Difitnah, Warga Lok Buntar Sungai Tabuk Datangi Ulama Sugianor
KabarKalimantan, Marabahan – Puluhan warga Desa Lok Buntar, Kecamatan Sungai Tabuk, Kabupaten Banjar, mendatangi rumah ulama Sugianor A. Fajar ke Komplek Persada Baru II, III, dan IV Kelurahan Handil Bakti, Kecamatan Alalak, Barito Kuala. Mereka ingin memberi dukungan moral atas dugaan isu penistaan, fitnah, dan penangkapan terhadap ulama Sugianor.“Kami enggak terima seorang ulama dilecehkan dan dinistakan, karena ada pembekal yang bilang ulama (Sugainor) meresahkan masyarakat, itu enggak benar. Kami yang mengundang Ustad Sugianor untuk ceramah di desa,” kata seorang anggota BPD Desa Lok Buntar, Nasrullah ketika berkumpul di rumah Ustad Sugianor, Sabtu (21/10/2017). Warga turut mengacungkan KTP asli Lok Buntar sebagai penanda dukungan ke Sugianor.
Menurut Nasrullah, Kepala Desa Lok Buntar, Kusairi, justru yang membuat kisruh dan resah karena kedapatan menyelewengkan bantuan beras miskin sebanyak 905 kemasan pada 2013. Menginjak Januari 2014, ia mengatakan Kades Kusairi pernah meneken surat pernyataan mengundurkan diri setelah terungkap menggelapkan bantua raskin.
Persoalannya, kata Nasrullah, Bupati Banjar saat itu, Khairul Saleh, belum meneken SK pemberhentian Kusairi. Warga pun pernah menyegel kantor desa setelah kesal melihat ulah Kades Kusairi. Warga memang medesak Kusairi mundur ketimbang dilaporkan ke polisi.
“Bahkan tahun 2015 dan 2016 lalu, Inspektorat Kabupaten Banjar menemukan ada 10 item pengerjaan proyek Dana Desa yang bermasalah. Kalau Dana Desa ini, kami minta aparat hukum mengusut penyelewengannya di Lok Buntar,” kata Nasrullah disambut pekik puluhan warga Lok Buntar.
Menurut Nasrullah, Kades Kusari tertutup soal penggunaan Dana Desa dan jarang melibatkan peran BPD Lok Buntar. Adapun seorang warga lainnya, Murjani, menguatkan pengakuan Nasrullah tersebut. Murjani menuturkan, Kades Kusairi kerap bersikap arogan kepada warga desa. “Kami minta kades mundur dan polisi harus mengusut temuan penggunaan Dana Desa tahun 2015 dan 2016,” kata Murjani.
Sementara itu, Ulama Sugianor A. Fajar, terharu melihat inisiatif puluhan warga Lok Buntar yang memberi dukungan moral. Sugianor siap meladeni ancaman Kades Kusairi lewat kuasa hukumnya, Aspihani Ideris, yang ingin melaporkan balik ke polisi. Maklum, Sugianor lebih dulu melaporkan Kusairi ke Ditreskrimum Polda Kalimantan Selatan atas dugaan pencemaran nama baik, perusakan motor, dan penganiayaan.
“Silahkan kalau dilaporkan balik, saya siap hadapi. Saya minta penegak hukum, terutama kepada Bapak Kapolda, Bapak Kapolres, dan jajaran kepolisian, tuntasKan kasus ini dan kembalikan nama baik saya. Yang merusak kendaraan saya, mengancam saya, diproses secara hukum,” kata Sugianor disambut pekik puluhan warga,”Betul.”
Sugianor pun menampik omongan Kades Kusairi yang menuduhnya bikin resah warga 10 desa se-Kecamatan Sungai Tabuk. Sebab, kata Sugianor, warga dan kepala desa umumnya merespons positif dakwah keagamaan yang diinisiasinya. Melalui dakwah, Sugianor ingin mengigatkan aparatur desa mesti mengayomi warganya dan memanfaatkan Dana Desa sebaik-baiknya.
“Saya kenal Gubernur Sahbirin sudah lama, sejak masih sekcam. Saya bilang ke Gubernur, saya ingin iktikaf ke desa-desa karena banyak warga yang mengeluh soal penggunaan Dana Desa. Gubernur datang ke rumah saya. Perlu diingat, saya tidak minta upah dan uang. Saya pakai uang pribadi, itulah fungsi ulama, mengayomi umat,” kata Sugianor.
Ia tak keberatan kalaupun Gubernur Kalsel, Sahbirin Noor mencabut surat mandat yang pernah diteken. Toh, Sugianor tetap dakwah keagamaan ke desa-desa walau tanpa surat mandat itu.
“Ulama ini jangan hanya disuruh baca doa dan mensalatkan orang meninggal. Tugas ulama itu dunia dan akhirat, ingat itu! Allah paling murka dengan orang yang pandai urusan dunia, tapi tidak pandai urusan akhirat. Ulama ini enggak bisa dibikin-bikin, bukan saya yang minta. Warga yang memanggil saya ulama,” kata Sugianor.
Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Minggu/22102017/09.28Wita/Bjm