Propaganda Busuk HNW Soal Berita Hoaks “Video Viral Rombongan TKA China Corona Masuk Kendari”
Jakarta – Akun twitter
petinggi Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Hidayat Nur Wahid (HNW)
mengunggah sebuah berita dari detiknews.com dengan judul “Viral Video
TKA di Bandara Haluoleo, Kapolda: Mereka Pulang dari Perpanjangan Visa”,
dengan tambahan keterangan “Ketika Korban Virus Korona Makin Banyak
Berjatuhan Di Indonesia. Saat MenLuRI&Negara2 Lain Makin Ketatkan
Penerimaan Turis/WNA. Ketibaan TKA di Bandara Haluoleo SulTra Yg
Terekam Video dan Viral, Terasa Sangat Aneh bin Janggal”.
Tidak sekali dua kali HNW ikut
menyebarkan berita hoaks, ini sebuah bentuk framing opini yang cukup
berbahaya dan sangat tidak etis saat ini, ketika negara dan rakyat
bersatu-padu melawan wabah Virus Corona, dan ternyata video viral
tersebut hoaks, dan saat ini pihak kepolisian telah menangkap pelaku
penyebar video tersebut.
Dan bahkan akun twitter @narkosun membalas cuitan HNW “Pak
Dayat, kamu baca isi beritanya gak? Jangan malah provokasi dan framing
busuk. Kenapa makhluk2 kayak kamu yg sok suci ini malah selalu bikin
ribut dan nyinyir? Apa klo masuk partai sapi default otaknya disetting
seperti itu?”
Baca Juga:
- Politisasi Virus Corona, Yusuf Muhammad ‘Semprot’ Petinggi PKS Hidayat Nur Wahid
- Sebut Tragedi Wamena Sebagai Genosida, Wahyu Sutono “Semprot” Hidayat Nur Wahid
Video berisi narasi rombongan Tenaga
Kerja Asing (TKA) asal China tiba di Bandara Haluoleo, Kendari, Sulawesi
Tenggara (Sultra), di tengah wabah virus Corona atau Covid-19 viral.
Pembuat video hoax itu ditangkap!
Hardiono (39) warga Desa Onewila,
Kecamatan Ranomeeto, Kabupaten Konawe Selatan (Konsel) menyampaikan
permohonan maafnya atas video viral dengan durasi 52 detik. Dalam video
itu, Hardiono tampak berada di kantor polisi.
“Saya pembuat rekaman video yang viral
pada 15 Maret terkait kedatangan warga China di Kendari dalam video itu
saya mengomentari ‘Itu e satu pesawat corona semua’ hal itu saya ucapkan
secara spontan dan hanya untuk main-main,” terangnya, Senin
(16/3/2020).
Hardiono mengaku tidak mengira dampak
dari perbuatannya itu akan menyebabkan keresahan banyak orang, khususnya
warga Kota Kendari. Dia menegaskan video itu tidak benar.
“Saya jelaskan bahwa hal tersebut tidak
benar, mereka bukan datang dari China tapi mereka baru pulang dari
Jakarta habis mengurus visa di Jakarta,” katanya.
Baca Juga:
- Hidayat Nur Wahid Ikut Sebar Foto Hoaks Logo PKI di Topi
- Politik Tak Beretika, Hidayat Nur Wahid Catut PBNU untuk Menangkan Said-Ida
“Saya akui kesalahan saya dan saya
meminta maaf yang sebesar-besarnya. Saya berjanji tidak akan mengulangi
perbuatan itu lagi jika saya mengulanginya lagi maka saya siap dihukum
sesuai dengan hukuman yang berlaku,” tutupnya.
Sebelumnya, sebuah video yang
menggambarkan suasana di Bandara Haluoleo Kendari soal kedatangan
puluhan WNA viral. Setelah didalami, diketahui para WNA itu merupakan
tenaga kerja asing.
Kapolda Sultra Brigjen Merdisyam
membenarkan terkait kedatangan WNA tersebut. Merdisyam menyebut mereka
merupakan tenaga kerja asing dari perusahaan tambang.
“Kami sudah lakukan pengecekan langsung,
iya benar mereka (TKA) dari perusahaan smelter yang ada di Sultra,”
katanya saat dikonfirmasi detikcom, Minggu (15/3/2020).
Baca Juga:
- PKS Layak Ditenggelamkan Seperti Ikhwanul Muslimin
- Dina Sulaiman “Semprot” Fahri Hamzah, Industri Radikalisme Itu Ada
Merdisyam menyebut puluhan TKA itu bukan
dari Cina, melainkan dari Jakarta. Merdisyam mengatakan mereka dari
Jakarta dalam rangka memperpanjang visa.
“Mereka kembali dari memperanjang visa di Jakarta,” ujarnya.
Merdisyam menyebut ada 40 TKA yang datang. Dia memastikan para TKA itu aman dari virus corona.
“Sudah ada sertifikat karantina, mereka aman. Jumlahnya sekitar 40 orang,” tutupnya. (ARN)
Sumber: Detiknews dan berbagai Media
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2020/03/propaganda-busuk-hnw-soal-berita-hoaks-video-viral-rombongan-tka-china-corona-masuk-kendari/
Muhammad Zazuli: Soal Corona Jangan Percaya Politisi dan Penceramah Agama
Jakarta – Ada fenomena
yang cukup mencengankan saat ini banyak politikus dan penceramah agama
menjadi ahli medis mendadak, semua ini adalah gara-gara urusan virus
Corona yang digoreng oleh kelompok anti pemerintah untuk menjatuhkan
Jokowi.
Berikut ulasan menarik dari pegiat medsos Muhammad Zazuli dalam akun facebooknya
yang menjelaskan jangan percaya politisi dan penceramah soal virus
Corona tapi dengarkan dari ahli medis yang memang benar-benar mengetahui
masalah ini.
Baca Juga:- Yusuf Muhammad: Saudi Stop Umrah, “Corona Tentara Allah” Terbantahkan
- Yusuf Muhammad: Pesan Habib Ali Al-Jufri Bungkam Komentar Rasis UAS Soal Virus Corona
Soal Corona ini lebih baik kita
mendengarkan para ilmuwan dan ahli medis saja. Politisi dan penceramah
agama sebaiknya diam dulu daripada asal bicara sok tahu dan sok jago
yang akhirnya malah cuma bikin malu.
Yang biasa propaganda “agama adalah
satu-satunya solusi” kini mulai terdiam. Apakah corona ujian atau
hukuman Tuhan? Sama sekali bukan itu masalahnya. Apakah doa bisa
menangkal corona? Bahkan yang dianggap tempat suci agamapun tetap kena
corona.
Disinilah manusia dipaksa untuk lebih
mengedepankan rasionalitas dan sisi kemanusiaan dalam menghadapi musibah
corona. Tanggalkan semua perbedaan politik dan agama. Hadapi bencana
global ini sebagai sesama warga “satu desa dunia” (global village).
Baca Juga:- Wahyu Sutono: Covid-19 “Bukan” Tentara Allah, Tamparan Keras Untuk Somad
- Sebar Ketakutan Soal Corona, Yusuf Muhammad “Semprot” Anies Baswedan dan Reporter TvOne
Tidak ada kebetulan di dunia ini. Semua
ada sebab, alasan dan tujuannya. Hukum alam (hukum sebab-akibat)
berjalan secara adil, seimbang, akurat, presisi dan matematis.
Keterbatasan kita saja yang belum mampu mengungkapkannya.
China korban pertama corona. Apakah
karena Tuhan benci orang komunis? Lalu kenapa corona menyerang pusat
agama Islam (Makkah, Arab Saudi) dan pusat agama Katolik (Roma, Italia)?
Penceramah agama tidak akan bisa menjawab pertanyaan ini.
Jadi mari dengarkan para ilmuwan dan
para ahli. Jangan jadikan musibah/wabah sebagai komoditas politik dan
dakwah berbau SARA. Gunakanlah sisi kemanusiaan daripada fanatisme agama
dan politik.
Sumber Berita : https://arrahmahnews.com/2020/03/muhammad-zazuli-soal-corona-jangan-percaya-politisi-dan-penceramah-agama/
Anies Permudah Skenario Lockdown Lewat Pemotongan Rute dan Jadwal Transportasi umum?
Akibat
dari meluasnya wabah corona, Anies Baswedan mengeluarkan sejumlah
kebijakan yang pada akhirnya menjadi konyol dan bumerang.
Jadwal
operasional bus TransJakarta, MRT, dan LRT dipersingkat. Bukan hanya
itu, rute operasional TransJakarta juga dipotong untuk mengurangi
interaksi publik.
"TransJakarta yang saat ini melayani 248 rute akan dikurangi secara
signifikan hanya 13 rute. Hanya 13 rute yang beroperasi. TJ yang semula
24 jam, jadi jam 6 pagi sampai jam 6 sore," kata Anies. Artinya
pemangkasan hingga lebih dari 90 persen.
"Jadi
jadwal MRT, misalnya, semula keberangkatannya tiap 5 menit dan 10
menit, sekarang akan diubah mulai besok jadi tiap 20 menit. Rangkaian
MRT yang setiap hari beroperasi tiap 16 rangkaian, tinggal 4 rangkaian.
Waktunya yang semula jam 5 pagi sampai jam 24.00, sekarang hanya jam 6
pagi sampai jam 6 sore," kata Anies.
Ini
adalah salah satu contoh kebijakan yang tidak dipikir dampaknya.
Seenaknya buat kebijakan tanpa melihat aspek lain, yang penting
pencitraan dengan menyeret wabah corona sebagai alasannya.
Sungguh
mengesalkan, masa sih Anies tidak tahu kalau banyak karyawan yang tidak
libur, dan harus tetap bekerja? Dengan pemangkasan itu, otomatis harus
cari transportasi lain seperti taxi konvensional (yang harganya mahal),
taxi online (tidak cukup banyak menampung jumlah penumpang), atau jalan
kaki pelan-pelan sampai kaki patah.
Tapi
semua opsi itu tidak populer karena masalah harga. Bokek dong tiap hari
keluar ongkos berkali lipat. Mau tak mau, terjadilah penumpukan
penumpang yang berdesak-desakan, dalam jumlah banyak, saling berhimpit
kayak sarden dalam kaleng, yang malah mempercepat penyebaran virus
corona.
Anies
selalu mengimbau untuk menghindari keramaian, makanya tempat wisata DKI
di tutup, sekolah diliburkan, dan frekuensi kedatangan transportasi
umum dipotong. Tapi yang terjadi malah, warga seolah tidak peduli,
berkumpul ke tempat lain, menuju tempat wisata di luar DKI, menumpuk di
stasiun MRT atau TransJakarta.
Mau mencegah penyebaran corona tapi malah mempercepat potensi penyebaran wabah.
Ada dua hal yang bisa kita lihat dari ini.
Pertama,
kita bicara yang terlihat dari luar dulu. Artinya Anies terlihat bodoh
dan tidak kompeten. Memang dari dulu sudah bodoh, tapi kebijakan konyol
ini hanya membuktikan dan memperkuat julukan itu. Setiap kebijakan yang
dia buat, hanya menambahkan masalah baru yang memusingkan. Dia tidak
punya kemampuan untuk mengatasi masalah di Jakarta. Hanya pintar cari
panggung dan membuat pencitraan. Apa pun kebijakannya, no problem, yang
penting dianggap paten dan hebat.
Kedua,
kita bicara di balik layar. Mungkin pembaca sudah tahu bahwa ada
skenario busuk di balik rencana lockdown Jakarta. Lockdown yang
terdengar sangat logis, tapi kemungkinan besar ada narasi susupan lain
yang bersifat politis.
Memang
lockdown bisa dilakukan kalau penyebaran wabah sudah mencapai tahap
mengerikan seperti di Italia. Itu adalah opsi terakhir, bukan seperti
sekarang yang digaungkan beberapa politisi yang terkesan sangat kebelet.
Lockdown
ibu kota sekaligus pusat ekonomi bukanlah ide yang enak, tapi bisa
berdampak masif karena 60 persen perputaran uang negara ini ada di sana.
Semua wilayah Indonesia akan ikut kena imbas. Belum lagi sebagian warga
yang tak bisa diatur.
Main
event-nya, skenario rusuh. Kondisi yang menghimpit sebagian warga pasti
akan menciptakan kondisi tersebut secara alami. Rusuh, chaos,
gerombolan suci penjual agama dan oknum lain bisa dengan mudah
menyalahkan presiden. Alasannya jadi banyak, tak mampu bendung wabah
corona, tidak bisa berikan rasa aman, ekonomi ambruk, kehidupan sosial
kacau balau. Mudah menyerang presiden dengan cara seperti ini.
Semua itu harus memiliki awal, yaitu penyebaran wabah yang makin meluas agar tercapai kondisi lockdown Jakarta.
Dan
pagi tadi, sebuah pemandangan menyesakkan di stasiun transportasi umum,
penumpang berdesakan. Ini bukan social distancing, tapi social sardine
canning (pengalengan ikan sarden, berhimpit, sempit-sempitan).
Pemangkasan
rute dan jadwal transportasi umum sama saja mempermulus atau bahkan
mempercepat opsi lockdown yang disuarakan banyak politisi. Terkutuklah
mereka kalau beneran ada tujuan lain di balik semua ini. God save this
country. Semoga wabah ini cepat dikendalikan, biar penunggang licik
tidak bisa jalankan aksinya.
Bagaimana menurut Anda?
Gabener Sebar Kebodohan di Tengah Virus Korona
Tak
bisa dipungkiri, ada banyak pihak yang ingin situasi dan kondisi negeri
ini kacau-balau dan genting. Kondisi semacam ini perlu bagi kelompok
ini untuk mencapai hasrat yang sejak lama mereka idamkan. Misalnya
hasrat untuk berkuasa.
Salah
satu oknum yang sangat diuntungkan dalam kasus virus korona ini adalah
Gabener. Tampak sekali dia ini sangat bersuka cita dan memanfaatkan
betul momen ini untuk kepentingan pribadinya. Indikasi ini sudah terasa
atau terlihat ketika beberapa waktu dia reaktif dan bersemangat umbar
statemen terkait isu penyebaran virus koraona ini.
Menjadi
sangat lucu kelihatannya, sebab ketika banjir melanda Ibu Kota dan
mengakibatkan penderitaan bagi ratusan ribu masyarakat Jakarta, orang
ini nyaris tidak melakukan apa-apa guna menanggulangi banjir. Dia
terdiam seribu bahasa sambil ngeles bahwa itu bukan urusan dia,
melainkan pemerintah Pusat. Dia hanya sekadar turun ke tengah
masyarakat korban banjir dan ikut bekerja bakti memunguti sampah. Enak
dan mudah sekali menjadi gubernur ?
Tidak
berlebihan ketika Google mengatainya sebagai gubernur terbodoh, karena
segala tindak-tanduk, kebijakannya dan statemennya memang bodoh. Di
setiap momen atau peristiwa dia pasti unjuk kebodohan. Dalam kaitan
dengan virus korona saja misalnya, sebagai kepala daerah yang
bertanggung jawab menjaga agar masyarakatnya tidak terkena atau
terpapar, Gabener justru menebar ketakutan bahwa kondisi sedang genting.
Padahal mestinya dia menguatkan dan menyemangati warga dengan misalnya
menganjurkan pola hidup sehat, rajin mencuci tangan dan sebagainya. Tapi
kemudian dia malah membesar-besarkan angka penyebaran virus ini.
Kebodohan
yang sangat parah adalah ketika harga masker melonjak gila-gilaan di
DKI Jakarta, dari harga normal Rp 30.000 per dus, menjadi Rp 300.000.
Sekalipun demikian, masker tetap laris diborong masyarakat yang termakan
bodoh si Gabener. Padahal sudah diwanti-wanti oleh para dokter dan ahli
kesehatan, bahwa hanya orang yang sakit perlu pakai masker. Orang sehat
tinggal menjaga jarak dan menghindari kontak langsung, dan mengonsumsi
makanan bergizi dan menjaga kesehatan dan kebersihan.
Namun
ketika masker diborong habis masyarakat sekalipun harus membayar seribu
persen lebih mahal dari harga biasa, Gabener merasa bersyukur dengan
alasan bahwa daya beli masyarakat ternyata sangat tinggi, sebab masih
sanggup membeli masker dengan harga Rp 300 ribu sekalipun! Bodoh!
Ya,
hanya orang bodoh yang menyimpulkan bahwa daya beli masyarakat tinggi
hanya gara-gara bisa membeli sesuatu barang dalam kondisi yang tidak
normal seperti saat ini. Gabener lupa, banyak orang yang sebenarnya
tidak memiliki apa-apa, tetapi "sanggup" membayar hingga puluhan juta
atau ratusan juta rupiah asal keluarga yang dikasihinya sembuh dari
sesuatu penyakit misalnya. Untuk bisa punya uang sebesar ini, bisa saja
orang meminjam atau menggadaikan rumah sawah atau apa saja untuk
mendapatkan uang. Ketika Gebener mengeluarkan statemen di atas, maka
semakin terbuktilah kalau dia itu memang bodoh. Hitung-hitungan
sederhana saja tidak mengerti.
Kebodohan
yang paling mengerikan adalah yang terjadi saat ini. Gebener yang dalam
situasi krisis korona ini mendadak tampil bak pahlawan, membuat suatu
kebijakan yang sangat tidak jelas juntrungannya menyangkut transportasi
umum. Sejak hari ini, Senin 16 Maret 2020, dia membuat aturan membatasi
operasional bus Transjakarta yang sudah menjadi semacam urat nadi
mayoritas masyarakat Jakarta dan sekitarnya.
Bus
yang tadinya malayani ratusan trayek dipangkas menjadi hanya 13.
Sementara yang operasionalnya hingga luar DKI, distop sama sekali. Bisa
dibayangkan bagaimana susahnya warga masyarakat yang sehari-hari
menggunakan jasa transportasi murah meriah ini hari-hari ini. Di
mana-mana terjadi penumpukan penumpang yang tidak biasa. Dan di dalam
bus yang beroperasi pun, penumpang berjejalan bagaikan batu koral
dimasukkan ke dalam karung.
Kondisi
penumpang yang sudah seperti ini, jelas tidak kondusif lagi jika
Gabener ingin membantu membatasi penyebaran virus korona. Bahkan malah
menjadi sebaliknya, potensi penyebaran penyakit menular menjadi lebih
hebat dalam kondisi ini. Atau jangan-jangan malah inilah yang sebenarnya
dikehendaki oknum yang mendapatkan jabatan dengan cara yang tidak
manusiawi ini? Supaya penyebaran virus berbahaya ini semakin meluas di
Ibu Kota?
Kita
sudah melihat, bahwa orang ini memang bodoh namun selalu beruntung.
Banjir merusak Jakarta karena dia tidak paham melakukan tanggung
jawabnya, tapi bukan dia yang disalahkan publik, terurtama kaum kadal
gurun yang tingkat kebodohannya sama dengan Gabener, tetapi justru
Jokowi. Nah, jika virus korona membunuh warga Jakarta, Gabener pasti
akan tetap tenang dan semakin jemawa, sebab yang disalahkan adalah
Jokowi.
Gabener,
kalau niatnya ingin membatasi penyebaran virus korona, meliburkan
sekolah, itu sudah tepat, tapi jangan biarkan mereka malah berkeliaran
atau berwisata bersama keluarga. Itu sama saja bodong. Buatlah aturan
tegas bahwa anak-anak sekolah selama libur harus diam di rumah! Kemudian
bikin himbauan supaya instansi, baik pemerintah maupun swasta, sedapat
mungkin mengijinkan para karyawan yang bisa bekerja dengan online, lebih
baik bekerja di rumah saja selama libur 14 hari ini. Maka akan dapat
dikurangi banyak orang yang bepergian setiap hari kerja. Ini jelas
berdampak positif, menyangkut tingkat kepadatan kendaraan.
Kebijakan
membatasi operasional Transjakarta, tanpa mengurangi jumlah
penggunanya, itu pekerjaan yang sangat bodoh. Padahal mestinya, dalam
kondisi semacam ini jumlah operasional bus harus ditingkatkan supaya
tidak sampai terjadi penumpukan di dalam bus, seperti lazim terjadi di
moda transportasi umum Jakarta dan sekitarnya. Tapi Gabener selalu
membuat kebijakan yang selalu bertentangan dengan akal sehat. Selain
bodoh, apakah orang ini memang ingin membuat virus ini semakin menyebar
di Jakarta????
Hoiii......
Dear Bapak Jusuf Kalla
Dear
Bapak JK, bapak menyarankan untuk agar pemerintah melakukan lockdown,
melihat adanya Peningkatan jumlah kasus infeksi virus corona (COVID-19).
Bapak terlihat khawatir Indonesia bisa menjadi seperti Iran dan
beberapa negara lainnya, yang melaporkan kasus infeksi terparah di
dunia. Tapi apa juga sudah memikirkan efek negatif lockdown tersebut
dibenar benar diterapkan?
Dear
Bapak JK. Bapak juga mengimbau agar apabila pemerintah akan melakukan
lockdown, maka perlu memperhatikan beberapa aspek penting seperti
ketersediaan kebutuhan pokok, juga aturan aturannya secara jelas. Bapak
juga mengatakan bahwa keputusan untuk mengumumkan status darurat
nasional tidak akan mengubah apapun jika penanganan yang dilakukan tidak tepat.
Oke mari kita bahas satu persatu ya pak.
Pertama
Lockdown Indonesia? Kalau Indonesia di lockdown terus perusahaan
perusahan juga tutup karena penyebaran virus corona untuk waktu yang
belum di tentukan, pakah para pekerja siap? Siap tidak mendapatkan gaji?
Undang undang di negara ini tentang tenaga kerja beda loh dengan luar
negri.
Apa
bapak pikir lockdown itu enak, nggak di lockdown aja banyak yang selalu
nyocot nggak punya duit apalagi di lockdown total tentu saja saya, kami
dan mereka akan kehilangan penghasilan, tidak digaji, perusahaan mana
yang mau menggaji pengangguran, dan yang pasti ekonomi akan ambruk. Saya
rasa bapak tau akan hal ini.
Kedua.
Masih banyak masyarakat kita yang kurang memahami soal Corona termasuk
etika atau tindakan pencegahan sederhana. Karena masih banyak yang lebih
pusing memikirkan hal seperti, "Besok bisa makan ngga ya?" Atau, "Gimana cari makan buat besok?"
Karena
kenyataannya Negara ini belum sekaya China, begitu juga dengab tingkat
pendidikannya masih jauh dibandingkan dengan Singapura. Yang saya
khawatirkan andai kota "se-elit" Jakarta dilockdown pun, alih-alih
berhasil mengontrol pergerakan massa, yang ada malah kemungkinan panik
dan hijrah masal.
Masyarakat
menegah kebawah yang harus bekerja dengan upah harian mustahil tinggal
diam. Bisa jadi akan ada aksi protes yang berujung chaos, aksi
penjarahan dan kriminal karena khawatir kelaparan akibat lockdown. Saya
yakin orang yang mendukung lockdown, mereka tidak memikirkan dampak
kematian yang lebihh ekstrim karena rush dimana mana.
Lalu,
siapa yang bisa menjamin suplai makanan dari pemerintah mampu
menjangkau setiap sudut kampung dari Sabang sampai Merauke? Andai suplai
makanan cukup pun, apa negara sanggup membayar upah harian setiap warga
terdampak? Ada rumah kontrakan yang harus tetap dibayar, uang sekolah
atau kebutuhan sehari hari di luar makanan. Mampukah negara menjangkau
semua warga terdampak?
Ketiga.
Yang banyak uang pasti bisa memborong 1 supermarket, yang punya bisnis
sembako nggak akan dia jual, stock untuk keluatga sendiri, terus yang
nyari hari ini untuk makam besok, mereka bisa nyetok apa? Ada banyak
orang yang hidup pas pasan untuk hari ini saja, akhirnya karena urusan
perut, jarah sana sini, chaos terjadi, saya bapak perlu memikirkan
sampai ke hal terkecil.
Lockdown
itu bukan sesuatu yang mudah, pemerintah perlu persiapan yang mumpuni,
salah satunya pasokan sembako harus ada jaminan 100% dapat semua selama
lockdown diberlakukan. Harus bisa memahami typical orang +62 yang
panikan kalau urusan perut. Mereka Bacok bacokan aja mau kalau urusan
perut mah.
Keempat.
Belum lagi ada potensi oknum untuk menunggangi isu, menciptakan
kerusuhan dan guncangan sosial, politik dan ekonomi lebih besar. Jangan
kesampingkan itu. Kalau sampai lockdown, bakal banyak masalah yang bisa
diluar kendali.
Maling
berseragam bakal keluarin APBD dengan alasan dana darurat bencana,
hilang entah kekantong siapa. Orang orang Oportunis dari pejabat sampai
kerakyat jelantah bakal balapan nyari keuntungan ditengah kesusahan
orang, boro boro empati, moral dan etika juga nggak punya kok.
Belum lagi kaum mabuk agama yang menganggap asal gw berdoa wabah pasti lewat, ngotot ngumpul rame rame demi keyakinan dia sampe nularin juga nggak apa apa, nggak mau lihat kenyataan bahaya didepan mata.
Kita
tidak bisa terus terusan menyudutkan dan menyalahkan pemerintah, ini
bukan tentang segelintir orang yang harus diperhatikan, ini tentang 280
juta rakyat yang harus diperhatikan, dan kita nggak bisa hanya
menggantungkan diri kepada pemerintah, semuanya harus saling bersinergi,
bukan hanya diam menunggu, lakukan apa yang bisa kita lakukan, jangan
jadi manja yang dikit dikit minta perhatian. Kalau kita bisa kenapa kita
harus menunggu, ini saatnya untuk bersatu bukan untuk saling
menyalahkan.
Perlu
kita pamahi bersama bahwa covid-19 ini pandemik, akan tetap ada seperti
virus influenza, jadi jika bapak pikir dengan lockdown, terus hilang
tuh virus, maka saat lockdown dibuka, ya virusnya masuk lagi, namanya
juga sudah masukk golongan pandemic. Yang bener itu, kita harus
tingkatkan pengetahuan bagaimana menjaga kesehatan, bagaimana bersikap
saat berinteraksi diluar, peka terhadap perubahan kondisi badan. Bukan
berarti nyawa itu nggak penting, justru karena pentinglah, maka lebih
baik kita memahami bagaimana penyebarannya, dan menjaga kesehatan sebaik
mungkin.
Yang
terakhir edukasi sederhana cuci tangan dan etika batuk, sampai soal
penggunaan masker akan sangat masif efeknya andai bisa dipahami banyak
orang. Ini adalah garis terdepan dalam perang melawan virus. Menang di
pos ini akan sangat membantu pasukan di garis belakang.
Pemerintah
Pusat dan Daerah harus rajin turun ke bawah, gerakkan semua sumber daya
sampai tingkat Kelurahan dan RT/RW melakukan edukasi. Ini akan efektif
menjangkau masyarakat menengah bawah dan impactnya akan luar biasa
signifikan. Lebih baik terlambat daripada tidak sama sekali.
Sumber Berita : https://seword.com/politik/dear-bapak-jusuf-kalla-5pxF4sa0tn
Busuknya Serangan Bertubi-Tubi Clickbait CNN Ke Jokowi!
Saya termasuk yang memilih untuk membaca berita online dari cnnindonesia.com. Bahkan aplikasinya saya install di HP, untuk memudahkan mengikuti berita ter-update. Di satu pihak, isi berita cnnindonesia.com
termasuk yang lengkap. Artinya, ketika ada berita tentang sebuah topik,
disediakan pula infografis maupun keterangan lengkap tentang sejarah dan
rekam jejak digital soal topik tersebut. Mungkin ini yang menyebabkan
saya sering membaca cnnindonesia.com, selain detik.com, kompas.com dan liputan6.com.
Kenapa cnnindonesia.com
yang saya jadikan fokus tulisan ini? Lihat saja pemilihan foto Jokowi di
gambar utama tulisan ini. Dibikin seakan Presiden Jokowi sedang meminta
maaf sama rakyatnya. Seakan apa yang terjadi semua adalah salah Jokowi!
Edaaaan…! Ini media mainstream, apa kampret kadrun yang hidupnya selalu
sengsara karena males kerja tapi selalu menyalahkan Jokowi!
Dari kejadian ini, saya mencoba mencermati beberapa judul artikel dari cnnindonesia.com. Dari pengamatan sekilas ini, saya menemukan bahwa beberapa kali ternyata cnnindonesia.com bisa dikatakan menyerang Presiden Jokowi dengan berbagai judul yang sifatnya clickbait.
Judul menyesatkan yang tidak sesuai dengan isinya, maupun keadaan yang
sebenarnya. Ini busuk dan jahat, bagi sebuah media mainstream, yang
dipercaya kredibilitas dan validitasnya oleh banyak orang. Termasuk saya
sendiri.
Ada
3 artikel mengenai Corona dan 1 lagi tentang kebijakan ekonomi. Kita
lihat sesuai kronologi saja. Pertama, adalah berita yang bertajuk
“Jokowi Izinkan Asing Kelola Aset Negara” link.
Seakan-akan Jokowi membuka pintu seluas-luasnya terhadap pihak asing.
Ini sih jadi makanannya para kadrun, kalau pas ada orderan demo. Padahal
di dalam artikel itu ada syarat dan ketentuannya, bahkan ada
persyaratan audit.
Kedua,
terkait kematian seorang pasien yang positif kena virus Corona.
Tajuknya “Pasien Positif Corona nomor 25 Meninggal Dunia” link.
Padahal di dalam artikel jelas disebut bahwa sebab kematiannya bukan
karena Corona. Duhh, ini mau bikin warga panik atau gimana? Judulnya
salah lho.
Ketiga, ini yang cukup epic. Sebuah artikel ditayangkan oleh cnnindonesia.com
kemarin pagi. Seakan menjadikan artikel ini sebagai santapan sarapan
pagi bagi jiwa-jiwa yang tidak mau kudet (kurang update), terkait berita
soal virus Corona. Judulnya sangat mencekam dan tendensius, “Corona dan
Menanti Maaf Jokowi untuk Rakyat +62” link.
Dibuat khas ala generasi milenial. Seakan ini adalah sebuah berita
valid yang siap dipakai para kadrun untuk menyerang Jokowi. Tapi
nyatanya? Ini adalah kolom opini, sama halnya dengan
sifat tulisan di Seword. Bedanya, kita tidak pernah selalu menyalahkan
Jokowi untuk segala hal yang terjadi di kehidupan ini. Sementara si
penulis artike di cnnindonesia.com
ini menyalahkan Jokowi atas masuknya virus Corona di Indonesia. Lahhh??
Virus itu juga masuk ke negara-negara di benua Eropa, Asia, Amerika dan
Australia. Berani menyalahkan para kepala negaranya? Saya juga
menyesalkan pihak cnnindonesia.com
yang tidak memberikan indikasi bahwa tulisan tersebut adalah opini.
Tinggal disisipkan saja di judulnya, mudah kan? Apa takut nggak laku
dibaca? Kalah sama Seword?
Dan
yang keempat, yang baru saja diterbitkan pagi ini. Ini terkait dengan
kondisi kepadatan antrian calon penumpang bis Transjakarta dan MRT pagi
ini. Yang disebabkan karena kebijakan pembatasan moda transportasi umum
oleh Gubernur DKI Anies Baswedan. Sementara di lain tempat, Presiden
Jokowi mengeluarkan himbauan kerja dari rumah, terutama buat ASN. Namun,
apa tajuk berita cnnindonesia.com? “Jokowi Imbau Kerja dari Rumah, Pekerja Padati Angkutan Umum” link.
Halaaaahhhh…. Apa nih maksudnya? Judul artikel cnnindonesia.com
secara sengaja mengkambinghitamkan Presiden Jokowi atas membludaknya
antrian para calon penumpang bis Transjakarta/MRT, kacaunya jam masuk
mereka, dan terpaparnya mereka terhadap resiko penularan virus Corona.
Padahal yang jelas salah adalah Anies, yang bikin pembatasan jam dan
armada transportasi umum.
Dengan bekal 4 kasus di atas, saya simpulkan bahwa media cnnindonesia.com
tidak konsisten menuruti etika jurnalistik. Bahkan tercium ada upaya
mengkambinghitamkan Jokowi, kalau tidak mau disebut menyerang Jokowi
secara frontal. Demi apa? Demi menarik pembaca dan iklan? Atau demi
kepentingan lain? Apakah cnnindonesia bertindak demikian sebagai antek
AS atau antek kadrun? Kan ada teori bahwa AS memang berusaha
mendiskreditkan, bahkan mengacaukan pemerintahan Jokowi. Ada pula
gosip-gosip yang menyebut awak media juga berpihak pada Balai Kota.
Gosip lho. Kenapa cnnindonesia memusuhi Jokowi? Salah apa Jokowi sama
kalian? Sekian dulu dari kura-kura!
Sumber Berita : https://seword.com/politik/busuknya-serangan-bertubitubi-clickbait-cnn-ke-XnezxWGK2L
Lockdown, Solusi Atau Masalah?

Tak
kasih tau kalian ya tentang lockdown itu apa? Lockdown atau singkatnya
mengkarantina seluruh area di mana pergerakan seseorang dibatasi,
berdiam di rumah dengan pengawasan ketat dan suplai makanan dari
pemerintah.
Lockdown
biasanya dilakukan ketika terjadi wabah dimana korban atau orang yang
positif tertular sudah banyak perharinya denga prosentase kasus yang
meninggal juga banyak. Di Indonesia tentu sangat tidak masuk akal kalo
harus di lockdown secara Nasional. Karena mayoritas daerah aman aman
saja, yang ada suspect cuma di perkotaan utamanya DKI Jakarta dan
sekitarnya.
Jumlah
suspect yang belum tentu positif covid-19 itu pun masih sangat kecil
jika dibandingkan dengan populasi penduduknya, jadi menurut saya WHO itu
sangat lebay kalau maksain Indonesia harus menyatakan Darurat Nasional.
What the hell it is? Termasuk juga para kadrun yang selalu koar koar
minta lockdown karena berkaca pada negara lain.
Contoh
pertama. China bisa disebut sukses melakukan ini di Wuhan. Dengan
segenap kuasa absolut dan tingkat kepatuhan masyarakat yang tinggi,
pergerakan warga dapat dikunci sehingga penyebaran ditekan serendah
mungkin.
Contoh
kedua. Italia mencoba melakukan hal yang sama di awal. Ya, kawasan
Italia Utara dilockdown. Hasilnya? Banyak masyarakat yang justru
akhirnya keluar dari utara dan berbondong bondong pindah ke selatan.
Kelambanan pemerintah Italia dalam mengawal area dan transportasi umum
membuat warga di utara memiliki ruang dan waktu yang cukup untuk "kabur"
menuju selatan. Akhirnya yang terjadi adalah Superspreader, penyebaran
masif, jumlah penderita di Italia melonjak. Sekarang ini Italia terpaksa
melockdown seluruh negara. Ini mirip siih sama kelakuan warga +62.
Contoh
ketiga. Filipina juga melakukan hal yang sama. Presiden Duterte sendiri
yang langsung mengumumkan lockdown Manila. Hasilnya? Warga Manila
berbondong bondong keluar memenuhi jalan tol dan bandara sebelum
lockdown berlaku. Entah apa yang akan terjadi di Filipina kedepannya.
Semoga saja tidak terjadi superspreader atau penyebaran masal akibat
masifnya perpindahan warga ke lokasi yan tidak di lockdown. Warga
Filipina ini juga mirip dengan warga +62 yang susah diatur.
Di
Indonesia, banyak sekali usulan dari berbagai kalangan untuk lockdown.
Paling tidak untuk kota tertentu. Bagaimana andai ini diterapkan? Sukses
seperti China atau malah akan mengikuti Italia dan Filipina? Menurut
saya ada dua kemungkinan.
Pertama.
Kemungkinan besar akan sukses andai presidennya adalah Alm. Pak
Soeharto. Atau bisa juga menerapkan kebijakan ala Kim Jong Un,
terdeteksi satu yang positif langsung tembak mati. Makanya sampai saat
ini Korea Utara masih NOL inveksi. (Koreksi kalau salah)
Kedua.
Melihat sistem demokratis yang kita anut, begitu juga dengan tabiat
warga +62 yang susah diatur dan sok tau plus sok ahli dari yang ahli,
Saya pikir kemungkinan kedualah yang akan terjadi, Lhaa wong DKI Jakarta
yang menerapkan self isolate aja warganya nggak patuh, sekolah
diliburkan malah pada jalan ke puncak, dikira mudik lebaran apa ya?
Apalagi jika benar benar di lockdown.
Beginilah
kelakuan warga +62 menyikapi merebaknya virus corona. Dalam rangka
upaya mencegah penyebaran virus corona, Jakarta menutup tempat tempat
wisata dan mengimbau warga mengindari keramaian. Ya sudah, cari tempat
lain yang buka, dimana? Ya di puncak, yang penting hepi. Maka dari itu,
penanganan virus corona di negeri tersantuy ini tidak bisa disamain
negara lain. Ndak usahlah teriak lock down lock down. Percuma.
Karena
itu tidak semua kebijakan yang terlihat keren di luar negeri itu bisa
diterapkan di Indonesia, beda pola pikir rakyatnya, sistem
pemerintahannya, sistem drama politiknya juga beda, Rakyat China Ketika
wabah corona semakin ganas mereka Saling menguatkan dan Bilang “Wuhan Jio you” Wuhan Kamu pasti bisa.
Rakyat
Itali ketika Ditinggal oleh semua sekutunya karena wabah Corona,
Negaranya krisis Pangan, krisis alat kesehatan dan obat obatan.
Rakyatnya mengibarkan bendera negaranya Dijendela rumah mereka masing
masing, pengibaran bendera tersebut memberi pesan sekaligus berusaha
untuk menguatkan negara dan pemerintah sekaligus memberikan pesan pada
dunia bahwa "Kami bersama Pemerintah dan negara kami”
Coba
di Indonesia, bukannya mendukung semua kebijakan pemerintah pusat, yang
ada malah rakyatnya mencaci maki dan menghina presidennya, belum lagi
kepala kepala daerah yang mencari panggung ketenaran melalui musibah
Corona ini, begitu juga dengan ngustadz ngustadz seleb dengan fatwa
fatwa liarnya.
sayang
sekali, warga +62 ini tidak sama dengan warga China dan Italia, karena
banyak masyarakat kita yang masih terbawa perpecahan Pilpres 2019 yang
lalu, sehingga tidak habis habisnya mereka mencela apapun usaha yang
dilakukan oleh pemerintah. Bukan hanya mencela tapi juga berusaha
menggagalkan usaha pemerintah agar terlihat tidak efektif sama sekali.
Arti Lockdown, Social Distancing dan Istilah Populer Seputar Virus Corona
Bukan hanya lockdown, banyak kata-kata populer lainnya yang diambil dari bahasa asing. Salah satunya social distancing sampai istilah pandemi dan apa bedanya dengan epidemi.
Istilah-istilah itu sering disebut-disebut dalam setiap pemberitaan terkait Corona. Misalnya istilah social distancing. Istilah ini banyak disebut oleh Gubernur DKI Jakarta, Anies Baswedan. Sosial distancing dipercaya bisa mencegah penyebaran virus Corona.
Arti Lockdown, Sosial Distancing dan Istilah Lainnya Seputar Virus Corona
Lockdown, social distancing dan istilah teknis lainnya jadi kata populer seiring dengan pemberitaan virus Corona.Dikutip HR Online dari berbagai sumber, Minggu (15/3/2020) berikut arti dari istilah-istilah populer seputar virus Corona:
Lockdown
Lockdown diambil dari bahasa Inggris, artinya adalah terkunci. Jika dikaitkan dalam istilah teknis dalam kasus Corona atau COVID-19, arti lockdown adalah mengunci seluruh akses masuk maupun keluar dari suatu daerah maupun negara.Tujuan mengunci suatu wilayah ini agar virus Corona tidak menyebar lebih jauh lagi. Jika suatu daerah dikunci atau di-lockdown, maka semua fasilitas public harus ditutup.
Sekolah, transportasi umum, tempat umum, perkantoran, bahkan pabrik harus ditutup dan tidak diperkenankan beraktivitas. Aktivitas warganya pun dibatasi. Bahkan ada negara yang memberlakukan jam malam.
Ketika virus Corona menyebar di kota Wuhan, China, pemerintah setempat memberlakukan kebijakan lockdown, disusul kota-kota lainnya di China yang penyebaran virusnya begitu massif.
Sementara di Eropa, Italia jadi negara yang menerapkan kebijakan lockdown setelah penyebaran virus Corona di sana meningkat tajam dan menjangkiti ribuan orang.
Meskipun begitu, tidak semua negara mengunci wilayahnya setelah penyebaran virus Corona masuk ke wilayahnya. Korea Selatan memilih tidak mengunci wilayahnya, namun mengambil kebijakan lain untuk mencegah penyebaran virus Corona.
Social Distancing
Setelah mengenal arti lockdown, istilah teknis seputar virus Corona selanjutnya adalah social distancing. Dikutip dari The Atlantic, istilah ini merujuk pada tujuan untuk mencegah orang sakit melakukan kontak dengan orang lain dalam jarak dekat. Social distancing juga bertujuan untuk mengurangi penularan virus dari orang ke orang.Sementara istilah social distancing menurut Center for Disease Control (CDC) adalah menjauhi segala bentuk perkumpulan, menjaga jarak dengan manusia, dan menghindari berbagai pertemuan yang melibatkan banyak orang.
Selain istilah social distancing, dalam bahasa Indonesia juga ada istilah isolasi dan karantina. Kedua istilah ini termasuk populer pasca merebaknya virus Corona di berbagai negara.
Menurut Ivan Lanin, pemerhati Bahasa Indonesia, isolasi maupun karantina bertujuan untuk mengendalikan penyebaran penyakit dengan membatasi perpindahan orang.
Hanya saja antara isolasi dan karantina ada perbedaan mendasar, jika yang dimaksud adalah mencegah perpindahan penyakit dari orang sakit, maka dilakukan isolasi.
Sementara jika mencegah perpindahan penyakit ke orang yang sehat, maka istilah yang digunakan adalah karantina. Intinya isolasi dilakukan pada orang sakit, sementara karantina ditujukan kepada orang yang sehat.
Work From Home (WFH)
WFH atau Work From Home menjadi populer. Istilah ini berarti bekerja dari rumah. Terkait dengan virus Corona, Anda tidak perlu pergi bekerja untuk mengurangi risiko tertular virus Corona.Anda bisa menyelesaikan pekerjaan dari rumah dan bisa dilakukan secara online jika memungkinkan.
Imported Case dan Local Transmisson
Istilah ini merujuk pada lokasi dari mana virus Corona itu menjangkiti seorang pasien. Pada kasus imported case berarti seseorang terjangkit saat berada di luar wilayah dimana pasien tersebut melapor.Misalnya seorang pasien dilaporkan positif Corona di Indonesia. Namun dia tertular di luar wilayah Indonesia, karena misalnya dia baru saja liburan dari luar negeri.
Sementara local transmission atau transmisi lokal berarti seorang pasien tertular di dalam wilayah dimana kasus ditemukan. Misalnya seorang pasien dilaporkan positif terjangkit virus Corona di Indonesia dan tertularnya pun di Indonesia.
Epidemi dan Pandemi
Epidemi merujuk pada penyebaran penyakit secara cepat dengan jumlah yang terjangkit banyak dan tidak normal. Biasanya suatu penyakit disebut epidemi jika menyebar di sebuah wilayah dalam jumlah penderita yang banyak, namun skalanya lebih kecil dibanding pandemi.Jika epidemi menyebar di suatu wilayah saja, maka pandemi berarti penyakit tersbeut sudah menyebar ke seluruh dunia atau penyebarannya terjadi secara global. Levelnya pun lebih tinggi dibanding epidemi.
Dalam kasus virus Corona, WHO menetapkan Covid-19 sebagai pandemi setelah menyebar hampir di seluruh negara.
Itulah arti istilah seputar virus Corona, termasuk arti lockdown, social distancing, dan istilah lainnya. Jangan lupa jaga kesehatan. (Ndu/R7/HR-Online)
Sumber Berita : https://www.harapanrakyat.com/2020/03/arti-lockdown-social-distancing-dan-istilah-populer-seputar-virus-corona/
Re-post by MigoBerita / Senin/16032020/17.04Wita/Bjm




1 komentar:
Numpang promo ya gan
kami dari agen judi terpercaya, 100% tanpa robot, dengan bonus rollingan 0.3% dan refferal 10% segera di coba keberuntungan agan bersama dengan kami
ditunggu ya di dewapk^^^ ;) ;) :*