nggak jelas, El akhirnya menemukan nama asli yakni Tafarel Giovanni Montero. Saya nggak tahu siapa orang ini, tapi wajahnya dipampang langsung oleh El, yang teryata nama ini identik dengan ketua BEM Unpar tahun 2021.

Biasanya ketua BEM ini memang banyak yang terpapar oleh pemahaman radikalisme sehingga membenci Jokowi sepertinya adalah salah satu syarat masuk surga versi mereka. El mengiris-ngiris tipis orang ini.

Article

Ketika El alias Digembok menelanjangi Taffarel soal keterlibatannya dengan kerusuhan yang akan diciptakan tanggal 24 Juli 2021 ini, Taffarel, sebut saja Tata, langsung membantah akan kebenarannya. Dia mengatakan bahwa narasi ini adalah hoax.

Lucunya dia lapornya ke IG Story! Dungu! Kalau hoax, kenapa lapornya ke IG Story? Kan bisa laporkan ke polisi? Situ mahasiswa atau mahabodoh sih? Setahu saya, ada tuh UU ITE mengenai hoax dan fitnah. Kalau memang kamu merasa benar, laporkan saja. Ini malah makin kelihatan ikan, alias fishy.

Belajar dulu baru demo. Tirulah kami, mahasiswa 1998. Hehehe. Lagipula, memang nama-nama kalian ini sudah disimpan harusnya sama Polri BIN dan TNI. Kalian mau mengondisikan biar rusuh? Biar kalian yang dikondisikan dulu agar tidak rusuh.

Begitulah rusuh-rusuh.

Taffarel Montero “Ditelanjangi” Digembok Soal Rusuh 24 Juli, Lapornya ke Instagram!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/taffarel-montero-ditelanjangi-digembok-soal-fbS7BWE9Fo

Mengikuti Jejak Kisahnya, Bangunan Mangkrak Candi Hambalang Rasanya Cocok Dijadikan Museum

Hambalang, Rumah Hantu Demokrat. Begitu judul yang diberikan oleh kanal YouTube “2045 TV” untuk pemaparan Denny Siregar belum lama ini. Membaca judulnya saja, kita mungkin sudah sangat bisa menebak isi dari pemaparannya seperti apa. Kalau tidak terkait bangunan “Candi” Hambalang, Partai Demokrat, yaaaa … Keluarga SBY tentunya. Siapa lagi? Masa’ yang dibahas Keluarga Cemara atau keluarga Nobita?

Nah, di antara sekian banyak hal yang dipaparkan oleh Denny Siregar dalam durasi 9 menitan itu, kita akan bertambah wawasan terkait banyak hal yang terkait bangunan di daerah Hambalang, yang banyak disebut Candi Hambalang itu, yang sampai sekarang mangkrak, dan entah kapan diteruskan dan siapa yang akan meneruskannya!

”Semua bermula dari tahun 2009,tak lama setelah SBY terpilih menjadi Presiden RI pada periode kedua. Pusat Pendidikan Pelatihan dan Sekolah Olah Raga Nasional (P3SON), yang dibangun di daerah Hambalang. Awalnya tanah itu belum bersertifikat, sehingga Andi Mallarangeng sebagai Menpora saat itu meminta agar masalah itu diselesaikan, dengan anggaran 2,5 Triliun rupiah,” begitu kura-kura kata Denny Siregar mengawali pemaparannya.

Setelah itu, disampaikanlah kronologis cerita yang melibatkan nama-nama seperti Choel Mallarangeng, Anas Urbaningrum (Ketua Fraksi Partai Demokrat di DPR RI saat itu), hingga M. Nazarudin selaku bendahara Partai Demokrat dan Angelina Sondakh … dengan peran masing-masing dalam proyek Hambalang itu.

Akhirnya kita tahu bahwa proyek tersebut bermasalah. Korupsi dari beberapa petinggi Partai Demokrat menjadi penyebab utamanya, dengan kemampuan menyelesaikan proyek yang sangat rendah, hingga akhirnya proyek tersebut mangkrak hingga kini. Presiden Jokowi kabarnya sempat berpikir untuk melanjutkan pembangunan Candi Hambalang sih, tapi karena ada banyak masalah di balik itu, tak hanya bangunan saja yang mangkrak, akhirnya proyek itu seperti “rumah hantu” yang akan terus menghantui perjalanan Partai Demokrat dan Keluarga SBY sampai kapan pun!


Proyek Hambalang juga menjadi bukti rakusnya kader Partai Demokrat. Kalimat ini tentu terdengar menohok jika sampai didengar oleh SBY dan anak-anaknya, termasuk seluruh kader Partai Demokrat. Kita tahu bahwa “baper” semacam nama tengah dari partai berlambang Mercy ini, karena saking banyaknya bagian terkait dari keluarga SBY dan partainya … hampir selalu muncul bapernya.

Saya sih setuju jika lantas ada usulan bahwa bangunan Hambalang ini suatu saat bisa dijadikan museum, suatu peninggalan yang akan menjadi pelajaran bagi siapa pun, sedikitnya lima pelajaran mengenai:

(1) Kekuasaan yang justru dipakai untuk memperkaya diri

(2) Ketidakmampuan menyelesaikan proyek, karena dirusak oleh orang dalam

(3) Betapa ngerinya perilaku korupsi dari anggota dewan dan kader partai

(4) Peninggalan proyek mangkrak begini akan menyusahkan presiden selanjutnya

(5) Betapa rendahnya integritas dan moral dari para oknum pejabat yang menghancurkan kepercayaan rakyat


Sekali lagi, saya sangat setuju … asalkan dananya bukan dari dana APBN, karena saya tidak setuju jika “uang rakyat” dipakai untuk memperbaiki sesuatu yang menjadi kesalahan besar, sekaligus perilaku brutal yang menjadi jejak hitam yang sukar dihapus dari era pemerintahan SBY. Namun, jika rencananya jelas dan disampaikan tujuan dibentuknya museum itu adalah untuk menjadi semacam monument peringatan bagi negeri ini … rasanya mudah saja kok buat mendapat sokongan dana sponsor.

Kalau perlu, masyarakat yang ingin berdonasi bisa dilibatkan. Nantinya … dalam museum dari eks bangunan peninggalan SBY tersebut, sekalian saja disampaikan berdasarkan pengakuan dari pihak-pihak yang terlibat dan sesuai bukti-bukti dalam persidangan kasus korupsi ini:

(1) Kronologis dari proyek Hambalang sejak awal (tanpa ada yang dihilangkan)

(2) Siapa saja nama-nama yang terlibat, sekaligus nama partainya

(3) Durasi hukuman berdasarkan putusan vonis pengadilan

(4) Berapa kerugian negara yang dihasilkan oleh kejahatan mereka

(5) Lengkapi dengan foto-foto berukuran besar agar publik dapat mengenal mereka

Akan lebih bagus lagi jika nantinya museum tersebut juga diisi beberapa kasus korupsi besar yang pernah terungkap di negeri ini, dengan pemaparan sejelas mungkin berdasarkan hasil pengumpulan data yang dilakukan secara akurat dan dapat dipertanggung jawbkan. Kita juga akan melihat apakah SBY masih senang jika proyek mangkrak Hambalang ini diteruskan, kalau caranya seperti pemaparan tulisan ini.

Lantas, kira-kira apa namanya kalau museum ini akan diwujudkan? Silakan bisa dibuat semacam sayembara mengenai nama yang tepat, sekaligus desain dan isi museum itu nantinya. Kalau dari saya mungkin nama “Museum Korupsi Hambalang” dapat menjadi alternatif yang bisa dipertimbangkan. Atau ada usulan lain dari SEWORD-ers?

Mengikuti Jejak Kisahnya, Bangunan Mangkrak Candi Hambalang Rasanya Cocok Dijadikan Museum

Sumber Utama : https://seword.com/politik/mengikuti-jejak-kisahnya-bangunan-mangkrak-candi-PWRvjt0AnD

Butet Kertaradjasa Memberi Clue untuk Calon Presiden 2024: Jadilah Otentik dan Wajar Saja

Menarik sekali melihat tayangan podcast Deddy Corbuzier dengan tamu seorang budayawan bernama Butet Kertaradjasa … yang dikemas dengan sangat santai, bahkan dilakukan sambil merokok. Benar … sambil merokok. Silakan lihat saja tayangan yang masih ada di YouTube, tanpa sensor apa pun.

Tontonlah dengan pikiran dan hati yang terbuka. Jangan berfokus hanya pada rokok yang dihisap oleh kedua orang itu selama obrolan berlangsung. Omongan yang terkesan santai itu justru bagi saya lebih berisi dan berkualitas, setidaknya jauh melebihi omongan Rocky Gerung atau Fadli Zon, seperti yang sering kita dengarkan melalui media online maupun elektronik.

Meski saya tidak menyarankan juga bagi Roy Suryo untuk menonton podcast yang ini, terlebih kalau dalam kondisi batin, mental, dan emosi yang tidak siap. Karena ada sedikit sebutan dari Mas Butet yang bisa bikin tensi darah Roy Pan … eh Roy Suryo sedikit naik, tapi apa berani dia melaporkan Mas Butet, seperti yang dulu (katanya) pernah coba dilakukan kepada Eko Kunthadi?

Nah, di antara semua obrolan yang berlangsung selama sekitar 25 menit lebih 22 detik itu, saya tertarik dengan bagian terakhir ketika Mas Butet dan Om Deddy membahas tentang sosok presiden Indonesia nantinya seperti apa, seusai Pak Jokowi menyelesaikan masa jabatannya pada 2024 nanti.

Masih dengan cara yang asyik dan khas seorang Butet Kertaradjasa, awalnya Mas Butet menyebut bahwa 10 tahun ini (hitungan sampai 2024 ya), kita kan disuguhi berbagai pemberitaan soal sosok presiden yang bekerja keras, dengan kebiasaan blusukannya untuk mendengar atau menangkap aspirasi rakyat. Jangan-jangan nantinya sebagai pertimbangan, masyarakat akan memilih sosok dengan banyak hal yang berbeda, seperti antitesis dari gambaran Presiden Jokowi.

Misalnya nantinya … sekali lagi misalnya saja … akan dipertimbangkan calon presiden yang gagah, tampilan dianggap lebih meyakinkan, atau kalau perlu dari gender yang berbeda (seorang wanita). Kemungkinan-kemungkinan seperti itu rasanya masih tetap ada, terbuka bagi semua … karena Calon Presiden belum ditetapkan secara resmi, ya kan?

Naaah … setelah mengungkapkan seperti itu, Mas Butet lantas menyoroti pada sisi otentisitas alias “keaslian” daripada sosok calon Presiden RI nantinya. Bukan bermaksud tak boleh meneladani cara kerja dari Jokowi, tetapi semua harus kembali pada otentisitasnya. Bukankah itu yang Pak Jokowi miliki dan lakukan sejak menjadi Wali Kota Surakarta?

”Tapi kalau orang yang semula tidak begitu tapi tiba-tiba begitu kan menjadi ganjil, kehilangan kewajaran. Jadi yang kita butuhkan itu adalah otentisitas, kewajaran. Wajar ajalah,” begitu kata Mas Butet sambil mencontohkan dirinya saat terlihat tidak otentik dalam berkata-kata akan menjadi lucu, aneh, bahkan tidak pantas.


Namun, meski opini tersebut terdengar sangat berkelas dari seorang Mas Butet, yang mengaku dirinya tidak cocok menjabat sebagai menteri maupun anggota dewan, tapi kita harus akui bahwa soal otentisitas inilah masalah terbesar dari dunia politik di negeri kita.

Bagaimana bisa menyebut asli dan tidak pura-pura ketika para calon pejabat hingga (yang berniat menjadi) calon presiden hanya memasang baliho berukuran besar, dengan senyum yang terkesan dibuat-buat, tetapi sehari-hari nyaris tak terdengar kiprahnya secara nyata?

Akan tetapi masalahnya, selama puluhan tahun rakyat kita sepertinya masih belum belajar dari perkara yang satu ini. Misalnya, ketika sudah jelas Si A dari Parpol Nganu, yang jelas tidak berkontribusi kepada rakyat yang diwakilinya sebagai anggota dewan, eh kok masih bisa-bisanya “diantarkan dengan sukarela” untuk menjabat lagi dengan memilihnya ketika Pileg 2019 yang lalu?

Ketika ada kepala daerah yang tampaknya ngebet untuk menjadi calon Presiden, katakanlah Si B dari Provinsi C, lalu ada banyak hal yang tampak jelas diarahkan untuk kepentingan Nyapres tadi, tanpa memperlihatkan kepada masyarakat lebih dahulu bahwa dirinya pantas dipilih (setidaknya dipertimbangkan) pada 2024 nanti … kok ya (katanya) masih tinggi dalam elektabilitas di survei politik?

Kalau sudah begini … siapa sih sebenarnya yang (maaf) masih bodoh? Sudah begitu, dikasih pemimpin yang bagus, bekerja keras untuk rakyat, dan jelas terlihat otentisitasnya sejak menjadi Wali Kota Surakarta sampai kini menjadi Presiden RI … eh, kabarnya hari ini (katanya) masih akan didemo lagi, oleh sebagian warganya yang lebih percaya dengan oknum tertentu yang terlihat baik dan berjuang atas nama rakyat, tapi sebenarnya sedang bergerak ke arah menjadi pengkhianat bangsa.

Maaf saya harus sebut orang-orang model begitu sebagai pengkhianat bangsa, karena ketika bangsa ini sedang memerlukan sumbangsih nyata dalam memerangi penyebaran Covid-19 dengan segala dampak yang masih sangat terasa, eh malah dipakai sebagai momen untuk bikin ribut, dengan tujuan agar Presiden Jokowi tidak menyelesaikan jabatannya.

Memangnya kalau besok pagi Presiden RI ganti, semua masalah terkait Covid-19 lantas selesai begitu saja? Kalian yang mau demo dan nggak berkontribusi penting selama pandemi begini, sebenarnya waras nggak sih? Kenapa nggak pindah saja ke negara lain? Mbuh!

Bagaimana menurut Anda?

Butet Kertaradjasa Memberi Clue untuk Calon Presiden 2024: Jadilah Otentik dan Wajar Saja

Sumber Utama :  https://seword.com/politik/butet-kertaradjasa-memberi-clue-untuk-calon-Zvnw0HX3KI

Coba-coba Turunkan Jokowi, Rakyat Marah Besar, Wajah Terduga Provokator Viral!

Kita melihat bagaimana Indonesia ini justru sangat baik di era Joko Widodo. Kita melihat bagaimana Joko Widodo membangun negara ini dengan luar biasa. Mengubah arah haluan bangsa ini dari arah radikalisme berbau HTI dan FPI yang juga didukung para koruptor, bukan hal yang mudah.

Joko Widodo memulainya dengan membangun infrastruktur, agar pemerataan pembangunan terjadi. Membangun manusia adalah hal yang mustahil tanpa infrastruktur. Akan tetapi kita melihat bagaimana di negara ini masih ada saja orang-orang busuk yang ingin Jokowi dijatuhkan.

Kita melihat selama ini, setelah para attack dog para politisi busuk macam dedengkot FPI yakni Rizieq Shihab dan juga para radikalis kadal gurun lainnya ditangkap, para polisi oposisi mulai ketakutan. Mereka mulai panik dan menggunakan senjata lapis kedua. Mahasewa.

Kita melihat bagaimana demo-demo mahasiswa yang gampang disewa itu dilakukan di berbagai penjuru Indonesia. Mereka itu mahasiswa goblok yang waktu mendengar istilah “makan bangku kuliah” yang dimakan bangkunya beneran. Mereka mengambil semuanya terlalu literal.

Para politisi busuk itu menggunakan dan menjadikan mahasewa itu alat politik busuk mereka. Untuk kita ingat bersama, gerakan mahasiswa di era Orde Baru itu sangat kuat. Mungkin mereka masih berhalusinasi, memikirkan bahwa mahasiswa zaman sekarang mirip dengan mahasiswa zaman dulu.

Kekuatan mereka sama. Padahal kalau mau dibandingkan antara mahasiswa dulu dan sekarang, mereka itu jauh ibarat langit dan bumi, kalau nggak mau dibilang surga dan neraka ya. Inilah yang menjadi masalahnya. Sekarang, gerakan mahasiswa zaman sekarang, kelihatannya goblok.

Coba-coba mau turunkan Jokowi dan membuat narasi “end-game”? Wajah mereka pun akhirnya mendadak viral. Viral di mana-mana, menjadi begitu terkenal. Dengan narasi-narasi menghancurkan Joko Widodo, mereka ini justru langsung ciut sebelum berkembang.

Wajah-wajah mereka dipampang, berikut dengan nomor teleponnya yang banyak sekali di Twitter. Akun-akun Twitter yang menjadi pendukung Joko Widodo, selama ini sudah sangat jengah melihat bagaimana narasi busuk yang dikerjakan oleh pendukung Anies Baswedan, beredar.

Beberapa akun seperti @ChusnulCh_ memanggil semua pendukung Joko Widodo di seantero negeri untuk melawan pengganggu Joko Widodo. Meminta para pendukung Joko Widodo menghardik mereka yang mengganggu negeri ini dalam penanganan pandemi.

Untuk kita ketahui bersama, “Hardikan” itu adalah sebuah istilah yang digunakan dalam konteks mengusir setan. Para pembenci Joko Widodo ini memang bukan hanya wajahnya yang mirip setan, tapi kelakuannya lebih setan dari setan.

Foto wajah para pembenci Joko Widodo, pajang di sosial media semuanya agar semua orang tahu, kalau mereka tidak membantu pemerintah, justru menggangu penyelesaian pandemi. Wajah pelaku perusuh diviralkan. Dan beberapa sudah saya dapatkan di Twitter. Silakan disimak foto-foto ini. Pasti tidak asing.

Article

Dari jaketnya, kelihatan ini jaket mahasiswa UI. Kalau kita perhatikan wajahnya, ada mantan ketua BEM UI, pendahulu dari Leon Alvinda, si manusia dungu itu. Dia pernah melakukan demonstrasi nggak penting, dan pada akhirnya terbongkar afiliasinya dengan orang-orang KPK yang kaya di era SBY.

Bersama amankan NKRI lewat ponsel, memfoto wajah-wajah para pendemo di tanggal 24 Juli 2021, alias Sabtu ini. Mereka akan turun ke jalan, membangun narasi bahwa Joko Widodo gagal dalam memimpin bangsa ini.

Bahkan ada seorang anak dungu bernama Delpedro, yang pernah ngomong jelas Jokowi harus turun sebelum 2024. Orang ini memang siap dipermalukan, tapi orang ini belum tentu siap untuk viral dan hancur masa depannya di penjara nantinya bukan?

Wajah-wajah pelaku rusuh ini ada di media sosial. Saya akan mempostingnya secara bertahap di artikel ini. Kalau kita melihat dari cara kerjanya, kita tahu bahwa siapa yang ada di balik upaya penggagalan penanganan pandemi di Indonesia.

Mereka adalah keluarga mangkrak dengan kelompok 212 sebagai attack dog atau anjing penyerangnya. Siapa penghasutnya? SJW dan mahasiswa dungu. Mereka mahasiswa yang gagal pansos, bocah-bocah anarkis lah yang jadi pionnya.

Siapa mereka? Banyak yang bisa saya sebut di sini. Ada yang nggak suka sama Jokowi. Bahkan ada yang terang-terangan ingin Joko Widodo turun sebelum 2024. Saya sudah sebut 1 nama, yakni Delpedro, mahasiswa nggak jelas. Ngaku-ngaku anak Untar tapi nggak ngaku dia mahasewa yang pernah di-DO.

Article

Ada lagi satu foto yang muncul dan menceritakan soal KAMMI. Di dalam foto tersebut, ada spanduk terbentang lebar yang menuliskan “TURUNKAN GUS DUR”. Ini diambil sudah beberapa tahun yag lalu, sejak Gus Dur asih menjadi presiden. Siapakah KAMMI?

KAMMI adalah underbow partai korupsi sapi dan partai berkarat di kampus-kampus. Mereka ini adalah sayap yang dilebarkan oleh para partai radikalis dengan kerjasama dengan partai korupsi sapi. Mereka menyasar kaum intelektual. Ups, maksud saya kaum yang dianggap intelektual. Kaum mahasewa.

Negara ini sedang baik-baik saja. Tapi datanglah para mahasiswa bungsut yang bikin onar. Namun ada satu hal yang mereka lupakan. Musuh Jokowi lupa bahwa kekuatan Joko Widodo bukan ada pada pemerintahnya. Kekuatan Joko Widodo bukan ada pada opung Luhut.

Mereka mungkin salah strategi. Mereka lupa kalau kekuatan Joko Widodo justru ada di rakyat. Mereka sudah diindoktrinasi untuk tidak sadar itu. Kekuatan Joko Widodo ada di pemilihnya. Kaya atau miskin, tua atau muda, suku manapun mendukung Jokowi.

Bahkan dalam demonstrasi aksi tolak PPKM di Bandung pun, ada massa yang tertangkap bawa pistol dan obat-obatan terlarang. Polisi pun sudah menelisik hal ini. Para mahasiswa bahkan di sana malah mengaku bahwa ada penunggangnya. Sungguh alasan yang sangat dungu.

Kalau mau adakan demo di tengah pandemi, ya sudah pasti ada penunggang. Jangan bilang nanti penunggangnya adalah kubu mangkrak yang anak-anaknya masih bocil bawa perasaan dan sok merasa paling berjasa. Massa penolak PPKM ini pasti ditunggangi.

Demonstrasi demi demonstrasi nggak akan terjadi, jika mereka patuh. Lah para pendemo saja sudah jelas melanggar peraturan PPKM, masak masih mau ngeles kalau mereka ditunggangi? Jangan bilang merekalah yang justru mau ditunggangi? Kan dungu sumpah.

Beberapa screenshot nomor-nomor HP pun terlihat. Saya mengambil saja dari akun Twitter @kangdede78. Di cuitan ini.

 

Sudah paham kan siapa mereka? Jelas polisi TNI dan BIN harusnya bisa dengan segera menangkap orang ini.

Begitulah tangkap-tangkap.

Coba-coba Turunkan Jokowi, Rakyat Marah Besar, Wajah Terduga Provokator Viral!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/coba-coba-turunkan-jokowi-rakyat-marah-besar-o85f7qFRYh

Parah! Indonesia Bisa Mundur Ke Belakang Jika Masih Ribut Soal Fotocopy KTP Untuk Vaksin

Banyak warga yang merasa gerah ketika ingin ikut vaksin. Kegerahan itu penyebabnya bukan karena teori konspirasi, tapi karena hal sepele yang seharusnya tidak perlu terjadi, apalagi di zaman digital ini, yaitu masalah fotocopy KTP.

Iya, warga yang dikabarkan resah itu tidak menerima syarat fotocopy KTP padahal sudah ada E-KTP asli. Kata mereka “Apa sih gunanya E-KTP kalau toh dimintai fotocopynya? Masak sudah canggih begini masih main manual kayak zaman orde baru yang birokrasinya sengaja dibikin ribet saja?”

Mungkin begitu keluh sebagian besar warga. Apalagi sistem database kependudukan itu kan sudah canggih, tidak lagi menggunakan database foxpro seperti yang digunakan oleh saksi ahli dari Prabowo-Sandi waktu pilpres 2019 lalu.

Di Dukcapil, pasti sistemnya sudah lebih mumpuni, servernya bukan kacangan, apalagi gorengan receh, dan jangan tanya berapa anggaran untuk semua teknologi database kependudukan itu, pasti tidak sedikitlah.

Maka dengan biaya yang telah dikeluarkan negara begitu besar agar sistem data kependudukan itu rapi, tentu saja harus dimanfaatkan sebaik-baiknya, mulai dari keamanannya sampai sistem kemudahan yang diberikan kepada masyarakat, sehingga pekerjaan menjadi efektif dan efisien.

Jangan sampai, karena malas melek atau masih menyukai cara-cara jadul seperti di zaman orba, adalah menjadi celah bagi para lintah darat yang memanfaatkan data penduduk dalam menjerat masyarakat demi keuntungan pribadi atau perusahaan pinjol itu.

Kenapa sih oknum panitia penyelenggara vaksin itu tidak mau memanfaatkan cara yang efektif? Apakah semua penyelenggara vaksin seperti itu? Kenapa semua penyelenggara tidak kompak dalam soal data? Bukankah bisa kerjasama dengan Dukcapil kan?

Dari kasus ini, respon dari Juru bicara Kemenkes bidang vaksinasi COVID-19 dr Siti Nadia Tarmizi hanya menjelaskan bahwa syarat fotokopi KTP merupakan syarat vaksinasi tingkat penyelenggara. Syarat tersebut merupakan syarat administrasi.

Katanya begini "Kalau terkait pengumpulan administrasi ini di tingkat penyelenggara ya," kata Siti saat dihubungi, Jumat (23/7). Siti mengimbau agar hal ini bisa dikomunikasikan dengan baik terkait penyelenggaraan vaksinasi di daerah tersebut.

Responnya cuma segitu ya? Harusnya kan satu komando. Cari fotocopy saat ini sudah susah, banyak yang usaha fotocopy tutup. Biaya listriknya besar, dan hasilnya tersengal-sengal. Dengan sekolah online, bagaimana usaha fotocopy itu bisa bertahan?

Meskipun bagi masyarakat ada yang punya printer yang lengkap dengan alat scannya, terkadang sudah jalan jauh dan hampir tiba di tempat vaksinasi, ehh lupa scan. Mau balik, ribet kan? Jadi apakah tidak cukup membawa E-KTP asli yang sering ada di dompet?

Jika ada penyelenggara masih bersikukuh meminta fotocopy KTP, ini malah akan memperlambat target vaksinasi. Target satu juta bisa terjadi diskon karena lambatnya birokrasi.

Bangsa kita kan sudah belajar dari buruknya birokrasi zaman jadul kan? Masa sih mau terulang lagi. Apalagi mengingat pandemi ini kita dipaksa bergerak cepat, karena penularan virus juga pun cepat, belum lagi virus hoax dan kebebalan dari para kadrun.

Dan pendapat ahli pun bilang begini "Sekarang sudah zaman internet semakin banyak, jadi semakin urgent kita harus suarakan setop fotokopi KTP," Ini kata Ismail Fahmi ahli sosial media itu. Lalu Fahmi pun menyarankan petugas vaksinasi atau birokrasi lainnya cukup meminta masyarakat memperlihatkan e-KTP aslinya saat proses verifikasi data.

Apalagi saat ini sudah ada database Dukcapil. Nah kan, kenapa masih perlu model birokrasi gaya jadul yang hanya menyulitkan dan memperlambat vaksinasi?

Jadi pihak terkait harus mengambil tindakan meskipun kelihatan remeh. Kalau tidak demikian, tetap akan lambat dan warga akan gerah, mengingat pandemi ini banyak yang sudah stress, jangan sampai masalah sepele ini justru menjadi pemicu stress yang lebih berbahaya dampaknya.

Anak sekolah saja sudah sistem online, masa sih untuk vaksin harus dimintai fotocopy KTP? Heloowwww...

Sekarang ini China sudah menciptakan kereta Maglev tercepat di dunia, 600 KM per jam, jadi jarak 1000 KM hanya ditempuh 2,5 jam. Wow, sementara kita di Indonesia masih ribut soal fotocopy KTP, bagaimana bisa mengejar ketertinggalan?

Belum lagi kaum yang begitu keras perlawanannya kepada pemerintah meskipun mereka itu sudah salah besar dan bobrok cara bermain politiknya.

Jadi selain masalah receh fotocopy harus diselesaikan, maka kita harus fokus kepada para Bohir yang senantiasa menganggu negara ini.

Jadi mari menjadi manusia efektif dengan birokrasi yang memudahkan, bukan mengidiotkan. Setuju pembaca?

Parah! Indonesia Bisa Mundur Ke Belakang Jika Masih Ribut Soal Fotocopy KTP Untuk Vaksin

Sumber Utama : https://seword.com/politik/parah-indonesia-bisa-mundur-ke-belakang-jika-9U3zWyizXO

Seru! Twitwar Denny Siregar vs Kader Demokrat Cipta Panca Laksana

Denny Siregar tentu tidak asing lagi di mata pendukung maupun haters Jokowi.

Ia bisa dibilang Cebong garis keras karena selama ini aktif banget mendukung mantan Walikota Solo tersebut.

Dan memberikan dukungan kepada Jokowi itu sudah dilakukannya sejak Pilpres 2014 lalu.

Sebelumnya, ia memang aktif menulis di Facebook dan di-blog pribadi. Namun website miliknya kala itu https://dennysiregar.com/ di hack oleh pembencinya.

Ia pun tidak melanjutkan bikin website baru, tapi kini aktif di YouTube dalam rangka menyuarakan dukungannya kepada presiden tersebut.

Akun Medsos yang dikelola oleh Denny Siregar pun bisa dibilang bukan kaleng-kaleng. Karena memiliki pengikut yang bejibun.

Akun Instagramnya saja, @dennysiregar memiliki 751 ribu pengikut.

Kemudian akun Facebooknya memiliki 1 juta pengikut. Dan akun Twitternya @Dennysiregar7 juga memiliki 1 juta followers.

Belum lagi ia punya channel YouTube CokroTV bersama rekan-rekannya Eko Kuntadhi dan Ade Armando, yang sekarang sudah memiliki 1,49 juta subscriber.

Artinya apa? Denny Siregar ini cukup diperhitungkan di kancah permedsosan nasional.

Nah, yang jadi pertanyaan, kenapa dia begitu diminati oleh netizen?

Menurut hemat penulis sih ada 3 penyebabnya.

Pertama, ia merupakan pendukung Jokowi.

Yang kita tahu sendiri jumlah pemilih Jokowi pada Pilpres 2019 lalu mencapai 85 juta jiwa.

Kedua, gaya penyampaiannya baik itu dalam bentuk video maupun tulisan, sederhana. Sehingga mudah dipahami oleh siapapun.

Tidak seperti rocky gerung yang bahasanya terlalu tinggi.

Ketiga, lucu.

Tidak jarang Denny Siregar menyelipkan humor di cuitannya, tulisannya maupun di konten YouTubenya.

Yang hal ini membuat orang yang membaca maupun menonton, jadi pengen ngakak tapi takut korona.

Nah, informasi yang disebarkan oleh Denny Siregar di Medsos itu tidak hanya soal Jokowi saja lho. Tapi tidak jarang ia juga menyindir para oposisi yang ngebet pengen berkuasa lagi.

Salah satu diantaranya yang turut menjadi sasaran sentilannya adalah Partai Demokrat.

Yang cerita ini akhirnya berujung panjang.

Lantas, bagaimana keseruan sindiran Denny Siregar kepada Partai Demokrat tersebut? Dan bagaimana pula reaksi kadernya?

Awalnya ia mengomentari foto kader Partai Demokrat yang lagi bagi-bagi bantuan kepada masyarakat.

Dan foto yang dikomentari itu memang sangat unik. Ada seorang perempuan memakai baju Partai Demokrat sedang memberikan bantuan (berupa bingkisan kecil) kepada emak-emak. Namun disorot oleh sekian banyak kamera.

Yang menyorotnya juga memakai baju biru khas partai berlambang bintang Mercy itu.

Jadi, yang menonjol dari foto tersebut bukan aksi kemanusiaannya. Melainkan pencitraan. Yang memang pencitraan ini melekat kepada SBY.

Dikomentarilah oleh Denny Siregar foto itu,

"Terharu lihat ibu baju merah itu. Masih sempat-sempatnya kasih sedekah ke rombongan orang baju biru yang lewat rumahnya yang sedang foto-foto tentang kesulitan diri mereka "

Si Denny tahu kalau yang membagikan bantuan tersebut adalah kader Partai Demokrat. Namun tetap saja komentarnya tersebut bukan hoax. Karena itu merupakan majas ironi. Yakni berupa sindiran dengan menyembunyikan fakta sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta itu atau dengan kata lain mengungkapkan sindiran halus.

Dan menggunakan majas ironi ini memang diperbolehkan kok. Terbukti, kita waktu sekolah dulu mempelajarinya.

Yang kalau pembaca Seword masih ingat. Selain itu ada juga majas hiperbola, metafora, litotes, dll.

-o0o-

Tapi entah kenapa sindiran Denny Siregar itu dipahami lain oleh kader Partai Demokrat Cipta Panca Laksana.

"Kelakuan buzzeRp Denny Siregar mendegradasi gerakan kemanusian kader-kader Partai Demokrat dengan memutarbalikan fakta kalau orang-orang berbaju biru minta sedekah. Gimana Covid gak terus meledak, ketika orang membantu, buzzeRp seperti ini malah melecehkan. Jangan lupa kau berhutang nyawa ke rakyat," ujar anak buah AHY yang pernah sebut paha Rahayu Saraswati (keponakan Prabowo) itu mulus banget melalui akun Twitternya @Panca66.

Namun bukannya mendapat dukungan dari netizen, komentar Panca itu malah mendapat respon yang negatif.

"Hahaha. Ngasih ke satu orang, yang foto buanyak. Partai modal pencitraan" cuit pemilik akun Twitter @DianUtamanews

"Ini, ngasih bantuan atau ngantar lamaran om? Banyak kali soalnya ku tengok fotografer om. Macem betul aja bah", lanjut pemilik akun Twitter @tarigan__yudha_

Lantas seperti apa komentar Denny Siregar terkait cuitan Om Panca tersebut?

Sedikit, tapi ngena,

"Ada bemo ngamuk"

Hahaha

Lalu dibalas lagi oleh Panca

"BuzzeRp biadab loe. Ngak bermoral"

Dan bukannya tersinggung, Denny Siregar malah ketawa aja dibilangan buzzer biadab oleh Panca gagap tersebut.

Kwkwkwk

Seru! Twitwar Denny Siregar vs Kader Demokrat Cipta Panca Laksana

Sumber Utama : https://seword.com/umum/seru-twitwar-denny-siregar-vs-kader-demokrat-eAUzy8bMFU

Makin Sulit Dan Terjepit, Anies “Dikadalin” PKS Dan Demokrat?

Waktu tidak akan terasa. Dalam hitungan bulan, jabatan Anies akan berakhir. Euforia memenangkan Pilkada 2017 tinggal jadi masa lalu. FPI sudah bubar. Rizieq sudah dipenjara. Demo berjilid-jilid hanya tinggal kenangan belaka. Semua terasa hambar. Yang mengelu-elukan Anies hanya tinggal para kadrun dan buzzer di medsos. Yang satu orang bisa saja punya puluhan akun. Di dunia nyata, warga Jakarta malah cuek sama Anies. Di jalan, di tangga, di dalam KRL, rata-rata warga hanya diam melihat Anies. Bahkan mungkin melengos. Tidak peduli. Bahkan ketika Anies dadah-dadah pada para peserta vaksinasi di GBK, tidak ada yang membalasnya. Mereka hanya menatap biasa. Boro-boro disambut dengan yel-yel, Anies jalan atau naik sepeda, warga seperti tidak melihatnya.

Gimana mau dielukan warga, wong dia saja tidak mau mendekati warganya. Anies memang sangat pelit untuk mendekati warga. Sejak awal jadi gubernur, dia memang membangun “pagar” terhadap warga Jakarta. Entah maksudnya apa ya. Balai Kota yang dulu terbuka, penuh warga yang mau mengadu ke gubernur, kemudian ditutup oleh Anies. Sok elitis? Bagi saya aneh juga buat orang yang katanya punya ambisi mau nyapres. Kedekatan Anies dengan warga di Balai Kota mestinya bisa jadi bahan buat Anies menjaga dan menaikkan citranya buat nyapres. Namun malah dia hentikan. Mungkin sadar kalau dia tidak bisa memberikan solusi cepat ke warga seperti gubernur sebelumnya?

Hehe, bisa jadi. Anies mungkin takut kalau kedoknya terbuka. Bahwa sebenarnya banyak hal yang tidak dia tahu dan tidak dia kuasai. Programnya sendiri saja tidak dikerjakan dengan maksimal kok. Seperti naturalisasi dan drainase vertikal untuk menangani banjir. Eeh ujung-ujungnya balik lagi ke normalisasi. Rumah DP Rp 0 hasilnya jauh dari janji kampanye. Lalu apa lagi yang diberikan Anies buat warga Jakarta? Patung bambu, tugu batu, tugu peti mati, dan tugu sepeda? Ya ya ya, ada integrasi transportasi dan penghargaan buat Anies. Namun kalau balik ditanya, siapa sih yang membangun MRT/LRT? Emang Anies?

Saat ini Anies tinggal menghitung bulan. Tahun depan jabatannya berakhir. Pencitraan yang sudah banyak dia lakukan terbukti gagal mengangkat namanya. Nebeng pandemi, eh angka Covid Jakarta malah naik. Duit APBD pun tekor, dan Anies akhirnya ngutang ke pemerintah pusat. Pencitraan di kala banjir? Gagal total hehehe… Ingat kan lokasi yang disebut Anies tidak banjir, beberapa hari kemudian malah kena banjir. Ambyar dahh!

Anies pun terlihat panik. Langkah-langkahnya tidak konsisten. Pekerjaan sebagai gubernur berbenturan hebat dengan manuver politiknya. Ketika dia melarang warga untuk bersilaturahmi, dianya malah berkunjung ke rumah Ketum PAN. Ketika dia katanya memperingatkan pemerintah pusat soal kenaikan angka Covid, nyatanya dia malah ke Sumedang panen padi. Ketika dia melarang warga keluar rumah, dianya malah sepedaan dengan keluarganya. Tempat isolasi tambahan buat pasien Covid sampai ditagih oleh Kapolri. Blunder minta-minta ember dan sapu ke para dubes asing pun bikin Anies ditertawakan dan dihujat publik. Formula E tak kunjung jadi nyata. Mau bangun stadion dan museum nabi, mana hasilnya? Semua gagal dan ambyar!

Di lain pihak, mau nyapres itu tidak lah mudah. Harus ada kendaraan partai politik. Kita lihat lagi kekuatan parpol pasca Pileg 2019 : PDIP (128 kursi atau 19.33%), Golkar (85 kursi atau 12,31%), Gerindra (78 kursi atau 12,57%), NasDem (59 kursi atau 9,05 %), PKB (58 kursi atau 9,69%), Demokrat (54 kursi atau 7,77%), PKS (50 kursi atau 8,21%), PAN (44 kursi 6,84%), dan PPP (19 kursi atau 4,52%) Sumber. Sementara ambang batas untuk pencalonan presiden atau presidential threshold adalah 20% atau 115 kursi.

Walaupun Gerindra mengusung Anies di Pilkada 2017, namun Gerindra sudah jadi koalisi pemerintah. Sudah temenan sama Presiden Jokowi. Partai politik yang masih jadi lawan Jokowi adalah PKS dan Demokrat. Sedangkan PAN punya kecenderungan mendukung Jokowi. Faktor Jokowi merupakan faktor penting dalam Pilpres 2024. Ini sulit untuk dibantah. Siapa pun yang di-endorse oleh Jokowi, maka akan besar kemungkinannya untuk menang di 2024. Yang pasti bukan Anies.

Dengan mempertahankan posisi berseberangan dengan pemerintah pusat, maka Anies akhirnya mendapat resiko, bukan hasil. Resiko untuk tidak akan di-endorse oleh Jokowi. Resiko hanya punya pilihan terbatas terhadap parpol yang bisa mengusungnya di 2024. Ini tercermin dari manuver safari politik Anies beberapa waktu lalu. Dia nampak akrab dengan kader-kader Demokrat di Jatim. Dia juga bertemu dengan AHY. Termasuk sowannya Anies ke rumah Ketum PAN, Zulkifli Hasan. PKS pun tampaknya memberikan harapan ke Anies untuk mengusungnya nanti.

Anies pun menaruh harapan untuk didukung oleh koalisi Demokrat, PAN dan PKS. Mungkin juga dengan NasDem. Tapi apa yang terjadi? NasDem sudah lama mementahkan harapan Anies itu. Ketika NasDem bicara soal beberapa nama yang punya potensi nyapres. Ya memang masih termasuk Anies, tapi bukan hanya Anies kan? PAN? Tidak terdengar suaranya bicara soal Pilpres. Namun kader PAN, Bima Arya nampak akrab dengan Presiden Jokowi. Dengan pertemuannya dengan Presiden Jokowi di Istana Bogor beberapa hari lalu. Jadi wali kota rasa gubernur dong.

Nah, PKS malah jadi akrab dengan Demokrat. PKS mulai mendorong petinggi partainya, Habib Salim Segaf Aljufrie untuk lebih dikenal publik. Untuk dijadikan capres dari PKS, sesuai amanat Musyawarah Majelis Syura IV akhir Juni lalu. Sementara Demokrat pun menyatakan ada kemungkinan untuk berkoalisi dengan mengusung AHY. Karena ada kedekatan Salim Segaf dengan SBY. Salim Segaf pernah jadi Mensos di era SBY Sumber. Koalisi PKS dan Demokrat serta PAN akan cukup buat mengusung capres/cawapres. AHY senyum dong. Terbuka celah buat nyapres.

Posisi Anies di mana? Masih berlindung di ketek JK? Hehehe… Berharap dapat dukungan dari Golkar dan NasDem? Memangnya nama Anies masih harum pasca menyelesaikan jabatannya? “Utang” Anies buat warga Jakarta terlampau banyak. Yang tersisa adalah resiko, bukannya peluang baik. Resiko makin bertambah, dengan masa vakum Anies tanpa jabatan dari ujung 2022 hingga 2024. Belum lagi faktor Ganjar Pranowo. Yang mendapat banyak dukungan dan simpati rakyat di berbagai pelosok Indonesia. Hanya kadrun dan buzzer yang masih mengelu-elukan Anies. Bikin Prabowo menang di Jakarta saja Anies tidak bisa. Apalagi memenangkan dirinya sendiri.

Makin Sulit Dan Terjepit, Anies “Dikadalin” PKS Dan Demokrat?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/makin-sulit-dan-terjepit-anies-dikadalin-pks-qBdQkYLE0s

Aksi Seruan Demo Jokowi Muncul Lagi, Bukti Puncak Kebebalan dan Nyaris Matinya Hati Nurani?

Media sosial sedang panas, setelah beredarnya informasi, atau lebih tepatnya saya sebut saja provokasi kepada masyarakat untuk turun ke jalan pada Sabtu, 24 Juli 2021, dengan mengajak masyarakat tenang, sekaligus sadar diri mengenai kondisi pandemi yang masih terjadi. Kondisi yang bahkan masih mengancam nyawa, karena angka penularan yang masih cukup tinggi jika dilihat dari kasus positif setiap hari yang terjadi di berbagai daerah di Indonesia.

Seruan aksi turun ke jalan dengan slogan “Jokowi End Game” ini mulai marak beredar di media sosial, yang rasanya memang sengaja dikeluarkan oleh mereka (bolehkah saya sebut pengkhianat bangsa?) dengan rencana longmarch dari Glodok ke Istana Negara. Rencana kegiatan ini sudah terendus oleh pihak kepolisian, yang melalui Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Yusri Yunus, lantas merespons dengan berkata:

“Lihat rumah sakit, kuburan, udah penuh. Apa mau diperpanjang lagi PPKM ini sementara masyarakat mengharapkan supaya bisa relaksasi. Tapi intinya di sini bagaimana masyarakat mau sadar, mau disiplin hindari kerumunan," ujar Yusri kepada wartawan di Polda Metro Jaya, Jumat (23/7/2021), seperti dilansir laman Detik.com.

Kombes Yusri lantas mencoba meredam agar suasana menjadi kondusif dengan berkata:

"Coba bagaimana kalau bikin lagi kegiatan kumpul-kumpul menyampaikan pendapat di panggung dan membuat kerumunan, apakah tidak bisa menjadi klaster kerumunan lagi? Tolong temen-temen yang berniat akan melakukan kegiatan penyampaian pendapat, gunakan dengan bijak.”


Seruan untuk kembali turun ke jalan dengan risiko sangat besar terbentuknya klaster baru jika nekat dilaksanakan (yang kemungkinan besar akan melanggar protokol kesehatan), juga membuat jengah seorang Permadi Arya. Pria pemberani yang baru saja dinyatakan sembuh dari Covid-19 ini seakan kembali tergugah untuk memerangi setiap upaya provokasi dan hasutan pada masa pandemi seperti ini dengan berkata di media sosial Instagram @permadiaktivis2 seperti ini: (setelah diawali dengan narasi soal tim medis dan nakes yang bertaruh nyawa demi menyelamatkan nyawa pada pasien Covid-19 seperti dirinya)

“… sementara ini ada orang2 yang nol kontribusi buat penanggulangan pandemi, malah mau bikin demol lengserkan @jokowi, bukan bahu membahu hadapi pandemi, malah jadi proxy boneka politisi busuk.”


Hufffft … setiap kali menuliskan rencana (atau ketika sudah terjadi) aksi demonstrasi pada masa pandemi seperti ini, dengan alasan yang terlihat sangat mengada-ada, tidak substansif sama sekali, dan lebih terlihat sebagai aksi pelampiasan amarah dan kebodohan (mau disebut apalagi kalau orang begitu mudah terhasut dan tidak berpikir panjang menuruti hasutan itu??) … ingin rasanya keluar segala macam perkataan berisi makian, tetapi selama ini saya masih berusaha menahan diri.

Mau mengharapkan sesuatu yang jelek, katanya kan tidak boleh … masa’ kita mendoakan hal yang jelek terjadi kepada orang lain. Nanti kalau berbalik mengenai diri sendiri, siapa yang mau disalahkan? Jokowi lagi mau kalian salahkan?

Cumaaaan … orang-orang model begini, termasuk para aktor intelektual atau pendukung dana dari setiap aksi semacam ini, memang tidak bisa lagi diajak main halus. Kombes Yusri berkata dengan maksud baik sekalipun, mereka rasanya tidak akan menggubris, karena kebodohan yang sudah mengakar, bertemu dengan emosi yang mudah disulut. Nanti kalau sampai kejadian muncul klaster kerumunan akibat aksi massa seperti ini, nyalahin pemerintah lagi karena dianggap gagal menyediakan fasilitas perawatan bagi pasien Covid yang tiba-tiba membludak?

"Kan yang kemarin-kemarin ada beberapa aksi massa juga tidak terjadi ledakan kasus baru, misalnya lantas ada 1.000 orang terpapar dalam satu hari??” mungkin begitu alasan yang bisa saja muncul dari para calon peserta aksi massa besok.

Orang-orang seperti ini bagi saya sekaligus bodoh karena menolak untuk menyadari bahwa aksi-aksi yang kemarin, kalau pun sampai belum terjadi ledakan kasus baru … Bisa saja kali itu mereka masih dikasihani oleh Tuhan, supaya masih bisa disuruh berpikir dan menyadari kekeliruannya. Namun, kalau sudah mendapat belas kasihan tapi nggak sadar, ya risiko ditanggung sendirilah ... karena biasanya di puncak kebebalan dan kenekatan, tuaian dari perbuatan itu akan diterima.


Aaah … kasihan sekali rasanya membayangkan para petugas (aparat kepolisian) kalau ada yang terpapar Covid-19 atau gara-gara mengamankan aksi lantas mereka terluka, kalau sampai aksi massa besok beneran digelar, lalu berlangsung seperti yang sudah-sudah. Kasihan pula tim medis dan nakes yang nantinya harus menerima membludaknya pasien Covid di rumah sakit atau lokasi perawatan lainnya … gara-gara klaster kerumunan dari aksi massa model begini.

Mereka sudah berjerih lelah selama hampir 1,5 tahun, dengan kelelahan fisik dan mental yang sudah luar biasa … bahkan tak sedikit yang harus melepas kepergian rekan-rekan sejawat mereka karena terpapar Covid-19 dari para pasien yang mereka rawat … apa para pendana, aktor intelektual, korlap, atau apa pun sebutan dari mereka yang terlibat dalam rencana demo besok … otaknya sudah pada tidak bisa berfungsi normal, dengan hati nurani yang sudah hampir mati?

Bagaimana menurut SEWORD-ers soal aksi ini? Enaknya diapakan kalau sampai mereka kedapatan terpapar Covid-19, baik sebelum maupun sesudah aksi? Kalau dari saya sih, mereka yang tertangkap karena berbuat onar atau melakukan aksi anarkis besok, langsung saja dijadikan relawan untuk penanganan pasien Covid-19 di lokasi yang paling banyak orang dirawat.

Kalau perlu, langsung dijadikan petugas pemakaman dadakan, supaya mereka melek mata, pikiran, dan hatinya bahwa pandemi ini bukan perkara yang sepele dan main-main. Kok ya seenaknya mau dema, demo, dema, demo. Semprul tenan!

Aksi Seruan Demo Jokowi Muncul Lagi, Bukti Puncak Kebebalan dan Nyaris Matinya Hati Nurani?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/aksi-demo-jokowi-muncul-lagi-bukti-puncak-Yq4qkqkaP0

Didakwa Korupsi, Ini Perjalanan Syed Saddiq yang Bisa Jadi Pelajaran Bagi Oposisi!

Di tengah pemberitaan masif mengenai pandemi yang melanda dunia, kita tentunya belum melupakan sosok Syed Saddiq yang sempat viral. Awalnya kita sempat terkagum dengannya saat ngevlog bareng Jokowi dan memuji Indonesia sebagai tuan rumah Asian Games. Tentunya saat itu kita mengira menteri termuda Malaysia ini dekat dengan kita. Apalagi Saddiq juga sempat mendukung Gojek beroperasi di Malaysia yang saat itu bertolak belakang dengan taksi konvensional di sana.

Dukungan Saddiq belakangan menjadi tanda tanya setelah dirinya secara kontroversial juga berseberangan dengan kita. Hal ini berawal saat dirinya menolak kabar bahwa supporter kita dipukuli di Malaysia dan menggapnya sebagai hoaks. Pernyataan Saddiq mengundang kemarahan kementrian olahraga kita dan menuntutnya untuk meminta maaf. Usust punya usut dirinya terkena isu reshuffle yang membuatnya emosi waktu itu. Lebih jauh ada foto beredar mengenai kedekatannya dengan Zakir Naik yang jadi kebanggaan kadrun. Kini akhirnya kita tahu dirinya juga didakwa korupsi.

Seperti dilansir kompas.com, mantan Menteri Pemuda dan Olahraga (Menpora) Malaysia, Syed Saddiq bersumpah akan membersihkan nama baiknya.

Hal itu diungkapkan Syed Saddiq setelah dirinya didakwa melakukan korupsi.

Pria yang merupakan menteri termuda sepanjang sejarah Malaysia, berusia 25 tahun itu menegaskan dia merasa yakin pengadilan dan hakim bisa memperbaiki namanya.

Dakwaan korupsi tersebut datang setelah Syed Saddiq menolak untuk mendukung Pemerintahan Perikatan Nasional.

"Jika berpikir ancaman itu melemahkan semangat saya, maka Anda salah. Kenyataannya, ini akan meningkatkan keinginan saya untuk membersihkan Malaysia, dan membangunnya untuk seluruh warga,” tuturnya seusai persidangan di Kuala Lumpur, Kamis (22/7/2021) dikutip dari The Star.

“Ancaman tersebut tak mungkin melemahkan moral saya, tetapi kenyataannya itu hanya akan memperkuatnya,” tambahnya.

Ia mengungkapkan adanya keanehan dari dakwaan yang ditujukan kepadanya.

Syed Saddiq mempertanyakan kenapa dakwaan itu baru dilakukan sekarang, padahal perintah sudah diberikan sejak Agustus tahun lalu.

"Saya pikir kasus ini memiliki motif politik di belakangnya, dan saya menentang itu,” ujarnya.

"Saya merasa yakin bahwa pengadilan dan hakim bisa membersihkan nama saya,” lanjut pria 29 tahun tersebut.

Syed Saddiq mendapatkan dua dakwaan korupsi terkait pidana pelanggaran kepercayaan (CBT) dan penyelewengan uang yang melibatkan dana milik bekas partainya, Parti Pribumi Bersatu Malaysia.

Ia pun menegaskan dirinya tak bersalah setelah dakwaan dibaca oleh juru bahasa pengadilan sebelum sesi dengan Hakim Azura Alwi.

Pada dakwaan pertama, Syed Saddiq, sebagai pemimpin muda dari partai tersebut dipercaya memegang dana dari sayap pemuda partai, Armada Malaysia.

Ia pun kemudian diyakini telah melakukan pelanggaran kepercayaan, di mana ia melakukan penarikan 1 juta ringgit atau setara Rp3,4 miliar, tanpa persetujuan pemimpin Bersatu.

Syed Saddiq juga didakwa dengan menyalahkangunakan 120.000 ringgit (Rp412 juta) dalam kontribusi untuk kampanye GE14, yang dikumpulkan melalui Akun Maybank Islamic Berhad milik Armada Bumi Bersatu Enterprise.

Syed Saddiq pun mengungkapkan telah melaporkan seluruh asetnya ke Komisi Anti-Korupsi Malaysia (MACC), saat menjadi menteri.

"Saya memasuki politik demi politik bersih. Saya ingin membangun negara di mana semua warga Malaysia bangga menjadikan Malaysia rumahnya,” ucapnya.

Ia juga menambahkan telah melaporkan seluruh asetnya ke Komisi Anti-Korupsi Malaysia (MACC), saat menjadi menteri.

Terlepas apapun hasil persidangan Syed Saddiq nantinya, yang jelas kita bisa mengambil sedikit banyak pelajaran darinya. Bahwa tampilan fisik dan stamina saja tak cukup untuk menjadikan seseorang bisa terjun secara baik di politik. Mengingat di Indonesia juga ada AHY yang sama-sama muda, energetik, tapi tanpa sadar bergandengan dengan kelompok ekstrimis dan juga dikelilingi mantan dan terduga koruptor. Jangan sampai Indonesia membuat kesalahan kedua karena telah memilih bapaknya yang digambarkan sebagai sosok gagah dan santun. Termasuk gubernur yang memakai jargon seiman dan sok membela rakyat.

Jokowi sendiri bukanlah sosok yang ideal secara fisik ataupun latar belakang. Badannya kurus, kuliah kehutanan, dan tak ada catatan keluarga terdahulu yang bisa dibanggakan. Kader Demokrat, Rachlan Nasidhik sering membully Jokowi karena latar belakangnya yang katanya tukang kayu. Namun, kita tahu saat ini kalau justru sosok inilah yang dinantikan Indonesia.

Kita beruntung memiliki Jokowi yang mampu membawa Indonesia mengungguli Malaysia. Bahkan bisa menjadi negara maju di masa depan. Abaikan jargon SARA apalagi fisik. Sudah banyak contohnya bahwa kekurangan dari fisik dan sebagainya bukanlah penentu keberhasilan seseorang. Dan kini kita tahu ada yang lebih ganteng dari AHY, juga berakhir di pengadilan. Kita buktikan kalau Jokowi presiden terbaik hingga saat ini. Dan bersamanya Indonesia bisa jadi negara maju dan suskes melewati pandemi

Didakwa Korupsi, Ini Perjalanan Syed Saddiq yang Bisa Jadi Pelajaran Bagi Oposisi!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/didakwa-korupsi-ini-perjalanan-syed-saddiq-yang-i0pUcPu5Ut

Re-post by MigoBerita / Sabtu/24072021/12.58Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya