Dina Sulaeman: Jangan Jadi Umat Minderan, Ayo Boikot Produk Zionis Israel
Jakarta – Pengamat Timur Tengah Dina Sulaeman dalam akun fanpage facebooknya memberikan sebuah gambaran yang cukup gamblang terkait masalah boikot produk Zionis Israel.
Baru-baru ini beredar lagi tuh, tulisan
ZSM (Zionis Sawo Mateng) yang mengejek kaum Muslim. Intinya, “Kalian
Muslim ini sedemikian lemah dan bodoh; kalian itu berutang budi sama
Yahudi, semua penermuan ilmu dan teknologi di dunia ini buatan Yahudi,
jangan sok-sokan boikot Yahudi, ga mungkin!!”
Sebelum saya bahas, saya tegaskan dulu:
tulisan ini saya tujukan untuk masyarakat Indonesia (baik Muslim dan
nonMuslim) yang minderan (tapi non-ZSM) dan setuju dengan kalimat
paragraf pertama itu. ZSM silahkan minggir, you are not welcome here.
Pertama, kalau
dapat broadcast ejekan semacam itu yang seolah-olah pakai data (ada
obat ini itu, yang bikin Yahudi, ada sekian penerima Nobel, Yahudi,
dst), jangan langsung terperangah. Sangat banyak info/data yang
disembunyikan disitu. Penemu dan ilmuwan di kalangan Muslim itu banyak
kok, sangat banyak. Kalau ga terima Nobel, tidak berarti mereka tidak
hebat.
Kedua,
kepintaran saja tidak bisa membuat sebuah temuan menjadi mendunia.
Kenyataannya, memang ekonomi negara-negara Muslim jauh lebih rendah
dibanding negara Barat. Tapi jangan lupa, Barat mengakumulasi kekayaan
amat sangat besar dari hasil penjajahan di negara-negara Muslim (era
kolonialisme) serta hasil mengeruk kekayaan alam dan menjerumuskan
negara-negara Muslim dalam utang (era pascakolonial).
Akumulasi modal yang sangat besar
membuat Barat (diantara mereka ada orang-orang Yahudi, karena pemodal
besar dunia memang kebanyakan Yahudi) mampu mengkapitalisasi karya-karya
mereka. Misalnya, Zuckie, bikin FB. Kalau tidak ada modal raksasa, apa
bisa sebesar sekarang? Apa orang Muslim atau Katolik yang pintar IT
tidak bisa bikin medsos ala FB? Saya yakin bisa, tapi sulit membesar
seperti FB bila kurang modal.
Kita kenal pak Habibie, Muslim yang
taat, beliau bisa bikin pesawat. Kalau saja beliau diberi keleluasaan
untuk mengembangkan industri pesawat, saya yakin, kita bisa jadi raksasa
di industri penerbangan. Tapi, ketika masih ‘bayi’, calon raksasa ini
dibunuh, baik lewat jebakan utang IMF (yang pemodal besarnya adalah
negara-negara Barat yang akan tersaingi jika IPTN maju) maupun politik
(Habibie dijegal oleh politisi Indonesia).
Kita tahu Iran punya saintis yang sangat
hebat di bidang nuklir dan berbagai bidang sains lainnya. Tapi apa yang
terjadi? Iran ditekan habis-habisan, baik oleh sesama Muslim (melalui
isu “Syiah Sesat”) dan oleh Barat. Proyek nuklir Iran itu
dihalang-halangi dengan alasan Iran “berpotensi” membuat senjata nuklir.
Jadi, senjata nuklirnya tidak ada, belum ada, dan Iran menyatakan tidak
akan ada (karena bertentangan dengan fiqih mereka: senjata pembunuh
massal itu haram; karena korbannya massal, sementara perang dalam Islam
itu harus ksatria, militer vs militer).
Demi mempertahankan proyek nuklir
damainya (yang akan membuat Iran swasembada energi, tidak bergantung
minyak, bahkan bisa menjadi eksportir energi listrik di kawasan), Iran
harus mengalami kepahitan di embargo ekonomi, dikucilkan secara politik
(dengan bantuan para “ulama” yang berfatwa Syiah Sesat Kafir), dan
bahkan diperangi (lewat tangan ISIS).
Selain itu Barat melakukan politisasi sains. Ini yang saya bahas dalam tesis saya yang judulnya “hegemoni epistemic community”, bagaimana Barat atas nama sains memilih ilmuwan yang sejalan dengan kepentingan mereka, dan membungkam ilmuwan yang lain. Tapi kapan-kapan ajalah saya bahas.
Jadi, wahai kaum Muslim minderan,
ketahuilah, secara gen kalian itu sama sekali tidak kurang dari Yahudi.
Klaim Yahudi umat pilihan itu kan klaim mereka sendiri. Buktinya, Barat
mengalami renaissance kan setelah belajar dari kaum Muslim. Kemajuan
ilmuwan Barat (diantara mereka ada Yahudi) hari ini berhutang pada
ilmuwan Muslim zaman dulu.
Tentu saja, kalau hanya menyombongkan
diri dan menyebut-nyebut kejayaan Muslim di masa lampau, jelas salah
kaprah. Tapi, minderan dan mengambil kesimpulan bahwa Muslim ga bisa
berbuat apa-apa, juga jelas salah kaprah.
Selanjutnya, paragraf pertama di atas
itu dibuat dalam tujuan mengejek kaum Muslim: ga usah coba-coba boikot
Yahudi. Ini adalah narasi yang dikembangkan ZSM untuk membungkam
perlawanan terhadap Israel.
Begini ya, saya jelaskan: aksi boikot yang diserukan oleh para
pendukung Palestina yang rasional (non-kadrun) adalah BOIKOT PRODUK
ZIONIS, bukan boikot YAHUDI.
Mengapa?
Karena kita, kubu pro-Palestina yang
rasional ini, paham bedanya antara Zionis dan Yahudi. Kita ini tidak
benci Yahudi, tapi sedang melawan penjajahan Zionis-Israel terhadap
Palestina.
Kita yang rasional ini terdiri dari
berbagai agama, dari berbagai bangsa. Bahkan yang lebih aktif melakukan
tindak nyata memboikot produk Israel justru negara-negara Barat.
Misalnya, Parlemen Irlandia bahkan menyepakati UU boikot produk Israel.
Apa sih tujuan AKSI BOIKOT ISRAEL? (bukan boikot YAHUDI, ya!)
Seruan boikot ditujukan untuk memboikot
produk perusahaan Zionis Israel karena laba yang mereka dapatkan itu
digunakan untuk membunuh, membombardir, mengusir, serta merampas dan
menghancurkan rumah-rumah orang Palestina.
Aksi boikot internasional semacam ini
pernah dilakukan melawan rezim Apartheid Afrika Selatan. Akibat boikot,
rezim apartheid itu tumbang dan dibentuklah pemerintahan baru yang
memberi hak setara pada semua ras. Tujuan aksi boikot Zionis juga agar
rezim Zionis tumbang, lalu dibentuk pemerintahan baru yang bisa
menegakkan keadilan dan tidak lagi melakukan kejahatan kepada orang
Palestina.
Tapi, apa bisa kita memboikot Zionis?
Bukankah banyak hal di sekitar kita produk Yahudi? Eits, ingat, bukan
Yahudi, tapi ZIONIS. Jadi, cek dulu, apakah sebuah produk itu dibuat
oleh perusahaan Israel atau perusahaan yang mengalirkan sebagian labanya
kepada Israel? Bila ya, upayakan tidak pakai. Bila ada 10 produk, tapi
kita cuma bisa menghindari 5, itu juga cukup. Usaha saja sebisanya.
Perjuangan membela Palestina perlu dilakukan di semua lini, inilah salah
satunya.
Apakah berdampak pada Israel?
Faktanya, langkah kecil dari kita ini
ternyata bisa berdampak besar bagi ekonomi Israel. Israel mengalami
kerugian sedikitnya 8 miliar dollar AS tahun 2013 akibat boikot
tersebut. Aksi boikot terbesar dilakukan negara-negara Eropa, disusul
Amerika Serikat. Pada Januari 2014, Israel sudah merugi 150 juta dollar
AS akibat aksi boikot itu.Ekspor komoditas dari area permukiman Yahudi
ke mancanegara menurun hingga 20 persen sepanjang tahun 2013. (Kompas,
24/2/2014).Pantesan, ZSM galak banget sama yang menyerukan boikot. Ya
gak?. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/fokus/121997/24/01/2020/dina-sulaeman-jangan-jadi-umat-minderan-ayo-boikot-produk-zionis-israel/
Dr. Jose in Memoriam
Kabar duka wafatnya dr Joserizal Jurnalis membuat saya terkenang pada
masa-masa berat saya delapan tahun yang lalu. Saat itu, status-status
FB saya hanya dilike segelintir orang. Belum punya haters.
Sejak lama, saya meminati kajian Timur Tengah dan pembelaan pada
Palestina. Jadi, sejak pertama kali saya mengamati konflik Suriah, saya
langsung menemukan kaitannya dengan Palestina, Israel, dan AS. Tentu,
berbeda dengan banyak orang yang suka teori konspirasi abal-abal, saya
selalu menyajikan data sebagai basis argumen.Anehnya, setelah saya menulis soal Suriah (yang menolak narasi ‘perang agama’ dan membongkar berbagai hoax), mereka yang selama ini seolah paling depan membela Palestina (orang-orang IM dan HTI, di antaranya), justru ngamuk-ngamuk. Mulailah saya diserang dengan berbagai tuduhan keji. Arrahmah dot com, media radikalis yang dibuat oleh klan Abu Jibril kemudian membuat list tokoh Syiah, dan nama saya ada di dalamnya. Kemudian terbukti, mereka itu ternyata kaum radikalis pendukung “jihad”, baik ISIS maupun Al Qaida dkk.
Sejak itu, para akhwat-ikhwan yang tadinya berteman baik dengan saya, rame-rame mengunfriend, menggunjing di FB, dan menyebar banyak fitnah. Saya menghibur diri: baiklah, mereka kan soleh-soleh, insyaAllah semua pahala ibadah mereka akan ditransfer ke saya kelak di akhirat, aamiin.
Menariknya, ada satu tokoh besar yang ternyata bersuara sama dengan saya: dr. Joserizal Jurnalis. Beliau menolak narasi yang dibangun teman-temannya sendiri (di front pembelaan Palestina) bahwa perang Suriah adalah perang Sunni-Syiah. Beliau fokus di perjuangan membela Palestina dan melihat jelas bahwa “jihad” di Suriah itu justru melemahkan kubu pro-Palestina.
Akibatnya, oleh teman-temannya sendiri, dr Jose dituduh Syiah. Karena beliau tokoh besar, saya bisa bayangkan tekanan yang diterimanya karena berani bersuara beda soal Suriah jauh lebih berat daripada saya yang remah rengginang ini.
Tahun 2013, saya kembali ‘bangkit’ dan berhasil menyelesaikan buku “Prahara Suriah”. Dr Jose berkenan memberi endorsement, begini isinya:
“Isu yang dikembangkan dalam konflik Suriah adalah perlawanan rakyat menghadapi pemerintahan yang zalim untuk menegakkan demokrasi seperti di Libya sebelumnya untuk menumbangkan Qaddafi. Buku ini menjawab pertanyaan, benarkah konflik Suriah adalah perlawanan rakyat menghadapi pemerintahan yang zalim untuk menegakkan demokrasi?”
***
Saya tahu, mulai Pilpres 2014, lanjut pilkada DKI dan Pilpres 2019, dr Jose berdiri bersama orang-orang yang (sebagiannya) di masa Perang Suriah selalu menggemakan isu “perang Sunni-Syiah”. Saya tak mau berkomentar soal ini, biarlah, itu keputusan beliau.
Tapi pendapatnya tentang Suriah tidak berubah. Karena itu, buat saya, keteguhan dan kejujuran dr. Jose tentang Palestina akan selalu abadi. Perang Suriah menjadi batu ujian besar, siapa yang benar-benar pro-Palestina, dan siapa yang hanya menggunakan isu ini untuk kepentingan kelompok (atau untuk mengeruk dana umat belaka).
Berikut ini saya copas wawancara sebuah media online (Liputan Islam) dengan beliau, yang menjawab pertanyaan penting: mengapa rakyat Indonesia harus membantu Palestina? Bukankah kondisi Indonesia masih banyak problem (banyak orang-orang memerlukan bantuan), apalagi pada konteks kekinian?
***
Dr. Jose: Dalam hidup bertetangga di dunia, kita tidak bisa menyatakan bahwa kita yang paling menderita; maksud saya dalam ber-internasionalisasi di dunia. Palestina jika dilihat dari segi humanitarian act memang harus dibantu; the most neglected dan the most vulnerable, terutama di Gaza. Secara kebangsaan, kita memikul amanat pembukaan konstitusi, yaitu, “kemerdekaan adalah hak segala bangsa”. Pembukaan UUD 1945 mengindikasikan semangat anti-penjajahan. Pada masa ini, Palestina adalah satu-satunya bangsa yang masih dijajah (pada abad 21 ini).
Indonesia merupakan negara pelopor Gerakan Asia-Afrika, salah satu semangatnya adalah memberantas penjajahan. Nah, negara yang belum merdeka setelah Gerakan Asia-Afrika terbentuk adalah Gaza, Palestina.
Sebagai Muslim, kita memiliki amanah yang lebih, selain amanah konstitusi, yaitu amanah Masjid al-Aqsha. Masjid tersebut harus berada di tangan kaum Muslimin. Kita seharusnya bisa masuk Masjid al-Aqsha secara bebas, tanpa dihalang-halangi, dan check point. Tidak seperti sekarang ini, Muslim harus melalui check point yang luar biasa; pada intinya kita tidak bebas.
Sementara, bagi masyarakat dunia, perjuangan ini diperlukan untuk melawan penjajahan dan semangat pembebasan Yerussalem. Yerussalem merupakan kota tiga agama, yaitu Islam, Nasrani, dan Yahudi; tidak buat Zionis, ini harus digarisbawahi. Berbeda antara Zionis dan Yahudi. Seperti diagram Venn, Zionis adalah bagian kecil (irisan) dari Yahudi. Kita menggarisbawahi Zionis karena orang-orang Yahudi yang memiliki pemahaman politik Zionis itu sangat chauvinistic, tidak bisa menerima nilai-nilai peradaban manusia.
Itu bisa terlihat dari statement Ariel Sharon yang sangat kasar, “Jika saya bertemu orang Arab, maka akan saya bakar.” Intinya ingin membunuh orang Arab. Bayangkan bila seorang pemimpin negara berprinsip seperti itu! Itu kan sangat berbahaya karena mengorbankan semangat kebencian kepada tetangga-nya dan semangat eksklusivisme yang luar biasa. Bagaimana ia bisa hidup berdampingan dengan negara lain? Dia menganggap boleh menyerang orang lain, walaupun masih potensial menjadi musuh. Ia juga membolehkan membunuh orang lain (musuhnya).
Contoh, penyerangan reaktor nuklir Iran, pembunuhan lawan-lawan Zionis di luar negeri (seperti orang-orang Palestina di negara Teluk). Ini kan berbahaya; mereka menyerang negara orang lain, menyerang kapal orang lain, seperti USS Liberty. Jadi, prinsip-prinsip yang dianut Zionis, seperti we are the chosen people, we have the promise land, we have right to perform pre-emptive strike, we have right to go back home sangat berbahaya.
Liputan Islam: Banyak orang yang menyatakan, “Sesama Palestina saja gontok-gontokan, seperti Hamas dengan Fatah dan lainnya. Apa urgensi kita membantu mereka?” Bagaimana menurut pandangan Bapak?
Dr. Jose: Tidak, menurut saya tidak seperti itu. Mereka gontok-gontokan kerena manipulasi. Tapi, yang kita lihat di luar konteks itu, bahwa mereka dijajah dan tanah mereka diambil. Nah, kita yang memberikan penyadaran kepada mereka. Hai, tanah kamu diambil, kamu berhak merdeka! Kita ingatkan juga, kalian jangan gontok-gontokan lagi! Jadi, kita care dengan persoalan Palestina bukan karena orang-orang Palestina itu mulia, tapi karena mereka terjajah. Jadi, kita melihat dari aspek kemanusiaannya. Mereka gontok-gontokan karena dimanipulasi oleh orang lain, jadi kita harus menyadarkan mereka.
****
Innalillaahi wa inna ilaihi roojiun. Semoga almarhum dr Jose husnul khatimah dan segala jasanya untuk Palestina dibalas Allah dengan berlipat ganda.
Wawancara selengkapnya: https://liputanislam.com/wawancara/joserizal-jurnalis-amanah-al-aqsha/
PDF buku Prahara Suriah: https://dinasulaeman.wordpress.com/2019/01/01/pdf-prahara-suriah/
Foto: Rumah Sakit Indonesia di Gaza, pembangunannya dipimpin oleh dr Jose.
Sumber Artikel : https://dinasulaeman.wordpress.com/2020/01/21/dr-jose-in-memoriam/
Info yang Sengaja Ditutupi
Rupanya kampanye pemberitaan antipemerintah Suriah sedang ‘naik daun’ lagi, seiring dengan serangan tentara nasional Suriah (Syrian Arab Army, SAA) untuk membebaskan Idlib (sebuah provinsi Suriah yang berbatasan dengan Turki).
Sebenarnya saya sudah menulis soal Idlib
berkali-kali. Tapi sepertinya, karena sistem algoritma Facebook, orang
cenderung hanya menerima info dari 1 versi saja. Status ACT yang saya SS
ini di-like 79 ribu dan dishare 1,8 ribu.
Baik status ACT maupun berita Serambinews yang saya SS ini, intinya sama: ada serangan udara ke Idlib yang menimbulkan korban.
Masalahnya, keduanya sama sekali tidak
memberikan info lengkap: SIAPA sebenarnya yang ada di Idlib dan MENGAPA
harus diserbu SAA?
Banyak orang menerima begitu saja framing bahwa: tentara Suriah sedemikian jahatnya sampai membombardir rakyatnya sendiri.
Jadi, SIAPA yang ada di Idlib?
Tak lain, milisi bersenjata (alias
“mujahidin” alias teroris Al Qaida). Dalam operasi pembebasan
wilayah-wilayah Suriah dari para teroris, pemerintah Suriah memberikan
tawaran: terus perang atau menyerah. Para teroris menyerah dan minta
dievakuasi ke Idlib. Ini tentu tak lepas dari instruksi para “bos besar”
mereka (antara lain Turki, Qatar, Saudi).
Jadi, kini Idlib adalah pusat perkumpulan
para teroris terbesar sedunia, berbagai golongan tumplek di sana. Para
petempur teror itu, baik yang warga asli Suriah maupun petempur asing,
hidup bersama keluarga. Pernah dengar istilah “jihad nikah” kan?
Petempur-petempur yang bujangan dinikahkan dengan wanita “mujahidah”
yang datang dari berbagai negara, antara lain Tunisia, dan negara-negara
Eropa. Mereka pun beranak-pinak.
Seharusnya, mereka itu pulang saja ke
negara masing-masing, atau ke Turki saja (donatur utama mereka). Tapi
Erdogan tentu saja ngeri menerima puluhan ribu teroris plus anak-istri
masuk ke negerinya. Turki berkepentingan Idlib jadi wilayah sendiri,
lepas dari Suriah, diisi oleh para teroris yang tak diterima lagi di
negeri-negeri asalnya itu. Suriah, tentu saja berkepentingan mengambil
lagi wilayahnya dan melindungi warga asli Idlib yang kini tertahan di
tengah kepungan para teroris itu.
Supaya lebih mudah dipahami, bagaimana
kalau kita bayangkan Indonesia? Misalnya di Indonesia ada provinsi
Abrakadabra yang di dalamnya bercokol ribuan milisi “jihad”, yang
berdatangan dari berbagai negara dan terus aktif menyerang
wilayah-wilayah lain. Warga asli di provinsi itu juga dibunuhin. Lalu,
TNI yang bertugas menjaga keamanan dan kedaulatan bangsa, memulai
operasi pembebasan provinsi Abrakadabra. Tapi, para pendukung
“mujahidin” berteriak, “Woy, mereka itu rakyat sipil! Lihat, mereka bawa
anak-istri! Jangan serang!”
Nah, menurutmu, TNI musti gimana?
FYI, sebenarnya setiap kali akan melakukan
operasi pembebasan wilayah, SAA selalu buka jalur kemanusiaan, warga
sipil dipersilakan keluar dari wilayah itu dan akan dilindungi. Tapi
biasanya, tidak ada atau hanya sedikit yang bisa keluar, karena
dihalangi milisi teror itu (dijadikan tameng).
Inilah info yang ditutupi dalam berbagai pemberitaan mengenai Idlib.
***
Di antara milisi yang ada di Idlib adalah orang-orang Uighur lihat videonya : https://web.facebook.com/DinaY.Sulaeman/videos/420199761739618/
Jutaan Rakyat Irak Banjiri Baghdad Tuntut Pengusiran Militer AS
Irak – Masyarakat Irak berbondong-bondong turun ke
jalan-jalan di ibukota Irak, Baghdad untuk mengecam kehadiran militer AS
di negara itu setelah AS membunuh Jenderal Garda Revolusi Iran Qassem
Soleimani dan komandan kedua Hashd al-Shaabi Abu Mahdi al-Muhandis, di
Baghdad.
Jaringan berita al-Ahd Irak
melaporkan pada hari Jumat (24/01) bahwa warga Irak dari “semua provinsi
di negara itu” telah berkumpul di ibu kota.
Para pengunjuk rasa terlihat membawa spanduk dan meneriakkan slogan-slogan yang menyerukan pengusiran pasukan AS.
Para demonstran direncanakan untuk
berkumpul di persimpangan Universitas Baghdad di lingkungan Jadriyah.
Menurut Reuters, pos-pos pemeriksaan baru dipasang di ibukota pada Kamis
sore sebagai penjagaan dalam protes besar-besara itu. Warga Irak di
kota Karbala, selatan Baghdad, juga terlihat naik bus menuju ibukota.
Unjuk rasa itu terjadi setelah ulama
Irak yang berpengaruh, Muqtada al-Sadr, menyerukan agar rakyat Irak
menggelar “satu juta demonstrasi kuat, damai, dan bersatu untuk mengutuk
kehadiran Amerika dan pelanggaran mereka,” pekan lalu.
Pada tanggal 5 Januari, parlemen Irak
memberikan suara sangat mendukung resolusi yang menyerukan pengusiran
semua pasukan pimpinan AS di negara itu dua hari setelah Washington
membunuh Soleimani dan Muhandis. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/internasional/amerika/121947/24/01/2020/jutaan-rakyat-irak-banjiri-baghdad-tuntut-pengusiran-militer-as/
Dalam Sepekan Rupiah Semakin Perkasa Hadapi Dolar AS
Jakarta – Dalam sepekan nilai tukar rupiah
terhadap dolar Amerika Serikat (AS) semakin perkasa. Pada sore ini
Jumat (24/01/2020) ditutup menguat dibandingkan posisi kemarin.
Penguatan rupiah di tengah mata uang Benua Kuning yang berada di zona
hijau.
Mengacu data Bloomberg, rupiah spot
ditutup di level Rp 13.583 per dolar AS, naik 57 poin atau menguat
0,41% dibandingkan penutupan hari sebelumnya di Rp 13.639 per dolar AS.
Alhasil, dalam sepekan, rupiah sudah
menguat 0,45%. Sementara untuk sepanjang 2020 ini, mata uang Garuda
sudah melesat 2,08% dan menjadi mata uang paling perkasa di Asia.
Berdasarkan kurs tengah Bank Indonesia
(BI), hari ini berada di posisi Rp 13.632 per dolar AS atau menguat dari
posisi Rp 13.626 per dolar AS dengan kisaran perdagangan Rp 13.700-Rp
13.563 per dolar AS.
Mata Uang Asia
Adapun Yen Jepang terhadap dolar AS
melemah 0,14 poin (0,13 persen) mencapai 109,6 yen per dolar AS, dolar
Hong Kong melemah 0,007 poin (0,01 persen) mencapai 7,7 per dolar AS,
won Korea Selatan menguat 1,2 poin (0,10 persen) mencapai 1.167 won per
dolar AS. Sedangkan rupe India melemah 0,03 poin (0,05 persen) mencapai
71,3 per rupe India, renmimbi Tiongkok menguat 0,03 (0,5 persen)
mencapai 6,9 per dolar AS.
Sementara dolar Singapura terhadap dolar
AS menguat 0,001 poin (0,20 persen) mencapai 1,35 per dolar AS, peso
Filipina menguat 0,19 poin (0,37 persen) mencapai 50,7 per dolar AS,
ringgit Malaysia menguat 0,007 poin (0,17 persen) mencapai 4,06 per
dolar AS, baht Thailand menguat 0,005 (0,02 persen) mencapai 30,5. (ARN)
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/nasional/121984/24/01/2020/dalam-sepekan-rupiah-semakin-perkasa-hadapi-dolar-as/
Re-post by MigoBerita / Sabtu/25012020/11.05Wita/Bjm