Ketum Muhammadiyah: NKRI Sudah Lama Bersyariah
islamindonesia.id-Ketum Muhammadiyah: NKRI Sudah Lama BersyariahMenurut Ketua Umum Muhammadiyah, Haedar Nasir, konsep Negara Kesatuan Republik Indonesia tidak bertentangan dengan syariat Islam. Justru, dalam Pancasila misalnya, telah terkandung tujuan-tujuan syariat Islam sehingga NKRI tak perlu dihadapkan dengan istilah baru seperti ‘NKRI Bersyariah’.
“NKRI itukan sudah lama bersyariah. Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan adil beradab, persatuan Indonesia, kerakyatan yang dipimpin hikmah kebijaksanaan permusyawaratan perwakilan, dan keadilan sosial,” katanya di Yogyakarta, 8 Agustus, seperti dilansir detik.com.
Dengan demikian, jika seorang mengamalkan butir-butir Pancasila sejatinya juga telah menjalankan syariat Islam. “Praktikkan saja Pancasila, insya Allah baik syariat Islam maupun syariat agama lain itu akan tercakup di dalamnya,” katanya.
Penulis buku Islam Syariat ini meminta agar muslimin Indonesia tidak terus dihadapkan dengan persoalan istilah. Masalah ini justru bisa saja menjauhkan NKRI dari jiwanya. “Karena hanya berpikir soal nama, soal atribut, soal cangkang, soal kulit,” ujarnya.
ys/islamindonesia
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/berita/ketum-muhammadiyah-nkri-sudah-lama-bersyariah.htm
ENZO ALLIE
DennySiregar.id, Jakarta - Dua tahun lalu, beberapa minggu setelah HTI dibubarkan, saya dan para petinggi Banser NU menghadap seorang Menteri.
Kami dulu
khawatir, kemana para kader dan simpatisan HTI yang sudah dibubarkan itu?
Kalau tidak ditangani dengan tepat, mereka yang jumlahnya ribuan itu bisa
direkrut oleh ormas lain yang lebih militan. Bahkan sangat mungkin menjadi "pengantin"
bom bunuh diri.
Dan Banser
siap merekrut mereka. Istilah kami waktu itu, di Banser kan. Mereka diajak ikut
pelatihan Banser yang keras itu, bahkan akan diberikan keanggotaan.
Apakah Banser
takut ketika kader-kader HTI itu masuk anggota maka Banser kelak akan berubah
menjadi HTI? Oh, tidak Ferguso. Banser jauh lebih kuat dari itu.
NKRI sudah
mendarah daging di anggota Banser. Justru dengan banyaknya teman yang cinta
NKRI, diharapkan si kader dan simpatisan HTI yang tidak mengenal Pancasila,
akan lebih mengenal bahkan mencintainya.
Enzo Allie
itu hanya satu diantara ribuan simpatisan muda HTI yang sebenarnya tidak
ideologis. Dia ada karena propaganda kuat HTI di banyak media. Mereka berbeda
dengan elit-elit HTI yang sudah sulit diubah. Mereka beda dengan anggota ISIS
yang lari ke Suriah.
Lalu, apakah
kita harus menghancurkan cita-cita seorang Enzo Allie hanya karena dia pernah
memegang bendera hitam, yang jika ditanya detail juga dia hanya mengenal
sejarah bendera hitam itu dari HTI saja? Apakah kita harus membuangnya,
memusuhinya, dan menciptakan satu musuh lagi hanya karena kita tidak mau
merangkulnya?
Ketika kita
membuang Enzo Allie, maka ia akan mendendam pada negara. Dan dari dendam itu
bukan tidak mungkin ia kelak akan menjadi salah satu teroris yang berbahaya.
Daripada menciptakan dendam yang tidak berkesudahan, kenapa tidak merangkulnya,
mengenalkannya jalan yang benar lalu mengarahkannya?
Dan TNI
adalah organisasi yang tepat. Hanya butuh pengawasan khusus kepada remaja
seperti Enzo Allie sebelum ia sadar bahwa negeri ini layak dicintai daripada
dimusuhi.
Jika ibunya
adalah seorang pendukung Prabowo, so what? Apakah kita juga harus membenci
pendukung Prabowo selamanya? Biarkan benci itu milik dia, jangan pindah ke
kita. Karena jika kita sama-sama pembenci, apa bedanya kita dengan dia?
Maaf, jika
kita berbeda pandangan kali ini..
Meski begitu,
TNI harus berterimakasih pada netizen yang sudah membongkar kelemahan
perekrutan di TNI. Dari kasus Enzo Allie ini semoga TNI bisa lebih waspada dan
mempersiapkan benteng yang lebih kokoh lagi dalam menciptakan pasukan yang
cinta NKRI. Salam seruput kopi.
Prabowo Banting Setir, Penumpang Gelap 212 Gigit Jari
Sumber Opini : https://www.dennysiregar.id/2019/08/enzo-allie.html
Mungkin lagu Noah
"Buka Saja Topengmu" cocok dinyanyikan untuk gerombolan PA 212. Akhirnya
kedok mereka tersingkap setelah pertemuan Prabowo dengan Jokowi. Dan
kini setelah Prabowo semakin akrab dengan Megawati dan PDIP. Para
penumpang gelap semakin gigit hari. Siapa sajakah penumpang gelap itu?
Para
penumpang gelap di kubu Prabowo adalah para tokoh agama yang radikal,
pemuja khilafah dan antek-antek teroris. Mereka yang mau menjalankan
agama secara murni tetapi memaksa orang lain mengikuti ideologinya serta
menganggap kelompok di luarnya sesat dan harua disingkirkan.
Saat Prabowo banting
setir mendukung pemerintah, akhirnya para penumpang gelapnya satu
persatu gigit jari. Kita bersyukur pak Prabowo lebih mengutamakan
kepentingan bangsa di atas egonya.
Seperti diberitakan detik.com:
Partai Gerindra menyindir 'penumpang gelap' yang gigit jari karena sang
ketum, Prabowo Subianto, banting setir setelah Pilpres 2019.
Persaudaraan Alumni (PA) 212 tak merasa menjadi penumpang gelap seperti
yang dimaksud Gerindra.
"Jadi kami yakin yang
dimaksud Gerindra bukan kalangan kita dan ulama," kata Ketum PA 212
Slamet Maarif kepada wartawan, Jumat (9/8/2019).
Slamet
menegaskan perjuangannya bersama Prabowo pada Pilpres 2019 bukan
semata-mata demi kekuasaan. Dia mengaku berjuang untuk menegakkan
keadilan.
"Harus ditanyakan ke beliau penumpang
gelap itu siapa? Kalau kita kan berjuang bersama PS bukan untuk cari
jabatan, kami berjuang untuk melawan kezaliman dan ketidakadilan. Dan
arah kita sudah jelas lewat Ijtimak Ulama IV," ujar dia.
Istilah
'penumpang gelap' ini awalnya disampaikan Wakil Ketua Umum Partai
Gerindra Sufmi Dasco dalam pemaparan survei Cyrus Network di Hotel
Ashley, Jakarta Pusat, Jumat (9/8). Dasco mengatakan penumpang gelap
tersebut sempat ada di barisan Prabowo Subianto-Sandiaga Uno saat
Pilpres 2019.
Dasco menyebut penumpang gelap itu
mencoba memanfaatkan Prabowo untuk kepentingan mereka. Namun, menurut
Dasco, Prabowo kemudian mengambil tindakan karena sadar telah
dimanfaatkan.
"Tadi dibilang soal 'penumpang
gelap', bukan karena kita singkirkan. Prabowo jenderal perang, Bos, dia
bilang sama kita, 'Kalau diadu terus, terus dikorbankan, saya akan ambil
tindakan nggak terduga.' Dia banting setir dan orang-orang itu gigit
jari," kata Dasco dalam pemaparan survei Cyrus Network di Hotel Ashley,
Jakarta Pusat, Jumat (9/8).
Dasco enggan
menjelaskan secara detail siapa yang dimaksud 'penumpang gelap' itu. Dia
hanya menjelaskan para 'penumpang gelap' ini disebut kecewa atas
tindakan Prabowo yang melarang pendukungnya berdemo ke Mahkamah
Konstitusi (MK) saat sidang sengketa Pilpres 2019.
Saya
yakin meski tak menunjuk langsung, Dasco lebih menunjuk ke PA 212 yang
kemarin menggelar ijtima' ulama 4 menentang pemerintah yang sah. Mereka
gerombolan sakit hati termasuk ormas FPI dan HTI.
Sebelumnya
Novel bamukmin mengaku diancam akan dipidanakan oleh orang dalam
Prabowo saat menggelar demo di MK. Padahal jauh hari sudah mewanti-wanti
agar jangan ada demo lagi.
Novel
juga mengaku dikeluarkan dari keanggotaan BPN dan penasehat hukum
koalisi Prabowo. Memang sebenarnya internal mereka sudah bermasalah dari
awal karena perbedaan ideologi nasionalis dan ekstrimis.
Setidaknya
kita bisa bernafas lega karena Prabowo sudah bisa dirangkul oleh
pemerintah dan tidak diperalat kaum cingkrang lagi. Semoga pemerintah
Jokowi diberikan kekuatan kedepannya dalam menghadapi gerombolan
khilafah ini. Karena kemungkinan para terorisme juga berdiri di belakang
mereka.
Kita lihat semua betapa kotornya
permainan mereka. Tak ada ketulusan sama sekali dalam mendukung Prabowo.
Mereka hanya ingin menjatuhkan Jokowi dan menegakkan khilafah.
Sama
seperti kalau Prabowo yang menang maka mereka juga akan memaksakan
sistem khilafah dan syariat total. Prabowo akan dijadikan seperti
presiden syuriah jika melawan. Tujuan mereka jelas ingin sewenang-wenang
dan berbuat kehancuran.
Perang saudara tak
terelakkan andaikata Indonesia dikuasai penumpang gelap ini. Bagaimana
bisa negara yang mengakui 6 agama dipaksa menuruti hukum syariat islam
tunggal dan khilafah. Bukan hanya penganut agama lain, tetapi NU sebagai
organisasi islam terbesar bakal bentrok dengan mereka. NU yang
mengusung ahlusunnah wal jamaah dan islam rahmatan lil alamin jelas tak
bisa dipaksa menjadi wahabi dan sebagainya.
Alhamdulillah Prabowo mau bergabung, artinya kesempatan penumpang gelap mensyuriahkan Indonesia semakin menipis.
Sumber Opini : https://seword.com/politik/prabowo-banting-setir-penumpang-gelap-212-gigit-jari-Uqb8bLgXFC
Kelompok Radikal Mencari Panggung Buat Obati Kekecewaan, Mau Memecah Belah Berkedok Pancasila
Semakin lama gelar
ulama semakin digunakan semena-mena, mendengar kata ulama menjadi tidak
begitu respek. Asal disematkan kata ulama, seolah-olah orang tersebut
bebas berbuat apapun. Menyematkan gelar ulama sekarang sudah seperti
membeli permen saja. Begitu banyaknya ulama jadi-jadian yang muncul
bahkan menggeser ulama yang benar-benar mumpuni.
Ulama
selama ini identik dengan dunia dakwah dan ajaran agama, namun sekarang
sudah bergeser menjadi dunia politik. Publik pasti sudah tahu yang
dimaksud ulama jadi-jadian dan ulama yang mulai berperan ganda menjadi
biang kerok dan biang keladi siapa. Anehnya kok tidak ada sudahnya para
ulama jadi-jadian ini berupaya menghilangkan kebhinekaan di Indonesia.
Sebut
saja Martak contoh ulama jadi-jadian yang dulunya pengusaha, mendadak
dia menjadi ulama yang pernah menjadi pembisik Prabowo. Daripada membuat
cerita bersambung Ijtima harusnya dia menyelesaikan tanggung jawabnya
dulu perihal hutang lapindo kepada pemerintah yang sudah jatuh tempo
tapi masih belum dibayarkan.
Ijtima Ulama yang
diketuai oleh Martak ini mengeluarkan beberapa poin yang menurut saya
sudah menyimpang dari definisi Ijtima itu sendiri. Ada poin yang
menyebutkan ‘Menghentikan agenda pembubaran ormas Islam serta setop
kriminalisasi ulama maupun persekusi dan serta membebaskan semua ulama
dan aktivis 212 beserta simpatisan yang ditahan, dipenjara pascaaksi 212
tahun 2016 hingga kini dari segala tuntutan. Serta memulangkan imam
besar umat Islam Indonesia Habib Muhammad Rizieq bin Husain Shihab ke
Indonesia tanpa syarat apapun’.
Dari sini
terlihat maksud dari poin ini untuk kepentingan siapa. Sudah pasti untuk
kepentingan FPI sendiri. Merasa nyawa FPI sudah diujung tanduk karena
takut akan dibubarkan seperti HTI. Para ulama dan peserta 212 yang
anarkis telah dijerat hukum sesuai prosedurnya, tiba-tiba hasil Ijtima
ingin mereka dibebaskan. Mungkin FPI ingin memakai mereka untuk
melengkapi koloni mereka lagi untuk menjalankan misi terselubung.
Tampaknya FPI sudah banyak kehilangan pion, benteng dan Jendral utama.
Poin
yang juga berbahaya disebutkan ‘mewujudkan NKRI syariah yang
berdasarkan Pancasila sebagaimana termaktub dalam pembukaan dan batang
tubuh UUD 1945 dengan prinsip ayat suci di atas ayat konstitusi agar
diimplementasikan dalam kehidupan beragama berbangsa dan bernegara’.
Pada
kalimat yang saya garis bawahi, jelas dimaksud bahwa prinsip UUD 45
yang selama ini kita pegang begitu juga pancasila dikalahkan oleh
prinsip agama mereka. Yang berbahaya jika prinsip ayat suci yang mereka
maksud adalah membuat Indonesia menjadi negara khilafah. Pertanyaannya
kenapa harus ada embel-embel syariah? Pancasila ya pancasila saja. NKRI
ya NKRI saja. Tidak ada namanya pancasila bersyariah, NKRI bersyariah.
Adanya
imbuhan bersyariah menunjukkan niat lain dari kelompok Ijtima tersebut.
Pancasila, NKRI, Undang-undang Dasar 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika
sudah menjadi hal yang final bagi bangsa dan negara Indonesia. Kalau mau
buat Pancasila bersyariah silahkan di negara lain saja, jangan di
Indonesia. NKRI bersyariah atau konstitusi bersyariah tidak boleh
terjadi di Indonesia.
Apabila
yang menyerukan syariah adalah kelompok 212 dan termasuk didalamnya
komplotan Rizieq sudah tentu kata syarii menjadi sangat berbahaya.
Bersembunyi dalam istilah Ijtima, seolah-olah mewakili suara islam. Jika
peserta Ijtima ulama hanya minoritas ulama, mantan HTI dan ormas
semacam FPI, sementara mayoritas ulama yang mumpuni tidak ikut,
sepertinya hasil dari Ijtima ulama tersebut pantas untuk diabaikan.
Berjuang membentuk negara ini juga tidak tapi seenaknya saja ingin
memberi embel-embel syariah. Mengotak atik Pancasila yang sudah dibentuk
oleh para pejuang terdahulu.
Ulama seharusnya
berdakwah memberikan pencerahan kepada umat, ini ulama-ulamanya malah
berpolitik. Seharusnya ulama ya menyebarkan ajaran agama islam yang baik
saja bukan malah melibatkan diri dalam dunia politik. Sudah jelas
ijtima ulama terbentuk karena adanya nafsu untuk menjadi penguasa. Jika
mereka ingin menunggangi Jokowi untuk menyalurkan hasrat mereka dengan
membawa agama dan nama ulama jelas tidak bisa. Jokowi bukan orang yang
bisa didesak untuk kepentingan politik identitas. Jokowi memiliki jiwa
nasionalis tinggi yang menjunjung perbedaan dan menentang radikalisme.
Adanya
hasil Ijtima Ulama I -IV sendiri seolah ingin menegaskan peran ulama
yang solid, namun kenyataanya Ijtima Ulama tak lebih dari politik
identitas. Jika biasanya Ijtima Ulama dikaitkan dengan keputusan dalam
ranah fikih (hukum Islam), sekarang dikaitkan dengan urusan politik.
Sebagian
besar rakyat Indonesia memang hampir 80 persen memeluk agama Islam
namun apakah Ijtima ulama I-IV mewakili 80 persen islam di Indonesia?
Apakah hasil Ijtima Ulama tersebut mewakili atau sebagai representasi
seluruh ulama atau umat muslim di Indonesia? Islam yang mana yang
diwakili oleh mereka? Jawabanya tentu saja tidak, karena banyak umat
muslim yang juga tidak setuju dengan adanya keputusan Ijtima ulama ini.
Mereka hanya mewakili islam dalam definisi sempit milik mereka sendiri
untuk memenuhi kepentingan kelompok mereka bukan kepentingan bangsa dan
negara Indonesia. Mungkin ada baiknya orang-orang yang tergabung dalam
pandangan sempit seperti ini dibuang ke negara lain, itupun jika ada
negara yang mau menerima mereka.
Sumber Opini : https://seword.com/umum/kelompok-radikal-mencari-panggung-buat-obati-kekecewaan-mau-memecah-belah-berkedok-pancasila-jZQKTWs7xR
Sedih! Prabowo Kepada Megawati : Saya Sudah Babak Belur
Prabowo, Megawati,
Ahok, Jokowi sejatinya satu DNA karena ke-empat orang tersebut adalah
nasionalis. Tak perlu bicara masa lalu kelam Prabowo karena semua
anggota militer tanah air memiliki cerita kelam nya masing-masing,
menjadi seorang bawahan yang harus taat terhadap garis komando seorang
panglima tertinggi yang otoriter bukanlah tanpa tekanan.
Apalagi
Prabowo yang adalah menantu sang diktator yang begitu mencintai anak
sang diktator, ditambah keinginannya menjadi penguasa. Rumit sudah jalan
hidupnya, penulis juga pernah menuliskan keprihatinan terhadap cinta
sejati Prabowo yang bertepuk sebelah tangan, berikut artikelnya silakan baca di sini.
Kesalahan
utama Prabowo adalah ambisinya menjadi pemimpin yang menghalalkan
segala cara, kedua pada akhirnya beliau salah bergaul karena ambisinya
tersebut, dengan menjadi sahabat kaum radikal khususnya partai suci
bernama PKS. Namun diantara semua itu, penulis lebih yakin kegilaan
Prabowo adalah karena cintanya pada seorang wanita yang begitu gila
kekuasaan bertepuk sebelah tangan, karena sejak dahulu beginilah cinta
penderitaan nya tiada akhir.
Mari kita akhiri
pembahasan masa lalu Prabowo yang seperti benang kusut, karena kita akan
bahas keadaan nya saat ini dimana beliau menghadiri kongres PDIP
menonton Megawati berpidato dan kembali diangkat menjadi ketua.
Tampaknya
Prabowo sudah mulai sadar jika dirinya hanya dimanfaatkan oleh kaum
Radikal di kubunya. Beliau kehilangan banyak kardus, partainya yang
diprediksi mencapai suara 20% akhirnya digerogoti PKS yang diprediksi
tidak lolos parlementary treshold. Itu karena jelas kaum radikal lebih
memilih partai yang satu aliran dan ideologi, PKS lah tempat mereka
berlabuh.
Kisah Menarik Prabowo Di Kongres PDIP
Ada
banyak kisah menarik yang Prabowo alami di kongres PDIP, yang pasti
kehadiran beliau akan membuat panas kubu 212 yang sekarang sedang di
ujung tanduk.
A. Kejadian menarik pertama adalah
beliau bersalaman dengan Ahok, bagaimanapun ada andil Prabowo sehingga
kita bisa mengenal sosok luar biasa bernama Ahok. Jasa adalah jasa,
tidak bisa kita lupakan hanya karena pada akhirnya Prabowo dan Ahok
malah bersebrangan.
Ahok merasa senang
bersalaman dengan Prabowo, penulis melihat di sini sebenarnya baik Ahok
dan Prabowo sama-sama seorang nasionalis, Ahok juga pernah menjadi
penasehat tim pemenangan Prabowo waktu 2014. Sayang sekali Prabowo lebih
mendengar saran-saran partai sapi yang menghalalkan fitnah dan SARA
untuk meraih kekuasaan pada saat itu.
Andai
Prabowo menuruti saran Ahok untuk beradu program maka kemungkinan beliau
menang lebih tinggi, karena saat itu Jokowi juga belum menjadi Presiden
dan di Jakarta hanya 2 tahun, jadi masih sebanding bila dibandingkan
dengan prestasi Prabowo di militer atau sebagai ketua partai. Beda
dengan 2019 yang akan semakin sulit karena Jokowi sudah melakukan banyak
hal selama menjadi Presiden.
Kalaupun saat 2014
kalah adu program maka setidaknya Prabowo akan menuai simpati banyak
masyarakat untuk modal 2019. Namun alih-alih itu yang terjadi, Prabowo
malah kampanye menghalalkan segala cara termasuk SARA seperti saran dari
partai-partai pendukungnya yang akhirnya membuat banyak pihak semakin
antipati dan enggan memilih-nya pada pemilihan 2019 ini dan Ahok yang
disalahkan karena tidak bisa memenangkan Prabowo di Jakarta.
Parahnya
lagi, Ahok keluar dari Gerindra dan Prabowo kehilangan seorang sahabat
baik yang berpotensi membuatnya menjadi disegani masyarakat.
B. Kejadian menarik
kedua adalah saat Prabowo pamit pulang kepada Megawati, Ibu Mega yang
sebelumnya bercanda bahwa beliau dibuat lelah karena Prabowo memindahkan
posko kemenangan ke Jawa Tengah. Lalu saat pamit Prabowo mengatakan
bahwa dirinya sudah banyak kena pukul.
Memang
dalam dunia politik tanah air penulis melihat Prabowo ini paling banyak
kena pukul. Saat menjadi calon Presiden masa lalunya selalu menjadi
bahan serangan lawan politiknya, yang anehnya tidak ada tindakan
lanjutan selain sebagai bahan serangan agar beliau kalah. Andai nanti
Prabowo melawan Anies yang diusung PKS sekalipun, penulis sangat yakin
jika mereka akan berbalik menyerang masa lalu Prabowo.
Kalah
dua kali dalam pemilihan Presiden menjadi pukulan telak juga buat
Prabowo setelah sebelumnya gagal menjadi wakil Presiden dan konvensi
partai Golkar.
Lalu Prabowo juga kehabisan
banyak kardus untuk dibagikan kepada kaum radikal yang memanfaatkannya,
kardus nya tidak menghasilkan kemenangan tapi hanya membuat Prabowo di
mata masyarakat sebagai biang dari hoax dan kampanye SARA selama pemilu
kemarin.
Diantara semuanya yang paling membuat
terpukul adalah sang pujaan hati tidak pernah kembali karena sang istri
hanya akan kembali jika beliau menjadi Presiden, miris memang kisah
hidupnya.
Kesimpulan :
Kehadiran
Prabowo di kongres PDIP setidaknya menjadi harapan bagi masyarakat akan
semakin bersatu dalam mempertahankan NKRI, khususnya dari serangan kaum
radikal yang gerah dengan kehadiran Prabowo tersebut.
Penulis harap Prabowo mau berjuang bersama-sama dengan Jokowi, Ahok dan barisan nasionalis lainnya.
Jika
memang Prabowo tidak pernah bisa jadi Presiden, sebaiknya beliau jangan
tawar hati, mungkin beliau bisa beralih profesi menjadi Pelawak tanah
air, penulis melihat bakatnya di bidang stand up comedy, dan penulis
yakin jika Prabowo terjun ke dunia lawak, beliau akan lebih terkenal
dari Presiden Indonesia baik di masa lalu hingga masa yang akan datang.
Begitulah kura-kura.
Sumber Opini : https://seword.com/politik/sedih-prabowo-kepada-megawati-saya-sudah-babak-belur-7El3H409aj
Ingin selamatkan Citra Rizieq Shihab yang Serobot Do'a, Munarman Merasa Dapat Angin.
Perdebatan soal
Rizieq menyerobot do’a ketika pemakaman Mbah Moen atau KH Maimoen Zubair
di makam Ma’la kota suci Mekah, memasuki babak baru. Munarman yang
merasa geregetan dengan pernyataan Dubes RI di Arab Saudi, mendapatkan
peluru guna membersihkan nama baik sang panutan.
Sementara
di pihak yang berkepentingan dalam upacara pemakaman sendiri, tentu
saja berada pada posisi lebih memiliki kapasitas dibanding Rizieq
sendiri. Buktinya, meskipun Rizieq benar telah dihubungi salah satu
putra Mbah Moen, justru tidak mendapatkan informasi akurat tentang
lokasi makam bagi Mbah Moen.
Sangat
lucu kalau Rizieq yang mendapat mandat dari Gus Wafi, dan ketika
melaksanakan mandatnya malah berdo’a di tempat yang tidak seharusnya,
jadi inilah situasi yang harus dijelaskan kepada Munarman. Maka daripada
harus mempermalukan Rizieq sebagai panutannya lebih jauh, maka
sebaiknya Munarman menyerah, karena fakta otentik telah berbicara lebih
banyak, ketimbang alasan berbuih-buih tentang penjelasan atas kehadiran
Rizieq di makam Mbah Moen tersebut.
Kalau kita
bahas dari persfektif siapa yang lebih kapabel sebagai wali dari
mendiang, sulit untuk disimpulkan. Namun faktanya, diantara para putra
mbah Moen sendiri terdapat perbedaan kubu politik, sehingga wajar kalau
mereka akan menganggap pihak paling dekat dengannya yang diberi mandat
mengurus pemakaman.
Gus Wafi yang secara
historis sama dengan Rizieq yang mendukung Prabowo, tentu kita maklumi
jika keduanya berkomunikasi tentang acara itu. Namun jangan lupakan
kalau sebagian putra mbah Moen sendiri ada perbedaan dengan Gus Wafi,
bahkan jika dibahas semasa hidup mbah Moen sebagai bagian dari koalisi
pemerintah, kita harus menganggap jenazah mbah Moen lebih pas jika
dipulasara oleh pihak yang lebih dekat secara politis.
Di
sisi lain, ibadah haji yang dijalankan oleh mbah Moen adalah merupakan
bagian dari tanggungjawab pemerintah, jadi sangat logis jika yang
mengambil tanggungjawab pemakamannya adalah pemerintah, dan bukan Rizieq
yang kapasitasnya tidak lebih dari jamaah lainnya.
Pertanyaan
kita bagi Munarman, seandainya Rizieq benar mendapatkan mandat dari Gus
Wafi, apakah dia mampu mengorganisasikan acara pemakaman itu sejak
berkoordinasi dengan otoritas pemerintah Arab, dan berkaitan dengan
status mbah Moen sendiri, sehingga menentukan di mana selayaknya jenazah
mbah Moen dimakamkan sebagai tokoh nasional ?
Publik
pasti akan mengangkat persoalan itu ketika Munarman merasa Rizieq
memiliki kapasitas untuk memulasara mbah Moen, karena mendapatkan mandat
dari Gus Wafi. Lebih-lebih jika kita ungkit tentang kesalahan tempat
Rizieq berdo’a dan bukannya di lubang makam yang tepat. Meskipun Tuhan
niscaya tidak membedakan untuk siapa Rizieq berdo’a meskipun tempatnya
salah, namun kita harus berpikir akan seperti apa jika pihak pemerintah
Indonesia yang berada di negara Saudi tidak aktif berkoordinasi dengan
pihak pemerintah Arab ?
Barangkali mbah Moen
akan dimakamkan sebagaimana jemaah lain yang meninggal di sana
diperlakukan. Beda kasusnya ketika Dubes yang bahkan karena secara
historis sangat dekat dengan mbah Moen, sehingga selain sebagai
perwakilan pemerintah, membuatnya jenazah mbah Moen mendapat perlakuan
istimewa, dan dimakamkan di lokasi yang sesuai dengan status mbah Moen.
Dugaan
kita tentang latar belakang Rizieq melakukan do’a di tempat yang salah,
mungkin karena dia tidak menyangka bahwa mbah Moen akan dimakamkan di
tempat yang biasa disediakan bagi mereka yang status sosialnya tinggi.
Sangat
wajar kalau Rizieq menganggap lubang makam yang menjadi tempatnya
berdo’a itulah sebagai makamnya mbah Moen, kita yakini pula bahwa ketika
dia menyadari mbah Moen mendapatkan posisi khusus di mata pemerintah
Arab dan bahkan di mata Dubes kita, sehingga makamnya pun adalah makam
istimewa, Rizieq baru menyadari status mbah Moen yang khusus itu.
Maka
tak ada keuntungannya Munarman memberikan klarifikasi, setelak apapun
pernyataan yang disampaikan kepada publik, tetap saja pemakaman mbah
Moen lebih pantas kalau ditangani oleh perwakilan pemerintah. Barangkali
akan lebih bisa dipahami jika Rizieq sebagai orang yang tahu prosedur
koordinatif dengan pemerintah Arab, mampu melobi pihak otoritas di sana,
sehingga mbah Moen dimakamkan di tempat yang istimewa.
Namun
karena Rizieq di sana bukan seperti Rizieq yang dikenal oleh masyarakat
kita, karena dia sama posisinya dengan jemaah lain, tidak seperti Dubes
yang memiliki kapasitas cukup untuk melobi pemerintah Arab.
Sumber Opini : https://seword.com/umum/ingin-selamatkan-citra-rizieq-shihab-yang-serobot-doa-munarman-merasa-dapat-angin-aBXvTKbpAI
Mampukah FPI Mendaur Ulang Rizieq?
Kisah orang yang
dianggap/menganggap paling suci, mengaku imam besar dan keturunan nabi,
akhirnya runtuh oleh kasus mesum bersama janda bernama Firza. Rizieq
yang berhasil memoles dirinya, membuat kita lupa bahwa dulunya orang ini
pernah keluar masuk penjara, hari ini kembali pada titik nadirnya.
Bukan
sekedar kasus mesum bersama Firza, kaburnya Rizieq ke Arab juga
berhasil mencatatkan beberapa kebohongan baru. Mulai dari undangan umroh
dari raja Arab, sampai cerita tak perlu visa. Padahal kenyataannya
Rizieq tak bisa pulang ke Indonesia karena overstay dan harus membayar
denda.
Secara
keseluruhan, citra Rizieq sudah sangat buruk. Kasus hukumnya di
Indonesia sudah terlalu banyak. Kasus mesumnya terlalu nyata.
Kebohongannya mustahil dibantah atau diluruskan.
Dalam
kondisi seperti itu, FPI mencoba melakukan daur ulang. Kesempatan itu
datang ketika ulama berkharisma meninggal di Mekkah sana. FPI melalui
juru bicaranya mengklaim bahwa Rizieq memimpin proses pemakamannya.
Klaim lainnya, talqin dilakukan oleh menantunya Rizieq.
Cerita
bohong ini sudah terlanjur menjadi berita trending di CNN. Meskipun
kini sudah diganti dan diklarfikasi bukan Rizieq yang memimpin
pemakaman, tapi capture berita sudah disebarkan dan diyakini
kebenarannya.
Cerita bohong lainnya, Mbah Maimun disebut memberikan nasehat terakhir yang berbunyi:
Kata-kata terakhir
Mbah Maimoen Zubair
Bilang sama murid muridnya.
Ndok, habaib itu jangan dikata-katai…
darah mereka ada darah rasulullah….
Habib Rizieq itu wali
Jangan dimusuhi…
Coba saya tanya…
Siapa yang bisa panggil 7 juta orang
Di monas kalau bukan wali…
Kalimat tersebut lengkap dengan gambar Mbah Maimoen dan logo “all about Nahdatul Ulama.”
Kenyataannya,
Rizieq hanya salah satu dari sekian banyak orang yang datang pada
proses pemakaman. Orang biasa dan bukan siapa-siapa di Arab sana. Tak
punya pengikut dan pengaruh, sehingga tak dihargai dan diberi posisi.
Kenyataan
lainnya, Mbah Maimoen tidak pernah mengatakan hal tersebut pada
muridnya. Ini dikonfirmasi oleh para murid-muridnya dan keluarga besar
NU.
Dua cerita bohong atau hoax ini pada
akhirnya hanyalah upaya untuk memulihkan nama mulia Rizieq. Lewat cerita
memimpin proses pemakaman, FPI berharap Rizieq tetap dihormati dan
dimuliakan. Lewat hoax pesan Mbah Maimoen, sudah sangat jelas maksudnya
agar Rizieq tidak dikatai dan dimusuhi. Karena dia habib dan wali.
Mempertahankan dan mengukuhkan hoax 7 juta orang di Monas.
Pada
akhirnya upaya daur ulang citra Rizieq lewat jenazah Mbah Maimoen gagal
total. Rizieq tetaplah Rizieq yang kita kenal sebagai orang biasa, tak
punya kedudukan istimewa di Arab sana.
Ke
depan, FPI mungkin akan terus melakukan upaya daur ulang terhadap citra
Rizieq agar imam besar mereka tersebut bisa pulang dan dirindukan banyak
orang. Tidak seperti sekarang, ummat sudah tak peduli Rizieq mau hidup
atau mati.
Kenapa FPI tega?
Salah
seorang teman, saya kenal dia santri dan sebenarnya simpatisan kubu 212
dan pro Prabowo, tiba-tiba tersadar berkat hoax ini. Bagaimanapun dia
ini sangat percaya bahwa Rizieq didzolimi, tapi dia jauh lebih hormat
pada Mbah Maimoen. Maka ketika FPI dan onta-ontanya menyebar hoax serta
propaganda terkait pemakaman Mbah Maimoen, ulama yang sangat
dihormatinya, hari ini dia bertanya, kenapa mereka tega melakukan itu?
Sejatinya
dulu saya pernah hampir diserbu oleh kelompoknya. Tapi karena dia masih
memandang saya sebagai seorang teman, maka kami hanya berbicara dan
beradu argumen, sesekali dengan nada sama lantangnya. Waktu itu kami
sepakat untuk tidak sepakat. Pesan saya sederhana saja, soal iman dan
Islam biar urusan saya dengan Tuhan. Soal opini dan pilihan politik,
hubungan antar sesama manusia, termasuk dengan Rizieq, tak perlu
mempertaruhkan keimanan dan keislaman.
Maka hari
ini ketika dia begitu kecewa dan bertanya mengapa mereka tega menyebar
hoax jahat terkait pemakaman Mbah Maimoen, jawaban saya sederhana saja:
ini bukan syariah.
Ini bukan soal halal haram,
bukan benar atau salah. Bukan boleh atau tidak. Bukan pula soal etika
atau budaya. Ini hanya tentang kepentingan suatu kelompok tertentu yang
tak ada hubungannya dengan itu semua.
Jangan
coba permasalahkan atau pertanyakan kelompok macam FPI, karena pasti
mereka akan menjawab ini semua dilakukan dalam rangka jihad untuk
tegaknya Islam. Sama seperti saat mereka menolak jenazah untuk
dishalatkan hanya karena urusan pilihan politik, alasannya juga karena
jihad fi sabilillah. Begitulah kura-kura.
Sufni Dasco Sebut Ada Penumpang Gelap, Penggagas Ijtima Ulama Jadi Tersangka Utama.
Sejak awal, publik
telah menandai pihak mana yang bermain mata, seolah-olah mereka
mendukung pasangan Prabowo-Sandi, faktanya mereka hanya memanfaatkan
momentum pilpres itu guna mencari panggung politik untuk kepentingan
kelompoknya. Kelompok yang dimaksud adalah pengusung ideologi Khilafah
Islamiyah yang secara tegas bertentangan dengan falsafah negara kita,
Pancasila.
Kenapa Sufni Dasco, Waketum Gerindra
membuka persoalan tentang adanya penumbang gelap di kubu Prabowo-Sandi ?
Barangkali karena kini semakin menampakkan diri tujuan dibalik dukungan
mereka, sebagaimana juga di salah satu pidato politik Rizieq Shihab,
bahwa jika Prabowo sudah memenangkan pilpres, maka bagi pendukungnya
jauh lebih mudah menerapkan syariat Islam.
Kata
Rizieq selanjutnya, penerapan syariat Islam itu tidak perlu menunggu
terlalu lama, bahkan pada tahun 2020, atas dukungan dari legislatif,
mereka sudah bisa meminta pemberlakuan syariat Islam itu.
Dan
ketika Prabowo memberikan isyarat menerima segala keputusan Mahkamah
Konstitusi, para penumpang gelap itu pun mulai marah, dan menuntut
Prabowo menyusun skenario agar melakukan perlawanan terhadap keputusan
MK.
Dari gelagat ini semakin terang benderang,
bahwa para penumpang gelap, dengan caranya sendiri menginginkan
kemenangan Prabowo dideklarasikan secara sepihak, bahkan mereka
menginginkan BPN terus melakukan perjuangan untuk menolak keputusan MK.
Sufni Dasco Buka-bukaan Soal Penumpang Gelap di Pilpres
Mereka
seakan-akan tak ingin kehilangan momentum, karena optimisme yang
meluap-luap tentang potensi kemenangan Prabowo. Lebih lengkap lagi klaim
kemenangan yang menurut versi mereka diperoleh dengan gilang gemilang,
sebagai dampak dari dukungan kelompoknya kepada pasangan Prabowo-Sandi.
Barangkali
karena keterbatasan pemahamannya tentang perkembangan politik, ditambah
tokoh sentralnya justru berada di luar negeri, sehingga daya
analisisnya terhadap perkembangan di dalam negeri tentu sangat terbatas,
sehingga mereka berani memastikan kemenangannya yang justru
bertentangan dengan hasil quick count yang secara umum digunakan untuk melihat hasil kontestasi dalam hitungan jam.
Tentu
saja publik pun menganggap semua perhitungan itu hanya dagelan, sebagai
riak dari gelombang yang sebenarnya. Gelombang mana yang telah diyakini
sebagai kemenangan milik capres petahana.
Meskipun
Prabowo mulai melunak ketika di sidang Mahkamah Konstitusi, semua fakta
hukum ditampilkan di hadapan publik, namun para penumpang gelap itu
sepertinya tak hendak berkompromi dengan hukum.
Melalui
aksi jalanan, yang bahkan tidak direstui oleh jagoannya sendiri, mereka
menyuarakan hasil pilpres versinya sendiri, seakan-akan merekalah yang
berhak menentukan siapa menang dan siapa kalah. Sikap ini jelas
dilatarbelakangi oleh ketidakpatuhannya kepada konstitusi, sebagaimana
sikapnya ketika belakangan ditunjukkan secara terbuka, bahwa bentuk
negara khilafah merupakan tujuan akhir dari perjuangan politiknya.
Meskipun
di dalam deklarasi propaganda pemberlakuan syariat Islam itu mereka
menyebut Pancasila sebagai landasannya, namun tetap saja kita tak boleh
lengah dengan basa-basi politik tersebut. Bahasa yang memuat kata
Pancasila, bagi kita hanyalah merupakan cara mereka bersembunyi di balik
topeng, yang mana jika topengnya terbuka, tujuan sebenarnya barulah
tampak jelas, bahwa penumpang gelap itu bersikeras mempertahankan
agenda mendirikan negara khilafah.
Memang sangat
kontras perbedaan antara politisi yang sudah selesai dengan perdebatan
soal ideologi, dengan mereka para penumpang gelap, yang masih berkutat
dengan memperebutkan pepesan kosong. Ibarat sebuah kue besar, yang jika
dibagi habis, maka mereka yang mendapatkan bagian, akan selesai ketika
kue pun disantap bersama-sama. Sama halnya dengan sebuah kontestasi,
ketika hasilnya telah membagi habis sesuai porsi suara masing-masing
partai, mereka pun hanya melanjutkan perjuangan politiknya di legislatif
atau eksekutif.
Sementara mereka yang hanya
mendompleng sebagai penggembira, karena tidak secara formal
memperebutkan kue tersebut, sangat janggal kalau justru mereka yang
merasa harus mendominasi para kontestan.
Itulah
yang kita yakini sebagai penumpang gelap sebagaimana dimaksudkan oleh
Sufni Dasco. Berurusan dengan mereka yang tidak jelas sasaran akhirnya
memang sangat melelahkan, energinya yang masih tersisa banyak, sementara
tujuan yang ingin dicapainya pun masih samar dan tidak terlihat jelas,
maka sangat masuk akal kalau disebut sebagai penumpang gelap, karena
hanya berperan penggembira.
Sangat menyedihkan
jika kita harus bertaruh dengan masa depan bangsa, ketika masih
memperdebatkan urusan ideologi. Saatnya kita memposisikan mereka yang
mengagendakan penggantian ideologi Pancasila itu sebagai musuh bersama,
dan jika memaksakan tetap mempertahankan eksistensinya, maka hukum harus
mereka hadapi sebagi konsekwensinya.
Sumber Opini : https://seword.com/politik/sufni-dasco-sebut-ada-penumpang-gelap-penggagas-ijtima-ulama-jadi-tersangka-utama-6ErP7aeUZP
Pak Jokowi, Tolong Bubarkan KPI!
Saya tadi sudah
menulis tentang akan jadi hal yang sangat konyol sekali kalau sampai
konten Facebook, Youtube, dan Netflix ditelisik dan dipantau oleh Komisi
Penyiaran Indonesia.
Ada yang aneh di sini.
Kenapa harus Netflix? Bagaimana dengan Iflix, HOOQ, VIU, dan sejenisnya.
Apakah mereka tidak perlu dipantau juga? Apakah KPI sudah menjamin
tayangannya 'aman'? Kalau tebang pilih justru terkesan aneh, publik pun
bertanya ini sebenarnya ada apa?
Mengakses Netflix
tidaklah mudah. Anda harus bayar, berlangganan. Sudah berlangganan pun,
provider Anda harus mendukung. Kalau pakai plat merah, otomatis gagal.
VPN pun tak selalu mulus.
Soal Youtube dan
Facebook pun saya juga sudah menulis bahwa mereka sudah punya sistem
reporting sendiri. Kalau memang ada konten yang dinilai melanggar ya
sudah, tinggal direport saja oleh pengguna yang lain, tak harus KPI.
Jadi KPI buat apa?
Hari
ini pun saya membaca sebuah berita yang lumayan bikin sedih. Net TV
dikabarkan akan melakukan PHK massal. Ternyata acara televisi bagus dan
bermutu tidak jadi jaminan bahwa usia stasiun TV itu akan langgeng.
Konten
di NET itu bagus. Tidak menjual skenario azab-azaban, tidak menjual
artis saling lempar gimmick demi sensasi dan popularitas, pokoknya tidak
banyak drama. Sayangnya mungkin pangsa pasar yang cocok dengan Net TV
ini justru bukan orang yang nonton TV nasional.
Mereka mungkin kalau
nonton TV bukan lagi tv nasional. Kalau nggak nonton TV kabel,
pilihannya mungkin saluran berlangganan macam Netflix. Kenapa? Ya sebab
mereka mengejar kualitas mutu tontonan. Dan ini yang jarang dipikirkan
oleh stasiun televisi nasional kita.
Saya pernah
mencoba nonton tv nasional selama beberapa hari. Isinya ya begitulah.
Sampai saya membatin, ini KPI kerjanya ngapain aja kok acara-acara
begini masih bisa tayang. Paling mentok kalau nonton tv nasional ya
akhirnya yang segmentasinya berita saja. Sudah malas nonton acara lain.
Nah
sekarang bayangkan, bagaimana kalau alternatif tontonan kita kemudian
dibatasi lagi oleh KPI? Nggak, ini bukan soal egois. Tapi KPI lupa bahwa
pada konten layanan premium penonton punya hak memilih apa yang mau dia
tonton. Logikanya Anda nggak mungkin mau keluar uang lebih kalau tidak
karena Anda butuh bukan? Beda dengan tv nasional yang mana kita harus
menelan metah-mentah apa yang disajikan. Adanya itu, kalau mau nonton
silahkan. Kan begitu.
Teringat pula beberapa
waktu lalu Pak Jokowi mengatakan kalau ada lembaga yang tak bermanfaat
maka akan dibubarkan saja. Nah kalau hal itu masih berlaku, saya
sarankan supaya KPI jadi salah satu lembaga yang dibubarkan.
Lebih
baik nggak usah ada KPI lagi. Toh menurut saya lembaga ini cenderung
mandul. Banyak acara yang seharusnya di-cut masih juga tayang.
Sepertinya acara-acara ini imun terhadap sanksi dari KPI. Paling yang
diberikan hanya teguran saja. Dan itu lama sekali kadang baru kemudian
berdampak setelah acara tersebut melakukan kesalahan yang sama berulang
kali.
Begitu juga soal sensor. Kartun diblur,
atlet berenang diblur, buat apa coba? Padahal kan nggak ada yang salah
dengan atlet menggunakan baju renang saat bertanding. Itu kan sudah
pakaiannya memang begitu. Kalau ada penonton yang pikirannya jadi kotor,
yang salah otak mereka, bukan si atlet. Begitu pula dengan tokoh
kartun.
Kalau KPI diijinkan menginvasi kontel
digital, saya rasa industri kreatif kita bukan malah maju, tapi malah
mundur. Padahal Pak Jokowi sendiri yang bilang kita ini menyongsong era
revolusi industri 4.0. Ini bukan jamannya lagi menjual sumber daya
mineral ataupun sumber daya alam. Ini saatnya kita menjual teknologi dan
kreativitas.
Bangsa ini bisa jadi bangsa
besar. Bangsa ini sebenarnya sudah sangat kreatif. Bangsa ini bisa maju
asalkan yang pikirannya susah diajak maju tidak ikut-ikutan terlalu
dalam mengintervensi. Konten digital itu alternatif hiburan, alternatif
tontonan, alternatif buat orang-orang yang merasa kualitas acara tv
nasional kita kurang bagus. Cobalah KPI lakukan FGD dengan pelaku konten
digital sebelum memutuskan ini dan itu.
Kongres PDIP “Tonjok” Ijtimak Ulama Sampai KO!
Ada sebuah
gerombolan yang menyebut diri mereka kumpulan ulama, namun kurang
mendapat pengakuan maupun dukungan dari publik. Apalagi perhelatan besar
pemilu sudah usai. Kubu yang mereka pernah beri dukungan juga sudah
membubarkan diri. Begitu pula capres yang mereka ikut usung juga sudah
baikan sama lawan politiknya. Sudah makan bareng sama Presiden Jokowi
dan juga sama Megawati. Tinggal gerombolan ini saja ngos-ngosan cari
perhatian, dukungan maupun pengakuan. Dibuatlah acara Ijtimak Ulama
jilid 4, dengan turut mengundang eks jubir HTI, organisasi yang sudah
jelas terlarang di negeri ini. Hasil ijtimak ulama ini pun sengaja
dibuat nyeleneh dan lain dari yang lain. Tidak mengakui pemerintahan
terpilih, mau menegakkan khilafah, mau mengubah NKRI jadi NKRI
bersyariah, minta pulangin Imam Besar FPI Rizieq Shihab, dan lain-lain.
Kurang ajar memang! Pokoknya supaya dapat perhatian besar dari
masyarakat gitu. Iya sih dapat, tapi dapatnya kecaman, hujatan, dan
tudingan makar dari berbagai pihak.
Pemerintah
sendiri nampak masih “membiarkan” gerombolan ini terbuai dulu dalam
impian dan ambisi mereka. Tidak sadar kalau sebenarnya mereka sedang
“direbus”, seperti yang sudah saya tulis sebelumnya.
Tentu
saja, tidak menutup kemungkinan jika ada pihak yang mau secara mandiri
memberikan “pelajaran” kepada gerombolan ini. Dan yang beraksi adalah
PDIP. PDIP saat ini jadi partai terbesar di Indonesia yang sudah
memenangkan Pilpres 2019 maupun Pileg 2019. Selain itu, PDIP sangat
konsisten dan berdedikasi tinggi membela Pancasila sebagai dasar negara.
Ini jadi benang merah yang menyebabkan PDIP bertindak cepat dalam
meng-counter gerombolan Ijtimak Ulama.
Ketika
dibuka pada hari ini di Bali, Kongres PDIP sudah menunjukkan secara
spesifik bahwa mereka sedang berupaya “menonjok” siapa pun yang
membahayakan dasar negara dan kedaulatan negara ini. Ini disampaikan
oleh Ketua Umum PDIP, Megawati. Dilansir harianterbit.com, sebuah kajian dari Pusat Analisa dan Pengendali Situasi PDIP, memperlihatkan satu fenomena disintegrasi
yang muncul secara sistematis pada Pemilu 2019. Fenomena tersebut
hampir saja mengoyak persatuan dan kesatuan bangsa. Bagi PDIP, hal ini
merupakan suatu isu serius yang tidak boleh diabaikan. Partai memiliki
kesadaran penuh, bahwa persatuan dan kesatuan adalah syarat mutlak bagi
suatu bangsa. “Atas pertimbangan tersebut, maka Kongres Partai
diputuskan untuk dipercepat. Sikap politik Partai, langkah dan strategi Partai, terutama menyangkut upaya mencegah disintegrasi bangsa,
harus diputuskan di dalam rapat tertinggi partai, yang dinamakan
Kongres Partai,” kata Mega. Jika fenomena disintegrasi itu justru
menguat di Pilkada Serentak 2020, dan kemudian menjadi air bah yang tak
terbendung. “Kader banteng tidak boleh berprinsip asal menang, lalu
mainkan metode teror dan propaganda kebencian dan fitnah. Seolah kebenaran personal dan kelompok adalah kebenaran yang absolut. Strategi seperti itu jelas membahayakan keutuhan bangsa,” ujar Mega Sumber. Megawati juga mengingatkan pada empat prinsip negara
yang bersifat final dan mengikat. “Saya mengingatkan kembali warisan
bagi kita dari para pahlawan, para pendiri bangsa ini. Mereka wariskan
pada kita Pancasila, Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun
1945, Negara Kesatuan Republik Indonesia dan Bhinneka Tunggal Ika.
Keempat prinsip tersebut bersifat final and binding, sudah final dan mengikat seluruh elemen bangsa, tidak dapat ditawar-tawar lagi,” ujar Mega. “Saya yakin, tidak ada satu pun dari kita
yang sedang berupaya “mengakal-akali” pemilihan umum sebagai tumpangan
ideologi lain. Saya percaya, tidak ada satu pun dari kita yang sedang
meretas jalan, berkolaborasi dengan siapa pun mereka, yang ingin menggantikan Pancasila,” kata Mega lagi Sumber.
Dalam
acara pembukaan Kongres PDIP tadi juga turut hadir Prabowo, sebagai
undangan khusus. Prabowo yang dulu ikut diusung oleh gerombolam ijtimak
ulama, bahkan sempat menandatangani kontrak politik yang mereka sebut
Pakta Integritas. Prabowo yang mendapat aplaus dari para hadirin di
acara tadi siang, sebuah bentuk penghormatan, sekaligus sentilan keras
buat gerombolan ijtimak ulama. Artinya urusan pemilu sudah habis.
Artinya Prabowo sejalan dengan PDIP dalam membela Pancasila dan NKRI.
Artinya Prabowo sudah berseberangan dengan kemauan Ijtimak Ulama. Ijtimak Ulama ini sudah tidak ada artinya lah bagi Prabowo?
Selain
itu, ada pula BTP alias Ahok yang bahkan ikut disapa oleh Megawati
dalam pidatonya. Ahok juga sudah bersalaman dengan Prabowo. Kembali, ini
merupakan “tonjokan” buat gerombolan ijtimak ulama. Ahok dulu musuh
mereka, sekarang Ahok malah sudah baikan sama Prabowo, sudah jadi seleb
yang jauh lebih dielu-elukan ketimbang mereka.
Dalam
Kongres PDIP, PDIP seakan merangkum semua yang dimusuhi ataupun pernah
didukung oleh gerombolan Ijtimak Ulama, dalam sebuah selebrasi yang
menarik perhatian publik. Apalagi pasca terbongkarnya blunder Rizieq
Shihab menyerobot doa dan salah lubang dalam prosesi pemakaman almarhum
Mbah Moen. Makin jelek lah citra gerombolan ini. Boro-boro ada yang
mendukung, boro-boro diperhatikan oleh pemerintah, gerombolan ini makin
jadi sasaran bully dan tertawaan dari publik. Lalu ditonjok sampai KO
oleh PDIP. Ya, mungkin nanti kalau sudah remuk baru dikasih “perhatian
khusus” sama aparat hehehe… Diajak “ngopi” mungkin? Demikian kura-kura…
(Sekian)KSAD Jelaskan Alasan Enzo Lolos Seleksi Taruna Akmil
Yogyakarta -
Kepala Staf TNI Angkatan Darat (KSAD), Jenderal TNI Andika
Perkasa, menjelaskan kenapa Enzo Zenz Allie, WNI keturunan Prancis,
dinyatakan lolos seleksi calon prajurit taruna akademi TNI. Walaupun
nama Enzo belakangan dikaitkan dengan organisasi terlarang HTI.
"Kan kita nggak boleh berpretensi, kita harus ada praduga tidak bersalah. Kita tidak melihat orangtua (dari Enzo) atau siapa, tetapi yang penting dirinya," kata Andika di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat (9/8/2019).
"Dalam pemeriksaan parameter tes yang kami lakukan, yang bersangkutan oke. Tapi kami juga memahami mungkin ada pendalaman, jadi kita akan lakukan terhadap semuanya bukan hanya kepada dia, dan ini akan melengkapi dari hasil awal," lanjutnya.
"Kan kita nggak boleh berpretensi, kita harus ada praduga tidak bersalah. Kita tidak melihat orangtua (dari Enzo) atau siapa, tetapi yang penting dirinya," kata Andika di Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Jumat (9/8/2019).
"Dalam pemeriksaan parameter tes yang kami lakukan, yang bersangkutan oke. Tapi kami juga memahami mungkin ada pendalaman, jadi kita akan lakukan terhadap semuanya bukan hanya kepada dia, dan ini akan melengkapi dari hasil awal," lanjutnya.
Andika
menuturkan, pendidikan yang akan ditempuh calon prajurit taruna di
Akmil adalah empat tahun. Oleh karenanya, lanjut Andika, sebenarnya
masih banyak waktu bagi internal TNI untuk mengukur kemampuan dan
integritas calon prajurit tersebut.
Namun karena tak ingin
kecolongan, dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan pemeriksaan
saintifik ke seluruh calon prajurit taruna akademi TNI, termasuk Enzo.
Hal tersebut dilakukan untuk membuktikan tudingan yang diarahkan ke
Enzo."Kita lihat (hasil pemeriksaan) nanti Mas. Karena hasilnya kan belum ada, lebih baik kita lihat hasilnya nanti gimana. Siapa tahu dia (Enzo) bagus, kan kita belum tahu nih. Jadi hipotesis ini kita tunggu saja dulu," tuturnya.
Pihak TNI, kata Andika, sebenarnya sudah memanfaatkan media sosial untuk melihat calon prajurit taruna di Akmil. Hanya saja hasil penelusuran di media sosial tidak dijadikan satu-satunya acuan, karena pihaknya juga mempertimbangkan aspek lain.
"Itu pasti, (media sosial) pasti menjadi bahan, salah satu bahan penilaian kami. Walaupun itu juga kan tidak bisa serta-merta kemudian membuat justment atau penilaian kita terhadap yang bersangkutan. Itu salah satu variabel saja," kata Andika.
Ketika ditanya soal 3% anggota TNI terpapar radikalisme dan sikapnya tak Pancasilais lagi meminta para jurnalis bertanya ulang kepada Ryamizard terkait pernyataan itu.
"Itukan
(pernyataan) dari Menteri Pertahanan, mungkin sebaiknya Mas tanya
beliau. Karena beliau yang membuat statement," ujar Andika.
Menurutnya institusi TNI selalu melakukan pengawasan secara berkala ke para prajuritnya. Upaya itu dilakukan untuk membentengi anggota dari paham-paham yang tak sejalan dengan Pancasila.
"Jadi bukannya kami kemudian tidak melakukan apa-apa. Terus pembinaan satuan itukan berlangsung terus. Artinya ya setiap hari (dilakukan pengawasan dan pembinaan), setiap saat, sepanjang tahun," tegas Andika.
Menurutnya institusi TNI selalu melakukan pengawasan secara berkala ke para prajuritnya. Upaya itu dilakukan untuk membentengi anggota dari paham-paham yang tak sejalan dengan Pancasila.
"Jadi bukannya kami kemudian tidak melakukan apa-apa. Terus pembinaan satuan itukan berlangsung terus. Artinya ya setiap hari (dilakukan pengawasan dan pembinaan), setiap saat, sepanjang tahun," tegas Andika.
Foto: Usman Hadi/detikcom
Mahfud Sebut TNI Kecolongan Soal Enzo, Begini Jawaban KSAD
Sleman -
Mahfud MD menyebut institusi TNI kecolongan gegara Enzo Zenz
Allie, calon prajurit taruna akademi TNI yang diterpa isu terkait dengan
organisasi terlarang HTI. Bagaimana tanggapan pimpinan TNI AD terkait
tudingan tersebut?
KSAD, Jenderal TNI Andika Perkasa, menjelaskan setelah ini pihaknya akan melakukan pemeriksaan saintifik ke seluruh calon prajurit taruna akademi TNI, termasuk Enzo. Upaya ini dilakukan untuk membuktikan berbagai tudingan ke Enzo.
"Jadi Angkatan Darat akan melakukan suatu pemeriksaan yang lebih saintifik, lebih ilmiah, menggunakan parameter yang sudah teruji untuk melihat dirinya, bukan orangtuanya, bukan siapa, karena kita ingin obyektif," jelasnya.
Hal itu disampaikan Andika kepada wartawan usai menjadi pembicara dalam penutupan Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB) di Lapangan Grha Sabha Pramana (GSP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (9/8/2019).
KSAD, Jenderal TNI Andika Perkasa, menjelaskan setelah ini pihaknya akan melakukan pemeriksaan saintifik ke seluruh calon prajurit taruna akademi TNI, termasuk Enzo. Upaya ini dilakukan untuk membuktikan berbagai tudingan ke Enzo.
"Jadi Angkatan Darat akan melakukan suatu pemeriksaan yang lebih saintifik, lebih ilmiah, menggunakan parameter yang sudah teruji untuk melihat dirinya, bukan orangtuanya, bukan siapa, karena kita ingin obyektif," jelasnya.
Hal itu disampaikan Andika kepada wartawan usai menjadi pembicara dalam penutupan Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB) di Lapangan Grha Sabha Pramana (GSP) Universitas Gadjah Mada (UGM), Jumat (9/8/2019).
Andika
menuturkan, pihaknya ingin proporsional dalam memeriksa calon prajurit
taruna akademi TNI, termasuk Enzo. Upaya ini dilakukan untuk mencari
fakta sebenarnya. Pihaknya tak ingin mengadili seseorang namun tanpa
disertai bukti yang cukup.
"Jadi kita ingin proporsional, kita ingin ilmiah, karena semuanya harus dipertanggungjawabkan," ungkapnya.Kini pihak TNI masih menunggu proses pemeriksaan berbasis saintifik yang akan diterapkan ke calon prajurit taruna akademi TNI. Setelah hasil pemeriksaan keluar pihak TNI akan mengambil tindakan yang diperlukan.
"Itu (keputusan akhir) kita lihat nanti setelah ada hasilnya dulu. Rencananya dalam waktu dekat, sehari-dua hari ini kita akan lakukan itu (pemeriksaan saintifik). Bukan hanya kepada dia, tetapi kepada semua yang ada di sana (Akmil)," pungkas dia.
Diberitakan
sebelumnya, nama Enzo belakangan menuai kontroversi karena yang
bersangkutan dikaitkan dengan HTI. Terkait hal tersebut, Mantan Ketua MK
Mahfud MD menuding institusi TNI kecolongan.
"(TNI) kecolongan menurut saya," kata Mahfud kepada wartawan di Yogyakarta, Jumat (9/8/2019).
"TNI itukan lembaga yang dikenal ketat ya, dikenal ketat tahu rekam jejak, kakeknya (Enzo) siapa, kegiatannya apa, ternyata ini lolos di Akmil. Sampai diberi penghargaan kehormatan khusus oleh Panglima, diajak wawancara khusus," lanjutnya.
"(TNI) kecolongan menurut saya," kata Mahfud kepada wartawan di Yogyakarta, Jumat (9/8/2019).
"TNI itukan lembaga yang dikenal ketat ya, dikenal ketat tahu rekam jejak, kakeknya (Enzo) siapa, kegiatannya apa, ternyata ini lolos di Akmil. Sampai diberi penghargaan kehormatan khusus oleh Panglima, diajak wawancara khusus," lanjutnya.
KSAD, Jenderal TNI Andika Perkasa. Foto: Usman Hadi/detikcom
Enzo Taruna Akmil Diterpa Isu Terkait HTI, Mahfud MD: TNI Kecolongan
Yogyakarta -
Sosok Enzo Zenz Allie yang lolos calon prajurit taruna
akademi TNI diterpa isu terkait organisasi yang sudah dilarang di
Indonesia, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI). Terkait hal ini, Mahfud MD
menuding institusi TNI kecolongan.
"(TNI) kecolongan menurut saya," kata Mahfud kepada wartawan di Yogyakarta, Jumat (9/8/2019).
"TNI itu kan lembaga yang dikenal ketat ya, dikenal ketat tahu rekam jejak, kakeknya (Enzo) siapa, kegiatannya apa, ternyata ini lolos di Akmil. Sampai diberi penghargaan kehormatan khusus oleh Panglima, diajak wawancara khusus," sambungnya.
"(TNI) kecolongan menurut saya," kata Mahfud kepada wartawan di Yogyakarta, Jumat (9/8/2019).
"TNI itu kan lembaga yang dikenal ketat ya, dikenal ketat tahu rekam jejak, kakeknya (Enzo) siapa, kegiatannya apa, ternyata ini lolos di Akmil. Sampai diberi penghargaan kehormatan khusus oleh Panglima, diajak wawancara khusus," sambungnya.
Namun
tak lama setelah nama Enzo viral, lanjut Mahfud, ternyata bermunculan
informasi di media sosial yang mengaitkan Enzo dengan HTI. Alhasil,
lolosnya Enzo sebagai calon prajurit taruna akademi TNI memantik reaksi
keras dari publik.
"(Entah lolosnya Enzo) berbahaya atau ndak,
tetapi (TNI) kecolongan, gitu aja. Seakan-akan tidak tahu bahwa anak ini
luar biasa, artinya di gerakan-gerakan yang berbau radikal, ibunya juga
bagian dari itu, masak ndak tahu," tuturnya.
Mantan
Ketua Mahkamah Konstitusi (MK) ini menyarankan sebaiknya TNI
memberhentikan yang bersangkutan. Sebab, Mahfud menduga Enzo sejak awal
tak memenuhi prasyarat untuk menjadi bagian dari TNI.
"Kalau menurut saya iya dong (dicopot). Menurut saya (Enzo) tidak memenuhi syarat awal itu, melanggar prasyarat kalau memang gerakannya seperti itu. Tapi terserah TNI lah mau diapain. Saya kira yang bersangkutan juga tidak akan kerasan," tutupnya.
"Kalau menurut saya iya dong (dicopot). Menurut saya (Enzo) tidak memenuhi syarat awal itu, melanggar prasyarat kalau memang gerakannya seperti itu. Tapi terserah TNI lah mau diapain. Saya kira yang bersangkutan juga tidak akan kerasan," tutupnya.
Mahfud MD. Foto: Ristu Hanafi/detikcom
Taruna Akmil Keturunan Prancis Kena Isu Tak Nasionalis
Jakarta -Nama Enzo Zenz Allie yang lolos calon prajurit taruna Akademi TNI masih heboh dibicarakan. Setelah kelulusannya jadi sorotan, kini pria keturunan Prancis itu kena isu tak nasionalis.Isu Enzo tak nasionalis muncul di media sosial. Beredar foto yang menyebut figur calon prajurit Akademi TNI itu sedang membawa bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid. Foto tersebut kemudian dinarasikan punya keterkaitan dengan organisasi yang sudah dilarang di Indonesia, Hizbut Tahrir Indonesia (HTI).
Pesantren tempat Enzo menimba ilmu membantah tuduhan santrinya terkait ormas terlarang. Kepala Sekolah Ponpes Al Bayan, Deden Ramdhani, mengatakan Enzo tak terindikasi ormas terlarang. Apalagi, Ponpes yang diipimpinnya itu memiliki landasan NKRI.
"Sebagai lembaga tentu pemahaman kami ahlussunnah wal jamaah dan NKRI harga mati," kata Deden Ramdhani saat ditemui wartawan di Anyer, Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
Deden menilai santrinya tidak mungkin masuk Akmil jika punya keterkaitan dengan HTI. Sebab seleksi di TNI begitu ketat.
"Enzo sudah jelas Pancasilais dan cinta NKRI," ujarnya.
Terkait foto yang menyebut figur Enzo membawa bendera hitam bertuliskan Tauhid, Dede meyakini betul santrinya tak terindikasi ormas terlarang. Seandainya memang sosok pria dalam foto yang membawa bendera hitam adalah Enzo, Deden dengan tegas bukan bendera yang identik dengan HTI.
"Kalau saya berpendapat itu bendera panji Rasulullah," kata Deden.
Pihak pesantren bisa menjamin muridnya itu seorang yang Pancasilais. Enzo menunjukkan kecintaan terhadap NKRI dengan banyak ikut kegiatan yang berkaitan dengan kenegaraan.
Enzo, kata Deden, pernah mewakili berbagai ajang, seperti Olimpiade tingkat siswa, atletik, maraton, dan bahkan upacara bendera Merah Putih.
"Sangat Pancasilais, saya berani menjamin," ujarnya.
Pihak pesantren siap memberikan klarifikasi secara kelembagaan mengenai isu bahwa Enzo masuk organisasi terlarang. Pesantren Al Bayan juga selama ini terintegrasi dengan pelajaran-pelajaran yang bercorak kecintaan pada tanah air.
Bahkan, selama ini Ponpes selalu mengirimkan santrinya untuk menjadi pasukan pengibar bendera di tingkat kecamatan. Tahun ini saja, perwakilan pondok jadi komandan pasukan saat 17 Agustus nanti.
"Saya bersama beliau (Enzo) 3 tahun di sini, Enzo benar-benar sangat cinta NKRI," tegasnya.
Foto: Situs TNI AD
Kasus ini kian panjang lantaran TNI turun tangan menelusuri isu pria blasteran Prancis itu terkait dengan ormas terlarang. Kapuspen
TNI Mayjen TNI Sisriadi tidak betul-betul yakin foto tersebut adalah
Enzo. Namun, dia tidak menutup kemungkinan lainnya.
"Itu foto Enzo? Kok yakin gitu? Kan kalau saya buat foto mirip, bisa saja saya sebut itu Enzo. Jangan cepat-cepat gitu lah. Masih banyak kemungkinan masalahnya, bukan berarti tidak," kata Sisriadi saat dihubungi.
Bukan tanpa dasar TNI turun untuk melakukan penelusuran terkait foto Enzo. Sebab banyak warganet yang menyampaikan kekhawatiran TNI akan disusupi pihak pro-radikal.
Sisriadi mengatakan penelusuran dilakukan termasuk pada lingkungan seorang taruna. Penelusuran terhadap seorang taruna dilakukan termasuk kepada lingkungan keluarga, tamu yang berkunjung ke rumah hingga afiliasi kegiatan taruna tersebut.
"Jadi sasaran kita bukan Enzo atau siapa. Tapi sasaran kita adalah mencegah orang radikal, orang antipancasilais. Radikal kiri, radikal kanan, dan radikal lainnya. Radikal kiri itu komunisme-leninisme, jangan dikira tidak ada itu. Itu akan ketahuan di penelusuran MI (mental ideologi). Kemudian radikal kanan yang ingin mendirikan khilafah juga akan ketahuan di penelusuran jika berbohong. Kalau ketahuan langsung dicoret," ujar dia.
Meski demikian, Sisriadi menegaskan proses penjaringan di TNI dilakukan secara terus-menerus. Penjaringan tidak hanya dilakukan kepada taruna yang masih mengikuti akademi. Sisriadi mengatakan penjaringan dilakukan terus ketika seseorang sudah menjadi TNI aktif.
"Namun demikian, sistem penjaringan kita, salah satu di antaranya dan itu sangat penting adalah penelusuran mental ideologi, itu salah satu materi seleksi TNI. Itu sangat ketat," ujarnya.
Tak hanya Enzo, TNI juga melakukan penelusuran digital terkait ibunda Enzo dalam akun Hadiati Basjuni Allie. Tangkapan layar digital yang juga menyebar di media sosial menilai ibu Enzo juga pro-HTI.
Sisriadi mengatakan, jika ditemukan hal yang mengindikasikan seorang taruna memiliki paham radikal, maka TNI akan langsung mencoret.
"Dalam penilaian kita ada MS, memenuhi syarat. TMS, tidak memenuhi syarat. Kalau dia TMS dari hasil pendalaman selama 4 tahun, dia akan dicoret. Intinya kita tidak ingin kecolongan lah. Ada sistemnya. Contohnya, teman saya sudah tingkat 3, ada yang dipecat karena radikal kiri. Keluarganya begini-begini. Nggak ada ba-bi-bu, nggak pake pengadilan, langsung copot," tuturnya.
"Tujuan utamanya, TNI tak mau kemasukan prajurit atau pemimpin yang anti-Pancasilais. Tidak Pancasilais itu radikal kanan, radikal kiri, radikal lainnya contohnya ultra liberalis. Itu juga kita cegah masuk TNI," sambung Sisriadi.
Menhan Ryamizard Ryacudu ikut angkat bicara soal isu tak nasionalis pada salah satu calon Akmil TNI ini. Dia meminta agar ada tindakan tegas jika benar Enzo terindikasi ormas terlarang.
"Pecat saja. Tidak dukung Pancasila kok mau jadi tentara, itu namanya pengkhianat. Saya nggak suka pengkhianat," kata Ryamizard di Istana Negara, Jakarta Pusat.
Ryamizard menyebut pemerintah sudah melakukan penelitian terhadap taruna Akmil, namun belum mendalam. Dia menyebut pemerintah akan kembali melakukan penelitian yang lebih detail.
"Kemarin sudah litsus (penelitian khusus) juga, tapi masih ringan-ringan saja. Sekarang nggak boleh, harus (tingkat) berat (litsusnya)," jelasnya.
"Itu foto Enzo? Kok yakin gitu? Kan kalau saya buat foto mirip, bisa saja saya sebut itu Enzo. Jangan cepat-cepat gitu lah. Masih banyak kemungkinan masalahnya, bukan berarti tidak," kata Sisriadi saat dihubungi.
Bukan tanpa dasar TNI turun untuk melakukan penelusuran terkait foto Enzo. Sebab banyak warganet yang menyampaikan kekhawatiran TNI akan disusupi pihak pro-radikal.
Sisriadi mengatakan penelusuran dilakukan termasuk pada lingkungan seorang taruna. Penelusuran terhadap seorang taruna dilakukan termasuk kepada lingkungan keluarga, tamu yang berkunjung ke rumah hingga afiliasi kegiatan taruna tersebut.
"Jadi sasaran kita bukan Enzo atau siapa. Tapi sasaran kita adalah mencegah orang radikal, orang antipancasilais. Radikal kiri, radikal kanan, dan radikal lainnya. Radikal kiri itu komunisme-leninisme, jangan dikira tidak ada itu. Itu akan ketahuan di penelusuran MI (mental ideologi). Kemudian radikal kanan yang ingin mendirikan khilafah juga akan ketahuan di penelusuran jika berbohong. Kalau ketahuan langsung dicoret," ujar dia.
Meski demikian, Sisriadi menegaskan proses penjaringan di TNI dilakukan secara terus-menerus. Penjaringan tidak hanya dilakukan kepada taruna yang masih mengikuti akademi. Sisriadi mengatakan penjaringan dilakukan terus ketika seseorang sudah menjadi TNI aktif.
"Namun demikian, sistem penjaringan kita, salah satu di antaranya dan itu sangat penting adalah penelusuran mental ideologi, itu salah satu materi seleksi TNI. Itu sangat ketat," ujarnya.
Tak hanya Enzo, TNI juga melakukan penelusuran digital terkait ibunda Enzo dalam akun Hadiati Basjuni Allie. Tangkapan layar digital yang juga menyebar di media sosial menilai ibu Enzo juga pro-HTI.
Sisriadi mengatakan, jika ditemukan hal yang mengindikasikan seorang taruna memiliki paham radikal, maka TNI akan langsung mencoret.
"Dalam penilaian kita ada MS, memenuhi syarat. TMS, tidak memenuhi syarat. Kalau dia TMS dari hasil pendalaman selama 4 tahun, dia akan dicoret. Intinya kita tidak ingin kecolongan lah. Ada sistemnya. Contohnya, teman saya sudah tingkat 3, ada yang dipecat karena radikal kiri. Keluarganya begini-begini. Nggak ada ba-bi-bu, nggak pake pengadilan, langsung copot," tuturnya.
"Tujuan utamanya, TNI tak mau kemasukan prajurit atau pemimpin yang anti-Pancasilais. Tidak Pancasilais itu radikal kanan, radikal kiri, radikal lainnya contohnya ultra liberalis. Itu juga kita cegah masuk TNI," sambung Sisriadi.
Menhan Ryamizard Ryacudu ikut angkat bicara soal isu tak nasionalis pada salah satu calon Akmil TNI ini. Dia meminta agar ada tindakan tegas jika benar Enzo terindikasi ormas terlarang.
"Pecat saja. Tidak dukung Pancasila kok mau jadi tentara, itu namanya pengkhianat. Saya nggak suka pengkhianat," kata Ryamizard di Istana Negara, Jakarta Pusat.
Ryamizard menyebut pemerintah sudah melakukan penelitian terhadap taruna Akmil, namun belum mendalam. Dia menyebut pemerintah akan kembali melakukan penelitian yang lebih detail.
"Kemarin sudah litsus (penelitian khusus) juga, tapi masih ringan-ringan saja. Sekarang nggak boleh, harus (tingkat) berat (litsusnya)," jelasnya.
Sumber Berita : https://news.detik.com/berita/d-4656829/taruna-akmil-keturunan-prancis-kena-isu-tak-nasionalis/2
Ponpes Al Bayan Percaya TNI Sudah Pastikan Enzo Bebas HTI
Jakarta -
Pihak Pondok Pesantren Al Bayan berharap warganet (netizen) percaya bahwa Enzo Zens Allie terbebas dari ideologi organisasi terlarang HTI. Lolosnya murid pesantren ini sebagai taruna Akmil menandakan bahwa dia terbebas dari paham-paham radikal.
"Tentunya saya sangat percaya pihak TNI. TNI merekrut melalui tahapan-tahapan. Dia (Enzo) melewati tahapan ideologi, clear tidak terlibat organisasi terlarang. Enzo sangat Pancasila," kata Kepala Sekolah Ponpes Al Bayan Deden Ramdhani saat dihubungi detikcom dari Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
"Tentunya saya sangat percaya pihak TNI. TNI merekrut melalui tahapan-tahapan. Dia (Enzo) melewati tahapan ideologi, clear tidak terlibat organisasi terlarang. Enzo sangat Pancasila," kata Kepala Sekolah Ponpes Al Bayan Deden Ramdhani saat dihubungi detikcom dari Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
Ia mengaku bingung jika ada netizen
yang mengaitkan muridnya itu ke organisasi terlarang HTI. Selama 3
tahun di pesantren dan tinggal bersama, muridnya itu tidak terpapar oleh
ideologi terlarang.
"Mari percayakan ke TNI yang melakukan filter, screening Enzo. Enzo lolos dan clear," ujarnya.
Sedangkan soal status ibu dari Enzo, pihak pesantren tidak bisa berkomentar karena itu di luar kewenangan pesantren.
"Kalau masalah (status) ibunya, mungkin bisa cross check ke ibunya sendiri," katanya.
"Kalau masalah (status) ibunya, mungkin bisa cross check ke ibunya sendiri," katanya.
TNI Juga Telusuri Akun Medsos Ibunda Enzo Taruna Akmil
Jakarta -
Selain foto taruna Akademi TNI, Enzo Zenz Allie, di media sosial juga beredar screenshot posting-an ibu Enzo, Siti Hadiati Nahriah. Warganet menilai ibu Enzo kerap menghina Presiden Jokowi.
Screenshot posting-an dalam akun Hadiati Basjuni Allie dibagikan di medsos. Netizen juga menganggap posting-an ibu Enzo berisi fitnah kepada pemerintah dan berbau dukungan terhadap organisasi yang dilarang di Indonesia, HTI.
Terkait hal ini, Kapuspen TNI Mayjen TNI Sisriadi mengatakan penelusuran dilakukan tak hanya kepada seorang taruna. TNI juga menelusuri lingkungan taruna--termasuk keluarga--untuk memastikan para calon perwira yang direkrut bukan orang yang anti-Pancasila.
Screenshot posting-an dalam akun Hadiati Basjuni Allie dibagikan di medsos. Netizen juga menganggap posting-an ibu Enzo berisi fitnah kepada pemerintah dan berbau dukungan terhadap organisasi yang dilarang di Indonesia, HTI.
Terkait hal ini, Kapuspen TNI Mayjen TNI Sisriadi mengatakan penelusuran dilakukan tak hanya kepada seorang taruna. TNI juga menelusuri lingkungan taruna--termasuk keluarga--untuk memastikan para calon perwira yang direkrut bukan orang yang anti-Pancasila.
"Karena konsepnya bersih diri dan bersih lingkungan dari ideologi non-Pancasila.
Bersih diri itu yang bersangkutan, bersih lingkungan itu keluarga, bisa
adik, orang tua, saudara. Kan bisa jadi terpengaruh juga dari
lingkungan," kata Sisriadi saat dihubungi, Rabu (7/8/2019).
Sisriadi mengatakan TNI juga melakukan penelusuran digital lewat alat yang dipunya. Hal ini dilakukan seiring kemajuan zaman."Itu (akun ibu Enzo) kita juga lakukan penelusuran elektronik. Intinya kita terus lakukan pemantauan. Karena sekarang teknologi sudah canggih, kita punya teknologi juga untuk menelusuri, itu yang kita sebut intelligent technology, intelligent signal, intelligent geospacial. Kita tetap lakukan itu," ungkapnya.
Dia
memastikan TNI melakukan penyaringan secara berlapis. Dia mengatakan
jika ditemukan hal yang mengindikasikan seorang taruna memiliki paham
radikal, maka TNI akan langsung mencoret.
"Dalam penilaian kita ada MS, memenuhi syarat. TMS, tidak memenuhi syarat. Kalau dia TMS dari hasil pendalaman selama 4 tahun, dia akan dicoret. Intinya kita tidak ingin kecolongan lah. Ada sistemnya. Contohnya, teman saya sudah tingkat 3, ada yang dipecat karena radikal kiri. Keluarganya begini-begini. Nggak ada ba-bi-bu, nggak pake pengadilan, langsung copot," tuturnya.
"Tujuan utamanya, TNI tak mau kemasukan prajurit atau pemimpin yang anti-Pancasilais. Tidak Pancasilais itu radikal kanan, radikal kiri, radikal lainnya contohnya ultra liberalis. Itu juga kita cegah masuk TNI," sambung Sisriadi.
Enzo bersama sang ibu (Foto: Situs TNI AD)
|
"Dalam penilaian kita ada MS, memenuhi syarat. TMS, tidak memenuhi syarat. Kalau dia TMS dari hasil pendalaman selama 4 tahun, dia akan dicoret. Intinya kita tidak ingin kecolongan lah. Ada sistemnya. Contohnya, teman saya sudah tingkat 3, ada yang dipecat karena radikal kiri. Keluarganya begini-begini. Nggak ada ba-bi-bu, nggak pake pengadilan, langsung copot," tuturnya.
"Tujuan utamanya, TNI tak mau kemasukan prajurit atau pemimpin yang anti-Pancasilais. Tidak Pancasilais itu radikal kanan, radikal kiri, radikal lainnya contohnya ultra liberalis. Itu juga kita cegah masuk TNI," sambung Sisriadi.
Viralnya
foto ibu Enzo terjadi berbarengan dengan viral foto diduga Enzo yang
sedang membawa bendera hitam bertuliskan kalimat tauhid. Atas foto
tersebut, warganet banyak menyampaikan kekhawatiran TNI akan disusupi
pihak pro-radikal. Sisriadi menanggapi fenomena netizen ini sebagai
bentuk cinta masyarakat kepada TNI.
Namun, Sisriadi menegaskan proses penjaringan di TNI dilakukan secara terus-menerus. Penjaringan tidak hanya dilakukan kepada taruna yang masih mengikuti akademi. Sisriadi mengatakan penjaringan dilakukan terus ketika seseorang sudah menjadi TNI aktif.
"Namun demikian, sistem penjaringan kita, salah satu di antaranya dan itu sangat penting adalah penelusuran mental ideologi, itu salah satu materi seleksi TNI. Itu sangat ketat," ujarnya.
Namun, Sisriadi menegaskan proses penjaringan di TNI dilakukan secara terus-menerus. Penjaringan tidak hanya dilakukan kepada taruna yang masih mengikuti akademi. Sisriadi mengatakan penjaringan dilakukan terus ketika seseorang sudah menjadi TNI aktif.
"Namun demikian, sistem penjaringan kita, salah satu di antaranya dan itu sangat penting adalah penelusuran mental ideologi, itu salah satu materi seleksi TNI. Itu sangat ketat," ujarnya.
Sementara,
Kepala Sekolah Ponpes Al Bayan, Deden Ramdhani, membantah blasteran
Prancis itu anggota HTI. Deden mengatakan pesantren yang diasuhnya juga
bercorak ahlussunnah wal jamaah (aswaja) serta menyatakan setia kepada
NKRI.
"Sebagai lembaga tentu pemahaman kami ahlussunnah wal jamaah dan NKRI harga mati," kata Deden Ramdhani saat ditemui wartawan di Anyer, Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
Deden menilai santrinya tidak mungkin masuk Akmil jika punya keterkaitan dengan HTI. Sebab seleksi di TNI begitu ketat.
"Enzo sudah jelas Pancasilais dan cinta NKRI," ujarnya.
"Sebagai lembaga tentu pemahaman kami ahlussunnah wal jamaah dan NKRI harga mati," kata Deden Ramdhani saat ditemui wartawan di Anyer, Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
Deden menilai santrinya tidak mungkin masuk Akmil jika punya keterkaitan dengan HTI. Sebab seleksi di TNI begitu ketat.
"Enzo sudah jelas Pancasilais dan cinta NKRI," ujarnya.
Foto: Enzo, Taruna Akmil Keturunan Prancis Viral di Medsos (Dok. TNI AD)
Sumber Berita : https://news.detik.com/berita/4656316/tni-juga-telusuri-akun-medsos-ibunda-enzo-taruna-akmil
"Namun demikian, sistem penjaringan kita, salah satu di antaranya dan itu sangat penting adalah penelusuran mental ideologi, itu salah satu materi seleksi TNI. Itu sangat ketat," ujarnya.
TNI Bergerak Telusuri Isu Viral Taruna Akmil Enzo Allie terkait HTI
Jakarta -
TNI angkat bicara mengenai isu viral yang menuduh taruna Akmil Enzo Zenz Allie
terkait dengan organisasi terlarang HTI. Foto yang mendasari isu miring
terhadap Enzo itu bisa jadi betul, bisa jadi salah. Meski begitu, TNI
langsung turun tangan melakukan penelusuran.
Kapuspen TNI Mayjen TNI Sisriadi tidak betul-betul yakin foto tersebut adalah Enzo. Namun, dia tidak menutup kemungkinan lainnya.
"Itu foto Enzo? Kok yakin gitu? Kan kalo saya buat foto mirip, bisa saja saya sebut itu Enzo. Jangan cepat-cepat gitu lah. Masih banyak kemungkinan masalahnya, bukan berarti tidak," kata Sisriadi saat dihubungi, Rabu (7/8/2019).
Kapuspen TNI Mayjen TNI Sisriadi tidak betul-betul yakin foto tersebut adalah Enzo. Namun, dia tidak menutup kemungkinan lainnya.
"Itu foto Enzo? Kok yakin gitu? Kan kalo saya buat foto mirip, bisa saja saya sebut itu Enzo. Jangan cepat-cepat gitu lah. Masih banyak kemungkinan masalahnya, bukan berarti tidak," kata Sisriadi saat dihubungi, Rabu (7/8/2019).
Terkait
viral foto tersebut, warganet banyak menyampaikan kekhawatiran TNI akan
disusupi pihak pro-radikal. Sisriadi menanggapi fenomena netizen ini
sebagai bentuk cinta masyarakat kepada TNI.
Namun, Sisriadi
menegaskan proses penjaringan di TNI dilakukan secara terus-menerus.
Penjaringan tidak hanya dilakukan kepada taruna yang masih mengikuti
akademi. Sisriadi mengatakan penjaringan dilakukan terus ketika
seseorang sudah menjadi TNI aktif."Namun demikian, sistem penjaringan kita, salah satu di antaranya dan itu sangat penting adalah penelusuran mental ideologi, itu salah satu materi seleksi TNI. Itu sangat ketat," ujarnya.
Sisriadi
mengatakan penelusuran dilakukan termasuk pada lingkungan seorang
taruna. Dia penelusuran terhadap seorang taruna dilakukan termasuk
kepada lingkungan keluarga, tamu yang berkunjung ke rumah hingga
afiliasi kegiatan taruna tersebut.
Dia mengatakan penelusuran ini dilakukan terhadap semua taruna. Bagi taruna yang ketahuan menganut paham radikal, maka TNI akan langsung mencoret.
"Jadi sasaran kita bukan Enzo atau siapa. Tapi sasaran kita adalah mencegah orang radikal, orang antipancasilais. Radikal kiri, radikal kanan, dan radikal lainnya. Radikal kiri itu komunisme-leninisme, jangan dikira tidak ada itu. Itu akan ketahuan di penelusuran MI (mental ideologi). Kemudian radikal kanan yang ingin mendirikan khilafah juga akan ketahuan di penelusuran jika berbohong. Kalau ketahuan langsung dicoret," ujar dia.
Selain
foto Enzo, di medsos juga beredar screenshot postingan ibu Enzo dalam
akun Hadiati Basjuni Allie. Dari screenshot yang tersebar, netizen
menilai ibu Enzo juga pro-HTI. Selain itu, beberapa postingan ibu Enzo
juga dianggap berisi fitnah terhadap pemerintah.
Sisriadi mengatakan TNI juga ikut melakukan penelurusan digital lewat alat yang dipunya. Dia mengatakan jika ditemukan hal yang mengindikasikan seorang taruna memiliki paham radikal, maka TNI akan langsung mencoret.
"Dalam penilaian kita ada MS, memenuhi syarat. TMS, tidak memenuhi syarat. Kalau dia TMS dari hasil pendalaman selama 4 tahun, dia akan dicoret. Intinya kita tidak ingin kecolongan lah. Ada sistemnya. Contohnya, teman saya sudah tingkat 3, ada yang dipecat karena radikal kiri. Keluarganya begini-begini. Nggak ada ba-bi-bu, nggak pake pengadilan, langsung copot," tuturnya.
Dia mengatakan penelusuran ini dilakukan terhadap semua taruna. Bagi taruna yang ketahuan menganut paham radikal, maka TNI akan langsung mencoret.
"Jadi sasaran kita bukan Enzo atau siapa. Tapi sasaran kita adalah mencegah orang radikal, orang antipancasilais. Radikal kiri, radikal kanan, dan radikal lainnya. Radikal kiri itu komunisme-leninisme, jangan dikira tidak ada itu. Itu akan ketahuan di penelusuran MI (mental ideologi). Kemudian radikal kanan yang ingin mendirikan khilafah juga akan ketahuan di penelusuran jika berbohong. Kalau ketahuan langsung dicoret," ujar dia.
Foto: Kapuspen TNI Mayjen TNI Sisriadi. (Dok Mabes TNI)
|
Sisriadi mengatakan TNI juga ikut melakukan penelurusan digital lewat alat yang dipunya. Dia mengatakan jika ditemukan hal yang mengindikasikan seorang taruna memiliki paham radikal, maka TNI akan langsung mencoret.
"Dalam penilaian kita ada MS, memenuhi syarat. TMS, tidak memenuhi syarat. Kalau dia TMS dari hasil pendalaman selama 4 tahun, dia akan dicoret. Intinya kita tidak ingin kecolongan lah. Ada sistemnya. Contohnya, teman saya sudah tingkat 3, ada yang dipecat karena radikal kiri. Keluarganya begini-begini. Nggak ada ba-bi-bu, nggak pake pengadilan, langsung copot," tuturnya.
"Tujuan
utamanya, TNI tak mau kemasukan prajurit atau pemimpin yang
anti-Pancasilais. Tidak Pancasilais itu radikal kanan, radikal kiri,
radikal lainnya contohnya ultra liberalis. Itu juga kita cegah masuk
TNI," sambung Sisriadi.
Kepala Sekolah Ponpes Al Bayan, Deden Ramdhani, membantah blasteran Prancis itu anggota HTI. Deden mengatakan pesantren yang diasuhnya juga bercorak ahlussunnah wal jamaah (aswaja) serta menyatakan setia kepada NKRI.
"Sebagai lembaga tentu pemahaman kami ahlussunnah wal jamaah dan NKRI harga mati," kata Deden Ramdhani saat ditemui wartawan di Anyer, Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
Kepala Sekolah Ponpes Al Bayan, Deden Ramdhani, membantah blasteran Prancis itu anggota HTI. Deden mengatakan pesantren yang diasuhnya juga bercorak ahlussunnah wal jamaah (aswaja) serta menyatakan setia kepada NKRI.
"Sebagai lembaga tentu pemahaman kami ahlussunnah wal jamaah dan NKRI harga mati," kata Deden Ramdhani saat ditemui wartawan di Anyer, Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
Deden menilai santrinya tidak mungkin masuk Akmil jika punya keterkaitan dengan HTI. Sebab seleksi di TNI begitu ketat.
"Enzo sudah jelas Pancasilais dan cinta NKRI," ujarnya.
"Enzo sudah jelas Pancasilais dan cinta NKRI," ujarnya.
Enzo Zenz Allie, taruna Akmil keturunan Prancis (Foto: Situs TNI AD)
Sumber Berita : https://news.detik.com/berita/4656130/tni-bergerak-telusuri-isu-viral-taruna-akmil-enzo-allie-terkait-hti
"Pecat saja. Tidak dukung Pancasila kok mau jadi tentara, itu namanya pengkhianat. Saya nggak suka pengkhianat," kata Ryamizard di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (7/9/2019).
Ryamizard menyebut pemerintah sudah melakukan penelitian terhadap taruna Akmil, namun belum mendalam. Dia menyebut pemerintah akan kembali melakukan penelitian yang lebih detail.
"Kemarin sudah litsus (penelitian khusus) juga, tapi masih ringan-ringan saja. Sekarang nggak boleh, harus (tingkat) berat (litsusnya)," jelasnya.
Sekadar informasi, tahun ini sebanyak 596 calon prajurit taruna Akmil yang mengikuti pendidikan dasar (dasar). Ratusan calon prajurit taruna tersebut saat ini sedang mengikuti diksar selama 3 bulan.
Ratusan calon prajurit taruna Akmil itu mengikuti diksar bersama ratusan taruna Akpol. Diksar gabungan tersebut digelar untuk memperkuat soliditas TNI dan Polri.
Pesantren Bantah Enzo terkait HTI
Kepala Sekolah Ponpes Al Bayan, Deden Ramdhani, membantah blasteran Prancis itu anggota HTI. Deden mengatakan pesantren yang diasuhnya juga bercorak ahlussunnah wal jamaah (aswaja) serta menyatakan setia kepada NKRI.
"Sebagai lembaga tentu pemahaman kami ahlussunnah wal jamaah dan NKRI harga mati," kata Deden Ramdhani saat ditemui wartawan di Anyer, Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
Deden menilai santrinya tidak mungkin masuk Akmil jika punya keterkaitan dengan HTI. Sebab seleksi di TNI begitu ketat.
"Enzo sudah jelas Pancasilais dan cinta NKRI," ujarnya.
Jika Benar Enzo Allie Terkait HTI, Menhan Minta Pemecatan
Jakarta -TNI tengah melakukan penelusuran perihal adanya isu viral yang mengkaitkan taruna Akmil Enzo Allie dengan organisasi terlarang HTI. Jika isu itu benar adanya, Menhan Ryamizard Ryacudu meminta agar ada tindakan tegas."Pecat saja. Tidak dukung Pancasila kok mau jadi tentara, itu namanya pengkhianat. Saya nggak suka pengkhianat," kata Ryamizard di Istana Negara, Jakarta Pusat, Rabu (7/9/2019).
Ryamizard menyebut pemerintah sudah melakukan penelitian terhadap taruna Akmil, namun belum mendalam. Dia menyebut pemerintah akan kembali melakukan penelitian yang lebih detail.
"Kemarin sudah litsus (penelitian khusus) juga, tapi masih ringan-ringan saja. Sekarang nggak boleh, harus (tingkat) berat (litsusnya)," jelasnya.
Sekadar informasi, tahun ini sebanyak 596 calon prajurit taruna Akmil yang mengikuti pendidikan dasar (dasar). Ratusan calon prajurit taruna tersebut saat ini sedang mengikuti diksar selama 3 bulan.
Ratusan calon prajurit taruna Akmil itu mengikuti diksar bersama ratusan taruna Akpol. Diksar gabungan tersebut digelar untuk memperkuat soliditas TNI dan Polri.
Pesantren Bantah Enzo terkait HTI
Kepala Sekolah Ponpes Al Bayan, Deden Ramdhani, membantah blasteran Prancis itu anggota HTI. Deden mengatakan pesantren yang diasuhnya juga bercorak ahlussunnah wal jamaah (aswaja) serta menyatakan setia kepada NKRI.
"Sebagai lembaga tentu pemahaman kami ahlussunnah wal jamaah dan NKRI harga mati," kata Deden Ramdhani saat ditemui wartawan di Anyer, Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
Deden menilai santrinya tidak mungkin masuk Akmil jika punya keterkaitan dengan HTI. Sebab seleksi di TNI begitu ketat.
"Enzo sudah jelas Pancasilais dan cinta NKRI," ujarnya.
Menhan Ryamizard Ryacudu. (Foto: Agung Pambudhy)
Sumber Berita : https://news.detik.com/berita/4656151/jika-benar-enzo-allie-terkait-hti-menhan-minta-pemecatan
Bahkan, guru di pesantren sering lihat Enzo berlatih fisik sendirian. Sehari, ia bisa lari 3 kali mulai dari lingkungan pesantren dan diizinkan ke pantai. Kebetulan, pesantren Al Bayan berada dekat pantai Anyer.
Selain itu, Enzo juga sering ikut kegiatan yang sifatnya melatih fisik. Ia pernah diikutkan dalam perlombaan marathon di Kabupaten Serang. Di kalangan teman-temannya, ia sering melatih push up sebanyak 100 kali.
Demi Jadi Taruna Akmil, Enzo Blasteran Prancis Punya Pelatih Fisik di Pesantren
Serang -
Enzo Zens Allie, blasteran Prancis yang sudah jadi WNI pernah
pernah pesantren di Al Bayan, Anyer Serang. Saat mengambil pendidikan,
ia memiliki pelatih fisik demi mengenar cita-cita jadi anggota TNI.
Diungkapkan Kepala Sekolah Al Bayan, Deden Ramdhani, sosok Enzo memang dikenal ingin jadi anggota TNI saat berada di pesantren. Selepas salat Subuh, ia selalu menyempatkan lari keliling pondok. Bahkan, demi mengejar cita-citanta, Enzo diizinkan pihak pesantren dilatih fisik secara khusus.
"Saat kelas 12, saya beri izin Enzo untuk ngejar cita-citanya, diberikan izin latihan fisik di pantai, ada pelatih fisik," ujar Deden Ramdhani saat ditemui wartawan di Anyer, Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
Diungkapkan Kepala Sekolah Al Bayan, Deden Ramdhani, sosok Enzo memang dikenal ingin jadi anggota TNI saat berada di pesantren. Selepas salat Subuh, ia selalu menyempatkan lari keliling pondok. Bahkan, demi mengejar cita-citanta, Enzo diizinkan pihak pesantren dilatih fisik secara khusus.
"Saat kelas 12, saya beri izin Enzo untuk ngejar cita-citanya, diberikan izin latihan fisik di pantai, ada pelatih fisik," ujar Deden Ramdhani saat ditemui wartawan di Anyer, Serang, Banten, Rabu (7/8/2019).
Pihak
pesantren tahu bahwa Enzo ingin menjadi anggota TNI. Bahkan, ia pernah
dicurhati Enzo soal keinginannya menjadi TNI yang saleh. Enzo juga
memilih untuk menjadi warga negara Indonesia saat berumur 17 karena
ingin membela NKRI.
"Pak, mohon doanya saya ingin jadi prajurit saleh, ingin masuk Akmil," kata Kepala Sekolah Al Bayan,
Foto: Enzo saat sekolah pesantren di Al Bayan (dok Al Bayan)
|
Bahkan, guru di pesantren sering lihat Enzo berlatih fisik sendirian. Sehari, ia bisa lari 3 kali mulai dari lingkungan pesantren dan diizinkan ke pantai. Kebetulan, pesantren Al Bayan berada dekat pantai Anyer.
Selain itu, Enzo juga sering ikut kegiatan yang sifatnya melatih fisik. Ia pernah diikutkan dalam perlombaan marathon di Kabupaten Serang. Di kalangan teman-temannya, ia sering melatih push up sebanyak 100 kali.
"Saat kelas 11 cenderung hobi memanah. Kalau keahlian push up jangan diragukan, satu hari bisa 100 lebih," ujarnya.
Guru Bahasa Indonesia, Yudi Damanhuri menambahkan, Enzo juga dikenal ulet dan punya antusias. Ia juga tidak punya kesulitan berbahasa Indonesia.
"Dia mau belajar dan antusias. Bahasa Indonesianya lancar," ujar Yudi menambahkan.
Guru Bahasa Indonesia, Yudi Damanhuri menambahkan, Enzo juga dikenal ulet dan punya antusias. Ia juga tidak punya kesulitan berbahasa Indonesia.
"Dia mau belajar dan antusias. Bahasa Indonesianya lancar," ujar Yudi menambahkan.
Foto: Salah satu guru Enzo di Pesantren (dok Al Bayan)
Sumber Berita : https://news.detik.com/berita/4655917/demi-jadi-taruna-akmil-enzo-blasteran-prancis-punya-pelatih-fisik-di-pesantren
Cerita Ibunda soal Cita-cita Enzo Ingin Jadi Anggota TNI Sejak Kecil
Jakarta -
Ibunda Enzo Zenz Allie, Siti Hadiati Nahriah, bahagia putranya lolos seleksi Akmil TNI. Dia mengatakan menjadi prajurit TNI adalah cita-cita Enzo sejak kecil.
"Menjadi prajurit TNI, merupakan cita-citanya semenjak kecil," kata Siti dalam situs resmi TNI AD, yang dilansir detikcom, Selasa (6/8/2019).
Siti
mengungkapkan, ayah kandung Enzo, Jeans Paul Francois Allie, meninggal
dunia karena serangan jantung. Sejak saat itu, Siti memutuskan pindah
dari Prancis ke Indonesia bersama Enzo."Menjadi prajurit TNI, merupakan cita-citanya semenjak kecil," kata Siti dalam situs resmi TNI AD, yang dilansir detikcom, Selasa (6/8/2019).
Foto: Situs TNI AD
|
Lebih lanjut, Siti mengungkapkan keinginan Enzo menjadi prajurit TNI sejak kecil. Pada saat itu, Siti mengenang putranya kerap menggunakan baju tentara, termasuk senang berfoto dengan anggota Kopassus. Karena itu, dia bersyukur putranya bisa lolos.
"Enzo memacu diri mewujudkan cita-citanya dengan cara mengejar prestasi, di antaranya menjadi juara kedua lomba lari jarak 50 meter di Popda dan juara 1 lari jarak 400 meter dan 800 meter di Kejurkab," jelasnya.
Siti
menjelaskan, persiapan Enzo dalam seleksi calon taruna Akmil dilatih
oleh Letkol Arh Jatmiko Dandim 0503/JB. Setelah lulus seleksi, para
calon taruna Akmil akan menjalani pendidikan Candradimuka pada 6
Agustus-30 Oktober 2019 di Akmil.
Foto: Situs TNI AD
Sumber Berita : https://news.detik.com/berita/4654982/cerita-ibunda-soal-cita-cita-enzo-ingin-jadi-anggota-tni-sejak-kecil
Dubes Agus Maftuh Apresiasi Silaturahmi Anak Mbah Moen-Habib Rizieq
Jakarta -
Putra-putra KH Maimun Zubair atau Mbah Moen berkunjung
ke kediaman Habib Rizieq Syihab di Mekah, Arab Saudi. Duta Besar
Indonesia untuk Saudi, Agus Maftuh Abegebriel, mengapresiasi silaturahmi
yang dilakukan putra-putra Mbah Moen tersebut.
"Saya apresiasi silturrahim itu," kata Agus, Jumat (9/8/2019).
Dia mengatakan silaturahmi merupakan perintah Nabi. Agus juga mengenang
kalau Mbah Moen merupakan ulama yang gemar bersilaturahmi."Saya apresiasi silturrahim itu," kata Agus, Jumat (9/8/2019).
"Silaturahim merupakan perintah Kanjeng Nabi. Mbah Moen adalah seorang ulama yang sangat gemar dan semangat dalam melakukan silaturrahim," ucapnya.
Sebelumnya, foto putra-putra KH Maimun Zubair atau Mbah Moen berkunjung ke kediaman Habib Rizieq Syihab beredar di media sosial. Putra Mbah Moen, Taj Yasin Maimoen, membenarkan peristiwa itu.
"Iya, benar (berkunjung ke kediaman Habib Rizieq)," kata Taj Yasin, Kamis (8/8).
Gus Yasin mengatakan kunjungan ke rumah Habib Rizieq merupakan bagian dari silaturahmi. Dia mengatakan hal itu dilakukan di sela waktu ketika tengah berada di Arab Saudi.
Dia
juga membenarkan dalam kunjungan tersebut turut hadir KH Abdul Rouf
(Gus Rouf), KH Majid Kamil Maimoen (Gus Kamil), dan KH Zuhrul Anam
Hisyam.
Mbah Moen wafat di Mekah saat menjalankan ibadah haji pada Selasa (6/8) sekitar pukul 04.17 waktu Arab Saudi. Mbah Moen sempat disalatkan di Masjidil Haram.
Jenazah Mbah Moen lalu dimakamkan di kompleks pemakaman tertua di Mekah, Al Ma'la. Dalam momen itu, Habib Rizieq sempat datang dan berdoa di makam Mbah Moen.
Mbah Moen wafat di Mekah saat menjalankan ibadah haji pada Selasa (6/8) sekitar pukul 04.17 waktu Arab Saudi. Mbah Moen sempat disalatkan di Masjidil Haram.
Jenazah Mbah Moen lalu dimakamkan di kompleks pemakaman tertua di Mekah, Al Ma'la. Dalam momen itu, Habib Rizieq sempat datang dan berdoa di makam Mbah Moen.
Keluarga KH Maimun Zubair atau Mbah Moen Silaturahmi ke Habib Rizieq Syihab (Foto: Istimewa)
Sumber Berita : https://news.detik.com/berita/d-4659991/dubes-agus-maftuh-apresiasi-silaturahmi-anak-mbah-moen-habib-rizieq
MEMAHAMI RADIKALISME
DennySiregar.id, Jakarta - Saya membagi radikalisme itu dalam empat tingkatan.
Tingkatan paling tinggi adalah produsen.
Produsen ini adalah pencipta, penggerak termasuk penyandang dana gerakan radikal.
Ini kelompok kecil yang menciptakan model khilafah untuk kepentingan ekonomi dengan bahasa ideologi. Mereka sudah punya tujuan besar dan jangka panjang dengan dana yang tidak terbatas. Produsen ini bukan hanya perorangan, bisa juga negara. Tujuannya untuk membangun negara khilafah bisa macam-macam, mulai dari penguasaan sumber daya alam sampai jualan senjata.
Tingkatan menengah adalah distributor.
Pendistribusian konsep khilafah ini menarik. Mereka menggunakan banyak elemen mulai "ustad" "ulama" bahkan sampai lembaga donasi dan NGO seperti White Helmet di Suriah. Mereka melakukan perekrutan, pengkaderan sampai penempatan orang-orang mereka yang sudah masuk pada level menengah atau disebut sebagai agen. Distributor ini berfungsi sebagai pihak yang menghubungkan antara Produsen dan agen.
Dibawah distributor ada agen.
Agen-agen ini biasanya kader matang yang sudah mendapatkan pelatihan dan juga pendanaan. Biasanya bajunya agamis dan mentasbihkan diri sebagai tokoh agama. Mereka inilah yang bergerak di lapangan. Infiltrasi kepada lembaga negara termasuk TNI melalui agen-agen ini dan dilakukan lewat pengajian, jumatan dan hal-hal yang berbau keagamaan.
Agen ini biasanya ideologis. Sudah sulit diubah pemikirannya karena merekalah pembawa pesan di lapangan. Tujuan mereka merekrut dan menjual produk agama sebanyak-banyaknya melalui komunitas sekaligus menciptakan jaringan-jaringan di masyarakat, bisa melalui ormas-ormas.
Tingkatan paling bawah dan "paling banyak" adalah konsumen.
Mereka adalah orang-orang awam yang tertarik dengan konsep khilafah melalui propaganda di tempat-tempat ceramah. Pengetahuan mereka tentang agama biasanya minim, karena itu menjadi sangat fanatik.
Saya sebenarnya lebih suka menyebut konsumen dalam konsep ini sebagai korban. Mereka inilah yang disebut sebagai orang yang "terpapar".
Ideologinya terbatas dari ilmu yang mereka dapat dari "ustad"nya atau orang yang digelari "ulama" atau "habib". Ada yang sekedar ikut-ikutan trend, gagah-gagahan dan ada yang juga yang niat awalnya ingin memulai hidup lebih baik dengan konsep "hijrah".
Dalam melawan radikalisme, saya selalu mengajak banyak pihak untuk merangkul para korban ini dan memberikan mereka pemahaman yang benar. Mereka hanya dimanfaatkan oleh pihak tertentu saja karena kekurangan pengetahuan.
Banyak dari mereka yang sebenarnya sudah kembali kepada NKRI melalui gerakan ustad dan ulama yang cinta negeri, juga melalui program deradikalisasi. Mereka punya kesempatan yang sama hanya butuh waktu pendewasaan dalam memahami agama. Kelak dengan pendekatan yang tepat dan pergaulan yang luas, para konsumen ini akan kembali ke masyarakat biasa.
Sebagian lagi malah menjadi militan karena menjauhkan diri dari pergaulan. Mereka inilah yang potensial menjadi pengantin bom bunuh diri.
Membasmi radikalisme akan berhasil jika kita semua memahami tingkatan-tingkatan ini.
Kita hantam habis-habisan tiga tingkat diatas konsumen dan simbol-simbol mereka, dan merangkul para konsumen atau korban supaya tidak menjadi bagian dari radikalisme.
Kalau kita menghantam semua, maka kelak negeri ini akan pecah berantakan karena itu sama saja dengan memerangi saudara sebangsa sendiri.
Semoga paham, teman. Seruput kopinya..
Re-post by MigoBerita / Sabtu/10082019/11.00Wita/Bjm
2 komentar
Terimakasih, infonya..
Jangan lupa mampir kesini http://bit.ly/2JNya8h
Sama-sama ^_^