HTI Akan Berlindung pada HAM, Padahal HAM Produk Kafir
— Maret 18, 2018 Aneh dan kontradiktif, HTI Akan Berlindung pada HAM, Padahal HAM Produk Kafir. Alkisah, beberapa saat setelah Hizbut Tahrir Indodonesia (HTI) dibubarkan oleh pemerintah, para tokoh-tokoh HTI belingsatan.Sebagaimana kegigihan mereka dalam memperjuangkan misi khilafahnya selama ini, mereka tak kenal menyerah. Maka disiapkanlah jurus-jurus menghadapi putusan berani pemerintah tersebut. Salah satunya adalah keputusan untuk melawan pemerintah di pengadilan.
Lain halnya dengan para pengikut HTI, mereka justru kebingungan hendak kemana mereka berjuang setelah kolompoknya dibubarkan. Maka ketika pengikutnya siap-siap pulang kampung ke Inggris, para pemimpin HTI menghadang mereka agar mengurungkan niatnya.
Sumber Pic : Google Image
Hingga terjadilah dialog antara pemimpin HTI dan pengikutnya.
Pemimpinan HTI :Jangan pulang dulu, kita perjuangkan dulu, Pemerintah telah melanggar HAM, kami akan mengajukan gugatan hukum ke pengadilan.
Pengikut HTI:Loh ko gitu pak. kan pengadilannya pakai sistem hukum THOGUT, bukan hukum Allah. kan HAM juga produk kafir pak.
Pimpinan HTI:Itu dulu waktu kita masih bebas, saat ini HTI sudah dibubarkan paksa, tanpa mempertimbangkan hukum yang berlaku, ya itu melanggar HAM kita.
Pengikut HTI :Wah bapak sudah menerima HAM ya pak, sudah menerima hukum pancasila UUD 45 ya pak..?.
Pimpinan HTI:nggak, saya HTI, menolak HAM produk kafir, menolak hukum Thogut..!.
Pengikut HTI :loh, kalau sudah dibubarin ya sudah saja pak, nggak usah HAM-HAMan, nggak usah gugat gugatan, biar nggak murtad pak.
Pimpinan HTI :Pokoknya saya nggak terima HTI dibubarkan. Wis nggak apa apa pake hukum thogut krn dhorurot yang penting HTI bisa hidup lagi.
Pengikut HTI :Wah wah wah, ente sudah murtad ya, sekarang cari hidup dg hukum Thogut, kafir, musyrik.
Pimpinan HTI:Wiss ora opo opo. murtad ora popo, munafiq ora popo. Pengikut HTI :yo wis bubar ae lahnambah ora genah uteke sampean pak,mending melu NU jelas rahmatan lil alaminn.
HTI anti HAM
#FPItemanHTIantiJokowi
#ImamBesarFPIcumaJagoKandang
#ImamBesarFPIplayingVictim
#HTIantiPANCASILA
#HTIormasTERLARANG
#HTIbajakKalimatTauhid
http://hizbut-tahrir.or.id/2016/02/29/hak-asasi-manusia-ham-barat-ide-berbahaya-merusak-islam/
http://hizbut-tahrir.or.id/2007/12/04/ham-senjata-mematikan-kafir-imperialis/
Sumber : https://islam-institute.com/hti-akan-berlindung-pada-ham-padahal-ham-produk-kafir/
Viral! Sindir Perkara Rizieq, Banser Tantang Aksi Bela Tauhid di Saudi, Beranikah?
Komandan Densus 99 Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Mohammad Nuruzzaman menilai sekarang ialah waktu yang pas menggelar Aksi Bela Tauhid. Tetapi aksi itu bukan di Indonesia, melainkan di Arab Saudi.Pernyataan satire tersebut diucapkan Nuruzzaman merespons Perkara Imam Besar FPI Rizieq Shihab yang sempat diperiksa dan ditahan oleh keamanan setempat. Rizieq berurusan dengan polisi sebab Disangka memasang bendera tauhid di rumahnya di Mekkah.
“Ya, mereka sekarang saatnya aksi bela Habib Rizieq Shihab dan bendera tauhid di Saudi,” ujar Nuruzzaman waktu dihubungi CNNIndonesia.com, Kamis (8/11).
Aksi Bela Tauhid ialah gerakan unjuk rasa mengkritik keras Banser di Garut yang membakar bendera Hizbut Tahrir Indonesia, beberapa waktu lalu. Aksi itu dihelat di sejumlah daerah termasuk di Jakarta, 2 November lalu.
Massa yang ikut aksi itu meyakini bendera yang dibakar member Banser waktu itu ialah bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid.
Nuruzzaman berkata para penyokong Aksi Bela Tauhid di Indonesia mampu menggelar aksi serupa di Saudi untuk membela Rizieq dan kalimat tauhid. Karena, menurutnya bendera yang terpampang di rumah Rizieq sama dengan bendera Hizbut Tahrir Indonesia.
Bendera yang menjerat Rizieq juga disebut sama dengan bendera yang dibakar member Banser di Garut. Dengan kata lain, benda itu bukan bendera tauhid.
Keyakinannya itu berdasar asumsi bahwa aparat di Saudi tidak akan meneliti Rizieq kalau bendera yang terpasang bukan bendera HT.
“Iya, dong. Ini membuktikan bahwa bendera HT itu dicegah di Saudi selaku kerajaan Islam,” ujar Nuruzzaman
“Pertanyaannya kenapa Saudi mencegah bendera HT padahal tulisannya kalimat tauhid? Sebab mereka tahu HT ini ialah organisasi politik, bukan organisasi dakwah,” lanjutnya.
Ketua Gerakan Pemuda Ansor Yaqut Cholil Qoumas melontarkan sindiran serupa. Menurut dia bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid yang dibakar di Garut ialah atribut HTI yang dicegah. Bukan bendera tauhid.
“Jikalau FPI tetap menyangkal itu bendera terlarang, itu urusan mereka. Jadi silakan saja diurus. Jikalau Penting didemo tuh Pemerintah Saudi atau dubes RI untuk Saudi,” ucap Yaqut.
Tauhid Tidak Berbendera
Nuruzzaman menjelaskan kalangan santri yang ditempa di lingkungan pesantren memahami bahwa sebetulnya tidak ada bendera tauhid.
Kata dia, tauhid ada di dalam hati. Menghormati tauhid bukan dengan cara mengibarkan bendera.
Nuruzzaman menjelaskan bersikap baik ke orang lain, bertutur kata yang sopan serta hidup saling menghormati ialah contoh sikap menghormati tauhid yang benar.
“Jangan merasa paling Islam dan menghakimi orang lain, tapi belajarlah terus agama Islam yang rahmatan lil alamin, bukan Islam yang membikin ketakutan dan teror,” ucap Nuruzzaman.
(cnn/suaraislam)
‘Bendera ISIS’ Di depan Rumah Rizieq, Kenapa Tidak Bilang Itu Bendera Tauhid?
Bendera mirip ‘bendera ISIS’ di depan kediaman Habib Rizieq Syihab di Arab Saudi membikin imam besar Front Pembela Islam itu wajib berurusan dengan aparat setempat. Siapa memasang bendera itu? Habib Rizieq mengabarkan pemasangan bendera itu ke polisi dan menganggapnya fitnah.
“MRS (Muhammad Rizieq Syihab) didatangi kepolisian Makkah sebab diketahui adanya pemasangan bendera hitam yang mengarah pada ciri-ciri gerakan ekstremis pada dinding bagian belakang rumah MRS,” kata Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel dalam keterangannya, Rabu (11/7/2018).
Kediaman Habib Rizieq didatangi polisi Makkah pada Senin (5/11) pagi. Ada yang mengadukan terkait pemasangan bendera hitam yang mengarah pada ciri-ciri gerakan ekstremis pada bagian dinding rumah.
Habib Rizieq kemudian diperiksa singkat oleh kepolisian Makkah. Sore harinya, kisaran pukul 16.00 waktu Arab Saudi, Habib Rizieq dijemput Kepolisian Makkah dan Mabahis Ammah (intelijen umum/ General Investigation Directorate GID) lalu dibawa ke kantor polisi.
Dubes Maftuh menjelaskan, dalam proses penyelidikan, Habib Rizieq ditahan kepolisian Makkah. Berikutnya, Habib Rizieq menjalani pemeriksaan di kantor Mabahis ‘Aamah (intelijen umum) pada Selasa (6/11). Habib Rizieq yang didampingi staf KJRI lantas dikeluarkan dari tahanan kepolisian Makkah dengan jaminan.
Maftuh menerangkan, Saudi mencegah keras segala bentuk jargon, label, atribut dan lambang apapun yang berbau terorisme seperti ISIS, Al-Qaedah, Al-Jama’ah al-Islamiyyah dan segala aktifitas yang berbau terorisme dan ekstremisme.
Terkait kejadian ini, Dubes Maftuh mengatakan dengan tegas akan senantiasa intens berkomunikasi dengan otoritas terkait. KBRI Riyadh dan KJRI Jeddah, kata Maftuh, akan senantiasa memberikan pendampingan kekonsuleran untuk Habib Rizieq dan semua WNI para ekspatriat Indonesia yang berhadapan dengan problem hukum di Arab Saudi.
Pengacara Habib Rizieq, Eggi Sudjana, membantah kliennya terlibat dalam organisasi teroris ISIS. Eggi memastikan anggapan yang menghubungkan Habib Rizieq dengan ISIS Adalah fitnah.
“Ini kontra-intelijen yang dimainkan untuk menjerat Habib. Jadi ini Adalah bagian dari fitnah yang dimainkan,” ucap Eggi.
Sementara itu, FPI menduga Habib Rizieq dijebak terkait terpasangnya bendera misterius mirip bendera ISIS itu. CCTV disebut hilang sebelum orang misterius memasang bendera itu.
“Beliau jadi korban fitnah. Ada yang memasang bendera tanpa sepengetahuan beliau,” ucap Ketua Sokongan Hukum FPI Sugito Atmo saat dimintai konfirmasi detikcom Rabu (7/11).
Sugito sudah berkomunikasi dengan Habib Rizieq perihal kejadian yang berujung pemeriksaan dan penahanan oleh polisi dan intelijen Arab Saudi. Di hari sebelum bendera muncul secara misterius, CCTV di depan rumah Habib Rizieq raib.
“Pada tanggal 4 sebelum kejadian CCTV luar hilang. Terus Mendadak ada bendera yang telah difoto lalu Mendadak ada yang kirim viral ke Indonesia. Habib Rizieq keluar rumah dan kebetulan ada pihak kepolisian dan itu juga difoto lantas viral. Viral waktu itu juga di Indonesia. Ya kami tidak tahu siapa yang main,” kata Sugito.
Habib Rizieq merasa difitnah terkait terpasangnya bendera mirip ‘bendera ISIS’ di tembok depan rumahnya. Habib Rizieq mempolisikan pemasang bendera itu.
“Habib Rizieq mengabarkan balik kepada Sangkaan yang memfitnah beliau Soal pemasangan tersebut dan sekarang aparat kepolisian tengah bertindak lagi mencari tahu,” ujar Sugito.
(detik.com/suaraislam)
Sumber Berita : https://islam-institute.com/bendera-isis-di-depan-rumah-rizieq-kenapa-tidak-bilang-itu-bendera-tauhid/
FPI Akui Bendera di Rumah Rizieq Serupa di Aksi Bela Tauhid tapi Masih Ngeles Begini!
Pembina Majelis Syuro DPP Front Pembela Islam (FPI), Muhsin Al Attas, bersikeras tidak ada yang salah dengan penempelan bendera bertuliskan kalimat tauhid di dinding luar rumah Rizieq Shihab di Arab Saudi. Tapi begitu, Muhsin Al Attas Tidak mau tudingan yang menyebut ialah Rizieq Shihab yang menempelnya, sehingga membuatnya diperiksa otoritas hukum Saudi.“Tidak ada itu Arab Saudi mencegah bendera bertulis tauhid,” kata Muhsin ke CNNIndonesia.com, Kamis (8/11).
Muhsin dalam Peluang itu juga memastikan, model bendera yang dipasang di rumah Rizieq tersebut serupa dengan bendera yang diserukan Imam Besar FPI itu untuk dikibarkan pada Aksi Bela Tauhid, beberapa waktu lalu.
“Iya benar, bendera lailahaillallah, dengan kain hitam,” kata dia.
Walaupun seperti ini, Muhsin menjelaskan FPI mendesak otoritas Arab Saudi untuk menyelidiki siapa pemasang bendera tersebut. Seperti pernyataan Sekretaris FPI, Munarman sebelumnya, FPI percaya ada operasi intelijen di balik kejadian tersebut.
Sebagaimana dimaklumi, bendera terpasang di rumah Rizieq Shihab itu terlarang di Saudi sebab identik dengan kubu terlarang Hizbut Tahrir. Menurut Penjelasan tertulis Duta Besar RI untuk Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel, Rizieq ditangkap di Mekkah lantaran izin tinggal dan pemasangan bendera tersebut.
“Sebab diketahui adanya pemasangan bendera hitam yang mengarah pada ciri-ciri gerakan ekstremis pada dinding belakang rumahnya.”
Pemerintah Arab Saudi diketahui terlalu mencegah keras segala bentuk jargon, label, atribut dan lambang apa pun yang berbau terorisme seperti ISIS, Al-Qaeda, Al-Jama’ah al-Islamiyyah dan segala aktifitas yang berbau terorisme dan ekstremisme.
Sekretaris Umum DPP Front Pembela Islam (FPI) Munarman mengumumkan bahwa ada pihak yang sengaja memasang bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid di kediaman Rizieq Shihab di Mekkah, Arab Saudi. Akibatnya, Rizieq diperiksa oleh kepolisian setempat.
“Bendera dipasang oleh tukang fitnah. Ada operasi false flag kepada Habib Rizieq Shihab di Mekkah waktu ini,” ujar Munarman waktu dihubungi CNNIndonesia.com, Rabu.
sebelum ini, bendera bertuliskan bahasa Arab itu jadi kontroversi di Tanah Air. pertentangan pendapat itu berawal dari pembakaran bendera hitam oleh member Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama di Garut. Pembakaran terjadi waktu perayaan hari santri di daerah Limbangan, Garut, pada Senin (22/10). Bendera tersebut dibakar sebab dinilai selaku bendera Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Tapi, sejumlah aksi protes kepada pembakaran bendera itu bermunculan. Mereka yang protes menganggap bendera yang dibakar itu bertuliskan kalimat tauhid. Hal itu pula yang memicu Aksi Bela Tauhid dihelat.
Merespon polemik tersebut, pada malam 26 Oktober lalu, Cawapres Jusuf Kalla yang juga Ketua Dewan Mesjid Indonesia (DMI) mengumpulkan ormas-ormas Islam di rumah dinasnya.
Dalam perjumpaan itu, mereka bersepakat menjaga perdamaian setelah ada Aksi Bela Tauhid yang berlangsung pada siang harinya.
Mereka yang datang di antaranya Ketua MUI Ma’ruf Amin, Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nasir Ketua PBNU Said Aqil Siradj, Ketua Syarikat Islam Hamdan Zoelva, dan Dewan Penasihat Pimpinan Pusat Persatuan Islam Indonesia (Persis) Maman Abdurahman.
Bakda perjumpaan di rumah JK, Ketum PP Muhammadiyah Haedar Nasir mengumumkan seluruh pihak setuju untuk mengedepankan cara merekatkan kebersamaan di tubuh bangsa ini di tengah tahun politik.
(CNN/BT/SI)
Sumber Berita : https://islam-institute.com/fpi-akui-bendera-di-rumah-rizieq-serupa-di-aksi-bela-tauhid-tapi-masih-ngeles-begini/
Polisi Saudi Menangkap Seorang Pedagang Bendera
(Jakarta, 2018) Polisi anti terorisme Saudi Arabia menangkap seorang pedagang bendera yang dicurigai ikut andil dalam pemasangan bendera hitam di rumah kontrakan Rizieq Shihab. Pedagang yang masih disembunyikan namanya itu ditenggarai selaku pihak yang menyuplai bendera yang sekarang jadi problem.Kepala Kepolisian Saudi mengungkapkan pihaknya sekarang menyita gerobak milik pedagang beserta bambu dan setumpuk bendera selaku barang bukti.
Tatkala diwawancarai, pedagang itu mengklaim bendera-bendera tersebut ialah sisa penjualan untuk acara Agustusan. “Tiap-tiap Agustus saya senantiasa jualan bendera. Rakyat disini merayakan Agustusan dengan menggelar bermacam festifal seperti balap karung dan adu onta,” ucap pedagangnya.
Laki-laki kelahiran Thaif itu mengklaim telah 20 tahun berprofesi selaku penjual bendera saban Agustus. “Jikalau tahun baru saya biasanya menjual terompet.”
Pedagang itu mengklaim tidak hapal siapa saja yang berbelanja dagangannya. Dia juga tidak dapat memberikan kuitansi transaksi. “Belinya dengan uang kas, 10 riyal. Bukan dengan kartu kredit,” ujarnya.
hingga waktu ini pedagang bendera itu masih diinterogasi pihak keamanan Saudi. Apabila terbukti menabrak aturan Kerajaan dengan memasang bendera hitam di rumah Rizieq, pedagang itu terancam hukuman dikirim ke Petamburan untuk mempertanggungjawabkan tindakannya.
Di Indonesia, beredar khabar organisasi pengusung Rizieq di Indinesia menginformasikan akan menurunkan agen-agennya untuk menginvestigasi masalah yang menimpa Imam Besarnya tersebut. Langkah ke-1 ialah dengan membuka rekening sumbangan untuk ongkos agen-agen tersebut berangkat ke Saudi.
“Sekarang baru terkumpul sumbangan sedikit. Belum cukup untuk ongkos naik pesawat,” ucap seorang Jubir.
Seraya menanti terkumpulnya ongkos pesawat agen-agen itu untuk sementara diperbantukan di sebuah agen elpiji dan air mineral di Kramat Jati dan Cililitan. “Kami siap ditempatkan di mana saja,” ucap mereka. “Selaku agen, moto kami terang, servis konsumen ialah nomor 1.”
Eko Kuntadhi
(www.ekokuntadhi.com/suaraislam)
Sumber Berita : https://islam-institute.com/polisi-saudi-menangkap-seorang-pedagang-bendera/
Indonesia Jangan Dikaitkan Perkara Rizieq di Arab
Wakil Ketua Tim Kampanye Nasional Jokowi-Ma’ruf Amin, Abdul Kadir Karding, meminta Indonesia tidak dikaitkan Perkara Rizieq Shihab di Arab Saudi. Apa yang menimpa Rizieq di Arab Saudi Adalah kewenangan otoritas setempat.“Itu urusan dalam negeri kerajaan Arab. Akan jadi aneh jika dihubungkan dengan Indonesia,” kata Karding waktu dihubungi, Kamis, 8 November 2018.
Menurut Karding, ada 2 faktor yang membikin Rizieq sempat dimintai Penjelasan aparat Arab Saudi. Ke-1, soal pengibaran bendera yang dicurigai mirip dengan lambang ISIS di kediaman Rizieq.
Baca: Terungkap! Rizieq Bebas Berkat Jaminan Konjen RI
“Dalam perspektif dan pengertian kerajaan Arab itu ialah bendera ISIS. Bendera teroris,” ujar pemain politik PKB itu.
Lantas, kata Karding, masa tinggal Rizieq yang telah melewati tenggat. Masa tinggal Rizieq di Arab Saudi dianggap bermasalah.
“Sebab itu wajib diberi sanksi atau wajib ditangani Pemerintah Arab,” ujar dia.
Rizieq sempat ditahan aparat keamanan Arab Saudi untuk dimintai Penjelasan, 5 November 2018. Penangkapan atas laporan penduduk Mekkah yang menyaksikan bendera menyerupai bendera ISIS di depan rumah yang ditempatinya.
Baca: Berikut 10 Poin Penjelasan Dubes RI Masalah Penangkapan Rizieq Shihab
Rizieq kembali ke kediamannya di Mekkah, kisaran pukul 20.00 waktu setempat, Selasa, 6 November 2018. pejabat KJRI Jeddah sudah memberikan pendampingan ke Rizieq.
(medcom.id/suaraislam)
Sumber Berita : https://islam-institute.com/indonesia-jangan-dikaitkan-perkara-rizieq-di-arab/
Aksi 211 Memicu Kegaduhan
— November 2, 2018SEJUMLAH publik figur Muhammadiyah dan Nahdlatul Ulama (NU) meminta masyarakat untuk tidak berpartisipasi dalam unjuk rasa bertema Aksi Bela Tauhid 211 yang Direncanakan berlangsung hari ini.
Massa yang tergabung dalam Gerakan Nasional Pengawal Fatwa Ulama (GNPF-U) dan unsur lainnya Direncanakan menggelar aksi di depan Istana Kepresidenan, Jakarta. Aksi dihelat setelah salat Jumat di Masjid Istiqlal, Jakarta Pusat, memprotes pembakaran bendera di Garut, beberapa waktu lalu.
“Penduduk Muhammadiyah hendaknya mentaati imbauan Ke-tua Umum PP Muhammadiyah (Haedar Nashir) tidak turun ke jalan. Kalau ada yang Ikut aksi, hal itu Adalah tindakan pribadi selaku masyarakat negara. Segala sesuatu yang terjadi akibat keikutsertaan dalam aksi jadi tanggung jawab pribadi,” kata Sekretaris Pimpinan Pusat Muhammadiyah Abdul Mu’ti waktu dihubungi Media Indonesia, kemarin.
Ia menyampaikan pihaknya menghormati aksi itu selaku bentuk hak berpendapat masyarakat negara yang tidak bisa dicegah sejauh sesuai dengan peraturan. Tetapi, ia menilai aksi tersebut terkesan mengada-ada dan malah dapat menimbulkan kegaduhan.
alasannya, kata Abdul Mu’ti, insiden pembakaran bendera itu telah ditangani pihak kepolisian. Sebab itu, ia menyampaikan supaya masarakat menghormati proses hukum.
Senada, publik figur NU Salahuddin Wahid utawa Gus Sholah pun meminta ummat Islam tidak ikut dalam aksi 211. “Sebaiknya tidak. Tetapi jikalau telah telanjur (disiapkan), itu jadi (aksi) yang terakhir. Tidak ada untuknya lagi. Masing-masing punya pendirian, hormati pendirian masing-masing,” kata Gus Sholah, kemarin.
Ia berkeinginan seluruh pihak tidak memperkeruh situasi polemik bendera. Kalaupun aksi tetap dikerjakan, ia berkeinginan tidak ada perbuatan massa aksi yang malah memancing keributan.
Akhiri debat
Perkara pembakaran bendera bertuliskan kalimat tauhid di Garut diadukan masih dipro-ses aparat hukum. Pelakunya pun diadukan telah menyampaikan permintaan maaf atas kegaduhan yang ditimbulkan.
Menteri Agama Lukman Hakim Saifuddin meminta publik untuk memercayakan penyelesaian problem itu untuk Polri. Menag berkeinginan publik tidak terjebak pada perdebatan dan unjuk rasa berkepanjangan.
“Saya mengajak ummat untuk mengakhiri segala perdebatan di ruang publik, apalagi sampai berunjuk rasa yang dapat timbulkan kerawanan dan gangguan ketertiban umum,” ucap Menag, kemarin.
Selaku ciri dari ketakwaan, Menag mengajak ummat ber-agama memaafkan mereka seraya terus menyokong aparat hukum yang sekarang sudah dan tengah menangani Perkara itu secara serius.
Menurut Menag, waktu ini bangsa Indonesia tengah prihatin dan berduka. Kejadian gempa di NTB, Sulteng, dan musibah jatuhnya pesawat udara memerlukan konsentrasi penanganan. “Mari salurkan energi positif kita untuk menolong sesama yang tengah tertimpa musibah.”
(mediaindonesia/ suaraislam)
Sumber Berita : https://islam-institute.com/aksi-211-memicu-kegaduhan/
Bendera Hitam Itu Bendera Teroris
Oleh: Denny Siregar*
Akhirnya senjata makan tuan....
Sebenarnya mulai terbuka kenyataan pahit bagi sebagian orang, bahwa bendera hitam yang selama ini mereka agungkan adalah bendera teroris. Yang membongkarnya adalah pemerintah Arab Saudi, yang notabene selama ini menjadi panutan mereka sendiri terhadap model Islam.
Pemerintah Arab Saudi sempat menahan Rizieq Shihab yang dikabarkan menaruh bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid itu di tempat tinggalnya. Dan tanpa bantuan dan jaminan dari Kedubes Arab Saudi, Rizieq dalam posisi yang berbahaya karena bisa jadi ia dituding akan makar. Tudingan makar di Saudi jelas berat, karena taruhannya kepala hilang.
Seharusnya di sini masalah selesai. Lalu ada permintaan maaf kepada Banser NU yang sudah membakar "bendera teroris" itu karena sudah bertindak benar. Tetapi namanya kaum ngeles, mereka malah sibuk membersihkan diri dengan mengatakan bahwa "itu jebakan", "fitnah kepada Rizieq Shihab" sampai yang lucunya, mendadak mereka bilang bahwa "itu bendera ISIS".
Lha, berarti demo kemarin-kemarin itu membela bendera ISIS dong ??
Dari sini sebenarnya kita bisa menilai, manusia seperti apa mereka yang sibuk membela "bendera teroris" itu. Kaum munafik yang hanya mencari pembenaran dan melakukan politisasi terhadap agama yang selama ini mereka yakini. "Apakah mereka bukan kaum yang berpikir ?" begitu ayat Tuhan menampar mereka dengan telak, tetapi mereka tidak sadari karena akal sudah gelap.
Selalu menarik cara Tuhan membuka topeng-topeng kemunafikan ketika manusia menggunakan ayat-ayatNya untuk dipermainkan. Lidah-lidah mereka berputar balik dengan cepatnya, tanpa rasa takut bahwa mereka sudah memfitnah agamanya sendiri. Semua demi nafsu berkuasa dan kebencian yang menjadikan mereka "berani" bermain di wilayah keimanan.
Dan di sini peran pemerintah juga penting supaya orang banyak sadar bahwa "mereka salah".
Pada sisi ini, kerja sama pemerintah Indonesia dengan Arab Saudi perlu dalam hal memberlakukan larangan pengibaran simbol apa pun yang berhubungan dengan Hizbut Tahrir dan terorisme, supaya banyak orang yang tidak mengerti mulai paham dan mulai menjaga diri mereka sendiri supaya tidak mudah dicuci otak oleh kaum radikal.
Cap "bendera teroris" harus dimunculkan dengan tegas dan apa pun simbol yang berkaitan dengan terorisme harus ditindak juga dengan tegas. Tanpa ketegasan itu, bayangkan betapa banyak orang yang terjebak dalam pemahaman yang salah bahwa bendera hitam itu adalah bendera Nabi Muhammad SAW?
Ibarat seorang bapak, pemerintah harus mulai mengajari "anak-anak"nya mana yang salah dan mana yang benar. Jika tidak bisa pakai tangan sendiri, pakai tangan orang lain juga memungkinkan. Buat saja nota kesepahaman dengan Arab Saudi terhadap "simbol-simbol" yang dilarang dan sebarkan ke banyak tempat ibadah atau diumumkan melalui media, supaya bangsa ini bisa menjaga dirinya sendiri dari antek-antek radikal yang bersembunyi dalam baju agama.
Kalau mereka mau demo, ya sana demo ke Kedubes Saudi jika berkenan.
Jangan sampai negeri ini abai terhadap sinyal-sinyal yang begitu terbuka di depan mata. Masak harus menunggu negeri ini hancur dulu baru kita sadar bahwa ada bahaya Penyesalan itu selalu datang terlambat. Kalau duluan, namanya pendaftaran.
Seruput kopinya dulu, kawan....
*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Rizieq Shihab Ditangkap di Saudi Karena Kibarkan Bendera HTI?
Oleh: Denny Siregar*Beredar kabar Rizieq Shihab ditangkap pemerintah Arab Saudi.
Kabar beredar di jalanan ditangkapnya Rizieq karena ia mengibarkan bendera HTI di depan rumahnya. Seperti kita tahu, Hizbut Tahrir adalah organisasi terlarang di Saudi dan menampilkan simbol-simbolnya jelas bermasalah.
Sebelumnya beberapa waktu lalu pascapembakaran bendera HTI, Mohammad Guntur Romli dalam tweet-nya memang menantang Rizieq Shihab, "Berani apa tidak mengibarkan bendera hitam itu di Saudi?" Jika memang benar Rizieq Shihab menerima tantangan itu, betapa bodohnya dia.
Tetapi yang jelas, pernyataan dari Kemenlu tidak seperti itu. Kemenlu mengatakan bahwa Rizieq Shihab termasuk warga negara "overstayer" yang visanya sudah habis masa berlakunya Juni lalu. Nah biasanya, warga asing yang masa berlaku visanya sudah habis akan dideportasi atau dipulangkan ke negaranya.
Visa Rizieq Shihab di Arab Saudi habis pada tanggal 20 Juni dan sejak itu posisinya sebagai WNI overstayer yang akan kena denda imigrasi sekitar 15-30 ribu real atau per orang sekitar Rp 120 juta dikali lima keluarganya. Selain itu ada punishment (hukuman) beberapa tahun tak bisa masuk Saudi.
Nah, kemungkinan yang paling tepat penangkapan Rizieq Shihab karena itu. Hanya belum ada konfirmasi apa pun, karena bahkan pengacaranya saja tidak bisa menghubungi dia.
Apakah jika Rizieq Shihab dideportasi, dia akan kembali ke Indonesia?
Saya rasa dia belum siap. Kemungkinan Rizieq akan mutar-mutar dulu ke beberapa negara, karena masuk ke Indonesia mentalnya harus kuat. Bukannya apa-apa, nanti kalau dia di sini, gambar dan chat-chat lama bisa bertebaran lagi di media sosial. Itu yang gak nguatin, bukan perkara yang lain. Belum lagi rumors yang beredar mengatakan, "Masih ada lanjutannya...."
Prabowo Subianto sendiri sudah berjanji, bahwa jika kelak ia menjadi Presiden, program utamanya adalah bagaimana menjemput Rizieq pulang ke Indonesia. Tapi ya itu, kapan jemputnya? Iya kalau jadi, kalau enggak gimana ?
Dan entah kenapa netizen Indonesia tega-tega. Masak Rizieq bermasalah di Saudi, mereka pada gembira sampe-sampe berucap "Alhamdulillah"? Orang lagi kesusahan kok malah pada senang.
Apa yang salah?
Yang salah adalah senyum di pagi hari sambil seruput kopi panas dan nikmat sekali. Bukan senyum karena Rizieq ditangkap lho, bukan.... Sungguh. Hati saya saja sedang riang....
Seruput....
*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Kenapa Yusril Mendadak Dukung Jokowi?
Oleh: Denny Siregar*"Keep your friend close and your enemy closer...." Sun Tzu
Mendadak Yusril Ihza Mahendra mengumumkan bahwa ia akan menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf Amin dan akan bergabung dalam Tim Kampanye Nasional.
Hal ini mengejutkan banyak orang dan agak mengherankan, karena selama ini Yusril selalu bersikap berseberangan dengan pemerintah. Apalagi ia menjadi pembela langsung dari ormas HTI yang dibubarkan pemerintah.
Ada apa dengan Yusril? Begitu pertanyaan yang ada di kepala.
Dan teori konspirasi pun bermunculan. Ada yang mengatakan bahwa Yusril adalah "kuda troya" yang dikirim HTI untuk melakukan negosiasi kepada Jokowi. Atau juga Yusril adalah kiriman koalisi Prabowo untuk mengintip dan merusak gerak koalisi Jokowi dari dalam.
Yusril Ihza Mahendra sendiri adalah Ketua Umum Partai Bulan Bintang, partai yang tidak mempunyai kursi di DPR RI. Itulah kenapa PBB tidak banyak dianggap dalam koalisi Pilpres 2019 ini.
Tapi Yusril di politik beda dengan Yusril di hukum. Di politik dia boleh lemah, tapi bidang hukum dia adalah pakarnya. Pada masa pemerintahan SBY, Yusril bahkan mencetak banyak skor ketika harus berhadapan dengan pemerintah. "Skornya 7-0." katanya waktu itu sambil ketawa.
Kepakaran Yusril memang tidak main-main dan semua mengakui itu. Daripada melawan dia, lebih baik berkawan dengan dia. Setidaknya ketika berkawan, Yusril tidak akan menjadi lawan tangguh.
Lalu kenapa Yusril membela HTI?
Sebenarnya ini bukan masalah ideologi. Yusril pintar memanfaatkan "kasus" untuk menaikkan namanya ke pentas nasional. HTI cuma "kuda tunggangan saja", karena kasusnya menarik perhatian banyak orang. Bagi pengacara sekelas Yusril, dia profesional. Kalau klien tidak menguntungkan secara uang, harus bisa menaikkan nama.
Saya jadi teringat seorang Rektor dari universitas swasta terkenal menganalisa ketika saya sepanggung dengannya menjadi pembicara.
"Partai dan politikus di Indonesia itu tidak ada yang ideologis, semuanya cair," katanya. "Itulah kenapa Indonesia tidak bisa seperti negara lain yang ricuh karena menjadikan partai dan politik sebagai ideologi. Di Indonesia, semua adalah kepentingan. Konsep ini banyak buruknya, tapi ada baiknya juga. Inilah yang membuat negeri ini masih aman-aman saja." Dan para peserta semua ketawa membenarkan.
Jadi menghadapi sikap Yusril yang tiba-tiba berbelok arah, jangan pakai quote Sun Tzu, "Keep your friend close and your enemy closer."
Coba pakai quote Don Corleone dalam film The Godfather, "Its just business, nothing personal." Semua itu bisa dibicarakan bagaimana enaknya.
Seruput dulu kopinya....
*Denny Siregar penulis buku Tuhan dalam Secangkir Kopi
Habiburokhman: Yusril Dukung Prabowo-Sandi, PBB Langsung Meroket
Jakarta, (Tagar 9/11/2018) - Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman dan Sekretaris Jenderal DPP Partai Gerindra Ahmad Muzani, menanggapi pernyataan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra mengenai draf aliansi dari para ulama.Sebelumnya, Kamis (8/11) Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra mengatakan ada draf aliansi dari para ulama yang sampai saat ini tidak direspons oleh Ketua Umum Partai Gerindra yang juga sebagai calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto.
Menurut Yusril, perlu adanya suatu format koalisi yang harus dibangun, karena dalam Pemilu 2019 ada dua hajatan yang dilakukan serentak yaitu Pemilu Legislatif (Pileg) dan Pemilu Presiden (Pilpres).
Hal itu dilakukan, katanya, agar semua partai yang mendukung Prabowo Subianto-Sandiaga Uno mendapatkan keuntungan di Pileg.
"Saya menyarankan kepada Pak Prabowo dan Pak Sandi agar mengundang ketua-ketua partai dan mendiskusikan format koalisi seperti apa yang akan disepakati bersama antarpartai," ujar Yusril mengutip kantor berita Antara.
Menurut Yusril, kalau partai-partai hanya diajak koalisi mendukung paslon Prabowo-Sandi tanpa format yang jelas, sementara pada saat yang sama rakyat memilih Presiden dan Wapres serta memilih caleg pada semua tingkatan, maka pembagian peta dapil menjadi sangat penting, sebagaimana dapat dicontoh sebagai perbandingan dari Pemilu di Malaysia.
Kata Habiburokhman
Ketua DPP Partai Gerindra Habiburokhman yang juga menyebut dirinya Ketua Dewan Pembina Advokat Cinta Tanah Air (ACTA) menyatakan keberatan dengan pernyataan Yusril tersebut.
Melalui keterangan tertulis diterima Tagar News, Kamis (8/11) habiburokhman mengatakan:
"Sikap Bang Yusril Ihza Mahendra yang seolah menyalahkan Paslon Prabowo-Sandi terkait sikap Partai Bulan Bintang (PBB) yang belum resmi memberikan dukungan menurut saya tidak tepat.
Saya baca di media jika Bang Yusril mempertanyakan strategi yang disiapkan agar partai-partai pendukung pasangan tersebut juga berjaya di Pileg 2019. Lebih jauh Bang Yusril memberi contoh format koalisi partai di Malaysia sebagai format koalisi yang mungkin dianggap ideal.
Aneh kalau membandingkan format koalisi Pilpres Indonesia dengan format koalisi Pemilu Malaysia karena ada perbedaan sistem yang ekstrem. Di Indonesia, Pemilu Presiden dan Pemilu Legislatif secara administratif dilaksanakan secara terpisah walau pada tanggal yang sama, sementara di Malaysia, Pilihan Umum Raya secara prinsip hanya memilih parlemen, sedangkan Perdana Menteri dipilih dari partai pemenang Pemilu Parlemen. Jadi tidak mungkin format koalisi di Pemilu Malaysia diterapkan di Indonesia.
Yang lebih parah, sistem Pemilu Legislatif dalam UU Pemilu kita sangat liberal, yakni siapa caleg yang memperoileh suara terbanyak dalam satu partai, dialah yang akan terpilih lebih dahulu. Jadi persaingan di Pemilu Legislatif kita bukan hanya terjadi antarpartai, persaingan bahkan sering lebih sengit terjadi di internal partai antarcaleg dalam satu daerah pemilihan.
Dengan kondisi seperti ini bagaimana mungkin Pak Prabowo dan Pak Sandi dimintai tanggungjawab untuk menjamin berjayanya seluruh partai-partai pendukungnya di Pileg sementara di sisi lain kerja pemenangan Pilpres saja sudah sangat berat.
Saya justru melihat bahwa berjayanya partai-partai pendukung Prabowo-Sandi di Pileg 2019 akan sangat tergantung bagaimana masing-masing calon legislatif (Caleg) pada partai tersebut mencitrakan pada masyarakat jika mereka adalah caleg pendukung Prabowo-Sandi.
Pengalaman saya di daerah pemilihan, semakin saya menunjukkan sebagai pendukung Prabowo-Sandi, semakin mudah masyarakat menerima saya sebagai Caleg.
Harapan saya daripada Bang Yusril berusaha membawa gerbong PBB untuk mendukung Jokowi-Ma'ruf Amin, akan sangat baik jika Bang Yusril mendorong PBB untuk segera secara resmi mendukung Prabowo-Sandi. Saya yakin dengan demikian elektabilitas PBB akan meroket dan insya Allah lolos Parliament Treshold 4 persen."
Kata Ahmad Muzani
Sementara itu, Sekretaris Jenderal DPP Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan pihaknya tidak pernah mendengar adanya draf koalisi seperti yang dikatakan Ketua Umum Partai Bulan Bintang (PBB) Yusril Ihza Mahendra.
"Saya tidak pernah baca dan tidak pernah mendengar adanya draf yang disampaikan Yusril. Pembicaraan koalisi antara kami dengan PKS dan Demokrat lancar saja sampai dengan pencalonan," kata Muzani di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis.
Hal itu dikatakannya terkait pernyataan Yusril bahwa ada draf aliansi dari para ulama yang sampai saat ini tidak direspons oleh Ketua Umum Partai Gerindra yang juga sebagai calon presiden nomor urut 02, Prabowo Subianto.
Muzani mengatakan sebenarnya persoalan koalisi sudah selesai karena Yusril sudah memutuskan menjadi pengacara pasangan capres-cawapres nomor urut 01, Joko Widodo-Ma'ruf Amin dan pihaknya menghargai keputusan tersebut. []
Jadi Lawyer Jokowi-Ma’ruf, Yusril Diminta Mundur dari Lawyer HTI
Jakarta, (Tagar 6/11/2019) - Politikus PDI Perjuangan Eva Kusuma Sundari meminta Yusril Ihza Mahendra mundur sebagai lawyer Hizbut Tahrir Indonesia (HTI), terkait dirinya yang kini menjadi lawyer Joko Widodo-Ma’ruf Amin.Eva mengatakan dirinya bukan tak mendukung dipilihnya Yusril sebagai laywer Jokowi-Ma'ruf tapi ia ingin Yusril menunjukan moralitas dan profesionalitas sebagai lawyer. Yakni, sebagai lawyer Jokowi-Ma’ruf Yusril tidak pada posisi yang kontradiktif.
“Dalam konteks ini saya meminta Pak Yusril mundur dari pengacara HTI, karena menurut saya ini kontradiktif,” tuturnya di Nusantara III, Kompleks Parlemen, Jakarta, Selasa (6/11).
Bagaimana tak kontradikif, menurut Eva, sudah jelas Prabowo-Ma’ruf merupakan pasangan pro Pancasila, sedangkan HTI sebaliknya. Berseberangan, tidak mau menjadikan Pancasila sebagai landasannya.
“Karena satu membela pasangan Jokowi-Ma’ruf, yang sangat pro Pancasila dan menjadikan Pancasila sebagai orientasi didalam kebijakannya, dan juga menjadi arah untuk ditegakan dan seterusnya,” terangnya.
“Sementara juga pengacara HTI yang kontradiktif dengan itu, tidak mau Pancasila dan konstitusinya juga punya konstitusi sendiri dan seterusnya,” sambung Eva.
Kenapa memilih Yusril? Menurut Eva, alasannya lebih ke personal Yusril. Ia dinilai punya track record yang patut diakui. Mengingat, banyak kasus yang ia menangkan saat menjadi lawyer.
“Kalau kita lihat memang kapasistas personal beliau dan juga jam terbang beliau dan juga pernah pengalaman di istana zamannya Gus Dur,” terangnya.
“Karena reputasi beliau selalu banyak menang ya menjadi pengacara,” lanjut dia.
Eva menambahkan dipilihnya Yusril bukan karena dia lawyer dari HTI, tapi murni karena track record dari Ketua Umum PBB tersebut.
Menurutnya, Ketua Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma’rif Erick Tohir juga tentunya telah mempertimbangkan berbagai keuntungan ketika Yusril masuk menjadi lawyer Jokowi-Ma’ruf.
“Jadi, sama sekali tidak ada kaitan dengan itu, dan melihat kapasitas dan juga track record personal Pak Yusril dalam melakukan pembelaan-pembelaan,” pungkas Anggota Komisi XI DPR tersebut.
Yusril ke Jokowi-Ma'ruf, Dua Kubu Menghormati Andai PBB ke Prabowo-Sandi
Jakarta, (Tagar 9/11/2018) - Wakil Ketua Badan Pemenangan Nasional (BPN) Prabowo-Sandi, Ahmad Muzani menghormati keputusan Yusril Ihza Mahendra menjadi pengacara pasangan nomor urut satu (01) Joko Widodo-Ma'ruf Amin."Ya kita menghormati lah keputusan Pak Yusril. Beliau sudah memutuskan untuk berpihak ke sana. Jadi, tidak ada yang perlu dijelaskan," ungkapnya di Kompleks Parlemen, Jakarta, Kamis (8/11).
Namun, Muzani tetap berharap Partai Bulan Bintang (PBB) bisa mendukung pasangan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno. Meski terdengar aneh, Ketua Umumnya menjadi pengacara pasangan Jokowi-Ma'ruf, sedangkan partainya mendukung Prabowo-Sandi.
"Ya kita berharap sih, PBB bisa mendukung Pak Prabowo dan Sandi. Tapi kan Pak Yusril ketua umum, sebagai advokat dia ke sana, tapi partai ke sini kan, ya agak ini juga," kata Muzani.
Menurutnya, koalisinya memang tak bisa menawarkan apa pun selain sama-sama berjuang untuk memperbaiki negara.
"Kami memang tidak bisa menawarkan banyak, kecuali kita sama-sama berjuang. Karena sumber daya yang kami miliki tidak banyak. Kecuali semangat untuk memperbaiki negara dan menjaga persatuan dan mengkompakkan persaudaraan kita," tukasnya.
Yusril Gabung Disambut Positif
Sementara itu, Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menanggapi positif bergabungnya Yusril menjadi pengacara Jokowi-Ma'ruf.
"Kalau bagi Pak Presiden, tadi kan sudah disampaikan alhamdullilah posisinya bagus. Tentunya kalau Pak Yusril bergabung, apalagi untuk khusus di bidang hukum ya tentu kita tanggapi positif," ungkapnya usai Acara Pembekalan Calon Legislatif Partai Hanura, di Hotel Discovery & Convention, Ancol, Jakarta Utara, Rabu malam (7/11).
Senada dengan Airlangga, Sekretaris Tim Kampanye Nasional (TKN) Jokowi-Ma'ruf Hasto Kristiyanto pun mengapresiasi keputusan Yusril bergabung sebagai Tim Hukum Jokowi-Ma'ruf.
"Kami mengapresiasi keputusan Pak Yusril Ihza Mahendra untuk menjadi Tim Hukum dari Pak Jokowi dan Ma'ruf Amin," ujarnya.
Apa pun keputusan Yusril, andai berbeda dari keputusan partainya yakni PBB tetap akan dihormati. Pasalnya, kata Hartarto, TKN telah memutuskan untuk membedakan antara sikap Yusril sebagai Ahli Hukum Tata Negara, dengan Yusril sebagai Ketua Umum PBB.
"Kami membedakan antara sikap dalam kapasitas beliau sebagai ahli hukum tata negara dan juga sebagai ketua umum partai. Sebagai partai tentu saja melalui mekanisme untuk menentukan sebuah sikap politiknya mau mendukung siapa, ya kita hormati sikap politik Partai Bulan Bintang," tandas Hasto. []
BIN Menjawab Tuduhan Rizieq Shihab
Jakarta, (Tagar 9/11/2018) - Badan Intelijen Negara (BIN) tidak terlibat penangkapan Rizieq Shihab di Arab Saudi sebagaimana dituduhkan pihak Rizieq Shihab, kata Juru Bicara Kepala BIN Wawan Hari Purwanto.Sebelumnya, pihak Rizieq menduga intelijen Indonesia menjalankan aksi spionase untuk memfitnah dirinya. Aksi intel itu membuat Rizieq didatangi polisi Saudi dan ditahan selama 28 jam.
"Beliau (Rizieq Shihab) menyampaikan bahwa pihak yang diduga kuat sebagai pelaku adalah 'intelijen busuk dari Indonesia'," kata Juru Bicara FPI Munarman kepada wartawan.
"Tuduhan BIN mengganggu HRS tidak benar. Apalagi, menuduh bahwa anggota BIN mengontrak rumah di dekat kontrakan HRS, memasang bendera, maupun mengambil CCTV. Semua hanya pandangan sepihak," kata Wawan dalam keterangan tertulis di Jakarta, Kamis (8/11) mengutip kantor berita Antara.
Wawan menegaskan bahwa tuduhan pemasangan bendera berkalung tauhid di tembok juga tidak ada bukti bahwa yang memasang adalah BIN, apalagi memfoto, kemudian lapor ke polisi Arab Saudi.
"Jadi, tuduhan bahwa BIN merekayasa penangkapan HRS oleh polisi Saudi adalah hoaks," kata Wawan.
BIN justru menghendaki agar masalah cepat selesai dan tuntas sehingga tidak berkepanjangan dan berakibat pada berkembangnya masalah baru, apalagi di luar negeri, sistem hukum dan pemerintahannya berbeda, kata Wawan.
Wawan mengatakan bahwa BIN bertugas melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia, termasuk Rizieq Shihab.
"Tidak benar jika ada anggapan bahwa HRS (Habib Rizieq Shihab) adalah musuh, semua adalah anak bangsa yang masing-masing memiliki pemikiran yang demokratis yang wajib dilindungi. Jika ada sesuatu yang kurang pas, wajib diingatkan," katanya.
Wawan mengatakan bahwa Arab Saudi adalah negara berdaulat yang tidak bisa diintervensi oleh Indonesia. Operasi intelijen di negara lain adalah dilarang. Mereka bisa dipersona non grata atau dideportasi atau bahkan dijatuhi hukuman sesuai dengan UU yang berlaku di negeri itu.
Ia juga menegaskan tidak benar ada dendam politik. BIN adalah lembaga negara yang tetap ada meskipun silih berganti kepemimpinan nasionalnya, dan berkewajiban menjaga agar program pembangunan berjalan lancar demi kesejahteraan rakyat.
Tidak ada masalah yang tidak dapat diselesaikan. Dengan duduk bersama, semua bisa teratasi, katanya.
"BIN tidak pernah mempermasalahkan aliansi politik HRS. Itu hak seseorang dan sah-sah saja," katanya.
BIN ingin agar anak bangsa ini tidak terpecah karena beda pandangan. Perbedaan adalah memperkaya khasanah kebangsaan dan bukan alasan untuk terpecah.
BIN, lanjut Wawan, tidak mengenal istilah kriminalisasi, semua warga negara memiliki hak dan kewajiban serta kedudukan yang sama di depan hukum.
"BIN selalu siap membantu HRS, sebagaimana Kedubes RI juga siap membantu jika HRS dalam kesulitan, termasuk memberikan jaminan atas pelepasan HRS," katanya.
Sehari Sebelumnya
Sehari sebelumnya, Duta Besar RI untuk Kerajaan Arab Saudi, Agus Maftuh Abegebriel menyatakan Kedutaan Besar RI di Riyadh dan Konsulat Jenderal RI di Jeddah akan selalu menyediakan pendampingan dan perlindungan kepada Muhammad Rizieq Shihab (MRS) dalam menghadapi masalah hukum di Arab Saudi.
"KBRI dan KJRI akan mewakafkan diri untuk pemihakan dan pelayanan kepada seluruh ekspatriat Indonesia di Arab Saudi," kata Duta Besar melalui pesan singkat yang diterima di Jakarta, Rabu.
Ia mengatakan dirinya melakukan komunikasi secara intensif dengan pihak-pihak Saudi terkait masalah yang dituduhkan atas Rizieq.
Ia berharap masalah hukum yang dihadapi oleh MRS hanya mengenai persoalan izin tinggal yang kadaluwarsa (overstay).
Duta Besar mengaku sangat khawatir jika yang dituduhkan kepada MRS berkaitan keamanan Kerajaan Arab Saudi.
"Jika ini yang dituduhkan, maka lembaga yang akan menangani masalah itu adalah lembaga 'super div Saudi' yang ada di bawah raja, yang dikenal dengan Riasah Amni ad-Daulah atau 'Presidency of State Security'," jelas Duta Besar Agus Maftuh.
Ia menjelaskan penangkapan MRS oleh aparat keamanan di Mekkah terjadi pada 5 November 2018 pukul 23.30 Waktu Arab Saudi (WAS).
Sejak mendengar berita penangkapan tersebut, Duta Besar menghubungi sejumlah rekannya di Saudi guna memastikan kebenaran dan kejelasan kabar itu.
Menurut Duta Besar, Menteri Luar Neger Retno Marsudi juga melakukan komunikasi dengan dirinya guna memastikan informasi tersebut serta mendorong dan memerintahkan KBRI untuk melakukan pendampingan dan pengayoman kepada MRS dalam menghadapi kasus yang dihadapinya.
Hasil penelusuran menunjukkan bahwa pada tanggal 5 November 2018, sekitar pukul 08.00 WAS, tempat tinggal MRS didatangi oleh aparat kepolisian Mekkah karena ada pemasangan bendera hitam pada dinding bagian belakang rumah MRS yang mengarah pada ciri-ciri gerakan ekstremis.
Pada saat tersebut aparat kepolisian Saudi sempat melakukan pemeriksaan singkat terhadap MRS.
Pada tanggal 5 November 2018, pukul 16.00 WAS, MRS dijemput oleh kepolisian Mekkah dan Mabahis ammah (intelijen umum, General Investigation Directorate GID), lalu dibawa ke kantor polisi.
Selanjutnya, untuk proses penyelidikan dan penyidikan, MRS ditahan oleh pihak kepolisian wilayah Mekkah.
Pada 6 November 2018, Duta Besar RI langsung memerintahkan DIPPASSUS (Diplomat Pasukan Khusus) yang merupakan gugus tugas reaksi cepat untuk berangkat ke Mekkah dan memastikan kabar yang beredar tersebut.
Setelah selesai menjalani pemeriksaan di kantor Mabahis 'Aamah (intelijen umum), MRS diserahkan kepada Kepolisian Sektor Mansyuriah Kota Mekkah pada hari Selasa, tanggal 6 November 2018, sekitar pukul 16.00 WAS.
Kemudian pada 6 November 2018, pukul 20.00 WAS, MRS dikeluarkan dari tahanan kepolisian Mekkah dengan jaminan, didampingi oleh staf KJRI di Jeddah.
Duta Besar menegaskan bahwa Arab Saudi sangat melarang segala bentuk jargon, label, atribut dan lambang apa pun yang berbau terorisme seperti ISIS, Al-Qaedah, Al-Jama'ah al-Islamiyyah dan segala kegiatan yang berbau terorisme dan ekstremisme.
Pemantauan media sosial juga dilakukan oleh pihak keamanan Arab Saudi dan pelanggaran yang berkaitan dengan teknologi informasi merupakan pidana berat jika bersentuhan dengan aroma terorisme. []
Novel Bamukmin Akhirnya Akui Ar-Rayah dan Al-Liwa Bendera HTI
DutaIslam.com - Menanggapi soal bendera bertuliskan kalimat tauhid di Rumah Habib Rizieq Shihab sebagaimana beredar di pesan-pesan pendek wartawan Selasa malam, 6 November 2018, Novel Bamukmin ikut bicara.Menurut Novel, Habib Rizieq hanya dijahili oleh pihak yang ingin menjatuhkannya secara politik. "Bendera HTI itu rekayasa. Di Indonesia kan kental dengan permainan penguasa," kata Novel dikutip Dutaislam.com dari Tempo, Rabu, (07/11/2018).
Sebagaimana diberitakan, Habib Rizieq sempat ditangkap otoritas keamanan Arab Saudi karena pemasangan bendera berlambang HTI di rumahnya.
Saat ada insiden pembakaran bendera HTI terjadi di Garut oleh oknum Banser beberapa waktu lalu, Novel mengutuk dan menyatakan kalau HTI tidak punya bendera.
"Tidak ada bendera HTI karena HTI tidak punya bendera karena hanya kebetulan bendera Ar-Rayah dan Al-Liwa orang-orang HTI yang sering bawa. Untuk itu kami menyerukan satu bendera tauhid dibakar, maka kibarkan jutaan bendera tauhid di manapun, kapan pun," ujarnya, Kamis (25/10/2018), dikutip Dutaislam.com dari Tirto.id.
Kala itu, karena mengakui HTI tidak punya bendera, ia bersama alumni 212 sempat mengatakan siap mengibarkan benedera Ar-Rayah dan Al-Liwa yang bertuliskan kalimat tauhid sebagai bentuk pembelaan kepada HTI.
Novel juga sempat akan memeriahkan reuni 212 dengan mengibarkan ratusan ribu atau bahkan jutaan bendera. Bagi Novel, bendera dan ikat kepala yang dibakar anggota Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Nahdlatul Ulama (NU) atau paramiliter Gerakan Pemuda (GP) Ansor, bukanlah atribut Ormas yang dilarang pemerintah, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI) melainkan bendera bertuliskan tauhid.
Mendengar plin-plannya Novel Bamukmin, Abdurrahman, Pembina Lembaga Kajian Pemikiran dan Advokasi - Marka Bangsa, sudah membaca karancuan berpikir kativis FPI tersebut. Menurut Abdurrahman, plin-plannya Novel Bamukmin adalah bentuk kebingungan ideologis.
"Waktu di Garut ngomong nya bendera tauhid. Bahkan Novel sempat menyatakan HTI tidak punya bendera. Lha kok sekarang jadi bendera HTI. Bukannya itu bagian dari kebingungan ideologis? Dia mengakui itu bendera HTI karena terdesak kepentingan ndoro-nya," tutur Abdurrahman kepada Dutaislam.com, di Jepara, Kamis (08/11/2018) malam. [dutaislam.com/ab]
Novel Bamukmin akui Al-Liwa dan Ar-Royah bendera HTI
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2018/11/novel-bamukmin-akhirnya-akui-ar-rayah-dan-al-liwa-bendera-hti.html
Habib Saleh Abdullah: Di Malaysia, Menyimpan Bendera HTI Dipenjara 30 Bulan
DutaIslam.com - Habib Saleh Abdullah, yang sekarang jadi Wakil Ra'is Syuriah PWNU Kalimantan Selatan menyayangkan sikap anarkhis para pembela Habib Rizieq Shihab (HRS) yang menyebut rezim di Indonesia anti kepada Islam dan ulama.Tapi anehnya, ketika HRS tertangkap foto ada bendera Al-Liwa dan Ar-Royah di rumahnya Saudi sana, mereka tidak menyebut Saudi anti Islam. Menurut Habib Saleh Abdullah, tidak ada pemerintahan di dunia ini yang warganya lebih bebas mengekspresikan agamanya daripada Indonesia.
"Di Saudi Habib Rizieq karena di depan rumahnya ada terpasang bendera itu sempat di interogasi polisi Saudi. Di Malaysia seorang WNI dipenjara 30 bulan karena kedapatan menyimpan foto bendera Tauhid/Hizbut Tahrir. Hanya menyimpan benderanya," tandasnya, Kamis (08/11/2018).
Ia juga menyatakan, di Indonesia ribuan orang menyimpan dan mencetak secara besar-besaran bendera Tauhid/Hizbut Tahrir, bahkan mengibar-ngibarkannya dengan parade demo besar-besaran, tidak ada yang ditangkap.
Dengan nada yang lebih serius, Habib Saleh membandingkan Indonesia yang lebih bebas ber-ekpresi soal kehidupan beragama, "mau Maulidan, Haulan pakai speaker segede pintu monggo, mau adzan sekeras mungkin monggo, mau bikin pengajian nutup jalan ya monggo, malah dijagain polisi," imbuhnya.
"Coba bikin gituan di Saudi atau negara-negara lainnya. Apakah dibolehkan atau diijinkan? Rukun Islam yang mana atau Rukun Iman yang mana yang dilanggar oleh pemerintah ini?" Ujarnya, dengan nada lebih tinggi.
Mereka ini, lanjut Habib Saleh, adalah korban provokasi ulama yang yang
punya kepentingan politik saja. Sayangnya, sedikit sekali di antara
mereka yang mau berfikir. Mereka sudah mampu mempengaruhi awam bahkan
mengadu domba ulama kita.
Mereka merupakan kelompok Radikal Islam sampai hari ini masih berani dengan memberikan perlawanan. Kita jangan lengah, termakan isu persatuan ala mereka.
"Sebagian ulama dan habaib kita banyak yang terpengaruh mereka. Ini disebabkan kurangnya membaca sejarah dan kondisi global, sehingga mereka mudah larut serta menerima gerakan Islam radikal yang dibungkus dengan dalil dibalik topeng agama," pungkasnya. [dutaislam.com/ab]
Mereka merupakan kelompok Radikal Islam sampai hari ini masih berani dengan memberikan perlawanan. Kita jangan lengah, termakan isu persatuan ala mereka.
"Sebagian ulama dan habaib kita banyak yang terpengaruh mereka. Ini disebabkan kurangnya membaca sejarah dan kondisi global, sehingga mereka mudah larut serta menerima gerakan Islam radikal yang dibungkus dengan dalil dibalik topeng agama," pungkasnya. [dutaislam.com/ab]
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2018/11/habib-saleh-abdullah-di-malaysia-menyimpan-bendera-hti-dipenjara-30-bulan.html
Bendera Rasulullah Itu Merah-Putih (Indonesia), Bukan Hitam Putih (Bughot)
DutaIslam.com - Editorial kali ini menyoroti bendera Rasulullah yang dalam sebuah hadits disebut berwarna merah (ahmar) dan putih (abyadl). Bukan hitam dan putih. Karena bendera Rasulullah bukan tempat fotocopy.
Dalam buku berjudul Api Sejarah yang ditulis Ahmad Manshur Suryanegara ditulis "Bendera Rasulullah berwarna Merah Putih" (hlm. 40). Ia merujuk pada sebuah hadits yang setelah ditelisik oleh redaksi ternyata memang ada di Syarah Muslim jilid 9, Kitab (Bab) Fitan (Fitnah-fitnah).
Versi cetakan ke-3 penerbit Darul Hadits tahun 1998, hadits tersebut termuat di jilid X di urutan hadits ke 2889. Berikut bunyi tulisan lengkap haditsnya:
2009- Dari Tsauban radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda, 'Sesungguhnya Allah telah memperlihatkan seluruh bumi kepadaku hingga aku dapat melihatnya, baik itu bagian timur maupun bagian barat. Sesungguhnya kekuasaan umatku akan mencapai bagian-bagian bumi yang telah diperlihatkannya kepadaku. Aku telah dianugerahkan dua perbendaharaan, merah dan putih. Sesungguhnya aku telah memohonkan kepada Tuhanku mengenai umatku, 1). Semoga Allah tidak menghancurkan umatku dengan habisnya pangan dalam jangka setahun penuh. 2). Semoga Allah tidak menjadikan umatku dapat dikuasai oleh musuh dari luar mereka yang melucuti pelindung kepala mereka. Sesungguhnya Tuhanku telah berfirman, "Hai Muhammad, apabila Aku telah memutuskan sesuatu, maka sesuatu itu pasti tidak akan tertolak. Sesungguhnya Aku telah menjamin umatmu bahwasanya, 1}. Aku tidak akan menghancurkan umatmu dengan kehabisan pangan dalam setahun penuh. 2}. Aku tidak akan menjadikan umatmu dikuasai oleh musuh dari luar mereka yang melucuti pelindung kepala mereka — meskipun mereka diserang dari berbagai penjuru, kecuali jika sesama umatmu saling menghancurkan dan saling menawan." {Muslim 8/171}.
Suryanegara menyebut maksud marah dan putih tiada lain adalah bendera. Ia menulis begini:
Kutipan buku Api Sejarah karya Ahmad Manshur Suryanegara (hlm. 40)
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2018/11/bendera-rasulullah-itu-merah-putih-indonesia-bukan-hitam-putih.html
Dalam buku berjudul Api Sejarah yang ditulis Ahmad Manshur Suryanegara ditulis "Bendera Rasulullah berwarna Merah Putih" (hlm. 40). Ia merujuk pada sebuah hadits yang setelah ditelisik oleh redaksi ternyata memang ada di Syarah Muslim jilid 9, Kitab (Bab) Fitan (Fitnah-fitnah).
Versi cetakan ke-3 penerbit Darul Hadits tahun 1998, hadits tersebut termuat di jilid X di urutan hadits ke 2889. Berikut bunyi tulisan lengkap haditsnya:
عَنْ ثَوْبَانَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ إِنَّ اللَّهَ زَوَى لِي الْأَرْضَ فَرَأَيْتُ مَشَارِقَهَا
وَمَغَارِبَهَا وَإِنَّ أُمَّتِي سَيَبْلُغُ مُلْكُهَا مَا زُوِيَ لِي
مِنْهَا وَأُعْطِيتُ الْكَنْزَيْنِ الْأَحْمَرَ وَالْأَبْيَضَ وَإِنِّي
سَأَلْتُ رَبِّي لِأُمَّتِي أَنْ لَا يُهْلِكَهَا بِسَنَةٍ عَامَّةٍ وَأَنْ
لَا يُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ فَيَسْتَبِيحَ
بَيْضَتَهُمْ وَإِنَّ رَبِّي قَالَ يَا مُحَمَّدُ إِنِّي إِذَا قَضَيْتُ
قَضَاءً فَإِنَّهُ لَا يُرَدُّ وَإِنِّي أَعْطَيْتُكَ لِأُمَّتِكَ أَنْ لَا
أُهْلِكَهُمْ بِسَنَةٍ عَامَّةٍ وَأَنْ لَا أُسَلِّطَ عَلَيْهِمْ عَدُوًّا
مِنْ سِوَى أَنْفُسِهِمْ يَسْتَبِيحُ بَيْضَتَهُمْ وَلَوْ اجْتَمَعَ
عَلَيْهِمْ مَنْ بِأَقْطَارِهَا أَوْ قَالَ مَنْ بَيْنَ أَقْطَارِهَا
حَتَّى يَكُونَ بَعْضُهُمْ يُهْلِكُ بَعْضًا وَيَسْبِي بَعْضُهُمْ بَعْضًا
2009- Dari Tsauban radhiyallahu 'anhu, dia berkata, "Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam telah bersabda, 'Sesungguhnya Allah telah memperlihatkan seluruh bumi kepadaku hingga aku dapat melihatnya, baik itu bagian timur maupun bagian barat. Sesungguhnya kekuasaan umatku akan mencapai bagian-bagian bumi yang telah diperlihatkannya kepadaku. Aku telah dianugerahkan dua perbendaharaan, merah dan putih. Sesungguhnya aku telah memohonkan kepada Tuhanku mengenai umatku, 1). Semoga Allah tidak menghancurkan umatku dengan habisnya pangan dalam jangka setahun penuh. 2). Semoga Allah tidak menjadikan umatku dapat dikuasai oleh musuh dari luar mereka yang melucuti pelindung kepala mereka. Sesungguhnya Tuhanku telah berfirman, "Hai Muhammad, apabila Aku telah memutuskan sesuatu, maka sesuatu itu pasti tidak akan tertolak. Sesungguhnya Aku telah menjamin umatmu bahwasanya, 1}. Aku tidak akan menghancurkan umatmu dengan kehabisan pangan dalam setahun penuh. 2}. Aku tidak akan menjadikan umatmu dikuasai oleh musuh dari luar mereka yang melucuti pelindung kepala mereka — meskipun mereka diserang dari berbagai penjuru, kecuali jika sesama umatmu saling menghancurkan dan saling menawan." {Muslim 8/171}.
Teks hadits tentang bendera merah putih |
Allah menganugerahkan padaku warna yang indah, merah-putih. Dari dasar inilah ulama Indonesia sejak abad ke-7 M mengembangkan bendera merah putih menjadi bendera umat Islam sebagai mayoritas bangsa Indonesia. Juga dibudayakan sebagai lambang penyambutan kelahiran bayi dan tahun baru Islam dengan bubur merah putih. Pada saat membangun rumah, dikibarkanlah bendera Merah-Putih di bubungan atap rumah.Jadi, bendera Rasulullah itu merah putih, bukan bendera hitam putih. Emangnya foto copy bughot pemberontakan ala HTI dan FPI yang mendukungnya? Ya tidak lah. [dutaislam.com/ab]
Kutipan buku Api Sejarah karya Ahmad Manshur Suryanegara (hlm. 40)
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2018/11/bendera-rasulullah-itu-merah-putih-indonesia-bukan-hitam-putih.html
Mengkaji Merah Putih, Meluruskan Perdebatan Bendera Rasulullah
Rabu, 06 Desember 2017
|
Oleh: Irwan Masduqi
DutaIslam.Com - Sebagai warga Indonesia yang menghormati merah putih barangkali kita agak terusik dengan keberadaan bendera ISIS dan HTI yang diklaim oleh para kader militan sebagai bendera Rasulullah saw. Bendera Rasulullah saw kini semakin marak digunakan oleh kelompok radikal dalam sejumlah aksi demonstrasi, seakan-akan bendera itulah yang Islami sedangkan merah putih tidak sesuai dengan hadits Nabi. Para ideolog HTI juga sering mengutip hadits-hadits tentang bendera Rasulullah dengan pemahaman yang tekstual. Pemahaman seperti ini perlu dikaji ulang dan diluruskan. Dalam kitab Fath al-Bari Syarh Shahih Bukhari diterangkan bahwa warna bendera Rasulullah saw masih diperdebatkan disebabkan perbedaan redaksi hadits dan riwayat yang beragam. Dalam haditsnya Jabir diterangkan bahwa bendera Rasul saat masuk Makkah berwarna putih (anna Rasulallah dakhala Makkata wa liwa`uhu abyadh). Dalam haditsnya al-Bara’ diterangkan warnanya hitam (anna rayata Rasulillah kanat sauda`). Abu Dawud meriwayatkan bendera Rasulullah berwarna kuning (raaytu rayata Rasulillah shallallahu ‘alayhi wasallama shafra`).
Untuk menyikapi hadits yang saling bertentangan ini, para ulama menggunakan metode ushul fiqh “al-jam’u baynal adilah”, mensinkronkan dalil-dalil yang bertentangan. Kesimpulannya, bendera Rasulullah saw berganti-ganti sesuai kondisi dan situasi (takhtalifu bikhtilafil awqat) dan para perawi meriwayatkan secara berbeda-beda sesuai yang mereka lihat atau dengarkan.
Bendera ISIS dan HTI terdapat tulisan La ilaha illallah Muhammad Rasulullah dan mereka mengklaim bahwa bendera Rasulullah saw juga terdapat tulisan seperti itu. Pemahaman seperti ini didasarkan pada hadits Ibnu Abbas “Kana maktuban ‘ala rayatihi la ilaha illallah Muhammad Rasulullah”. Namun dalam kitab Fath al-Bari Syarh Shahih Bukhari diterangkan bahwa sanad hadis tersebut adalah “wahin/dha’if jiddan” atau lemah sekali atau diduga hoax (muttaham bil kidzbi).
Ajaran Islam tidak menentukan warna bendera. Bendera Rasulullah saw bukanlah syiar agama, akan tetapi hanya kode untuk mengisyaratkan strategi perang (alwanu rayat fi tilkal fatrah lam takun tumatstsilu syiaran walakin rumuz). Bendera Rasulullah saw dikibarkan oleh tentara pilihan yang paling pemberani, yakni Hamzah, Ali bin Abi Thalib, dan Mush’ab bin ‘Umayr.
Menurut Ibnu Khaldun, sejarawan Muslim terkemuka, tujuan dari bendera yang dikibarkan oleh pejuang adalah untuk mengintimidasi dan menakut-nakuti tentara musuh (li tahwil wa takhwif). Jadi hal ini murni strategi perang yang bersifat kondisional dan profan, bukan doktrin agama yang sakral. Bendera bisa dirubah warna apa saja karena tujuannya hanya kode dan isyarat untuk membedakan mana kawan dan lawan saat kondisi perang.
Bendera warna hitam dan putih kemudian juga digunakan sebagai penanda bagi pasukan kaum Muslimin di era Khulafa al-Rasyidin. Namun seiring perkembangan zaman, bendera kaum Muslimin terus mengalami perubahan. Di era Dinasti Umawi, menurut salah satu riwayat, benderanya diganti dengan warna hijau menyesuaikan selera Bani Umayah yang lebih menyukai warna hijau. Namun menurut riwayat lainnya, warnanya adalah putih dengan tulisan La ilaha illallah Muhammad Rasulullah. Dalam kesempatan lain, ada pula bendera yang diberi tulisan nashrun minallah wa fathun qarib yang artinya pertolongan dari Allah dan penaklukan akan segera datang. Bendera ini di era belakangan dipakai juga oleh Dinasti Muwahidin di Andalusia Spanyol.
Berganti Khilafah berganti pula kebijakan terkait warna bendera. Pada era Khilafah Abasiyah, warna bendera diganti hitam. Menurut Ibnu Khaldun, alasannya adalah untuk mengekspresikan kesedihan atas gugurnya para syuhada’ dari Bani Hasyim. Pada era al-Ma’mun, benderanya diganti lagi warnanya menjadi hijau sebagai syiar negara keadilan. Namun al-Ma’mun pada era belakangan menggantinya lagi menjadi hitam karena warna hijau juga digunakan oleh kelompok Alawiyin. Bendera Alawiyin yang hijau ini kemudian diganti oleh kelompok Syiah menjadi putih sebagai bendera Khilafah Fathimiyyah Syiah di kawasan Maghrib pada tahun 297 H/909 M. Di sini kita melihat bahwa perbedaan kepentingan politik Sunni dan Syiah juga menjadi faktor perubahan warna bendera.
Perubahan warna bendera terus terjadi dalam sejarah umat Islam sesuai dengan pertimbangan filosofis, politis, ideologis, sektarianis, dan selera warna sang pemimpin negara. Putih menyimbolkan kesucian, hitam menyimbolkan keberanian dan ekspresi kesedihan atas gugurnya para syuhada, hijau menyimbolkan keadilan dan kemakmuran, dan seterusnya.
Dari kajian hadits dan sejarah di atas, maka kita sebagai warga negara Indonesia selayaknya menghormati merah putih dan tidak sepatutnya mempertentangkan merah putih dengan bendera Rasulullah saw, sebab warna bendera hanyalah bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan situasi, filosofi pendiri bangsa-bangsa, sejarah kebudayaan masing-masing kawasan, dan cita-cita masa depan bangsa.
Lebih dari itu, menurut Bung Karno, dalam pidatonya pada 24 September 1955, merah putih bukanlah buatan Republik Indonesia. Bukan pula buatan tokoh-tokoh di zaman pergerakan nasional. Bukan buatannya Bung Karno, bukan buatannya Bung Hatta. Enam ribu tahun sebelum Indonesia merdeka manusia yang hidup di tanah air Nusantara sudah memberi makna pada Merah Putih.
Bangsa Indonesia sudah mengagungkan merah putih jauh sebelum agama-agama masuk, seperti Hindu, Budha, Kristen, dan Islam. Kerajaan-kerajaan di Nusantara dari mulai Kediri, Singosari, Majapahit sampai Mataram menggunakan merah putih sebagai panji-panji. Bung Karno kemudian berwasiat, “Aku minta kepadamu sekalian, janganlah memperdebatkan Merah Putih ini. Jangan ada satu kelompok yang mengusulkan warna lain sebagai bendera Republik Indonesia”.
Akhir kalam, merah putih yang memiliki filosofi berani dan suci pun tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mengajarkan keberanian dan kesucian (al-syaja’ah wa nadhafah). Maka penulis mengajak umat Islam di Indonesia agar melihat persoalan ini secara historis dan jangan terjebak pada sikap beragama yang simbolik dan tekstual (al-tadayyun al-syakli wal harfi) ala ISIS dan HTI. Beragama yang simbolik seperti ISIS dan HTI akan mengakibatkan kita terkungkung pada kulit sembari mengabaikan isi. Terjebak pada bentuk dan melupakan nilai filosofi. Memberhalakan teks dan menafikan konteks.
Kepada Sang Saka Merah Putih, hormaaaaat grak! [dutaislam.com/pin]
DutaIslam.Com - Sebagai warga Indonesia yang menghormati merah putih barangkali kita agak terusik dengan keberadaan bendera ISIS dan HTI yang diklaim oleh para kader militan sebagai bendera Rasulullah saw. Bendera Rasulullah saw kini semakin marak digunakan oleh kelompok radikal dalam sejumlah aksi demonstrasi, seakan-akan bendera itulah yang Islami sedangkan merah putih tidak sesuai dengan hadits Nabi. Para ideolog HTI juga sering mengutip hadits-hadits tentang bendera Rasulullah dengan pemahaman yang tekstual. Pemahaman seperti ini perlu dikaji ulang dan diluruskan. Dalam kitab Fath al-Bari Syarh Shahih Bukhari diterangkan bahwa warna bendera Rasulullah saw masih diperdebatkan disebabkan perbedaan redaksi hadits dan riwayat yang beragam. Dalam haditsnya Jabir diterangkan bahwa bendera Rasul saat masuk Makkah berwarna putih (anna Rasulallah dakhala Makkata wa liwa`uhu abyadh). Dalam haditsnya al-Bara’ diterangkan warnanya hitam (anna rayata Rasulillah kanat sauda`). Abu Dawud meriwayatkan bendera Rasulullah berwarna kuning (raaytu rayata Rasulillah shallallahu ‘alayhi wasallama shafra`).
Untuk menyikapi hadits yang saling bertentangan ini, para ulama menggunakan metode ushul fiqh “al-jam’u baynal adilah”, mensinkronkan dalil-dalil yang bertentangan. Kesimpulannya, bendera Rasulullah saw berganti-ganti sesuai kondisi dan situasi (takhtalifu bikhtilafil awqat) dan para perawi meriwayatkan secara berbeda-beda sesuai yang mereka lihat atau dengarkan.
Bendera ISIS dan HTI terdapat tulisan La ilaha illallah Muhammad Rasulullah dan mereka mengklaim bahwa bendera Rasulullah saw juga terdapat tulisan seperti itu. Pemahaman seperti ini didasarkan pada hadits Ibnu Abbas “Kana maktuban ‘ala rayatihi la ilaha illallah Muhammad Rasulullah”. Namun dalam kitab Fath al-Bari Syarh Shahih Bukhari diterangkan bahwa sanad hadis tersebut adalah “wahin/dha’if jiddan” atau lemah sekali atau diduga hoax (muttaham bil kidzbi).
Ajaran Islam tidak menentukan warna bendera. Bendera Rasulullah saw bukanlah syiar agama, akan tetapi hanya kode untuk mengisyaratkan strategi perang (alwanu rayat fi tilkal fatrah lam takun tumatstsilu syiaran walakin rumuz). Bendera Rasulullah saw dikibarkan oleh tentara pilihan yang paling pemberani, yakni Hamzah, Ali bin Abi Thalib, dan Mush’ab bin ‘Umayr.
Menurut Ibnu Khaldun, sejarawan Muslim terkemuka, tujuan dari bendera yang dikibarkan oleh pejuang adalah untuk mengintimidasi dan menakut-nakuti tentara musuh (li tahwil wa takhwif). Jadi hal ini murni strategi perang yang bersifat kondisional dan profan, bukan doktrin agama yang sakral. Bendera bisa dirubah warna apa saja karena tujuannya hanya kode dan isyarat untuk membedakan mana kawan dan lawan saat kondisi perang.
Bendera warna hitam dan putih kemudian juga digunakan sebagai penanda bagi pasukan kaum Muslimin di era Khulafa al-Rasyidin. Namun seiring perkembangan zaman, bendera kaum Muslimin terus mengalami perubahan. Di era Dinasti Umawi, menurut salah satu riwayat, benderanya diganti dengan warna hijau menyesuaikan selera Bani Umayah yang lebih menyukai warna hijau. Namun menurut riwayat lainnya, warnanya adalah putih dengan tulisan La ilaha illallah Muhammad Rasulullah. Dalam kesempatan lain, ada pula bendera yang diberi tulisan nashrun minallah wa fathun qarib yang artinya pertolongan dari Allah dan penaklukan akan segera datang. Bendera ini di era belakangan dipakai juga oleh Dinasti Muwahidin di Andalusia Spanyol.
Berganti Khilafah berganti pula kebijakan terkait warna bendera. Pada era Khilafah Abasiyah, warna bendera diganti hitam. Menurut Ibnu Khaldun, alasannya adalah untuk mengekspresikan kesedihan atas gugurnya para syuhada’ dari Bani Hasyim. Pada era al-Ma’mun, benderanya diganti lagi warnanya menjadi hijau sebagai syiar negara keadilan. Namun al-Ma’mun pada era belakangan menggantinya lagi menjadi hitam karena warna hijau juga digunakan oleh kelompok Alawiyin. Bendera Alawiyin yang hijau ini kemudian diganti oleh kelompok Syiah menjadi putih sebagai bendera Khilafah Fathimiyyah Syiah di kawasan Maghrib pada tahun 297 H/909 M. Di sini kita melihat bahwa perbedaan kepentingan politik Sunni dan Syiah juga menjadi faktor perubahan warna bendera.
Perubahan warna bendera terus terjadi dalam sejarah umat Islam sesuai dengan pertimbangan filosofis, politis, ideologis, sektarianis, dan selera warna sang pemimpin negara. Putih menyimbolkan kesucian, hitam menyimbolkan keberanian dan ekspresi kesedihan atas gugurnya para syuhada, hijau menyimbolkan keadilan dan kemakmuran, dan seterusnya.
Dari kajian hadits dan sejarah di atas, maka kita sebagai warga negara Indonesia selayaknya menghormati merah putih dan tidak sepatutnya mempertentangkan merah putih dengan bendera Rasulullah saw, sebab warna bendera hanyalah bersifat fleksibel sesuai dengan kondisi dan situasi, filosofi pendiri bangsa-bangsa, sejarah kebudayaan masing-masing kawasan, dan cita-cita masa depan bangsa.
Lebih dari itu, menurut Bung Karno, dalam pidatonya pada 24 September 1955, merah putih bukanlah buatan Republik Indonesia. Bukan pula buatan tokoh-tokoh di zaman pergerakan nasional. Bukan buatannya Bung Karno, bukan buatannya Bung Hatta. Enam ribu tahun sebelum Indonesia merdeka manusia yang hidup di tanah air Nusantara sudah memberi makna pada Merah Putih.
Bangsa Indonesia sudah mengagungkan merah putih jauh sebelum agama-agama masuk, seperti Hindu, Budha, Kristen, dan Islam. Kerajaan-kerajaan di Nusantara dari mulai Kediri, Singosari, Majapahit sampai Mataram menggunakan merah putih sebagai panji-panji. Bung Karno kemudian berwasiat, “Aku minta kepadamu sekalian, janganlah memperdebatkan Merah Putih ini. Jangan ada satu kelompok yang mengusulkan warna lain sebagai bendera Republik Indonesia”.
Akhir kalam, merah putih yang memiliki filosofi berani dan suci pun tidak bertentangan dengan nilai-nilai Islam yang mengajarkan keberanian dan kesucian (al-syaja’ah wa nadhafah). Maka penulis mengajak umat Islam di Indonesia agar melihat persoalan ini secara historis dan jangan terjebak pada sikap beragama yang simbolik dan tekstual (al-tadayyun al-syakli wal harfi) ala ISIS dan HTI. Beragama yang simbolik seperti ISIS dan HTI akan mengakibatkan kita terkungkung pada kulit sembari mengabaikan isi. Terjebak pada bentuk dan melupakan nilai filosofi. Memberhalakan teks dan menafikan konteks.
Kepada Sang Saka Merah Putih, hormaaaaat grak! [dutaislam.com/pin]
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2017/12/mengkaji-merah-putih-meluruskan-perdebatan-bendera-rasulullah.html
Makna Liwa dan Royah Rasulullah Menurut Mufti Al-Azhar Mesir
Rabu, 06 Desember 2017
|
DutaIslam.Com - Tentang bendera Rasulullah, Mufti Al-Azhar Mesir
menjelaskan dalam Fatawa Al-Azhar 10/221 tentang makna Liwa’ yang pernah
ada di zaman Nabi:
Artinya: "Ibnu Hajar berkata dalam Ghazwat Khaibar bahwa Liwa’ adalah sebuah bendera atau tanda yang dibawa dalam perang, agar diketahui posisi pasukan. Terkadang bendera ini dibawa oleh pemimpin pasukan".
Lalu beliau membedakan fungsi bendera ini antara di zaman Nabi dengan zaman sekarang:
ﻳﻘﻮﻝ اﺑﻦ ﺣﺠﺮ ﻓﻰ ﻏﺰﻭﺓ ﺧﻴﺒﺮ: اﻟﻠﻮاء ﻫﻮ اﻟﻌﻠﻢ اﻟﺬﻯ ﻳﺤﻤﻞ ﻓﻰ اﻟﺤﺮﺏ ﻳﻌﺮﻑ ﺑﻪ ﻣﻮﺿﻊ ﺻﺎﺣﺐ اﻟﺠﻴﺶ، ﻭﻗﺪ ﻳﺤﻤﻠﻪ ﺃﻣﻴﺮ اﻟﺠﻴﺶ
Artinya: "Ibnu Hajar berkata dalam Ghazwat Khaibar bahwa Liwa’ adalah sebuah bendera atau tanda yang dibawa dalam perang, agar diketahui posisi pasukan. Terkadang bendera ini dibawa oleh pemimpin pasukan".
اﻟﻌﻠﻢ ﺭﻣﺰ ﻟﻠﻮﻃﻦ ﻓﻰ اﻟﻌﺼﺮ اﻟﺤﺪﻳﺚ
Artinya: "Bendera adalah simbol negara di zaman modern ini"
Berkenaan dengan istilah Liwa’ dan Rayah, Syekh Athiyyah menyampaikan banyak beda pendapat diantara para ulama, ada yang mengatakan Liwa’ adalah bendera putih, Rayah Panji Hitam. Dan ada pula yang tidak membedakan.
Ahli hadis Imam Ibnu Hajar juga menampilkan banyak riwayat dalam masalah ini:
ﻭﺃﻭﺭﺩ ﺣﺪﻳﺚ ﺟﺎﺑﺮ ﺃﻥ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺩﺧﻞ ﻣﻜﺔ ﻭﻟﻮاﺅﻩ ﺃﺑﻴﺾ ﺛﻢ ﺗﺮﺟﻢ ﻟﻠﺮاﻳﺎﺕ ﻭﺃﻭﺭﺩ ﺣﺪﻳﺚ اﻟﺒﺮاء ﺃﻥ ﺭاﻳﺔ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﻛﺎﻧﺖ ﺳﻮﺩاء ﻣﺮﺑﻌﺔ ﻣﻦ ﻧﻤﺮﺓ ﻭﺣﺪﻳﺚ ﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻛﺎﻧﺖ ﺭاﻳﺘﻪ ﺳﻮﺩاء ﻭﻟﻮاﺅﻩ ﺃﺑﻴﺾ ﺃﺧﺮﺟﻪ اﻟﺘﺮﻣﺬﻱ ﻭﺑﻦ ﻣﺎﺟﻪ ﻭﺃﺧﺮﺝ اﻟﺤﺪﻳﺚ ﺃﺑﻮ ﺩاﻭﺩ ﻭاﻟﻨﺴﺎﺋﻲ ﺃﻳﻀﺎ ﻭﻣﺜﻠﻪ ﻻﺑﻦ ﻋﺪﻱ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺃﺑﻲ ﻫﺮﻳﺮﺓ ﻭﻷﺑﻲ ﻳﻌﻠﻰ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺑﺮﻳﺪﺓ ﻭﺭﻭﻯ ﺃﺑﻮ ﺩاﻭﺩ ﻣﻦ ﻃﺮﻳﻖ ﺳﻤﺎﻙ ﻋﻦ ﺭﺟﻞ ﻣﻦ ﻗﻮﻣﻪ ﻋﻦ ﺁﺧﺮ ﻣﻨﻬﻢ ﺭﺃﻳﺖ ﺭاﻳﺔ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ ﺻﻠﻰ اﻟﻠﻪ ﻋﻠﻴﻪ ﻭﺳﻠﻢ ﺻﻔﺮاء ﻭﻳﺠﻤﻊ ﺑﻴﻨﻬﺎ ﺑﺎﺧﺘﻼﻑ اﻷﻭﻗﺎﺕ
Artinya: “At-Tirmidzi menyampaikan riwayat hadis Jabir bahwa Nabi masuk ke Makkah bendera Nabi berwarna putih, kemudian Tirmidzi membuat bab Rayat dan menampilkan hadis Barra’ bahwa Rayah Nabi berwarna hitam segi empat dari Namira. Hadis Ibnu Abbas bahwa Rayah Nabi berwarna hitam dan Liwa nya berwarna putih. Dikeluarkan oleh Tirmidzi, Ibnu majah. Dan hadis tadi juga oleh abu Dawud, Nasa’i, demikian pula oleh Ibnu Adi dari hadis Abu Hurairah, Abu ya’la dari Buraidah. Abu Dawud meriwayatkan dari Sammak dari seseorang kaumnya, dari seorang yang lain dari mereka, saya melihat Rayah Nabi berwarna kuning. Riwayat diatas jika dipadukan karena waktu yang berbeda-beda”
Berkaitan dengan dalil bahwa bendera Nabi bertuliskan kalimat syahadat, dikomentari oleh Imam Ibnu Hajar seperti ini:
ﻭﺭﻭﻯ ﺃﺑﻮ ﻳﻌﻠﻰ ﻋﻦ ﺃﻧﺲ ﺭﻓﻌﻪ ﺃﻥ اﻟﻠﻪ ﺃﻛﺮﻡ ﺃﻣﺘﻲ ﺑﺎﻷﻟﻮﻳﺔ ﺇﺳﻨﺎﺩﻩ ﺿﻌﻴﻒ ﻭﻷﺑﻲ
اﻟﺸﻴﺦ ﻣﻦ ﺣﺪﻳﺚ ﺑﻦ ﻋﺒﺎﺱ ﻛﺎﻥ ﻣﻜﺘﻮﺑﺎ ﻋﻠﻰ ﺭاﻳﺘﻪ ﻻ ﺇﻟﻪ ﺇﻻ اﻟﻠﻪ ﻣﺤﻤﺪ ﺭﺳﻮﻝ اﻟﻠﻪ
ﻭﺳﻨﺪﻩ ﻭاﻩ – فتح الباري ٦/١٢٧
Artinya: Abu ya’la meriwayatkan dari Anas secara marfu’ bahwa Allah memuliakan umatku dengan bendera. Sanadnya dlaif. Abu Syekh meriwayatkan dari Ibnu Abbas bahwa Rayah Nabi bertuliskan La Ilaha Illa Allah Muhammad Rasulullah. Sanadnya sangat lemah (Fathul Bari, 6/127)
Kesimpulannya: jika benar benar konsisten mengikuti Nabi, maka Liwa’ atau Rayah ini hanya terdapat dalam perang. Nabi tidak pernah memerintahkan sebuah negara memakai bendera tertentu. [dutaislam.com/ab]
Source: hujjahnu.com
Bendera Hizbut Tahrir
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2017/12/makna-liwa-dan-royah-rasulullah-menurut-mufti-al-azhar-mesir.html
Membongkar Politik Eks HTI Dibalik Bendera Liwa Rayah
Senin, 20 November 2017
|
DutaIslam.Com - Presidium Alumni (PA) 212 muncul menjadi kekuatan baru politik non-partai dan non-ormas mainstream merasa di atas angin setelah calon Gubernur DKI Jakarta yang mereka dukung akhirnya dilantik Presiden Jokowi. Mereka tampaknya makin percaya diri. PA 212 sendiri berbentuk aliansi longgar dari berbagai ormas, lembaga dan tokoh Islam yang memiliki sikap yang sama tentang wajibnya memilih dan memiliki pemimpin /pejabat negara beragama Islam. Mereka terus bergerak melakukan berbagai acara tabligh akbar dengan tajuk Temu Alumni 212 sebagai ajang konsolidasi politik menjelang Pilkada serentak 2018 dan Pilpres 2019.
Infiltrasi Bendera Liwa Rayah
Tiap-tiap elemen di PA 212 boleh membawa bendera masing-masing, termasuk bendera tauhid lebih tegasnya bendera Liwa Rayah. Bendera tauhid Liwa Rayah kerap mucul di acara-acara PA 212. Penyokong utama PA 212 adalah FPI dan sejumlah tokoh nasional yang terkoneksi dengan FUI. Di antara gejala politik ikutan yang cukup menonjol adalah munculnya bendera tauhid di beberapa aksi demontrasi dan tabligh akbar yang diselenggarakan oleh Presidium Alumni (PA) 212.
Sudah jadi rahasia umum, Liwa Rayah merupakan ikon HTI. Bendera hitam putih ini terlihat mencolok di setiap acara dan aksi PA 212. Gejala ini tidak lebih sebagai cara HTI menunjukkan eksistensi dirinya di tengah umat pasca dibubarkan pemerintah. Di PA 212 sendiri peran serta HTI terbilang minor sebab HTI punya agenda politik sendiri yang berbeda dengan agenda ormas dan tokoh-tokoh Islam yang ada di PA 212.
Kilas balik ke belakang, tak disangka, bendera tauhid malah jadi jalan bagi berakhirnya eksistensi HTI di ruang publik. Setiap tahun HTI punya agenda nasional di bulan Rajab tahun hijriyah untuk memperingati hari runtuhnya Khilafah pada tanggal 28 Rajab. Pada Rajab 1438 (Maret-April 2017) HTI mengambil tema Masirah Panji Rasulullah (Mapara) yaitu acara pawai atau aksi damai untuk mensosialisasikan bendera Rasulullah. Kontan rencana Mapara HTI ditentang sejumlah pihak terutama GP Anshor dan Banser karena dibalik Mapara tercium aroma makar yang menyengat. Akhir cerita HTI dibubarkan pemerintah pada tanggal 19 Juli 2017. Tiga bulan setelah Rajab.
Aliansi PA 212 yang begitu longgar, celah bagi HTI untuk melakukan infiltrasi opini serta numpang eksis dengan kibaran Liwa Rayah setelah rencana sosialisasi Liwa Rayah bertajuk Mashirah Panji Rasulullah (Mapara) awal tahun 2017 gagal total.
Variasi Bendera Tauhid
Tauhid merupakan inti ajaran Islam berupa pengakuan atas keesaan Allah Swt secara radikal dan menyeluruh. Dengan pengakuan tersebut seseorang bisa disebut muslim. Tanpa itu sebaik apapun anak manusia, ia tetap dianggap non-Islam (kafir). Seluruh ajaran Islam merupakan manifestasi dari tauhid yang ditulis dengan satu kalimat singkat لا اله الا الله )tidak ada tuhan selain Allah). Dengan kalimat ini setiap muslim menolak, membantah dan menegasikan ada tuhan lalu menetapkan, memastikan dan meyakini Allah itu Tuhan. Tuhan itu Allah saja. Inilah doktrin pokok, utama, sentral dan sakral dari keseluruhan ajaran Islam.
Kalimat tauhid adalah kalimat universal milik semua kaum muslimin di manapun mereka berada dari generasi ke generasi. Setiap Nabi yang diutus oleh Allah Swt mengajarkan tauhid sebagai basis kehidupan yang wajib diyakini sebelum membangun peradaban dengan syariah. Membangun peradaban berdasarkan tauhid misi utama para Nabi dari Nabi Adam As sampai Nabi Muhammad Saw. Ajaran tauhid yang dibawa para Nabi, sama, tidak berubah. Adapun cabang-cabang syariahnya berbeda sesuai kebudayaan manusia tempat seorang Nabi diutus.(QS, 5: 48).
Tauhid adalah doktrin tentang keesaan Allah Swt yang diyakini dalam hati, diaktualisasikan dengan perbuatan dan termanifestasi menjadi kebudayaan dan peradaban. Jadi tauhid bukanlah bendera tapi aqidah. Bendera tauhid akhir-akhir ini ramai dibicarakan setelah di beberapa acara publik ormas Islam seperti tabligh akbar dan demonstrasi acapkali tampak massa yang membawanya. Memang belum ada definisi baku tentang bendera tauhid, namun dari persepsi umum belakangan ini yang dimaksud dengan bendera tauhid yaitu sepotong kain bersegi yang bertuliskan kalimat dua kalimat syahadat. Pada bendera itu juga tertulis kalimat محمد رسول الله (Muhammad Rasulullah).
Bendera tauhid memiliki beberapa variasi antara lain bendera tauhid yang digunakan oleh Kerajaan Arab Saudi. Pada bendera Kerajaan Arab Saudi ditambah gambar pedang di bawah kalimat dua kalimat syahadat berlatar kain warna hijau. Adapun bendera Persyarikatan Muhammadiyah menambah kata محمديه (muhammadiyah) di tengah apitan tulisan dua kalimat syahadat yang berbentuk setengah lingkaran yang pagari oleh garis-garis sinar matahari di atas kain warna hijau. Sedangkan kelompok ISIS mempunyai bendera warna hitam dengan tulisan محمد رسول الله (Muhammad Rasulullah) berbentuk bulat yang mereka yakini seperti stempel yang pernah digunakan Rasulullah Saw pada surat-surat Beliau Saw. Ormas Islam yang juga menggunakan dua kalimat syahadat pada benderanya antara lain: FPI, FUI, Jama’ah Ansharusy Syariah dan HTI tentunya.
Pada kasus HTI, agak unik. Lambang/logo Hizbut Tahrir internasional berupa bola dunia yang di tengahnya ada tulisan حزب التحرير (Hizbut Tahrir) bendera warna hitam bertulis dua kalimat syahadatnya. Sedangkan Hizbut Tahrir di Indonesia (HTI) menggunakan tiang bendera tauhid berwarna hitam dan putih di posisi huruf I kata tahrir dan Indonesia pada nama Hizbut Tahrir Indonesia. Jadi gambar lambang Hizbut Tahrir internasional (pusat) dengan Hiizbut Tahrir di wilayah Indonesia, berbeda. HT dan HTI lebih menonjolkan bendera tauhid yang mereka sebut bendera Rasulullah yang bernama Liwa dan Rayah, dibandingkan lambang/logo kelompok mereka sendiri. Di antara ormas-ormas Islam yang menjadikan dua kalimat syahadat sebagai lambang, hanya HTI dan ISIS yang begitu “memuja-mujanya”.
Umumnya ormas-ormas Islam yang menjadikan tulisan dua kalimat syahadat di bendera mereka tidak lebih untuk menunjukkan aqidah yang dianut oleh ormas sekaligus identitas, landasan dan hakikat dari tujuan akhir dari semua aktivitas yang dilakukan ormas tersebut. Barangkali hanya HTI dan ISIS yang mempersepsikan bendera tauhid sebagai bendera negara yang wajib ditegakkan.
Baca: Jangan Mau Dibohongi Pakai Bendera HTI-ISIS
Hadits tentang Liwa Rayah
Memang ada beberapa hadits Nabi Muhammad Saw terkait bendera tauhid. Bendera tauhid adalah bendera Rasulullah Saw berdasarkan hadits-hadits berikut ini: Imam Ahmad, Abu Dawud dan An-Nasai di Sunan al-Kubra telah mengeluarkan dari Yunus bin Ubaid mawla Muhammad bin al-Qasim, ia berkata: Muhammad bin al-Qasim mengutusku kepada al-Bara’ bin ‘Azib bertanya tentang rayah Rasulullah Saw seperti apa? Al-Bara’ bin ‘Azib berkata:
كَانَتْ سَوْدَاءَ مُرَبَّعَةً مِنْ نَمِرَةٍ
“Rayah Rasulullah Saw berwarna hitam persegi panjang terbuat dari Namirah.”
Dalam Musnad Imam Ahmad dan Tirmidzi, melalui jalur Ibnu Abbas meriwayatkan: “Rasulullah Saw telah menyerahkan kepada Ali sebuah panji berwarna putih, yang ukurannya sehasta kali sehasta. Pada liwa (bendera) dan rayah (panji-panji perang) terdapat tulisan ‘Laa illaaha illa Allah, Muhammad Rasulullah’. Pada liwa yang berwarna dasar putih, tulisan itu berwarna hitam. Sedangkan pada rayah yang berwarna dasar hitam, tulisannya berwarna putih.”.
Berikut ini beberapa hadits lainnya terkait al-Liwa dan ar-Rayah:
Imam At-Tirmidzi dan Imam Ibn Majah telah mengeluarkan dari Ibn Abbas, ia berkata:
كَانَتْ رَايَةُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ سَوْدَاءَ، وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضَ
“Rayah Rasulullah Saw berwarna hitam dan Liwa beliau berwarna putih.”
Imam An-Nasai di Sunan al-Kubra, dan at-Tirmidzi telah mengeluarkan dari Jabir:
أَنَّ النَّبِيَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ «دَخَلَ مَكَّةَ وَلِوَاؤُهُ أَبْيَضُ
“Bahwa Nabi Saw masuk ke Mekah dan Liwa’ beliau berwarna putih.”
Ibn Abiy Syaibah di Mushannaf-nya mengeluarkan dari ‘Amrah ia berkata:
كَانَ لِوَاءُ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ أَبْيَضَ
“Liwa Rasulullah Saw berwarna putih.”
Saat Rasulullah Saw menjadi panglima militer di Khaibar, beliau bersabda:
لأُعْطِيَنَّ الرَّايَةَ أَوْلَيَأْخُذَنَّ الرَّايَةَ غَدًا رَجُلاً يُحِبُّهُ اللهُ وَرَسُولُهُ أَوْ قَالَ يُحِبُّ الله َوَرَسُولَهُ يَفْتَحُ اللهُ عَلَيْهِ فَإِذَا نَحْنُ بِعَلِيٍّ وَمَا نَرْجُوهُ فَقَالُوا هَذَا عَلِيٌّ فَأَعْطَاهُ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ الرَّايَةَ فَفَتَحَ اللهُ عَلَيْهِ
“‘Sungguh besok aku akan menyerahkan ar-râyah atau ar-râyah itu akan diterima oleh seorang yang dicintai oleh Allah dan Rasul-Nya atau seorang yang mencintai Allah dan Rasul-Nya. Allah akan mengalahkan (musuh) dengan dia.’. Tiba-tiba kami melihat Ali, sementara kami semua mengharapkan dia. Mereka berkata, ‘Ini Ali.’. Lalu Rasulullah Saw memberikan ar-rayah itu kepada Ali. Kemudian Allah mengalahkan (musuh) dengan dia.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Rasulullah Saw. menyampaikan berita duka atas gugurnya Zaid, Ja‘far, dan Abdullah bin Rawahah, sebelum berita itu sampai kepada beliau, dengan bersabda:
أَخَذَ الرَّايَةَ زَيْدٌ فَأُصِيبَ ثُمَّ أَخَذَهَا جَعْفَرٌ فَأُصِيبَ ثُمَّ أَخَذَهَا عَبْدُاللَّهِ بْنُ رَوَاحَةَ فَأُصِيبَ
“Ar-Râyah dipegang oleh Zaid, lalu ia gugur; kemudian diambil oleh Ja‘far, lalu ia pun gugur; kemudian diambil oleh Ibn Rawahah, dan ia pun gugur.” (HR. Bukhari).
Hadits-hadits tadi berbentuk informasi (repotase) yang disampaikan oleh sahabat Nabi Saw. Tidak ditemukan indikasi (qarinah) dan konotasi yang menunjukkan perintah dari Nabi Muhammad Saw untuk menggunakan Liwa Rayah. Hadit-hadits itu mendeskripsikan bentuk dan warna bendera Rasulullah Saw sekaligus menunjukkan perbedaan kegunaan Liwa dan Rayah tanpa ada ‘amr (perintah) kepada umatnya nanti agar berbendera seperti Beliau Saw. Teks-nya (manthuq) tidak mengandung pujian bagi orang yang menggunakan ataupun celaan bagi yang meninggalkan. Tidak ada kata dan frase yang bermakna thalab (tuntutan) bagi umat untuk berbendera Liwa dan Rayah sehingga dapat disimpulkan bahwa menggunakan Liwa dan Rayah serta bendera tauhid pada umumnya, mubah, bukan fardhu.
Jika ditinjau konteks hadits-hadits di atas, jelas sekali bahwa Rasulullah Saw menggunakan liwa dan rayah dalam konteks politik identitas suatu negara di tengah pergaulan antar negara saat itu. Konvensi internasional mengatakan bahwa eksistensi negara dilambangkan dengan sebuah bendera. Inilah fungsi dari Liwa. Adapun Rayah berfungsi adminstrasi (idariyah) di dalam negeri khususnya di angkatan perang (jihad). Di kancah peperangan bendera jadi penanda pasukan dan pemegang bendera yang jadi pemimpin pasukan . Fungsi politik kenegaraan liwa dan fungsi administrasi rayah merupakan fungsi yang dimiliki setiap bendera negara. Bendera Liwa Rayah di masa Nabi Saw tidak memiliki konotasi keagamaan secara khusus.
Negara Romawi dan Persia juga memiliki bendera yang fungsinya sama dengan Liwa Rayah. Dengan demikian liwa dan rayah bersifat profan, tidak unik, bukan khas kenabian dan keislaman karena fungsi bendera yang melekat di Liwa Rayah ternyata sudah dimiliki umat manusia sebelum Nabi Muhammad Saw memilikinya di Madinah. Perbuatan Muhammad Saw terkait bendera Liwa Rayah termasuk perbuatan jibiliyah wa thabi’iyah sebagai seorang manusia yang jadi kepala negara. Tidak berhubungan dengan tugas tasyri’i-nya sebagai Nabi dan Rasul.
Dari aspek unsur-unsur materi pembentuk Liwa Rayah, bendera tauhid ini terbuat dari kain berwarna hitam dan putih bertuliskan dua kalimat syahadat. Jenis khath yang digunakan HTI dan ISIS pada bendera tauhid mereka faktanya berbeda. Khath yang manakah yang sama persis dengan khath pada bendera Rasulullah Saw dulu? Khath versi HTI tulisan لا اله الا الله dan الله محمد رسول berbentuk langsing dan runcing ditambah dengan tanda baca (syakl). Kalau kita lihat khath pada dokumen surat-surat Rasulullah Saw, tulisan huruf-hurufnya agak gemuk dan gundul. Karena itu tulisan dua kalimat syahadat pada bendera Liwa Rayah versi HTI diduga kuat hasil modifikasi. Justru bendera tauhid versi ISIS lebih mirip dengan khath yang ada didokumen surat-surat Nabi Saw dan stempel Rasulullah Saw.
Secara umum bendera termasuk kategori benda-benda (al-asyya’) yang memuat nilai tertentu. Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani menyebutnya dengan istilah madaniyah yang khas yaitu bentuk-bentuk fisik dari benda-benda yang terindera yang digunakan dalam berbagai aspek kehidupan. Sementara madaniyah bisa bersifat khas, bisa pula bersifat umum untuk seluruh umat manusia. Bentuk-bentuk madaniyah yang dihasilkan dari hadlarah (sekumpulan mafahim [ide] yang dianut dan mempunyai fakta tentang kehidupan.) seperti patung, bendera, masjid, dll termasuk madaniyah yang bersifat khas. (an-Nabhani: 2001, 63). Adapun hukum asal benda (al-asyya’) adalah mubah sampai ditemukan dalil yang mengharamkannya merujuk pada kaidah fiqih
الا صل فى اشياء الابا حه حتى يدل الدليل على تحريم
Hukum asal/pokok segala sesuatu (benda) adalah mubah (boleh) sehingga terdapat dalil yang mengharamnya. (Abdul Mudjib, 2008: 25; an-Nabhani, 2001: 92; Muhammad Ismail, 1958: 20).
Jadi berdasarkan bukti-bukti:
1. Umat Islam sejak dari Nabi Adam As sampai Nabi Muhammad Saw hijrah ke Madinah kemudian berjihad dan punya Liwa Rayah, telah bertauhid tanpa bendera;
2. Redaksi hadits-hadits tentang Liwa Rayah bersifat informasi deskriptif (khabariyah) bukan tuntutan yang mewajibkan umat agar berbendera Liwa Rayah. Ditambah konteks Muhammad Saw dalam hadits-hadits itu sebagai pemimpin politik suatu negara bukan sebagai Nabi dan Rasul yang mengemban misi spiritual keagamaan.
3. Fakta kebendaan bendera tauhid Liwa Rayah termasuk madaniyah Islamiyah;
4. Bervariasinya bentuk bendera tauhid yang dimiliki ormas-ormas Islam termasuk dugaan modifikasi khath Liwa Rayah oleh HTI.
Tauhid memang ajaran Islam yang bersifat tauqifi-I’tiqadi dan sakral. Bertauhid ajaran langit. Adapun bendera tauhid itu merupakan produk budaya yang bersifat politik kenegaraan. Nilai bendera terletak pada fungsinya bukan pada bentuknya. Bentuk bendera mengikuti konvensi, konsensus dan adat yang sedang berlaku. Singkatnya bertauhid, fardhu ‘ain; Berbendera tauhid (Liwa Rayah) hukumnya mubah.
"Kami Akan Kembali!”
Melihat status hukum syara’ atas bendera Liwa Rayah yang hukumnya mubah, bukan fardhu dan bukan juga sunnah, masuk akal kiranya kalau timbul kecurigaan umat mengapa ek-HTI getol membawanya di muka umum. Pasti ada motif-motif politik tertentu di balik penyusupan eks-HTI di PA 212 yang ditandai oleh bendera Liwa Rayah di acara-acara PA 212. Eks-HTI yang berambisi meraih kekuasaan untuk mendirikan negara Khilafah di wilayah NKRI, tentu ada pesan politik yang ingin mereka sampaikan di balik kibaran dan bentangan Liwa Rayah.
Setidaknya dari bendera hitam putih itu eks-HTI pada acara-acara PA 212, mau menyampaikan pesan kepada pemerintah dan masyarakat luas bahwa mereka masih ada, belum the end. Pencabutan badan hukum HTI oleh Kemenkumham bersifat administrasif hanya berdampak pada lenyapnya nama HTI dan seruan Khilafah di ruang-ruang publik. Namun pengurus, anggota dan simpatisan HTI tetap bisa bergerak, bebas mengorganisasi diri, berdakwah, berinteraksi dengan masyarakat baik secara individual maupun dalam arahan tanzhim (struktur organisasi).
Mereka terus melakukan rekrutmen secara rahasia, meningkatkan kapasitas internal sampai suatu saat jika iklim politik nasional sudah kondusif mereka akan kembali dengan tubuh yang lebih besar dan kuat guna meraih kekuasaan di negeri ini. “Kami akan kembali!” , begitu kira-kira pesan singkat yang disampaikan eks-HTI melalui bendera Liwa Rayah. [dutaislam.com/gg]
Penulis adalah Jama’ah Sabtuan NU Kota Bandung, Pegiat di Institute for Democracy Education. Mantan Ketua HTI Babel 2004-2010.
Foto: Istimewa Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2017/11/membongkar-politik-eks-hti-dibalik-bendera-liwa-rayah.html
Akhlak Aktivis Hoax Tahrir Indonesia
Senin, 13 November 2017
|
DutaIslam.Com - Tahun 2017 tahun pertarungan sengit antara NU dengan kaum radikal. NU sebagai kekuatan sipil terbesar di Indonesia berada di garda terdepan menjaga NKRI. Harus diakui sejak republik ini berdiri, NU masih bersih dari segala macam kegiatan yang menganggu eksistensi negara. Dalam keadaan suka duka NU selalu bersama Indonesia secara lahir dan batin. Wajar jika pemerintah dan rakyat Indonesia menaruh kepercayaan penuh kepada NU ketika gerakan kaum radikal mulai menggeliat sejak 20 tahun yang lalu. Klimaks konflik terbuka NU dengan kaum radikal yang ingin mengubah NKRI menjadi Khilafah berbuah pembubaran HTI yang kemudian dikunci dengan dietujuinya Perppu Orman menjadi UU Ormas oleh DPR.
Logis jika NU, GP Anshor dan Banser menjadi sasaran kemarahan eks-HTI pasca dicabutnya badan hukum HTI oleh pemerintah dalam hal ini Kemenkumham. Dengan memanfaatkan blog dan media social, berbagai berita hoax, meme bernada pelecehan, potongan video yang tendesius serta opini-opini lepas yang tidak bias menyembunyikan kebencian yang dalam terhadap nahdhiyin berseliweran di dunia maya tanpa peduli benar atau salah informasi yang mereka viralkan. Barangkali perlawanan sengit NU, GP Anshor dan Banser terhadap HTI, jadi dalih mereka untuk menghalalkan segala cara dalam melakukan propaganda hitam. Bagi mereka memfitnah, berbohong dan mengadu domba , absah ditujukan kepada penghalang “dakwah”.
Propaganda hitam yang dimassifkan oleh eks-HTI terhadap NU, GP Anshor dan Banser bertujuan agar terjadi pelemahan di tubuh NU, jama’ah dan jam’iyah. Di samping untuk menciptakan aura kebencian kalangan umat Islam yang lain terhadap NU, GP Anshor dan Banser. Awalnya sempat terjadi kontraksi kecil di internal jama’ah NU tapi tampaknya makin lama, warganet mulai paham dan sadar ada niat busuk di balik share-sharean- yang mendeskriditkan NU, GP Anshor dan Banser oleh eks-HTI di dunia maya. Alhamdulillah warga NU cepat kembali ke Kiainya setelah sempat sebentar geger dan gagap dibombardir konten hoax eks-HTI. Apa salahnya kalau kita nama mereka sebagai kelompok radikal Hoax Tahrir Indonesia (HTI).
Aneh, selama ini HTI mencitrakan dirinya sebagai kelompok politik yang intelek, santun dan tanpa kekerasan tiba-tiba jadi kalap secara membabi buta memviralkan berita, meme dan opini hoax tentang NU dan beberapa orang Kiai. Sosok anak manis yang sedang memperjuangkan Khilafah, sirna setelah HTI dibubarkan pemerintah. Sifat asli HTI yang tidak mengutamakan akhlak sebagai dasar pergerakan menyeruak keluar. Padahal HTI mengadopsi pendapat bahwa akhlak bagian dari syariat Islam. Bahkan ada satu kitab khusus berisi kumpulan ayat dan hadits tentang akhlak dalam rangka memperkokoh nafsiyah para anggotanya yaitu kitab Min Muqawwimat Nafsiyah Islamiyah (Pilar-pilar Pengokoh Nafsiyah Islamiyah).
Di sisi lain pendapat HTI tentang akhlak terkait dakwah dan kebangkitan umat Islam sangat minor. Terkesan mengabaikan akhlak. Di Kitab Nizhamul Islam bab terakhir membahas akhlak. Di bab tersebut Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani mengatakan: Akhlak tidak mempengaruhi secara langsung tegaknya suatu masyarakat. Masyarakat tegak dengan peraturan-peraturan hidup, dan dipengaruhi oleh perasaan-perasaan dan pemikiran-pemikiran. Akhlak tidak mempengaruh tegaknya suatu masyarakat, baik kebangkitan maupun kejatuhannya. Yang mempengaruhinya adalah opini (kesepakatan) umum yang lahir dari persepsi tentang hidup.
Disamping itu yang menggerakkan masyarakat bukanlah akhlak, melainkan peraturan-peraturan yang diterapkan di tengah-tengah masyarakat itu, pemikiran-pemikiran, dan perasaan yang melekat pada masyarakat tersebut. Akhlak sendiri adalah produk berbagai pemikiran, perasaan, dan hasil penerapan peraturan. Atas dasar inilah, maka tidak diperbolehkan dakwah hanya diarahkan pada pembentukan akhlak dalam masyarakat. Sebab akhlak merupakan hasil dari pelaksanaan perintah- perintah Allah SWT, yang dapat dibentuk dengan cara mengajak masyarakat kepada akidah dan melaksanakan Islam secara sempurna.
Disamping itu, mengajak masyarakat pada akhlak semata, dapat memutar balikkan persepsi Islam tentang kehidupan dan dapat menjauhkan manusia dari pemahaman yang benar tentang hakekat dan bentuk masyarakat. Bahkan dapat membius manusia dengan hanya mengerjakan keutamaan amal-amal yang bersifat individual. Hal ini mengakibatkan kelalaian terhadap langkah-langkah yang benar menuju kemajuan hidup. Dengan demikian sangat berbahaya mengarahkan dakwah Islamiyah hanya pada pembentukan akhlak saja. Hal itu memunculkan anggapan bahwa dakwah Islam adalah dakwah untuk akhlak saja. Cara seperti ini dapat mengaburkan gambaran utuh tentang Islam dan menghalangi pemahaman manusia terhadap Islam. Lebih dari itu dapat menjauhkan masyarakat dari satu-satunya metode dakwah yang dapat menghasilkan penerapan Islam, yaitu tegaknya Daulah Islamiyah. (Nizhamul Islam, terj, 2007: 197-198)
Di kitab at-Takattul Hizbi, Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani juga mengkritik organisasi-organisasi yang mendakwahkan Islam, Di samping berbagai organisasi pendidikan dan social tersebut, berdiri pula organisasi berdasarkan akhlak yang berusaha membangkitkan umat atas dasar akhlak melalui nasehat-nasehat, bimbingan-bimbingan, pidato-pidato, dan selebaran-selebaran, dengan suatu anggapan bahwa akhlak adalah dasar kebangkitan. Organisasi-organisasi ini telah mencurahkan tenaga dan dana yang tidak sedikit, namun tidak mendatangkan hasil yang berarti. Perasaan umat tersalur melalui pembicaraan-pembicaraan yang membosankan yang diulang-ulang tanpa arti. (at-Takattul Hizbi, terj: 2001: 25).
Dari pemikiran Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani di atas sebenarnya HTI tidak melepaskan akhlak secara mutlak, akhlak sebatas urusan seorang individu terhadap dirinya sendiri. Maksudnya akhlak masalah private bukan politik. Di ranah politik, akhlak dikesampingkan sebab dalam proses politik menuju tegaknya Khilafah, eks-HTI berpedoman pada metode dakwah yang mereka adopsi yang diyakini berasal dari metode dakwah Nabi Saw. Tahap yang krusial bagi eks-HTI dalam metode dakwah mereka adalah fase tafa’ul ma’a ummah (berinteraksi dengan umat). Di fase ini eks-HTI melancarkan shira’ul fikri (konfrontasi pemikiran) dan gencar melakukan aktivitas kifahu siyasi (perjuangan politik). Pelanggaran akhlak Islami sering kali terjadi pada dua aktivitas ini. Untuk memenangkan konfrontasi pemikiran, eks-HTI tidak segan-segan memanipulasi makna kitab turats (kitab kuning).
Contohnya makna khilafah itu sendiri. Eks-HTI mengutip qaul ulama berbagai madzhab tentang khilafah yang bermakna umum (general) kemudian oleh eks-HTI keumuman makna khilafah ditimpali/ditahrif menjadi makna khusus menjadi lebih spesisfik dengan makna khilafah yang mereka maksud dan mereka perjuangkan. Khilafah yang ada dalam benak eks-HTI adalah kepemimpinan umat yang dipegang oleh Amir Hizbut Tahrir dalam naungan Negara yang mengadopi kontitusi yang disusun oleh Amir Hizbut Tahrir.
Tentu saja makna khilafah seperti ini bukan yang dimaksud oleh para ulama salaf dan khalaf di kitab-kitab mereka. Para ulama membiarkan keumuman makna khilafah, sehingga bentuk kepemimpinan, negara dan pemerintahan yang tercakup dalam keumuman makna ini, dianggap Khilafa secara syar’i. NKRI salah satunya. Dengan demikian sebenarnya umat Islam tidak pernah kosong dari Khilafah sejak dibai’atnya Abu Bakar al-Shiddiq sebagai khalifah sampai dilantiknya Presiden Jokowi. Keadaan vacuum of khilafah tidak pernah terjadi pasca runtuhnya Khilafah Turki Utsmani 3 Maret 1924 sebagaimana yang diyakini oleh eks-HTI.
Adapun titik rawan pelanggaran akhlak Islami oleh eks-HTI ketika melakukan aktivitas perjuangan politik yaitu aksi membongkar strategi (Kasyful Khuththath). Kasyful khuththath merupakan aktivitas politik eks-HTI dalam membongkar, menyingkap lalu membongkar ke publik strategi dan rencana penguasa yang mereka vonis sebagai antek-antek Negara asing. Tujuan aksi ini untuk memutus kepercayaan publik terhadap pemerintah (dharbu ‘alaqah baina ummah wa hukkam).
Untuk mendapatkan informasi seputar strategi dan rencana penguasa, eks-HTI melakukan kegiatan mata-mata (intelijen) amatiran. Informasi-informasi mereka kumpulkan dari berbagai sumber baik yang terbuka umum seperti media massa, media online dan media sosial maupu sumber-sumber tertutup dari kegiatan silaturahmi mereka dengan para ulama, pejabat, birokrat, akademisi, dll. Harus diakui mayoritas penguasa di negeri ini beragaman Islam. Karena itu aktivitas memata-matai mereka sangat dilarang oleh akhlak Islami. Tajassus kepada sesama muslim perbuatan yang tidak diragukan lagi keharamannya. Seringkali eks-HTI ceroboh dalam menilai kegiatan seorang muslim yang jadi pejabat, antara perbuatan pribadi atau sebagai pejabat sehingga yang terjadi justru aksi bongkar aib pribadi yang dilakukan eks-HTI kepada seorang pejabat bukan membongkar rencana “jahat antek penjajah”. Membongkar aib pribadi pejabat ke publik termasuk dosa besar. Itupun bercampur fitnah dan ghibah.
Namun demikian, eks-HTI merasa tidak bersalah karena diyakini sebagai bagian dari implementasi metode dakwah Nabi Saw. Kemudian diperkuat oleh pemikiran Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani yang memisahkan akhlak dari masyarakat membuat eks-HTI mengabaikan akhlak dalam berdakwah. HTI sendiri menegaskan kelompok mereka bukan kelompok ruhani dan akhlak. Mereka merupakan partai politik yang berorientasi meraih kekuasaan sebagai syarat terjadinya perubahan masyarakat.
Manuver politik nir-akhlak yang dipraktikkan eks-HTI dampak dari keyakinan mereka yang salah tentang metode dakwah Nabi Saw dan konsepsi tentang akhlak kaitannya dengan perubahan masyarakat. Betul, suatu masyarakat eksis karena adanya pemikiran, perasaan dan aturan yang sama, namun unsur pokok masyarakat adalah individu. Tanpa individu-individu tidak akan terwujud suatu masyarakat sebagus apapun pemikiran, perasaan dan aturan yang dirancang. Sebab itu perubahan masyarakat ditentukan oleh perubahan individu yang meliputi pemikiran, perasaan dan akhlak. Jika seorang individu belum bisa mengatur dirinya dengan akhlak, maka rasanya berat bagi individu untuk bisa diatur dalam suatu masyarakat. Akhlak jadi parameter keteraturan suatu masyarakat.
Kesalahpahaman Syaikh Taqiyuddin an-Nabhani dalam mendiagnosa penyakit masyarakat ditambah kedangkalan ilmu agama eks-HTI menjadikan mereka tidak segan-segan mengadu domba lawan-lawan politik mereka dari kalangan ulama dan ormas Islam. NU, GP Anshor dan Banser sebagai benteng NKRI tidak lain merupakan penghalang terbesar sipil bagi agenda pendirian Khilafah oleh eks-HTI. Memproduksi konten hoax, frame adu domba dan opini yang bisa menimbulkan rasa kebencian dan permusuhan kepada NU, GP Anshor dan Banser. Perbuatan keji yang jauh dari akhlak terpuji.
Tampaknya kalangan petinggi eks-DPP HTI membiarkan aksi-aksi “Machiaveli” eks-HTI karena dianggap aksi individual bukan agenda jama’ah dan secara politik aksi-memberi manfaat bagi perjuangan mereka. Eks-DPP HTI seperti menikmati aksi-aksi Lone Wolf eks-HTI di dunia maya mengingat mereka tidak bisa lagi beraktivitas di dunia nyata. Yang pasti, dakwah Islam dengan cara-cara kotor yang dilakukan eks-HTI alih-alih mendapat nashrullah, justru akan mengundang murka Allah Swt. Sudah jadi sunnatullah syariat Islam hanya tegak dengan cara-cara yang bersih, bersih niat, bersih pikiran, bersih ujaran dan bersih tindakan. Menegakkan syariat Islam dengan akhlak tercela ibarat menegakkan benang basah. [dutaislam.com/gg] Penulis Jama’ah Sabtuan NU Kota Bandung, Pegiat di Institute for Democracy Education. Mantan Ketua HTI Babel 2004-2010.
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2017/11/akhlak-aktivis-hoax-tahrir-indonesia.html
Siapa Yusuf Martak Ketua GNPF Ulama Pengganti Bachtiar Nasir? Ternyata Begini
Oleh Dafid FuadiDutaIslam.Com - Di antara ulama-ulama bajakan yang ada, yang penampilannya lebih meyakinkan secara fisik dan kostum adalah Yusuf Martak dibanding Sugik Nur Raharja atau Yahya Waloni.
Yusuf Martak tercatat sebagai Vice Presiden PT Energi Mega Persada yang juga pemilik saham terbesar PT Lapindo Brantas Inc (Bakrie Group) yang telah menenggelamkan banyak desa di Sidoarjo 12 tahun yag lalu.
Lebih menyedihkan lagi, penyelesaian ganti rugi korban semburan lumpur, oleh PT Lapindo malah dibebankan kepada Pemerintah yang diperkirakan sekitar 3,8 triliyun. Itu pun belum bisa menuntaskan semua kerugian korban.
Akhirnya Pemerintah Jokowi memberikan solusi. Solusi yang diambil Jokowi adalah solusi yang dilandaskan dari hati nurani. Tanpa memperhitungkan untung rugi dulu, Pemerintah Jokowi MEMBERI HUTANGAN 781 Milyar dengan masa tenggang 4 tahun kepada Bakrie Group.
CEO Lapindo Nirwan Bakrie tentu saja langsung menerima dengan berbunga-bunga. Mendapat hutangan 70 juta dollar dalam kondisi macet bagaikan restructuring debt bagi grup ini. Ical dedengkot dari Grup Bakrie seharusnya malu tersipu-sipu. Jokowi yang selalu dimusuhi, justru memberikan dia setetes air kehidupan. 4 tahun adalah waktu yang cukup panjang untuk mengembalikan 70 juta dollar bagi grup sebesar Bakrie.
Jadi, kalau memang dirasa menguntungkan pasti grup Bakrie akan mengembalikan 70juta dollar itu ke pemerintah. Kalau tidak mereka dengan senyum akan memberikan collateral tanah Lapindo itu ke pemerintah.
Jadi bisa dipahami kan kenapa Yusuf Martak harus ganti kostum berpura-pura jadi ulama dan berbicara tentang Pilpres? [dutaislam.com/gg]
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2018/09/siapa-yusuf-martak-ketua-gnpf-ulama-pengganti-bachtiar-nasir-ternyata-begini.html
HTI Nongol Lagi di Ijtima GNPF II, Terang-terangan Serukan Khilafah
Senin, 17 September 2018
|
Di Ijtima GNPF I beberapa bulan lalu, HTI nongol dalam bentuk spanduk di sekitar acara. Spanduk tersebut berisi tulisan ucapan selamat atas Ijtima GNPF I.
Ulama GNPF kemudian menggelar Ijtima Ulama II. Karena keinginannya tidak direspon Prabowo dalam proses politik jelang Pilpres 2019. Rekomendasinya tidak digubris. Nah, pada Ijtima GNPF II HTI muncul lagi dengan bentuk spanduk.
Entah dimana spanduk tersebut dipasang. Dutaislam.com mendapatkan foto tersebut betuliskan “Tegakkan Khilafah Ijtima Ulama II. HTI Siap menangkan Prabowo-Sandi di Pilres 2019”.
Duh, kalau sebelumnya HTI hanya mengucapkan selamat atas Ijtima GNPF, kini malah terang-terangan menyeru tegakkan Khilafah.
Hati-hati dan waspada gaes! [dutaislam.com/pin]
HTI di Ijtima GNPF II. Foto: Istimewa.
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2018/09/hti-nongol-lagi-di-ijtima-gnpf-ii-terang-terangan-serukan-khilafah.html
Mengapa Kita Jarang Sekali Temukan Lambang Kalimat Tauhid di Acara Pesantren?
Oleh @ziatuwel/ Zia Ul HaqDutaIslam.Com - Lihat saja saat ada pagelaran imtihan, haflah, haul, pawai ta'aruf, istighotsah, maulid akbar, atau sejenisnya. Jarang sekali kita lihat kalimat tauhid tercetak di bendera, spanduk, kaos, peci, koko, sorban, apalagi ikat kepala.
Mengapa? Bukankah kalimat tauhid itu luhur? Apakah kalangan pesantren kurang ghirah keislamannya? Apakah mereka tidak bangga dengan ketauhidannya? Atau jangan-jangan mereka tidak suka kalimat tauhid?
Sebelum Anda menerka yang tidak-tidak, ada satu hal yang musti dipahami. Justru para kiai dan santri itu mungkin lebih akrab dengan kalimat tauhid daripada kita yang setiap hari pakai ikat kepala bertoreh lafal tauhid. Selain dikumandangan lima kali sehari saat adzan, kalimat tauhid juga diwiridkan dan diendapkan di alam bawah sadar mereka secara berjamaah tiap usai sembahyang.
Afdhaludz-dzikri fa'lam annahu; laa ilaaha illallaah. Diwiridkan serempak oleh imam dan makmum, ada yang 40 kali, 70 kali, atau 100 kali, kemudian dipungkasi dengan; 'muhammadur-rasuulullaah'. Demikian lima kali sehari, belum lagi jika ada yang mengamalkan wirid tahlil tambahan.
Kalau demikian, mengapa jarang sekali terlihat simbol-simbol kalimat tauhid di gelaran-gelaran mereka?
Saya tidak berminat membahas gegeran simbol kalimat tauhid yang lagi ramai belakangan. Tidak pula hendak membahas penggunaan bendera tauhid sejak masa Rasulullah, para sahabat, hingga peran politisnya di masa kini. Ini hanya tulisan ringan yang sekedar menguak satu 'tradisi' kaum pesantren berkaitan dengan pelabelan kalimat tauhid. Yaitu tradisi ikhtiyath; kehati-hatian fikih.
Ikhtiyath bisa kita sebut sebagai tradisi moral kalangan santri dalam berfikih. Ikhtiyath inilah yang membuat mereka membuat kobokan kaki di luar tempat wudhu sebelum masuk masjid, memilih pakai mukenah terusan daripada potongan, pelafalan niat sebelum takbirotul ihrom, koor niat puasa setelah taraweh, memakai sandal khusus dari toilet ke tempat salat di rumah.
Apalagi dalam kaitannya dengan kalimat tauhid. Ada kehati-hatian fikih bagi kalangan santri agar tidak sembrono meletakkan kalimat suci tersebut di sembarang tempat. Bagi santri, kalimat tauhid adalah jimat dunia akhirat yang sangat luhur. Ia tidak boleh tercecer, tergeletak, terbuang, atau bertempat di lokasi kotor apalagi najis.
Jika ia dicetak di sandangan semisal kaos, baju, topi, atau bandana, dikuatirkan bisa bercampur najis ketika dicuci. Jika dicetak di spanduk-spanduk atau bendera temporer, dikuatirkan akan tercampakkan sewaktu-waktu. Kalau dicantumkan di lambang pesantren, akan menyulitkan saat membuat undangan, kartu syahriyah, baju almamater, dan lainnya. Apalagi jika dicetak di stiker-stiker. Di tempat-tempat tersebut, kalimat tauhid bisa sangat rawan terabaikan.
Bagi kalangan pesantren, kalimat tauhid hanya boleh dicantumkan di tempat-tempat spesial yang sekiranya bisa terjaga kehormatannya. Semisal panji peperangan yang tentu akan dijaga kibarannya hidup atau mati. Sebagaimana kisah dramatis Sayyidina Ja'far at-Thayyar. Atau bendera kerajaan yang tentu akan dirawat dan dimuliakan, sebagaimana bisa kita lihat di kasunanan Cirebon.
Almarhum simbah Kiai Zainal Abidin termasuk sosok yang sangat ketat dalam hal ikhtiyath perkara tauhid. Beliau selalu tutup mata jika lewat Jalan Magelang yang di kiri kanannya penuh patung-patung 'makhluk bernyawa'. Beliau selalu berpaling kalau ada tanda palang salib, juga tidak berkenan dengan atribut-atribut semacam akik atau yang identik dengan perjimatan. Ngregeti iman, kata beliau. Kalimat tauhid tidak lagi berkibar di spanduk atau ikat kepala, melainkan sudah terpatri kuat di dalam sanubari beliau.
Kalimat tauhid, bagi Mbah Zainal, sama sucinya dengan mushaf Quran. Bahkan saya menyaksikan sendiri, dingklik (tatakan kayu) yang biasa digunakan untuk membaca Quran pun beliau muliakan. Pernah suatu kali hendak salat jamaah isya di bulan Ramadan, ada satu dingklik yang tergeletak di belakangku. Ketika beliau lewat, dingklik itu beliau pindah ke sampingku agar tidak kubelakangi.
Bahkan tulisan 'almunawwir' pun sangat beliau muliakan, sebagaimana dikisahkan oleh Kang Tahrir, santri ndalem Mbah Zainal. Memang lazim di Krapyak, kami membuat stiker kecil bertulis 'almunawwir community'. Fungsi stiker ini untuk menandai kendaraan santri sehingga mudah dikenali. Biasanya dipasang di spidometer, plat nomor, atau body sepeda motor.
Nah, menurut penuturan Kang Tahrir, Mbah Zainal tidak berkenan jika melihat ada nama 'almunawwir' kok dipasang di slebor, lebih rendah dari lutut, atau tempat-tempat lain yang kurang pantas. Biar bagaimanapun, 'almunawwir' adalah nama pesantren sekaligus nama pendirinya yang merupakan ulama besar ahli Quran Nusantara, simbah Kiai Muhammad Munawwir bin Abdullah Rosyad.
Demikian hati-hatinya sikap beliau terhadap nama 'almunawwir'. Lebih-lebih terhadap ayat-ayat Quran, hadits Nabi, dan kalimat tauhid. Maka bagi teman-teman yang sedang hobi menunjukkan identitas keislaman dengan atribut berlabel kalimat tauhid, mohon dijaga dengan baik agar benda-benda tersebut tidak tercampakkan. [dutaislam.com/gg]
Kalibening, Salatiga, Jumat Kliwon 7 September 2018.
Sumber Berita : https://www.dutaislam.com/2018/09/mengapa-kita-jarang-sekali-temukan-lambang-kalimat-tauhid-di-acara-pesantren.html
Re-Post by MigoBerita / Jum'at/09112018/09.55Wita/Bjm