Migo Berita - Banjarmasin - Yaman itu DISERANG, TaliBAN Vs Teroris ISIS hingga Isu "Climate Change". Simak dan baca terus artikel yang telah kita kumpulkan hingga Tuntas agar tidak gagal paham.
Bikin Heboh Soal Perang Yaman, Menteri Lebanon Tolak Minta Maaf kepada Saudi
Lebanon, LiputanIslam.com – Menteri Informasi Lebanon, George Kordahi, menolak meminta maaf atas pernyataannya dalam sebuah acara televisi yang menyebut Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) sebagai pihak “agresor” dalam perang Yaman, dan menilai pasukan Ansarullah (Houthi) sebagai pihak yang melawan agresi.
Dia mengaku tak berbuat salah untuk kemudian meminta maaf. Dan meski menuai badai kecaman dari Saudi dan negara-negara Arab Teluk lainnya, Kordahi tetap bersikeras menyebut perang Yaman sebagai perang sia-sia yang harus dihentikan.
Dalam sebuah pernyataan yang dinilai kontroversial dalam acara televisi yang diselenggarakan sekira sebulan lalu sebelum Kordahi menjabat sebagai menteri informasi Lebanon namun baru sekarang beredar luas dan menghebohkan, dia mengatakan, “Houthi membela diri, mereka (Saudi dan UEA) yang mengagresi. Menurutku, perang ini, perang Yaman, sia-sia dan harus berhenti.”
Ketika disudutkan dengan pertanyaan bahwa Ansarullah gencar menyerang Saudi dengan rudal dan drone, Kordahi menjawab bahwa di Yaman banyak kerusakan akibat serangan udara Saudi dan sekutunya.
“Lihatlah kerusakan yang menimpa mereka (Ansarullah) sebagai bangsa (Yaman). Mereka dibom di tempat-tempat kediaman mereka, di rumah-rumah mereka, di desa-desa mereka, di lapangan-lapangan mereka, pada jenazah-jenazah mereka, di tempat-tempat rekreasi mereka. Mereka dibombardir oleh jet-jet tempur,” ujarnya.
Pernyataan ini memancing kegusaraan pemerintah Saudi sehingga Kementerian Luar Negerinya memanggil Duta Besar Lebanon, Fawzi Kabbara, dan menyerahkan nota protes kepadanya. Aksi serupa juga dilakukan oleh pemerintah Kuwait, UEA dan Bahrain.
Berbagai media dalam dan luar negeri Lebanon juga santer memberitakan masalah ini.
Menanggapi reaksi dan perkembangan itu, Kordahi menekankan prinsip kebebasan berpendapat, dan menyayangkan sikap sebagian media yang seharusnya menjunjung kebebasan berpendapat malah cenderung memojokkan dirinya dan mengusik kebebasannya dalam berpendapat.
Dia juga menekankan bahwa pernyataan itu merupakan pendapat pribadinya sebelum menjadi menteri, dan bahwa setelah menjadi menteri maka dia konsisten pada kebijakan pemerintah dan terikat dengannya.
“Apa yang saya katakan dalam wawancara itu, adalah sikap…. baik berkenaan dengan Palestina, Suriah, Lebanon dan banyak persoalan lain, masalah Teluk dan perang Yaman, yang sama sekali tidak mengikat pemerintah, karena saat itu saya bukan bagian dari pemerintah. Ini adalah pendapat saya pribadi,” ungkapnya.
Heboh pernyataan Kordahi terjadi ketika serangan Ansarullah ke wilayah Saudi kian gencar, pasukan koalisi pimpinan Saudi terdesak hebat di Provinsi Ma’rib, dan pengaruh Iran semakin membesar di Lebanon.(mm/raialyoum/bbc/aljadid)
Houthi: Daripada Bertempur di Yaman, Pasukan Bayaran Sudan Sebaiknya Bela Negara Mereka
Sanaa,LiputanIslam.com-Anggota Dewan Tinggi Politik Yaman, Muhammad Ali Houthi menanggapi terjadinya kudeta di Sudan.
Dalam wawancara dengan Russia Today, Houthi berkata bahwa pasukan bayaran Sudan di Koalisi Saudi mesti segera angkat kaki dari Yaman dan membela negara mereka yang tengah dilanda kudeta.
“Saya katakan kepada pasukan bayaran dari Sudan: kembalilah ke negara, kota, dan desa kalian. Belalah revolusi kalian dan urus saja masalah kalian sendiri,”kata Houthi.
Houthi mengaku prihatin atas kudeta di Sudan dan dipenjarakannya sejumlah orang pascakudeta. Ia menyatakan, serdadu bayaran Sudan berada di Yaman atas biaya Saudi, dan secara umum, uang negara-negara Arab di Teluk Persia.
Yaman, tandas Houthi, tidak berminat untuk melakukan agresi ke para tetangga atau negara lain. Namun jika terpaksa harus membela diri, bangsa Yaman akan bangkit dengan seluruh kekuatannya.
“Kami tidak mengawali serangan ke Saudi. Bukan kami yang mengundang tentara untuk memasuki negara kami. Mereka datang untuk memerangi kami. Berkali-kali kami tegaskan, jika mereka menghentikan agresi, kami juga akan menghentikan serangan,”tegasnya.
Di lain pihak, Menteri Informasi Lebanon George Kordah juga membela Ansharullah dan menegaskan bahwa agresi ke Yaman harus segera dihentikan.
”Agresi kejam yang sudah berlangsung selama 8 tahun ke Yaman harus dihentikan. Apa yang dilakukan rakyat Yaman adalah hak legal mereka untuk membela diri. Saya mengapresiasi keteguhan rakyat Yaman dalam menghadapi agresi ini.”
“Ansharullah sedang melakukan pembelaan diri. Anda harus melihat besarnya kerugian yang diderita Yaman dan rakyatnya. Mereka tidak mendapatkan keamanan, baik di majlis duka, pernikahan, atau tempat lain di negeri mereka. Jet-jet Koalisi (Saudi) terus melakukan pengeboman secara kontinu,”tandas Kordah. (af/fars)
Sumber Utama :https://liputanislam.com/internasional/houthi-daripada-bertempur-di-yaman-pasukan-bayaran-sudan-sebaiknya-bela-negara-mereka/
Logika Ngawur Fans Taliban Indonesia & Fans ISIS Indonesia
Beberapa hari yang lalu, saya buka Twitter. Eh, ternyata yang sedang trending saat itu tagar ISIS. Saya klik dan “takjub” melihat percakapan orang-orang itu. Di foto ini ada 2 di antaranya. Mengapa saya blur namanya? Soalnya saya ga sudi mempromosikan akun-akun ngaco.
Jadi ceritanya, ada berita “Taliban Menghancurkan Markas ISIS di Kabul.” Nah para fans Taliban di Indonesia langsung happy karena rupanya mereka ingin sekali membuktikan bahwa “Taliban bukan teroris, Taliban beda dengan ISIS.”
Mengapa mereka sedemikian ingin membuktikan bahwa Taliban bukan teroris dan beda dari ISIS? Rupanya (kalau dibaca percakapan mereka itu), ini terkait dengan kasus KPK. Mereka sakit hati pada para buzzer yang menyebut NB dkk sebagai Taliban. Jadi, ini masih lanjutan era Perang Suriah: para fans Taliban ini membawa-bawa konflik Timteng ke Indonesia.
[Disclaimer: saya peneliti & akademisi, saya BUKAN buzzer dan saya BUKAN pendukung Taliban, apalagi ISIS.]
—-
(1) Cuitan paling atas: dari fans Taliban
ISIS benci Taliban
BuzzerRp benci Taliban
ISIS = BuzzerRp
Jelas orang ini sama sekali tidak paham logika. Silogisme itu disusun dari premis mayor dan premis minor. Premis mayor itu dicirikan dengan kata “semua”. Kedua premis pun harus berisi info yang benar Misal: semua manusia pasti mati; Bahlul manusia; maka Bahlul pasti mati.
Jadi “silogisme” yang disusun oleh si fans Taliban ini salah (falasi). Kalau mau pakai falasi yang sama, bisa saja kan disusun begini:Fans Taliban benci ISISBuzzerRp benci ISIS Fans Taliban = BuzzerRpatau:Fans Taliban benci BuzzerRpFans ISIS benci BuzzerRpFans Taliban = Fans ISIS
(2) Cuitan kedua: dari fans ISIS. Jadi, mereka ini membela ISIS. Caranya dengan mengatai Taliban = Syiah. Alasannya , karena Taliban datang ke konsulat Iran di Kabul.
Jadi, dia mencoba memfitnah Taliban sebagai Syiah. Dia pura-pura lupa (atau memang tidak tahu) apa yang terjadi pada tahun 1998. Saat itu, Taliban melakukan pembantaian massal kepada orang Afghan yang Syiah di kota Mazhar-i Sharif. HRW melaporkan ada 2000 orang yang tewas. Di antara yang tewas adalah diplomat dan jurnalis Iran.
Jadi menyimpulkan “Taliban bersaudara dengan Syiah” hanya karena Taliban bertemu dengan diplomat Iran, jelas ngawur.
Sekedar info, sampai hari ini Taliban tidak pernah meminta maaf atas kejahatan mereka itu. Akibat kejahatan Taliban itu, orang-orang Syiah-Afghan (kebanyakan dari etnis Hazara) mengungsi ke Iran, jumlahnya 4-5 juta (yang tercatat dan diurus oleh UNHCR hanya 800ribuan).
Saat Taliban kembali berkuasa pada Agustus 2021, Iran juga kembali kebanjiran pengungsi, orang-orang Hazara yang ketakutan, takut dibantai lagi. Kata seorang pejabat Iran, kemungkinan sekarang total ada 6 jutaan Afghani di Iran.
Kalau Anda pernah ke Iran, kemanapun Anda menoleh, dengan mudah ketemu orang Afghan. Anda bayangkan, jika ada 6 juta Afghan di Indonesia dan mereka dibiarkan hidup bebas, menikmati semua layanan publik (puskesmas, sekolah), dan jadi tukang atau buruh; sementara warga Indonesia sendiri kesulitan ekonomi. Terbayang, betapa beratnya menampung pengungsi?
Inilah sebabnya Iran tetap membuka konsulat di Kabul dan mau bernegosiasi dengan Taliban. Inilah pilihan politik yang rasional. Kepentingan Iran adalah Afghanistan yang damai dan stabil, sehingga para pengungsi bisa pulang kampung. Iran melakukan pendekatan serta masih berbaik sangka, semoga saja Taliban ver 2.0 ini sudah lebih rasional, tidak lagi takfiri dan membantai kaum Syiah seperti dulu.
Apa benar Taliban bisa berubah? Secara resmi, meski tidak pernah meminta maaf atas kejahatan di masa lalu (cuma ngeles, “oh itu di luar komando”), jubir Taliban versi 2.0 ini telah mengeluarkan pernyataan menolak takfirisme dan berjanji akan melindungi kaum minoritas.
Buktinya gimana? Ya kita musti tunggu. Tapi, ini bisa jadi catatan untuk fans Taliban di Indonesia. Apa mereka masih berperilaku takfiri, sementara kini idola mereka menolak takfirisme? Rekam jejak kejahatan mereka ini tidak bisa dihapus. Selama 10 tahun, mereka mendukung Al Qaida Suriah untuk angkat senjata melawan pemerintah yang sah di Suriah.
Apa hubungan Al Qaida dan Taliban? Taliban secara resmi tidak disebut “teroris” oleh PBB. Kalau ISIS dan Al Qaida, resmi teroris. Jadi wahai BuzzerRp, cek n ricek data dulu ya.
Nah, Al Qaida ini bikin cabang dimana-mana, dengan berbagai nama. Al Qaida awalnya berdiri di Pakistan, lalu setelah Taliban berkuasa, tahun 1998 mereka pindah markas ke Afghanistan atas seizin Taliban. Artinya: mereka punya kesamaan ideologi (tidak sama persis, tapi satu “kotak”).
Terakhir: coba tanya ke fans Taliban di Indonesia, apa mereka menyebut Al Qaida teroris? Coba google: tokoh politik di Indonesia yang bikin puisi memuji Bin Laden.
Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/10/12/logika-ngawur-fans-taliban-indonesia-fans-isis-indonesia/#more-7583
Ancaman Seram
Sejak beberapa bulan terakhir, saya perhatikan, media mulai rame memberitakan soal “ancaman yang lebih seram” atau “ancaman yang lebih ngeri” daripada Covid.
Apakah ancaman yang lebih seram itu? Climate change, kata mereka.
Lalu solusinya gimana?Tentu saja: duit, duit, duit.
“Kebutuhan Indonesia untuk mengatasi hal tersebut cukup besar, yaitu sekitar Rp 3.700 triliun sampai 2030 mendatang,” kata Menkeu Sri Mulyani.”
Salah satu langkah Indonesia untuk memitigasi dampak dari perubahan iklim ini adalah mengurangi penggunaan karbon emisi dengan rencana penerbitan pajak karbon,” kata Menkeu Sri Mulyani.
Apa itu pajak karbon?
Perusahaan penghasil CO2 akan dipajakin. Misalnya, PLTU batubara, dan industri-industri lain.
Mengapa harus dipajakin?
-Kalau Indonesia tidak melakukan ini dengan serius, emisi karbon tidak terkendali, ketika kita mau ekspor barang ke luar negeri atau negara lain, bisa saja dikenakan bea masuk yang berbasis emisi. Itu membuat kita jadi tidak kompetitif dalam jangka menengah.-Ini adalah salah satu upaya pemerintah dalam mengejar target kewajiban Indonesia dalam Nationally Determined Contribution (NDC) dari penerapan Paris Agreement(Demikian kata Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Febrio Kacaribu). [1]
Komentar saya:
Bumi ini memang harus dijaga kelestariannya.
Pertanyaannya: cara menjaganya gimana? Apa pilihan-pilihan langkah yang bisa dilakukan? Mengapa opsi yang berbiaya tinggi yang dipilih? Mengapa opsi yang didiktekan negara-negara kaya yang dipilih?
Pajak karbon, pastilah berdampak ke konsumen. Kalau perusahaan dipajakin, harga jual tentu akan dimahalin. Mungkin ada yang bilang, “Makanya hemat energi!” Hey, orang Indonesia yang golongan menengah ke bawah itu udah hemat energi kok. Kami ibuk-ibuk rakjel sudah biasa mengomelin anak-anak kami kalau lupa mematikan lampu. Kalau beli alat elektronik, kami sangat hitung-hitungan soal watt-nya.
Selama ini, perdagangan karbon hanya memperkaya segelintir orang, alih-alih menjaga bumi. Negara-negara kaya dibiarkan terus memproduksi karbon dengan syarat “membeli karbon” dari negara berkembang yang masih banyak hutannya. Sekarang, negara berkembang disuruh pula mempajakin industrinya. Mengapa yang boros karbon negara industri maju, tapi rakyat negara berkembang yang harus menderita?
Kalau sudah urusan dagang, apalagi skala perdagangan global, sudah pasti ada yang untung besar. Silakan dicari perusahaan global mana saja yang untung besar dari jualan karbon ini.
Kalau benar kita peduli pada keselamatan bumi, mengapa tidak dilakukan hal-hal yang lebih sustainable dan tidak berbiaya tinggi?
-melarang penebangan liar secara serius (anti suap) dan penanaman massal di kawasan gundul supaya untuk mencegah banjir
-melarang alih fungsi lahan (hutan-hutan/sawah-sawah jangan dikasih ke investor untuk bikin kebun sawit atau villa atau lapangan golf atau bandara)-melindungi petani, alih-alih membela investor (baca soal konflik petani Kendeng vs pabrik semen)
-melarang reklamasi laut demi kepentingan investor-bubarkan perusahaan-perusahaan yang tidak sesuai AMDAL dan jadi penyebab banjir di kawasan sekitarnya
-bikin program nasional: penggunaan zat alami sebagai pengganti berbagai zat kimia yang merusak lingkungan (misalnya, bikin eco-enzyme pengganti deterjen)-bikin program nasional: pengolahan sampah organik menjadi bahan bakar ramah lingkungan-dll
(ada yang bisa menambahkan?)
—-
[1]https://www.cnbcindonesia.com/…/pajak-karbon-cara-ri…
—-
*Saya bukan sok tau soal climate change; salah satu topik yang saya ajarkan di kelas adalah “climate change in Middle East.” Artinya, saya memang mempelajari, minimalnya dasar-dasarnya, lalu -tentu saja- mengkritisinya. Sebagaimana covid, isu climate change ini ada aliran garis kerasnya juga. Disenggol dikit langsung ngamuk.
Sumber Utama : https://dinasulaeman.wordpress.com/2021/10/14/ancaman-seram/#more-7590
Re-post by MigoBerita / Jum'at/29102021/10.59Wita/Bjm