Mengungkap Gerakan IM/PKS, Biang Kerusuhan dan Propaganda
Melihat serangkaian
kerusuhan yang terjadi belakangan ini, demo yang massif digerakkan di
beberapa wilayah, kita sudah tahu bahwa hal ini memang dikondisikan. Ada
penggeraknya, ada donaturnya, ada eksekutor dan korban-korban
doktrinnya. Tapi pertanyaannya, siapa? Dan bagaimana?
Bagaimana
caranya mereka membangkitkan gelombang demo mahasiswa, yang selama
beberapa tahun ini jarang sekali melakukan demo. Bahkan kita hampir
dibuat lupa, karena demo sempat identik dengan 212. Bagaimana caranya
kelompok ini menggerakkan anak-anak SMA dan STM yang tak tahu apa-apa?
para pelajar yang tak paham politik dan tak paham apa RUU KUHP. Tapi
berhasil didoktrin dengan satu kalimat kebencian, bahwa aturan tersebut
mengatur aturan-aturan seksual antar suami istri.
Narasinya
sama seperti para mahasiswa, selangkangan bukan milik negara, ngewe aja
masa diatur dan sebagainya. Demonstrasi beda hari, tapi satu narasi.
Siang agak tenang, malam beringas. Bukankah itu artinya ini satu
komando?
Semalam salah seorang teman saya mengomentari video briefing orang-orang KPK dari dalam kantor lembaga negara tersebut.
“Coba jangan lihat KPK nya. Lihatlah oknum dan backgroundnya,” katanya.
“Tapi kan dia emang orang KPK, bahkan pegawainya ikut demo kok!”
“Iya, paham. Tapi KPK itu lembaga negara, harus kita selamatkan dari penjajahan organisasi titik-titik itu,” jawabnya.
Seketika
saya langsung sadar, bahwa kita sedang dikecoh dengan narasi dan
propaganda busuk Ikhwanul Muslimin. Pemilihan gedung KPK itu memang
disengaja, agar kita terfokus menyerang KPK sebagai lembaga. Saya bahkan
curiga video briefing tersebut disebarkan sesuai jadwal yang telah
direncanakan dengan sangat matang. Agar publik terfokus pada KPK sebagai
dalang, lalu melupakan organisasi internasional atau partai politik
yang melatar belakanginya.
Tapi sebelum saya
membahas lebih jauh, patut dicatat bahwa pada prinsipnya, tak semua
orang PKS itu ikhwanul muslimin. Tapi, Ikhwanul Muslimin di Indonesia,
secara partai, mayoritasnya berada PKS. Maka jangan heran kalau orang
seperti Fahri Hamzah belakangan berkonflik dengan PKS, kemudian membelot
ikut mendirikan partai baru, Garbi.
Mungkin
teman-teman pembaca Seword masih ingat. Dulu ketika KPK menetapkan Lutfi
Hasan Ishaq sebagai tersangka korupsi, Hidayat Nurwahid langsung
mengatakan bahwa penangkapan tersebut adalah bagian dari konspirasi
Zionis. Mardani Ali Sera juga mengamini hal tersebut. Tapi Fahri Hamzah,
Anies Matta dan kelompoknya, tak pernah mengatakan hal serupa.
Bayangkan,
kasus yang terjadi di dalam negeri, tapi yang dituduh adalah kelompok
di luar negeri. Bukankah ini menunjukkan bahwa dalam alam bawah sadar
mereka, sejatinya memang organisasi asing? Sehingga musuhnya juga
kelompok asing.
Lebih dari itu, Yusuf Supendi
sebagai pendiri PKS, secara terbuka mengatakan bahwa pendirian partai
tersebut dibantu oleh banyak tokoh Ikhwanul Muslimin dari Mesir dan
Timur Tengah. Pada pemilu 1999, 90 persen biaya kampanye PKS dibantu
oleh Ikhwanul Muslimin.
Pergerakan Ikhwanul
Muslimin di Indonesia terbilang sangat rapi. Tak seperti ISIS yang
condong eksis, cuma hura-hura tanpa kaderisasi atau pergerakan.
Modusnya, mereka merekrut anak-anak muda dengan tawaran beasiswa.
Fasilitas penuh.
Angkatan pertama mereka adalah
Helmi, PKS, yang berhasul masuk IPB. Kemudian Imanudin melakukan
penetrasi di ITB melalui Masjid Salman. Lalu yang terakhir adalah
Sengkuni, bertugas di UGM.
IM tak hanya
menyediakan beasiswa, bahkan juga bocoran soal ujian masuk perguruan
tinggi negeri. Karena mereka menggaet atau menempatkan orang-orangnya di
jabatan strategis sebagai rektor, wakil, dekan, bagian rekrutmen dan
keuangan. Sehingga para calon kader yang mereka rekrut dapat masuk ke
perguruan tinggi negeri terbaik.
Setelah masuk
dan menjadi mahasiswa, para kader yang dibiayai ini didorong untuk
terlibat dalam organisasi kemahasiswaan. Kemudian mereka yang punya
potensi, didorong untuk bisa menguasai Badan Eksekutif Mahasiswa atau
BEM.
Menurut
informan Seword, ada dana 100 juta rupiah untuk setiap kader yang
diproyeksikan untuk maju sebagai ketua BEM di beberapa kampus terbaik.
Tujuannya jelas, untuk menguasai kampus agar sejalan dengan visi misi
Ikhwanul Muslimin. Umumnya mereka ini loyal dan provokatif, nilai bagus
atau kecerdasan hanya bonus, buka faktor utama. Sementara kader-kader
yang memiliki nilai bagus, diarahkan untuk menjadi asisten dosen dan
nantinya dijamin mendapatkan beasiswa ke luar negeri. Setelah pulang,
mereka akan diarahkan untuk menguasai lembaga pendidikan, baik itu
membangun sendiri atau mengambil alih milik swasta dan negeri.
Ujungnya,
antar sesama kader ini kemudian dijodohkan untuk melahirkan sel-sel
baru. IM lewat acara-acara liqo’ juga sangat aktif memberikan bimbingan
dan arahan. Sehingga program penjodohan sesama kader, juga terjadi di
level orang tua.
Semua
kader-kader yang sudah lulus, diarahkan untuk masuk menyusup ke
berbagai instansi pemerintahan. Ada juga yang bertugas menguasai
masjid-masjid, untuk melakukan doktrin pada masyarakat luas.
Jaringan
mereka di dunia pendidikan sudah begitu kuat. Lihatlah betapa mahasiswa
yang punya akses mudah ke internet dan media, dibuat tutup mata dengan
fakta yang ada. Bahkan, ucapan Presiden yang meminta penundaan RKUHP
pun, ketua BEM mereka tidak tahu. Kenapa bisa begitu? karena mereka
punya media sendiri dan selalu didoktrin untuk tidak percaya pada media
lain. sementara media mereka isinya propaganda dan hoax.
Bahkan
sekarang, satu fakta terbaru menunjukkan bahwa mereka juga bisa
menggerakkan anak-anak SMA dan STM. Anak-anak yang tak tahu apa-apa itu
lahir dari sebuah lembaga pendidikan yang didirikan oleh IM, baik
pendanaan maupun kadernya. Maka ketika pimpinan yayasan mereka bilang
jihad, mereka akan jihad. Tak perlu alasan, tak perlu logika berpikir,
yang penting ada perintah dari pimpinan.
Jelas
bukan sebuah kebetulan kalau para BEM itu mendapat briefing dari
Bachtiar Firdaus, yang juga merupakan kader PKS. Dan itu membuat kita
sadar kenapa mereka tak mampu berargumen dengan data saat tampil di ILC
bersama Pak Yasonna, karena mereka hanya mengikuti arahan dan briefing.
Peduli apa sama data-data?
Bukan sebuah
kebetulan kalau strategi demo dan kerusuhan memiliki pola yang sama.
Kasus rasis mahasiswa Papua, dipicu oleh hoax bendera merah putih jatuh
ke selokan. Aksi 22 Mei menolak Pilpres, dipicu oleh hoax real count
BPN. Aksi RKHUP, dipicu oleh hoax dan opsus media.
Bukan
sebuah kebetulan kalau Gejayan dipilih sebagai tempat aksi, selain
karena ada sejarah pembunuhan mahasiswa, juga karena dekat dengan rumah
Sengkuni. Sehingga lingkungan bisa mereka kuasai.
Bukan
sebuah kebetulan kalau Papua yang sudah tenang dan berangsur pulih dari
kasus rasis, dengan mudahnya diledakkan lagi berbarengan dengan aksi
Gejayan. Ini semua karena satu komando.
Bukan
sebuah kebetulan kalau satu-satunya partai yang menyesalkan dan berharap
RUU KUHP disahkan, adalah PKS. Karena mereka, Ikhwanul Muslimin ini
ingin memperpanjang situasi kerusuhan sampai terjadi chaos seperti di
Mesir.
Agenda setting ini sudah diketahui oleh
intelijen. Dan atas dasar itulah Presiden Jokowi menyampaikan
penundaannya. Karena Presiden tahu, ini bukan wilayah perdebatan pro
kontra terkait pasal-pasal, tapi tentang sebuah rencana yang disiapkan
secara matang oleh kelompok IM. Tujuannya untuk memisahkan kelompok
mahasiswa dari kalangan IM, dengan mahasiswa yang benar-benar menuntut
revisi atau evaluasi RUU.
KPK, Gerindra, Prabowo
dan Mahasiswa Papua, semuanya hanya target operasi mereka, memanfaatkan
momentum dan emosi sesaat. Gerindra dan Prabowo kemudian sadar dan
berdamai dengan Jokowi, tak perlu heran kenapa PKS paling getol
menyerang pertemuan tersebut. KPK juga akhirnya punya pimpinan baru dan
setuju dengan adanya badan pengawasan.
Pada
akhirnya, ribut-ribut ini adalah bukti nyata, bahwa perang ideologi
sedang terjadi di Indonesia. HTI dan sejenisnya itu hanyalah
dayang-dayang pendukung, saudara sekandung. Tapi pada intinya sama,
ideologi khilafah dan menetang Pancasila. Bisnis pelengseran, mengambil
alih kekuasaan.
Dan wajar saja kalau Menkumham
bilang sudah punya bukti terkait aktor biang keroknya. Bertanya pada
mahasiswa yang masih melakukan aksi padahal tuntutannya sudah dikabulkan
"apa yang mau diambil di jalan sana?
menjatuhkan pemerintah? thats the way you do it? main paksa? itu memang
caranya. Kalau semua orang main paksa dengan caranya sendiri, thats the
way you do it? to rule a nation?"Sumber Opini : https://seword.com/politik/mengungkap-gerakan-impks-biang-kerusuhan-dan-NPEJnp36A4
Usung 10 Tuntutan, Aksi Mahasiswa Kalsel Diikuti Sejumlah Pelajar SMA/SMK
MASSA mahasiswa lintas kampus terus berdatangan memenuhi ruang Jalan Lambung Mangkurat, depan Kantor DPRD Kalsel di Banjarmasin, Kamis (26/9/2019). Dengan mengenakan jaket almamater dari perguruan tinggi masing-masing, ribuan mahasiswa dan pelajar ini menggelar aksi unjuk rasa.BERKUMPUL di depan halaman Masjid Raya Banjarmasin, Jalan Jenderal Sudirman, mahasiswa dengan mengusung berbagai poster dan spanduk berisi tuntutan dan kecaman. Menariknya, dalam aksi kali ini, sejumlah pelajar SMA/SMK turut bergabung dalam orasi jalanan ini.
Massa kemudian berjalan menuju gedung parlemen daerah. Setibanya di jalan depan Gedung DPRD Kalsel, mahasiswa sempat saling dorong dengan aparat gabungan dari Polda Kalsel, Polresta Banjarmasin dan Brimobda Kalsel bersenjata lengkap.
Muaranya ketika mahasiswa diadang aparat yang berjaga ketika ingin masuk ke Rumah Banjar. Mahasiswa meneriakkan yel-yel yang membakar semangat dan menyanyikan lagu perjuangan.
“Satu komando, masuk, masuk, masuk,” teriak salah satu pentolan aksi mahasiswa lintas kampus yang ada di Banjarmasin dan Banjarbaru, terus merangsek. Namun, lagi-lagi mereka dihalangi barikade aparat kepolisian, TNI dan gabungan yang sangat ketat.
Tensi sempat mereda saat perwakilan anggota DPRD Kalsel seperti Wakil Ketua DPRD Kalsel sementara, Syaripuddin, anggota Fraksi Gerindra HM Lutfi Saifuddin, Troy Satria (Fraksi Golkar) dan lainnya mau menemui para mahasiswa.
“Membujuk pemerintah untuk menghentikan tindakan represif terhadap kawan-kawan mahasiswa maupun rakyat yang hari ini menyampaikan aspirasi,” kata Rizal Nagara.
Ketua BEM UIN Antasari ini mengatakan massa mendesak adanya penundaan pembahasan ulang terhadap pasal-pasal yang bermasalah dalam RKUHP. “Kami menuntut kepada negara untuk mengusut dan mengadili elite-elite yang bertanggung jawab atas kerusakan lingkungan di beberapa wilayah di Indonesia,” kata Sekretaris Umum HMI Banjarmasin ini.
Rizal menjelaskan mahasiswa juga mendesak pemerintah mencabut pasal-pasal bermasalah dalam RUU Ketenagakerjaan yang tidak berpihak kepada buruh. “Kami menolak pasal-pasal problematis dalam RUU Pertanahan yang merupakan bentuk pengkhianatan terhadap semangat reforma agraria,” tegas Rizal.
Aktivis HMI ini menyebut massa mendorong proses demokrasi di Indonesia dan menghentikan penangkapam aktivis di berbagai sektor. “Kami mengecam pemerintah Indonesia terkait segala tindakan kekerasan dan penindasan terhadap warga/masyarakat Papua, dan mengajak DPRD Kalsel menolak segala RUU yang dianggap bermasalah,” pungkas Rizal.
Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2019/09/26/usung-10-tuntutan-aksi-mahasiswa-kalsel-diikuti-sejumlah-pelajar-sma-smk/
Demo Sempat Ricuh, Mahasiswa-Polisi Terlibat Aksi Saling Dorong
AKSI besar-besaran untuk turun ke jalan dilakoni ribuan mahasiswa dari berbagai perguruan tinggi di Banjarmasin dan Banjarbaru, juga diikuti para pelajar SMA/SMK di depan Gedung DPRD Kalsel, Jalan Lambung Mangkurat, Banjarmasin, Kamis (26/9/2019).MASSA pendemo yang dikoordinir Ghulam Reza dari Uniska Banjarmasin, Rizal Nagara (UIN Antasari) dan Sandi (Universitas Lambung Mangkurat), mulai merangsek masuk ke Gedung DPRD Kalsel.
Namun, aksi mereka diadang barikade ketat aparat kepolisian dengan tameng. Sempat ricuh, barisan mahasiswa dan polisi sempat terlibat aksi saling dorong. Bahkan, blokade polisi sempat jebol ditembus mahasiswa, yang terus mendorong untuk segera dipertemukan dengan wakil rakyat di Rumah Banjar.
Pengamanan ini pun langsung dipantau Kapolda Kalsel Irjen Pol Yazid Fanani dan Wakil Kapolda Kalsel Brigjen Aneka Pristafuddin dari depan Gedung BCA. Skema pengamanan dengan pagar betis ditambah dua unit mobil watercannon disiagakan, jika nanti aksi berujung anarkis.
Bahkan, polisi sempat mengamankan dua mahasiswa yang dianggap memprovokasi rekannya. Namun, sebelum usai aksi, mahasiswa itu kembali dilepaskan. Menariknya, dalam aksi kali ini, ratusan siswa SMK se- Banjarmasin juga ikut para senior dalam mengusung tuntutan penolakan terhadap RKUHP, revisi UU KPK, serta UU lainnya yang tak berpihak kepada publik.
Kericuhan ini pun mereda ketika Wakil Ketua DPRD Kalsel Syaripuddin dan beberapa anggota dewan lainnya datang, dan mau duduk lesehan di aspal untuk berdialog.
Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2019/09/26/demo-sempat-ricuh-mahasiswa-polisi-terlibat-aksi-saling-dorong/
Korlap Demo Mahasiswa Kena Pukul, Dialog Terpaksa di Jalan Lambung Mangkurat
AKSI unjuk rasa massa mahasiswa lintas kampus di Banjarmasin dan Banjarbaru hingga diikuti para pelajar SMA/SMK nyaris saja berakhir ricuh dengan petugas keamanan gabungan di Jalan Lambung Mangkurat, depan Gedung DPRD Kalsel, Kamis (26/9/2019).MEREKA secara berkelompok saling dorong saat mencoba masuk ke dalam gedung DPRD Kalsel untuk menemui anggota parlemen daerah. Namun, aksi ini diadang barikade polisi dengan tameng.
Adu mulut antara mahasiswa dengan petugas kepolisian tak terelakkan. Dalam pantauan jejakrekam.com, setidaknya ada dua pendemo yang diamankan petugas. Namun, tak beberapa lama, dilepaskan kembali bergabung ke barisan mahasiswa dan pelajar. Bahkan, Koordinator Wilayah (Korwil) BEM se-Kalimantan Selatan Muhammad Ghulam Reza, sempat terkena pukulan oknum aparat.
“Walau kami terkena pukul, kami tetap memaafkatn polisi. Kami berharap bapak-bapak DPRD mencontoh jiwa besar mahasiswa,” kata Ghulam.
Setelah sempat bersitegang, situasi sedikit mereda, saat sejumlah anggota DPRD Kalsel menemui massa. Mahasiswa meminta polisi yang berjaga untuk duduk bersila dan menanggalkan atribut keamanan.
Namun petugas bergeming menuruti permintaan mahasiswa. Wakil Ketua DPRD Kalsel sementara, Syaripuddin menjelaskan kepada para mahasiswa hanya mengizinkan sekitar 100 perwakilan bisa masuk ke gedung dewan. Namun, lagi-lagi aparat kepolisian melarang dengan alasan demi keamanan gedung parlemen.
“Kami ingin saja kalian masuk tapi setelah kami berdiskui dengan polisi, prosedur keamanan tidak memungkinkan itu,” kata Syaripuddin dari FPDIP, didampingi sejumlah anggota DPRD Kalsel.
Namun penjelasan Sekretaris DPD PDIP Kalsel ini tidak membuat mahasiswa puas, mereka tetap ingin masuk. Bahkan mahasiswa menyampaikan mosi tidak percaya kepada kepolisian dan DPR RI. “Hari ini, DPR sudah menjadi Dewan Pengkhianat Rakyat, Dewan Pemerkosa Reformasi,” teriak mahasiswa.
Massa pun menyerahkan nisan simbol kematian demokrasi. Hingga berita ini diturunkan massa masih berorasi dengan pelantang suara di depan Gedung DPRD Kalsel. Dialog antara para pendemo dengan wakil rakyat ini terpaksa digelar di Jalan Lambung Mangkurat, dengan pengawalan ketat aparat kepolisian.
Sumber Berita : http://jejakrekam.com/2019/09/26/korlap-demo-mahasiswa-kena-pukul-dialog-terpaksa-di-jalan-lambung-mangkurat/
Aksi Mahasiswa Makin Ngampret, Makin Menjijikkan!
Awalnya masih ada
rasa simpati saya terhadap aksi mahasiswa. Saya akui bahwa apa yang
mereka suarakan mungkin benar-benar dari kegelisahan mereka atas keadaan
bangsa ini. Kalau itu yang disuarakan, maka saya apresiasi.
Tetapi
lama kelamaan, aksi mahasiswa ini makin tidak jelas. Tuntutannya makin
beragam dan makin absurd. Rasa tuntutan mahasiswa seperti nano-nano yang
menjijikkan. Hanya ada satu tuntutan yang bertahan, yaitu penolakan RUU
KPK. Kenapa?
Mungkin
karena Presiden sudah mengabulkan tuntutan lainnya. Mungkin juga karena
tuntutan yang lain itu tidak mereka pahami atau katakanlah tuntutan
lain itu hanya berdasarkan hoaks yang disebarkan di media sosial untuk
memprovokasi mereka. Maka ketika isu itu ternyata hoaks, maka mereka
tidak menuntutnya lagi. Atau bisa jadi, tuntutan RUU KPK tersebut sudah
mereka kuasai sedemikian rupa sehingga mereka tetap mempertahankannya.
Ya percuma dong dibriefing KPK kalau mereka tidak paham soal tuntutan
RUU KPK.
Tetapi justru di situlah kelemahan
mereka. Ketika tuntutan mereka sudah dikabulkan Jokowi dan mereka tetap
melakukan aksi, saat itulah ketahuan bahwa sebenarnya agenda mereka
hanya RUU KPK demi KPK. Tujuan akhirnya adalah memaksa presiden antara
mengeluarkan Perppu atau mundur. Selesai.
Sayangnya
mereka tidak sadar bahwa memang mereka dikondisikan demikian agar aksi
mereka dapat digunakan pihak tertentu. Mereka dikondisikan agar tetap
menyuarakan penolakan terhadap RUU KPK sementara itu agenda lain
dijalankan yaitu menciptakan kerusuhan di mana-mana agar keadaan semakin
kacau.
Tetapi sebagian mahasiswa masih bisa
dikontrol. Sebagian lagi sudah masuk perangkap atau memang bagian dari
skenario untuk bertindak sebagai pemancing keributan dan memprovokasi
mahasiswa yang menyuarakan aspirasinya. Itulah sebabnya daya hancurnya
kurang efektif, tidak mampu menciptakan batas minimum kericuhan seperti
yang diinginkan.
Mereka sudah mengerahkan
mahasiswa yang disusupkan. Mereka juga sudah memanfaatkan ibu-ibu
kecentilan sebagai provokator. Serangan dan provokasi di media sosial
pun sudah digencarkan. Eh malah daya gedornya masih tetap sama saja,
tidak mencapai batas minimum kekacauan.
Untuk
menambah daya hancur dan efek kacaunya, anak-anak ingusan (SMP/SMA/SMK)
mulai diprovokasi. Anak-anak ingusan yang tidak tahu apa-apa diajak ikut
berdemo. Meskipun anak-anak ini tidak tahu apa-apa, mereka tetap ikut
karena diiming-imingi bayaran Rp 40 ribu dan diberi nasi bungkus. Di
lapangan mereka hanya teriak seadanya saja, yang penting ribut dan rame.
Terbukti
ketika anak-anak itu ditanyai, mereka tidak tahu apa yang mereka
suarakan. Mereka tidak paham aksi itu sebenarnya aksi apaan. Mereka
hanya ikut saja karena diajak dan diprovokasi melalui media sosial.
Sebagian lagi ada yang termakan hoaks melalui TVOne – menurut pengakuan
pedemo SMA.
Apa yang terjadi kemudian?
Anarkisme. Mereka menghantam saja apa yang ada. Merusak apa yang bisa
mereka rusak. Melempar apa yang bisa mereka lempar. Dan meneriakkan apa
saja yang penting teriak. Sampai ada yang protes pemindahan ibu kota –
isu ini berusaha menyerang Jokowi.
Apa
yang dibangun di sini sebenarnya hanya kekacauan. Kekacauan akan
melahirkan kekecewaan dari masyarakat. Kekecewaan masyarakat akan
mungkin bentrokan dengan aksi massa. Bentrokan antara aksi massa dengan
masyarakat umum akan melahirkan kekacauan yang jauh lebih besar.
Kekacauan yang lebih besar pasti akan melahirkan suatu kesepakatan bahwa
pemerintah tidak mampu mengatasi pergolakan di tengah masyarakat.
Itu
masih demo di Jakarta. Di daerah lain bagaimana? Di daerah di mana
Jokowi keok, tuntutannya bukan hanya soal RUU KPK. Polanya tetap sama
bahwa demo penolakan terhadap RUU. Tetapi di daerah itu pasti akan
berujung meminta Jokowi turun dan melakukan penghinaan terhadap simbol
negara. Kalau yang ini memang kampret benaran karena mereka beraksi
dilandasi kebencian – pembalasan atas kekalahan di Pilpres.
Dari
semua aksi, bola panas akan mengarah pada satu titik, yaitu Jokowi dan
pemerintahannya. Tidak ada yang lain. Tidak perlu mahasiswa bilang tidak
ada niatan untuk menurunkan Jokowi, sudah pasti arahnya akan ke sana.
Karena mereka tahu bahwa pemerintah tidak mungkin mengakomodir tuntutan
mahasiswa saat ini juga.
Sebab dikabulkan atau
tidak semua tuntutan mahasiswa itu, keadaan tidak akan berubah. Karena
polarisasi dukungan sekarang sudah terjadi. Presiden Jokowi berada pada
posisi yang sulit, serba salah dan pasti akan disalahkan.
Pokoknya, apa pun keputusannya, Jokowilah yang salah dan dipersalahkan! Itulah kampret.Sumber Opini : https://seword.com/politik/aksi-mahasiswa-makin-ngampret-makin-menjijikkan-MdmRtfuTiJ
Dana Demo Kog Gak Habis-Habis Yah? Berapa Kira-Kira?
Saya serius
bertanya. Berapa kira-kira biaya demo. Katakanlah yang demo 100 orang,
harus berapa jumlah uang yang saya keluarkan agar mereka yang demo itu
tetap kuat berteriak, tidak serak karena kehausan, tidak lemas karena
kelaparan, tidak menyerah ketika disiram water canon, dan masih sanggup membakar ini itu serta menghadapi petugas?
Kalau
dihitung Rp 100 ribu per orang, apakah sudah cukup? Tapi merekakan juga
tidak mungkin hanya mau sakitnya saja dan harus ada jaminan kalau
setelah demo terjadi sesuatu. Katakanlah luka memar. Baiklah kita
genapkan maksimal Rp 300 ribu per orang. Maka jika dihitung, totalnya
adalah Rp 30 juta. Wow….. Itu kalau 100 orang, bagaimana kalau seribu?
Rp 300 juta cuy….
Kalau
uang transportasi dan uang saku saja yang diuangkan dan logistik
disediakan di lapangan, karena hanya sebagai uang lelah, berapa
biayanya? Katakanlah uang lelahnya Rp 200 ribu – itu pun kecil untuk
ukuran korlap dari daerah dekat Jakarta, tapi kita samakan sajalah.
Biaya logistik untuk 100 orang dengan estimasi nasi bungkus Rp 25 ribu,
maka totalnya adalah Rp 2,5 juta. Ditambah biaya transportasi dan uang
saku, maka totalnya adalah Rp 22.5 juta. Kalau pesertanya 1000 orang, ya
Rp 225 juta.
Hitung-hitungan di atas adalah
demo yang dibiayai. Saya tidak menyebut demo-demo belakangan ini
dibiayai semua. Ada memang yang tulus mau menyuarakan aspirasinya karena
kegelisahan keadaan bangsa. Ada yang tulus menyampaikan aspirasinya
karena terprovokasi hoaks. Tetapi ada juga yang karena dibayar. Minimal,
peserta demo itu ditanggung logistiknya.
Apakah
saya asal tuduh? Tidak juga. Ada bukti-bukti tak terbantahkan. Ada
komunitas yang mendukung demo dengan menyediakan logistik berupa air
mineral, kue dan nasi kotak – tujuannya untuk menambah kegaduhan. Ada
juga yang mendukung berupa logistik atas dasar solidaritas. Tetapi ada
juga yang sengaja membayar pedemo dengan harga beragam – Rp 40-50 ribu
per orang.
Buktinya, coba saksikan video berikut ini:
Demo berbayar Rp 40 ribu per anak
Demo paling gokil, logistik tersedia 2 truk menyusul.
Demo ter-elite, makanannya roti bermerk OK OCE
Saya
tidak sedang memfitnah mahasiswa loh yah. Saya di atas sudah
mengapresiasi bahwa ada mahasiswa yang memang tulus menyampaikan
aspirasinya. Tetapi ternyata ada juga peserta demo yang dibayar. Ada
juga logistik yang disediakan untuk para mahasiswa.
Coba
jelaskan siapa yang dengan tulus menyediakan logistik untuk para
mahasiswa karena kepeduliannya terhadap KPK? Silakan mahasiswa jawab
kalau bisa. Lah kalau ada yang seperti itu kog ya mahasiswanya dengan
santai saja minum dari logistik yang sudah disediakan seolah sudah tahu
akan ada air minum yang tersedia?
Kalau mau
membantah saya, silakan bantah video di atas. Mau bilang itu bukan
mahasiswa? Bagaimana mungkin saya percaya mahasiswa tidak dibayar kalau
mereka sampai mau rela luka-luka padahal mereka tidak tahu apa yang
mereka sedang perjuangkan? Jawab saja!
Hanya ada
satu cara untuk membuktikan bahwa mahasiswa tidak dibayar dan tidak
dibiayai, yaitu cari tahu siapa yang menyediakan logistik sampai dua
truk itu dan apa alasannya, siapa yang bayar anak-anak demo. Jika tidak
bisa membuktikan itu, maka bukti saya tidak terbantahkan.
Tapi
kalau mahasiswa merasa tidak dibayar, ya sudahlah. Biarlah hanya kamu
dan Tuhan yang tahu. Toh dosa tanggung masing-masing. Saya mau bahas
yang terbukti didanai sajalah.
Kalau per anak
dibayar Rp 40 ribu, maka dengan estimasi 300 anak-anak SMP/SMA/SMK yang
ikut, bohir demo akan mengeluarkan dana sekitar Rp 12 juta. Logistiknya
dua truk nasi kotak (plastik) kira-kira seharga Rp 15 ribu per kotak.
Maka biaya logistik sebanyak Rp 4,5 juta. Maka hanya untuk anak-anak
penambah kekacauan saja harus keluarkan biaya Rp 16,5 juta. Waduh…. Satu
sepeda motor itu.
Katakanlah anak-anak itu kita
kategorikan sebagai penyusup atau pedemo yang berbayar karena mereka
memang masih di bawah umur. Kira-kira berapa penyusup yang ada di antara
mahasiswa di demo Jakarta saja? Berapa daerah mereka tempatkan
penyusup? Anggaplah setiap daerah mereka menyusupkan 100 orang dengan
pendanaan seperti di atas – bukan yang untuk anak-anak. Berapa biaya
yang harus dikeluarkan bohir? Estimasi saya, mereka pasti menghabiskan
lebih dari Rp 1 M-an setiap hari demo. Kali tiga hari. Anda hitung saja
sendiri.
Siapa yang akan sanggup membiayai demo
seperti itu? Siapa lagi kalau bukan orang kaya yang punya kepentingan
politik. Siapa lagi kalau bukan orang kaya yang mendapat keuntungan dari
kacaunya Indonesia. Bejatkan?
Makanya mahasiswa
itu, kalau tidak mau disusupi, kalau tidak mau dituduh sebagai pedemo
bayaran, maka gunakanlah hak konstitusionalmu itu secara konstitusional.
Jangan malah dengan cara-cara jalanan. Toh tuntutanmu sudah dikabulkan,
kamu sudah menang. Ya kalau tidak mau dituduh lagi sebagai demo
mahasiswa bayaran, ya sudahi saja. Silakan berjuang di jalur yang sudah
disediakan dan jauh lebih elegan dari pada di jalanan.Sumber Opini : https://seword.com/politik/dana-demo-kog-gak-habishabis-yah-berapa-kira-GTNr3g8tfg
Anies Siapkan Biaya Pengobatan, Ambulan Pemprov DKI Siapkan Batu & Molotovnya.
Gokil, gokil sekali Gubernur seiman yang maha kuasa itu.
Maha
kuasa menggunakan jabatannya sebagai Gubernur pilihan 52% warga
Jakarta, untuk kucing-kucingan, berani menyakiti Polisi dengan amunisi
batu hingga bom molotov.
Tapi kita harus
percaya, percaya bahwa dari semua tata kata yang bakal dia lontarkan
hari ini, dia tidak ada sangkut pautnya. Kita wajib meyakini
perkataannya yang mutlak itu didalam hati, bahwa Anies tak terlibat
dalam mobil-mobilan ini. Tapi kita harus mengimani Anies karena telah
menjadi juru selamat bagi para demonstran yang terluka. Karena ada
fotonya, juga ada selebaran deklarasi pengobatannya.
Anies,
sang ahli menata kata itu benar-benar pahlawan. Pahlawan bagi mereka,
Gerindra, PKS, dan siapapun yang menunggangi APBN Jakarta untuk
digunakan dalam kepentingannya saja.
Demo
parah ini terulang lagi, 22 Mei lalu pernah terjadi. Polanya pun mirip
seperti ini, dahulu kala, Anies pun juga selalu mensupply pengobatan
gratis. Tak ada yang berubah, yang berubah hanya mobilnya saja. Dahulu,
yang mengantar batu saat 22 mei itu adalah Ambulan milik Gerindra,
sedangkan kini dari Pemprov DKI punya.
Oh Anies,
diriku sangat penasaran dengan klarifikasi apa yang akan kau lontarkan
pagi ini. Beberapa kalimat mungkin sudah saya siapkan sebagai
tebak-tebakan. Bukan kami, bukan pemprov DKI, ambulannya dicuri. Mungkin
kalimat itu bisa anda pakai pak.
Saya
tau, kamu benci rencanamu gagal. Sepupumu, Novel Baswedan, kini tak
punya kuasa lagi di KPK. Tak ada kuasa sadap menyadap lagi, tak ada
kuasa lagi membidik parpol khusus yang menjadi lawanmu.
Saya
tau kamu memang bercita-cita menjadi R1, Jika memang parpol tak
terlibat menunggangi anda dibalik ambulan ini, maka perlu kami percaya
bahwa KPK kerabatmu itulah yang kau dukung penuh.
Yang sabar ya Anies.
Banyak cara ke negeri cina, apalagi sebentar lagi memasuki akhir september, bulannya komunis di Indonesia.
Dimulai
dari mahasiswa, turun ke anak SMA, kau dukung pula dengan mengucap
terserah kepala sekolah. Aku tau rencanamu belum usai.
Sudah
terlihat, pendukung kadal gurun sudah bersiap. Poster bibib Rizieq
mengajak revolusi sudah tersaji. Sekarang langkah apa yang akan kau
tempuh nanti? Memang masih misteri.
Jika
mahasiswa dan STM berdemo soal RUU, maka dengan tujuan apa kadal gurun
bakal turun nanti? Saya tidak tau, tapi saya yakin, Anies sudah paham.
Karena
Mahasiswa dan pelajar sifatnya sementara, sedangkan kadal gurun adalah
prajurit yang setia. Anies memang masih punya kartu AS.
Sampai
waktu demo mereka itu tiba, percantik lah lagi kucing-kucinganmu itu.
Sudah cukup minuman berlogo ok oce terpampang. Sudah cukup banyak kadal
gurun nyamar jadi mahasiswa, sudah cukup mobil ambulan pemprov DKI
dipakai menyupplai amunisi. Sudahi kebodohan penyelenggara acara yang
tak rapi ini. Rapikan propagandanya, ciptakan rekor pemujaan demi R1 di
2024 nanti. Teruntuk Anies yang maha benar.
Sumber Berita : https://seword.com/politik/anies-siapkan-biaya-pengobatan-ambulan-pemprov-0bcqmDgpdE
Prabowo Naik Alphard ISIS, Makanya Keok
Kemarin sore pulang
kerja saya pangkas rambut saya dengan model terbaru yaitu tipis setengah
cm di kiri dan kanan, serta belakang kepala.
Yang
diatas kepala sengaja saya minta tidak dipangkas supaya terlihat agak
tebal sedikit dengan model milenial jaman now. Ya dong kita harus
menyesuaikan dengan kondisi jaman terkini supaya tidak ketinggalan
jaman.
Sembari
rambut saya dipangkas, saya menonton TV yang disediakan tukang pangkas
rambut yang menayangkan berita tentang rusuh di Wamena, serta demo-demo
mahasiswa, baik itu di Jakarta, Bandung, dan Jogja.
Kok
bisa ya sangat kebetulan sekali aksi-aksi ganjen memanggil, eh salah,
apa namanya lupa saya, aksi mahasiswa tolak revisi UU KPK dan RUU KUHP,
dan chaos di Wamena, timingnya bertepatan dengan menjelang pelantikan
pak Jokowi menjadi Presiden RI periode kedua pada tanggal 20 Oktober
2019 bulan depan.
Saya pun senyum-senyum
sendiri, sembari bersin karena ada rambut yang masuk ke hidung saya,
melihat kepanikan kubu sebelah yang masih belum legowo dan move on juga
menerima kekalahan junjungan mereka pada pilpres 2019 ini.
Ada
saja ulah busuk mereka untuk menjegal pelantikan pak Jokowi. Padahal
kita semua tahu bahwa Prabowo dan kroni-kroninya adalah dapur Hoax yang
paling produktif dan pendukung khilafah sepanjang masa, now and forever.
Mereka
juga lupa bahwa salah satu faktor tumbangnya Prabowo Subianto pada
perhelatan pilpres 2019 ini, yaitu gegara junjungan mereka yang
sok-sokkan naik mobil Alphard dimana pemilik mobil Alphard tersebut
berafiliasi ke ISIS.
Mobil mewah Alphard yang
digunakan Prabowo untuk kampanyenya itu milik Chep Hermawan,
dedengkotnya Gerakan Reformis Islam/GARIS Cianjur yang merupakan
donatur 156 anggota ISIS di wilayah Irak dan sekitarnya.
Tidak
tanggung-tanggung Prabowo dijamu, diberi sarana dan keistimewaan dari
seorang yang punya potensi menjadi musuh negara yang akan meremukkan
Pancasila jika misi terselubung mereka berhasil.
Serem,
bukan? Tapi itulah fakta. Stigma miring dan phobia terhadap gerakan
khilafahisme sudah melekat kuat dalam hati sanubari mayoritas rakyat
Indonesia. Makanya Prabowo tumbang tanpa ampun.
Demi
meraih mimpinya menjadi Presiden yang tak kunjung diraihnya itu,
Prabowo nekat berafiliasi dengan kaum penyokong gerakan terorisme dunia
sekaliber ISIS. Ini yang bikin saya mau tertawa ngakak nyaris salto
jumpalitan, tapi takut kualat.
Mantan Jenderal
kok bisa pikiran sesatnya itu mengalahkan kewarasan dalam kehidupan
berbangsa dan bernegara sebagai negarawan yang sejatinya harus punya
spirit nasionalisme yang mumpuni.
Prabowo
Subianto terlalu berani mempertaruhkan ambisinya dan masa depan NKRI,
hanya lantaran nafsu ingin menang jadi Presiden RI, sementara rakyat
yang jumlahnya 267 juta ini mayoritas menginginkan negarawan yang
nasionalisme dan Pancasilais.
Prabowo
mungkin saat itu berpikir dengan memanfaatkan kelompok kadal gurun
model begini ini maka dia akan mendulang suara dan menang Pemilu.
Prabowo
pun terlena dan terbuai dengan nafsu akan potensi jumlah suara yang
akan diraupnya. Hadirnya Prabowo bersama dedengkot ISIS Indonesia Chep
Hermawan itu membuat mayoritas rakyat menjadi was-was, mau dibawa kemana
negara yang besar ini.
Bagaimana
mungkin seorang capres berakrab ria dan dijamu oleh tokoh teroris yang
afiliasinya menghancurkan negara besar sekaliber Suriah sampai hancur
berkeping-keping. Tentunya ada deal-deal politik khusus agar gerakan
khilafah bisa bebas lepas kelayapan di negara ini.
Fakta
kehadiran Prabowo dirumah Chep Hermawan dan sekaligus menaiki mobil
mewah Alphard milik yang bersangkutan adalah bukti sahih yang tak
terelakkan bahwa mayoritas rakyat waras menolak mentah-mentah gerakan
khilafahisme dan terorisme di NKRI tercinta ini.
Sejarah
mencatat bahwa bangsa kita sejak para pendahulu bangsa sudah final dan
tidak bisa ditawar-tawar lagi memilih Pancasila sebagai nafas dan
ideologi bangsa.
Negara dengan berbagai ragam
suku, bahasa, dan agama ini sudah semestinya denyut nadi, detak jantung,
dan aliran darah bangsa harus Pancasilais. Karena Pancasila adalah
takdir bangsa, maka wahai para kadal gurun berhentilah berhalusinasi
untuk mengggantinya.
Saya berharap agar para tim
hore yang belum legowo dan move on dengan kekalahan Prabowo agar tidak
menunjukkan kedunguan mereka lagi kepada masyarakat dengan menciptakan
intrik-intrik busuk dengan tujuan untuk menjegal pelantikan Presiden
Jokowi pada tanggal 20 Oktober 2019 ini.
Yang
perlu mereka catat baik-baik, yaitu kemenangan Jokowi-Ma'ruf Amin itu
karena kehendak Allah dan kehendak mayoritas rakyat waras yang cinta
NKRI. Jadi jangan ngaco.
Pun juga, suka tidak
suka, fakta dan sejarah mencatat bahwa pak Jokowi adalah ahli strategi,
sehingga dari masa ke masa para lawannya selalu gigit jari. Mau
intimidasi seperti Pilkada DKI, yang mereka hadapi adalah pak Jokowi,
sang ahli strategi. Makanya tumbang.
Kalau kita
bicara soal sholat, silahkan bandingkan cara sholat pak Jokowi dan
Prabowo. Kalau bicara soal prestasi, bandingkan prestasi pak Jokowi dan
Prabowo. Kalau bicara soal pengalaman dalam memimpin, bandingkan
pengalaman memimpin pak Jokowi dan Prabowo. Jadi sudah jelas, bukan?
Intinya
kami mayoritas rakyat waras memilih Jokowi karena kami cinta pemimpin
yang pekerja keras dan tanpa pamrih. Mayoritas rakyat waras memilih
Jokowi karena optimis akan masa depan bangsa, bukan calon pemimpin yang
pesimis bahwa Indonesia akan bubar pada tahun 2030.
Idealnya
pemimpin yang baik adalah pemimpin yang memiliki kemampuan intelektual
yang tinggi, bermartabat, punya kharisma yang kuat dan membius, punya
gaya bicara yang to the point tanpa tedeng aling-aling dan tanpa inflasi
kata-kata bersayap.
Bagi kami yang waras ini,
pak Jokowi adalah pemimpin yang memiliki visi dan misi yang jelas,
pekerja keras, dan punya kapabilitas manajerial serta tingkat
kepercayaan diri yang tinggi. Masih belum paham juga ente?Sumber Opini : https://seword.com/politik/prabowo-naik-alphard-isis-makanya-keok-BWr8VL2jPK
Demonstran Panas, Jokowi Tetap Dingin
Indonesia rame lagi! Demo maning. Kali ini yang demo para mahasiswa. Yang bila nanti mereka kelar sekolahnya, dipastikan jelas alumni dari mana.
Bukan seperti pendemo-pendemo yang 3 tahun belakangan begitu mendominasi khasanah perdemoan di Indonesia. Yang begitu selesai rame-rame, langsung menjadi alumni berdasarkan angka kalender.
Namun sepertinya kelompok ini tidak benar-benar in ansentia
dari hajatan demo ini. Mereka tetap hadir. Walaupun tidak begitu
nampak. Menjadi penumpang gelap. Atau setidaknya tersamarkan oleh jas
almamater non-emblem yang dipakainya. Namun penampakan muka dan
perawakan pasti tidak bisa bohong.
Keikutsertaan mereka ini agaknya mengikuti arahan sang Imam Besar sang sedang bermukim di Saudi Arabia sono. Begini bunyi himbauannya yang didapat dari meme yang bersliwar dan bersliwer di dunia maya!
SERUAN IB-HRS:
AYO RAKYAT INDONESIA TURUN SEMUA BERSAMA MAHASISWA…. !
AYO SELAMATKAN NKRI…. !!
AYO TURUNKAN JOKOWI…. !! !!
AYO REVOLUSI…. !! !! !!
Ada juga pesan berantai yang lebih bercanda. Begini,
Jokowi
pasti turun.khabar nya masa 212 akan masuk jakarta semua tambah
Mahasiswa Mahasiswa seluruh Indomesia akan berkumpul di Jakarta
*dan semua Buruh se indonesia.👍👍👍🇮🇩
Save
indonesia sebelum dikuasai Gerombolan China Taipan dan Pejabat pribumi
yg disuap Aseng hingga menjilat pantat China dan kepentingan China
menguasai bangsa mu..pejabat kotor dan penghianat yg jadi kacung China
via kekuasaan Jokowi yg jelas juga ber etnis China ngaku orang Solo*.
Lebih baik terlambat drpd negeri musnah dihabisi China komunis !!!
Yang lebih 'serius', ajakan-ajakan tersebut dibarengi juga dengan himbauan demi keselamatan mereka. Begini,
Mohon perhatian, jika ingin ikut demo, jgn ada yg menggunakan atribut lain selain atribut mahasiswa.
Krn begitu muncul atribut lain, maka akan dikambinghitamkan.
Hindari penggunaan atribut FPI, 212, 02, ormas islam dan gambar prabowo sandi...
Info dr rekan intelijen yg pro rakyat
Lalu, sebenarnya apa tuntutan demo kali ini?
Pendemo
mengajukan penolakan terhadap revisi UU KPK yang telah disahkan. Juga
menolak rencana pengesahan RUU KUHP, RUU Pertanahan, RUU Minerba, dan
RUU Pemasyarakatan.
Nah
Senin malam (23/9/2019), suasana demo sempat memanas. Para mahasiswa
memaksa masuk ke Gedung DPR dengan memanjat pagar depan yang terbuat
dari besi.
Presiden Joko Widodo (Jokowi)
merespons enteng tuntutan mahasiswa aksi demo di depan Gedung DPR serta
berbagai kelompok masyarakat yang menolak UU KPK hasil revisi itu.
Presiden Jokowi juga memastikan tidak akan menerbitkan peraturan
pemerintah pengganti undang-undang (perppu) untuk mencabut Undang-Undang
tentang Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK).
Sementara
itu, untuk tuntutan mahasiswa terhadap beberapa RUU yang isinya
ditengarai bermasalah, Presiden Jokowi telah meminta DPR menunda
pengesahan RUU tersebut.
Pak Jokowi meminta
pengesahan RUU KUHP, RUU Pertanahan, RUU Minerba, dan RUU Pemasyarakatan
tak dilakukan oleh DPR periode ini.
"Untuk
kita bisa mendapatkan masukan-masukan, mendapatkan substansi-substansi
yang lebih baik, sesuai dengan keinginan masyarakat. Sehingga rancangan
UU tersebut saya sampaikan, agar sebaiknya masuk ke nanti, DPR RI
(periode) berikutnya," kata Pak Jokowi.
Dinginnya
respon Pak Jokowi ya memang seharusnya seperti itu. Pak Jokowi telah
menentukan kepastiannya soal UU KPK. Tidak ada negosiasi. Pun
seandainya ada pasal yang dipermasalahkan, telah ada jalur resminya,
yaitu MK.
Bukan di jalanan, bukan pula di tangan Presiden.
Kepastian
yang selanjutnya adalah, Presiden Jokowi telah memastikan bahwa
pengesahan RUU KUHP, RUU Pertanahan, RUU Minerba, dan RUU Pemasyarakatan
ditunda. Ini artinya Pak Jokowi memang mendengarkan aspirasi dari para
masyarakat dan mahasiswa. Juga karena kesemua rancangan UU itu
inisiatifnya dari pemerintah.
Kepastian selanjutnya, sepertinya telah terjadi salah paham. Salah paham nasional yang berhasil membuat aksi besar.
Kepastian
yang terakhir, bahwa sebenarnya ada 'agenda lain' dari demo-demo ini.
Ini ditunjukkan dari masih adanya kegiatan pasca adanya kepastian yang
diberikan oleh Pak Jokowi sebelumnya.
Atas
adanya "agenda lain" tersebut, pantas saja kalau respon Pak Jokowi atas
adanya demo mahasiswa kali ini, dingin-dingin saja.
Lalu, kalau Pak Jokowi yang didemo saja anteng dan dingin-dingin saja, siapa dong yang kepanasan???
Ada beberapa. Pertama tentu saja "sang penyeru" tadi. Selain karena cuaca di sono yang dekat gurun pasir, "gagal maning gagal maning" juga semakin membuat dada penuh sesak panas membara.
Kedua
tentu saja "sang pendana". Menyediakan dana untuk ongkos jahit jas
almamater aneka warna, nasi bungkus, dan uang lelah tentu perlu rupiah
yang tidak sedikit. Belum lagi untuk ongkos bikin hestek. Mayan tekor, lah!
Yang
terakhir tentu saja obyek penderita paling setia se-Indonesia saat ini.
Para pembenci Pak Jokowi. Kaum salawi. Gembar-gembor *bikin meme dan
begadang demi #turunkanJokowi jadi sia-sia berulang.
Akhirnya, dari apa yang terjadi ini, satu kata yang penting untuk pendemo dan pembenci Pak Jokowi adalah: BELAJAR LAGI!!!....
Gagal Jebak Jokowi, Penunggang Mahasiswa Tercerai Berai
Jokowi saat ini
sedang dipojokkan dengan berbagai cara. Entah mengapa, mereka seolah
baru terpikir untuk memanfaatkan, menunggangi dan menyusupi gerakan
mahasiswa untuk agenda mereka. Agenda Mahasiswa sebenarnya hanya satu,
yakni tunda pengesahan RKUHP dan kinerja sampah DPR.
Akan
tetapi, para radikalis pengusung gerakan anti Pancasila dan kaum
separatis itu memperbanyak agenda mereka. Kriminalisasi Papua, pelemahan
KPK, kebakaran hutan dan lain-lain sebagainya itu, adalah add ons alias tambahan dianggap mengada-ada untuk memperkeruh suasana.
Untung
saja Jokowi dan para tangan kanannya bergerak secara cepat. Sehingga
upaya mengguncang Jokowi terancam gagal, lagi-dan lagi.
Kerusuhan Papua.
Jokowi
melalui Moeldoko mengatakan bahwa untuk urusan kerusuhan Papua, mereka
sudah menangkap beberapa provokator yang ternyata didanai oleh asing.
Nama
Benny Wenda disebutkan dengan jelas oleh Moeldoko. Ia mengatakan bahwa
ada pihak asing yang ingin bermain-main dengan kedaulatan Indonesia.
Polisi
pun juga mengungkap peranan Veronica Koman dalam menghasut orang Papua.
Mereka menjalankan tugas secara terstruktur, sistematis dan masif.
Mereka
yang koar-koar cinta Papua, malah terlihat begitu gembira dengan
pertumpahan darah yang ada di Papua itu. Mereka ingin separasi dari
Indonesia, demi apa? Agar asing bisa melakukan intervensi.
Bahkan
lebih jauh lagi, Moeldoko mengatakan bahwa ada orang yang ingin Papua
rusuh, untuk menjegal pelantikan Jokowi di bulan Oktober. Jokowi akan
dicap sebagai orang yang gagal menjaga kedaulatan negara. Jokowi
diguncang di Papua. Akankah berhasil?
Rasanya, Moeldoko sudah menjawab itu. Dalam hal ini, BIN harus kerja keras untuk terus memantau Veronica dan Benny.
UU KPK
Jokowi,
lagi-lagi melalui Moeldoko mengatakan bahwa KPK dan kebijakan yang
selama ini tidak jelas, menghambat investasi perusahaan. Saya cukup
yakin bahwa UU KPK ini memang perlu, untuk mengawasi iklim investasi di
Indonesia. Mengapa?
Karena jika KPK bisa
sewenang-wenang, takutnya polisi Taliban hanya akan memantau pengusaha
yang agamanya berbeda. Kalau agamanya sama, nanti takutnya malah
diberikan ruang dan tutup mata sebelah.
Nah
ini yang dimaksudkan oleh Moeldoko dalam peranan KPK dalam menghambat
iklim investasi. Tapi banyak kaum kucing garong menganggap bahwa
Moeldoko sedang mendukung Korupsi. Dungu. Dengar yang lengkap. Maka UU
KPK sebenarnya bukan agenda demo mahasiswa.
Kebakaran hutan
Lagi-lagi
mau salahkan Jokowi untuk kebakaran hutan? Goblok kalian. Kebakaran
hutan itu pada hakekatnya adalah tanggung jawab pemerintah daerah.
Dosa
lama yang ditanggung Jokowi, adalah dosa dari si Sinterklas pemberi
konsesi lahan terbanyak. Siapa orang yang memberikan konsesi lahan
terbanyak di Indonesia?
Jangan bodoh. Kalau
bodoh pun jangan berjamaah. Lagipula, Jokowi sudah turun ke Riau dan
Kalimantan, meminta para aparat bergerak untuk menyiram dan memadamkan
api.
Bahkan Jokowi melakukan doa untuk meminta
hujan dan hujan turun. Sedangkan si Somad disuruh doa pun tidak mau. Loh
kok tidak mau doa minta hujan? Mau jebak mahasiswa untuk dompleng
Jokowi? Gagal.
DPR yang tidak becus.
Nah
ini yang paling absurd dan yang paling tidak jelas dalam sejarah
demonstrasi Indonesia. Kalau DPR yang tidak becus membuat UU yang ada,
kenapa salahkan Jokowi? Apa salahnya? Secara struktur bernegara dan
struktur pemerintah, DPR itu adalah bagian dari legislatif.
Presiden
adalah bagian dari eksekutif. Maka dengan demikian, DPR yang salah,
Jokowi gak ada hubungannya. Kalau mau salahkan, jangan salahkan Jokowi.
Salahkan saja si Fadli Zon, Fahri Hamzah dan sebagainya untuk
ketidakbecusan mereka.
DPR mah memang tidak
becus. Mereka tidak bisa bekerja. DPR-RI yang sekarang ada apa? Tapi
kalau DPR buruk, tidak mungkin dong kalian salahkan Jokowi. Memangnya
dengan salahkan Jokowi, DPR-RI menjadi lebih bagus? Ya mustahil. Kalau
kata bos, itu adalah hil yang mustahil.
Bagi
saya, agenda-agenda ini sudah tidak murni lagi gerakan mahasiswa.
Gerakan mahasiswa adalah murni, sedangkan orang-orang ini sangatlah
politis. Gerakan politis semacam ini tidak memiliki basis dan akar yang
kuat.
Jangan sampai Indonesia rusak hanya karena
penyusup. Mahasiswa harus bersih dari susupan. Mengapa? Karena jika
mahasiswa disusupi, akan menjadi seperti Saadit.
Begitulah sadis-sadis.Sumber Opini : https://seword.com/politik/gagal-jebak-jokowi-penunggang-mahasiswa-tercerai-berai-VVndFsrfu8
Diamnya Jokowi Merespons “Anak-Anaknya” yang Nakal
Bagi saya, Pakde
Jokowi tak hanya memimpin negeri ini seperti seorang presiden dengan
segala otoritas dan wewenangnya. Seorang Jokowi yang berasal dari
keluarga yang harmonis, dengan hasil didikan yang terbilang bagus dan
bisa menjadi model bagi negeri ini, sedang memimpin negeri ini dengan
berusaha menjadi “Bapak” bagi semuanya.
Lihat
saja bagaimana Pakde Jokowi berusaha menjadi “Bapak” yang baik bagi
masyarakat Papua, yang selama puluhan tahun seolah menjadi anak tiri di
negeri sendiri. Berbagai daya upaya, juga pembangunan infrastruktur dan
kunjungan berkali-kali di pulau paling timur dari Indonesia itu, adalah
wujud kesungguhan hati Pakde Jokowi untuk “lebih hadir” di sana
selayaknya seorang Ayah terhadap keluarga besarnya.
Lantas,
mengapa Pakde Jokowi terkesan diam dan cuek terhadap maraknya aksi
demonstrasi yang seperti biasa berlangsung ricuh dan cenderung liar tak
terkendali tersebut? Bagi saya, Beliau bukannya sedang diam atau cuek,
tetapi sedang mencari cara yang pas untuk mengatasi kenakalan
anak-anaknya yang masih muda, labil, dan lebih mengedepankan amarah
daripada proses berpikir itu!
Jokowi seperti
seorang ayah yang tentunya, saya amat yakin, sangat sedih dan kecewa
dengan generasi muda di Indonesia yang sebagian ternyata masih belum
mengalami “revolusi mental” di dalam diri mereka.
Demonstrasi
yang berujung ricuh, dengan melakukan pelemparan benda membahayakan ke
aparat keamanan, merusak fasilitas umum, dan menumpahkan amarah yang
tidak jelas ... bukankah menunjukkan bahwa mereka masih perlu
direvolusi mentalnya?
Menguji suatu produk
Rancangan Undang-Undang (RUU), yang jika sudah menjadi Undang-Undang
bisa dibawa ke Mahkamah Konstitusi sebagai jalur yang resmi dan
konstitusional terasa seperti “makhluk alien” bagi mereka, para
demonstran, yang saya yakin sebagian besar dari mereka tak paham
mengenai hal ini.
Terlebih bagi para pelajar
yang Rabu kemarin (25/9) mengadakan aksi demonstrasi yang terkesan liar,
dimana pagi ini (Kamis) saya lihat sebagian wajah mereka saat disorot
kamera lebih terlihat seperti orang yang kesurupan dan terbakar amarah
daripada pelajar yang terdidik dan diajar untuk menjadi warga negara
yang baik.
Coba tanyakan kepada orangtua
masing-masing dari para pelajar yang berdemonstrasi itu. Mungkin mereka
juga pusing bagaimana mencegah anak-anak mereka yang terkesan liar,
nakal, brutal, dan membuat semua orang menjadi gempar itu. Lho kok malah
lagunya Kera Sakti? Hahaha...!
Eh,
ada kaitannya ding, dengan bagian akhir artikel ini. Rasanya pas juga
kalau Pakde Jokowi kita ibaratkan tokoh Tong Sam Chong yang ada di
serial Kera Sakti. Sebagai biksu dan pemimpin dari Sun Go Kong, Pat Kai,
dan Wu Ching ... ketiga murid utamanya ... Biksu Tong memiliki cara
yang spesial untuk mengendalikan kenakalan dan keliaran Sun Go Kong.
Semacam
lingkaran emas yang melingkar di kepala Sun Go Kong menjadi senjata
yang ampuh karena ketika Biksu Tong merapal kalimat doa (semacam
mantera) maka lingkaran emas itu akan menyempit dan membuat Sun Go Kong
mengerang kesakitan dan menghentikan kenakalannya.
Tentu
saja tidak berkata bahwa Pakde Jokowi sedang mempersiapkan jurus apa
saja supaya para demonstran muda di negeri ini mengalami “hajaran”
supaya jera dan tak lagi berani turun ke jalan. Meskipun dengan
otoritasnya, Beliau dapat melakukan dengan mudah, seperti memerintahkan
semua kepala sekolah untuk langsung “memecat” siswanya yang kedapatan
melakukan aksi massa pada hari sekolah.
Saya
yakin tidak seperti itu. Hati Pakde Jokowi terlalu baik untuk mereka.
Percayalah, beliau sedang memikirkan cara terbaik, sekaligus untuk
mengajarkan kepada bangsa ini bagaimana menyampaikan aspirasi dengan
lebih tertib, elegan, dan tanpa aksi-aksi anarkis yang dapat merugikan
pihak lain, juga diri mereka sendiri.
Kalau
Anies Baswedan sebagai “bapaknya warga Jakarta” sih tidak usah ditanya,
karena tak bisa banyak diharapkan. Namun, kita berharap agar kali ini,
seperti yang sudah-sudah, Pakde Jokowi juga bisa menemukan resep yang
pas untuk menangani kenakalan anak-anaknya, supaya tidak lagi menjadi
liar, nakal, brutal, dan menggemparkan negeri ini lewat aksi-aksi yang
sama sekali tak menunjukkan bahwa (sebagian dari) mereka adalah generasi
yang terpelajar.
Bagaimanapun, mereka adalah
bagian dari generasi penerus di bangsa ini. Kalau sejak masa remaja dan
mudanya saja begini, mau jadi apa kelak negeri ini? Jangan-jangan nanti
mereka menjadi para pemimpin, pejabat negara, bahkan menjadi anggota
DPR/MPR atau pimpinan partai dengan slogan "Senggol, Bacok!" tanpa bisa
memikirkan solusi lain yang lebih elegan dan jauh dari kekerasan dan
aksi layaknya koboi jalanan. Kan gawat jadinya?
Eh, yang sabar ya Pakde Jokowi. Anak-anakmu ini memang masih banyak yang nakal!Sumber Opini : https://seword.com/politik/diamnya-jokowi-merespons-anakanaknya-yang-nakal-yPjMlR2k3E
Ngeri, Anies Seolah “Mendukung” Pelajar Berdemo dan Anarkis
Ngeri! Tidak habis
pikir melihat sikap Anies Baswedan terhadap aksi pelajar yang
ikut-ikutan berdemo. Benar-benar tidak habis pikir karena Anies yang
juga mantan rektor, penggagas Indonesia mengajar, dan terakhir sebagai
Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), meskipun akhirnya dipecat
oleh Jokowi. Tetapi, diluar itu semua ada satu peran penting Anies,
orangtua atau bapak dari ke empat anaknya.
Diketahui
pada Rabu 25 September sejumlah pelajar STM dan SMK dengan berseragam
pramuka berbondong-bondong membikin kegaduhan di depan Gedung DPR. Aksi
yang menurut mereka ingin seperti kakak mahasiswa sehari sebelumnya,
menyerukan penolakan terhadap RUU KUHP dan revisi UU KPK. Faktanya,
mereka ini datang karena seruan atau ajakan Pergerakan STM
Se-Jabodetabek di media sosial dan ataupun pesan dari Whatsapp.
Artinya, mereka ini tidak sepenuhnya mengerti apa yang disuarakan atau
diperjuangkan. Jauh berbeda jika kita bandingkan dengan mahasiswa yang
lebih matang, dan umur pun diatas anak-anak pelajar rentang umur 14-18
tahun ini.
Tetapi
persoalannya bukan itu. Persoalannya adalah sikap Anies Baswedan
Gubernur DKI yang kok terlihat justru memberikan dukungan lewat ketidak
tegasan pernyataannya. Ngambang nggak jelas, kumat seperti biasanya
cari kambing hitam alias cari aman dengan pernyataannya bahwa setiap
Kepala Sekolah khusunya STM negeri di Jakarta harus bisa menentukan
kegiatan apa saja yang baik atau tidak bagi para peserta didiknya.
"Kepala
sekolah adalah pemimpin di sekolah. Kepala sekolah bisa menentukan
apakah sebuah sekolah anak-anaknya mengikuti kegiatan apa," kata Anies
di Balai Kota Jakarta, Rabu (25/9/2019). Dikutip dari: liputan6.com
Hahah…tertawa
sinis penulis melihat sikap anda Bung Anies! Sebagai gubernur, anda
bisa begitu ribut dan ngototnya mengenai trotoar, daun lidah mertua,
Formula E dan bahkan memperjuangkan pedagang kaki lima (PKL). Tetapi,
pelajar yang notabene masih butuh bimbingan justru anda abaikan dan
dibiarkan tumbuh menjadi monster?
Kebangetan
adalah kata yang terlalu sopan untuk sikap Anies ini. Jika kita kembali
ke belakang sekitar tahun 2014 saat Ahok masih menjabat sebagai
Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur DKI Jakarta. Ketika itu tegas Ahok
pernah mengeluarkan instruksi kepada Dinas Pendidikan DKI Jakarta untuk
melarang aktivitas beberapa kelompok anak muda di Jakarta. Instruksi
yang diterbitkan Ahok menyingkapi maraknya tawuran dan kasus bullying di
sekolah-sekolah. Tercatat ada 15 geng waktu itu yang dibubarkan dan
dilarang keras beraktivitas di Jakarta.
"Kita
sudah bubarin gangster-gangster. Kita sudah tahu sekolah ini nama
gangsternya apa. Sudah macem-macem," ucap Ahok di Balaikota Jakarta,
Jumat (14/11/2014). Dikutip dari: liputan6.com
Bayangkan
kontradiksi sekali dengan sikap Anies yang justru secara tidak langsung
mendukung para pelajar berdemo, dan bahkan terburuknya sengaja
membiarkan tumbuh subur generasi anarkis.
Aksi
anarkis, dengan menyerang aparat, pengerusakan, dan intimidasi bagaimana
mungkin hanya direspon Anies datar, dan tidak terdengar sama sekali
nada mengecam entah itu jujur atau bahkan pura-pura saja sekalipun
seperti biasanya.
Para pelajar ini memang bukan
proyek yang mendatangkan pundi-pundi, tetapi paling tidak sebagai mantan
Mendikbud apa tidak bisa Anies mengeluarkan pernyataan yang sedikit
berbobot, mendidik atau waras?
Mereka itu masih
anak-anak! Apa tidak ada sedikit saja kekhawatiran Anies mau kemana
bangsa ini jika generasi mudanya bersikap anarkis akibat ikut-ikutan
demo. Kok lucu justru komentar Anies, mengembalikan semuanya kepada
pihak sekolah dan anak itu sendiri. Ngelawak atau bagaimana Nies? Mana
cukup hanya dengan mengingatkan pelajar yang menggelar unjuk rasa di
DPR agar menghindari tindakan yang memiliki konsekuensi pidana. Mereka
itu bukan anak kecil lagi! Larangan kepada mereka tidak cukup dengan
susunan kata bro!
"Jangan lakukan pelanggaran
hukum, tindakan-tindakan yang memiliki konsekuensi hukum," ujar Anies di
Gedung DPR RI, usai rapat kerja di Komisi II soal pemindahan ibu kota,
Rabu 25 September 2019.
Hahah….sedang ngapain
anda ini Bung Anies? Ooo…mungkin karena keasyikan ngurusi “proyek” lalu
lupa cara jadi orangtua? Buka dong mata anda bung! Aksi pelajar yang
terjadi sudah jauh dari kata bisa ditolerir! Bandingkan dengan sikap
Ahok tahun 2014 bahkan gangster saja dibubarkan karena identik dengan
kekerasan dan kejahatan. Jauh Ahok bersikap, menyadari kemungkinan
gangster akan melahirkan manusia-manusia pembangkang yang anarkis karena
bibit itu sudah terlihat.
Ngeri,
karena justru kini yang dilakukan Anies membiarkan bibit itu tumbuh
subur dengan dalil kebebasan berpendapat. Padahal aksi yang baru saja
terjadi itu mengganggu stabilitas nasional bung! Jangan terlalu naif
anda. Sebagai orangtua dari keempat anak anda, apakah begitu cara anda
membesarkan? Membiarkan anak-anak anda pada pilihannya tanpa campur
tangan anda sebagai orangtua? Membiarkan sekolah tempat anak anda
sesuka hati saja terhadap aksi peserta didiknya? Tentunya tidak,
penulis yakin itu, karena penulis juga orangtua.
Maaf
tetapi bagi penulis anda mengerikan. Kenapa anda biarkan anak-anak itu
salah jalan? Kenapa anda tidak tegas, dan mengambil peran mendidik dan
mencerdaskan mereka. Anda ini khan kepala daerah di DKI Jakarta. Ada
langkah yang jauh lebih waras bisa diambil bung! Anggap saja penulis
kasih pendapat, misalnya:
- Memberikan sanksi kepada sekolah yang terbukti muridnya terlibat
- Memberikan sanksi kepada murid bersangkutan
- Melarang keras jauh hari lewat instruksi gubernur
Mengakhiri artikel ini dengan kenyataan mengerikan,
apa yang lebih keji dari orangtua yang tega mengorbankan anaknya.
Bahkan harimau saja tidak akan memakan anaknya sendiri. Hal yang sama,
pelajar yang ikutan demo itu memang bukan anak kandung kita, tetapi
mereka anak-anak kita yang nantinya akan memimpin negeri ini.
Tanggungjawab kita membimbing dan mendidik mereka menjadi manusia, dan
bukan menjadikan mereka monster!
Ngeri faktanya sikap anda bung, sudah menjawab ketidakpedulian terhadap mereka.
Artikel mpok lainnya bisa dinikmati di @mpokdesy
Sumber:
Ilustrasi: cnnindonesia.com
Pak Tito, Apalagi Yang Sedang Kau Tunggu? Tolong Segera Tangkap Dalangnya Pak!
Maafkan jika artikel
saya kali ini terbaca lebih emosional dari biasanya. Saya memang sedang
emosi melihat Ibu Pertiwi diperlakukan seperti ini. Saya tak terima
melihat tanah kelahiran saya didera pertikaian, keributan dan kerusuhan
terus menerus seperti ini.
Yang membuat hati
saya makin perih adalah saat pertikaian yang terjadi bukan karena
menghadapi penjajah yang menyerang negeri ini dari luar. Hati saya
menangis saat melihat NKRI yang sudah lama merdeka ini sesama anak
bangsanya justru saling serang menyakiti satu sama lain. Dan inilah yang
sedang terjadi saat ini di negara kita.
Mau
di adu domba asing aseng atau siapapun juga di luar sana, yang jelas
fakta saat ini sesama warga negara Indonesia sedang bentrok
gontok-gontokan sendiri. Kerusakan, luka cidera bahkan korban jiwa tak
terelakkan lagi. Dan ini semua menimbulkan luka hati yang tak
tertahankan.
Karena yang namanya kehilangan
takkan pernah bisa digantikan oleh apapun juga, apalagi jika kehilangan
orang-orang yang kita cintai. Menangis darahpun takkan bisa
mengembalikan apa-apa dan siapa-siapa yang sudah hilang pergi tak
kembali.
Secara pribadi saya tidak anti dengan
yang namanya demonstrasi alias unjuk rasa. Saya menyadari jika saat ini
demo sudah dianggap sebagai cara yang efektif untuk menyampaikan gerakan
protes yang dilakukan sekumpulan orang di hadapan umum agar kelompok
tersebut bisa menyatakan pendapatnya, menentang kebijakan yang
dilaksanakan suatu pihak, atau dapat pula dilakukan sebagai sebuah upaya
penekanan secara politik oleh kepentingan kelompok. Ini memang fakta
yang tak bisa dipungkiri siapapun juga.
Namun
jangan pernah dilupakan, unjuk rasa juga sering menyebabkan terjadinya
pengerusakan terhadap benda-benda di sekitar lokasi demo. Menyakiti
sesama bahkan membunuh juga berpotensi besar terjadi saat ada aksi unjuk
rasa akibat keinginan menunjukkan pendapat para pengunjuk rasa yang
berlebihan. Bentrokanpun tak bisa dielakkan lagi. Ujung-ujungnya saling
menyakiti.
Sekali lagi saya tidak anti demo.
Tapi demo yang seperti apa juga harus kita perhatikan. Jika apa yang
kita tuntut sudah ditampung, diperhatikan dan diproses oleh pemerintah,
lalu untuk apa kalian terus berdemo pagi, siang malam sampai
berhari-hari seperti ini??? Tulisan ini langsung saya tujukan untuk
adik-adikku para mahasiswa di Indonesia. Silakan kalian jawab pertanyaan
saya barusan.
Jangan lupa baca juga artikel
saya yang berjudul “Mahasiswa, Kasihanilah Orang Tuamu! Sebab Suatu Saat
Kalian Juga Akan Jadi Orang Tua” ( https://seword.com/politik/mahasiswa-kasihanilah-orang-tuamu-sebab-suatu-saat-kalian-juga-akan-jadi-orang-tua-Tu6lcuzKdO ). Ini adalah curahan isi hati yang saya tujukan pada kalian adik-adikku mahasiswa yang terkasih.
Lucunya
lagi, saya benar-benar malu dengan sebuah kalimat yang ditujukan kepada
para mahasiswa yang sedang berdemo dengan penuh percaya diri karena
menolak RKUHP dan pembatalan UU KPK yang baru disahkan. Kalimat tersebut
adalah “Sebelum berpendapat baca dulu isinya!”
Prof.
Harkristuti Harkrisnowo (Tenaga Ahli Pemerintahan/Tim RUU KUHP) dan
Prof. Yasonna Laoly (Menkumham RI) sendiri yang mengatakan hal tersebut
disertai penjelasan yang sangat mudah dimengerti orang awam semacam
kita. Berikut ini saya sertakan videonya.
Ngablak koar-koar sampai bergerak pagi, siang,
malam berhari-hari tapi tak membaca secara lengkap terlebih dulu apa
yang sedang kalian perjuangkan jelas malunya di mana-mana adikku
sayangku cintaku.
Dan celakanya, kegiatan demo
para kakak-kakak mahasiswa yang sedang “salah paham” ini sekarang sudah
mulai diikuti adik-adik pelajar yang memakai seragam putih abu-abu dan
putih biru. Adik-adik pelajar seusia anak saya saat ini sedang turun ke
jalan-jalan meneriakkan sesuatu yang dia sendiri tak mengerti itu apa.
Lalu kita semua disuruh bilang wow gitu???
Dan
tragisnya lagi, kemarin, Rabu, 25 September 2019, Polisi mengamankan 10
pelajar SMP berseragam pramuka yang membawa celurit di depan Istana,
Jalan Medan Merdeka Utara, Jakarta Pusat.
"Gerombolan
anak sekolah yang kami curigai akan menuju ke gedung DPR/MPR. Kami
periksa, kami geledah, kami temukan satu arit yang dibawa salah satu
pelajar," kata Wakasat Lantas Wilayah Jakarta Pusat Kompol Agung
Wuryanto.
Sampai
di titik ini akhirnya saya sadar dan merasa sangat perlu secepatnya
mengalihkan pandangan mata saya yang semula tertuju pada mahasiswa yang
berdemo di depan gedung DPR, jadi beralih pada jajaran Polri dalam hal
ini pada Pak Tito selaku Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia.
Tanpa
mengurangi rasa hormat saya pada Pak Tito dan seluruh jajaran Polri,
ijinkan saya menyampaikan isi hati saya yang paling dalam dengan posisi
saya sebagai warga negara Indonesia yang sah sekaligus ibu dari dua anak
yang sedang beranjak remaja.
Urusan saya
sebagai ibu rumah tangga memang banyak di dapur Pak. Saya juga tak
mengerti perhitungan politik macam apa yang sedang petinggi-petinggi
negara kalkulasikan saat ini.
Yang saya tahu
Pak Tito dan seluruh jajaran Polri mengemban tugas mulia memelihara
keamanan dan ketertiban masyarakat; menegakkan hukum; dan memberikan
perlindungan, pengayoman, dan pelayanan kepada seluruh rakyat Indonesia
tanpa kecuali.
Sebab di sisi lain saya yakin
Polri sudah tahu siapa dalang di balik semua kejadian ini. Lantas harus
menunggu apa lagi untuk membereskan kejadian demi kejadian menyesakkan
yang terus terulang merusak ketentraman NKRI???
Haruskah
menunggu anak-anak berseragam merah putih dan anak-anak TK berdemo,
baru tindakan tegas terhadap dalang dari semua kekacauan ini diambil???
Sumber referensi:
https://news.detik.com/berita/d-4721411/bawa-celurit-10-pelajar-smp-disetop-polisi-di-depan-istana/2
Silakan klik link berikut untuk bisa mendapatkan artikel-artikel saya yang lainnya.
Thank you so much guys. Peace on earth as in Heaven. Amen.
Kami Tetap Bersama Jokowi
Kami segenap rakyat
Indonesia melakukan semua ini dengan hati, tanpa harus turun ke jalan.
Sebab kami sangat memahami betapa beratnya mengurus negara sebesar
Indonesia yang telah lama tertinggal karena ulah para tikus - tikur
politik yang serakah dan haus kekuasaan. Kami akan mengawal hingga
pelantikkan, bahkan hingga masa baktinya selesai tahun 2024 mendatang.
Jadi, kami akan terus mendukung Jokowi ngebut seperti Marc Marquez untuk
membangun negerinya.
Dimohon juga agar lini
projo yang ada di seluruh wilayah khususnya yang saat ini sedang ada
berlangsung aksi mahasiswa agar senantiasa mampu menanggapi poin - poin
yang dikritisi. Sehingga dengan sendirinya upaya - upaya penunggangan
oleh pihak yang berniat menunggangi aksi yang tengah berlangsung dapat
sedini mungkin dikenali dan dicegah meluas. Ini bukan urusan siapa yang
besar atau kecil dalam jumlah. Tapi urusan yang lebih besar dari itu
semua adalah menjaga persatuan.
Kaum
kampret dan umat 212 memang sengaja menyusup dan berupaya memprovokasi
adik - adik mahasiswa untuk mengikuti kepentingan kelompok mereka yaitu
"turunkan Jokowi!". Di media sosial, buzzer mereka sengaja mulai
menggiring opini seakan - akan aksi turun jalan mahasiswa untuk
melengserkan presiden, yang paling brutal lagi dibikin narasi mahasiswa
ingin merubah ke system khilafah. Memalukan...!!!
Tentu
kita ingat, bahwa 5 Tahun yang lalu menjelang akhir masa jabatan SBY -
Boediono, mahasiswa, LSM, aktifis demokrasi dan semua elemen masyarakat
bersatu menolak UU pilkada. Saat itu fraksi pendukung Prabowo - Hatta di
DPR RI ingin pilkada dipilih DPRD. Alhamdulillah rakyat bersatu
menolaknya.
Kini, diakhir jabatan Jokowi - JK,
DPR RI kembali didatangi ribuan massa mahasiswa yg menolak beberapa RUU
yg dianggap bermasalah. Sayangnya, aksi ini mulai dikotori oleh ulah
penumpang gelap dan para provokator utk bikin rusuh diberbagai daerah.
Pada
dasarnya para Mahasiswa ini tidak ada urusan dengan pak Jokowi atau pak
Pabowo. Urusan mahasiswa itu tentang RUU KUHP, RUU Pemasyarakatan, RUU
Pertanahan, RUU KPK yg dianggap tdk berpihak kpd rakyat. Siapapun
presidennya, mau pak Jokowi ataupun pak Prabowo kalau ada
ketidakberpihakan ya harus dilawan. Jadi, stop mengotori aksi mahasiswa
dengan narasi - narasi murahan. Para penumpang gelap, hentikan
provokasimu.
Gunakan otakmu sedikit saja, jika
pak Jokowi mundur, akankah negara ini akan tentram? Jika pak Jokowi
mundur akankah segalanya akan baik - baik saja? Kemiskinan akan sirna?
Kematian dapat ditunda? Kejahatan akan hilang?? Jawabannya TIDAK!!!
Karena
apa?? Yang menentukan hidup mati seseorang bukan presiden!! Yang
menentukan nasib seseorang bukan presiden!! Yang menentukan maraknya
kejahatan dan bencana alam bukan presiden!!
Berhentilah
menyalahkan orang lain, jangan anggap Tuhan itu kecil yang tidak bisa
berkutik sama pak Jokowi. Apakah anda yakin jika orang lain yang
memimpin Indonesia akan lebih indah damai dan tentram??
Ingat!!!
Segala sesuatu itu Tuhan yang mengatur bukan presiden, yang menentukan
umur manusia bukan pak Jokowi, bahkan takdir kaya dan miskin seseorang
juga bukan ditangan presiden! Ujian dan cobaan pasti selalu ada,
kesusahan kemiskinan, kejahatan pasti selalu ada bahkan pada jaman nabi
sebelumnya, itu gimana tergantung kita menyikapi semuanya, bahwa ada
campur tangan Tuhan yang mengatur segalanya, semuanya sudah ada porsinya
masing - masing, bahkan sebelum manusia diciptakan sudah ada Malaikat
dan Iblis.
Harusnya
kita menyikapinya dengan jernih, mengapa Tuhan menciptakan seluruh
ciptaan-Nya dengan begitu sempurna, ada Setan, Iblis, Manusia, Jin, Api,
Tanah, Angin, dan segalanya sudah mempunyai porsinya masing - masing,
Hanya satu yang membedakan semua ciptaan-Nya yaitu manusia yang maha
sempurna, yang mempunyai akal dan fikiran untuk meresapi menyikapi dan
berfikir, bahwa segala sesuatunya itu hanya ujian. Sudah menjadi
ketentua-NYa. Tuhan menciptakan api dan air, siang dan malam, kebaikan
dan kejahatan, miskin dan kaya, kemudahan.
Anda
demo sampai mati pun silahkan, tapi kalau tujuannya mau menurunkan pak
Jokowi, tak semudah itu Ferguso, Beliau telah terpilih secara
konstitusional, kami pendukung NKRI menghormati konstitusi, kalian
jangan seenaknya, mau main anarkis menurunkan beliau. Buat apa ada
pemilu kalau hasilnya siapa yang jadi presiden terserah siapa yang
kenceng demonya. Kami tak akan pernah lelah untuk mendukung beliau.
Akhir
kata saya cuma mau bilang bahwa pak Jokowi Sudah di hati, meski apapun
yang terjadi, meski hoax yang mereka lancarkan sangat keji, terus
menerus menyerang presiden kami, pak Jokowi tetap di hati. Tuhan selalu
membela yang benar, yang punya Niat buruk, pada akhirnya justru akan
berbalik pada dirinya sendiri.
#SayaBersamaJokowi
#KamiBersamaJokowiSumber Opini : https://seword.com/politik/kami-tetap-bersama-jokowi-Cw7UCxAbbK
Bahaya Sengkuni Dibalik Narasi Demonstrasi
Sengkuni merupakan
salah satu sosok dalam dunia cerita wayang dan cerita mahabarata, baik
dunia wayang maupun dalam dunia mahabarata dia merupakan mahapatih
sekaligus merangkap penasehat raja di kerajaan Astina yang dikuasai oleh
keluarga kurawa.
Patih Sengkuni terkenal dengan prinsip hidupnya yang ekstrem “biarlah orang lain menderita yang penting hidupnya bahagia”.
Dengan prinsip hidup seperti itulah Sengkuni menjalani karirnya: munafik, licin, licik, culas, hasut, penuh tipu muslihat.
Jika
kita mengingat kembali akan filosofi diciptakannya wayang, dimana
cerita wayang adalah sebuah filsafat kehidupan yang dikemas dalam
kesenian, maka sosok sengkuni hanyalah suatu potret (gambaran) karakter
manusia yang akan ada sepanjang masa.
Dia
(sengkuni) adalah simbol kemunafikan, keserakahan, arogansi, dan
keangkaramurkaan. Kapan pun dan dimana pun di dunia ini, manusia-manusia
berkarakter sengkuni akan selalu ada, bahkan di sekitar kita kini dan
di sini.
Di masa pemerintahan Presiden Jokowi
sekarang ini, sosok asli sengkuni juga sudah muncul terbuka lebar ke
permukaan. Sosok tersebut bisa kita artikan luas sebagai suatu entitas
(partai, ormas, perkumpumpulan, persekutuan, dll) atau bisa juga kita
artikan secara sempit sebagai suatu pribadi (orang). Dan parahnya lagi,
sosok sengkuni yang sedang bermain-main di NKRI sekarang ini merupakan
gabungan sengkuni dalam arti luas dan sengkuni dalam arti sempit.
Seorang
individu yang juga merupakan tokoh penting suatu organisasi yang dalam
sejarah karir politiknya pernah memporak-porandakan Indonesia dengan
kelicikannya menjatuhkan suatu rezim tertentu kemudian menggantinya
dengan rezim baru, dan itu diulang sampai dua kali, layak untuk kita
nobatkan sebagai sengkuni di era reformasi ini.
Sejarah
membuktikan bahwa dialah sosok paling bertanggung jawab yang hampir
membawa Indonesia pada perang saudara ketika Presiden Abdurrahman Wahid
kala itu diberhentikan dari jabatannya secara sepihak, untung saja
Presiden Abdurrahman Wahid memiliki pemikiran yang visioner dan sangat
bijaksana dalam menyikapi hal tersebut, beliau membentengi semua elemen
agar tidak terjadi keos, dan beliau merelakan dirinya diberhentikan
secara sepihak dari jabatannya hanya semata-mata agar tidak terjadi
perang saudara di atas NKRI tercinta ini, karena beliau sadar betul
bahwa jabatan hanyalah sebuah amanah dan beliau percaya jika sejarah
akan membuktikan siapa sengkuni sebenarnya yang sangat licik, licin dan
culas tersebut.
Kita tidak boleh melupakan
setiap sejarah yang terjadi di Indonesia ini, karena dari situlah kita
akan belajar untuk menjadi bangsa dan negara yang besar dan maju, serta
kita juga tidak boleh lupa jika di Indonesia ini juga memiliki sosok
sengkuni yang setiap saat bisa melancarkan fitnah keji, perilaku licik,
dan propaganda hitam hanya demi untuk menyelamatkan dirinya dan
golongannya sendiri ketika dia dan golongannya sedang berada di mulut
suatu kasus hukum tertentu.
Dia tak segan
melacurkan kata-katanya hanya agar dia terselamatkan dari suatu kasus
hukum tertentu, dia tak segan mengadu domba antar sesama anak bangsa
hanya demi sebuah keselamatan dirinya sendiri atas kasus hukum yang
mungkin akan mulai mejerat dirinya, dia juga tak segan melancarkan
fitnah terhadap Presiden Jokowi hanya karena dia iri tidak bisa menjadi
presiden di Indonesia padahal dia sendiri adalah pelaku sejarah
terjadinya reformasi di Indonesia, dan dia juga tak segan menebar janji
bohong kesana kemari hanya demi tujuan pribadinya tercapai.
Prinsip
hidup sengkuni yang sangat ekstrem membuat saya harus mengernyitkan
dahi ketika saya memikirkan sosok sengkuni tersebut di era reformasi
sekarang ini, bagaimana saya tidak mengernyitkan dahi jika sengkuni
tersebut ternyata selama ini hidup aman, tenteram, damai dan sentosa
diatas penderitaan rakyat yang ada disekelilingnya, punya banyak patok
sawah disekitar tempat tinggalnya.
Dalam setiap
ceramah keagamaan yang dia lakukan pun pastilah terselip adu domba,
fitnah dan propaganda hitam, padahal dia lupa jika dulu dia pernah
berjanji akan jalan kaki melintasi separuh pulau jawa dari tengah ke
barat.
Sengkuni
memang pintar dan cerdik, tapi dia merupakan sosok yang kolot dan
jadul, dia lupa jika di masa sekarang ini adalah masa dimana segala
transaksi akan tercatat dan bisa ditelusuri dengan mudah oleh para
penegak hukum. Jadi kalau ingin berkilah silahkan saja, tapi kalau ini
memang benar, maka sengkuni harus siap mendapat balasan atas semua
perilaku licik, munafik, culas dan adu dombanya selama ini, karena
seperti kata teman saya, semua akan terbongkar, tersebar, dan terkuak
pada waktunya, tinggal menunggu jadwal giliran saja sambil bertaubat
jika masih diberi kesempatan oleh Tuhan.
Sengkuni
akan semakin gencar melancarkan fitnah dan adu domba karena dirinya
sudah mulai menjadi sasaran tembak para pemberantas maling duit rakyat,
pintu awal penyelidikan sudah terbuka lebar bagi para pemberantas maling
duit rakyat untuk mulai membidik sengkuni agar masuk dalam jarak tembak
mereka, tinggal menjejakkan kaki melangkahi pintu tersebut serta
akuratkan teropong, lalu lepas pelatuk, dan terseok-seoklah sengkuni
tersebut jika masa tuanya harus dihabiskan dibalik penjara bersama para
kompatriotnya sesama maling duit rakyat.
Tapi
kembali lagi, sengkuni ini hanyalah gambaran watak busuk manusia yang
akan selalu ada di sepanjang masa, watak busuk tersebut sekarang juga
sudah menghinggapi kelompok dimana sengkuni bercokol dan mempunyai
posisi penting di dalamnya.
Kelompok tersebut
sangat lihai dan licik dalam permainan politik selama ini, mereka
berdiri diatas tiga kaki dan masing-masing memiliki tujuan yang sama,
yaitu ingin berkuasa. Mereka seakan plin plan dalam mengambil suatu
keputusan, akan tetapi jika dipahami lebih dalam, memang seperti itulah
watak asli mereka, watak sengkuni yang busuk.
Sengkuni
secara organisasi jaman sekarang identik dengan kelompok IM atau
ikhwanul Muslimin, kelompok yang berusaha mengganti ideologi Pancasila
dengan ideologi khilafah yang mereka bawa. Tentu kita semua sudah tahu
siapa saja atau organisasi apa saja yang ber-idelogikan khilafah.
Kelompok-kelompok itulah yang disinyalir membekingi demonstrasi
belakangan ini, beking tentu saja dari keseluruhan, mulai dari beking
ideologi atau doktrin, beking narasi, beking provokasi sampai dengan
beking dana.
Kita harus sangat berhati-hati
terhadap sengkuni ini, jangan pernah mau untuk diadu domba, karena
tujuan utama mereka sebenarnya adalah mengganti ideologi Pancasila
dengan ideologi khilafah dan tentunya itu mengancam kedaulatan NKRI.
Terakhir,
Ketika cita-cita kemerdekaan kita sedang dan sudah dalam proses
diwujudkan oleh Presiden Jokowi, maka sudah sepantasnya kita turut
membantu Presiden Jokowi terhindar dari bahaya sengkuni yang nyata
kemunculannya. Karena sebaik-baiknya kemunculan sengkuni adalah lebih
baik jika sengkuni itu dipenjara.
Jayalah Indonesia.
Salam damai Indonesiaku.
DennySiregar.id, Jakarta - Mungkin inilah demo
terbingung yang pernah ada.. Agenda demo
ini begitu banyak. Mulai dari tolak revisi UU KPK, tolak RKUHP, sahkan RUU
Penghapusan Kekerasan Seksual sampai Jokowi harus mundur.
Saya termasuk
yang setuju bahwa RKUHP harus ditolak, karena pasal-pasalnya enggak banget.
Didalam pasal
itu negara seperti kurang kerjaan ngurusin pribadi seseorang sampe
sedetil-detilnya sehingga susah bernapas. Dan saya mendukung mahasiswa demo
besar-besaran menekan DPR.
Jokowi pun
setuju dan menyerukan DPR menunda mensahkan RUU. DPR sepertinya mengalah dan
mau tidak mau akan menunda RUU yang buatnya males2an gitu.
Tetapi untuk
revisi UU KPK, saya termasuk mendukung. Karena dengan adanya penguatan dalam
KPK, maka lembaga ini tidak bisa lagi disetir oleh sekelompok orang dengan
agenda politik, bukan agenda pemberantasan korupsi.
Jadi di dalam
demo ada kelompok mahasiswa yg mendukung revisi UU KPK tapi menolak RKUHP dan
ada yang menolak dua-duanya. Semua oke saja, karena aspirasi harus disampaikan
meski memblokir jalan dan merusak pagar, tetap bukan sikap yang benar.
Nah, agenda
jadi rancu ketika ada kelompok mahasiswa yang menuntut Jokowi mundur.
Ini apalagi?? Ternyata ada penumpang gelap dengan agenda Pilpres yang masih belum move on
sampai sekarang.
Tuntutan
acakadut ini berbaur jadi satu dan semua memakai jaket almamater. Sudah bingung
mahasiswa mana menuntut apa dan bagaimana.
Malah saking
bingungnya, seorang mahasiswi akhirnya merasa mending jualan saja. Dia
pasanglah iklan di punggungnya, "Menerima pengetikan skripsi".
Mungkin dia sangat tahu, yang demo ini kebanyakan mahasiswa kurang prestasi dan
butuh bantuan untuk kerjakan tugas yang belum selesai.
Demo tambah
kacau karena emak-emak pun ikut masuk dalam barisan.
Bukan. Ini
bukan emak dari mahasiswa yang demo. Mereka punya agenda sendiri yaitu
"Pulangkan Rizieq Shihab!"
Loh, kok
malah pulangkan Rizieq? Apa hubungannya ma tolak semua RUU itu?
Ga ada.
Pokoknya ada iklan yang dititipkan dari Saudi yang sudah rindu kampung halaman
untuk makan soto betawi. Dan mumpung ada yang demo, doi titip pesan,
"Ingat daku, ya. Tolong jangan lupakan. Siapa tau mahasiswa itu mau
mengerti, kalau disini kontrakan mahal sekali.."
Pesan itu
diakhiri dengan emoticon 😭😭😭😭😭.
Jadi
bayangkan, demo yang berlangsung tadi bisa dibilang demo nano nano. Ada yang
mahasiswa beneran, ada SJW yang dulu golput, ada FPI dan HTI, dan ada
emak-emak.
Bahkan ada
yang gak tahu ini demo apa, wong mereka datang dibayar 35 rebu rupiah. Sampe
ditempat demo, mereka cengar cengir dengan wajah lugu tanpa akhir
Bahkan ada
bapak tua kepala botak dengan jenggot seperti semak ikutan demo dengan jaket
almamater warna kuning seperti jaket UI.
Pas ditanya,
"Bapak sudah tua. Hebat masih demo. Dari Universitas apa, pak?"
"Dari
UNB, nak.. "
"Universitas
Nusa Bangsa, pak?"
"Bukan,
nak. Universitas Nasi Bungkus. Pokoknya dimana ada demo, disitu saya pasti giat
belajar.."
Tepok jidat pake cangkir kopi.
Demo Emak-emak
Sumber Opini : https://www.dennysiregar.id/2019/09/demo-nano-nano.html
DEMO KEREN INSTAGRAM
DennySiregar.id, Jakarta - Melihat gambar demo
adek mahasiswa yang lucu-lucu, saya jadi tidak khawatir demo akan rusuh..
Akhirnya saya
paham, bahwa adek-adek mahasiswa ini memang pengen ambil momen untuk demo
sekali seumur hidup mereka. Supaya masuk instastory. Mereka kreatif,
menyenangkan, layaknya anak seusia mereka.
Beda dengan
mahasiswa tahun 98 yang mukanya garang, lelah karena tirani dan represi 32
tahun lamanya..
Pantas saja
mahasiswa milenial ini muak ketika tahu saat demo ceria mereka ditunggangi
kadal gurun. Lha, itu menghina intelektualitas dan kreatifitas mereka. Apalagi
ketika ada yang memanfaatkan demo ini supaya mendukung Prabowo. Mereka bingung,
"Prabowo itu siapa?"
Lihat
foto-foto ini, bukan seperti demo tapi malah tampak seperti karnaval dengan
kreativitas mengagumkan dan mengundang tawa. Ya, mereka masih remaja jadi pesan
yang dibawa juga harus dengan gaya remaja..
Mahasiswa
yang rusuh-rusuh itu pasti bukan bagian dari mereka. Itu mahasiswa bayaran, ada
agenda, bahkan ada yang pake jaket almamater tapi jenggotnya bergumpal bak
sarang lebah..
Adek-adek
mahasiswa, selamat berdemo nak penuh semangat. Rajinlah berdemo tentu kau
dapat. Hormati polisi, sayangi polwan..
Itulah
tandanya mahasiswa budiman!!!
Seruput..SURAT UNTUK MAHASISWA YANG SUKA DEMO
DennySiregar.id, Jakarta - “Lewat sono macet,
bang.. ada demo mahasiswa, jalan ditutup."
Begitu kata
driver ojol kepadaku. "Ya, sudahlah. Lewat mana aja terserah yang penting
nyampe.." Kataku. Dan kamipun meluncur membelah jalan Jakarta menuju
sebuah tempat.
"Adek-adek
mahasiswa itu gak tau susahnya nyari kerja.." Kata driver ojol itu membuka
pembicaraan. Ah, menarik nih. Daripada bengong sendirian, lebih baik dengar
cerita sang driver.
"Gua
juga dulu kayak mereka, bang. Ada demo, kita jalan. Ya maklumlah anak muda.
Kuliah cuman buat hura hura doang. Pokoknya demo itu bikin senang. Bisa seru-seruan.
Lagian gagah, kan ? Bisa pamer foto ma cewe..." Dia ketawa sendiri.
Saya jadi
senyum. Mendengar cerita tentang kehidupan seseorang itu menyenangkan. Seakan
bisa menyelami apa yang dia rasakan.
"Kuliah
sih lulus. Gampang sih lulusnya. Cuman habis lulus ngelamar kemana-mana gak
dapet kerja. Gua gak punya skill, nyesel juga dulu gak sibuk kerja sambil
kuliah.
Kalau dulu
gua kerja nyambi kuliah kan seenggaknya gua ada yang bisa ditawarkan. Lah,
modal cuman ijazah doang kemampuan gak ada, mana mau perusahaan nerima?"
Dia ketawa.
Saya paling
kagum sama orang yang bisa menertawakan pahitnya kehidupan. Orang seperti ini
tipikal orang yang survive di kerasnya jalanan.
"Makanya
pas gua liat mahasiswa itu pada demo, apalagi sampe bakar-bakaran, gua ketawa.
Gua bilang, bentar lagi lu lulus baru kerasa kerasnya hidup. Sekarang aja
apa-apa dari orangtua. Gak kerasa.
Daripada
mikir negara kejauhan, mending deh mikir masa depan lu entar gimana. Kalo yang
ketua-ketua mahasiswa itu sih enak, nanti dapet banyak. Nah elu, mahasiswa
setengah aja, sok belagu pake nuntut segala.." Dia mulai merepet dengan
gayanya yang lucu.
Saya ketawa,
"Kayaknya nyeritain diri sendiri ya, bang ?" Tanyaku.
Dia langsung
ngakak. "Iye, bang. Gua nyesel juga. Coba gua bisa puter waktu kebelakang,
asli gua pengen ngubah hidup gua.." Kamipun ketawa bersama dan tidak
terasa sudah sampai.
"Gak
ngisi Gopay, bang ?" Matanya berharap.
"Oke. Tolong isiin sekian.." Kulihat
wajahnya berbinar karena poinnya nambah. Ada sesuatu yang bisa dia bawa ke
rumah, untuk anak istrinya.
Kamipun
berpisah dan satu pelajaran lagi kudapat.
Waktunya seruput kopi. Kutulis apa yang kudapat tadi
supaya pesannya bisa sampai, siapa tahu berguna buat sebagian orang..
Re-post by MigoBerita / Kamis/26092019/14.37Wita/Bjm