PBNU Sahkan Kepengurusan NU Kalsel Pimpinan Haris Makkie-Berry Furqon
PENGURUS Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) mengesahkan kepengurusan PWNU Kalsel hasil Konferwil 2017 yang telah memilih Abdul Haris Makkie sebagai ketua wilayah dan sekretarisnya, Berry Nahdian Furqon untuk masa khidmat 2018-2023.PENGESAHAN ini dituangkan dalam Surat Keputusan PBNU bernomor 233/A.II.04/05/2018 tertanggal 4 Mei 2018, yang diteken Rais Aam KH Ma’ruf Amin, Katib Aam KH Yahya Cholil Staquf serta Ketua Umum Said Aqil Siraj dan Sekjen Helmy Faishal Zaini. SK ini juga mencabut SK PBNU Nomor 144/A.II.04/02/2017, tanggal 7 Februari 2017 tentang Perpanjangan Masa Khidmat PWNU Kalsel.
Menariknya, SK yang ditunggu-tunggu ini menjadi jawaban ketika terjadi ‘kevakuman’ dari kepengurusan PWNU Kalsel meski telah usai menggelar Konferwil NU Kalsel pada akhir Desember 2017 lalu.
Dalam susunan kepengurusan PWNU Kalsel masa khidmat 2018-2023, memuat ratusan nama pengurus baik mustasyar dengan menempatkan Gubernur Kalsel H Sahbirin Noor, Bupati Tanah Bumbu Mardani H Maming, Bupati HSU H Abdul Wahid, Bupati Balangan H Ansharuddin, Bupati Tabalong Anang Syakhfiani, mantan Bupati Tapin Arifin Arpan, sejumlah politisi, akademisi dan lainnya. Termasuk, ulama-ulama kondang Kalsel seperti KH Zuhdiannor (Guru Zuhdi), KH Asmuni (Guru Danau), KH Ahmad Bakhiet (Guru Bakhiet) dan KH Ahmad (Guru Jaro) serta Bupati Banjar KH Khalilurrahman di posisi Dewan Penasihat PWNU Kalsel.
Di posisi Syuriah, dipegang KH Muhammad Ramli sebagai Rais dengan wakil rais yang mayoritas diisi para kiai dengan katibnya, HM Syarbani Haira dibantu para wakil katib. Begitupula, di posisi A’wan PWNU Kalsel ada nama HM Rosehan NB, Zulfadli Gazali dan lainnya.
Sedangkan, Ketua Tanfidziyah PWNU Kalsel adalah H Abdul Haris Makkie yang juga Sekdaprov Kalsel, dan menariknya ada nama rivalnya dalam Konferwil 2017 seperti Nasrullah AR di posisi wakil ketua. Begitupula, nama Ketua GP Ansor Kalsel Harunur Rasyid yang sebelumnya disebut-sebut menjadi sekretarisnya, Hasib Salim jika terpilih di posisi serupa dengan Nasrullah AR.
Nama-nama aktivis muda NU pun mendampingi Berry Nahdian Furqon sebagai Sekretaris PWNU Kalsel, dengan posisi wakil sekretaris. Untuk bendahara PWNU Kalsel dipercayakan kepada Rizqillah Suhaili.
Wakil Ketua PWNU Kalsel, Nasrullah AR pun mengakui komposisi kepengurusan NU Kalsel masa khidmat 2018-2023 ini sudah ideal, sehingga bisa membawa bahtera ormas Islam ini kembali bergerak sesuai khittahnya.
“Apalagi, PWNU Kalsel sudah menyiapkan diri untuk prosesi pelantikan yang rencananya akan dihadiri Presiden Joko Widodo pada Juli 2018 mendatang. Seluruh pengurus PBNU akan hadir dengan pengajian akbar yang akan melibatkan ulama-ulama kondang Kalsel seperti Guru Danau, Guru Bakhiet, dan Guru Zuhdi di Gedung Dakwah NU Kalsel, Jalan Achmad Yani Km 21,5 Gambut,” ucap Nasrullah kepada jejakrekam.com, Minggu (6/5/2018) malam.
Ia juga menjelaskan NU Kalsel juga menyiapkan diri untuk menjadi tuan rumah Muktamar NU ke-34 pada 2020 demi mengulang sejarah ketika Hadratus Syekh Hasyim Asy’ari pernah berdoa di Langgar Al Hinduan Banjarmasin untuk mendoakan Indonesia menjadi negeri yang selamat (Darussalam). “Jadi, bukan Darul Islam atau negeri Islam tapi negeri yang selamat (darussalam). Bahkan, badan otonom (banom) NU Kalsel juga bersiap untuk menyongsong kesiapan Kalsel menjadi tuan rumah Muktamar NU ke-34,” ujarnya.
Rangkaian agenda besar itu sekaligus pelantikan pengurus PWNU Kalsel, diungkapkan Nasrullah juga dirangkai dengan kunjungan ke Ponpes Rakha Amuntai yang didirikan Ketua Umum PBNU 7 periode, KH Idham Chalid. “Ini menunjukkan eksistensi NU Kalimantan Selatan mendapat perhatian serius nasional,” tandasnya.
Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2018/05/06/pbnu-sahkan-kepengurusan-nu-kalsel-pimpinan-haris-makkie-berry-furqon/
Langgar Al-Hinduan Tetap Bertahan
Langgar Al-Hinduan (Mushalla Al-Hinduan) di Jalan Sungai Mesa RT 15 Banjarmasin yang diperkirakan berdiri pada tahun 1915 ini masih berdiri tegak menantang zaman. Sempat mau diratakan dengan tanah namun gagal karena ditentang keras warga dan kalangan habaib. Langgar Al-Hinduan didirikan oleh Habib Salim bin Abubakar Al-Kaff di atas tanah waqaf istrinya Syarifah Salmah Al-Hinduan.Langgar Al-Hinduan merupakan situs bangunan tua yang masih bertahan dan tidak tergusur oleh proyek Siring Piere Tendean yang menyapu bersih bangunan di bibir Sungai Martapura. Langgar Al-Hinduan sempat dipergunakan untuk kegiatan Muktamar NU ke-11 Tahun 1936 di Banjarmasin.
Semula di lokasi Langgar Al-Hinduan akan dibangun Masjid Cheng Ho oleh Pembina Iman Tauhid Indonesia/Persatuan Islam Tionghoa Indonesia (PITI) dengan konsep masjid di atas perahu naga. Setelah diprotes warga dan kalangan habaib dengan mendatangi kantor Walikota Banjarmasin dan bertemu dengan Walikota Muhidin, September 2011, Langgar Al-Hinduan tak jadi dirubuhkan.
“Bangunan Langgar Al-Hinduan adalah situs sejarah yang harus diselamatkan,” ujar Habib Agil bin Salim Bahsin, sesepuh habaib di Banjar.
Langgar Al-Hinduan yang dulu dikenal juga oleh masyarakat dengan sebutan Langgar Batu pada tahun 70-an pernah direhab oleh warga sekitar dengan dana swadaya. Sejumlah dermawan, pedagang, dan tokoh masyarakat turun tangan bergotong royong memperbaiki langgar pusaka kebanggaan warga ini.
Di antara mereka adalah H Gusti Umar (mantan Ketua NU Banjarmasin dan Ketua Panitia Muktamar NU Tahun 1936 di Banjarmasin, pedagang tikar), HM Syabirin (Kepala PU Banjarmasin pada waktu itu), Gusti M Arsyad (Panitera Kejaksaan), H Syahran Nuwan (pemilik Bengkel Gelora, bengkel terbesar waktu itu), Mantri Salman, H Mugeni (pedagang ikan asin), H Bainudin (pedagang gula), H Junaidi.
Selain itu, Datu Thoyib, Kai Mansyur (Pembakal/Ketua RT), Habib Ibrahim Al-Idrus (juragan bawang di Pasar Lima), Habib Ahmad Ba’abud (pemilik bengkel), Habib Alwi Assegaf (orangtua Habib Abdurahman Assegaf, sesepuh habaib di Sungai Mesa), Habib Alwi Assegaf (orangtua Habib Muhdar Assegaf) dan Habib Husin Al-Habsyi. Aly
Langgar Al-Hinduan Banjarmasin. Yudi Yusmili
Sumber Berita : http://kabarbanjarmasin.com/posting/langgar-al-hinduan-tetap-bertahan.html
'' Mesjid Cheng Ho '' Banjarmasin di '' GUGAT '', Walikota Banjarmasin pun ''NGOTOT"
Team banjarkuumaibungasnya.blogspot.com-
Menurut pantauan team banjarkuumaibungasnya.blogspot.com dapatkan, tadi
malam atau tepatnya Jum'at malam tanggal 16 September 2011 / Malam
Sabtu, telah digelar Rapat Rencana Pemugaran Pembuatan Mushola atau
Langgar al Hinduan yang terletak di Jalan Sei Mesa atau tepatnya berada
pada siring Jalan Piere Tendean. Ternyata rapat tersebut juga dihadiri
para Habaib se Banjarmasin dan penduduk Sei Mesa beserta para tokoh
masyarakat Sei Mesa dan anak-anak Pendiri ''Langgar Batu'' atau Mushola /
Langgar al Hinduan, diantaranya dihadiri Tetuha masyarakat yang biasa
di panggil Kai Zhali oleh penduduk sekitar atau nama lengkap beliau
adalah Ghazali Abul Hasan yang merupakan Penasehat Pengurus
Mushola/Langgar al Hinduan.
Ghazali A.H.
Menurut keterangan Ghazali A.H, bahwa rapat itu dilaksanakan, mengingat ada pihak-pihak tertentu yang menginginkan Langgar / Mushola al Hinduan diganti menjadi Mesjid Cheng Ho yang merupakan rencana Pemko Banjarmasin dan PITI ( Persatuan Islam Thionghua Indonesia / Persatuan Iman Tauhid Indonesia ) Banjarmasin.
Ketika di konfirmasi ke Pihak PITI, bahwa memang dibenarkan dan bahkan sudah disetujui oleh masyarakat sekitar serta Walikota Banjarmasin, untuk pembangunan Mesjid Cheng Ho tersebut. Namun kata pihak PITI yang enggan disebut namanya tersebut dikatakan bahwa rencana itu sudah dirapatkan, namun untuk pembiayaan nya adalah dari Pihak ketiga bukan murni dari PITI semua, namun ketika ditanyakan lebih lanjut Pihak Ketiga itu siapa, Pihak PITI inipun kurang atau bahkan belum mengetahuinya, apalagi kata Pihak PITI tersebut, Pimpinan PITI Banjarmasin pun tidak terlalu merisaukan atau bahkan ingin mempercepat pembangunan tersebut, karena juga mesti menunggu dana dari Pihak Ketiga tersebut.
pemandangan disamping Langgar / Mushola al Hinduan
Berdasarkan penuturan Ghazali A.H. yang merupakan Penasehat Pengurus Mushola / Langgar al Hinduan tersebut, musola ini dibangun atas swadaya masyarakat yang merupakan kumpulan orang terpandang dan cukup kaya serta cukup berpengaruh di daerah Sei Mesa tersebut, baik dari kalangan Habib mapun Jaba (orang bukan Habib / Keturunan Rasulullah Muhammad SAW). Selain itu di tahun 1936, Langgar atau Mushola ini juga merupakan tempat Muktamar / Kongres PBNU Pertama diluar Pulau Jawa, artinya merupakan tempat yang mempunyai nilai sejarah juga.
Inti atau kesimpulan dari rapat di Mushola al Hinduan tadi malam tersebut ujar Ghazali mengeaskan bahwa '' Kami Warga Sei Mesa dan Habaib Se Kalimantan Selatan Keberatan atas akan didirikannya Mesjid Chengho di Lokasi tanah Langgar al Hinduan ". dan mengharapkan Walikota Banjarmasin atau Pihak yang terkait untuk menindak lanjutinya.
Sedangkan ketika team banjarkuumaibungasnya.blogspot.com tanyakan tentang status tanah dari Langgar / Mushola al Hinduan, Ghazali mengatakan bahwa statusnya adalah Sertifikat berstatus ''WAQAF", namun kata beliau sertifikat itu sudah diserahkan untuk diamanatkan ke Pihak PBNU Taufiqurrahaman, namun ketika dikonfiramasi Ghazali kepada Taufiq, ternyata sudah di serahkan ke Habib Faisal, namun masih belum diserahkan ke Ghazali A.H.
Yang jelas ujar Ghazali, selain Kami kerberatan atas pembangunan Masjid Chengho, juga para Habaib yang kumpul tadi malam akan segera mengkonfirmasi kepada Habib Faisal beserta Taufiqurrahman dari PBNU mengenai keberadaan Sertifikat Waqaf Mushola Al Hinduan tersebut. (KNY/17/9/2011/team banjarkuumaibungasnya.blogspot.com)
(KNY/17/9/2011/team banjarkuumaibungasnya.blogspot.com)
Sabtu, 1 Oktober 2011
Masjid Cheng Ho di Samping Langgar Al Hinduan
BANJARMASIN
– Walikota Banjarmasin Muhidin menyatakan akan tetap membangun Masjid
Cheng Ho. Muhidin mengatakan, lokasi lahan untuk mendirikan masjid
bernuansa Tionghoa tersebut tepat hanya beberapa meter di samping
Langgar (musala) Al Hinduan. “Awalnya kami memang ingin membangun Masjid
Cheng Ho tersebut di lahan yang kini berdiri Langgar Al Hinduan. Namun,
karena Langgar Al Hinduan tersebut punya nilai historis, maka kami
alihkan pembangunan Masjid Cheng Ho ke lahan yang lain. Tidak jauh kok,
hanya hanya beberapa meter saja di samping Langgar Al Hinduan,” ungkap
Muhidin kepada Radar Banjarmasin. Dijelaskan Muhidin, tidak ada pelarangan mendirikan sebuah masjid yang berdekatan dengan langgar atau musala. Namun, Muhidin mengimbau kepada Rabithah Awaliah yang kini menjadi pengurus Langgar Al Hinduan supaya memakmurkan Langgar Al Hinduan. “Kalau bisa langgar tersebut direnovasi supaya tampilannya menjadi lebih baik. Jadi walaupun nanti di sampingnya ada Masjid Cheng Ho, Langgar Al Hinduan tetap ramai dengan aktivitas ibadah warga,” katanya. Muhidin menuturkan, pembangunan Masjid Cheng Ho tidak dimaksudkan untuk kepentingan sebuah golongan tertentu. “Masjid tersebut tetap untuk kepentingan umat Muslim secara umum. Desainnya saja yang bernuansa Tionghoa, sehingga nanti bukan hanya berfungsi sebagai tempat ibadah, tapi juga berfungsi sebagai salah satu ikon pariwisata di Banjarmasin,” ucapnya. Muhidin menyatakan akan melibatkan PITI (Persatuan Iman Tauhid Islam) Kalsel sebagai sebuah organisasi muslim Tionghoa untuk merancang desain Masjdi Cheng Ho tersebut. “Yang jelas, nanti atapnya akan menyerupai pagoda di Cina. Selain itu juga ada ukiran naganya. Ukiran naga tersebut memang identik dengan budaya Tionghoa, tapi dalam budaya Banjar kan juga identik dengan naga,” tambahnya. Ketua Harian PITI Kalsel Muhammad Anthony Subiyakto menyatakan bersyukur dengan kebijakan Muhidin tersebut. “Kami tidak mempersoalkan di manapun lahan pembangunan Masjid Cheng Ho tersebut. Para pengusaha Tionghoa muslim juga sangat berterima kasih kepada walikota dan siap mendukung pembangunan Masjid Cheng Ho tersebut,” katanya.(oza/Radarbanjarmasinpostonline) |