Migo Berita - Banjarmasin - AYO VAKSIN : Aplikasi Silacak & InaRISK jadi andalan penanganan Covid 19. Menurut Google yang diakses hari ini Jum'at tanggal 06 Agustus 2021 pukul 10.04 Wita bahwa Aplikasi Silacak adalah program penguatan tracing dalam penanganan pandemi Covid-19 dan telah dilaksanakan di 51 Kabupaten/kota di 10 provinsi. Sedangkan aplikasi InaRISK dibuat oleh BNPB guna melakukan penilaian mandiri terkait perlu atau tidaknya melakukan tes cepat Covid-19.
Untuk panduan penggunaan Aplikasi InaRISK bisa di akses di https://inarisk.bnpb.go.id/panduan_singkat_ina.pdf
Tulis di Google Chrome : panduan aplikasi Silacak , maka akan muncul link ini https://www.google.com/search?q=panduan+aplikasi+Silacak&client=firefox-b-e&biw=1360&bih=654&sxsrf=ALeKk01tvG50sz46B-f19Wc18EMU6w2yzw%3A1628215815793&ei=B5oMYcD2L5SbmgfIqYv4Cg&oq=panduan+aplikasi+Silacak&gs_lcp=Cgdnd3Mtd2l6EAMyBQgAEMsBOgcIIxCwAxAnOgcIABBHELADOgcIIxCwAhAnOgQIABANOggIABANEAUQHjoECAAQE0oECEEYAFC_MljVPGCgP2gBcAJ4AIABc4gB0gaSAQM2LjOYAQCgAQHIAQnAAQE&sclient=gws-wiz&ved=0ahUKEwiAlsXKqJvyAhWUjeYKHcjUAq8Q4dUDCA0&uact=5
Klik yang bagian atas yang tertulis :
Pelacakan Kontak (Contact Tracing) - Kementerian Kesehatan
Untuk panduan peraturannya bisa diklik disini https://covid19.go.id/storage/app/media/Regulasi/2021/Mei/kmk-no-hk0107-menkes-4641-2021-ttg-panduan-pelaksanaan-pemeriksaan-pelacakan-karantina-isolasi-dalam-pencegahan-covid-19-sign.pdf
Kunjungan ke Kalsel, Panglima TNI Cek Penggunaan Aplikasi Silacak untuk Tracing Kontak Erat

JAKARTA - Panglima TNI Marsekal Hadi Tjahjanto bersama Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo memimpin rapat terkait penanganan Covid-19 di wilayah Kalimantan Selatan serta meninjau kesiapan petugas dalam penyiapan dan pengoperasian Aplikasi ‘Silacak’, bertempat di Auditorium Idham Chalid, Banjarbaru, Kalimantan Selatan, Kamis (5/8/2021).
Panglima TNI dan Kapolri langsung menerima laporan terkait penangan pandemi Covid-19 di wilayah Kalimantan Selatan, yang disampaikan Pj Gubernur Kalimantan Selatan Safrizal. Saat ini Kalsel memberlakukan PPKM Level 4 karena kasus Covid-19 masih tinggi.
Panglima TNI menyampaikan, untuk menekan penyebaran Covid-19 di Kalsel dibutuhkan kerja sama seluruh elemen masyarakat untuk menegakkan disiplin Prokes 3M yang efektif menurunkan angka reproduksi dan akan menurunkan angka kasus. Hal tersebut memerlukan partisipasi semua pihak melalui pendekatan kultural dan kearifan lokal yang dilakukan secara humanis.
“Saya harap pengoptimalan 3T (testing, tracing, dan treatment) para petugas harus aktif mencari dan melaporkan info kasus sesegera mungkin,” kata Panglima TNI, dalam keterangan tertulis yang diterima.
Panglima TNI menegaskan guna membentuk herd immunity di Kalsel, semua pihak harus bersama mendukung percepatan vaksinasi dengan langkah optimalisasi fungsi Forkopimda dengan melibatkan pihak swasta dan elemen masyarakat. Itu termasuk memperbanyak sentra vaksinasi dan memastikan pemenuhan dosis vaksin di daerah serta memperkuat vaksinasi di zona merah.
Setelah memimpin rapat dengan Forkopimda, Panglima TNI bersama Kapolri mengecek dan melihat secara langsung kesiapan petugas yang menggunakan Aplikasi Silacak.
Para Babinsa dan Bhabinkamtibmas yang bertugas di lapangan menunjukan kemampuannya menggunakan Aplikasi Silacak dengan mempraktikkan secara langsung di hadapan Panglima TNI.
Dalam kegiatan ini, Panglima TNI berdialog langsung dengan Babinsa dan Bhabinkamtibmas. Panglima TNI menanyakan kepada Babinsa dan Bhabinkamtibmas terkait penggunaan Aplikasi Silacak.
“Dari kasus yang baru terkonfirmasi di Silacak, apakah sudah dilaksanakan tracing kontak erat ?" tanya Panglima TNI.
Pertanyaan Panglima TNI langsung dijawab Babinsa tersebut. “Siap sudah Panglima, kami melakukan tracing kontak erat kepada keluarganya,” jawab Babinsa.
Di akhir kegiatan, Panglima TNI dan Kapolri menyerahkan bantuan Oxygen Concentrate kepada Forkopimda Kalsel.
Pilpres dan Vaksin Republik Islam Iran

Begitu Raisi menang dalam pilpres Iran, media mainstream Barat, maupun media Indonesia (yang bermodal copas-terjemah) dan para “pengamat” yang juga cuma modal copas dari media Barat, demikian juga para pemimpin Israel, ramai menyebarkan narasi yang SERAGAM: presiden baru Iran ini “tukang jagal”, kata mereka.
Bahkan koran Sindo, membuat infografis yang isinya: Raisi pernah “memerintahkan penyiksaan pada wanita hamil”, “tahanan dilempar dari tebing”, “orang-orang dicambuk dengan kabel listrik”.
Orang yang otaknya cerdas, dikiiit aja, bisa merasakan keanehan dari berita ini. Apa mereka pikir, Iran itu negara barbar di benua antah-berantah? Kalau benar Iran negara se-barbar itu, mengapa Human Development Index-nya jauh lebih tinggi dari pada Indonesia?
Iran dan Indonesia itu sama-sama negara berkembang. Bahkan Iran lebih sengsara dari Indonesia karena sejak 1980 sampai sekarang terus-menerus dihajar embargo dan propaganda sektarian dari berbagai penjuru angin. Tapi, di tengah berbagai kepayahan itu, Human Development Index-nya Iran jauh di atas Indonesia (Iran ranking 70, Indonesia di ranking 107). Siapa yang mengukur HDI? PBB. Di antara poin penilaiannya: pendidikan, kesehatan, kondisi perempuan, dll, dan itu semua tidak bisa dicapai dalam waktu semalam. Trend angka HDI Iran terus naik, pun bila dibandingkan dengan HDI di era Shah Pahlevi dulu.
“Mana mungkin media mainstream berdusta!” mungkin ada yang bilang demikian.
Apa kalian lupa kebohongan media mainstream soal Irak tahun 2003, soal Libya, soal Suriah? LSM ala Amnesty Internasional juga tidak selalu jujur dalam laporannya. Baca buku saya Salju di Aleppo, yang antara lain menelaah isi laporan AI soal Suriah.
Tapi bangsa yang mereka citrakan sebagai bangsa barbar itu, malah lebih maju dari Indonesia: sudah bisa memproduksi vaksin sendiri (berbahan inactivated virus, bukan protein S+live adenovirus seperti vaksin buatan Barat), berhasil menjadi salah satu pusat medis di Timur Tengah (baca tulisan Pak Dahlan Iskan), serta mencapai kemajuan sains lainnya, termasuk nuklir (untuk tujuan damai, antara lain untuk bidang medis dan produksi listrik, supaya tidak bergantung pada energi fosil).
Kalau saja bangsa Iran memble secara sains dan teknologi, pastilah sudah lama ringsek akibat embargo puluhan tahun. Dan kemajuan sains dan teknologi jelas TIDAK COMPATIBLE dengan “rezim barbar” seperti yang mereka kisahkan itu.
Menurut saya, para “pengamat” dan media-media mainstream Indonesia, daripada nyinyir terus soal Iran dengan berbasis hoaks, lebih baik lakukan hal yang bermanfaat buat bangsa sendiri.
Misalnya, kita dorong agar pemerintah Indonesia bekerja sama dengan Iran untuk alih teknologi pembuatan vaksin, biar bisa diproduksi di Indonesia, tanpa perlu bayar royalti. Sekarang ini kan kita beli vaksin yang sudah jadi (ada juga yang kita beli “bibit”-nya aja, lalu ditambahin adjuvant sendiri). Tentu akan lebih menguntungkan bila kita benar-benar memproduksi sendiri.
Ayo, Indonesia juga bisa!
—
Tulisan Dahlan Iskan soal kemajuan medis Iran https://www.disway.id/r/1353/ganti-hati-di-iran
Video: jawaban Mr. Raisi saat wartawan Al Jazeera mengkonfirmasi tuduhan pelanggaran HAM.
[Bila kurang paham terjemahannya: intinya, menurut Raisi, di tahun 1998 itu ada gerakan terorisme ala ISIS dan mereka melakukan pelanggaran HAM kepada rakyat. Argumen Raisi: apakah menghukum para pelaku kejahatan dan pelanggar HAM adalah pelanggaran HAM?]
Tentu penonton bebas menyimpulkan, mau tetap ala zombie [komen ‘syiah-syiah’ melulu], atau jadi merasa perlu mencari/meneliti, apa sih yang sebenarnya terjadi? Atau, ya udah, ngapain dipikirin, yang penting tahan diri sebar berita yang belum tentu benar. V
ideo lengkap konperensi pers Mr. Raisi (dengan terjemahan): https://www.youtube.com/watch?v=En4Y1Mv9KYM&t=356s
Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/06/30/pilpres-dan-vaksin-iran/#more-7338
Re-post by MigoBerita / Jum'at/06082021/10.29Wita/Bjm