Migo Berita - Banjarmasin - #IndonesiaOPTIMIS VS #IndonesiaTERSERAH kami tampilkan dalam judul Migo Berita kali ini, karena Tagar Indonesia Terserah "seakan" menyebarkan rasa Pesimis, tetapi dengan Tagar Indonesia Optimis, otomatis dengan Ikhtiar dan do'a dan tentunya dengan rahmat Allah SWT insyaAllah, Indonesia akan lebih baik melewati pandemi wabah Virus Corona Covid 19 ini.
Skandal Besar Trader Singapura, Akankah Menyeret Mafia Migas Indonesia ?
Lagi-lagi virus Corona ikut andil membongkar praktek bisnis kotor ala mafia migas kelas dunia. Kali ini skandal di Hin Leong, trader minyak terbesar di Singapura/Asia dengan 130 armada tankernya. Dari trader inilah ternyata (dulu ?) Pertamina/Petral kerap mengimpor minyakGegara harga minyak jatuh, bisnis model Hin Leong jadi terbalik, besar pasak dari tiang. Rugi besar sampai sekitar 800 juta dolar. Dan mereka berupaya menutupinya dengan tidak mencantumkannya dalam laporan keuangannya. Skandal akuntansi lagi
Seperti dipaparkan Nikkei Asian Review, Bos Hin Leong, Lim Oon Kuin (O.K. Lim) mengakui, “I had given instructions to the finance department to prepare the accounts without showing the losses and told them that I would be responsible if anything went wrong.” Nah !
Ulahnya ini bukan cuma bikin kolaps Hin Leong Trading, tapi juga mencoreng reputasi Singapura sebagai negara dagang terpercaya kelas dunia. Dan tentu saja publik ikut mempertanyakan auditornya Deloitte & Touche, apa-apan ini ? Padahal firma ini terbilang satu yang terbaik di dunia, auditor kelas butik katanya
Ketika ditanya oleh Reuters, jubir Deloitte & Touche di Singapura hanya merespon lewat email, katanya, “We stand behind the quality of our work. Our audit was performed with the highest standards of audit and compliance with the information made known to us at the time.” Tak ada komentar lebih lanjut, menjaga rahasia klien adalah kewajibannya, begitu pungkasnya. Jawaban klise
Yah, praktek kosmetik laporan keuangan dengan sedikit kasih bedak tipis-tipis sih memang dimaklumi. Bukan barang baru lah kerjaan seperti itu, bahkan oleh auditor kelas butik sekali pun. Tapi kalau bopengnya segede 800 juta dolar mau ditutupin pakai apa doong ??
Ibarat bangkai gajah busuk mau disimpan di dapur apartemen model studio. Ampun deh! Itu para tetangga yang super kepo pastilah udah lapor satpam untuk diperiksa ada apa gerangan ? Baunya kok menyengat sekali !
Hin Leong Trading akhirnya toh mendaftarkan diri ke pasal perlindungan kebangkrutan. Eng… ing… eng… otoritas mulai dong periksa-periksa, bongkar-bongkar laci. Banyak yang berdebar-debar kalau sudah begini
Bagi pemerintah Singapura sendiri, menurut Nikkei Asian Review, skandal ini adalah persoalan besar dan serius lantaran andalan negeri pulau kecil ini hanyalah reputasi, khususnya dalam dunia trading dan finansial. Dan skandal Hin Leong Trading telah merusak keduanya.
Reputasi yang dibangun sejak Lee Kuan Yew memisahkan negara pulau itu dari federasi Malaysia tahun 1965 untuk membangun Singapura sebagai republik independen
Modal sosialnya adalah integritas dan kejujuran finansial (probity) dalam pengadaan barang dan jasa supaya Singapura bisa jadi pusat keuangan perdagangan komoditi (financial and commodities trading capital) di kawasan Asia Tenggara
Untuk itu PM Lee Kuan Yew mengupayakan sedemikian rupa supaya Singapura bisa menonjol di antara negara tetangganya (Filipina, Indonesia, Thailand dan Myanmar) yang saat itu masih di bawah pemerintahan berciri diktator sekaligus korup
Sekarang saat PM Lee Hsien Loong (putra Lee Kuan Yew) sedang mempersiapkan transformasi kepemimpinan generasi keempat, justru terjadi skandal finansial dan trading yang sangat memalukan. Dan ini problem gawat bagi Singapura
Apa yang menyebabkan malapetaka seperti ini bisa terjadi ?
Tentu selain persoalan moral/ akhlak/ etika-bisnis, menurut Prof. Mak Yuen Teen, dari jurusan akuntansi NUS Business School ada persoalan organisasional. “As we see here, they could be huge but yet subject to little checks and balances.” Tidak adanya mekanisme kontrol dan penyeimbang dalam manajemen perusahaan
Tatkala pendiri Hin Leong Trading Group, O.K. Lim bermigrasi dari Fujian Tiongkok ke Singapura tahun 1963 dan memulai bisnis sederhananya sebagai dealer minyak bermodelkan ‘one-man-one-truck’. Perlahan O.K. Lim berhasil membangun kerajaan dagangnya, bukan cuma jual-beli minyak, tapi meluas ke pabrik pelumas, distribusi dan tanki timbun sampai ke penyewaan kapal. Singkat cerita, bisnisnya pun terus menggurita, Forbes pun mengestimasi kekayaan bersih (net-worth) O.K.Lim mencapai 1,3 milyar dolar
Namun problematika klasik dari para pendiri kerajaan bisnis Asia, ketika sudah jadi sangat besar mereka tidak bisa melepasnya kepada profesional untuk mengoperasikan bisnis dalam rambu-rambu ‘good corporate governance‘
Seperti kejatuhan Noble sebelumnya, Hong Leong Trading pun mirip, keduanya masih disetir langsung oleh sang pendiri. “In terms of similarities (between Hin Leong and Noble), it both goes down to dominant founders who continue to operate with little checks and balances as the business grows,” begitu pendapat dari Prof. Mak Yuen Teen dari NUS Business School
Seperti diketahui, dalam tiga tahun terakhir ini, Singapura telah melihat jatuhnya dua nama besar lain di industri trading ini, yaitu Noble Group dan Agritrade. Keduanya juga ditengarai bermain nakal yang mengakibatkan kerugian sampai amat sangat besar bahkan kolaps
Akibat pandemi Covid-19 telah membuat stagnasi gerak perekonomian. Harga jual minyak di level pedagang besar seperti Hin Leong pun ikut ambruk. Gerak ekonomi yang berhenti secara mendadak telah membuat timbunan minyak Hin Leong mandeg tak terjual. Kapal-kapal tankernya pun mangkrak. Perusahaan merugi besar. Dan malapetaka Hin Leong Trading pun terkuak ke publik
Neraca yang mencatat utang sekitar 4 milyar dolar tak terjamin oleh aset yang ‘cuma‘ 714 juta dolar. Masalah besar ! Saat Hin Leong mendaftarkan diri ke pasal perlindungan kebangkrutan maka gegerlah dunia persilatan
Para bankir pun kaget. Siapa saja mereka ? Kabarnya HSBC masih ada tagihan sekitar 600 juta dolar, DBS kena 290 juta dolar, OCBC 250 juta dolar, dan UOB 140 juta dolar
Otoritas Singapura pun turun tangan demi meminimalisir petaka akibat skandal ini. Tiga lembaga pemerintahan sekaligus, Enterprise Singapore, the Maritime and Port Authority of Singapore and the Monetary Authority of Singapore
Mereka mesti otak-atik otak (plus otot) untuk memitigasi dampak kolapsnya Hin Leong. Dikhawatirkan implikasinya meluas pada dunia trading Singapura yang merupakan ‘hub‘ dari hampir 80% korporasi terbesar dunia di sektor komoditi migas, baja, pertambangan dan agrikultur
Bagaimana tidak, tahun lalu saja, sektor perdagangan komoditas menyumbang 4,5% PDB Singapura (atau SGD 20,3 milyar) mempekerjakan sekitar 15 ribu karyawan
Semasa kejayaannya dulu, kabarnya Hin Leong Trading inilah yang jadi bohirnya Petral (perusahaan trading-nya Pertamina sebelum dibubarkan JokowiJokowi). Katanya bermodal dengkul Petral dapat fee dari Hin Leong Trading selama mengimpor (dagang) minyak via mereka
Juga gara-gara Petral dibubarkan oleh administrasi Jokowi, plus gonjang-ganjingnya harga minyak dunia sejak 2018 membuat Hin Leong Trading merugi terus. Lalu kalah pula dalam future-trading sampai 800 juta dolar. Ditimpa lagi dengan stagnasi gerak ekonomi yang membuat stok minyaknya menyusut sampai 50%, itu pun terpaksa dijual dengan diskon besar supaya ada aliran kas. Kabarnya Cuma dijual 30% dari harga beli, terjungkallah bisnis modelnya
Beban yang sangat berat memang. Dan itu, disamping soal akhlak, telah membuat Hin Leong Trading akhirnya terjerumus dalam kejahatan akuntansi (accounting fraud) yang telah disinggung di depan tadi
Dulu di awal tahun 2015, dalam laporan ekonominya, Okezone.com pernah mengatakan, bahwa hubungan Ari Sumarno (Saat menjabat Dirut Petral) dan Daniel Purba, wakilnya yang katanya cukup dikenal di kalangan mafia migas, semua solar impor dibeli dari Hin Leong Ltd
Daniel kabarnya adalah kolega Hin Leong yang menuntun Ari, melalui Petral, berbisnis dengan pemain minyak terbesar Singapura itu. Disebut juga bahwa, “…dalam menjalankan usahanya, Hin Leong tak mengharamkan pembelian solar selundupan dari Indonesia dengan harga murah, bahkan kerap menaikkan harga Mean of Plats Singapore (MOPS) sehingga merugikan Indonesia.” Duh !
Lantaran nama Petral terkait dengan kebangkrutan raksasa sekelas Hin Leong Trading, kita pun jadi bertanya-tanya, selama ini sudah berapa besar duit yang disikat para mafia migas lewat selundupan maupun importasi migas ?
Sekarang, tatkala berkas-berkas Hin Leong Trading jadi dibongkar-bongkar oleh otoritas, apakah catatan-catatan tentang aliran barang dan duit haram itu bakal terbongkar pula ?
Kita tunggu saja episode berikutnya.

Sumber Berita : https://oneindonesiasatu.com/2020/05/21/skandal-besar-trader-singapura-akankah-menyeret-mafia-migas-indonesia/
Saya Tidak Mendukung Tagar Indonesia Terserah
Saat
ini tagar Indonesia Terserah sedang bertebaran di mana-mana. Muaranya
bersumber pada kekecewaan para tenaga medis. Sambil memakai APD, para
tenaga medis ini menuliskan kalimat kekecewaan mereka, yang disertai
tagar Indonesia Terserah pada secarik kertas. Ada juga yang menulis di
bagian punggung APD yang sedang mereka kenakan. Mereka lalu mengambil
foto diri dan membagikannya di media sosial. Viral jadinya.
Jika saya rinci, kekecewaan para tenaga medis ini disebabkan oleh dua hal yaitu:
Pertama.
Kekecewaan para tenaga medis pada sejumlah kebijakan pemerintah
Indonesia dalam menangani pandemi covid-19. Mulai dari kekecewaan pada
aturan pemerintah yang dianggap tidak tegas dan sering berubah-ubah,
sampai ketidakpuasan pada fasilitas dan insentif yang mereka terima.
Kedua.
Kekecewaan pada sikap masyarakat yang bandel dengan sengaja tak mau
mengikuti anjuran pakai masker, stay at home, jaga jarak dan berbagai
macam aturan dasar yang sudah disepakati bersama agar bisa secepatnya
memutus mata rantai penyebaran virus covid 19 di Indonesia.
Kekecewaan
ini jadi makin tak tertahankan saat para tenaga medis ini melihat ada
begitu banyak rekan-rekan sejawatnya yang meninggal dunia gara-gara
tertular virus covid 19 ini.
Belum
lagi kerinduan mereka yang sudah berbulan-bulan tak bisa hidup normal
dengan keluarganya sendiri. Memeluk anak-anaknya sendiripun tak bisa
bebas seperti dulu. Tragis memang.
Jelas
ada rasa kesal, cape, merasa tidak dihargai, putus asa, bahkan marah
gara-gara menghadapi semua keadaan yang sudah saya ceritakan tadi di
atas.
I
feel you. Saya sangat bisa mengerti dan bisa ikut merasakan semua apa
yang para tenaga medis ini rasakan. Sebab pada dasarnya keadaan tragis
yang semacam itu bukan hanya dialami dan dirasakan oleh mereka saja.
Semua terkena dampak yang sama berat dari virus corona ini sekalipun
bentuknya berbeda-beda. Ujung-ujungnya tetap sama yaitu menghadapi hidup
yang tidak normal, kesulitan bahkan kematian. Tak ada yang bisa luput
dari semua keadaan ini khan???
Tapi
dengan adanya saya bisa mengerti dan ikut merasakan, bukan berarti saya
menyetujui tagar Indonesia Terserah yang sudah terlanjur tercipta
gara-gara yang namanya kekecewaan tadi.
Kenapa saya tidak mendukung tagar Indonesia Terserah??? Begini
penjelasannya.
Untuk
memudahkan penjelasan, saya akan memakai analogi orang tua dan anak.
Posisi orang tua adalah para tenaga medis. Posisi anak adalah pemerintah
dan masyarakat. Sekali lagi ini cuma analogi untuk memudahkan.
Sekarang mari kita memposisikan diri kita sebagai orang tua dari dua anak bernama pemerintah dan masyarakat.
Sebagai
orang tua, harapan kita sejak anak kita ada dalam kandungan adalah agar
kelak anak-anak kita bisa lahir dan tumbuh menjadi anak yang sehat,
pintar, rajin, baik dan penurut.
Dalam
kenyataannya, selalu ada saja problem dan keluhan yang didapat para
orang tua tentang anak-anaknya. Mulai dari keluhan ringan sampai keluhan
berat saat menghadapi kenakalan anak-anaknya.
Yang
namanya anak memang ada bermacam-macam karakter dan sifatnya. Ada yang
kadar nakalnya cuma sedikit. Dinasihatin dan ditegur sebentar langsung
nurut. Ada juga anak yang kadar bandelnya tinggi ampun tobat. Mulai dari
diberi nasihat baik-baik, diomelin, dimarahin, sampai diteriakin
histeris tetap saja tak mau berubah. Bahkan ada anak yang dipukulpun
tetap tidak mau berubah saking keras hatinya tu anak.
Pertanyaan
saya sekarang adalah: sebandel-bandelnya anak kita, bolehkah kita
sebagai orang tua kecewa berkepanjangan pada anak sampai akhirnya kita
marah dan mengucapkan kata “terserah” pada anak-anak kita???
Tak
cukup sampai di situ, kata “terserah” yang semula cuma terucap di bibir
tadi, cepat atau lambat akan dilanjutkan menjadi sikap pembiaran tak
mau tahu tentang anak-anak kita lagi. Iya apa iya???
Sekarang
mari kita jawab dengan jujur. Akankah keadaan yang seperti ini bisa
mendatangkan kebaikan baik bagi orang tua maupun bagi anak-anaknya???
Apakah anak-anak yang kita “sumpahin” dengan kata terserah tadi
tiba-tiba bisa langsung berubah jadi baik???
Ingatlah
selalu. Takkan ada satu kebaikanpun yang didapatkan dari pengucapan
kata “terserah” yang biasanya diikuti dengan pembiaran tak mau tahu dan
tak mau peduli lagi.
Itulah
kenapa saya sangat tidak mendukung kekecewaan para tenaga medis yang
dituangkan dalam bentuk tagar Indonesia Terserah. Takkan ada satu
kebaikanpun yang didapat dari pelampiasan kekecewaan dengan cara yang
seperti itu.
Tugas
orang tua adalah membesarkan anak-anaknya dengan segenap hati apapun
keadaan anak tersebut. Mau anak itu manis ataupun nakal, orang tua yang
baik akan tetap mendidik, mendoakan dan membesarkan anak-anaknya dengan
segenap hati, sekalipun hati orang tua terkadang menangis bahkan sakit
hati menghadapi kelakuan anak-anaknya yang sering kali tidak sesuai
harapan.
Begitu
juga dengan para tenaga medis. Setiap kita membicarakan dunia medis,
yang langsung terlintas dalam pikiran kita adalah dunia pelayanan,
pengabdian bahkan pengorbanan tanpa pamrih, bagaikan orang tua yang
tulus membesarkan anak-anaknya.
Lelah
dan kecewa adalah hal yang sangat manusiawi. Tapi menyerah jangan!!!
Dan dalam kata “terserah” yang sudah terlanjur viral dalam bentuk tagar
Indonesia Terserah tadi, sangat jelas terkandung kemarahan yang
diwujudkan dalam sikap pembiaran alias menyerah sak karep-karepmu.
Marilah
kita fokus pada tugas dan tanggung jawab kita masing-masing. Jadilah
orang tua yang baik. Jadilah tenaga medis yang baik. Titik tanpa koma.
Saat
kita sudah berusaha jadi orang tua yang baik, tapi anak-anak kita tetap
bandel belum mampu menjadi anak-anak yang baik, itu sudah di luar
kendali kita sebagai orang tua. Keadaan anak-anak yang belum baik ini
tak boleh dijadikan sebagai alasan bagi orang tua untuk mengucapkan kata
“terserah” tak mau tau lagi pada anak-anaknya sendiri.
Begitu
juga dengan para tenaga medis. Saat para tenaga medis sudah berusaha
menjadi tenaga medis yang baik, tapi pemerintah dan masyarakat tidak
mendukung sesuai yang mereka harapkan, itu sudah di luar kendali para
tenaga medis itu sendiri. Keadaan pemerintah dan masyarakat yang belum
sesuai harapan ini tak boleh dijadikan sebagai alasan bagi para tenaga
medis untuk mengucapkan kata “terserah” tak mau tau lagi pada pemerintah
dan masyarakat di negaranya sendiri.

Tulisan
ini menjadi awasan bagi diriku sendiri dalam kapasitasku sebagai
seorang ibu dari dua anak yang kadang kelakuannya mengecewakan bahkan
menyakitkan hatiku sebagai orang tua. Mulai detik ini saya akan berusaha
untuk tidak mengucapkan kekecewaanku pada anak-anakku dengan kata
“terserah” sak karep-karepmu.
Saya
takkan pernah berhenti melayani dan mendoakan anak-anakku dengan
setulus hati. Kenapa demikian??? Karena saya sangat menyayangi kedua
buah hatiku. Saya takkan pernah berhenti mencintai anak-anakku apapun
dan bagaimanapun keadaan mereka.
Begitu
juga dengan para tenaga medis. Apapun kekurangan pemerintah dan
kelemahan masyarakat, jangan pernah berhenti melayani dan mengabdi untuk
negeri ini. Jangan pernah lelah mencintai negeri ini apapun keadaannya.
Itulah sumpah kita pada Ibu Pertiwi.
Indonesia Masuk 10 Negara Terbaik Untuk Investasi Pasca Covid-19
Sebuah media asing CEO Magazine merilis sebuah studi mengenai negara terbaik untuk investasi.
Hampir
tidak ada yang menyangka bahwa virus corona yang kasusnya terdeteksi
pertama kali di Wuhan (meski beberapa menyebut Eropa lebih dulu diserang
wabah ini meski belum tahu apa itu) akan membawa goncangan ekonomi
dunia di tahun 2020. Hanya dalam waktu 4 bulan sejak merebak ke seluruh
dunia, kasus positif sudah mencapai 3 jutaan, dan hingga kini masih
belum menunjukkan gejala mereda.
Pandemi
ini diprediksi akan memangkas pertumbuhan ekonomi global hingga 2
persen, sementara itu perdagangan global internasional juga diprediksi
nyungsep hingga 32 persen, menurut Congressional Research Service.
Sebuah
studi dari CEOWorld terhadap 80 negara telah dirilis, dan hasilnya
adalah negara-negara terbaik untuk investasi pada tahun 2020. Studi ini
merujuk pada lingkungan investasi dan bisnis, korupsi, tenaga kerja,
perlindungan terhadap investor, infrastruktur, pajak, kualitas hidup dan
kesiapan teknologi.
Posisi
tertinggi ditempati oleh Singapura. Negara ini sudah dari dulu menjadi
magnet bagi investor, dan menjadi pusat keuangan serta bisnis karena
kemudahan izin investasi dan bisnis yang sangat luar biasa.
Posisi
kedua ditempati oleh Inggris. Polandia secara mengejutkan menempati
posisi ketiga dan Indonesia posisi keempat. Selanjutnya India,
Australia, Filipina, Amerika Serikat, Malaysia dan Republik Ceko.
Sedangkan Iran berada di posisi terbawah.
Lumayan
buat Indonesia yang berada di posisi keempat. Ternyata memang benar,
ada satu menteri (lupa siapa yang ngomong) yang mengatakan bahwa meski
dunia dihantam pandemi corona, Indonesia masih seksi untuk dilirik
investor.
Sebelumnya
juga saya sudah tuliskan satu artikel di mana sebuah survei
internasional berbasis di Singapura mengadakan riset soal penanganan
wabah corona. Hasilnya Indonesia mendapatkan skor lumayan baik, bahkan
jauh lebih baik dari negara-negara di Eropa dan Amerika Serikat.
Nilainya sama dengan Singapura.
Saya
dari dulu selalu yakin Indonesia ini ibarat raksasa yang sedang
tertidur, tapi tidak bisa bangun. Saat ini pun, cuma terbangun dengan
mata terbuka setengah sehingga potensi maksimal negara ini belum
terlihat jelas. Orangtua saya selalu heran, Indonesia itu kaya, jumlah
penduduk besar, apa pun yang ditanam bisa tumbuh, barang tambang
melimpah, tapi kok stagnan seperti itu.
Masalah
klasik yang penyebabnya sudah kita ketahui dengan sangat baik. Korupsi
dari atas hingga bawah. Suap dan uang pelicin yang membuat birokrasi
menjadi panjang dan kusut. Investor banyak, tapi karena prosedur yang
bertele-tele dan aturan yang tumpang tindih saling menimpa satu sama
lain, mereka jadi malas.
Ibarat
begini, pasangan suami istri mau bercinta, tapi sang istri pakai baju
100 lapis, celana 100 lapis, dan pakaian dalam pun 100 lapis. Suami yang
awalnya kayak harimau kelaparan, berubah jadi harimau lemas. Bagusan
tidur aja. Begitulah kira-kira. Negara lain simpel, baju celana satu
lapis, selesai. Ini terlihat jelas dari kemudahan izin usaha dan
investasi Indonesia yang masih lama dibandingkan dengan Singapura hanya
hitungan hari atau minggu. Belum lagi kemudahan penggunaan lahan,
insentif pajak dan preman sampah cari makan lewat pungli yang menjadi
masalah di negara ini.
Saya
jadi ingat dengan Omnibus Law yang tujuannya untuk memangkas birokrasi.
Jokowi sudah tahu persis masalah di negara ini. Mungkin berawal dari
kekesalan banyaknya perusahan yang hengkang dari Cina dan banyak yang
masuk ke Vietnam. Indonesia tidak kebagian satu pun.
Rezeki
bagus yang terbuang sia-sia karena banyaknya masalah serius di negara
ini. Indonesia ibarat wanita seksi, tapi pada saat mau mendekati banyak
bodyguard yang menjaga di depan. Harus dilobi satu per satu. Repot.
Masih banyak wanita seksi lain di dunia ini. Sudah paham?
Apa
pun itu, Omnibus Law harus segera disahkan. Bisa dibayangkan, berapa
banyak investasi yang bakal masuk karena birokrasi menjadi lurus dan
mulus? Berapa banyak pabrik yang akan dibangun? Baru-baru ini Donald
Trump indikasikan beberapa pabrik akan relokasi ke Indonesia dari Cina.
Kita lihat bagaimana endingnya.
Banyak
yang protes dengan Omnibus Law, salah satunya kaum buruh. Sudah tahu,
kan, siapa yang menghambat kemajuan negara ini. Orang yang tak tahu
bersyukur. UU ini bikin mereka kebakaran jenggot. Biar tahu rasa dan tak
bisa seenak jidat.
Bagaimana menurut Anda?

Kapan 'Epidemi' Ini Berakhir?
Kalau Mau Ya Sekarang Juga Bisa
Sejak
issue "Corona" mengemuka di bulan Februari 2020, saya sama sekali tidak
menjadi takut. Saya keluyuran ke berbagai negara dan berbagai kota
untuk menjalankan tugas saya. Saya baru berhenti di sebuah tempat kalau
jalur transportasi ditutup. Itu semua saya lakukan bukan karena saya
sok berani, sembrono dan ngeyelan. Justru semenjak saya mengerti apa
itu spiritualitas yang sesungguhnya, saya jadi sangat berhati-hati.
Saya selalu hening sebelum mengambil keputusan, saya hanya jalani apa
yang mendapatkan lampu hijau dari Diri Sejati yang bertahta di pusat
hati. Saya juga tidak sembarang percaya pada berita apapun sebelum itu
saya selami sendiri kebenarannya, meski itu dilabeli temuan sains dan
dipromosikan media mainstream. Nyatanya, meski saya keluyuran dan saat
masker belum diwajibkan pemerintah ya ke mana-mana tanpa masker, saat
rapid test covid 19 hasilnya selalu negatif. Saya dua kali menjalani
rapid test ini 2 x di bulan Mei 2020 di jaringan RS Siloam. Secara nyata
badan saya memang segar bugar dan sangat fit. Saya juga selalu
memantau murid-murid saya yang tersebar di banyak tempat. Sebagian
mereka juga suka keluyuran. Hingga detik ini belum ada satupun yang
teridentifikasi terkena virus yang lagi beken ini.
Apa
pesan penting dari paparan di atas?
Saya benar-benar tidak punya teman
yang sungguh-sungguh terkena virus covid 19. Bagi saya virus ini
benar-benar hanya sebuah cerita. Bagi yang selalu hening, sebetulnya
gak ada bahaya yang menyeramkan. Coba Anda cermati sendiri, siapa teman
atau saudara Anda yang benar-benar kena covid? Jangan-jangan Anda ya
sama saja dengan saya, cuma dengar katanya, cuma tahu dari berita.
Yang
kedua, imunitas kita yang paripurna karena kita jernih jiwanya dan
bahagia, akan membuat kita sehat terbebas dari virus apapun.
Hari-hari
ini banyak yang bertanya, "Kapan masalah " Corona" ini berakhir? "
Yang bertanya ini bermacam-macam latarnya. Ada yang pengusaha
terdampak, bisnisnya lesu dan harus merumahkan karyawan. Ada yang
pekerja harian yang repot cari makan karena ekonomi setengah lumpuh.
Banyak yang merasa tertekan dan ingin kehidupan pulih seperti semula
Begini
saudara-saudari yang saya kasihi, issue ini berkepanjangan karena
banyak kelompok penekan yang membuat kebijakan pemerintah muncul,
merupakan bagian dari mereka yang menjadi perancang issue Corona dengan
target politik ekonomi tertentu Dan lainnya adalah orang-orang yang
sok ilmiah, tapi di kepalanya cuma berisi dongeng dan prasangka, dan
mereka menjadi pion dari kelompok pertama. Sementara, soal penyelesaian
issue ini sangat tergantung dari kebijakan pemerintah dan pusat. Dalam
hal ini, Presiden Jokowi cuma salah satu aktor pengambil kebijakan.
Banyak aktor lainnya. Bahkan ketika Presiden dengan kesadaran yang
murni mau membuat issue ini selesai segera agar rakyat terbebas dari
penderitaan akibat ekonomi yang mandeg, tak semudah itu dia bisa
lakukan. Dia harus pertimbangkan dukungan dari orang-orang di
sekelilingnya dan bagaimana manuver para oposan yang terus mencari celah
untuk menjatuhkannya.
Baik,
mari kita sama-sama berpikir tentang solusi.
Pertama, mau tidak mau
kita harus sepakat dulu sebetulnya yang kita takutkan ini virus apa dan
tingkat bahayanya bagaimana. Sejak pertama saya sering terangkan di
status saya, jika merujuk ke virus yang ada di Wuhan, itu tingkat
bahayanya cuma di skala 1 dalam skala 1-10. Saya membenarkan apa yang
dikatakan Menkes Terawan dan apa yang dipromosikan Presiden RI dulu.
Lalu, saya juga pernah bilang di Indonesia tak ada Corona jika merujuk
kepada virus yang ada di Wuhan. . Cuma saya belum bisa menjelaskan
argumentasi saya dalam bahasa ilmiah karena saya bukan ilmuwan yang
bergerak di riset virus.
Tapi pertimbangkan data pendukung,
1) Bali
yang banyak didatangi turis China ternyata jumlah yang terpapar dan
meninggal sangat sedikit.
2) Lembaga Biologi Molekuler Eijkman merilis
bahwa tipe virus "Corona" di Indonesia berbeda dengan tiga tipe lain
virus Corona yang telah dikelompokkan secara global, yaitu tipe S, G dan
V.
Saya
perlu sampaikan sebetulnya apa yang terjadi.
Virus itu sebetulnya
realitas yang misterius karena keberadaannya tak bisa dijangkau dengan
panca indra secara langsung. Hanya bisa didekati lewat observasi
mikroskopik itupun dengan upaya penyimpulan berdasar data indikasi.
Dalam kacamata spiritual virus ini bisa muncul jika ada pengaruh dari
energi destruktif dari dark force dengan segala jenisnya. Saya
memperhatikan betul, selama issue pandemi ini muncul, kekuatan dark
force sepanjang Pantai Selatan Jawa sangat intens bermain.
Kekuatan
mereka ini bisa mempengaruhi siapapun yang jauh dari keheningan,
kepalanya penuh ketakutan karena kebanyakan percaya media mainstream
maupun medsos.
Mereka yang lemah bisa kena dan sakit dengan gejala yang
mirip dengan Corona di Wuhan.
Itu adalah proyeksi sakit psikosomatik.
Saya
kemudian baru mengerti dari paparan Dr. Kaufman bahwa sebetulnya
penentuan jenis virus apa yang menjangkiti para korban sebetulnya sangat
tidak ilmiah.
Banyak cocoklogi. Jadi cuma dilihat DNA/RNA inang untuk
diketahui sequen genomnya, ketika dilihat mirip setidaknya 70% dianggap
itu Corona.
Nah, sebenarnya secara saintifikpun penetapan kesimpulan
bahwa yang sedang mendera Indonesia adalah Corona masih sangat bisa
diperdebatkan. Jika mau ketemu kebenaran, virusnya harus dimurnikan
dulu, jangan periksa exosomnya, supaya ketahuan benar ini virus apa.
Jadi yang dilihat bermutasi ini adalah exosom, keberadaan mikroskopik
yang justru ada di tubuh untuk menjalankan fungsi imunitas terhadap
virus.
Sungguh menggelikan bukan, satu negara dibuat goncang dan nyaris lumpuh oleh issue yang mengatasnamakan sains?
Tentang
bahaya, mari kita lihat data.
Kasus meninggal per 20 Mei 2020 adalah
1,242. Yang sembuh 4,575. Itu angka untuk durasi 2 bulan sejak issue
ini menggelinding. Konon katanya obat Corona belum ada sehingga kita
layak khawatir. Lah, yang sembuh 4,575 orang itu diapain?
Minum jamu?
Sembuh sendiri? Atau bagaimana?
Jadi, karena angka yang sembuh banyak ya
tak ada yang harus ditakutkan.
Terlebih soal angka meninggal kita
masih harus memfilter, berapa yang murni karena covid dan bukan karena
sakit berat sebelumnya?
Jadi, kesimpulannya virus ini apapun namanya gak
bahaya amat.
Gak kejadian tuh yang dinujumkan para ilmuwan dodol bahwa
ada puluhan ribu, ratusan ribu atau jutaan orang Indonesia mati karena
Corona.
Jika
kita mau kembangkan antisipasi secara medis, maka pertama kita sendiri
yang harus buat vaksin dan obatnya karena virus di sini beda dengan di
China atau A'S.
Jangan pakai vaksin dari Bill Gates, nggak nyambung.
Cukup kita pakai software komputer dari dia. Untuk urusan ini kita
harus mandiri.
Langkah berikutnya, ya bisa terapkan terapi plasma
kovalesen, karena itu pasti efektif.
Tak peduli apa nama virusnya yang
pasti kita sudah punya obat yang ada di dalam darah pasien yang sembuh.
Menimbang
paparan di atas, maka Pemerintah RI perlu membuat kebijakan yang tepat.
Kita harus selamatkan bangsa secara utuh, secara kesehatan aman,
secara sosial, budaya dan ekonomi aman. Mei ini biar puas-puasin yang
mau PSBB.
Awal Juni 2020 harus keluar kebijakan untuk membuka kembali
kegiatan sosial, budaya dan ekonomi. Kita lanjutkan membangun bangsa
yang besar.
Abaikan para penyinyir dan kaum paranoid.
Seiring
dengan itu, buat kebijakan yang memastikan layanan kesehatan kita
semakin efektif.
Semua instrumen pelayanan kesehatan didayagunakan
termasuk puskesmas.
Yang terdeteksi postif (entah virus apa namanya)
dan sakit parah (karena ada penyakit lain) rawat secara intensif di
instalasi khusus. Yang terdeteksi postif tapi cuma sakit ringan ya biar
berobat biasa, dirawat di rumah sembari rawat jalan. Jadi gak bakal
ada drama kekurangan ruang perawatan dan tenaga medis.
Edukasi
masyarakat agar hidup dengan pola yang sehat, berbahagia, punya
imunitas yang kuat. Sarankan pake masker tapi gak usah diwajibkan.
Biasa aja, buat kebijakan dengah dasar kesadaran tubuh kita ini
istimewa, dirancang untuk kebal dari semua virus asal tidak dirusak
sistemnya oleh diri sendiri.
Demikian tulisan ini saya buat dalam hening tapi sembari gemes menyaksikan bangsa ini begitu mudah dibodohi.
Bangunlah, Anda adalah pewaris genetika bangsa yang agung
- SHD, Guru Meditasi dan Penulis Buku

Habib Ojek
Setelah
menemani Hasan menemui dokter untuk diperiksa dan diberi surat
keterangan sakit yang akan diserahkan ke pihak sekolah karena absen hari
ini, saya berencana balik ke kontrakan dan memesan grab bike.
Tak lama kemudian muncul nama driver dan nopol motornya di layar ponsel.
Seperti biasa, saya kirimkan SMS berisi alamat lengkap guna
memudahkannya menjemput saya sebagai pemesan.
Helm berlogo itu diserahkan kepada saya. Saya menerima dan memasangkannya tanpa memperhatikan wajahnya.
Hasan mengambil tanganku dan mengusapkan hidungnya ke telapak tangan, menciumnya.
Siap?" tanyanya sesaat setelah saya duduk di sadel belakangnya.
"Siap," sahutku.
Mesin sepeda motor mengerang lalu berjalan menjauhi Hasan yang berdiri di ujung gang.
"Ini ustadz Labib ya?" tanyanya pelan setelah melintas beberapa menit.
Pertanyaan tak terduga itu tentu membuatku sedikit kaget.
Karena mungkin menyadari keterkejutan saya, dia lanjutkan, "Saya tinggal di Cililitan Kecil."
Nama kampung itu menguak sedikit misteri di balik panggilan "ustadz".
"Saya juga pernah tinggal di sana," timpalku saat berhenti di mulut pertigaan menunggu isyarat lampu hijau.
"Di rumah itu ada perempuan dari cara jalannya seperti stroke ya?"
'Oh ya... Dia mertua saya."
"Kok tau?"
"Saya beberapa kali nganter dia ke RS."
"Ya, dia rutin terapi."
Motor
berjalan lambat menaiki fly over. Saya rada gemes.
"Saya sering dengar nama Ustadz Labib. Baru tahu nama depannya Muhsin
waktu saya nerima pesanan. Tapi saya ngga nyangka kalau ustadz
berpenampilan seperti driver motor online."
"Panggilan saya ustadz tapi bukan ustadz sesuai standar," ujarku ringan.
"Saya kenal Yahya..."
Mulailah dia menyebutkan sederet nama orang-orang yang saya kenal.
Saya
makin heran karena mereka yang disebut itu teman-teman saya saat
pertama kali menetap di Ibukota dengan tujuan kuliah di UIN Ciputat.
"Ana Asseggaf," celetuk pria berusia 49 itu tba-tiba.
"Oya?" Begitu reaksi saya yang sejak 'sesat' tidak familiar dengan tema
kemargaan.
"Ana Fahmi Assegaf. Ustadz marga apa?"
"Sama," jawabku singkat.
Selanjutnya
sambil mengemudikan motor yang dari bunyi dan lajunya saya pastikan
sudah lama tak mengunjungi bengkel itu dia nyerocos tentang biografinya
dan jalan terjal hidup yang dilaluinya hingga menjadi driver profesional
dalam perusahaan internasional, Grab.
"Gapapa kan, tadz, habib jadi sopir ojek?'
Pertanyaan
sederhana yang meluncur dari hati yang bening ini spontan menciptakan
gempa hati berkekuatan 7.1 SR. Beruntung, foto selfie yang kujepret saat
motor melaju tak menangkap mata saya yang membasah.
Habib berpenampilan gembel dengan jaket lusuh ini setidaknya membuktikan
bahwa tak semua habib itu gila hormat, gemar panggung, suka kenyamanan,
sok suci dan semacamnya.
"Justru inilah kemuliaan," sambarku agak teriak.
Saat
melintasi masjid megah beberapa ratus meter sebelum tempat tujuan, saya
julurkan tangan agar kamera hape bisa membidik kami berdua.
"Selfie ustadz?" tanyanya bercanda.
"Ana mau abadikan," sahutku.
"Nah... Setelah Alfamart itu rumah ana dalam gang di sampingnya,,"
ucapku memberikan petunjuk.
"Ana minta maaf karena ban depan motor ana tipis. Jadi ga bisa jalan
cepat," ujarnya setelah sampai depan pintu kontrakan.
"Ban
tipis" adalah dua kata yang bila dijelajahi maknanya menyingkap situasi
kompleks yang terlalu sulit untuk dipahami oleh Habib Fahmi dan
orang-orang 'tak penting' lain semisalnya.
Setelah
saling berterimakasih, dia mempersilakan saya berkunjung ke rumahnya.
"Kalau ada waktu, fadhal (silakan) mampir, beb, ke rumah ana," katanya.
"Siap. Ana akan simpan nomern hape Beb Fahmi," sahutku.
Kami berpisah tanpa jabat tangan.
The End
Saya
terharu dan bersyukur karena menemukan manifestasi kesayyidan sejati
dalam Habib Fahmi Asseggaf, satu dari ribuan habib yang berdaki,
berpeluh, berdebu, dan menyembunyikan atribut dalam kesederhanaan,
kepolosan, kepasrahan, keceriaan binar qanaah, ikhtiar dan tawakal.
NOTE:
Habib (Arabic: حبيب, terjemahan. ḥabīb; pelafalan dalam bahasa Arab: ħabiːb ),
terkadang ditulis sebagai Habeeb, adalah nama depan dari lelaki
berbangsa Arab terkadang juga nama belakang, yang berarti "yang
tercinta" atau "yang terhormat".1
Namun dalam terminolagi islam, Habib adalah keturunan Nabi Muhammad
SAW,yang nashab keturunannya tidak terputus. Sebuah nama populer di
dunia Muslim, terutama di daerah Timur Tengah dan Afrika. Di negara
lain, seperti Yaman dan beberapa negara Asia Tenggara seperti Brunei,
Singapura, Malaysia dan Indonesia, diasosiasikan sebagai gelar
kehormatan bagi kerabat Nabi Muhammad dan juga salah satu nama sebutan
bagi Nabi Muhammad - حبيب الله Habib Allah (Habibullah/ Habiballah). wiki

Sumber Utama : https://seword.com/umum/habib-ojek-wSnZnCtljS
Perilaku Sembarangan,
Kok Dibilang Bukan Orang Sembarangan?
Kasus
seorang pria berjubah yang sedang berseteru dengan petugas, sedang
menjadi pembicaraan masyarakat. Peristiwa itu sendiri berlangsung di check point PSBB Exit Tol Satelit Surabaya pada Rabu (20/5/2020).
Lumayanlah,
jadi ada hiburan di masa jenuh seperti ini. Setiap saat cuma disuguhi
berita dan gambar tentang covid-19, bosan dan muak. Ketika menonton
video kiriman tentang acara dorong-dorongan petugas dengan seorang yang
tampaknya sudah tua, mulut ini pun tak bisa ditahan untuk
terpingkal-pingkal sendirian. Gila!
Belakangan kita tahu bahwa bliyow itu bernama Habib Umar Assegaf, seorang pemuka agama di Bangil, Jawa Timur. MUI Jatim sendiri menyebut bliyow itu sebagai "bukan orang sembarangan".
Viralnya
video itu langsung menjadi pembicaraan khalayak. Sama seperti ketika
video penganiayaan yang dialami Rizal, seorang bocah yang sedang
berjualan makanan kecil untuk membantu keuangan ibunya. Peristiwa ini di
Pangkep, Sulawesi Selatan.
Bocah
ini mendapat simpati luas dari seluruh netizen. Kalaupun masih ada yang
sok membela para pelaku, mental mereka sudah rusak. Tak lama setelah
video mem-viral, sontak banyak pihak yang memberikan bantuan seperti
uang, dijanjikan bea siswa, sepeda baru, dan sepeda motor, dll.
Pokoknya, ada semacam blessing in disguise-lah.
Tetapi
bukan itu tujuannya. Sebab sampai kapan pun, adegan penganiayaan itu
akan terus membekas dalam ingatan kita. Dan sangat menyedihkan dan
menyakitkan hati, ketika melihat seorang bocah bertubuh gemuk dan
terkesan lamban bergerak, namun diperlakukan secara sadis oleh seorang
pemuda, sambil disaksikan dan ditertawakan beberapa pemuda kawan si
pelaku.
Semakin memilukan karena si Rizal itu katanya sedang berjualan jalangkote,
sejenis makanan gorengan khas daerah Pangkep, Sulawesi Selatan. Si
Rizal, melakukan itu sepulang sekolah, untuk membantu keuangan keluarga
yang sedang sulit karena pandemi korona. Ayahnya yang berprofesi
pengemudi ojek, sedang sepi penyewa. Ibunya sendiri pun baru melahirkan
adik si Rizal. Maka Rizal berjualan untuk membantu keuangan mamanya beli
popok buat adiknya.
Dan
kini kita dikejutkan lagi oleh sebuah video beradegan kejar-kejaran
sambil dorong-dorongan antara seorang anggota satpol PP dengan seorang
pria berbusana gamis. Sang anggota satpol itu sedang menjalankan tugas
bersama beberapa anggota kepolisian Jawa Timur untuk mengamankan
kebijakan PSBB di kawasan itu.
Dan
nyelononglah sebuah mobil sedan warna hitam bernomor polisi N 1 B.
Mobil itu sendiri tampak bermerk CAMRY. Belakangan, ketahuan pula bahwa
berdasarkan penelusuran, konon mobil dengan nomor polisi N 1 B itu
semestinya jenis Vios berwarna metalik. Nama pemilik sih sama dengan
yang sedang berseteru dengan anggota satpol itu: Umar Assegaf.
Artinya
jika benar, ada dugaan permainan atau penipuan dalam soal flat
kendaraan tersebut. Entah untuk tujuan apa. Ulah semacam ini jelas
sangat mencoreng wibawa kepolisian sebagai pihak yang mengeluarkan nomor
flat kendaraan. Semoga ini menjadi perhatian serius pihak berwenang.
Lalu
yang menjadi pokok utama masalah ini adalah soal dugaan pelanggaran
PSBB oleh Habib Umar Assegaf. Seperti terlihat di video, penumpang mobil
itu ada seorang supir tak pakai masker. Selain itu, menurut polisi,
jumlah penumpang mobil itu melebihi ketentuan. Jelaslah itu tergolong
pelanggaran PSBB, dan wajar jika diperintahkan untuk putar balik.
Petugas
yang diserahi tanggung jawab untuk menertibkan aturan, wajar dong untuk
melakukan tindakan tegas. Sebab kalau nanti dianggap lalai dan tidak
melakukan tugasnya dengan baik dan benar, dia akan terkena sanksi. Maka
tiada jalan lain harus melaksanakan tugas. Maka orang atau oknum yang
diduga melanggar tapi malah melakukan perlawanan, ini sangat disesalkan
dan patut diganjar sesuai hukum yang berlaku. Itu pun bila tidak ingin
jika hukum di negara ini dijadikan hanya mainan oleh segelintir oknum --
dalam hal ini mereka-mereka yang bertopengkan atribut agama.
Penyalahgunaan
agama dan atributnya telah menjadi trending di masyarakat ini. Lihat
saja Bahar Smith yang dengan seenaknya berteriak-teriak memaki dan
menghina pemerintah sambil membawa-bawa agama dan nama Tuhan. Dia
dihukum bukan karena itu, tetapi gara-gara menganiaya anak di bawah
umur.
Artinya,
anggapan bahwa selama kau memakai jubah agama kau bisa steril dari
hukuman, menjadi suatu kebenaran. Maka tidak heran banyak orang yang
seperti ini. Belum lama ini di Bogor, seorang pria muda yang juga
beseteru dengan petugas PSBB, malah seperti orang kesurupan
berteriak-teriak sambil mengatasnamakan Tuhan.
Dan
kini kejadian di Surabaya ini pun menjadi kental aroma religiusnya.
Tapi sekalipun demikian, hampir semua netizen menyalahkan dan mengecam
Habib Umar Assegaf karena tidak menghormati dan menaati aturan
pemerintah soal PSBB. Menjadi semakin jelas ketika di medsos ada yang
menyebut bahwa orang ini dikenal sebagai sosok yang intoleran.
Namun
di tengah hujatan netizen, ada pula yang membelanya. MUI Jawa Timur
menyebut HUA itu sebagai "bukan orang sembarangan". Maksudnya apa ya.
Sudah jelas oknum itu memperlihatkan sikap sembarangan: tidak patuh
aturan, bahkan ada dugaan menyalahgunakan atau memalsukan data seputar
kendaraan bermotor, kok kita ini diingatkan pula bahwa dia itu bukan
sembarang orang?
Dunia
ini memang sudah mau kiamat rupanya. Semua tampak terbolak-balik.
Bandit bisa dielukan sebagai pemuka agama, sementara pemuka agama yang
menyerukan kebaikan dan damai, dituding sesat. Pantas covid-19 sulit
beranjak dari negeri ini, nyatanya banyak agamawan yang eror.

Surat Terbuka untuk Dokter yang
Menulis Indonesia Terserah
Menyambung
dari artikel sebelumnya, terkait oknum dokter yang berpose dengan
kertas bertuliskan “Indonesia Terserah,” di artikel sebelumnya saya
menyarankan agar para dokter menahan diri.
Cara kalian berpose seperti
itu tidak akan mengurangi masalah.
Sebagai dokter yang pasti
berpendidikan, mestinya lebih cerdas dari rakyat awam.
Kampanye
Indonesia Terserah itu tidak pantas dilakukan.
Dan saya yakin banyak
dokter yang tidak sependapat dengan foto tersebut.
Jadi kalau memang
sudah tidak kuat, capek dan sebagainya, silahkan alih profesi seperti dr
tirta.
Bisa jualan sepatu atau jualan air mata.
Saya
paham kalau para dokter bersedih melihat teman serumah sakitnya
meninggal dunia.
Tak perlu karena covid, karena faktor apapun pasti
sedih. Dokter itu sama-sama manusianya.
Dan atas nama rekan seprofesi,
mereka merasa senasib seperjuangan.
Tak
hanya dokter. Ojek online juga begitu. Solid. Wartawan juga sama.
Bahkan buruh juga punya solidaritas pada sesama buruh. Hal ini wajar
saja.
Tapi, kampanye Indonesia Terserah yang dilakukan oleh beberapa
oknum dokter itu cukup memuakkan.
Mungkin kita perlu memahami dulu karakter masyarakat Indonesia.
Perlu
diakui dan disadari, bahwa tidak semua warga kita menjadikan medis atau
dokter sebagai satu-satunya pengobatan. Ada tabib, bekam, obat herbal
sampai dukun. Banyak orang tidak mau ke rumah sakit. Dan secara
kebetulan, banyak orang yang justru sembuh dengan obat-obatan herbal.
Banyak juga yang sembuh dengan pijat, akupuntur atau bekam, padahal
sebelumnya mereka sudah mengkonsumsi obat-obatan dokter.
Katakanlah
ini kebetulan, tapi tetap saja angkanya cukup besar di Indonesia.
Masih
banyak orang yang lebih percaya jamu dibanding pil atau tablet.
Nah,
kalau ini sudah disadari, maka sebaiknya para dokter di Indonesia tidak
melakukan provokasi atau respon emosional kepada masyarakat. Karena
warga kita tidak menjadikan dokter sebagai satu-satunya tempat
pengobatan penyakit. Kalau para dokter terus mengkampanyekan Indonesia
Terserah, bisa-bisa semakin banyak orang yang tak mau datang ke dokter.
Pertanyaannya, apakah kalian para dokter mau hal ini terjadi dan terus memburuk?
Saya
paham kalian kecewa dan marah dengan orang-orang yang ngeyel saat PSBB.
Tetap berkerumun dan sebagainya. Tapi kampanye Indonesia Terserah itu
juga salah.
Akui itu dulu.
Kemudian
soal curhat atau kelelahan. Sejatinya setiap profesi punya resikonya
masing-masing. Pemadam kebakaran, TNI Polri, Supir, Pramugari, Pilot,
sampai penjaga taman safari pun punya resiko.
Dan
yang namanya pekerjaan, biasanya memang melelahkan, sekalipun kita
melakukannya dengan suka cita atau hobi. Capek, semua orang juga capek.
Maka
tidak etis kalau ada narasi dari oknum dokter yang meminta masyarakat
untuk mencoba memakai APD selama berjam-jam, kacamata google, masker
N95, face shield dan sebagainya. Karena ini provokasi.
Kita
menjalani hidup yang berbeda-beda. Tidak bisa kita minta supir mencoba
profesi wartawan. Pasti bingung dan capek sebelum bekerja. TNI yang
biasa terjun ke daerah, tidak bisa dipaksa jadi akuntan yang menginput
angka-angka dan duduk manis sepanjang hari di ruangan ber AC. Beda, tiap
profesi ada jalannya sendiri.
Duka kita berbeda. Masalah kita berbeda.
Maka jangan membandingkan satu dengan yang lainnya.
Rakyat
kecil di pasar itu sedang mencari nafkah. Mencari makan. Kalau mereka
bisa menulis dan bermain sosmed, mereka akan tantang balik dan meminta
kalian untuk merasakan getir nasibnya. Yang harus mendengar tangis
anak-anak minta susu, sementara kita masih keliling mencari pinjaman
atau menjual barang dagangan.
Apa
kalian mau merasakan ditagih dan dibentak ibu kos karena lambat bayar?
Kalau kalian mengeluh dan mau kami merasakan tidak minum dan makan
selama berjam-jam, karena tak bisa membuka APD, itu karena kalian tidak
tahu bahwa ada begitu banyak orang yang tidak bisa makan karena tak
punya uang. Dan mereka bukan menjalaninya sebulan dua bulan, tapi
bertahun-tahun seperti itu. Kalian tau apa soal penderitaan?
Mohon
maaf kepada para dokter atau pihak terkait. Sekali lagi mohon maaf.
Sudah lama saya diam dan memaklumi. Tapi kali ini nampaknya kalian juga
perlu tahu.
Jadi
marilah kita berjalan di jalan masing-masing, dengan mengikuti protokol
kesehatan yang sudah ditetapkan. Soal pelanggaran PSBB biar aparat yang
bertindak.
Soal masjid yang masih ramai, biar ustad yang berfatwa.
Setiap orang gotong royong bekerja dengan tugasnya masing-masing.
Memang,
selalu ada yang ngeyel, selalu ada yang tidak taat aturan.Tapi pilihan ada di tangan kita, apakah ingin memperkeruh suasana,
atau memperbaiki sesuai kemampuan?

Sumber Utama : https://seword.com/umum/surat-terbuka-untuk-dokter-yang-menulis-indonesia-MJJR9bFgpm
MUI Membela Umar Assegaf
Dengan Alasan Yang Ngehe Banget!
MUI
atau Majelis Ulama Indonesia, semakin kesini semakin tak menampakan
sebuah organisasi masyarakat yang mampu mendidik akhlak masyarakat.
Semakin hari MUI semakin memperlihatkan diri sebagai sebuah organisasi
milik kadala gurun, bukan lagi organisasi milik umat Islam Indonesia.
Dulu,
di masa Orde Baru, MUI adalah milik rezim Soeharto, karena memang
Soehartolah yang membentuk MUI, dengan tujuan untuk mengurangi kekuatan
pengaruh NU dan Muhammadyah. Soeharto sadar bahwa mayoritas rakyat
Indonesia yang beragama Islam, hanya akan tunduk pada para ulama mereka.
Jika NU dan Muhammadyah dibiarkan berdiri sendiri-sendiri dengan segala
kekuatan pengaruhnya terhadap umat Islam di Indonesia, maka hal ini
akan mengancam kekuasaan Soeharto sebagai Presiden Indonesia.
Oleh
karena itu, demi menjaga kekuasaannya tersebut, Soeharto mendirikan MUI
dan mengharuskan semua unsur Islam yang ada di Indonesia melebur di
dalam tubuh MUI. Cerdiknya, bentuk badan hukum yang diberikan pada MUI
adalah organisasi masyarakat atau ORMAS dan bukan lembaga atau badan
hukum negara. Artinya sebagai sebuah ormas, MUI tidak bisa mencampuri
urusan politik dalam nageri, karena bukan partai politik, dan ormas juga
tidak bisa menarik dana masyarakat. Tapi kok MUI bisa menarik dana
masyarakat dengan menjual sertifikat halal pada restaurant-restauran,
perusahaan pengolahan makanan dan sejenisnya, yang oleh pemerintah
Soeharto diwajibkan untuk memiliki logo tanda halal? Ya seperti itulah
Soeharto memiara MUI.
Seiring
dengan berjalannya waktu, pasca lengsernya Soeharto, MUI persis seperti
anak ayam yang kehilangan induknya. Pelindung mereka sudah tidak ada!
MUI mulai merancang acing-acang supaya dirinya tetap tetap seperti waktu
di jaman orba. Selama masa reformasi, MUI berusaha keras untuk
menggalang ulama-ulama yang memiliki massa. Biar kalau disemprot
pemerintah, para ulama itu bisa menyerukan massanya untuk menjadi ‘The
Barking Dog’.
Dan
posisi MUI semakin sulit ketika masa memasuki jaman Jokowi. Terlebih
adanya wacana akan dicabutkan kewenangan MUI menerbitkan setifikat Halal
dan dipindahkan ke Kementerian Agama. Makin uring-uringan saja MUI
sekarang. Sekarang penerbitan sertifikat halal tidak lagi dimonopoli
oleh MUI sendirian. Ada 3 pihak yang terlibat di dalamnya dan di dalam
RUU Cipta kerja ada pasal yang mengurusi masalah penerbitan sertifikat
halal ini.
Kasihan
kan MUI sekarang? Apakah ini alasan dibalik keanehan sikap MUI yang
lebih sering tidak lagi mendidik bangsa? MUI lebih sering terlihat
membela tokoh-tokoh mereka yang melanggar peraturan negara.
Seperti
pada kejadian yang dilakukan oleh Umar Assegaf. Dengan sigap MUI
membela Umar yang pada videonya terlihat lengkap mengenakan atributnya
sebagai seorang turunan arab. Saya jadi bertanya, “Apa semua orang
bergamis itu adalah ulama?”
MUI
Jawa Timur, Ainul Yaqin, menyatakan sangat menyayangkan tindakan aparat
keamanan yang tidak bersikap persuasive terhadap Umar Assegaf.
Alasannya karena orang yang dihadapinya itu, yakni Habib Umar, bukanlah
orang sembarangan, dilihat dari cara berpakaian dan usianya.
"Habib
Umar itu kan sepuh, aparat paham beliau menggunakan pakaian seperti
itu, berarti bukan orang sembarangan," kata Ainul Yaqin.
MUI
Jawa Timur juga mengatakan (baca : mengancam) bahwa aksi aparat
tersebut bisa saja memicu konflik dan kemarahan yang lebih besar dari
pendukung Habib Umar, lantaran tak terima atas perlakuan aparat
tersebut.
Ngehe
banget kan? Saya yakin, adegan yang muncul pada video itu tidak dari
awal kejadian. Yang terlihat agresif dan menyerang duluan itu justru
Umar Assegaf, dan bukan pihak aparat. Kita semua mendengar kok ada
aparat yang mengatakan, “videokan biar viral!” artinya yang ngeyel itu
Umar Assegaf setelah upaya persuasif dilakukan oleh aparat. Di dalam
video itu juga terlihat jelas isi mobil Camry ada 4 orang, yang kalau
menurut aturan PSBB hanya boleh diisi 50 persen dari kapasitas mobil
atau 2 orang saja. Lalu persuasif seperti apa yang dimaksud pihak MUI?
Komentar
MUI seperti itu, yang lebih menekankan status Umar Assegaf sebagai
tokoh masyarakat ketibang pelanggaran yang dilakukan, adalah contoh
buruk yang diperlihatkan pada rakyat Indonesia. Mentang-mentang tokoh
masyarakat yang berpakaian gamis, lalu polisi harus tetap meloloskan dia
melanggar aturan hanya agar tidak terlihat si tokoh ternyata sombong
dan tidak menghormati aparat negara??
Shame on you MUI!!!
Kalau
saya jadi pihak MUI, saya justru akan meminta maaf atas sikap “ulama”
atau “tokoh” yang dihormati di MUI, tapi melakukan pelanggaran dan
pembangkangan seperti yang dilakukan oleh Umar Assegaf. Atau ga usah
berkomentar apalagi membela. Karena membela orang yang jelas-jelas salah
sangat merugikan nama baik MUI sendiri.
Tapi ya itulah MUI sekarang… kita mau bisa apa? Memang sudah jamannya banyak orang jadi edan…

Viral Situs Portal Islam Ingin
“Mengadu Domba”
Pihak Militer Dengan Presiden Jokowi
Sebelum
penulis bahas inti tulisan, penulis akan membahas sekilas tentang
struktur tingkatan pangkat dalam tubuh TNI-AD dari atas ke bawah sebagai
berikut:
Perwira Tinggi
Struktur
ini adalah yang tertinggi dalam tubuh TNI yang terdiri dari Jenderal
Besar, Letnan Jenderal, Mayor Jenderal dan Brigadir Jenderal
Perwira Menengah
Struktur ini terdiri dari Kolonel, Letnan Kolonel dan Mayor
Perwira Pertama
Dalam struktur ini, terdiri dari Kapten, Letnan Satu dan Letnan Dua
Bintara Tinggi
Struktur ini terdiri dari Pembantu Letnan Satu dan Pembantu Letnan Dua
Bintara
Struktur ini terdiri dari Sersan Mayor, Sersan Kepala, Sersan Satu dan Sersan Dua
Tamtama Kepala
Yang terdiri dari Kepala Kopral, Kopral Satu dan Kopral Dua
Tamtama
Yang terdiri dari Prajurit Kepala, Prajurit Satu dan Prajurit Dua. Sumber
Setelah mengetahui informasi di atas, kita bisa mengetahui jabatan terendah sampai tertinggi dalam struktur TNI-AD.
Sekarang kita mulai masuk ke dalam inti tulisan…
Kemarin
siang, penulis dicolek oleh beberapa penulis Seword tentang berita di
situs abal-abal berkedok Islam milik orang PKS (Portal Islam) bernama
Abu Hasan Surhim alias Solihun seperti yang terlihat berikut ini:

Dari
judul dan foto covernya memperlihatkan Ruslan Buton yang mengenakan
seragam militer membuat surat terbuka kepada Presiden Jokowi untuk
mundur, bila tidak mundur kemungkinan akan terjadi revolusi.
Situs
abal-abal berkedok Islam tersebut mau membuat framing jahat pihak
militer tidak suka dengan Presiden Jokowi. Dengan kata lain, situs milik
orang PKS tersebut ingin “mengadu domba” antara militer dengan Presiden
Jokowi.
Jahat
banget bukan orang PKS bernama Abu Hasan Surhim alias Solihun yang
berada di balik situs PKS Piyungan yang berubah menjadi Portal Piyungan
dan sekarang berkedok Islam menjadi situs Portal Islam?
Mungkin
orang awam akan terpengaruh dengan framing jahat situs Portal Islam
seolah militer tidak suka dengan Presiden Jokowi, padahal kita juga
bingung siapa itu Ruslan Buton yang mengirim surat terbuka kepada
Presiden Jokowi untuk mundur atau bila Presiden Jokowi tidak mau mundur
maka akan terjadi revolusi?
Sebenarnya
rakyat tidak perlu heran jika ada (mantan) oknum TNI yang tidak suka
dengan Presiden Jokowi, toh waktu Pilpres kemarin banyak yang tidak
mendukung Presiden Jokowi.
Lalu, siapa sebenarnya Ruslan Buton ini yang katanya cinta NKRI ini?
Pada
September 2019 lalu, dia juga membuat pernyataan terbuka kepada
Presiden Jokowi yang katanya tidak tegas menghadapi kelompok bintang
Kejora…


Ternyata Ruslan Buton ini adalah mantan TNI dengan pangkat terakhir sebagai Kapten yang masuk dalam kategori Perwira Pertama di bawah Perwira Tinggi dan Perwira Menengah. Xixixixixi
Dan
pada awal tahun 2020, para Serdadu yang pernah tergabung dalam Kesatuan
TNI berkumpul untuk mendeklarasikan Yayasan yang menjadi organisasi
para mantan tentara tersebut.
Organisasi
ini diberi nama Yayasan Serdadu Eks Trimatra Nusantara. Yayasan ini
adalah ide dari mantan tentara untuk melanjutkan perjuangan mereka
membela Ibu Pertiwi. Deklarasi ini dilaksanakan di Kawasan Cikini,
Jakarta, hari Sabtu, 25 Januari 2020.
Pendeklarasian yayasan tersebut dimulai dengan pembukaan serta pembacaan Akta Notaris, dan dilanjutkan dengan pengukuhan oleh Ketua Umum Yayasan Serdadu Eks Trimatra Nusantara, Ruslan Buton.
Acara
tersebut juga dihadiri oleh pengurus dan anggota serdadu eks trimatra
dari tiga kesatuan. Juga hadir Mayjend (Purn) Soenarko dan Sri Bintang Pamungkas dan wakil Pemprov DKI Jakarta. Sumber
Ternyata Ruslan Buton ini adalah mantan TNI yang sekarang menjabat sebagai Ketua Umum Yayasan Serdadu Eks Trimatra Nusantara.
Katanya
Yayasan Serdadu Eks Trimatra Nusantara ini dibentuk dari ide para
mantan tentara untuk melanjutkan perjuangan mereka membela Ibu Pertiwi,
tetapi kenapa dihadiri Sri Bintang Pamungkas yang merupakan tersangka kasus makar pada tahun 2018 silam? Sumber

Gimana
logikanya pendeklarasian Yayasan Serdadu Eks Trimatra Nusantara yang
katanya untuk membela ibu pertiwi tapi malah dihadiri seorang tersangka
kasus makar???
Dan
ternyata Ruslan Buton ini adalah salah satu “pendukung” Said Didu yang
merupakan tokoh oposisi terhadap pemerintahan Indonesia yang sah di
bawah kepemimpinan Presiden Jokowi saat ini.

Ruslan
Buton, Ketua Umum Yayasan Serdadu Eks Trimatra Nusantara yang
pendeklarasiannya dihadiri oleh Sri Bintang Pamungkas tersangka kasus
makar, pendukung Said Didu, pernah membuat surat gugatan kepada pimpinan
negara yang (katanya) tidak tegas terhadap kelompok bintang kejora
tahun 2019 lalu.
Dan
tahun 2020, Ruslan Buton kembali membuat pernyataan terbuka minta
Presiden Jokowi mundur dan bila tidak mundur maka kemungkinan akan
revolusi?
Maksudnya mau “mengancam” revolusi jikaPresiden Jokowi tidak mau mundur?
Lagi pula siapa Ruslan Buton yang merasa “hebat” lalu meminta Presiden Indonesia yang sah yaitu Presiden Jokowi untuk mundur???
Hanya seorang mantan oknum TNI dengan pangkat Kapten tapi minta Presiden Jokowi mundur dan “mengancam” revolusi?
Jadi
sudah paham apa dan siapa sebenarnya Ruslan Buton, Ketua Umum Ketua
Umum Yayasan Serdadu Eks Trimatra Nusantara yang pendeklarasiannya
dihadiri oleh Sri Bintang Pamungkas tersangka kasus makar dan pendukung
Said Didu ini.
Ssssssttttt...
Ruslan
Buton ini pernah ditahan dan diperiksa secara intensif di Detasemen
Polisi Militer (Denpom) XVI/1 Ternate karena terlibat kuat menganiaya La
Gode yang merupakan seorang petani cengkeh yang dihukum karena menncuri
singkong parut 5 kilogram seharga Rp20 ribu.
Pada
24 Oktober 2017 jam 04.30, La Gode dianiaya hingga tewas di Pos Satgas
Ops Pamrahwan. Sekujur tubuh La Gode berlumur luka. Gigi atas dan bawah
dicabuti hingga ompong. Kuku di jempol kaki kanan copot. Bagian bibir,
mata, hingga pipi kanannya bengkak. Sumber

Dan
setelah kasus ini di bawa ke Pengadilan Militer Ambon, Kapten Inf.
Ruslan divonis penjara 1 tahun 10 bulan dan hukuman tambahan dipecat
dari TNI AD! Sumber


Dari
pengakuan sejumlah saksi, termasuk istri La Gode dan sejumlah warga
dihadirkan yang dihadirkan pada sidang yang berlangsung pada 2 dan 9
Mei 2018, diketahui bahwa penyiksaan terhadap La Gode dilakukan secara
terencana dan bersama–sama oleh Ruslan Button dan para
anggotanya. Persidangan juga mengungkap para terdakwa sudah menyiapkan
alat–alat untuk menyiksa La Gode hingga tewas. Di antaranya berupa tang
untuk mencabut gigi dan kuku, selang untuk mencambuk, serta barbel
seberat 10 kilogram untuk dijatuhkan pada kaki La Gode.
Kesaksian
lain mengungkapkan ada upaya dari para terdakwa untuk menghindar dari
tanggung jawab usai menyiksa La Gode. Yaitu dengan menghilangkan barang
bukti penyiksaan, termasuk menguburkan pakaian La Gode setelah
dinyatakan tewas. Sumber
Saksi
juga mengungkapkan, bahwa terdakwa sempat melarang keluarga merekam
atau mengambil gambar dari luka–luka La Gode, saat hendak memandikan
jenazah.

Hmmm,
ternyata ini “kelakuan” Ruslan Buton yang pernah dihukum 1 tahun 10
bulan dan hukuman tambahan dipecat dari TNI AD dan sekarang dia minta
Presiden Jokowi mundur?
Silahkan rakyat Indonesia menilainya sendiri…
Dan
tak lupa, penulis juga meningatkan rakyat Indonesia untuk tidak
terpengaruh dengan framing jahat situs milik orang PKS berkedok Islam
(Portal Islam) yang ingin “mengadu domba” antara militer dengan
pemerintahan Presiden Jokowi.
Wassalam,
Nafys
Bagi yang ingin membaca tulisan penulis sebelumnya, silahkan mengikuti halaman fanpage facebook penulis di https://www.facebook.com/NafysSeword/
Note:
Foto
Covernya adalah penampakan Ruslan Buton, Sulis Tio yang nomornya
terkait dengan alamat DPC PKS Piyungan dan Abu Hasan Surhim alias
Solihun yang merupakan admin utama PKS Piyungan sekaligus pemilik akun
twitter Mas Piyu ORI @mas__piyuuu yang memblokir penulis setelah
kedoknya penulis bongkar dalam tulisan:

Framing Jahat Artikel CNN Indonesia,
Seenaknya Tuding Jokowi!
Orderan Siapa?
Sebuah artikel dari cnnindonesia.com, yang terbit pada hari ini (21 Mei 2020) sangat mengagetkan saya. Saya kerap memakai artikel cnnindonesia.com
sebagai sumber tulisan, karena standar penulisannya bagus, dan isinya
lebih lengkap daripada media lain. Tapi yang ini kok beda.
Kalau artikel
ini berada di kanal Kolom, maka saya akan mengerti bahwa hal itu
merupakan opini semata, bukan berita. Atau misalnya di kanal Analisis,
yang biasanya mengandung hasil analisa dan opini berbagai ahli/pengamat.
Namun, artikel yang mengagetkan ini berada di kanal Berita Nasional.
Jadi merupakan berita yang di-cover oleh cnnindonesia.com.
Judul artikelnya : “21 Mei, Soeharto Turun, Reformasi Dikorupsi 21 Tahun Kemudian” link.
Isi artikel dibuka dengan fakta sejarah soal lengsernya Soeharto.
Tepatnya pada tanggal 21 Mei 1998, 22 tahun yang lalu. Lho kok 22? Judul artikel ini kan 21 Tahun Kemudian?
Awal artikel ini sudah cukup mencurigakan.
Kemudian
disebutkan bahwa tuntutan mahasiswa di tahun 1998 itu, selain meminta
Soeharto lengser, juga meminta penindakan tegas terhadap pelaku korupsi
hingga minta kebebasan berpendapat di muka umum. “Setelah rezim Soeharto
runtuh, berturut-turut terbit sejumlah undang-undang untuk mengakomodir
berbagai tuntutan reformasi. Sebut saja UU tentang pemberantasan
korupsi, UU kebebasan berpendapat, TNI, kebebasan pers dan seterusnya.
Namun, semangat reformasi di berbagai bidang dinilai sudah tak berjalan
sebagaimana mestinya. Hingga kemudian muncul slogan Reformasi
Dikorupsi pada 2019 lalu atau 21 tahun setelah Soeharto lengser”,
demikian ditulis cnnindonesia.com.
Semacam intro terhadap isi artikel ini secara keseluruhan.
Jadi artikel
ini membahas kejadian di tahun 2019? Buat apa dibahas sekarang?
Sementara di artikel itu saya tidak menemukan adanya trigger, misal pernyataan dari politisi atau oposisi atau siapa lah. Kok ujug-ujug artikel ini muncul di tahun 2020?
Selanjutnya,
artikel ini menceritakan kronologi lengsernya Soeharto.
Dengan
menekankan pada adanya tuntutan mahasiswa, demo mahasiswa di Yogyakarta
dan di Jakarta (Universitas Trisakti) yang memakan korban. Hingga ke
penjarahan dan situasi ekonomi yang buruk di saat itu (inflasi tinggi
dan banyak PHK). Sampai ke berhentinya Soeharto dari jabatan dan tidak
setujunya para mahasiswa dengan pengangkatan BJ Habibie. “Sontak, ucapan
syukur menggema di langit. Mahasiswa dari berbagai daerah sujud lalu
berulang kali meneriakkan kata merdeka. Mereka merasa perjuangannya
telah membuahkan hasil.”, tulis cnnindonesia, menekankan pada besarnya
peran mahasiswa waktu itu.
Lalu
artikel lanjut ke 21 tahun kemudian, pada 2019. Disebut bahwa mahasiswa
kembali turun ke jalan, di berbagai daerah dengan slogan Reformasi
Dikorupsi. “Tuntutan mereka cenderung sama, yaitu menolak pengesahan RUU
KPK, RKUHP, RUU Ketenagakerjaan, RUU Pertanahan, RUU Penghapusan
Kekerasan Seksual (PKS), RUU Minerba serta kasus kriminalisasi aktivis
dan isu kerusakan lingkungan”. Disebutkan sejumlah pihak merasa
pemerintah dan DPR mengabaikan semangat reformasi dan hanya mengakomodir
kepentingan segelintir orang. “Demonstrasi berlangsung berhari-hari
pada Bulan September 2019 di berbagai daerah. Korban luka dan jiwa
berjatuhan akibat bentrok dengan aparat. ”. Disebut juga bahwa demo
mahasiswa ini berhasil menekan pemerintah dan DPR menunda pembahasan
beberapa RUU. “Akan tetapi, RUU KPK tetap disahkan menjadi UU, sehingga
kekecewaan tak bisa dibendung”.
Selanjutnya
artikel menyebut tentang sejumlah RUU yang dikebut pembahasannya oleh
DPR dan pemerintah pada 2020. Mislanya RUU Minerba, yang dikecam oleh
para pegiat lingkungan karena dinilai menguntungkan pengusaha saja.
“Tidak menutup kemungkinan RUU lain yang sempat ditunda kini dibahas
kembali dalam rentang waktu yang cepat dan sembunyi-sembunyi agar tidak
menuai penolakan dari aktivis dan mahasiswa. Semangat reformasi yang
mengidamkan keterbukaan menjadi pertanyaan.”, tulis cnnindonesia.com sebagai penutup.
Bukankah
demo mahasiswa di bulan September 2019 waktu itu berujung rusuh dan
anarkis kan? Bahkan ada anak-anak yang mengaku sekolah di STM yang
ikutan demo. Belakangan ada yang ditangkap karena ternyata pengangguran
yang sudah lulus dari sekolah dan ikut demo dengan tujuan anarkis saja.
Beberapa universitas secara resmi melarang mahasiswanya ikut demo karena
dikhawatirkan rentan penyusup. Ini fakta, yang juga telah diungkap oleh
pihak kepolisian.
Mirisnya lagi di sebuah acara TV nasional juga
terungkap bahwa para mahasiswa ini tidak paham isi RUU yang mereka demo.
Yang kayak gini diperbandingkan dengan demo mahasiswa tahun 1998? Sudah
bukan apple to apple, cuy!
Kenapa
cnnindonesia hanya mengcover setengah-setengah, untuk sebuah artikel
berita?
Soal adanya penyusup di demo mahasiswa tidak disebut, soal demo
berujung anarkis juga tidak disebut, apalagi soal berapa aparat yang
terluka juga tidak disebut sama sekali. Soal tuntutan para mahasiswa ini
kan sudah pernah dibahas oleh politikus PDIP Eva Kusuma Sundari,
panjang lebar dan dilansir oleh cnnindonesia.com sendiri Sumber.
Kenapa tidak disebutkan juga? Bahkan soal pernyataan Ketua DPR waktu
itu, Bambang Soesatyo yang memaparkan adanya penyusup dalam demo
mahasiswa, yang akhirnya merusak banyak fasilitas umum. Ini juga tidak
disebut oleh cnnindonesia.com.
Apalagi adanya analisa bahwa demo mahasiswa itu sebenarnya bertujuan
menggagalkan pelantikan Presiden Jokowi di periode keduanya, ini juga
tidak disebut.
Ya harus dimasukkan juga dong, agar berimbang beritanya.
Bahwa pihak mahasiswa membantah soal ini, ya disebut juga dong, agar
fair.
Makanya, saya sebut bahwa artikel cnnindonesia.com
ini merupakan sebuah framing jahat terhadap pemerintahan Presiden
Jokowi. Mengingat kondisi media yang katanya juga ikutan seret gara-gara
Corona, saya pun curiga. Saya pun mempertanyakan, ini orderan siapa?
Karena nampak sekali framingnya dan tanpa mengcover kedua sisi
sebagaimana etika jurnalisme. Kalau Seword kan jelas, media opini dan
memihak.

Bongkar! Sri Bintang dan Mayjend Soenarko di Balik Ruslan Buton yang Minta Jokowi Mundur?
Hari
ini bangsa kita memperingati Hari Kebangkitan Nasional. Walau dalam
himpitan ancaman wabah Covid-19, rupanya peringatan nasional ini
dianggap strategis oleh seseorang yang bernama Ruslan Buton untuk
menyampaikan aspirasinya kepada pemerintah, dalam hal ini Presiden Joko
Widodo.
Tak
tanggung-tanggung, sebuah surat terbuka berani dia layangkan untuk
kepala negara guna meminta supaya mundur dari jabatan sebagai Presiden
Republik Indonesia. Begini dia menulisakannya (saya membacakannya untuk
Anda):
Ketika pertiwi memanggil, maka kami akan menjadi garda terdepan untuk menyelamatkan NKRI.Kepada Yth. Saudara Ir H Joko Widodo.Ass wr wb. Saya Ruslan Buton, mewakili suara seluruh Warga Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat prihatin dengan kondisi bangsa saat ini. Di tengah Pandemi Covid-19, saya melihat tata kelola berbangsa dan bernegara yang begitu sulit di cerna akal sehat untuk di fahami oleh siapapun. Kebijakan kebijakan saudara selalu melukai dan merugikan kepentingan rakyat, bangsa dan negara. Yang lebih menghawatirkan lagi adalah ancaman lepasnya kedaulatan Negara Kesatuan Republik Indonesia yang sangat kami cintai ini. Suka atau tidak suka, di era kepemimpinan saudaralah semua menjadi kacau balau alias amburadul dalam segala hal. Entah karena ketidakmampuan saudara, atau bisikan kelompok yang memiliki kepentingan yang tidak saudara fahami atau mungkin karena saudara telah tersandera oleh kepentingan elit politik.Disini saya tidak akan memaparkan kebijakan kebijakan saudara yang lebih banyak merugikan rakyat, bangsa dan negara. Sebagai bentuk etika berkomunikasi saya terhadap saudara yang kebetulan menjabat sebagai Presiden Republik Indonesia.Saudara Joko Widodo yang saya hormati. Semua sistem yang berlaku di Negeri ini bagaikan benang kusut yang sangat sulit untuk dirajut kembali. Oleh karenanya dengan bahasa yang sangat sederhana ini, saya memohon dengan hormat agar saudara dengan tulus dan ikhlas secara sadar untuk mengundurkan diri dari jabatan saudara sebagai Presiden Republik Indonesia.Hal ini perlu di lakukan demi kepentingan bangsa untuk menyelamatkan Negara Kesatuan Republik Indonesia sebelum kedaulatan negara benar benar runtuh dan dikuasai asing terutama China Komunis.Saya tau ini adalah pilihan sulit namun merupakan pilihan terbaik. Saudara seorang Negarawan yang pastinya ingin membangun negeri ini, namun harus jujur saya katakan bahwa saudara belum memiliki banyak kemampuan untuk membangun bangsa yang besar ini berdasarkan amanat UUD 1945. Sehingga terjadilah kebijakan kebijakan yang menjadi blunder politik yang sangat merugikan rakyat, bangsa dan negara.Saudara Joko Widodo, sekali lagi saya sampaikan bahwa solusi terbaik menyelamatkan bangsa dan Negara Kesatuan Republik Indonesia hanya ada satu. Saudara harus bersikap KSATRIA dan LEGOWO untuk mundur dari Tahta Kepresidenan.Namun bila tidak, bukan menjadi sebuah keniscayaan akan terjadinya gelombang gerakan revolusi rakyat dari seluruh elemen masyarakat, seluruh komponen bangsa dari berbagai suku, agama dan ras yang akan menjelma bagaikan Sunami dahsyat yang akan meluluhlantakan para penghianat bangsa, akan bermunculan harimau, singa dan srigala lapar untuk memburu dan memangsa para penghianat bangsa, sesuai amanat UUD 1945 pasal 1 ayat 2 yang mengatakan bahwa kedaulatan adalah di tangan Rakyat, dan dilaksanakan menurut Undang Undang Dasar.Saudara Joko Widodo, lengsernya Jenderal Besar Suharto, bisa menjadi sebuah acuan atau referensi untuk saudara lakukan. Sebagai seorang negarawan, beliau dengan LEGOWO menyatakan mundur dari tahta Kepresidenan demi menghindari pertumpahan darah sesama anak bangsa.Dan saya berharap saudara juga bersikap demikian, sehingga saudara bisa menghindarkan potensi pertumpahan darah antar sesama anak bangsa.
Kendari, 18 Mei 2020Ruslan Buton (Panglima Serdadu Eks Trimatra Nusantara)
Menyimak
isi suratnya tersebut, terlihat kekecewaannya kepada presiden. Lalu,
dengan klaimnya yang sepihak, dia seolah mewakili seluruh komponen
bangsa supaya Joko Widodo segera mundur demi selamatnya NKRI.
Yang
menarik adalah alasan-alasan yang dia kemukakan adalah alasan-alasan
klise yang sudah teramat sering dilontarkan kubu oposisi selama ini.
- Bahwa bangsa kita terancam dikuasai China Komunis.
- Bahwa bangsa kita terancam mengalami disintegrasi.
- Bahwa di era kepemimpinan Jokowilah bangsa kita mengalami masalah yang bagaikan benang kusut.
Benarkah
alasan-alasannya ini?
Pada tulisan yang akan datang, akan dibahas
khusus menjawab 3 hal tersebut.
Kesempatan kali ini, kita batasi dulu
membahas tentang siapa Ruslan Buton ini.
Dari hasil selancar di internet, Ruslan Buton ternyata merupakan pecatan
TNI AD dengan pangkat terakhir kapten. Dia dipecat karena
keterlibatannya dalam penganiayaan berat yang mengakibatkan kematian
terhadap La Gode, seseorang yang diduga sebagai maling singkong di Lede,
Pulau Taliabu, Maluku Utara pada Oktober 2017.
Dia
lalu bebas kira-kira tahun lalu. Sebab, pada 25 Januari 2020 yang lalu
dia dan beberapa temannya mantan anggota TNI berhasil mendeklarasikan
berdirinya sebuah Yayasan bernama Serdadu Eks Trimatra Nusantara atau
yang disingkat Serdadu Ekstrim. Dia sendiri didapuk menjadi panglima
para Serdadu ekstrim tersebut.
Yang
menarik adalah kehadiran Sri Bintang Pamungkas dan Mayjen Soenarko pada
saat deklarasi tersebut. Bahasan mengenai hal ini, penulis secara
khusus mengupasnya di kanal youtube AJ Bertutur yang akan dibagi dalam
beberapa sesi.
Bagi yang penasaran silakan menuju link youtube berikut https://www.youtube.com/watch?v=Si59lawY5yM.

Umar Assegaf Ngamuk Soal PSBB di Surabaya adalah Seorang yang Arogan dan Intoleran?
Beredar sebuah video yang memperlihatkan seseorang berbaju gamis mengamuk dihadapan petugas.
Video
ini tercatat pertama kali diunggah oleh pemilik akun twitter bernama
Lady_Zeebo, dimana tertulis pada caption, "Langgar PSBB Pemilik Majlis
Roudhotus Salaf Bangil Pukul Petugas.. Salah, ditegur baik-baik tapi
malah ngeyel dan memukul petugas Mohon pak @DivHumas_Polri ini sudah
melanggar hukum dan harus ditangkap sebagai pembelajaran untuk yang
lain"
Video
yang punya 1.5K Retweets dan 2.5K Likes dan sudah ditonton hampir 93K
orang ini kemudian di unggah ulang di facebook oleh akun yang bernama
Mas Abimanyu dan kemudian kembali viral, atas video itu tercatat dirinya
mendapat 1.1K Share https://www.facebook.com/mas.abimanyu.714/posts/278306856691217
Nama lengkapnya Umar Abdullah Assegaf ketua Albayinat Bangil-Jatim, gak susah nyarinya. Plat Mobilnya N 1 B Toyota Camry.
Habib ini dikenal selain intoleran juga arogan, songong dan tidak berakhlak. Kalau kata pedagang di Bangil, tukang nutupin jalan raya, sak enake udele dewe. Ini info A1 langsung dari warga Bangil!
Sangat
mengejutkan, menurut info dari warga Bangil, orang ini adalah orang
yang intoleran dan juga arogan juga songong dan tidak berakhlak sebagai
mana yang tertulis diatas? Kalau benar demikian maka saya tidak kaget.
Nama
seorang Habib di Indonesia sudah banyak tercemar menjadi konotasi
negatif karena mereka tidak berprilaku yang normal dan beradab dimana
itu sering kali bertolak belakang dengan nama kehabibannya
Siapakah orang yang duluan mencoreng nama Habib?
Ada
Habib Rizieq yang pertama, seseorang yang berani menantang Kepolisian
dan Pemerintah berjuta-juta kali dengan pongah, tidak ada kata damai
dalam kamusnya, hobbynya bikin masalah, gak ada masalah diada-adain.
Uang yang gak salah apapun disebut uang PKI, itu adalah contoh dia gemar
untuk mencari-cari masalah, namun sayang seribu sayang, kepongahannya
itu berakhir gegara kasus chat mesum antara dirinya dengan Firza. Kali
ini kasusnya berbeda, kalau terbukti itu benar dirinya, hancur sudah
kebesaran gelarnya. Karena itu dia pergi ke Arab dan sampai sekarang
belum pulang ke Indonesia.
Ada
juga Habib lain, yang kedua adalah Habib Bahar. Seseorang yang berani
berkata apapun, sekotor apapun itu dia bakal katakan. Hanya caci maki
yang keluar dari mulutnya, tidak sama sekali mencerminkan sikap nabi
padahal mereka konon penerusnya. Tidak berhenti sampai disitu, karena
gelarnya tokoh pemuka agama, dia juga jadi berani semena-mena, tak jauh
berbeda dengan yang pertama. Berani mengolok-olok Pemerintah hingga
Presiden Jokowi. Sepak terjang orang ini akhirnya berakhir, karena dia
diam-diam menculik 2 anak kecil kemudian menganiaya mereka, dihantam
dengan lutut hingga patah dan berdarah, sangat brutal orang ini.
2
Contoh itu adalah contoh nyata gelar Habib di Indonesia, lihatlah
karena bergelar habib, bagaimana atribut mereka itu? Kita ambil contoh
Abdullah Assegaf yang viral baru-baru ini. Dia punya mobil mewah. Rizieq
punya rubicon, Bahar punya Pajero. Mereka tampil bermewah-mewahan,
padahal Nabi Muhammad hidupnya sederhana, bahkan ada cerita beliau
mewakafkan semua hartanya sampai dia sendiri hidup biasa yang penting
cukup. Tapi di Indonesia tidak lah demikian
Oleh
karena itu memang benar seperti apa yang ditulis oleh Mas Abimanyu,
Jangan segan-segan menangkap kadrun berpenampilan ngarab. Jangan takut
gak kebagian kapling Surga Pak. Surga bukan milik mereka. Jangan sampai
kita diperbudak Arab. Indonesia punya harga diri punya martabat. Jangan
berhenti di materai Rp.6.000 Pak, kami sudah MUAK!
Jangan
karena dia bergelar Habib, banyak yang gak berani menghukum karena
takut amukan massa, padahal warga itu harus diluruskan sudut pandangnya,
bahwa jangan pernah menghabibkan seorang kriminal, jangan pernah
mengulamakan seorang pezinah, jangan pernah tertipu.
Gerindra Dan NasDem Sudah Nggak Sayang Sama Anies? Gawat Nih!
Sudah
lah, orang yang tidak bisa kerja itu mau ditutupi pakai berlian atau
pakai sampah, ya sama saja. Akan ketahuan juga akhirnya. Ketika
pohon-pohon di Monas ditebangi dan tidak jelas juntrungannya, ini jadi
borok bagi Anies. Ketika awal tahun 2020 dibuka dengan banjir besar di
Jakarta, ini jadi borok buat Anies. Lah 2 tahun lebih memimpin Jakarta
ngapain aja? Bahkan banjir-banjir ini masih berlangsung hingga sekarang,
cuma tertutupi oleh soal Corona. Ketika Anies lebih sering konpers
ketimbang mengunjungi warganya, ini pun jadi borok. Ya mungkin bagi
Anies tidak perlu lagi mengambil hati warga Jakarta, wong pilkada sudah
lewat. Dia juga tidak akan ikut pilkada lagi karena ambisinya kan mau
jadi presiden. Dan ketika soal data dan dana buat bansos kacau balau,
sampai disinggung oleh 3 menteri kabinet, waah semacam validasi bahwa
Anies ini memang nggak becus kerjanya.
Kita
ke hal lain, di beberapa survei elektabilitas, memang nama Anies masih
ada.
Namun makin lama makin nyungsep. Awalnya kalah sama Prabowo saja.
Eh lama-lama, sama Ganjar Pranowo, Gubernur Jateng yang nggak ikutan
rame-rame soal nyapres di 2024, Anies pun kalah. Jadi partai politik pun
bisa menilai kalau sosok Anies itu hanya laku di para pemujanya yang
makin lama makin sedikit saja.
Sementara di masyarakat luas? Sudah tidak
bisa “dijual” lagi.
Sebenarnya
soal perubahan sikap Gerindra terhadap Anies sih sudah terjadi sejak
tahun lalu.
Pasca bergabungnya Prabowo dengan pemerintahan Jokowi,
diberitakan bahwa ada semacam instruksi pada para kader Gerindra untuk
bersikap kritis terhadap Anies.
Dengan kata lain, jungkir balik membela
Anies itu sudah bukan jadi kewajiban bagi fraksi Gerindra di DPRD DKI
Jakarta Sumber.
Makin ke sini, makin banyak saja blunder, kecerobohan dan ketidakbecusan yang dilakukan oleh Anies. Contohnya soal pembayaran commitment fee
Formula E dengan nilai sekitar Rp 560 miliar.
Ini dilakukan Anies pada
bulan Desember 2019 dan Februari 2020.
Betapa buruknya Anies mengelola
APBD. Kata dia sendiri bahwa pihaknya sudah mengawasi soal wabah Corona
sejak Januari. Lalu sejak Februari minta di-tes. Dia sendiri mengeluhkan
kenapa tes harus dilakukan oleh pusat. Lah kok sempat-sempatnya di
bulan Februari itu setor lagi buat Formula E? Dan sekarang DKI Jakarta
mulai tekor kan? Sampai ada pemotongan/penghapusan gaji/tunjangan/THR
para pegawai di bawah Anies.
Sampai THR buat PPSU seperti pasukan oranye
baru saja dicairkan gara-gara desakan DPRD.
DKI
Jakarta butuh uang banyak buat Corona. Sampai-sampai Anies bikin
program KSBB alias minta duit ke warga dan perusahaan swasta pada awal
Mei lalu. Nggak tahu itu program gimana nasibnya? Banyak perusahaan
justru sudah memotong gaji karyawan dan juga merumahkan karyawan mereka.
Awalnya PSI yang sangat vokal mendesak Anies menarik balik duit rakyat
Rp 560 miliar itu.
PDIP juga punya sikap yang sama. Ternyata Gerindra
juga ikutan. Wakil Ketua DPD Partai Gerindra, Syarief menyatakan setuju
dengan desakan PSI Sumber.
Dan yang baru saja diberitakan, NasDem juga sudah memberi pernyataan
yang sama. "Saya dengan tegas meminta Pemrov DKI Jakarta untuk tarik
balik Uang Komitmen Fee Formula E sebesar Rp 360 Miliar," ujar
perwakilan fraksi NasDem DPRD DKI, Jupiter. Kas DKI sudah sangat merosot
dan dalam kondisi sangat memprihatinkan, tambah Jupiter. "Tolong
kembalikan uang rakyat, kasihan rakyat sekarang menjerit, menangis dan
kelaparan," pungkasnya Sumber.
Waduh,
padahal NasDem juga jadi harapan Anies sebagai pengusungnya di 2024
nanti.
Gerindra sudah jelas sekali tidak lagi mendukung Anies secara
membabi buta.
Misal dari pernyataan Waketum Gerindra Sufmi Dasco Ahmad,
soal wacana pelonggaran PSBB pemerintah pusat, yang didukung oleh
Gerindra. Yang sangat berbeda dengan wacana Anies, yang mau menunggu
sampai angka penularan virus Corona di bawah angka 1.
"Kita nggak tahu
kurang angka 1 itu tuh menunggunya sampai kapan.
Sementara di
negara-negara lain dengan situasi seperti saat ini saya pikir
pelonggaran PSBB itu sudah mulai bisa dikaji untuk dilonggarkan," ujar
Dasco. "Jadi kalau kita nunggu di bawah angka 1, kita nggak tahu sampai
berapa lama. Sementara DKI sendiri, jangankan menunggu di bawah angka 1,
sekarang saja sudah kesulitan untuk mengatasi dampak dari COVID
sendiri," lanjutnya Sumber. Waduhh, sama partai pengusung kok malah digitukan. Modyar lah!
Bisa
jadi di 2024 nanti Prabowo akan maju nyapres lagi. Kemungkinannya
sangat kecil bagi Prabowo untuk membawa Anies ikut, misal sebagai
cawapres. Di 2019 saja Sandiaga yang dipilih.Di 2019 juga terbukti, dengan adanya Anies di Jakarta juga tidak memberi kemenangan buat Prabowo. Malah ditengarai, gara-gara ketidakbecusan Anies lah Prabowo jadi kalah.
Dan Prabowo tidak akan mengulangi kesalahan yang sama. NasDem?
Sebelumnya sudah ada kode keras sih bahwa NasDem nggak hanya melihat pada Anies, tapi juga para kepala daerah lain sebagai calon potensial buat 2024.
Lalu siapa lagi yang bisa mengusung Anies? PKS?
Mereka lagi sibuk dengan perpecahan dengan adanya Partai baru, Gelora. Demokrat?
Pastinya Demokrat akan mengusung AHY dong.
Anies pun menghadapi kenyataan pahit di depan matanya.

Sumber Utama : https://seword.com/politik/gerindra-dan-nasdem-sudah-nggak-sayang-sama-anies-YGFQx4HpPj
Begini Cara Jokowi Skakmat JK :
Telak Dan Elegan!
Jusuf
Kalla (JK) pernah menjadi wakil Jokowi. Menjadi orang nomor duanya
Jokowi dalam memimpin negara ini. Sekilas nampaknya JK adalah teman baik
bagi Jokowi. Namun, nyatanya, justru seperti “musuh dalam selimut”.
Sekarang, dalam kondisi wabah Corona, makin nampak saja bahwa JK berdiri
di pihak oposan bagi Jokowi. Dan saya kira Presiden Jokowi sangat
menyadari hal itu.
Sejak
awal Corona masuk ke Indonesia, JK sudah jelas berada di seberang
Jokowi. Banyak sekali terlontar kritik terhadap cara pemerintahan Jokowi
menangani wabah Corona. Sebagai mantan wakil presiden bagi 2 Presiden
RI, tentu JK sangat pede bahwa pernyataannya akan sangat didengar dan
berarti bagi publik. Dari disebut oleh JK serba tanggung, sampai disebut
lamban dan kurang tegas. Usulan-usulan yang dilontarkan JK pun
berseberangan dengan kebijakan Jokowi. Seperti usulan mencetak uang
hingga implementasi lockdown.
Tapi
sejauh ini, tidak pernah sekali pun Jokowi “menyerah” pada JK. Dalam
arti secara diketahui publik meminta nasehat atau pertimbangan pada JK
soal penanganan Corona. Ucapan-ucapan JK pun tidak pernah disinggung
oleh Jokowi. Mungkin karena ini, JK jadi makin “ganas” mengkritik Jokowi
hehehe…
Bahkan
JK sampai mengeluarkan pernyataan yang terkesan jadi sentimen
anti-China. Pada Rabu (13/5), JK berkunjung ke kantor Lembaga Eijkman,
yang bekerja sama dengan PMI, yang diketuai oleh JK. Ya, orang-orang dia
juga. Di sana terbitlah pernyataan JK, "Indonesia harus punya
kontribusi terhadap dunia dalam bidang sains untuk penanganan corona.
Jangan seperti selama ini, apa-apa minta dari China” Sumber.
Lalu
JK mengeluarkan lagi kritik terhadap info hoaks yang dihembuskan oleh
pihak-pihak tertentu, soal pelonggaran PSBB. Kan lucu ya, jelas-jelas
sudah ditegaskan oleh Presiden Jokowi bahwa pemerntah tidak melonggarkan
PSBB Sumber. Eh, JK malah sok mengkritik dan mewanti-wanti agar pemerintah jangan coba-coba melonggarkan PSBB Sumber. Maksudnya apa? Menyebarkan hoaks gitu?
JK
juga mempermasalahkan pernyataan Jokowi soal berdamai dengan virus
Corona. Padahal WHO pun beberapa waktu kemudian mengeluarkan pernyataan
serupa. Ya, kita paham lah maksud dan logikanya. Virus itu sulit untuk
dihilangkan. Jadi tinggal kita sebagai manusia yang berpikir dan
bernalar ini yang menyesuaikan diri. Selama belum ada vaksin, ya kita
ngikutin aja protokol kesehatan. Buat jaga diri sendiri kok. JK malah
menanyakan hal yang koplak, kalau virusnya tidak mau berdamai bagaimana?
Sumber. Ya, monggo silakan tanya ke virusnya sana. Capek dehhh….
Lalu
bagaimana dengan reaksi Presiden Jokowi terhadap berbagai pernyataan
dan kritikan aneh JK ini? Kita paham lah bahwa Jokowi bukan orang yang
frontal. Langkah caturnya unik. Kalaupun menyasar ke satu orang, beliau
tidak akan langsung menyebut namanya. Ya itu betul. Menyebut nama, sama
dengan mengangkat orang itu ke permukaan. Sama dengan menyamakan level
dengan orang itu. Padahal kan nggak level lah, hehehe…. Kedua, balasan
dari seorang Jokowi bukan hanya balasan dalam omongan semata. Presiden
Jokowi membalas kritikan dengan kerja nyata. Karena hasil kerja nyata
itu sangat telak dalam membalas kritikan, terlebih tudingan-tudingan
kosong dari barisan sakit hati.
Jadi
apa balasan telak Jokowi terhadap JK? Hari ini, tanggal 20 Mei 2020,
masih ingat hari apa? Adalah Hari Kebangkitan Nasional. Hari ini
Presiden Jokowi meluncurkan produk-produk riset untuk percepatan
penanganan Covid-19. "Saat ini dunia sedang beradu cepat dalam menangani
wabah COVID-19 dan kita harus menjawabnya dengan inovasi dan
karya-karya nyata yang konkret dan ini adalah momentum baru… Ini adalah
momentum baru bagi kebangkitan bangsa, ini adalah momentum baru
kebangkitan bidang sains dan teknologi kita dan khususnya di bidang
kesehatan,” kata Presiden Jokowi dalam kata sambutannya Sumber.
Apa kata JK sebelumnya? Jangan apa-apa minta dari China, kan? Siapa
yang minta dari China? Yang diluncurkan oleh Presiden Jokowi hari ini
adalah produk karya anak bangsa Indonesia. Makjleb ya?
Ada
9 produk riset yang diluncurkan oleh Presiden Jokowi. Dari PCR Test Kit
Covid-19, Rapid Diagnostics Test IgG/IgM Covid-19, Emergency Ventilator
#BPPT3S, Imunomodulator Herbal Asli Indonesia, Plasma Convalesence,
Mobile Lab BSL-2, Sistem AI untuk deteksi Covid-19, Medical Assistant
Robot Raisa dan Autonomous UVC Mobile Robot, hingga Powered Air
Purifying Respirator Sumber.
Elegan
kan caranya? Tapi menohok dan telak kan? Dan yang menikmati hasilnya
adalah rakyat, terutama para pasien yang terinfeksi Covid-19. Kemudian
juga menjadi penambah semangat bagi rakyat dan menjadi kebanggaan
Indonesia di dunia internasional. Elegan dan bermartabat, serta
mengangkat nama bangsa. JK mau bilang apa lagi?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/begini-cara-jokowi-skakmat-jk-telak-dan-elegan-ln2C9DZqRr
Angka Covid 19 di Jakarta Naik Terus, Warga Kebanjiran, Anies Kena Karma?
Angka Covid 19 di Jakarta membeludak tak terbendung. Sekarang ini, banyak tempat di Jakarta menjadi zona merah alias red zone
yang berbahaya. Sebentar saja di sana, potensi tertular sangat tinggi.
Apalagi kemarin ditambah lagi dengan banjir kiriman karena Sungai
Ciliwung yang tak kunjung dinormalisasi, meluap.
Sekarang
ini, kita melihat bagaimana Jakarta dalam fase kritis. Dalam keadaan
PSBB, warga kena banjir. Otomatis tempat-tempat pengungsian
dinonaktifkan untuk sementara agar terhindar dari penularan Covid.
Para
pendukung gubernur SARA pun pada akhirnya sekarang kesulitan. Banjir,
stay at home. Apalagi di tengah wabah yang membunuh banyak orang di
Jakarta ini, ada anggaran 3,2 T APBD yang tidak digunakan untuk
menangkal Covid 19.
Para
korban banjir ini terletak di Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Mereka
adalah daerah yang langsung dialirkan oleh sungai Ciliwung yang
meliuk-liuk sebelum airnya terhempas ke laut di utara Jakarta. Ada
sebuah lokasi di Jakarta Timur yang merupakan tempat kelok air Sungai
Ciliwung.
Di
zaman Ahok, beliau terkendala dengan payung hukum untuk menormalisasi
sungai tersebut. Sungai yang menjadi sumber bencana jika airnya meluap,
harus dibuat lebih tinggi. Harus dibangun turap-turap ketimbang hanya
natural seperti tanah, yang akan selalu terkikis dan melebarkan aliran
sungai itu. Debit air yang tinggi saat mendapatkan banjir kiriman, harus
diatasi dengan berbagai cara.
Ahok
putar otak, dan satu-satunya cara yang paling baik dilakukan pada saat
itu adalah dengan menggunakan normalisasi. Beton-beton peninggi di
sepanjang kali Ciliwung harus dibangun segera. Karena apa? Bukan hanya
luapan sungai yang semakin besar setiap tahun, tapi juga karena
penurunan dataran beberapa sentimeter setiap tahunnya. Ahok harus gerak
cepat.
Tapi
langkahnya dihalang-halangi oleh pendukung dari pemimpin zolim. Dia pun
akhirnya harus kalah. Sudah kalah, dipenjara pula. Akhirnya, Jakarta
pun kian tak terurus. Apalagi ditambah dengan pemimpin yang hanya bisa
bicara tidak karuan di media, tanpa ada gerakan-gerakan kerja nyata yang
ia jalankan.
PSI
pun juga sudah terus marah-marah dan terus mengkritik si gubernur
produk politisasi SARA itu. PSI yang merupakan kiamat bagi gubernur
zolim, terus menerus menemukan hal-hal buruk yang berpotensi terjadi di
DKI Jakarta. ABas seolah tidak perduli dengan banyaknya orang yang mati,
dia lebih memikirkan uang-uang dan uang. Anggaran terus keluar dan
dinikmati bersama-sama dengan orang-orang dalamnya.
Bahkan
3,2 T pun terbongkar tidak digunakan untuk menangani Covid 19. Beberapa
hari silam, Jakarta diserbu banjir kiriman. Hujan yang ada di hulu,
mengalir ke hilir, dan transit sebentar di Jakarta. Langsung belasan
kelurahan terendam banjir. Warganya tidak bisa mengungsi karena PSBB.
Maka
dengan demikian, para warga harus mengalami kengenesan yang hakiki dan
tidak bisa berbuat banyak. Tapi dalam hal ini, kita justru melihat bahwa
Tuhan itu ada. Dia sosok yang maha adil dan terus menyatakan keadilan.
Setiap kezaliman, selalu dibayar tunai lewat hal-hal yang menyeimbangkan
itu.
Pemimpin
zalim di DKI sudah kebablasan dalam melakukan hal-hal yang tidak
diridhoi oleh Tuhan kepada manusia. Manusia dianggap aset dan sumber
dana lewat pajak-pajak yang mereka bayarkan. Setelah dapat uang banyak
dari pajak, mereka pun langsung tidak pakai lama, dibuang begitu saja.
Anggaran
yang sudah dikeluarkan, otomatis tidak bisa diapa-apakan lagi. Tapi
yang pasti, sekarang semua mulai berbalik. Gubernur tak bisa kerja ini,
mulai terkena musibah. Angka Covid 19 meningkat. Jakarta jadi juara
satunya dalam penularan Covid 19. Mereka tidak bisa berbuat banyak untuk
mencegah Covid 19.
Ngoceh-ngoceh
di balai kota, terus dilakukan tanpa adanya kerja nyata. Tanah Abang
tetap ramai, malah banyak yang tidak pakai masker. Dalam kondisi seperti
itu, pakai masker bisa pingsan, gak pakai masker bisa kena tular.
Lantas, apakah PSBB dijalankan? Kalau di bacotnya sih katanya
dijalankan, tapi realita dan faktanya, PSBB itu tidak ada.
Yang dibacotkan tidak sesuai realita. Gak heran Jakarta kena azab.
Begitulah gak heran.

Bagi Bupati Tabanan,
Covid Tidak Lagi Masalah Kepemimpinan,
Tetapi Juga Kemanusiaan
Menjadi
pemimpin itu gampang, dan siapapun bisa melakukannya. Tetapi,
keberhasilan pemimpin bukan karena dirinya terpilih, atau karena ada
pendukung. Pemimpin itu dilihat dari kinerjanya, bukan dari jabatannya
Pandemi
Covid membuka mata dalam banyak hal, termasuk membuka mata mana
pemimpin yang memiliki hati untuk rakyat, dan mana yang tidak. Covid
mengubah segalanya, ketika pemimpin tidak hanya dituntut jago memberikan
komando, tetapi juga memberikan hatinya. Singkatnya, bukan hanya mata
yang terbuka, tetapi mata hatinya juga harus terbuka dan tersentuh
melihat dampak Covid-19 ini.
Menarik
mengetahui bagaimana para pemimpin daerah bertanggungjawab terhadap
warganya. Penulis sendiri tertarik dengan Bali, karena secara logika
pastilah rentan mengingat banyaknya wisatawan asing di Bali.
Yup,
Bali memang istimewa. Tidak hanya keindahan pulaunya yang luarbiasa,
tetapi di saat pandemi Covid-19 bahkan Bali tampil memukau, menang
melawan Covid.
Apakah itu terjadi dengan sendirinya?
Hahah….mana ada sesuatu yang terjadi tanpa sebab dan akibat.
Secara
umum masyarakat Bali memang terkenal dengan ketaatannya beribadah,
sehingga bisa dikatakan mereka terbiasa dengan disiplin. Penulis
percaya, tidak sulit bagi masyarakat Bali untuk menerapkan disiplin.
Mereka bahkan sudah terlahir dengan disiplin beribadah contoh nyatanya.
Tetapi,
tetap nggak menjamin warga Bali lolos dari dampak pandemi. Fakta
mewabahnya Covid-19 di Tabanan, Bali salah satu contohnya yang sangat
berdampak terhadap aspek sosial, ekonomi dan kesehatan.
Menyebut
nama Ni Puti Eka Wiryastuti Bupati Tabanan pasti asing di telinga kita.
Bisa dimaklumi karena Indonesia ini luas sekali. Tetapi, inilah
langkah sigap yang diambil Kabupaten Tabanan untuk menyelamatkan
warganya, dengan menganggarkan Rp 100 miliar lebih. Anggaran yang
diprioritaskan untuk empat bidang, dengan anggaran terbesar di bidang
kesehatan dan jaringan pengamanan sosial.
Di
lapangan pun Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda)
Kabupaten Tabanan Ida Bagus Wiratmaja membenarkan adanya anggaran khusus
tersebut. "Kebutuhan anggaran dalam Bidang Kesehatan sekitar Rp23
miliar, Bidang Ekonomi sekira Rp3 miliar, Bidang Jaringan Pengamanan
Sosial Rp78 miliar dan Bidang Penunjang Rp1 miliar.
Bersama
jajarannya Ni Puti Eka memprioritaskan kesehatan masyarakat yang
berjalan parallel dengan ketahanan ekonomi masyarakat dengan beberapa
kebijakan, antara lain family farming, menjamin kelangsungan produksi
pertanian dari hulu sampai hilir yaitu menjamin ketersediaan benih,
pupuk, obat-obatan, sampai pendampingin oleh para penyuluh.
Adapun yang menarik dari kepemimpinan Ni Puti Eka adalah pengabdiannya yang melayani. Sebagai contoh dari manuvernya adalah:
Menjamin stok pangan
langkahnya untuk memastikan warganya tidak kelaparan. Pertimbangannya
adalah kelaparan dan kesehatan itu saling berhubungan. Jika warga
kelaparan, maka berpengaruh terhadap kesehatan, dan kesehatan yang buruk
akan berpengaruh terhadap ekonomi karena tidak bisa produktif di
pertanian ataupun perkebunan. Hubungan yang kait mengait satu dengan
lainnya.
Perputaran ekonomi
Bupati Eka mendorong para petani di Tabanan untuk berproduksi bukan
semata untuk dikonsumsi, tetapi juga sebagai sumber pendapatan. Sebagai
contoh ini telah dilakukan di Desa Tegal Mengkep, dimana hasil tani
dibeli oleh perusahaan daerah (Perusda) dan badan usaha milik desa
(BUMDES), yang nantinya dijual kembali dengan layanan pesan antar secara
gratis.
Mendorong budaya apotik hidup
sebagai langkah membangun warga yang sehat. Membiasakan warganya untuk
mengkonsumsi sayuran dan buahan, dan menularkan budaya makan sehat ini
sebagai kebiasaan baik untuk semua.
Mempersiapkan rumah sakit darurat Covid-19 dengan anggaran Rp 9,9 miliar, ditambah juga alokasi insentif bagi tenaga medis, dan anggaran rumah singgah bagi tenaga medis.
Edukasi Covid
dengan terus mengaungkan budaya hidup sehat dan bersih, serta berbagai
kebijakan pemerintah. Termasuk juga memperhatikan limbah yang
dihasilkan dari pandemi Covid-19 yang bisa jadi terabaikan.
Bupati
Eka adalah satu dari sekian pemimpin daerah di negeri ini yang melayani
warganya. Tetapi, menjadi menyentuh ketika seorang pemimpin rela
merogoh kocek untuk warganya. Inilah totalitas kemanusiaan Ni Puti Eka
Wiryastuti yang berkomitmen mendonasikan seluruh gajinya untuk
menanggulangi Covid-19. Bukan hanya gaji, tetapi juga hasil pertanian
miliknya untuk membantu rakyatnya yang telah mengalami pemutusan
hubungan kerja (PHK). Menurutnya Covid sudah tidak lagi bicara soal
kepemimpinan, tetapi sudah menjadi urusan kemanusiaan.
"Ini
bukan lagi masalah kepemimpinan, tetapi ini masalah kemanusiaan. dalam
kondisi pandemi seperti ini, kita harus sekalian menguatkan rasa empati
kita. Silahkan gunakan seluruh gaji saya sebagai kepala daerah untuk
kemaslahatan masyarakat khususnya di Tabanan" tegas Eka. Dikutip dari: liputan6.com
Wow…pelajaran
berharga banget untuk banyak orang pastinya. Kita bisa belajar dari
Tabanan yang bahu membahu bangkit melawan Covid-19. Totalitas
pemimpinnya yang melayani bukan dengan komando, tetapi dengan hati.
Bupati Eka tidak hanya terbuka matanya melihat kesulitan warga, tetapi mata hatinya peka menolong tanpa pamrih.
Penulis
pribadi selalu percaya, saat kita menanamkan kebaikan, maka akan
berbuah kebaikan. Bupati Tabanan memulai dari dirinya, memerangi virus
Covid-19 dengan ketulusannya melayani secara kemanusiaan, dan tidak
menempatkan dirinya sebagai pemimpin.
Ni
Puti Eka Wiryastuti memimpin atas dasar kemanusiaan, berbuat, dan
memberkati orang banyak, paling tidak untuk warganya sendiri. Sejatinya
inilah nilai seorang pemimpin, yang tidak hanya cakap memimpin, tetapi
juga peka.
Artikel mpok lainnya bisa dinikmati di @mpokdesy
Sumber:
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4236010/menghadapi-pandemi-bupati-tabanan-fokus-produksi-pangan
https://www.liputan6.com/lifestyle/read/4222110/komitmen-bupati-tabanan-bali-donasikan-seluruh-gaji-untuk-penanganan-covid-19
Ilustrasi: Imgur

Ucapan Presiden:
Selamat Hari Kenaikan Isa Almasih
Sama Saja Dengan Kenaikan Yesus Kristus
Penulis
berterima kasih untuk ucapan yang disampaikan Pak Presiden Jokowi yang
mengucapkan “Selamat Kenaikan Isa Al Masih”. Sementara Kemenag RI
memakai ucapan yang sedikit berbeda “Selamat Atas Kenaikan Yesus
Kristus”. Mana yang tepat? Bagi penulis, sama saja.
Ucapan
dari Presiden Jokowi grafisnya sangat bagus dan artistik, ada nuansa
optimis dalam suasana cerah. kemenag RI tak mau kalah, menampilkan Yesus
Kristus secara grafis atau komikal dengan cahaya, mencerminkan
pengharapan. Keren banget dua-duanya!
Tapi
ternyata di medsos ada keramaian dan kericuhan sedikit. Lucunya
perdebatan sedikit sengit justru pecah di kalangan umat Kristiani yang
terbagi dalam dua partai eh dua kubu. Ada kubu yang setuju seperti
penulis dengan ucapan yang memakai sebutan atau nama Isa Al Masih.
Tak sedikit yang bersikap lebih tegas yaitu menolak dengan keras penyebutan nama Isa Al masih.
Alasan
yang dikemukakan terlihat biblikal atau alkitabiah alias sepertinya
masuk akal. Mereka memandang bahwa Isa bukanlah Yesus. Isa dianggap
tidak sama atau tidak berhubungan dengan Yesus Kristus yang diimani umat
Kristiani dalam Injil. Alasan lain yang nampaknya masuk akal adalah
bahwa penyebutan nama ‘Isa Al Masih’ itu adalah nama yang ada dalam Al
Quran yang memakai bahasa Arab.
Sebagai
disclaimer, tujuan penulisan ini untuk merespon perihal penolakan dari
umat Kristiani yang menolak terang-terangan nama ‘Isa Al Masih’.
Penulis
mau menyajikan secara historis dengan referensi atau dasar yang kuat.
Atau dengan kata lain penulis hendak merekonstruksi perkembangan
penyebutan nama Isa yang tak lepas dari bahasa Aram dan Suriah. Suriah
dulu pernah menjadi pusat perkembangan awal kekristenan. Ingat Antiokhia
yaitu tempat atau kota murid Yesus pertama kali disebut Kristen? Nah,
familiar kan?
Zaman
Yesus hidup, bahasa yang dipakai adalah bahasa Aram atau Aramaic.
Bahasa ini sebenarnya dikenal sebagai bahasa resmi pemerintahan
kekaisaran dan upacara agama. Makanya Mel Gibson memakai bahasa ini
dalam filmnya ‘The Passion of The Christ’ untuk mendekati ke aslinya.
Bahasa
Aram ini adalah bahasa Semitik. Aram adalah bagian dari grup bahasa
Semitik Barat Laut, yang juga termasuk bahasa Kanaan (seperti bahasa
Ibrani). Bahasa Aram juga berhubungan dengan bahasa Arab, menjadi bagian
dari rumpun bahasa Semitik Tengah; satu sumber yang kemungkinan besar
untuk aksara Arab adalah aksara Aram Nabatea.
Lantas
apa hubungannya? Nah, Yesus bahasa ibunya adalah Aram. Nama Yesus dalam
bahasa Aram yang dipakai sehari-hari di Nazaret adalah Issho. Jadi ini nama panggilannya sehari-hari yang diambil dari nama dalam bahasa Ibrani, Yeshua. yang diambil dari nama pahlawan Israel di Perjanjian Lama yaitu Yosua.
Menariknya nama Isho ini diserap dalam bahasa Yunani. Nama Isho ini pun ditranslasikan menjadi Iesous.
Jadi pemakaian nama Issho itu sudah sangat kuno. Bahkan ada sumber
menyatakan bahwa pemakaian nama Isho dalam Alkitab Aramaic di akhir abad
ke-2 sudah memakai nama Issho.
Lalu
mazhab kekristenan zaman dulu terbagi dua, ada yang berkiblat ke
Kristen Barat yang berpusat di Konstantinopel dan Kristen Timur berpusat
di Antokhia. Kristen Timur tetap setia memakai nama ‘Issho’ dan para
pengkhotbah memakainya dan ditranslasikan ke bahasa Arab.
Sidney
Griffith menulis, “Dari sekian banyak penjelasan untuk bentuk nama
Yesus seperti yang terlihat dalam Alquran, yang paling masuk akal dari
sudut pandang penulis ini adalah bahwa itu mencerminkan ejaan pembicara
bahasa Arab dari apa yang didengarnya dalam bahasa Arab. artikulasi
bentuk umum Suriah Timur nama: Isho '. Sidney Griffith adalah professor
dari Early Christian Studies at the Catholic University of America. Area keahliannya adalah Arabic Christianity, Syriac monasticism, medieval Christian-Muslim encounters and ecumenical and interfaith dialogue.
Profesor
Kehormatan Missiologi di Universitas Utrecht, Jan A. B. Jongeneel
menulis, “Al-Qur'an menyebut Yesus sebagai‘ Isa al-Masih. Ungkapan
bahasa Arab ini tampaknya berasal dari bahasa Syria Nestorian, Isho
Mshiha.
Penulis lebih condong ke pandangan ini. Jadi kesimpulannya:
Pertama,
penyebutan nama Isa Al Masih itu tak salah dan malah bisa dibilang
dengan menyerap dari bahasa Aramaic maka penyebutan itu lebih dekat ke
aslinya. Jadi menyebut Isa Al Masih pun dalam doa sebagai orang Kristen
itu bisa.
Kedua,
dengan rekonstruksi secara historis penyebutan nama Isa Al Masih
sebenarnya di satu sisi ada jembatan yang terjadi yaitu ternyata di Al
Quran pun nama Yesus sebagai Isa Al Masih dipakai untuk mengacu kepada
Yesus Kristus karena disebut sebagai Putera Maryam. Penyebutan masih itu
jelas mengacu ke Mesias atau Kristus aka Juruselamat! Komplit kan?
Penulis
membatasi sampai di sini saja. Jadi bagi yang menolak menyebut Isa Al
Masih jangan pernah merasa rohaninya paling benar dan tinggi. Cek dulu
secara historis, cuy! So, inilah keunikan bahasa yang adalah karunia
Ilahi dan bisa memperkaya pemahaman dan menambah wawasan, Itu saja.
Griffith,
S. H. (2013). The Bible in Arabic: The Scriptures of “the People of the
Book” in the Language of Islam. Princeton, New Jersey: Princeton
University Press. p. 84 Fn. 64
Jongeneel,
J. A. B. (1989). Jesus Christ in World History: His Presence and
Representation in Cyclical and Linear Settings. Frankfurt: Peter Lang
Internationaler Verlag der Wissenschaften. p. 128

Re-post by MigoBerita / Jum'at/22052020/09.55Wita/Bjm