» » » » » Akankah TALIBAN jadi MODERAT ??!! Atau INGKAR JANJI ....

Akankah TALIBAN jadi MODERAT ??!! Atau INGKAR JANJI ....

Penulis By on Jumat, 20 Agustus 2021 | No comments



 

Migo Berita - Banjarmasin - Akankah TALIBAN jadi MODERAT ??!! Atau INGKAR JANJI .... Mungkin orang-orang merasa bingung, mengapa Afghanistan yang terus-menerus dilanda konflik setelah dikuasai Amerika dan Taliban, kemudian sebegitu gampangnya "dikuasai" Taliban, setelah Amerika cs keluar dari negara Afghanistan??!! Tentu masih banyak lagi pertanyaan dibenak para pembaca sekalian. Nah agar tidak gagal paham, silahkan dibaca hingga tuntas berbagai artikel yang telah dikumpulkan tim Migo Berita.

[Video] Berdebat dengan Pakar Geopolitik Dina Y Sulaeman, Rabi Yahudi Ini Walkout dari Seminar

Jakarta, LiputanIslam.com –   Sebuah seminar dengan tema “Reconciliation between Muslims and Jews” diselenggarakan tanggal 30 Mei 2021 oleh The Yeshiva Institute. Dalam seminar tersebut hadir sebagai pembicara: Rabi Yahudi Israel Levanen, Pakar Geopolitik Dr. Dina Sulaeman, dan Filolog Menachem Ali.

Perdebatan bermula ketika pakar geoplitik dan Timur Timur Tengah Dr. Dina Sulaeman menyampaikan presentasinya dengan judul Status Kota Yerussalem menurut Hukum Internasional.

Dalam slide presentasi berbahasa Inggris, Dr. Dina Sulaeman mengutip tulisan sejarawan Yahudi Illan Pappe yang mengatakan bahwa tahun 1856-1900, ada setengah juta orang tinggal di tanah Palestina. Sebagian besar beragama Islam, 60 ribu Kristen, dan hanya 20.000 orang Yahudi. Bahasa yang dipakai adalah Arab.

Di tahun-tahun tersebut, Palestina adalah kawasan yang ramai dengan kegiatan ekonomi. Palestina  menjadi kawasan perlaluan hubungan dagang antara Eropa dengan Lebanon, Suriah dan Mesir. Palestina saat itu sudah menjelma menjadi kawasan kosmopolitan.

Klik videonya disini https://youtu.be/XcJ0e8XnAYQ

Dina lalu  menjelaskan terjadinya pengusiran besar-besaran warga Palestina dari Tanah Air Mereka. Dina juga menjelaskan berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB terkait dengan status Palestina, status Israel, serta berbagai konvensi internasional yang terkait dengan konflik di kawasan itu.

Dina lalu  menjelaskan terjadinya pengusiran besar-besaran warga Palestina dari Tanah Air Mereka. Dina juga menjelaskan berbagai resolusi Dewan Keamanan PBB terkait dengan status Palestina, status Israel, serta berbagai konvensi internasional yang terkait dengan konflik di kawasan itu.

Berdasarkan lintasan sejarah dan bukti-bukti dokumen PBB itulah Dr Dina Sulaeman menyatakan bahwa Palestina adalah kawasan yang dijajah oleh Israel. Dan dengan alasan itulah maka pemerintah Indonesia secara tegas memberikan dukungan sepenuhnya kepada Palestina agar meraih kemerdekaannya.

Menanggapi pemaparan Dr Dina Sulaeman, Rabi Yahudi Israel  Levanen menyampaikan protes  dan menyatakan bahwa Israel tidak pernah memulai perang. Israel menyerang karena marah melihat keluarga Israel yang tak berdosa menjadi korban pembunuhan.

Rabi Israel Levanen juga mengatakan bahwa sebagian besar data yang disampaikan Dr Dina itu korup dan bohong.

“Saya ingin bicara tentang slide yang dipresentasikan. Saya mengapresiasinya, tentu saja. Tapi, hampir semua slide tersebut bersifat korup dan tidak menunjukkan kebenaran, khususnya yang dipresentasikan oleh Bu Dina. Itu hanya mempresentasikan pandangan sepihak Muslim,” katanya.

“Saya bisa menyampaikan pandangan dari pihak Yahudi. Saya bisa menyampaikan fakta yang sebenarnya. Saya bisa mengomentari semua  slide tersebut. Tolong, sampaikan kebenarannya,” lanjutnya.

Dr Dina Sulaeman lantas mengatakan, “Saya ingin menanggapi pernyataan Mr Israel, karena ia mengatakan bahwa saya tidak menyampaikan fakta kebenaran.  Sumber pemaparan saya adalah buku Ilan Pappe, seorang sejarawan Yahudi. Yang saya kutip juga resolusi-resilusi Dewan Keamanan PBB. Ini adalah PBB, dan semua negara harusnya menghormat semua resolusi PBB. Saya juga mengutip statistik dari-samber-sumber yang valid. Jadi apa yang saya tulis di presentasi saya adalah data-data yang valid.”

Tak lama kemudian, tiba-tiba saja Rabi Yahudi meninggalkan seminar tanpa pamit alias melakukan walk out.
Moderator seminar pun di akhir acara mengkonfirmasi bahwa Rabi Israel memang telah meninggalkan seminar. (mm/li)


Sumber Utama : https://liputanislam.com/multimedia/berita-video/video-berdebat-dengan-pakar-geopolitik-dina-y-sulaeman-rabi-yahudi-ini-walkout-dari-seminar/

‘Peta Besar’ Kegagalan AS di Afghanistan

LiputanIslam.com –Kabul jatuh, di tengah ketidakpercayaan dunia, dan gerilyawan Taliban mampu merebut kota besar terakhir dan terpenting di Afghanistan tanpa banyak perlawanan. Kemajuan pesat Taliban dan penaklukan Kabul dalam satu hari tidak pernah terbayangkan bahkan oleh pandangan paling pesimistis tentang kemungkinan tentara dan pasukan pemerintah melawan pemberontak Taliban.

Sebelumnya, badan intelijen Barat dan militer serta politisi memperkirakan bahwa militer Afghanistan punya peluang untuk bisa mempertahankan Kabul dari serangan Taliban selama tiga minggu. Rentang waktu ini bisa digunakan oleh negara-negara Barat untuk mengevakuasi warga negara dan staf kedutaan mereka datri kota itu. Fakta bahwa Kabul jatuh hanya dalam tempo sehari menunjukkan kegagalan intelijen dan militer Amerika Serikat dan Barat. Tentu fakta ini memunculkan pertanyaan, apa penyebab jatuhnya Kabul dengan mudah dan dominasi Taliban atas wilayah Afghanistan.

 

Misinformasi Prediksi: Kejutan atau Intrik?

Sebelumnya pada bulan Juli, komunitas intelijen AS menyatakan bahwa Kabul bisa saja jatuh dalam waktu enam bulan. Tetapi, dalam perkiraan terbaru yang dirilis oleh Washington Post, mengutip sumber intelijen militer AS, ada ralat prediksi hingga perkiraan waktu itu semakin pendek. Dikatakan bahwa Kabul bisa saja jatuh dalam waktu 90 hari atau bahkan dalam 30 hari.

Sekarang, kejatuhan cepat pemerintah Afghanistan dan kekacauan yang dihasilkannya telah menciptakan banyak kritik dari Partai Republik ke Biden, dengan mengatakan bahwa Biden telah gagal. Pemimpin Senat Republik Mitch McConnell menyebut serbuan diplomat Amerika itu “memalukan.”

Amerika Serikat dan negara-negara Barat lainnya bahkan tidak memiliki kesempatan untuk mengevakuasi warga negara mereka dari Afghanistan, sehingga mereka mengirim pasukan ke Afghanistan untuk mengevakuasi kedutaan sesegera mungkin. “Kami mengambil serangkaian langkah untuk mengamankan Bandara Internasional Hamid Karzai untuk memungkinkan keluarnya personel AS dan sekutu mereka dengan aman dari Afghanistan melalui penerbangan sipil dan militer,” kata Pentagon dan Departemen Luar Negeri dalam pernyataan bersama, Minggu (15/8).

Biden juga dilaporkan telah memerintahkan 1.000 tentara lainnya memasuki Kabul untuk memastikan evakuasi tersebut. “Kami melihat bahwa tentara Afghanistan tidak dapat mempertahankan negara, dan itu terjadi lebih cepat dari yang diperkirakan,” kata Menteri Luar Negeri Anthony Blinken.

Jatuhnya Citra Intelejen AS

Menajamnya kritik domestik dan internasional terhadap pemerintah AS dan terungkapnya kekalahan besar intelijen dan militer Washington di Afghanistan, telah mencoreng citranya sebagai negara adidaya di arena internasional. Masalah ini juga memicu kembali kritikan atas penarikan tentara AS dari Afghanistan, yang disebut sebagai terlalu tergesa-gesa atau belum waktunya. Akibatnya, muncul juga keragu-raguan tentang salah satu kesepakatan dalam ‘Perjanjian Doha’ dengan Taliban tentang ketidakmungkinan kembalinya Al-Qaeda ke Afghanistan.

Jenderal Mark Millie, Kepala Staf Gabungan, mengatakan kepada para senator melalui telepon pada hari Minggu bahwa para pejabat AS diperkirakan akan mengubah penilaian dan analisis mereka sebelumnya tentang seberapa cepat kelompok-kelompok teroris di Afghanistan mampu membangun kembali kekuatan mereka. Mengingat situasi yang berkembang, para pejabat percaya bahwa kelompok teroris seperti Al-Qaeda dapat tumbuh lebih cepat dari yang diperkirakan.

Sementara itu, ada laporan lain yang menyatakan bahwa badan intelijen AS telah menulis pesan rahasia kepada Gedung Putih terkait dengan kemajuan Taliban yang bermakna jatuhnya Kabul lebih cepat. Akan tetapi, peringatan ini diabaikan oleh Biden dan timnya. Dalam perspektif isu ini, pada dasarnya, di belakang layar, AS mendukung jatuhnya Kabul dan tergulingnya pemerintah oleh kekuatan Taliban.

Kegagalan ‘Peta Besar’

Semua itu tentunya baru berupa desas-desus dan rumor yang sulit dibuktikan, karena semuanya terkait dengan keputusan dan operasi intelejen yang serba rahasia dan misterius. Hanya saja, satu hal yang pasti, jatuhnya Kabul itu melengkapi kegagalan demi kegagalan AS dan sekutu-sekutunya dalam konteks ‘peta besar’ operasi militer mereka di Afghanistan.

Sebagaimana yang digembar-gemborkan AS dalam 20 tahun terakhir ini, dikatakan bahwa AS telah menggelontorkan dana milyaran Dolar serta telah ‘mempersembahan’ nyawa para prajutnya (jumlahnya lebih dari 2.300). Untuk apa? Untuk membantu rakyat Afghanistan menjadi negara yang aman, damai, demoratis, dengan tentara yang kuat dalam mempertahankan negara menghadapi kelompok radikal teroris.

Faktanya, cara yang dipakai oleh AS tak jauh beda dengan cara yang dilakukan oleh penjajah. Dalam hal pendidikan dan pelatihan tentara Afghanistan, misalnya, AS menjadikan tentara Afghanistan sebagai bagian dari kekuatan yang  lebih membela kepentingan AS, alih-alih kepentingan rakyat Afghanistan. Tak jarang tentara Afghanistan terlibat dalam beberapa operasi militer yang dipimpin oleh AS, yang mengakibatkan jatuhnya korban jiwa di pihak sipil Afganistan.

Kemudian, tentara Afghanistan tidak pernah dengan sungguh-sungguh dilibatkan dalam strategi militer utama AS di Afghanistan. Tentara Afghanistan tidak memiliki akses atas berbagai informasi penting militer dan intelejen di  Afghanistan. Bahkan, tentara Afghanistan tidak punya akses terhadap artileri canggih tentara AS. Alasannya bisa difahami. Artileri-artileri itu mengandung informasi ketahanan militer AS. Akan tetapi, dengan situasi seperti ini, ada konsekwensi buruk yang harus diterima oleh AS, yaitu bahwa tentara Afghanistan memang selamanya akan menjadi kekuatan yang sangat rentan dan jauh dari kemandirian.

Karenanya, sangatlah bisa difahami bahwa ketika AS mulai menarik tentaranya dari Afghanistan, dengan mudahnya Taliban menguasai satu demi satu kota yang berpuncak kepada dikuasainya ibukota Kabul. Ketika gerilyawan Taliban merangsek, tentara Afghanistan berada dalam situasi kebingungan. Mereka tak punya informasi strategis yang diperlukan tentang bagaimana cara menghadapi Taliban. Bahkan sangat mungkin tentara Afghanistan itu tak tahu bahwa Taliban sudah semakin merangsek. Ketika tentara AS pergi, yang dihadapi gerilyawan Taliban adalah tentara ‘amatir’ yang kebingungan dan tak punya semangat melawan.

Sebenarnya, faksi-faksi di di Afghanistan itu sangat banyak. Salah satu yang diharapkan bisa menghadapi Taliban adalah Front Perlawanan Anti-Taliban Afghanistan Utara. Akan tetapi, para pemimpin front ini  telah dibunuh selama dua dekade terakhir. Burhanuddin Rabbani, Jenderal Davood, Jenderal Shah Jahan Nouri, Jenderal Raziq, Seyyed Mustafa Kazemi, Jenderal Seyyed Kheili, dan Samangani, adalah tokoh-tokoh yang selevel dengan Ahmad Shah Massoud, dan termasuk di antara para korban pembunuhan berantai ini. Dalam kevakuman, tidak ada pemimpin kuat yang bisa menyatukan kekuatan melawan Taliban.

Mengharapkan munculnya ‘kekuatan-rakyat’ dalam melawan Taliban juga seperti mimpi di siang bolong. Sudah menjadi rahasia umum bahwa rakyat Afghanistan umumnya membenci AS atas aksi pendudukan negara oleh pasukan asing. Secara umum, AS dipersepsi oleh mayoritas publik Afghanistan sebagai pihak yang tidak punya rasa hormat terhadap kedulatan rakyat dan negara.

Perkembangan selanjutnya di Afghanistan sangat menarik dinantikan. Langkah AS dan sekutu-sekutunya, termasuk apa yang akan dilakukan oleh Arab Saudi, akan menjadi sangat menarik. Kita juga belum memasukkan faktor ‘Poros-Perlawanan’, yaitu kubu Iran, Hezbollah Lebanon, Suriah, juga HAMAS serta Jihad Islam Palestina. Kubu ini juga kelihatannya punya peran yang sangat besar terhadap konstelasi terbaru Afghanistan. (os/alwaght)


Sumber Utama:https://liputanislam.com/fokus/peta-besar-kegagalan-as-di-afghanistan/

Presiden Afghanistan yang Kabur Berlindung di UEA

Dubai, LiputanIslam.com –  Pemerintah Uni Emirat Arab (UEA) menyatakan bahwa Presiden Afghanistan Ashraf Ghani yang telah melarikan diri dari Kabul sekarang berlindung di UEA.

Ghani meninggalkan Afghanistan saat Taliban bergerak maju ke ibu kota Kabul pada akhir pekan lalu.

Kemlu UEA, Rabu (18/8), menyatakan UEA menyambut Ghani dan keluarganya dengan alasan kemanusiaan.

Dalam pidato video pada hari Rabu, Ghani membantah anggapan bahwa dia melarikan diri. Dia mengaku meninggalkan Kabul semata demi mencegah apa yang disebutnya “pertumpahan darah”.

“Untuk saat ini, saya berada di Emirat agar pertumpahan darah dan kekacauan dihentikan. Saya sedang dalam pembicaraan untuk kembali ke Afghanistan,” ujarnya.

Ghani juga menepis rumor bahwa dia ke UEA dengan membawa sejumlah besar uang. Dia menyebut rumor itu “sama sekali tidak berdasar” dan “kebohongan”.

Pria berusia 72 tahun itu mendapat kecaman keras dari politisi Afghanistan lainnya karena meninggalkan negaranya begitu saja.

“Tuhan akan meminta pertanggungjawabannya dan bangsa juga akan menghakimi,” kata Abdullah Abdullah, ketua Dewan Tinggi untuk Rekonsiliasi Nasional Afghanistan.

Presiden AS Joe Biden dalam pidatonya Senin lalu juga menyesalkan pemerintah Afghanistan karena melarikan diri.

Selanjutnya, Wakil Menteri Luar Negeri AS Wendy Sherman Rabu lalu mengatakan kepada wartawan bahwa Ghani “tidak lagi menjadi tokoh di Afghanistan”.

Namun, dengan terus merujuk pada “Presiden Ghani”, Kemlu AS menyatakan belum ada penyerahan kekuasaan secara resmi.

Dalam pidato videonya yang disiarkan langsung di Facebook, Ghani mengaku dievakuasi oleh tim keamanannya dari istana kepresidenan “dalam kondisi di mana saya bahkan tidak bisa memakai sepatu saya”.

“Peristiwa berlangsung dengan cepat. Saya ingin merundingkan pemerintah inklusif dengan Taliban,” katanya.

Dia juga mengaku mendukung pembicaraan antara Taliban dan mantan pejabat dari pemerintahannya. (mm/alalam/bbc)

Sumber Utama :https://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/presiden-afghanistan-yang-kabur-berlindung-di-uea/

Wow, Afghanistan Menyimpan Harta Karun Lithium Terbesar di Dunia

Washington, LiputanIslam.com –  Tak seperti gambaran selama ini bahwa Afghanistan hanyalah sebatas serangkaian gunung yang gersang dan area yang terjal, tanah negara ini justru mengandung kekayaan mineral nan melimpah ruah, yang bisa jadi akan dapat diakes oleh Taliban untuk “ekonomi energi bersih global”.

Website Quartz yang berbasis di AS saat melaporkan hal itu, Rabu (18/8), mencatat bahwa pada tahun 2010 sebuah memo internal Departemen Pertahanan AS menyebut Afghanistan sebagai “Arab Saudi-nya lithium,” setelah ahli geologi AS menemukan sebagian besar kekayaan mineral itu di Afghanistan senilai tak kurang dari $ 1 triliun.

Logam keperakan itu sangat penting untuk kendaraan listrik dan baterai energi terbarukan, dan dapat menciptakan perubahan besar pada cakrawala ekonomi Afghanistan.

Selain itu, di Afghanistan juga bertebaran kekayaan mineral lain seperti besi, tembaga, kobalt dan emas.

Menurut Badan Energi Internasional (International Energy Agency/IEA), permintaan dunia akan lithium berpeluang meningkat 40 kali lipat pada tahun 2040 dibanding tahun 2020. Karena itu, jika dunia sudah bertransformasi kepada energi bersih maka Afghanistan akan dapat meraup keuntungan yang melimpah.

“Taliban sekarang duduk di beberapa mineral strategis paling penting di dunia. Apakah mereka dapat/akan menggunakannya akan menjadi pertanyaan penting ke depan,” kata Rod Schoonover, kepala program keamanan ekologis di Dewan Risiko Strategis, sebuah lembaga think tank Washington.

Bagaimana sifat dan seberapa besar kekayaan atau harta yang terkandung di tanah Afghanistan ini? Apakah pegunungan yang terjal merupakan masalah atau hambatan besar untuk mengekstraksi kekayaan yang melimpah itu? Ini merupakan pertanyaan penting lain yang masih menjadi tema diskusi para ahli. (mm/quatrz)

Sumber Utama :https://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/wow-afghanistan-menyimpan-harta-karun-lithium-terbesar-di-dunia/

Krisis Afghanistan dan Petualangan Berdarah AS

LiputanIslam.com –Dalam situasi masih dirudung pandemi seperti sekarang ini, sebuah pekembangan baru di dunia Islam menyentak dunia. Taliban, kelompok bersenjata yang ‘digulingkan’ oleh serangan AS tahun 2001 lalu, kini kembali menguasai Afghanistan. Dalam sebuah proses serangan kilat, Taliban berhasil menguasai istana kepresidenan Afghanistan, yang telah kosong ditinggalkan oleh Presiden Ashraf Ghani. Sebelumnya, dalam beberapa pekan terakhir, Taliban secara leluasa mampu merebut kota demi kota Afghanistan di saat AS mulai menarik pasukannya dari negara itu.

Berkuasanya kembali Taliban adalah babak baru dalam sejarah Afghanistan. Masih sulit diprediksi apa yang akan terjadi selanjutnya di negeri tersebut. Sebagian besar pengamat memperkirakan, Afghanistan akan kembali masuk ke dalam kubangan konflik berkepanjangan. Ditambah lagi, jika Taliban melakukan praktik-praktik kekuasan dengan cara sebagaimana yang mereka tunjukkan saat berkuasa tahun 1994-2001, ini akan akan memperparah situasi yang sudah ada.

Yang pasti, segala apapun yang terjadi di Afghanistan, dunia tentu tak akan melupakan jejak-jejak berdarah AS sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas krisis berkepanjangan di Afghanistan. Jika harus menunjuk nama negara sebagai pihak yang paling bertanggung jawab atas krisis berdekade-dekade di Afghanistan, tak sulit untuk menunjuk AS. Fakta-faktanya terlalu jelas, nyata, dan tak mudah dilupakan.

Afghanistan mulai mengalami krisis sejak tahun 1979, yaitu ketika tentara Sovyet mulai masuk ke Afghanistan. Sejak saat itu, Afghanistan menjadi medan pertempuran AS dan Uni Sovyet, hingga akhirnya Sovyet bubar di awal tahun 90-an. Pada masa-masa perang itulah AS, Saudi, dan Uni Emirat Arab menginisiasi dan mendanai pembentukan milisi bersenjata yang berideologi Wahabi bernama Taliban. Kelompok inilah yang kemudian merebut kekuasaan tahun 1994 dan berkuasa selama tujuh tahun, dengan segala kebijakan puritanisme dan takfirismenya.

Lalu, tahun 2001, setelah peristiwa serangan atas Menara Kembar WTC tanggal 11 September, AS membentuk tentara koalisi yang menyerang kedudukan Taliban, dan akhirnya mengusir milisi bersenjata tersebut ke bukit-bukit. AS sendiri secara resmi menempatkan tentaranya di Afghanistan, dengan alasan menjaga keamanan negara itu, serta mengawal Afghanistan membangun sebuah negara yang demokratis dan sejahtera.

Selama 20 tahun terakhir ini, terjadi banyak kekerasan di Afghanistan. Alih-alih menjadi negara demokratis yang aman, damai, dan sejahtera sebagaimana yang dijanjikan oleh AS, Afghanistan terus terpuruk dan menjadi salah satu negara paling tidak aman di dunia. Statistik menunjukkan bahwa sejak kehadiran tentara AS di Afghanistan, sudah lebih dari seratus ribu warga sipil Afghanista yang tewas dalam berbagai aksi kekerasan. Sebagiannya malah tewas karena menjadi sasaran serangan tentara AS.

Kini, dengan sejumlah alasan, AS memutuskan untuk menarik tentaranya dari Afghanistan. Dalam pernyataannya, para pemimpin Gedung Putih, mulai dari Trump hingga penggantinya Biden, menyatakan bahwa AS mengalami banyak sekali kerugian sebagai akibat dari petualangan politik dan militer mereka di Afghanistan. Jumlah tentara yang tewas lebih dari dua ribu personel. Sedangkan dana yang dikeluarkan untuk membiayai berbagai operasi militer sudah hampir menyentuh Rp 20 Trilyun, sebuah angka yang sangat besar.

Kita tak tahu, akan ke mana ujungnya krisis Afghanistan ini. Bisa saja AS kembali menjerumuskan dirinya kembali terlibat dalam krisis di Afghanistan. Atau, bisa jadi ada perubahan dalam cara Taliban mengelola kekuasaannya. Mungkin saja, saat ini, yang memegang kendali di tubuh Taliban adalah faksi-faksi yang lebih moderat, yang tujuannya murni hanya mengusir pendudukan AS di negara mereka. Sekali lagi, apapun juga ujungnya, jejak berdarah AS di Afghanistan tak pernah bisa terhapus dari sejarah. (os/editorial/liputanislam)


Sumber Utama : https://liputanislam.com/dari-redaksi/editorial/krisis-afghanistan-dan-petualangan-berdarah-as/

Adakan Konferensi Pers Pertama, Taliban:  Jangan Coba Bangkitkan Permusuhan Antar Etnis

Kabul, LiputanIslam.com –  Kelompok militan Taliban mengadakan konferensi pers untuk pertama kalinya sejak berhasil menguasai Afghanistan, Selasa (17/8). Dalam konferensi pers ini Jubir Taliban Zabihullah Mujahid  mengumumkan bahwa perang di Afghanistan telah usai, dan bahwa Taliban memberi amnesti massal kepada semua lawannya.

“Semua orang yang ada kubu penentang telah diberi amnesti, dari alif hingga ya’ (dari A sampai Z). Kami tidak ingin balas dendam,” katanya.

Dia mengkonfirmasi apa yang telah diumumkan Taliban dua hari sebelumnya berupa amnesti umum, jaminan keamanan semua kedutaan besar dan instansi negara, dan penghentian operasi militer di Kabul dan di tempat-tempat lain.

Sebelum konferensi pers ini, Wakil Pemimpin Taliban Mullah Abdul Ghani Baradhar tiba di Kandahar, kota kelahiran Taliban, dengan pesawat yang datang dari Doha, Qatar.

Mujahid mengatakan bahwa Taliban dalam waktu dekat akan membentuk pemerintahan. Tanpa memberikan penjelasan mengenai para anggota pemerintahan itu,  dia hanya menyebutkan, “Kami akan menjalin hubungan dengan semua pihak.”

Ditanya mengenai perbedaan antara pemerintahan Taliban sekarang dan dulu,yang terguling 20 tahun silam oleh invasi militer AS dan sekutunya, dia mengatakan, “Jika pertanyaan ini mengacu pada akidah dan keyakinan maka tak ada perbedaan. Tapi jika mengacu pada keahlian, kematangan dan basirah (ketajaman mata batin) maka tak syak lagi ada banyak sisi perbedaan.”

Dia juga mengatakan, “Langkah-langkah sekarang akan berbeda secara positif dengan langkah-langkah di masa lalu.”

Mujahid juga menegaskan bahwa bahwa hak-hak perempuan akan dihormati  sesuai hukum Islam.

“Sikap kami jelas, dan memberi mereka semua hakanya sesuai agama Islam. Kami menghormati mereka dan memberikan semua hak mereka. Wanita memiliki hak dalam pendidikan dan menjalankan pekerjaan administratif apapun di Afghanistan,” terangnya.

Mengenai kekacauan di Kabul, dia mengatakan, “Kami tidak menghendaki kekacauan seperti yang terjadi beberapa hari lalu. Kami sudah berencana masuk ke Kabul secara damai, tapi akibat kegagalan pemerintah Kabul mengendalikan situasi, beberapa pengacau beraksi dan melakukan huru-hara. Karena itu kami segera memasuki kota.”

Seperti ramai diberitakan, Bandara Kabul diwarnai huru-hara di mana ribuan massa datang berbondong-bondong untuk turut naik ke pesawat militer AS C-17 dengan maksud kabur dari Taliban. Dalam beberapa rekaman video yang beredar luas, terlihat beberapa orang bahkan nekat bertengger di dekat roda pesawat dan terjatuh beberapa saat setelah pesawat lepas landas.

Terkait insiden ini, Jubir Biro Politik Taliban Mohammad Naeed di Doha, Qatar, telah diwawancara oleh saluran TV Mesir seperti dapat dilihat di link berikut ini https://youtu.be/O7_v7rndKow

Angkatan Udara AS, Selasa, mengaku telah menemukan potongan tubuh manusia pada bagian lobang roda.

Zabihullah Mujahid meminta masyarakat internasional memperlakukan Taliban secara adil.

“Kami berharap kepada masyarakat internasional untuk memperlakukan kami secara relevan. Kami meminta media tertentu untuk konsisten pada prinsip Islam dan netralitas. Kami menyimak kritikan, dan tak akan pernah membiarkan siapapun menyiarkan hal-hal yang menyalahi nilai-nilai nasionalisme dan membangkitkan pertikaian etnis,” ujarnya.

Menurut BBC, ini merupakan penampakan Zabihullah Mujahid untuk pertama kalinya setelah selama sekian tahun hanya terdengar  suaranya di ujung telefon.  (mm/alalam/raialyoum/bbc/sahara)

Sumber Utama :https://liputanislam.com/multimedia/berita-video/adakan-konferensi-pers-pertama-taliban-jangan-coba-bangkitkan-permusuhan-antar-etnis/

Para Tokoh Taliban Ikuti Peringatan Asyura di Mazar-i Sharif

Mazar-iSharif, LiputanIslam.com –  Peringatan Hari Asyura atau tragedi pembunuhan Imam Husain ra, cucunda Nabi Muhammad saw, di Karbala pada tanggal 10 Muharram, diselenggarakan di berbagai kota Afghanistan, termasuk Mazar-i Sharif, Kamis (19/8). Di kota terbesar keempat di Afghanisyan ini sejumlah pejabat Taliban bahkan juga turut menghadiri acara peringatan tersebut.

Para pejabat panitia penyelenggara peringatan Asyura di Mazar-i Sharif mengatakan bahwa kelompok militan Taliban yang baru menguasai Afghanistan tak hanya memperkenankan penyelenggaraan acara peringatan hari duka kita keluarga Nabi Muhammad saw di komplek Shrine of Hazrat Ali, melainkan juga turut menjaga keamanan acara.

Shrine of Hazrat Ali atau yang juga dikenal dengan nama Masjid Biru dipercaya oleh sebagian Muslim Sunni sebagai makam Imam Ali bin Abi Thalib ra berdasarkan mimpi seorang mullah di desa Khwaja Khayran pada awal tahun 1100-an. Sang Mullah mangaku bahwa Imam Ali ra hadir di dalam mimpinya dan menunjukkan bahwa jenazah beliau dikubur secara rahasia di dekat kota Balkh yang belakangan berubah nama menjadi Marzar-i Sharif.

Pada tahun 1136, setelah menemukan lokasi tersebut, Sultan Saljuk, Ahmed Sanjar, memerintahkan supaya di lokasi tersebut didirikan sebuah bangunan yang disucikan dan menjadi tempat ziarah, dan agar area di sekitarnya dijadikan sebuah kota.

Pada tahun 1220, Kaisar Mongol, Genghis Khan beserta pasukannya menghancurkan Mazar-i Sharif. Dua abad kemudian, pada tahun 1480, tempat suci tersebut dibangun kembali oleh Sultan Timurid, Husain Baiqara, dan diapun melanjutkan pembangunan kota ini menjadi pusat kota yang besar.

Para pejabat panitia penyelenggara peringatan Asyura di Mazar-i Sharif menyebutkan bahwa acara berlangsung khidmat dan diikuti oleh banyak peserta, termasuk beberapa pejabat Taliban.

Masyarakat Muslim Syiah, termasuk di Afghanistan, setiap tahun menyelenggarakan peringatan Hari Asyura. Pada tahun ini, di tengah heboh keberhasilan Taliban menguasai Afghanistan menyusul penarikan pasukan AS dari Afghanistan, warga Muslim Syiah di berbagai kota Afghanistan, termasuk Kabul, mengaku tidak mendapat masalah dari Taliban dalam penyelenggaraan peringatan tersebut.  Di Kabul, ibu kota Afghanistan, misalnya, warga Muslim Syiah telah mengadakan pawai Asyura.

Sejauh ini belum ada laporan terjadi insiden ataupun gangguan yang terkadang dilakukan oleh pihak-pihak lain yang intoleran terhadap warga Muslim Syiah Afghanistan yang menyelenggarakan peringatan Hari Asyura.

Pada pekan lalu, ketika Taliban baru menguasai Herat, warga Muslim Syiah di kota terbesar ketiga di Afghanistan ini juga masih dapat menyelenggarakan shalat Jumat di Masjid Jami’ Shadidiyah dan Masjid Muhammadiyah sebagaimana sebelumnya.

Tak hanya itu, untuk pertama kalinya sejak Herat jatuh ke tangan Taliban, para anggota Taliban membaur dengan para tokoh dan masyarakat Muslim lain dalam shalat Jumat di masjid jami’ Herat.

Kepala Pengadilan di Herat dalam penyelenggaraan shalat Jumat itu bahkan turut berbicara kepada jamaah bahwa jiwa serta harta benda dan kehormatan penduduk akan dijaga.

Dia juga memastikan bahwa Taliban tidak memendam permusuhan ataupun dendam pribadi terhadap siapapun, dan bahwa semua kegiatan administrasi, sekolah, kampus dan lain-lain tetap harus dilanjutkan sebagaimana semula.

Seperti pernah diberitakan, Taliban juga mengumumkan kepada warga Muslim Syiah Herat bahwa sebagaimana tahun-tahun sebelumnya mereka tetap dapat menyelenggarakan peringatan Hari Asyura. Taliban bahkan menawarkan diri untuk turut menjaga keamanan acara apabila diperlukan. (mm/tasnim/anadolu/ganaislamika)

Sumber Utama : https://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/para-tokoh-taliban-ikuti-peringatan-asyura-di-mazar-i-sharif/

Taliban: Acara Asyura Bebas, Imam Husain Tokoh Paling Penuh Pengorbanan dalam Sejarah Islam

Kabul, LiputanIslam.com –  Deputi Komisi Kebudayaan Taliban, Ahmadullah Wasiq, menyebut Imam Husain ra, cucunda Nabi Muhammad saw, sebagai tokoh paling penuh pengorbanan dalam sejarah Islam, dan menyatakan bahwa Taliban sama sekali tidak memusuhi Syiah.

“Kami memperkenankan warga Syiah menyelenggarakan acara-acara keagamaannya dengan khidmat, sebab mereka juga orang Afghanistan dan dapat melakukan semua acara keagamaannya secara bebas,” ujar Ahmadullah kepada kantor berita Tasnim, Rabu (18/8).

Dia menjelaskan, “Acara-acara Muharram telah diselenggarakan di Afghanistan pada tahun-tahun sebelumnya. Tahun inipun, kami bukan saja tak melarang penyelenggaraan acara ini, melainkan juga mengerahkan segenap upaya kami untuk menjamin keamanan acara ini. Kami menghormati semua mazhab, kami mengakui adanya banyak titik persamaan di antara kami dan Syiah.

Deputi Komisi Kebudayaan Taliban, Ahmadullah Wasiq

Tokoh senior Taliban ini menambahkan, “Ahlul Bait Nabi (saw) dan para sahabat beliau sangat bersemayam dalam sanubari kami dan merupakan bagian dari akidah kami. Kamipun tak berkontradiksi dan bermusuhan dengan Syiah. Mereka juga merupakan saudara setanah air kami.”

Menyinggung Imam Husain ra dan Asyura dia mengatakan, “Imam Husain adalah tokoh paling penuh pengorbanan dalam sejarah Islam. Ahlussunnah memuliakan Hari Asyura sebagai hari khusus dunia Islam, tapi tidak menyelenggarakan ritual-ritual khusus pada hari ini, sedangkan Syiah menyelenggarakan ritual khusus seperti menepuk-nepuk dada, dan kami sama sekali tak bermasalah dengan acara ini.”

Sebelumnya, jubir resmi Taliban Zabihullah Mujahid mengatakan kepada Tasnim bahwa kalaupun kondisi keamanan Afghanistan belum pulih Taliban tetap akan bertanggungjawab menjamin keamanan acara Asyura di negara ini.

Kembalikan Pengibaran Bendera Simbolik Asyura

Bendera Asyura Husaini di Ghazni

Bendera Asyura Husaini di Ghazni

Di kota Ghazni di bagian timur Afghanistan, Taliban mengembalikan pengibaran bendera-bendera simbolik Asyura Husaini di bundaran-bundaran jalan kota ini di sisi bendera-bendera putih Taliban.

Tasnim melaporkan bahwa setelah Taliban memasuki Ghazni, tersiar video pengibaran bendera-bendera Taliban disertai pencopotan bendera-bendera simbolik Asyura Husaini, namun tak lama kemudian bendera-bendera Asyura Husaini dikibarkan kembali.

Ketika video itu beredar, seorang imam Jumat Syiah di Ghazni meminta penjelasan kepada komandan Taliban di sana, dan komandan itu lantas meminta maaf sembari menyebutkan bahwa pencopotan bendera Asyura itu dilakukan oleh orang-orang yang khilaf dan tidak tahu apa-apa.

Bendera Asyura Husaini di sisi bendera Taliban di Ghazni

“Dalam pemerintah Islam sejati, hak orang-orang Afghan dari suku dan mazhab  apapun akan dilindungi, dan semua pihak harus andil dalam pemerintah Islam ini. Tak syak lagi, saudara-saudara Syiah kami juga akan berpartisipasi dalam permusyawaratan dan pengambilan keputusan.”

Pekan lalu, Taliban juga mengumumkan kepada warga Syiah di kota Herat bahwa sebagaimana tahun-tahun sebelumnya tahun inipun mereka dapat menyelenggarakan semua acara keagamaan mereka, dan bahwa Taliban menjamin keamanan mereka.

Maulawi Zabihullah Nurani, pejabat kebudayaan Taliban di barat laut Afghanistan Selasa lalu menegaskan pihaknya sama sekali tidak bermasalah dengan warga Syiah Afghanistan.

“Saudara-saudara Syiah, yakinlah bahwa tidak akan ada ancaman apapun terhadap mereka dari pihak Taliban,dan silakan menyelenggarakan kegiatan dan peringatan hari-hari duka (Asyura),” ungkap Nurani.

Taliban Sudah Berbeda

Hussain Naderi, pakar sosial dan keagamaan, mengatakan, “Taliban sekarang berbeda dengan Taliban 20 tahun silam. Mereka telah berkesimpulan bahwa mereka harus berdampingan dengan saudara-saudara Syiah mereka, dan setahu saya, warga Syiah juga puas atas perlakuan Taliban.”

Naderi juga mengatakan, “Imam Husain terkait bukan hanya dengan Syiah, sebab sebagai cucunda Nabi Muhammad saw beliau adalah milik seluruh umat Islam, dan bahkan seluruh umat manusia dapat mengikuti kebangkitan Asyura sebagai sebuah ajaran dan menimba pelajaran darinya.”  (mm/tasnim)

Sumber Utama :https://liputanislam.com/fokus/taliban-acara-asyura-bebas-imam-husain-tokoh-paling-penuh-pengorbanan-dalam-sejarah-islam/

Taliban Rebut 2000 Kendaraan Lapis Baja dan 40 Helikopter

Kabul, LiputanIslam.com –  Sejauh ini belum jelas jumlah pasti senjata yang telah direbut oleh Taliban, namun mereka diperkirakan memiliki setidaknya 2.000 kendaraan lapis baja, termasuk Humvee asal AS serta sejumlah besar helikopter dan pesawat nirawak.

Reuters melaporkan bahwa sebulanan yang lalu Kementerian Pertahanan Afghanistan memposting di media sosial foto-foto tujuh helikopter yang dikirim oleh AS baru tiba di Kabul.

Namun, dalam beberapa minggu terakhir ini Taliban telah merebut sebagian besar wilayah Afghanistan serta semua senjata dan peralatan yang ditinggalkan oleh pasukan Afghanistan yang melarikan diri.

Sebuah rekaman video memperlihatkan gerilyawan Taliban memeriksa barisan panjang kendaraan dan membuka peti senjata api baru, peralatan komunikasi, dan bahkan pesawat nirawak militer.

“Segala sesuatu yang belum dihancurkan adalah milik Taliban sekarang,” ungkap seorang pejabat anonim AS kepada Reuters.

Para pejabat dan mantan pejabat AS mengatakan ada kekhawatiran senjata yang dapat digunakan untuk membunuh warga sipil itu direbut oleh kelompok militan lain seperti ISIS untuk menyerang kepentingan AS di wilayah tersebut.

Pemerintahan Presiden Joe Biden sangat prihatin ihwal senjata tersebut dan sedang mempertimbangkan sejumlah opsi untuk mendapatkannya lagi. (mm/mna)

Sumber Utama :https://liputanislam.com/internasional/timur-tengah/taliban-rebut-2000-kendaraan-lapis-baja-dan-40-helikopter/

Tanggapi Peringatan BNPT, PKS: Jangan Apriori ke Taliban

Sukamta (Republika)

Jakarta, LiputanIslam.com– PKS menanggapi pernyataan Kepala Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT) Komjen Boy Rafli Amar bahwa ada sejumlah pihak yang menggalang simpatisan atas isu Taliban. 

Menurut Wakil Ketua Fraksi PKS Sukamta, peringatan BNPT tersebut sudah bagus namun masyarakat sebenarnya tidak perlu apriori atas kehadiran Taliban saat ini.

“Boleh jadi kemenangan Taliban ini menimbulkan semangat di kalangan umat Islam. Saya setuju soal menghindari kekerasan. Semangat yang muncul mestinya adalah semangat perbaikan, damai dan moderat,” kata Sukamta pada Jumat (20/8/2021).

Dilansir dari detikcom, Sukamta menyebut-nyebut kabar bahwa Taliban generasi saat ini berbeda dari pendahulunya. 

Taliban generasi saat ini lebih moderat dan bisa dibuktikan dari pertemuan mereka dengan tokoh maupun organisasi moderat di Indonesia.

“Sebagaimana berbagai tulisan dan statement yang muncul, Taliban generasi sekarang ini muncul dengan konteks dan karakter yang berbeda dengan pendahulunya dulu. Sekarang dikabarkan lebih moderat dan inklusif. Bahkan para pimpinan mereka sudah datang ke NKRI dan bertemu Pak JK dan juga PBNU,” ujar Sukamta.

“Dalam beberapa tulisan disebutkan mereka sempat meminta nasihat dari PBNU. Kalau belajarnya kepada PBNU, pasti moderat dan tidak ada kekerasan,” tambahnya. 

Sukamta berharap narasi terkait Taliban jangan selalu dihubungkan dengan kekerasan. 

“Pada prinsipnya peringatan Kepala BNPT itu bagus namun demikian juga jangan sampai alergi atau apriori dengan orang yang memperbincangkan Taliban. Jangan juga digebyah uyah, semua yang berbicara Taliban pasti setuju dengan cara cara kekerasan. Waspada perlu tetapi tidak perlu apriori,” ujarnya. (ra/detik)

Sumber Utama : https://liputanislam.com/nasional/tanggapi-peringatan-bnpt-pks-jangan-apriori-ke-taliban/

RI Belum Nyatakan Sikap Resmi terkait Afghanistan, Ini Kata Kemlu

Jakarta, LiputanIslam.com–Pemerintah Republik Indonesia (RI) sampai saat ini belum menyatakan sikap resmi terkait isu politik Afghanistan. Juru Bicara Kementerian Luar Negeri, Teuku Faizasyah pun memberikan penjelasan soal hal tersebut. 

Faizasyah menyebut pemerintah Indonesia memerlukan waktu lebih panjang untuk mencermati kondisi di Afghanistan sebelum memberikan sikap resmi..

“Saya tidak dalam kapasitas menjawab pertanyaan tersebut. Perkembangan politik di Afghanistan saat ini sangat dinamis dan mengalir (fluid), perlu waktu untuk mencermatinya,” ucapnya pada Rabu (18/8/2021), dilansir dari detikcom.

Penjelasan ini senada dengan pernyataan dari Guru Besar Hukum Internasional dari Universitas Indonesia, Hikmahanto Juwana. Ia menyebut pemerintah Indonesia tidak boleh terburu-buru menyampaikan sikapnya soal konflik tersebut karena kondisi masih bisa berubah-ubah.

“(Harus) menunggu. Kita tidak mau kalau buru-buru mengakui, kemudian endorse salah satu faksi, malah ujung-ujungnya kita dianggap mencampuri urusan internal negara-negara lain,” katanya saat dihubungi terpisah.

Ada beberapa hal buruk terjadi jika Indonesia tergesa-gesa menyampaikan sikap. Bisa saja Indonesia mendukung kelompok yang akhirnya dijatuhkan atau kalah dalam perebutan kekuasaan.

“Bisa dipandang oleh pemerintah yang berkonflik sebagai mencampuri urusan dalam negeri yang terjadi di Afghanistan. Itu jadi tidak baik kalau keluar pemimpin yang tidak diakui oleh pemerintah kita,” katanya. (ra/detik)

Sumber: Tribun Bali

Sumber Utama : https://liputanislam.com/nasional/ri-belum-nyatakan-sikap-resmi-terkait-afghanistan-ini-kata-kemlu/

Hari ini PPKM dimulai lagi

Di situasi seperti ini, kita, apapun latar belakang ilmunya, mau tak mau, perlu terus belajar soal virus. Karena, ketika musuh utamanya virus, tentu virusnya yang perlu dikenali supaya kita paham bagaimana menghadapinya. Lalu, belajarnya gimana? Alhamdulillah, ada virolog yang selama 2 tahun terakhir ini mau men-share ilmunya dengan bahasa yang sederhana, supaya kita yang orang biasa pun bisa paham; namanya Pakdhe Indro.

Ada juga dokter-dokter lain yang aktif di medsos memberikan penjelasan yang menenangkan, yang membuat kita tenang tapi waspada (dokter Samuel, dokter Agni, dokter Anton, dokterTjawe, dll). Tenang dan waspada BUKAN mengabaikan atau menganggap enteng. Bukankah selama ini, jauh sebelum ada cvd, kita sering dinasehati bahwa ketenangan adalah kunci utama dalam menghadapi semua masalah. Kalau tenang, kita bisa berpikir dengan baik untuk mencari solusi.

Salah satu dokter-herbalis yang aktif share ilmunya adalah dokter Sidi Aritjahja. Baru-baru ini ada formula herbal dari beliau yang viral, yaitu ramuan 131.

Anehnya, mengapa banyak yang ga suka ilmu dari pak dokter Sidi dan pak virolog drh. Indro disebarluaskan..?

Padahal, yang mereka ajarkan kan tidak berbahaya dan tidak merugikan? Kalau dicoba, toh tidak akan membahayakan fisik, tidak rugi duit pula (saking murahnya). Anehnya, saya beberapa kali kena warning dari fesbuk saat share info dari mereka.

Yang nyinyir itu, modalnya mengutip ahli yang lain. Coba tanya, ahli lain itu meneliti langsung virusnya atau asal kutip jurnal? Drh. Indro (virolog) meneliti 7 bln si virus cvd ini di lab, baru ketemu formula cairan apa yang bisa membuat si virus terlepas dari rongga hidung (karena sifat virusnya lengket).

Selain itu, apakah melakukan ikhtiar ini berarti melawan prokes? Kan enggak? Prokes yang ditetapkan pemerintah kita taati, ramuan jahe-sereh-lengkuas 131 diminum, basuh hidung juga jalan; ga ada kontradiksinya tho? Apa ini mengentengkan cvd? Lho, justru karena kami menganggap cvd penting makanya kami berikhtiar semampu kami.

Kaum nyinyir sering menuduh “hoax”, padahal mereka sendiri yang menebar hoax. Ini buktinya:

**drh Indro: lakukan bilas hidung dengan larutan garam krosok (non-yodium) 1% untuk membersihkan rongga hidung dari paparan virus; sehingga saat dites, hasilnya negatif (karena tidak ada virus menempel lagi di hidung). Tentu saja, kalau sudah sakit (virus sudah menginfeksi tubuh, tidak sekedar menempel di hidung) hasil tesnya akan positif. Bedakan antara “terpapar” dan “terinfeksi.”

Kaum nyinyir: Itu HOAX! Bilas hidung dengan larutan garam tidak MENYEMBUHKAN covid.

**dr. Sidi: ramuan herbal 131 itu untuk memperbaiki dan menjaga stamina tubuh karena mengandung saponin, dst (cek status-status dr. Sidi selama ini)

Kaum nyinyir: Itu HOAX! Bumbu-bumbu dibikin masakan aja! Cvd ga bisa sembuh dengan bumbu!

Apa kaum nyinyir tidak bisa membaca/mendengar dengan benar? Dulu nilai Bahasa Indonesianya berapa ya? Apa pernah ada pernyataan dari kedua dokter (dr dan drh) itu bahwa ilmu dari mereka adalah “untuk MENYEMBUHKAN cvd”? Siapa yang menebar hoax, kalau begitu?

Kalau dokter hewan kalian bilang “tidak usah mengurusi manusia”, coba pikir, mengapa Prof. drh. Wiku dipilih jadi jubir Satgas? Vaksin sebelum diuji coba ke manusia kan diuji coba ke hewan dulu? Coba pikir, yang meneliti virus (bener-bener virusnya, di lab; bukan meneliti manusia yang kena virus), itu virolog atau dokter manusia atau epidemiolog?

Berhentilah menyinyiri dan membully mereka (yang berbasis ilmu dan penelitian) yang memberikan edukasi yang benar dan menenangkan soal cvd.

Para f*ck checker berhentilah jadi fasis, membungkam info, main lapor mulu. Bukankah sejak dulu sudah biasa ada istilah “mencari second opinion”? Adalah hak kami, rakyat, untuk memilih, mau mengikuti saran dokter yang mana.

Kami jadi bertanya-tanya, apa motivasi kalian (para nyinyirun) sebenarnya? Kalian rugi apa sih, kalau rakyat membasuh hidung dan minum mpon-mpon? Kalau kami, rakyat, sehat dan berimunitas tinggi, bukannya bagus?

Salam sehat

Tetap semangat berikhtiar untuk meningkatkan imunitas tubuh.Semoga Allah SWT melindungi kita semua.

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/07/03/hari-ini-ppkm-dimulai-lagi/#more-7353

Kata Pengantar untuk Buku tentang Sang Penumpas "teroris" ISIS

 

Beberapa bulan yang lalu, buku ini terbit. Ini buku terjemahan, dan saya diminta menuliskan kata pengantar. Saya terlewat untuk mengabarkannya di FP ini. Karena kemarin artikel saya yang mereview posisi hukum internasional terhadap pembunuhan yang dilakukan oleh AS terhadap Jend Qassem Soleimani dimuat di jurnal [1], saya jadi teringat lagi pada buku ini. Selain, itu, kemarin juga ada yang nanya soal IRGC yang dikatain “teroris” oleh AS (sehingga, salah satu atlet Iran yang menang Olimpiade, yang berprofesi sebagai perawat di RS yang dikelola IRGC, dikatain teroris).

Berikut ini ringkasan kata pengantar saya untuk buku tsb. (selengkapnya bisa baca di bukunya).

***

Seiring dengan maraknya aksi terorisme yang dilakukan oleh ISIS, Al Qaida (dan afiliasinya, seperti Al Nusra, Jaysh al Islam, dll di Suriah), kata-kata “jihad” dan “syahid” jadi memiliki konotasi negatif.

Sebagian pihak Muslim membela diri, menyebut “teroris tidak mengenal agama.” Bila kita mau jujur, ini adalah pernyataan yang tidak ditunjang oleh bukti. Bila teroris tidak mengenal agama, bukankah sangat banyak bukti video para teroris bawa-bawa ayat Quran atau hadis?

Sebagian pihak memanfaatkan situasi ini untuk menyebarkan Islamophobia, mengidentikkan Islam dengan kata “jihad” dan “syahid” yang diusung oleh ISIS dkk itu. Mereka menolak menganalisis terorisme ini dari perspektif lain, misalnya gepolitik dan ekonomi politik global.

Bukti-bukti keterlibatan Amerika Serikat (dan negara-negara sekutunya) dalam berbagai konflik di Timur Tengah sangat gamblang. Misalnya, pada era Perang Afghanistan, USAID mendanai pembuatan buku-buku pelajaran sekolah yang disebarkan ke anak-anak Afghanistan. Buku-buku itu mengenalkan konsep-konsep “jihad” [versi mereka] kepada anak-anak sekolah. Hasilnya, muncullah anak-anak muda Afghanistan yang keras terhadap pihak yang dianggap “kafir” dan menyelesaikan perbedaan pendapat dengan bom.

Dengan demikian, sebenarnya, dalam fenomena terorisme di kalangan Muslim, ada faktor internal dan internal. Faktor internal adalah pemahaman yang salah di kalangan Muslim sendiri terhadap apa yang disebut “jihad” dan bagaimana menyikapi perbedaan. Ini tentu perlu diselesaikan oleh umat Islam.

Pemahaman intoleran, takfiri, bahkan menyetujui pembunuhan kepada pihak lain yang dianggap kafir, adalah SALAH dan harus dihentikan oleh umat Islam sendiri.

Namun jangan lupa, ada faktor eksternal yang juga sangat berperan. Terorisme butuh dana besar. ISIS, mendapatkan dana dari mana? Mendapatkan suplai senjata dari mana? Mengapa Amerika Serikat yang telah datang ke Irak dan Suriah dengan alasan “melawan ISIS” justru menembaki pasukan Suriah dan milisi Irak yang melawan ISIS? Mengapa Qassem Soleimani yang berhasil menaklukkan ISIS malah dibunuh oleh AS? Soleimani adalah komandan IRGC, pasukan resmi pemerintah Iran, yang membantu Irak dan Suriah melawan ISIS. Tapi kok IRGC malah disebut “teroris” oleh AS? Jadi, siapa yang sesungguhnya berperang melawan ISIS di Irak dan Suriah?

Inilah pertanyaan-pertanyaan penting yang banyak diabaikan dalam pembahasan mengenai terorisme. Banyak yang tidak mau mengingat bahwa mereka yang telah mempertaruhkan nyawa sampai akhirnya pusat kekuasaan ISIS di Irak dan Suriah tumbang pada November 2017, adalah KAUM MUSLIMIN sendiri.

Mereka adalah pasukan sukarelawan yang bangkit untuk mempertahankan tanah air dan melindungi masyarakat dari kekejaman ISIS. Mereka berperang demi melindungi semua pihak, baik Muslim, Kristen, maupun Yazidi atau umat lainnya. Mereka Muslim, dan juga membawa narasi “jihad” dan “kesyahidan.” Mereka berperang dengan keyakinan penuh, bahwa darah mereka tidak akan sia-sia.

Kata-kata “jihad” pun pernah digaungkan oleh para pahlawan kemerdekaan Indonesia. Misalnya di tahun 1945, Resolusi Jihad berkumandang di Surabaya dan rakyat pun angkat senjata, mempertaruhkan nyawa, melawan tentara Sekutu.

Perjuangan bersenjata mempertahankan kemerdekaan dan membela keselamatan bangsa adalah sesuatu yang memang harus dilakukan. Mau jadi apa negeri kita bila tidak ada yang rela mengorbankan nyawa demi keamanan negeri ini?

Sebaliknya, tindakan-tindakan pembunuhan, bom bunuh diri, atau kekerasan lainnya yang mengorbankan saudara sebangsa (yang dituduh “kafir”) jelas sebuah kejahatan terorisme. Ini jelas bukan “jihad”, meski para teroris itu mengklaim demikian.

Lalu, siapakah pemimpin dari pasukan sukarelawan yang melawan ISIS ini? Mereka adalah Jenderal Qassem Soleimani asal Iran, bersama rekannya, Abu Mahdi Al Muhandis, asal Irak. [catat: mereka selalu berkoordinasi dengan militer Irak dan Suriah; berbeda dengan militer AS yang datang tanpa izin pemerintah Suriah.]

Warga sipil Irak dan Suriah, baik Sunni maupun Syiah (bahkan ada non-Muslim juga), bergabung dalam pasukan sukarelawan ini dengan semangat jihad membela tanah air dari rongrongan para teroris. Dari mereka, kita bisa mempelajari arti jihad dan syahid yang sesungguhnya.

Dalam buku ini kita bisa mempelajari bagaimana kepribadian seorang Jenderal Qassem Soleimani, Sang Pahlawan Penumpas ISIS. Seperti apakah sosok yang berjihad melawan ISIS? Dalam berbagai kisah menarik di buku ini, kita akan melihat bagaimana perilaku Jend Qassem dan pasukannya ternyata sangat bertolak belakang dengan “jihadis abal-abal” yang meledakkan gereja, kantor polisi, sekolah, pasar, konser musik, atau apapun.

Mazhab yang dianut Jenderal Qassem Soleimani memang berbeda dengan mazhab mayoritas penduduk Indonesia. Namun kita tetap bisa mempelajari spirit perjuangannya sebagaimana kita juga selama ini banyak belajar dari biografi tokoh-tokoh ternama dunia, apapun latar belakangnya. Semoga buku ini bisa memberikan inspirasi kepada para pembacanya.

[1] https://scholarhub.ui.ac.id/ijil/vol18/iss4/6/

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/08/12/kata-pengantar-untuk-buku-tentang-sang-penumpas-isis/#more-7368

Biden dan Kebijakan Luar Negeri AS di Timur Tengah

Oleh: Dina Yulianti (Dosen Prodi Hubungan Internasional Unpad)

FIXINDONESIA.COM – Presiden-presiden Amerika Serikat, minimalnya sejak dua puluh tahun terakhir, selalu melancarkan peperangan di Timur Tengah

Pada 7 Oktober 2001, George W. Bush mulai membombardir Afghanistan dengan alasan memburu Osama bin Laden yang disebut sebagai pelaku teror 911. 

Pada 2003, Bush melanjutkan petualangan perangnya di Irak, sampai-sampai anggaran negara defisit dan Amerika Serikat hingga kini memiliki hutang yang sangat besar. 

Jumlah dari semua hutang yang belum dibayar oleh pemerintah federal Amerika Serikat pada 1 Maret 2021 melampaui angka 28 triliun dolar. 

Barack Obama kemudian naik ke tampuk kekuasaan setelah melakukan kampanye pemilu yang dipenuhi narasi antiperang dan mengecam kebijakan perang Republikan. Tapi janji tinggal janji. 

Meski Obama menarik sebagian besar serdadunya dari Irak dan Afghanistan, perang udara terus diperluas, terutama menggunakan drone. Obama juga menambah pasukan operasi khusus di seluruh dunia. 

Pada tahun 2016, operator khusus AS dapat ditemukan di 138 negara, bertambah 130 persen dibanding pada masa Bush. 

Obama juga mendukung serangan Arab Saudi ke Yaman. Menlu Saudi, Adel al-Jubeir, pernah mengatakan, “Ada pejabat-pejabat Inggris dan AS dan negara-negara lain di pusat komando kami. Mereka tahu daftar target pengeboman.” 

Perang Yaman masih berlangsung, membuat salah satu negeri termiskin di dunia itu semakin porak-poranda. 

Obama juga memberikan dukungannya pada upaya penggulingan rezim di Suriah sejak 2011 yang mengakibatkan perang berkepanjangan hingga hari ini.

Presiden Amerika Serikat selanjutnya, sosok eksentrik ala koboy, berjanji untuk “Make America Great Again”, namun akhirnya malah menambah jumlah pasukannya di Timur Tengah, mencapai hampir 90.000 serdadu, serta melanjutkan keterlibatan dalam perang Suriah. 

Bagaimana dengan Joe Biden? Menjelang 100 hari masa pemerintahannya, ada beberapa langkah Biden yang seolah menjanjikan harapan.

Misalnya, AS telah melepas setidaknya tiga baterai antimisil Patriot dari wilayah Teluk, termasuk satu dari Pangkalan Udara Pangeran Sultan di Arab Saudi, serta mengurangi berbagai fasilitas militernya dari Timur Tengah.

Biden juga telah menyatakan memblokir ekspor senjata ke Arab Saudi (yang digunakan untuk menyerang Yaman) serta menawarkan kepada Iran agar kembali berunding terkait nuklir. 

Namun di Suriah, tentara Amerika Serikat masih bercokol. Middle East Monitor menulis (20/3), sekitar 90 persen minyak Suriah berada di bawah kendali pasukan AS dan total kerugian yang dialami Suriah akibat kehilangan akses atas sumber minyaknya sendiri mencapai 92 miliar dollar. 

Di Palestina, doktrin kebijakan luar negeri Amerika Serikat selama ini, yaitu menyamakan national interest-nya dengan national interest Israel, tetap dipegang Biden. 

Pada masa Trump, Otoritas Palestina telah menghentikan komunikasi dengan pemerintah Amerika Serikat, setelah Trump secara sepihak mendeklarasikan Yerusalem sebagai ibu kota Israel dan memindahkan Kedutaan Besar-nya ke kota tersebut. Biden telah menyatakan tidak akan mengubah keputusan Trump.

Padahal ini adalah pelanggaran hukum internasional, antara lain Resolusi Dewan Keamanan PBB 476/1980 yang melarang Israel melakukan tindakan legislatif dan administratif apapun yang mengubah karakter dan status Kota Suci Yerusalem dan hal ini juga merupakan pelanggaran Konvensi Jenewa Keempat.

Sebagaimana pernah ditulis Hinnebusch dalam bukunya, Internasional Politics of Middle East, negara-negara Timur Tengah umumnya adalah negara periphery, yang sangat bergantung pada negara core (yaitu negara-negara Barat yang mendominasi Timur Tengah, terutama Amerika Serikat). 

Karena itulah, kebijakan luar negeri yang diambil Biden di Timur Tengah akan sangat berpengaruh pada keamanan di kawasan. 

Sebagai Presiden Amerika Serikat, tentu seharusnya Biden lebih mengutamakan kepentingan rakyatnya sendiri. 

Polling yang dilakukan Charles Koch Institute pada Juni 2020 menunjukkan bahwa 70 persen rakyat Amerika menghendaki dipulangkannya para serdadu dari Timur Tengah

Mereka menginginkan agar “perang tanpa akhir” yang diluncurkan pemerintah Amerika Serikat di Timur Tengah segera dihentikan dan kepentingan domestik lebih dikedepankan. 

Namun, selama Biden masih melanjutkan kebijakan para pendahulunya, yaitu melanjutkan berbagai perang di Timur Tengah, baik dengan alasan “melawan terorisme” maupun demi melindungi Israel, agaknya tidak banyak perubahan yang akan terjadi di kawasan tersebut dalam waktu dekat. 

Dan di dalam negeri, rakyat Amerika Serikat juga akan terus tertekan akibat tersedotnya anggaran negara demi perang.***

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/08/13/biden-dan-kebijakan-luar-negeri-as-di-timur-tengah/#more-7374

Kisah Amerika yang Angkat Kaki dari “Kuburan Imperium”

Oleh:
Dina Yulianti
Dosen Prodi Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran

FIXINDONESIA.COM – Presiden Amerika Serikat (AS), Joe Biden, beberapa hari lalu mengumumkan bahwa misi perang AS di Afghanistan akan resmi berakhir pada tanggal 31 Agustus.

Namun demikian, proses penarikan pasukan telah berlangsung dan Bagram Airfield, pangkalan militer AS terbesar di Afghanistan, telah diserahkan kepada Pasukan Pertahanan dan Keamanan Nasional Afghanistan. AS juga telah menyelesaikan penyerahan tujuh pangkalan militer lainnya.

Menurut CBS News 9 Juli, komandan pasukan NATO di Afghanistan, Jenderal Scott Miller, juga akan segera angkat kaki dan menyerahkan pasukan yang tersisa di bawah tanggung jawab seorang jenderal bintang dua.

Pengumuman Biden ini merupakan sebuah peristiwa bersejarah, dimana akhirnya AS meninggalkan kancah perang yang telah berlangsung 20 tahun. AS pergi dari Afghanistan dengan membawa kekalahan, bila ditinjau dari tujuan awal perang tersebut, yaitu “untuk membubarkan basis operasi terorisme di Afghanistan dan untuk mengalahkan rezim Taliban” (pidato Presiden Bush, 2001). 

Kini, ketika AS angkat kaki, justru power Taliban semakin kuat. Bahkan AS terpaksa bernegosiasi panjang, duduk semeja dengan Taliban sebelum akhirnya angkat kaki. Kini, proses perundingan tengah berlangsung antara pemerintah Afghanistan dan Taliban untuk membicarakan masa depan negara mereka.

Invasi AS (bersama pasukan NATO) ke Afghanistan dimulai pada 7 Oktober 2001. Invasi itu dilakukan menyusul serangan teror 911 (9 September 2001) terhadap beberapa target, antara lain gedung WTC di New York, yang menewaskan ribuan orang.

Pemerintah AS menuduh Al Qaida sebagai pelaku serangan dan dengan segera menggalang dukungan internasional untuk melancarkan “Perang Melawan Terorisme.” Bahkan Bush pernah mengancam negara-negara yang enggan bergabung dalam perang itu dengan kalimat, “Kalau tidak bersama kami, berarti kalian sedang melawan kami” (you’re either with us or against us in the fight against terror).

Taliban adalah kelompok yang beranggotakan para santri (taleb bermakna pelajar) dari madrasah-madrasah radikal.  Mereka kemudian angkat senjata dan mengalahkan faksi-faksi lain di Afghanistan sehingga menjadi penguasa di negeri tersebut sejak 1996.

Rezim Taliban memberlakukan syariat Islam versi pemahaman radikal mereka, termasuk di antaranya larangan bagi kaum perempuan untuk terlibat dalam aktivitas publik. Hanya dalam waktu dua bulan, serangan AS dan koalisinya berhasil membuat rezim Taliban terguling.

Selanjutnya, AS memfasilitasi terbentuknya pemerintahan baru dalam sistem demokrasi. Pada tahun 2002, pemerintahan transisi Afghanistan terbentuk, dipimpin Presiden Hamid Karzai.

Namun, Taliban masih terus mengontrol sebagian besar wilayah sehingga tentara AS masih terus bercokol di Afghanistan dengan alasan untuk melawan Taliban dan membantu pemerintahan interim Afghanistan. Militer Afghanistan yang dibentuk atas bantuan AS kemudian berperang melawan Taliban. Korban berjatuhan di semua pihak.

Di pihak militer Afghanistan, pada periode 2014-2019, sekitar 45.000 tentara Afghan tewas. Sementara itu, sejak dimulainya invasi ke Afghanistan tahun 2001, sebanyak 3.500 pasukan koalisi internasional tewas, 2.300 di antaranya adalah warga AS.

Inilah yang disinggung oleh Biden dalam pidatonya 9 Juli lalu, “Kepada mereka yang meminta kami untuk tetap tinggal [di Afghanistan], berapa ribu lagi putra-putri AS yang ingin Anda hadapkan pada resiko? Berapa lama Anda mau mereka tinggal di sana?”

Biden lebih lanjut menyatakan bahwa sedemikian lamanya perang Afghanistan, ada tentara yang ikut berperang di sana 20 tahun yang lalu dan kemudian anak mereka juga bergabung dalam militer dan berperang di medan yang sama. Dengan demikian, perang itu telah dilalui oleh dua genarasi.

“Apa Anda juga mau anak mereka, atau cucu mereka, ikut dalam perang yang sama?” tanya Biden.

Ada hal menarik (dan ironis) yang disampaikan jurnalis RT, Rick Sanchez (9/7). Sanchez pernah mewawancarai  marinir AS yang berada di pegunungan Tora Bora pada tahun 2001-2002 dan sang marinir menyatakan,”Kami sudah mengetahui dimana posisi Bin Laden sejak tahun pertama. Kita bisa menyelesaikan perang pada saat itu juga.”

Tetapi, menurut Sanchez, elit di Washington, antara lain Dick Cheney dan Donald Rumsfeld, melarang militer AS membunuh atau menangkap Bin Laden saat itu. Bin Laden akhirnya dibunuh militer AS di Pakistan, sepuluh tahun kemudian.

Tujuan mereka adalah perang diperlama karena akan diperluas ke Irak. Pada Maret 2003, AS menyerang Irak dengan tuduhan bahwa Saddam Husein mendukung Al Qaida dan menyimpan senjata pembunuh massal. Tuduhan itu bertahun-tahun kemudian terbukti bohong belaka, namun korban jiwa sudah sangat banyak. 

Menurut laporan PBB tahun 2019, sejak dimulainya invasi AS tahun 2001, sebanyak 32.000 warga sipil Afghanistan tewas. Data lain menyebutkan bahwa pada periode 2005-2019, sebanyak 26.000 anak-anak Afghanistan tewas atau cacat. 

Penyebab kematian tersebut, antara lain adalah serangan drone yang dilakukan oleh AS. Menurut laporan “Costs of War Project” yang dirilis Brown University pada Desember 2020, jumlah warga sipil Afghanistan yang tewas dalam serangan drone yang dilakukan oleh AS dan sekutunya telah meningkat 330% sejak 2017. Ini adalah angka tertinggi sejak tahun-tahun pertama serangan AS tahun 2001. AS meningkatkan serangan drone ini untuk menekan Taliban agar mau bernegosiasi.

Akhirnya, kedua pihak mencapai kesepakatan damai pada akhir Februari 2020 yang antara lain isinya AS siap pergi dari Afghanistan dan sebaliknya Taliban menjamin tidak akan memberikan perlindungan kepada teroris, serta bersedia melakukan negosiasi dengan pemerintah Afghanistan.

Afghanistan dikenal sebagai negara atau kawasan yang sulit untuk dikuasai. Imperium demi imperium, negara demi negara, telah gagal untuk bercokol lama di sana.

Karena itulah Afghanistan dijuluki sebagai “Kuburan Imperium” (graveyard of empires). Kini, AS pun mengikuti jejak imperium sebelumnya, angkat kaki dari wilayah yang telah diporakporandakannya selama dua puluh tahun dan menghabiskan dana perang sebanyak 2 triliun USD.***

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/08/13/kisah-amerika-yang-angkat-kaki-dari-kuburan-imperium/#more-7414

Afghanistan: Mungkinkah Berdamai dengan Taliban?

Dina Yulianti (Dosen Prodi Hubungan Internasional Unpad)

FIXINDONESIA.COM Kondisi di Afghanistan semakin genting pascapenarikan tentara Amerika Serikat. Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Afghanistan, Deborah Lyons, melaporkan bahwa situasi keamanan memburuk dan telah terjadi kondisi darurat kemanusiaan. Menurut Lyons, “Afghanistan sekarang berada pada titik balik yang berbahaya. Ada dua kemungkinan di depan, negosiasi perdamaian yang sejati atau justru krisis yang tragis” (UNAMA, 2021).

Konflik dan kekerasan terutama terjadi karena Taliban mulai bergerak dari kota ke kota untuk mengambil alih kekuasaan dari tangan pemerintahan Afghanistan. Media massa memberitakan bahwa upaya pengambilalihan kekuasaan itu dilakukan dengan kekerasan sehingga selain menjatuhkan banyak korban jiwa, juga memicu pengungsian besar-besaran warga dari berbagai kota ke arah Kabul.

Laporan dari Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) menyebutkan, dalam periode 1 Januari- 31 Juni, sebanyak 1.659 warga sipil tewas dan 3.524 lainnya terluka. Sebanyak 38% dari jumlah korban adalah akibat dari penggunaan bahan peledak IED oleh Taliban. Sebanyak 8% korban akibat serangan udara yang dilakukan militer Afghanistan (yang dilakukan untuk melawan Taliban). Korban lainnya adalah akibat pertempuran (saling-serang secara langsung) atau pembunuhan terencana yang hampir semuanya dilakukan Taliban.

Perkembangan ini sangat kontras dengan optimisme yang disampaikan banyak pihak setelah ditandatanganinya Perjanjian AS-Taliban di Doha pada Februari 2020. Indonesia termasuk negara yang hadir menyaksikan penandatanganan perjanjian damai tersebut. Menlu Retno mengatakan bahwa kesepakatan damai ini adalah langkah pertama dalam proses perdamaian di Afghanistan dan merupakan “perkembangan yang sangat menggembirakan yang telah kita tunggu-tunggu untuk waktu yang lama” (Jakarta Post, 2020). Salah satu butir dalam perjanjian itu adalah Taliban bersedia untuk melakukan negosiasi damai dengan pemerintah Afghanistan.

Perjanjian damai AS-Taliban adalah hasil dari proses panjang bergesernya pendekatan militeristik yang dilakukan AS ke arah resolusi konflik yang mengakomodasi semua pihak yang terlibat. Pada tahun 2001, AS menginvasi Afghanistan dengan alasan untuk mencari Osama bin Laden (tertuduh pelaku pengeboman 911) dan menggulingkan rezim Taliban yang memberikan perlindungan kepada Bin Laden.

Dalam waktu singkat Taliban terguling dan AS menginisiasi Konperensi Bonn untuk merundingkan pemerintahan transisi. Taliban sama sekali tidak dilibatkan dalam konperensi ini dan terus dikejar oleh militer AS dalam operasi ‘perang melawan terorisme’. Warga sipil pun terjebak di tengah konflik akibat serangan udara dari militer AS dan NATO, maupun serangan oleh Taliban. Selama 20 tahun (2001-2021) pendudukan AS di Afghanistan, korban sipil mencapai sekitar 100.000 jiwa.

Selama 10 tahun pertama invasi AS dan NATO di Afghanistan, pendekatan yang dilakukan AS adalah militeristik. Mereka terus mendatangkan tambahan pasukan ke Afghanistan dan terus melakukan serangan, namun Taliban tetap tidak bisa dikalahkan. Bahkan pada  tahun 2008, seiring dengan peningkatan tentara asing hingga mencapai 70.000 orang, justru menjadi tahun yang paling mematikan bagi AS dan NATO. Kondisi ini mendorong munculnya suara-suara desakan dari akademisi, politisi, dan pengamat agar AS berunding dengan Taliban.

Secara teori, resolusi konflik memang membutuhkan pelibatan semua pihak. Misalnya, menurut William Zartman, kunci untuk mencapai resolusi konflik adalah “memberikan pengakuan dasar terhadap legitimasi kelompok pemberontak, …tidak berarti bahwa mereka diasumsikan sebagai pihak yang benar; ini hanya cara memandang bahwa mereka punya tuntutan yang sah, meski mereka tidak menggunakan cara-cara yang sah untuk mencapai tuntutan itu” (Waldman & Ruttig, 2011).

Akhirnya, mulai Juni 2011, AS secara terbuka menyatakan akan melibatkan Taliban dalam upaya mencapai rekonsiliasi. Meskipun, di saat yang sama, AS terus melakukan penyerangan ke berbagai kawasan di Afghanistan dengan alasan mengejar teroris.

Upaya mendekati Taliban juga dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Pada tahun 2017, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, datang ke Jakarta dan meminta kepada Presiden Jokowi agar Indonesia berperan aktif dalam proses perdamaian Afghanistan. Indonesia pun menyambut baik permintaan ini.  Peran Indonesia dalam upaya perdamaian ini difokuskan pada pelibatan ulama dan pemberdayaan perempuan di Afghanistan.

Pada tahun 2018, Indonesia mengadakan pertemuan ulama Afghanistan, Indonesia, Pakistan untuk membahas perdamaian di Afghanistan. Lalu, pada Juli 2019, delegasi Taliban datang ke Indonesia dan melakukan pertemuan tertutup dengan sejumlah pihak, di antaranya Wakil Presiden Jusuf Kalla, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kunjungan ini sempat memunculkan keresahan publik, bagaimana mungkin sebuah milisi bersenjata yang selama ini diidentikkan dengan aksi-aksi kekerasan atas nama agama, disambut secara resmi di Indonesia?

Memang disayangkan bahwa pemerintah tidak cukup memberikan penjelasan mengenai alasan pertemuan itu. Namun, bila kembali merunut bagaimana AS telah mengubah posisinya, yaitu mau melibatkan Taliban dalam negosiasi, kita bisa menduga bahwa ini adalah bagian dari implementasi teori resolusi konflik mengenai pentingnya melibatkan semua pihak yang berseteru. Beberapa pengamat awalnya memandang optimis kunjungan Taliban ke Jakarta; antara lain, kunjungan ini diharapkan bisa menginspirasi Taliban agar tidak lagi melakukan kekerasan atas nama agama.

Namun demikian, perkembangan terbaru di Afghanistan menunjukkan bahwa segala optimisme mengenai perubahan sikap Taliban masih jauh panggang dari api. Kekerasan yang terjadi selama beberapa bulan terakhir menunjukkan bahwa masih sangat panjang proses yang harus dilalui untuk menciptakan perdamaian di Afghanistan. Pertanyaan mengenai kemungkinan berdamai dengan Taliban masih terus menggantung dan belum bisa terjawab. ***

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/08/13/afghanistan-mungkinkah-berdamai-dengan-taliban/#more-7425

Pengamat Timur Tengah: Ini Penyebab Taliban Berkuasa Tanpa Perlawanan

FIXINDONESIA.COM Pengamat Timur Tengah yang juga Dosen Prodi Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Dina Yulianti menyebutkan, jika melihat pemberitaan baik di media nasional dan internasional, proses pengambilalihan kota demi kota di Afghanistan berjalan cepat dan nyaris tidak ada perlawanan. Bahkan ibu kota pun (Kabul) jatuh ke tangan Taliban nyaris tanpa perlawanan. 

“Presiden Afghanistan pergi begitu saja, padahal sudah berjanji akan terus berjuang melawan Taliban. Ada dua kemungkinan, pertama Taliban punya kekuatan yang besar. Namun, ini kontradiktif dengan informasi bahwa jumlah pasukan Taliban cuma enam puluh ribuan. Sementara pasukan Afghanistan yang dipersenjatai dan dilatih AS selama ini mencapai tiga ratus ribuan,” kata Dina kepada FIXINDONESIA.COM, Selasa 17 Agustus 2021. 

Menurutnya, kemungkinan kedua, Taliban mendapatkan dukungan dari sebagian warga Afghanistan sehingga mereka begitu saja menyerahkan kendali kota kepada Taliban.

Pasalnya, untuk sebagian warga sipil, opsi mereka ada dua, pertama, AS tetap ada di Afghanistan dan setiap saat mereka terancam oleh bom-bom yang dijatuhkan AS dan menyebabkan kematian anggota keluarga mereka.  Atau kedua, menerima kekuasaan Taliban, tanpa kehadiran AS.

“Saya lebih melihat fenomena ini sebagai bukti kegagalan proyek perang AS. Sudah 20 tahun AS menduduki Afghanistan dengan alasan akan membantu bangsa Afghanistan untuk memiliki pemerintahan dan militer yang kuat dan demokratis. Namun yang terjadi adalah AS terus-menerus melakukan pembunuhan kepada warga sipil dengan alasan mengejar teroris,” jelasnya.

Amerika Serikat mengaku sudah mengeluarkan dana 2,4 Triliun USD, lanjut Dina, tapi yang menikmati adalah military industrial complex.

Banyak pebisnis perang yang menjadi kaya raya dari proyek Afghanistan sementara rakyat Afghanistan tetap miskin dan menderita. Rakyat Afghanistan menjadi korban di tengah-tengah perang berkepanjangan antara AS & NATO versus Taliban

“Jangan pula dilupakan bahwa AS-lah (bersama Arab Saudi dan intel Pakistan) yang dulu membentuk milisi “Mujahidin” pada era Perang Dingin, demi melawan Uni Soviet. Selain mensuplai dana dan senjata, AS bahkan mencetak buku-buku bermuatan ekstrem dan indoktrinasi kekerasan untuk diajarkan kepada anak-anak sekolah Afghanistan. Hasil “didikan” AS era Perang Dingin itulah yang kini menjadi Taliban,” pungkasnya.***

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/08/18/pengamat-timur-tengah-ini-penyebab-taliban-berkuasa-tanpa-perlawanan/#more-7430

Apa yang akan Terjadi di Afghanistan Usai Dikuasai Taliban? Begini Analisa Pengamat Timur Tengah

FIXINDONESIA.COM –  Taliban telah menduduki istana kepresidenan Afghanistan. Begitu pun dengan presiden Afganistan Ashraf Ghani memilih meninggalkan negara itu untuk menghindari pertempuran. 

Juru bicara Taliban sudah berjanji tidak akan menyerang warga sipil dan ingin menjalin hubungan yang damai dengan dunia internasional. 

Taliban juga berjanji akan menegosiasikan bentuk pemerintahan mendatang. Dalam jumpa pers pertama mereka terbaru 17 Agustus 2021, juru bicara Taliban mengatakan bahwa pihaknya tidak akan melakukan balas dendam. Bahkan pihak Taliban juga mengatakan bahwa kaum perempuan akan diberi kesempatan untuk beraktivitas, bekerja di berbagai bidang,  dan mendapatkan pendidikan.

Pengamat Timur Tengah, Dina Yulianti mengatakan, dalam tiga hari terakhir, berbagai informasi bermunculan mengenai kondisi di Afghanistan. Selain kondisi chaos di airport Kabul, di media sosial juga beredar video kunjungan pejabat Taliban ke rumah sakit. 

“Mereka meminta para dokter dan perawat perempuan agar tetap bekerja. Sekolah sudah kembali dibuka dan anak-anak perempuan tidak dihalangi untuk sekolah,” jelas Dina kepada FIXINDONESIA.COM, Rabu 18 Agustus 2021. 

Dikatakan Dina, media terkemuka Afghanistan, Tolo News, yang berbasis di Kabul, menyiarkan wawancara seorang host perempuan dengan pejabat Taliban. Host perempuan tersebut hanya mengenakan kerudung biasa sehingga rambut dan lehernya masih terlihat. 

Lebih lanjut Dina menjelaskan, reporter perempuan Al Jazeera yang juga mengenakan model kerudung seperti itu, meliput suasana Kabul dan mengatakan tidak mengalami gangguan dari Taliban

“Perkembangan ini tentu menarik, karena sangat kontras dengan citra Taliban selama ini. Namun perlu diingat juga bahwa ini baru tiga hari (sejak Minggu),” tambahnya. 

Terlalu cepat untuk memastikan segala sesuatunya, lanjut Dina, waktu yang akan membuktikan, apakah Taliban memenuhi janji-janji mereka.  

“Dunia akan menunggu, apakah Taliban sekarang adalah versi baru, alias Taliban 2.0; atau masih sama seperti dulu pada periode 1996 sampai 2001, ketika mereka menerapkan gaya pemerintahan yang sangat ekstrim,” pungkas wanita yang juga merupakan Dosen di Universitas Padjadjaran itu.***

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/08/18/apa-yang-akan-terjadi-di-afghanistan-usai-dikuasai-taliban-begini-analisa-pengamat-timur-tengah/#more-7435

Pujian Jokowi Bikin Anies Resah Gemetar Ketar Ketir!

Membicarakan Presiden Jokowi dan Gubernur Anies dalam satu tulisan itu bagaikan menyoroti dua kegiatan sekaligus. Yakni perlombaan lari dan kegiatan masak. Anies sekarang seakan berlari mengejar waktu masa jabatan yang tinggal beberapa bulan ini. Untuk mengumpulkan modal buat ambisinya nyapres. Sementara Presiden Jokowi harus repot menjaga agar Anies tetap bekerja sesuai perintah pemerintah pusat. Demi penanganan pandemi dan pemulihan ekonomi agar sesuai target. Makanya begitu banyak kegiatan vaksinasi yang digelar di Jakarta. Dari Polri, TNI, Kementrian, dan BUMN. Anies? Terima beres aja dan menikmati hasilnya. Oh iya, cara Jokowi ya dengan “merebus kodok”. Kodoknya sih nggak ngerasa kalau dia sedang direbus. Berasa sedang berenang lincah di air yang hangatnya pas. Berasa rileks, seneng, berasa menang lah dari presiden. Seperti yang sering digembar-gemborkan para buzzer-nya.

Tentunya Presiden Jokowi selalu melihat perkembangan Anies. Namanya kan pimpinan, mengawasi anak buah yang terkenal bandel, suka melawan dan merasa sama levelnya dengan presiden. Tapi kerjanya nggak becus. Kalau bandel tapi kerjanya bagus sih masih mending. Nah ini, sudah bandel, kerap berlawanan dengan pemerintah pusat, menikmati predikat gubernur rasa presiden, eehhh… kerjanya nggak bener. Banjir nggak diurusin, normalisasi ditelantarkan, bahkan menengok warga pun jarang, lebih suka menengok kuburan dan kebon binatang.

Satu hal yang paling menonjol dalam beberapa minggu terakhir dari Anies adalah soal kelebihan bayar. Pertama, kelebihan bayar alat pemadam kebakaran (damkar) dalam proyek pengadaan mobil damkar sebesar Rp 6,5 miliar Sumber. Kedua, kelebihan bayar atas dua pembangunan Sistem Pengelolaan Air Limbah Domestik (SPALD) di Kepulauan Seribu sebesar Rp 1,59 miliar Sumber. Ketiga, kelebihan pembayaran subsidi kepada BUMD PT Transjakarta pada tahun anggaran 2018 dan 2019 sebesar Rp 415,9 miliar Sumber. Keempat, kelebihan bayar pengadaan alat rapid tes Covid pada tahun 2020 sebesar Rp 1,1 miliar Sumber. Kelima, kelebihan bayar dalam pembelian masker respirator N95 dari pos belanja tak terduga (BTT) di APBD 2020 sebesar Rp 5,85 miliar Sumber. Keenam, kelebihan bayar dana program Kartu Jakarta Pintar (KJP) Plus tahap II terhadap 1.146 siswa yang sudah lulus sebesar Rp 2,3 miliar Sumber. Ketujuh, kelebihan bayar gaji pegawai Pemprov DKI Jakarta yang sudah pensiun dan meninggal tahun 2020 sebesar Rp 862,8 juta Sumber. Kedelapan, kelebihan bayar untuk proyek pembangunan Pembangkit Tenaga Listrik Surya (PLTS) atap on grid di sekolah negeri pada tahun 2019 sebesar Rp 1,12 miliar Sumber. Kesembilan, kelebihan bayar dalam pengelolaan Metropolitan Area Network (MAN) pada tahun 2020 sebesar Rp 1,79 miliar Sumber. Kesepuluh, kelebihan bayar pengadaan alat-alat Angkutan Bermotor Lift atau Elevator di RSUD Pasar Rebo pada tahun 2020 sebesar Rp 1,32 miliar Sumber. Semuanya adalah hasil temuan BPK. Kalau ditotal ke-10 kasus kelebihan bayar ini mencapai sekitar Rp 438 miliar. Dana yang besar sekali.

Anehnya, semua kasus kelebihan bayar itu tidak ada satu pun yang masuk dalam radar KPK sebagai upaya korupsi. Sementara kasus serupa di provinsi lain mengalami nasib berbeda. Pada tahun 2018, temuan BPK atas adanya kelebihan bayar sebesar Rp 3,5 miliar pada proyek sarana dan prasarana di Dispora Riau tahun 2016, kemudian ditindaklanjuti pihak Kejaksaan Tinggi Riau sebagai tindak pidana korupsi Sumber. Aneh kan?

Lalu apa hubungannya dengan Presiden Jokowi? Pada Sidang Tahunan MPR RI tanggal 16 Agustus lalu, Presiden Jokowi menyampaikan pidato. Ada bagian dari pidato Presiden Jokowi yang berhubungan dengan BPK dan bikin Anies gemeter ketar ketir. Berikut kutipannya : ”Di tengah kebutuhan pemerintah untuk bertindak cepat menyelamatkan masyarakat dari pandemi, peran pemeriksaan yang dilakukan oleh BPK RI juga telah dilakukan beberapa penyesuaian. Situasi pandemi bukan situasi normal, dan tidak bisa diperiksa dengan standar situasi normal. Yang utama adalah menyelamatkan rakyat. Menyelamatkan rakyat adalah hukum tertinggi dalam bernegara. Inovasi BPK untuk mewujudkan Akuntabilitas untuk Semua di negara kita patut untuk dihargai. Saya mengapresiasi upaya-upaya BPK untuk memberikan informasi temuan pemeriksaan agar ditindaklanjuti oleh pemerintah, baik di pusat maupun di daerah. Walaupun di era pandemi, kecepatan kerja dalam pelayanan peradilan juga tidak bisa ditunda, bahkan harus dipercepat…” Sumber

Sebuah kode keras dari Presiden Jokowi. Presiden memuji segala temuan hasil kerja BPK. Artinya soal kelebihan bayar Anies itu sudah masuk ke radar Presiden Jokowi. Presiden juga menyebut agar temuan BPK ditindaklanjuti oleh pemerintah. Ini sebuah sentilan buat KPK. Yang tidak terdengar suaranya terkait kasus-kasus kelebihan bayar Anies itu. Mengapa KPK tidak juga menindaklanjuti? Ada apa dengan KPK? Apakah karena kendala pada masa pandemi? Presiden Jokowi kemudian menjawabnya sendiri. Bahwa kecepatan kerja pelayanan peradilan tidak bisa ditunda, bahkan harus dipercepat. Heloooow KPK, mengapa tidak bisa mempercepat tindak lanjut temuan BPK?

Pujian Presiden Jokowi terhadap BPK seakan jadi pamer barisan pedang kepada Anies. Bahwa presiden sudah tahu soal temuan-temuan BPK, dan menginstruksikan agar temuan itu ditindaklanjuti. Sekarang bola panasnya ada di KPK. Kapan KPK akan bergerak?

Pujian Jokowi Bikin Anies Resah Gemetar Ketar Ketir!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/pujian-jokowi-bikin-anies-gemetar-ketar-ketir-FvsuMOGcZs

Warganet ke Menlu Retno Marsudi: Kirim Pendukung dan Penyanjung Taliban ke Afghanistan

Melalui akun Twitter resmi Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi menyampaikan bahwa evakuasi terhadap warga negara Indonesia dari kota Kabul, Afghanistan telah berhasil dilaksanakan.

Keberhasilan untuk mengevakuasi WNI tentunya berkat kerja keras pemerintah. Hal ini didukung pula dengan fasilitas akomodasi yang menggunakan pesawat TNI Angkatan Udara yang saat ini sudah berada di Islamabad, Turki dan melanjutkan penerbangan ke tanah air. Sumber

Article

Warganet ramai memberikan komentar kabar baik dari Menlu Retno Marsudi lantaran pemerintah Indonesia telah berhasil mengevakuasi WNI dari kota Kabul. Namun tak sedikit pula warganet memberikan sindiran kepada mereka yang mendukung dan menyanjung Taliban untuk dikirim ke Afghanistan menjadi warga negara di sana.

Bahkan ada pula beberapa warganet secara terbuka menyebut nama-nama tokoh yang menurut mereka pantas untuk dikirim ke Afghanistan. Sebut saja nama mantan wakil presiden Jusuf Kalla, Rektor Universitas Ibnu Chaldun, Musni Umar, politisi Partai Umat, Mustofa Nahrawardaya dan lain-lain. Sumber

Article

Berikut ini beberapa komentar para warganet yang telah ditulis di bawah komentar unggahan Menlu Retno Marsudi:

“Tolong Bu Menteri, segera difasilitasi individu-individu yang menyanjung Taliban, untuk dikirim ke sana, daripada pesawat kosong waktu menjemput warga. Seperti Musni Umar, Pak Mantan Wakil, dll,” kata Cowwel85.

“Kalau boleh tukar dengan warga Afghanistan pencinta perdamaian dengan WNI pendukung Taliban dan Pak JK Cocok jadi presiden,” kata Lukas_pranowo.

“Seharusnya kalau mau jemput WNI, umumkan dulu ke rakyat Indonesia, banyak rakyat yang dukung Taliban, seperti JK, Musni Umar. Sekalian antar mereka kesana untuk jadi Warga Negara Afganistan,” kata NarullahAlhad1.

“Bu menteri, bisa dikirim gak yanh terlalu mengidolakan Taliban di Indonesia supaya pindah ke Afganistan seperti pak Reaktor Musni Umar dan pak Asam Urat @TofaTofa_id. Barter Gitu. Please ya, Bisa ya Bu!!!” kata Aleh Mang. Sumber

Menarik memang cuitan dari para warganet yang mengusulkan para tokoh yang mendukung Taliban untuk dikirim ke Afghanistan. Para pendukung seperti JK, Musni Umar dan lainnya percaya bahwa sistem pemerintahan Taliban akan terbuka dan moderat tidak seperti sebelumnya. Para pendukung Taliban tidak menyadari bahwa kelompok bersenjata ini adalah kelompok Islam garis keras yang merebut pemerintahan secara inkonstitusional. Kenapa kejahatan harus didukung dan disanjung?

Bahkan sebagian besar rakyat Afghanistan sendiri tidak menerima kudeta yang dilancarkan oleh Taliban. Banyak dari mereka ingin kabur dari negaranya karena tidak suka pemberontak yang berkuasa akan memimpin negaranya.

Banyak juga warga Afghanistan yang tidak yakin dengan wajah baru Taliban dengan janji memberlakukan pluralisme dalam berpolitik, menegakkan hak-hak minoritas dan kaum perempuan. Setidaknya, kita bisa lihat di beberapa berita yang menunjukkan kekerasan Taliban terhadap orang-orang yang berseberangan dengan ideologi mereka dengan mencari orang-orang yang ditarget lalu setelah dapat dipersekusi hingga dibunuh.

Hal yang tak patut untuk diberikan dukungan terhadap kelompok teroris ini. Hanya orang-orang yang ingin mencari perhatian publik seperti JK, Musni Umar, Lemon Tofa mendukung pergerakan Taliban agar masyarakat yang membenci pemerintah bersimpati. Ini sama saja mendukung Taliban mempunyai watak yang sama seperti mereka.

Orang-orang seperti JK dan para tokoh lainnya yang mendukung Taliban adalah mereka yang menyukai perpecahan. Indonesia yang damai karena Pancasila dan ke-Bhinnekaan akhir-akhir ini terbelah karena masih ada kelompok radikal yang tak ingin Indonesia bersatu padu dalam perbedaan.

Sudah terlihat jelas bahwa mereka yang mendukung Taliban adalah orang-orang yang senang dengan kekacauan dan kegaduhan. Topeng mereka telah terbuka dan menunjukkan wajah aslinya ketika dukungan terhadap Taliban diakui lewat media mainstream maupun media sosial. Mereka sepertinya setuju dengan pengambilan secara paksa dari kelompok Taliban untuk merebut kekuasaan.

Jadi, jangan berlindung atas nama perdamaian demi menyatukan kelompok teroris dan pemerintah Afghanistan. Sebab watak teroris sangat susah untuk diubah dengan cepat karena mereka memegang prinsip dan teguh dalam mempertahankan ideologi mereka. Terlalu absurd jika mengatakan bahwa Taliban kini lebih moderat dan terbuka.

Kita harus waspada dengan kemenangan Taliban menguasai pemerintahan di Afghanistan. Ini akan menjadi inspirasi kaum radikal di Indonesia yang ingin meniru hal yang sama. Jangan sampai perang saudara terjadi karena perbedaan pandangan mengenai ideologi yang berseberangan dengan ideologi Pancasila.

Kita patut mengapresiasi bahwasanya Densus 88 telah menangkap para teroris yang akan mengacaukan keamanan negara. Namun perlu diingat, masih banyak masyarakat Indonesia berwatak Taliban yang diam-diam ingin Indonesia hancur seperti di beberapa negara Timur Tengah.

Warganet ke Menlu Retno Marsudi: Kirim Pendukung dan Penyanjung Taliban ke Afghanistan

Sumber Utama : https://seword.com/umum/warganet-ke-menlu-retno-marsudi-kirim-pendukung-2IU7yHWXLo

Sederet Dosa Mayjen Koenyoek Penjilat Pantat Soeharto Itu

Beberapa tahun yang silam, Gus Dur pernah menyentil Kivlan Zen sebagai sosok Mayjen Koenyoek. Saat itu Kivlan Zen masih berpangkat Mayor Jenderal TNI.

Julukan Mayjen Koenyoek itu muncul saat berkobarnya kerusuhan di Ambon pada tahun 1999 yang silam. Mantan penjilat pantat Soeharto ini punya agenda kepentingan politik terselubung mendalangi kerusuhan di Ambon saat itu.

"Mayjen K itu maksudnya Mayjen Kunyuk (monyet). Habis, apa namanya kalau kerjanya jadi dalang kerusuhan," ucap Gus Dur ketus saat itu.

Gus Dur tidak menjelaskan siapa Mayjen Koenyoek yang dimaksud. Tapi Kivlan Zen merasa disindir dan tersulut emosinya, lalu menemui Gus Dur untuk menuntut penjelasan.

Tudingan Gus Dur saat itu tentunya bukan tanpa dasar. Mayjen Koenyoek ini adalah dalang adu domba yang menggunting dalam lipatan dalam berbagai kerusuhan SARA di Ambon hingga Poso.

Kerusuhan yang menewaskan lebih dari sepuluh ribu umat Islam yang menjadi korban semangat jihad fie sabilillah dan lima ribu umat Kristen di Ambon saat itu dikecam keras oleh Komisi HAM di Jenewa dan Dewan Keamanan di New York, Amerika Serikat.

Dunia Internasional saat itu menekan pemerintah Indonesia habis-habisan agar segera mengakhiri konflik berdarah yang menelan ribuan korban jiwa di Ambon.

Dampak dari kerusuhan Ambon itu juga memicu anggota Kongres Amerika Serikat menolak normalisasi kerjasama militer dengan Indonesia, sehingga NKRI kena getahnya diembargo militer oleh negara adidaya saat itu.

Mayjen Koenyoek ini memang jago. Skill dan kualitas kompetensinya sebagai The King of Adu Domba sudah terakreditasi dalam skala Internasional. Mayjen Koenyoek ini berhasil mengacak-acak Ambon hingga Poso yang bikin pemerintahan Gus Dur sampai Megawati pusing kepala.

Yang paling babak belur saat itu adalah pemerintahan Gus Dur. Presiden Gus Dur sampai mengirim pasukan Yon Gab yang terdiri dari gabungan Kopassus, Marinir dan Kopaskhas ke Ambon.

Namun upaya Gus Dur saat itu untuk meredam konflik di Ambon tidak membuahkan hasil. Konflik itu justru semakin parah dan berkobar meluas secara sporadis di seantero Maluku.

Kerusuhan itu dengan cepat menjalar ke seluruh pelosok pulau Maluku seperti api yang dengan cepat membakar ranting-ranting dan dedaunan yang kering, sehingga menelan semakin banyak jatuhnya korban jiwa..

Akibat ulah Mayjen Koenyoek, pemerintahan Gus Dur mendapat banyak tekanan dari dalam dan luar negeri yang menyudutkan Indonesia akibat konflik berdarah antar umat Kristen dan umat Islam di Ambon dulu.

Saat panas-panasnya konstelasi politik pada pilpres 2019 yang lalu, mantan Mayjen Koenyoek ini lagi-lagi bikin ulah. Ia mendalangi kerusuhan di gedung Bawaslu yang memporak-porandakkan seantero jalan Thamrin, Jakarta Pusat.

Tidak hanya itu saja, mantan Mayjen Koenyoek ini juga terbongkar andilnya sebagai otak di balik rencana pembunuhan terhadap empat Jenderal, yaitu Wiranto, Luhut Binsar Pandjaitan, Budi Gunawan, dan Gories Mere. Sasaran lain yang dibidiknya adalah Direktur Eksekutif Charta Politika, Yunarto Wijaya.

Untungnya upaya pembunuhan yang diotaki oleh mantan Mayjen Koenyoek itu Gatot Alkhototh alias gagal total terkhototh-khototh. Sehingga bangsa ini terhindar dari kerusuhan besar yang melanda seluruh negeri dari amuk murka rakyat. Tuhan masih jaga dan melawat bangsa ini.

Ulahnya tidak berhenti sampai disitu saja. Makelar kerusuhan ini juga ditetapkan sebagai tersangka dalam kasus makar dan senjata api ilegal dan ditahan di Rutan Pomdam Jaya, Guntur, Jakarta.

Kasus makar dan senjata api ilegal itu bukan satu-satunya rekam jejak busuk mantan Mayjen Koenyoek ini yang mengobrak-abrik NKRI.

Beberapa kali mantan Mayjen Koenyoek ini terlibat dalam beberapa aksi yang menimbulkan kericuhan, sehingga menyita perhatian dalam skala nasional yang bikin pusing pemerintahan Jokowi.

Salah satunya yaitu aksi 411 untuk melengserkan mantan Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, yang saat itu tersandung dalam kasus penodaan agama lantaran keseleo lidah soal surat Al Maidah ayat 51.

Mantan Mayjen Koenyoek saat itu menghasut massa dengan pernyataan-pernyataan provokasi terkait bahaya laten komunis dan PKI yang berkaitan dengan kasus Ahok. Akibat racun doktrin itu, timbulah api dalam sekam yang semakin panas membara antara umat Islam garis keras dengan Ahok.

Pola adu domba manusia picik berhati serigala macam mantan Mayjen Koenyoek ini memang kelihaiannya hanya untuk bikin rusuh. Berbagai strategi adu domba Mayjen Koenyoek itu adalah strategi yang berhasil ia terapkan dulu demi menjaga kelanggengan rezim orde baru selama 32 tahun lamanya.

Sebagai mantan Mayjen Koenyoek memang wajar beliau ini jago strategi untuk merontokkan dan menjungkalkan kubu Jokowi. Namun sejago-jagonya mantan Mayjen Koenyok ini, masih kalah jago sama mantan tukang kayu asal Solo.

Saat mantan Mayjen Koenyoek ini hendak kabur ke luar negeri, polisi dengan cerdas menelikung pergerakannya di Bandara Soekarno Hatta saat hendak terbang ke Brunei Darussalam.

Mantan Mayjen Koenyoek pun gagal terbang dan tertunduk lesu saat digelandang polisi hingga akhirnya ditetapkan sebagai tersangka lalu ditahan.

Itulah sederet dosa mantan Mayjen Koenyoek penjilat pantat Soeharto itu. Dajjal pun sampai geleng-geleng kepala saking takjubnya.

Sederet Dosa Mayjen Koenyoek Penjilat Pantat Soeharto Itu

Sumber Utama : https://seword.com/umum/sederet-dosa-mantan-mayjen-koenyoek-penjilat-mQIhH8Thpp

Telak! Kemenlu “Tampar” Narasi Indah JK Soal Taliban!

Situasi di Afganistan masih tidak menentu, pasca Taliban menguasai seluruh wilayahnya. Presiden Afganistan, Ashraf Ghani yang dikabarkan melarikan diri, ternyata sudah terkonfirmasi sekarang berada di Uni Emirat Arab (UEA) Sumber. Semua media yang memberitakan soal kondisi Afganistan saat ini, masih menyebut Ashraf Ghani sebagai Presiden Afganistan. Pun Wakil Presiden (Wapres) Afganistan, Amrullah Saleh, tetap menyebut dirinya sebagai pemimpin tertinggi di Afganistan, dengan tidak adanya presiden di sana Sumber. Bahkan Wapres juga dikabarkan tetap melakukan perlawanan dengan menyerukannya lewat video. Wapres Amrullah Saleh sedang menggalang kekuatan perlawanan pada Taliban dari Lembah Panjshir. Menyatakan tidak akan pernah tunduk pada teroris di Taliban Sumber.

Sementara itu, Taliban sendiri sudah memastikan untuk menolak sistem pemerintahan demokrasi. Mereka akan menerapkan syariat Islam dalam sistem pemerintahan Sumber. Apa arti ini semua? Artinya Taliban menurut pandangan umum dianggap sudah menggulingkan pemerintahan yang sah. Bukan perilaku yang layak untuk dipuji. Apalagi mengingat kekejaman dan kebengisan Taliban selama ini.

Oleh sebab itu, sangat mengherankan dan cukup mengkhawatirkan, ketika ada orang Indonesia yang memuji dan mendukung Taliban. Apalagi mereka yang merupakan tokoh publik. Bahkan sampai disebut oleh para netizen sebagai jubir untuk Taliban. Siapa lagi kalau bukan Jusuf Kalla (JK). JK sampai mengadakan konferensi pers khusus untuk membahas Taliban, pada hari Senin lalu (16/8).

Dalam konferensi pers itu, JK berusaha menceritakan akar masalah konflik di Afganistan. Tentunya yang versi JK, di mana Taliban seakan menjadi korban dari serangan Amerika Serikat sekitar 20 tahun lalu. Karena Taliban menolak menyerahkan Osama Bin Laden, pemimpin Al Qaeda yang disebut sebagai dalang aksi teroris 9/11. Bahkan JK menyebut Taliban akhirnya menguasai ibu kota Afganistan, Kabul dengan damai. Karena JK belum mendapat laporan adanya korban jiwa Sumber.

JK juga menegaskan bahwa Taliban yang sekarang sudah banyak berubah dan berbeda dengan Taliban yang pernah memerintah Afganistan dulu. Taliban disebut lebih terbuka. Juga telah berjanji tidak akan mengusik kantor-kantor kedutaan besar negara asing di Afganistan, apalagi KBRI. Sebuah jaminan keamanan yang telah disampaikan petinggi Taliban kepada JK pada Januari lalu Sumber Sumber. Lewat suara JK, Taliban tampak humanis dan berakhlak mulia.

Beda dengan JK, pihak Kementrian Luar Negeri RI (Kemenlu) bersikap hati-hati dengan segala perkembangan yang terjadi di Afganistan. Tentu RI tidak akan mencampuri urusan dalam negeri Afganistan. Namun, Kemenlu tahu bahwa perdamaian dan stabilitas merupakan hal yang sangat diharapkan oleh masyarakat Afganistan dan dunia internasional. Prioritas RI adalah keselamatan WNI, termasuk staf KBRI Kabul Sumber. Pada hari Selasa lalu (17/8), pihak Kemenlu menyebut ada 15 WNI yang masih berada di Afganistan Sumber. Apakah mereka akan meletakkan nasib ke tangan JK, hanya berpegang pada pernyataan-pernyataan JK? Tentu tidak! Karena pihak Kemenlu pasti lebih tahu dengan kenyataan yang sekarang terjadi di Afganistan.

Omongan JK soal Taliban, dengan sendirinya perlahan luntur, dengan berbagai perkembangan berita dari Afganistan. Kericuhan di bandara di mana ribuan orang Afganistan yang ketakutan berusaha kabur keluar dari sana. Kemudian ada gubernur perempuan bernama Salima Mazari yang dikabarkan telah ditangkap oleh Taliban. Salima dikenal sebagai tokoh yang merekrut dan melatih militan untuk memerangi Taliban sejak 2019 Sumber. Padahal pada konferensi pers pertamanya pada hari Selasa lalu (17/8), Taliban menyatakan tidak akan membalas dendam pada lawan-lawan mereka di Afganistan. Taliban akan memberikan ampunan pada mereka Sumber. Namun ternyata, sebuah dokumen PBB mengungkap bahwa Taliban malah mengintensifkan pencarian orang-orang yang bekerja dengan pasukan AS dan NATO. Taliban bahkan sudah membuat daftar prioritas orang-orang yang hendak ditangkap. Penangkapan disebut dilakukan dengan cara kunjungan dari pintu ke pintu. Termasuk penangkapan terhadap keluarganya Sumber.

Gimana, masih percaya bahwa Taliban itu baik hati, ramah dan berakhlak mulia? Seperti yang sudah saya paparkan di tulisan sebelumnya tentang kekejaman Taliban, pada tahun 2014 mereka bahkan membantai anak-anak di sebuah sekolah. Dan tidak merasa bahwa itu adalah kejahatan. Hanya orang yang membutakan hatinya yang mau percaya pada kebaikan Taliban ini.

Akhirnya, hari ini, Kemenlu pun mengambil keputusan yang “menampar” segala omongan JK soal kebaikan Taliban. Diumumkan oleh Menlu Retni Marsudi, bahwa Pemerintah Indonesia telah berhasil mengevakuasi WNI dari Kabul dengan pesawat TNI AU. "Tim evakuasi membawa 26 WNI termasuk staff KBRI, 5 WN Filipina, dan 2 WN Afghanistan (suami dari WNI dan staff lokal KBRI)," tulis Retno lewat akun medsos resminya Sumber. Disertai dengan ucapan syukur “alhamdulillah”. Sebuah keputusan yang harusnya mendapatkan dukungan dari kita semua. Karena keselamatan WNI adalah perhatian utama pemerintah. Tidak peduli dengan apa pun omongan JK. Dari keputusan ini, kita bisa menilai, bagaimana kredibilitas seorang JK. Omongannya ternyata tidak bisa dipercaya. Kemenlu sudah membuktikannya!

Telak! Kemenlu “Tampar” Narasi Indah JK Soal Taliban!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/telak-kemenlu-tampar-narasi-indah-jk-soal-P6VyTIofkK

Disentil Airlangga Di Depan Umum, Anies Gagal Pamer Prestasi!

Anies memang hebat dalam urusan menata kata. Satu lagi kehebatan Anies adalah mengklaim prestasi yang sebenarnya merupakan hasil kerja orang lain. Contohnya adalah soal vaksinasi. Kita tahu dari berbagai berita, bahwa pihak yang banyak berperan menggeber vaksinasi adalah Polri, TNI, Kementrian dan BUMN. Anies sendiri? Entahlah dia ada di mana dan ngapain aja. Serius, saya ingin sekali jika ada yang bisa mengajukan data konkrit, adanya kerja Anies di balik acara-acara vaksinasi Covid di Jakarta. Tidak hanya kehadiran lho ya. Beneran kerja, ngatur-ngatur dari A sampai Z, sehingga terselenggara kegiatan vaksin. Tidak sekedar datang ke kegiatan vaksin yang sudah digelar oleh pihak lain, lalu bertingkah seolah dia yang menyuruh dan menginisiasi kegiatan itu. Kalau ada buktinya, bahwa Anies yang bekerja, saya akan dengan suka rela mengakui kinerjanya. Fair aja lah.

Nah, kegiatan vaksinasi di Jakarta memang digelar oleh berbagai pihak. Namun yang mengklaim hasilnya ya Anies. Lewat akun medsosnya, pada hari Senin lalu (16/8), Anies memamerkan pencapaian kegiatan vaksinasi di Jakarta. "Per pagi ini sudah 9 juta warga mendapat vaksin dosis pertama di Jakarta, melampaui target kita yang 8,8 juta orang, Alhamdulillah!" ujar Anies. Anies memaparkan terdapat 3,7 juta orang ber-KTP luar DKI Jakarta yang mendapat vaksin di Jakarta. Sebagian besar adalah petugas publik yang memang bekerja di DKI Jakarta sebanyak 1,9 juta orang. “Sisanya adalah warga ber-KTP non-DKI Jakarta tapi berdomisili, bekerja dan belajar di Jakarta. Dan memang ada juga sebagian lagi yang ber-KTP, berdomisili dan bekerja di luar Jakarta tapi ikut vaksin di Jakarta karena Jakarta tidak membatasi peserta vaksin,” katanya. Bahkan Anies kemudian menaikkan target vaksinasi. Dari 8,9 juta saat ini, menjadi 11 juta Sumber Sumber. Hasil ini juga sudah jauh melampaui dari target yang ditetapkan oleh Presiden Jokowi, yakni 7,5 juta vaksin dosis pertama hingga akhir Agustus ini. Yang sebelumnya juga sudah dipamerkan Anies pada akhir Juli lalu lewat video di Youtube Sumber.

Klaim keberhasilan oleh Anies ini, bukannya disambut hangat oleh semua pihak. Justru para pakar kesehatan menyambutnya dengan negatif. Dilansir bisnis.com, Kepala Departemen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia (FKM UI) Tri Yunis Miko Wahyono mengaku heran dengan kurva Covid-19 di Ibu Kota yang belum menunjukkan pelandaian yang signifikan. Padahal, klaim capaian dosis vaksin pertama di DKI relatif tinggi hingga 9 juta orang hingga saat ini. Tri menyorot penambahan kasus harian di Jakarta yang masih relatif tinggi dengan rata-rata seribu pasien per hari selama 2 minggu terakhir. Sementara itu persentase kasus positif waktu itu (tanggal 16 Agustus) masih berada di angka 8,1 persen. “Penurunan kasusnya belum bagus berarti ada yang salah dengan vaksinasinya menurut saya, apa yang terjadi harus dicari,” kata dia. Kemudian Dewan Pakar Ikatan Ahli Kesehatan Masyarakat Indonesia (IAKMI) Hermawan Saputra meminta Pemerintah Provinsi DKI Jakarta berhati-hati untuk melakukan relaksasi pembatasan sosial di tengah pemberlakuan PPKM. Agar Anies tidak terlalu terlena dengan klaim capaian vaksinasi itu. Menurut Hermawan, efektifitas proteksi vaksin baru dapat diukur setelah setiap orang sudah mendapatkan vaksinasi sebanyak 2 dosis di tengah masyarakat. “Kalau vaksinasi dosis kedua itu 4 juta dengan efikasi vaksin 50 hingga 60 persen itu baru dua juta orang yang terproteksi jadi masih sangat hati-hati,” kata dia. Jika ada pelandaian angka Covid di Jakarta, maka itu lebih karena masifnya penerapan PPKM. Dia masih ragu kalau itu adalah hasil dari capaian vaksinasi. “Oleh karena itu tidak boleh gegabah, tidak boleh merasa merdeka atau terlena begitu saja karena Jakarta itu sebagai simpul semua daerah, salah langkah bisa jadi bumerang angka kasus bisa naik kembali,” ujar Hermawan Sumber.

Senada dengan para pakar ini, Menko Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto lah yang akhirnya menegur Anies di depan umum. Telak menohok Anies, walaupun dibumbui dengan pujian terhadap pencapaian vaksinasi di Jakarta. Saat memberikan sambutan dalam acara Pencanangan Kegiatan Vaksinasi Ibu Hamil di Indonesia, di Balai Kota DKI Jakarta pada hari Kamis kemarin (19/8), Airlangga menegur Anies agar tidak merasa puas dengan capaian vaksinasi dosis pertama.

Airlangga mengatakan, capaian dosis vaksin kedua relatif terpaut jauh dengan dosis pertama. Dosis vaksin kedua memang baru mencapai 4 juta orang. "Kita berterima kasih kepada DKI salah satu yang tertinggi untuk vaksin pertama, namun PR belum selesai Pak Gubernur, yang dikejar itu juga vaksin kedua," kata Airlangga. Karena itu Airlangga meminta Anies menggencarkan vaksinasi kedua di Jakarta. Sumber Sumber

Nahh, Anies mau bilang apa? Lha wong yang bikin kegiatan vaksinasi juga bukan dia sepenuhnya kan? Hanya bisa mengklaim keberhasilannya. Yang kerja keras itu ya Polri, TNI, Kementrian, BUMN dan berbagai pihak lain seperti ormas (PWNU) dan partai politik (Partai NasDem). Anies ngapain? Tinggal menyaksikan, atau menyampaikan apresiasi dengan kata-kata manies. Namanya juga setiap celah disambar buat mengumpulkan modal prestasi demi ambisi di 2024 kan? Udah tahu lah kita modusnya hehehe… 

Disentil Airlangga Di Depan Umum, Anies Gagal Pamer Prestasi!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/disentil-airlangga-di-depan-umum-anies-gagal-pGjh3MeuCo

PKS Gagap-Gagal Bela Gubernur Sumbar, Pamor Partai Tercemar!

Beberapa hari ini Gubernur Sumatera Barat (Sumbar) jadi perhatian publik. Gubernur Mahyeldi yang diusung oleh PKS ini baru saja dilantik pada akhir Februari lalu. Seperti para kepala daerah lainnya, mereka langsung dihadapkan pada masalah penanganan pandemi. Angka kematian akibat Covid di Sumbar termasuk tinggi. Oleh sebab itu, sebelum perpanjangan PPKM sekarang, masih ada kota di sana yang menerapkan PPKM level 4 Sumber. Pada awal Agustus lalu, Sumbar bahkan termasuk provinsi dengan kasus aktif Covid tertinggi secara nasional Sumber.

Dengan kondisi seperti itu, ketika ketahuan bahwa Gubernur dan Wakil Gubernur Sumbar masing-masing membeli mobil dinas baru yang mevvah dengan total anggaran sekitar Rp 2 miliar, wajar saja jadi bikin publik heboh. Jenis mobilnya Mitsubishi Pajero untuk Gubernur Sumbar dan Hyundai Palisade untuk Wakil Gubernur. Menurut Gubernur Mahyeldi, pembelian dilakukan karena mobil dinas lama sudah rusak. Katanya remnya blong sehingga tidak mungkin dipakai. Dia juga beralasan bahwa pengadaan mobil sudah dianggarkan di APBD 2021 Sumber.

Banyak pihak yang menyayangkan pembelian mobil baru itu. Antara lain dari DPRD Sumbar, yang menganggap gubernur tidak punya kepekaan terhadap kondisi masyarakat saat ini. “Pengadaan mobil dinas tak urgen sama sekali. Itu bukan kebutuhan mendesak… Sungguh tak elok dan tak pantas dalam kondisi sekarang melakukan pengadaan mobil dinas. Alasannya mobil lama rusak. Memangnya Gubernur hanya punya satu mobil. Cek di garasinya. Tak masuk akal alasan yang dipakai,” ujar Nofrizon, anggota DPRD Sumbar. Sedangkan Andre Rosiade, anggota DPR RI yang juga Ketua DPD Partai Gerindra Sumbar menilai gubernur tak punya empati dan sense of crisis. Bahkan Andre memaparkan beberapa fasilitas buat masyarakat yang dulu ada, tapi sekarang tidak lagi diadakan oleh Gubernur Mahyeldi. Seperti adanya layanan PCR Swab gratis di bandara, dan pasokan anggaran yang cukup buat Labor Unand (Universitas Andalas) untuk pemeriksaan sampel Covid. Andre pun menyentil gubernur dan wakilnya, yang katanya tidak bisa melakukan penyekatan PPKM karena tidak ada anggaran, eh sekarang kok malah bisa beli mobil baru Sumber.

Pedas ya tanggapan dari kedua tokoh itu. Lebih pedas lagi hujatan yang dilontarkan oleh publik/netizen di medsos. PKS pun ikutan disentil, karena sebelumnya PKS meributkan Rp 2 miliar pengecatan pesawat kepresidenan menjadi merah putih. Loh kok sekarang gubernur dari PKS malah menghabiskan Rp 2 miliar buat beli mobil baru. Bahkan para netizen menantang petinggi PKS, Mardani Ali Sera untuk berkomentar Sumber. PKS pun terjungkal gara-gara polemik ini.

Jadi bagaimana cara PKS mengatasi kehebohan ini? Pertama, Mardani akhirnya bersuara. Menyebut rakyat sebagai prioritas bagi gubernur dan wakilnya itu. "Kedua, jika memang perlu ganti mobil gunakan untuk lebih optimal melayani rakyat. Ketiga, pastikan jaga kesederhanaan," ujar Mardani Sumber. Ngaruh gitu? Ya telat lah! Kan mobilnya sudah dibeli. Itu sih bisa-bisanya Mardani bermain kata-kata saja.

Kedua, entah idenya dari PKS atau dari ide pribadi Gubernur Mahyeldi, akhirnya gubernur menyerahkan mobil itu kepada Satgas Covid Sumbar, untuk membantu penanganan Covid. "Saya selaku kader PKS sejak menjadi anggota DPRD, Wakil Wali Kota, Wali Kota, atau Gubernur hari ini akan selalu terdepan dalam memberikan keteladanan, dan pelayanan kepada masyarakat," ujar Mahyeldi Sumber. Gubernur kemudian juga meminta maaf kepada publik dan elemen masyarakat Sumbar, “karena telah menimbulkan keresahan dan jadi pembicaraan publik” Sumber.

Ketiga, gayung bersambut, PKS pun beraksi. Ketua Majelis Syura PKS, Salim Segaf Al Jufri, yang kabarnya bakal jadi capres dari PKS, memberikan komentar di medsos yang memuji tindakan Gubernur Sumbar tersebut. “Apresiasi kepada Gubernur Sumatera Barat, bersikap responsif di era pandemi. Kesatria dan berani bertanggung-jawab. Semoga rakyat Sumbar semakin solid dan maju,” cuit Salim Segaf lewat akun Twitternya link twitter.

Hahaha… Ksatria dari Hong Kong? Habis ketahuan, lalu diributkan, baru serahkan mobil dan minta maaf? Kalau nggak ketahuan, kan nggak bakal ada tindakan itu. PKS pun terlihat gagap dan gagal total dalam membela gubernur usungannya itu.

Reaksi netizen ya sama dengan apa yang saya tulis itu. Menyebut bahwa permintaan maaf itu sekedar akal bulus saja. Bahkan ada yang menuduh bahwa walaupun sudah diserahkan ke Satgas Covid, toh nanti yang pakai ya Mahyeldi dan wakilnya juga hehehe… Apalagi pada bulan Mei lalu BPK menemukan penyimpangan anggaran penanganan Covid di Sumbar senilai Rp 12,47 miliar Sumber. PKS bukannya tertolong dengan tindakan gubernur Sumbar. Malah makin tercemar. Karma? Bisa jadi. Partai mana yang kadernya pakai istilah Al Quran, Juz dan Liqo untuk kode korupsi? 

PKS Gagap-Gagal Bela Gubernur Sumbar, Pamor Partai Tercemar!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/pks-gagap-gagal-bela-gubernur-sumbar-pamor-partai-lsBpr4dHX5

Interpelasi Formula E: PDIP/PSI Siap Tempur, Anies Takut Kena Gempur!

Formula E memang jadi andalan Anies buat pencitraan ambisinya di 2024. Oleh sebab itu kontraknya pun dibuat selama 5 tahun. Melebihi masa jabatan Anies sendiri, karena dimulai dari 2020. Tujuannya adalah untuk memelihara nama dan pamor Anies hingga 2024. Anies memimpikan kesuksesan Formula E mengangkat namanya, sebagai gubernur yang sanggup menggelar event internasional. Dengan demikian sudah sangat layak untuk diusung sebagai capres di 2024. Anies membayangkan selama 5 tahun itu ajang Formula E akan makin membuat dirinya mendapatkan dukungan publik. Makin riuh suara publik mengelu-elukan Anies dengan sebutan “gubernur rasa presiden”, atau “Gubernur Indonesia”, atau bahkan nanti sudah diberi gelar “Presiden Indonesia”, walaupun Pilpres belum digelar.

Sampai di sini, saya masih belum bisa memastikan, apakah Anies pintar atau memang buodoh. Menggelar ajang balap dengan modal triliunan memakai APBD, itu pintar atau buodoh? Atau berasa pintar tapi sebenarnya buodoh? Harusnya Anies mencari investor luar, untuk mendapatkan potensi pendapatan lebih banyak, dan tidak membebani APBD. Seperti halnya pembangunan Sirkuit MotoGP di Mandalika. Itu kan bisa dicontoh sama Anies. Urusan modal ini baru satu dari banyak blunder dari Formula E.

Sesudah dibatalkan karena pandemi, lalu harus pindah lokasi dari Monas, dan berbagai kegaduhan dari kritik berbagai pihak soal anggaran ratusan miliar yang nggak jelas juntrungannya. Anies malah bikin Instruksi Gubernur yang menegaskan agar Formula E harus digelar pada bulan Juni 2022. Hanya beberapa bulan sebelum jabatan Anies selesai. Kok kayak orang panik ya? Mungkin Anies memang sudah panik. Makin terdesak oleh waktu. Sementara modal nyapres dari segi prestasi masih minim.

Kembali ke Formula E, akhirnya DPRD DKI Jakarta jadi juga mengajukan hak interpelasi. It’s about time lah, sudah waktunya. Adalah Fraksi PDIP dan PSI yang bersama-sama akan mengajukannya. Hak interpelasi adalah hak bertanya untuk meminta keterangan Anies. Interpelasi bisa diajukan di rapat paripurna DPRD dengan syarat ada 2 fraksi dan minimal 15 anggota Dewan yang mengajukan kepada pimpinan DPRD DKI. Kemudian syarat disetujuinya pengajuan interpelasi adalah : rapat paripurna harus dihadiri oleh 50% +1 seluruh anggota Dewan, atau 54 anggota DPRD DKI Jakarta. Dari 54 orang itu, interpelasi harus disetujui oleh minimal 28 anggota Dewan dalam rapat paripurna. Sementara total jumlah anggota DPRD dari Fraksi PDIP dan PSI mencapai 34 orang Sumber.

Artinya, cukup fraksi PDIP dan PSI saja sudah bisa untuk menggolkan interpelasi. Nah, posisi saat ini menunjukkan bahwa syarat pengajuan interpelasi ke rapat paripurna sudah dipenuhi. Karena sudah ada 15 anggota DPRD dari 2 fraksi yang sepakat mengajukannya Sumber. Tinggal persetujuan di sidang paripurna. Boleh dibilang, tinggal selangkah lagi.

Fraksi PDIP dan PSI pun siap dengan berbagai “amunisi”. Antara lain, menurut PSI ada aspek penyalahgunaan kewenangan Gubernur, yang telah mengikatkan bebab APBD melampaui masa jabatannya, mengingat kontrak Formula E ini ditandatangani untuk 5 tahun penyelenggaraan Sumber. Sedangkan Ima Mahdiah dari Fraksi PDIP, menyebut soal temuan BPK atas adanya potensi kerugian penyelenggaraan Formula E sebesar Rp 106 miliar. Ima juga menyoroti studi kelayakan yang dibuat oleh PT Jakpro, yang bisa dibilang manipulatif. Karena studi kelayakan itu tidak memasukkan komponen commitment fee sebagai biaya pengeluaran Sumber.

Selain itu, PSI juga menyoroti beban fiskal yang dipikul DKI Jakarta untuk masa 5 tahun kontrak Formula E. Dari hasil pemeriksaan BPK, Anggara Wicitra Sastroamidjojo dari Fraksi PSI menyebutkan bahwa selama ini Pemprov DKI menutupi adanya beban commitment fee dan bank garansi dengan peningkatan biaya 10 persen setiap tahunnya. Sehingga jika diperhitungkan totalnya selama 5 tahun, beban fiskal yang ditanggung oleh Pemprov DKI mencapai Rp 4,8 triliun hingga Rp 5 triliun Sumber.

Dengan “amunisi” segudang, wajar saja pihak Anies terlihat ketakutan jika interpelasi jadi digelar. Wakil Gubernur Ahmad Riza Patria pun berucap di depan awak media berharap interpelasi tidak perlu diadakan. "Sebelum sampai interpelasi, mudah-mudahan tidak perlu sampai interpelasi, kita bisa dialog, bisa diskusi, semua silahkan ditanyakan secara terbuka, secara transparan," kata Riza Sumber. Ajakan dialog ini langsung dipatahkan oleh Gilbert Simanjuntak, anggota DPRD dari fraksi PDIP. “Semua pendapat dan saran kita sejak 2019 tidak ditanggapi. Kalau mau dialog, seharusnya dari awal,” kata Gilbert Sumber. Makjleb!

Anies sendiri bungkam ketika ditanya oleh awak media Sumber. Padahal kalau Anies merasa benar, mengapa berharap tidak jadi interpelasi? Hadapi saja. Kan kalau ditanya ya tinggal dijawab saja. Sikap Anies dan Wagub Riza seakan mengisyaratkan bahwa memang ada yang salah dengan Formula E. Sehingga rencana interpelasi ini pun sudah bikin Anies panas dingin. Amunisi-nya saja berdasarkan temuan BPK. Pantesan Anies takut. Belum lagi kalau Anies tidak bisa menjawab ketika dicecar. Malu dong. Predikat gubernur rasa presiden bakal luntur. Citra tergempur. Masa depan perlahan kabur.

Interpelasi Formula E: PDIP/PSI Siap Tempur, Anies Takut Kena Gempur!

Sumber Utama : https://seword.com/politik/interpelasi-formula-e-pdippsi-siap-tempur-anies-w3OZ4SZwx0

Re-post by MigoBerita / Sabtu/21082021/11.28Wita/Bjm

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya