Erdogan, Presiden Pujaan Anies dan PKS Tangkap Harun Yahya, Cendekiawan Junjungan Kaum Bumi Datar. Ada apa?
Sejak
terjadinya penangkapan Harun Yahya oleh pihak kepolisian Turki pada
Rabu, 11 Juli 2018 lalu, hampir semua media mainstream baik lokal maupun
internasional serentak mengabarkan, tak terkecuali media di Indonesia.
Berita tentang Cendekiawan Muslim yang penuh kontroversi itu
berkali-kali dimuat.
Apa
sebenarnya yang menarik dari penangkapan Harun Yahya oleh polisi Turki
yang baru saja memilih kembali Erdogan sebagai Presiden?
Yang
menarik adalah karena Harun Yahya dikenal sebagai ilmuwan dan
cendekiawan Muslim dengan sejumlah karya tulis yang dibukukan dengan
klaim hasil penelitian. Buku-bukunya yang beredar hampir semuanya menuai
kontroversi karena banyak menentang teori-teori yang telah dikemukakan
oleh ilmuwan sebelumnya.
Salah satu diantara kontroversi Harun Yahya yang paling fenomenal tertuang dalam bukunya berjudul "The Atlas of Creation."
Yahya menjelaskan bahwa sepanjang penelitian yang dilakukannya tidak
pernah menemukan adanya evolusi pada manusia. Karena itulah ia dikenal
menentang teori evolusi Darwin yang banyak dipercayai masyarakat dunia.
Bagi
saya pribadi, yang menarik dari kasus Harun Yahya itu bukan hanya pada
sisi kontroversialnya. Lebih dari itu, Yahya telah berhasil meyakinkan
sebagian Muslim dunia hingga memujinya sebagai sosok ilmuwan dan
cendekiawan mewakili Muslim secara global. Dan diantara Muslim yang
kerap menyanjung Harun Yahya adalah sebagian Muslim Indonesia yang juga
sangat mengagumi Presiden Turki, Erdogan.
Dalam
beberapa kesempatan para pemuja kedua tokoh dari Turki tersebut
mengemukakan pendapat ke publik tentang kekagumannya pada Harun Yahya
maupun Erdogan. Tak jarang, mereka juga membandingkan Presiden Turki
tersebut dengan Presiden Jokowi dengan kesan menjunjung Erdogan dan
menyepelekan Jokowi sebagai presidennya sendiri.
Puja
puji dan sanjungan terhadap kedua tokoh Turki tersebut tak hanya
dilakukan oleh masyarakat biasa. Beberapa tokoh dan politisi yang berada
dalam barisan oposisi juga sering kali melakukan. Anies Baswedan dan
beberapa politisi PKS adalah yang paling sering kedapatan mengungkap
pujiannya ke publik. Mereka tak segan membandingkan Erdogan yang
dianggap hebat dengan Jokowi yang kehebatannya sama sekali tak mereka
anggap.
Adanya
penangkapan Harun Yahya oleh Polisi Turki dengan kasus-kasus besar yang
menyertai itu menyisakan pertanyaan besar, karena baik Erdogan maupun
Harun Yahya yang merupakan Presiden dan Ilmuwan serta Cendekiawan adalah
junjungan kaum bumi datar. Lalu apa sebenarnya yang terjadi pada kedua
tokoh besar Turki dan cara pandang orang-orang yang meyakini teori bumi
datar tersebut?
Pertama
yang cukup nampak dipermukaan adalah latar belakang seorang Erdogan
yang berasal dari kelompok Ikhwanul Muslimin. Karena itulah jangan heran
jika presiden Turki tersebut dikagumi oleh sebagian masyarakat
Indonesia yang juga berafiliasi kepada jaringan IM di Indonesia seperti
eks HTI dan PKS.
Berikutnya
adalah sosok Harun Yahya. Yang cukup jelas di permukaan adalah karena
Yahya sering menarasikan adanya kebangkitan Islam dunia dengan
logika-logika yang dimainkannya. Yahya bahkan sempat memuji Islam
Indonesia sebagai kekuatan terbesar yang akan menguasai Asia. Belum lagi
narasi-narasi lainnya yang kerap dipublikasikan seperti kebencian pada
Yahudi, Freemason, dan kelompok non Muslim lainnya. Hal ini tentu
sejalan dengan pernyataan-pernyataan publik kelompok pemujanya yang ada
di Indonesia.
Selain
alasan tersebut di atas, teori yang menentang teori Evolusi Darwin
tentu mendatangkan simpati Muslim pemujanya di Indonesia. Bagaimanapun,
Harun Yahya dikenal sebagai tokoh Muslim, dan yang ditentang adalah
teori dari seorang ilmuwan non Muslim. Pola pemikiran yang demikian
sepertinya tidak asing lagi digunakan oleh mereka, kaum bumi datar
pemuja Erdogan dan Harun Yahya.
Lepas
dari para pemuja Erdogan dan Harun Yahya di negara kita. Secara pribadi
saya menaruh curiga pada langkah Erdogan yang baru saja dilantik
kembali menjadi presiden dengan menangkap Harun Yahya yang notabene
dikagumi dan memiliki banyak pengikut. Karena jika mengacu pada kasus
yang disangkakan bukanlah hal baru yang melekat pada sosok Yahya.
Kasus-kasus yang dituduhkan sekarang sudah sering diberitakan di media
sebelumnya.
Saya
mencurigai adanya pergeseran afiliasi politik dalam dunia Islam.
Erdogan dan pemerintahannya yang semula terstigma sebagai pendukung
gerakan Islam transnasional yang dimotori oleh Ikhwanul Muslimin (IM)
perlahan akan menghapus stigma tersebut dengan melakukan penangkapan
Harun Yahya yang notabene juga didukung oleh IM.
Jika
kecurigaan ini benar, tentu saja sikap Erdogan tersebut dipengaruhi
oleh sikap politik negara-negara Islam lainnya yang mulai cuci tangan
atas andil mereka mendukung IM dengan gerakan terorisme global seperti
sebelumnya dilakukan pemerintah Saudi. Dan kabar gembiranya adalah,
fenomena tersebut menandakan adanya dominasi kelompok muslim yang lebih
mengedepankan perdamaian dalam dunia Islam.
Pertanyaan berikutnya adalah, apakah ada hubungannya dengan Islam Nusantara yang mulai mendunia?
Sementara
belum ada yang secara gamblang menjawab benar atau tidaknya. Tetapi
harapan dari beberapa tokoh atau ulama dunia sudah mulai diungkapkan ke
publik. Mereka tentu mewakili warga Muslim di masing-masing negaranya
yang menganggap konsep Islam Nusantara mampu mengaplikasikan Islam yang
rahmatan lil alamin di muka bumi.
Link sumber:
https://dunia.tempo.co/read/1105856/penulis-kontroversial-harun-yahya-ditangkap-kepolisian-turki#SYCSwlo5SPs0fkWj.41
https://kumparan.com/ahmad-romadoni/anies-puji-erdogan-sebagai-pemimpin-yang-beri-solusi-kepada-warga
https://www.jpnn.com/news/mardani-pks-erdogan-dicintai-karena-membangun-ekonomi
https://kumparan.com/muhamad-iqbal/pks-kagum-anies-diterima-erdogan-tak-perlu-dibandingkan-dengan-jokowi
http://www.suaraislam.co/astaghfirullah-harun-yahya-dipuja-kaum-bumi-datar-terlibat-skandal-dan-pesta-seks-serta-pemerasan/
http://id.harunyahya.com/id/Artikel/9795/masyarakat-indonesian-menganggap-harun-yahya#.W0culVy7Bgk.whatsapp
Sumber Utama : https://seword.com/umum/erdogan-presiden-pujaan-anies-dan-pks-tangkap-harun-yahya-cendekiawan-junjungan-kaum-bumi-datar-ada-apa-Skbh-yHXm
Analisa Harun Yahya, Rizieq Versi Turki yang Jatuh ke Kasus Asusila?
Fenomena
pemuka agama dadakan sudah menjamur di negeri ini sejak lama. Saat
itulah, orang-orang kontroversial semacam Adnan Oktar (pemilik korporasi
Harun Yahya) dan Zakir Naik jadi idola baru. Dalam negeri sendiri, tak
kalah sesatnya dengan menjadikan Rizieq, Felix Siauw, Jonru, dan lainnya
sebagai panutan. Kalau dianalisa mendalam, ditemukan sedikit banyak
kesamaan dari fenomenan ini. Semua menjadikan agama versi mer3ka sebagai
pembenaran semua tindakan, ucapan maupun buah pemikiran.
Siapa
yang dirugikan? Tentunya generasi muda atau orang-orang awam yang
sedang belajar agama. Fenomena hijrah disalah artikan dengan berguru
pada orang yang salah. Akibatnya kalau sebelum hijrah mereka mengaku
pendosa, setelah hijrah malah jadi auto ahli surga dengan mengkafirkan
sesama. Mari kita analisa perjalanan Adnan Oktar hingga akhirnya divonis
kasus pemerkosaan dan diganjar penjara 1000 tahun.
Harum
Yahya sebenarnya bukan nama orang seperti yang kita kenal, melainkan
nama sebuah korporasi yang juga jadi nama pena. Karyanya sangat terkenal
di Indonesia. Saya sendiri sempat terkagum setelah dipinjami teman
kuliah yang gemar ikut kajian. Tapi kalau dibaca secara mendalam, justru
bisa jadi menyesatkan. Adnan Oktar sebagai pendiri korporasi Harun
Yahya sendiri nyatanya tak memiliki latar belakang agama. Dirinya hanya
sebatas belahar agama saat di SMA.
Sedang
pendidikan lanjutannya di kuliah mengambil desain interior. Lalu
diteruskan bidang sejarah yang tak pernah diselesaikan. Lantaran
kepiawaiannya, Adnan berhasil menyatukan para akademisi di Turki untuk
menuangkan pemikiran sains untuk kemudian dihubungkan dengan Al Qur'an.
Padahal kitab suci adalag sesuatu yang final, berbeda jauh dengan ilmu
pengetahuan yang terus mengalami perubahan dan perkembangan.
Membantah
teori Darwin, juga harus dilakukan secara ilmiah lewat penelitian
konsisten diserati bukti-bukti saintifik. Berbeda dangan karya Harun
Yahya yang menjadikan Al Qur'an sebagai sumber bantahan. Mungkin banyak
orang terpana awal mula membaca teori-teorinya, tapi akhrinya semua itu
hanya tipu-tipu Adnan Oktar saja. Dengan membenturkan agama dan sains,
dirinya jadi kontroversial dan meraup keuntungan.
Persis
kelakuan ustadz-ustadz dadakan yang kerap membenturkan agama dan
ideologi bangsa kita. Padahal sudah ada meneri agama, lembaga MUI hingga
ormas-ormas besar seperti NU dan Muhammadiyah. Apakah HTI, FPI,
ikhwanul muslimin dan sejenisnya merasa lebih tahu soal agama?
Kesombongan mereka inilah yang akhirnya membawa pada kesesatan.
Sebenarnya Al Qur'an sudah memperingatkan agar jangan sampai menjual
agama dengan harga yang murah. Maksudnya adalah jangan sampai membargain
isi kitab suci dengan sains, politik yang menurunkan derajat kitab suci
itu sendiri.
Kembali
pada Adnan Oktar dengan berbagai karyanya seperti "Keajaiban Penciptaan
Manusia", "Agama Darwinisme", "Atlas Ensiclopedia" dan sebagainya. Kita
akui orang ini memiliki kecerdasaan sama halnya Zakir Naik, sayang
kecerdasannya digunakan tidak sesuai tempatnya. Alih-alih mencerdaskan
orang-orang sekitarnya, mereka malah menyesatkan banyak orang melalui
argumen pribadinya. Seperti juga Rizieq yang kerap berkata-kata kotor
dan menyalahartikan jihad.
Di
jaman walisongo juga ada sosok serupa yang disebut Syehk Siti Jenar.
Dirinya akhirnya dihukum mati lantaran menyebarkan ajaran sesat. Kini
orang-orang yang serupa bermunculan dalam berbagai bentuk. Ada yang
membentuk korporasi Harun Yahya seperti yang dilakukan Adnan Oktar. Ada
yang membentuk ormas radikal yang kini dibuabrkan seperti Rizieq. Ada
juga yang berupa penceramah-penceramah baru yany merasa lebih pintar
dari ulama sesungguhnya.
Kalau
melihat twitter ustadz Maheer, orang ini memiliki suara yang sangat
merdu saat mengumandangkan adzan, melafalkan kitab suci atau memimpin
sholat. Sayangnya itu semua tak diimbangi akhlak yang baik hingga berani
menghina Habib Lutfi yang jauh lebih alim dari dirinya. Mungkin
perbandingan ilmu Habib Lutfi adalah seluas samudera dibanding ilmu
agama Maheer yang hanya setetes air. Tapi kesombongannya membuatnya ujub
dan justru merendahkan orang yang jauh berilmu ketimbang dirinya.
Kalau
memang benar FPI pembela agama Tuhan, kenapa imam besarnya tak
diselamatkan Tuhan saat hendak divonis 16 tahun penjara dari 2 kasus
yang menjeratnya? Begitu juga Maheer yang mengaku pembela ulama dan
habaib hingga menghina artis perempuan dengan sebutan lonte. Kalau
mereka benar, lantas kenapa Tuhan tak menyelamatkan mereka? Atau
jangan-jangan selama ini mereka telah mengambil jalan sesat seperti
halnya Adnan Oktar.
Akhrinya
yang paling sengsara adalah para pengikutnya yang meminta dibimbing ke
jalan Tuhan. Bagaimana pemilik Harun yahya bisa membimbing kalau dirinya
sendiri jatuh dalam kubangan dosa dan memperkosa wanita. Bagaimana
Rizieq bisa membimbing kalau dirinya sendiri doyan zina lewat chat
mesum? Termasuk ustadz-ustadz gadungan lain yang doyan poligami dan tak
jujur pada istrinya. Tanyakan pada hari nurani, apakah mereka yang
membimbing ke jalan Tuhan ataukah jalan kesesatan?
Referensi:
https://www.nu.or.id/post/read/104216/membuka-topeng-harun-yahya
Sumber Utama : https://seword.com/umum/analisa-harun-yahya-rizieq-versi-turki-yang-jatuh-Qv3QdSzG7i
Menyanjung Harun Yahya Sembari Melupakan Abdus Salam
Saya
masih ingat ketika duduk di bangku kuliah antara tahun 2000 hingga
2002. Kebetulan saya berkuliah di salah satu perguruan tinggi Islam di
kota Bandung. Pada masa itu, fenomena Harun Yahya ditanggapi dengan
gegap gempita dan euforia. Sepertinya aktivis-aktivis Islam pada masa
itu seakan-akan mendapat suntikan tenaga dengan kehadiran Ilmuwan asal
Turki tersebut.
Bisa
dikatakan kehadiran Harun Yahya dianggap sebagai “oase” di tengah
gersangnya keilmuan di dunia Islam. Coba saja kalau kita memperhatikan,
jika membicarakan cendekiawan dan ilmuwan muslim, kita akan mendapatkan
jawaban yang sama saja. Selalu berputar pada tokoh itu-itu saja, tanpa
pernah mendapatkan referensi yang lebih fresh atau segar.
Cerita
masa lalu terus saja diputar, seperti kaset usang yang diulang-ulang.
Mereka membanggakan bagaimana dahulu umat Islam pernah memiliki
tokoh-tokoh semacam Al-Farabi, Al-Kindi, Ibnu Rusyd, Khawarizmi dan
lainnya. Mereka membanggakan bagaimana Ibnu Sina yang di Barat disebut “Avicenna”
dijuluki sebagai “Bapak Kedokteran Modern.” Tapi belakangan karena
konflik Sunni-Syiah, tokoh Ibnu Sina sendiri dikafirkan oleh sebagian
kalangan karena dianggap menganut Syiah.
Lantas,
ketika ditanyakan siapa yang menjadi rujukan ilmuwan serta cendekiawan
muslim masa kini, mereka pun berpikir lama, mencoba mencari-cari tapi
tak kunjung ketemu. Itulah gambaran sekilas kondisi keilmuwan dan sains
di dunia Islam dewasa ini. Stagnan mungkin kosakata yang tepat untuk
menggambarkannya. Dus, jika diukur dari zaman kejayaan Islam, yang
ditandai dengan hadirnya tokoh-tokoh yang saya sebut di atas, maka
sesungguhnya zaman sekarang adalah zaman dekadensi alias kemunduran.
Kemunduran karena tidak banyak ilmuwan muslim yang muncul ke permukaan
dan berpengaruh dalam bidang sains dan teknologi.
Nah, tiba-tiba saja mencuat ke permukaan nama Harun Yahya. Salah satu karyanya yang pernah saya baca berjudul “Keruntuhan Teori Evolusi"
Respon spontan yang saya tangkap pada waktu itu diwakili satu kata :
Heboh ! Umat Islam –khususnya di tanah air- seakan bangun dari tidur
panjang. Memang jika dicermati, Harun Yahya memakai teknik marketing
yang menakjubkan. Buku-bukunya dikemas dengan sangat luks, kertasnya
tebal sehingga mengesankan bukan buku murahan. Meski dengan harga yang
cukup mahal, buku-bukunya laris manis bak kacang goreng !
Sebagian
aktivis Islam kemudian berbangga diri, inilah kebangkitan umat, kata
mereka. Telah muncul seorang ilmuwan muslim yang kehadirannya sudah lama
ditunggu-tunggu. Karya-karyanya dianggap sebagai “panasea” terhadap
kelesuan kelimuwan umat Islam. Buku-buku Harun yahya adalah jawaban yang
tepat untuk meng-counter hegemoni Darwinisme yang –katanya- menggerus
aqidah.
Namun,
siapa sesungguhnya Harun Yahya ? Harun Yahya telah menulis lebih dari
200 buku, dan telah diterjemahkan ke dalam 17 bahasa. Di Indonesia
sendiri buku-buku dan VCD-nya laris manis dan “best seller.”
Harun Yahya adalah nama samaran. Adnan Octar-lah nama sesungguhnya.
Pria kelahiran Turki ini sengaja memakai nama Harun Yahya, untuk
mengenang nama 2 nabi, yakni Harun dan Yahya. Dua orang nabi yang
berjuang mengatasi redupnya keimanan.
Diceritakan
bahwa semenjak kecil Ia tertarik untuk membela agamanya, di tengah arus
sekularisasi Turki yang berusaha menjauhkan agama dari ranah publik.
Motivasi inilah yang membuatnya tergerak membuat ratusan judul buku dan
puluhan video untuk meng-counter hegemoni keilmuan Barat. Keilmuan yang
bercirikan filsafat materialisme karena berpijak sepenuhnya pada teori
Evolusi Darwin.
Sebagai
penulis produktif, jumlah buku yang berhasil diterbitkan Harun Yahya
sungguh luar biasa. Di tanah air sendiri, pengagum atau fansnya lumayan
banyak. Selain dikagumi, Octar, yang pernah menjadi mahasiswa Fakultas
Sastra Universitas Mimar Sinan, Istanbul, dan Fakultas Filsafat
Universitas Istanbul namun tidak pernah menyelesaikan studi di kedua
tempat tersebut juga banyak menuai kritik.
Kedoknya
mulai terbuka perlahan-lahan, di tanah air sendiri sosok Harun Yahya
mulai dipertanyakan. Prof.Dr.Teuku Jacob (alm), penemu fosil di
Sangiran, guru besar Paleoantropologi Fakultas Kedokteran Universitas
Gadjah Mada menyebut Harun Yahya bukanlah orang yang ahli di bidang
evolusi. Menurut Jacob, Harun Yahya sebetulnya mengambil saja
kreasionisme yang penuh ramai di California, dari kalangan Kristen
penentang Teori evolusi Darwin.
Pendapat
senada kita dengar dari Haidar Bagir, pendiri dan direktur utama
Penerbit Mizan, Bandung. Menurutnya fenomena Harun Yahya ini positif,
namun ada yang mengkhawatirkan. Ia (Harun Yahya) sangat negatif bahkan
menihilkan Teori evolusi Darwin. Bahkan Harun Yahya mencoba meruntuhkan
teori ini dengan alasan teori itu ateistik, marxis, kapitalis (Panjimas,
Mei 2003 hal.25).
Bagi
para pengkritiknya, isi buku-buku Harun Yahya bukanlah temuannya
sendiri. Tak ada hal baru di dalamnya. Buku tersebut tak lebih dari
kumpulan apologi yang dibalut klaim-klaim agama untuk menolak teori
Darwin. Belum lagi soal kait mengaitkannya teori Darwin dengan
Komunisme, Liberalisme, Fasisme serta isme-isme lain yang sesungguhnya
saling bertolak belakang. Intinya, tidak ada hal positif pun yang
dilihat Harun Yahya dari peradaban Barat.
Lantas,
bagaimana sikap para fans atau pengagumnya ketika Adnan Octar atau Harun
Yahya ditangkap oleh otoritas Turki baru-baru ini ? Tentu seperti
diceritakan dalam riwayat hidupnya, penangkapan terhadapnya bukanlah
kali pertama. Tapi penangkapan kali ini kelihatannya telak. Octar dan
para pengikutnya dijerat lebih dari 30 dakwaan pidana, mulai dari
membentuk geng kriminal, melakukan penipuan, pengemplangan pajak hingga
serangan seksual (detik.com, 24 Juli 2018).
Yang
mengagetkan adalah tentang gaya hidup Harun Yahya. Tidak seperti yang
selama ini digembar-gemborkan sebagai ilmuwan muslim. Kehidupannya yang
serba glamour dan dikelilingi perempuan cantik yang disebutnya “kittens”
mencuat ke permukaan. Yang lebih nyeleneh adalah pandangannya mengenai
bikini sebagai penutup Islami dan vodka yang dianggapnya halal.
Berita
paling anyar tentang Harun Yahya mungkin lebih mengejutkan para
fans-nya, khususnya di Indonesia. Hakim di Turki memvonis Harun bersalah
dan mengganjarnya dengan hukuman yang luar biasa, 1.075 tahun penjara !
Hukuman ini dijatuhkan karena Harun terbukti bersalah dalam kejahatan
seksual !
Menurut
Bloomberg, pengadilan di Istanbul, Turki menyebutkan kejahatan yang
dituduhkan ke Yahya mencakup serangan seksual, pelecehan seksual
terhadap anak di bawah umur, penipuan, dan upaya melakukan mata-mata
politik dan militer (kumparan.com).
Nah,
sekarang kita membandingkan tokoh lainnya. Ia adalah Abdus Salam.
Netflix mengangkat tokoh ini dalam salah satu film dokumenternya.
Platform streaming film ini sudah dirilis pada 1 Oktober 2019 lalu.
Disutradarai oleh sutradara film yang berbasis di Brooklyn Anand
Kamalakar dan diproduksi di bawah bendera Kailoola Productions, film
dokumenter panjang itu berkisar pada kehidupan yang luar biasa dari
fisikawan Pakistan, Dr Abdus Salam.
Namun
siapakah Ia ? Abdus Salam adalah Ilmuwan muslim yang cenderung sepi
dari pemberitaan. Umat Islam seakan lupa –atau bahkan sengaja ?-
melupakan tokoh satu ini. Abdus Salam memang tidak membuat karyanya
dengan visual yang hebat. Tidak mengemas bukunya dengan kertas dan
sampul yang luks, tapi kecerdasannya diakui dunia. Pengakuan yang
membuatnya diganjar penghargaan Nobel di bidang Fisika pada 1979 lalu.
Nobel pertama di bidang Fisika untuk seorang muslim ! Hingga sekarang
tidak banyak tokoh Islam yang mendapatkan penghargaan prestisius seperti
Nobel, namun salah satunya didapatkan oleh Abdus Salam !
Siapakah
Dia ? Mohammad Abdus Salam (alm) lahir pada 29 Januari 1926 di Jhang,
Punjab, daerah pendudukan Inggris India. Ia ilmuwan yang menekuni “theoretical physics.”
Bersama Sheldon Glashow dan Steven Weinberg, Abdus Salam menemukan
teori apa yang disebut “Electroweak” pada 1968, yang kelak oleh panitia
Nobel dianggap temuan penting, membantu umat manusia memahami jagat
raya. Karya ilmiahnya yang diterbitkan berjumlah tidak kurang dari 200
buah.
Selain
Nobel, Salam mendapat anugerah atau puluhan penghargaan lainnya dari
seantero dunia karena kontribusinya itu. Yang menarik, Salam pernah
berpidato di depan para Ilmuwan, tokoh masyarakat pada Simposium
Universitas Perserikatan Bangsa-Bangsa di Kuwait (tahun 1981). Pidatonya
ini kemudian dibukukan menjadi sebuah buku tipis yang berjudul “Sains dan Dunia Islam.”
Pidato
Salam yang sudah dibukukan itu -seperti ditulis oleh Prof. Dr. Achmad
Baiquni sebagai pengantarnya- lebih menyerupai jeritan hati nurani
seorang Muslim, Ilmuwan berkaliber besar yang melihat terlantarnya sains
dalam kondisi yang sangat menyedihkan di lingkungan umat Islam.
Salam
menyoroti mundurnya riset dan sains di dunia Islam. Padahal, seperti
dikutip Salam, George Sarton, dalam karya monumentalnya, Sejarah Sains,
pernah menyebut bahwa selama 3 abad lebih, yakni dari tahun 750 hingga
1100 masehi, ilmuwan dunia adalah orang-orang muslim yang tokoh-tokohnya
penulis rincikan di awal paragraf.
Lesunya
sains Islam-menurut Salam-karena umat Islam sendiri melupakan Firman
Allah dalam Al-Qur’an. Padahal menurut Salam, seperdelapan atau sekitar
750 ayat dalam Al-Qur’an, menyuruh umat Islam untuk mempelajari alam
semesta, untuk berpikir, untuk menggunakan nalar sebaik-baiknya, dan
menjadikan kegiatan ilmiah sebagai bagian tak terpisahkan dari kehidupan
umat (hal.16).
Dalam
pidatonya yang singkat itu, Salam pun memberikan petunjuk praktis
bagaimana menghidupkan kembali sains di dunia Islam. Sayang, tiga
dasawarsa berlalu, petunjuk tersebut belum dijalankan oleh negara-negara
Islam lainnya. Dan sangat disayangkan pula, Abdus Salam sendiri
diabaikan dan kurang dihargai di negara-negara muslim lantaran Ia adalah
seorang Ahmadi (anggota Ahmadiyah). Sebuah kelompok yang sering
mendapat persekusi dan tuduhan sesat dari kelompok Islam lainnya.
Abdus
Salam wafat pada 21 November 1996. Di batu nisan Salam, yang terletak
di Kota Rabwah, Pakistan, tadinya tertulis bahwa dia adalah Penerima
Nobel Muslim pertama. Hingga pemerintah lokal memerintahkan untuk
menggosok bersih kata 'Muslim'. Sungguh ironis !
Referensi :
Panjimas, Mei 2003. No.12 Tahun I.
https://news.detik.com/internasional/d-4130578/diinterogasi-harun-yahya-sebut-bikini-penutup-islami-dan-vodka-halal
https://kumparan.com/kumparansains/mengenal-harun-yahya-ilmuwan-yang-dipenjara-karena-skandal-seks-1uxiJs68NV1
https://www.islampos.com/netflix-garap-film-dokumenter-ungkap-kisah-ilmuwan-muslim-asal-pakistan-yang-terlupakan-168223/
Salam, Abdus. 1983. Sains dan Dunia Islam. Bandung : Pustaka
https://www.bbc.com/indonesia/vert-cul-50285577
Sumber Utama : https://seword.com/politik/menyanjung-harun-yahya-sembari-melupakan-abdus-ZBPMyjkKul
Rizieq Dkk Minta Ahok dan Raffi Dihukum, Berarti Anies, Riza dan Pengikut FPI Juga?
Berbicara
soal keadilan hukum, rasanya sejauh ini pemerintah dan aparat sudah
bertindak secara profesional. Ahok yang dianggap menodai agama tetap
dihukum mesti sudah berulang kali meminta maaf. Begitu juga kasus
pelanggaran protokol kesehatan yang menimpa pentolan FPI juga ditindak
meski Rizieq sempat meminta maaf. Masalahnya saat ini ia lupa kalau pada
kasusnya yang dihukum adalah panitia atau penyelenggara acara.
Begitu
juga kasus kerumunan yang kini viral didatangi oleh Raffi Ahmad, Ahok
beserta artis papan atas. Aparat jelas akan menindak tegas penyelenggara
acara yakni seseorang yang diketahui berprofesi sebagai pembalap.
Namun, kini Rizieq dan pengacaranya justru mempermasalahkan Ahok dan
Raffi yang hanya tamu undangan. Soal aturan protokol kesehatan yang
dilabrak. Harusnya kalau bicara keadilan, Anies yang mendatangi rumahnya
saat subuh dan Riza Patria yang ikut hadir di acara maulid juga kena
beserta pengikut FPI.
Seperti dilansir wartaekonomi.com,
kuasa Hukum Habib Rizieq Shihab, Aziz Yanuar meminta pemerintah untuk
adil dengan mengusut tuntas terkait kerumunan Artis Raffi Ahmad, yang
berpesta tanpa protokol kesehatan usai menerima vaksinasi di Istana,
Rabu (13/1) paginya.
Ia
menyatakan bahwa seharusnya orang-orang yang terlibat dalam kerumunan
Raffi Ahmad itu juga diproses hukum seperti halnya Habib Rizieq Shihab.
"Harusnya
hukum berlaku sama baik untuk HRS dan warga negara lain, untuk buktikan
Indonesia negara hukum. Bukan negara kesewenang-wenangan," katanya.
"Ini penegakan hukum diskriminatif dan tak berkeadilan nyata terang benderang," tegasnya.
Harusnya
sebelum teriak keadilan, mereka mengaca dulu perjalanan kasus mereka
sendiri seperti apa. Kalau semua yang terlibat kerumunan ditindak, tak
hanya Rizieq, mungkin Munarman, Novel Bamukmin dan semua pengikut FPI
sudah mendekam di penjara saat ini. Termasuk istri Rizieq,
puteri-puterinya yang terlibat pesta pernikahan. Begitu juga dengan
pujaannya yang kini duduk di DKI 1 dan 2.
Apakah
Rizieq siap memenuhi penjara dengan mereka semua? Kita saksikan apa
pengacaranya masih berani bicara keadilan. Termasuk Mustafa Nara yang
mengatakan hukjman Ahok dan Rizieq lebih berat karena dilakukan saat
PSBB diperketat. Sedang Rizieq membuat kerumunan saat PSBB transisi. Apa
Mustafa yakin aparat menindak semua yang terlibat dalam acara atau yang
menyelenggarakan saja? Sebelum Ahok dan Rafi ditindak, semua yang ikut
di kerumunan Rizieq mulai dari bandara, Petamburan hingga Bogor juga
diperiksa.
Di
sana juga ada artis pendukung Rizieq yang ketahuan mendatanginya.
Padahal menurut aturan, Rizieq yang barusan datang dari luar negeri
harus karantina mandiri selama 14 hari. Ada juga foto Fadli Zon, Tengku
Zulkarnain di sana. Andaikan Ahok dan Raffi harus dikorbankan, siapkah
kubu mereka kehilangan ribuan orang dan tokoh-tokoh pujaannya? Kalau
kasus ini dibesarkan terus dengan menuntut Ahok. Maka dengan dan atas
nama keadilan yang sama, semua yang terlibat dalam kerumunan Rizieq
harus diperiksa dan diadili.
Seperti diberitakan merdeka.com,
Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan menemui Pimpinan Front Pembela
Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab pada Selasa malam (10/11). Anies
mendatangi rumah Rizieq di Jalan Petamburan III, Jakarta Barat.
Pertemuan Anies dan Rizieq diketahui dari foto yang diunggah oleh Wakil
Sekretaris Jenderal Majelis Ulama Indonesia (MUI) Tengku Zulkarnain.
Dia mengunggah foto pertemuan tersebut di akun Instagram-nya pada Selasa malam sekitar pukul 23.00 WIB.
Pertemuan
empat sahabat, tiada yang lebih menggembirakan daripada bertemu dengan
sahabat," dikutip dari instagram @tengkuzulkarnain.id.
Dalam
foto tersebut, Anies duduk di sebelah kanan Rizieq. Sementara itu, di
sebelah kiri Rizieq, ada Tengku Zulkarnain dan di foto paling kanan
adalah menantu Rizieq, Hanif Al-Athos.
Anies
terlihat mengenakan setelan jas dan celana hitam serta peci. Sementara
yang lainnya mengenakan setelan serba putih dan semuanya mengenakan
masker.
Pertemuan Anies dan Rizieq ini awalnya direncanakan pada Rabu (11/11) pagi. Namun ternyata Anies memajukan jadwalnya.
Akhirnya
jangan sampai hukum ini jadi memberatkan pihak yang dirasa
berseberangan, terutama soal pandangan politik. Kita tak membenarkan
acara kerumunan oleh siapapun. Tapi acuan hukuman juga harus seusai
undang-undang yang berlaku. Jika tertulis yang bertanggung jawab pada
penyelenggara acara ya itulah dasar hukumnya. Jangan karena tak suka
Ahok dan membandingkan nasibnya dengan Rizieq lantaran memaksanya untuk
dihukum. Mereka harus ingat betapa nelangsanya Ahok dulu saat dipenjara,
kalah pilkada hingga rumah tangganya juga ikut pecah. Jangan samkan
kondisinya yang terlihat senang saat ini, padahal waktu itu Rizieq
enak-enakan melancong di Arab Saudi.
Begitulah kura-kura
Referensi:
https://www.google.com/amp/s/amp.wartaekonomi.co.id/berita322832/ahok-ketahuan-pesta-bareng-raffi-ahmad-pengacara-habib-rizieq-teriak-teriak
https://m.merdeka.com/jakarta/anies-baswedan-sambangi-rumah-rizieq-turut-hadir-tengku-zulkarnain.html
Sumber Utama : https://seword.com/politik/rizieq-dkk-minta-ahok-dan-raffi-dihukum-berarti-BqpnJToLE7
Pentingnya Komunikasi Protokol Kesehatan Oleh Aparat dan Pemerintah!
Hingga
saat ini, jujur saja banyak masyarakat yang tak tahu dan tak mengenal
batasan protokol kesehatan. Kemarin heboh foto Raffi Ahmad dan salah
satu pejabat BUMN berpesta usai divaksin. Hari ini muncul foto Ariel
dikerumuni tenaga kesehatan sehabis vaksin (meski semuanya bermasker).
Kalau publik figur dan tenaga medis saja tak bisa menerapkan protokol
kesehatan, lantas bagaimana dengan masyarakat awam? Apalagi soal denda,
pidana dan sebagainya yang sering simpang siur diartikan.
Secara
pribadi saya tak meragukan ikhtiar pemerintah dan aparat sejauh ini.
Selama hampir setahun, pemerintah telah menggelontorkan begitu banyak
subsidi dan bansos hingga menggratiskan vaksin. Begitu juga aparat yang
terus mengawal aturan protokol kesehatan di lapangan. Mereka juga harus
mematuhi undang-undang terkait PSBB yang diterapkan di wilayah yang
berbeda-beda. Andai saja ada komunikasi baik yang mengawal ikhtiar kita
semua, tentu kejadian pelanggaran terkait protokol kesehatan tak terus
menjadi isu yang mencemaskan.
Alih-alih
berpikir positif, optimis dan menjaga hidup sehat, masyarakat malah
disibukkan dengan menghujat sana sini. Aparat pun juga begitu, di
samping bekerja keras mengawal protokol kesehatan, mereka masih
disibukkan untuk menindak para pelanggar dan memproses laporan. Kalau
hal ini terjadi terus menerus, kapan negara ini bersatu melawan Covid
19? Kalau bukan terkena corona, bisa-bisa masyarakat di bawah kena
sanksi denda hingga pidana yang juga sama-sama menyengsarakan akibat
abai atau tak tahu dengan aturan yang berlaku.
Saran
saya, harusnya ada komunikasi terpusat yang diambil alih Menkominfo.
Dalam hal sosialisai, silahkan melibatkan influencer atau artis. Bukan
malah mengendorse artis untuk vaksin yang ternyata tak paham apa itu 3M.
Tugas komunikasi ini penting karena dari sini ada tidaknya kegaduhan
bisa diredam. Jangan sampai sudah selesai acara baru koar-koar diproses
dan sebagainya. Memberi vaksin pada artis jelas kesalahan pemerintah
karena dampaknya bukan sosialisasi, malah kegaduhan di sana sini.
Kini
kabarnya semua yang terkait di pesta yang didatangi Raffi akan
diperiksa untuk klarifikasi. Ini belum tuntutan dari David ke Raffi
terkait tak memakai masker. Dari kemarin media massa seperti twitter
disibukkan dengan cuitan menyerang Ahok dan Raffi Ahmad. Trending
#TangkapAhokdanRaffi pun menjadi viral dan permintaan untuk menghukum
berat keduanya. Kalau sudah begini akhirnya pemrrintah dan aparat juga
yang susah. Di mana tim komunikasi istana? Kenapa tak mewanti-wanti
Raffi untuk menguindari kerumunan sementara waktu. Begitu juga dengan
Ahok yang mau saja diundabg pesta, mesti dalam fotonya ia bermasker.
Kalau
mereka dituntut untuk diproses, maka kerumunan penjebutan Rizieq di
bandara, pesta di petamburan hingg perayaan maulid di Bogor juga harus
diproses. Tak hanya Rizieq sebagai penyelenggar, tapi semua yang hadir.
Karena Ahok dan Raffi juga bukan penyelenggara pesta. Sebelum mereka
dipaksa menerima hukuman pidana, terlebih dahulu para mantan FPI, Anies,
Riza, Zulkarnain, Munarman, Sobri Lubis dkk juga harus dipidana
terlebuh dahulu.
Akhirnya
kembali lagi pada pemerintah dan aparat. Apakah membabi buta menerapkan
hukum tanpa sosialisasi nyata dan menyeluruh, atau memperbaiki
komunikasi. Kalau memang hajatan, pesta dan sebagainya dilarang. Maka
segera buatkan aturan pelarangan di semua wilayah, baik yang PSBB atau
tidak. Karena terkadang masyarakat tak mengerti ada tidaknya jadwal PSBB
di wilayahnya.
Dan
juga sebenarnya kasus pesta yang dihadiri Raffi hanya pas kebetulan
apesnya saja. Andai Anya waktu itu tak mengupload pesta mereka di insta
story, tak akan ada masyarakat yang tahu hingga viral. Tak akan tindakan
dari aparat hingga mungkin berujung pidana bagi penyelenggara acara.
Kasus ini besat lantaran viral, dihadiri publik figur dan momennya pas
setelah heboh suntik vaksin pertama. Jadi klop sekali kalau beritanya
langsung viral dan menyambar semua media massa.
Padahal
kalau diperhatikan, di daerah-daerah bahkan kota, masih ada yang
menggelar hajatan nikah. Meski statusnya tidak PSBB, tapi tak berapa
lama darrha tersebut terkena PSBB ketat. Bayangkan orang awam yang tahu
tetangganya baik-baik saja menggelar pesta, dirinya juga berpikir tak
akan terkena kasus. Terlepas daerahnya mau PSBB atau tidak. Lain halnya
kalau ada aturan pasti melarang semua kegiatan yang berpotensi
menimbulkan kerumunan. Mulai dari larangan pesta nikah, reuni teman atau
keluarga hingga membuat aturan makan di bawa pulang.
Karena
jelas saja warung-warung kecil tak punya fasilitas seperti McD atau
KFC. Mereka tak bisa membuat garis silang antar tempat duduk atau
memberi hand sanitizer dan melakukan penyemprotan berkala. Apalagi ada
banyak warung makanan lesehan yang jelas tak ada aturan social
distancing. Harusnya kalau mereka ditertibkan, sekalian semua harus
memberlakukan makan dibawa pulang. Terkait jam malam juga, bagaimana
untuk kontrol di daerah gang-gang sempit. Harusnya ada koordinasi dengan
RT RW setempat.
Semiga
kita semua berhasil melewati pendemi ini dan ekonomi kembali normal.
Sebagai rakyat kita hanya bisa memberi masukan sembari menunggu langkah
kkngkrit pemerintah. Sudeh habis energi kita untuk melawan pandemi ini
dan menggerakkan ekonomi. Jangan ditambah lagi dengan komunikasi
amburadul dan tak terarah. Lebih baik terlambat memperbaiki daripada
tidak sama sekali.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/pentingnya-komunikasi-protokol-kesehatan-oleh-J7voqYefhQ
Saatnya Indonesia Menang Lawan Covid-19
Sudah
hampir satu tahun pandemi covid-19 menghantui Indonesia. Hampir seluruh
wilayah di Indonesia sudah terdapat kasus positif covid-19. Hingga
Kamis, 14 Januari 2021, ada 869.600 orang positif covid-19, 711.205
orang sembuh, dan 25.246 orang meninggal. Sekedar tambahan, mayoritas
pasien yang meninggal adalah mereka yang sudah berusia lanjut (secara
imunitas sudah lemah), serta mereka yang memiliki penyakit berat bawaan
atau penyerta (kormobid).
Selain
itu, tanpa meninggalkan rasa duka dan bela sungkawa terhadap orang yang
meninggal karena covid-19, ternyata menurut data yang saya peroleh,
sekitar dua ratus ribu lebih penduduk Indonesia meninggal setiap tahun
karena rokok. Angka ini tentu sangat jauh lebih tinggi dibanding kasus
kematian di Indonesia yang disebabkan covid-19. Artinya covid-19 bukan
satu-satunya ancaman. Masih banyak hal lain yang ikut menyumbang kasus
kematian yang jauh lebih besar.
Sudah
cukup lama kita mengenal dan hidup berdampingan dengan covid-19.
Setidaknya kita sudah punya pengalaman cukup untuk menghadapinya
dibanding di awal pandemi. Jangan sampai kita kembali mundur ke belakang
seperti di awal pandemi. Seharusnya sudah ada perubahan yang
signifikan, baik dalam hal kebijakan, maupun respon masyarakat, seperti:
Rasa
takut dan khawatir masyarakat seharusnya sudah menurun drastis. Asalkan
mematuhi protokol kesehatan dan tetap jaga imunitas, covid-19
kemungkinan tidak akan masuk. Kalaupun masuk, kemungkinan untuk sembuh
sangat besar.
Aturan
rapid tes dan swab tes seharusnya sudah tidak perlu diberlakukan ketika
naik kendaraan umum seperti pesawat, kereta api, bus, atau ketika
memasuki daerah tertentu. Alasannya, nyaris di seluruh wilayah di
Indonesia sudah ada covid-19. Buat apa takut tertular covid-19 dari luar
padahal di daerahnya sendiri juga sudah banyak kasus positif? Selain
itu, rapid dan swab hanya semakin menyusahkan masyarakat di tengah
keterpurukan ekonomi. Rapid dan swab juga bisa menjadi ladang bisnis
segelintir orang.
Seharusnya
tidak ada lagi PSBB apalagi lockdown. Kalaupun ada PSBB, aturan dan
mekanismenya seharusnya dibuat lebih longgar dibanding awal pandemi.
Indonesia sudah terpuruk ekonominya. Jangan sampai PSBB semakin
memperuruk ekonomi Indonesia.
Saya
berani menulis hal tersebut karena saya sangat optimis tidak lama lagi
Indonesia akan berhasil memenangkan perang melawan covid-19. Ibarat
perang, amunisi kita makin lengkap didukung dengan pengalaman dan jam
terbang yang tinggi. Alasan saya begitu optimis secara rinci sebagai
berikut:
Budaya.
Masyarakat sudah mulai membudayakan protokol kesehatan dalam kehidupan
sehari-hari seperti memakai masker, jaga jarak, serta rajin cuci tangan.
Mungkin belum semua membudayakan protokol kesehatan seperti ini, namun
saya yakin jumlah yang sudah membudayakan jauh lebih banyak dibanding
yang belum.
Pengalaman.
Sudah ada 711.205 orang sembuh dari covid-19. Artinya, kita punya
711.205 kisah sukses dan pengalaman orang berperang melawan covid-19
hingga akhirnya sembuh. Sangat banyak. Pengalaman ini bisa ditiru dan
diikuti oleh orang-orang yang baru terkena covid-19 atau yang belum
sembuh. Selain itu, para dokter tentu makin berpengalaman dalam
menyembuhkan pasien covid-19.
Vaksin
covid-19. Meskipun sempat terlambat, program TPK (terapi plasma
kovalesen) sudah diterapkan secara nasional. Mungkin banyak yang belum
tahu apa itu TPK sehingga bisa disebut vaksin pasif. Secara sederhana,
TPK adalah pemberian donor plasma darah dari pasien yang sudah sembuh
dari covid-19 kepada pasien covid-19. Plasma darah orang yang sudah
sembuh dari covid-19 memiliki antibodi yang kuat dan berhasil
memenangkan pertempuran dengan covid-19. Analogi sederhana, pasien
covid-19 diberi bantuan bala tentara (anti bodi) yang sudah menang
melawan covid-19 di tubuh orang lain, untuk melawan covid-19 yang ada
di tubuh pasien covid-19.
Sudah
ada 711.205 pasien sembuh, dan ada 133.146 pasien belum sembuh (total
kasus - total positif- total meninggal). Seharusnya Indonesia bisa
surplus plasma darah. Jika semua pasien sembuh bersedia dan memenuhi
syarat mendonorkan plasma darahnya, ada 711.205 plasma darah yang siap
didonorkan kepada 113.146. Bahwa kemudian realita di lapangan tidak
seperti itu, mungkin pelaksanannya saja yang belum sempurna. Namun
seharusnya kita tetap wajib optimis.
-Vaksin
aktif. Pada hari Rabu, 13 Januari 2021, Presiden Jokowi menjadi orang
pertama yang menjalani vaksinasi jenis sinovac. Setelah Jokowi, beberapa
artis, influencer, nakes, serta pejabat daerah juga menjalani
vaksinasi. Terbukti, vaksin sinovac tidak memberikan efek samping
seperti yang dikhawatirkan masyarakat. Efek yang ditimbulkan sebagaimana
orang yang sudah divaksin hanya sebatas pegal-pegal sebentar serta
ngantuk.
Menurut
data Kementerian Kesehatan, Indonesia akan kedatangan 122 juta dosis
vaksin pada Desember 2020 hingga Januari 2021. Indonesia juga memiliki
opsi tambahan pemesanan 100 juta dosis vaksin yang akan tiba di
Indonesia pada September 2021 hingga Maret 2022. Jumlah ini memang belum
bisa mencukupi kebutuhan vaksin untuk seluruh rakyat Indonesia. Namun
sudah cukup signifikan membantu melawan penyebaran covid-19.
Dari
beberapa alasan di atas, saya kira sekarang saatnya Indonesia bangkit
dari keterpurukan. Sekarang saatnya rakyat optimis bahwa kita bisa
menang melawan covid-19. Amunisi kita sudah semakin kuat!
Sumber Utama : https://seword.com/umum/saatnya-indonesia-menang-lawan-covid-19-wapr3hOLSW
Blusukan Risma Seolah Berkata, "Tuna Wisma Bukan Oli Kemiskinan"
Pernahkah
kita bertanya, mengapa para Tuna Wisma tak pernah bisa berkurang di
Indonesia? Atau kita bertanya, bantuan sosial yang diciptakan oleh
pemerintah itu banyak tetapi mengapa kemiskinan, terutama mereka yang
disebut tuna wisma begitu sulit untuk dientaskan? Alih-alih berpikir
untuk menjawab dua pertanyaan seperti tadi, kebanyakan dari kita malah
suka menyalahkan sistem pemberian bantuan sosial bagi fakir miskin.
Padahal Undang-Undang Dasar 1945 jelas-jelas menyatakan bahwa "Fakir
Miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara". Lalu bagaimana
perangkat negara, termasuk pejabat pemerintah daerah, mengaplikasikan
dan mengimplementasikan program yang katanya merupakan perwujudan dari
Pasal 34 dari UUD 1945 tersebut?.
Sejak
Jokowi menjadi Presiden Indonesia, dia banyak meluncurkan program
bantuan sosial untuk mengentaskan kemiskinan seperti bantuan Program
Keluarga Harapan, Kartu Indonesia Sehat, Kartu Indonesia Pintar, Program
Raskin, Kartu Sembako, Kartu Pra Kerja, dan bantuan-bantuan lain yang
diselenggarakan baik pemberiannya secara langsung kepada si fakir
miskin, maupun melalui pemerintah daerah. Namun, untuk mendapatkan semua
bantuan itu, yang menjadi persyaratan utama bagi rakyat miskin ada 3
hal, yaitu KTP, KK dan alamat tempat tinggal.
Saya
memahami mengapa persyaratan yang diberikan pada fakir miskin seperti
itu. Karena hal itu untuk menghindari upaya-upaya licik, baik dari oknum
aparat, dari pikiran jahat orang yang berpura-pura menjadi fakir
miskin, maupun dari pihak fakir miskin sendiri. Kasus pemberian bantuan
yang double diberikan pada orang yang sama, sudah menjadi masalah
standar. Data jumlah fakir miskin yang dicatat oleh setiap daerah yang
berantakan juga sudah menjadi masalah standar. Penyaluran dana sosial
memang sangat berpotensi memiliki celah korupsi yang tinggi dan sulit
untuk dideteksi. Namun demikian, tetap saja, dari semua kelompok fakir
miskin, kelompok Tuna Wisma lah yang sulit disentuh oleh semua bantuan
sosial tadi. Sayangnya, fakta ini tak pernah menggerakkan hati para
Gubernur semua propinsi di Indonesia untuk memikirkan satu cara
bagaimana kelompok miskin Tuna Wisma di daerah mereka bisa digapai oleh
Pasal 34 dari UUD 1945. Bahkan media saja jarang yang melansir atau
menyoroti masalah kelompok fakir miskin Tuna Wisma dari sisi masalah
atau kesulitan mereka tersentuh dan menyentuh bantuan dari negara.
Di
sisi lain, masalah kemiskinan Tuna Wisma ini tidak semudah menghadapi
masalah kemiskinan daerah tertinggal, atau kemiskinan kurangnya
pendapatan, atau kemiskinan pengangguran. Kemiskinan Tuna Wisma kadang
diakibatkan karena mereka adalah manusia yang memang tak mau dirumahkan.
Keluhan tentang Departemen Sosial yang sudah menjaring banyak Tuna
Wisma untuk ditampung dan diberi pelatihan, namun akhirnya gagal karena
si Tuna Wisma kabur dan lebih memilih untuk hidup di jalan, banyak dan
sering kita dengar. Tapi sejujurnya, masalah manusia yang lebih memilih
untuk hidup di "alam bebas" tak perlu kita pikirkan. Namun demikian,
mereka cukup diberi informasi, jika satu hari mereka sudah berubah
pikiran dan memutuskan untuk tinggal di dalam rumah, mereka tahu harus
kemana mereka bisa meminta bantuan. Kita ga perlu ngotot-ngototan dengan
jenis orang seperti ini.
Jadi,
jika pemerintah daerah peduli pada keberadaan kelompok miskin Tuna
Wisma di dearahnya masing-masing, sedianya mereka memikirkan satu cara
bagaimana agar bantuan pemerintah bisa menyentuh mereka. Karena kita
tidak bisa menyadur jargon dari Fadli Zon yang memandang bahwa korupsi
itu adalah olinya pembangunan, lalu Tuna Wisma kita anggap sebagai
olinya kemiskinan.
Begitupun
dengan para anggota dewan, baik pusat maupun pemerintah. Membuat
peraturan dan undang-undang turunan untuk melaksanakan Pasal 34 dari UUD
1945, harus bisa merangkul seluruh jenis kemiskinan, termasuk
memberikan arahan bagaimana setiap pemerintah daerah bisa membuat
prosedur dan mekanisme khusus untuk mengentaskan kemiskinan Tuna Wisma.
Dan blusukan, harus menjadi salah satu dari sekian banyak arahan yang
diberikan. Tanpa blusukan, kepala daerah hanya akan berlaku seperti raja
yang mengira seluruh warganya sudah aman dan sejahtera. Kalaupun si
kepala daerah ini tahu masih ada Tuna Wisma di daerahnya, mereka seperti
sengaja lalai untuk meliriknya.
Ini
yang kemudian menjadi sangat aneh dan mengheran, ketika Menteri Sosial
melakukan inisiatif blusukan, yang sudah menjadi kebiasaan dirinya, dan
menemukan beberapa Tuna Wisma di kolong jembatan, mengapa banyak pihak
termasuk anggota DPR RI begitu kebakaran jenggot? Apakah ini "pesan"
dari mereka yang membully Ibu Risma, dengan segala cara dan segala gaya,
bahwa Negara harus menganggap Tuna Wisma sebagai oli kemiskinan? Atau
harus dianggap seperti rokok Sampeorna Hijau "Ga ada elu ga rame" tapi
tetap tak diisap?.
Anies
Baswedan yang waktu debat Pilkada membanggakan program Rumah Murah
saja, ujung-ujungnya program dia malah menyentuh kalangan warga menengah
karena ternyata jumlah DP dan angsuran hanya bisa dijangkau oleh mereka
yang berpenghasilan diatas Upah Minimul Regional. Dengan jumlah APBD
yang maha besar, Anies Baswedan GAGAL TOTAL merumahkan kelompok Tuna
Wisma dan gengsi untuk melanjutkan cara Basuki Tjahaya Purnama untuk
memanusiakan mereka. Sungguh satu ketololan yang tak bisa dicerna oleh
otak berukuran dewa sekalipun.
Risma,
sebagai Menteri Sosial yang bertindak mewakili pemerintah pusat, tak
mungkin blusukan ke semua propinsi yang ada di Indonesia hanya untuk
menampar para Kepala Daerah tentang masalah Tuna Wisma di daerah mereka.
Apalagi kemudian seperti yang diungkapkan oleh Risma sendiri bahwa
kejadian yang dianggap blusukan, sebenarnya bukan benar-benar blusukan,
tetapi hanya satu kebetulan ketika dia lewat, dia melihat para Tuna
Wisma. Hati dia sebagai sesama manusia dengan posisi dan kewenangan yang
dimiliki sekarang, tergerak untuk menghampiri dan mengetahui, apa yang
menjadi alasan mereka menjadi Tuna Wisma.
Pemerintah
daerah adalah kepanjangan tangan dari pemerintah pusat, maka untuk
melaksanakan Pasal 34 UUD 1945, pemerintah daerah lah yang harus turun
tangan mengatasi masalah Tuna Wisma. Bukankah di setiap Undang-Undang
selalu terdapat pasal yang berbunyi : "Pemerintah daerah membuat
kebijakan dengan berdasar pada undang-undang dan peraturan (yang dibuat
oleh DPR dan pemerintah pusat)"?
Kejadian
blusukan yang dilakukan RIsma lalu mendapatkan bullyan yang maha
dahsyat dari pihak yang tidak suka, cukup memperlihatkan pada dunia
BETAPA BOBROKNYA EMPATI oposisi di Indonesia. Dan hal ini sangat amat
dan teramat sangat memalukan. Agama tak berfungsi buat golongan
penyinyir dan pembully RIsma.
Untuk
Ibu Risma, saya, mewakili seluruh rakyat Indonesia yang mendukung Ibu,
menghaturkan penghargaan dan penghormatan setinggi-tingginya atas
kepedulian Ibu pada para Tuna Wisma di Jakarta. Semoga setelah masa
pembullyan selesai, akan datang masa kesadaran bahwa Tuna Wisma bukan
oli kemiskinan.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/blusukan-risma-seolah-berkata-tuna-wisma-bukan-oYrqZLoJJ0
Jika Tak Mau Divaksin, Jangan Provokasi Orang Untuk Menolak Vaksin
Beberapa
hari ini kita gaduh soal vaksin. Ada yang ragu, ada yang mau, ada yang
menolak, ada yang mempertanyakan ini itu, ada pula yang menyebar berita
bohong tentang bahaya vaksin.
Bila kita melihat kembali ke belakang, seharusnya program vaksinasi tidak seharusnya buat gaduh.
Dulu
ada yang minta di-lockdown. Jangankan lockdown, dikasih PSBB saja sudah
banyak yang mengeluh, bahkan banyak yang tidak mau taat aturan.
Dulu
ada yang minta pemerintah tegas terhadap pelanggar protokol kesehatan.
Ketika ditindak tegas, ada yang menuduh negara represif dan otoriter.
Dulu
pemerintah didesak mengusahakan vaksin. Vaksin dipesan, katanya tidak
teruji, kaleng-kaleng dan tidak halal. Sudah diuji kelayakan dan
kehalalannya, masih juga tidak percaya dan minta presiden divaksin
duluan.
Pada
titik ini sebenarnya sudah tidak ada masalah. Secara ilmiah/klinis
sudah teruji vaksinnya melalui BPOM. Secara agama sudah teruji juga
vaksinnya melalui sertifikat dan fatwa halal dari MUI.
Presiden
mengiyakan divaksin duluan. Diminta lagi agar disiarkan secara
langsung. Sudah disiarkan langsung, eh masih juga ada yang tidak yakin
vaksin dapat menghalau covid-19. Ada yang bilang presiden tidak
benar-benar divaksin. Kan bangsat!
Vaksin
minta digratiskan. Sudah digratiskan, masih saja ada yang curiga ini
konspirasilah, dagangan vaksinlah, vaksinnya katanya ditunda di negara
lain.
Aduh….
Rakyat Indonesia ini memang paling susah disuruh taat, manut, ikut
saja. Semua auto paling pintar. Bukan ahlinya, tapi bahas vaksin seolah
dialah ahlinya. Bukan bidangnya, tapi merasa ia paham segalanya.
Maka
saya kira sudah waktunya, kita mengubah sikap. Kalau Anda memang tidak
mau divaksin, tidak perlu memprovokasi orang lain untuk menolak vaksin.
Provokasi
itu ada banyak cara. Bisa dengan cara menakut-nakuti orang lain. Bisa
menyebarkan berita bohong. Bisa juga dengan menyatakan lantang-lantang
baik di media sosial maupun di forum diskusi bahwa Anda menolak
divaksin.
Nanti
tidak divaksin, Anda menuduh negara tidak adil, pemerintah zalim,
presiden tidak peduli rakyat, dan lain-lain seperti kebiasaan makhluk
berjulukan kadrun.
Sudahlah…
Anda tidak mau divaksin, ya diam saja. Masih banyak orang lain ingin
hidup lebih lama lagi dan berlomba divaksin. Apalagi vaksinnya gratis.
Kalau
Anda sedikit saja membuka mata dan telinga, Anda seharusnya menghargai
gerak cepat pemerintah mendapatkan vaksin ketika negara lain pun
berlomba mendapatkan.
Anda
seharusnya bersyukur, pemimpin Anda dengan segala konsekuensinya mau
mendengarkan suara Anda. Meski sebenarnya dia tidak harus melakukan itu,
tetapi demi meyakinkan rakyatnya para petinggi negara mau divaksin di
depan matamu mengikuti permintaanmu. Bukan hanya di tingkat pusat, tapi
sampai ke daerah-daerah. Masak itu tidak cukup meyakinkan kamu?
Jika
bukan karena kebencian di hatimu, sikap para pemimpin itu harusnya
sudah meyakinkan keraguanmu, mempasrahkan nasibmu, membulatkan tekadmu.
Hargailah mereka yang sudah mau mendengar dan memberi contoh kepadamu.
Memang tak sesempurna yang kita inginkan. Tapi adakah pemerintah yang
sempurna di dunia ini?
Jika
saja Anda punya hati, maka Anda akan bisa melihat bahwa pemerintah
dengan segala kesusahannya bekerja keras agar situasimu bisa kembali
normal sebagaimana biasanya. Yang berjualan, bisa berjualan tanpa
was-was. Anak sekolah kembali bersekolah menuntut ilmu, bertemu
teman-temannya, bercanda tawa kembali, dan mendapatkan dunianya kembali
tanpa harus terkurung di rumah seharian. Tenaga kesehatan bisa lega
tidak meregang nyawa setiap saat.
Sudah
banyak nyawa yang hilang akibat covid-19. Mungkin masih banyak yang
sedang dalam sekarat melawan covid-19 di rumah sakit. Rumah sakit sudah
hampir penuh di beberapa daerah. Sudah berjuta pengangguran karena
ekonomi melesu, produksi tidak jalan, penjualan merosot tajam, pabrik
tutup, usaha bangkrut, anak-istri terancam tidak makan walau sudah
mengetatkan ikat pinggang.
Jangan kita tambah lagi masalah hanya karena kebencian kita dan ego masing-masing.
Kita tidak sedang berlomba memenangkan piala. Kita sedang berjibaku menyelamatkan nyawa.
Kita
tidak sedang bertaruh harta. Kita sedang bertaruh nyawa jutaan manusia
tidak peduli apa agamanya, sukunya, status sosialnya, pekerjaannya,
etnisnya dan daerahnya.
Musuh kita bukan sesama anak bangsa pun bukan sesama manusia. Musuh kita kali ini adalah korona. Mari kita lawan bersama.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/jika-tak-mau-divaksin-jangan-provokasi-orang-erzJtz0hFM
Neno Warisman : Setelah Mengancam, Sekarang Minta Musyawarah Pada Tuhan
Bagai
halilintar di siang bolong, ancaman yang dipanjatkan oleh Neno Warisman
pada Tuhan, dalam bentuk deklamasi di acara Munajab 212, menggelagar
hampir di setiap telinga siapapun yang mendengarkan. Tak usah saya yang
sama-sama muslim, saya yakin orang yang non-muslim pun akan berucap
sama, "Astagfirullahal'adzim" dalam bahasa dan cara mereka. Sungguh satu
ancaman yang sangat tidak pantas dan sangat melampaui batas. Kengerian
seketika menyelubungi hati setiap orang. Berharap-harap cemas apa yang
akan menjadi reaksi Tuhan atas ancaman hambanya yang begitu jelata.
Dan tak perlu kita menunggu lama, Tuhan menjawab ancaman yang diteriakkan Neno Warisman.
Kekalahan
yang nyata atas kelompok yang Neno mintakan untuk dimenangkan,
satu-satu dihempaskan Tuhan. Pertama, kekalahan Prabowo - Sandi dalam
ajang Pilpres 2019 yang begitu sempurna. Tuhan bahkan menampar wajah
Neno Warisman sangat keras dengan memperlihatkan padanya, kekuatan Tuhan
yang berkemampuan membalikkan keadaan. Prabowo dan Sandiaga Uno
sekarang berdiri di belakang Jokowi, pihak yang Neno tarohkan sebagai
sandera untuk bisa mengancam Tuhan.
"Karena jika tidak Engkau menangkan kami, kami takut ya Allah... kami takut tak ada lagi orang yang akan menyembahmu!"
Reaksi
Tuhan atas ancaman Neno tak hanya berhenti pada titik balik Prabowo dan
Sandiaga Uno, tetapi lebih jauh dari itu, Tuhan juga yang membalikkan
keadaan kelompok yang selama ini telah menempatkan dan memperalat diri
Neno Warisman sebagai orang terpandang di antara mereka. Tak ada lagi
do'a Neno Warisman dan do'a-do'a kelompok FPI dan PA 212 yang terbukti
dikabulkan Tuhan. Kekalahan demi kekalahan kubu FPI terlarang di
pengadilan, harus mereka telan tanpa kunyahan. Sementara laporan demi
laporan ke pihak kepolisian, terus berdatangan dari pihak-pihak yang
merasa telah didzolimi mereka. Tidakkah Neno Warisman sadar bahwa Tuhan
telah menerima ancaman yang dia ucapkan dengan begitu baik dan
sempurna?.
Dalam
keadaan berdiri di tengah-tengah puing reruntuhan kejayaan FPI, Neno
Warisman masih berani bersuara dan bersikap besar kepala. Dengan tanpa
merasa berdosa bahwa dirinya pernah mengancam Tuhan, Neno Warisman masih
berani mempertanyakan, mengapa orang-orang itu harus selalu melaporkan
hal-hal yang sebenarnya tidak perlu dilaporkan ke Kepolisian? Tidakkah
mereka paham bahwa semua itu masih bisa dimusyawarahkan?.
"Nampaknya
kita sudah kehilangan kemampuan untuk bermusyawarah, tampaknya kita
selalu memakai satu perangkat yaitu lapor ke polisi. Terus menerus
(polisi) menerima laporan yang sebetulnya kalau kita secara jernih
melihat ini, sebetulnya tidak perlu sampai ke ranah pelaporan karena kan
dinilai menghalangi satgas melakukan swab tes. Kita melihat ada upaya
untuk terus menerus menempatkan Habib Rizieq Shihab sebagai Tersangka
dengan berbagai bantahan, berbagai pertimbangan, berbagai gugatan. Kita
tidak tahu seperti apa kasus berikutnya, yang jelas begitu banyak
bantahan dan pertimbangan dari para ahli. Semoga Allah menolong
hamba-hamba yang berjalan di jalan yang baik, berjalan di jalan yang
benar bagaimanapun caranya, tetapi kita yakini Allah lah yang memegang
tampuk keadilan yang seadil-adilnya".
Hhhmm....
sudah ancaman lagi yang keluar!! Sedikitpun, kita tidak melihat ada
rasa penyesalan dari setiap kata yang dilontarkan Neno Warisman. Atau
paling tidak kita bisa melihat sedikit saja sikap menyadari bahwa dia
pernah mengancam Tuhan dan apa yang terjadi sekarang terhadap RIzieq
Shihab adalah jawaban Tuhan atas ancaman Neno Warisman. Jadi kalau
pentolan FPI mau mencari kambing hitam atas seluruh keluluh-lantahan
kelompok mereka, Neno Warisman lah orang yang paling tepat untuk
disalahkan.
Kalimat
terakhir Neno "Semoga Allah menolong hamba-hamba yang berjalan di jalan
yang baik, berjalan di jalan yang benar bagaimanapun caranya, tetapi
kita yakini Allah lah yang memegang tampuk keadilan yang
seadil-adilnya", seperti gaya lain dari sebuah kalimat pengancaman.
Siapkah Neno untuk menerima putusan Tuhan jika ternyata "hamba-hamba",
yang dipandang Tuhan sudah berjalan di jalan yang benar adalah pihak
yang selama ini Neno pandang lawan? Siapkah Neno menerima kenyataan
kalau ternyata Tuhan memperlihatkan bahwa dirinya dan kawan-kawannya
lah, yang selama ini telah berjalan di jalan yang salah?.
Menyikapi
kemenangan Jokowi dan Ma'ruf Amin, yang bukan bagian dari "kami" dalam
ancamannya saja, Neno Warisman masih terus menjadi pihak oposisi sayap
kiri dan tak legowo menerima kekalahan. Sikap ini menjadi bukti, bahwa
terhadap Tuhan pun Neno Warisman berani membangkang. Itu sebabnya,
kalimat terakhir Neno yang seperti sebuah do'a : "Semoga Allah
menolong hamba-hamba yang berjalan di jalan yang baik, berjalan di jalan
yang benar bagaimanapun caranya, tetapi kita yakini Allah lah yang
memegang tampuk keadilan yang seadil-adilnya", memberikan kesan
bahwa Neno Warisman lagi-lagi mengancam Tuhan. Sebuah pesan subliminal
bahwa Neno akan memandang Tuhan bukan Pemegang tampuk keadilan yang
seadil-adilnya jika ternyata "hamba-hampa yang berjalan di jalan yang
baik dan benar", itu adalah kelompok Jokowi.
Terlepas
dari komentar Neno Warisman, memang semua perkara pidana yang memiliki
delik aduan, itu bisa diselesaikan dengan musyawarah. Tetapi untuk
perkara delik umum, sudah musyawarahpun, hukum tetap harus berjalan.
Kalau
saya jadi Neno Warisman, ketibang koar-koar menuduh rakyat Indonesia
sudah kehilangan kemampuan untuk musyawarah, saya akan coba
memusyawarahkan satu perkara pidana yang memiliki delik aduan. Neno
sedianya harus bisa membuktikan sendiri perkara mana yang bisa
diselesaikan dengan cara musyawarah. Sebagai uji coba, saya menyarankan
Neno untuk memusyawarahkan kasus pidana pencemaran nama baik yang
dilakukan oleh Rizieq Shihab terhadap Henry Yosodiningrat. Kira-kita
Neno punya ga kemampuan untuk bermusyawarah dan meminta Henry
Yosodiningrat mencabut laporannya terhadap Rizieq Shihab? Atau ini sudah
menjadi tabiat neno Warisman yang suka bercuap tapi tak tahu apa yang
dia cuapkan.
Banyak-banyak istigfar Bu Neno... hidup ini hanya sebentar.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/neno-warisman-setelah-mengancam-sekarang-minta-6qbgN5OSSq
Dunia Persilatan Gempar, UAS Akan Jadi Influencer Vaksin Corona?
Menariknya
politik Indonesia adalah karena banyak dipengaruhi oleh ulama-ulama
yang ikut mengomentari perpolitikan tanah air dan memiliki pengikut yang
senantiasa mendengarkan mereka. Setelah sebelumnya Tengku Zul membuat
heboh dengan pernyataannya tentang 4.900 bidadari berikut ini, kini ada Abdul Somad yang rencananya akan dijadikan influencer vaksin oleh pemerintah.
Ketika
pertama kali virus corona marak di Indonesia, Abdul Somad adalah ulama
yang sering menjadi bahan pembicaraan di kalangan masyarakat. Hal
tersebut akibat perkataannya yang menyatakan bahwa corona adalah tentara
Allah yang tidak akan menyerang muslim, tapi akan menyerang kafir yang
berbuat zholim terhadap muslim. Abdul Somad mengambil contoh negara
China yang dianggap menganiaya muslim Uighur.
Perkataan
UAS tersebut akhirnya terbukti salah, karena banyak negara muslim juga
terdampak pandemi yang satu ini sementara China mulai pulih, bahkan Arab
Saudi sebagai negara lahirnya agama Islam juga melakukan lockdown dan
menutup ibadah haji.
Belakangan
beberapa ulama yang terkenal ahli dalam ilmu agama juga terkena virus
ini, contohnya : Said Aqil ketua PBNU, AA Gym, Almarhum Syekh Ali Jaber
dan bahkan Habib Rizieq, walaupun nama yang penulis sebut terakhir tidak
mengakuinya sebelum diungkap oleh kepolisian.
Walaupun
terbukti salah, tapi Abdul Somad benar-benar mempunyai pendukung yang
militan yang selalu membelanya dan percaya kepadanya. Terbukti beberapa
hari lalu saat muncul tagar tolak vaksin, ceramah Abdul Somad banyak
dibagikan sebagai penguat untuk aksi tersebut.
Video
pada Desember lalu tersebut menyatakan bahwa Abdul Somad tak mau
divaksin jika Indonesia tak memakai vaksin yang dipakai di Mesir dan
Arab Saudi. Jadi sampai sini kita bisa simpulkan kalau bagi Abdul Somad,
jika vaksinnya dipakai oleh Mesir dan Arab, Abdul Somad bersedia
divaksin untuk memerangi penyebaran tentara Allah. Wah Abdul Somad sudah
mulai berani melawan penyebaran tentara Allah nih.
Kita
juga tidak lupa banyak pendukung UAS yang adalah pengagum presiden
Turki Erdogan juga, namun presiden Turki tersebut mengikuti jejak
Indonesia dan presiden Jokowi yang juga divaksin. Sebenarnya hal
tersebut adalah hal yang sangat wajar, karena saat krisis ekonomi di
Turki dan mata uang Turki jatuh, mereka mendapatkan bantuan dari China.
Tapi
tentu hal ini akan membuat para pendukung Erdogan yang juga pendukung
Abdul Somad kebingungan, karena mereka tidak suka kepada Jokowi. Jika
mereka menentang Indonesia menggunakan vaksin China artinya mereka tidak
sepakat dengan Erdogan, tapi jika mereka setuju dengan Erdogan, artinya
mereka sepakat dengan Jokowi.
Akhirnya,
mereka pura-pura tidak tahu apa yang dilakukan Erdogan dan kali ini
menggunakan Mesir dan Arab sebagai patokan yang akan mereka ikuti. Ini
adalah bukti kalau kebencian bisa membuat kita plin plan dan melakukan
standart ganda.
Terlepas
dari bagaimana Abdul Somad dan pendukungnya, pada akhirnya pemerintah
membuka opsi untuk mengajak ustad ganteng tersebut menjadi influencer
vaksin corona. Kira-kira Abdul Somad mau atau tidak ya? Berikut
analisanya :
Soal
Endorse sebenarnya bukanlah hal yang aneh buat Abdul Somad, sudah
beberapa kali beliau diendorse untuk mempromosikan calon pemimpin, mulai
dari calon walikota Medan, hingga calon Presiden seperti Prabowo.
Apalagi MUI juga sudah mengeluarkan fatwa suci dan halal.
Tapi
yang menjadi masalah Abdul Somad sering mengkritik pemerintah dan setia
menjadi oposisi, tentu beliau harus memikirkan langkah untuk
menyelamatkan muka jika nantinya menjadi influencer vaksin membantu
pemerintah, apalagi nama Abdul Somad besar karena para pendukung
fanatiknya.
Faktor
MUI menurut penulis tidak akan terlalu jadi pertimbangan Abdul Somad,
walaupun MUI pernah membantu Abdul Somad saat kasus penghinaan agama
kristen, tapi itu adalah MUI lama, dimana sekarang sudah banyak yang
diganti kendati masih ada beberapa muka lama.
Secara
suara maka Abdul Somad bisa tekor, sebagian pendukungnya akan ada yang
kecewa dan di sisi lain pendukung Jokowi dan pemerintahan tidak akan
jadi memuja Abdul Somad, mengingat kebanyakan pendukung Jokowi dari
kalangan NU yang mempunyai kiai-kiai kharismatik dan banyak pengikut.
Hal ini tentu akan menjadi pertimbangan Abdul Somad.
Jadi
kecil kemungkinan untuk Abdul Somad mau menjadi influencer vaksin
walaupun pemerintah sudah membuka pintu untuk mengajak beliau. Tapi
sekecil apapun yang namanya komunikasi politik adalah seni, tergantung
seberapa niat pemerintah berkomunikasi dengan Abdul Somad, apalagi jika
ada kejutan dimana Mesir dan Arab tiba-tiba menggunakan vaksin yang sama
dengan Indonesia. Yang pasti jika Abdul Somad mau bekerja sama dengan
pemerintah dan menjad influencer vaksin, maka dunia persilatan akan
kembali gempar.
Sumber : https://kumparan.com/kumparannews/pemerintah-buka-opsi-dekati-uas-untuk-jadi-influencer-vaksinasi-corona-1uz0ZPE99IK/full
Sumber Utama : https://seword.com/umum/dunia-persilatan-gempar-uas-akan-jadi-influencer-tqDv4MMiAX
Tim Komunikasi Istana Kayak Keledai
Ketika
Raffi Ahmad direncanakan untuk menjadi perwakilan artis yang mendapat
vaksin pertama, saya sudah curiga akan ada isu baru. Dan benar saja,
foto Rafi menghadiri pesta tanpa masker tiba-tiba viral. Yang
memviralkan adalah temen artisnya, Anya Geraldine, yang sebelumnya
pernah diisukan dekat dengan anaknya Sule.
Apa
yang ditulis Anya sebenarnya kalimat bercanda. Ngabis-ngabisin vaksin
aja itu kalimat akrab atau ledekan biasa. Tapi karena yang baca adalah
netizen, maka nada bacanya jadi beragam. Dan rupanya, malah banyak yang
mengecam. Karena menurut aturan, setelah divaksin, tetap harus jaga
jarak, pakai masker dan cuci tangan.
Saya
pikir isu ini akan berhenti di ucapan permohonan maaf Raffi. Yang
teledor berfoto setelah makan. Dan menurut Raffi, itu acara tertutup di
rumah salah seorang kenalan yang mengundangnya.
Tapi
Polisi malah mendatangi lokasi hajatan. Dan isunya semakin runyam
karena Ahok juga ada di acara yang sama. Sehingga dendam kadrun pun
menggema. Meminta Ahok dan Raffi dipenjara seperti Rizieq.
Mereka
tak peduli bahwa posisi Rizieq sebagai penyelenggara sepenuhnya berbeda
dengan Raffi dan Ahok yang hanya sebagai peserta undangan. Sementara
dari skala kerumunan atau acara, ini sudah sesuai protokol kesehatan.
Cuman, kebetulan saja mereka foto setelah makan-makan. Makanya ga ada
yang pakai masker. Itu saja.
Kalau
Ahok dan Raffi sampai dipenjara, maka demi keadilan, semua anggota FPI,
Anies Baswedan dan Riza Patria juga harus dipenjara. Karena keduanya
hadir di hajatan Rizieq.
Meskipun bagi kita ini hanyalah ribut-ribut tidak produktif, tapi sejatinya hal semacam ini bisa dihindari.
Saya
jujur ga paham dengan tim komunikasi Istana dalam memilih orang-orang
untuk menyebarkan narasi positif. Kabar buruknya, ini bukan kali
pertama. Padahal katanya, hanya keledai yang jatuh dua kali di lubang
yang sama.
Dulu
saat ada isu omnibuslaw, pemerintah juga membayar influencer artis.
Yang cuma modal copas dan sesuai arahan. Murni tanpa proses berpikir dan
menghasilkan pernyataan yang relevan.
Lucunya,
saat influencer artis ini diserang komentar negatif oleh buzzer SJW,
mereka malah minta maaf dan mau mengembalikan dana iklan yang sudah
diterima. Hahaha
Bagi
saya, yang salah jelas bukan artisnya. Yang salah ya yang milih mereka.
Kenapa tidak ada pertimbangan matang dan antisipasi?
Karena
produk atau program pemerintah itu produk politik. Tidak bisa disamakan
dengan produk umum seperti sabun, pasta gigi atau obat pemutih.
Maka
ketika pemerintah menunjuk artis sebagai influencer dengan tujuan
menyebarkan semangat positif, itu artinya pemerintah sedang menyamakan
vaksin dengan sabun atau vitamin. Yang bisa di iklankan oleh artis
manapun, tak peduli latar belakang dan kontroversial yang bisa
ditimbulkan.
Ga
ada yang salah sama artisnya, hanya tidak relevan saja. Kalaupun mau
maksa harus ada perwakilan artis, kan banyak pilihannya. Misal Reza
Rahadian atau orang-orang yang cenderung jarang bikin konten di sosmed.
Saya
bisa maklum kalau Presiden akhirnya menunjuk Menkominfo yang tak mampu
berkomunikasi dengan baik, pun tak punya informasi yang cukup. Bahkan
mungkin bikin akun instagram pun belum tentu bisa.
Maklum
karena itu keputusan politik. Pertimbangan koalisi. Maklum kalau yang
dituntut sejatinya tak paham isi lembaga ya. Tapi masa sampai urusan
influencer masih juga salah pilih sih?
Kalau soal produk politik, mestinya yang diundang ya orang-orang yang punya pengaruh di sosial media dengan tema-tema politik.
Saya
juga ga paham kenapa di Periode kedua ini, pemerintah semakin tidak mau
memanfaatkan para relawan yang konsisten membantu menyebarkan narasi
positif. Mungkin mereka terpengaruh Tempo yang kerap melabeli kami
dengan buzzer. Jadi tak mau dekat-dekat atau berkomunikasi. Lalu
dipilihlah artis-artis yang bayarannya jauh lebih mahal. Mungkin biar
mereka percaya diri, bayar mahal pasti bagus. Tapi hasilnya malah zonk
dan kasus.
Nah
kalau sudah ribut begini, yang beresin ya para relawan tanpa pengakuan.
Yang tak mendapat apa-apa dari pemerintah, yang kerap disebut buzzer,
tapi terus konsisten memberikan dampak positif untuk Indonesia.
Tapi ya mungkin memang beginilah realitas politik di Indonesia. Dalam kondisi apapun kita tetap harus ikhtiar.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/tim-komunikasi-istana-kayak-keledai-gThc5Sfe30
Tak Hanya Nyinyir Vaksin, Demokrat Juga Pernah Menolak UU minerba, Partai Antek Asing?
SBY
dengan jargon terbarunya "jangan begitu, tuhan tidak suka" rupanya tak
hanya nyinyir pemerintah, tapi semua programnya. Jauh sebelum heboh
vaksin, mereka adalah partai dan dinasti pertama yang menyerukan
lockdown. Entah niatnya baik atau buruk, kita tidak tahu. Yang ada
setelah vaksin masuk, mereka tetap nyinyir bahkan anaknya menghubungkan
peristiwa jatuhnya pesawat dengan teguran pada pemerintah. Kini heboh
gugatan benua biru ke negara kita terkait nikel justru membongkar aib
lama mereka.
Padahal
Unu Eropa yang dijuluki benua biru telah menutup peluang ekspor sawit
dalam negeri. Untungnya Jokowi yang bertangan besi, tak menyerah dan
mengolah sawit jadi bahan bakar B 30, B 50 hingga B 100. Kini saat
pemerintah hendak memberdayakan nikel mentah untuk kemudian diproses
menjadi bahan baku setengah jadi atau jadi, justru mereka mengecam kita.
Nyata sudah negara-negara Eropa tak ingin negara kita maju. Bagi
mereka, yang terpenting memperkaya negara sendiri. Mungkin ini juga
alasan intel Jerman sampai menguntit ormas FPI yang telah dibubarkan.
Sebelumnya seperti diberitakan detik.com,
Uni Eropa (UE) masih melanjutkan gugatan terhadap Indonesia ke
Organisasi Perdagangan Internasional (World Trade Organization/WTO).
Benua biru melayangkan gugatan atas larangan ekspor bijih nikel yang
ditetapkan oleh pemerintah Indonesia dalam Undang-undang (UU) Mineral
dan Batubara (Minerba).
"Kemarin
sore sekitar jam 3 atau 4 menjelang tutup kantor perwakilan kita di
Jenewa, kita mendapatkan notifikasi dari UE bahwa mereka akan terus
jalan proses daripada proses dispute, proses sengketa di WTO, dispute
settlement body (DSB)," ungkap Menteri Perdagangan (Mendag) Muhammad
Lutfi dalam konferensi pers virtual, Jumat (15/1/2021).
Lutfi mengatakan, proses selanjutnya akan ditetapkan pada tanggal 25 Januari 2021.
"Ini
ada proses bakunya, ada sequence-sequence-nya yang akan dimulai pada
tanggal 25 Januari. Jadi biarkan saya itu di WTO, di Jenewa yang
menjalankan itu. Ini merupakan proses baku yang harus diikuti," tutur
Lutfi.
Inilah
semangat cinta NKRI yang kini dijalankan Jokowi beserta jajarannya.
Demi masa depan generasi penerus, mereka rela babak belur dihantam kanan
kiri. Bahkan hantaman tak hanya datang dari luar. Sejak diajukannya UU
Minerba awal Mei tahun lalu, ada 1 partai yang menolak. Siapa lagi kalau
bukan partai besutan pepo yang suka jalan di tempat, bikin album dan
warisan mangkrak.
Seperti dilansir cnbcindonesia.com,
Komisi VII DPR RI hari ini menggelar rapat kerja dengan pemerintah
untuk membahas tingkat pertama Rancangan Undang-Undang Mineral dan Batu
Bara (RUU Minerba).
Pasal-per
pasal dibacakan sedari pagi, dan sampai sore ini mayoritas fraksi yang
ada di komisi energi dan pertambangan tersebut sepakat perubahan
undang-undang mineral dan batu bara nomor 4 tahun 2009. Meskipun
terdapat satu fraksi yang menolak, yakni Fraksi Demokrat.
Fraksi yang setuju diantaranya adalah;
Fraksi
PDI Perjuangan, Golkar, Gerindra, Nasdem, PKB, PKS, PAN, PPP. Meskipun
dari beberapa fraksi yang setuju ini, sebagian ada yang setuju dengan
memberi catatan.
Anggota
Komisi VII DPR RI dari fraksi Golkar, Maman Abdurahhman dalam pandangan
partinya menyampaikan revisi ini perlu untuk kepastian usaha
pertambangan ke depan. Revisi ini, kata dia, adalah salah satu upaya
untuk menunjang pembangunan nasional demi kemakmuran rakyat.
"Kepastian
usaha dan lain-lain, revisi berikan jaminan perpanjangan Kontrak Karya
dan Iziun Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dan jaminan izin pertambangan
yang terintegrasi dengan pemurnian," paparnya, Senin (11/5/2020).
Sementara,
Fraksi Demokrat diwakili oleh Sartono Hutomo menekankan bahwa
pembahasan revisi undang-undang minerba tak perlu buru-buru.
"Menolak
atas rancangan UU Nomor 4 Tahun 2009 diteruskan, dan menunda hingga
masa covid-19 selesai. Agar aturan tidak tumpang tindih di satu sisi,
karena akan jadi polemik," jelasnya.
Alasan
Demokrat dari dulu selalu tak mau terburu-buru. Padahal justru seruan
mereka untuk melockdown itulah yang buru-buru dan terancam menghamburkan
APBN. Kini saat pemerintah ingin menggenjot ekonomi dengan meneruskan
proyek yang tertunda dan menambah utang, sekali lagi mereka minta untuk
tak terburu-buru. Mungkin definisi terburu-buru ala Demokrat kalau hal
ini menguntungkan Indonesia kelak, maka jangan terburu-buru. Tapi, kalau
justru cepat merugikan negara, maka silahkan langsung dieksekusi.
Sama
halnya dengan dukungan mereka pada penolakan UU omnibus law. Alasannya
tetap sama agar jangan terburu-buru mengatur urusan ketenagakerjaan.
Padahal dengan UU ini, peluang investasi yang masuk semakin besar.
Justru penolakan ini membuat negara kita semakin sulit membuka lapangan
kerja. Kalau disimpulkan kenapa semua seruan Demokrat justru merugikan
negara? Bahkan pada keputusan UU Minerba juga tak pro pemerintah. Apakah
Demokrat partai antek asing?
Referensi:
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-5335401/pantang-mundur-uni-eropa-tetap-gugat-ri-ke-wto-soal-larangan-nikel
https://www.cnbcindonesia.com/news/20200511160841-4-157655/dpr-bahas-ruu-minerba-8-partai-setuju-hanya-demokat-menolak
Sumber Utama : https://seword.com/politik/tak-hanya-nyinyir-vaksin-demokrat-juga-pernah-N2jXdilHwT
Menolak Vaksin, Emangnya Negeri Ini Milik Nenek Lu?
HIngga
covid-19 memasuki bulan April - Mei 2020, dst., dan masyarakat sudah
menyadari betapa wabah ini sangat mengerikan, kerinduan akan vaksin pun
menggebu-gebu. Karena hanya dengan vaksin, atau sistem kekebalan tubuh
yang harus diperkuat supaya mampu menolak kehadiran virus ini.
Maka
reaksi netizen sangat antusias setiap ada berita tentang penemuan
vaksin covid. Semua orang menyambut dengan penuh harap dan ucapan
syukur. Ketika ada berita tentang sebuah lembaga yang sudah menemukan
vaksin, banyak netizen menulis harapan: "Bulan puasa covid-19 hilang",
atau "Lebaran covid-19 sudah hilang...", dst.
Tapi
ternyata proses pembuatan vaksin itu tidak seperti membuat obat batuk
yang setelah ramuannya komplit, lalu diracik, dst. Pembuatan vaksin
nyatanya memakan waktu berbulan-bulan bahkan hampir setahun. Covid-19
merajalela sejak awal tahun 2020, sementara vaksinasi baru mulai Januari
2021. Jadi dapat dibayangkan betapa susahnya dan sulitnya mendapatkan
vaksin yang satu ini.
Banyak
lembaga terkait di dunia berusaha menemukan vaksin covid-19, termasuk
di Indonesia. Kalau tidak ada aral melintang, kita juga bakal punya
vaksin sendiri yang dinamai "Merah Putih"? Semoga saja terwujud dengan
segera.
Vaksin
memang menjadi satu-satunya solusi agar wabah ini segera dihentikan.
Karena selama setahun ini dunia sudah sangat menderita oleh pandemi ini.
Terasa miris juga, dunia dengan teknologi yang sudah sedemikian
hebatnya, namun kesulitan menemukan penangkal covid-19 dengan cepat?
Tapi
ketika akhirnya sekarang vaksin sudah mulai tersedia, semua patut
disyukuri juga. Sebab keinginan semua orang tetap satu: kehidupan
manusia kembali "normal" seperti tahun-tahun sebelumnya. Dan jalan ke
arah itu sudah diretas dengan mulai berjalannya vaksinasi di berbagai
negara, termasuk di negeri kita.
Sejumlah
negara sudah memulainya dengan kepala pemerintahan masing-masing yang
lebih dahulu disuntik vaksin. Raja Salman dari Arab Saudi, Vladimir
Putin dari Rusia, Jokowi dari Indonesia, dll. Itu menandakan betapa
perang melawan vaksin ini memang bukan main-main. Maka terkutuklah oknum
atau pihak-pihak yang bersikap meremehkan dan bahkan menolak vaksin
ini!
Upaya
keras dan serius pemerintah mengadakan vaksin ini untuk 260 juta
rakyatnya layak diapresiasi. Maka pada 6 Desember 2020 lalu, untuk
pertama kalinya sebanyak 1,2 juta vaksin produksi Sinovac dari China,
tiba di Indonesia. Pemerintah sudah menetapkan enam vaksin COVID-19 yang
ditetapkan untuk dipakai di Indonesia: vaksin buatan Bio Farma,
Sinovac, Pfizer, Sinopharm, Moderna, dan AstraZeneca.
Sekalipun
demikian, bukanlah hal yang mudah untuk mengadakan vaksin dalam jumlah
yang sangat besar dalam waktu yang sebentar. Karena pada dasarnya hampir
seluruh manusia wajib divaksin, maka diperlukan miliaran dosis vaksin.
Untuk
Indonesia, menurut Bappenas, pemerintah sudah memesan sebanyak 371 juta
vaksin untuk 181 juta rakyat. Dan itu bukan seperti membalik telapak
tangan, namun butuh waktu lama. Maka, diperkirakan hingga 2022 nanti,
ada 371 dosis juta vaksin yang masuk ke Indonesia.
Deputi
Bidang Ekonomi Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti menyebut
selanjutnya jutaan vaksin ini akan datang bertahap untuk berbagai
jenisnya. Untuk tahun 2021 saja, pemerintah Indonesia sudah memesan 275
juta vaksin.
Vaksin
dipesan dalam jumlah yang sangat banyak, tentu supaya ada cadangan
juga. Namun yang juga layak disyukuri bahwa vaksin ini gratis untuk
rakyat. Kita sekarang tinggal berdoa semoga seluruh rencana lancar,
pasokan vaksin tiba sesuai jadwal, dan vaksinasi rampung sesuai target.
Namun
sungguh disesalkan dan tidak bisa dinalar sikap orang-orang yang sama
sekali tidak menghargai upaya keras pemerintah. Selama ini ada
suara-suara yang menolak vaksin dengan berbagai alasan "bodoh". Padahal
kebanyakan penolak itu rata-rata masyarakat awam yang tingkat
pengetahuannya minim, namun berlagak sok menolak vaksin.
Misalnya
menurut mereka, vaksin itu tidak halal, tidak aman, dll. Barisan
orang-orang semacam ini pasti dipengaruhi oleh pemuka agamanya yang
kemungkinan besar radikal, anti-pemerintah, dan mengharamkan semua hal.
Bagi mereka, produk bangsa kafir itu haram, kecuali smartphone dan internet.
Penolak
vaksin itu ada juga dilatarbelakangi politik. Bukan rahasia jika ada
pihak atau oknum yang "tidak suka" jika pandemi ini segera berakhir.
Sebab jika covid-19 berhasil ditekan, lalu lambat laun roda ekonomi dan
kehidupan mulai berputar menuju kenormalan dan kemajuan, maka stabilitas
politik pun semakin mantap!
Suasana
negeri yang aman damai, rakyat makmur dan sejahtera ini justru membuat
oknum-oknum itu gelisah. Sebab kalau pemerintah stabil, rencana atau
skenario mereka buyar. Ambisi meraih kekuasaan hancur berantakan. Maka
belum lama ini ada oknum yang mencoba mempengaruhi supaya rakyat jangan
berpikir secara berlebihan bahwa vaksin ini akan membuat perekonomian
meroket. "Tuhan tidak suka!" katanya.
Orang-orang
yang menolak vaksin dengan berbagai alasan masing-masing, jelas menjadi
batu sandungan. Padahal vaksinasi ini demi kepentingan umum, karena
tujuannya menghentikan wabah penyakit menular. Wabah ini awalnya dari
seseorang di Wuhan China, dan menyebar ke seluruh dunia. Apakah
orang-orang bodoh yang menolak divaksin ini ingin menjadi penyebar mimpi
buruk di negeri ini?
Rakyat
wajib mencermati si Ribka Tjiptaning, anggota DPR dari PDIP yang dengan
gagah menolak dirinya dan keluarganya divaksin. Sangat membingungkan
jika oknum semacam ini dengan segala keistimewaannya di masyarakat,
malah berlagak jadi provokator. Sebagai bagian dari koalisi pemerintah,
dia mestinya mendukung penuh program pemerintah yang tujuannya untuk
keselamatan seluruh anak bangsa!
Rakyat
harus sadar betapa urgennya vaksinasi ini, sebab tujuannya menghentikan
penularan wabah yang daya rusaknya luas dan dahsyat. Maka vaksinasi ini
kewajiban bagi rakyat. Vaksinasi bukan menyangkut kepentingan orang per
orang atau keluarga, tapi nasib bangsa. Ibaratnya, kalau mau mati, ya
mati saja sendiri. Jangan menyebabkan orang lain tertular.
Orang-orang
yang menolak vaksin kebanyakan karena bodoh dan dibodohi, tapi berlagak
sok pintar. Berurusan dengan orang-orang semacam ini kita hanya bisa
menahan rasa geram dan dongkol sembari mengumpat: Memangnya negeri ini
milik nenek lu?
Tuh lihat, Raja Salman saja mau divaksin.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/menolak-vaksin-emangnya-negeri-ini-milik-nenek-lu-Vmc6sbZBPB
Baru Ngaku Sekarang Kena Covid 19, Tak Layak Jadi Panutan
Banyak
orang yang sudah curiga dari awal, apa yang begitu rapat disembunyikan
oleh RS, sampai harus kucing-kucingan dengan Pemda Bogor, sampai harus
merelakan 6 nyawa menjadi korban di jalan tol, tidak lain dan tidak
bukan adalah ketakutannya mengakui bahwa dia memang terjangkit virus
korona. Dia tidak mau terus terang pada saat itu, bahkan mengumumkan di channel TV Ormasnya bahwa dia tidak terjangkit.
Entah
apa yang dia takutkan dari hal pengakuan itu. Bukankah semua orang
berpeluang terjangkiti? Apalagi dia memang baru saja pulang dari luar
negeri pada saat itu. Saya hanya bisa menduga, hal itu dia lakukan,
karena dia takut pengikutnya mulai ragu dan melabeli dia bukan cucu
Nabi, disebabkan ternyata bisa juga terjangkit Covid 19.
Masalahnya,
jauh-jauh hari, mereka sudah menyampaikan propaganda kepada
pengikut-pengikut dan pengagum-pengagum RS, bahwa Covid 19 itu adalah
tentara Allah. Tidak akan menjangkiti orang yang di dalam darahnya
mengalir darah Nabi. Tidak akan menjangkiti orang yang rajin berwudu.
Dan hanya akan membinasakan orang-orang kafir dan munafik.
Jadi,
kalau mengakui terinfeksi, tentu semua propaganda itu akan berbalik
arah ke RS sendiri. Jangan-jangan bukan cucu Nabi, jangan-jangan tidak
wudhu, jangan-jangan justru kafir dan munafik? Ini tentu jauh lebih
menakutkan daripada virusnya itu sendiri.
Maka,
virus pun harus disembuhkan dulu, biar pun banyak yang menjadi korban,
resiko itu harus diambil. Yang penting saat nanti benar-benar terpaksa
harus berurusan dengan polisi, statusnya sudah negatif virus korona. Itu
saja yang paling penting.
Nyatanya,
benar, saat ditangkap, di tes usap, RS dinyatakan negatif Covid 19.
Pengikut dan pengagumnya pun lega. Tapi, saat ada kabar, bahwa RS
mengalami sesak nafas di dalam tahanan, orang-orang kembali curiga. Ini
bisa jadi dampak dari keterjangkitannya sebelumnya. Karena menurut
literasi, orang yang baru sembuh, masih ada kemungkinan akan merasakan
sesak nafas kembali.
Sekarang,
kecurigaan itu mulai terjawab setelah polisi mengungkapkan bahwa RS
sempat dinyatakan positif terinfeksi Covid 19 berdasarkan hasil tes swab
beberapa waktu lalu. Namun, kata Polri, saat itu RS mengaku dalam
keadaan sehat wal afiat.
Ungkapan
Polri ini pun segera ditanggapi oleh kuasa hukum RS. Sugito langsung
membela kliennya dan menjelaskan, “Tidak semua apa yang jadi privasi
keluarga harus diinformasikan ke publik, atau pemerintah harus tahu.”
Sugito
mengatakan RS tetap menjalankan aturan pemerintah bagi pasien yang
positif korona. Dia mengatakan saat itu RS tetap menjalani isolasi
mandiri.
“Kalau
Habib Rizieq harus mentaati ketentuan yang dijalankan pemerintah, iya
(sudah dijalankan). Seperti isolasi semuanya kan diikuti, “ucapnya. Sumber
Lucunya,
Sugito menganggap itu bukanlah satu pelanggaran hukum.Dia berdalih,
“Habib Rizieq juga kan selama ini untuk urusan kesehatan di-backup oleh tim MerC kan, kok hanya Habib Rizieq sih, kenapa hanya Habib Rizieq? Karena selama ini Habib Rizieq terlalu oposan terhadap pemerintah?”
Saya
kira, itu hanya tugas Sugito sebagai kuasa hukum, berdalih apa pun
untuk membela kliennya. Melebarkan narasi kalau perlu ke pemerintah,
agar kliennya terbela. Padahal, saya yakin dia tahu, bahwa faktanya,
pemerintah tidak mengintervensi kasus RS sedikit pun. Dan, walau banyak
orang yang terkena covid 19, pada dasarnya semua orang akan melaporkan
kejadian itu. Pertama, untuk mengantisipasi kejadian yang lebih serius
pada dirinya sendiri. Kedua, agar bisa menjadi proses penelusuran
kontak, sehingga orang lain tidak lebih banyak yang tertular.
Itu artinya orang tersebut bertanggung jawab terhadap kesehatan orang lain.
Namun
apa yang terjadi dengan kliennya Sugito? Entah siapa yang mengajari,
dia malah tidak mau mengaku sudah terinfeksi virus. Alhasil, tracing tidak bisa dilaksanakan. Padahal, kalau saja saat itu tracing
dilaksanakan, bisa jadi mencegah virus menjangkiti wakil gubernur DKI,
dan bisa pula kemudian mencegah menjangkiti gubernurnya sendiri.
Tidak
ingin bermaksud berburuk sangka, walau dengan narasi yang bagus sekali
dari sang gubernur pun, tidak boleh disalahkan kalau kita menduga
terjangkitnya mereka adalah pasca pertemuan dengan RS saat mereka
menyambutnya langsung sesaat setelah dia kembali ke tanah air.
Terlepas dari itu semua, sekarang kita berharap Polri juga harus concern
memeriksa kuasa hukum RS, karena patut diduga mereka telah ikut
memberikan keterangan palsu, menghalang-halangi negara melakukan
pencegahan penyebaran virus.
Dan,
bagi kedua pihak, RS dan kuasa hukumnya, sangat tidak patut untuk
dijadikan teladan dalam usaha kita memutus mata rantai Covid 19 sekarang
ini.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/baru-ngaku-sekarang-kena-covid-19-tak-layak-jadi-0yTxfFVhlt
Endang Tirtana: Izin BPOM Sudah, Halal MUI Sudah, Penyebar Hoax Harus Dipolisikan!
Endang
Tirtana, direktur dari IWD alias Indonesia Watch for Democracy yang
juga merupakan politisi PSI, mengatakan bahwa vaksin di Indonesia sudah
bisa dikerjakan secara massal. Semua perizinan baik dari tinjauan medis,
birokrasi dan juga dari keagamaan sudah berjalan baik.
Jadi
tidak ada yang perlu kita khawatirkan. Namun saat ini, narasi-narasi
busuk muncul membuat Endang Tirtana pun berespons dan mengeluarkan
statement tegas. Apa yang ia katakan? Mari kita simak di dalam
penjelasannya.
Halal dari MUI sudah, izin dari BPOM sudah, vaksin ada, jangan lagi ada keraguan!
MUI
sudah memberikan stempel halal. Kalau urusan Kapolri, MUI gak usah
banyak ngomong. Tapi kalau urusan vaksin, boleh lah nggak apa-apa. Saya
izinkan. Hahaha. Tapi yang pasti, Endang Tirtana mengatakan MUI sudah
memberikan stempel halal vaksin, artinya sudah bisa digunakan lewat
saringan agama.
Kemudian
BPOM juga sudah memberikan izin edar dan penggunaan vaksin Sinovac yang
sudah disuntikkan kepada Presiden Joko Widodo. Selama ini kita tahu
bahwa setiap obat-obatan yang beredar, resminya harus ada lewat screening BPOM. Artinya secara dosis dan sebagainya, sudah lewat juga.
Dari
dua hal ini saja sebetulnya Endang mengatakan bahwa rakyat tidak perlu
ragu lagi. Semua sudah berjalan dan disaring sesuai dengan apa yang
sudah diproses. Tak perlu ragu, karena sudah ada lembaga-lembaga yang
memberikan izin edar dan kehalalan.
IWD mendukung pemerintah untuk segera melaksanakan vaksinasi sebagai bagian dari upaya untuk mengatasi pandemi Covid 19.
Tidak
hanya meminta masyarakat jangan ragu, Endang Tirtana pun mendukung
gerakan pemerintah untuk melaksanakan vaksin secara nasional. Ikhtiar
Presiden pun didukung oleh Endang, sebagai bagian untuk menang atas
Covid 19.
Dalam
hal ini, saya perlu memberikan apresiasi tinggi terkait apa yang
menjadi pilihan presiden Joko Widodo dalam membeli vaksin Sinovac,
jauh-jauh hari sebelumnya. Agar apa? Agar rakyat Indonesia selamat.
Sekarang, malah kita melihat bahwa negara-negara seperti Malaysia dan
Filipina sedang sulit cari vaksin. Feeling Jokowi ini mantap.
Malaysia
dan Filipina pun sudah mengalami kesulitan dalam membeli vaksin yang
cocok untuk negara mereka. Bagi penulis, pemilihan vaksin Sinovac untuk
rakyat Indonesia yang merupakan rumpun ras Asia, sudah sangat tepat.
Memang vaksin Pfizer, Astra Zeneca yang merupakan produk Amerika dan
Eropa juga sudah dipesan. Namun Sinovac adalah vaksin yang cocok untuk
rumpun Asia.
Jujur
saja, saya baru tahu bahwa dalam penelitian dan pembuatan vaksin,
ternyata faktor ras ada pengaruhnya. Jadi kalau secara awam saya melihat
vaksin Pfizer, Astra Zeneca dan vaksin-vaksin buatan Amerika Eropa
lainnya, tidak se-cocok Sinovac.
Jadi
Endang Tirtana mengatakan dengan jelas bahwa dukungan kepada Jokowi
ini, bukan sekadar dukungan buta. Tapi dukungan karena pemahaman yang
sudah mantap.
Saya juga siap divaksin, sesuai dengan program yang dicanangkan pemerintah.
Setiap masyarakat sangat di-encourage
untuk mau divaksin. Harus siap divaksin dan menerima ikhtiar baik ini.
Vaksin apapun itu, yang pasti ini adalah ikhtiar dan niat baik
pemerintah kepada masyarakat agar bisa melakukan kegiatan sehari-hari
dengan normal lagi.
Kita
mempercayai satu hal. Pandemi ini akan selesai. Kita percaya dan
optimis, bahwa negara ini kelak akan terbebas, dan mimpi Indonesia maju
2030 bisa dikerjakan dengan baik.
Jika
ada yang menyebarkan kabar bohong untuk menakut-nakuti dan menghasut
masyarakat agar tidak mau divaksin, sebaiknya aparat penegak hukum
mengambil langkah tegas.
Sebaik-baiknya
orang, tentu akan ada saja anjing-anjing yang menggonggong. Ada
narasi-narasi bahwa vaksin palsu beredar. Ada yang kelewatan juga sampai
mengatakan Jokowi bukan disuntik vaksin, tapi disuntik vitamin. Malah
ditanya-tanya lagi oleh Najwa si anchor Air Mata Najwa.
Kita
harus tahu bahwa masyarakat ini memahami apa yang mereka lihat. Mereka
menyerap apa saja yang mereka tonton. Apalagi jika ada junjungan yang
mereka sanjung. Rizieq yang kasus seks chatnya mau dibuka lagi saja bisa
mereka percaya. Jadi meminta aparat penegak hukum mengambil langkah
tegas, adalah hal yang sangat baik dikatakan.
Protokol
kesehatan harus tetap dijalankan dan diperketat, baik oleh pemerintah
pusat maupun berkoordinasi dengan pemerintah daerah.
Encouragement
Endang bukan sekadar kata-kata belaka seperti si Anies yang suka
ngomong doang. Endang Tirtana meminta masyarakat juga untuk menaati
protokol kesehatan, dan mendukung pemerintah untuk melakukan program
protokol kesehatan.
Terima
kasih untuk Bro Endang soal pemahaman ini. Masyarakat butuh pemahaman
yang baik, bukan malah provokasi dan bikin pernyataan aneh. Mantap Bro
Endang!
Begitulah mantap-mantap.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/endang-tirtana-izin-bpom-sudah-halal-mui-sudah-O9Xy3oCE4V
Ahok Bongkar Kontrak Janggal LNG Pertamina, Akan Ada Kumis yang Rontok!
Ahok
diserang oleh kadal gurun. Oleh para pendukung Rizieq soal kerumunan
yang dibuat beberapa malam silam dalam acara pesta di rumah seseorang.
Saya curiga, serangan terhadap Ahok ini settingan. Ahok yang adalah
Komisaris Utama PT Pertamina sebenarnya memang sudah diincar.
Pertanyaannya,
kenapa Ahok diincar? Kenapa dia diserang soal kerumunan yang membuat
polisi sampai turun tangan? Ini yang patut kita cermati bersama-sama.
Bahkan Rizieq sampai mengatakan bahwa Ahok harus ditangkap soal
kerumunan.
Ahok
diserang, Rizieq sampai buka suara soal kerumunan. Dia harus dipenjara.
Bodohnya bohir. Rizieq ditangkap bukan karena soal kerumunan melainkan
soal penghasutan dan kurang ajarnya dia. Sudah diingatkan sebelumnya,
masih ngeyel ya diciduk dan disobek-sobek itu balihonya.
Diduga
kuat, bohir mulai lancarkan serangan kepada Ahok, soal penemuannya
tentang kontrak janggal di Pertamina yang diteken perusahaan tersebut.
Soal LNG asal Mozambik pada tahun 2019. Lah ketahuan deh. Ujung-ujungnya
duit lagi. Sepertinya akan ada kumis yang memutih kemudian rontok.
Kontrak
yang dimaksud adalah kontrak LNG asal Republik Mozambique yang
ditandatangani 2019 silam dan membuat Ahok merasa adanya ketidakwajaran
dalam kontrak. Ahok pun tidak menjelaskan lebih rinci lagi soal kontrak
apa. Yang pasti, dia mengatakan ada ketidakwajaran sehingga perlu
diaudit.
Dia
mengatakan bahwa ada ketidakwajaran dalam pembelian kontrak jangka
panjang Liquid Natural Gas alias LNG, sehingga perlu ditinjau ulang soal
kontrak yang usianya sangat panjang, yakni 20 tahun itu. Gila. Ada
bohir yang sebelum keluar, mau nyerap uang selama 20 tahun. Bisa buat 2
generasi di bawahnya itu.
Nicke
Widyawati selaku Direktur Utama Pertamina dan Senior Vice President
Komunikasi Pertamina Agus Suprijanto pun belum memberikan tanggapan,
setelah Ahok mengatakan hal ini. Apa yang Ahok katakan memang sesuai
dengan fakta. Bahwa pada tahun 2019, tepatnya di bulan Februari,
Pertamina meneken perjanjian jual beli.
Sales
and Purchase Agreement itu dilakukan dengan perusahaan Amerika Serikat,
Anadarko Petroleum Corporation terkait penjualan Liquid Natural Gas
dari Mozambique LNG 1 Company Pte Ltd. Mozambique LNG1 Company Pte LTd
sendiri adalah penjual gas produksi anak usaha Anadarko.
Rencananya,
LNG yang dibeli dari sana, sebanyak 1 juta ton per tahun (Million Ton
Per Annum) dan akan berlangsung selama 20 tahun. Mantul betul. Ya
namanya kontrak, itu lintas kekuasaan politik lah. 20 tahun itu minimal 2
presiden, maksimal 4 presiden kalau masing-masing 2 periode atau 1
periode.
Pada
saat itu, direktur pemasaran Pertamina, Basuki Trikora Putra mengatakan
bahwa impor LNG dari Mozambique itu sangat mantap karena harganya
paling bersaing. Wakil Presiden Eksekutif Anadarko, yakni Mitch Ingram
mengatakan bahwa Indonesia akan jadi pasar gas alam dengan pertumbuhan
tercepat se-Asia. Ya penjual pasti akan membesar-besarkan pembeli yang
membeli dalam partai besar lah. Wajar saja.
Lantas,
apa yang menjadi kecurigaan Ahok? Ini yang mulai seru. Pertama,
cadangan gas bumi Indonesia ini ada sekitar 100 triliun standard cubic
feet alias Trillion Cubic Feet (TCF). Dari sini kita sudah mulai paham,
ada kejanggalan antara stock, supply and demand.
Pertanyaannya
adalah begini. Ketika stock sangat banyak dengan supply memadai dan
demand yang juga pas, buat apa kontrak 20 tahun dengan 1 juta ton per
tahun itu dilakukan dengan Mozambique? Maka dari sini, nggak heran kan
kenapa Ahok diserang soal kerumunan? Tapi saya yakin Ahok berani.
Sehingga saya yakin suatu saat, akan ada kumis-kumis yang memutih dan
rontok satu per satu.
Ahok
ini bukan tipe orang yang bisa ditekan. Semakin ditekan, dia akan
semakin reaktif. Inilah yang menjadi harapan kita bersama soal Indonesia
maju. Salah sasaran Rizieq menyerang Ahok dan Raffi Ahmad adalah dia
gak paham hukum.
Rizieq
dipenjara karena dia bikin hasutan. Soal kerumunan, juga dia dijadikan
tersangka karena dialah yang membuat kerumunan dan menginisiasi. Anies
pun bungkam. Dia tidak bisa apa-apa. Selama ini, sudah paham ya siapa
yang ada di balik peta politik ini? Apakah dia Jadolf Kitler?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/ahok-bongkar-kontrak-janggal-lng-pertamina-akan-wT1eqvheWz
Hati-Hati Denny Siregar, Kau Mulai Memainkan SARA Terhadap Ribka...
Menjadi
Publik Figure itu banyak tidak enaknya. Mereka yang bangga mendapatkan
gelar "Publik Figure" adalah mereka yang menjual kehidupan pribadinya
kepada publik. Apapun yang mereka katakan dan lakukan, tak akan pernah
luput dari perhatian dan sorotan publik. Sampai urusan ngorok dan
kentutpun, bisa jadi santapan publik.
Saya
tidak akan pernah lupa satu percakapan saya dengan ayah mertua yang
saat itu mendumel karena pacar Roger Federer, petenis dunia, hamil
duluan sebelum menikah. Mendengar dia ngomel-ngomel dan menghujat Roger
Federel, yang merupakan idola saya, jelas saya membela Roger. Saya
bilang, "Bukankah di Eropa banyak sekali perempuan yang hamil di luar
nikah bahkan sudah hamilpun mereka tetap tidak menikah. Itu kan sudah
bagian dari budaya Eropa!" Dan dengan satu kali bentakan mertua saya
bilang, "Tapi Roger Federer itu Publik figure! Dia tidak boleh melakukan
hal seperti itu karena akan jadi contoh para penggemarnya!". Saya
ternganga mendengar pernyataan mertua. Suami saya pun memberi isyarat
untuk tidak melanjutkan perdebatan sambil berbisik, "Papi itu generasi
jadul... di jamannya selebrity dilarang macam-macam!".
Konpensasi
menjadi selebrity atau Publik Figure memang menggiurkan. Lihat saja
Atta Halilintar, sebagai Publik Figure milenial di dunia virtual, dia
jadi salah satu orang muda terkaya di Indonesia. Sejauh ini, yang saya
tahu, apa yang Atta lakukan untuk menjadi terkenal dan kaya raya, dia
pintar membuat konten-konten di media sosial. Tapi masalah percintaan
dan perjodohan dia dengan Aurel Hermansyah sepenuhnya menjadi santapan
publik. Begitu pula dengan Denny Siregar. Dia menjadi terkenal karena
kepiawaiannya dalam menyoroti banyak hal yang terjadi di kehidupan
keseharian, terutama hal yang menyangkut perpolitikan. Saya termasuk
salah satu penggemar Denny Siregar, walupun akhir-akhir ini saya lebih
menikmati video-videonya Ade Armando. Mungkin faktor usia, saya dan Ade
Armando itu seumuran, jadi kecepatan gelombang dia lebih sesuai dengan
kecepatan gelombang saya. Kalau Denny Siregar lebih menggebu-gebu.
Serangannya terhadap lawan begitu garang dan tajam. Saking garang dan
tajamnya, Denny sempat menjadi sasaran hingga data pribadi dia dibongkar
oleh lawan. Lalu Denny pun meradang dan menggugat kejadian pembongkaran
data pribadi dia. Sayangnya, ganti rugi yang dituntutkan di luar
perkiraan. Jumlah tuntutan ganti rugi sebesar Rp 1 triliun sangat sulit
untuk dijustifikasikan di persidangan. Kasus ini sudah sampai mana
sekarang, rasanya kita tak bisa lagi mengikutinya....
Sebagai
sesama pendukung Jokowi, saya tak selalu setuju dengan pandangan dan
opini Denny Siregar. Beberapa kesempatan saya pernah menuliskan ketidak
setujuan saya atas pandangan dan pemikiran dia. Yang terpenting buat
saya, apapun gaya kita beropini, jangan sampai melanggar aturan yang
digariskan undang-undang, terutama Undang-Undang ITE, karena baik Denny
Siregar, maupun semua Penulis Seword, ajang peperangan kita berada di
dunia maya, dimana Negara mengawasinya dengan UU ITE yang dikawal ketat
dengan KUHP dan undang-undang lainnya yang berhubungan.
Dan
hari ini saya cukup kecewa menemukan cuitan Denny Siregar yang begitu
mengandung unsur SARA. Saya juga tak suka pada cara Ribka Tjiptaning
menyampaikan pandangan dia di rapat Komisi IX DPR RI tentang vaksin
corona. Karena suara Ribka yang kencang dengan gaya bahasa yang tanpa
etika, koaran panjang dia ternyata tak mengandung sedikitpun solusi yang
bisa dia sampaikan pada pemerintah, khususnya Menteri Kesehatan. Saya
juga tahu kalau Ribka dulu pernah menyatakan bangga menjadi anak PKI dan
sekarang dia berhasil masuk dan berperan di panggung perpolitikan. Tapi
menjadi sangat tidak etis ketika kita menguliti Ribka dari sisi pribadi
dia, apalagi menyentuh ranah agama dan keimanan dia.
Di akun Twitter Denny Siregar, salah satu follower Denny dengan nama akun Indonesia Teguh @qzitz
mentwitkan 2 foto Ribka yang berdampingan. Yang satu foto Ribka tanpa
jilbab dan yang satu lagi foto Ribka memakai jilbab, dengan caption "Calon Pengganti Bunda Neno".
Saat ini foto tersebut sudah dihapus oleh pihak Twitter. Dan saya haqul
yakin, foto RIbka yang berjilbab adalah editan. Tapi Denny Siregar
malah ikut-ikutan berkomentar. Dia menuliskan "Udah ada yang manggil ukthi RIbka. Cepat banget berubah dari "anak PKI" jadi "Sobat seiman". Sementara kita tahu kalau Ribka Tjiptaning ini adalah umat Kristiani. Bagi saya ini sudah sangat SARA.
Tidakkah
Denny Siregar belajar dari kejadian Maheer yang mengomentari fotonya
Habib Lutfi? Komentar Maheer atas cara Habib Lutfi memakai sorbannya
memang tidak menggunakan Pasal SARA karena baik Maheer ataupun Habib
Lutfi, keduanya sama-sama Muslim. Tapi perbuatan Maheer dijerat dengan
pasal penghinaan, dan dia pun mendekam di penjara. Artinya, editan foto
Ribka jauh lebih berbahaya karena Ribka bukan seorang Muslim. Dengan
berkomentar "Udah ada yang manggil ukthi RIbka. Cepat banget berubah dari "anak PKI" jadi "Sobat seiman", Denny telah ikutan melecehkan agama dan keyakinan Ribka yang seorang umat Kristiani.
Terlepas dari sikap Ribka yang menolak untuk disuntik vaksin, masalah meme foto Ribka yang diunggah oleh akun Indonesia Teguh @qzitz
yang ikut dikomentari Denny Siregar, jelas-jelas telah masuk ranah
SARA. Jika Denny Siregar sadar bahwa dirinya adalah seorang Publik
figure dan Denny memahami bahwa segala perbuatan yang mengandung
pelanggaran atas SARA adalah tindakan pidana, sebagai pemilik akun,
sedianya Denny menghapus twittan Indonesia Teguh @qzitz dan melakukan pencegahan agar meme tersebut tidak menjadikan twittan ini santapan media.
Saya
sendiri menulis tulisan ini, tak berani menggunakan screen shot dari
komentar Denny Siregar maupun menggunakan foto Ribka. Karena jika saya
mengunggah kedua screen shot itu, artinya saya ikut menyebarkan apa yang
Denny komenkan. Kalian bisa menggooglenya sendiri. Tapi tolong, jangan
ikut-ikuta tindakan yang sangat kampungan seperti ini.... hati-hati!
Kepolisian siber sudah dimassivekan!
Sumber Utama : https://seword.com/umum/hati-hati-denny-siregar-kau-mulai-memainkan-sara-heqku9S9Sf
Re-post by Migo Berita / Sabtu/16012021/13.41Wita/Bjm