BANJARMASINPOST.CO.ID, BOGOR - Detasemen Khusus (Densus) 88 Mabes Polri mengamankan seorang dosen Institut Pertanian Bogor (IPB) berinisial AB.
AB diduga menginisiasi dan menggerakkan pembuatan bom molotov untuk aksi Mujahid 212, Sabtu (28/9/2019).
Selain AB, polisi turut mengamankan lima terduga pelaku lain, yakni SG, YF, AU, OS dan SS.
AB diduga menginisiasi dan menggerakkan pembuatan bom molotov untuk aksi Mujahid 212, Sabtu (28/9/2019).
Selain AB, polisi turut mengamankan lima terduga pelaku lain, yakni SG, YF, AU, OS dan SS.
Berdasarkan informasi, AB diamankan di Jalan
Maulana Hasanudin, Kecamatan Cipondoh, Tangerang Kota. Polisi juga
turut menemukan 29 bom molotov.
Kepala Biro Humas IPB Yatri Indah Kusumastuti menyebut, pihak kampus merasa terkejut dan sangat prihatin terhadap kabar tersebut.
Penulis adalah Jurnalis Jejakrekam.com
Mantan Pimpinan Redaksi LPM Kinday ULM
Kepala Biro Humas IPB Yatri Indah Kusumastuti menyebut, pihak kampus merasa terkejut dan sangat prihatin terhadap kabar tersebut.
Yatri menegaskan, apa yang dilakukan oleh yang bersangkutan tidak ada sangkut pautnya dengan kampus IPB.
Terhadap kasus tersebut, sambung Yatri, pihak kampus menghormati proses hukum yang berlaku.
"Dugaan aktivitas yang dilakukan adalah tidak ada kaitannya dengan tugas yang bersangkutan sebagai dosen IPB dan menjadi tanggung jawab penuh yang bersangkutan sebagai pribadi," ucap Yatri, dalam siaran pers yang diterima KOMPAS.com, Minggu (29/9/2019).
Dirinya menambahkan, saat ini pihak kampus masih terus berusaha mencari informasi dan kejelasan mengenai hal tersebut kepada pihak yang berwenang untuk mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya.
Sementara itu, Rektor IPB University Arif Satria dikabarkan tengah menjenguk AB di Polda Metro Jaya.
"Saya terkejut sekali dengan berita tersebut. Malam ini saya menjenguk beliau di Polda Metro dan koordinasi dengan polisi," kata Arif, melalui pesan singkatnya.
AN ditangkap lantaran dituduh melanggar Pasal 1 ayat (1) UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 atas tindak pidana membuat, menguasai, membawa, menyimpan, mengangkut, menyerahkan dan atau berusaha menyerahkan bahan peledak.
Sumber Berita : https://banjarmasin.tribunnews.com/2019/09/30/gerakkan-pembuatan-bom-molotov-untuk-aksi-mujahid-212-seorang-dosen-ipb-dibekuk-densus-88
Terhadap kasus tersebut, sambung Yatri, pihak kampus menghormati proses hukum yang berlaku.
"Dugaan aktivitas yang dilakukan adalah tidak ada kaitannya dengan tugas yang bersangkutan sebagai dosen IPB dan menjadi tanggung jawab penuh yang bersangkutan sebagai pribadi," ucap Yatri, dalam siaran pers yang diterima KOMPAS.com, Minggu (29/9/2019).
Dirinya menambahkan, saat ini pihak kampus masih terus berusaha mencari informasi dan kejelasan mengenai hal tersebut kepada pihak yang berwenang untuk mendapatkan informasi yang sebenar-benarnya.
Sementara itu, Rektor IPB University Arif Satria dikabarkan tengah menjenguk AB di Polda Metro Jaya.
"Saya terkejut sekali dengan berita tersebut. Malam ini saya menjenguk beliau di Polda Metro dan koordinasi dengan polisi," kata Arif, melalui pesan singkatnya.
AN ditangkap lantaran dituduh melanggar Pasal 1 ayat (1) UU Darurat Nomor 12 Tahun 1951 atas tindak pidana membuat, menguasai, membawa, menyimpan, mengangkut, menyerahkan dan atau berusaha menyerahkan bahan peledak.
PERSDA NETWORK/BINA HARNANSA
Ilustrasi Densus 88
SURAT UNTUK MAHASISWA YANG SUKA DEMO
DennySiregar.id, Jakarta - “Lewat sono macet,
bang.. ada demo mahasiswa, jalan ditutup."
Begitu kata
driver ojol kepadaku. "Ya, sudahlah. Lewat mana aja terserah yang penting
nyampe.." Kataku. Dan kamipun meluncur membelah jalan Jakarta menuju
sebuah tempat.
"Adek-adek
mahasiswa itu gak tau susahnya nyari kerja.." Kata driver ojol itu membuka
pembicaraan. Ah, menarik nih. Daripada bengong sendirian, lebih baik dengar
cerita sang driver.
"Gua
juga dulu kayak mereka, bang. Ada demo, kita jalan. Ya maklumlah anak muda.
Kuliah cuman buat hura hura doang. Pokoknya demo itu bikin senang. Bisa seru-seruan.
Lagian gagah, kan ? Bisa pamer foto ma cewe..." Dia ketawa sendiri.
Saya jadi
senyum. Mendengar cerita tentang kehidupan seseorang itu menyenangkan. Seakan
bisa menyelami apa yang dia rasakan.
"Kuliah
sih lulus. Gampang sih lulusnya. Cuman habis lulus ngelamar kemana-mana gak
dapet kerja. Gua gak punya skill, nyesel juga dulu gak sibuk kerja sambil
kuliah.
Kalau dulu
gua kerja nyambi kuliah kan seenggaknya gua ada yang bisa ditawarkan. Lah,
modal cuman ijazah doang kemampuan gak ada, mana mau perusahaan nerima?"
Dia ketawa.
Saya paling
kagum sama orang yang bisa menertawakan pahitnya kehidupan. Orang seperti ini
tipikal orang yang survive di kerasnya jalanan.
"Makanya
pas gua liat mahasiswa itu pada demo, apalagi sampe bakar-bakaran, gua ketawa.
Gua bilang, bentar lagi lu lulus baru kerasa kerasnya hidup. Sekarang aja
apa-apa dari orangtua. Gak kerasa.
Daripada
mikir negara kejauhan, mending deh mikir masa depan lu entar gimana. Kalo yang
ketua-ketua mahasiswa itu sih enak, nanti dapet banyak. Nah elu, mahasiswa
setengah aja, sok belagu pake nuntut segala.." Dia mulai merepet dengan
gayanya yang lucu.
Saya ketawa,
"Kayaknya nyeritain diri sendiri ya, bang ?" Tanyaku.
Dia langsung
ngakak. "Iye, bang. Gua nyesel juga. Coba gua bisa puter waktu kebelakang,
asli gua pengen ngubah hidup gua.." Kamipun ketawa bersama dan tidak
terasa sudah sampai.
"Gak
ngisi Gopay, bang ?" Matanya berharap.
"Oke. Tolong isiin sekian.." Kulihat
wajahnya berbinar karena poinnya nambah. Ada sesuatu yang bisa dia bawa ke
rumah, untuk anak istrinya.
Kamipun
berpisah dan satu pelajaran lagi kudapat.
Waktunya seruput kopi. Kutulis apa yang kudapat tadi
supaya pesannya bisa sampai, siapa tahu berguna buat sebagian orang..
Sumber Opini : https://www.dennysiregar.id/2019/09/surat-untuk-mahasiswa-yang-suka-demo.html
KINI, para kaum intelektual lintas perguruan tinggi serentak turun ke jalan, menyuarakan aspirasinya. Aktivis mahasiswa telah turun ke jalan ,menyampaikan penolakan RUU KPK yang dinilai cacat prosedural akan tetapi telah disahkan. Aksi massa menolak UU KPK terletak di isi undang-undang yang bakal melemahkan kerja-kerja lembaga anti rasuah itu.
Terkini pada Selasa (24/9/2019) nyaris seribuan massa mahasiswa dari lintas perguruan tinggi menggeruduk Kantor Setdaprov Kalsel di Banjarbaru. Massa berseragam almamater kampus itu menyuarakan persoalan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang marak terjadi beberapa waktu belakangan kepada Gubernur Sahbirin Noor, orang nomor satu di Kalimantan Selatan.
Berdasarkan penilaian jejakrekam.com, aksi demonstrasi terbesar selama nyaris empat tahun kepemimpinan Birin. Massa bergerak menuntut pemerintah daerah yang dinilai terlampau banyak pencitraan, namun lamban dan tidak bertindak serius dalam menanggulangi kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Banua.
Birin pun di hadapan massa mahasiswa ini berjanji akan menyelesaikan permasalahan kabut asap akibat karhutla dalam tempo secepatnya.
Aksi massa ini nampaknya bak bola salju terus menggelinding dan makin membesar merespon serangkaian kebijakan pemerintah yang dinilai lebih condong melayani kepentingan oligarki ketimbang rakyat.
DPR RI menjadi sasaran tembak penyebab mahasiswa dari berbagai kota di tanah air termasuk Banjarmasin turun ke jalan. Menjelang purnatugas, wakil rakyat di Senayan Jakarta ini mengambil langkah kontroversial, ‘kejar tayang’ mengambil keputusan strategis merancang sejumlah UU, diantaranya Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP), RUU Pertanahan, RUU Minerba, RUU Pemasyarakatan, dan RUU Ketenagakerjaan.
Semangat pemberantasan korupsi seolah dikerdilkan setelah lembaga anti rasuah dilemahkan melalu revisi UU KPK, kali ini melalui RUU KUHP yang telah disepakati Panitia Kerja (Panja) dan pemerintah ini sejatinya hanya tinggal disahkan di rapat paripurna DPR RI di Jakarta.
Salah satu yang bermasalah dalam RKUHP adalah dugaan akan memanjakan koruptor. Sejumlah pasal yang mengatur tindak pidana korupsi di RKUHP justru dilengkapi hukuman yang lebih ringan dibanding UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi atau UU Tipikor.
Dalam Pasal 604 RKUHP, disebutkan seorang koruptor dihukum minimal
penjara dua tahun dan minimal denda Rp 10 juta. Sementara dalam Pasal 2
UU Tipikor yang memiliki rumusan sama persis, hukuman penjara itu
minimal empat tahun dan denda minimal Rp1 miliar.
Seakan belum cukup, DPR RI kembali memanjakan koruptor dengan RUU Pemasyarakatan, dalam rancangan beleid ini terkandung sejumlah pasal kontroversial. Di dalam draf RUU PAS, DPR dan pemerintah seperti mempermudah napi korupsi dapat remisi.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, syarat koruptor mendapat remisi adalah ia mengantongi rekomendasi KPK. Sementara salah satu kriteria untuk memperoleh rekomendasi, ia harus menjadi pelaku yang bekerja sama dengan penegak hukum alias justice collaborator. Masalahnya, dalam draf RUU PAS, PP ini ditiadakan. Pemerintah dan DPR mengembalikan aturan pelaksanaan remisi ke PP Nomor 32 Tahun 1999.
Kemudian dalam rancangan RUU KUHP ada sejumlah pasal karet yang mengancam kebebasan berpendapat dan tentunya berpotensi menghambat kerja-kerja jurnalistik dan dapat menjerat para jurnalis ke ranah hukum. Lintas organisasi jurnalis seperti AJI dan IJTI pun mengecam isi RUU KUHP yang berpotensi berbenturan dengan UU Pers yang menjamin dan melindungi kerja-kerja jurnalis.
Jika revisi tersebut disahkan dan menjadi undang-undang, maka tak menutup kemungkinan pers akan dibungkam seperti saat Orde Baru. Pemerintah dan parlemen boleh saja menguasai segalanya, namun rakyat dan mahasiswa tidak akan pernah bungkam, terus bergerak menyuarakan ketidakadilan.
Kelak sejarah akan mencatat di tengah pemerintah semakin menunjukkan jati diri otoritarianisme, rakyat, mahasiswa, pemuda dan mahasiswa idealis, independen dan kritis berdiri serentak dan melawan. Dan ingatlah pesan dari Tan Malaka “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda.” So, kami bersama kalian.
Kami Bersama Gerakan Rakyat dan Mahasiswa!
GERAKAN aktivis mahasiswa di Kalimantan Selatan nampaknya telah bangun dari tidur panjangnya. Diawali dari aksi saat pelantikan DPRD Provinsi Kalsel dan DPRD Kota Banjarmasin, awal September lalu.KINI, para kaum intelektual lintas perguruan tinggi serentak turun ke jalan, menyuarakan aspirasinya. Aktivis mahasiswa telah turun ke jalan ,menyampaikan penolakan RUU KPK yang dinilai cacat prosedural akan tetapi telah disahkan. Aksi massa menolak UU KPK terletak di isi undang-undang yang bakal melemahkan kerja-kerja lembaga anti rasuah itu.
Terkini pada Selasa (24/9/2019) nyaris seribuan massa mahasiswa dari lintas perguruan tinggi menggeruduk Kantor Setdaprov Kalsel di Banjarbaru. Massa berseragam almamater kampus itu menyuarakan persoalan kabut asap akibat kebakaran hutan dan lahan (karhutla) yang marak terjadi beberapa waktu belakangan kepada Gubernur Sahbirin Noor, orang nomor satu di Kalimantan Selatan.
Berdasarkan penilaian jejakrekam.com, aksi demonstrasi terbesar selama nyaris empat tahun kepemimpinan Birin. Massa bergerak menuntut pemerintah daerah yang dinilai terlampau banyak pencitraan, namun lamban dan tidak bertindak serius dalam menanggulangi kebakaran hutan dan lahan yang terjadi di Banua.
Birin pun di hadapan massa mahasiswa ini berjanji akan menyelesaikan permasalahan kabut asap akibat karhutla dalam tempo secepatnya.
Aksi massa ini nampaknya bak bola salju terus menggelinding dan makin membesar merespon serangkaian kebijakan pemerintah yang dinilai lebih condong melayani kepentingan oligarki ketimbang rakyat.
DPR RI menjadi sasaran tembak penyebab mahasiswa dari berbagai kota di tanah air termasuk Banjarmasin turun ke jalan. Menjelang purnatugas, wakil rakyat di Senayan Jakarta ini mengambil langkah kontroversial, ‘kejar tayang’ mengambil keputusan strategis merancang sejumlah UU, diantaranya Rancangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana (RKUHP), RUU Pertanahan, RUU Minerba, RUU Pemasyarakatan, dan RUU Ketenagakerjaan.
Semangat pemberantasan korupsi seolah dikerdilkan setelah lembaga anti rasuah dilemahkan melalu revisi UU KPK, kali ini melalui RUU KUHP yang telah disepakati Panitia Kerja (Panja) dan pemerintah ini sejatinya hanya tinggal disahkan di rapat paripurna DPR RI di Jakarta.
Salah satu yang bermasalah dalam RKUHP adalah dugaan akan memanjakan koruptor. Sejumlah pasal yang mengatur tindak pidana korupsi di RKUHP justru dilengkapi hukuman yang lebih ringan dibanding UU Nomor 31 Tahun 1999 tentang Tindak Pidana Korupsi atau UU Tipikor.
Seakan belum cukup, DPR RI kembali memanjakan koruptor dengan RUU Pemasyarakatan, dalam rancangan beleid ini terkandung sejumlah pasal kontroversial. Di dalam draf RUU PAS, DPR dan pemerintah seperti mempermudah napi korupsi dapat remisi.
Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 99 Tahun 2012, syarat koruptor mendapat remisi adalah ia mengantongi rekomendasi KPK. Sementara salah satu kriteria untuk memperoleh rekomendasi, ia harus menjadi pelaku yang bekerja sama dengan penegak hukum alias justice collaborator. Masalahnya, dalam draf RUU PAS, PP ini ditiadakan. Pemerintah dan DPR mengembalikan aturan pelaksanaan remisi ke PP Nomor 32 Tahun 1999.
Kemudian dalam rancangan RUU KUHP ada sejumlah pasal karet yang mengancam kebebasan berpendapat dan tentunya berpotensi menghambat kerja-kerja jurnalistik dan dapat menjerat para jurnalis ke ranah hukum. Lintas organisasi jurnalis seperti AJI dan IJTI pun mengecam isi RUU KUHP yang berpotensi berbenturan dengan UU Pers yang menjamin dan melindungi kerja-kerja jurnalis.
Jika revisi tersebut disahkan dan menjadi undang-undang, maka tak menutup kemungkinan pers akan dibungkam seperti saat Orde Baru. Pemerintah dan parlemen boleh saja menguasai segalanya, namun rakyat dan mahasiswa tidak akan pernah bungkam, terus bergerak menyuarakan ketidakadilan.
Kelak sejarah akan mencatat di tengah pemerintah semakin menunjukkan jati diri otoritarianisme, rakyat, mahasiswa, pemuda dan mahasiswa idealis, independen dan kritis berdiri serentak dan melawan. Dan ingatlah pesan dari Tan Malaka “Idealisme adalah kemewahan terakhir yang hanya dimiliki oleh pemuda.” So, kami bersama kalian.
Penulis adalah Jurnalis Jejakrekam.com
Mantan Pimpinan Redaksi LPM Kinday ULM
Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2019/09/26/kami-bersama-gerakan-rakyat-dan-mahasiswa/
Mendukung Jokowi bukan berarti menjilat Jokowi. Mendukung Jokowi bukan berarti ini melulu soal Jokowi. Mendukung Jokowi berarti melindungi kepentingan yang lebih besar untuk NKRI. #SayaBersamaJokowi
Silahkan Klik Videonya disini : https://www.youtube.com/watch?v=UTYM2WF5tnw
Mendukung Jokowi bukan berarti menjilat Jokowi. Mendukung Jokowi bukan berarti ini melulu soal Jokowi. Mendukung Jokowi berarti melindungi kepentingan yang lebih besar untuk NKRI. #SayaBersamaJokowi
Silahkan Klik Videonya disini : https://www.youtube.com/watch?v=UTYM2WF5tnw
Ada yang Ingin Indonesia Berdarah-darah Seperti Suriah
Apa yang saya
katakan bukanlah hoax. Apa yang saya katakan di sini adalah pembacaan
saya terhadap sejarah dan terhadap kronologi yang terjadi belakangan
ini.
Penulis berpikir dan masih sempat positif
ketika melihat bagaimana rangkaian hoax operasi plastik Ratna Sarumpaet
sampai kepada kerusuhan Mei 2019 itu merupakan aksi untuk bikin onar
saja.
Tapi
ini lebih dari “hanya sekedar ingin cari keonaran”. Ada orang-orang
kuat di belakang yang ingin mensuriahkan Indonesia. Benar-benar ingin
menghancurkan Indonesia. Mereka ingin melihat – secara sederhananya –
Indonesia berdarah-darah.
Banyak media
mainstream yang tidak membahas hal ini. Mereka lebih asyik mencibir
Jokowi dan menghina Jokowi terhadap diamnya dirinya terhadap RKUHP dan
UU KPK yang disahkan.
Media mainstream lebih memilih untuk diam terhadap potensi aksi terorisme dan pemecahan Indonesia.
Berbagai
media mainstream kompak untuk menutup berita penangkapan Laksamana
Purnawirawan SS terkait pembuatan bom Molotov untuk demonstrasi Mujahid
212. Ada juga beberapa orang lain seperti dosen IPB berinisial AB.
Ditangkap
pada sabtu dini hari, karena tuduhan melanggar pasal 1 ayat 1 UU
Darurat Nomor 12 Tahun 1951 atas tindak pidana membuat, menguasai,
membawa, menyimpan, mengangkut, menyerahkan dan atau berusaha
menyerahkan bahan peledak.
Media mainstream
ramai-ramai menutup keran berita itu. Mereka tidak terlalu banyak
memberi informasi. Kalau pun ada, itu hanya sedikit. Mereka entah
mengapa, lebih asyik untuk melakukan pengerdilan karakter terhadap
Jokowi. Apakah ini merupakan konspirasi?
Mengapa? Karena penemuan 29 bom Molotov ini adalah hal yang serius.
Bangsatnya,
polisi menemukan 29 bom Molotov di kediaman dosen IPB tersebut di
daerah Bogor. 29 bom Molotov cukup untuk membuat Indonesia hancur dan
Jokowi turun. Untung saja kita ada densus anti teroris, bekerjasama
dengan pihak TNI dan semuanya akhirnya terungkap.
Coba
bayangkan jika mereka berhasil mendistribusikan bom Molotov, dan
melakukan aksi bunuh diri atau pelemparan bom di daerah-daerah padat
demonstran. Jokowi lagi akan disalahkan.
Dalam
waktu yang berdekatan, anak tiri dari Sri Bintang Pamungkas pun
ditangkap oleh polisi karena keberadaan narkoba, dan ia mengonsumsi dan
juga mengedarkan. Hukuman mati menjadi puncaknya. Tergantung hakim mau
kasih mati atau tidak. Dan tergantung juga dari pihak jaksa penuntut mau
berikan tuntutan itu atau tidak.
Densus
88 dalam aksi penyelundupan, penyebaran dan potensi rusuh ini menangkap
5 orang. Siapa saja? A, S YF, AU dan OS. Saya tidak mau menyebut
namanya, karena sampai sekarang, saya agak ragu-ragu karena apa? Karena
belum ada media mainstream yang memberitakan itu – sepengetahuan saya.
Semoga saja ini hanyalah ketakutan penulis.
Yang
pasti, ada orang-orang yang diduga menjadi oposisi Jokowi, masih belum
rela menerima kekalahannya. Mereka pendukung siapa? Tidak perlu saya
sebut.
Rasanya terlalu bodoh jika saya sebut nama junjungan mereka. Coba kalian pikirkan sendiri. Jokowi, menjadi target utama mereka.
Mereka siap melemparkan bom Molotov. Kalau gak mau dilempar, buat apa dibuat? Kan tolol.
Tidak
mungkin mereka buat 29 bom Molotov hanya untuk senang-senang dan ingin
dipajang. Bentuknya aja kayak titit dibungkus plester. Jadi, ini adalah
upaya perusakan Indonesia secara massal.
Apakah
mahasiswa tolol itu masih memiliki idealisme bahwa mereka tidak
disusupi? Saya kira, itu adalah sebuah idealisme dungu yang ujungnya
hanya akan menghabisi nyawa mereka sendiri.
Yasonna
Laoly sudah mewanti-wanti agar jangan sampai mahasiswa disusupi. Saya
melihat, mereka masih jumawa dan merasa tidak mungkin disusupi. Sok
jagoan kayak 741-nya, mereka malah menantang dan memberikan suara
lantang mengatakan bahwa “Kami disusupi! Kami disusupi kepentingan
rakyat!”.
Sungguh kuingin berkata biadab dan
isi septic tank yang ada di bawah kloset saya. Tapi demi kaidah
jurnalisme sopan, saya tidak akan mengatakan itu. Ya, sekadar
mancing-mancing saja.
Jadi setelah mahasiswa
semakin terlihat bodoh, saya harus mengakui bahwa mahasiswa sekarang ini
harus lebih cerdas. Sebelum demo, baca dulu UU KPK dan RKUHP nya.
Jangan asal nyablak.
Kalian ini kalau asal-asalan, ujungnya adalah bukan lagi kalian yang hancur. Kalian akan menarik indonesia ikutan hancur.
Begitulah hancur-hancur.
Sumber Opini : https://seword.com/umum/ada-yang-ingin-indonesia-berdarahdarah-seperti-Pq9mrx97Xm
Melihat Jejak Digital Postingan Ketua BEM UGM M. Atiatul Muqtadir
Sebelum penulis
masuk ke inti tulisan, penulis ingin menyampaikan bahwa penulis juga
pernah merasakan jadi mahasiswa jadi sudah paham apa dan bagaimana
situasi di kampus.
Dan kali ini penulis akan
membahas tentang salah satu Ketua BEM yang yang katanya lagi trending di
kalangan tetangga sebelah yang bernama Muhammad Atiatul Muqtadir.
Ini penampakannya…
Mari kita bahas sekilas tentang dirinya…
Muhammad
Atiatul Muqtadir atau yang sering disapa dengan Fathur, lahir di
Palembang, 1 Agustus 1998. Dia masuk ke Universitas Gadjah Mada (UGM)
dengan jalur SNMPTN pada tahun 2015.
Pada tahun
pertama di UGM, Atiatul Muqtadir menjadi bagian dari Keluarga Mahasiswa
Muslim Fakultas Kedokteran Gigi (FKG) dan Badan Eksekutif Mahasiswa
(BEM) FKG. Menginjak tahun kedua, Atiatul menjadi ketua BEM FKG. Di
tahun yang sama, Fathur juga menjadi anggota Senat FKG se-Indonesia.
Dia memiliki akun twitter yang beralamat di https://twitter.com/fathuurr_
Dia juga memiliki alamat instagram di https://www.instagram.com/fathuurr_/
Oh iya, dia memiliki cita-cita menjadi Menteri Kesehatan Republik Indonesia...
Penulis menemukan salah satu cuitannya yang menolak undangan Presiden Jokowi seperti yang terlihat berikut ini:
Dia
menolak undangan Presiden Jokowi untuk berdiskusi langsung, padahal
dalam acara diskusi di salah satu TV swasta beberapa waktu yang lalu,
terlihat jelas jika dia sendiri yang mengatakan bahwa kekerasan hanya
akan menghasilkan kekerasan, lalu dia mengajak untuk melakukan hal-hal
yang lebih humanis, dan dia sendiri mengatakan daripada capek keliling di kampus, kita omong di istana saja seperti yang terlihat dalam cuplikan berikut ini:
Baru beberapa hari yang lalu, ketua BEM UGM ini
ingin bicara langsung di istana negara dan sekarang dia menolak undangan
Presiden Jokowi?
Jadi sudah kelihatan “wataknya” seperti apa, masih bisa dipercaya???
Penulis juga menemukan postingan di instagramnya seperti yang terlihat berikut ini:
Dalam postingan di akun instagramnya tersebut, dia membagikan foto aksi demo yang salah satunya berbunyi cabut Perppu Ormas!
Apakah ini artinya dia juga tidak setuju dengan Perrpu Ormas?
Bukankah
dengan Perppu tersebut, pemerintahan Presiden Jokowi bisa membubarkan
ormas yang mengancam keutuhan NKRI atau ormas yang bertentangan dengan
Pancasila? Sumber
Penulis
sendiri secara pribadi MENDUKUNG Perppu Ormas karena bisa membubarkan
Hizbut Tahrir Indonesia yang merupakan salah satu “antek" asing yang
sudah banyak melakukan perebutan kekuasaan (kudeta) berkedok menegakkan
khilafah!
Bagi yang ingin mengetahui fakta beberapa kudeta yang dilakukan oleh Hizbut Tahrir, silahkan klik di https://kumparan.com/@kumparannews/deretan-upaya-kudeta-oleh-hizbut-tahrir
Yang
lebih mengejutkan lagi, penulis mendapatkan informasi tentang postingan
ketua BEM UGM terkait Suriah dari sesama penulis Seword yang bernama Bani
Penulis lalu melihat langsung postingan tersebut dalam akun instagram milikya berikut ini:
Dalam postingannya, dia menuliskan secara jelas kalimat berikut ini:
Ya
Allah, turunkanlah hukuman-Mu pada Bashar Asad dan para penolongnya
yang telah melakukan kezhaliman dengan membunuh saudara-saudara kami di
Aleppo khususnya dan Suriah umumnya...
Apakah ini artinya dia ”anti” terhadap Presiden Bashar Al Assad yang merupakan Presiden Suriah yang sah di sana???
Yang
mirisnya, di salah satu postingannya yang lain, dia (sok) paling peduli
tentang Palestina seperti yang terlihat berikut ini:
Aneh, tapi nyata…
Di
satu sisi, dia (sok) paling peduli tentang Palestina, tetapi di sisi
yang lain dia “anti” terhadap Presiden Suriah Bashar Al Assad!
Apakah
dia tahu jika dalam liga Gaza-Arab di Doha, Qatar pada tahun 2009
silam, Presiden Suriah adalah orang yang BERANI meminta negara arab
untuk menutup semua kedutaan Israel di Arab dan meminta negara-negara
Arab untuk membantu rakyat Palestina seperti yang terlihat dalam video
berikut ini:
Apakah Ketua BEM UGM yang lahir kemarin sore ini
tahu jika Menlu Amerika, Menlu Turki dan pimpinan pemberontak Suriah
pernah melakukan pertemuan bersama seperti yang dimuat dalam situs https://www.voaindonesia.com/a/as-janji-gandakan-bantuan-bagi-oposisi-suriah/1645855.html
Apakah
Ketua BEM UGM ini tahu jika Amerika, Israel dan sekutunya adalah pihak
yang berada di belakang dan membiayai pemberontak Suriah seperti yang
diberitakan oleh media nasional dan internasional berikut ini:
Pemberontak Suriah yang "dibeking" Amerika bekerjasama dengan Al-Qaeda:
CIA memasok senjata kepada pemberontak Suriah:
Obama minta parlemen setujui 500 juta dollar untuk pemberontak Suriah:
Pemerintah Israel membayar gaji pemberontak Suriah:
Jadi
semakin jelas jika Amerika, Zionis dan sekutunya adalah pihak yang
ingin menggulingkan Presiden Suriah yang BERANI melawan Israel!
Jadi
sungguh sangat aneh ada yang (sok) paling peduli Palestina tetapi malah
“anti” terhadap Presiden Suriah yang BERANI melawan Israel!!!
Logika sajalah, jika Presiden Suriah jatuh, siapa yang untung???
Pasti Amerika, Israel dan sekutunya!
Dan Ketua BEM UGM yang bernama Muhammad Atiatul Muqtadir ini malah mendoakan agar Presiden Suriah yang sah dihukum oleh Tuhan???
Ente
mau “menyukseskan” misi Amerika untuk menggulingkan tujuh negara di
Timur Tengah dalam lima tahun, dimulai dari Irak, lalu Suriah, Libanon,
Libya, Somalia, Sudan, dan akhirnya Iran seperti yang diberitakan dalam
situs https://www.merdeka.com/dunia/keterlibatan-hizbut-tahrir-dalam-agenda-as-gulingkan-rezim-timteng.html
Ssstttt, penulis juga menemukan postingannya untuk membebaskan Dhandy yang katanya ditangkap karena benar.
Faktanya,
Dhandy Dwi Laksono ditangkap dan dijadijan tersangka terkait cuitannya
tentang kerusuhan di Jayapura dan Wamena seperti yang diberitaka dalam
situs https://news.detik.com/berita/d-4723837/ini-cuitan-soal-papua-yang-bikin-dandhy-laksono-jadi-tersangka
Jadi sebenarnya Dhandy ditangkap karena benar atau karena cuitannya “provokasinya” terkait kerusuhan di Jayapura dan Wamena?
Ketua BEM UGM berani jawab?
Katanya aksi yang kalian lakukan murni, tidak ada kepentingan lalu membela Dhandy juga?
Padahal Dhandy secara tegas mengatakan jika ada Presiden yang jatuh, anggap saja sebagai bonus:
Bahkan Dhandy secara terang-terangan melecehkan Presiden Indonesia yang sah seperti terlihat dalam postingannya!
Jadi sebenarnya apa yang kalian inginkan???
Terus menerus demo yang bisa membuat situasi yang tidak kondusif???
Membela
Dhandy yang katanya benar tetapi terbukti melecehkan Presiden Indonesia
yang sah dipilih oleh mayoritas rakyat Indonesia???
Kesimpulan…
- Beberapa hari yang lalu di dalam salah satu acara diskusi, Ketua BEM UGM ini mengataka ingin diskusi langsung di istana, tapi sekarang dia menolak undangan diskusi langsung dengan Presiden.
Jadi apakah omongan orang seperti ini bisa dipercaya?
- Dalam postingannya di instagramnya, dia memuat postingan yang salah satu fotonya adalah ada orang demo tolak Perppu Ormas.
Apakah ini artinya dia juga menolak Perppu Ormas
yang sudah berhasil membubarkan Hizbut Tahrir Indonesia yang sudah
banyak melakukan perebutan kekuasaan (kudeta) dengan kedok menegakkan
agama dan koar-koar tegakkan khilafah???
- Di salah satu postingannya, dia (sok) paling peduli tentang Palestina tetapi “anti” terhadap Presiden Suriah yang BERANI melawan Israel sejak tahun 2009!
- Jika Presiden Suriah Bashar Al Assad didoakan olehnya untuk mendapatkan hukuman dari Tuhan, jika Presiden Suriah jatuh yang untung pasti Amerika, Israel dan sekutunya yang memang ingin menggulingkan 7 negara di timur tengah termasuk Suriah dengan membentuk dan membiayai pemberontak Suriah!
Apakah doanya kepada Presiden Surah tersebut untuk “menyukseskan” misi Amerika, Israel dan sekutunya untuk menguasai Suriah???
- Masih percaya jika aksi mereka murni?
Membela Dhandy yang katanya benar tapi terbukti melecehkan Preside Jokowi yang merupakan Presiden Indonesia yang sah?!
Silahkan
pembaca setia Seword untuk menilai apa dan sendiri siapa sebenrnya
Ketua BEM UGM yang bernama Muhammad Atiatul Muqtadir ini…
Wassalam,
Nafys
Sumber Opini : https://seword.com/umum/melihat-jejak-digital-postingan-ketua-bem-ugm-m-OHZXNcWzzh
BEM UI Merasa jadi Perwakilan Rakyat? Permisi Gua Mau Muntah
Saya kecewa ketika
BEM UI mengambil dan mengklaim dirinya menyuarakan suara rakyat.
Pertanyaan saya, rakyat yang mana yang diwakilkan oleh BEM UI? Rakyat
yang kau bela itu berapa banyak?
Apakah rakyat
mu adalah para wadah pegawai KPK? Itu mah bukan rakyat, tapi itu adalah
kepentingan kelompok. Belajar gak sih lu? Atau cuman modal BEM udah
merasa jagoan? Setahu gue, BEM isinya orang-orang yang gak pinter.
Terbukti kan?
Kalau
kalian bicara tentang menyuarakan suara rakyat, seharusnya ada
survey-survey yang menguatkan dan memberikan konfirmasi mengenai
perkataan kalian.
Sebagai anak kampus,
seharusnya kalian berbicara berbasis data, bukan wani piro. Dung.
Misalnya ada data yang menunjukkan bahwa suara BEM memiliki korelasi
yang erat dengan suara rakyat begitu.
Sebagai
mantan mahasiswa, saya kecewa sekali dengan apa yang sudah dikoarkan dan
dibacotkan oleh BEM UI. BEM UI ini berbicara tanpa data dan tanpa basis
pengetahuan yang valid dan bisa terukur. Semuanya mirip Rocky Gerung.
Bodoh.
Awalnya BEM UI sangat sekali dalam
menjawab tudingan Yasonna Laoly yang mengatakan bahwa mahasiswa demonya
sudah ditunggangi. BEM UI mengatakan dengan songong bahwa mereka betul
ditunggangi.
Sok keren dan menjijikkannya, BEM
UI mengatakan bahwa mereka ditunggangi oleh kepentingan rakyat. Mana
kantong muntah? Mana? Buruan.
Kepentingan rakyat
yang mana? Rakyat yang kabur dan matanya buram itu? Astaga. Saya malu
dan saya langsung mau muntah mendengar itu. Saya dan ratusan juta rakyat
tidak merasa diwakili oleh kalimat dari ketua BEM UI ini. Menggelikan
sekali.
Demonstrasi mahasiswa yang mereka
kerjakan juga diduga ditunggangi oleh mereka-mereka yang memiliki
kepentingan. Kepentingan si Polisi Taliban versi Neta S Pane itu.
Lagipula,
sudah ada survey bahwa rakyat mendukung KPK untuk diawasi kok. Jadi
kenapa sih penolakan para mahasiswa mahasewa itu jauh dari survey yang
mengatakan bahwa mereka mendukung KPK untuk diawasi? Sekali lagi, rakyat
macam apa? Para rakyat bumi datar dengan segala ketololannya, hah?
Saya
percaya bahwa mahasiswa ini bukan menyuarakan isi hati mereka dan isi
tuntutan rakyat. Omong kosong. Bacot kalau kata anak millennials. Saya
curiga bahwa ada oknum-oknum yang bergerak secara diam-diam dan senyap
untuk memengaruhi mahasiswa tersebut?
Kemungkinan
besar kepentingan internal KPK yang lagi oleng. Penulis menangkap ada
peranan besar KPK dan elit-elitnya dalam merongrong mahasiswa. Akhirnya,
UU KPK mereka tidak baca dan RKUHP pun mereka juga tidak baca lengkap.
Makanya di ILC, mahasiswa yang mahasewa ini dibungkam oleh Yasonna Laoly.
Untuk
urusan internal KPK, saya rasa ada peranan penting elit KPK. Bahkan
beredar viral surat terbuka dari salah seorang anggota KPK yang
mengatakan bahwa KPK saat ini sudah sarat kepentingan. Mereka ini harus
dibersihkan.
Mereka korup dari dalam. Internal
KPK ini goyang, karena keberadaan Novel yang katanya sekarang lagi di
luar negeri. Ngapain hayo? Kabur? Kabur ke mana? Matanya kabur? Atau
bagaimana? Check up? Pakai uang negara? Halah.
Kembali
ke topik utama. Judul di artikel ini adalah menggugat perwakilan apa
yang dilakukan oleh mahasiswa. Mahasiswa seharusnya menjadi garda
terdepan dalam menyatakan suara rakyat. Tapi mengapa yang dinyatakan
adalah suara segelintir kepentingan?
Mahasiswa
ini sudah menjadi mahasewa. Saya sengaja akan terus mengulang-ngulang
agar alam bawah sadar kita memahami dan menyetujui bahwa mahasiswa ini
sangatlah tidak memiliki adab. Mereka tidak mewakili rakyat sama sekali.
Kalau
seseorang sudah dipengaruhi oleh kepentingan dan iming-iming kekuasaan,
di sanalah kita melihat kejatuhan seseorang. Segelintir masyarakat yang
ada, tidak pernah bisa menjadi perwakilan seluruh.
Secara data, Jokowi adalah presiden yang dipilih mayoritas rakyat Indonesia. Joko Widodo adalah pemenang di atas Prabowo.
Jadi
bagaimana pun juga, Jokowi lah yang bisa merepresentasikan perwakilan
rakyat. Bukan mahasewa. Sekarang selama ini, kita diperlihatkan
bagaimana keberpihakan mahasiswa ini begitu kencang.
Bagaimana
mungkin mereka bisa melawan keinginan rakyat? Mengambil dan mengklaim
bahwa mereka mewakili suara rakyat, adalah sebuah narasi besar yang
sengaja mereka ingin kerjakan. Untuk apa?
Untuk
membentur-benturkan rakyat dengan pemimpinnya. Mengapa mereka tidak
mengkritik langsung ke jantung pembuatan UU-nya? Yakni DPR? Ah,
jangan-jangan mereka takut mengecewakan Fadli Zon, yang merupakan guru
mereka. Jangan sampai. Jangan sampai.
Apakah
mahasiswa ini ingin menjadi orang-orang yang tergabung dalam SJW? Kalau
kalian saya masukkan ke dalam kategori SJW, tamat sudah harga dirimu.
SJW itu seperti Dandhy si penghasut dan penyebar hoax, seperti Badudu
yang mentransfer uang ke tersangka mahasiswa.
Seperti
Asfinawati. Memalukan. Mau lo, gue masukin ke kelompok sana dan gue
framing kalau SJW itu idealis parasit bangsa? Jangan nyesel lo. SJW!
Begitulah nyesel-nyesel.
Sumber Opini : https://seword.com/politik/bem-ui-merasa-jadi-perwakilan-rakyat-permisi-gua-JnmNTeSMWm
Oleh: Dahlan Iskan*
Ada yang gatal tangan. Ingin sekali agar Iran diserang. Tapi ia sendiri tidak mau melakukan.
Inginnya: Amerika-lah yang menyerang Iran. Atau Israel. Atau siapa saja. Asal jangan negaranya.
Itulah Arab Saudi.
Tangan Saudi kian gatal. Minggu lalu. Ketika instalasi minyaknya diserang drone. Dengan sangat masifnya. Padahal itu instalasi terbesarnya. Milik Aramco. Perusahaan Amerika yang sudah dibeli sepenuhnya oleh Saudi.
Minyak Aramco adalah juga sumber utama bahan baku kilang kita yang di Cilacap. Yang desainnya memang dicocokkan untuk produk Aramco.
Serangan drone itu sendiri bukan yang pertama. Tapi yang terbesar. Yang menyerang juga sudah mengaku: pejuang Houti. Dari Yaman. Yang anti Saudi. Terutama sejak Saudi menyerang Yaman. Lima tahun lalu.
Houti dianggap memberontak Pemerintah Yaman yang didukung Saudi.
Tapi Houti berhasil menahan serangan militer Saudi. Bahkan ibukota Yaman, San’a, sepenuhnya bisa direbut Houti. Sampai sekarang.
Perang Yaman ini tercatat sebagai gebrakan penguasa baru Arab Saudi: Pangeran MbS –Mohamad bin Salman. Yang saat itu usianya baru 28 tahun.
Gebrakan lain adalah menangkap keluarganya sendiri. Para sepupunya. Menahan mereka. Dengan tuduhan korupsi.
Lalu, yang itu. Terbunuhnya wartawan Jamal Khashoggi. Yang dibunuh di konsulat Saudi di Istanbul, Turki –saat Jamal diantar calon istrinya ke konsulat itu untuk mendapat surat-surat persyaratan menikah.
Mayatnya pun sampai dihilangkan.
Dan gedung konsulat itu sekarang juga akan dihilangkan –ditawarkan untuk dijual.
Menurut Arab Saudi, Iran-lah yang mendukung pejuang Houti di Yaman. Mana mungkin bisa sekuat itu.
Yaman itu kecil. Miskin.
Saudi itu besar. Kaya raya.
Tapi Houti yang menang. Setidaknya belum kalah. Bahkan justru menyerang ke jantung kehidupan Saudi.
Iran selalu menolak tuduhan di balik Houti. Tapi Iran juga siap untuk perang –kalau Amerika sampai menyerang.
Sebenarnya Amerika sudah getem-getem. Ingin sekali segera menyerang Iran. Sejak drone Amerika dijatuhkan Iran.
Tidak jadi.
Juga sejak kapal tangker minyak Inggris ditahan Iran.
Tidak jadi.
Lalu ada serangan drone yang masif ke instalasi minyak Aramco itu.
Juga tidak jadi. Ups, jadi. Ups, tidak jadi. Ups, entahlah.
Sebenarnya banyak juga tokoh di sekitar Presiden Donald Trump yang juga gatal tangan. Misalnya John Bolton. Penasihat keamanan nasionalnya.
Keinginan Bolton perang terus. Kumisnya yang kaku dan panjang itu seperti kian mirip paku saja –dan kian memutih.
Tapi Trump justru memecatnya. Minggu lalu.
Arab Saudi sendirilah yang mestinya sangat marah. Tapi sama sekali tidak ada minat menyerang Iran. Mungkin juga tidak ada keberanian.
Internal Saudi memang tidak kuat-kuat amat. Media Barat meramal MbS –kalau pun akan dilantik jadi raja– bisa jadi raja terakhir.
Houti sendiri mengaku serangan dronenya itu sukses karena ada bantuan dari dalam Saudi sendiri. Begitu besar orang asli Yaman yang menjadi penduduk Saudi.
Memang sebaiknya Saudi jangan perang. Selesaikanlah dulu Yaman. Mundurlah dari sana.
Akibat serangan Saudi itu penderitaan di Yaman luar biasa. Dulu Yaman hanya miskin. Kini miskin dan penuh derita.
Vladimir Putin pun bilang begitu. Saat presiden Rusia itu bertemu Recep Tayyip Erdoğan tiga hari lalu. Di Turki.
Sampai-sampai Putin mengutip ayat suci Alquran. Surah Ali Imran, ayat 103: “Berpeganglah kalian pada Quran bila…”.
Secara tidak langsung justru Putin mengingatkan Raja Arab Saudi untuk berpegang pada Alquran.
Erdogan setuju itu. Erdogan memang lebih pro-Iran. Lebih anti-Saudi.
Untung ada perang dagang Amerika-Tiongkok. Untung pula ada heboh Brexit. Pun untung ada demo sepanjang sepur di Hongkong.
Untung ada semua itu. Kalau tidak, dunia Islamlah yang kelihatan masih terus heboh sendiri di antara mereka.[]
*Penulis kelahiran Magetan, Jawa Timur, 17 Agustus 1951 ini adalah mantan CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos Group yang bermarkas di Surabaya. Posisinya tersebut kemudian digantikan oleh putranya, Azrul Ananda. Dahlan juga pernah duduk sebagai Direktur Utama PLN dan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.[]
YS/islamindonesia/Sumber: disway.id
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/kolom/kolom-heboh-sendiri.htm
Terbongkar, Skenario Chaos Jatuhkan Jokowi Oleh Dosen IPB AB Dan SS
Ternyata dugaan soal
adanya skenario rusuh hendak menunggangi demo aksi 212 Mujahid
berkedok bela NKRI, bukan sekedar rusuh biasa. Makin terkuaklah
skenario aksi rusuh itu berkat tertangkapnya dosen IPB dan komplotannya
bersama bom molotov yang sudah dipersiapkan.
Dosen
IPB Ir Abd Bst ini seperti diketahui ditangkap saat keluar dari rumah
Laksamana Soni Santoso di Perum Taman Royal 2, Jalan Hasyim Asyari, Kota
Tanggerang.
Nah,
ada bocoran, dosen IPB itu bernama Abdul Basith kelahiran Kendal, 1957
(bukan 1975), yang mengajar di Fakultas Ekonomi dan Manajemen. Usut
punya usut, dosen ini gelarnya mentereng. Dia selengkapnya bernama Dr.
Ir. Abdul Basith,.M.Si.
Dia penulis beberapa
buku. Dan apakah ada hubungannya dengan aksi radikal? Silakan cek saja
fotonya dan cuitan yang mengapresiasinya. Ilmu agamanya katanya tinggi
loh.
PRADA IPB@PRADA_IPB: Terimakasih
banyak Pak Rektor @ipbofficial @arif_satria sudah memberi kesempatan
kepada Bpk Abdul Basith untuk ceramah di hadapan mahasiswa FEM IPB
angkatan 55. Beliau adlh figur yg tinggi ilmu dunia dan ilmu agamanya,
juga luas pergaulannya. InsyaAllah berkaah...
Lihat
fotonya meengompori banyak mahasiswa IPB apalagi IPB itu kampus besar
dan lihat juga foto si AB yang mesra sama Rizieq. Jangan-jangan? Hm,
bisa diusut juga tuh link atau kaitannya!
Koplaknya ada blog yang dibuat dan menampilkan profilnya : "Pendidikan Karakter dan Kewirausahaan Mahasiswa"
Oleh Dr. Ir. Abdul Basith, M.Si. ( Dosen Fakultas IPB )
Dr.
Ir. Abdul Basith, M.Sc adalah seorang dosen IPB Bogor. Beliau merupakan
salah satu motivator ulung yang dikenal sebagai motivator tingkat
nasional.
Motivator? Hm, provokator iya! Nanti dibilang fitnah lagi.
Lalu apa peranannya si AB dengan skenario rusuh yang direncanakan pada Sabtu lalu? Informasi yang dihimpun Pojokjabar.com menyebutkan, dosen IPB ini menyuruh membuat bahan peledak jenis bom molotov.
Jadi
termasuk salah satu otak dan dalangnya. Dan dosen IPB ini juga disebut
menyimpan bom tersebut di rumahnya di Pakuan Regency Linngabuana,
Margajaya, Bogor Barat.
Barang bukti yang diamankan berupa 29 buah bahan peledak jenis bom molotov, handphone Xiaomi S3, KTP, dan dompet.
Penulis
sudah mengecam aksi pimpinan IPB yang abai. Jelas-jelas aksinya di
kampus sudah mengarah ke aksi radikal yang berbahaya tapi malah
Rektornya atau pimpinan IPB tak berbuat banyak.
Paham
kan, berapa banyak mahasiswa yang sudah kadung termakan racun kuliah
atau pengajaran si AB ini! Dia memakai bahasa 'mengompori' pula. Dasar
kompor bleduk yang sangat berbahaya. Plis, jangan dibebaskan lagi Pak
Polisi!
Dosen IPB itu jelas tak sendiri. Sudah
beredar di media, kelima orang komplotannya si Ir Abdul Basith (Dosen
IPB) yaitu Sony Santoso (purnawirawan TNI), Sugiono (Laode), Yudhi
Febrian, Ali Udin (wiraswasta), Okto Siswantoro.
Lalu siapa Laksamana TNI Purnawirawan Soni Santoso, yang “diamankan” dari kediamannya di Kota Tangerang?.
Terbongkar,
Soni diketahui menjadi caleg DPR dari Partai Berkarya pada Pemilu 2019.
Partai Berkarya sudha tahu kan siapa yang menaungi partai inii?
Soni
menjadi satu dari lima terduga yang akan merencanakan chaos. Selain
mereka, polisi juga mengamankan sejumlah barang bukti, termasuk bahan
peledak dan granat.
Dalam fotonya ada dua samurai. Jadi benar-benar sudah direncanakan matang.
Dalam
sebuah pengakuan video yang sangat sensitif dan rasis terkuak bahwa
dana sudah disiapkan dan ada aksi yang hendakk dilakukan meniru aksi
keji sebelumnya di Jakarta!
Polda Metro Jaya
dan Densus 88 untungnya cepat meringkus para pelaku. Kalau sampai lolos
maka aksi yang bisa membuat kekacauan dan memancing kerusuhan dalam
skala besar itu bisa terjadi. Ngeri, karena aksi kerusuhan itu mudah
menular dan menyebar.
Modus keji masa lalu itu
tenyata menjadi skenario yang mereka pakai asalkan Pak Jokowi turun.
Makanya kalau ada pihak yang meremehkan aksi ini maka mereka harus
membantah pengakuan para tersangka yang dengan jujur akhirnya mengakui
aksi dan niat serta rencana biadab dan keji mereka.
Pengakuan
mereka yaitu para tersangka itu saling mendukung. Makanya amit-amit
kalau sampai terjadi maka bisa semakin besar kobaran panas bentrokan
yang bisa merembet ke segala penjuru.
Tuhan
masih melindungi bangsa kita dari niat jahat orang-orang yang kalap dan
dikuasai syahwat kekuasaan dengan menghalalkan segala cara. Apapun
dipakai demi Jokowi tumbang. Mengerikan kelompok dan ide-ide biadab dan
keji seperti ini.
Kalau terlambat beberapa jam
saja dan pelaku itu sudah menyebar maka Jakarta bisa berkobar dan
membara. Puluhan bom molotov tersebut sudha siap untuk dilemparkan guna
menimbulkan kekacauan di kota metropolitan ini!
Tetap waspada.
Bersyukurlah
kalau aksi ini terbongkar tapi rasanya ancaman itu seolah tak pernah
benar0-benar hilang. Ancamanyang mengerikan itu seolah tiada habisnya.
Mengerikannya aksi teror itu muncul silih berganti.
Mari
doakan intelijen, TNI dan POLRI serta khususnya Densus yang bekerja
keras siang dan malam untuk mengantisipasi berbagai aksi teror di tanah
air.
Kisah Najwa Shihab, Disebut Antek Orba serta Diberi Nasehat Bijak oleh Ferdinand Hutahaean
Najwa Shihab atau
yang akrab disapa Nana merupakan mantan pembawa acara berita di stasiun
televisi, Metro TV. Ia pernah menjadi anchor program berita Prime Time,
Metro Hari Ini, Suara Anda dan program Mata Najwa.
Nana
merupakan putri kedua mantan Menteri Agama di era Kabinet Pembangunan
VII, Quraish Shihab. Ia memiliki suami bernama Ibrahim Assegaf, dan
sudah dikaruniai seorang anak laki-laki yang akrab disapa Izzat, berusia
17 tahun.
Agustus
2017 lalu, melalui episode ‘Catatan Tanpa Titik’, ia secara resmi
mengundurkan diri dari Metro TV yang telah membesarkan namanya tersebut.
Dan, 5 bulan kemudian, yakni pada 10 Januari 2018, Nana kembali tampil
bersama acara Mata Najwa. Hanya saja, kali ini ia tampil di stasiun
televisi yang berbeda, yakni Trans 7, dengan tetap menempati slot yang
sama seperti di Metro TV, yakni pada hari Rabu pukul 20:00 WIB.
Diketahui
sudah banyak banget tokoh nasional yang pernah diwawancarai oleh Nana,
seperti, Presiden Jokowi, SBY, Megawati, B.J. Habibie, JK, Boediono,
Prabowo, Tito Karnavian, BTP, Adian, dll. Termasuk juga diantaranya
politisi kenamaan asal Malaysia, Mahathir Mohammad dan Anwar Ibrahim.
Selain
dikenal sebagai pembawa acara, Nana juga termasuk salah seorang aktivis
anti korupsi. Ia tidak segan-segan melakukan pembelaan terhadap KPK,
ketika lembaga anti rasuah itu hendak dilemahkan oleh oknum di DPR-RI.
Bahkan,
karena begitu bencinya ia kepada koruptor, sampai-sampai Nana pernah
mengusulkan jika ada mantan napi koruptor yang nyaleg, fotonya di surat
suara mesti diberi tanda khusus.
Karena komitmennya dalam pemberantasan korupsi itu pula, Nana dinobatkan sebagai 'Tokoh Publik Anti Korupsi 2017' oleh ICW.
Koordinator
ICW, Adnan Topan mengatakan, Nana sebagai sosok yang memiliki pengaruh
dalam menyuarakan antikorupsi di Indonesia. Meski profesinya bukan
pegiat antikorupsi dan tidak pernah sekalipun menjadi pegawai KPK, Nana
dianggap memiliki integritas dalam pekerjaannya.
Tapi,
seperti kata pepatah, ‘semakin tinggi pohon, semakin kencang diterpa
angin’. Semakin gencar ia menyuarakan isi hatinya, semakin banyak pula
yang kritis kepadanya. Bahkan, sampai-sampai ada yang membuka aib
keluarganya lewat akun twitter.
Salah seorang
diantaranya yang turut mengkritisi Nana tersebut adalah kritikus politik
Indonesia, Faizal Assegaf. Berikut beberapa cuitan Faizal di akun
twitternya @faizalassegaf yang coba mengulik lebih jauh bagaimana
keluarga Nana :
“Beda zaman, pak @quraishihab setia pd rezim
korup Soeharto. Kini @NajwaShihab getol komporin demo rusuh utk lindungi
aneka kejahatan KPK. Asal tau aje, Firma AHP tempat kerja suami Najwa,
ada 2 mantan komisioner KPK (Chandra Hamzah & Amien Sunaryadi)
trjerat kasus korupsi. Chandra Hamzah (CH) pendiri kantor Firma AHP,
tempat suami @NajwaShihab bekerja. CH mantan Komisioner KPK terjerat
aliran dana skandal Century. Selain itu, Nazaruddin sebut CH jg
kecipratan uang haram pengadaan seragam hansip di Depdagri. Kalau fakta
ginian Najwa bungkam”.
“Sementara Amien Sunaryadi (AS) eks Komisioner
KPK yg kini bekerja sekantor dgn suami @NajwaShihab, terjerat skandal
korupsi. AS dan mantan Menteri ESDM @sudirmansaid dilaporkan ke
Bareskrim krn diduga gelapkan ratusan miliar uang negara. Si
@NajwaShihab kok tdk berkoar2? Jd wajar @NajwaShihab paling terdepan
memprovokasi mahasiswa membuat demo rusuh. Asbabnya, kantor pengacara
AHP tempat suami Najwa bekerja, ada 2 mantan Komisioner KPK yg terjerat
kasus. Mknya Najwa getol menolak pembentukan Dewan Pengawas KPK, takut
kasus2 tsb dibongkar”.
“Kantor pengacara suami @NajwaShihab di AHP jg
punya kemesraan khusus dgn penyidik KPK Novel Baswedan & Gubernur
@aniesbaswedan. Advokat AHP, Rikrik Rizkian adlh anggota TGUPP Pemprov
DKI, yg ditugaskan menjadi pengacara pembela Prabowo-Sandi soal sengketa
Pilpres di MK”.
Tidak hanya itu, fotonya bersama Tommy Soeharto,
Lieus Sungkharisma dan Ichsanuddin Noorsy juga turut disebarluaskan oleh
netizen ke media sosial yang kemudian di-framing sebagai antek Orba.
Padahal
kita tahu sendiri bahwa penguasah Orba, Soeharto adalah salah seorang
kepala negara terkorup di dunia, yang hal ini tentu bertentangan banget
dengan perjuangan melawan korupsi.
Untuk itu,
Nana lantas membuat klarififikasi yang diunggahnya di akun instagram
pribadinya @najwashihab, atas tudingan yang diarahkan kepada dirinya
tersebut.
Klarifikasi
itu lantas mendapat komentar yang beragam dari netizen. Ada yang
menghujat. Namun tidak sedikit yang memberikan pembelaan. Bahkan ada
memberikan nasehat bijak.
Salah seorang
diantaranya yang menjadi bak Mario Teguh buat Nana adalah si Semvak
Merah, Ferdinand Hutahean. Melalui akun twitter pribadinya,
@FerdinandHean2, Lae Ferdi berkomentar.
Bijaksana banget. Hehehehe
Memang sih, perlu dipertanyakan lagi, terkait UU KPK ini, Nana itu pendukung KPK atau pendukung pemberantasan korupsi?
Karena,
dua hal itu berbeda seperti langit dan bumi. Kalau mendukung
pemberantasan korupsi, tentu lebih luas lagi cakupannya daripada hanya
sekedar mendukung KPK, yakni juga mendukung apapun lembaganya yang
memperjuangkan pemberantasan korupsi di Indonesia.
Sedangkan KPK, hanyalah alat pemberantasan korupsi. Bukan tujuan.
Dan
KPK, bukanlah malaikat, nabi apalagi Tuhan. Pasti punya salah dan
kekurangan. Jadi, mereka juga butuh dikoreksi, dievaluasi dan masukan.
Bukan malah dibela secara membabi buta.
Sumber :
Wakil MPR Provokasi Kasus Papua, Buat Laporan ke Sponsor Asing?
Empat hari yang
lalu, saat anak-anak STM ikut turun ke jalan, dan kita dibuat kaget
karena sangat atraktifnya panitia demo untuk mengundang anak-anak
setingkat SMA, saya menulis tentang peranan PKS/IM dalam aksi-aksi ini.
Supaya cepat nyambung dengan artikel saya kali ini, baiknya anda membaca
dulu part sebelumnya: https://seword.com/politik/mengungkap-gerakan-impks-biang-kerusuhan-dan-NPEJnp36A4
Saya
sempat menyebut nama Hidayat Nurwahid, terkait konflik dengan KPK waktu
itu. Penangkapan LHI sebagai Presiden PKS disebut oleh HNW sebagai
konspirasi zionis. Saya berkeyakinan HNW sedang menunjukkan alam bawah
sadarnya, bahwa mereka adalah jaringan internasional dan
berhadap-hadapan dengan pihak internasional. Inilah kenapa mereka
menuduh zionis.
Hari ini, dalam kasus kerusuhan di Papua, HNW menyebut bahwa kerusuhan tersebut adalah genosida.
“Kita
berduka atas tragedi Genocyda di Wamena. 32 orang tewas dan ribuan
mengungsi. Sebagian besarnya pendatang. Pemerintah tetap harus
selesaikan kabut asap, sikapi bijak demo-demo. Tapi tak boleh remehkan
tragedi Wamena. Kelanjutan NKRI taruhannya,” tulis HNW.
Tulisan
HNW ini memuat informasi yang benar. Memang ada korban dan mengungsi.
Tapi pemilihan kata Genosida, ini adalah provokasi yang sangat-sangat
busuk. Genosida adalah pembantaian besar-besaran secara sistematis
terhadap satu suku bangsa atau sekelompok suku dengan maksud memusnahkan
bangsa tersebut.
Saya melihat apa yang terjadi
di Wamena bukanlah genosida seperti yang dinyatakan oleh HNW. Itu murni
kerusuhan hasil provokasi satu dua orang. Sasarannya adalah pendatang
karena korban hoaxnya adalah pendatang.
Provokator
ini nampaknya sudah belajar dari skenario sebelumnya. Ketika masyarakat
Papua diprovokasi dan dihadapkan dengan pemerintah, rupanya mereka
lebih pro terhadap pemerintah dibanding kelompok Beny Wenda atau
Veronica. Lalu sekarang mereka buat skenario berbeda, hoax terhadap
pendatang, sehingga masyarakat setempat berhadapan dengan para
pendatang. Dan ini cukup sukses menelan banyak korban, yang mayoritasnya
adalah pendatang.
Sehingga langkah selanjutnya
adalah melakukan propaganda antar suku atau golongan. Masyarakat
pendatang itu ada dari berbagai suku. Dan para korban itu kemudian
diprovokasi agar marah. Itu yang terjadi di tingkat nasional atau lokal.
Lalu
di tingkat internasional, pernyataan Genosida dari HNW sudah sangat
cukup untuk mengirimkan pesan pada IM atau negara asing, bahwa di
Indonesia sedang terjadi kekacauan luar biasa dan butuh pertolongan
mereka. Bisa juga sebagai pesan jelas kepada salah satu sponsornya,
Ihwanul Muslimin, bahwa mereka di sini bekerja sesuai arahan.
Mereka-mereka
ini memang bertujuan untuk menciptakan kekacauan yang jauh lebih luas.
Berharap Indonesia segera chaos dan negara-negara asing melakukan
intervensi atau mengirimkan tentara pengamanan. Sebab penguasaan
terhadap Papua adalah cita-cita banyak negara. Kekayaan sumber daya
alamnya luar biasa. Freeport hanya salah satu yang berhasil menggali
potensi itu. Tapi sejatinya masih ada banyak kandungan di titik lain
yang masih tersimpan dan belum terjamah hingga sekarang.
Omong
kosong lah kalau HNW mengaku tidak tahu soal genosida. Bohong kalau
nantinya dia bilang khilaf dan minta maaf. Dia bukan orang bodoh, bukan
mahasiswa tingkat sarjana yang belum lulus. HNW adalah doktor. Pejabat
penting di negeri ini, Wakil MPR.
Mustahil
lah kalau dia tak paham genosida. Bohong kalau dia sadar bahwa
pernyataannya tersebut dapat menimbulkan efek yang buruk terhadap
Indonesia. Bahkan justru jabatannya sebagai petinggi negara, akan
menjadikan pernyataan tersebut sangat kuat untuk diterima oleh dunia
internasional. Lihatlah, Wakil MPR di Indonesia sudah bersuara dan
mengatatakan sedang terjadi genosida.
Orang
luar yang tak paham siapa HNW, apa partainya dan jaringannya, bisa jadi
akan menelan mentah-mentah informasi yang ditulisnya. Dan Indonesia,
akan menerima dampaknya.
Mungkin pengiriman
pasukan negara asing, atau intervensi adalah hal yang masih cukup jauh.
Tapi minimal, investor asing sudah menekan tombol hold atau bahkan
membatalkan niatnya untuk masuk ke Indonesia. Dampaknya jelas ke ekonomi
nasional kita.
Kondisi tersebut bisa diperparah
jika niat menggagalkan atau menunda pelantikan Presiden dapat
terlaksana. Kemarin HNW sebagai Wakil MPR juga sudah mulai memancing
narasi tersebut. Narasi yang selama beberapa hari ini disebar secara
massif, dan bahkan membuat Panglima TNI kita geram.
“Kalau
tidak ada MPR dan tidak ada sidang anggota MPR maka Presiden dan Wakil
Presiden tidak dapat dilantik. Kalau tidak ada MPR dan tidak ada sidang
MPR maka UUD tidak bisa diubah atau disahkan,” kata HNW dalam keterangan
tertulis.
Pertanyaannya kemudian, apakah
orang-orang macam HNW ini layak diberikan jabatan sebagai Wakil MPR?
lalu ke depan, apakah posisi MPR ini layak kita percayakan kepada
kelompok-kelompok yang tidak nasionalis?
Saya pikir sudah saatnya partai-partai nasionalis mengambil alih DPR. Begitulah kura-kura.
Lebih Baik Kehilangan Jokowi Daripada Kehilangan Bangsa Ini?
Tidak salah memang
jikalau ada sebutan "kampret" untuk mereka-mereka yang membenci Jokowi.
Sebab memang otak mereka sudah terbalik, orang baik dianggap zalim,
sementara orang yang sudah jelas berdasarkan data pernah melakukan
kejahatan masih saja mereka anggap seperti malaikat. Pembaca tentu sudah
tahu siapa yang saya maksud yang mereka agung-agungkan itu. Ada yang
dipecat dari TNI karena melakukan pelanggaran HAM, ada juga yang dipecat
dari jabatan menteri karena keahliannya hanya merangkai kata, tapi bagi
kaum pemilik surga mereka tetaplah malaikat.
Kita
sering juga mendengar istilah kadal gurun, yah karena memang ada
sekelompok orang di negeri ini yang selalu beranggapan bahwa apapun yang
berasal dari negeri padang gurun merupakan ajaran agama Islam.
Dan
sepertinya kalau kita perhatikan fenomena yang sekarang terjadi bahwa
pembenci Jokowi yang beragama Islam dikategorikan sebagai Islam yang
radikal, dan umat Islam yang mendukung Jokowi adalah dianggap umat Islam
yang toleran. Yah sebab begitulah kira-kira yang terjadi. Entah sampai
kapan akan selalu seperti ini kita pun tidak tahu.
Pada
gambar utama artikel ini ada seorang pria yang sedang berdemo memegang
poster bertuliskan " Lebih baik kehilangan Jokowi daripada kehilangan
bangsa ini". Lalu apa hubungannya antara demonstrasi yang dilakukan oleh
berbagai kalangan tersebut dengan tuntutan turunnya Jokowi?. Kita
memang harus sepakat bahwa wacana revisi berbagai UU yang terjadi
akhir-akhir ini membuat sebagian kalangan merasa keberatan. Maka dalam
negara demokrasi sah-sah saja apabila ada rakyat yang keberatan dengan
suatu kebijakan tertentu diperbolehkan menyampaikan aspirasinya kepada
pemerintah maupun kepada lembaga lainnya yang berkaitan dengan pembuatan
kebijakan tersebut. Tapi sekali lagi saya ingin katakan bahwa
demonstrasi menolak revisi berbagai UU tersebut tidak ada hubungannya
dengan tuntutan supaya Jokowi turun.
Apakah
dengan turunnya Jokowi akan menjamin selesainya persoalan di negeri
ini?. Saya dengan yakin mengatakan tidak. Justru apabila Jokowi turun
dari jabatannya sebagai Presiden yang terjadi adalah kekacauan, dan
negara ini akan menjadi carut marut. Memang kondisi inilah yang mereka
inginkan. Dengan carut marutnya negeri ini akan menjadi momen terbaik
bagi para sales Khilafah untuk menawarkan ideologinya. Mereka akan
dengan sangat mudah mengatakan bahwa solusi terbaik untuk mengatasi
kondisi yang sedang kacau adalah Khilafah. Sebagaimana yang sering
mereka promosikan dengan slogan "apapun masalahnya khilafah solusinya".
Sejak
lama juga kita sudah tahu bahwa kehadiran Jokowi sebagai Presiden
membuat eksistensi para kadal gurun pemilik surga itu semakin terancam,
apalagi dengan dilarangnya organisasi HTI di negeri ini. Mereka jelas
menganggap bahwa Jokowi adalah ancaman besar, yang membuat mereka
semakin kepanasan adalah ketika Jokowi masih menang untuk periode kedua.
Kita tentu bisa memahami bagaimana galaunya
pengikut organisasi radikal yang mahasuci itu. Ibarat seorang laki-laki
yang sebentar lagi pacarnya akan menikah dengan laki-laki lain,
begitulah kegalauan yang dirasakan oleh organisasi-organisasi radikal
itu menjelang pelantikan Jokowi tanggal 20 Oktober mendatang. Berbagai
cara akan mereka lakukan untuk menggagalkan Jokowi kembali ke singgasana
untuk kedua kalinya. Karena satu periode saja mereka sudah
kejang-kejang, maka untuk periode kedua kemungkinan mereka akan
benar-benar musnah, semoga saja.
Saya yakin,
bagaimanapun usaha mereka untuk menumbangkan Jokowi, semua akan sia-sia.
Jokowi tidak memiliki beban masa lalu yang bisa dijadikan sebagai alat
untuk menumbangkannya dari jabatannya. Tidak ada catatan kejahatan
Jokowi. Berbeda dengan masa Orde Baru, kita semua sudah tahu bagaimana
bobroknya rezim tersebut. Sehingga ketika terjadi demo besar-besaran
rezim Orde Baru tidak bisa berkutik. Hanya bisa pasrah dan mundur. Dan
sekarang Jokowi salah apa sehingga harus ditumbangkan seperti rezim Orde
Baru?
Seorang
pemimpin yang tidak memiliki beban masa lalu tidak akan takut
menghadapi gelombang massa sekuat apapun. Lagipula Jokowi bukanlah tipe
pejabat yang haus akan kekuasaan. Dia tidak akan takut kehilangan
jabatan kalau memang itu akan membuat bangsa ini akan semakin maju.
Andai saja Jokowi pejabat yang haus akan kekuasaan maka tentu saja dia
tidak akan menunda pengesahan RUU KUHP dan RUU lainnya. Kita lihat saja
revisi UU KPK, tidak semua draft yang diajukan oleh DPR diterima oleh
Jokowi. Maka yang artinya Jokowi murni memikirkan kepentingan bangsa ini
ke depan. Dia tidak memikirkan pandangan DPR terhadap dirinya, itulah
bukti bahwa Jokowi memiliki ketegasan.
Maka
rasanya percuma para kadal gurun pemilik surga itu melakukan berbagai
aksi demonstrasi untuk menurunkan Jokowi. Tuhan telah menetapkan Jokowi
untuk Indonesia lima tahun ke depan. Lebih baik para kampret menyadari
bahwa tidak ada gunanya berusaha menghalang-halangi pelantikan Jokowi.
Ada baiknya para pembenci Jokowi mohon petunjuk kepada Sang Khalik,
supaya Jokowi tidak membalaskan dendamnya kepada pembencinya setelah dia
dilantik nantinya. Saya memang yakin Jokowi tidak akan melakukan itu.
Ibarat
laki-laki yang tadi yang pacarnya hanya menunggu tanggal pernikahan
dengan laki-laki lain. Apapun yang dia lakukan si pacar pasti akan
menikah, karena mahar sudah diterima dan undangan sudah disebar. Kecuali
perempuannya dibawa lari sebelum tanggal pernikahan. Lalu adakah
kampret yang berani membawa Jokowi lari dari Indonesia sebelum tanggal
20 Oktober nanti?, hehehehe
Jokowi pasti dilantik lagi....
Lebih baik para pembenci Jokowi belajar melapangkan dada supaya tidak kejang-kejang saat pelantikan nanti.
Indonesia tidak akan kehilangan Jokowi, karena kehilangan Jokowi sama dengan kehilangan masa depan.
Sakit memang melihat pacar menikah dengan orang lain. Tapi lebih sakit bagi pembenci Jokowi melihat pelantikan nanti....
KOLOM – Heboh Sendiri
Islamindonesia.id– KOLOM – Heboh SendiriOleh: Dahlan Iskan*
Ada yang gatal tangan. Ingin sekali agar Iran diserang. Tapi ia sendiri tidak mau melakukan.
Inginnya: Amerika-lah yang menyerang Iran. Atau Israel. Atau siapa saja. Asal jangan negaranya.
Itulah Arab Saudi.
Tangan Saudi kian gatal. Minggu lalu. Ketika instalasi minyaknya diserang drone. Dengan sangat masifnya. Padahal itu instalasi terbesarnya. Milik Aramco. Perusahaan Amerika yang sudah dibeli sepenuhnya oleh Saudi.
Minyak Aramco adalah juga sumber utama bahan baku kilang kita yang di Cilacap. Yang desainnya memang dicocokkan untuk produk Aramco.
Serangan drone itu sendiri bukan yang pertama. Tapi yang terbesar. Yang menyerang juga sudah mengaku: pejuang Houti. Dari Yaman. Yang anti Saudi. Terutama sejak Saudi menyerang Yaman. Lima tahun lalu.
Houti dianggap memberontak Pemerintah Yaman yang didukung Saudi.
Tapi Houti berhasil menahan serangan militer Saudi. Bahkan ibukota Yaman, San’a, sepenuhnya bisa direbut Houti. Sampai sekarang.
Perang Yaman ini tercatat sebagai gebrakan penguasa baru Arab Saudi: Pangeran MbS –Mohamad bin Salman. Yang saat itu usianya baru 28 tahun.
Gebrakan lain adalah menangkap keluarganya sendiri. Para sepupunya. Menahan mereka. Dengan tuduhan korupsi.
Lalu, yang itu. Terbunuhnya wartawan Jamal Khashoggi. Yang dibunuh di konsulat Saudi di Istanbul, Turki –saat Jamal diantar calon istrinya ke konsulat itu untuk mendapat surat-surat persyaratan menikah.
Mayatnya pun sampai dihilangkan.
Dan gedung konsulat itu sekarang juga akan dihilangkan –ditawarkan untuk dijual.
Menurut Arab Saudi, Iran-lah yang mendukung pejuang Houti di Yaman. Mana mungkin bisa sekuat itu.
Yaman itu kecil. Miskin.
Saudi itu besar. Kaya raya.
Tapi Houti yang menang. Setidaknya belum kalah. Bahkan justru menyerang ke jantung kehidupan Saudi.
Iran selalu menolak tuduhan di balik Houti. Tapi Iran juga siap untuk perang –kalau Amerika sampai menyerang.
Sebenarnya Amerika sudah getem-getem. Ingin sekali segera menyerang Iran. Sejak drone Amerika dijatuhkan Iran.
Tidak jadi.
Juga sejak kapal tangker minyak Inggris ditahan Iran.
Tidak jadi.
Lalu ada serangan drone yang masif ke instalasi minyak Aramco itu.
Juga tidak jadi. Ups, jadi. Ups, tidak jadi. Ups, entahlah.
Sebenarnya banyak juga tokoh di sekitar Presiden Donald Trump yang juga gatal tangan. Misalnya John Bolton. Penasihat keamanan nasionalnya.
Keinginan Bolton perang terus. Kumisnya yang kaku dan panjang itu seperti kian mirip paku saja –dan kian memutih.
Tapi Trump justru memecatnya. Minggu lalu.
Arab Saudi sendirilah yang mestinya sangat marah. Tapi sama sekali tidak ada minat menyerang Iran. Mungkin juga tidak ada keberanian.
Internal Saudi memang tidak kuat-kuat amat. Media Barat meramal MbS –kalau pun akan dilantik jadi raja– bisa jadi raja terakhir.
Houti sendiri mengaku serangan dronenya itu sukses karena ada bantuan dari dalam Saudi sendiri. Begitu besar orang asli Yaman yang menjadi penduduk Saudi.
Memang sebaiknya Saudi jangan perang. Selesaikanlah dulu Yaman. Mundurlah dari sana.
Akibat serangan Saudi itu penderitaan di Yaman luar biasa. Dulu Yaman hanya miskin. Kini miskin dan penuh derita.
Vladimir Putin pun bilang begitu. Saat presiden Rusia itu bertemu Recep Tayyip Erdoğan tiga hari lalu. Di Turki.
Sampai-sampai Putin mengutip ayat suci Alquran. Surah Ali Imran, ayat 103: “Berpeganglah kalian pada Quran bila…”.
Secara tidak langsung justru Putin mengingatkan Raja Arab Saudi untuk berpegang pada Alquran.
Erdogan setuju itu. Erdogan memang lebih pro-Iran. Lebih anti-Saudi.
Untung ada perang dagang Amerika-Tiongkok. Untung pula ada heboh Brexit. Pun untung ada demo sepanjang sepur di Hongkong.
Untung ada semua itu. Kalau tidak, dunia Islamlah yang kelihatan masih terus heboh sendiri di antara mereka.[]
*Penulis kelahiran Magetan, Jawa Timur, 17 Agustus 1951 ini adalah mantan CEO surat kabar Jawa Pos dan Jawa Pos Group yang bermarkas di Surabaya. Posisinya tersebut kemudian digantikan oleh putranya, Azrul Ananda. Dahlan juga pernah duduk sebagai Direktur Utama PLN dan Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara.[]
YS/islamindonesia/Sumber: disway.id
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/kolom/kolom-heboh-sendiri.htm
Re-post by MigoBerita / Senin/30092019/11:18Wita/Bjm