» » » » » Kal-Sel Peringati Arba Musta' mir

Kal-Sel Peringati Arba Musta' mir

Penulis By on Kamis, 08 November 2018 | No comments

Peringati Arba’ Mustamir, Ratusan Warga Tatakan Gelar Tolak Bala

SEBANYAK 550 jemaah menggelar peringatan Arba’ Mustamir di Desa Tatakan, Kecamatan Tapin Selatan, Kabupaten Tapin, Rabu (07/11/2018). Bertempat di Langgar Nurul Khalish, peringatan hari terakhir dalam bulan Safar ini digelar dengan agenda tolak bala.
DIPIMPIN oleh KH Syaukani Yusuf, ratusan jemaah dengan khidmat membaca surah Yasin. Mulut jemaah tak henti-hentinya membaca ayat “Salamun Qoulan Min Robbil Rohim” sebanyak ratusan kali. Dilanjutkan dengan doa tolak bala pada penutup acara.
Tokoh masyarakat Desa Tatakan, Ahmad Yamani menyebut hari terakhir bulan Safar memang perlu disambut. “Ini diikuti seluruh jamaah. Dari tokoh ulama, tokoh masyarakat, pemuda-pemuda di sini sampai pelajar,” ujarnya.

 
Sumber Pic Instagram https://www.instagram.com/p/Bp3NcFRh09y/

Bukan tanpa alasan warga Desa Tatakan dan sekitarnya menggelar peringatan Arba’ Mustamir. Menurut sebagian literatur keagamaan, hari terakhir bulan Safar merupakan momentum diturunkannya ratusan bala. Dalam kultur Jawa, masyarakat juga mengenalnya dengan Rabu Wekasan.
Usai melaksanakan rentetan kegiatan untuk menyambut terakhir bulan safar, agenda dilanjutkan dengan ramah tamah serta makan bersama dengan menu Ketupat Kandangan. Kemudian pembagian air yang tadinya sudah dibacakan doa. “Ini dianggap sebagai berkah hari rabu terakhir,” tandas Yamani

Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2018/11/08/peringati-arba-mustamir-ratusan-warga-tatakan-gelar-tolak-bala/

Waspadai Rabu Terakhir Shafar…! ( Arba Mustamir kalau di Banjarmasin....)

Hari Rabu terakhir dalam bulan Shafar diyakini disebagai hari naas. Karena itu, terdapat bermacam riwayat yang menganjurkan dilakukan shalat dua rakaat demi menghindarkan diri dari kenaasaanya, bersedekah dan memabaca sejumlah doa khusus.

Dalam sebuah riwayat disebutkan, Nabi bersabda, waspadailah hari Rabu karena ia hari sial. Diriawayatkan pula, setiap tahun 320.000 bencana turun pada rabu terakhir bulan Shafar. Dianjurkan untuk melakukan shalat dua rakaat dua kali (empat rakaat). Pada setiap rakaat membaca al-fatihah dan surah al-kautsar 17 kali, al-ikhlas 5 kali dan al-nas dan al-falaq masing-masing 1 kali.
Usai shalat, dianjurkan membaca doa sebagai berikut:
{يَا شَدِيْدَ الْقُوَى وَ يَا شَدِيْدَ الْمِحَالِ يَا عَزِيْزُ يَا عَزِيْزُ يَا عَزِيْزُ، ذَلَّتْ بِعَظَمَتِكَ جَمِيْعُ خَلْقِكَ، فَاكْفِنِيْ شَرَّ خَلْقِكَ يَا مُحْسِنُ يَا مُجْمِلُ يَا مُنْعِمُ يَا مُفْضِلُ يَا لاَ إِلٰهَ إِلاَّ أَنْتَ، سُبْحَانَكَ إِنِّيْ كُنْتُ مِنَ الظَّالِمِيْنَ، فَاسْتَجَبْنَا لَهُ وَ نَجَّيْنَاهُ مِنَ الْغَمِّ وَ كَذَلِكَ نُنْجِي الْمُؤْمِنِيْنَ، وَ صَلَّى اللهُ عَلَى مُحَمَّدٍ وَ اٰلِهِ الطَّيِّبِيْنَ الطَّاهِرِيْنَ
(Allaahumma yaa syadiidal quwa wa yaa syadidal mihal, ya ‘aziz dzallat liadhamatika jami’u khalqika ikfini min jami’i khalqika, ya muhsinu, ya mujmilu, ya mufdhilu, ya mun’imu, yaa mukrimu ya man la ilaha illa anta, bi rahmatika ya arhamar rahimin wa shallalhu ala Muhammadin wa alihiththahirin)
Wahai Zat Yang Mahakuat, wahai Zat Yang Mahaperkasa, wahai Zat Yang Mahamulia, sungguh rendah semua makhluk-Mu di hadapan keagungan-Mu, maka jauhkanlah kejahatan dariku makhluk-Mu, wahai Zat Yang Mahaindah, Pemberi karunia dan anugerah, tiada tuhan selain Engkau! Mahasuci Engkau, sesungguhnya aku termasuk orang-orang zalim, kami terima untuknya, kami selamatkan ia dari kejenuhan dan kami selamatkan kaum mukminin, anugerahkanlah shalawat kepada Muhammad dan keluarganya yang suci.
Secara etimologis, kalimat Rebo Wekasan berasal dari dua suku kata, yaitu rebo yang berarti hari rabu, dan wekasan yang berarti pamungkas, ujung, terakhir. Sedangkan secara terminologi, rebo wekasan dapat didefinisikan sebagai bentuk ungkapan yang menjelaskan satu posisi penting pada hari rabu diakhir bulan khususnya pada akhir bulan shafar, untuk kemudian dilakukan berbagai ritual seperti shalat, dzikir, pembuatan wafaq untuk keselamatan, dan sebagainya, supaya terhindar dari berbagai musibah yang akan turun pada hari rabu akhir bulan shafar itu.
Pemahaman ini bersumber pada penafsiran Al-Qur’an surat Al-Qomar ayat 19 “Sesungguhnya Kami telah menghembuskan kepada mereka angin yang sangat kencang pada hari nahas yang terus menerus”. (Q.S. Al-Qomar : 19)
Kalimat Yaumu Naĥsin disana difahami oleh sebagian ‘Ulamà sebagai hari rabu sebagaimana yang telah dikatakan Ibnu ‘Abbas, “Tidaklah suatu kaum mendapatkan siksa melainkan pada hari rabu”. dan diperkuat dengan perkataan Al-Qozwiny yaitu “Hari rabu merupakan hari yang terdapat sedikit kebajikan, dan hari rabu pada akhir bulan merupakan hari sial yang terus menerus”.
Istilah Rebo Wekasan mulai dipopulerkan di Indonesia pada sekitar tahun 1987 Masehi. Kemungkinan besar istilah ini mulai disebarkan oleh para murid dan anak angkat dari Syeikh Shoghir/Ni’mat yang pada waktu itu beliau satu-satunya Hakim Mahkamah Syar’i di Mekah yang berasal dari kalangan melayu, selain itu beliau juga terkenal sebagai syeikh haji yang sangat masyhur pada zamannya. Pada tahun 1987 ini, kitab besar karya Syeikh Ni’mat yang berjudul al Bahjatu al Marďiyyaħ fī Fawāidi al Ukhrawiyyaħ, tertanggal 20 Sya’ban 1296 H/1878 M di Makkaħ al Musyarrafaħ mulai banyak diterjemahkan ke dalam berbagai bahasa, salah satunya adalah bahasa sunda. Namun tidak tahu persis siapa sebenarnya yang pertama kali menerjemahkannya kedalam bahasa Sunda.
Re-Post by MigoBerita / Jum'at/09112018/10.13Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya