Gus Dur: Islam Kaset dan Kebisingannya
DutaIslam.Com - Suara bising yang keluar dari kaset biasanya dihubungkan dengan musik kaum remaja. Rock ataupun soul, iringan musiknya dianggap tidak bonafide kalau tidak ramai.Kalaupun ada unsur keagamaan dalam kaset, biasanya justru dalam bentuk yang lembut. Sekian buah baladanya Trio Bimbo, atau lagu-lagu rohani dari kalangan gereja. Sudah tentu tidak ada yang mau membeli kalau ada kaset berisikan musik agama yang berdentang-dentang, dengan teriakan yang tidak mudah dimengerti apa maksudnya.
Tetapi ternyata ada “persembahan” berirama, yang menampilkan suara lantang. Bukan musik keagamaan, tetapi justru bagian integral dari upacara keagamaan: berjenis-jenis seruan untuk beribadat, dilontarkan dari menara-menara masjid dan atap surau.
Apalagi malam hari, lepas tengah malam di saat orang sedang tidur lelap. Dari tarhim (anjuran bangun malam untuk menyongsong saat shalat subuh) hingga bacaan Quran dalam volume yang diatur setinggi mungkin. Barangkali saja agar lebih “terasa” akibatnya: kalau sudah tidak dapat terus tidur karena hiruk-pikuk itu, bukankah memang lebih baik bangun, mengambil air sembahyang dan langsung ke masjid?
Bacaan Al Quran, tarhim dan sederet pengumuman, muncul dari keinginan menginsafkan kaum musilimin agar berperilaku keagamaan lebih baik. Bukankah shalat subuh adalah kewajiban? Bukankah kalau dibiarkan tidur orang lalu meninggalkan kewajiban? Bukankah meninggalkan kewajiban termasuk dosa? Bukankah membiarkan dosa berlangsung tanpa koreksi adalah dosa juga? Kalau memang suara lantang yang mengganggu tidur itu tidak dapat diterima sebagai seruan kebajikan (amar ma’ruf), bukankah minimal ia berfungsi mencegah kesalahan (nahi munkar)?
Sepintas lalu memang dapat diterima argumentasi skolastik seperti itu. Ia bertolak dari beberapa dasar yang sudah diterima sebagai kebenaran: kewajiban bersembahyang, kewajiban menegur kesalahan dan menyerukan kebaikan. Kalau ada yang berkeberatan, tentu orang itu tidak mengerti kebenaran agama. Atau justru mungkin meragukan kebenaran Islam? Undang-undang negara tidak melarang. Perintah agama justru menjadi motifnya. Apa lagi yang harus dipersoalkan? Kebutuhan manusiawi bagaimanapun harus mengalah kepada kebenaran Ilahi. Padahal, mempersoalkan hal itu se benarnya juga menyangkut masalah agama sendiri.
Mengapa diganggu?
Nabi Muhammad mengatakan, kewajiban (agama) terhapus dari tiga macam manusia: mereka yang gila (hingga sembuh), mereka yang mabuk (hingga sadar), dan mereka yang tidur (hingga bangun). Selama ia masih tidur, seseorang tidak terbebani kewajiban apa pun. Allah sendiri telah menyedia kan “mekanisme” pengaturan bangun dan tidurnya manusia. dalam bentuk metabolisme badan kita sendiri.
Jadi tidak ada alasan untuk membangunkan orang yang sedang tidur agar bersembahyang – keculai ada sebab yang sah menurut agama, dikenal dengan nama ‘illat. Ada kiai yang menotok pintu tiap kamar di pesantrennya untuk membangunkan para santri. ‘Illat-nya: menumbuhkan keiasaan baik bangun pagi, selama mereka masih di bawah tanggung jawabnya. Istri membangunkan suaminya untuk hal yang sama, karena memang ada ‘illat: bukankah sang suami harus menjadi teladan anak-anak dan istrinya di lingkungan rumah tangganya sendiri?
Tetapi ‘illat tidak dapat dipukul rata. Harus ada penjagaan untuk mereka yang tidak terkena kewajiban: orang jompo yang memerlukan kepulasan tidur, jangan sampai tersentak. Wanita yang haid jelas tidak terkena wajib sembahyang. Tetapi mengapa mereka harus diganggu? Juga anak-anak yang belum akil baligh (atau tamyiz, sekitar umur tujuh delapan tahunan, menurut sebagian ahli fiqh mazhab Syafi’i).
Tidak bergunalah rasanya memperpanjang illustrasi seperti itu: akal sehat cukup sebagai landasan peninjauan kembali “kebijaksanaan” suara lantang di tengah malam — apalagi kalau didahului tarhim dan bacaan Al Quran yang berkepanjangan. Apalagi, kalau teknologi seruan bersuara lantang di alam buta itu hanya menggunakan kaset! Sedang pengurus masjidnya sendiri tenteram tidur di rumah. [dutaislam.com/gg]
Dimuat di Majalah Tempo, 20 Februari 1982.
Oleh KH Abdurrahman Wahid
Jadi Saksi Ahli Kasus Adzan, Ketua Lakpesdam PBNU Minta Maaf Keterangannya "Tak Didengar" Hakim
DutaIslam.Com - Perempuan bernama Meiliana (44) yang mengeluh karena suara adzan pada 2016 lalu diganjar hukuman. Majelis hakim memvonis warga Tanjung Balai, Sumatera Utara tersebut dengan hukuman 18 bulan penjara.
Ketua Lakpesdam PBNU Rumadi Ahmad, yang menjadi saksi ahli dalam persidangan kasus tersebut, menyampaikan permohonan maaf kepada Meiliana lantaran keterangannya "tak didengar" oleh hakim.
"Ibu Meiliana, maafkan aku. Ternyata keterangan saya sebagai saksi ahli dalam persidanganmu tak didengarkan hakim. Hakim lebih memilih bisikan lain, daripada bisikanku. Saya sudah berusaha sekuat pengetahuan yang saya miliki untuk membebaskankanmu dari tuduhan melakukan penodaan agama, meskipun saya tahu biasanya hakim tidak akan tahan dengan tekanan massa. Engkau akhirnya tetap divonis melakukan penodaan agama dengan pidana 18 bulan," kata Rumadi melalui akun facebooknya, Rumadi Ahmad, Rabu (22/08/2018).
Rumadi sempat menduga, jaksa bisa terpengaruh dengan argumentasinya dan menuntut Meiliana bebas. Tapi dugaannya meleset. Ia mengaku sedih atas vonis yang dijatuhkan hakim.
"Saya sangat sedih mendengar vonis yang dijatuhkan hakim ini. Keluhanmu atas suara azan yang semakin bising mengantarkanmu ke bui. Engkau sudah menjadi kurban, hanya beberapa hari sebelum Idul Kurban. Sedih..," lanjut Rumadi.
Ia menyampaikan beberapa hal yang ditekankan dalam keterangannya sebagai saksi ahli, sebagai berikut:
1. Penerapan pasal 156a tidak bisa berdiri sendiri, tapi harus dikaitkan dg pasal 1 UU No. 1/PNPS/1965. Meski saya tdk setuju dengan UU ini tapi faktanya UU ini masih berlaku. Mengapa Pasal 1? Karena disitulah substansi penodaan agama, yaitu "….. menceritakan, menganjurkan atau mengusahakan dukungan umum untuk melakukan penafsiran tentang suatu agama yang dianut di Indonesia atau melakukan kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan keagamaan yang menyerupai kegiatan-kegiatan dari agama itu; penafsiran dan kegiatan mana menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama itu".
Dengan memperhatikan ketentuan Pasal 1 tersebut terdakwa tidak melakukan kegiatan sebagaimana dimaksud dalam pasal tersebut sehingga tidak bisa dikatakan melakukan penodaan agama. Terdakwa tidak melakukang dukungan umum, juga tidak menyampaikan perasaannya di muka umum. DIa hanya menyempaikan dalam perbincangan kecil engan beberapa orang yang kemudian disebarkan ke banyak orang. Terdakwa juga tidak melakukan penafsiran agama yang menyimpang dari pokok-pokok ajaran agama.
2. Adzan itu bukan ashlun min ushuluddin, bukan pokok-pokok ajaran agama sehingga tidak bisa dijadikan dasar penodaan agama. Adzan pada dasarnya adalah seruan panggilan untuk solat. Meskipun bagian dari syiar Islam, tapi hukumnya sunnah. Artinya adzan bukanlah suatu kewajiban.
3. Adzan dan pengeras suara dalam adzan adalah dua hal yang berbeda. Panggilan solat bisa dilakukan bisa dengan berbagai macam cara. Dulu sebelum ada pengeras suara panggilan solat biasa dilakukan dengan memukul bedug atau kentongan sebagai tanda sudah masuk waktu solat.
4. Mempermasalahkan pengeras suara adzan tidak bisa dimaknai mempersoalkan adzan itu sendiri. Dalam hukum Islam, adzan tidak masuk persoalan dharuri (sesuatu yang menjadi pokok ajaran agama yang wajib ditunaikan). Paling tinggi derajatnya hajiyah (sebagai kebutuhan yang harus ditunaikan supaya memudahkan urusan agama, sehingga adzan hukumnya sunnah –paling tinggi sunnah muakkad). Sedangkan pengeras suara masuk kategori tahsiniyah (untuk semarak dan keindahan Islam).
5. Pengeras suara adzan mempunyai dua sisi: sebagai syiar Islam di satu sisi, tapi dia juga punya potensi untuk mengganggu kedupan sosial, terutama dalam masyarakat yang plural. Karena itulah pemerintah, melalui Dirjen Biman Islam Kementerian Agama mengeluarkan Instruksi DIrjen Bimas Islam Nomer KEP/D/101/78 tentang Tuntunan Penggunaan Pengeras Suara di Masjid dan Musolla. Dalam isntruksi tersebut ada tuntunan bagaimana seharusnya pengeras suara digunakan dalam masjid dan musolla yang intinya sangat penting memperhatikan ketenangan masyarakat. Jangan sampai pengeras suara adzan –yang hukumnya sunnah—merusak sendi-sendi keharmonisan masyarakat.
6. Karena itu penting adanya toleransi dua arah: pengelola tempat ibadah penting menyelami masyarakat, terutama non-muslim, tapi yang non-muslim juga perlu mengerti mengapa umat Islam menggunakan pengeras suara dalam adzan. Kalau ada pihak yang terganggu harus diselesaikan dengan mengedepankan prinsip toleransi tersebut.
"Sayangnya keterangan saya tak dipertimbangkan hakim, sebagaimana dalam kasus-kasus sejenis di tempat yang lain," ungkapnya. [dutaislam.com/gg]
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/jadi-saksi-ahli-kasus-adzan-ketua-lakpesdam-pbnu-minta-maaf-keterangannya-tak-didengar-hakim.html
Mengeluh Suara Adzan Jadi Penistaan Agama, PBNU Protes
DutaIslam.Com – Perempuan bernama Meiliana (44) yang mengeluh karena suara adzan pada 2016 lalu diganjar hukuman. Majelis hakim memvonis warga Tanjung Balai, Sumatera Utara tersebut dengan hukuman 18 bulan penjara.Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) memprotes vonis tersebut. Ketua PBNU bidang Hukum, HAM dan Perundang-undangan, Robikin Emhas menilai, penangkapakan Meiliana yang didakwa kasus dugaan penistaan tidak benar.
Menurut Robikin, vonis tersebut tidak dapat dibenarkan karena ungkapan Meiliana merupakan bentuk hak menyatakan pendapat yang seharusnya tidak diposisikan sebagai sebuah kasus penistaan agama.
"Mengatakan suara azan terlalu keras menurut pendapat saya bukan penistaan agama. Saya berharap penegak hukum tidak menjadikan delik penodaan agama sebagai instrumen untuk memberangus hak menyatakan pendapat," kata Robikin, Selasa (21/08/2018) dilansir dari viva.co.id
Menurut Robikin, persoalan penistaan agama pada dasarnya telah diatur dalam Pasal 156 KUHP. Yakni, barang siapa di muka umum menyatakan perasaan permusuhan, kebencian atau penghinaan terhadap suatu atau beberapa golongan rakyat Indonesia diancam dengan pidana penjara paling lama empat tahun atau pidana denda paling banyak Rp4.500.
Selain itu, Pasal 156a KUHP juga menyebut, "Barang siapa dengan sengaja di muka umum mengeluarkan perasaan atau melakukan perbuatan yang bersifat permusuhan, penyalahgunaan, atau penodaan terhadap suatu agama yang dianut di Indonesia."
Sementara apa yang dilakukan Meiliana tidak termasuk dalam perkara tersebut. [dutaislam.com/pin]
Meiliana divonis 18 bulan setelah dinilai penistakan agama karena mengeluh dengan suara adzan. Foto: Istimewa.
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/mengeluh-suara-adzan-jadi-penistaan-agama-pbnu-protes.html
Gus Yusuf: Bebaskan Meiliana Demi Kemuliaan Islam
DutaIslam.Com - Vonis majelis hakim 18 bulan penjara yang dijatuhkan kepada Meiliana (44) karena mengeluhkan suara adzan, disayangkan banyak pihak, termasuk Gus Yusuf Chudlory.Pengasuh Pondok Pesantren API Tegalrejo Magelang ini menilai bahwa hukuman yang dialamatkan kepada Meiliana justru mencoreng wajah Islam.
"Bebaskan Meiliana demi kemuliaan Islam," tulis Gus Yusuf melalui akun twitternya, @yusuf_ch, Kamis (23/08/2018).
Gus Yusuf menegaskan, tidakan intoleransi yang terjadi di Indonesia tidak bisa dibiarkan lagi. "Jangan kasih ruang intoleransi di bumi pertiwi," lanjutnya.
Sebelumnya, Ketua Lakpesdam PBNU Rumadi Ahmad, yang menjadi saksi ahli dalam persidangan kasus tersebut, menyampaikan permohonan maaf kepada Meiliana lantaran keterangannya "tak didengar" oleh hakim.
Ia menuliskan catatan keterangan beberapa poin pembelaannya kepada Meiliana.
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/gus-yusuf-bebaskan-meiliana-demi-kemuliaan-islam.html
DutaIslam.Com - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Muhadjir Effendy justru memberikan bantuan sebesar Rp 25 juta untuk Yayasan Kartika Jaya V-69 yang menyelenggarakan pawai siswa TK dengan mengenakan cadar hitam dan memegang replika senjata.
"Kami beri bantuan berupa uang sebesar Rp25 juta untuk TK V-69 supaya dipergunakan untuk keperluan Sekolah kususnya anak yang kurang mampu," katanya saat saat mengunjungi TK Kartika V-69, di Probolinggo, Jawa Timur, pada minggu sore (19/08/2018), sebagaimana dilansir CNN Indonesia.
Menurut Muhadjir, pawai siswa TK dengan mengenakan cadar hitam dan memegang replika senjata itu bukanlah masalah besar. Baginya, substansi pawai itu tetap bagus karena bertema perjuangan umat Islam dalam kemerdekaan Indonesia.
"Itu hanya kebetulan saja dan tidak terpikir dampaknya seperti ini," tutur Mendikbud, dikutip dari Antara.
"Kalau memang belum waktunya dikenalkan properti itu, sebaiknya dipertimbangkan masak-masak lebih dulu," imbuhnya.
Sebelumnya, PCNU Probolinggo menilai, penggunaan kostum bercadar dengan membawa replika laras panjang sebagai representasi simbol dari perjuangan Rasulullah dan peningkatan keimanan, merupakan pemahaman kurang tepat tentang dakwah dan perjuangan Nabi.
"Dari fenomena ini, seolah perjuangan Rasulullah hanya berkisar pada ujung pedang dan senjata," tandasnya, dalam keterangan tertulis yang ditandatangani Rais yakni KH Abdul Aziz Fadlol, Kiai Muhtam (katib), H Samsur (ketua), serta H Moh Ilyas Rolis sebagai sekretaris.
Menurutnya, penting untuk menanamkan pemahaman keagamaan terutama di kalangan pendidik (guru, ustadz) dari semua tingkatan lembaga pendidikan (TK, SD, SLTP, SLTA) di Kota Probolinggo. "Tentang manhaj Dakwah Rasulullah dan Islam rahmah yang nantinya ditransformasikan bagi seluruh peserta didik sebagai generasi penerus NKRI," jelasnya. [dutaislam.com/gg]
Anak TK Kartika Jaya V-69 menggunakan baju hitam dan cadar serta membawa replika senjata viral di media sosial. Foto: istimewa
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/bantu-tk-pawai-bercadar-dan-bawa-replika-senjata-25-juta-ada-apa-dengan-mendikbud.html
Soal TK Bercadar Bawa Replika Senjata, PCNU Probolinggo: Tak Sesuai dengan Dakwah Nabi
DutaIslam.Com - Viralnya foto dan video pawai budaya anak TK Kartika V Probolinggo menggunakan baju hitam dan cadar serta membawa replika senjata di media sosial (18/08/2018), menuai respon dari berbagai pihak, termasuk dari PCNU Probolinggo.Ketika dimintai klarifikasi oleh Polres Probolinggo, pihak sekolah beralasan memanfaatkan properti yang tersedia di sekolah secara gratis. Selain itu, penggunaan kostum juga disesuaikan dengan tema yang diusung oleh TK Kartika V Probolinggo dibawah pimpinan Ibu Hartatik, yakni “bersama perjuangan Rosululloh kita tingkatkan keimanan dan keimanan kepada Allah SWT”.
Menanggapi hal itu, PCNU Probolinggo menilai, penggunaan kostum bercadar dengan membawa replika laras panjang sebagai representasi simbol dari perjuangan Rasulullah dan peningkatan keimanan, merupakan pemahaman kurang tepat tentang dakwah dan perjuangan Nabi.
"Dari fenomena ini, seolah perjuangan Rasulullah hanya berkisar pada ujung pedang dan senjata," tandasnya, dalam keterangan tertulis yang ditandatangani Rais yakni KH Abdul Aziz Fadlol, Kiai Muhtam (katib), H Samsur (ketua), serta H Moh Ilyas Rolis sebagai sekretaris.
Menurutnya, penting untuk menanamkan pemahaman keagamaan terutama di kalangan pendidik (guru, ustadz) dari semua tingkatan lembaga pendidikan (TK, SD, SLTP, SLTA) di Kota Probolinggo. "Tentang manhaj Dakwah Rasulullah dan Islam rahmah yang nantinya ditransformasikan bagi seluruh peserta didik sebagai generasi penerus NKRI," lanjutnya.
PCNU Probolinggo juga mengapresiasi pihak Pemerintah Kota Probolinggo melalui Kepala Dinas Pendidikan, Kapolresta Probolinggo serta Dandim 0820/Probolinggo yang dengan cepat melakukan koordinasi setelah mendapat laporan dari elemen pengurus Ansor, Jaringan Gus Dur ian, IPNU dan GMNI. [dutaislam.com/gg]
Sumber Link Video : https://youtu.be/ADyob_iHYbE
Klarifikasi TK Kartika V Probolinggo. Foto: Polres Probolinngo
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/soal-tk-bercadar-bawa-replika-senjata-pcnu-probolinggo-tak-sesuai-dengan-dakwah-nabi.html
Tanggapi Kepala Sekolah Anak TK Bercadar Bawa Replika Senjata, Netizen: Ngeles..
DutaIslam.Com - Setelah viralnya foto dan video pawai budaya anak TK Kartika V Probolinggo yang menggunakan baju hitam dan cadar serta membawa replika senjata di media sosial (18/08/2018), Polres Probolinggo Kota mengundang pihak terkait untuk mengklarifikasi kejadian tersebut.Dalam klarifikasi tersebut, Hartatik selaku kepala sekolah menggunakan tema “Bersama perjuangan Rasulullah untuk meningkatkan Iman dan Taqwa kepada Allah SWT”. Selain itu Kostum tersebut dipilih karena alasan memanfaatkan properti yang ada di Sekolah TK, sehingga tidak perlu menyewa kostum, serta pemilihan tema tersebut berdasarkan spontanitas.
“Kami tidak ada niat apa-apa, apalagi menanamkan jiwa kekerasan. Semua hanya niat pawai dengan memanfaatkan properti yang ada sehingga lebih hemat. Atas kejadian ini saya meminta maaf kepada masyarakat. Kami berjanji untuk tidak mengulangi hal yang sama,” ucap Hartatik.
Klarifikasi pihak sekolah juga diposting oleh akun twitter ANSOR SIBER @ansor_jatim, Sabtu (18/08/2018) sore, kemudian direspon oleh Netizen.
"Enak ya, gampang banget ngomongnya 'di luar kesengajaan'. Kok pengecut banget gak mau tanggung jawab. Karyawan-karyawan di kantor yang gak sengaja bikin kesalahan aja kena SP bahkan ada yang dipecat, ini kok cuma bilang 'gak akan ngulangi'. Dikira orang pada bodo apa ya?," tulis akun Dinda A.F Suratman @dendafs.
Menurut akun ~@AhlulQohwah kepala sekolahnya cuma ngeles, semua sudah disiapkan sekolah. Ia melampirkan screenshot berikut:
"Masih ngeles meminimalkan biaya dgn proferty yg ada mah wuaasuu bgt jelas2 di suruh bayar custom," jelas akun Erwin Amcay @amcay_immer.
"Itulah sialnya media kita, kasus sensitif begini yg diwawancara malah pelakunya.. pasti ngeles," imbuh ~@AhlulQohwah. [dutaislam.com/gg]
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/tanggapi-kepala-sekolah-anak-tk-bercadar-bawa-replika-senjata-netizen-ngeles.html
Jelas Diberitakan Kapolres Buru Penyebar Video TK Pawai Replika Senjata, Dikonfirmasi Kok Sebut Hoax
DutaIslam.Com - "Polresta Probolinggo Gandeng Tim Cyber Polda Jatim Buru Pengunggah Video Pawai Anak TK Bercadar". Demikian judul berita Surya.co.id, Ahad (19/08/2018).Kapolres Kota Probolinggo AKBP Alfian Nurrizal mengaku akan mencari tahu siapa yang pertama kali mengunggah ataupun meng-upload potongan video pawai anak-anak TK Kartika V-69 binaan Kodim 0820 Probolinggo di media sosial (medsos).
Pihaknya menduga, si pengunggah atau si pengupload video ini memiliki maksud untuk mencemarkan nama baik, penghasutan atau bahkan SARA.
"Ini masih dugaan. Makanya kami akan mencari tahu dan akan kami buru siapa penyebar video ini ke medsos hingga akhirnya menyebabkan dampak seperti ini, meresahkan dan lainnya," kata Alfian saat dihubungi Surya.co.id
Beredarnya berita ini kemudian direspon keras oleh banyak pihak, termasuk Katib 'Aam PBNU KH Yahya Cholil Staquf (Baca: Polisi Buru Pengunggah Video Pawai Cadar TK, Gus Yahya: Memalukan!) dan Putri Gus Dur Yenny Wahid (Baca: Polisi Fokus Selidiki Pengunggah Pawai TK Bercadar, Yeni Tepuk Jidad)
Namun ketika dikonfirmasi, pihak Kapolres Probolinggo menyatakan berita tersebut tidak benar alias hoax.
"Isu bahwa akhir-akhir ini Polres memburu pengupload video pertama kali yang mengunggah di media sosial, itu sudah kami konfirm ke yang bersangkutan, bapak Kapolres, bahwa berita itu tidak benar dan hoax," terang ketua GP Ansor Probolinggo, Muchlis, dalam pernyataan sikapnya, Senin (20/08/2018). [dutaislam.com/gg]
Screenshot berita Polresta Probolinggo Gandeng Tim Cyber Polda Jatim Buru Pengunggah Video Pawai Anak TK Bercadar.
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/jelas-diberitakan-kapolres-buru-penyebar-video-tk-pawai-replika-senjata-dikonfirmasi-kok-sebut-hoax.html
[Dungu] Emak-Emak Protes Suara Adzan, Umat Islam Kesetanan Bakar Wihara
DutaIslam.Com - Sebagian umat Islam memang dungu. Harus diakui, sebagian kaum Muslim dan kelompok Islam di Indonesia itu memang dungu. Saya katakan sebagian, karena banyak umat Islam yang masih waras.Masak hanya karena seorang emak (Ibu Meliana) protes minta suara toa (loudspeaker) masjid dikecilkan saja karena dianggap terlalu keras dan mengganggu, terus ngamuk kesetanan sampai merusak dan membakar tempat ibadah (wihara/kelenteng)?
Di kampung, saya juga sering minta dan mengingatkan pihak takmir masjid untuk menggunakan toa secara wajar, misalnya jangan sampai digunakan sampai larut malam untuk membaca Al-Qur'an atau pengajian sehingga mengganggu tetangga dan orang lain yang sedang tidur karena mereka juga punya hak untuk tidur.
Siapa tahu ada orang dan tetangga yang sedang sakit atau bayi/anak-anak, dan lain sebagainya. Kebetulan, rumahku di kampung juga berhimpitan dengan masjid/langgar yang ayahku sendiri dulu yang mendirikan.
Masak minta pihak masjid untuk mengecilkan pengeras suara saja dianggap sebagai ekspresi kebencian dan permusuhan atas Islam dan kaum Muslim? Masak minta mengecilkan suara toa saja dianggap melakukan penodaan agama sehingga pelakunya dijerat hukuman 1,5 tahun penjara oleh PN Medan.
Jika bukan dungu, lalu apa?
Yang jelas-jelas melakukan penistaan dan penodaan agama itu adalah mereka yang suka berbuat brutal, anarkis, dan kekerasan terhadap tempat-tempat ibadah umat lain; hobi melakukan tindakan intoleransi terhadap umat agama lain; gemar menghina ajaran, doktrin, kitab suci, dan ritual umat agama lain.
Kedunguan demi kedunguan terus dipertontonkan oleh sekelompok umat Islam tengil di Indonesia yang membuat wajah Islam semakin buram.
Saya melihat sikap PBNU dalam hal ini sudah benar, yaitu menempatkan keluhan emak-emak itu sebagai sebuah kritik konstruktif yang wajar dalam kehidupan masyarakat yang plural, bukan sebagai bentuk penistaan agama Islam apalagi ekspresi kebencian dan permusuhan terhadap umat Islam.
Seharusnya masalah sepele kayak gini bisa diselesaikan dengan sangat sederhana dan simpel sekali. Tak perlu dengan kekerasan. Tak perlu ngamuk. Tak perlu marah-marah. Tak perlu bakar-bakaran dan ngrusak-ngrusakan.
Tak perlu membawa kasus remeh-temeh ini ke pengadilan. Dan tak perlu mempertontonkan kedunguan berjamaah di hadapan publik Indonesia dan dunia! Malu-maluin! Malu-maluin Islam dan pemeluknya! Fanatik berislam silakan, goblok jangan! [dutaislam.com/ab]
Jabal Dhahran, Jazirah Arabia
Source: Sumanto Al-Qurtuby
Pengrusakan Wihara di Tanjung Balai tahun 2016. Foto: Merdeka.com
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/dungu-emak-emak-protes-suara-adzan-umat-islam-kesetanan-bakar-wihara.html
Alissa Wahid Nyesek, Meliana yang Mengeluh Adzan Dipersalahkan
DutaIslam.Com – Putri almarhum Gus Dur ikut bersedih atas kasus Meilina yang divonis bersalah karena mengeluh soal suara adzan yang terlalu keras pada 2016 lalu. Fenomena tersebut menunjukkan hilangnya hati nurani keadilan.Alissa menyoroti dua kasus yang kontras dengan keadilan di negeri ini.
Pertama terkait Meilina yang divonis 18 bulan karena mengeluh suara adzan.
Kedua, pembiaran terhadap kasus Ustadz Evie yang melecehkan Nabi Muhammad SAW.
Kasus Meilina menurut Alissa adalah kasus kecil, namun di besar-besarkan. Sedangkan kasus besar seperti Ustadz Evie justru dibiarkan.
Kesedihan Alissa diungkapkan melalui akun Twitternya, Rabu (22/08/2018).
Cuitan Alissa Wahid soal Meilina.
“Iya parah tuh. Padahal suaminya udah minta maaf. Gmana dengan ustad yang hina Nabi Muhammad SAW sesat? gimana anies yang Hina Nabi Nuh as? gimana Amien rais yang bawa Allah SWT ke dalam urusan politik?dsb,” tulis akun bernama pejuang indo mengomentari cuitan alisa wahid.[dutaislam.com/pin]
Alissa Wahid. Foto: Istimewa.
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/alissa-wahid-nyesek-meliana-yang-mengeluh-adzan-dipersalahkan.html
Bantu 'TK Pawai Replika Senjata' 25 Juta, Netizen Ramai Mention Jokowi Minta Mendikbud Dipecat
DutaIslam.Com - Berita Mendikbud Muhadjir Effendy memberikan bantuan Rp 25 juta untuk Yayasan Kartika Jaya V-69 yang menyelenggarakan pawai siswa TK mengenakan cadar hitam dan memegang replika senjata, direspon keras oleh Netizen di Twitter.Mereka ramai-ramai me-mention Jokowi, dan memintanya agar Mendikbud dipecat, dinilai tidak mendidik, bahkan ada juga yang menilai Mendikbud mendukung bibit radikalisme.
Komentar netizen dialamatkan pada pemberitaan akun @CNNIndonesia yang berjudul "Nilai Pawai TK Bercadar Kebetulan, Mendikbud Bantu Rp25 Juta", Senin (20/08/2018).
"@Kemdikbud_RI @KSPgoid @KemensetnegRI @PolhukamRI @jokowi Bantuan dari Mendikbud tersebut TIDAK MENDIDIK, justru mendorong sekolah lain untuk melakukan aksi ekstrim serupa untuk menarik simpati pemerintah," tulis akun arsyad amran @arsyad_amran.
"Masa mentrinya kyak gini pak @jokowi ?? Sama saja memberi dukungan sama bibit2 radikal..," kata akun dhidioemar @dhidioemar.
"Kasus ini lagi byk disorot publik, namun Mendikbudnya malah bersikap spt ini. Kira2 NU/Banser bs bantu tidak ya utk mengusulkan kpd Pak Presiden @jokowi utk mengganti Mendikbud?," kata akun Sarah Pandjaitan @Sarah_Pndj.
"Yth. Presiden RI, Bp. @jokowi. CADAR dan Replika Senapan Perang itu PAKAIAN & BUDAYA dari daerah mana di RI? Koq bisa anak2 TK berpakaian spt itu dlm Pawai Kemerdekaan RI? @Kemdikbud_RI & Kodim TNI @Puspen_TNI harus bertanggungjawab..!," tulis Mr. CRAB @KepitingKoki.
"Ini salah satu menteri @jokowi yang sering bikin blunder untuk mencoreng nama @jokowi. segera pecat!," kata Mernella @onlymernella.
"Piye pakdhe @jokowi wani ganti mentri niki mboten?," kata self @AlezzSelfish.
"Pecat pak @jokowi ini menteri Muhadjir Effendy !!," kata Richard Darato @richarddarato.
"@jokowi , kl benar. Tlg dievaluasi," tulis wolter wortel @WolterWortel.
"Pak @jokowi menterinya udah aneh nih gejalanya...," kata tinche @tinypraz. [dutaislam.com/gg]
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/bantu-tk-pawai-replika-senjata-25-juta-netizen-ramai-mention-jokowi-minta-mendikbud-dipecat.html
Akhirnya, Kepsek Pawai TK Bercadar dan "Bersenjata" Dicopot
DutaIslam.Com - Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga (Disdikpora) Kota Probolinggo akhirnya memberikan sanksi pencopotan jabatan kepala sekolah TK Kartika V-69, Hartatik, dimana siswanya pada peringatan 17 Agustus lalu pawai mengenakan jubah, cadar, dan membawa "senjata". Lepas jabatan itu mulai berlaku mulai 23 Agustus 2018.Kepala Disdikpora Muhammad Maskur mengatakan, langkah pencopotan itu dilakukan atas lalainya kepala sekolah, selaku pihak yang bertanggungjawab, atas pemakaian jubah, bercadar, dan "senjata" saat mengikuti pawai HUT Kemerdekaan ke-73 RI.
"Dari kroscek dan klarifikasi ke pihak bersangkutan, ia (Hartatik) mengakui kalau dirinya lalai atas siswanya," kata Maskur kepada wartawan, Rabu (22/08/2018), sebagaimana dilansir Detik.
Maskur menjelaskan, meski tidak ada unsur kesengajaan, Hartatik dianggap paling bertanggung jawab dengan memerintahkan siswanya mengenakan jubah, cadar, dan 'senjata' saat mengikuti pawai. Inisiatif itu diambil Hartatik meniru iring-iringan pengawalan ala Raja Salman di Arab Saudi saat berkeliling di kotanya.
"Jadi kepala sekolah lah, yang memerintahkan siswanya agar mengenakan jubah, bercadar, 'bersenjata' saat pawai, meski pihak bersangkutan menyampaikan tidak ada unsur kesengajaan," terang Maskur.
"Per 23 Agustus besok, kepala sekolah akan dibebaskan dari jabatannya, dan sementara akan kami pindah tugaskaan ke Kantor Disdikpora sebagai staf," imbuhnya. [dutaislam.com/gg]
Surat pencopotan jabatan
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/akhirnya-kepsek-pawai-tk-bercadar-dan-bersenjata-dicopot.html
Tinjauan Sosiologis Mengapa Pawai TK Bercadar Berpolemik
DutaIslam.Com - Pendidikan merupakan hal wajib yang menjadi kebutuhan pribadi dalam diri seseorang. Dalam dunia pendidikan anak usia dini, sangat penting yang menjadi contoh adalah tindakan. Tindakan apapun yang dilakukan oleh orang sekitar akan mempengaruhi dampak psikis dari anak tersebut, baik berupa tindakan anarkis maupun pendidikan mental sehingga akan menjadi cerminan bagi kehidupan di masa mendatang.Secara tinjauan sosiologis, hal tersebut tidaklah sesuai dengan kapasitasnya sebagai siswa/siswi TK-PAUD. Hendaknya, pendidikan harus mengutamakan contoh teladan yang baik mengenai kehidupan masyarakat yang pancasilais. Kalaupun mau mencontoh ulama' nasionalis dan religius, banyak sekali ada di Indonesia. Deretan nama seperti KH. Wachid Hasyim, Gus Dur, dan lainnya patut kita jadikan teladan.
Dalam Hadits, Nabi Muhammad SAW pernah bersabda bahwa ulama' adalah pewaris para nabi. Kalau kita ingin melihat bagaimana perjuangan Nabi Muhammad SAW, kita bisa mencontoh para alim ulama' dalam memperjuangkan kemaslahatan umat Islam di Nusantara.
Kemudian, kegiatan tersebut tidak tepat sasaran karena dalam karnaval 17 Agustus seharusnya yang ditampilkan adalah rasa cinta tanah air, cinta bangsa, cinta keberagaman, dan upaya menjunjung tinggi persatuan.
Kesimpulannya, mari kita berpikir logis bahwa pendidikan anak usia dini haruslah menjadi awal tegaknya NKRI, dan kuatnya persatuan berbangsa dan bernegara. Memang, ukhuwah islamyyah itu penting. Tetapi, Ukhuwah Basyariyyah dan Wathoniyyah juga harus ditegakkan. [dutaislam.com/pin]
Oleh Nur Rokhim
Pawai TK Bercadar di Probolinggo. Foto: Istimewa.
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/tinjauan-sosiologis-mengapa-pawai-tk-bercadar-berpolemik.html
Strategi Licik ISIS, HTI, dan PKS Membunuh Cinta Tanah Air
Oleh Eko KuntadhiDutaIslam.Com - Ketika ISIS menguasai sebuah wilayah, apa yang pertama dihancurkan? Semua ornamen sejarah dan artefak yang menjadi simbol kebesaran bangsa tersebut. Kenapa perlu dihancurkan? Agar tidak tersisa lagi rasa nasionalisme dan kebanggan masyarakat kepada bangsanya.
Dengan cara itulah ISIS atau Alqaedah menguasai sebuah bangsa. Mereka merusak semua hal yang bisa dijadikan sebagai pengikat masyarakat. Mereka menghancurkan sejarahnya. Mereka merubuhkan semua kebesaran bangsa tersebut.
Strategi yang sama juga dilakukan di Indonesia. Mereka mengharamkan hormat bendera. Mengharamkan nyanyi Indonesia Raya. Pokoknya mereka berusaha membendung segala sesuatu yang dapat membuat orang berbangga hati menjadi bagian dari Indonesia.
Tapi, mengharamkan hormat bendera terlalu vulgar. Mengharamkan lagu Indonesia Raya terlalu kentara. Mereka Gunakan cara yang lebih lembut. Yang paling mudah adalah rusaklah rasa bangga menjadi orang Indonesia. Rendahkan mereka yang berusaha membawa nama harum bangsa ini. Hujat mereka. Agar tidak tersisa kebanggaan sedikitpun terhadap sesuatu yang bernama Indonesia.
Jika rasa bangga bernegara sudah dikikis habis, akan mudah menguasai Indonesia. Rakyat akan merusak persatuannya sendiri. Akan menghancurkan prestasi-prestasi bangsanya sendiri.
Wajar saja jika kader PKS memuja Erdogan, pemimpin bangsa lain, dan melecehkan Presidennya sendiri. Sebab satu-satunya cara PKS bisa berkuasa adalah dengan merobohkan kecintaan rakyat terhadap Indonesia. Jika rakyat membenci segala yang berbau Indonesia, itulah kesempatan mereka untuk berkuasa.
Itu juga yang dilakukan HTI. Felix Siauw akan berkampanye terus untuk menghancurkan nasionalisme kita. Caranya dengan membenturkan rasa nasionalisme dengan Islam. Tujuannya agar publik bingung dan akhirnya neninggalkan kecintaan pada bangsanya. Jika nasionalisme sudah tercerabut dari hati rakyat maka khilafah baru bisa ditegakkan. Khilafah tidak mungkin tegak dalam masyarakat yang masih ada rasa cinta pada tanah airnya. HTI tahu benar soal yang satu ini.
Kampanye anti Islam Nusantara adalah salah satu strategi untuk membenturkan agama dan nasionalisme. Sesuatu yang sebetulnya sudah selesai dibahas oleh para pendiri bangsa, kini diungkit-ungkit lagi untuk dibenturkan. Tradisi nasional dituding sesat. Cara berpakaian, adat istiadat, kebiasaan-kebiasaan sederhana yang khas Indonesia berusaha digerus.
Jika tidak mempan juga, susupkan perayaan-perayaan yang menjadi simbol nasionalisme dengan propaganda anti nasionalisme. Anak-anak TK yang masih polos, diseragamkan dengan pakaian ala jihadis. Kampanyekan bahwa para jihadis yang suka menghancurkan berbagai negara itu juga bagian dari Indonesia. Bilang saja itu pakaian perjuangan ala Rasul. Dengan tentara perempuan bercadar memanggul senapan AK 47. Padahal pakaian itu lebih mirip teroris.
Ada momen Asian Games. Seluruh dunia memuji acara pembukaanya. Itu menyebabkan rasa bangga kita sebagai orang Indonesia membuncah. Jangan dibiarkan. Ini harus dicegah. Jangan sampai rakyat tambah cinta dengan tanah airnya.
Maka coba saksikan sekarang. Lihat komentar akun-akun PKS di medsos. Mereka berusaha merusak kebanggaan Anda sebagai orang Indonesia. Mereka berusaha membuat acara itu jadi jelek. Mereka berusaha sekuat tenaga mempermalukan bangsanya. Segala hal remeh temeh dikomentari. Tujuannya agar Anda jangan pernah berbangga jadi orang Indonesia.
Lihat juga akun-akun simpatisan HTI, mereka berusaha mencerabut kecintaan Anda pada Indonesia. Tujuan mereka untuk merobek rasa cinta tanah air bersambut dengan politisi kacangan. Mereka juga mempermasalahkan hal-hal kecil seolah tidak ikhlas jika bangsanya dipuji seluruh dunia. Kenapa? Karena kalau pemerintah mampu menghadirkan kebesaran kita sebagai bangsa, mereka merasa kalah. Merasa terpojok. Sebab bagi mereka lebih untung bangsa ini rusak dan kerdil, dengan begitu nanti bisa merebut kekuasaan.
Maka lihatlah komentarnya. Aksi Presiden yang bermaksud terlibat intens dalam pembukaan Asian Games, untuk memeriahkan pesta olahraga itu jadi bahan nyinyiran. Apa tidak ada cara lain untuk mengkritisi?
Saya amat yakin sebagai manusia yang punya nilai artistik, apapun pilihan politik Anda, pasti kagum juga menyaksikan pembukaan acara Asian Games kemarin. Itu normal. Memang keren kok.
Bahkan seluruh dunia yang tidak punya urusan dengan copras-capres, memujinya. Dengan tampilan itu, mereka jadi penasaran tentang Indonesia. Mereka kagum denga kekayaan dan keindahan budaya dan keragaman etnis kita.
Tapi, sekali lagi. Jangan biarkan rasa bangga sebagai bagian dari bangsa Indonesia🇮🇩 mengaliri semangat rakyat. Jangan biarkan rasa cinta tanah air membuncah di hati setiap orang.
Sebab mereka yakin. Hanya dengan menanam kebencian pada tanah airlah, mereka bisa berkuasa di Indonesia. Jika rakyat masih memiliki rasa cinta pada bangsanya, orang-orang seperti mereka tidak akan pernah mendapat tempat di kursi kekuasaan.
"Padahal kalau makan bubur ayam, mereka masih memakai mangkok cap ayam jago, mas. Itu Indonesia 🇮🇩 banget, lho..." [dutaislam.com/pin]
source: www.ekokuntadhi.com
Gerakan Anti NKRI. Foto: Istmewa.
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/strategi-licik-isis-hti-dan-pks-membunuh-cinta-tanah-air.html
Hancurkan NU Dulu, Baru NKRI
Oleh Tri HandoyoDutaIslam.Com - Sudah sejak lama kelompok mereka dengan gencar menggempur eksistensi Jam'iyyah Nahdlatul Ulama. Dengan beragam macam fitnah dan pembunuhan kharakter para tokoh-tokoh pimpinannya, serta mengecam dan mencaci-maki amaliah-amaliah Ahlussunnah wal Jama'ah. Target utama kelompok ini adalah NU dan jama'ahnya hancur berkeping-keping.
Kenapa? Bukankah NU hanya organisasi masyarakat biasa? Akan tetapi kenapa kebencian mereka terhadap NU begitu luar biasa? Sebab, NU adalah benteng utama pertahanan NKRI. Inilah yang luar biasa. Maka, hancurkan NU dulu, baru NKRI.
Lawan NU yang jelas secara ideologis yaitu kalangan Islam Sontoloyo. Mereka ini memimpikan terwujudnya negara Islam dalam bentuk khilafah. Mereka haramkan sistem demokrasi dan sangat anti Pancasila.
Disamping menyerang melalui amaliahnya, mereka juga melancarkan fitnah dan pembunuhan karakter tokoh-tokoh NU. Gerakan ini rupanya cukup berhasil menghasut sebagaian warga NU, sehingga kemudian ada kelompok yang menamakan NU garis lurus, bahkan ada yang menyatakan ikut NU-nya Mbah Hasyim Asy'ari, bukan NU-nya Kiai Said Agil. Upaya memecah bela NU mereka lakukan secara intensif dan istiqomah.
Ketika KH Ma'ruf Amin yang merupakan Rais am NU dan juga ketua MUI, digandeng oleh presiden sebagai capres beliau, kedengkian mereka semakin menjadi-jadi. Meskipun nantinya beliau akan melepas jabatan, namun nama besar NU tetap dipertaruhkan dalam kancah Pilpres ini. Jika calon dari NU menang, mereka yang anti NU akan terus menyerang NU dengan lebih sengit. Apalagi jika sampai kalah, maka mereka akan semakin menghina NU beserta tokoh-tokohnya.
Keadaan tersebut wajib disadari oleh seluruh warga NU. Kita harus sadar untuk terus memelihara semangat perjuangan dengan pemahaman dan keyakinan dalam ber-NU sekaligus mendidik generasi penerus agar memiliki jiwa militan. Inilah saatnya menata shof kembali agar NU tetap solid. [dutaislam.com/gg]
Keterangan: Sebagian tulisan ini disunting redaksi Duta Islam.
Ilustrasi: istimewa.
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/08/hancurkan-nu-dulu-baru-nkri.html
Gus Nadir: Sampean Cemen.. Beraninya Cuma Protes Islam Nusantara Punya NU
DutaIslam.Com - Rois Syuriah PCI NU Australia-New Zealand Prof. Nadirsyah Hosen (Gus Nadir) menyebut "cemen" bagi orang-orang yang cuma memprotes Islam Nusantara yang dimiliki Nahdlatul Ulama (NU). Menurutnya hal itu karena mereka hanya ingin memusuhi NU."Sampean cemen...beraninya cuma protes dg Islam Nusantara punya NU. Sampean cuma pengen memusuhi NU. Iya kan? Ngaku aja lah. Baiklah kalau begitu," tulis Gus Nadir melalui akun twitternya @na_dirs, Selasa (17/07/2018).
Ia mempersilahkan twitnya ini agar disebarkan kepada orang yang anti Islam Nusantara dan masih terus menyerang NU.
"Monggo di-cc-kan ke semua yg anti dg Islam Nusantara dan masih terus menyerang NU," lanjutnya.
Sebelumnya, Gus Nadir mengatakan, Muhammadiyah juga memiliki istilah Islam Berkemajuan. "Kok gak diprotes? Mosok Islam maju-mundur gitu. Harusnya kan Muslim yg bisa berkemajuan, bukan Islam," ungkapnya.
Sumber Link Video : https://youtu.be/ICDip3cL4So
Di Malaysia, ada Islam Hadhari yang dulu diresmikan oleh PM Abdullah Badawi. "Kok sampean gak protes? Islam itu ya Islam. Kok pakai ditambah Hadhari, emang jaman Rasul ada?," kata Gus Nadir.
Brunei juga punya MIB (Melayu Islam Beraja), yang merupakan campuran nilai lokal budaya melayu, Islam dan sistem kerajaan. "Kok gak diprotes: emang ada istilah MIB di Qur’an dan Hadits?," tanya Gus Nadir.
Gus Nadir juga menyebut kader PKS yang membuat sekolahan dengan istilah Islam Terpadu, dimana mereka hendak memadukan ulama dan ilmuwan. "Kok sampean gak protes: emang ada di jaman Rasul istilah Islam Terpadu? Nabinya siapa? Kitab sucinya apa?," tandasnya. [dutaislam.com/gg]
Prof Nadirsyah Hosen. (Foto: Istimewa)
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/07/gus-nadir-sampean-cemen-beraninya-cuma-protes-islam-nusantara-punya-nu.html
Narasi Kelompok Konservatif yang Dipengaruhi oleh Wahabisme
Oleh Alissa WahidDutaIslam.Com - Hasil pengamatan saya dengan ahli narasi, psikolog dan sosiolog serta ahli strategi media sosial menyimpulkan bahwa narasi kelompok konservatif dipengaruhi oleh Wahabisme, yaitu:
1. Islam itu hanya satu, tidak ada Islam Nusantara, Islam Moderat, Islam Indonesia, dan lain sebagainya.
2. Islam yang satu itu Islam yang murni. Islam yang bersandar pada Al-Quran dan Hadits. Itu Islam yang seperti kami praktekkan.
3. Kalau praktekmu bukan Islam yang murni, dan pakai bid'ah, yang ikut tradisi-tradisi lokal maka kamu pasti Islam liberal.
4. Kalau kamu Islam liberal, kamu pasti antek Amerika. Amerika dikuasai Yahudi dan Nasrani. Dan kamu pasti tahu ayatNya orang Yahudi dan Nasrani tidak akan ridho sampai menghancurkan Islam.
5. Jadi kalau kamu tidak ikut Islam murni, kamu menghancurkan Islam.
6. Dan itu artinya, kamu harus ikut kami.
Apa artinya menjadi orang Islam Indonesia? Kita punya PR besar untuk membangun narasi kita, dengan model yang lebih komprehensif.
Ed Husain dalam bukunya The Islamist, mengisahkan 3 hal proses dalam JI dan Hizbut Tahrir Inggris, setelah dirangkul dan direkrut oleh kawan sekolahnya:
1. Dignity as a Moslem
Dibangun sedemkian rupa kebanggaan menjadi seorang muslim yang modern, maju, tapi spiritual dan semangat membangun kejayaan Islam.
2. A clear imagined society
Dicekoki gambaran masyarakat sempurna yang diperjuangkan kelompok Islamis ini, yaitu masyarakat yang kaffah, 100% sistem Islami sesuai syariah, dan non muslim tunduk kepadanya.
3. Specific Role to Play
Ed dan setiap kader diberi tugas mulia untuk memperjuangkan Islam di lingkungan masing-masing. Dulu Ed mati-matian berjuang agar di sekolahnya ada musholla.
Dari seorang kawan mantan HTI dan PKS, saya dapat cerita soal futuh. Ini doktrin agar setiap kader memperjuangkan kemajuan Islam di tempat dia berkiprah. Jadi kalau dia diterima di sebuah perusahaan, tugasnya adalah melakukan asesmen, membangun musholla bila belum ada, atau menguasasi musholla yang sudah ada atau perkumpulan orang muslim, lalu memperjuangkan kepentingan kelp Islam di perusahaan itu.
Makanya jangan heran, bila penyebaran kelompok ini sangat masif. Lha setiap kadernya dididik untuk mengejar futuh dan melakukan penguasaan lapangan.
Nah kalau kita perhatikan, sejak kita all-out utk NKRI beberapa tahun terakhir ini, kebanggaan jadi warga NU menguat drastis. Apalagi jadi Banser.
Itu karena prosesnya secara tidak sengaja menjawab poin 1: dignity (martabat dan jatidiri).
Jadi kalau sekarang mau memperkuat narasi, kata para ahli strategi narasi ini kita harus perkuat:
1. Kebangaan kita jadi orang Islam Indonesia, dengan Islam Nusantaranya
2. Gambaran kehidupan masyarakat Islam yang kita banggakan selama ini dan kita cita-citakan di bumi Nusantara ini: Islam Ramah, masa depan Islam dunia, karena damai dan lentur, serta kuat dalam nilai-nilai dasar Islam seperti keadilan, ukhuwah, maslahah.
3. Apa tugas seorang muslim Nusantara di lingkungan masing-masing. Ini bagian yang selama ini kita belum terlalu kuat. Makanya dakwahnya belum terasa ke mainstream.public.
Kelompok sebelah itu sebetulnya bukan nggak paham atau nggak sejalan dengan Islam Nusantara. Mereka fokus untuk melemahkan pengaruh NU. Itu saja. Makanya semua ruang akan dipakai untuk memasukkan NU ke Narasi Islam Murni itu. [dutaislam.com/gg]
Ilustrasi perusak Islam. (Istimewa)
Sumber Berita : http://www.dutaislam.com/2018/07/narasi-kelompok-konservatif-yang-dipengaruhi-oleh-wahabisme.html
Re-Post by MigoBerita / Kamis/23082018/18.25Wita/Bjm