Migo Berita - Banjarmasin - Bongkar Habis Aksi Demo yg mengatasnamakan mahasiswa & bilang Covid HOAX !!! Hampir tidak percaya, tapi harus percaya para simpatisan ormas terlarang HTI (Hizbut Tahrir Indonesia) dan FPI (Front Pembela Islam) yang telah resmi dibubarkan pemerintah Indonesia dan pembubaran tersebut didukung mayoritas masyarakat Indonesia yang mendukung pemerintah yang SAH Indonesia saat ini ternyata masih ada yang mempercayai ideologi khilafah versi mereka dan sudah akut BENCI kepada pemerintah yang sah, lebih khusus kepada Pak Presiden Jokowidodo. Kenapa? karena, setiap apapun tindakan yang mereka lakukan, yang penting Demo dan menginginkan Jokowi lengser sebelum selesai periode keduanya. Isu 3 periode yang dicanangkan oleh mereka yang memang benci Jokowi juga sudah ditanggapi serius oleh pak Presiden Jokowi. Namun, mereka seperti kehilangan akal sehatnya, sehingga menganggap semuanya salah Jokowi. Bahasa sederhananya, ketika mereka membuat meme di media sosial dengan menyebut Presiden Jokowi sebagai The King of Lip Service , kemudian di bela habis-habisan oleh Netizen 62 yang memang cinta NKRI dan pak Jokowi, malah disebut pengecut, beraninya hanya di media sosial, LOH, Anda SEHAT, memangnya hanya Anda dan kelompok anda yang boleh bermain media sosial?? Begitulah, mereka para simpatisan ormas terlarang tersebut, baik disadari maupun tidak disadari telah menjadikan mereka kaki tangan yang "GRATIS" bagi yang ANTI NKRI untuk menimbulkan suhu politik memanas dinegeri ini. INGAT, Cluster Demo bisa saja terbentuk dengan adanya kumpulan massa yang demo dan mengakibatkan orang yang kurang sehat bisa terpapar. Ada baiknya nanti aparat pemerintah yang mempunyai kewenangan untuk mengizinkan demo-demo tersebut mempersyaratkan yang demo harus mempunyai kartu vaksin atau harus di test swab dulu bagaimana @CCIPPOLRI
Supian HK Beberkan Dalih Tak Hadir Aksi KPK, Demonstran Layangkan Mosi Tidak Percaya
KETUA DPRD Provinsi Kalimantan Selatan, Supian HK, kembali memilih absen dalam aksi #SaveKPK jilid III di Kota Banjarmasin, Kamis (1/7/2021).
POLITISI Golkar tersebut beralasan, situasi Kota Banjarmasin masih dilanda pandemi Covid-19. Hal itu menjadi dalih dia enggan menemui massa aksi meski dirinya saat itu sedang berada di gedung dewan.
Supian lantas berargumen, penyampaian aspirasi lewat audiensi jauh lebih maksimal daripada melalui unjuk rasa yang menimbulkan kerumunan.
“Saya sudah masuk lansia (lanjut usia), tergolong rawan tertular. Apalagi beberapa orang terdekat saya baru-baru ini juga dinyatakan positif, karena itu saya lebih menjaga,” ujarnya.
Di samping itu, Supian menilai tidak semua aksi harus dihadiri oleh pimpinan DPRD. Sebab, sistem kerja di lembaga legislatif juga kolektif kolegial.“Kalau saya terus yang turun tangan, seolah-olah saya arogan karena urusan kedewanan dilakukan sendiri,” tuturnya.
Pihaknya mengaku sudah sempat berdialog dengan perwakilan mahasiswa lewat video konferensi, tak lama setelah aspirasi pertama disampaikan.
Menurutnya, tuntutan mahasiswa di Kalsel terkait tindak lanjut dari dugaan pelemahan KPK, sudah disampaikan ke Kantor Staf Kepresidenan di Jakarta pada 22 Juni lalu.
“Kalau menyampaikan hal yang sama, sebelumnya juga sudah kita sampaikan. Tapi kalau mereka hanya ingin bertemu Ketua DPRD, saya kan tidak bekerja sendiri, tapi ada komisi yang membidangi masalah masing-masing,” ujarnya.
Mahasiswa Gaungkan Mosi Tidak Percaya
Sebelumnya, unjuk rasa Save KPK Jilid III di Banjarmasin sendiri berakhir dengan penyampaian mosi tidak percaya kepada Supian HK, pada Kamis (1/7/2021) malam.
“Kami tidak akan bertemu dengan ketua DPRD lagi. Kami juga tidak akan percaya lagi dengan bapak Supian HK. Kecuali beliau langsung yang berangkat ke Jakarta menyampaikan tuntutan mahasiswa ke Presiden Joko Widodo,” tegas Koorwil BEM se-Kalsel, Ahmad Rinaldi.
Dia juga berjanji bakal membawakan seluruh tuntutan BEM se-Kalsel ke tingkat nasional, melalui BEM Seluruh Indonesia (SI).
Sebelum ini, para demonstran memilih tetap bertahan di ruas jalan Lambung Mangkurat hingga malam. Massa tetap setia menunggu Ketua DPRD Kalsel untuk menemui mereka.
Bahkan terpantau jumlah demonstran yang mulanya ratusan berangsur berkurang hingga menjadi puluhan. Menariknya, jelang akhir aksi terlihat hanya puluhan mahasiswa dari UIN Antasari Banjarmasin yang masih bertahan.
“Kami sangat apresiasi kawan-kawan yang masih bertahan sampai malam. Meskipun kita tak digubris, tapi jalanan dan waktu itu menjadi saksi perjuangan kita,” kata Jendral Lapangan Aksi dari UIN Antasari, Arbani.
Sekitar pukul 21.38 Wita, massa akhirnya memutuskan untuk menyudahi aksi bela KPK jilid III. Satu per satu dari mereka berangsur meninggalkan pusat kota.
Seiring dengan itu, polisi membuka ruas jalan Lambung Mangkurat secara penuh. Aktivitas lalu lintas pengendara di kawasan itu pun sudah kembali lancar.
Sumber Utama : https://jejakrekam.com/2021/07/01/supian-hk-beberkan-dalih-tak-hadir-aksi-kpk-demonstran-layangkan-mosi-tidak-percaya/
Dema FEBI UIN Antasari Nyatakan Sikap atas Peristiwa Kritik King Of Lip Service
DEWAN Mahasiswa Fakultas Ekonomi dan Bisnis Islam (Dema Febi) UIN Antasari menyatakan sikap. Berawal atas peristiwa yang menimpa anggota BEM Universitas Indonesia (BEM UI), usai menyindir Presiden RI Joko Widodo.
KETUA DEMA FEBI UIN Antasari Muhammad Yogi Ilmawan angkat bicara menyatakan pihaknya berdiri di samping BEM Universitas Indonesia.
Yogi juga mengkritik Rektorat Universitas Indonesia yang bereaksi sangat berlebihan. Ketika memanggil pengurus BEM UI, pasca kritik King Of Lip Service yang ditujukan kepada presiden Jokowi.
“Adanya kejadian ini (pemanggilan), iklim demokrasi sudah mati di negeri ini. Kita sangat menolak segala pembungkaman dalam menyampaikan pendapat dalam bentuk apapun,” ujar Yogi saat dihubungi jejakrekam.com, Rabu (30/6/2021).
Dia menyebut kritik yang dikemukakan BEM UI punya argumentasi ilmiah yang berdasar, dan memang sesuai dengan realita.
Yogi menyayangkan pembungkaman gaya baru dalam kebebasan berpendapat dan bersuara, sebab upaya pembungkaman tidak hanya datang dari negara tapi juga berasal dari institusi perguruan tinggi.
Dia menilai upaya pembungkaman sebagai penghianatan UUD 1945 pasal 28 dan UU nomor 9 tahun 1998 tentang kemerdekaan menyampaikan pendapat di muka umum.
“Rezim ini sudah sangat menampakkan anti kritik, yang pastinya saat suara-suara kritis kita semakin dikerdilkan hanya ada satu kata yaitu lawan,” tegas Yogi.
Sementara itu, Jokowi bersuara atas kritikan BEM UI, melalui video berdurasi 2 menit 1 detik yang diunggah Sekretariat Presiden di Youtube.Jokowi mengatakan universitas tidak perlu menghalangi mahasiswa untuk berekspresi. Mahasiswa, sambung Jokowi kemungkinan sedang belajar mengekspresikan pendapat. “Tapi juga ingat bahwa kita ini memiliki budaya tata krama, memiliki budaya kesopanansantunan,” imbuhnya.
Sumber Utama : https://jejakrekam.com/2021/06/30/dema-febi-uin-antasari-nyatakan-sikap-atas-peristiwa-kritik-king-of-lip-service/
Klik juga "ALHAMDULILLAH HUJAN" : Antara Penanganan Covid & Demo Mahasiswa "Yang Sepi Peminat" di Banjarmasin
Pemuja Khilafah di Sekitar Kita
Beredar di timeline saya, sebuah berita dengan judul "Rezim manfaatkan Covid-19 sebagai senjata pembunuh massal untuk kepentingan politik".
Dan dibawahnya ada foto seorang Guru Besar dari Universitas negeri di Surabaya ITS, Daniel M Rosyid. Ternyata dia yang menyatakannya. Ah, kayaknya saya tahu wajah dan nama orang ini.
Nama Daniel M Rosyid muncul ketika pemerintah Jokowi mengumumkan HTI sebagai organisasi terlarang di Indonesia tahun 2017. Ketika HTI digebuk itu, bermunculan lah pentolan-pentolannya yang ternyata adalah kaum intelektual di perguruan-perguruan tinggi negeri di Indonesia.
Daniel M Rosyid kala itu membela HTI dengan bilang kalau pembubaran organisasi itu adalah upaya utk membungkam kebebasan berkumpul dan menyatakan pendapat. Pernyataannya viral dan ITS didesak untuk memecat Daniel M Rosyid.
Daniel M Rosyid bersama 2 orang dosen lainnya, lalu dipanggil rektor untuk klarifikasi, "Apakah kalian bagian dari HTI??" Mereka kabarnya membantah dan akhirnya menandatangani pernyataan bahwa mereka bukan bagian dari HTI.
Tapi lucunya, meski tidak mengaku bahwa dirinya bagian dari HTI, di sebuah media Daniel M Rosyid -Guru Besar ITS itu- mengaku sebagai pendukung Khilafah.
Aneh, ya?
Jadi saya gak heran dengan pernyataan Daniel M Rosyid itu. Sejak lama dia memang terlihat anti dengan pemerintahan ini, meski juga cari duitnya di instansi pemerintah. Gak konsisten. Kalau gak suka, mending berhenti aja dan berbuat seperti para anti riba yang akhirnya keluar dari bank dan wirausaha.
Orang-orang seperti ini banyak banget di instansi pemerintahan, akibat dari pembiaran di pemerintahan masa lalu. Mereka adalah kaum intelektual, terpelajar dan sudah melalui proses pengkaderan sejak mahasiswa dan disebar ke banyak instansi pemerintah utk menjabat disana. Dan kampuslah tempat pengkaderan itu. Karena itu, jabatan seperti dosen, guru besar bahkan rektor di kampus adalah posisi strategis sebagai perekrutan.
Saya sih setuju, kalau misalnya tes Wawasan Kebangsaan seperti yang sudah dilakukan di KPK diberikan juga ke dosen-dosen di kampus negeri. Penting itu, untuk menjaga para mahasiswa di negeri ini supaya bersih dari paham radikal dan Khilafah. Jika mereka ada di pemerintahan, sejatinya mereka harus satu barisan dengan kebijakan pemerintah, bukan malah jadi penentang utama.
Itu seperti duri dalam daging..
Gak mudah memberantas paham Khilafah ini, karena yang terpapar bukan hanya masyarakat kelas bawah, bahkan sudah masuk ke posisi selevel Guru Besar di Universitas-universitas negeri kita. Mereka seperti ular, yang menunggu kapan saat yang tepat untuk mematuk dan menyebarkan bisa.. Seruput kopinya..
M. Rosyid, Dosen ITS
Sumber Utama : https://www.dennysiregar.id/2021/06/pemuja-khilafah-di-sekitar-kita.html
Leon: Kritik 'Hina' Pemerintah Itu Demokrasi, Bela Pemerintah Itu Buzzer
Saya kira masih cukup menarik untuk membahas soal BEM UI yang membuat gaduh dan bersembunyi di balik kampus tempat mereka menimba ilmu tapi sayang salah guru.
Sosok Leon Alvinda sebagai ketua BEM UI saya yakin hari ini kian besar kepala. Semakin dibicarakan orang makin jumawa. Kendati bahasa yang disampaikan tajam sekalipun buat dia tak jadi soal. Karena banyak para pengkhianat yang memberinya semangat.
Memang mau ambil jalur berbeda itu gampang bikin viral dan terkenal. Saya rasa dia sudah siap soal yang satu ini.
Rekam jejak Leon "diblejeti" nitizen yang gemas akan sikapnya. Bahkan saya melihat di seword saja sudah ada puluhan artikel yang membahas tentang Leon dengan BEM UI nya itu.
Tak sedikit pula yang membela dia. Kelompok yang membela juga orang-orangnya dari kelompok yang itu saja.
Tokoh oposisi, partai oposisi, pengamat oposisi, kelompok radikalis, simpatisan PKS, LSM, dan lain sebagainya.
Leon dipandang oleh mereka berani. Berani kritis terhadap pemerintah. Kendati sebetulnya itu bukan murni kritis tapi ada aroma penghinaan di dalamnya.
Gambar meme dan disertai kalimatnya yang menukik tapi ujung-ujungmya bias tanpa ada opsi solusi di dalamnya.
Maka tidak heran jika presiden Jokowi menjawab, ada kalimat penekanan 'sopan santun dan tata krama' dalam menyampaikan kritik.
Meski jawaban seperti apapun itu, oleh pengamat semacam Gerung akan diputar balikkan. Maklum sebab yang bersangkutan memang punya wilayah di sana. itulah salah satu kegiatan pengamat. Bikin makin mumet rakyat.
Saat Leon diserang nitizen dia beranggapan apa yang dia lakukan adalah hal yang lumrah di alam demokrasi. Sedang yang membuat kesal nitizen atau masyarakat lantas menuduh yang membela pemerintah disebutnya buzzer.
Orang-orang yang tidak menyukai pemerintah atau mungkin lebih tepatnya tidak suka Jokowi selalu berlindung di balik kata buzzer ketika dikritik balik. Bisa dibilang semuanya. Menyebut buzzer, buzzer dan buzzer.
Jadi analoginya sederhana, maunya hanya mencubit, giliran dicubit balik menghindar atau tidak mau. Dan menyebut yang mengkritik atau mengcounter balik sebagai buzzer. Sesederhana itu. Model seperti ini kalau di kampungku mulutnya dislepet karet.
Ini kan sebetulnya orang-prang yang sakit. Maunya menang sendiri. Secara kejiwaan sudah terganggu.
Saya yakin betdasarkan temuan-temuan rekam jejak si Leon dan kawan-kawannya ini bukan murni pemikirannya sebagai ketua BEM UI, tapi sudah disetting sedemikian rupa oleh para sutradara.
Kegaduhan yang diciptakan BEM UI terbukti memberi dampak, disambut di Kota Kendari, saat presiden Jokowi agenda kerja disambut spanduk "the king of lips service' bahkan tidak hanya sampai itu, terjadi penolakan kedatangan presiden disertai tindakan anarkis dan pembakaran bendera PDIP.
Artinya BEM UI dalam hal ini sukses memprovokasi. Apakah otak dan hati mereka cukup ada ruang, atas apa yang akan terjadi setelahnya?
Di saat kita semua sedang dibenturkan oleh urusan perut lantaran covid yang kian menggigit, anak-anak sok paling demokratis ini justru menimbulkan kekacauan di media juga di dunia nyata.
Ada beberapa kerusakan yang ditimbulkan meskipun tidak sampai membawa korban jiwa. Tapi itu sudah cukup memberi tamparan keras bagi kita semua.
Anak-anak muda ini belum tahu rasanya bagaimana susu anak sudah menipis, sedang uang di dompet habis. Belum tahu rasanya bagaimana persediaan beras terkuras tinggal seujung nafas.
Jadi mereka bebas-bebas saja kritik 'hina' pemerintah atas dasar demokrasi. Begitu mungkin pikirnya dan tak peduli akibatnya. Mumpung hidup masih numpang orang tuanya.
Tak sedikit saya atau Anda mungkin juga acap kritik pemerintah melalui tulisan artikel dan konteks serta arah jelas. Tidak hanya sepotong dan dapat menimbulkan bias.
Dan yang pasti mereka para BEM UI itu memiliki panggung skala besar. Sangat berbahaya jika dimanfaatkan sebagai alat propaganda pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab.
Saya kira kita memang yang mayoritas harus bersuara jika tidak maka kelompok seupil yang acap membuat gaduh dan ricuh negeri kita ini akan merasa jumawa.
Kalau saya pribadi sih bodo amat dicap 'buzzer' selagi apa yang kita paparkan untuk menetralisir kondisi dari racun-racun pemikiran terbalik yang berusaha mereka lemparkan ke tengah publik. Ledakannya tidak main-,main, bisa mematikan akal sehat.
Rasanya sudah siap perang melalui udara, kendati jangkaunnya seuprit tak jadi soal. Sebab kalau kita diam makin diacak-acaklah pemikiran banyak orang.
Kebencian itu cepat menular, karena datang dari niat jahat dan pemikiran yang keruh lagi kotor. Harus kita lawan.
Demikian, salam
Sumber Utama : https://seword.com/politik/leon-kritik-hina-pemerintah-itu-demokrasi-bela-pNUrO3eSEQ
Daripada Wagub Riza “Bela” Anies, Lebih Baik Minta Anggaran Formula E
Blundernya Wakil Gubernur DKI Jakarta Riza Patria membela Anies. Apa dirinya “lupa atau melupakan”, seharusnya warga Jakartalah yang diperjuangkan. Lha…kok malah ikutan koplak duet dengan sang ahli tata kata.
Membahas atau membicarakan Anies Gubernur DKI Jakarta jelas unfaedah. Sebab keberadaannya di Jakarta selama ini sejak hari pertama saja sudah unfaedah. Terbukti mayoritas warga Jakarta tidak merasa ada gunanya, dan keberadaannya. Entahlah untuk pemujanya, tetapi jelas bagi Anies, menjadi Gubernur DKI Jakarta sebuah anugrah terindah. Buktinya berani bermimpi naik kelas menjadi RI 1. Padahal menjadi gubernur saja parah sekali kerjanya.
Mikir deh, bagaimana tidak kebangetan. Di saat pandemi semakin serius, justru lonjakan kasus di Jakarta tampil “unggul” dari provinsi lainnya. Ini ironis, sebab sebagai pusat pemerintahan, harusnya Jakarta menjadi contoh baik penanganan Covid. Tetapi selama ini, lonjakan kasus di Jakarta tidak bergeming dari angka horor.
Parahnya, Anies dengan “keacuhannya” kembali tanpa persiapan mengatasi lonjakan kasus di DKI Jakarta. Kasarnya, Anies ini cuek bebek! Mungkin dipikirnya pandemi cocok untuk jadi panggung politiknya? Lumayan bisa eksis tampil dengan pencitraan sekalipun ZONK kerja!
Letih jiwa dan raga, bukan sebuah kebetulan ketika Anies “ketahuan” meminta donasi untuk penanganan pandemi di Jakarta. Terlihat pada postingan akun media sosial Pemprov DKI. Surat tersebut ditandatangani oleh Kepala Biro Kerja Sama Pemprov DKI Jakarta Andhika Permata pada 28 Juni 2021. Parahnya surat berlogo Pemprov DKI Jakarta dan berbahasa Inggris ini ditujukan ke seluruh kedutaan besar di Jakarta. Prettt….mentalnya kok ngemis sih?
Padahal, konon katanya Anies menambah tempat isolasi terkendali dari sebelum hanya ada 3 lokasi menjadi 29 lokasi. Perubahannya ini tertuang pada Keputusan Gubernur (Kepgub) Nomor 675 tahun 2021 tentang Perubahan Atas Kepgub Nomor 979 tahun 2020 tentang Lokasi Terkendali Milik Pemprov DKI Dalam Penanganan Covid-19. Ditandatanganinya sendiri pada 31 Mei 2021. Inipun sebelumnya karena desakan dari Kalpolri Jenderal Pol Listyo Sigit Prabowo yang meminta pemerintah provinsi DKI Jakarta segera merealisasikan tempat isolasi mandiri mengingat lonjakan kasus yang horor.
Kesimpulannya, apa lagi kalau bukan Anies tidak peka melihat kondisi warganya. Bahkan jujur bisa dikatakan tidak peduli, sebab untuk mengadakan tambahan tempat isolasi mandiri saja harus didesak. Parahnya, ternyata Anies belum melengkapi fasilitas mandiri tersebut. Memalukan, ternyata pengadaannya dengan meminta donasi dari kedutaan besar? Pertanyaannya sejak tanggal 31 Mei 2021 kemarin ngapain saja, hingga aib terbongkar “ngemis” ke kedutaan asing lewat surat per 28 Juni 2021.
Setali tiga uang, begitu pun sudah terbongkar aib memalukan mental ngemis ini. Riza Patria sang wakil ikutan jadi pengarang. Mengatakan akan mengechek kebenaran surat tersebut. Bahkan mengatakan surat tersebut bukan hanya untuk kedutaan saja, tetapi semua elemen?
"Itu bukan ke dubes, itu disampaikan ke seluruh elemen. Nanti dicek ke Pak Sekretaris Daerah persisnya," kata Riza di Balai Kota DKI Jakarta, Jl Medan Merdeka Selatan, Jakarta Pusat, Kamis (1/7/2021). Dikutip dari: detik.com
Hahahha… lucu sekali. Sekarang tidak hanya gubernur, tetapi wakil gubernur pun mencoba melawak. Tetapi maaf, ini bukan saat yang tepat bermain-main dengan susunan kata yang diubah jadi kalimat. Lalu kalimat diubah menjadi silat lidah yang berkelit licin seperti belut.
Mikir deh, apa iya Gubernur DKI Jakarta sesempit itu cara berpikirnya hingga “merendahkan” Indonesia ngemis ke negara orang. Kedutaan asing jelas simbol perwakilan negara. Ini namanya mempermalukan Indonesia! Bayangkan untuk urusan sapu, ember, kipas, handuk, kursi lipat, dan printilan lainnya harus diurusi negara lain? Parahnya tindakan koplak ini disebut kolaborasi?
Serupa tapi tak sama, Riza mengatakan juga ini maksudnya mengajak elemen masyarakat kolaborasi di masa sulit? Seolah berkelit, asumsi penulis Riza ingin mengatakan surat sejenis bukan hanya untuk kedutaan. Serius, ini tetap saja konyol!
Ngakak so hard! Bukankah seharusnya gubernur sebagai pemimpin daerah melayani warganya, dan bukan kebalik seperti di Jakarta ini!
Begini deh, rasanya jauh lebih baik dan mudah jika Riza Patria menanyakan kepada Anies kemana anggaran Formula E. Kemudian bubarkan TGUPP, pasukan horay yang hanya menghabiskan uang warga Jakarta.
Menolak lupa juga, siapa yang selama ini menghamburkan uang untuk trotoar, jalur sepeda, cat pelangi di genteng, berbagai monument aneh, termasuk salah satunya tugu peti mati untuk menakuti Covid. Ketimbang memperhatikan kesejahteraan warga Jakarta. Bahkan urusan banjir saja tidak jelas kabarnya, kecuali solusi aneh membangun rumah panggung? Kebangetan!
Dodol, sekarang untuk kelengkapan tempat isolasi ngemis ke kedutaan pula? Lalu kenapa juga warga Jakarta yang selama ini sudah diperas, masih lanjut diperas di saat Covid. Mbok yah temui Kemensos atau BUMN, itu jauh lebih cerdas.
Saran untuk Wagub Riza, tolong dong jangan blunder. Biarkan soal tata kata tetap dipegang juara bertahan Anies. Sedang urusan kantong kempes DKI, tolong titip tanya anggaran Formula E. Kenapa harus ngotot sih? Apakah demi pilres 2024, Formula E lebih berarti daripada nyawa warga Jakarta? Ngeriiii…banget tumbalnya.
Sumber Utama : https://seword.com/umum/daripada-wagub-riza-bela-anies-lebih-baik-minta-Ij6Mm5izBZ
Ketahuan Melanggar Aturan Wajib Karantina, Anggota Fraksi PAN Ini Kudu Disanksi
Anggota Fraksi PAN di DPR RI, Guspardi Gaus, diketahui melakukan pelanggaran aturan karantina, dengan langsung mengikuti rapat Komisi I padahal baru saja datang dari luar negeri, tepatnya dari negara Kirgistan.
Padahal, seharusnya setiap orang yang baru kembali dari luar negeri, siapapun manusianya, harus menjalani karantina dan tes swab PCR. Aturan yang sangat jelas ini tertuang dalam SE Kasatgas nomor 8 tahun 2021 tentang Protokol Kesehatan Perjalanan Internasional pada Masa Pandemi (COVID).
Ketua Bidang Komunikasi Publik Satgas COVID-19, Hery Trianto, pada Kamis (1/6/2021) seperti dilansir dari Detik.com juga dengan jelas berkata:
"Iya aturan dalam SE Kasatgas soal pelaku perjalanan internasional memang begitu. Ada kewajiban melakukan karantina dan dua kali tes PCR."
Anehnya lagi, Guspardi Gaus disebut menolak isolasi setelah pulang dari luar negeri. Jadi, bukannya tidak tahu aturan wajib karantina tersebut, tetapi dia menolak menaatinya.
Respons dari PAN pun sudah muncul, yakni meminta maaf atas nama partai dan mengaku bahwa yang bersangkutan sudah menerima teguran dari fraksi PAN.
"Apapun ceritanya, tentu seluruh aturan yang diberlakukan oleh pemerintah siapa pun orangnya harus ditaati. Aturan itu kan sebetulnya pun untuk menjamin kenyamanan dan ketertiban. Saya kira Pak Guspardi Gaus tentu harus mengikuti aturan itu juga," kata Ketua Fraksi PAN DPR RI, Saleh Partonan Daulay, saat dihubungi, Kamis (1/7/2021).
Terlalu lembut dan prosedural nggak sih pernyataan Ketua Fraksi tadi? Saya kira ... saya kira ... kan sudah jelas melanggar dan membahayakan jiwa orang lain, bahkan sengaja tidak mau menaat aturan sebagai pejabat negara. Kok pakai dikira-kira begitu komentarnya?
Lantas, bagaimana dengan tanggapan dari Majelis Kehormatan Dewan (MKD) DPR RI mengenai pelanggaran aturan dari anggota Fraksi PAN ini?
Melalui Wakil Ketua MKD, Habiburokhman, disebutkan bahwa kritikan dari sebagian anggota pansus kepada Guspardi Gaus cukup beralasan.
Namun, Habiburokhman yang lantas menolak hadir secara fisik dalam rapat itu, bagi saya masih terlalu lembut dalam merespons tindakan nekat dan membahayakan dari koleganya itu.
"Di sisi lain saya bisa memahami niat baik Pak Guspardi untuk hadir sebagai bentuk kecintaannya terhadap tugas-tugas kedewanan, sementara aturan yang ada saat ini rapat DPR masih hybrid, artinya belum bisa sepenuhnya virtual. Mungkin Pak Guspardi tetap mau hadir karena memenuhi ketentuan 25% anggota yang hadir fisik,"* ujar Habiburokhman
Waoow..salut banget nih dan bikin bangga kalau ternyata beneran ada anggota dewan yang begitu mencintai tugas-tugas kedewanan, sampai nekat melanggar bahaya dan bisa berisiko tinggi bagi dirinya dan orang lain yang kebetulan ikut rapat bersama dirinya.
Alasan 25% kehadiran anggota pun bagi saya terdengar hanya seperti lip service, sekaligus menggelitik saya buat bertanya:
"Sehebat apa sih Guspardi Gaus sampai harus hadir, bahkan diizinkan oleh pimpinan rapat, dengan potensi membahayakan orang lain karena menolak aturan karantina mandiri?"
Namun yang jelas, perilaku semacam ini tidak bisa ditolerir lagi. Nanti biar tidak menjadi kebiasaan atau ditiru oleh anggota dewan lainnya.
Kalau misalnya Guspardi membawa virus Covid-19 sebagai oleh-oleh dari luar negeri, meskipun misalnya beliau merasa sehat tetapi ternyata menjadi OTG, apakah dia mau bertanggung jawab kalau ada yang tertular?
Ini misalnya saja loh, karena sekarang kan kasus Covid-19 varian delta sedang tinggi-tingginya di negeri ini, yang bermula dari penularan kasus yang terjadi di India juga.
Apakah kalau sudah anggota dewan, dari Fraksi PAN, maka seratus persen tidak bisa tertular atau berpotensi menularkan Covid-19 gitu? Sakti bener kalau memang begitu!
Terlepas dari lembeknya respons dari MKD DPR RI tadi (kalau respons dari orang PAN, ya wajar begitu karena sesama kader PAN) ... saya sangat setuju kalau Guspardi ini langsung dikenai sanksi, biar menjadi pelajaran sekaligus peringatan bagi anggota dewan lainnya.
Saya harap nggak ada pihak yang takut, sungkan, atau nggak enak hati. Apalagi di PAN sudah tak ada Mbah Amien Rais, sosok sepuh yang mungkin akan "menyerang balik" jika sampai kadernya diusik seandainya masih ada di partai tersebut.
Bagaimana menurut Anda?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/ketahuan-melanggar-aturan-wajib-karantina-anggota-sc00zi69fi
Salut! Alibaba Hingga Google Ikuti Johnny Plate Untuk Majukan Literasi Digital!
Ternyata langkah senyap Jokowi membangun negeri juga sukses diikuti anak buahnya di kabinet. Mulai dari Sri Mulyani, Basuki, Retno Marsudi, Nadiem Makarim hingga Johnny Plate. Diam-diam mereka membuatkan jalan agar generasi kita kelak bisa hidup di calon negara maju. Kalau beberapa kementrian telah kita ketahui gebrakan positifnya, lantas bagaimana dengan Johnny Plate di kominfo? Gagasannya mengenai literasi digital di luar dugaan mendapat dukungan dari beberapa perusahaan ternama.
Ini semua tentu tak lepas dari kerja keras dan tanggung jawab moral. Kita bisa salah paham di awal yang menyangka komunikasi pemerintah ke publik jelek lantaran kominfo tak bekerja maksimal. Tapi, bukankah setiap lembaga punya tanggung jawab komunikasi masing-masing? Program pajak misalnya, tentu sebaiknya tim kemenkue yang harus mengkomunikasikan. Atau masalah kesehatan yang harusnya dikomunikasikan oleh menkes. Tak semua kesalahan konumikasi lantas dilempar jadi kesalaham kominfo. Lantas tugas kominfo di bawah Johnny Plate sendiri apa?
Salah satunya adalah menumbuhkan literasi digital demi memajuan bangsa. Seperti dilansir tempo.com, Menteri Komunikasi dan Informatika Johnny Plate mengajak media massa atau pers untuk melakukan literasi digital di tingkat paling dasar.
Joni mengatakan, hal itu penting karena kementeriannya selama ini dikenal sebagai kementerian blokir lantaran sering take down sejumlah konten yang melanggar kekayaan intelektual.
"Kominfo lebih banyak dikenal kementerian blokir jadinya. Blokir konten, take down konten. Ini pentingnya media bersama Kominfo melakukan literasi digital di tingkat yang sangat basic," kata Johnny dalam diskusi seputar hari pers nasional, Senin, 8 Februari 2021.
Selang beberapa bulan pemberitaan mengenai gagasan kominfo, kini dua perusahaan raksasa telah berhasil digandeng untuk melakukan literasi digital tersebut.
Seperti dilansir sindonews.com, Alibaba Cloud dari Alibaba Group, mengumumkan partisipasinya dalam Program Digital Talent Scholarship yang diprakarsai oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Ini adalah sebuah program pelatihan yang bertujuan untuk meningkatkan kompetensi digital anak muda Indonesia, dan mendukung ekonomi digital yang berkembang pesat di Tanah Air.
"Kami sangat antusias untuk bergabung dengan Kominfo dan berkontribusi dalam memberikan pelatihan komputasi awan bagi tenaga kerja muda Indonesia, masyarakat umum, dan aparatur sipil negara," ungkap kata Leon Chen, General Manager of Alibaba Cloud Indonesia, dalam keterangannya, Rabu (30/6).
Alibaba Cloud pertama-tama akan meluncurkan program pelatihan dan sertifikasi untuk 1.000 peserta selama dua bulan, yang dimulai dari bulan September tahun ini.
Kursus pelatihan bebas biaya ini akan berfokus pada pengetahuan dasar komputasi awan, seperti dasar-dasar layanan komputasi elastis, manajemen server, penskalaan otomatis, dan layanan jaringan. Peserta yang lulus tes praktik juga akan diberikan sertifikat.
Gebrakan Alibaba ini juga langsung disusul Google sebagai situa pencarian nomer satu di sunia. Seperti diberitakan medcom.com, Google mengajak berbagai perusahaan media di seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia untuk bekerja sama menghadirkan konten dan ekosistem digital sehat, juga bertujuan untuk membantu Pemerintah dalam mewujudkan percepatan transformasi digital bagi masyarakat.
Salah satu bentuk kolaborasi ini adalah dengan menghadirkan program untuk membantu jurnalis dan insan pers lain dalam mengembangkan jurnalisme berkualitas. Hal ini mendapatkan apresiasi dan dukungan dari Pemerintah, yang diwakili oleh Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo).
Pastinya semakin banyak pihak yang terlibat semakin pesat pula pertumbuhan literasi digital. Tentunya sebagai calon negara besar, kita harus menunjukkan kualitas kita lewat konten yang ditunjukkan. Ini makanya banyak netizen marah atas kelakuan BEM UI menghina kepala negara dengan meme layaknya orang terbelakang. Padahal identitas dari kampus ternama harusnya dicerminkan dari konten yang dihasilkan. Jangankan data, grafik atau statistika yang lain, gambar meme saja sudah seperti ABG putus sekolah. Ini makanya tak salah kalau pihak rektorat memanggil mereka.
Lebih jauh lagi kita harapkan gerakan literasi digital ini juga bisa mendorong ke arah social impact yang luas. Seperti UK di mana 1 dari 3 start up yang ada merupakan bentuk kontribusi sosial. Kita yakin Indonesia juga bisa menghadirkan talenta muda yang akan mengangkat harkat bangsa. Salah satunya lewat gebrakan mutakhir dari Johnny Plate, yakni literasi digital.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/salut-alibaba-hingga-google-ikuti-johnny-plate-a5LQK2qNZX
Dik Leon, Sejak Novel Baswedan-mu Dibuang, KPK Makin Garang Sama Anies Lho
Leon, Delpe-D.O dan kawan SJW ini koar-koar kalau KPK dilemahkan, Jokowi melemahkan KPK. Joko Widodo dianggap king of lip service. Padahal justru Jokowi adalah King of Service. Rajanya pelayanan publik. KPK diperkuat dengan cara UU baru yang dijalankan Firli, ketua KPK.
Novel Baswedan dibuang oleh KPK bukan karena Novel matanya nggak bagus lagi. Tapi Novel Baswedan dibuang oleh KPK murni karena gagal tes wawasan kebangsaan. TWK ini adalah syarat yang digunakan secara standar untuk menyaring para pegawai sipil alias ASN.
Dan benar, TWK ini membawa hasil baik kepada Indonesia. Ketika Novel dan 50an kadrun lain yang nggak bisa diselamatkan lagi karena taraf radikalismenya semakin sadis, kinerja KPK mulai kelihatan. KPK mulai garang sama Anies Baswedan, membuat dia diam berdiri gemetar. Bagaimana kisahnya?
Jadi begini. Awalnya, kita tahu kasus dugaan korupsi Anies Baswedan ini sudah terdengar bertahun-tahun. Sejak awal dia menjabat sebagai gubernur DKI Jakarta, Anies ini diduga kuat melakukan banyak sekali mark up anggaran, dan anggaran janggal.
Beberapa anggaran dikeluarkan untuk hal-hal yang tidak penting seperti anggaran bongkar JPO, bikin pelican crossing, bikin bambu yang saya lihat kayak orang lagi eue di tengah jalan, lalu dimakan lumut, hancur, ganti jadi batu yang bisa dipakai buat demo hancurkan lokasi sekitar, aibon, dan lain-lain.
Banyak sekali hal-hal yang nggak masuk akal dianggarkan oleh Anies. Selain PSI, PDIP juga membongkar anggaran-anggaran yang sifatnya nggak jelas itu. Banyak anggota DPRD yang terinspirasi oleh Ahok dan berpolitik untuk meneruskan rekam jejak Ahok, mengangkat kasus ini.
Tapi selama hanya di ranah DPRD, ya nggak akan kemana-mana. Selama hanya koar-koar di media tanpa melaporkan ke pihak terkait, tidak ada gunanya. Tapi saya yakin, ada orang-orang yang melaporkan dugaan korupsi Anies Baswedan ke KPK.
Tapi kenapa KPK diam saja? Kenapa Febri Diansyah dan Novel Baswedan pada saat aktif di KPK, diam dan bungkam? Setahu saya dulu Febri kan sering di hadapan publik mewakili KPK bicara kasus OTT murah meriah receh-receh sambil centil di depan media?
Kenapa tidak untuk kasus Anies? Maka dari itu, kepercayaan publik soal KPK menurun. Menurun bukan karena TWK, tapi menurun karena kasus Anies Baswedan didiamkan. Novel bungkam. Febri juga bungkam, hanya centil di Twitter.
Nah dari sini lah, TWK diadakan, untuk apa? Untuk menyaring orang-orang bermasalah dari sisi wawasan kebangsaannya. Sebut saja mereka kadal gurun. Nggak apa-apa kok. Kemudian juga kita tahu kan, dengan adanya dewan pengawas KPK, banyak bau bangkai yang akhirnya terbongkar.
Lembaga superbody ternyata super busuk. Busuk ada penyusup. Ada pencuri 2 kilogram emas. Ada juga pencuri rampasan negara. Ada juga penipu. Ada juga penerima suap yang gampang menutup kasus korupsi besar. Makanya nggak heran kalau kasus korupsi di DKI Jakarta selama ada kubu Baswedan, aman-aman dan tenteram.
Akhirnya, TWK berhasil membuang mereka, dan membuat KPK semakin tegak lurus mengusut kasus Anies Baswedan. Saya berharap, KPK ini yang tersisa 900an orang di dalamnya,
KPK saat ini sedang melakukan rapat koordinasi dan supervisi denga Pemprov DKI Jakarta. Rapat yang diadakan pada tanggal 29 Juni ini, menuntut Pemprov DKI Jakarta menjelaskan pengleuarand ana bansos penanganan bencana copet di Jakarta.
"Kami harapkan ada keterbukaan sharing fakta lapangan dari rekan-rekan Pemprov DKI untuk bersama-sama kita cari solusinya… Monitoring evaluasi program bansos ini sebenarnya juga sudah dilakukan sejak tahun lalu dan kita temukan banyak kendala seperti cleansing data karena perbedaan data dengan Kementerian Sosial…" kata Ketua Satuan Tugas (Kasatgas) Koordinasi dan Supervisi Wilayah II KPK Dwi Aprillia Linda Astuti melalui keterangan tertulis, Kamis (1/7).
Mereka ingin smeua data dibuka sebagai pertanggungjawaban pemprov DKI mengeluarkan dana rakyat untuk program bantuan sosial. Permintaan ini sudah dilakukan beberapa kali. Namun TGUPP-nya sibuk main Twitter dan ngebelain Anies Baswedan mungkin, sehingga mereka hanya planga-plongo.
Terima kasih Pak Firli Bahuri, meski Anda kontroversial, upaya penyelamatan KPK dari kadal gurun pembela Anies Baswedan rasanya sangat baik dan sangat perlu diapresiasi. Jangan sampai orang-orang macam Novel Baswedan yang didukung oleh Veronica Koman dan Anies Baswedan tetap di KPK.
Sampai sekarang, Anies kelihatannya masih diam-diam soal dibuangnya Novel. Diam mau main aman, atau diam karena ketakutan?
Sumber Utama : https://seword.com/politik/dik-leon-sejak-novel-baswedan-mu-dibuang-kpk-0kEWB0IpYm
Anies yang Suka Obral Janji Manies, Presiden Jokowi Kena Getahnya
Ketika dalam kampanye? Maka adalah suatu kelumrahan ketika para calon berkampanye dengan membuat progam-program kerja dengan tujuan untuk mensejahterakan warga ataupun masyarakat ataupun rakyat di suatu daerah dalam lingkup Pilkada atau di seluruh rakyat Indonesia dalam ruang lingkup paling besar bertajuk Pemilu atau Pemilihan Presiden.
Tugas para calon kepala daerah ataupun Presiden memang sangat berat saat kampanye, bagaimanalah caranya agar rakyat itu percaya dan memilih mereka saat pesta demokrasi dilangsungkan nanti. Sehingga berbagai carapun dilakukan, ada yang bermain politik uang, ada tim sukses yang benar-benar menggunakan segala sumber daya yang ada untuk memenangkan pasangannya, bahkan ada pasangan yang bermain diluar kewajaran dengan menjual ayat dan mayat seperti yang dipertontonkan oleh pasangan Anies – Sandi di Pilkada DKI 2017 lalu.
Mereka berdua sepakat untuk menggunakan segala daya upaya, tidak peduli mau itu bersih atau mainnya jorok, yang penting mereka menang dengan menggoda pemilih warga DKI. Mereka menggunakan semua obral janji.
Kata-kata manies dilontarkan, tidak hanya memoles diri mereka semanis mungkin, bahkan Sandiaga Uno pernah dibeberapa kesempatan menonjolkan bentuk-bentuk fisiknya ke muka umum, menandakan bahwa dia adalah pria sejati dengan harapan tonjolan itu bisa membuat kaum hawa terpikat untuk rela dicoblos, eh rela mencoblos wajahnya di Pilkada DKI nanti.
Benar saja, 58% warga DKI terpikat dengan tonjolan-tonjolan fisik kedua orang tersebut. Sandiaga Uno bertugas menonjolkan bagian fisiknya? Anies lebih banyak berselfi ria di tempat pembuangan sampah, kala banjir datang, Anies menonjolkan dirinya seakan-akan peduli akan rakyat. Menggunakan momen banjir untuk berfoto dengan warga DKI.
Anies bersafari politik di rumah-rumah ibadah, berkampanye di rumah-rumah ibadah dengan trik, “Jakarta salah memilih pemimpin, karena tidak seiman, sehingga Jakarta sering banjir, sering terkena bencana”.
Yang paling menyakitkan, pendukung Ahok tidak boleh disaladkan di Masjid. Begitu keji dan jahatnya politik Anies sehingga para pendukungnya bisa berbuat diluar nalar kemanusiaan dengan menolak jenazah pendukung Ahok.
Kembali ke apa yang ditanam oleh Anies dan pendukungnya yang pastinya kaum konglomerat atau bohir yang tidak henti-hentinya adalah tujuan utama mereka menyerang Presiden Jokowi.
Baru-baru ini muncul di media sosial Instagram akun @bemui-official tentang “Jokowi the King of Lip Service”. Membaca unggahan tersebut, saya menjadi lucu dan sedih. Bercampur aduk menjadi sebuah fakta dan realita betapa sedihnya melihat kualitas mahasiswa Indonesia yang asalnya dari perguruan tinggi negeri favorit yang banyak digandrungi oleh pelajar-pelajar dari sekolah negeri maupun swasta di seluruh tanah air ini.
Kualitas rendah dan tak mutu dipertontonkan oleh Ketua BEM UI Leon Alvindo Putra yang membuat alasan kenapa Presiden Jokowi dikatakan tukang obral janji manis hanya melihat dari segi kata-kata, bukan tindakan Presiden selama memimpin dengan hasil-hasil yang dia buat.
Tampak sekali BEM UI ini dibayar untuk berpolitik dengan memojokkan Presiden Jokowi, padahal jelas kita tau bahwa Presiden sudah begitu banyak membuat prestasi-prestasi bahkan kinerja memuaskan selama menjadi pemimpin.
Membandingkan janji-janji manis Presiden Jokowi yang dikritik oleh bem ui itu dengan apa yang telah diperjanjikan oleh Anies Baswedan, gaberner DKI Jakarta selama kampanye dan sampai sekarang tidak terealisasi sama sekali? Maka bem ui ini melakukan sebuah kesalahan besar dan fatal bukan?
Anies yang berjanji manis-manis, kok Presiden Jokowi yang kena getahnya? Begitulah kalau yang membuat unggahan itu bukan melihat secara proporsional dan tepat, tapi melihat dari kacamata pesanan para bohir ataupun konglomerat yang terpasung di era Presiden Jokowi.
Anies malah lebih parah dengan janji-janji manisnya. Masih ingat Rumah DP 0 Persen atau Rumah apalah itu? Sampai sekarang apakah sudah terealisasi? Mari kita tanyakan ini kepada bem ui, si Leon Alvindo Putra itu?
Sampai sekarang sudah hampir habis masa jabatannya? Anies masih mencla-mencle dalam program DP Rumah 0 Persen itu. Mana suara bem ui maupun universitas lainnya?
Sementara Presiden Jokowi berjaya dengan program Sejuta Rumah yang telah terealisasi 777.708 unit dari target 900.000 unit rumah yang dicanangkan sejak tahun 2015.
Realisasi tersebut tercatat hingga awal Desember 2020.
Direktur Jenderal Perumahan Kementerian PUPR Khalawi Abdul Hamid mengatakan pihaknya optimistis bahwa dapat memenuhi target.
"Kami (Kementerian PUPR-red) tetap optimis Program Sejuta Rumah diperkirakan dapat mencapai angka 900.000 unit," jelasnya seperti dikutip dari situs Kementerian PUPR, Senin (14/12/2020).
Lantas nikmat mana yang kau dustakan Alvian? Masa matamu tidak bisa membedakan mana yang suka obral janji manis dan mana yang benar-benar bekerja untuk rakyat?
Cobalah anda itu sedikit merenung, pejamkan mata dan rasakan dengan baik yang mana yang suka obral janji manis? Apakah Presiden Jokowi atau si Anies Baswedan?
Lah kalau Anies yang suka janji manis? Kenapa yang lu serang itu Presiden Jokowi? Kepala Negara kita bray.....
Sungguh lancang anda itu..
Sumber Utama : https://seword.com/umum/anies-yang-suka-obral-janji-manies-presiden-aJbbnPW8dI
Terkuak, Jejak Digital Lengkap Leon Alvinda Putra, Ketua BEM UI 2021
Sebelumnya, penulis minta maaf jika telat mengangkat tulisan ini. Rencananya semalam udah naik, malah ketiduran! Wkwkwkw
Dalam tulisan ini, penulis tidak akan membahas detail tentang Leon Alvinda Putra yang merasa lucu saat SMP, merasa kece pakai kaos bertuliskan NJIR saat SMA, sekolahnya dan alamat lengkap rumahnya di Sektor Solo 3, nomor WA-nya 08777272621x dan 0878312177x karena nanti katanya serang personal. Xixixi
Penulis akan membahas jejak digital secara lengkap dari postingannya sendiri sehingga rakyat Indonesia bisa menilai sendiri apa dan siapa dia sebenarnya.
Mari kita bahas secara perlahan seiring dengan perjalanan waktu…
Kalau kita perhatikan dengan seksama, pihak oposisi sebenarnya sangat merindukan momen yang bisa dipakai untuk menyerang pemerintahan Jokowi saat ini
Pada tahun 2016, kita masih ingat bagaimana politikus Gerindra bernama HR Muhammad Syafi’i (Romo Syafi’i) yang memanfaatkan momen rapat paripurna pembukaan masa persidangan I DPR RI tahun sidang 2016-2017 silam dengan doa politiknya.
Pada tahun 2017, pihak oposisi juga memanfaatkan momen sidang bersama MPR, DPR, dan DPD dengan melalui doa politik yang dibacakan (lagi) oleh elit PKS bernama Tifatul Sembiring yang penulis balas dengan beberapa tulisan penulis sehingga diblokir oleh Tifatul Sembiring.
Pada tahun 2018, Ketua BEM UI bernama Zaadit Taqwa juga sempat heboh setelah memberikan kartu kuning terkait kasus gizi buruk di Papua. Momen tersebut juga dimanfaatkan oleh pihak oposisi untuk menyerang pemerintahan yang sah di bawah kepemimpinan Presiden Jokowi.
Banyak yang memuji setinggi langit tindakan Zaadit saat itu, bahkan ada sebuah yayasan yang ingin memberikan umrah kepada Zaadit atas tindakannya. Ternyata pendiri yayasan tersebut adalah orang PKS bernama Azzam M Izzulhaq yang sudah beberapa kali terbukti sebar hoaks! WKwkwkwkw
Setelah heboh di media nasional, si Zaadit Taqwa “simpatisan” PKS ini malah tidak mau ikut pergi ke Papua!
Pada tahun 2019, media kembali dihebohkan oleh aksi Ketua BEM UI bernama Manik Margana Mahendra yang bukan orang hukum tapi sok bahas tentang hukum dalam sebuah acara live yang disaksikan oleh seluruh rakyat Indonesia. Ngakak!
"Yang jurusan hukum siapa?," tanya Karni Ilyas.
"Enggak ada, tapi kita sama-sama belajar," ungkap Manik. Sumber
Bahkan Menkum HAM sampai malu mendegar ocehan Ketua BEM UI dan beberapa Ketu BEM lainnya yang sok koar-koar tentang hukum taopi tidak membaca naskah draft hukumnya.
"Kalau ini jujur sebagai dosen saya malu apa yang saudara sampaikan, malu lah enggak baca kasih komentar didengar orang di ILC saya sampai tutup mata tadi," ujar Yasonna Laoly. Sumber
Dan sekarang Ketua BEM UI 2021 Leon Alvinda Putra (tidak kesampaian ingin kuliah di UGM), malah bangga nyinyir Presiden dengan sebuah meme?
Ngapain kuliah di UI sampai jadi Ketua BEM UI kalau hanya mampu “buat” meme???
Jadi makin kelihatan bagaimana kualitas Ketua BEM UI tahun 2018, 2019, dan tahun 2021 saat ini!
Ketua BEM UI tahun 2018, Zaaid Taqwa tidak mau ikut ke Papua setelah memberikan kartu kuning kepada terkait gizi buruk di Papua kepada Presiden Jokowi.
Ketua BEM UI tahun 2019, Manik Margana Mahendra bukan orang hukum koar-koar tolak RUU tapi tidak membaca naskah hukumnya.
Ketua BEM UI tahun 2021, Leon Alvinda Putra, hanya mampu “buat” meme the king of lip service padahal negara Indonesia adalah negara Republik bukan kerajaan!
Pasti ada yang bertanya, mana Ketua BEM UI tahun 2020?
Ssstttt, Ketua BEM UI tahun 2020 bernama Fajar Adi Nugroho gak di up dan dihebohkan oleh media karena pernah melakukan aksi demo “ngemis” subsidi pulsa tahun 2020 lalu. Wkwkwkwkwk
Sekarang, mari kita lihat lebih dalam tentang Leon Alvinda Putra ini…
Leon Alvinda Putra adalah mahasiswa Manajemen di Fakultas Ekonomi dan Bisnis (FEB) UI tapi tolak Omnibus Law?
Dia juga pernah membuat diskusi tentang bahaya Omnibus Law sambil mengatakan tidak termakan hasutan buzzer pemerintah yang salah satu pembicaranya adalah si Asfinawati (Ketua YLBHI).
Masih ingat tulisan penulis tentang si Asinawati, Ketua YLBHI ini?
Si Asfinawati ini pernah nyinyir dan mengatakan Presiden tidak mau menertibkan buzzer dan pendukung beliau, tapi kita tidak akan pernah mendengar si Asfinawati ini nyinyir Anies Baswedan yang sudah banyak terbukti membual setelah menjabat sebagai Gubernur DKI Jakarta.
Tanya kenapa?
Apakah karena Anies Baswedan pernah melakukan pertemuan tertutup dengan para pimpinan YLBHI, dan salah satu pembicaraannya adalah tentang hibah anggaran dari Pemprov DKI ke YLBHI pada tahun 2018 lalu?
Si Asfinawati ini pernah menjabat sebagai Direktur LBH Jakarta periode 2006-2009. Dan LBH Jakarta terima dana hibah sebanyak Rp 2 miliar dari Pemprov DKI Jakarta di bawah kepemimpinan Anies Baswedan pada awal Januari 2020 lalu. Kebetulan? Wkwkwkwk
Leon like berita tentang Novel Baswedan yang mempersiapkan perlawanan dan mengatakan Ketua KPK bertindak sewenang-wenang.
Ya elah, Leon mau saja membela Novel Baswedan yang tidak lolos Tes Wawasan Kebangsaan (TWK). Yang ikut tes Novel Baswedan dkk, yang tidak lolos mereka yang salah Presiden? Ha ha ha
Leon juga pernah membuat diskusi tentang Papua bersama Veronica Koman (VK) dll?
Bahkan si Veronica Koman menyebut dirinya ibu kepada Leon dan cuitan (VK) tersebut juga di like oleh Leon.
Leon juga berterima kasih kepada si VK yang sudah “menularkan” keberanian kepada dirinya.
Si Veronica Koman seorang DPO yang sudah kabur ke luar negeri lo banggain?
Ente pikir si Veronica Koman itu hebat?
Dia orang hukum tapi dia tidak berani menghadapi kasus hukumnya setelah ditetapkan sebagai tersangka kasus provokasi dan hoaks dalam kerusuhan Papua, eh malah kabur ke Australia!
Asal tahu aja, si Veronica Koman ini pernah kirim email ke Seword agar tulisan gue tentang dirinya diturunkan dan Seword minta maaf kepadanya. Emang dia siapa???
Sampaikan ke Veronica Koman, jangan “menjual” isu HAM Papua demi “kepentingan pribadi” agar bisa jalan-jalan ke luar negeri. Ngaku peduli rakyat Papua tapi malah bangga pakai simbol pemberontak Papua di tangannya.
Ngaku peduli rakyat Papua tapi malah bangga foto dengan pihak asing sambil pamer bendera separatis Papua.
Presiden Amerika dan Presiden Soekarno saja digulingkan oleh CIA demi emas di Papua. Apalagi setelah Presiden Jokowi menguasai 51% saham Freeport setelah dikuasai asing selama 51 tahun?
Jadi sudah paham kenapa mereka koar-koar HAM di Papua…
Please Leon, jangan katakan ente tidak punya kuota sehingga tidak tahu jika pendiri OPM sendiri lho yang mengatakan jika Veronica Koman adalah seorang provokator!
Oh iya, Leon Alvinda Putra ini juga pernah berdoa supaya partai oposisi (PKS dan PAN) tetap teguh dan berjuang sebagai oposisi pemerintahan. Jadi makin kelihatan jika dia memang “anti” terhadap pemerintahan Indonesia yang sah saat ini.
Akhir kata, setelah mengetahui jejak digital lengkap Leon Alvinda Putra yang menjabat sebagai Ketua BEM UI 2021, silahkan rakyat Indonesia untuk menilai sendiri apa dan siapa dia sebenarnya
Wassalam,
Nafys Seword
Salah satu mantan asisten dosen dengan IPK tinggi juga (ops, wkwkwk)
Sumber Utama : https://seword.com/politik/terkuak-jejak-digital-lengkap-leon-alvinda-putra-TqQMtOVJ3x
Hina Jokowi, Tanda Kualitas Politikus Ini Rendah
Tak terbilang banyaknya kalimat merendahkan yang kerap diucapkan oleh para politikus di negara kita tercinta ini. Akibatnya masyarakat pun meniru habit mereka dengan suka cita.
Hanya terkesan kurang elok jika hal itu dilakukan oleh orang-orang yang memiliki kapasitas lebih sebagai publik figure dan kebetulan seorang politikus dari Partai Demokrat.
Politisi Partai Demokrat Rachland Nashidik tiba-tiba membuat pernyataan kontroversial. Katanya kenapa masyarakat mesti mempertanyakan penjual jam imitasi bisa jadi komisaris BUMN. Sementara seorang tukang mebel saja bisa dipilih jadi presiden RI.
“Indonesia: Kenapa heran sales jam imitasi bisa jadi komisaris BUMN, kalau tukang mebel bisa dipilih jadi Presiden?” cuit Rachland di akun Twitternya @RachlandNashidik, Kamis (1/7/2021).
Lantas siapa yang ia maksud sebagai tukang meubel? Sudah barang tentu sentilan itu ia tujukan untuk Presiden Joko Widodo dimana sebelum menjadi Wali Kota Solo, ia berprofesi sebagai pengusaha meubel di kampung halamannya.
Tentu yang menjadi pertanyaan besar kita lalu masalahnya apa dengan latar belakang itu?
Selagi pekerjaan halal dan tidak merugikan orang lain kenapa dipersoalkan?
Soal merendahkan pihak lain, menghina, menuduh dan kalimat yang sepadan dengan itu nampaknya memang sudah terbiasa dilakukan oleh Rachland Nashidik.
Untuk mengingatkan salah satunya contohnya yang bersangkutan sempat terkencing-kencing dan minta maaf saat ditegur oleh Ketua Umum DPP Barikade Gus Dur, Priyo Sambadha. Gara-gara cuitannya yang mengunggah dan menuduh makam Gus Dur dibiayai negara. Tangkapan layar terjadi (20/02/2021). sumber
Atas dasar itulah, Barikade Gus Dur mengirimkan surat somasi kepada Rachland. Rachland dan didesak meminta maaf.
"Maka berdasarkan hal-hal tersebut di atas kami mendesak dengan tegas agar Saudara mencabut pernyataan tersebut dan menyampaikan permohonan maaf, sebelum kami melakukan tindakan hukum," ujar Priyo.
Bahkan atas ucapan Rachland Nashidik tersebut Barikade Gus Dur sempat geruduk kantor DPC Partai Demokrat di Malang, Jawa Timur.
Tak sedikit politikus menempuh cara-cara yang tidak memiliki tata krama dan kesopnan untuk menaikkan popularitas. Padahal berdasarkan sejarah sangat jarang tokoh yang mengambil jalur kontroversi yang merendahkan pihak lain kemudian naik menjadi seorang pemimpin.
Biasanya masyarakat akan mencatatnya. Kita bisa lihat contohnya banyak, Fadli Zon, Fahri Hamzah, Amien Raiz, Mardani, Said Didu dan lain sebagainya.
Sekarang kalau mau blak-blakan dan saling merendahkan apakah Rachlan Nashidik buta mata buta hati?
Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono hanyalah seorang Mayor? Ada ribuan Jendral di negara kita buat apa memilih seorang Mayor untuk menjadi seorang presiden republik indonesia.
Terlebih ketua umum PD ini kering pengalaman di birokrasi. Seluruh rakyat indonesia dan seluruh lelembut yang bersemayam di alam juga tahu, kalau Agus Yudho ini naik jadi ketum karena faktor dinasti. Bukan kemampuan pribadi. Instan dan karbitan.
Agus tidak mau merangkak dari bawah untuk belajar dulu. Tidak mau atau oleh bapaknya dipandang tidak berkelas jika hanya jadi Bupati atau Wali Kota? Sehingga sasarannya langsung Gubernur.
Kalah saat pilkada bukannya tahu diri malah sekarang memantas-mantaskan diri, mematut-matutkan diri incar posisi RI 1.
Soal didikan anak terkait dunia politik bahkan sisi entrepreneurship, SBY kalah kelas sama Jokowi yang direndahkan oleh Rachland Nashidik hanya tukang meubel tersebut.
Jokowi terbilang tidak mengistimewakan anak. Anak-anaknya sukses jadi seorang penguasaha sejak belia. Kenudia Gibran Rakabuming Raka mau mengabdi jadi Wali Kota Solo. Jika Gibran mau tak hanya Wali Kita, bahkan jabatan Gubernur pun memiliki kesempatan.
Tapi dia sadar dan tahu diri belum punya kemampuan dan pengalaman dalam birokrasi sekelas gubeenur, maka Wali Kota adalah posisi pas sekaligus untuk tempatnya mengasah diri.
Jadi sekali lagi buat para politikus otak dan hatinya semestinya dipakai jika sedang digunakan. Jangan asal bernyanyi setelah sadar baru buru-buru minta maaf lalu hapus cuitan.
Oleh karenanya sekali lagi kami masyarakat juga berhak bertanya.
"Jika ada ribuan jendral di indonesia dengan segala pengalamannya, mengapa kami harus memilih mayor yang minim pengalaman memimpin?."
"Jika ada gubernur yang sudah pasti paham birokrasi dan menjadi pelayan rakyat, mengapa kami harus pilih ketum Anda yang belum pernah sama sekali punya bukti jadi pemimpin di daerah?."
Demikian, salam
Sumber Utama : https://seword.com/politik/hina-jokowi-tanda-kualitas-politikus-ini-rendah-JvSwWWAcEs
Dzulfian Puji Leon, Keduanya Disleding Denny, Amien Rais Kena Getahnya!
Masih tentang Ketua BEM UI, Leon Alvinda Putra. Bocah yang tiba-tiba terkenal karena rangkaian meme dari BEM UI yang menyebut Presiden Jokowi sebagai The King of Lip Service. Ya terkenal lah. “Menyerang” presiden yang dipilih oleh mayoritas rakyat. Yang dalam berbagai survei kepuasan atas kinerjanya, selalu mendapatkan persentase tinggi, di atas 50 persen. Bahkan ada yang mencapai 80-an persen.
Awalnya nama Leon pun melejit, jadi berita di mana-mana. Seolah jadi contoh keberanian mahasiswa. Berbagai pihak pun mempolitisasi kritik BEM UI, ikut membonceng. Seperti Partai Demokrat, PKS dan HMI. Leon mungkin sudah bersiap diri, siap diwawancara media, siap diundang debat (dengan catatan katanya tidak mau kalau lawan debatnya adalah Ade Armando hehehe), siap diajak selfie mungkin? Tidak sedikit pula pihak yang membela dan memuji Leon. Mengelu-elukan Leon. Rasanya membuncah ya. Kayak baru menang Indonesian Idol gitu.
Kenyataannya, bukannya mengundang simpati dan dukungan publik, keterkenalan Leon ini malah jadi “bencana”. Pasalnya, para netizen pun tidak diam. Lho, memangnya warga negara Indonesia tidak boleh membela Presiden RI? Justru harus kan? Nah, para netizen pun menguliti segala sisi dari seorang Leon. Namanya kan sudah terkenal bak selebriti. Harusnya siap dong untuk dibongkar jejak-jejaknya. Dari postingan medsos Leon yang lama-lama, hingga kehidupan pribadinya. Juga melawan mereka yang memuji dan membela Leon. Di sinilah terjadi “konflik” yang berujung memalukan, bagi kubu Leon tentunya.
Salah satu yang membela Leon adalah seorang ekonom yang bekerja di INDEF (Institute National Development dan Financial), Dzuldian Syafrian. Dia membela Leon sambil ikutan “menyerang” Presiden Jokowi, bahkan secara frontal, dengan menyebut akun Twitter Presiden Jokowi. Pujiannya selangit buat Leon. “Ketua BEM UI sekarang, Leon, setahu saya IPK-nya hamdallah cum laude, di atas 3,5, asdos (asisten dosen) pula. Jurusannya juga salah satu yang paling susah masuknya. Sebelum jadi KaBem (Ketua BEM), doi juga sudah ketua sana-sini. Doi juga tetangganya Pak @jokowi di Solo loh. Bukan kaleng kaleng. Kalau IPK Pak Presiden berapa dulu?,” cuit Dzulfian sambil memasang emoticon ketawa dengan satu mata berkedip.
Wuihhhh… Leon dijunjung sampai langit ke berapa itu? Sampai berani mempertanyakan IPK Presiden Jokowi, buat dibandingkan dengan IPK Leon? Kita yang baca malah ketawa. Karena justru cuitan ini memperlihatkan kedangkalan berpikir orang ini. Memang ada gitu jaminan bahwa IPK tinggi berbanding lurus dengan keberhasilan seseorang dalam kehidupannya. Ya memang, ketika mencari kerja, IPK tinggi kadang jadi salah satu prasyarat. Kadang-kadang ya, dan biasanya di tingkat entry level. Kalau sudah masuk ke level manajerial, apalagi direksi, sudah jarang ditanyakan IPK-nya berapa. Yang ditanya adalah bisanya apa. Leon apakah sudah bisa membangun infrastruktur dengan efektif seperti Presiden Jokowi? Gini deh, jadi pengusaha mebel yang bisa mengekspor produknya, sudah bisa belum? Kan jadi balik menohok ke Dzulfian dan Leon lagi hehehe…
Seorang mahasiswa, yang pernah jadi ketua di sana sini, dibandingkan head to head dengan seorang Jokowi? Yang punya rekor tidak pernah kalah dalam 5 kali pemilu, dan jadi presiden selama 2 periode. Dibandingkan dengan lawannya Jokowi di pemilu saja pasti belum sampai kan? Dangkal kan? Saya kira Dzulfian pun akhirnya menyadari bahwa kedangkalan argumennya itu jadi senjata makan tuan ke dirinya dan ke Leon. Mungkin karena membaca banyaknya hujatan dan cemoohan dari para netizen. Termasuk komentar dari Bang Denny Siregar, penulis dan pegiat media sosial.
Komentar Denny Siregar memang sangat menohok. Membuyarkan puji-pujian Dzulfian dan membanting Leon sampai ke dasar sumur. “Kecerdasan itu seringkali ga bisa diukur sama IPK.. Ada tukang kayu yang bisa jadi Presiden. Ada juga Profesor yang gak bisa bedain mana nenek-nenek yang wajahnya dioplas (operasi plastik) dan yang digebukin,” tulis Denny link twitter.
Sebuah contoh yang tak terbantahkan. Sekaligus menyindir bahwa pernyataan Dzulfian itu tak ubahnya seperti sebuah pernyataan politis beragenda tertentu. Ya serupa lah dengan pernyataan berbagai pihak yang meyakini peristiwa penganiayaan dialami oleh Ratna Sarumpaet. Dari Fadli Zon, Fahri Hamzah, anaknya Amien Rais, dan banyak lagi. Siapa lagi profesor yang dimaksud Denny itu kalau bukan Amien Rais? Atau Rizal Ramli? Saya cenderung ke Amien Rais. Tapi boleh juga lah kalau buat Rizal Ramli, sama aja makjlebnya hehehe…
Dzulfian mungkin jadi merasa ambyar? Sehingga akhirnya menghapus cuitannya itu dan mengunci akun Twitter-nya? Menanggung malu sendiri, tanpa diganggu lagi oleh para netizen +62? Siapa yang sombong duluan? Siapa yang duluan menjunjung tinggi Leon hanya berdasarkan IPK dan jadi Ketua di sana sini? Kok sekarang malah ngumpet? Hapus cuitan pulak. Ingat, jejak digital hampir 100 persen tidak bakal hilang. Kecuali bisa menemukan sarung tangannya Thanos ya.
Sumber Utama : https://seword.com/politik/dzulfian-puji-leon-keduanya-disleding-denny-fPgZxNx3fU
Mengejutkan Ternyata Bukan Anies, Ini Jago PKS di 2024
Anies Baswedan, gubernur DKI Jakarta saat ini dipandang publik yang bakal diusung PKS, dengan catatan jika partai yang diajak koalisi bersedia. Jika tidak Anies Baswedan auto nganggur. Meski elektabilitas di level I bersaing dengan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.Ternyata secara mengejutkan PKS justru mendorong kadernya sendiri untuk diusung sebagai calon presiden 2024. Meskipun nama kader PKS ini tidak masuk radar bursa capres dari berbagai survei.
Banyak elit PKS yang sampai gemes sama tokoh yang satu ini, mereka para elit PKS minta yang bersangkutan mau tampil ke publik.
Memang tokoh yang satu ini tidak begitu dikenal masyarakat. Padahal tokoh yang satu ini dulu pernah menduduki jabatan sebagai menteri juga duta besar.
Siapa dia? Salim Segaf Al Jufri, dalam struktural Partai Keadilan Sejahtera (PKS) yang bersangkutan adalah Ketua Syuro PKS. Ada yang kenal?
Dr. H. Habib Salim Segaf Al-Jufri, Lc., M.A. (lahir di Surakarta, Jawa Tengah, 17 Juli 1954; umur 66 tahun) pernah menjabat sebagai Menteri Sosial Indonesia sejak 22 Oktober 2009 hingga 20 Oktober 2014 di Kabinet Indonesia Bersatu II pemerintahan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Wakil Presiden Boediono. Sebelumnya, ia menjabat sebagai Duta Besar Indonesia untuk Arab Saudi dan Oman sejak Desember 2005 hingga 2009 menggantikan Muhammad Maftuh Basyuni.
Para anggota Majelis Syuro Partai Keadilan Sejahtera (PKS) sampai meminta agar Ketua Majelis Syuro PKS Salim Segaf Al Jufri tampil memberikan keteladanan nyata di hadapan publik.
Para kader PKS beharap, Salim mesti dikenal publik secara luas agar masyarakat merasakan kehadiran PKS sebagai partai oposisi.
Wakil Sekretaris Jenderal PKS Ahmad Fathul dalam siaran pers mengatakan, "Masyarakat perlu tahu bahwa PKS sebagai partai oposisi hadir di tengah penderitaan rakyat. Saatnya tokoh kunci PKS dikenal publik secara luas."
Mabruri mengatakan, hal itu merupakan rekomendasi Musyawarah Majelis Syuro IV pada Rabu yang dihadiri 80 anggota Majelis Syuro PKS.
Salim Segaf memang politikus dari PKS yang banyak diamnya. Tidak seperti Mardani atau Hidayat Nur Wahid yang sering cari sensasi recehan agar eksis di media. Wira-wiri macam setelikaan.
Selain Salim konon Partai Keadilan Sejahtera (PKS) juga siapkan calon presiden lainnya dari kader sendiri
- Salim Segaf
- Ahmad Syaikhu
- Hidayat Nur Wahid
Ahmad Syaikhu sendiri adalah presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) atau ketua umum. Sedang Hidayat Nur Wahid bagi Anda mungkin sudah tidak asing, mantan ketua MPR dan sosok ini salah satu deklarator berdirinya partai ini dan juga mantan presiden ke-2 PKS.
Selain Mardani dan Tifatul Sembiring. Hidayat Nur Wahid (HNW) salah satu sosok yang dikenal suka kontroversi atau melempar nyinyiran ke media.
Tapi kalau menurut saya PKS selamanya tidak akan ada kader atau tokoh diintern mereka yang bisa menjadi presiden republik indonesia, sebab mereka sudah memiliki sebutan 'presiden' (ketua umum) untuk kalangan sendiri.
Lalu bagaimana dengan Anies Baswedan? Selama ini secara umum publik melihat PKS dekat dengan Anies. Begitupun sebaliknya Anies. Keduanya bagaikan sepasang kekasih.
Saya meyakini Anies Baswedan oleh PKS bakal tetap didorong jadi salah satu jago mereka. Kendati mereka punya harapan Salim Segaf akan tetapi tokoh ini rasanya tidak laku untuk dijual bahkan untuk calon wakil presiden sekalipun
Nama yang bersangkutan sama sekali tidak masuk radar bursa capres maupun cawapres dari berbagai lembaga survei yang sudah rilis. Salim Segaf sudah pasti tahu diri. Ogah ditonjol-tonjolkan, konstituen sebagian besar tidak mengenalnya.
Partai Keadilan Sejahtera sejak Era HNW tidak ada lagi tokoh yang dikenal publik. Sempat muncul nama Ahmad Heryawan gubernur Jabar selama 2 periode tapi setelah itu meredup. Bisa kita bayangkan provinsi Jab kurun satu dasawarsa dalam cengkraman PKS.
PKS = Ihkwanul Muslimin
Yusuf Supendi, salah satu pendiri Partai Keadilan--cikal bakal Partai Keadilan Sejahtera--memastikan awal pendirian partai itu pada Juli 1998 dibantu oleh banyak tokoh Ikhwanul Muslimin di Mesir dan Timur Tengah.
Tokoh-tokoh di awal pendirian PKS, kata Yusuf, merupakan aktivis Ikhwanul Muslimin di Indonesia. Gerakan ini sendiri awalnya digagas sejumlah mahasiswa Indonesia yang berkuliah di Madinah, Arab Saudi, termasuk Yusuf sendiri dan KH Hilmi Aminuddin.
Ikhwanul Muslimin (bahasa Arab: الاخوان المسلمون al-ikhwān al-muslimūn, bahasa Inggris: Muslim Brotherhood) sering hanya disebut (Arab الإخوان Al-Ikhwan) adalah salah satu jamaah dari umat Islam, mengajak dan menuntut ditegakkannya syariat Allah. Organisasi IM ini menyebar diberbagai belahan dunia.
Di Arab Saudi sendiri Ikhwanul Muslimin dilarang.
DEWAN Ulama Senior Kerajaan Arab Saudi menetapkan Ikhwanul Muslimin sebagai kelompok teroris dan tidak mewakili nilai-nilai Islam yang sebenarnya. Dewan tersebut menggambarkan organisasi yang berpusat di Mesir tersebut sebagai kelompok sesat yang merusak hidup berdampingan di dalam negara dan membuat hasutan, kekerasan, dan terorisme. sumber.
Jadi Anda paham kan? Mengapa parrai ini lebih digandrungi oleh kelompok-kelompok semacam FPI, PA 212, HTI, Salafi Wahabi, pendukung Anies dan kelompok lainnya yang berafiliasi. Tidak main-main suara mereka di tingkat nasional pada tahun 2019 meroket.
-
Pada tahun 2014, suara PKS 8.480.204 (6,79%)
-
Pada tahun 2019, suara PKS 11.493.663 (8,21%)
So, becareful ...
Demikian, salam
Sumber Utama : https://seword.com/politik/mengejutkan-ternyata-bukan-anies-ini-jago-pks-di-NfnNzFgVJL
Kedok Ketua BEM UI Dibongkar Ade Armando, Dalang Ketar Ketir?
Awalnya saya tidak ingin terlalu banyak menulis soal Ketua BEM UI, Leon Alvinda Putra. Toh sudah banyak yang menulis. Kalau kebanyakan malah memberi panggung buat dia. Namun, perkembangan terakhir menunjukkan makin terbongkarnya kedok Leon ini. Terutama afiliasinya. Sehingga lama-lama jadi seperti senjata makan tuan. Seru dong! Oke, dia memang makin terkenal seantero medsos, tapi makin banyak pula rahasia-rahasia yang dibongkar oleh berbagai pihak, terutama oleh para netizen.
Misal yang terakhir ini tersebar cuitan Leon berterima kasih pada Veronica Koman Sumber. Lalu dibongkarnya siapa orang tua angkat Leon di Sukoharjo yang ternyata aktif di partai politik oleh akun legend twit El Diablo. Dengan kata lain, Leon ini ternyata nggak lugu-lugu amat dan dia tahu politik Sumber. Dan banyaknya buzzer kadrun yang dikerahkan membela BEM UI Sumber. Kalau pembaca ingin tahu lebih lanjut silakan saja buka link sumber, cukup menarik dan menohok buat Leon.
Saya kira yang paling relevan untuk bicara soal Leon adalah Ade Armando, karena beliau kan dosen di UI. Sehingga tulisan ini pun fokus ke bagaimana terbongkarnya kedok Leon oleh Ade Armando. Lucunya, yang jadi sumber terbongkarnya kedok Leon adalah orang yang memuji-muji Leon secara terang-terangan di medsos. Hehehe… Niat hati pongah, menyombongkan bahwa Leon ini mahasiswa pintar yang lebih pintar dari Presiden Jokowi dan mahasiswa kuat yang lebih kuat dari Jokowi. Ternyata malah mengungkap kedok Leon. Ini terjadi di Twitter ya. Setelah sadar akan keblunderannya, orang ini kemudian mengunci akunnya agar tidak bisa dilihat semua orang. Saya seperti menyaksikan kroco yang menantang seorang pakar.
Adalah seseorang yang disebut media pikiran-rakyat.com sebagai pakar ekonomi dari INDEF (Institute National Development dan Financial), bernama Dzulfian Syafrian, yang ikut mengomentari soal Leon. Dia mengarahkan komentarnya ke Ade Armando.
“Sedikit Bang Ade tahu kalau Leon ini mentornya buanyak. Minimal para eks-aktivis UI, bil khusus FEB UI dan KAHMI UI ada di belakang Leon. Leon ini simbol yg membangkitkan euforia anak-anak FEUI dan HMI yang sudah lama absen jadi presiden mahasiswa UI,” cuit Dzulfian. Dia menutup cuitan itu dengan pongah, “ Istana salah cari lawan” Sumber. Dalam cuitan satu lagi, Dzulfian membanggakan prestasi akademik Leon, dengan IPK di atas 3,5. Bahkan menanyakan IPK Presiden Jokowi berapa? Sombong kaleee…
Kedua cuitan ini sudah tidak bisa saya baca, karena Dzulfian sudah mengunci akunnya dan cuitan soal IPK sudah dia hapus. Tapi ya percuma, karena sudah ada di media hehehe… Tinggal menyimpan rasa malu saja ya.
(sumber: bekasi.pikiran-rakyat.com)
(keterangan : cuitan sudah tidak bisa dibaca)
(keterangan : akun sudah dikunci)
(keterangan : cuitan sudah dihapus)
(keterangan : bukti cuitan sudah dihapus)
Kehebohan yang ditimbulkan oleh BEM UI di bawah komando Leon ini pun jadi perhatian media televisi. Nampaknya ada beberapa stasiun televisi yang ingin mengangkat isu ini dalam sebuah diskusi, dengan mempertemukan Leon dan Ade Armando. Ternyata, Leon tidak mau berhadapan dengan Ade. “Menurut redaksi dua stasiun televisi yang mengangkat isu keramaian di UI, Ketua BEM UI Leon Alvinda Putra tidak mau muncul sebagai pembicara di acara diskusi yang menghadirkan saya sebagai pembicara. Kata redaksi TV, "Leon sudah diminta hadir, tapi menolak selama ada Bang Ade,” tulis Ade Armando, mengungkap perilaku Leon link twitter.
Aneh ya? Katanya pinter dengan IPK di atas 3,5. Bahkan sampai mau dibandingkan dengan IPK Presiden Jokowi. Kok dipertemukan dengan Ade Armando saja tidak mau? Cemen kah? Akhirnya Ade pun menyampaikan dugaan bahwa Leon ini tidak sehebat meme yang mengkritik Jokowi. "Buat saya penjelasan paling masuk akal adalah karena dia tahu dia sebenarnya tak memiliki argumen cukup kuat untuk membela seri Tweet BEM yang bermasalah itu… Dia mungkin takut itu terbongkar di depan publik,” papar Ade Armando dilansir wow.tribunnews.com.
Ade Armando juga menganalisa agenda tersembunyi di balik Leon, berdasarkan cuitan Dzulfian di atas. Cuitan Dzulfian soal banyaknya mentor yang dimiliki Leon, bagi Ade menjadi semacam peringatan bahwa “Leon bukan tokoh mahasiswa yang independen”. Ade menyebut Leon sebagai bagian dari sebuah kekuatan lebih besar. BEM UI diduga bekerja atas arahan mentor mereka. Salah satu dasar dugaan ini mengacu pada rangkaian meme Jokowi oleh BEM UI yang disebut Ade “tidak bisa dilihat sebagai upaya mengajak publik berdiskusi secara ilmiah”. Oleh sebab itu, kemunculan rangkaian meme yang menyebut Jokowi The King of Lip Service disebut Ade merupakan “bagian dari upaya menghancurkan legitimasi Jokowi”. Sumber Sumber.
Dugaan Ade ini terdengar sangat logis dan wajar. Apalagi melihat siapa-siapa saja yang membonceng Leon dan BEM UI. Seperti Partai Demokrat, PKS, hingga HMI MPO. Yang sudah saya tulis sebelumnya : https://seword.com/politik/gebrak-pakai-senyum-jokowi-rontokkan-kubu-bem-ui-bxsWpEQfYh Lucu ya, mereka bikin masalah, lalu menggorengnya. Berharap Presiden Jokowi terpancing untuk bertindak represif. Agar nanti para mahasiswa ini bisa playing victim, mengklaim terzolimi. Untuk mengundang simpati publik. Tapi baru beberapa hari sudah terbongkar jeroan dan kedoknya. Jadi penasaran, siapa sih dalangnya? Berapa sih IPK dalangnya ini? Ehh hehehe… Bikin strategi kok gampang letoy dan dikuliti netizen.
Sekarang kondisi malah berbalik, senjata makan tuan. Leon jadi bahan bully-an para netizen. Hati-hati terhadap netizen +62. Jeroan sampai yang terdalam pun bisa terbongkar. Itu jadi rekam jejak yang memalukan. Ingat kan apa yang terjadi sama yang kasih kartu kuning ke Presiden Jokowi? Sok berani, tapi begitu difasilitasi buat berkunjung ke Papua, malah nggak mau. Ujung-ujungnya memalukan diri sendiri saja. Tidak ada yang bisa diglorifikasi dari blunder seperti ini. Jangan-jangan dalang pun sudah ketar ketir deg-degan nih!
Sumber Utama : https://seword.com/politik/kedok-ketua-bem-ui-dibongkar-ade-armando-dalang-nTZarUhEvv
Re-post by MigoBerita / Jum'at/02072021/10.50Wita/Bjm