» » » LOCKDOWN Republik Indonesia atau BERSATU Hadapi Ancaman Negara Republik Indonesia termasuk CORONA !!

LOCKDOWN Republik Indonesia atau BERSATU Hadapi Ancaman Negara Republik Indonesia termasuk CORONA !!

Penulis By on Senin, 16 Maret 2020 | 1 comment

Propaganda Busuk HNW Soal Berita Hoaks “Video Viral Rombongan TKA China Corona Masuk Kendari”

Jakarta – Akun twitter petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid (HNW) mengunggah sebuah berita dari detiknews.com dengan judul “Viral Video TKA di Bandara Haluoleo, Kapolda: Mereka Pulang dari Perpanjangan Visa”, dengan tambahan keterangan “Ketika Korban Virus Korona Makin Banyak Berjatuhan Di Indonesia. Saat MenLuRI&Negara2 Lain Makin Ketatkan Penerimaan Turis/WNA.  Ketibaan TKA di Bandara Haluoleo SulTra Yg Terekam Video dan Viral, Terasa Sangat Aneh bin Janggal”.


Tidak sekali dua kali HNW ikut menyebarkan berita hoaks, ini sebuah bentuk framing opini yang cukup berbahaya dan sangat tidak etis saat ini, ketika negara dan rakyat bersatu-padu melawan wabah Virus Corona, dan ternyata video viral tersebut hoaks, dan saat ini pihak kepolisian telah menangkap pelaku penyebar video tersebut.
Dan bahkan akun twitter @narkosun membalas cuitan HNW “Pak Dayat, kamu baca isi beritanya gak? Jangan malah provokasi dan framing busuk. Kenapa makhluk2 kayak kamu yg sok suci ini malah selalu bikin ribut dan nyinyir? Apa klo masuk partai sapi default otaknya disetting seperti itu?”
Baca Juga:


Video berisi narasi rombongan Tenaga Kerja Asing (TKA) asal China tiba di Bandara Haluoleo, Kendari, Sulawesi Tenggara (Sultra), di tengah wabah virus Corona atau Covid-19 viral. Pembuat video hoax itu ditangkap!
Hardiono (39) warga Desa Onewila, Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) menyampaikan permohonan maafnya atas video viral dengan durasi 52 detik. Dalam video itu, Hardiono tampak berada di kantor polisi.
“Saya pembuat rekaman video yang viral pada 15 Maret terkait kedatangan warga China di Kendari dalam video itu saya mengomentari ‘Itu e satu pesawat corona semua’ hal itu saya ucapkan secara spontan dan hanya untuk main-main,” terangnya, Senin (16/3/2020).
Hardiono mengaku tidak mengira dampak dari perbuatannya itu akan menyebabkan keresahan banyak orang, khususnya warga Kota Kendari. Dia menegaskan video itu tidak benar.
“Saya jelaskan bahwa hal tersebut tidak benar, mereka bukan datang dari China tapi mereka baru pulang dari Jakarta habis mengurus visa di Jakarta,” katanya.
Baca Juga:
“Saya akui kesalahan saya dan saya meminta maaf yang sebesar-besarnya. Saya berjanji tidak akan mengulangi perbuatan itu lagi jika saya mengulanginya lagi maka saya siap dihukum sesuai dengan hukuman yang berlaku,” tutupnya.
Sebelumnya, sebuah video yang menggambarkan suasana di Bandara Haluoleo Kendari soal kedatangan puluhan WNA viral. Setelah didalami, diketahui para WNA itu merupakan tenaga kerja asing.
Kapolda Sultra Brigjen Merdisyam membenarkan terkait kedatangan WNA tersebut. Merdisyam menyebut mereka merupakan tenaga kerja asing dari perusahaan tambang.
“Kami sudah lakukan pengecekan langsung, iya benar mereka (TKA) dari perusahaan smelter yang ada di Sultra,” katanya saat dikonfirmasi detikcom, Minggu (15/3/2020).
Baca Juga:
Merdisyam menyebut puluhan TKA itu bukan dari Cina, melainkan dari Jakarta. Merdisyam mengatakan mereka dari Jakarta dalam rangka memperpanjang visa.
“Mereka kembali dari memperanjang visa di Jakarta,” ujarnya.
Merdisyam menyebut ada 40 TKA yang datang. Dia memastikan para TKA itu aman dari virus corona.
“Sudah ada sertifikat karantina, mereka aman. Jumlahnya sekitar 40 orang,” tutupnya. (ARN)
Sumber: Detiknews dan berbagai Media
Propaganda Busuk HNW Soal Berita Hoaks "Video Viral Rombongan TKA China Corona Masuk Kendari"
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2020/03/propaganda-busuk-hnw-soal-berita-hoaks-video-viral-rombongan-tka-china-corona-masuk-kendari/

Muhammad Zazuli: Soal Corona Jangan Percaya Politisi dan Penceramah Agama

Jakarta – Ada fenomena yang cukup mencengankan saat ini banyak politikus dan penceramah agama menjadi ahli medis mendadak, semua ini adalah gara-gara urusan virus Corona yang digoreng oleh kelompok anti pemerintah untuk menjatuhkan Jokowi.
Berikut ulasan menarik dari pegiat medsos Muhammad Zazuli dalam akun facebooknya yang menjelaskan jangan percaya politisi dan penceramah soal virus Corona tapi dengarkan dari ahli medis yang memang benar-benar mengetahui masalah ini.
Baca Juga:
Soal Corona ini lebih baik kita mendengarkan para ilmuwan dan ahli medis saja. Politisi dan penceramah agama sebaiknya diam dulu daripada asal bicara sok tahu dan sok jago yang akhirnya malah cuma bikin malu.
Yang biasa propaganda “agama adalah satu-satunya solusi” kini mulai terdiam. Apakah corona ujian atau hukuman Tuhan? Sama sekali bukan itu masalahnya. Apakah doa bisa menangkal corona? Bahkan yang dianggap tempat suci agamapun tetap kena corona.
Disinilah manusia dipaksa untuk lebih mengedepankan rasionalitas dan sisi kemanusiaan dalam menghadapi musibah corona. Tanggalkan semua perbedaan politik dan agama. Hadapi bencana global ini sebagai sesama warga “satu desa dunia” (global village).
Baca Juga:
Tidak ada kebetulan di dunia ini. Semua ada sebab, alasan dan tujuannya. Hukum alam (hukum sebab-akibat) berjalan secara adil, seimbang, akurat, presisi dan matematis. Keterbatasan kita saja yang belum mampu mengungkapkannya.
China korban pertama corona. Apakah karena Tuhan benci orang komunis? Lalu kenapa corona menyerang pusat agama Islam (Makkah, Arab Saudi) dan pusat agama Katolik (Roma, Italia)? Penceramah agama tidak akan bisa menjawab pertanyaan ini.
Jadi mari dengarkan para ilmuwan dan para ahli. Jangan jadikan musibah/wabah sebagai komoditas politik dan dakwah berbau SARA. Gunakanlah sisi kemanusiaan daripada fanatisme agama dan politik.

Anies Permudah Skenario Lockdown Lewat Pemotongan Rute dan Jadwal Transportasi umum?

Akibat dari meluasnya wabah corona, Anies Baswedan mengeluarkan sejumlah kebijakan yang pada akhirnya menjadi konyol dan bumerang.
Jadwal operasional bus TransJakarta, MRT, dan LRT dipersingkat. Bukan hanya itu, rute operasional TransJakarta juga dipotong untuk mengurangi interaksi publik. "TransJakarta yang saat ini melayani 248 rute akan dikurangi secara signifikan hanya 13 rute. Hanya 13 rute yang beroperasi. TJ yang semula 24 jam, jadi jam 6 pagi sampai jam 6 sore," kata Anies. Artinya pemangkasan hingga lebih dari 90 persen.
"Jadi jadwal MRT, misalnya, semula keberangkatannya tiap 5 menit dan 10 menit, sekarang akan diubah mulai besok jadi tiap 20 menit. Rangkaian MRT yang setiap hari beroperasi tiap 16 rangkaian, tinggal 4 rangkaian. Waktunya yang semula jam 5 pagi sampai jam 24.00, sekarang hanya jam 6 pagi sampai jam 6 sore," kata Anies.
Ini adalah salah satu contoh kebijakan yang tidak dipikir dampaknya. Seenaknya buat kebijakan tanpa melihat aspek lain, yang penting pencitraan dengan menyeret wabah corona sebagai alasannya.
Sungguh mengesalkan, masa sih Anies tidak tahu kalau banyak karyawan yang tidak libur, dan harus tetap bekerja? Dengan pemangkasan itu, otomatis harus cari transportasi lain seperti taxi konvensional (yang harganya mahal), taxi online (tidak cukup banyak menampung jumlah penumpang), atau jalan kaki pelan-pelan sampai kaki patah.
Tapi semua opsi itu tidak populer karena masalah harga. Bokek dong tiap hari keluar ongkos berkali lipat. Mau tak mau, terjadilah penumpukan penumpang yang berdesak-desakan, dalam jumlah banyak, saling berhimpit kayak sarden dalam kaleng, yang malah mempercepat penyebaran virus corona.
Anies selalu mengimbau untuk menghindari keramaian, makanya tempat wisata DKI di tutup, sekolah diliburkan, dan frekuensi kedatangan transportasi umum dipotong. Tapi yang terjadi malah, warga seolah tidak peduli, berkumpul ke tempat lain, menuju tempat wisata di luar DKI, menumpuk di stasiun MRT atau TransJakarta.
Mau mencegah penyebaran corona tapi malah mempercepat potensi penyebaran wabah.
Ada dua hal yang bisa kita lihat dari ini.
Pertama, kita bicara yang terlihat dari luar dulu. Artinya Anies terlihat bodoh dan tidak kompeten. Memang dari dulu sudah bodoh, tapi kebijakan konyol ini hanya membuktikan dan memperkuat julukan itu. Setiap kebijakan yang dia buat, hanya menambahkan masalah baru yang memusingkan. Dia tidak punya kemampuan untuk mengatasi masalah di Jakarta. Hanya pintar cari panggung dan membuat pencitraan. Apa pun kebijakannya, no problem, yang penting dianggap paten dan hebat.
Kedua, kita bicara di balik layar. Mungkin pembaca sudah tahu bahwa ada skenario busuk di balik rencana lockdown Jakarta. Lockdown yang terdengar sangat logis, tapi kemungkinan besar ada narasi susupan lain yang bersifat politis.
Memang lockdown bisa dilakukan kalau penyebaran wabah sudah mencapai tahap mengerikan seperti di Italia. Itu adalah opsi terakhir, bukan seperti sekarang yang digaungkan beberapa politisi yang terkesan sangat kebelet.
Lockdown ibu kota sekaligus pusat ekonomi bukanlah ide yang enak, tapi bisa berdampak masif karena 60 persen perputaran uang negara ini ada di sana. Semua wilayah Indonesia akan ikut kena imbas. Belum lagi sebagian warga yang tak bisa diatur.
Main event-nya, skenario rusuh. Kondisi yang menghimpit sebagian warga pasti akan menciptakan kondisi tersebut secara alami. Rusuh, chaos, gerombolan suci penjual agama dan oknum lain bisa dengan mudah menyalahkan presiden. Alasannya jadi banyak, tak mampu bendung wabah corona, tidak bisa berikan rasa aman, ekonomi ambruk, kehidupan sosial kacau balau. Mudah menyerang presiden dengan cara seperti ini.
Semua itu harus memiliki awal, yaitu penyebaran wabah yang makin meluas agar tercapai kondisi lockdown Jakarta.
Dan pagi tadi, sebuah pemandangan menyesakkan di stasiun transportasi umum, penumpang berdesakan. Ini bukan social distancing, tapi social sardine canning (pengalengan ikan sarden, berhimpit, sempit-sempitan).
Pemangkasan rute dan jadwal transportasi umum sama saja mempermulus atau bahkan mempercepat opsi lockdown yang disuarakan banyak politisi. Terkutuklah mereka kalau beneran ada tujuan lain di balik semua ini. God save this country. Semoga wabah ini cepat dikendalikan, biar penunggang licik tidak bisa jalankan aksinya.
Bagaimana menurut Anda? 
Anies Permudah Skenario Lockdown Lewat Pemotongan Rute dan Jadwal Transportasi umum?
Sumber Berita : https://seword.com/politik/anies-permudah-skenario-lockdown-lewat-pemotongan-unG1XBBWKj

Gabener Sebar Kebodohan di Tengah Virus Korona

Tak bisa dipungkiri, ada banyak pihak yang ingin situasi dan kondisi negeri ini kacau-balau dan genting. Kondisi semacam ini perlu bagi kelompok ini untuk mencapai hasrat yang sejak lama mereka idamkan. Misalnya hasrat untuk berkuasa.
Salah satu oknum yang sangat diuntungkan dalam kasus virus korona ini adalah Gabener. Tampak sekali dia ini sangat bersuka cita dan memanfaatkan betul momen ini untuk kepentingan pribadinya. Indikasi ini sudah terasa atau terlihat ketika beberapa waktu dia reaktif dan bersemangat umbar statemen terkait isu penyebaran virus koraona ini.
Menjadi sangat lucu kelihatannya, sebab ketika banjir melanda Ibu Kota dan mengakibatkan penderitaan bagi ratusan ribu masyarakat Jakarta, orang ini nyaris tidak melakukan apa-apa guna menanggulangi banjir. Dia terdiam seribu bahasa sambil ngeles bahwa itu bukan urusan dia, melainkan pemerintah Pusat. Dia hanya sekadar turun ke tengah masyarakat korban banjir dan ikut bekerja bakti memunguti sampah. Enak dan mudah sekali menjadi gubernur ?
Tidak berlebihan ketika Google mengatainya sebagai gubernur terbodoh, karena segala tindak-tanduk, kebijakannya dan statemennya memang bodoh. Di setiap momen atau peristiwa dia pasti unjuk kebodohan. Dalam kaitan dengan virus korona saja misalnya, sebagai kepala daerah yang bertanggung jawab menjaga agar masyarakatnya tidak terkena atau terpapar, Gabener justru menebar ketakutan bahwa kondisi sedang genting. Padahal mestinya dia menguatkan dan menyemangati warga dengan misalnya menganjurkan pola hidup sehat, rajin mencuci tangan dan sebagainya. Tapi kemudian dia malah membesar-besarkan angka penyebaran virus ini.
Kebodohan yang sangat parah adalah ketika harga masker melonjak gila-gilaan di DKI Jakarta, dari harga normal Rp 30.000 per dus, menjadi Rp 300.000. Sekalipun demikian, masker tetap laris diborong masyarakat yang termakan bodoh si Gabener. Padahal sudah diwanti-wanti oleh para dokter dan ahli kesehatan, bahwa hanya orang yang sakit perlu pakai masker. Orang sehat tinggal menjaga jarak dan menghindari kontak langsung, dan mengonsumsi makanan bergizi dan menjaga kesehatan dan kebersihan.
Namun ketika masker diborong habis masyarakat sekalipun harus membayar seribu persen lebih mahal dari harga biasa, Gabener merasa bersyukur dengan alasan bahwa daya beli masyarakat ternyata sangat tinggi, sebab masih sanggup membeli masker dengan harga Rp 300 ribu sekalipun! Bodoh!
Ya, hanya orang bodoh yang menyimpulkan bahwa daya beli masyarakat tinggi hanya gara-gara bisa membeli sesuatu barang dalam kondisi yang tidak normal seperti saat ini. Gabener lupa, banyak orang yang sebenarnya tidak memiliki apa-apa, tetapi "sanggup" membayar hingga puluhan juta atau ratusan juta rupiah asal keluarga yang dikasihinya sembuh dari sesuatu penyakit misalnya. Untuk bisa punya uang sebesar ini, bisa saja orang meminjam atau menggadaikan rumah sawah atau apa saja untuk mendapatkan uang. Ketika Gebener mengeluarkan statemen di atas, maka semakin terbuktilah kalau dia itu memang bodoh. Hitung-hitungan sederhana saja tidak mengerti.
Kebodohan yang paling mengerikan adalah yang terjadi saat ini. Gebener yang dalam situasi krisis korona ini mendadak tampil bak pahlawan, membuat suatu kebijakan yang sangat tidak jelas juntrungannya menyangkut transportasi umum. Sejak hari ini, Senin 16 Maret 2020, dia membuat aturan membatasi operasional bus Transjakarta yang sudah menjadi semacam urat nadi mayoritas masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
Bus yang tadinya malayani ratusan trayek dipangkas menjadi hanya 13. Sementara yang operasionalnya hingga luar DKI, distop sama sekali. Bisa dibayangkan bagaimana susahnya warga masyarakat yang sehari-hari menggunakan jasa transportasi murah meriah ini hari-hari ini. Di mana-mana terjadi penumpukan penumpang yang tidak biasa. Dan di dalam bus yang beroperasi pun, penumpang berjejalan bagaikan batu koral dimasukkan ke dalam karung.
Kondisi penumpang yang sudah seperti ini, jelas tidak kondusif lagi jika Gabener ingin membantu membatasi penyebaran virus korona. Bahkan malah menjadi sebaliknya, potensi penyebaran penyakit menular menjadi lebih hebat dalam kondisi ini. Atau jangan-jangan malah inilah yang sebenarnya dikehendaki oknum yang mendapatkan jabatan dengan cara yang tidak manusiawi ini? Supaya penyebaran virus berbahaya ini semakin meluas di Ibu Kota?
Kita sudah melihat, bahwa orang ini memang bodoh namun selalu beruntung. Banjir merusak Jakarta karena dia tidak paham melakukan tanggung jawabnya, tapi bukan dia yang disalahkan publik, terurtama kaum kadal gurun yang tingkat kebodohannya sama dengan Gabener, tetapi justru Jokowi. Nah, jika virus korona membunuh warga Jakarta, Gabener pasti akan tetap tenang dan semakin jemawa, sebab yang disalahkan adalah Jokowi.
Gabener, kalau niatnya ingin membatasi penyebaran virus korona, meliburkan sekolah, itu sudah tepat, tapi jangan biarkan mereka malah berkeliaran atau berwisata bersama keluarga. Itu sama saja bodong. Buatlah aturan tegas bahwa anak-anak sekolah selama libur harus diam di rumah! Kemudian bikin himbauan supaya instansi, baik pemerintah maupun swasta, sedapat mungkin mengijinkan para karyawan yang bisa bekerja dengan online, lebih baik bekerja di rumah saja selama libur 14 hari ini. Maka akan dapat dikurangi banyak orang yang bepergian setiap hari kerja. Ini jelas berdampak positif, menyangkut tingkat kepadatan kendaraan.
Kebijakan membatasi operasional Transjakarta, tanpa mengurangi jumlah penggunanya, itu pekerjaan yang sangat bodoh. Padahal mestinya, dalam kondisi semacam ini jumlah operasional bus harus ditingkatkan supaya tidak sampai terjadi penumpukan di dalam bus, seperti lazim terjadi di moda transportasi umum Jakarta dan sekitarnya. Tapi Gabener selalu membuat kebijakan yang selalu bertentangan dengan akal sehat. Selain bodoh, apakah orang ini memang ingin membuat virus ini semakin menyebar di Jakarta????
Hoiii......
Gabener Sebar Kebodohan di Tengah Virus Korona
Sumber Berita : https://seword.com/umum/gabener-sebar-kebodohan-di-tengah-virus-korona-MtqLhCrUdv

Dear Bapak Jusuf Kalla

Dear Bapak JK, bapak menyarankan untuk agar pemerintah melakukan lockdown, melihat adanya Peningkatan jumlah kasus infeksi virus corona (COVID-19). Bapak terlihat khawatir Indonesia bisa menjadi seperti Iran dan beberapa negara lainnya, yang melaporkan kasus infeksi terparah di dunia. Tapi apa juga sudah memikirkan efek negatif lockdown tersebut dibenar benar diterapkan?
Dear Bapak JK. Bapak juga mengimbau agar apabila pemerintah akan melakukan lockdown, maka perlu memperhatikan beberapa aspek penting seperti ketersediaan kebutuhan pokok, juga aturan aturannya secara jelas. Bapak juga mengatakan bahwa keputusan untuk mengumumkan status darurat nasional tidak akan mengubah apapun jika penanganan yang dilakukan tidak tepat.
Oke mari kita bahas satu persatu ya pak.
Pertama Lockdown Indonesia? Kalau Indonesia di lockdown terus perusahaan perusahan juga tutup karena penyebaran virus corona untuk waktu yang belum di tentukan, pakah para pekerja siap? Siap tidak mendapatkan gaji? Undang undang di negara ini tentang tenaga kerja beda loh dengan luar negri.
Apa bapak pikir lockdown itu enak, nggak di lockdown aja banyak yang selalu nyocot nggak punya duit apalagi di lockdown total tentu saja saya, kami dan mereka akan kehilangan penghasilan, tidak digaji, perusahaan mana yang mau menggaji pengangguran, dan yang pasti ekonomi akan ambruk. Saya rasa bapak tau akan hal ini.
Kedua. Masih banyak masyarakat kita yang kurang memahami soal Corona termasuk etika atau tindakan pencegahan sederhana. Karena masih banyak yang lebih pusing memikirkan hal seperti, "Besok bisa makan ngga ya?" Atau, "Gimana cari makan buat besok?"
Karena kenyataannya Negara ini belum sekaya China, begitu juga dengab tingkat pendidikannya masih jauh dibandingkan dengan Singapura. Yang saya khawatirkan andai kota "se-elit" Jakarta dilockdown pun, alih-alih berhasil mengontrol pergerakan massa, yang ada malah kemungkinan panik dan hijrah masal.
Masyarakat menegah kebawah yang harus bekerja dengan upah harian mustahil tinggal diam. Bisa jadi akan ada aksi protes yang berujung chaos, aksi penjarahan dan kriminal karena khawatir kelaparan akibat lockdown. Saya yakin orang yang mendukung lockdown, mereka tidak memikirkan dampak kematian yang lebihh ekstrim karena rush dimana mana.
Lalu, siapa yang bisa menjamin suplai makanan dari pemerintah mampu menjangkau setiap sudut kampung dari Sabang sampai Merauke? Andai suplai makanan cukup pun, apa negara sanggup membayar upah harian setiap warga terdampak? Ada rumah kontrakan yang harus tetap dibayar, uang sekolah atau kebutuhan sehari hari di luar makanan. Mampukah negara menjangkau semua warga terdampak?
Ketiga. Yang banyak uang pasti bisa memborong 1 supermarket, yang punya bisnis sembako nggak akan dia jual, stock untuk keluatga sendiri, terus yang nyari hari ini untuk makam besok, mereka bisa nyetok apa? Ada banyak orang yang hidup pas pasan untuk hari ini saja, akhirnya karena urusan perut, jarah sana sini, chaos terjadi, saya bapak perlu memikirkan sampai ke hal terkecil.
Lockdown itu bukan sesuatu yang mudah, pemerintah perlu persiapan yang mumpuni, salah satunya pasokan sembako harus ada jaminan 100% dapat semua selama lockdown diberlakukan. Harus bisa memahami typical orang +62 yang panikan kalau urusan perut. Mereka Bacok bacokan aja mau kalau urusan perut mah.
Keempat. Belum lagi ada potensi oknum untuk menunggangi isu, menciptakan kerusuhan dan guncangan sosial, politik dan ekonomi lebih besar. Jangan kesampingkan itu. Kalau sampai lockdown, bakal banyak masalah yang bisa diluar kendali.
Maling berseragam bakal keluarin APBD dengan alasan dana darurat bencana, hilang entah kekantong siapa. Orang orang Oportunis dari pejabat sampai kerakyat jelantah bakal balapan nyari keuntungan ditengah kesusahan orang, boro boro empati, moral dan etika juga nggak punya kok.
Belum lagi kaum mabuk agama yang menganggap asal gw berdoa wabah pasti lewat, ngotot ngumpul rame rame demi keyakinan dia sampe nularin juga nggak apa apa, nggak mau lihat kenyataan bahaya didepan mata.
Kita tidak bisa terus terusan menyudutkan dan menyalahkan pemerintah, ini bukan tentang segelintir orang yang harus diperhatikan, ini tentang 280 juta rakyat yang harus diperhatikan, dan kita nggak bisa hanya menggantungkan diri kepada pemerintah, semuanya harus saling bersinergi, bukan hanya diam menunggu, lakukan apa yang bisa kita lakukan, jangan jadi manja yang dikit dikit minta perhatian. Kalau kita bisa kenapa kita harus menunggu, ini saatnya untuk bersatu bukan untuk saling menyalahkan.
Perlu kita pamahi bersama bahwa covid-19 ini pandemik, akan tetap ada seperti virus influenza, jadi jika bapak pikir dengan lockdown, terus hilang tuh virus, maka saat lockdown dibuka, ya virusnya masuk lagi, namanya juga sudah masukk golongan pandemic. Yang bener itu, kita harus tingkatkan pengetahuan bagaimana menjaga kesehatan, bagaimana bersikap saat berinteraksi diluar, peka terhadap perubahan kondisi badan. Bukan berarti nyawa itu nggak penting, justru karena pentinglah, maka lebih baik kita memahami bagaimana penyebarannya, dan menjaga kesehatan sebaik mungkin.
Yang terakhir edukasi sederhana cuci tangan dan etika batuk, sampai soal penggunaan masker akan sangat masif efeknya andai bisa dipahami banyak orang. Ini adalah garis terdepan dalam perang melawan virus. Menang di pos ini akan sangat membantu pasukan di garis belakang.
Pemerintah Pusat dan Daerah harus rajin turun ke bawah, gerakkan semua sumber daya sampai tingkat Kelurahan dan RT/RW melakukan edukasi. Ini akan efektif menjangkau masyarakat menengah bawah dan impactnya akan luar biasa signifikan. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Dear Bapak Jusuf Kalla
Sumber Berita : https://seword.com/politik/dear-bapak-jusuf-kalla-5pxF4sa0tn

Busuknya Serangan Bertubi-Tubi Clickbait CNN Ke Jokowi!

Saya termasuk yang memilih untuk membaca berita online dari cnnindonesia.com. Bahkan aplikasinya saya install di HP, untuk memudahkan mengikuti berita ter-update. Di satu pihak, isi berita cnnindonesia.com termasuk yang lengkap. Artinya, ketika ada berita tentang sebuah topik, disediakan pula infografis maupun keterangan lengkap tentang sejarah dan rekam jejak digital soal topik tersebut. Mungkin ini yang menyebabkan saya sering membaca cnnindonesia.com, selain detik.com, kompas.com dan liputan6.com.
Kenapa cnnindonesia.com yang saya jadikan fokus tulisan ini? Lihat saja pemilihan foto Jokowi di gambar utama tulisan ini. Dibikin seakan Presiden Jokowi sedang meminta maaf sama rakyatnya. Seakan apa yang terjadi semua adalah salah Jokowi! Edaaaan…! Ini media mainstream, apa kampret kadrun yang hidupnya selalu sengsara karena males kerja tapi selalu menyalahkan Jokowi!
Dari kejadian ini, saya mencoba mencermati beberapa judul artikel dari cnnindonesia.com. Dari pengamatan sekilas ini, saya menemukan bahwa beberapa kali ternyata cnnindonesia.com bisa dikatakan menyerang Presiden Jokowi dengan berbagai judul yang sifatnya clickbait. Judul menyesatkan yang tidak sesuai dengan isinya, maupun keadaan yang sebenarnya. Ini busuk dan jahat, bagi sebuah media mainstream, yang dipercaya kredibilitas dan validitasnya oleh banyak orang. Termasuk saya sendiri.
Ada 3 artikel mengenai Corona dan 1 lagi tentang kebijakan ekonomi. Kita lihat sesuai kronologi saja. Pertama, adalah berita yang bertajuk “Jokowi Izinkan Asing Kelola Aset Negara” link. Seakan-akan Jokowi membuka pintu seluas-luasnya terhadap pihak asing. Ini sih jadi makanannya para kadrun, kalau pas ada orderan demo. Padahal di dalam artikel itu ada syarat dan ketentuannya, bahkan ada persyaratan audit.
Article
Article
Kedua, terkait kematian seorang pasien yang positif kena virus Corona. Tajuknya “Pasien Positif Corona nomor 25 Meninggal Dunia” link. Padahal di dalam artikel jelas disebut bahwa sebab kematiannya bukan karena Corona. Duhh, ini mau bikin warga panik atau gimana? Judulnya salah lho.
Article
Article
Ketiga, ini yang cukup epic. Sebuah artikel ditayangkan oleh cnnindonesia.com kemarin pagi. Seakan menjadikan artikel ini sebagai santapan sarapan pagi bagi jiwa-jiwa yang tidak mau kudet (kurang update), terkait berita soal virus Corona. Judulnya sangat mencekam dan tendensius, “Corona dan Menanti Maaf Jokowi untuk Rakyat +62” link. Dibuat khas ala generasi milenial. Seakan ini adalah sebuah berita valid yang siap dipakai para kadrun untuk menyerang Jokowi. Tapi nyatanya? Ini adalah kolom opini, sama halnya dengan sifat tulisan di Seword. Bedanya, kita tidak pernah selalu menyalahkan Jokowi untuk segala hal yang terjadi di kehidupan ini. Sementara si penulis artike di cnnindonesia.com ini menyalahkan Jokowi atas masuknya virus Corona di Indonesia. Lahhh?? Virus itu juga masuk ke negara-negara di benua Eropa, Asia, Amerika dan Australia. Berani menyalahkan para kepala negaranya? Saya juga menyesalkan pihak cnnindonesia.com yang tidak memberikan indikasi bahwa tulisan tersebut adalah opini. Tinggal disisipkan saja di judulnya, mudah kan? Apa takut nggak laku dibaca? Kalah sama Seword?
Article
Article
Article
Dan yang keempat, yang baru saja diterbitkan pagi ini. Ini terkait dengan kondisi kepadatan antrian calon penumpang bis Transjakarta dan MRT pagi ini. Yang disebabkan karena kebijakan pembatasan moda transportasi umum oleh Gubernur DKI Anies Baswedan. Sementara di lain tempat, Presiden Jokowi mengeluarkan himbauan kerja dari rumah, terutama buat ASN. Namun, apa tajuk berita cnnindonesia.com? “Jokowi Imbau Kerja dari Rumah, Pekerja Padati Angkutan Umum” link.
Article
Halaaaahhhh…. Apa nih maksudnya? Judul artikel cnnindonesia.com secara sengaja mengkambinghitamkan Presiden Jokowi atas membludaknya antrian para calon penumpang bis Transjakarta/MRT, kacaunya jam masuk mereka, dan terpaparnya mereka terhadap resiko penularan virus Corona. Padahal yang jelas salah adalah Anies, yang bikin pembatasan jam dan armada transportasi umum.
Dengan bekal 4 kasus di atas, saya simpulkan bahwa media cnnindonesia.com tidak konsisten menuruti etika jurnalistik. Bahkan tercium ada upaya mengkambinghitamkan Jokowi, kalau tidak mau disebut menyerang Jokowi secara frontal. Demi apa? Demi menarik pembaca dan iklan? Atau demi kepentingan lain? Apakah cnnindonesia bertindak demikian sebagai antek AS atau antek kadrun? Kan ada teori bahwa AS memang berusaha mendiskreditkan, bahkan mengacaukan pemerintahan Jokowi. Ada pula gosip-gosip yang menyebut awak media juga berpihak pada Balai Kota. Gosip lho. Kenapa cnnindonesia memusuhi Jokowi? Salah apa Jokowi sama kalian? Sekian dulu dari kura-kura!
Busuknya Serangan Bertubi-Tubi Clickbait CNN Ke Jokowi!
Sumber Berita : https://seword.com/politik/busuknya-serangan-bertubitubi-clickbait-cnn-ke-XnezxWGK2L

Lockdown, Solusi Atau Masalah?

Lockdown, Solusi Atau Masalah?
Tak kasih tau kalian ya tentang lockdown itu apa? Lockdown atau singkatnya mengkarantina seluruh area di mana pergerakan seseorang dibatasi, berdiam di rumah dengan pengawasan ketat dan suplai makanan dari pemerintah.
Lockdown biasanya dilakukan ketika terjadi wabah dimana korban atau orang yang positif tertular sudah banyak perharinya denga prosentase kasus yang meninggal juga banyak. Di Indonesia tentu sangat tidak masuk akal kalo harus di lockdown secara Nasional. Karena mayoritas daerah aman aman saja, yang ada suspect cuma di perkotaan utamanya DKI Jakarta dan sekitarnya.
Jumlah suspect yang belum tentu positif covid-19 itu pun masih sangat kecil jika dibandingkan dengan populasi penduduknya, jadi menurut saya WHO itu sangat lebay kalau maksain Indonesia harus menyatakan Darurat Nasional. What the hell it is? Termasuk juga para kadrun yang selalu koar koar minta lockdown karena berkaca pada negara lain.
Contoh pertama. China bisa disebut sukses melakukan ini di Wuhan. Dengan segenap kuasa absolut dan tingkat kepatuhan masyarakat yang tinggi, pergerakan warga dapat dikunci sehingga penyebaran ditekan serendah mungkin.
Contoh kedua. Italia mencoba melakukan hal yang sama di awal. Ya, kawasan Italia Utara dilockdown. Hasilnya? Banyak masyarakat yang justru akhirnya keluar dari utara dan berbondong bondong pindah ke selatan. Kelambanan pemerintah Italia dalam mengawal area dan transportasi umum membuat warga di utara memiliki ruang dan waktu yang cukup untuk "kabur" menuju selatan. Akhirnya yang terjadi adalah Superspreader, penyebaran masif, jumlah penderita di Italia melonjak. Sekarang ini Italia terpaksa melockdown seluruh negara. Ini mirip siih sama kelakuan warga +62.
Contoh ketiga. Filipina juga melakukan hal yang sama. Presiden Duterte sendiri yang langsung mengumumkan lockdown Manila. Hasilnya? Warga Manila berbondong bondong keluar memenuhi jalan tol dan bandara sebelum lockdown berlaku. Entah apa yang akan terjadi di Filipina kedepannya. Semoga saja tidak terjadi superspreader atau penyebaran masal akibat masifnya perpindahan warga ke lokasi yan tidak di lockdown. Warga Filipina ini juga mirip dengan warga +62 yang susah diatur.
Di Indonesia, banyak sekali usulan dari berbagai kalangan untuk lockdown. Paling tidak untuk kota tertentu. Bagaimana andai ini diterapkan? Sukses seperti China atau malah akan mengikuti Italia dan Filipina? Menurut saya ada dua kemungkinan.
Pertama. Kemungkinan besar akan sukses andai presidennya adalah Alm. Pak Soeharto. Atau bisa juga menerapkan kebijakan ala Kim Jong Un, terdeteksi satu yang positif langsung tembak mati. Makanya sampai saat ini Korea Utara masih NOL inveksi. (Koreksi kalau salah)
Kedua. Melihat sistem demokratis yang kita anut, begitu juga dengan tabiat warga +62 yang susah diatur dan sok tau plus sok ahli dari yang ahli, Saya pikir kemungkinan kedualah yang akan terjadi, Lhaa wong DKI Jakarta yang menerapkan self isolate aja warganya nggak patuh, sekolah diliburkan malah pada jalan ke puncak, dikira mudik lebaran apa ya? Apalagi jika benar benar di lockdown.
Beginilah kelakuan warga +62 menyikapi merebaknya virus corona. Dalam rangka upaya mencegah penyebaran virus corona, Jakarta menutup tempat tempat wisata dan mengimbau warga mengindari keramaian. Ya sudah, cari tempat lain yang buka, dimana? Ya di puncak, yang penting hepi. Maka dari itu, penanganan virus corona di negeri tersantuy ini tidak bisa disamain negara lain. Ndak usahlah teriak lock down lock down. Percuma.
Karena itu tidak semua kebijakan yang terlihat keren di luar negeri itu bisa diterapkan di Indonesia, beda pola pikir rakyatnya, sistem pemerintahannya, sistem drama politiknya juga beda, Rakyat China Ketika wabah corona semakin ganas mereka Saling menguatkan dan Bilang “Wuhan Jio you” Wuhan Kamu pasti bisa.
Rakyat Itali ketika Ditinggal oleh semua sekutunya karena wabah Corona, Negaranya krisis Pangan, krisis alat kesehatan dan obat obatan. Rakyatnya mengibarkan bendera negaranya Dijendela rumah mereka masing masing, pengibaran bendera tersebut memberi pesan sekaligus berusaha untuk menguatkan negara dan pemerintah sekaligus memberikan pesan pada dunia bahwa "Kami bersama Pemerintah dan negara kami”
Coba di Indonesia, bukannya mendukung semua kebijakan pemerintah pusat, yang ada malah rakyatnya mencaci maki dan menghina presidennya, belum lagi kepala kepala daerah yang mencari panggung ketenaran melalui musibah Corona ini, begitu juga dengan ngustadz ngustadz seleb dengan fatwa fatwa liarnya.
sayang sekali, warga +62 ini tidak sama dengan warga China dan Italia, karena banyak masyarakat kita yang masih terbawa perpecahan Pilpres 2019 yang lalu, sehingga tidak habis habisnya mereka mencela apapun usaha yang dilakukan oleh pemerintah. Bukan hanya mencela tapi juga berusaha menggagalkan usaha pemerintah agar terlihat tidak efektif sama sekali.
Sumber Berita : https://seword.com/politik/lockdown-solusi-atau-masalah-zLyq0QPjSt

Arti Lockdown, Social Distancing dan Istilah Populer Seputar Virus Corona


Lockdown jadi salah satu kata populer pasca merebaknya pemberitaan seputar virus Corona atau Covid-19. Apa sebenarnya arti lockdown?
Bukan hanya lockdown, banyak kata-kata populer lainnya yang diambil dari bahasa asing. Salah satunya social distancing sampai istilah pandemi dan apa bedanya dengan epidemi.
Istilah-istilah itu sering disebut-disebut dalam setiap pemberitaan terkait Corona. Misalnya istilah social distancing. Istilah ini banyak disebut oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Sosial distancing dipercaya bisa mencegah penyebaran virus Corona.

Arti Lockdown, Sosial Distancing dan Istilah Lainnya Seputar Virus Corona

Lockdown, social distancing dan istilah teknis lainnya jadi kata populer seiring dengan pemberitaan virus Corona.
Dikutip HR Online dari berbagai sumber, Minggu (15/3/2020) berikut arti dari istilah-istilah populer seputar virus Corona:

Lockdown

Lockdown diambil dari bahasa Inggris, artinya adalah terkunci. Jika dikaitkan dalam istilah teknis dalam kasus Corona atau COVID-19, arti lockdown adalah mengunci seluruh akses masuk maupun keluar dari suatu daerah maupun negara.
Tujuan mengunci suatu wilayah ini agar virus Corona tidak menyebar lebih jauh lagi. Jika suatu daerah dikunci atau di-lockdown, maka semua fasilitas public harus ditutup.
Sekolah, transportasi umum, tempat umum, perkantoran, bahkan pabrik harus ditutup dan tidak diperkenankan beraktivitas. Aktivitas warganya pun dibatasi. Bahkan ada negara yang memberlakukan jam malam.
Baca Juga: Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi Positif Corona
Ketika virus Corona menyebar di kota Wuhan, China, pemerintah setempat memberlakukan kebijakan lockdown, disusul kota-kota lainnya di China yang penyebaran virusnya begitu massif.
Sementara di Eropa, Italia jadi negara yang menerapkan kebijakan lockdown setelah penyebaran virus Corona di sana meningkat tajam dan menjangkiti ribuan orang.
Meskipun begitu, tidak semua negara mengunci wilayahnya setelah penyebaran virus Corona masuk ke wilayahnya. Korea Selatan memilih tidak mengunci wilayahnya, namun mengambil kebijakan lain untuk mencegah penyebaran virus Corona.

Social Distancing

Setelah mengenal arti lockdown, istilah teknis seputar virus Corona selanjutnya adalah social distancing. Dikutip dari The Atlantic, istilah ini merujuk pada tujuan untuk mencegah orang sakit melakukan kontak dengan orang lain dalam jarak dekat. Social distancing juga bertujuan untuk mengurangi penularan virus dari orang ke orang.
Sementara istilah social distancing menurut Center for Disease Control (CDC) adalah menjauhi segala bentuk perkumpulan, menjaga jarak dengan manusia, dan menghindari berbagai pertemuan yang melibatkan banyak orang.
Selain istilah social distancing, dalam bahasa Indonesia juga ada istilah isolasi dan karantina. Kedua istilah ini termasuk populer pasca merebaknya virus Corona di berbagai negara.
Menurut Ivan Lanin, pemerhati Bahasa Indonesia, isolasi maupun karantina bertujuan untuk mengendalikan penyebaran penyakit dengan membatasi perpindahan orang.
Hanya saja antara isolasi dan karantina ada perbedaan mendasar, jika yang dimaksud adalah mencegah perpindahan penyakit dari orang sakit, maka dilakukan isolasi.
Sementara jika mencegah perpindahan penyakit ke orang yang sehat, maka istilah yang digunakan adalah karantina. Intinya isolasi dilakukan pada orang sakit, sementara karantina ditujukan kepada orang yang sehat.

Work From Home (WFH)

WFH atau Work From Home menjadi populer. Istilah ini berarti bekerja dari rumah. Terkait dengan virus Corona, Anda tidak perlu pergi bekerja untuk mengurangi risiko tertular virus Corona.
Anda bisa menyelesaikan pekerjaan dari rumah dan bisa dilakukan secara online jika memungkinkan.
Jika dikaitkan dengan situasi di Indonesia saat ini terkait penyebaran virus Corona, presiden Joko Widodo sudah mengimbau agar bekerja dari rumah, sama halnya seperti sekolah dan beribadah diimbau untuk dilakukan di rumah saja.

Imported Case dan Local Transmisson

Istilah ini merujuk pada lokasi dari mana virus Corona itu menjangkiti seorang pasien. Pada kasus imported case berarti seseorang terjangkit saat berada di luar wilayah dimana pasien tersebut melapor.
Misalnya seorang pasien dilaporkan positif Corona di Indonesia. Namun dia tertular di luar wilayah Indonesia, karena misalnya dia baru saja liburan dari luar negeri.
Sementara local transmission atau transmisi lokal berarti seorang pasien tertular di dalam wilayah dimana kasus ditemukan. Misalnya seorang pasien dilaporkan positif terjangkit virus Corona di Indonesia dan tertularnya pun di Indonesia.

Epidemi dan Pandemi

Epidemi merujuk pada penyebaran penyakit secara cepat dengan jumlah yang terjangkit banyak dan tidak normal. Biasanya suatu penyakit disebut epidemi jika menyebar di sebuah wilayah dalam jumlah penderita yang banyak, namun skalanya lebih kecil dibanding pandemi.
Jika epidemi menyebar di suatu wilayah saja, maka pandemi berarti penyakit tersbeut sudah menyebar ke seluruh dunia atau penyebarannya terjadi secara global. Levelnya pun lebih tinggi dibanding epidemi.
Dalam kasus virus Corona, WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi setelah menyebar hampir di seluruh negara.
Itulah arti istilah seputar virus Corona, termasuk arti lockdown, social distancing, dan istilah lainnya. Jangan lupa jaga kesehatan. (Ndu/R7/HR-Online)
Sumber Berita : https://www.harapanrakyat.com/2020/03/arti-lockdown-social-distancing-dan-istilah-populer-seputar-virus-corona/
 

Re-post by MigoBerita / Senin/16032020/17.04Wita/Bjm

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya

1 komentar:

nanalou 6 April 2020 pukul 11.09

Numpang promo ya gan
kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*