» » » » » Politik Timur Tengah Saat ini ... AWAS HOAX ...!!!

Politik Timur Tengah Saat ini ... AWAS HOAX ...!!!

Penulis By on Minggu, 03 Oktober 2021 | No comments


 Migo Berita - Banjarmasin - Politik Timur Tengah Saat ini ... AWAS HOAX ...!!! Beragam artikel menarik telah kita kumpulkan untuk pembaca semuanya, jangan lupa baca hingga akhir agar tidak gagal paham apalagi termakan Hoax.

Jurnalis: Barat Putarbalikkan Fakta Selama Perang Suriah

Suriah, ARRAHMAHNEWS.COM – Wartawan dan aktivis Inggris, Vanessa Beeley, mengatakan bahwa negara-negara Barat telah mempraktekkan segala bentuk disinformasi media selama sepuluh tahun terakhir perang teroris di Suriah melalui distorsi fakta dan menyesatkan opini publik dunia, seperti dilansir SANA.

“Saya mengikuti peristiwa demi peristiwa selama perang di Suriah untuk mencoba mencari tahu semuanya. Saya mengunjungi banyak front dan menemukan bahwa sidik jari intelijen Inggris dan Amerika hadir di sana untuk melayani entitas pendudukan Israel dan kepala rezim Turki yang ingin mencapai ambisi Ottoman di Suriah, dengan dana dari beberapa negara Teluk”, kata Beeley dalam sebuah wawancara dengan saluran TV nasional al-Suriya.

“Koalisi ilegal Amerika menduduki wilayah timur laut di Suriah dengan tujuan menjarah sumber daya minyaknya,” kata Beeley.

Ia menambahkan “Daraa juga penting bagi Koalisi pimpinan AS karena peran kuncinya dalam aliran energi, tetapi masuknya Tentara Arab Suriah ke dalamnya telah menggagalkan skema Barat untuk mengepung rakyat Suriah”.

Jurnalis: Barat Putarbalikkan Fakta Selama Perang Suriah

Jurnalis, Vanessaa Beeley

“Pasukan khusus Inggris mendukung organisasi teroris di Daraa ketika salah satu anggota mereka terluka oleh ledakan bom dan diangkut ke Yordania untuk perawatan,” kata Beeley.

Beeley mengecam peran media-media resmi Barat dan beberapa organisasi internasional yang beroperasi di Suriah yang mendukung dan mendanai organisasi teroris seperti White Helmets.

“Beberapa dari lembaga dan organisasi media ini adalah alat intelijen yang bertujuan untuk memutarbalikkan fakta dan menyesatkan opini publik dunia sejalan dengan kepentingan politik negara mereka,” kata Beeley lebih lanjut.

Beeley mengindikasikan bahwa Inggris telah menghabiskan sekitar 2,7 miliar dolar untuk apa yang disebut “bantuan kemanusiaan”, yang pada kenyataannya berarti membiayai kelompok-kelompok yang dikendalikan oleh organisasi teroris al-Qaeda dan Daesh “ISIS”, yang merupakan agen Amerika di Suriah.

Beeley menegaskan bahwa rakyat Suriah, selama pemilihan presiden terakhir, mengirim pesan yang kuat ke negara-negara Barat tentang kemenangan dan kegigihan mereka. Singkatnya, mereka berkata: “Anda tidak ada hubungannya dengan kami, kami akan menyingkirkan Anda, dan hidup kami akan kembali seperti semula.” (ARN)

Sumber Utama : https://arrahmahnews.com/2021/10/04/jurnalis-barat-putarbalikkan-fakta-selama-perang-suriah/

Jangan Mau Ditipu Propaganda BBC Soal FIlm “Tangisan Anak Eks Teroris ISIS”

Jakarta – Akun facebook Girsang Manson e S menjelaskan bagaimana Film yang banyak beredar di media sosial ini buatan BBC yang kita tau adalah jaringan propaganda media barat.

Untuk yang sekedar melihat video ini dan kemudian merenungi apa yang dikatakan wanita ini; mungkin saja kita tersentuh kemudian dengan sukarela akan menyatakan: biarkan dia kembali ketengah-tengah kita karena dia saudara kita juga.

Tidak ada yang salah dengan pendapat seperti itu, karena memang diajarkan di semua agama dan budaya kita di Indonesia “sangat terkenal” dengan “mudah memaafkan bahkan melupakan” kesalahan bahkan “kejahatan” yang dilakukan oleh manusia seberapa besarnya kesalahan mereka. Mantan narapidana aktor intelektual pembunuh pejabat hukum, mantan koruptor dan penjahat-penjahat lain dengan mudah dilupakan kesalahannya dan saat ini jadi sosialita bahkan bisa jadi pejabat publik lagi.

Tapi untuk yang “mau berpikir lebih jauh” kemudian “mencoba tau akar permasalahan dimulainya ISIS”, kemudian “menganalisa” setelah melihat “apa yang diperbuat oleh kombatan-kombatan yang tadinya asal Indonesia” untuk tindakan mereka “membunuh sesama dengan dalih agama, menyiksa sesama, menghujat semua pemerintahan seluruh dunia yang tidak sesuai dengan pemahaman mereka”; bahkan “siap mati” membela keyakinan mereka; lalu pertanyaannya:

“Apakah dengan mudah mereka bisa merubah ideologi yang sudah tertanam di benak mereka?”. Perlu diingat dan silahkan dicari karena banyak sekali datanya di google:

  1. Siapa dan darimana inisiasi awal pembentukan ISIS dan Taliban? Banyak fakta kalau ini “buatan AS dan sekutu-sekutunya” dan tujuan mengamankan kepentingan barat serta tidak membiarkan negara lain menjadi kuat, apalagi bukan sekutunya.
  2. Kenapa banyak orang AS dan sekutunya juga jadi korban Taliban dan ISIS? Ini sudah dimitigasi diperhitungkan matang oleh AS saat membuat Taliban dan ISIS. “Ibarat pelihara hewan buas”, resiko dicakar, digigit bahkan pengasuh hewan tewas diterkam pasti sudah dimitigasi dan diketahui mereka..
  3. Kenapa film-film menyentuh hati diatas dibuat oleh BBC sebagai sekutu AS? Jelas karena AS dan sekutunya menghendaki “orang-orang ini pulang ke negara Indonesia dan membangun infrastruktur teroris” dengan “dukungan orang-orang sepemahaman dengan mereka yakni pendukung khilafah dari HTI dan sempalannya”.. AS tidak akan membiarkan negara lain kuat dan besar. Puluhan tahun sudah terbukti mereka selalu ikut campur untuk memperkeruh dan melemahkan negara-negara lain yang tidak bisa dijadikan sekutu.
  4. Mereka (tokoh dalam video ini) manusia dan harus dikasih kesempatan bertobat.. Betul, setuju… Kita kasih kesempatan bertobat dengan tidak menghukum mati mereka seperti mereka sudah menghukum mati orang-orang yang tidak sepemahaman dengan mereka. Tapi “memaafkan bukan berarti membiarkan mereka pulang ke Indonesia”…
  5. Kenapa tidak boleh pulang ke Indonesia? “Karena di Indonesia ada ratusan ribu sel tidur HTI dan pendukung khilafah” termasuk provokator model Felix Siaw yang dengan mudah akan membangkitkan semangat mereka seperti saat kejayaan ISIS. Merubah tampilan, operasi wajah, ganti baju dll mudah, tapi “merubah ideologi dan pemahaman tidak semudah membalik telapak tangan”.

Perhatikan dan analisa dengan baik wajah dan tampilan wanita ini serta ayahnya serta coba bayangkan apa yang ada di benak mereka “saat ISIS tengah dipuncak kejayaannya”.

Wanita ini “bukan anak kecil saat berangkat tahun 2015” Dia tau, mengerti dan paham apa yang terjadi di sekitarnya saat itu sebagai orang yang sudah dewasa pemikirannya.

Siapa yang tau (maaf, bukan suudzon tapi sekedar menganalisa):

“Apa benar dia dan ayahnya sedih dan takut saat melihat orang-orang dibunuh dengan dipenggal kepalanya di jalan jalan seperti cerita dia?”.

“Jangan-jangan” malah dia syukurin dan tepuk tangan karena merasa senang melihat penghianat agama (menurut keyakinannya) mendapat hukuman saat itu.

Agak “aneh” kalau memang dia tidak setuju dengan pembunuhan-pemahaman itu tapi tidak berusaha kabur dari ISIS, padahal banyak kasus pendukung ISIS yang kabur justru saat mereka masih jaya.

So….. kenapa bilang menyesal dan pengen pulang “hanya karena ISIS kalah perang”?.

Kalau ISIS berjaya “dapat dipastikan” si wanita ini dan ayahnya “tidak akan” menyatakan penyesalan dan keinginan mau pulang ke Indonesia.

Singkat kata, film ini adalah “Propaganda barat” untuk “mengembalikan teroris ISIS yang sudah jadi dan siap” agar “membangun sel dan kembali melakukan teror di Indonesia setelah mereka siap”.

Jaringan HTI dan sel-sel tidur di Indonesia “pasti” akan menyambut orang-orang ini kalau datang ke Indonesia. BNPT, POLRI termasuk Densus, TNI, BIN serta masyarakat akan “sulit” untuk mendeteksi kalau jumlah mereka sudah semakin banyak…

Finally.

“KATAKAN TIDAK UNTUK KEPULANGAN TERORIS-TERORIS ISIS KARENA PASTI AKAN MELAKUKAN HAL SERUPA DI INDONESIA”. (ARN)

Sumber Utama : https://arrahmahnews.com/2020/02/06/jangan-mau-ditipu-propaganda-bbc-soal-film-tangisan-anak-eks-teroris-isis/

Beda Imperialisme dan Resistensia

Richard Medhurst ini jurnalis Suriah. Yang dia tulis: “Truk-truk AS meninggalkan Suriah, mencuri minyak kami; sementara truk-truk Iran masuk dengan membawa minyak untuk membantu orang-orang Lebanon. Itulah bedanya imperialisme dan kubu resistensi.”

Apa betul AS mencuri minyak Suriah?

Secara esensi, memang AS bisa disebut mencuri. Yang dilakukan oleh AS: memberikan dukungan kepada milisi Kurdi (dengan alasan melawan ISIS), lalu secara sepihak menjalin perjanjian jual-beli minyak dengan milisi Kurdi ini.

Ini terjadi di era Trump: pencurian minyak ini resmi keputusan presiden. [1] Ketika Biden berkuasa, keputusan ini tidak diperpanjang.

Jadi: faktor asing memang berperan penting dalam kekacauan/kehancuran sebuah negara. Tapi “keberhasilan” akan terjadi bila imperialis bekerja sama dengan pengkhianat pribumi.

Pihak Kurdi membela diri dengan mengatakan bahwa “itu kan minyak di tanah kami.” Padahal, sebuah bangsa terdiri dari berbagai suku bangsa dan seharusnya bersatu. Kalau tiap suku bangsa mengklaim diri berhak atas tanah dan kekayaan di dalamnya, lalu semena-mena menjual ke pihak asing, bisa bubar negara tsb.

Catatan tambahan: sebagian anasir Kurdi di Suriah (dan Irak) memang jadi pionnya AS dan Israel. Israel sangat berkepentingan agar pemerintahan Assad tumbang dan Suriah dipecah-pecah menjadi negara-negara kecil. (Penjelasan: https://dinasulaeman.wordpress.com/…/28/all-about-kurdi/ )

[1]https://www.newsweek.com/syria-trump-stealing-oil-us…\

(tentang “kubu resistensi”/muqawamah, baca status saya sebelumnya)

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/09/28/beda-imperialisme-dan-resistensia/#more-7543

Yerusalem 1940

Barusan menemukan video ini dari akun IG @oldpalestine. Caption video menyebutkan bahwa ini di Yerusalem, tahun 1940, menjelang perayaan Paskah.

Israel berdiri 1948 dan mengusir sebagian besar warga Yerusalem, sampai Yerusalem bagian barat sepenuhnya diduduki Israel. Kini Israel bersama para pemukim ilegal (orang-orang Yahudi-Zionis yang didatangkan dari berbagai negara, mengaku “pulang kampung”), sedang melanjutkan operasi perampasan Yerusalem timur (salah satunya: kasus Sheikh Jarrah).

Tentang perjuangan warga Sheikh Jarrah menolak pengusiran pernah saya tulis (di status tgl 16 Sept, berjudul Perempuan-Perempuan Palestina).

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/09/28/yerusalem-1940/

Perempuan-Perempuan Palestina

Ketika Barat (dan banyak orang lainnya, termasuk orang Indonesia) sedemikian khawatir tentang nasib perempuan Afghanistan, nasib perempuan Palestina terlupakan. Bahkan saya pun, sudah lama tidak menulis soal Palestina, meskipun tentu saja, saya selalu mengikuti perkembangan di sana.

Saya ingin menceritakan kisah 3 perempuan Palestina ini.

[Foto 1-kiri] Anhar Al Deek adalah seorang ibu muda (25 tahun), cantik, punya dua anak kecil. Pada bulan Maret 2021, dalam kondisi hamil 4 bulan, dan punya bayi usia setahunan, dia pergi ke perkebunan milik keluarganya di Ramallah. Di atas tanah itu, ada lebih dari selusin pemukim ilegal Israel sedang membangun rumah (inilah yang dihadapi warga Palestina di Tepi Barat, tanah mereka bisa dirampas semaunya orang-orang Israel yang sengaja didatangkan berbagai dari penjuru dunia).

Israel menuduh Anhar mau menyerang para pemukim ilegal itu dengan pisau. Bayangkan: Anhar perempuan, dituduh mau menyerang lusinan lelaki perampas tanah keluarganya dengan pisau, dan dia yang dipenjara.

Kondisi di penjara sangat buruk; begitu pula perlakuan yang dialami Anhar, antara lain diborgol, dipukul, dan tidur di alas yang keras. Penahanan, pemenjaraan, dan perlakuan buruk terhadap wanita hamil merupakan pelanggaran hukum humaniter internasional, khususnya Pasal 76 Protokol Tambahan Konvensi Jenewa 12 Agustus 1949, yang mensyaratkan bahwa wanita hamil yang ditahan dan ibu yang memiliki bayi seharusnya mendapatkan pertimbangan khusus.

Aktivis perdamaian dan netizen bersama-sama melakukan kampanye di medsos, menekan Israel agar membebaskan Anhar. Sebagian warga Palestina dan warga Israel pro-Palestina juga berdemo di Gaza, Haifa, dan Tepi Barat, menuntut pembebasan Anhar.

Besarnya tekanan membuat Israel mau melepas Anhar, tapi dengan status tahanan rumah dan membayar uang 12.000 USD. Anhar sudah melahirkan bayinya, dengan didampingi keluarganya. Dia masih terancam dipenajarakan kembali.

[Foto 2-tengah]. Pada tahun 2015, Israa Ja’abis (saat itu 29 tahun) sedang membawa barang-barangnya, karena dia mau pindah rumah dari Jericho ke Jerusalem. Dia menyupir mobilnya sendiri, dan harus lewat posko militer pemeriksaan.

Orang-orang Palestina sangat dihambat mobilitasnya, dicegat di sana-sini oleh posko militer Israel. Di mobil Israa ada tabung gas dan tanpa disengaja, tabung itu meledak. Yang jadi korban tentu saja Israa sendiri, ia mengalami luka bakar 60%, sangat parah.

Posisi Israa saat itu tidak jauh dari posko militer. Dalam keadaan terluka parah itu, justru dia yang ditangkap, dituduh mau menyerang tentara Israel. Dia dijatuhi hukuman penjara 11 tahun, dengan perawatan yang sangat minim atas luka-lukanya.

Foto yang saya pasang ini, foto sebelum Israa terluka parah. Kini, wajahnya rusak, telinganya tidak ada lagi, delapan jarinya diamputasi.

Putra Israa, Mo’tasem, berusia 10 tahun, awalnya tidak bisa mengunjungi ibunya karena “masalah administrasi.” Tahun lalu, Palang Merah Internasional membantu, sampai akhirnya Israel mengizinkan Mo’tasem mengunjungi ibunya.

Mo’tasem mengatakan, awalnya ibunya berusaha menutupi sebagian wajah dengan jilbabnya, tapi Mo’tasem meminta ibu membuka wajahnya. Dia bilang ke ibunya, “Sampai kapanpun, engkau tetap ibuku, dan engkau tetap perempuan tercantik di dunia.”

[Foto 3-kanan]. Muna el Kurd (23 tahun) adalah gadis muda Palestina. Bersama saudara kembarnya, Muhammad el Kurd, Muna sangat aktif menggunakan medsos, memberitakan apa yang mereka alami. Selama puluhan tahun, warga Jerusalem timur mengalami pengusiran, perampasan rumah, oleh Israel. Muna dan keluarganya tinggal di Sheikh Jarrah (salah satu kawasan di Jerusalem timur) yang juga mengalami pengusiran itu, tapi mereka melawan.

Melalui berbagai kontennya di medsos, Muna dkk membuka mata dunia, mengenai nasib bangsa Palestina yang dijajah oleh para pemukim (settler colonialism). Anak-anak muda Palestina kemudian melakukan aksi-aksi demo memprotes pengusiran di Sheikh Jarrah.

Peristiwa penyerangan masjidil Aqsa bulan Ramadan lalu, oleh tentara Israel, adalah salah satu respon bengis Israel atas aksi-aksi demo anak-anak muda ini. Israel juga menangkapi dan memenjarakan para demonstran itu.

Muna sempat ditangkap polisi Israel, tapi para demonstran segera mengepung kantor polisi. Para netizen juga melakukan tekanan melalui medsos. Polisi pun terpaksa membebaskan Muna.

Berkat kekuatan medsos, Muna dkk berhasil meraih dukungan masyarakat luas. Aksi-aksi demo besar-besaran terjadi di negara-negara Barat, mendukung Palestina. Anehnya, publik di Indonesia cenderung kalem saja, baru heboh setelah Israel membombardir Gaza. Itupun netizen pro-Palestina musti repot melawan narasi ZSM yang menuduh pejuang Palestina teroris, padahal melawan penjajahan adalah hak yang diakui dalam hukum internasional.

Saat ini ada 40-an tahanan perempuan dan 200-an tahanan anak-anak di penjara Israel [total jumlah anak-anak yang pernah dipenjara Israel sejak tahun 2000 adalah 12000-an; angka 200 itu angka jumlah tahanan saat ini, tahun 2021]

Sebagian dari mereka bahkan ditahan tanpa proses pengadilan. Tapi, kalaupun ada pengadilan, yang mengadili adalah pengadilan Zionis. Absurd sekali: penjajah mengadili orang-orang yang dijajahnya. Keadilan seperti apa yang bisa diharapkan?

Sebagian rujukan:https://www.aljazeera.com/…/palestinian-prisoner…https://www.trtworld.com/…/first-case-since-2008-a…https://www.middleeasteye.net/…/israel-palestine-mother…https://www.aljazeera.com/…/israel-neglecting-severely…https://www.instagram.com/p/CT2qD1VgaDw/https://www.aa.com.tr/…/burnt-imprisoned-mother…/1725926https://www.aljazeera.com/…/infographic-how-many…

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/09/22/perempuan-perempuan-palestina/

Tentang Qatar

Sebenarnya, yang mengikuti dengan intens konflik Suriah, pasti sudah tahu rekam jejak Qatar dalam konflik Suriah.

Tapi mungkin ada yang belum paham, jadi saya akan ceritakan sedikit.

Qatar memberi perlindungan pada Yusuf Qardhawi yang memfatwakan “jihad” di Suriah, bahkan membunuh siapa saja, baik sipil, militer, bahkan ulama, yang bekerja sama dengan Assad. Fatwa mengerikan ini disiarkan oleh televisi. Tak lama setelah fatwa keji ini keluar, di Damaskus terjadi aksi bom bunuh diri di dalam masjid. Saat itu, Syekh Buthi, ulama besar Suriah (Ahlussunnah) sedang berceramah, beliau pun gugur syahid.

Qardhawi adalah ulama Ikhwanul Muslimin dan sebagian “jihadis” yang angkat senjata di Suriah adalah jihadis IM. Di awal era Perang Suriah, Khaled Mash’al, tokoh Hamas (berideologi Ikhwanul Muslimin) yang bertahun-tahun dilindungi oleh pemerintah Suriah, membelot dan pindah ke Qatar. Sementara di lapangan, sebagian milisi Hamas malah ikut perang bersama “jihadis” melawan Assad.

Pada masa ini, Hamas jelas melakukan pengkhianatan kepada bangsa Suriah, yang pernah dinilai oleh UNHCR sebagai ‘negara yang memberikan layanan terbaik kepada pengungsi.’ Sampai-sampai Mufti Suriah (Ahlussunnah), Syekh Hassoun, berkhutbah dengan nada marah, “Wahai Khaled Mash’al, wahai Hamas, siapa yang selama ini merangkulmu, yang menangisi orang Palestina di Suriah?!”

Anak Syekh Hassoun, seorang mahasiswa HI, gugur terbunuh oleh bom “jihadis”. Di upacara pemakaman itu, selain mengecam Khaled Mash’al, Syekh Hassoun secara terbuka mengecam Qardhawi, “Wahai engkau yang memfatwakan pembunuhan kepada 1/3 warga Suriah, ini anakku sudah terbunuh…” (dst, mengingatkan bahwa mereka akan mendapatkan balasan dari Allah).

[Akhirnya, setelah terbukti Qatar omong kosong, tidak membantu Hamas yang benar-benar berjuang di Gaza, para tokoh Hamas yang benar-benar ada di Gaza [bukan yang hidup mewah di Qatar] pun “bertobat,”menyatakan akan fokus mengurus Palestina, dan kembali mendekati kubu Resistensi.]

Aljazeera, media yang berbasis di Qatar, mendukung penuh agenda penggulingan Assad, dengan pemberitaan-pemberitaan yang “miring” soal Assad. Bisa dibaca jejak digitalnya di sini [1] [2]

Untuk Afghanistan, sejak 2013, Qatar memberi kantor untuk Taliban. Memang, Taliban-Afghanistan statusnya di PBB bukan organisasi teroris (kalau Taliban-Pakistan, oleh PBB sudah disebut teroris). Tapi perlu diingat bahwa Al Qaida menjadikan Afghanistan sebagai homebase atas seizin Taliban. Artinya, ideologi dasar mereka ya sama saja.

Salah satu kelompok teroris terkuat dalam perang Suriah adalah Jabhah Al Nusra yang tak lain adalah Al Qaida Suriah. Sejak 2012, komandan Al Nusra mulai berkunjung ke Doha untuk pertemuan dengan militer senior Qatar dan para pemodal (financiers). New York Times pada 2013 memberitakan bahwa Presiden Obama mengecam Emir Qatar karena ketahuan, senjata canggih dikirim oleh Qatar ke Suriah dan jatuh ke tangan Al Nusra. [3]

Qatar dan Arab Saudi telah menyediakan “uang tunai dan logistik yang diangkut selama berminggu-minggu untuk operasi militer di Aleppo yang dipimpin dan diselenggarakan oleh Jabhat Fatah al-Sham. [3]

Ketika Taliban menang, Al Nusra (yang berada di Idlib dan sekarang ganti nama jadi Hay’at Tahrir Al Syam) bersuka cita, mengibarkan bendera Taliban, membagikan permen ke warga.

[Mengapa Al Nusra ada di Idlib? Ketika mereka dikalahkan oleh tentara Suriah, ada tekanan internasional, Suriah harus “menghormati HAM.” Karena itu, para teroris ini tidak bisa diapa-apain, malah dianterin ke Idlib. Jadi Idlib saat ini adalah kota tempat evakuasi para jihadis Suriah. Jadi… kalau ada lembaga donasi yang mengantarkan donasinya ke Idlib, artinya apa? Simpulkan sendiri.]

Tentu saja, secara resmi pemerintah Qatar menolak semua “tuduhan” itu. Qatar juga mengadakan berbagai inisiatif/konferensi perdamaian, dan mengaku “melawan terorisme.” Karena itu, ada juga tuh yang membela Qatar, menyebutnya sebagai negara yang “mendukung perdamaian” di Timteng. Yah itu sih terserah, ya, Kalau saya sih, big NO.

Demikian sekilas info.

*NB: sekedar mengingatkan, Jubir HTI, Ismail Yusanto pernah mengatakan bahwa Hizbut Tahrir berbaiat kepada Al Nusra. [4]

—-

Video fatwa jahat Qardhawi dan kecaman Syekh Hassoun

https://www.facebook.com/100004485015385/videos/493494490810047/

[1]https://liputanislam.com/…/menjawab-ikhwanul-kiram-1…/

[2]https://liputanislam.com/…/propaganda-al-jazeera-tak…/

[3]https://s3.us-east-2.amazonaws.com/…/11717_Weinberg…

[4] https://www.globalmuslim.web.id/…/ismail-yusanto…

Foto: istri Presiden Suriah (Asma al Assad) bersama para tentara wanita Suriah yang gagah berani bertempur melawan “jihadis” yang ingin memporak-porandakan negeri mereka (foto 2018).

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/09/29/tentang-qatar/#more-7554

“Hasil yang diharapkan Israel di Suriah adalah “pertumpahan darah antara Sunni dan Syiah.”

Raymond McGovern adalah mantan analis CIA. Tahun 1980-an ia mengepalai National Intelligence Estimates yang bertugas menyiapkan briefing harian untuk Presiden AS, dia juga memberikan briefing harian kepada Wakil Presiden, Menhan, dan Panglima, serta asisten presiden untuk keamanan nasional.

McGovern pensiun tahun 1990, dan kemudian menjadi aktivis politik yang mengkritisi kebijakan perang AS. Saat pensiun, dia menerima Intelligence Commendation Medal, tapi kemudian dikembalikannya pada tahun 2006 sebagai bentuk protes atas penyiksaan yang dilakukan CIA.

Di video ini, dia menyebutkan bahwa hasil yang sebenarnya diharapkan oleh Israel di Suriah adalah “pertumpahan darah antara Sunni dan Syiah.”

Pernyataannya itu didasarkan pada liputan NYT yang mewawancarai pejabat tinggi Israel.

Saya melakukan recheck, mencari wawancara yang dimaksud, ketemu: https://www.nytimes.com/…/israel-backs-limited-strike….

“This is a playoff situation in which you need both teams to lose, but at least you don’t want one to win — we’ll settle for a tie,” said Alon Pinkas, a former Israeli consul general in New York. “Let them both bleed, hemorrhage to death: that’s the strategic thinking here. As long as this lingers, there’s no real threat from Syria.”

[“Ini adalah situasi playoff di mana Anda membutuhkan kedua tim untuk kalah, tetapi setidaknya Anda tidak ingin satu pun menang – kami akan puas dengan hasil seri,” kata Alon Pinkas, mantan konsul jenderal Israel di New York. “Biarkan mereka berdua berdarah, berdarah sampai mati: itulah pemikiran strategis di sini. Selama ini tetap ada, tidak ada ancaman nyata dari Suriah.”]

Video lengkap ada di Youtube Richard Medhurst

https://www.youtube.com/watch?v=g6JkItzWXM0

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/09/29/hasil-yang-diharapkan-israel-di-suriah-adalah-pertumpahan-darah-antara-sunni-dan-syiah/#more-7561

Lanjutan pembahasan video Ray McGovern yang saya upload tadi malam

Pejabat Israel blak-blakan mengatakan bahwa yang mereka inginkan adalah “keduanya” (Sunni dan Syiah) saling bantai di Suriah.

Ironisnya, ada orang-orang di Indonesia yang “menjalankan” agenda Israel itu (mungkin tanpa disadari). Mereka impor konflik sektarian ke Indonesia. Orang Indonesia yang semula ga ngerti apa-apa soal Suriah, damai-damai aja, diprovokasi untuk membenci saudara sebangsanya yang bermazhab Syiah, atau dituduh Syiah. Pokoknya, kalau melawan mereka, sebut saja Syiah.

Tahun 2013-2014 spanduk-spanduk anti-Syiah menyebar di ratusan kota. Buku anti-Syiah (mencatut logo MUI) dicetak jutaan eksemplar dibagi-bagi gratis. “Roadshow” soal Suriah diadakan di berbagai penjuru negeri (isinya tuduhan “Syiah membantai Sunni” dan diakhiri dengan: “kumpulkan infak terbaik Anda”).

[Salah satu hasil hasil “didikan” mereka ini: survei tahun 2017, lebih dari 50% pelajar di Indonesia memiliki opini radikal dan intoleran]

Semua ini butuh dana sangat besar Bikin 1 spanduk saja sekitar 100.000-an. Duit dari mana? Balik modal apa yang diharapkan? Tak lain tak bukan: donasi, dengan jumlah fantastis. Satu kampanye saja (misal “Save Ghouta”) hanya dalam beberapa hari bisa terkumpul sebelas M, itu dari satu lembaga saja. Padahal lembaga yang mengepul untuk “membantu Suriah” sangat banyak (banyak nama, kalau ideologi sama saja atau beda tipis).

Mereka juga menyebarluaskan kisah-kisah heroik seperti video capture ini. “Kisah Mujahidin Suriah yang Berhati Lembut”?? Mengebom rakyat sipil (dengan alasan mereka “kafir”) apakah berhati lembut?

Menghancurkan sebuah negara yang sangat mengayomi rakyatnya, negara yang menjadi salah satu pusat keilmuan Islam di dunia, dengan para ulama-cendekiawan besar, apa berhati lembut?

Kalau mereka bilang “ini fatwa ulama”, bukankah banyak ulama Suriah yang menolak “jihad” mereka? Mengapa malah ikut fatwa ulama yang ada di Qatar atau Saudi?

Mengapa mereka malah membunuh ulama besar Suriah yang memberi nasehat ke mereka (alm. asy-syahid Syekh Buthy), yang mengatakan bahwa tindakan mereka itu salah?

Sekarang sudah 2021. Tapi dampak perang Suriah di Indonesia (karena diimpor oleh para pendukung “mujahidin” sekaligus pengepul dana) masih berlanjut. Aksi pengepulan dana untuk Suriah pun masih lanjut. Tokoh-tokoh mereka juga masih bebas, mengata-ngatai orang yang membongkar kebusukan mereka, bahkan mendoakan kematian. Saat Taliban menang, mereka juga yang bersuka cita (terlihat di medsos). Kebetulan, jihadis di Idlib juga bersuka cita. Lha mereka juga selama ini kan kirim donasi dari Indonesia ke Idlib. Berarti apa?

Artikel yang ada di video: [catat: bahkan website ini pun masih aman sentosa]

http://www.voa-islam.com/…/kisah-mujahidin-suriah…/;…

Survei 2017 yang saya kutip: https://tirto.id/survei-uin-jakarta-intoleransi-tumbuh-di…

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/09/29/lanjutan-pembahasan-video-ray-mcgovern-yang-saya-upload-tadi-malam/#more-7567

Daraa

Karena besok saya akan webinar, membahas hoaks (saya khusus bahas hoaks Suriah, narsum lain, bahas topik lain), saya jadi teringat pada kisah kota Daraa.

Dulu, di akhir tahun 2011, saya pernah menulis soal Daraa, kota tempat dimulainya aksi-aksi demo menentang Bashar Assad. Banyak yang menyamakan aksi demo ini dengan aksi demo di negara-negara Timteng lainnya di masa yang sama (Arab Spring). Padahal tidak, yang terjadi di Suriah berbeda (demikian pula Libya).

Di Daraa, sebelum aksi demo yang menurut media Barat “damai”, senjata-senjata sudah disiapkan, masuk dari Jordan. Tentara-tentara berbahasa non-Arab sudah berdatangan di perbatasan Jordan-Suriah. Lalu, ketika terjadi bentrokan antara polisi dan demonstran, media Barat (dan media-media nasional di Indonesia yang cuma modal copas-terjemah) dengan sangat masif menyebarluaskan narasi: Assad diktator, membantai rakyatnya sendiri.

Narasi tersebut terus diulang hingga bertahun-tahun berikutnya. Tahun 2013, Republika (Ikhwanul Kiram Mashuri), menulis artikel berjudul “Apakah Musuh itu Hanya Zionis Israel?” dengan mengutip kasus Daraa (versi mainstream). Intinya, dia bilang, Assad sangat kejam, sama kejamnya dengan Zionis dan umat Islam perlu melawannya.

Padahal, di negara-negara Arab lain, juga di Barat, atau di Indonesia, kan “biasa” terjadi bentrokan antara polisi dan demonstran (bila si demonstran melakukan kekerasan, apalagi bersenjata). Kemudian terbukti kan, Daraa hingga 2021 terus menjadi basis milisi-milisi teror (“mujahidin”, kata fans mereka di Indonesia).

Pada September 2021, Daraa akhirnya kembali berada di bawah kontrol pemerintah Suriah. Lho, kemarin-kemarin emangnya gimana? Di sana, milisi-milisi “jihad” masih bercokol, karena tentara Suriah tidak bisa terus menyerang, ada negara-negara lain yang ikut campur. Akhirnya, Rusia turun tangan menjadi penengah: tentara Suriah dilarang melanjutkan operasi pengambilalihan Daraa, para teroris disuruh berhenti mengirim bom ke target-target pro-pemerintah.

Tapi, teroris-teroris di Daraa terus melakukan serangan kepada warga sipil. Sejak pertengahan 2019 saja, mereka melakukan lebih dari 1.136 serangan dan pembunuhan yang merenggut nyawa 774 warga Suriah, termasuk 12 wanita dan 22 anak-anak, dengan tembakan, ledakan IED, serta bunuh diri. serangan mobil dan motor. Geng-geng teroris itu juga bertempur di antara mereka sendiri, membunuh para pemimpin dan anggota geng saingannya.

Perlu diketahui, ada Pasukan Khusus Inggris (UK Special Forces) di wilayah tersebut. Pada Maret 2020, dilaporkan bahwa helikopter RAF Chinook yang berbasis di Siprus dikerahkan untuk menyelamatkan tentara Inggris anggota SAS (Special Air Service) yang disebut “terluka dalam ledakan IED jauh di dalam zona perang di Suriah selatan.” [maksudnya, di Daraa].

Selama beberapa bulan terakhir, tentara Suriah terus berusaha merebut Daraa, sambil tetap mengupayakan negosiasi (kali ini Rusia tidak terlalu ikut campur). Akhirnya, gencatan senjata antara pemerintah Suriah dan milisi “jihad” dicapai pada 31 Agustus.

Tapi, menariknya, seminggu sebelum kesepakatan ini tercapai, Raja Abdullah II Yordania telah bertemu dengan Presiden Putin di Moskow untuk “memprioritaskan penyelesaian masalah keamanan Daraa.” Ngapain Raja Abdullah mengurusi Daraa? Baca lagi paragraf ketiga.

Pada 9 September, Menteri Luar Negeri Rusia Sergey Lavrov menjelaskan perjanjian untuk menyelesaikan ketegangan provinsi Daraa. Antara lain, Lavrov mengatakan bahwa Daraa akan sepenuhnya kembali ke tangan Suriah, dan para milisi “jihad” itu harus keluar dan menyerahkan senjata mereka.

Menariknya, penjelasan Lavrov disampaikan saat konferensi pers bersama dengan Menteri Luar Negeri Israel, Yair Lapid. Artinya: Israel berkepentingan juga di sini; supaya Daraa tidak jatuh sepenuhnya ke tangan tentara Suriah.

Kekalahan teroris di Daraa memberikan pukulan pada Israel, mengapa?

Pertama, Israel sangat berkepentingan Assad terguling; dan sejak para teroris kalah di sebagian besar wilayah Suriah, Israel-lah yang secara berkala membombardir Suriah dengan jet-jet tempur mereka.

Kedua, sedang terjadi proses pergeseran kekuatan di kawasan:-Mesir dan Turki sedang memulai upaya normalisasi (yang terputus sejak presiden Mursi dari IM digulingkan). Menlu Israel sampai bela-belain datang ke Mesir pada 13 Sept yll. Karena, salah satu syarat yang diminta Mesir kepada Turki adalah: Turki harus menarik tentaranya dari Suriah.

-AS juga ketar-ketir melihat semakin menguatnya Iran dan Hezbollah berkat kasus minyak Lebanon. Meski diembargo, Iran tetap berhasil mengirim minyak ke Hezbollah melalui Suriah.

Bahkan, supaya rakyat Lebanon tidak semakin mendukung Hez dan Iran, AS memberikan “keringanan” kepada pemerintah Lebanon: sanksi untuk Suriah dibatalkan sebagian, Suriah diizinkan menjadi tempat perlintasan gas alam dan listrik dari Mesir ke Lebanon. Jalur pipa gasnya: dari Mesir ke Jordan lalu ke selatan Suriah, yaitu Daraa (dan lanjut ke Homs, lalu ke Tripoli-Lebanon).

Artinya, para teroris di Daraa memang sudah tidak punya pilihan selain menyerah. Para pelindung mereka sudah angkat tangan.

Menurut jurnalis independen, Vanessa Beeley, yang meliput langsung ke Daraa, bulan September 2021 ini, “…ini tidak hanya memberi tahu kita mengapa Daraa sangat penting bagi proyek migas AS dan rencana pencurian sumber daya alam Suriah, tetapi juga menunjukkan kepada kita kecerdasan Damaskus dalam mengamankan Daraa dalam permainan catur regional. AS telah dipaksa “tunduk” oleh sebuah negara yang telah berdiri tegak selama 10 tahun melawan intervensi militer proksi-proksi AS [yaitu Suriah] dan oleh sekutu paling setia Suriah di Lebanon [yaitu Hezbollah].”

***

[data dalam tulisan ini, terkait perkembangan terbaru di Daraa, bersumber dari tulisan Vanessa Beeley: https://off-guardian.org/…/syrias-so-called-cradle-of…/]

Photo: bendera Suriah kembali berkibar di Daraa, September 2021, by Vanessa Beeley

Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/09/29/daraa/#more-7577

Re-post by MigoBerita / Senin/041021/14.36Wita/Bjm

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya