» » » » » » Selamat Natal : Dr Marudut Tampubolon SH MM MH Advokat/Pemerhati Hukum dan Sosial Keagamaan berkata Yesus Kristus adalah sosok yang maha perkasa, tidak perlu dibela, dikasihani atau bahkan dininabobokan. Justru sebaliknya, umatnya yang seharusnya berharap dijamah dan diberkati olehNya dan syarat untuk itu mudah saja, “Hiduplah dalam Kebenaran”

Selamat Natal : Dr Marudut Tampubolon SH MM MH Advokat/Pemerhati Hukum dan Sosial Keagamaan berkata Yesus Kristus adalah sosok yang maha perkasa, tidak perlu dibela, dikasihani atau bahkan dininabobokan. Justru sebaliknya, umatnya yang seharusnya berharap dijamah dan diberkati olehNya dan syarat untuk itu mudah saja, “Hiduplah dalam Kebenaran”

Penulis By on Jumat, 22 Desember 2017 | No comments

Ketika Bayi Yesus Dipertontonkan

Oleh: Dr Marudut Tampubolon SH MM MH
Advokat/Pemerhati Hukum dan Sosial Keagamaan
Pernik natal selain pohon terang (populer pohon natal), tentu saja palungan, boneka bayi dan kandang domba. Peringatan ulang tahun kelahiran Yesus itu selalu berulang diasesoriskan menjadi bayi yang tidak berdaya dan dilahirkan di kandang domba.
Padahal, peristiwa kelahiran hanya sekali, demikian juga kematian dan rentang waktu itu dialami Yesus hanya 33 tahun hingga berakhir dengan kenaikan ke Surga yang baka yang semua manusia mendambakannya.
Yesus Kristus adalah sosok yang maha perkasa, tidak perlu dibela, dikasihani atau bahkan dininabobokan. Justru sebaliknya, umatnya yang seharusnya berharap dijamah dan diberkati olehNya dan syarat untuk itu mudah saja, “hiduplah dalam kebenaran”.
Ada sekitar 25 juta orang di Indonesia merayakan Natal pada tanggal 25 Desember setiap tahunnya. Perayaan itu lengkap dengan berbagai pernik baik yang bersifat ritual maupun aspek sosiokuluralnya.


Aspek ritual misalnya direfleksikan dengan mendatangi gereja untuk acara kebaktian. Dilantunkan lagu-lagu Natal yang secara berulang memutar kisah Natal klasik yang dimaknai berdasar waktu dan nuansa kekinian. Disenandungkan secara khidmat, satu lagu Natal terpopuler di Indonesia yaitu “Malam Kudus”. Ini adalah terjemahan bahasa Indonesia dari Silent Night, sebuah lagu Natal klasik di Eropa dan Amerika Utara pada masa lalu dan juga terus disenandungkan hingga kini.
Dalam aspek sosiokultural, peringatan Natal dirayakan dengan berbagai hidangan dan sajian yang dibuat dengan penuh makna. Di sebagian besar wilayah Indonesia, makanan yang dimakan saat Natal mencakup kombinasi masakan lokal dan hidangan tradisional. Kukis biasanya dinikmati di seluruh Indonesia pada Hari Natal. Hidangan ini memaknai ketaatan terhadap ajaran Kristiani dan refleksi rasa syukur yang tulus.
Kue yang paling populer adalah nastar, kastengel, dan putri salju. Nastar adalah kue mentega yang diisi selai nanas. Kastengel adalah kue Belanda dan Putri salju adalah kue mentega yang diisi gula bubuk dan keju. Kesemuanya melambangkan kesetiaan dan persaudaraan, dihidangkan kepada tetamu yang berkunjung ke rumah yang harus disambut dengan ramah.
Sementara di belahan Nusantara bagian Timur, tepatnya di Papua daging panggang merupakan makanan pokok untuk makanan Natal. Seringkali disajikan dengan bayam, ubi jalar atau pepaya. Sementara di belahan Nusantara lain, tepatnya di Sumatera Utara, daging sapi atau ayam dinikmati setelah seekor sapi dikorbankan, yang mengandung dimensi ritualitas. Kesemuanya mengandung makna yang sama, refleksi kegembiraan dan kesetiaan serta persaudaraan.
Kini kita hidup sekarang, di sini, mengapresiasi peristiwa Natal yang selalu berulang di setiap almanak 25 Desember, hari kudus penuh makna. Setiap hari Natal selalu mencerminkan keabadian sebagai media interaksi. Tidak saja dengan sesama umat Kristiani, tetapi juga masyarakat secara keseluruhan. Dalam interaksi sosial ini secara komunal semuanya terpengaruh, baik kecil maupun besar dengan datangnya hari kudus tersebut.

Sejarah dan Selamat Natal
Pengaruh nyata dalam kehidupan bermasyarakat misalnya tercermin dari liburnya tanggal 25 Desember dengan segala konsekuensinya. Termasuk kontroversi boleh tidaknya mengucapkan selamat Natal bagi umat (agama) lain kepada umat Kristiani. Namun hal ini tidak harus dijadikan sebagai masalah mendasar. Kontroversi ini hendaknya diletakkan pada kontekstualitas perbedaan pandangan yang tidak harus dijadikan sebagai sumber renggangnya interaksi sosial.
Pada perspektif kehidupan komunal di alam fana ini, Natal adalah saat yang ditunggu. Saat yang paling membahagiakan dan paling menyibukkan pada akhir tahun itu. Berjuta umat yang percaya kepada Kristus merayakan tanggal 25 Desember sebagai hari raya yang istimewa. Mereka memercayai hari itu adalah kelahiran Yesus Kristus. Bahkan para pebisnis sering mengambil keuntungan dari pemberian hadiah pada musim ini untuk mendapatkan keuntungan tambahan.
Pada hari yang sakral ini, peringatan hari suci seharusnya dilaksanakan dengan penuh kasih tanpa ada hitungan ekonomis apalagi dikomersialkan. Tindakan ketidaksetujuan, sering disuarakan dalam slogan semisal: Taruhlah Kristus di balik hari Natal. Hal ini didasari pada ajaran Alkitab bahwa di dalamnya berdiam tentang perayaan istimewa sebagai pertanda kelahiran Yesus tersebut.
Refleksi dari kelahiran Yesus ini juga tecermin dalam perayaan penuh makna, yang berawal dari penyembahan berhala. Ajaran itu bukan dari Alkitab. Namun lebih pada praktik pemujaan yang terus berkembang dari waktu ke waktu. Nama Christmas (Natal) itu sendiri misalnya, berasal dari kata Christ (Kristus) dan mass (hari raya besar) yang ditujukan kepada penyembahan gereja Roma Katolik pada masanya.
Tampilan visualnya dalam bentuk pohon Natal yang dikenal sekarang ini berawal di Scandinavia. Para penyembah berhala di belahan dunia itu menyembah pepohonan sebelum mereka menjadi para domba yang percaya kepada Kristus sang Gembala. Mereka kemudian menghiasinya dengan beragam macam hiasan warna warni yang disebut Druids, yang menggunakan hiasan sebagai jimat pengusir roh jahat.
Berikutnya, pembakaran batang kayu Natal yang sudah biasa dilakukan di banyak negara, berasal dari Skandinavia kuno yang membakar sepotong batang kayu sekali setahun. Tujuannya adalah untuk menghormati Thor dewa Guntur. Demikian pula ada tampilan berbeda dari belahan dunia lain, hingga adab beragama memengaruhinya menjadi tradisi dalam perayaan Natal.

Makna Kekinian
Pada aspek kesejarahan, Alkitab memberikan dua cerita tentang kelahiran Yesus. Keduanya ditemukan dalam kitab Matius 1 dan 2 serta Lukas 2. Tidak disebutkan penanggalannya. Juga tidak ada perintah yang diberikan untuk merayakan hari kelahiran Tuhan itu. Demikian pula tidak ditemukan contoh dalam Perjanjian Baru adanya perayaan kelahiran Kristus.
Malah sebaliknya Perjanjian Baru menekankan pada kematian dan kebangkitan Kristus. KematianNya adalah untuk pengampunan dosa seluruh umat manusia yang memercayainya. KematianNya adalah untuk kemenangan seluruh manusia atas kematian. Perjamuan Tuhan adalah untuk “memperingati kematian Tuhan hingga Ia datang” (1 Korintus 11:26). Satu-satunya hari di luar dari perayaan istimewa agama dalam Perjanjian Baru adalah hari Tuhan, hari Minggu, hari pertama dalam minggu itu (Kisah Rasul 20:7; 1 Korintus 16:2; Wahyu 1:10).
Dalam perspektif pemaknaan sosial dari peristiwa Natal dapat dipahami bahwa perjuangan yang dilakukan oleh Yesus beserta penerusnya hingga kini adalah tetap menggerakkan pada perjuangan demi peningkatan kualitas hidup dan kehidupan. Baik kehidupan pribadi, orang sekitar maupun masyarakat secara luas. Jadi pemaknaan sosial utamanya adalah kebersamaan yang harus terus menerus dipupuk demi kebahagiaan hidup diri dan sesama.
Peringatan (ulang tahun) sejatinya dirayakan pada tanggal kelahiran atau sesudahnya, peringatan menyongsong, berulang-ulang, glamour dan bagi-bagi hadiah atas nama kepedulian, membuat maknanya kehilangan ruh keteladanan yang wajib dipikul sebagai umat Nasrani.
Hal ini menjadi dasar dari peristiwa Natal yang kudus dari waktu ke waktu. Terus dilestarikan bagi siapa yang meyakininya, atas dasar pengabdian kepada agama yang diyakini dengan sepenuh jiwa. Selamat menyongsong dan selamat merayakan Natal bagi yang merayakan.
Ketika Bayi Yesus Dipertontonkan
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2017/12/23/ketika-bayi-yesus-dipertontonkan?page=all

Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Sabtu/23122017/10.34Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya