» » » » » » » » » Setiap 3 Desember, masyarakat dunia merayakan Hari Disabilitas Internasional, bagaimana dengan di Indonesia : "Movement for Movement" Kalau bukan kita yang mendukung mereka, siapa lagi?

Setiap 3 Desember, masyarakat dunia merayakan Hari Disabilitas Internasional, bagaimana dengan di Indonesia : "Movement for Movement" Kalau bukan kita yang mendukung mereka, siapa lagi?

Penulis By on Jumat, 15 Desember 2017 | No comments


Hari Disabilitas Dunia: Kami Butuh Teman Untuk Bisa Terus Bergerak

TRIBUNNEWS.COM -  Setiap 3 Desember, masyarakat dunia merayakan Hari Disabilitas Internasional. Begitu juga dengan Indonesia.
Dilansir dari data Badan Pusat Statistik (BPS) Republik Indonesia, pada 2010 tercatat jumlah penyandang disabilitas mencapai sekira 9.046.000 jiwa dari sekira 237 juta jiwa. Jika dikonversi dalam bentuk persen, jumlahnya sekira 4,74 persen.
Sayangnya, penyandang disabilitas di Tanah Air masih saja mengalami berbagai diskriminasi dalam pemenuhan haknya. Kehadiran negara juga dirasa kurang dalam memberikan jaminan dan perlindungan bagi penyandang disabilitas. 


Akses disabilitas
Infrastruktur yang tidak berpihak ini membuat mereka yang memiliki kebutuhan khusus akhirnya tidak bisa mandiri saat berada di ruang publik. Sebagian besar dari mereka bahkan harus bergantung pada bantuan orang lain.
Abdurrahman, misalnya. Sebagai seorang tuna netra, setiap perjalanan menggunakan kereta adalah sebuah petualangan baginya. Selalu saja ada yang memberi pengalaman khusus.
Dilansir dari bbc.com, setidaknya dua kali dalam seminggu, Abdurrahman harus menggunakan kereta dari Jakarta untuk pulang ke rumah kerabatnya di Depok atau ke rumah orangtuanya di Serang.
Sehari-harinya dia kuliah di jurusan ekonomi syariah pada sebuah kampus keagamaan di Kebayoran Lama, Jakarta.
Bukan hanya harus berebutan naik ke dalam kereta, sebagai penyandang disabilitas, dia belum tentu mendapat tempat duduk, meskipun sering ada pengumuman untuk memprioritaskan penyandang disabilitas dan lanjut usia. Tidak ketinggalan juga ibu hamil.
Tak dapat tempat duduk barulah satu dari daftar kesulitan yang dihadapi Abdurrahman menggunakan layanan kereta.
Dia harus rajin-rajin bertanya jika tak ingin kelewatan turun di satu stasiun, karena, dari pengalamannya, tak semua kereta konsisten mengumumkan stasiun yang dimasuki.
Masih banyak Abdurrahman-Abdurrahman lainnya yang merasakan kesulitan dalam bermobilitas di kota-kota besar.
Oleh karena itu, menjawab persoalan di atas, Rexona menginisiasi sebuah gerakan bernama Movement for Movement. Gerakan ini mengajak semua orang untuk ikut #TERUSGERAK guna membantu teman-teman disabilitas agar bisa bergerak dengan nyaman dan aman.
Dengan bergabung di www.movementformovement.id, kita bisa membantu mereka memberikan informasi mengenai lokasi-lokasi yang menyediakan fasilitas untuk disabilitas. Gerakan ini juga didukung oleh beberapa public figure yang ditunjukkan dari akun sosial mereka.
Penulis: Dana Delani
Kalau bukan kita yang mendukung mereka, siapa lagi?
Hari Disabilitas Dunia: Kami Butuh Teman Untuk Bisa Terus Bergerak
Ilustrasi 
rexona
Akhir Agustus lalu, kaum disabilitas menyuarakan kebutuhan akan jalur pedestrian yang ramah dan aman akibat banyaknya trotoar yang digunakan untuk parkir mobil atau motor. Tempat pejalan kaki juga dipenuhi oleh pedagang kaki lima sehingga fasilitas untuk disabilitas ikut menjadi rusak.
(RRI.co.id)
ariefmuhammad
Kemarin pas lagi jalan-jalan sore di Madrid, gue baru sadar kalau di sini fasilitas untuk temen-temen disabilitas sudah lumayan diperhatikan dan bikin nyaman mereka. Dari situ gue baru sadar kalau di Jakarta masih susah banget nemuin fasilitas untuk mereka. Dalam rangka Hari Disable Internasional, gue juga pengen kalian bisa share pengalaman kalian dengan foto sama kayak gue di tempat yang kalian rasa belum membuat nyaman temen-temen disable. Pastiin pake hashtag #TERUSGERAK ya biar gue juga bisa liat. Mari sama-sama bantu mereka untuk bergerak lebih mudah #TERUSGERAK dengan bantu dukung dan signing up ke www.movementformovement.id
kadekarini
Kalau lagi jalan kaki di Jakarta, i sometimes wonder, kapan kita punya pedestrian yang layak untuk pejalan kaki. Beberapa kali saat sedang traveling di negara maju, gue salut sama pemerintah nya yang sangat memikirkan hak-hak pejalan kaki. Lebih dari itu, mereka juga merangkul hak teman - teman difable untuk bisa tetap beraktivitas di fasilitas publik, salah satu contohnya dari sisi desain pedestrian yang lebar dan memiliki yellow block sign untuk tuna netra, dan ramps yang dapat di gunakan sebagai pengganti tangga. Lampu lalu lintas pun dilengkapi dengan suara bukan hanya melalui visual. . In honor of International Day of Disabled Persons, gue ajak kalian untuk share pengalaman dengan take picture kayak gue di tempat yang menurut kalian masih belum ramah disabilitas. Jangan lupa pakai hashtag #TERUSGERAK supaya gue juga bisa liat. Let’s support our difable friend to #TERUSGERAK by signing up your email in www.movementformovement.id
instagram.com/kadekarini
aulion
Waktu itu pas mau nyebrang ke kampus, gue kepikiran satu hal, ya memang sih ada trotoar, ada zebracross juga, tapi ada yang ngeganjel: susah untuk temen yang disabilitas ngegunain trotoar (gak ada naikannya) dan sempit. Problem kayak gini bikin gue kepikiran hal lain, pasti masih banyak tempat-tempat yang perlu diperbaikin dan jadi lebih bersahabat untuk semua. Karena pas banget hari ini adalah Hari Disable Internasional, gue mau kalian juga foto kayak gue dan share apa sih yang di pikiran kalian kalau liat fasilitas yang belum ramah disabilitas , Let’s support our difable friend to move around (to #TERUSGERAK) by signing up your email in www.movementformovement.id LET’S GO! LET’S SUPPORT!
instagram.com/aulion
Sumber Berita : http://www.tribunnews.com/nasional/2017/12/07/hari-disabilitas-dunia-kami-butuh-teman-untuk-bisa-terus-bergerak
 Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Sabtu/16122017/08.30Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya