» » » POLITIK 2024 ditentukan ANDA dari sekarang Tahun 2022

POLITIK 2024 ditentukan ANDA dari sekarang Tahun 2022

Penulis By on Rabu, 04 Mei 2022 | 1 comment

8 Ramalan Gus Dur, 2 Menunggu Ahok dan Prabowo 

Migo Berita - Banjarmasin - POLITIK 2024 ditentukan ANDA dari sekarang Tahun 2022. Jadi sudah saatnyalah dari sekarang menentukan pilihan, Agar di tahun 2024 akan terpilih kader anak bangsa Indonesia yang memang Hadir dan Bekerja untuk rakyat Indonesia.

NasDem Pilih Anies Capres 2024? Suara Bakal Naik atau Menukik?

Seperti yang kita ketahui partai NasDem akan menyodorkan tiga nama capres kepada Ketum Surya Paloh saat rakernas Juni mendatang. Bendahara Umum DPP NasDem Ahmad Sahroni mengungkapkan ada nama kepala daerah dan menteri yang akan disodorkan.

Surya Paloh adalah sosok kunci di partai NasDem. Pengalamannya saat mendukung figure Jokowi di pilpres 2014 dan 2019 adalah bukti. Partai NasDem melalui Surya Paloh saat itu partai yang paling pertama juga mengumumkan arah dukungannya ke Jokowi. Saat partai-partai yang lain masih maju mundur dan tampak wait and see.

Dan dari pemberitaan media konon para elit NasDem sedang menggodok beberapa nama yang saat ini kerap muncul kepermukaan sebagai capres partai NasDem. Adapun nama-nama yang paling santer terdengar dan menjadi kembang lambe para elit NasDem tersebut antara lain: Anies Baswedan gubernur DKI Jakarta, Ganjar Pranowo gubernur Jawa Tengah lalu Erick Thohir menteri BUMN saat ini.

Kendati demikian ada nama-nama lain yang disinggung. Tapi ada satu nama yang cukup memberi warna yang berbeda di luar ke-3 nama di atas yaitu Jendral Andika Perkasa, panglima TNI saat ini.

Tapi sebelumnya kita kilas balik sebentar hasil rekapitulasi suara partai NasDem pilpres 2014 dan 2019. Untuk memberikan gambaran langkah catur partai NasDem di 2024 nanti berkaitan dengan tokoh yang benar-benar akan didukungnya tersebut.

Partai NasDem termasuk salah satu partai yang mengalami peningkatan paling signifikan di Pemilu 2019.

Pada Pemilu 2019, partai besutan Surya Paloh ini mendapat suara sebanyak 12.661.792 suara (9,05 persen). Sementara pada Pemilu 2014 partai ini hanya memperoleh dukungan 8.402.812 suara (6,72 persen).

Dari angka-angka tersebut, terlihat Partai NasDem mengalami peningkatan suara sebanyak 2,33 persen atau 4.258.980 suara nasional.

Jika kita perhatikan dari data di atas terlihat, partai NasDem memperoleh peningkatan suara yang cukup signifikan. Dari sekian banyak komponen yang mendongkrak suara partai NasDem, salah satunya karena sosok yang didukung. Nama Jokowi kala itu menjadi medan magnet yang tak dapat dibantah keberadaannya.

Jokowi effect itu barangkali kata yang tepat untuk menggambarkan peran figure tersebut sehingga hasil suara nasional yang diperoleh oleh partai NasDem saat Pemilu 2014 lalu 2019 meningkat cukup pesat.

Nah, yang menarik NasDem DKI Jakarta dan Banten lebih condong ke sosok Anies Baswedan. Hal ini dapat dimengerti mengingat secara geografis kedua wilayah tersebut dekat dan akrab dengan gubernur DKI Jakarta.

Anies Baswedan saat ini memang jauh lebih nothing to lose jika dibandingkan dengan nama yang lain. Artinya Anies Baswedan berangkat dari figure independent. Ia tak memiliki partai atau kader partai. Hal ini berbeda semisal nama Ganjar Pranowo yang kader PDIP. Kendati nama Ganjar masuk capres terfavorit pilihan responden berdasarkan survei Charta Politika, SMRC dan Indikator Politik. Pasalnya Ganjar belum jelas apakah akan ditugasi partainya PDIP atau tidak.

Disamping itu setelah tak menjabat maka ia akan lebih leluasa melakukan safari politiknya. Dari sisi inilah kemungkinan NasDem merasa diunggulkan. Sebab figure yang lain tidak dapat seleluasa Anies.

Setidaknya ia memiliki popularitas yang cukup tinggi hingga 89% persen hanya kalah dari Prabowo Subianto 95%. Maka tak heran jika elektabilitasnya selalu masuk di 3 besar sejauh ini. Kendati popularitas tidak menjamin elektabilitas dan tingkat kesukaan responden.

Selain itu Anies Baswedan memiliki dukungan yang cukup militan dari kelompok semisal eks FPI (PA 212), eks HTI, kelompok-kelompok Islam konservatif dan beberapa etnis tertentu yang tersebar di wilayah Indonesia. Berdasarkan survei SMRC konon lumbung suara survei Anies Baswedan cukup kuat di wilayah DKI Jakarta, Sumatera, Banten, Jawa Barat dan Sebagian besar Sulawesi.

Setidaknya dapat dikatakan kantong suara Anies Baswedan yang terbesar adalah eks para pendukung militan Prabowo Subianto di pilpres 2014 dan 2019 yang kerap disebut kelompok-kelompok fundamentalis.

Anies Baswedan memiliki kemampuan mengumpulkan massa banyak. Melalui balutan agama maka ia dengan sangat mudah menggerakkan massa. Contoh yang paling dekat barangkali moment saat sholat Idul Fitri di JIS beberapa hari yang lalu. Melalui jaringan yang berbasis keagamaan juga edaran maka warga berbondong-bondong datang. Dan seperti yang sudah kita duga setelahnya diblow up media lokal juga para pendukungnya sedemikian rupa sampai akhirnya beritanya diliput oleh media asing juga.

Dari sini kita dapat melihat jika yang bersangkutan memiliki kemampuan mengelola suasana gebyar dengan sangat baik. Atau dengan kata lain, prestasi Anies yang terkadang tak seberapa dan sebetulnya biasa saja, bisa luar biasa. Karena sorot lampunya mengarah ke dirinya secara penuh dan pandai memainkan emosi masyarakat.

Maka tak heran jika kegagalan demi kegagalan yang fatal selama ia menjabat sebagai gubernur tenggelam dengan sendirinya. Semisal soal penanganan banjir di DKI Jakarta, DP 0 rupiah atau program mendasar yang lainnya. Para pendukungnya yang militan dan solid itu akan tutup mata atas fakta-fakta yang ada. Sebab Anies Baswedan selama ini direpresentasikan lawan politik Jokowi. Harapan 'mereka' Anies dapat menghapus luka yang dalam selama satu dasawarsa kepemimpinan Jokowi sebagai presiden RI.

Berdasarkan fakta-fakta di atas, maka dengan demikian apakah Surya Paloh akan merubah arah kapalnya? Yang semula memilih tokoh nasionalis, kini ia sekarang cenderung memilih tokoh yang didukung para fundamentalis?

Dan apakah keterpilhan Anies akan mampu menaikkan suara nasional partai NasDem di 2024? Dan saya rasa tidak. Pasalnya basis lumbung suara Anies yang sebagian besar eks FPI dan turunannya itu akan berhadapan dengan silent majority yang justru kebanyakan datang dari para nasionalis dan religius dari kalangan Nahdliyin. Dan yang kita tahu bersama kelompok Nahdliyin dan kelompok fundamentalis bagai minyak dan air.

Perlu diketahui Nahdatul Ulama (NU) memiliki anggota berkisar dari 40 juta (2013) hingga lebih dari 108 juta (2019) yang menjadikannya sebagai organisasi Islam terbesar di dunia. (Wikipedia)

Semoga pilihan partai NasDem dari panas jadi adem bukan panas lalu demam.

Demikian, salam

NasDem Pilih Anies Capres 2024? Suara Bakal Naik atau Menukik?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/nasdem-pilih-anies-capres-2024-suara-bakal-naik-uQbAr5IhwO

Segini Kualitas Pendukung Anies, Massa JIS Dibilang Tanda Anies Bakal Menang Pilpres

Banyak yang merinding melihat pemandangan massa yang salat Idul Fitri di JIS. Biasa aja sih, tapi bagi pendukung fanatiknya, ini adalah sebuah prestasi yang menggemparkan dunia internasional.

Aktivis M Naufal Daungio mengaku merinding melihat warga berbondong-bondong ke JIS. Dia mengklaim massa itu hampir menyamai dengan peristiwa 212 di Monas.

"Kalau di Monas para pendengki yang menyebut Jamaah Monaslimin tapi kalau di JIS gak tahu para pendengki itu mau bilang apa. Intinya mereka kehabisan kata-kata buat jelekin Bang Anies. Itulah sebagian kecil massa riil Bang Anies. Itu baru Jakarta Utara belum seluruh Jakarta atau se Jabodetabek atau seluruh Indonesia. Maka so pasti JIS tidak akan sanggup menampungnya," kata Naufal.

Ini orang pasti belum melihat surat edaran yang menugaskan untuk datang ke JIS dan mengisi daftar hadir manual. Sudah saya katakan, ciri khas pendukung Anies yang konyol adalah membesar-besarkan sebuah peristiwa yang sebenarnya biasa saja.

Kalau salat Idul Fitri ramai, itu merupakan pemandangan yang biasa. Kalau pun bukan Anies yang hadir, tetap akan ramai kok. Jokowi yang hadir di situ juga pasti ramai kok. Namanya aja salat setahun sekali, pasti banyak yang berbondong-bondong. Pendukungnya aja yang terlalu lebay, melebih-lebihkan sesuatu yang sebenarnya biasa saja. Hanya orang tak tahu malu yang berani menyebut massa hadir untuk ibadah sebagai tanda prestasi.

Ini adalah tanda tak punya prestasi besar, sehingga prestasi kecil dibesar-besarkan. Ini tidak ada bedanya dengan pengibulan terstruktur dari pendukungnya yang rada-rada begitulah.

Naufal juga mengaku dengan kekuatan riil Anies dengan melihat fakta antusiasme warga Jakarta Utara yang salat Idul Fitri di JIS, jadi tolak ukur untuk Pilpres mendatang. "Kalau seandainya hari ini pemilihan presiden biar Bang Anies berpasangan dengan Kucing Anggora di rumahnya so pasti insyaAllah akan menang. Massa di JIS waktu shalat Id adalah massa RIIL Bang Anies, karena gak mungkin itu massa Ganjar apalagi Puan," katanya.

Seperti yang saya katakan, pendukung fanatik Anies itu rada-rada gitulah. Itu adalah analogi yang sangat membagongkan. Dalam ilmu statistik, itu adalah pengambilan sampel dengan cara yang bodoh. Massa di JIS adalah tolak ukur kekuatan Anies di Pilpres, itu kalau suara pendukung Anies yang dihitung, dan yang bukan suara Anies tidak sah.

Ini mirip dengan membuat sebuah survei yang mana Rizieq menjadi tokoh dengan elektabilitas tertinggi sebagai capres 2024 dengan perolehan 99 persen, tapi sampelnya adalah warga di Petamburan dan gerombolan PA 212.

Yakin itu yang hadir adalah pendukung Anies? Lagipula jumlah massa yang hadir di sana hanya sebagian kecil saja dari keseluruhan seluruh rakyat Indonesia. Dipikirnya Indonesia itu hanya di area JIS doang. Dasar halu banget nih orang.

Sama kayak sebagian pendukung Prabowo yang tak terima Jokowi menang pilpres, alasannya adalah kampanye Prabowo selalu dihadiri oleh lautan manusia yang tak terhitung jumlahnya. Ini, kan, analogi pekok. Dipikirnya rakyat Indonesia jumlahnya hanya segitu doang. Sudah bodoh, malah dipamerkan pula kebodohannya.

Kalau Anies dipasangkan dengan kucing Anggora, tetap bisa menang kok kalau semua pemilih adalah pendukungnya yang nalarnya agak kacau balau, yang berpikiran sempit, yang sakit hati plus kadrun yang memang jarang mikir. Anies mau dipasangkan dengan sendal jepit pun tetap pendukungnya bakal mendukung mati-matian karena mereka memang begitu dari dulu.

Dan tolong jangan sombong lah. Yakin kucing Anggora mau dipasangkan dengan Anies? Bisa jadi kucingnya pun mual dan memilih lompat ke sungai saja. Sok terlalu memuja Anies padahal baik Anies dan pendukungnya memang mirip. Ingat kata Anies, perilaku pendukung akan menunjukkan calon yang mereka dukung.

Baru bangun JIS doang, koar-koarnya ngalah-ngalahin suara seratus speaker. Baru gelar Formula E, ributnya ngalah-ngalahin suara knalpot rusak. Massa membludak salat Idul Fitri dibilang tanda Anies bakal jadi presiden. Malah dibilang bisa menang meski berpasangan dengan kucing Anggora.

Ini namanya pelecehan terhadap kucing Anggora. Sudah tanya belum kucingnya mau disandingkan atau tidak?

Bagaimana menurut Anda?

Segini Kualitas Pendukung Anies, Massa JIS Dibilang Tanda Anies Bakal Menang Pilpres

Sumber Utama : https://seword.com/politik/segini-kualitas-pendukung-anies-massa-jis-MCLL4t9IJh

Saham SMGR Kamu Mau Kemana ???

Lebaran sudah lewat, tapi liburannya masih berlangsung. Arus balik ke tempat kerja akan tuntas minggu depan. Pasar saham dibuka 9 Mei 2022. Lebaran sudah lewat saham SMGR siap-siap mau berangkat.

Kali ini saya menjadi juru tulis Mas Bejo teman saya yang punya hobi baru, yaitu trading sekaligus berbagi video analisis beserta pertimbangan-pertimbangannya di channel Hobi Saham Mas Bejo.

Tak terasa Hari Raya Idul Fitri telah lewat dan libur lebaran sebentar lagi akan tiba, pasar saham kembali dibuka untuk menyambut peluang dan antusiasme masyarakat yang ingin mendulang untung di bursa.

Salah satu saham yang menarik dicermati adalah saham SMGR, Semen Indonesia (dulu dikenal sebagai Semen Gresik). Sebagai negara yang masih terus membangun infrastruktur, rumah dan properti bangunan lainnya, maka sektor pemerintah, swasta maupun rumah tangga merupakan pasar yang masih membutuhkan produk semen.

Sebuah industri yang masih cukup panjang kehidupannya dan masih ada waktu cukup panjang sebelum ditemukan produk penggantinya walaupun tiga mahasiswa ITS dikabarkan telah menemukan inovasi serat tebu sebagai bahan pengganti semen (https://siedoo.com/berita-12637-serat-tebu-bisa-gantikan-semen-untuk-beton-inovasi-dari-mahasiswa-its/)

Pendekatan pertama Mas Bejo dalam mengkaji sebuah saham adalah dengan melihat gambaran besarnya dulu secara visual dari kisah historis pergerakan sahamnya.

Sejak melantai 11 tahun lalu (08/07/1991) di Bursa Efek Indonesia, terlihat SMGR dengan puncak harga tertinggi di Rp 19.150 pada 2 Mei 2013.

Dengan alat bantu visual channel yang nampak di gambar, boleh dikatakan ada 2 periode besar dari saham ini. Yang pertama periode 10 tahun pertama (2005-2014) dengan return sampai 750 persen dengan harga puncak tertinggi Rp. 19.150 dan periode 10 tahun kedua (2015-2024 nanti) terlihat pegerakan harga yang memberikan rentang peluang 157 persen dari harga Rp 5.475-14.450

Jadi pada periode pertama SMGR dapat dikatakan bisa menjadi brankas yang menjaga nilai aset kita terpelihara bahkan berlipat ganda hingga 7x sementara periode kedua yang sedang berjalan daripada uang nganggur ya lumayan dapat cuan 1,5x.

Dari perspektif grafis visual terlihat volume perdagangan di bagian bawah gambar nampak aktif dan ajeg alias konsisten, sehingga pasar SMGR ini bisa menjadi habitat atau ruang hidup yang cukup memadai bagi para trader jangka pendek yang mau mengambil untung dari dinamika pasar harian hingga bulanan. Ringkasnya periode kedua saat ini SMGR lebih pas untuk keperluan trading jangka pendek ketimbang investing jangka menengah panjang.

Oleh sebab itu di bagian kanan gambar Mas Bejo beri simbol tanda tanya dan panah ke atas atau ke bawah. Ini momen kritikal bagi jajaran manajemen dan pemegang kendali saham SMGR apakah hanya akan menjadikan perusahaan sebagai mesin uang penghasil profit yang progresif atau mengembangkan organisasinya menjadi mesin penghasil nilai tambah. Kalau manajemen hanya berkutat pada operational-excellence dan market-expansion saja, tidak akan terlalu memberi dampak yang berarti terhadap daya tarik saham SMGR. Perlu terobosan pada sisi inovasi, entrepreneurial dan stratejik di tingkat bisnis.

Lalu pada momen ini apakah saya boleh membeli saham SMGR? Ini adalah momen kebimbangan buat SMGR. Jadi bila kita membeli saham ini, action pembelian kita masuk dalam kategori pembelian spekulatif yang mesti dibarengi dengan kesiapan dua arah, ke atas arah jam 2 siang dan ke bawah arah jam 4 sore.

Khusus antisipasi bila harga turun ke arah jam 4 sore, bisa kita siasati dengan aplikasi atau plaftorm trading yang kita pakai. Kalau aplikasi trading yang Mas Bejo pakai adalah POEMS. Di dalamnya ada fitur SmartSafe yang bisa kita setel pada harga berapa kita mau jual secara otomatis, tanpa kita harus selalu memonitor pergerakan saham. Bila instruksi jual tersebut berhasil menyentuh harga dan match alias tereksekusi akan ada notifikasi lewat email yang praktis dan informatif.

Demikian insigh big picture dari perspektif Mas Bejo yang lebih menggunakan pendekatan visual praktis tapi masih masuk akal. Gambaran yang lebih utuh perlu dilengkapi dengan analisis fundamental, teknikal, bandarmologi, stratejik bisnis, analisis sektoral dan industri, hingga perspektif ekonomi makro yang dapat pembaca peroleh dari para pemerhati, penulis, opinion leader dan analis saham lainnya.

Salam Hobi Saham Mas Bejo Lembut dan perlahan, tapi geli2 menggemaskan

Disclaimer.

  1. Namun tetaplah, bijak, waspada dan hati-hati dalam melakukan trading-investing saham, karena pergerakan saham sangat terbuka pada kemungkinan arah yang menurun atau pun meningkat selengkap apapun analisa kita yang mendahuluinya.
  2. Mas Bejo bukan bagian dari manajemen atau karyawan POEMS, Phillip Sekuritas Indonesia, tetapi hanya pengguna aplikasi POEMS saja.

Rujukan Pengetahuan https://www.poems.co.id/ https://www.liputan6.com/saham/read/4955132/bursa-saham-indonesia-buka-senin-9-mei-2022-usai-libur-lebaran

Saham SMGR Kamu Mau Kemana ???

Sumber Utama : https://seword.com/ekonomi/saham-smgr-kamu-mau-kemana-fUsHjGixns

Nicholas Sean VS Sabian Tama, Mengulang Kejadian Ahok VS Buni Yani?

Belakangan ini kita dihebohkan oleh berita yang merupakan hal yang paling lucu di dunia maya dan kelihatannya berulang seperti apa yang terjadi saat tahun 2016 silam.

Di media massa heboh berita bahwa Sabian Tama yang merupakan anaknya dari Wishnutama yang diganti jabatannya oleh presiden Joko Widodo, sebentar lagi akan berduel dengan Nicholas Sean Purnama yang merupakan anak dari Ahok yang adalah komisaris utama Pertamina.

Apa yang menyebabkan hal ini terjadi tampilannya katanya sih karena Nicholas Sean Purnama merasa tersinggung ketika namanya disebut-sebut sebagai orang yang cuman bacot mengenai pandangannya soal tipe perempuan yang disukai olehnya.

Menurut Nicholas, kalau ada perempuan yang merupakan seleranya, perempuan itu harus takluk kepadanya dan kalau bisa tidak usah terlalu pintar. Namun sebelumnya dia juga sudah mengatakan bahwa sampai sekarang dia tidak mau menikah.

Apa yang menjadi pandangan dari Nicholas adalah pandangan pribadinya yang tidak bisa dianggap sebagai pandangan yang salah. Karena dia sudah mengunci dengan kalimat awal bahwa dia tidak mau menikah.

Tapi ketika Nicholas dicecar oleh Melanie Ricardo, mengenai tipe perempuan yang disukainya, barulah ia menjawab bahwa tipenya adalah orang yang tunduk dan kalau bisa jangan pintar. Artinya Sabian Tama ini adalah orang yang salah menangkap maksud dari Nicholas Sean Purnama.

Saya kira Sabian Tama ini nggak ada bedanya sama Buni Yani. Saat itu manusia bodoh bernama Buni Yani memotong kalimat Ahok dan membuat heboh satu negara. Sekarang anaknya Wishnutama juga salah menangkap maksud dari kalimat Nicholas Sean memang orang-orang seperti mereka ini adalah orang-orang yang hanya bisa mampu memahami sepatah kata demi sepatah kata.

Mereka tidak mampu memahami konteks yang dibicarakan pada saat itu. Kelihatannya Sabian Tama ini sedang mengulang sejarah kebodohan Buni Yani.

Acara duel pun akan dilakukan pada bulan Juni nanti. Duel di atas ring tinju. Sayang banget duel hanya di atas ring seharusnya duel tarung bebas lebih seru biar kelihatan bahwa yang banyak bacot itu siapa. Jadi mau Sabian Tama menang atau kalah, dia sudah kelihatan bodohnya ya.

Bagi saya ring tinju itu bukan jadi ajang jawaban. Tapi ya Karena anak muda yang sedang mengikuti hype, dengan darahnya yang masih mendidih, ya nggak apa-apa lakukan saja toh itu juga nggak akan mengubah esensi bahwa Sabian Tama ini mirip Buni Yani.

Kebodohan yang ditonjolkan oleh Sabian Tama yang padahal lulusan Australia, membuktikan bahwa kaum mereka itu adalah kaum sumbu pendek. Nggak peduli bapaknya siapa. Apa jangan-jangan memang karena lulusan Australia ini kaya lulusan Amerika macam Anies Baswedan yang suka main politik dengan berbalutkan agama?

Semoga saja enggak begitu ya. Mungkin Sabian Tama bukan orang yang beragama banget karena dia bertato. Mantan Awkarin yang putus karena dugaan perselingkuhan saya yakin bukan orang yang radikal. Apalagi kalau kita tahu bahwa di tubuhnya ada tato.

Tapi mau agamais atau tidak agamais, Sabian Tama menunjukkan bahwa semakin banyak orang-orang yang sejenis sama dia nggak paham konteks dan kalau ngomong itu nggak ngerti dari awal. Dan padahal Nicholas Sean Purnama sudah dengan jelas mengatakan bahwa dia tidak mau menikah.

Artinya jika ada perempuan yang mau menikah sama Nicholas, yaitu membuktikan bahwa perempuan itu memang masuk ke dalam kategori duduk dan tidak terlalu pintar. Pantas kenapa Sabian Tama menjadi sosok yang sok bijak dan komentar seperti Buni Yani, Anies Baswedan dan Ahmad Dhani makan politisi yang mempermainkan isu agama.

Apa jangan-jangan Wishnutama adalah kaum mereka juga sehingga Jokowi memecat dia seperti membuang Anies Baswedan? Semoga saja enggak demikian ya. Harus saya katakan bahwa bukan karena saya Kristen maka saya membela Nicholas Sean Purnama.

Saya membela Nicholas Sean Purnama karena saya melihat Sabian Tama ini punya kecenderungan yang mirip sama para politisi yang memotong kalimat bapaknya Sean Purnama saat berbicara di di kepulauan seribu mengenai jangan dibodoh-bodohi pakai ayat.

Dan pada akhirnya terbukti bahwa warga Jakarta berhasil di goblok goblokin pakai agama. Jadi ujung-ujungnya mau menang atau kalah, Sabian Tama adalah Buni Yani masa kini yang merupakan perwakilan kaum milenial mereka. Hahaha. Tandingnya pun di tempat minum-minum.

Mendingan jadi orang jujurlah seperti Nicholas Sean Purnama yang memang diundang untuk melakukan podcast untuk produk bir, ketimbang ngebacot bijaksana padahal dia sendiri putus sama Awkarin karena dugaan perselingkuhan. Saya sih lebih milih Nicholas karena dia lebih jujur. Apa karena ada efek agama yang dipeluknya? Hehehe.

Nicholas Sean VS Sabian Tama, Mengulang Kejadian Ahok VS Buni Yani?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/nicholas-sean-vs-sabian-tama-mengulang-kejadian-uDYPhfcHpW

8 Ramalan Gus Dur, 2 Menunggu Ahok dan Prabowo

Terkait berita yang sedang gencar yaitu silaturahmi Prabowo Subianto ke Jawa Timur, yang salah satu agendanya berziarah ke makam KH. Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Jombang, membuat banyak pihak kemudian teringat dengan ramalan Gus Dur soal Prabowo Subianto.

Di sela kunjungan, salah seorang cucu pendiri NU KH Hasyim Asyari, KH Irfan Yusuf Hakim atau Gus Irfan, bicara 'ramalan' Gus Dur soal Menteri Pertahanan itu.

Kunjungan Prabowo ke Tebuireng merupakan lanjutan perjalanan silaturahmi Lebaran di Jawa Timur. Di Tebuireng, Prabowo disambut langsung oleh pimpinan ponpes Tebuireng, KH Abdul Hakim Mahfudz atau akrab disapa Gus Kikin.

Kedekatan Prabowo dengan Gus Dur memang sudah banyak diketahui publik. Hal yang paling diingat terkait pandangan Gus Dur terhadap sosok Prabowo adalah soal pernyataan Gus Dur yang menyebut Prabowo sebagai orang yang paling ikhlas.

"Kalau orang yang paling ikhlas kepada rakyat Indonesia itu Prabowo. Ya banyaklah (hal) yang menunjukkan betapa dia ikhlas betul kepada rakyat Indonesia," kata mendiang Gus Dur dalam salah satu acara TV nasional.

Tak hanya itu, Gus Dur juga pernah berucap bahwa Prabowo akan menjadi presiden di usia tua. Hal ini dikonfirmasi langsung oleh KH Irfan Yusuf Hasyim, salah satu cucu pendiri NU KH Hasyim Asyari yang juga keluarga besar ponpes Tebuireng.

"Saya mengutip ucapannya Gus Dur, beliau pernah mengatakan Pak Prabowo jadi presiden di usia tua. Insyaallah 2024," ungkap Gus Irfan.

Hal senada juga pernah diucapkan KH. Said Aqil Siradj mantan ketua PBNU. Suatu ketika, Gus Dur meramalkan bahwa Prabowo akan menjadi presiden.

Pada waktu itu, Gus Dur menyebutkan, Prabowo bisa menjadi presiden saat usianya sudah matang. "Gus Dur bilang Anda masih muda, sabar dulu, nanti setelah memasuki masa tua akan jadi pemimpin," kata Said sambil menirukan ucapan Gus Dur ketika itu, saat di Lapangan Desa Kempek, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, Jumat (27/6/14).

Said sendiri tidak bisa menganggap remeh ucapan atau ramalan Gus Dur. Karena berdasarkan pengalaman, ucapan Gus Dur selalu tepat. Seperti halnya saat Gus Dur berkata bahwa Sutarman akan menjadi Kapolri. "Dulu Kapolri Sutarman itu kan diramal jadi Kapolda Metro dan Kapolri. Itu benar jadi kenyataan," cetus Said Aqil.

Begitu pula dengan Said sendiri yang diramal Gus Dur akan menjadi Ketua Umum PBNU. Bahkan ketika itu, Gus Dur secara rinci menyebutkan bahwa Said akan menjadi Ketua Umum PBNU saat berusia 56 tahun.

"Beliau ngomong sama saya kalau sampeyan berumur 56 tahun jadi Ketua PBNU. Nah, itu jadi kenyataan lagi. Saya beneran jadi Ketum PBNU di usia 56," ungkap Said Aqil.

Dan di bawah ini adalah ucapan atau bisa dikatakan ramalan Gus Dur yang sudah menjadi kenyataan. Termasuk soal Jokowi menjadi presiden dan Ahok menjadi gubernur. Namun begitu, dari banyaknya ramalan fenomenal yang dikemukakan Gus Dur, ada 2 prediksi yang sampai saat ini belum tercapai.

Nah, apa saja ramalan Gus Dur yang fenomenal itu?

1. Memprediksi Soeharto Lengser

Ramalan Gus Dur fenomenal yang pertama adalah pernah memprediksi Presiden Soeharto akan lengser dari takhta kepresidenannya.

Hal tersebut disampaikan oleh tokoh Islam Indonesia, KH Bukhori Masruri.

“11 bulan sebelum Soeharto jatuh, saya, Gus Dur, Mustofa Zuhad, Thoha pengurus NU Jogja membicarakan berbagai masalah. Tapi, tiba-tiba Gus Dur bilang dalam bahasa Jawa, ‘wis rasah ngrembuk kuwi, Pak Harto sedelo meneh jatuh’,” ujar Bukhori.

Arti dari "Wis rasah ngrembuk kuwi, Pak Harto sedelo meneh jatuh" adalah "Sudah tak usah bicara itu, sebentar lagi Pak Harto jatuh".

2. Memprediksi Dirinya Menjadi Presiden

Luhut Binsar Panjaitan pun pernah mengemukakan pengalamannya bersama Gus Dur.

Ia bercerita, ketika Luhut bertemu dengan Gus Dur, pendiri PKB itu mengatakan bahwa dirinya akan segera menjadi presiden.

"Ini kyai saya ada sembilan ada dari Lampung. Saya dapat bisikan kalau saya jadi presiden.” ungkap Luhut menirukan omongan Gus Dur.

Kemudian, dalam beberapa bulan, Luhut kaget melihat Gus Dur benar-benar menjadi presiden di Pemilu 1999.

3. Memprediksi Sutarman Jadi Kapolri

Lalu, Gus Dur juga pernah meramal bahwa Jenderal Sutarman nantinya akan menjadi Kapolri.

"Pak Tarman nanti akan jadi Kapolda, Kapolda Metro nanti lalu jadi Kapolri. Alhamdulillah apa yang diucapkan beliau terlaksana betul,” celoteh Sutarman pada suatu kesempatan.

4. Memprediksi Said Aqil Jadi Ketum PBNU

Gus Dur juga pernah memprediksi Said Aqil akan menjadi Ketua Umum PBNU.

Ya, pada akhirnya ramalan tersebut benar-benar terjadi, Said Aqil terpilih pada Muktamar ke-32 NU di Makassar pada usia 56 tahun. Kisah itu pun disampaikan sendiri oleh Said Aqil saat acara tasyakuran sukses Muktamas di PP GP Ansor.

“Kata Gus Dur, ‘nanti sampeyan itu baru jadi Ketua Umum PBNU setelah umur 55’, saya tidak mengada-ngada, ada saksinya santri-santri saya di Ciganjur” ungkap Said Aqil.

5. Memprediksi Jokowi Jadi Presiden

Melansir nu.or.id, terdapat sebuah artikel yang menyatakan ramalan Gus Dur soal Jokowi yang akan jadi presiden.

Pengalaman itu ditulis langsung oleh Koordinator Gusdurian Jawa Tengah, Husein Syifa.

Husein menulis, saat itu Gus Dur berdialog bersama KH Moeslim Rifai (Mbah Liem) dan Jokowi yang kala itu masih menjabat sebagai Wali Kota Solo.

Lalu, tambah Husein, Mbah Liem bertanya sambil bercanda soal Gus Dur yang menjadi presiden lagi.

“Mboten ngaten (tidak begitu), Mbah. Siapa pun yang dikehendaki rakyat, termasuk Pak Jokowi ini, kalau dia jadi wali kota yang bagus, kelak juga bisa jadi presiden,” terang Husein.

Dan akhirnya seperti yang kita lihat sekarang, Jokowi benar menjadi presiden hingga 2 periode lamanya.

6. Memprediksi Ahok Jadi Gubernur Jakarta

Ramalan Gus Dur yang menjadi kenyataan lainnya adalah perihal Ahok yang bisa menjadi Gubernur DKI Jakarta.

Hal itu disampaikan Gus Dur kepada Ahok saat Pemilu di Bangka Belitung.

“Orang Cina gak bisa jadi gubernur Gus. Gus Dur kasih semangat, ikut kampanye,” ujar Ahok di acara Rosi Kompas TV.

7. Meramal Ahok Menjadi Presiden

Bahkan, menurut Ahok, Gus Dur juga menyeloteh bahwa dirinya bukan cuma dapat menjadi gubernur, namun menjadi presiden pun bisa. Dan ramalan ini belum menjadi kenyataan.

8. Meramal Prabowo Menjadi Presiden

Seperti yang sudah saya sampaikan di awal artikel, Gus Dur juga meramal Prabowo Subianto menjadi presiden. Gus Dur menyebut Prabowo untuk bersabar karena ia akan menjadi presiden setelah usianya matang. Pengertian matang di sini adalah usia tua.

Dan apakah akhirnya akan menjadi kenyataan?

Benar dan tidaknya hanya Tuhan yang mengetahuinya. Politik itu sangat dinamis. Apapun bisa terjadi di masa yang akan datang.

Demikian, salam

8 Ramalan Gus Dur, 2 Menunggu Ahok dan Prabowo

Sumber Utama : https://seword.com/umum/8-ramalan-gus-dur-2-menunggu-ahok-dan-prabowo-coDwJWRHqy

Terjawab Teka-teki Prabowo Buru-Buru ke Jatim

Sosok Prabowo Subianto masih menjadi harapan sebagian masyarakat Indonesia untuk maju menjadi salah satu kontestan calon presiden 2024. Terbukti namanya termasuk yang paling laris manis dihasil survei sejauh ini.

Partai Gerindra sejak setahun belakangan ini tetap konsisten menyebut nama Prabowo Subianto sebagai capres 2024. Kendati secara pribadi Prabowo belum memberikan pernyataan kesiapannya maju sebagai capres.

Tapi yang pasti sejauh ini belum ada nama lain di intern Gerindra yang memungkinkan maju sebagai calon presiden selain Prabowo. Sebetulnya ada satu tokoh di Gerindra yang tak kalah moncer yaitu Sandiaga Uno, bahkan yang bersangkutan kerap masuk radar pilihan responden dalam survei. Tapi sejauh ini nama Prabowo yang kerap disebut elit partai Gerindra juga simpatisannya diakar rumput.

Nama Prabowo tentu sudah tak asing lagi. Popularitasnya paling tinggi jika dibandingkan dengan tokoh yang lainnya. Hal ini dapat dipahami sebab yang bersangkutan sudah 3 kali mentas di pilpres. Pada tahun 2009 sebagai calon wakil presiden mendampingi Megawati yang kemudian kalah dari Soesilo Bambang Yudhoyono (SBY). Kemudian pilpres tahun 2014 dan 2019 yang kesemunya kalah saat melawan Jokowi.

Jadi untuk pilpres 2024 jika benar Prabowo Subianto maju maka ini upayanya yang ke-4 kali sebagai calon presiden dan satu diantara calon wakil presiden. Maka dengan demikian Prabowo ini paling kenyang pengalaman pilpres dibandingkan calon yang lain meski kalah secara beruntun.

Nah, berdasarkan pengalaman itu jika benar Prabowo kembali maju di 2024 maka ia sudah pasti belajar dari pengalaman. Karena pilpres 2024 menjadi kesempatan terakhir baginya. Mengingat secara umur sudah masuk kategori manula.

Sebagai gambaran sebelum lebih dalam, saya memberikan data hasil pilpres 2019 untuk menjawab teka-teki sesuai judul artikel. Seperti yang sudah kita ketahui, saat pilpres 2019 Jokowi-Ma'ruf memperoleh suara 55,50 persen, Prabowo-Sandi 44,50 persen, terdapat selisih 16,9 juta suara. Sejumlah angka yang cukup besar.

Jumlah perolehan suara Jokowi-Ma'ruf mencapai 85.607.362 atau 55,50 persen suara, sedangkan perolehan suara Prabowo-Sandi sebanyak 68.650.239 atau 44,50 persen suara. Selisih suara kedua pasangan mencapai 16.957.123 atau 11 persen suara.

Lumbung suara Prabowo-Sandi saat itu menang di hampir seluruh provinsi di Sumatera, lalu Kalimantan Selatan, Sulawesi Selatan, Banten, dan Jawa Barat. Sedang Jokowi-Ma'ruf menang di 21 provinsi dari 34 provinsi.

Dan yang menarik sudah barang tentu adalah provinsi Jawa Timur. Di provinsi ini Prabowo kalah telak dari Jokowi. Sebagai gambaran saat itu Jokowi-Ma'ruf memperoleh 16.231.668 suara sedangkan Prabowo-Sandi hanya 8.441.247 suara.

Padahal Jawa Timur adalah salah satu wilayah kunci sebenarnya, makanya disebut battle ground, salah satu tulang punggung pemenangan, karena jumlah pemilihnya banyak.

Maka tak heran jika jauh hari Prabowo mulai mendekati provinsi Jawa Timur. Moment Idul Fitri ini benar-benar digunakan sebaik mungkin. Selepas bersilaturahmi ke presiden Jokowi dan Megawati, ia langsung terbang ke Jawa Timur menemui gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa.

Meskipun secara redaksi dikatakan hanya ajang silaturahmi tapi sebetulnya tujuannya lebih dari sekedar itu. Faktanya Prabowo selain bertemu Khofifah juga mengunjungi pondok-pondok pesantren di Jatim. Salah satunya pondok pesantren Tebu Ireng di Jombang.

Ini tentu menjawab teka-teki publik jika Prabowo Subianto sebetulnya sedang melakukan safari politik berbalut silaturahmi. Apa yang dilakukan Prabowo ini kiranya jauh lebih mengena dibandingkan apa yang dilakukan Anies dengan menggunakan kekuatan massa dan kekuasaan dalam balut sholat Ied di JIS yang akhirnya menimbulkan kontroversi.

Provinsi Jawa Timur yang memiliki jumlah pemilih banyak tentu menjadi incaran para elit politik. Dan sejauh ini untuk sementara waktu tokoh yang tingkat elektabilitasnya tertinggi Ganjar Pranowo. Pada Maret 2022 Lembaga Survei Indonesia merilis hasil survei pilihan masyarakat Jatim. Dan hasilnya Ganjar Pranowo memperoleh 22,5 persen, Prabowo Subianto 20,2 persen sedangkan Khofifah Indar Parawansa 10,6 persen suara.

Maka melihat fakta di atas sangat memungkinkan Prabowo Subianto jika memang berniat maju kembali semestinya menggandeng calon wakil presiden yang merepresentasikan Jawa Timur atau dari kalangan Nahdliyin tapi sekaligus dapat diterima oleh masyarakat secara nasional.

Nah, apakah Prabowo Subianto akhirnya dapat mengambil hati warga Jawa Timur di pilpres 2024 nanti? Mengingat selisih angka di pilpres 2019 kala melawan Jokowi begitu dalamnya.

Tapi yang pasti masyarakat Jatim tipikalnya secara umum mirip-mirip Jateng. Karena bagaimanapun trah penguasa Mataram saat ini di Jateng adalah keturunan dari trah Majapahit atau dengan kata lain masyarakat Jatim adalah saudara tua.

Demikian, salam

Terjawab Teka-teki Prabowo Buru-Buru ke Jatim

Sumber Utama : https://seword.com/politik/terjawab-teka-teki-prabowo-buru-buru-ke-jatim-e5gUEvP6bC

Modyar! Sok Nantangin Denny Siregar, Haris Pertama Kena Skakmat Pakek Foto Muka Bonyok

Memang kalau diperhatikan, ada beberapa orang yang sudah dipecat tapi tidak punya malu.

Ia tetap saja koar-koar kayak orang paling benar sedunia.

Seperti Rizal Ramli yang kala itu dipecat dari kursi Menko Maritim. Sekarang kerjaannya menjelekkan Presiden Jokowi nyaris setiap hari. Seolah-olah dia saja yang paling mengerti persoalan bangsa ini.

Padahal saat dipercaya jadi Menteri, prestasinya juga gak ada.

Begitupun dengan Said Didu, sebelas dua belas dengan si Rizal Ramli ini. Demen banget koar-koar di Medsos. Meskipun saat jadi Komisaris di BUMN juga bisa dibilang gak ngapa-ngapain.

Termasuk Ketua KNPI Haris Pertama (dipecat dari KNPI pada 2021 lalu tapi masih ngaku-ngaku sebagai Ketua KNPI yang sah). Pun sebelas dua belas dengan Said Didu. Jadi tukang ngebacot di Twitter.

Dan kalau diperhatikan, si Haris ini arah dukungannya ke Anies.

Atau dengan kata lain ia merupakan buzzer mantan Mendikbut pecatan Jokowi itu. Seperti terlihat pada cuitannya berikut ini,

"Kenapa BuzzerRP stres lihat Pak Anies Baswedan mengadakan sholat Ied di JIS? Jika sholat Ied ramai kan itu pertanda bahwa masih banyak Umat Muslim yang beriman kepada Allah SWT. Para BuzzerRP punya iman ga'? Jadi ga' usah sensi lihat keramaian sholat Ied di JIS,"

Sebenarnya stres sih gak. Cuma yang dipermasalahkan banyak warga dunia maya, ada kampanye terselubung di balik sholat Ied di JIS tersebut. Dan itu dibongkar oleh buzzer Anies sendiri yakni dr Tifa

Jadi agak unik memang si Haris ini. Dia sibuk ngomongin orang lain buzzer. Padahal dia sendiri secara tidak langsung menjadi buzzer Balaikota DKI.

Ini ibarat si tua-tua keladi ngomongin buaya darat. Kwkwkwk

Nah teranyar, yang diserang oleh si Haris ini adalah Denny Siregar.

Tidak ada angin tidak ada hujan tiba-tiba ia mengejek host CokroTV itu dengan mengatakannya tidak bisa baca kitab kuning.

Untuk lebih jelasnya berikut pernyataan Haris tersebut,

"Denny Siregar, kenapa selalu membahas tentang persoalan agama? Memang Denny Siregar ahli agama? Coba saya tantang Bro Denny Siregar baca kitab kuning, bisa ga'?,"

"Kalau Denny Siregar bisa baca kitab kuning, saya rela berjalan kaki dari rumah sampai MONAS," lanjutnya lagi.

Sudah kayak Amin Rais saja si Haris ini, yang kala itu pernah bernazar akan jalan kaki dari Yogyakarta ke Jakarta kalau Jokowi terpilih jadi presiden. Tapi sampai sekarang, sampai mantan Walikota Solo itu dua kali menang di Pilpres, belum juga dia bayar nazarnya tersebut.

Lalu, apa respon Denny Siregar pasca ditantang oleh pelapor Abu Janda dan Ferdinand Hutahaean ke polisi itu?

Santai, sembari mengatakan, "Setidaknya gua orangnya kalo ngutang bayar, ga' sampe bonyok,".

Hahaha

Tidak hanya itu, penulis buku 'Bukan Manusia Angka' tersebut juga menampilkan foto muka Haris diperban pasca dihadiahi bogem mentah oleh lelaki misterius.

Persis seperti muka Ratna Sarumpaet yang kala itu mengaku dibogem padahal melakukan Oplas.

Usut punya usut, ternyata penyebab muka Haris bonyok lantaran dikeroyok debt collector.

Tidak tanggung-tanggung, 4 orang sekaligus penagih hutang yang membogem mukanya.

Untung gak sampai patah mematah. Meskipun malunya itu yang gak nahan. Hehehe

Dan kalau sudah berurusan dengan debt collector tentu permasalahannya tidak lain tidak bukan ada tunggakan yang belum dibayarkan.

Memang selama ini ada beberapa kelompok preman yang bergerak di bidang jasa penagihan hutang. Salah satunya adalah kelompok John Kei.

Tapi meskipun mereka preman tetap saja punya rasa punya hati ferguso.

Artinya apa? Kalau seandainya hutang yang ditagih tersebut dibayarkan, tentu si penghutang tidak akan digebukin.

Biasanya orang yang mengalami nasib sial seperti Haris ini adalah orang-orang yang tidak mau membayar hutang ketika ditagih.

Jadik fiks, nih orang bikin jelek nama KNPI saja.

Wajar bila kemudian KNPI makin gak jelas kemana arahnya karena ketuanya bermasalah kayak Haris ini. Jadi ketua pemuda tapi kelakuannya kayak emak-emak yang doyan nyinyir. Dan yang dinyinyirin Denny Siregar pula.

Gak intelek banget.

Eh sekarang, seperti gak punya malu mau nyalon Ketua KNPI lagi.

Do'i pun sudah minta dukungan di dunia maya untuk dua periode.

Sudah program kerjanya gak jelas, kontribusinya selama ini gak jelas dan diduga kuat gak taat bayar cicilan, serta kerjaannya hanya nyinyir di Twitter, mau dua periode.

Sungguh terlalu, kalau masih ada pemuda yang mau memilih dia jadi Ketua KNPI lagi.

Modyar! Sok Nantangin Denny Siregar, Haris Pertama Kena Skakmat Pakek Foto Muka Bonyok

Sumber Utama : https://seword.com/umum/modyar-sok-nantangin-denny-siregar-haris-pertama-7fehQz2127

Sindiran Puan dan Respon AHY Sama-Sama Takkan Menyelamatkan Mereka

Pernyataan Puan Maharani soal pemimpin ganteng tapi tak bisa bekerja masih menyimpan sejumlah pertanyaan di benak kita. Siapa pemimpin ganteng yang dimaksud. Ganteng itu berbeda-beda bagi setiap orang.

Puan menyampaikan itu saat menanggapi ramainya hasil survei soal calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024 di depan ribuan kader PDIP Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah seminggu lalu.

“Jangan kita asal pilih karena cuma kelihatan di panggung media, tv, dan medsos. Pilih orang pernah memperjuangkan kita dan bersama kita dan bergotong royong kita. Terkadang-kadang itu kita suka yo wes lah dia saja asal ganteng, dia saja yang dipilih asal bukan perempuan, dia saja walau tidak bisa apa-apa yang penting kalau di sosmed dan TV nyenengin. Tetapi, tidak bisa kerja dan nyenengin rakyat. Mau enggak kayak itu,” katanya.

Di media disebutkan kalau Puan sedang menyindir tiga nama yaitu Ganjar, AHY dan Sandiaga Uno. Tapi kalau saya pribadi, Puan menyindir dua nama yaitu AHY dan Ganjar. Ganteng itu relatif sebenarnya, tapi kalau Puan menyindir maka mau tak mau harus mengaitkan ini dengan track record perselisihan yang pernah terjadi.

Yang pertama adalah Ganjar. Puan pernah berselisih dengan Ganjar meski terlihat kalau masalah ini berusaha diredam agar tidak meluas.

"Pemimpin itu, ke depan, adalah pemimpin yang ada di lapangan bukan di socmed. Pemimpin yang memang dilihat teman-temannya, orang-orang yang mendukungnya. Ada di lapangan, bukan hanya di media," kata Puan, yang dianggap sebagai awal terjadinya perselisihan.

Puan dianggap merasa sangat tersaingi oleh kepopuleran Ganjar yang elektabilitasnya stabil dan menanjak. Sedangkan Puan yang sudah pasang baliho di mana-mana tapi namanya tetap tenggelam tak pernah nongol ke permukaan sedikit pun. Sama-sama dari partai yang sama, tentu wajar Puan tersaingi. Ada semacam rasa iri karena keinginan politik Puan bisa diraih oleh seorang Ganjar.

Yang kedua adalah AHY. Media pernah menanyakan ini pada AHY, tapi dia tidak mau berkomentar banyak. "Wah saya nggak mau komentar yang gitu-gitu ah, saya nggak merasa di itu," kata AHY.

AHY juga mengatakan dirinya tidak merasa pernyataan Puan itu dimaksudkan untuk dirinya.

Tapi kalau saya kembali ditanya, antara AHY dan Ganjar, pernyataan Puan ditujukan buat siapa, maka saya akan cenderung mengatakan AHY. Kenapa?

Label pemimpin ganteng sebenarnya sudah disematkan kepada AHY saat mencalonkan diri sebagai calon gubernur DKI 2016 lalu. Mengundurkan diri dari karir militer, langsung jadi calon gubernur, membuat banyak media menyorot, terutama masalah ketampanan dan digandrungi emak-emak.

Sampai detik ini, saya tak pernah mendengar Ganjar dilabelkan sebagai pemimpin ganteng, meski ada benarnya Ganjar sering tampil di TV atau media sosial.

Tapi apa pun itu, antara AHY dan Puan, sebenarnya sama-sama tidak bermutu. Kalau bahasa orang sehari-hari, sesama tukang becak dilarang mendahului, maka sesama yang tak bisa kerja dilarang saling sindir. AHY ganteng tapi tak bisa kerja, Puan juga sama saja, tak jelas apa prestasinya. Dua-duanya tidak cocok jadi capres.

Apa yang dilakukan Puan ini sebenarnya bisa menyerang balik dirinya sendiri. Terutama kalau orang berpikir Puan sedang menyerang Ganjar. Relawan Ganjar sudah bergerak cepat dan masif. Dari segi kekuatan politik, Puan memang kalah jauh dari Ganjar. Puan hanya unggul dalam hal anak dari Megawati yang merupakan ketua umum PDIP. Sisanya, nyaris tidak ada apa pun yang bisa dibanggakan.

Puan sendiri pun dianggap tidak menghasilkan banyak hal, dan ketika dia menyindir pemimpin yang tak bisa kerja, sama saja menyindir diri sendiri. Kalau yang ngomong sekelas Jokowi, masih bisa diterima. Kalau Puan yang ngomong, takkam dianggap serius.

AHY dan Puan, bisa dikatakan tidak punya banyak peluang kecuali disandingkan dengan tokoh yang lebih tinggi elektabilitasnya. AHY dengan Anies dan Puan dengan Prabowo. Prabowo, Anies dan Ganjar sama-sama berada di papan atas.

Kalau duet Prabowo-Puan terwujud, maka Ganjar bisa saja ditarik keluar dari PDIP dan di sutu akan terjadi perpecahan dalam PDIP. Lihat saja nanti. Saya bukan pendukung Ganjar, tapi hanya lucu dengan pernyataan Puan tanpa pernah melihat diri sendiri lebih dalam.

Bagaimana menurut Anda?

Sindiran Puan dan Respon AHY Sama-Sama Takkan Menyelamatkan Mereka

Sumber Utama : https://seword.com/politik/sindiran-puan-dan-respon-ahy-sama-sama-takkan-XRaI84HUlp

Cuitan Dr Tifa Berhasil Permalukan Anies Dengan Telak

Anies jadi pembicaraan terkait dengan salat Ied di JIS usut punya usut ternyata ada yang membongkar. Satu netizen mengunggah sebuah foto surat edaran dari Suku Dinas Pendidikan Jakarta Utara tentang pelaksanaan salat Idul Fitrim.

Yang jadi pokok persoalan adalah ada penekanan kata 'Menugaskan' kepada seluruh pegawai beragama Islam dan membawa keluarganya mengikuti kegiatan penyelenggaraan salat Idul Fitri di Stadion JIS. Juga ada catatan tambahan yang meminta agar mengisi daftar hadir manual dan membawa keluarga.

Kata 'Menugaskan' tersebut tentu saja bertentangan dengan imbauan seperti yang diklarifikasi oleh Anies saat mengomentari Surat Edaran (SE) Sekda Marullah Matari.

Anies mengatakan SE tersebut bukan untuk menyuruh mengumpulkan massa ASN dan non ASN agar salat Idul Fitri di JIS, tapi sebagai pemberitahuan bahwa salat tersebut tidak dilaksanakan di kantor wali kota maupun kantor bupati. Jadi, mereka bukan diminta agar semua datang ke JIS karena biasanya kantor wali kota dan bupati di enam wilayah menyelenggarakan salah Idul Fitri. Saat ini, semua terpusat di JIS.

Nah, yang perlu kita tanyakan adalah kenapa harus terpusat di JIS? Bagaimana dengan mereka yang misalnya berdomisili di Jakarta Timur, tapi harus menempuh perjalanan jauh ke JIS padahal biasanya ke kantor Wali Kota terdekat. Memang tidak ada paksaan, tapi tetap saja mereka tidak diberi pilihan untuk itu. Seolah mau tak mau, harus ke JIS.

Lucunya lagi ada absen manual. Ini ibadah kok kayak masuk sekolah? Harusnya ibadah tidak ada embel-embel sampingan model begini.

Dan ini semakin membuktikan kecurigaan akan niat Anies memanfaatkan momentum ini untuk tujuan politisnya. Massa berkumpul, lalu ibadah dengan latar JIS, disorot media dan jadi viral. Ini sekaligus untuk penekanan bahwa JIS adalah karya Anies.

Padahal faktanya adalah JIS ini sudah dicanangkan oleh beberapa gubernur sebelum Anies, dan 80 persen dari dana tersebut berasal dari pemerintah pusat. Tapi apa pun ceritanya, Anies pintar mengolah narasi sehingga JIS ini seolah murni hasil prestasinya sendiri. Dan Anies terbukti pintar memanfaatkan momentum ibadah untuk membesarkan nama JIS yang pada akhirnya akan memberikan keuntungan politik bagi Anies.

Seorang dokter bernama Dokter Tifa (saya tak kenal orang ini) di Twitter membuat sebuah postingan yang heboh, dan bisa dibilang menyindir Anies dengan telak. Dia mengatakan soal eksperimen politik yang berhasil dari Anies dengan mengunggah foto ribuan orang yang salat Idul Fitri di JIS.

Jujur saya geli sekali dengan pernyataan ini. Seorang dokter, membahas masalah politik, jadinya ngawur dan ngaco. Ini tidak ada bedanya dengan seorang rektor tak bermutu yang membela Anies mati-matian.

Dokter ini memang pendukung Anies, tapi secara tidak langsung menampar Anies dan menjatuhkannya hingga ke level bawah. Jadi salat tersebut adalah eksperimen politik Anies? Ini malah semakin memperkuat keyakinan banyak orang bahwa Anies pintar memanfaatkan agama untuk kepentingan politik.

Begini isi cuitannya.

“Eksperimen politik yg super berhasil dr @aniesbaswedan.

  1. Menyentuh emosi terdalam dr umat Muslim, mll kerinduan yg tertahan slm 2 thn: sholat Ied

  2. Demo Kekuatan yg riil manfaatkan momentum langka.

Paling epik:

  1. Sampai bikin seseorang hrs sholat Ied di kota lain.”

Jadi pada poin pertama, apakah maksudnya adalah salat tersebut adalah eksperimen politik Anies?

Pada poin kedua, apakah maksudnya adalah kegiatan salat tersebut adalah ajang demonstrasi kekuatan politik dari Anies, biar bikin gentar lawan politiknya?

Pada poin ketiga, kita tahu siapa yang dia maksud. Padahal orang yang dia maksud berganti lokasi salat Idul Fitri dari tahun ke tahun, mulai dari Banda Aceh, Padang, Jakarta dan Bogor, tapi dibilang minder dengan JIS. Narasi super bodoh yang pernah saya dengar.

Tapi poin kedua dan ketiga, adalah sebuah serangan ke jantung Anies yang dianggap sebagai sebuah kebanggaan bagi Dokter Tifa.

Tanpa sadar, akhirnya dia ngaku juga soal politisasi seperti ini. Pada akhirnya kebenaran akan selalu mencari jalan agar terungkap ke publik. Dan kita wajib berterima kasih ke dokter ini karena telah membongkar bagaimana permainan politik dari pendukung Anies.

Bagaimana menurut Anda?

Cuitan Dr Tifa Berhasil Permalukan Anies Dengan Telak

Sumber Utama : https://seword.com/politik/cuitan-dr-tifa-berhasil-permalukan-anies-dengan-ygTwCmTS2M

Duet Anies - Mahfud Disiapkan Untuk Jembatani Ideologi Agama dan Pancasila

Indikator Politik Indonesia melakukan survei terbaru kepada tokoh-tokoh yang berpotensi besar dicalonkan menjadi Capres 2024.

Survei yang digelar pada 14-19 April 2022 dan dipublikasikan pada 26 April 2022, dilakukan terhadap 1.200 responden dengan hasil temuan Ganjar Pranowo menempati posisi teratas dengan 26,7 persen. Disusul Prabowo di tempat kedua dengan 23,9 persen. Kemudia ada Anies dengan 19,4 persen di posisi ketiga.

Dalam survei tersebut ada juga nama Mahfud MD dengan perolehan 0,7 persen mengungguli Airlangga Hartanto dan Muhaimin Iskandar yang berada di posisi paling buncit.

Temuan Indikator Politik tersebut, hampir sama dengan hasil survey yang dilakukan Charta Politika yang dilakukan tanggal 10-17 April 2022.

Charta Politika mencatat peringkat pertama hasil survei adalah Ganjar Pranowo dengan 29,2 persen. Prabowo diurutan kedua dengan 23 persen dan ketiga Anies yang memperoleh 20,2 persen.

Sementara itu survei tertinggi untuk pasangan Capres-Cawapres, hasil tertinggi diraih oleh pasangan Prabowo-Ganjar dengan 50 persen lebih keterpilihan jika Pemilu diadakan saat ini.

Simulasi pasangan Capres-Cawapres tersebut dilakukan Indikator Publik Nasional pada tanggal 17-27 Maret 2022, dengan hasil survei yang menempatkan pasangan Prabowo-Anies diperingkat kedua dengan 42,3 persen, beda tipis dengan simulasi pasangan Ganjar-Anies yang memperoleh 42,2 persen di tempat ketiga.

Hasil survei pasangan Capres-Cawapres dari IPN diatas, hasilnya agak berbeda jauh dengan hasil survei yang dilakukan oleh Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC).

Survei SMRC terhadap pasangan Capres-Cawapres yang dilakukan tanggal 13-20 Maret 2022 tersebut, menempatkan pasangan Anies-AHY sebagai pasangan terpopuler pilihan responden dengan angka 29,8 persen.

Di urutan kedua, Ganjar-Airlangga dengan perolehan 28,5 persen dan ditempat ketiga pasangan Prabowo–Puan dengan perolehan hasil survei sebesar 27,5 persen.

Dua perbandingan Capres dari dua lembaga survei diatas (IPI dan Charta Politika), atau dari lembaga survei lain yang telah merilis hasil surveinya, tidak ada satupun yang menempatkan Mahfud MD sebagai Capres populer.

Begitu pula IPN dan SMRC yang membuat simulasi pasangan Capres–Cawapres. Hasil survei dua lembaga tersebut maupun lembaga survei lain, tidak menemukan nama Mahfud MD sebagai bakal calon wakil presiden untuk mendampingi tokoh-tokoh populer yang menempati lima besar calon terkuat Presiden 2024.

Fenomena yang sama diluar dari lembaga survei, nampaknya nama Mahfud MD juga luput dari perhatian para tokoh-tokoh yang populer sebagai kandidat Capres, maupun tokoh-tokoh politik yang mempunyai variabel kekuatan untuk menentukan calon pasangan.

Namun publik kurang menyadari bahwa ketidak populeran Mahfud MD (sebagai Capres maupun Cawapres) ini telah diberdayakan dengan baik oleh tokoh-tokoh politik yang punya kekuatan besar, yang kurang sepaham dengan sepak terjang Jokowi mengelola negara.

Para tokoh ini, yang dahulu nyaman dengan kekuasaan tirani dan otoriter, baik yang langsung berada di kekuasaan maupun yang menjadi bagian dari mereka, yang mana setelah rezim otoriter tumbang masih mampu eksis bahkan menduduki posisi penting di pemerintahan Jokowi, secara diam-diam bekerja dibelakang layar, mengkader dan mempersiapkan Mahfud MD sebagai pendamping Anies di Pilpres 2024.

Untuk menambah daya gempur, tokoh yang saya maksud diatas tentu perlu dukungan tokoh lain yang selama ini baper dengan keberhasilan Jokowi maupun pendukung militan Anies dari barisan pengusung khilafah.

Pengkaderan Mahfud ini tanpa kita sadari, nampaknya sudah dipersiapkan jauh hari, satu dua tahun setelah Mahfud menduduki jabatan strategis di pemerintahan Jokowi. Indikasi ini mulai terkuak, berawal dari respon Mahfud MD terhadap pernyataan Saifuddin Ibrahim tentang saran revisi 300 ayat.

Respon yang tidak proposional dari Mahfud, semakin membenarkan kecurigaan sebagian kalangan bahwa Mahfud MD dekat atau mulai bermesraan dengan para pengusung paham khliafah, ketika dalam sebuah wawancara yang viral di media sosial, dia mengatakan pemerintahan Jokowi saat ini pemerintahan yang gagal dan memerlukan tokoh kuat untuk menjembatani polarisasi perang ideologi antara paham agama dan ideologi Pancasila.

Itu artinya, Mahfud setuju untuk mengakomodasi paham khilafah ke dalam NKRI, yang nyata-nyata bahwa paham khilafah dan ideologi Pancasila, bagaimanapun tidak dapat disatukan karena keduanya saling bertentangan.

Meskipun Mahfud kemudian mengklarifikasi pernyataan tersebut dengan berbagai macam dalih, namun setelah saya mendengarkan sendiri dengan seksama pernyataan Mahfud, bagi saya tidak ada tafsir lain selain memang Mahfud menjelekkan pemerintahan Jokowi dan ingin memberi ruang kepada ideologi yang berbasis agama.

Bagi saya, pengkaderan Mahfud untuk dipersiapkan maju sebagai Cawapres oleh sponsor Anies yang dekat dengan kelompok Rizieq ini, adalah langkah yang cerdas dan brilian.

Ketokohan Mahfud di bidang hukum, kredibilitas dan komitmen yang dipermukaan masih sangat bersih, serta berada di ring satu pemerintahan Jokowi, adalah modal besar untuk memberikan narasi kotor bahwa pemerintahan Jokowi gagal.

Narasi ini sangat jitu memukul dan menenggelamkan keberhasilan Jokowi, paling tidak bagi para pengasong agama dan para penyiyir Jokowi. Terbukti, pernyataan Mahfud langsung disambut sorak sorai dengan berbagai ulasan yang diungah di Youtube oleh Rahma Sarita, Rocky Gerung, Refli Harun, Rizal Ramli dan sebagainya, yang tersenyum puas oleh (katanya) pernyataan jujur orang yang dekat dengan Jokowi.

Langkah- langkah politik seperti tokoh yang mensponsori Anies ini sudah jamak dilakukan dalam dunia politik. Serigala berbulu domba atau musang berbulu ayam akan selalu ada di setiap jaman. Dan munculnya tokoh-tokoh semacam ini dipengaruhi oleh faktor internal atau ambisi diri sendiri maupun oleh faktor eksternal yang datang dari lobi-lobi dan deal-deal politik dengan janji atau kompensasi tertentu.

Kita semua tidak dapat menafikan politik itu keras dan kotor, yang dibungkus dengan keabsahan konstitusi. Namun statemen Mahfud yang mengatakan perlu seorang tokoh kuat yang dapat menjembatani ideologi khilafah dengan ideologi Pancasila agar dapat mengurangi polarisasi perang ideologi saat ini maupun mendekati Pilpres 2024, adalah statemen paling berbahaya yang dilakukan oleh seorang Menko Polhukam.

Bagi orang yang waras, ideologi khilafah bagaimanapun tidak perlu dijembatani. Alih-alih dijembatani, sebagai Menko Polhukam, seharusnya Mahfud punya inisiatif dan meng-eksekusi ideologi ini dari NKRI yang sudah final dengan Pancasila.

Jika opini dan analisa saya ini benar, dan pada saatnya duet Anies–Mahfud maju di 2024, adalah tugas kita semua untuk mewaraskan masyarakat Indonesia dan melawan setiap narasi yang mereka kampanyekan.

Semoga negara kita baik-baik saja.

Duet Anies - Mahfud Disiapkan Untuk Jembatani Ideologi Agama dan Pancasila

Sumber Utama : https://seword.com/politik/duet-anies-mahfud-disiapkan-untuk-jembatani-GbzGaOCyTi

Kang Dede: Anies Gubernur Paling Pendusta Sepanjang Sejarah

Anies mengumumkan bahwa Stadion JIS akan digunakan untuk Salat Idul Fitri.

“Di tempat itu kita akan berdzikir, kita akan mengagungkan takbir di mahakarya kota ini, kita akan bersyukur dan bersujud memohon rida Ilahi,” katanya.

Pada Senin, area JIS dipenuhi para warga yang berbondong-bondong ingin melaksanakan Salat Ied. Anies juga hadir di JIS untuk salat bersama para warga yang datang.

Usai Salat Ied, Anies Baswedan mengatakan bahwa JIS adalah hasil mahakarya anak bangsa yang dikerjakan selama pandemi Covid-19 dan juga mengatakan bahwa dengan berdirinya JIS, berarti salah satu janjinya telah tertunaikan.

Ternyata bukan hanya saya yang berpikir bahwa ada misi politis di balik kegiatan tersebut. JIS adalah satu karyanya akan dimanfaatkan dan diperas untuk kepentingan tertentu.

Komisaris Independen PT Pelni, Kristia Budhyarto alias Kang Dede juga memberikan kritikan yang sama. Dia menilai adalah Gubernur paling pendusta sepanjang sejarah, karena Anies tidak mau dituding menggunakan politik identitas, tapi malah menggunakan sarana olahraga untuk kegiatan agama.

Kang Dede secara spesifik menyinggung Anies yang menggunakan JIS untuk menyelenggarakan salat Ied. Dia menilai Anies menyelenggarakan salat Ied di JIS agar bisa memanfaatkan politik identitas di di pilpres nanti.

“Karena klo pake area Monas identik dengan gerombolan radikalis. Padahal dari jaman baheula Sholat Ied warga Jakarta dipusatkan di Masjid Istiqlal,” katanya lagi.

Anies memang lihai memanfaatkan momen ini untuk melejitkan namanya. Saya akui itu. Bahkan kelihaian ini sebenarnya mengkhawatirkan. Mainnya halus tapi diam-diam bisa menyentuh sentimen masyarakat dalam hal agama.

Mengaitkan ibadah dengan latar area JIS adalah salah satu cara Anies agar warga ingat kalau Anies menghasilkan sebuah maha karya yaitu sebuah stadion kebanggaan bertaraf internasional. Makanya saya geli kalau mendengar pendukungnya teriak Anies tidak memainkan politik identitas.

Baru-baru ini, seorang anggota TGUPP juga berusaha mencuci noda politik identitas yang melekat dalam diri Anies. Anies katanya difitnah soal narasi ayat dan mayat. Padahal siapa pun yang otaknya masih beres pasti tahu ada banyak spanduk penolakan salat terhadap mereka yang mendukung Ahok. Ini politik yang sangat kotor bahkan busuk, sekaligus cara paling hina untuk memenangkan sebuah pilkada.

Anies, sejauh yang saya tahu, tidak banyak berkomentar soal ini. Seolah sangat menikmati keuntungan ini. Kalau sudah begini, apa bedanya Anies dengan mereka? Bukankah dia pernah bilang kalau perilaku dan sifat pendukung mencerminkan calon yang didukung? Ini telak, seperti melumuri kotoran ke wajah sendiri.

Kalau ada yang mau bantu cuci noda politik Anies, berarti secara tidak langsung Anies pun tahu akan hal ini. Anies pun akan berusaha mencuci dirinya hingga bersih. Ini terlihat sangat jelas, saat dirinya hanya mau terima penghargaan dan menyuruh wagub DKI yang menangani keluhan dan masalah.

Kalau Kang Dede berpendapat Anies tidak memilih Monas untuk salah Ied karena takut diidentikkan dengan gerombolan radikalis, bisa jadi memang benar adanya. Tidak salah juga sih.

Dan kalau narasi seperti ini benar, maka Anies salah total dalam berpikir seperti ini. Jangan dipikir, masyarakat akan terbuai dan tertipu lagi dengan tipu daya seperti ini. Ini adalah upaya kamuflase politik untuk memoles dirinya sendiri demi terlihat bersih dan suci menjelang pilpres 2024.

Justru ini akan semakin mengundang rasa jijik karena ibarat mau memanfaatkan yang jelek demi menang tapi berusaha menjauh saat tidak membutuhkan lagi. Jangan dipikir semua orang itu bodoh, meski saya harus akui, banyak yang memang bodoh kalau dijejali politik dengan bumbu agama yang lezat dan gurih.

Gerombolan intoleran pasti tidak akan diam saja menyambut pilpres 2024. Mereka pasti harus menjatuhkan dukungan ke salah satu calon presiden. Dan kita sudah tahu siapa capres yang dimaksud. Termasuk juga PKS pasti akan mendukung salah satu capres. Apakah Anies? Kita lihat saja kelanjutannya bagaimana. Kalau ini benar, maka kalian sudah harus siap-siap kalau sampai Indonesia dipimpin oleh gerombolan seperti ini.

Bagaimana menurut Anda?

Kang Dede: Anies Gubernur Paling Pendusta Sepanjang Sejarah

Sumber Utama : https://seword.com/politik/kang-dede-anies-gubernur-paling-pendusta-pcryCmyqX3

Soal Pemimpin yang Bukan Sekadar Ganteng, Memangnya Mbak Puan Prestasi Kerjanya Apa Sih?

Ketua DPP Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) Puan Maharani belum lama ini meminta kader partainya untuk memilih pemimpin yang bisa bekerja, bukan sekadar ganteng dan menyenangkan di media sosial.

Puan Maharani tampaknya masih terlihat sensitif dengan fakta bahwa dirinya masih kurang begitu menjual jika dilihat dari elektabilitas calon potensial pada Pilpres 2024 nanti, setidaknya jika dibandingkan nama-nama lainnya yang kerap berseliweran di pemberitaan.

“Jangan kita asal pilih karena cuma kelihatan di panggung media, tv, dan medsos. Pilih orang pernah memperjuangkan kita dan bersama kita dan bergotong royong kita,” jelas Puan di hadapan ribuan kader PDI-P Kabupaten Wonogiri, Jawa Tengah, Selasa (26/4/2022

Sangat naif rasanya jika kita berpikir tidak ada maksud apa-apa dari pernyataan Puan Maharani, yang namanya tak kunjung mencuat dalam persentase elektabilitas meski sudah muncul puluhan atau lebih baliho bertuliskan "Kepak Sayap Kebhinnekaan" di berbagai daerah.

Saya mencermati hal ini ketika membaca pernyataan Puan selanjutnya:

“Terkadang-kadang itu kita suka yo wes lah dia saja asal ganteng, dia saja yang dipilih asal bukan perempuan, dia saja walau tidak bisa apa-apa yang penting kalau di sosmed dan TV nyenengin. Tetapi, tidak bisa kerja dan nyenengin rakyat. Mau enggak kayak itu,” katanya.

Meski dalam event yang sama Puan mengingatkan agar setiap kader tegak lurus mengikuti keputusan partai yang ditentukan oleh Megawati Soekarnoputri, justu saya melihat bahwa selama ini yang terlihat panik adalah Puan Maharani sendiri.

Padahal, menurut saya dengan waktu tersisa sekitar dua tahun lagi, kecuali ada kejadian luar biasa yang melambungkan nama Puan Maharani di negeri ini, masih sukar bagi putri Megawati tersebut buat menyodok ke posisi tiga besar Capres potensial untuk Pilpres 2024 nanti.

Alih-alih memaksakan diri sambil berharap sang ibunda akan memilih namanya, sebenarnya Puan kudu bersikap realistis dan memberi kesempatan bagi kader partai lainnya untuk maju, baik sebagai Capres maupun (jika terpaksa) sebagai Cawapres. Meski bagi saya akan sangat memalukan kalau sampai PDI Perjuangan hanya terima tawaran sebagai Cawapres karena partai berlambang banteng itu sukses memenangi Pemilu pada dua edisi terakhir, plus menempatkan kader terbaiknya sebagai Presiden RI dan beberapa jabatan strategis lain sebagai kepala daerah.

Saya justru melihat bahwa Puan Maharani ini sudah mentok, tak bisa menaikkan daya tawar lagi selain sebagai ketua parlemen dan mungkin kelak sebagai ketua PDI Perjuangan. Puan pun rasanya masih perlu nama besar dari ibunya (Megawati) dan kakeknya, yakni Ir. Soekarno buat memikat hati masyarakat agar memilihnya ... yang berarti tak beda jauh dari AHY yang mengandalkan nama Pepo SBY sebagai backup langkah politiknya.

Jadi, bisa dibilang kalau nama para pendahulu mereka dikeluarkan dari percaturan politik, saya tak yakin baik Puan maupun AHY bisa bersaing dengan Ganjar Pranowo, meski Ganjar bisa dibilang tak punya nama orangtua atau kakek-nenek yang bisa dipakai untuk mendongkrak popularitas di dunia politik Indomesia.


Jadi, lewat pernyataan ini ...

“Terkadang-kadang itu kita suka yo wes lah dia saja asal ganteng, dia saja yang dipilih asal bukan perempuan."

... terlihat bahwa Puan sebenarnya terlihat berharap agar dirinya menjadi sosok yang terpilih untuk dimajukan sebagai Capres atau Cawapres pada 2024 nanti, dengan restu dari sang ibunda yang pastinya akan didukung oleh seluruh kader PDI Perjuangan dengan prinsip tegak lurus mengikuti keputusan Megawati, sang penentu kebijakan itu.


By the way ... kalau boleh menyarankan Mbak Puan sebaiknya jangan terlalu reaktif gitulah, santai saja menunggu keputusan "Emak Mega" soal nama yang akan didukung pada Pilpres 2024.

Lagipula nih ya, kalau sorotan Mbak Puan ke arah bisa kerja atau nggak, bukan sekadar good looking di media sosial ... memangnya Mbak Puan bisa kerja? Apa sih prestasi besar yang lahir dari kemampuan seorang Puan Maharani murni selama menjadi elit PDIP, bukan karena anak dari Megawati dan cucu dari Soekarno?

Soal Pemimpin yang Bukan Sekadar Ganteng, Memangnya Mbak Puan Prestasi Kerjanya Apa Sih?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/soal-pemimpin-yang-bukan-sekadar-ganteng-sJzSiqTiaj

Re-post by MigoBerita / Kamis/05042022/13.59Wita/Bjm

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya