» » » » Sekali lagi Tentang Afghanistan & Taliban yang dianggap "MENANG"

Sekali lagi Tentang Afghanistan & Taliban yang dianggap "MENANG"

Penulis By on Rabu, 01 September 2021 | No comments

 Taliban: Pemerintahan Baru Afghanistan Segera Diumumkan

Migo Berita - Banjarmasin - Sekali lagi Tentang Afghanistan & Taliban yang dianggap "MENANG". Agar memuaskan para pembaca artikel tentang Afghanistan dan Taliban khususnya ada baiknya terus membaca berbagai artikel yang telah kita kumpulkan hingga tuntas, agar tidak gagal paham.

Afghanistan: Mungkinkah Berdamai dengan Taliban?

FIXINDONESIA.COM Kondisi di Afghanistan semakin genting pasca penarikan tentara Amerika Serikat. Utusan Khusus Sekjen PBB untuk Afghanistan, Deborah Lyons, melaporkan bahwa situasi keamanan memburuk dan telah terjadi kondisi darurat kemanusiaan. Menurut Lyons, “Afghanistan sekarang berada pada titik balik yang berbahaya. Ada dua kemungkinan di depan, negosiasi perdamaian yang sejati atau justru krisis yang tragis” (UNAMA, 2021).

Konflik dan kekerasan terutama terjadi karena Taliban mulai bergerak dari kota ke kota untuk mengambil alih kekuasaan dari tangan pemerintahan Afghanistan. Media massa memberitakan bahwa upaya pengambil alihan kekuasaan itu dilakukan dengan kekerasan sehingga selain menjatuhkan banyak korban jiwa, juga memicu pengungsian besar-besaran warga dari berbagai kota ke arah Kabul.

Laporan dari Misi Bantuan PBB di Afghanistan (UNAMA) menyebutkan, dalam periode 1 Januari- 31 Juni, sebanyak 1.659 warga sipil tewas dan 3.524 lainnya terluka. Sebanyak 38% dari jumlah korban adalah akibat dari penggunaan bahan peledak IED oleh Taliban. Sebanyak 8% korban akibat serangan udara yang dilakukan militer Afghanistan (yang dilakukan untuk melawan Taliban). Korban lainnya adalah akibat pertempuran (saling-serang secara langsung) atau pembunuhan terencana yang hampir semuanya dilakukan Taliban.

Perkembangan ini sangat kontras dengan optimisme yang disampaikan banyak pihak setelah ditandatanganinya Perjanjian AS-Taliban di Doha pada Februari 2020. Indonesia termasuk negara yang hadir menyaksikan penandatanganan perjanjian damai tersebut. Menlu Retno mengatakan bahwa kesepakatan damai ini adalah langkah pertama dalam proses perdamaian di Afghanistan dan merupakan “perkembangan yang sangat menggembirakan yang telah kita tunggu-tunggu untuk waktu yang lama” (Jakarta Post, 2020). Salah satu butir dalam perjanjian itu adalah Taliban bersedia untuk melakukan negosiasi damai dengan pemerintah Afghanistan.

Perjanjian damai AS-Taliban adalah hasil dari proses panjang bergesernya pendekatan militeristik yang dilakukan AS ke arah resolusi konflik yang mengakomodasi semua pihak yang terlibat. Pada tahun 2001, AS menginvasi Afghanistan dengan alasan untuk mencari Osama bin Laden (tertuduh pelaku pengeboman 911) dan menggulingkan rezim Taliban yang memberikan perlindungan kepada Bin Laden.

Dalam waktu singkat Taliban terguling dan AS menginisiasi Konperensi Bonn untuk merundingkan pemerintahan transisi. Taliban sama sekali tidak dilibatkan dalam konperensi ini dan terus dikejar oleh militer AS dalam operasi ‘perang melawan terorisme’. Warga sipil pun terjebak di tengah konflik akibat serangan udara dari militer AS dan NATO, maupun serangan oleh Taliban. Selama 20 tahun (2001-2021) pendudukan AS di Afghanistan, korban sipil mencapai sekitar 100.000 jiwa.

Selama 10 tahun pertama invasi AS dan NATO di Afghanistan, pendekatan yang dilakukan AS adalah militeristik. Mereka terus mendatangkan tambahan pasukan ke Afghanistan dan terus melakukan serangan, namun Taliban tetap tidak bisa dikalahkan. Bahkan pada  tahun 2008, seiring dengan peningkatan tentara asing hingga mencapai 70.000 orang, justru menjadi tahun yang paling mematikan bagi AS dan NATO. Kondisi ini mendorong munculnya suara-suara desakan dari akademisi, politisi, dan pengamat agar AS berunding dengan Taliban.

Secara teori, resolusi konflik memang membutuhkan pelibatan semua pihak. Misalnya, menurut William Zartman, kunci untuk mencapai resolusi konflik adalah “memberikan pengakuan dasar terhadap legitimasi kelompok pemberontak, …tidak berarti bahwa mereka diasumsikan sebagai pihak yang benar; ini hanya cara memandang bahwa mereka punya tuntutan yang sah, meski mereka tidak menggunakan cara-cara yang sah untuk mencapai tuntutan itu” (Waldman & Ruttig, 2011).

Akhirnya, mulai Juni 2011, AS secara terbuka menyatakan akan melibatkan Taliban dalam upaya mencapai rekonsiliasi. Meskipun, di saat yang sama, AS terus melakukan penyerangan ke berbagai kawasan di Afghanistan dengan alasan mengejar teroris.

Upaya mendekati Taliban juga dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Pada tahun 2017, Presiden Afghanistan, Ashraf Ghani, datang ke Jakarta dan meminta kepada Presiden Jokowi agar Indonesia berperan aktif dalam proses perdamaian Afghanistan. Indonesia pun menyambut baik permintaan ini.  Peran Indonesia dalam upaya perdamaian ini difokuskan pada pelibatan ulama dan pemberdayaan perempuan di Afghanistan.

Pada tahun 2018, Indonesia mengadakan pertemuan ulama Afghanistan, Indonesia, Pakistan untuk membahas perdamaian di Afghanistan. Lalu, pada Juli 2019, delegasi Taliban datang ke Indonesia dan melakukan pertemuan tertutup dengan sejumlah pihak, di antaranya Wakil Presiden Jusuf Kalla, Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU), dan Majelis Ulama Indonesia (MUI). Kunjungan ini sempat memunculkan keresahan publik, bagaimana mungkin sebuah milisi bersenjata yang selama ini diidentikkan dengan aksi-aksi kekerasan atas nama agama, disambut secara resmi di Indonesia?

Memang disayangkan bahwa pemerintah tidak cukup memberikan penjelasan mengenai alasan pertemuan itu. Namun, bila kembali merunut bagaimana AS telah mengubah posisinya, yaitu mau melibatkan Taliban dalam negosiasi, kita bisa menduga bahwa ini adalah bagian dari implementasi teori resolusi konflik mengenai pentingnya melibatkan semua pihak yang berseteru. Beberapa pengamat awalnya memandang optimis kunjungan Taliban ke Jakarta; antara lain, kunjungan ini diharapkan bisa menginspirasi Taliban agar tidak lagi melakukan kekerasan atas nama agama.

Namun demikian, perkembangan terbaru di Afghanistan menunjukkan bahwa segala optimisme mengenai perubahan sikap Taliban masih jauh panggang dari api. Kekerasan yang terjadi selama beberapa bulan terakhir menunjukkan bahwa masih sangat panjang proses yang harus dilalui untuk menciptakan perdamaian di Afghanistan. Pertanyaan mengenai kemungkinan berdamai dengan Taliban masih terus menggantung dan belum bisa terjawab. ***

Dina Yulianti (Dosen Prodi Hubungan Internasional Unpad)

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/08/13/afghanistan-mungkinkah-berdamai-dengan-taliban/#more-7425

Pengamat Timur Tengah: Ini Penyebab Taliban Berkuasa Tanpa Perlawanan

FIXINDONESIA.COM Pengamat Timur Tengah yang juga Dosen Prodi Hubungan Internasional Universitas Padjadjaran Dina Yulianti menyebutkan, jika melihat pemberitaan baik di media nasional dan internasional, proses pengambil alihan kota demi kota di Afghanistan berjalan cepat dan nyaris tidak ada perlawanan. Bahkan ibu kota pun (Kabul) jatuh ke tangan Taliban nyaris tanpa perlawanan. 

“Presiden Afghanistan pergi begitu saja, padahal sudah berjanji akan terus berjuang melawan Taliban. Ada dua kemungkinan, pertama Taliban punya kekuatan yang besar. Namun, ini kontradiktif dengan informasi bahwa jumlah pasukan Taliban cuma enam puluh ribuan. Sementara pasukan Afghanistan yang dipersenjatai dan dilatih AS selama ini mencapai tiga ratus ribuan,” kata Dina kepada FIXINDONESIA.COM, Selasa 17 Agustus 2021. 

Menurutnya, kemungkinan kedua, Taliban mendapatkan dukungan dari sebagian warga Afghanistan sehingga mereka begitu saja menyerahkan kendali kota kepada Taliban.

Pasalnya, untuk sebagian warga sipil, opsi mereka ada dua, pertama, AS tetap ada di Afghanistan dan setiap saat mereka terancam oleh bom-bom yang dijatuhkan AS dan menyebabkan kematian anggota keluarga mereka.  Atau kedua, menerima kekuasaan Taliban, tanpa kehadiran AS.

“Saya lebih melihat fenomena ini sebagai bukti kegagalan proyek perang AS. Sudah 20 tahun AS menduduki Afghanistan dengan alasan akan membantu bangsa Afghanistan untuk memiliki pemerintahan dan militer yang kuat dan demokratis. Namun yang terjadi adalah AS terus-menerus melakukan pembunuhan kepada warga sipil dengan alasan mengejar teroris,” jelasnya.

Amerika Serikat mengaku sudah mengeluarkan dana 2,4 Triliun USD, lanjut Dina, tapi yang menikmati adalah military industrial complex.

Banyak pebisnis perang yang menjadi kaya raya dari proyek Afghanistan sementara rakyat Afghanistan tetap miskin dan menderita. Rakyat Afghanistan menjadi korban di tengah-tengah perang berkepanjangan antara AS & NATO versus Taliban

“Jangan pula dilupakan bahwa AS-lah (bersama Arab Saudi dan intel Pakistan) yang dulu membentuk milisi “Mujahidin” pada era Perang Dingin, demi melawan Uni Soviet. Selain mensuplai dana dan senjata, AS bahkan mencetak buku-buku bermuatan ekstrem dan indoktrinasi kekerasan untuk diajarkan kepada anak-anak sekolah Afghanistan. Hasil “didikan” AS era Perang Dingin itulah yang kini menjadi Taliban,” pungkasnya.***

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/08/18/pengamat-timur-tengah-ini-penyebab-taliban-berkuasa-tanpa-perlawanan/#more-7430

Apa yang akan Terjadi di Afghanistan Usai Dikuasai Taliban? Begini Analisa Pengamat Timur Tengah

FIXINDONESIA.COM –  Taliban telah menduduki istana kepresidenan Afghanistan. Begitu pun dengan presiden Afganistan Ashraf Ghani memilih meninggalkan negara itu untuk menghindari pertempuran. 

Juru bicara Taliban sudah berjanji tidak akan menyerang warga sipil dan ingin menjalin hubungan yang damai dengan dunia internasional. 

Taliban juga berjanji akan menegosiasikan bentuk pemerintahan mendatang. Dalam jumpa pers pertama mereka terbaru 17 Agustus 2021, juru bicara Taliban mengatakan bahwa pihaknya tidak akan melakukan balas dendam. Bahkan pihak Taliban juga mengatakan bahwa kaum perempuan akan diberi kesempatan untuk beraktivitas, bekerja di berbagai bidang,  dan mendapatkan pendidikan.

Pengamat Timur Tengah, Dina Yulianti mengatakan, dalam tiga hari terakhir, berbagai informasi bermunculan mengenai kondisi di Afghanistan. Selain kondisi chaos di airport Kabul, di media sosial juga beredar video kunjungan pejabat Taliban ke rumah sakit. 

“Mereka meminta para dokter dan perawat perempuan agar tetap bekerja. Sekolah sudah kembali dibuka dan anak-anak perempuan tidak dihalangi untuk sekolah,” jelas Dina kepada FIXINDONESIA.COM, Rabu 18 Agustus 2021. 

Dikatakan Dina, media terkemuka Afghanistan, Tolo News, yang berbasis di Kabul, menyiarkan wawancara seorang host perempuan dengan pejabat Taliban. Host perempuan tersebut hanya mengenakan kerudung biasa sehingga rambut dan lehernya masih terlihat. 

Lebih lanjut Dina menjelaskan, reporter perempuan Al Jazeera yang juga mengenakan model kerudung seperti itu, meliput suasana Kabul dan mengatakan tidak mengalami gangguan dari Taliban

“Perkembangan ini tentu menarik, karena sangat kontras dengan citra Taliban selama ini. Namun perlu diingat juga bahwa ini baru tiga hari (sejak Minggu),” tambahnya. 

Terlalu cepat untuk memastikan segala sesuatunya, lanjut Dina, waktu yang akan membuktikan, apakah Taliban memenuhi janji-janji mereka.  

“Dunia akan menunggu, apakah Taliban sekarang adalah versi baru, alias Taliban 2.0; atau masih sama seperti dulu pada periode 1996 sampai 2001, ketika mereka menerapkan gaya pemerintahan yang sangat ekstrim,” pungkas wanita yang juga merupakan Dosen di Universitas Padjadjaran itu.***

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/08/18/apa-yang-akan-terjadi-di-afghanistan-usai-dikuasai-taliban-begini-analisa-pengamat-timur-tengah/#more-7435

Cara Menjadi Pengamat Timteng Yang “Bener”

https://web.facebook.com/DinaY.Sulaeman/videos/547067159959637

Menjadi pengamat Timteng yang “bener” (yang didasarkan pada riset, membaca, dan mendengar sebanyak-banyaknya, baik info yang ada di media, maupun saluran-saluran lain) tidak mudah. Lebih mudah memang baca sedikit, lalu asal komentar.

Berusaha menjadi pengamat yang “bener” pun sering disalahpahami.

Misalnya, kalau menulis soal kejahatan AS di Afghanistan dan setuju penarikan mundur tentara AS, komentator pro AS akan bilang “oh, jadi lo pro Taliban?”

Di saat yang sama, saat mengkritisi kejahatan pada “jihadis” di Suriah dan kelakuan para pengepul donasi Suriah, dengan cepat berbagai tuduhan keji dilemparkan  oleh fans mereka.

Karena kajian Timteng itu penting (karena ada dampaknya pada kehidupan di Indonesia), saya ingin kasih “nasehat” kepada semua pihak yang berminat pada isu-isu Timur Tengah: silakan cek di video ini lihat betapa kompleks situasinya.

Part 1: Seorang pengepul donasi untuk Suriah, karena marah saya membongkar perilaku mereka [yang pro-jihadis/teroris Suriah] di Podcast Deddy Corbuzier, dia mengatakan bahwa “biasa aja kalau orang mendukung salah satu pihak dalam konflik.. …dan mengaku, “kita cenderung pada Taliban..”

Part 2: Dia mendoakan saya dan orang-orang yang dia tuduh sebagai “rafidhah lainnya” cepat mati, menyusul alm. Ust. Jalaluddin Rakhmat (penganut Syiah). [betapa takfirinya si pendukung Taliban ini!]

Part 3: Eh ternyata, di Afghanistan, Taliban berbaik-baik pada kaum Syiah.

Part 4: Saya menduga, para fans Taliban [yang takfiri] di Indonesia akan menjawab, “oh, itu sih bagian dari poliitk, sebenarnya di hati mereka tidak demikian”. Itulah yang dikatakan si pro-Taliban pengepul dana Suriah ini, ketika mengomentari soal Erdogan yang hadir dalam majelis Asyura di Turki.

Artinya:

A. para fans Taliban [yang takfiri, mungkin saja ada yang tidak] di Indonesia mendukung kemunafikan

B. mereka yang takfiri ini, mereka mendukung PEMBUNUHAN pada umat Syiah.

Part 5: Hillary Clinton (saat jadi Menlu AS) mengakui bahwa AS-lah yang dulu mendirikan dan mendanai Mujahidin dan Taliban.

Ini adalah pesan untuk dua pihak:

A. para fanatik AS… woy, yang bikin para “teroris” itu negeri junjungan kalian lho!

B. para fanatik Taliban…hey, kamu tidak sadar sedang dimanfaatkan oleh AS selama ini, mulai dari era Perang Afghanistan sampai perang Suriah? Apa kini kalian masih mau dipake oleh “mereka” untuk mengacau NKRI??

Part 6: Kejahatan tentara AS di Afghanistan. Kalian pikir rakyat Afghanistan senang diperlakukan seperti itu 20 tahun? Bisa saja mereka tidak pro-Taliban, tapi mereka menderita di bawah pendudukan AS, sehingga memutuskan membantu Taliban melawan AS. Penderitaan mereka riil, data-data validnya sangat banyak tersedia.

**

KESIMPULAN UMUM: menganalisis Timur Tengah tidak bisa dilakukan kalau Anda takfiri (sehingga lebih Taliban daripada Taliban; lebih Erdogan daripada Erdogan); atau fanatik buta pada Amerika Serikat/Zionis; atau bahkan fanatik buta pada China/Iran (lebih China daripada China/ lebih Iran daripada Iran).

Yang terbaik itu adalah yang sedang-sedang saja. Fokusnya tetap: mempelajari Timur Tengah tujuannya adalah agar kita bijak dalam menyikapi kondisi di dalam negeri.

#SayaNKRI

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/08/27/cara-menjadi-pengamat-timteng-yang-bener/#more-7442

Pengamat Unpad: Bapak Presiden, Jangan Dukung Taliban, Pemerintahan De Facto Belum Terbentuk

Situasi politik Afghanistan telah menyedot perhatian dunia internasional. Dorongan agar pemerintah Indonesia mengakui kekuasaan kelompok Taliban juga datang dari berbagai tokoh di Indonesia, salah satunya dari tokoh Partai Keadilan Sejahtera, hidayat Nurwahid dalam diskusi virtual bertajuk “Masa Depan Afghanistan dan Peran Diplomasi Perdamaian Indonesia” yang diselenggarakan Center for Reform.

Namun pengamat Hubungan Internasional dari Universitas Padjadjaran, Dina Yulianti berpendapat lain. Menurutnya, pemerintah Indonesia belum bisa memberikan dukungan kepada kelompok Taliban

“Pemerintah  Indonesia tentu saja belum bisa memberikan dukungan apapun karena pemerintahan Afghanistan yang resmi belum terbentuk. Secara de facto memang Taliban menguasai sebagian besar wilayah negara tersebut akan tetapi mereka sudah menyatakan bahwa pemerintahan baru akan diumumkan setelah Amerika Serikat seluruhnya angkat kaki dari Afghanistan,” ujarnya.

Dina juga menambahkan, jadwal batas akhir penarikan mundur tentara AS adalah 31 Agustus. Sementara ini, Taliban sedang bernegosiasi dengan berbagai faksi untuk mengajak mereka bergabung dalam pemerintahan baru. Kalau sudah resmi, barulah Indonesia bisa mengambil sikap.

“Publik banyak yang tidak tahu bahwa status resmi Taliban di PBB bukan organisasi teroris, meski ada beberapa pimpinan mereka yang disanksi PBB. Taliban dan Al Qaeda adalah dua organisasi berbeda. Karena itulah AS bisa bernegosiasi secara resmi dengan Taliban,” kata Dina.

“Perwakilan Taliban juga berkali-kali pernah datang secara resmi ke Indonesia. Indonesia selama ini berperan dalam mediasi di antara berbagai faksi di Afghanistan dengan pendekatan agama, yang difasilitasi oleh Nahdlatul Ulama,”pungkasnya.***


Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/08/31/pengamat-unpad-bapak-presiden-jangan-dukung-taliban-pemerintahan-de-facto-belum-terbentuk/#more-7449

Absurd

(1) Kata teman saya, banyak fans Erdogan yang happy banget atas kemenangan Taliban. Saya juga lihat di twitter, akun yang berafiliasi dengan partai you know whatlah itu, yang di saat yang sama, kita juga tahu mereka ini pingin “pinjam” Erdogan buat jadi presiden di Indonesia, juga aktif men-debunk propaganda palsu soal Taliban.

Memang betul sih, banyak info hoax beredar, misalnya, video pembantaian ISIS atau Al Nusra, dibilang Taliban. Menurut laporan PBB, Taliban memang melakukan berbagai aksi kekerasan (di antaranya, pembantaian massal di Mazhar-i Sharif 1998), tapi pakai foto palsu ya tetap salah.

Nah, kepada fans Taliban-yang-juga-fans-Erdogan ini [karena, mungkin aja ada fans Taliban yang bukan fans Erdogan], saya mau kasih info sedikit, tentara Turki tuh hadir di Afghanistan lho, menjadi bagian dari pasukan NATO. Dan NATO ini posisinya adalah MEMBANTU Amerika melawan Taliban dan Al Qaida.

Di foto (kiri), terlihat tentara Turki berada di DALAM airport Kabul, mengurusi seorang bayi yang dibawa ortunya yang mau lari keluar negeri, lari dari Taliban.

Semoga bisa paham ya, dimana keabsurdan posisi kalian? (Kalau ga paham coba belajar sama yang paham, saya lagi males nulis panjang.)

(2) Para fans-Erdogan-yang-ternyata-fans-Taliban, biasanya juga anti-China, ya kan? Siapa coba, yang sering sebar isu negatif soal China (Jokowi antek China, misalnya)? Wis, ngaku ae lah. Apa kalian sudah tahu bahwa perwakilan Taliban pernah datang ke China untuk membahas kerja sama? Karena Taliban tahu, kalau mereka berkuasa, mereka butuh investasi dan dukungan tetangga terdekat mereka, yaitu China. Apa kalian mau ngatain Taliban antek China?

Lalu, siapa yang paling rajin teriak-teriak bahwa China menindas Muslim (Uighur)? Di Indonesia, ya kalian tho? Kalau di dunia, ya Amerika Serikat. Nah, apakah kalian tahu bahwa AS minta China untuk ikut menampung pengungsi Afghan?

Yang kritis pasti mikir begini: lho, AS selama ini menyebut China melakukan kekerasan kepada kaum Muslim (Uighur), kok sekarang malah minta China menampung pengungsi Afghan yang mayoritasnya juga Muslim? Apa AS tidak kuatir kalau mereka dibantai sama orang China?

Semoga bisa paham ya, absurdnya dimana. Kalau belum paham, silakan nanya pada para komentator di sini 😃

Referensi:

– AS meminta China ngurusin pengungsi Afghan: https://www.dawn.com/news/1641746

– Taliban berkunjung ke China: https://www.fmprc.gov.cn/mfa_eng/zxxx_662805/t1895950.shtml

-Resolusi PBB A/RES/53/165 yang sangat mengutuk (strongly condemn) pembantaian massal yang dilakukan Taliban https://digitallibrary.un.org/record/265902?ln=en

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/08/31/absurd/#more-7454

Jurnalis Perang Perempuan

Saya sering salut pada jurnalis perang perempuan. Dulu, saya pernah ingin seperti mereka, terjun langsung ke medan-medan perang. Tapi jalan hidup saya sesuatu yang lain lagi.

Tentu saja, tidak semua jurnalis perang layak dipuji karena ada juga yang memberitakan propaganda bahkan hoaks (yang mengikuti Perang Suriah pasti tahu) karena mereka bekerja di media mainstream. Media mainstream sudah terbukti berkali-kali menjadi corong kepentingan pemodal yang menginginkan perang.

Dalam Perang Suriah, Aljazeera termasuk media mainstream yang menyebarkan propaganda anti pemerintah Suriah (dan berpihak kepada pemberontak/jihadis). Bahkan, beberapa kali kedapatan memberitakan info palsu. Yang sudah 10 tahun bersama saya mengikuti Perang Suriah, pasti tahu. Info-info palsu media mainstream soal Suriah berkali-kali didebunk oleh saya (dan oleh teman-teman lain).

[Semoga mereka yang sekarang sibuk men-debunk /menyanggah hoaks soal Taliban bisa ingat bahwa mereka dulu produsen hoaks soal Suriah.]

Untuk Perang Suriah, jurnalis perang perempuan yang paling gigih memberikan pengimbangan informasi dan mengkonter informasi bohong, adalah Vanessa Beeley dan Eva Bartlett. Mereka berdua ini jurnalis independen, tidak bekerja pada perusahaan media mainstream.

Ada lagi yang lain, namanya Serena Shim, bekerja untuk Press TV. Tahun 2014, Shim melaporkan tentang pasukan ISIS yang masuk ke Suriah lewat perbatasan Turki, menyamar dalam truk yang membawa logo sebuah LSM dan World Food Programme. Serena sempat mengatakan kepada bosnya, bahwa dia diancam oleh intelijen Turki dan dituduh melakukan spionase. Dua hari kemudian, dia tiba-tiba tewas dalam kecelakaan mobil yang mencurigakan dan hingga kini kasusnya belum terungkap.

Untuk konflik di Afghanistan, ada satu jurnalis perempuan yang saya ikuti. Bahkan story IG-nya pun saya kepoin, @charlottebellis. Tentu saja, saya tetap skeptis, karena dia bekerja untuk Aljazeera.

Media ini, berbasis di Qatar. Taliban sejak 2013 punya kantor di Doha, Qatar. Dan Qatarlah yang selama ini memfasilitasi berbagai perundingan antara AS dengan Taliban, dan antara pemerintah Afghan dengan Taliban. Jadi ini “Qatar connection” ya kan? Agak-agak mencurigakan. Kita tunggu saja. Skeptis itu sah-sah saja.

Tapi, saya tetap salut pada sang jurnalis perempuan. Biar bagaimana pun, ketika semua orang asing buru-buru kabur keluar Afghan, dia tetap tinggal, dan dengan kalem melakukan reportase dari pinggir jalanan Kabul, itu SESUATU banget. Coba lihat mulai 00:20 dia sampai dua kali refleks mengangkat bahunya karena kaget mendengar bunyi tembakan, tapi tetap kalem menyampaikan laporannya.

Dia juga -sejauh ini, entah besok lusa ya – terlihat melaporkan apa adanya, tidak bombastis dan tidak kasih opini tendensius.

[Ada yang ingat, jurnalis perempuan CNN yang mengaku melaporkan kejadian pasca “serangan senjata kimia” di Suriah; dia malah mencium sebuah benda di kawasan itu lalu berkata “ugh, bau sekali!” Duh mbaaak… kita penonton tuh ga bego-bego amat kalik. Kalau benar di situ ada serangan senjata kimia, elo ga akan nekad mengendus-endus apapun di kawasan itu! Bahkan kamu seharusnya pake baju ala astronot gitu.]

Tidak semua yang didapatkan Bellis di lapangan muncul di layar Aljazeera. Misal, di IG story-nya, dia tampilkan video wawancara dengan lelaki Afghan di tepi jalan. Si Afghan ini bilang, dia ingin ikut dievakuasi ke luar negeri karena dulu pernah jadi tentara Afghan. Selain itu, “saya juga udah capek diomelin terus sama istrii.” Nah kalimat yang terakhir ini tidak muncul di layar Aljazeera 😃😃

Kemarin Bellis menyediakan diri untuk QnA di IG-nya. Ada request untuk menyiarkan kondisi langsung dari dalam airport. Bellis menjawab, “Kalau kami masuk ke airport, nanti pasukan AS memaksa kami dievakuasi, jadi kami tidak bisa lagi melaporkan berita.” Bellis bertahan di Kabul, bersama beberapa wartawan asing lainnya; ada juga yang perempuan. (lihat di 00:52).

Ada pertanyaan “mengapa jurnalis kok selalu keliatan kalem?” Dia menjawab dengan menunjukkan rekaman ‘behind the scene’, terlihat ekspresi wajahnya tertekan. Ya, meski terlihat tenang di depan kamera, pastilah hati kecil tidak tenang berada di kawasan yang setiap saat bisa saja ada bom meledak. (lihat di 01:02).

Yah, pokoknya, saya sampai hari ini salut deh pada Bellis. Entah besok atau lusa ya. Semoga mbak Bellis selamat selalu di sana dan selalu konsisten memberitakan kondisi di Afghanistan apa adanya.

**

Semoga semua jurnalis perang di manapun selalu memberitakan kondisi dengan penuh kejujuran. Karena, apa yang mereka beritakan dampaknya sangat luas. Ingat perang Suriah, pemberitaan media punya andil besar dalam ketertipuan banyak orang sehingga mau bergabung dengan ISIS dan milisi “jihad” lainnya.

Semoga mereka selalu terlindungi. Sejak 2001 hingga 2021, ada 27 wartawan perang (dari berbagai negara) yang gugur di Afghanistan.

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/08/31/jurnalis-perang-perempuan/#more-7460

ANTARA TALIBAN, CHINA DAN IRAN

Bahkan bukan saja dengan China, Taliban juga mulai berkawan dengan Iran. Padahal Iran itu negara Syiah, sedangkan Taliban itu Sunni garis keras. Mereka dulu musuh bebuyutan. Bahkan tahun 1998, Iran hampir saja memerintahkan serangan militer ke Afghanistan - yang dulu dipimpin Taliban - karena serangan yang menewaskan 11 orang diplomat Iran di Afghanistan utara.

Lalu jika dengan Iran yang Syiah saja Taliban mau mendekat, kenapa tidak dengan China ? China tidak punya sejarah konflik apapun dengan Taliban. Apalagi China itu urusannya bisnis, bukan ideologi. Mau Taliban bikin negara Islam kek, mau bikin kerajaan kek, gak penting buat China. Yang penting, cuan nggak ? Itu aja.

Apa yang menyebabkan terjadi perkawanan antara Taliban dengan China dan juga Iran ?

Jawabannya cuma satu. Amerika. Ya, Amerika adalah musuh bersama China, Iran dan juga Taliban.

Buat China, yang sedang melebarkan sayapnya, Amerika adalah musuh besarnya. China ingin menggantikan Amerika sebagai negara superpower. China ingin mata uangnya Renmimbi menggantikan dollar sebagai mata uang internasional. China ingin proyek utamanya jalur jalan raya dan kereta api antara China dan Pakistan, berjalan mulus. Karena itu, Amerika harus ditendang dari Afghanistan. Yang terbaik supaya itu bisa terwujud, ya bekerjasama dgn Taliban.

Sedangkan buat Iran, adalah masalah keamanan. Iran berbatasan dgn Afghanistan. Pangkalan militer Amerika di Afghanistan sangat mengganggu Iran, karena rencananya akan dipakai oleh Amerika sebagai bagian dr titik militer ketika nanti hendak menyerang Iran. Iran dan Amerika sudah sejak tahun 1981 bermusuhan. Sejak Syah Reza Pahlevi ditendang oleh Ayatullah Khomeini, dan Amerika hengkang dari Iran.

Taliban juga musuhan ma Amerika, padahal dulunya berkawan. Taliban dibentuk tahun 1994 dengan bantuan Amerika - lewat Saudi - untuk merebut Afghanistan. Eh tahun 2001, perkawanan mereka pecah karena Amerika mengusir Taliban dr Afghanistan. Alasan Amerika sederhana, Taliban menyembunyikan Osama bin Laden.

Jadi China, Iran dan Taliban punya musuh bersama, yaitu Amerika. Maka mereka bersatu mengusir Amerika dari Afghanistan lewat tangan Taliban.

Apakah sesudah Amerika pergi, China, Iran dan Taliban akan tetap berkawan ? Bisa iya, bisa tidak. Selama ketiganya tetap bisa menghormati, tidak saling mengancam, saling menguntungkan, maka perdamaian di daerah itu bisa terwujud. China juga butuh supaya Taliban tidak ekstrim seperti dulu. Karena China ingin investasinya aman. Selama Taliban butuh duit China, maka bisa jadi mereka akan berubah tidak sekejam dan sekeras dulu.

Jadi apa dong nama perkawanan mereka bertiga ini ? Jawabnya gampang. Enemy of my enemy is my friend. Atau musuh dari musuhku adalah temanku.

Sesederhana itu. Seperti sederhananya menyeruput kopi dgn ditemani sebatang rokok sebagai pengantar tidur..

Yang bingung itu kadrun. Mereka mendukung Taliban, tapi kok Taliban berkawan dengan China komunis ? Mereka cinta Taliban, tapi kok Taliban berteman dgn Syiah sesat ? Jadi gimana ini ?? Akhirnya pada garuk2 jenggotnya yang dibuat gelantungan para bidadari..

Mereka sama sekali gak paham bagaimana peta politik luar negeri.

Delegasi Taliban Kunjungi China 

Delegasi Taliban Kunjungi China

Sumber Utama : https://www.dennysiregar.id/2021/08/antara-taliban-china-dan-iran.html

Langkah Catur Jokowi

Lama banget saya gak nulis tentang langkah catur Pakdhe Jokowi. Sejak lama, sejak 2014, saya mengikuti apa yang dia lakukan. Saya kagum dengan dia, bukan karena sosoknya, tapi karena dia berani dan brilian memainkan langkah-langkahnya. Ahok itu juga berani, tapi masih kurang brilian sehingga dia jatuh dari kursinya.

Seperti main layang-layang, Jokowi main tarik ulur tarik ulur sampe banyak org gemas, "Kok kurang tegas sih?". Padahal itulah yang membuatnya memenangkan pertarungan. Kadang mundur selangkah, maju 3 langkah. Kalau tarik terus, entar putus benangnya.

Seperti kasus BLBI ini. Hutang yang belum dibayar oleh para penghutang itu 111 trilyun rupiah. Banyak banget. Para penghutang itu kaya-kaya dan beberapa dari mereka berkuasa. Kalau disentuh dikit aja, mereka ngamuk trus tebarkan duitnya untuk goyang pemerintahan lewat demo-demo besar. Kejadian demo 212 tahun 2017 jadi pelajaran. Itu situasi paling berbahaya, tapi juga menguntungkan.

Lho kok menguntungkan? Iya dong. Akhirnya Jokowi tahu, darimana harus memulai. Langkah pertama, hajar anjing-anjing penjaganya.

Dan kita jadi saksi mata ganasnya Jokowi kalau menghajar. Bukan main pukul, tapi seperti merebus kodok pelan-pelan. Diundang pulang, baru sikat miring ampe pecah berantakan. Jangan sampe provokatornya bisa seenaknya ngomong dan koordinasi dari negeri orang. Cari celah hukum yang tepat, baru kandangkan. Ormasnya dibubarkan, panglimanya diseret sampe nyari-nyari sandal.

Otoriter? Ya harus. Kalau gak, gak beres ini kerjaan. Tapi otoriternya harus sesuai hukum yang berlaku. Bukan seperti jaman pak Harto, yang malah jadi blunder karena muncul perlawanan.

Sesudah anjing penjaganya beres, datang utusan Jokowi ke para penghutang, "Gimana? Masih mau melawan? Atau mau kerjasama? Kalian bebas kerja, asal hutangnya bayar..." Sebuah ancaman halus dan mengerikan. Para penghutang tahu, betawa powerfullnya Jokowi sekarang.

Mulailah mereka ramai-ramai datangi Menteri Keuangan, serahkan harta-harta mereka berupa aset tanah yang ada. Sampai sekarang sudah 5 juta hektar yang di tangan pemerintah. Yang bandel, kayak Tommy Soeharto, dibuka datanya ke publik. Yang mau kerjasama, disimpan. Semuanya terukur yang penting tujuan tercapai.

Saya kagum sama Jokowi. Dia mampu menempatkan bidak-bidaknya di tempat yang tepat. Dia bisa terlihat lemah sehingga lawannya jadi terlalu percaya diri untuk melangkah. Disaat yang tepat, ketika mereka masuk perangkap, beruntun hajaran dilakukan sampai mendekati skak mat.

Saya tidak hidup di zaman Soekarno. Tetapi bagi saya, Jokowi adalah titisan Soekarno yang sebenarnya. Dia kembalikan kedaulatan yang diimpikan si bapak bangsa. Gak banyak ngomong, tapi kerjanya luar biasa.

Trus apa yang bisa kita bantu? Ya menjaganya. Kita jaga ruang-ruang media sosial yang dipakai lawan untuk memfitnahnya. Kalau untuk itu saya harus disebut buzzer, biarlah seluruh orang tahu, sayalah buzzer Jokowi sesungguhnya. Demi mimpi Indonesia jaya. Sebarkan pesan ini ke oposisi, biar panas hati mereka..

Siapa mau ikut? Ayo, angkat cangkir kopinya. Seruputtt.

Langkah Cerdas Jokowi 

Ilustrasi Jokowi

Sumber Utama : https://www.dennysiregar.id/2021/08/langkah-catur-jokowi.html

Kumpulan artikel lainnya klik disini https://www.dennysiregar.id/search?q=Jokowi

Taliban: Pemerintahan Baru Afghanistan Segera Diumumkan

Afghanistan, ARRAHMAHNEWS.COM Seorang anggota senior Taliban mengumumkan bahwa susunan pemerintahan Afghanistan yang baru akan diumumkan dalam dua hari ke depan.

Sher Mohammad Abbas Stanekzai, yang merupakan kepala Kantor Politik Taliban di Qatar, mengatakan ha ini kepada BBC.

BACA JUGA:

Abbas Stanekzai dalam wawancara yang dikutip MNA itu mengatakan bahwa pemerintahan yang dibentuk nanti akan bersifat inklusif. Ia menambahkan bahwa perempuan akan memainkan peran di dalamnya, tetapi tidak di tingkat menteri.

“Sebagai syarat, mereka tidak boleh bekerja sama dengan mantan pemerintah yang didukung AS,” tambahnya.

Menurut pejabat Taliban ini, bandara Kabul juga akan dibuka kembali dalam dua hari. (ARN)

Taliban: Pemerintahan Baru Afghanistan Segera Diumumkan
Sher Mohammad Abbas Stanekzai

Sumber Utama : https://arrahmahnews.com/2021/09/02/taliban-pemerintahan-baru-afghanistan-segera-diumumkan/

Putin: Kehadiran AS di Afghanistan Hanya Ciptakan Tragedi

Putin: Kehadiran AS di Afghanistan Hanya Ciptakan Tragedi
Vladiimir Putin

Rusia, ARRAHMAHNEWS.COM Presiden Rusia Vladimir Putin pada hari Rabu, menegaskan bahwa kehadiran Amerika Serikat selama 20 tahun di Afghanistan hanya menimbulkan banyak tragedi dan kerugian.

Presiden Rusia selama pertemuan dengan sejumlah mahasiswa Rusia, yang dikutip oleh Russian Today Arabic, mengatakan bahwa “Peristiwa yang terjadi di Afghanistan tidak jauh dari kita … Pasukan Amerika telah bercokol selama 20 tahun, mereka telah mencoba menanamkan karakter dan budaya mereka pada orang-orang yang tinggal di sana.”

“Bahkan, mereka mencoba menyajikan standar hidup mereka dalam arti kata yang luas, termasuk sistem politik masyarakat, dan hasilnya hanyalah tragedi dan kerugian bagi Amerika Serikat, bahkan lebih banyak kerugian bagi mereka yang tinggal di Afghanistan… Hasilnya nol atau di bawah nol,” tegas Putin.

Putin menyerukan perlunya “menyadari fakta bahwa tidak mungkin memaksakan sesuatu dari luar,” dan menekankan bahwa “Situasinya harus matang. Jika seseorang ingin ini terjadi lebih cepat dan lebih baik, maka itu membutuhkan bantuan banyak orang.”

“Ya, ini bisa dan harus dilakukan, tetapi harus dilakukan secara beradab, melalui langkah-langkah yang akurat dan diperhitungkan serta mendukung tren positif tanpa terburu-buru … Kesabaran harus dikedepankan,”

“Tanpa ketersediaan dari serangkaian faktor ini, praktis tidak mungkin mencapai hasil positif apa pun,” tutup Putin. (ARN)

Sumber Utama : https://arrahmahnews.com/2021/09/01/putin-kehadiran-as-di-afghanistan-hanya-ciptakan-tragedi/

Pentagon: AS Mungkin akan Bekerjasama dengan Taliban Lawan ISIS-K

Pentagon: AS Mungkin akan Bekerjasama dengan Taliban Lawan ISIS-K
Ketua Kepala Gabungan Mark Milley

Amerika Serikat, ARRAHMAHNEWS.COM Amerika Serikat, pasca 20 tahun perangnya terhadap Taliban, pada Hari Rabu kemarin mengumumkan kemungkinan bekerja sama dengan kelompok itu dalam apa yang mereka klaim melawan afiliasi Daesh/ISIS di Afghanistan.

Ketua Kepala Gabungan Mark Milley, pejabat tinggi militer AS, dengan singkat mengatakan: “Itu mungkin,” ketika ditanya pada konferensi pers apakah AS akan bekerjasama dengan Taliban melawan kelompok teror Daesh/ISIS-K, seperti dilansir Politico.

BACA JUGA:

Pengakuan petinggi Pentagon itu merupakan perkembangan besar bagi AS. Negara yang telah berperang dengan Taliban selama dua dekade dalam apa yang menandai konflik terpanjang Washington.

Daesh/ISIS-K mengaku bertanggung jawab atas pemboman bunuh diri 23 Agustus di luar bandara internasional Kabul. Seranga merenggut nyawa hampir 170 warga Afghanistan dan 13 anggota militer AS.

Pentagon: AS Mungkin akan Bekerjasama dengan Taliban Lawan ISIS-K
Ketua Kepala Gabungan Mark Milley

Serangan mengerikan itu terjadi saat warga Afghanistan berbondong-bondong menuju Bandara Hamid Karzai pada hari-hari terakhir upaya ekstraksi AS dimana lebih dari 124.000 orang diangkut keluar dari Afghanistan.

Sementara itu, saat ditanya tentang kolaborasi dengan Taliban melawan Daesh/ISIS-K, Menteri Pertahanan Lloyd Austin mengatakan dirinya “tidak ingin membuat prediksi apa pun.”

AS “akan melakukan segala yang kami bisa untuk memastikan kami tetap fokus pada ISIS-K, memahami jaringan itu,” katanya.

“Dan pada saat kami memilih nanti, meminta pertanggungjawaban mereka atas apa yang telah mereka lakukan,” kata Austin. “Sulit untuk memprediksi ke mana ini arahnya sehubungan dengan Taliban.”

Austin dijadwalkan melakukan perjalanan ke Teluk minggu depan. Ia mengatakan perjalanan itu akan fokus pada ucapan terima kasih kepada mitra regional. Sekutu AS yang menurutnya telah melakukan begitu banyak untuk membantu menyelamatkan dan melindungi warga sipil Afghanistan.”

“Kami tidak akan mengalihkan pandangan kami dari “bola”. Dan itu berarti upaya kontraterorisme tanpa henti terhadap ancaman apa pun terhadap rakyat Amerika dari mana pun,” tambahnya. (ARN)

Sumber Utama : https://arrahmahnews.com/2021/09/02/pentagon-as-mungkin-akan-bekerjasama-dengan-taliban-lawan-isis-k/

Re-post by MigoBerita / Kamis/02092021/11.32Wita/Bjm

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya