Polisi Bukan Superman
Oleh: Kompol Arief Prasetya S.IK., M.Med.Kom
PROKAL.CO, Separuh Napas Kami Adalah LoyalitasSeluruh Hidup Kami Adalah Pengabdian
Semua Bakti Kami Adalah Amanah
Untuk semua anggota Polri yang telah gugur dalam melaksanakan tugas, kami semua berdoa semoga Tuhan Semesta Alam membukakan pintu sorga untuk semua jasa dan amal kalian. Tulisan ini adalah sebuah renungan catatan perjalanan hidup saya sebagai seorang anggota Polisi yang telah mengabdi selama 14 tahun menjadi anggota Kepolisian Republik Indonesia (Polri) dalam memperingati HUT Bhayangkara ke-71 tahun 2017.
Kompol Arief Prasetya S.IK., M.Med.Kom
Bergelut dalam bidang Reserse Kriminal (Reskrim) membuat saya lebih banyak berada di lapangan untuk melakukan pengungkapan, pengejaran hingga penangkapan pelaku kejahatan biasa sampai kejahatan sadis.
Banyak hal yang saya lihat, saya rasakan dan saya alami sendiri betapa berat dan besarnya risiko menjadi seorang polisi. Meninggalkan keluarga berhari-hari bahkan berminggu-minggu, keluar masuk hutan, mengintai berhari-hari hingga berjibaku bertaruh nyawa saat meringkus penjahat adalah risiko pekerjaan yang selalu saya hadapi bersama anggota.
Namun, semua kesulitan dan tantangan itu rasanya tak sebanding dengan risiko yang juga dihadapi seluruh anggota Polri lainnya yang menjadi korban dari aksi serangan teror. Takdir memang tak bisa ditebak. Saat berjaga di pos penjagaan pun bisa menjadi korban serangan teror seperti yang terjadi di Mapolda Sumut.
Bahkan, saat berjaga di terminal juga bisa menjadi serangan brutal pelaku teror yang tak peduli dengan korbannya. Terbaru adalah serangan pelaku teror terhadap anggota Polri di dekat sebuah masjid yang berada tak jauh dari Mabes Polri.
Semua serangan teror yang tak disangka dan diduga itu tentu saja memiliki risiko yang jauh lebih besar daripada penyergapan dan penangkapan yang kami lakukan dengan persiapan matang. Namun, semua risiko yang dihadapi semua anggota Polri dalam melaksanakan tugas maupun saat sedang lepas dinas adalah risiko yang tak bisa dihindari.
Kejadian serangan teror terhadap anggota polisi ini sebenarnya menjadi warning bagi kita semua bahwa Indonesia menjadi wilayah aksi para pelaku teror dengan sasaran yang semakin meluas. Polisi dan semua simbolnya seperti Mabes Polri, Polda, Polres dan Polsek hingga Pos Polisi menjadi target utama serangan pelaku teror.
Apa yang dialami oleh anggota polisi yang menjadi sasaran penyerangan saat bertugas adalah risiko yang tak bisa dihindari. Inilah bentuk loyalitas tanpa batas terhadap tugas dan tanggung jawab terhadap seluruh warga negara yang menggantungkan jaminan rasa amannya terhadap polisi. Kalau polisi saja bisa menjadi sasaran teror, maka siapapun bisa menjadi sasaran kelompok ini yang tak pandang bulu dengan korbannya.
Serangan terhadap polisi sebagai simbol negara yang bertugas melaksanakan penegakkan hukum dan melindungi serta mengayomi seluruh rakyat Indonesia sejatinya adalah serangan terhadap keutuhan dan kedaulatan NKRI. Karena itu, peran dalam menjaga keamanan dan kedaulatan NKRI ini tak bisa dibebankan semata-mata hanya pada Polri. Perlu dukungan semua komponen bangsa untuk terlibat sesuai peran masing-masing dalam mencegah dan melawan semua bentuk aksi terorisme.
Pentingnya peran serta seluruh komponen bangsa ini juga disadari sepenuhnya oleh pimpinan Polri yang kemudian menggiatkan berbagai bentuk aktivitas sosial dan keagamaan yang dilakukan seluruh jajaran Polri dari tingkat pusat hingga pelosok desa. Salah satunya memanfaatkan momentum bulan Ramadan lalu. Seluruh anggota Polri di berbagai kawasan di Indonesia bergerak bersama melakukan aksi sosial dan kemanusiaan seperti berbagi sembako di bulan yang penuh berkah ini.
Seluruh anggota Polri juga menggelar berbagai bentuk aktivitas dan kegiatan keagamaan, seperti tadarusan, taman bacaan Alquran, pesantren kilat, dll. Apa yang dilakukan seluruh anggota Polri yang tersebar dari kota besar hingga kawasan pelosok di kaki pegunungan sampai pesisir pantai ini menjadi satu bukti bahwa Polri merupakan bagian dari rakyat Indonesia. Rakyat sebagai mitra dan polisi sebagai sahabat rakyat adalah pilar kekuatan bangsa yang harus bersinergi dalam hal apapun.
Di satu sisi kegiatan ini menunjukkan bahwa Polri sebagai institusi negara hadir di ruang publik untuk menunjukkan kepedulian terhadap warga yang membutuhkan. Hadirnya polisi dalam bentuk kegiatan kemanusiaan ini juga menjadikan kedekatan secara personal dan emosional antara Polri dan rakyat semakin erat.
Tak hanya itu, di kala semua orang merayakan hari kemenangan dan meluapkan kegembiraan bersama keluarga menyambut Idulfitri, semua polisi justru harus bersiaga dan berjaga untuk memastikan dan menjamin keamanan serta kenyamanan dalam merayakan Lebaran bagi seluruh rakyat Indonesia.
Pengamanan Lebaran dalam Operasi Ramadniya 2017 adalah bukti loyalitas polisi terhadap amanah dan tanggung jawab secara moral dan institusional untuk menjaga situasi kambtibmas. Sudah menjadi hal yang biasa bagi anggota Polri berjaga 24 jam di lapangan, jalanan, pos pengamanan, dan objek wisata, saat semua warga sedang merayakan kegembiraan dan kebahagiaan bersama keluarga setiap Lebaran.
Sementara di satu sisi ancaman selalu mengintai dari pelaku teror yang bisa datang dan terjadi di mana saja dan kapan saja. Meski melaksanakan tugas dengan taruhan nyawa dan ancaman teror, semua anggota Polri ikhlas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat mulai dari Giat Ramadan sampai Lebaran.
Inilah cara kami untuk lebih mendekatkan diri kepada masyarakat dengan aksi nyata sebagai wujud kepedulian dan sebagai bagian dari masyarakat. Kami ingin hadir sebagai polisi yang tak hanya dipadang dan dianggap sebagai aparat penegak hukum. Karena polisi bukan Superman yang selalu bisa hadir saat warga membutuhkan pertolongan.
Polisi juga bukan Superman yang bisa membasmi semua kejahatan. Karena polisi juga manusia biasa yang tak luput dari salah dan khilaf. Saya atas nama pribadi dan seluruh anggota Polri menyampaikan permohonan maaf dari hati yang tulus atas kekurangan dan ketidakmampuan kami untuk memberikan pelayanan yang maksimal. Minal Aidin Waf Faidzin, mohon maaf lahir batin.
Selamat HUT Bhayangkara ke-71 kepada seluruh anggota Polri di manapun berada. Yakinlah bahwa pengabdian dan dedikasi serta loyalitas atas pekerjaan kita menjaga dan mengayomi adalah sumpah yang harus dilaksanakan dengan segala risikonya. Tetap semangat dan loyalitas tanpa batas polisiku. Karena polisi bukan sekedar profesi, tapi sebuah jalan untuk mengabdi. (*)
Penulis: Kabag Ops Polres Kotabaru
Sumber Berita : http://kalsel.prokal.co/read/news/9901-polisi-bukan-superman.html
Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Rabu/05072017/09.30Wita/Bjm