» » » » » » » Pilih Pak Prabowo atau Pak Jokowi : Opini Tentang Kepemimpinan Megawati dan Prabowo untuk hadapi HOAX.... ( Full Video 01 atau 02 )

Pilih Pak Prabowo atau Pak Jokowi : Opini Tentang Kepemimpinan Megawati dan Prabowo untuk hadapi HOAX.... ( Full Video 01 atau 02 )

Penulis By on Kamis, 11 Oktober 2018 | No comments

Kader PDIP Dikeroyok, Bu Mega Minta Kadernya Tenang, Tak Ada Konpres Provokatif

Hoax dan propaganda yang dilakukan oleh elite partai oposisi, Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat, bukan sekedar soal berbohong dan menyebarkan kebohongan. Tidak. Tapi lebih dari itu semua, ini soal propaganda dan sikap politis yang sangat provokatif. Menggunakan hoax untuk kepentingan politik.
Soal kasus pengeroyokan terhadap Ratna, sekalipun ini hoax atau bohong-bohongan, saya jadi teringat dengan kader PDI Perjuangan yang tahun lalu dikeroyok oleh oknum laskar FPI. Ini dikeroyok sungguhan lho ya, bukan hoax.
Widodo, kader PDI Perjuangan ranting Jelambar Jakarta Barat saat itu ikut mengamankan Djarot yang sedang berkampanye. Namun kemudian laskar FPI ini menghadang dan sempat terjadi gesekan. Cekcok adu mulut.

Karena tak puas adu mulut, 7 orang laskar FPI mendatangi rumah Widodo dan langsung melakukan pengeroyokan. Widodo akhirnya dibawa ke rumah sakit dan mengalami gegar otak. Badannya lemas. Sekali lagi ini bukan hoax, ini benar-benar terjadi.
Teman-teman kader PDIP yang mengetahui hal ini langsung mendatangi kantor polisi terdekat, membuat laporan. Emosi kader PDIP sempat memanas, sehingga kasus pemukulan ini sampai pada telinga ketua umum, Ibu Megawati.
Di saat kader PDIP begitu emosi dan bahkan ada yang berencana melakukan perhitungan atau pembalasan, Bu Mega datang menjenguk kadernya yang menjadi korban pengeroyokan. Beberapa elite partai juga turut hadir mendampingi.
Pesan Bu Mega kepada elite partai yang menemaninya waktu itu cukup sederhana “Saya minta semua kader tetap tenang. Kita tetap jaga persatuan Indonesia.”
Ajaibnya, tensi tinggi di tingkat kader pun mendingin. Segala niat pembalasan pun otomatis padam. Semua kader kembali kepada aktifitas masing-masing, mengawal pelaporan, mendoakan dan menjenguk Widodo di rumah sakit. Tidak ada lagi niat membalas atau membuat perhitungan dengan laskar FPI.
Jujur saya tak dapat membayangkan jika Bu Mega bertindak seperti Prabowo dan elite partai oposisi. Menebar ketakutan dan provokasi di kalangan kadernya atau bahkan konpres terbuka kepada masyarakat luas. Bisa-bisa seluruh simpatisan dan kader partai emosi lalu bergerak di luar batas. Sehingga kerusuhan dan saling balas dendam antara PDIP dan FPI akan semakin meluas ke urusan agama.
Meski tanpa konpres provokatif, dan malah meminta kadernya untuk tetap tenang, oknum FPI yang melakukan pengeroyokan menyerahkan diri ke polisi. Mereka cukup ketakutan dengan aksi balasan, sehingga mencari perlindungan ke polisi.
Hari ini saya baru sadar, betapa pentingnya sikap pimpinan partai dalam menghadapi isu atau persoalan. Saya baru sadar betapa pentingnya memilih partai politik yang bisa memberikan nilai-nilai persatuan, menghargai nikmat kemerdekaan dan menempatkan kepentingan NKRI di atas kepentingan partai.
PDIP sebagai partai penguasa dan partai terbesar di Indonesia saat ini tidak melakukan tindakan-tindakan politis. Dari ketua umum sampai kader rantingnya sepakat menyerahkan kasus pengeroyokan kepada Polisi. Padahal pengeroyokan ini benar-benar terjadi, bukan hoax seperti yang dimainkan Gerindra, PAN, PKS dan Demokrat.
Sampai di sini akhirnya saya paham. Bahwa kita punya pilihan dan dituntut untuk memilih. Jika 2019 nanti kita masih memilih partai-partai provokator yang menggunakan hoax untuk membenci dan menyerang lawan politiknya, hanya demi kuasa mereka rela memecah belah bangsa, maka 5 tahun ke depan kita masih akan melihat provokasi-provokasi mereka.
Sudahlah, ini bukan kebetulan atau spontanitas. Sejak Pilpres 2014 mereka sudah buat quick count palsu. Menakut-nakuti Indonesia bubar berdasarkan novel fiksi. Belum lagi soal hoax PKI. Kita sudah muak!
Pemilu serentak 2019 bukan hanya soal memenangkan Jokowi Amin. Tapi juga memenangkan partai-partai yang mau meletakkan kepentingan dan persatuan bangsa Indonesia di atas kepentingan partai. Karena kalaupun nanti Jokowi Amin menang, tapi partai oposisi masih punya banyak suara, ke depan Jokowi akan terus direcoki oleh komentar, fitnah dan tuduhan yang selalu membuat kita emosi. Mengganggu Presiden kita dengan segala cara. Menghambat laju kerja Presiden, dan kita disibukkan dengan menjawab fitnah-fitnah yang terus mereka produksi.

Usai Diperiksa Penyidik, Harga Diri Amien Setara Sepiring Nasi?

Ada yang menarik sekaligus menggelitik menyaksikan Amien Rais yang berbicara pada hari Rabu, (10/10/18) kemarin usai memenuhi panggilan penyidik dan menjalani proses pemeriksaan penyidik Polda Metro Jaya sebagai saksi terkait kasus berita bohong atau hoax yang telah menjadikan Ratna Sarumpaet sebagai tersangka.
Ada bahasan mengenai makanan Gudeg, Ayam Kampung, Tongseng dan Sate yang diantaranya disajikan para penyidik, hingga tentang Amien yang masih sempat meminta agar dilakukan tes tekanan darahnya kepada Dokter Polisi sela-sela pemeriksaannya. Pernyataan-pernyataan menggelitik tersebut menjadi antiklimaks karena sebelumnya Amien terkesan menyatakan hal-hal bernada ancaman dan tekanan.
Seperti banyak dibahas di media baik mainstream maupun sosial, sebelum memenuhi panggilan penyidik yang ke dua kalinya setelah pada panggilan pertamanya mangkir, Amien mengeluarkan beberapa pernyataan bernada ancaman.
Pernyataan bernada ancaman Amien yang diberitakan media dan berlanjut menjadi bahasan Netizen di media sosial tersebut menyangkut kasus hukum yang menurutnya banyak mandek.
Tak tanggung-tanggung, beberapa saat sebelum memasuki ruang penyidik di Polda Metro, Amien masih sempat bersuara dengan nada kerasnya meminta agar Presiden memecat Kapolri Jenderal Tito Karnavian yang menurutnya terlibat kasus suap ketika masih menjabat sebagai Kapolda Metro Jaya.
Kehebohan Amien itu mengundang banyak kalangan untuk menanggapinya, tak terkecuali para Netizen. Banyak diantaranya yang menganggap Amien ketakutan dan berbicara ngelantur karena akan diperiksa penyidik. Sementara sebagian lainnya menanggapi dengan mengungkapkan keprihatinannya. Pasalnya, di usianya yang sudah berkepala 7 itu Amien dianggap semakin ngawur dan asal berkomentar.
Hingga Amien Rais menjalani proses pemeriksaan sebagai saksi hingga sekitar enam jam kemudian ia keluar, Netizen terus menerus mengomentari fenomena yang terjadi pada Amien. Komentar-komentar yang ada masih senada dengan komentar-komentar di hari-hari sebelumnya.
Namun setelah Amien Rais berbicara lagi di hadapan awak media usai menjalani pemeriksaan, komentar atau tanggapan Nerizen mulai berkembang menjadi guyon atau candaan. Amien yang kemudian mengungkap bahwa para penyidik yang ada di dalam salah satu ruangan Ditreskrimum Polda Metro ternyata baik. Bahkan menurut Amien, para penyidik menyuguhinya Gudeg dan Ayam Kampung di sela-sela proses pemeriksaan.
Seperti dirilis Tribunnews pada Rabu (10/10), Amien Rais mengaku mendapat suguhan spesial saat menjalani pemeriksaan penyidik di Polda Metro Jaya. Selain itu, ia juga merasa dihormati, dan dimulyakan serta pertanyaannya bagus dan tidak menjebak.
""Siang tadi makan gudeg, ayam kampung," ungkap Amien usai menjalani pemeriksaan di Polda Metro Jaya Jakarta, Rabu (10/10/18).
"Jadi itu demikian smooth, bagus dan pertanyaannya itu straight. Tidak muter-muter apalagi jebak. Saya merasa dihormati, dimuliakan. Tanyakan ke penyidik (hasil pemeriksaan)," ucap Amien selanjutnya.
Pernyataan-pernyataan Amien Rais usai menjalani pemeriksaan di ruang Ditreskrimum Polda Metro Jaya tentu saja berbanding terbalik dengan apa yang disampaikannya beberapa wakru sebelum menjalani proses pemeriksaan. Karena itu pulalah masyarakat terutama para Netizen yang sejak semula mengikuti perkembangannya menanggapi dengan berbagai guyonan atau candaan disertai sindiran.
Yang menarik adanya komentar bernada canda dan sindiran yang diakhiri dengan tanda tanya dan hastag. "Usai disuguhi Gudeg dan Ayam Bakar, bapak itu melunak ternyata. Padahal sebelumnya galak bin garang. Apakah berarti harga dirinya setara sepiring nasi? #SeriusNanya."
Pernyataan yang sekaligus pertanyaan tersebut sebenarnya bukan hal baru yang dilontarkan Netizen menanggapi sikap-sikap politik Amien Rais sebelumnya. Ketua Dewan Pembina Partai Amanat Nasional (PAN) tersebut seringkali mebdapatkan kritik dan sindiran serupa. Bahkan ia kerap disamakan dengan Sengkuni, tokoh dalam kisah pewayangan yang memiliki karakter buruk sebagai penghianat dan suka bersilat lidah.
Pernyataan dan sikap Amien Rais yang selama ini kerap dianggap ngawur dan cenderung membuat gaduh publik tanah air mengakibatkan dirinya terstigma sebagai tokoh politik yang citra dan karirnya ke belakang bukan lebih baik, tetapi sebaliknya makin menjadi buruk. Berbagai pernyataan publiknya yang mengkritisi presiden dan pemerintah dianggap sebagai kepanikan Amien di masa tuanya yang semakin tidak baik.

Anies Dibilang Tak Kerja, Setelah Ditelusuri, Hasil Kerjanya Fantastis

Apa hasil kerja keras Anies di DKI selama satu tahun menjadi Gubernur? Amat banyak. Selain kerja keras mencabut berbagai izin seperti hotel Alexis, tanah reklamasi, juga bekerja amat keras membaca proposal-proposal ormas dan partai pendukungnya.
Anies bekerja keras namun senyap di balai kota DKI. Ia menerima silih-berganti kedatangan orang-orang yang mendukungnya. Mereka semua menagih upeti. Biaya operasional Anies sebesar Rp 2,7 miliar per bulan, harus dibagi-bagi dengan cerdas oleh Anies sendiri. Anies harus bekerja keras membagi duit operasionalnya untuk berbagai proposal.
Ada kalanya Anies mengeluarkan duit dari APBD seperti permintaan Ratna Sarumpaet sebesar Rp 70 juta itu. Saking sibuknya menatapi APBD DKI Rp 70 triliun itu, Anies kemudian ternganga. Gagasannya tentang penggunaan duit itu beribu-macam.
Begitu banyaknya gagasan yang berseliweran di pikirannya, sampai-sampai serapan anggaran di DKI hingga bulan Oktober ini masih di bawah 50 persen. Serapan itu terendah dalam sejarah. Padahahal saat serapan anggaran di DKI rendah sebelumnya, Anies menyerang Ahok habis-habisan. Itu sudah dilupakan Anies. Yang penting sudah jadi gubernur.
Jadi apa kerja Anies di DKI selama setahun? Ya itu tadi. Ia sibuk membaca proposal, menghitung duit operasionalnya. Ia juga mencari celah di APBD kalau-kalau bisa dimanfaatkan untuk membalas budi para pendukungnya. Para kepala Dinas di DKI pun dicoba kocok-kocok Anies. Ibarat catur, ia coba tukar, ganti, masukan, keluarkan.
Balai kota memang sengaja disunyi-senyapkan Anies dengan cara mengalihkan keluhan warga ke kelurahan. Alasannya agar tidak terlalu crowded seperti di era Ahok. Bedanya di era Ahok, warga ramai karena mengadukan berbagai persoalannya langsung kepada Ahok. Sebaliknya di era Anies, warga ramai karena mau menyampaikan proposal meminta bantuan aneka ragam.
Selain warga yang antri menyampaikan proposalnya, pihak yang hilir-mudik di balai kota, juga adalah para mafia, makelar, broker-broker kakap. Di antara mereka, ada yang meminta izin ini-itu, meminta kemudahan ini dan itu atau menagih upeti ini-itu atas jasa mereka kepada Aneis.
Dengan kegiatan super sibuk itu, maka tak heran rumah DP nol persen ala Anies tidak ada ujung pangkalnya. Usaha OK-OC terbengkalai ala Sandi yang diwariskan kepada Anies bangkrut dan tinggal kenangan. Tetapi tak mengapa. Anies akan menebusnya dengan sebuah proyek unik dalam sejarah, KTP anjing.
Sementara dari Februari sampai sekarang, pengerukan sungai di DKI sudah tidak ada dilakukan. Anies sedang kerja keras membaca dan meneliti proposal. Tidak ada waktu untuk memikirkan kamajuan fisik kotanya. Karena yang diutamakan Anies adalah kebahagiaan warganya, pendukungnya dan loyalitasnya.
Penataan kota DKI di era Anies autopilot. Kecuali mungkin beberapa hambatan yang mengganggu, Anies tangani dengan ide cemerlang. Jembatan penyeberangan orang (JPO) di Bundaran HI yang menutupi patung selamat datang, dihancurkan Anies tanpa ampun. Lalu ia membuat pelican crossing. Di sana ia berdiri gagah meresmikannya. Sungai di belakang wisma atlet Asian Games ditutup dengan kain hitam.
Cara Anies menata kotanya sungguh luar biasa. Ia membuat instalasi bambu dengan dua makhluk yang sedang memadu cinta. Instalasi bambu itu dibuat untuk menunjukkan bahwa betapa hebatnya citra seni Anies. Walaupun hanya ia sendiri yang menikmatinya.
Jakarta dibiarkan Anies macet-macetan, sumpek dan pengap. Mengapa? Karena saat macet, warga bisa pelan-pelan jalan. Itu mengurangi angka kecelakaan. Pun kalau macet, warga berlatih untuk sabar. Orang yang sabar akan masuk surga. Jadi macet adalah bagian dari iman.
Saat ada Asian games, Anies cukup santai. Ada pusat yang mengurusinya. Anies hanya sedikit sibuk untuk mengatasi kemacetan lalulintas di tengah kota. Tetapi dengan segera Anies memperoleh solusinya. Ia menutup sejumlah pintu tol. Hasilnya kemacetan parah dipanen Anies.
Sekarang Anies ketagihan dengan konsep kendaraan ganjil-genapnya. Ia mungkin akan memperluasnya sampai ke gang-gang sempit. Tujuannya agar kebijakannya juga dirasakan oleh gang-gang sempit di ibu kota.
Tugas lain Anies jika sudah membaca proposal, adalah kadang-kadang turun ke tengah masyarakat DKI untuk meresmikan gardu listrik. Proyek gardu listrik adalah proyek fantastis Anies. Gagasan lewat gardu sangat brilian. Tanpa gardu, cahaya di rumah-rumah penduduk akan mati-hidup. Begitu pentingnya penyelesaiannya gardu listrik, sampai-sampai Anies meresmikannya dengan riang gembira, sukacita penuh kebanggaan. Gubernur gardu.
Sesekali juga Anies mengendari motor gede Dishub DKI yang menurutnya gagah perkasa. Seumur-umur Anies belum pernah mengendarai motor gede ala Dishub. Pertama kali mencoba, Anies jatuh. Kedua kali ia sukses. Kesuksesan Anies mengendarai moror gede adalah kesuksesan Anies yang luar biasa di DKI. Lebay.
Kerja keras Anies memang fokus untuk membahagiakan warganya. Ia sibuk memikirkan cara memotivasi warganya agar terus berbahagia. Caranya memberi kebebasan sesuka hati mereka.
Anies kini amat senang melihat warganya bahagia kini di Tanah Abang. Para pedang musiman, preman, tukang parkir liar, kini sangat bahagia di era Anies.
Mereka kini boleh berdagang di badan jalan sesuka hati. Kemacetan pun semakin membahagiakan para pedagang kaki lima. Semakin macet, semakin banyak rezeki. Para pedagang asongan juga ikut kecipratan rezeki jika macet. “Rezeki selalu datang pada waktunya,” kata Anies.
Infrastruktur jalan, jembatan, rusun, rumah sakit, tidak perlu ada. Bangunan dalam pandangan Anies tidak perlu. Bahkan Kalijodo dan RPTRA yang susah payah dibangun Ahok, kini terlantar. Rumah susun juga dihentikan pembangunannya.
Kata Anies, jalan dan rumah yang nyaman, ada di hati. Mantap. Maju kotanya, bahagia warganya. Ternyata kerja Anies adalah mengutak-atik gagasan, gagasan dan gagasan. Fantastis.
Sumber Opini : https://seword.com/politik/anies-dibilang-tak-kerja-setelah-ditelusuri-hasil-kerjanya-fantastis-SRhdKa49L

Tantangan Yusril Kepada Amien dan Ketakutan Amien Rais Terkait Hoax Ratna Sarumpaet?

Amien Rais dipanggil pihak kepolisian untuk mempertanyakan kasus penyebaran hoax yang dilakukan oleh Ratna Sarumpaet. Ketika panggilan pertama Amien Rais mangkir, untuk panggilan yang ke dua ia datang dengan membawa gerombolan masa.
Sebelum masuk Mapolda, Amien membuat kegaduhan dengan meminta Jokowi untuk mencopot Tito. Selain itu juga, ia mengancam akan membongkar kasus korupsi yang masih mengendap di KPK.
Yusril Ihza Mahendra mungkin gemas atas pernyataan Amien Rais yang terkesan memprovokasi. Jangankan dia, saya aja geram melihat pernyataan Amien Rais yang gak jelas, meskipun tidak kaget, karena Amien sudah sering membuat pernyataan-pernyataan konyol yang minim data kebenaranya.
"Kalau Pak Amien punya bukti kasus korupsi serahkan saja ke KPK. Jangan membuat kegaduhan di tengah suasana politik yang sedang hangat," kata Yusril seusai menghadiri sidang di Pengadilan Negeri Surabaya, Rabu (10/10/2018). Seperti yang dilansir laman kompas.com.
"Diperiksa sebagai saksi itu sudah biasa, tidak usah risau. Tapi saya menghargai beliau datang ke kantor polisi untuk diperiksa," jelasnya.
Secara rasional apa yang diungkapkan oleh Yusril benar adanya. Gak perlu membentuk spekulasi publik yang menyudutkan KPK atau pihak kepolisian. Jika memang ada bukti, ya silahkan ungkap ke publik dan datangilah KPK, supaya masyarakat menjadi saksi, apakah yang dikatakan Amien Rais tersebut hoax atau fakta.
Entah mengapa, kubu oposisi ini seringkali menggiring opini publik bahwa KPK itu terkesan buruk, dan tebang pilih penanganan kasus korupsi. Ini sudah menjadi rahasia umum, bahwa KPK dianggap oleh kubu oposisi main politik dan sebagainya. Tetapi seperti yang kita ketahui bersama, KPK itu gak mungkin sembarangan menangkap tanpa bukti yang kuat. Bahkan KPK sering melakukan operasi tangkap tangan.
Sebagai contohnya adalah kader kebanggaan PAN, Zumi Zola yang tercyduk KPK. Semua ada bukti yang jelas. Tidak bisa dibantah, sehingga ia ditetapkan sebagai tersangka dan siap untuk dibui.
Bukan hanya Zumi Zola, ada adik dari ketua umum PAN ditangkap KPK. Zainudin Hasan bupati Lampung Selatan yang sekaligus adik dari Zulkifli Hasan saat ini menjadi tersangka karena kasus suap infrastruktur di Lampug Selatan.
Jadi jika memang Amien Rais mengancam membuka kasus korupsi petinggi kepolisian dan lain sebagainya pun tidak masalah, jika memang ada bukti, pasti akan diproses. Di era ini, rakyat akan membantu dalam kontrol karena akses informasi yang begitu mudah disebarkan. Tetapi jika Amien menyebarkan hoax, ya resikonya harus ditanggung sendiri.
Yang menjadi pertanyaan kita selanjutnya adalah, mengapa jika Amien Rais tidak merasa bersalah terkait hoax yang dibuat oleh Ratna Sarumpaet, ia begitu ketakutan serta berusaha memberi tekanan dan ancaman?
Orang yang tidak merasa bersalah, tidak akan gentar ketika diperiksa oleh pihak yang berwajib. Contohnya adalah Ahok. Meskipun ia di demo berjilid-jilid, dengan jantan tanpa pengawalan ia aktif mendatangi kantor polisi untuk melakukan klarifikasi. Ini Amien Rais ditanya untuk klarifikasi sudah ketakutan bawa rombongan segala, ditambah pakek ancam-mengancam segala, sampai-sampai minta Jokowi untuk mencopot Tito dari jabatan Kapolri, ini kan konyol.
Sebenarnya, apa sih yang ditakutkan Amien Rais terkait hoax Ratna yang ia sebarkan? Mungkin itu yang akan menjadi pertanyaan kita semua. Lalu pertanyaan selanjutnya, apa sih yang akan dibongkar oleh Amien Rais terkait kasus yang dianggap mengendap di KPK? Kita pun akan melakukan berbagai spekulasi.
Asumsi yang akan muncul di masyarakat terkait ketakutan Amien Rais tersebut diantaranya adalah, ada ketakutan hal buruk lainnya yang dapat terbongkar. Karena seperti yang kita ketahui bersama, pihak yang berwajib biasanya dari satu penyeledikan bisa mendapatkan petunjuk untuk membongkar yang lainnya. Oleh sebab itu, supaya tidak menimbulkan spekulasi buruk, Amien semestinya gak perlu ketakutan seperti itu.
Untuk asumsi ke dua yang kemungkinan muncul di benak masyarakat terkait ancaman membuka bukti kasus yang mengendap di KPK adalah, itu Cuma sekedar gertakan dan pembentukan opini publik saja. Karena kalau memang ada bukti, Amien Rais seharusnya mendatangi KPK serta menyerahkan bukti tersebut. Jika takut KPK akan mengendapkan kasus tersebut, Amien Rais bisa membukanya di publik sebagai kontrol. Kalau ternyata Amien gak melakukan itu, maka akan ada anggapan bahwa apa yang dikatakan oleh Amien Rais itu hoax. Udah ah, itu aja…
Sumber Opini : https://seword.com/politik/tantangan-yusril-kepada-amien-dan-ketakutan-amien-rais-terkait-hoax-ratna-sarumpaet-Xh3X7_Wp3

Lucu! Ketika Kubu Prabowo Tuding Pemerintahan Jokowi Miskin Koordinasi! Kaca Mana Kaca?!

Yang lagi digoreng oleh gerombolan Prabowo sekarang ini salah satunya adalah soal pembatalan kenaikan BBM jenis Premium. Sedianya akan naik sekitar 7% pada Rabu malam tadi, namun tidak jadi. Ya, kita sih percaya, pasti ada yang mungkin perlu diurus dulu. Katanya sih menunggu kesiapan PT Pertamina. Apakah ini berarti terbukti kalau Jokowi itu PKI? Apakah ini membuktikan bahwa Jokowi antek asing dan aseng? Apakah ini merupakan bukti bahwa Jokowi korupsi? Apakah in iberarti Jokowi gampang ditipu nenek-nenek yang bilangnya dianiaya padahal habis sedot lemak? Jawabannya tidak dong. Lagian itu kan memang tupoksinya pemerintah, memutuskan mana yang terbaik buat rakyatnya.
Bedakan dengan menyiarkan kasus penganiayaan seluas-luasnya bahkan sampai menghujat presiden, eh ternyata yang disiarkan itu fiksi alias hoax. Lalu minta maaf, kan. Saya kira karena soal kenaikan dan penurunan harga BBM Premium adalah tupoksi pemerintah, jadi absurd kan kalau minta pemerintah minta gara-gara nggak jadi menaikkan harga BBM Premium. Betul? Aneh kan jadinya?
Ya namanya kesel kali, sudah mempersiapkan amunisi buat membantai pemerintah lagi soal harga BBM yang naik, terus nggak jadi dipakai, berasa gimana gitu. Akhirnya dicari-carilah narasi buat menembak pemerintah Presiden Jokowi. Seperti yang dilakukan oleh Koordinator Jubir Prabowo – Sandiaga, Dahnil Anzhar Simanjuntak. Pemerintahan Jokowi disebut miskin perencanaan dan miskin koordinasi.
"Pak Jokowi sebagai presiden di waktu yang tersisa tidak mengulangi terus-menerus kepemimpinan yang miskin perencanaan dan koordinasi seperti yang beliau tunjukkan selama ini," kata Dahnil hari ini. Dahnil juga menilai sikap maju-mundur tersebut menunjukkan pemerintah miskin koordinasi. Akibatnya, malah akan mempermalukan pemerintah di mata publik. "Mempermalukan pemerintahan dan mengorbankan anak buah tanpa ada kata maaf sama sekali," ujarnya. Sumber
Sok iya ya kalau melontarkan tudingan dan tuduhan. Ini sama nih kondisinya ketika Sandiaga disuruh ngaca oleh Ridwan Kamil. Ingat kan? "Gubernur-gubernur ini terpilih atas dasar pilkada yang panjang dan melelahkan. Tugas mereka sebenarnya bagaimana melayani masyarakat dan berfokus di wilayah masing-masing. Jangan ditarik-tarik ke wilayah pilpres," ucap Sandiaga pada pertengahan bulan September 2018 lalu. "Itu realitas politik, pembelajaran untuk kita semua. Tapi kami, koalisi Prabowo-Sandi, sudah perintahkan gubernur maupun kepala daerah untuk fokus membangun wilayahnya. Mereka punya tugas bangun ekonomi, pastikan harga terjangkau," kata Sandiaga. Sandiaga pun mencontohkan Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Halah temen sendiri jadi contoh. "Pak Anies dapat perintah yang sama dan ada beberapa gubernur yang dapat pesan yang sama," kata Sandiaga.Sumber
Besoknya, argumen telak dilontarkan oleh Ridwan Kamil, Gubernur Jawa Barat yang baru dilantik. "Pak Sandiaga Uno yang terhormat, tolong sebelum memberikan statement berkaca kepada pengalaman pribadi," kata Ridwan Kamil. Emil mengingatkan Sandiaga saat Pilgub Jabar beberapa waktu lalu. Saat Sandiaga menjabat sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta, ia juga ikut turun mengkampanyekan beberapa kandidat peserta Pilgub yang diusung oleh partai koalisi pengusungnya saat ini. "Pada (Pilgub) 2018 dia datang ke Jateng menjadi jurkam (juru kampanye) Sudirman Said, datang ke Priangan (Jabar) jadi jurkam pasangan Asyik (Sudrajat-Ahmad Syaikhu). Beliau kapasitas wakil gubernur dalam kapasitas wakil publik," kata dia. Menurutnya tidak masalah bila ada seorang gubernur yang mendukung salah satu pasangan calon di Pilpres 2019. Tapi yang penting tidak melanggar aturan. "Jadi yang penting enggak melanggar aturan, enggak melanggar hukum, kemudian jangan bawa nama institusi dan Jabar. Tolong melihat pada pengalaman pribadi," ujarnya.Sumber MAKJLEBB kaannn….
www.google.com 
(pojoksatu.id)
Sama saja dengan tudingan Dahnil di atas, sungguh lucu. Bahkan dia minta Jokowi minta maaf ke anak buahnya. Tapi ini saya anggap karena dia ini kan belum pernah jadi staf nya Presiden, jadi nggak paham mungkin soal begitu. Dia juga tidak pernah bekerja dengan seorang pejabat publik dengan langkah sigap dan cepat seperti Jokowi. Dia ini tahunya kan Prabowo saja dan Gubernur Anies? Sesigap apa sih Anies? Secepat apa sih langkah Anies dalam problem solving (pemecahan masalah) dan decision making (pengambilan keputusan)?
Dahnil yang terbiasa dengan gubernur santun dan capres abadi, pasti akan kaget seandainya dia jadi menterinya Jokowi. Kerja, kerja dan kerja, dengan pengambilan keputusan kilat tanpa basa basi. Itu lah gaya kepemimpinan Jokowi. Tegas, mantap, nggak pake basa basi, dan kalau nggak bisa kerja ya monggo silakan keluar, karena tidak ada tempat buat orang pemalas dan bisanya cuma ngoceh di dalam Kabinet Kerja punya Jokowi. Makanya Anies pun dipecat.
Beda lah sama suasana kerja di dalam gerombolan Prabowo. Ada kasus penganiayaan, nggak perlu diverifikasi, nggak perlu dicek, langsung kokang senjata dan tembaaakkkk! Buatlah konferensi pers di sana sini. Kalo bisa dikibulin, itu sudah nggak ngomong miskin perencanaan dan koordinasi lagi karena memang sudah nol! Paham?
Sumber Opini :  https://seword.com/politik/lucu-ketika-kubu-prabowo-tuding-pemerintahan-jokowi-miskin-koordinasi-kaca-mana-kaca-Pp1jG4nqR

Pertahankan !!! 10 Nama Penghancur Koalisi Prabosan

Dalam diskusi (?) ILC 9 Oktober 2018, Wakil Ketua DPR tanpa fraksi, Bapak Fahri Hamzah menghendaki dihentikannya kampanye berbasis hoaks. Beliau menginginkan terjadinya gagasan perang dan perang narasi yang lebih cerdas.
Tanggapan langsung diberikan oleh Pak Budiman Sudjatmiko, anggota DPR Komisi II, bahwa beliau sering melempar narasi yang sayangnya tidak pernah mendapatkan tanggapan yang semestinya. Kontra narasi yang sama cerdasnya tidak pernah diperolehnya. Justru nyinyiran dan narasi yang membuat kewarasan manusia Indonesia menuju jurang terendahnya.
Hal ini sesuai pendapat pengamat komunikasi politik Pak Ari Junaedi, pengajar di Universitas Indonesia. Hal ini beliau sampaikan menanggapi sikap pihak oposisi terkait terungkapnya kebohongan Ratna Sarumpaet.
"Jadi, kesannya itu elite-elite pendukung Prabowo-Sandi hanya 'rajin' memproduksi kecaman terhadap semua hal yang punya potensi merusak reputasi pemerintah. Namun malas ketika diminta pertanggungjawaban terhadap statement yang meresahkan masyarakat," ujar Pak Ari, Senin (8/10).
Selanjutnya Pak Ari menjelaskan, kubu Prabowo - Sandi harus mampu mencari tokoh yang benar-benar paham permasalahan yang dihadapi masyarakat. Jangan hanya berbicara untuk menyerang kubu Jokowi.
”Saya kira, sepanjang kubu Prabowo - Sandi memakai juru bicara seperti Dahnil Anzar Simanjuntak, Hanum Rais, Andi Arief, Rachland Nashidik, Ferdinand Hutahaean, Fadli Zon, Amien Rais, Eggy Sudjana, Natalis Pigay, Rachel Maryam misalnya, hanya akan menurunkan elektabilitas Prabowo - Sandi," pungkas Ari.
‘Tokoh-tokoh’ tadi paling tidak mempengaruhi persepsi masyarakat bahwa kubu Prabowo - Sandi tidak berani bertanggung jawab ketika sebuah kebohongan terungkap. Selain itu, kesemuanya dinilai kurang produktif memberikan keterangan kepada masyarakat.
Pak Ari mantol, mantap betol. Tapi memang begitulah. Selama ini tokoh-tokoh tersebut selalu mengeluarkan pernyataan yang hanya menimbulkan ketidaksukaan kepada pemerintahan Presiden Jokowi. Bahkan, untuk dianggap kritik pun tidak cukup layak.
Kritikan akan memancing masyarakat untuk berpikir cerdas mencari perbandingan, mencari penjelasan, dan pada akhirnya ada solusi alternatif sebagai usulan.
Lalu, apa kira-kira ”prestasi” tokoh-tokoh tadi, hingga Pak Ari menyebutnya dapat menurunkan elektabilitas Pak Pak Prabowo ? Berikut beberapa hal konyol yang pernah dilakukan tokoh-tokoh tersebut.
Pertama, Dahnil Anzar Simanjuntak adalah Koordinator Juru Bicara Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Contoh pernyataan konyolnya adalah bahwa Pak Prabowo tidak melakukan pencitraan.
Sebagai juru bicara, Dahnil juga tidak mampu menyampaikan gagasan apa yang akan dilakukan Pak Prabowo jika nantinya terpilih sebagai presiden. Bahkan Pak Fahri Hamzah menilai juru bicara ini tidak berkelas.
Berikutnya, dr. Hanum Rais yang adalah putri Mbah Amien Rais. Hal yang paling diingat adalah saat beliau menyamakan pelaku hoaks, Bu Ratna Sarumpaet dengan Pahlawan Nasional Aceh, Cut Nyak Dien. Yang tidak kalah, adalah turut sertanya menyebar hoaks Bu Ratna.
Dalam sebuah unggahan, si mbak yang dokter ini menuliskan lewat akun Twitter @hanumrais begini,
”Saya juga dokter ... saya melihat, meraba dan memeriksa luka Bu Ratna kemarin. Saya bisa membedakan mana gurat pascaoperasi & pasca dihujani tendangan, pukulan,"
"Hinalah mereka yang menganggap sebagai berita bohong. Karena mereka takut, kebohongan yang mereka harapkan, sirna oleh kebenaran,"
Berikutnya adalah Pak Andi Arief, Wakil Sekretaris Jenderal (Wasekjen) Partai Demokrat Andi Arief mengaku menarik segala kritiknya terkait IMF dan biaya Annual Meeting IMF-World Bank di Bali pada 8-14 Oktober 2018.
Pengakuan tersebut membuktikan ketidakmampuannya sebagai oposisi untuk mengeluarkan kritik yang berkelas. Dapat diartikan juga sebagai pengakuan terhadap keberhasilan pemerintah.
Selanjutnya Pak Amien Rais yang merupakan Dewan Pembina Badan Pemenangan Nasional (BPN) pasangan capres – cawapres nomor urut 02, Pak Prabowo-Sandi. Sudah tak terhitung, berapa banyak “kelucuan” yang beliau sampaikan. Diantaranya adalah narasi perang Badar pada Pilkada, partai Allah vs partai setan, pengibulan pembagian sertifikat, hingga tantangan mengenai pengambil-alihan blok Rokan yang terjawab hanya dalam hitungan jam.
Kemudian apa yang aneh dari Rachland Nashidik, politisi Demokrat ini ? Perhatikan cuitan di akun Twitter miliknya @RachlanNashidik, yang diunggah pada Kamis dini hari, 26 Juli 2018 pukul 00.28 WIB berikut ini.
"Saya mau ganti Presiden! Kalau demi itu saya harus bekerja sama dengan setan, saya akan lakukan. Apalagi cuma kerjasama dengan Prabowo,"
Eggy Sudjana, aduhhh dia lagi. Beliau pernah berceramah (?) yang isinya, bahwa presiden yang membuat rakyat miskin. Selain itu.beliau diduga terkait Saracen, pabrik ujaran kebencian.
Lalu ada Pace noge mantan anggota Komnas HAM, Natalius Pigai. Beliau mengatakan bahwa, dirinya menjamin pada Pemilu 2019 mendatang, tidak ada suara pemilih dari Papua yang mencoblos Joko Widodo.
"Saya yang jamin, Jokowi tidak dapat suara di Papua. Tulis kata-kata saya," tegasnya.
Tidak sampai di situ, Pace Natalius menilai amunisi Pak Jokowi hari ini, tidak jauh lebih banyak dibandingkan dengan amunisi calon kandidat presiden lainnya, seperti Pak Prabowo Subianto.
Dengan begitu, menurutnya, sudah hampir pasti Pak Jokowi tidak akan melanjutkan kepemimpinannya pada periode mendatang.
"2019 presiden akan berganti. Jokowi sudah tidak punya lagi amunisi," kata dia. Pace, pace. Pica bunga saja ko ini..
Di lain pihak, Ketua Forum Kewaspadaan Dini Masyarakat (FKDM) DKI Jakarta M Rico Sinaga meminta Pak Prabowo mulai melakukan screening terhadap orang-orang dekatnya, baik yang berada di Ring 1 maupun Ring 2.
Kasus hoaks Bu Ratna Sarumpaet seharusnya jadi pelajaran bagi Pak Prabowo Subianto. Calon presiden nomor urut 02 itu dinilai perlu mengevaluasi orang-orang di sekitarnya.
"Dalam hal ini, saya juga melihat ada kesalahan fatal yang dilakukan Prabowo. Karena dia maupun tim pemenangannya tidak lebih dulu melakukan pengecekan apa yang dikatakan Ratna kepadanya, sehingga mereka semua kini terkelabui," ujar Pak Rico.
Ah, tidak setuju dengan apa yang disampaikan oleh Bung Rico di atas. Justru untuk Pak Prabowo, *demi Indonesia yang lebih baik, beliau harus mempertahankan tokoh-tokoh ini. Kalau perlu ditambahkan lagi dengan Novel Bamukmin, Arief Poyuono, Rocky Gerung, atau bahkan Jonru Ginting.
Biar ramai nggak karu-karuan, dan tambah jeblok elektabilitasnya Pak Prabowo. Dan, Pak Jokowi lah yang akhirnya menang.
Sumber Opini : https://seword.com/umum/pertahankan-10-nama-penghancur-koalisi-prabosan-j4w-2J9an

Dua Kali Kebijakan Jonan Dibatalkan Jokowi

Strategi pengurangan BBM sebenarnya merupakan strategi yang tepat dan jitu. Dengan mengurangi subsidi BBM, banyak hal bisa dicapai, seperti optimasi APBN karena selama ini terlalu besar alokasi digunakan untuk subsidi BBM sehingga program lain terbengkalai (infrastruktur, intervensi pendidikan, kesehatan, pertanian dsb).
Pengurangan BBM juga bisa mengubah budaya konsumtif menjadi budaya produkti, karena selama ini BBM banyak digunakan untuk kenikmatan mobil pribadi. Pengurangan subsudi BBM dapat mendorong eksploitasi energi baru terbarukan yang sampai saat ini masih di bawah lima persen serta konversi BBM ke energi lain seperti batu bara dan gas. Kesimpulannya dalam jangka panjang, pengurangan subsidi BBM lebih menjamin kinerja ekonomi secara keseluruhan.
Kesalahan yang terjadi dengan strategi pengurangan subsudi BBM selama puluhan tahun ini adalah karena strategi tidak diikuti dengan taktik-taktik (rencana aksi) yang relevan. Misalnya, ingin mengurangi subsudi BBM, tapi penggunaan kendaraan pribadi tidak dibatasi, harga BBM tidak dinaikkan malah penggunaan sepeda motor malah seperti didorong dan memperpanjang ukuran jalan di kota-kota besar untuk menampung kendaraan dan sepeda motor pribadi.
Kebijakan penyesuaian BBM bukan merupakan kebijakan populer. Tapi semua Presiden pernah melakukannya. Hal ini menjadi indikasi bahwa BBM memang perlu penyesuaian sesuai dengan kondisi.
Terbaru Presiden Joko Widodo membatalkan kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) jenis premium. Keputusan Jokowi ini sekaligus mengoreksi pernyataan Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Ignasius Jonan. Awalnya, Jonan yang menyampaikan bahwa premium akan naik pada pukul 18.00 WIB, Rabu (10/10/2018) kemarin.
Pernyataan itu disampaikan Jonan saat ditemui di Sofitel Hotel, Nusa Dua, Rabu sore, di sela-sela pertemuan IMF-Bank Dunia. Baca juga: Jokowi Batalkan Kenaikan Harga Premium, Miskoordinasi atau Cari Simpati? Harga premium naik menjadi sebesar Rp 7.000 per liter untuk di daerah Jawa, Madura, dan Bali (Jamali) dan Rp 6.900 per liter untuk di luar Jamali.
Jonan bahkan menyebut bahwa kenaikan harga premium ini sesuai arahan Presiden Jokowi. "Pemerintah mempertimbangkan, sesuai arahan Presiden, bahwa premium, premium saja ya, mulai hari ini pukul 18.00 WIB paling cepat, tergantung Pertamina (sosialisasi) ke 2.500 SPBU di seluruh nusantara, disesuaikan harganya," kata Jonan.
Namun, tak sampai satu jam, pernyataan Jonan itu langsung dikoreksi oleh anak buahnya. Kepala Biro Komunikasi, Layanan Informasi, Publik dan Kerja Sama Kementerian ESDM Agung Pribadi mengatakan, harga premium batal naik berdasarkan arahan Presiden Jokowi. Baca juga: Tak Konsisten Soal Kenaikan Harga Premium jadi Blunder Pemerintah "Iya ditunda, sesuai arahan Pak Presiden (Jokowi). Kami evaluasi lagi kenaikan tersebut," kata dia.
Pembatalan ini tentu saja menjadi sasaran empuk oposisi. Padahal bisa saja pembatalan tersebut terjadi karena Presiden mendengarkan aspirasi publik. Presiden selalu menghendaki adanya kecermatan di dalam mengambil keputusan, termasuk juga menyerap aspirasi publik.
Koreksi Jokowi atas sikap Jonan ini mengingatkan pada peristiwa pada penghujung tahun 2015. Saat itu, Jonan yang masih menjabat sebagai Menteri Perhubungan menerbitkan surat larangan pengoperasian ojek atau transportasi umum berbasis layanan online. Alasan pelarangan itu karena berbenturan dengan aturan, salah satunya penggunaan kendaraan pribadi sebagai transportasi umum. Kebijakan Jonan itu langsung menimbulkan reaksi publik.
Tak menunggu lama, Presiden Joko Widodo langsung mengoreksi kebijakan tersebut. Baca juga: Timses Sebut Jokowi Tak Ragu dalam Pembatalan Kenaikan Harga Premium Koreksi pertama kali disampaikan Kepala Negara lewat akun twitternya, @Jokowi. "Saya segera panggil Menhub. Ojek dibutuhkan rakyat. Jangan karena aturan rakyat jadi susah. Harusnya ditata -Jkw," kicau Jokowi saat itu.
Akhirnya, pemerintah membatalkan larangan pengoperasian ojek online. Sekitar enam bulan kemudia, pada Juli 2016, Jokowi melakukan perombakan atau reshuffle kabinet. Jonan dicopot dari posisi Menhub dan digantikan mantan Dirut Angkasa Pura II, Budi Karya Sumadi. Tak ada penjelasan mengenai alasan pencopotan Jonan. Namun, pada Oktober 2016, Jonan kembali masuk dalam Kabinet Kerja. Kali ini ia dipercaya menjabat menteri ESDM menggantikan Arcandra Tahar yang dicopot karena masalah kewarganegaraan. Arcandra pun akhirnya menjadi wakil menteri ESDM mendampingi Jonan.
Saya kira para menteri harus lebih cerdas dalam berkoordinasi apalagi ditahun politikini. Kesalahan kecil saja apalagi besar bisa menjadi sasaran serangan oposisi. Isu biasa bisa menjadi isu sangat sensitif.
Sumber :

Rekam Jejak Apa yang Bisa Ditawarkan? Mardani: Prabowo Pernah Mendaki Puncak Everest, Nyambung? Miki...

Rekam jejak adalah kata kunci ketika kita memilih seorang pemimpin, karena potensi jaminan untuk berhasil dalam kepemimpinan antara lain: Akan banyak dipengaruhi apakah rekam jejak sang calon pemimpin itu jelas, clear, positif atau tidak, itu menjadi hal yang penting sekali lagi, bagaimana kita melihat rekam jejaknya Pak Jokowi, dimana ketika beliau belum menjadi Presiden, Jokowi sudah mencoba memulai dari level paling bawah.
Pertama dimulai dari memimpin sebagian kecil daerah di Indonesia, Solo, dilanjutkan menjadi Gubernur untuk Jakarta, lalu kemudian menjadi Presiden Republik Indonesia yang ke 7, dimana itu semuanya memberikan bekal dan bukti kerja beliau sebagai portofilio yang bisa dipertanggung jawabkan, lalu kemudian ditawarkan kepada masyarakat, sebagai bukti ini hasil saya bekerja, ini tawaran saya untuk kembali memimpin negara ini kembali, ini adalah kerja keras saya yang saya usahakan dengan penuh cinta bersama masyarakat.
Saya (Jokowi) diberikan amanat oleh rakyat, oleh karenanya semua itu saya pegang teguh untuk benar-benar dilakukan, Sehingga semuanya kini, tidak lagi merasa terasingkan, terkucilkan, atau segala macamnya, melainkan sekarang semua tau dan mengerti, bahwa dirinya adalah Indonesia satu bangsa dan negara, kesejahteraan yang beliau sudah coret dinegara ini dengan pembangunan yang real atau nyata, yang lebih besar dari jaman Soeharto dengan anggaran yang kecil dibanding sebelumnya, dan paling penting semuanya bersih tanpa korupsi.
Rekam jejak ini adalah bukti nyata yang Jokowi punya, dan bagaimana dengan lawan politiknya? Karena sampai detik ini mereka tidak bisa menawarkan alternatif kebijakan, melainkan hanya kritikan tanpa penyelesaian semata.
Artinya apa? Artinya akan teramat sulit bagi lawannya(pesaing Jokowi) yang selalu merasa dia adalah pimpinan, seorang bos yang harus di ikatkan tali sepatunya, mengklaim dirinya militer tangguh padahal dipecat, mengklaim dirinya tegas tapi cuma karena soal urusan uang maka abangpun sayang, dan mengklaim dirinya adalah pemikir cerdas tapi bisa kena tipu oleh nenek tua.
Ketika Mardani Ali Sera berorasi 90 detik lamanya, yang menjadi perhatian malam ini, seluruh rakyat Indonesia yang menonton Mata Najwa akan geli, mengapa? Kalian wajib nonton ucapan Mardani itu saat orasi 90 detik, karena akan tertawa terbahak-bahak
Berikut saya coba kutip pernyataan dia: "Sekarang ekonomi susah, petani nelayan kesusahan. Prabowo rekam jejaknya tahun 1997 menjadi orang Asia pertama yang mendaki gunung everest" Hahahahahaha apa hubungannya? Bisa mendaki everest jadi rekam jejak terbaik Prabowo menurut Mardani Ali Sera
Kesimpulan pernyataan Mata Najwa malam ini soal rekam jejak maka jawabannya adalah sebagai berikut:
Nomor urut 01 pernah membuktikan sukses walikota solo, gubernur jakarta, presiden RI. sedangkan nomor urut 02 pernah mendaki gunung everest.
Lebih uniknya lagi dalam acara televisi yang ditonton live malam tadi, Mardni lagi-lagi berbicara dengan karangan fiksi. Mengklaim Prabowo pendaki puncak gunung everest pertama dimana sebenarnya pendaki itu adalah Pratu Asmuji https://www.merdeka.com/peristiwa/kisah-pratu-asmuji-orang-asia-tenggara-pertama-taklukan-everest/indonesia-tak-mau-kalah-dari-malaysia-taklukan-everest.html Dimana Prabowo hanya disebut sebagai pengagasnya http://www.tribunnews.com/nasional/2014/04/26/prabowo-taklukkan-puncak-everest-digagas-sejak-1980
Tim Nasional Ekspedisi Everest terpilih sebanyak 43 orang yang terdiri dari Kopassus, Wanadri, FPTI, Rakata, dan Mapala UI. Setelah ekspedisi besar, tersisa 16 orang yang kemudian dibagi menjadi dua tim yakni enam orang dari sebelah utara melalui Tibet.
Sedangkan 10 orang dari sebelah selatan melalui Nepal termasuk Asmujiono yang berhasil mencapai puncak Everest masuk di tim selatan.
Akhirnya, Asmujiono sampai ke puncak Everest pada Sabtu 26 April 1997 pukul 15.40 waktu Nepal. Informasi keberhasilan ini disampaikan langsung oleh Koordinator Umum Tim Nasional Ekspedisi Mount Everest Letkol Inf Pramono Edhie Wibowo dari Katmandu Nepal.
Prabowo tidak ada mencapai puncak everest, silahkan dibuktikan sendiri dan dicari datanya, karena sejauh mata media bersama netizen memandang, tidak ada pengakuan bahwa Prabowo pernah menginjakan kaki dipuncak everest selain pengagasnya saja.
Artinya disini, sudah ditanya rekam jejak jawabannya malah ke everest, eh ngomongin everest ternyata Hoax juga soal pencapaian puncak pertama. Kan begini namanya tidak ada inkonsistensi diantara mereka yang benar-benar punya bakti buat bangsa ini.
Selain jadi bos untuk nyuruh anak buah ikat sepatu, mau nyalonin gubernur harus dengan mahar besar(La Nyala), panggil wartawan rame-rame untuk press conference hoaxnya Ratna, mungkin itu saja kura-kura Prestasinya Capres tetangga.

Pendukung Khilafah di Barisan Pengawal Amien Rais

"Ganti Presiden. Ganti sistem. Takbirrr!"
Begitulah orasi dari koordinator alumni 212 saat mengawal sidang Amien Rais di Polda Metro Jaya kemarin. Orator terus berorasi supaya mengganti sistem di Indonesia dengan sistem khilafah Islamiyah disambut teriakan takbir di tengah cuaca panas Jakarta.
Kaget bahwa ternyata pendukung khilafah masih ada? Tidak juga. Mereka memang ada. Meskipun organisasinya HTI dibubarkan, tetapi ideologi mereka masih dipegang. Dan mereka sedang mencari inang untuk berkembang.
Seperti tulisan saya sebelumnya, para pengusung khilafah ini dendam sekali dengan Jokowi, karena Jokowi lah yang menghalangi ruang gerak mereka. Pembubaran HTI dijadikan seruan "perang" oleh mereka.
Dan para pengusung khilafah tahu bahwa jika Jokowi kembali memimpin di periode kedua, mereka bisa terpojok dan mungkin habis selamanya. Karena bisa saja Jokowi akan menangkapi mereka yang masih setia dengan ideologi anti Pancasila. Dan untuk itu mereka menunggangi koalisi Prabowo-Sandi untuk mencapai tujuannya.
Prabowo sendiri pernah berkata bahwa ada propaganda licik yang ingin menjatuhkan dia dengan tuduhan bahwa ia mendukung khilafah. Tapi bukti-bukti seperti orasi di depan Polda Metro Jaya berbicara, bahwa kelompok pengusung khilafah ini ada di dalam barisan dia.
Menurut survei Denny JA, 1-6 September, kelompok Alumni 212 meningkatkan dukungannya kepada Prabowo. Hasil survei Denny bicara bahwa ada kenaikan dari 61 persen menjadi 75 persen dari alumni 212  yang di dalamnya banyak pengusung khilafah pasca-ijtima ulama II. Sedangkan yang pro Pancasila di kubu Prabowo cenderung menurun....
Jadi tidak salah kan jika saya bilang, bahwa Pilpres 2019 sejatinya adalah pertarungan yang Pro NKRI versus yang pro HTI?
Kalau tidak ingin negeri ini hancur karena sistem diganti, mari pilih Jokowi. Mendukungnya sama dengan berjuang supaya Indonesia tidak seperti Suriah nanti.
Khilafah Amien Rais Diperiksa
Sumber Opini : https://www.dennysiregar.com/2018/10/pendukung-khilafah-di-barisan-pengawal.html

KOALISI PANIK

Kenapa mendadak koalisi sebelah mengalihkan isu dari operasi plastik ke isu ekonomi dan menyerang pertemuan tahunan IMF dan World Bank di Bali?
Sejak awal situasi koalisi di sana memang sedang buruk-buruknya. Situasi itu dipicu oleh isu adanya uang 1 triliun rupiah yang dikucurkan si "tempe ATM" kepada dua partai pendukungnya.
Kabar burung berkicau bahwa uang yang disetor sebenarnya baru 70 M saja, sebagai depe tanpa persik, tapi sisanya belum keluar juga sampai sekarang. Kalau pun keluar cuman incrit-incrit saja.
Memang darimana sisa uangnya? Ya, tentu dari investor lah. Strategi yang dipakai memang strategi ala Hedge Fund Manager. Taruh dikit dulu untuk kepastian, jika sudah sah baru tunjukkan ke investor, "Tuh gua dah jadi kan? Sekarang mana duit sisanya?"
Nah, investor juga tidak go to the block. Mereka butuh kepastian yang lebih pasti lagi. Uang keluar setahap demi setahap menunggu perkembangan yang terjadi karena hasil survey kok tidak naik-naik meski si "tempe ATM" sudah disana. Sudah jual ganteng, kaya dan milenial, tapi kok survey tidak bereaksi.
Supaya uang investor keluar semua untuk pembiayaan gerakan kampanye yang rakus dana, maka dirancanglah sebuah gerakan massa. Dibikinlah strategi operasi plastik itu.
Gagal. Malah jadi blunder total. Investor malah pelan-pelan mundur karena tidak mau ketahuan. Disinilah kepanikan melanda karena cadangan kas sudah terkuras.
Akhirnya diputuskan, "Supaya biaya kampanye murah, ya kita undang-undang wartawan aja, jangan bikin acara apa-apa dulu sampe ada investor baru. Kita kritik-kritik aja, siapa tahu dapat tanggapan dan isunya jadi meluas..".
Koalisi sebenarnya berharap uang dari "keluarga kaya tujuh turunan itu", tapi mereka baru tahu bahwa keluarga itu peditnya naudzubillah.
Sampai sini paham, kan? Belum selesai. Kita kembali ke awal ke isu 1 triliun itu..
Beredar kabar bahwa salah satu partai pengusung sedang pecah. Perpecahan diawali rebutan uang mahar itu. "Pusat dapat uang kok tidak disebar ke daerah? Daerah udah megap-megap. Jangan dimakan sendiri dong.." Itulah akibat uang mahar terbongkar, daerah jadi tahu berapa-berapanya.
Daerah tidak mau tahu bahwa pusat masih cuman terima sekian puluh miliar saja dari yang dijanjikan ratusan. Akhirnya goyahlah daerah. Apalagi si partai memang ada perpecahan internal, sehingga lawannya di internal makin ampuh mengacak-acak untuk mencari pengaruh di dalam. Dan kita dengar kabar di beberapa daerah, para pejabat internal mundur total.
Politik memang tidak seperti tampak di permukaan. Permukaan seperti air tenang tapi di dalamnya terjadi gemuruh besar. Ada yang mata duitan, ada yang pengen cari keuntungan di depan, ada juga yang lagi deg-degan menunggu ketokan pintu polisi yang berhasil membongkar isi hape tersangka operasi.
Ruwet, kan?
Begitulah koalisi berdasarkan kepentingan uang dan kekuasaan. Tali temali diantara mereka rapuh dan mudah terurai. Bentar lagi juga rontok dan saling memakan..
Kita nikmati aja sambil seruput kopi dan bernyanyi, "Mungkin Tuhan mulai bosan, melihat tingkah kalian. Yang selalu salah dan dan bangga dengan dosa-dosa..."
Politik Panik

KONSULTAN HOAKS INTERNASIONAL

Dalam setiap survey, angka pemilih PS bertahan di angka 30 persenan.. Tidak naik dan tidak turun. Ini menandakan, itulah pemilih tetapnya atau disebut hardcore voters. Pemilih ini tidak akan berubah sampai hari pencoblosan.
Jika terus bertahan diangka ini, jelas ia akan kalah. Oleh karena itu, ia harus melakukan langkah ekstrim, yaitu bermain spin atau pelintiran untuk menaikkan elektabilitasnya. Yang diincar adalah pemilih ngambang atau swing voters yang ada diangka sekitar 20 persenan..
Untuk memainkan plintiran ini, diundanglah seorang spin doctor atau ahli plintiran kelas Internasional. Namanya Rob Allyn..
Rob Allyn ini adalah master dibidangnya. Ia pernah memenangkan Pilpres Presiden Amerika dengan menghancurkan reputasi John mc Cain. Poster Mc Cain tersebar dimana-mana dalam jumlah yang massif, berdampingan dengan foto anak kulit hitam.
Judul poster itu menuduh bahwa Mc Cain punya anak diluar nikah dengan seorang kulit hitam. Padahal anak kulit hitam itu adalah anak seorang miskin yang sedang dibantu putrinya untuk berobat.
Mc Cain pun kalah karena isu ras masih sangat dominan di Amerika sana. Kemampuan Allyn memelintir dengan fitnah, sudah diakui dunia. "Saya seorang pebisnis, bukan politisi.." kata Allyn, yang menandakan bahwa semua strategi kotornya dia hanyalah bisnis saja. Jangan tanya moral disini apalagi kemanusiaan..
Allyn melanglang buana dengan perusahaan konsultan politiknya. Di Meksiko, ia pun pernah menjadi pendamping saat pilpres dan berhasil menang dengan strategi fitnahnya.
Tahun 2014, saat Pilpres, jejak Rob Allyn terlihat di Indonesia. Fitnah bahwa Jokowi anak PKI, antek komunis dan lain sebagainya adalah ciri khas Allyn. Meski ia tidak mengakui, tetapi ia mengaku bahwa ia yang membuat kampanye iklan untuk PS.
Jika ingin membalikkan situasi kekalahan menjadi kemenangan, Allyn lah orang yang tepat untuk disewa sebagai konsultan..
Polisi sudah mempelajari ini sejak lama. Mereka belajar dari Pilpres 2014 yang penuh hoaks dan fitnah.
Karena itulah polisi sudah berjaga, ketika dalam Pilpres kali ini ada yang sudah merancang strategi hoaks besar yang diharapkan mengguncang dunia politik Indonesia. Yaitu dengan membangun isu PKI terlebih dahulu, lalu memunculkan seorang tokoh yang mengaku dianiaya, baru gelombang demo besar akan muncul sebagau tsunami untuk menaikkan popularitas mereka yang melawannya.
Sayangnya, masyarakat dan polisi sudah pintar. Mungkin disini Allyn salah, dikira orang Indonesia goblok semua. Pelintiran itu layu sebelum berkembang besar.
Kali ini polisi tidak mau hanya bertahan saja. Gelombang tsunami baru akan diciptakan untuk menghajar para pembuat hoaks dan penggagas dibelakangnya. Satu persatu akan dipanggil dan diminta keterangan, dan jika terbukti ada percakapan di hape RS, maka jaket oranye bisa jadi pakaian baru yang harus dikenakan..
Mau Indonesia ribut dan perang saudara karena hoaks, seorang Rob Allyn tidak akan perduli. Baginya, "Its just business, nothing personal.."
Hoaks Rob Allyn

Satu atau Dua :

Siapa Paling Merakyat, Jokowi atau Prabowo?

Masa kampanye telah bergulir, barisan tim pemenangan telah bergerak. Beragam isu diolah untuk saling menyerang atau mengunggulkan calon presiden dari masing-masing kubu. Mata Najwa menghadirkan barisan tim pemenangan masing-masing kandidat, di antaranya Budiman Sudjatmiko dari kubu Jokowi-Ma’ruf dan Dahnil Anzar Simanjuntak dari kubu Prabowo-Sandi. Lembaga Survei Poltracking pernah merilis hasil survei mengenai preferensi pemilih yang mengungkap sifat atau kriteria presiden yang diharapkan rakyat. Terdapat tegas dan merakyat. Menurut Budiman, Jokowi dan Maruf sangat merakyat dan dipanggil sejarah untuk memimpin. “Ini menjungkirbalikkan teori-teori pembangunan atau politik, yang biasanya hadir dari klan politik atau dinasti. Namun berhasil membangun bangsa ini, dan jadi role model kepemimpinan,” kata Budiman. Sementara Dahnil, melihat Prabowo keras dalam prinsip, tapi pro rakyat. Hari ini, kata Dahnil, Indonesia butuh kepemimpinan yang berani dan tidak bisa dikontrol oleh bangsa lain. “Beliau sangat otentik. Hidup dan tampil sesuai dirinya sendiri. Beliau mengajarkan kepada publik untuk hidup jujur, tanpa harus dibuat-buat,” kata Dahnil. (Narasi) 

Debat Panas Soal Hoaks : (Video)

Selain di dunia nyata, masing-masing kandidat juga memiliki tim pemenangan yang bergerilya di dunia maya. Para penggiat ini selain dikenal sangat aktif di medsos juga tergabung di partai koalisi masing-masing kubu, yakni Mohamad Guntur Romli dari kubu Jokowi-Ma’ruf dan Ferdinand Hutahean dari Prabowo-Sandi. Menurut Ferdinand, dirinya juga menjadi korban dari hoaks di media sosial. Terkait hoaks yang melibatkan salah satu anggota tim pemenangan Prabowo-Sandi, pihaknya meminta maaf. Namun saat itu pihaknya tergerak karena rasa kemanusiaan. Guntur Romli sendiri mengkritik langkah tim Prabowo-Sandi yang tetap mengambil Ratna Sarumpaet sebagai bagian dari timses. “Ratna itu orang yang terkenal dengan timbunan hoaks. Banyak jejaknya. Anehnya, tetap diambil sebagai timses. Artinya ini hoaks yang dilakukan secara sistematis, “ ujar Guntur. (Narasi)

Adu Rekam Jejak Capres

Salah satu poin dari survei Poltracking terkait preferensi pemilih adalah soal pengalaman atau rekam jejak. Lalu, bagaimana masyarakat menilai rekam jejak pasangan nomor satu maupun nomor dua? Tugas tim pemenangan di sini sangat penting untuk menjelaskan rekam jejak jagoannya di Pilpres 2019. Mardani Ali Sera, Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional Prabowo-Sandi. Prabowo Sandi fokus pada penyelesaian masalah lapangan kerja dan membuat harga lebih murah. “Satu periode Jokowi banyak yang tidak tercapai, seperti pertumbuhan ekonomi yang tidak tercapai, listrik dan BBM yang naik,” katanya. Arsul Sani, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf rekam jejak adalah kata kunci memilih pemimpin. Pasalnya, potensi keberhasilan itu terlihat dari rekam jejak. “Pak Jokowi sudah jelas berhasil memiliki 51 persen saham Freeport. Lalu Blok Migas yang juga puluhan tahun dimiliki asing, berhasil diambil juga oleh Jokowi,” jelas Arsul. (Narasi)

`Maaf` Jadi Ukuran Kualitas Capres

Perdebatan kualitas kepemimpinan dan rekam jejak sangat penting bagi pemilih. Hal itu, kata Dahnil Anzar, Koordinator Jubir Prabowo Sandi, diperlihatkan saat Prabowo meminta maaf kepada publik, ketika dibohongi oleh Ratna Sarumpaet. “Beliau langsung meminta Ratna dipecat. Sementara Jokowi tidak pernah minta maaf saat salah mengangkat Arcandra, yang diduga warga negara Amerika Serikat menjadi menteri,” kata Dahnil. Sementara menurut anggota tim pemenangan Jokowi-Ma’ruf, Budiman Sudjatmiko, syarat dan tanda kepemimpinan Prabowo itu gugur saat peristiwa penghilangan aktivis, yang mana anak buahnya dipenjara. “Saat itu apakah Prabowo hadir? Tidak. Dia meninggalkan anak buahnya yang dipenjara dan dipecat. Prajurit tidak pernah salah, tapi komandan yang salah,” kata Budiman. (Narasi)

The Power of Emak-Emak vs Ibu Bangsa

 Persoalan ekonomi, khususnya harga-harga bahan pokok menjadi isu yang selalu mencuat menjelang pemilu. Terkait masalah harga bahan pokok, perempuan kerap diasosiasikan sebagai sosok yang paling dekat dan mengetahui. Rahayu Saraswati, Juru Bicara Tim Pemenangan Prabowo-Sandi mengatakan isu-isu tentang perempuan sangat diperhatikan oleh Prabowo. Selain itu, Rahayu mengatakan, kritik-kritik Prabowo-Sandi terhadap fundamental ekonomi Indonesia itu berdasarkan data-data Bank Dunia. Irma Chaniago, Juru Bicara Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf membantah pernyataan Sandi soal mahalnya harga makan di Indonesia dibandingkan Singapura. “Riset The Economist itu justru menunjukkan Singapura itu kota termahal di dunia. Artinya, pernyataan itu salah,” kata Irma. (Narasi)

Debat Harga Tempe vs Telur

Persoalan ekonomi sangat penting untuk dibahas karena mempunyai dampak langsung terhadap masyarakat. Dari hasil survei Charta Politika, terlihat permasalahan yang dikeluhkan masyarakat adalah persoalan sulitnya lapangan pekerjaan dan harga bahan pokok yang tinggi. Bagi Guntur Romli, timses Prabowo Sandi harus menggunakan data yang benar saat melakukan kritik. “Ketika kita bicara data, tentunya harus akurat,” ujarnya. Menurut Koordinator Jubir Badan Pemenangan Prabowo Sandi, Dahnil Anzar, pemerintah sibuk membantah data-data yang diambil dari rakyat. “Survei itu dari lembaga yang kredibel dan valid datanya. Tapi pemerintah itu terus membantah suara rakyat. Selain itu, masalah pemerintah saat ini terkait kekacauan data, Bulog bilang jangan impor, tapi Kemdag bilang impor,” jelasnya. (Narasi)

Satu atau Dua

Kampanye masih panjang. Namun timses masing-masing kubu terus bergerilya untuk meyakinkan pemilih tentang kelebihan kandidatnya. Mardani Ali Sera, Wakil Ketua Tim Badan Pemenangan Prabowo Sandi mengatakan kandidatnya mendengar rakyat. “Sulitnya lapangan kerja dan harga mahal itu hal yang nyata. Nanti akan dibereskan Prabowo-Sandi,” jelasnya. Sementara Arsul Sani, Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi Ma’ruf mengatakan pemilih harus dilihat secara empiris di daerah-daerah pinggiran seperti Papua dan Kalimantan yang dibangun oleh Jokowi. “Jokowi sudah terbukti membangun dengan konsep yang jelas. Sementara kandidat lain tidak menawarkan konsep alternatif atau jalan keluar yang lain,” katanya. (Narasi)

"Di Balik Drama Hoax Ratna Sarumpaet"

 Indonesia Lawyers Club #ILC 9 Oktober 2018 mengangkat tema "Di Balik Drama Hoax Ratna Sarumpaet" Aktivis #RatnaSarumpaet telah ditahan oleh Polda Metro Jaya sejak Jumat malam, 5 Oktober 2018. Dia telah ditetapkan sebagai tersangka atas kasus penyebaran berita bohong atau hoax terkait penganiayaan dirinya. Ratna tampak keluar dari ruang pemeriksaan pada pukul 00.10 WIB, Sabtu 6 Oktober 2018, mengenakan baju oranye tahanan Polda Metro Jaya. Merespons keputusan penahanannya oleh polisi, Ratna mengatakan bahwa itu adalah risiko dari apa yang telah dia perbuat. "Enggak apa-apa ini sudah risiko," ujar Ratna kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Sabtu dini hari, 6 Oktober 2018. Perempuan berumur 70 tahun tersebut sebelum dimasukkan ke rumah tahanan Polda Metro Jaya harus menjalani pemeriksaan kesehatan terlebih dahulu di Gedung Biddokes Polda Metro. Tak berlangsung lama, ia kemudian kembali dibawa ke Gedung Ditreskrimum. Kabid Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Argo Yuwono mengakui bahwa Ratna masih terancam pidana atau kurungan penjara selama 10 tahun. Hal itu sesuai dengan Undang-undang dan Pasal yang dikenakan kepada Ratna yakni Pasal 14 Undang Undang Nomor 1 Tahun 1946 tentang Peraturan Hukum Pidana dan Pasal 28 jo Pasal 45 Undang Undang Informasi dan Transaksi Elektronik atau ITE.
Sumber Utama : YOUTUBE

TONTON video dari Mata Najwa episode "Satu atau Dua" dilink berikut : 
Sumber Utama : YOUTUBE

Re-Post by MigoBerita / Kamis/11102018/17.40Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya