» » » 212 mengingatkan #HariAhokNasional

212 mengingatkan #HariAhokNasional

Penulis By on Jumat, 03 Desember 2021 | No comments

 


Migo Berita - Banjarmasin - 212 mengingatkan #HariAhokNasional. Angka Keramat atau sebenarnya hanya mengingatkan bangsa Indonesia bahwa ada Demo yang hanya menghasilkan Duit Rakyat lebih kurang 100 Milyar terbuang percuma hanya demi pengamanan, padahal uang sebesar itu bisa juga untuk membangun infrastruktur , tetapi demi hawa nafsu sesaat, mereka yang BELA 212 merasa tidak perduli dengan duit pengamanan sebesar itu...Hemmm.. agar tidak gagal paham baca tuntas artikel yang telah kita kumpulkan...Selamat Membaca...!!!

Ketika Jokowi Murka, Geram

Beritaenam.com —  Saya harvus mengaku, saya pernah ketemu Jokowi dalam pertemuan kecil dengan beberapa pegiat media sosial yang juga tidak suka muncul di publik dan foto-foto saat bersama Presiden.

Itu juga kami dipaksa untuk ketemu Presiden, untuk menyamakan visi dan supaya lebih mengenal karakter Presiden lebih dekat.

Kalau tidak salah, waktu itu tahun 2016, sesudah demo 212 saat mereka menguasai Monas.

Dan di situlah saya melihat karakter Jokowi yang sangat berbeda dari apa yang saya lihat selama ini di media.

Ketika bercerita tentang demo itu, wajah Jokowi saya lihat mengeras, tulang rahangnya terlihat menguat, dan matanya memerah berair seperti menahan kegeraman yang amat sangat.

Dia berbicara dengan nada yang penuh tekanan.

Begini kira-kira pernyataan Jokowi kepada kami.

“Kalian tahu, berapa uang negara yang keluar untuk pengamanan setiap kali demo seperti itu?

Kalian tahu?”

Tanyanya kepada kami.

Tentu kami tidak tahu, tetapi sangat ingin tahu.

Dan Jokowi menjawab dengan nada geram,

“Setiap kali mereka demo, negara harus mengeluarkan uang untuk pengamanan sebesar Rp 100 miliar.

Bayangkan, 100 miliar.”

Dia lalu berhenti sejenak mengambil napas, sama seperti kami yang menunggu kata-kata selanjutnya dari seorang Presiden.

Dan Jokowi melanjutkan, “Saya baru pulang dari Papua.

Di sana, ada desa yang bahkan warganya untuk ke Puskesmas saja harus berjalan 4 hari lamanya.

Pernah kalian bayangkan 4 hari untuk datang ke Puskesmas saja?

Dan di sini, di Jakarta, saya harus membuang uang untuk pengamanan sebesar Rp 100 miliar untuk demo yang sia-sia.

Coba pikirkan, berapa belas Puskesmas yang bisa saya bangun di Papua dengan uang sebesar itu?”

Dan saat itu pun suasana langsung hening.

Kami mulai merenungi perkataan Presiden.

Menghitung setiap sen yang harus keluar untuk menahan supaya negeri ini tidak rusuh karena ulah sekelompok orang, sedangkan di Papua sana banyak warga yang butuh kesehatan.

Di luar itu semua, di sanalah saya mengenal sisi lain seorang Jokowi.

Saya melihat kegeraman Presiden bukan kepada demonya, tetapi betapa uang yang seharusnya untuk rakyat yang membutuhkan harus terbuang sia-sia.

Pikiran Jokowi benar-benar kepada rakyatnya.

Dan hari ini, saya melihat pidato Jokowi di rapat paripurna tanggal 18 Juni 2020, yang baru menyebar sekarang di media-media.

Di sana saya melihat Jokowi yang saya kenal ketika berbicara tentang demo dan Papua.

Jokowi yang geram kepada menteri-menterinya, dan itu ia lampiaskan dengan nada penuh tekanan.

Saya paham kenapa Presiden sangat geram.

Ia melihat kelambanan kerja menteri-menterinya, membuat rakyat menjadi korban.

Jokowi sudah menganggarkan sekian ribu triliun rupiah untuk disebarkan kepada rakyat yang membutuhkan saat pandemi, tetapi para menterinya terlalu takut untuk menjalankan amanat.

Apa yang menterinya takuti?

Tentu masalah birokrasi dan administrasi.

Para menteri, terutama yang bukan dari latar belakang birokrat seperti misalnya Menteri Kesehatan Terawan, seperti takut ada kesalahan administrasi dalam mengucurkan uang lebih dari Rp 70 triliun yang seharusnya ia edarkan.

Kita harus paham, masalah kesalahan administrasi bisa berujung penjara ketika KPK akhirnya turun tangan.

Dahlan Iskan sebagai orang luar pernah merasakan kejamnya kesalahan administrasi dan proses birokrasi, sehingga ia malah dituduh korupsi.

Saya akhirnya menilai, apa pun yang membuat rakyat dikorbankan, di sanalah Jokowi mengeluarkan kemarahan.

Hanya, para menteri Jokowi belum paham bahwa bosnya sekarang berbeda dengan yang dulu.

Bos sekarang adalah Jokowi, seorang pengusaha yang cara kerjanya berbeda denga birokrat pada umumnya.

Dan Jokowi berani mengambil langkah untuk melindungi para menterinya jika memang mereka bekerja untuk rakyat.

Jokowi bahkan bersedia mengeluarkan Peraturan Presiden kalau diperlukan supaya tidak ada serangan yang mengorbankan menteri-menterinya.

Itulah Jokowi. Dia terbiasa bekerja dengan model yang sesuai dengan situasi.

Kalau ini situasi krisis, menterinya harus berani mengambil tindakan luar biasa.

Kalau perlu melawan arah dan tidak populer.

Asal semua demi rakyat.

Semua demi rakyat.

Raut wajah Jokowi ketika rapat paripurna itu, persis seperti wajah Jokowi ketika berbicara tentang Papua dan demo yang sia-sia di hadapan saya.

Saya akhirnya menilai, apa pun yang membuat rakyat dikorbankan, di sanalah Jokowi mengeluarkan kemarahan.

Lepas dari siapa menteri yang bersalah dan – kata banyak orang – membuat kemungkinan besar ada reshuffle kita akhirnya sama-sama mengenal siapa Jokowi.

Bagaimana dia bekerja bukan untuk dirinya sendiri, tetapi buat orang kecil dan miskin, di mana dia pernah menjadi bagian dari mereka.

Dan ketika Jokowi berkuasa dan berusaha menolong mereka di masa sulit, dia tidak menemukan para menterinya mempunyai perasaan seperti dirinya.

Mungkin karena para menteri itu sejak kecil terlahir sebagai orang yang berkecukupan, bukan seperti dirinya yang pernah bahkan untuk makan saja susah.

Pak Presiden, izinkan saya memberikan hormat untuk Anda.

Tidak sia-sia saya mengawal Anda selama ini. Secangkir kopi mungkin bisa saya berikan sebagai simbol rasa hormat saya atas kepribadian Anda yang luar biasa.


Sumber Utama : https://beritaenam.com/denny-siregar-ketika-jokowi-murka-geram/

Cadas! Gara-gara Formula E, PKS dan Gerindra Adu Mulut

Tidak bisa dipungkiri, hubungan antara Gerindra dan PKS seperti orang yang lagi pacaran.

Kadang mesra, kadang beribut, kadang saling sindir dan kadang saling tidak tegur sapa.

Kita ambil contoh yang mesra-nya. Kedua partai ini pernah sama-sama berjuang memenangkan Prabowo di Pilpres. Tidak hanya sekali, tapi dua kali PKS berjuang mati-matian mememangkan Ketua umum Partai Gerindra tersebut, yakni pada Pilpres 2014 dan 2019.

Tidak hanya itu, puja-puji juga sempat dilontarkan oleh Presiden PKS kala itu Sohibul Iman kepada Prabowo.

Tanpa tedeng aling-aling ia mengatakan Prabowo-Sandi merupakan pasangan yang tepat memimpin Indonesia karena perpaduan antara nasionalis religius.

Mantan orang nomor satu di PKS itu juga mengatakan Prabowo merupakan Capres hasil Ijtima Ulama. Sehingga layak didukung sebagai penghormatan kepada para ulama.

Tapi sungguh sayang, perjuangan PKS-Gerindra belum berhasil. Pasalnya dua kali Prabowo nyalon presiden, dua kali pula kalah. Hingga akhirnya PKS yang sudah mengidamkan bakal dapat jatah kursi menteri tersebut harus pupus di tengah jalan.

Nah, kekompakan antara kedua partai ini tidak hanya di Pilpres saja lho. Di beberapa Pilkada keduanya juga kerap duet memenangkan salah satu kandidat. Seperti di Pilkada DKI 2017 dan Pilgub Jateng 2018. Baik Gerindra mapun PKS mengusung Cagub yang sama. Yakni di Jateng mengusung Sudirman Said dan di DKI mengusung Anies.

Di Jateng Sudirman kalah. Karena kita tahu sendiri bahwa daerah itu merupakan kandang banteng. Sedangkan di DKI berhasil menang. Meskipun dilakukan secara tidak fair yakni menggunakan isu SARA dan merangkul kelompok garis keras, FPI.

Karena cara pemilihannya sudah tidak baik, pakek mainin SARA maka gubernur yang dihasilkan juga tidak baik. Kita bisa lihat apa yang dilakukan Anies sekarang. Hasilnya tidak ada yang sesuai harapan.

Contohnya saja sumur resapan yang dia bangun. Belum juga diresmikan sudah jebol duluan. Hingga membahayakan pengendara yang melintas di sana.

Akan tetapi, oke-lah dapat gubernur yang kayak gitu. Namun soal kekompakan dalam memenangkan pasangan calon kepala daerah, Gerindra dan PKS patut diacungi jempol. Karena mereka total banget dalam bekerja. Segala cara pun dilakukan.

Hingga hubungan kedua partai itu sempat renggang berawal dari Prabowo yang tidak memilih kader PKS sebagai Cawapres.

Padahal PKS kala itu sudah berharap lho. Tidak tanggung-tanggung, 9 kader terbaiknya disiapkan untuk dipilih oleh Prabowo sebagai wakilnya. Dan Mardani Ali Sera juga sudah menyiapkan tagar #2019GantiPresiden.

PKS sempat secara terang-terangan menyampailan penolakan Sandi sebagai cawapres Prabowo kala itu. Untung ada mahar Rp 500 miliar, sehingga mereka sedikit terhibur.

Dan karena tidak ada Capres lain yang mau didukung, mau tidak mau PKS mendukung Prabowo.

Di samping itu, ada janji yang disampaikan Prabowo, yakni jatah kursi Wagub DKI yang ditinggalkan Sandi akan diberikan kepada PKS.

Namun celakanya Prabowo kalah lagi. Ini juga yang menjadi cikal bakal kekecewaan PKS yang kedua kepada partai berlambang burung Garuda tersebut.

Karena Prabowo gak jadi presiden, gak mau dong Gerindra kehilangan dua hal sekaligus. Pertama kesempatan berkuasa dan kedua kursi Wagub DKI.

Itulah sebabnya kursi Wagub DKI gak jadi diberikan kepada PKS tapi diberikan kepada Ketua DPD Gerindra DKI, Riza Patria.

Tidak pelak, mantan Presiden PKS Tifatul Sembiring langsung menyerang Gerindra kala itu,

"Memang kalau dari awal udah enggak niat, susah. Sekali lancung ke ujian, seumur hidup orang tak kan percaya", ujarnya geram karena merasa telah ditipu.

Lucunya serangan dari Tifatul itu malah disebut sebagai fitnah oleh Gerindra.

"Semakin dihina dan dihantam semakin tegar, semakin kuat dan semakin membalas demi kebaikan. Itu tandanya seorang pendekar. Tapi pendekar itu akan selalu bersama rakyat", ujar Gerindra melalui akun Twitter-nya @gerindra.

Setelah itu, memang hubungan antara Gerindra dan PKS ini bisa dibilang dingin.

Sampai suatu ketika Sekjen Gerindra, Ahmad Muzani mempertanyakan apa manfaat Formula E bagi warga DKI?

Apakah Formula E itu merupakan tanda kemajuan sebuah daerah dan bisa membuat rakyatnya bahagia?

Ternyata tidak.

Artinya, bisa dibilang balapan mobil kursi tunggal itu hanya untuk pencitraan Anies saja. Dengan biaya yang tidak sedikit. Bayangkan, commitment fee-nya saja mencapai angka Rp 2,3 triliun.

Belum lagi ditambah dengan tetek bengek yang lain.

Dan tanpa tedeng aling-aling PKS pun menskakmat Muzani.

"Kemudian soal manfaat yang ditanyakan, manfaat apa dulu? Manfaat kan bisa dilihat dari berbagai sisi. Makanya manfaat itu pasti sudut pandangnya agak berbeda-beda melihatnya. Kalau sudut pandang-nya membawa nama Indonesia, membawa nama DKI. Kemudian menunjukkan situasi di RI aman, bisnis di Jakarta aman dan COVID mereda itu akan bermanfaat luar biasa," ujar penasihat fraksi PKS DPRD DKI, Abdurrahman Suhaimi, (28/11).

Terakhir, Suhaimi juga mengatakan, jika Formula E dibatalkan maka akan mencoreng citra Indonesia di mata dunia.

Yang ada citra Anies yang tercoreng. Bukan citra Indonesia. Hehehe

Dan kalau Formula E batal, dikhawatirkan PKS tidak akan dapat undangan makan malam lagi di rumah dinas Anies.

-o0o-

Selisih paham antara Gerindra dan PKS soal Formula E ini menunjukkan bahwa kedua partai itu memang masih berkonflik hingga saat ini.

Cadas! Gara-gara Formula E, PKS dan Gerindra Adu Mulut

Sumber Utama : https://seword.com/umum/cadas-gara-gara-formula-e-pks-dan-gerindra-adu-0KMXeA0C0Q

Jangan Bicara Reuni 212, Bagaimana Kalau Kita Rayakan "Hari Ahok" Setiap 2 Desember?

Setiap tanggal dua Desember (sering disingkat dengan angka 212) bagi sebagian kelompok di negeri ini diperingati dengan cara demonstrasi, terutama sejak 2 Desember 2016, yang lantas berlanjut setiap tahun.

Dikenal sebagai "lulusan kampus Monaslimin" angkatan pertama, sampai hari ini sebagian dari mereka masih setia dan tekun untuk berkumpul setiap 2 Desember, sambil mengingat "prestasi" yang mereka catat dengan mengirimkan seorang Ahok menepi di Mako Brimob, lalu "menggantinya" dengan pemimpin yang tidak becus kerja lewat "politisasi ayat dan mayat" yang sudah mendunia ini.

Fakta miris yang akan dikenang selamanya, bahkan menjadi tertawaan karena aksi yang terbilang konyol itu, karena urusan agama dibawa-bawa ke ranah politik demi ambisi meraih kekuasaan dari sosok yang dijagokan.

Meski tersiar kabar bahwa tahun ini "aksi tiga angka" itu sepi peminat, mungkin karena bohirnya sedang tiarap dan aliran dana logistiknya agak mampet, jadilah "aksi 212" tahun ini hanya ramai menurut pengakuan para elit kelompoknya saja. Aslinya ... sepi banget, man!

Tapi, pada hari yang memorable ini kita tidak bisa melupakan sosok yang jadi target utama kumpul massa yang kabarnya dihadiri sampai 7 juta umat manusia itu, guna dicari-cari kesalahannya dan "dipaksa" untuk dibui hasil putusan pengadilan.


Orang ini dikenal pemberani, nothing to lose, dan begitu cinta negeri ini. Kepercayaan sebagai Gubernur DKI Jakarta dijaganya dengan baik supaya amanah dari awal sampai akhir masa jabatan, yang sayangnya tak berakhir dengan mulus karena intrik dari musuh-musuh politiknya.

Uang rakyat dijaganya dengan penuh keberanian, sehingga tak secuilpun bisa lolos tanpa pengawasan dan tanpa seizinnya.

Coretan Pemahaman Nenek Lu! yang fenomenal itu menjadi bukti bahwa "si anjing penjaga" uang rakyat itu berani bertarung denga siapapun yang dianggapnya merampok uang rakyat. Berhadapan dengan anggota DPRD DKI Jakarta, Haji Lulung sebagai penguasa Tanah Abang, atau siapapun yang dirasanya menjalankan praktik menyimpang, tanpa ragu dihadapinya.

Orang inilah yang dulu pernah berkata bahwa selama dia menjabat, uang rakyat sebagai amanah baginya akan dijaganya dengan baik. Setelah dia selesai, silakan gubernur berikutnya kalau mau berfoya-foya, itu bukan urusan dia lagi.

Ketaatan akan hukum dari Ahok juga layak mendapat jempol dua. Tak sekalipun dia mangkir dari pemanggilan polisi atau mangkir dari persidangan karena cari-cari alasan.

Makan bersama pihak-pihak yang dianggap bisa melindungi kepentingannya, jangan anggap bisa terjadi pada era Ahok. Beda sama Gubernur yang sekarang, beda jauuuh!

Pandangan mata elang dengan visi jauh ke depan juga menjadi ciri lain dari kepemimpinan Ahok, baik semasa menjadi Wagub, Gubernur, dan sekarang sebagai Komisaris Utama Pertamina. Tindakannya yang dianggap membuka aib BUMN, khususnya Pertamina, dengan proyek-proyek yang seharusnya menguntungkan tapi malah merugikan ... tentu bukan sembarang ucap.


Namun sayang, warga Jakarta dengan kesadaran penuh membuang sosok yang seperti mutiara berharga di Indonesia, dengan memilih sosok lain yang ... aaah, kita semua sudah tahu perbedaan kualitas keduanya. Kata orang ... bagai langit dan dasar selokan!

Membandingkan keduanya juga seperti melakukan dosa besar, karena ada ketidakadilan di sana. Ibarat kata, mengadu Mike Tyson dengan petinju amatir yang jago omong doang!


Jadi, kalau hari ini kelompok yang onoh sibuk meyakinkan masyarakat untuk mendukung Reuni 212, yang akhirnya terlihat sepi tanpa peminat itu . ... saya lebih berharap kita memperingati hari ini sebagai Hari Ahok se-Indonesia.

Tak ada gunanya membesar-besarkan pemberitaan dan membicarakan aktivitas dari aksi massa tiga angka itu, yang sejak awal ditujukan bukan untuk perkara yang baik. Karena mereka, persatuan bangsa mulai terkoyak, dengan sisa "dosa politik" yang masih sukar dibersihkan sampai hari ini. Entah kita harus bilang apa lagi kalau cara politik kotor yang dilakukan oleh kelompok aksi massa tiga angka dibawa sampai Pilpres 2024 nanti.


Bagi saya, jauh lebih berharga jika bangsa ini belajar dari segala peristiwa yang menimpa Ahok, juga Djarot sebagai pendamping politik Ahok sebagai Wakil Gubernur.

Ceritakanlah kepada generasi penerus kita, bahwa pernah ada sosok hebat, pemberani, dan cinta tanah air yang bernama Basuki Tjahaja Purnama. Kalau perlu, jadikan momen setiap 2 Desember untuk membahas sosok hebat ini.

Begitulah kura-kura...


NB: Thanks to inisiator pembuat logo pada gambar ini. Keren, inspiratif, dan memberi ide segar untuk munculnya tulisan ini.

Jangan Bicara Reuni 212, Bagaimana Kalau Kita Rayakan "Hari Ahok" Setiap 2 Desember?

Sumber Utama : https://seword.com/politik/jangan-bicara-reuni-212-bagaimana-kalau-kita-WXnsDXCZzI

Usai Jalan Remuk Anggaran Sumur Resapan Ditiadakan

Saya tidak bisa bayangkan betapa geramnya warga DKI Jakarta yang didekat tempat tinggalnya jalannya jadi rusak. Semula tak ada masalah berjalan sebagaimana mestinya kini jika keluar menjadi horor.

Pasalnya ada ranjau darat yang sewaktu-waktu bisa mencelakai jika tak hati-hati. Apakah itu? Apalagi kalau bukan proyek sumur resapan DKI Jakarta, yang akhir-akhir ini menjadi perbincangan hangat.

Ya, seperti yang sudah kita tahu sumur resapan di era Anies banyak yang menggunakan jalan raya. Beda era Jokowi yang di wilayah kawasan hijau yang memang pas untuk sumur resapan.

Dan cilakanya sumur resapan Anies, meninggalkan petaka. Jalan jadi rusak. Dan pemakai jalan banyak yang menghindari bekas galian atau lobang. Kendati sudah ditutup beton sekalipun.

Bahkan beberapa ada yang bolong. Diberi tanda pot bunga, karung, tanaman dan lain sebagainya untuk tanda agar pengguna jalan tidak cilaka. Tiba-tiba kreatif warga sekitar.

Dan sumur resapan era Anies ini ternyata tidak membantu dampak banjir atau genangan air. Sampai akhirnya banyak masyarakat yang protes ke DPRD DKI Jakarta. Semula DPRD mengecek ke lapangan kemudian setelah terungkap kebenaran memutuskan untuk mengurangi anggaran yang semula 400 miliar menjadi 130 miliar. Tapi kemudian berubah menjadi ditiadakan alias nol.

Usut punya usut dampak sumur resapan era Anies ini semakin memperparah kondisi jalan. Masyarakat kian berang. Aktifitas banyak yang terganggu. Disinyalir hanya buang-buang anggaran sebab tak memberikan dampak positif justru sebaliknya. Menghadir lahirkan umpatan dari sana sini.

Dan seperti biasanya bukan Anies yang menjelaskan ke public tapi Wakilnya. Kalau ada masalah Riza. Kalau mau pamer Anies. Lagu lama.

Ahmad Riza Patria menyatakan bahwa upaya pengendalian banjir di Ibu Kota tidak hanya sumur resapan, tetapi juga ada program lain yang dilakukan.

Riza menyampaikan itu merespons penghapusan anggaran untuk program sumur resapan dalam APBD DKI Jakarta tahun 2022.

Anggaran untuk program sumur resapan di Jakarta dihapus dari APBD DKI Jakarta 2022. Pembangunan sumur resapan diketahui merupakan salah satu upaya untuk menangani banjir di Ibu Kota.

Wakil Ketua Komisi D DPRD DKI Jakarta Nova Harivan Paloh mengatakan awalnya anggaran untuk program itu diusulkan sekitar Rp300 miliar. Pada rapat komisi, anggaran sumur resapan dipangkas menjadi sekitar Rp120 miliar.

Lalu, di rapat badan anggaran (Banggar) pada pekan lalu, anggaran itu disepakati untuk dinolkan.

"Dinolkan dari forum banggar kemarin. Kalau di komisi kan kita sudah kurangi jadi Rp120 M. Kalau di (rapat) banggar besar, kesepakatan terakhir akhirnya dinolkan," kata Nova saat dihubungi, Rabu (1/12).

Diketahui, sumur resapan yang dibangun Pemprov DKI Jakarta juga sempat menuai kritik dari masyarakat. Ada keluhan sumur resapan membuat jalan menjadi retak. Selain itu, pembuatan yang tidak rapi di bagian tepi membuat pengendara harus lebih ke tengah jalan.

Forum Warga Jakarta Kota pernah mengkritik program sumur resapan yang dibangun dekat Banjir Kanal Timur (BKT). Forum warga merasa aneh, karena BKT dibangun untuk menampung air. Seharusnya tidak perlu lagi ada sumur resapan di dekat BKT.

Pemprov DKI Jakarta dinilai hanya perlu memperbaiki saluran, agar air dari jalan raya bisa lancar masuk ke BKT dan tidak ada genangan.

Inilah kalau Gubernur dipilih hanya berdasarkan politik identitas. Semestinya warga DKI Jakarta melihat rekam jejak Anies Baswedan yang sudah dipecat dari menterinya Jokowi pada periode 2014-2019. Baru 18 bulan jadi menteri sudah diistirahatkan. Jika bagus tak munngkin kena reshuffle saat itu.

Tapi mau bagaimana? Ibarat kata nasi sudah jadi bubur mau dijemur hujan terus. Anies Badwedan yang oleh 58% diharapkan membuat maju kotanya bahagia warganya seperti slogannya yang epic itu, justru memberi suasana sebaliknya. "Berantakan kotanya, dongkol warganya."

Sumur resapan era Anies Baswedan terbukti gagal total. Indikator anggaran jadi NOL untuk 2022. Apakah masih mau membela ia pantas ke pentas nasional? Hanya mamusia yang memandang sesuatu dari sudut sempit dan tak mau objective yang kiranya tak melihat fakta di atas.

Sudah jalan 5 tahun jabatan Anies, sebelum nanti bulan Oktober 2022 lengser. Program-program andalan Anies hanya jadi pemanis setiap di depan awak media.

Kembali kata kalimatnya yang heroik menyeruak diantara retak dan bergelombang akibat sumur resapan, "Saya terbiasa menyelesaikan masalah bukan umbar masalah dan bla bla bla ....," katanya penuh percaya diri.

Cicak di dinding pun bersemangat tak sadar kut bertepuk senang, lalu terjatuh lupa kalau sedang nempel di dinding.

Demikian, salam

Usai Jalan Remuk Anggaran Sumur Resapan Ditiadakan

Sumber Utama : https://seword.com/umum/usai-jalan-remuk-anggaran-sumur-resapan-ditiadakan-Ekg44YXiEy

Viral Aksi 212! Seorang Perempuan Jilbab Pink Teriak Seperti Kesurupan Dan Si Kakek Tua

Mazhab 212 tidak mendapatkan izin berdemo, tapi tetap saja mereka melakukannya, namun netizen yang memantau dari jauh pun tiba-tiba punya ide bahwa bagaimana kalau tanggal 2 Desember diperingati Hari Ahok, sontak ramai tagar #HariAhokNasional, terakhir saya pantau pada saat menuliskan ini adalah sebanyak 8,305 tweets, sementara tagar #Reuni212 hanya 5,601 tweets.

Aksi yang dilakukan mazhab 212 itu pun banyak direkam video dan rata-rata agak konyol kalau bisa dibilang begitu. Mulai dari seorang perempuan berjilbab pink yang teriak-teriak seperti korlap demo, dalam aturan fiqh, suara perempuan yang lantang begitu malah bisa dinilai sebagai aurat dan bisa menimbulkan fitnah, adakah penonton pria dari kalangan mereka yang jika melihatnya nafsunya tersentil?

Sebagian besar mazhab Islam sepakat kalau perempuan itu suaranya harus dijaga, tapi bagi 212 apa saja yang berlaku di dalam ajaran islam baginya bisa dilanggar, bukankah dulu Neno pernah mengancam Tuhan kalau Prabowo kalah pada pilpres 2019? Neno mengancam tidak akan ada lagi yang menyembah Tuhan jika mereka tidak dimenangkan kan? Dan mereka kalah, tapi tetap saja urat malunya sudah hilang, dan pura-pura lupa kalau itu pernah dilakukannya.

Sebenarnya Neno dan kelompoknya dalam mazhab 212 ini bukan lupa, tapi mereka adalah penganut mazhab yang mabuk, iya mabuk agama, jadi jangan heran kalau bicara agama tapi kelakuan tidak beragama, karena orang mabuk begitu, mulutnya bisa melantunkan ayat-ayat tapi perbuatannya penuh mabuk dunia. Budek, tuli dan ngeyel. Sama halnya dengan perempuan berjilbab pink yang sudah viral videonya itu, teriak-teriak kayak yang paling benar saja di dunia ini.

Perempuan berjilbab pink itu dan kelompoknya merasa sudah memperjuangkan Islam, padahal justru membuat tercoreng agama ini. Bagi yang islamphobia akan beranggapan “Ohh beginikah yang diajarkan Islam? Demo dengan wajah tampak goblok gitu tapi merasa sedang berjuang? Aslinya cuma menampilkan kebodohan? Memperjuangkan kebodohannya? Adehhh.... “

Apa yang ditampilkan oleh perempuan berjilbab pink itu, meski tidak melihat secara fiqh, melihat kelakuannya tidaklah heroik, mengumbar suaranya seperti orang kesurupan, atau seperti orang yang sudah kebelet minta dinikahi secepatnya, atau seperti seorang jomblo yang sudah lama tidak pernah lagi merasakan “Bercinta”, maka dengan cara seperti itu, si perempuan itu mencoba melepaskan rasa prustasinya, mencoba melegakan perasaannya dengan teriakan .Jadi aksi-aksi seperti itu sebenarnya berangkat dari masalah pribadinya, bukan karena ghirah atau semangat kesadaran memperjuangan membela keadilan di jalan Tuhan.

Hal itu sama halnya dengan orang-orang yang terlibat kasus terorisme, rata-rata mereka punya masalah pribadi atau psikologi, lalu karena tidak menemukan tempat curhat yang tepat, maka terjerumulah ke tempat pengajian yang salah, akhirnya mau saja jadi bomber bom bunuh diri. Mereka ini dimanfaatkan oleh orang-orang licik yang paham psikologi massa, atau yang paham agama dan keadaan jiwa manusia, sungguh kejam dan sadis.

Umat Islam memang jumlahnya sangat banyak, tapi sayangnya mereka punya banyak masalah, maka tema persatuan yang sering dibahas dari satu forum ke forum lain atau dari satu seminar ke seminar lain, belumlah benar-benar bisa bersatu. Belum lagi di masa orde baru yang lihai mengkondisikan umat Islam, sehingga memunculkan MUI, yang lebih banyak merugikan umat daripada menciptakan manfaat. Jarang sekali MUI memberdayakan umat Islam di Indonesia kecuali mengeluarkan label halal yang beroyalti atau menjadi nilai marketing, bukan nilai ketakwaan, karena kalau sudah fulus bermain, jangan harap ketakwaan begitu maksimal.

Tak hanya perempuan berjilbab pink direkam dalam aksi itu, tapi ada juga seorang kakek yang dimanfaatkan dalam aksi 212 ini. Skenario mereka ini benar-benar cerdik. Kakek yang sudah sangat tua dan ompong giginya, sedang memegang gadget warna keemasan untuk merekam dirinya, seperti sedang menyemangati para peserta aksi yang konyol itu, lalu bagian yang merekam menambahkan suara tangisan histeris agar tampak benar-benar penuh heroik dan penuh rasa iba. Sungguh skenario licik, lalu datanglah orang-orang mencium tangan si kakek sebagai tanda penghormatan tertinggi.

Orang-orang cerdas akan bertanya dan mengamati, apa sih yang mereka perjuangkan? Begitukah caranya berjuang yang justru menistakan dirinya? Kok sedangkal itu cara memahami perjuangan menegakkan panji-panji syariat Islam? Mereka sedang berjuang atau membuat kerusakan ataukah menganggu orang lain yang sedang beraktivitas? Apakah setelah beraksi atau berdemo itu, lantas semua umat Islam di Indonesia ini jadi ikutan juga mazhab 212? lalu semua urusan selesai?

Aksi 212 muncul bukan karena ingin memperbaiki umat ini, tapi 212 lahir hanya karena seorang Ahok, iya, mereka menyerang Ahok dengan massa yang begitu banyak, Ahok dengan seorang diri gentle menghadapi persidangan, dan rupanya mereka tidak mau berhenti disitu, karena target mereka sebenarnya adalah Jokowi, atau 212 ini adalah rekayasa oknum elit politik dalam upayanya menguasai kekayaan negeri ini. Maka tak heran kalau yang ikut mendemo Ahok itu ada lebih satu orang koruptor kan?

Umat Islam dengan berbagai masalah yang dihadapinya, bukannya menggali makna-makna Quran atau kitab-kitab keilmuan yang bisa memacu nalar, tapi mereka memelihara rasa baper. Persoalan-persoalan yang mereka alami dibawa baper akhirnya menimbulkan berbagai masalah sosial di masyarakat, dan kaum elit agamawan yang ada di antara mereka tidak peduli dengan keadaan ini, justru malah memelihara psikologi sakit itu agar bisa dengan mudah dikuasainya demi kebutuhan politik kekuasaan duniawi.

Para agamawan yang memanfaatkan umat yang bodoh dari 212 ini hanya sibuk mengumpulkan fulus dan popularitas, tak heran kalau seorang Somad bisa viral, lalu kalau sudah viral beda jauh apa yang diomongkan dengan perbuatannya. Dan jangan tanya juga junjungan mereka yang kini sudah di dalam penjara, lebih gawat lagi.

Tapi itulah, bisa jadi bukan hanya umat yang psikologinya sakit, tapi bisa jadi para kaum agamawan pendukung mazhab 212 inilah juga sebenarnya bermasalah psikologisnya, tapi karena pengetahuannya agak begitu luas melayang-layang kemana-mana, sehingga merasa baik-baik saja atau bahkan merasa paling suci dan paling ber-Ulama. Maka tak heran mazhab 212 adalah mazhab kekacauan. Mazhab yang dibentuk untuk mengacaukan negeri ini. 

Ditanya Ucapan Selamat Natal, Anies Mingkem, Wajar! Sahabat Farid Okbah Terduga Teroris

Ditanya Ucapan Selamat Natal, Anies Tidak Jawab, Tak Layak Jadi Gubernur

Anies Baswedan tidak layak menjadi gubernur sama sekali, dia ini bukan orang yang merangkul semuanya. Ditanya hal yang sederhana saja soal ucapan selamat Natal, orang ini muter-muter seperti biasa. Manusia yang diduga akan masuk penjara karena korupsi Formula E, tidak layak jadi gubernur.

Sebenarnya, bukan hanya dari dia nggak mau ucapin selamat Natal saja, yang bikin dia turun. Tapi yang bikin dia turun itu adalah kasusnya yang begitu banyak, dan masih terkubur di KPK, karena KPK pengecut sampai sekarang. Tapi mari kita bahas yuk soal ucapan selamat Natal.

Kalau Anies gak mau ucapkan selamat Natal karena takut imannya rusak dan memang imannya sudah kelihatan rusak, sebetulnya itu gak masalah, selama dia bukan jadi gubernur. Sebagai gubernur, seharusnya dia memikirkan banyak orang. Gubernur bukan hanya berkepentingan untuk golongannya.

Kita tahu dari ucapan yang muter-muter di acara Podcast Deddy Corbuzier yang sempat dikibulin Anies soal lab, Anies ini sosok yang intoleran. Sebenarnya sekali lagi saya mau mengatakan bahwa intoleran itu masih hak, asal tidak menunjukkannya ke publik.

Namun ketika seseorang sudah menyandang gelar pemangku kepentingan rakyat banyak, hal itu harus dibuang. Selama ini, memang Anies ini didukung oleh Rizieq, FPI, Amien Rais, Rocky Gerung, dan berbagai sosok radikal lainnya. Makanya nggak heran Jakarta dibuat serusak ini.

Anies tidak bekerja, apalagi melihat apa yang terjadi sekarang soal sumur resapan. Tidak ada yang bisa diharapkan. Malah semua kinerja Jokowi Ahok Djarot dihabisi. Jokowi membangun MRT, Anies malah diam-diam merusak sistemnya. Ahok menangani banjir, Anies malah banjirkan DKI Jakarta.

Djarot bangun infrastruktur, Anies malah bikin lubang yang jebol dan siap makan korban. Lubang Anies dan lubang Rizieq ini sama saja. Lubang buaya. Hahaha. Selama ini kita tahu bahwa hak seseorang lah yang membuat mereka tidak mau ucapkan selamat Natal.

Tapi kalau gubernur, itu sudah lain urusan. Dia adalah gubernur DKI Jakarta, bukan gubernur umat Islam di DKI Jakarta. Kalau muter-muter seperti itu, saya meragukan kesehatan mental Anies. Pertanyaannya sangat mudah, bahkan orang sebodoh saya pun sepertinya bisa menjawab. Jawab saja ya atau tidak.

Apa sih yang ada di otaknya Anies, sehingga pertanyaan semudah itu dijawab dengan panjang lebar dan tidak terkena sasaran? Berbeda jauh dengan Ahok. Apa jangan-jangan orang ini hanya mau kelihatan berbeda dengan Ahok? Saya ras sih demikian ya.

Berbeda sama Ahok, dan hanya ingin kelihatan beda, agar bisa terus dipuja-puji oleh Felix Siauw, Anwar Abbas, dan Rizieq untuk dijadikan motor pilpres nantinya? Sekarang kita tau Anies afiliasi dengan orang-orang yang berpikiran radikal. Dan ini berbahaya untuk urusan kebangsaan.

Seradikal-radikalnya Anies, harusnya dia bisa belajar dari Ahok. Ahok itu kalau mau dikata, juga radikal loh. Juga tidak ada aturan yang bisa mengikat dia. Aturan agama Kristennya Ahok juga kalau mau dikata radikal, dia bisa dikatakan radikal. Radikal dalam konotasi radix alias berakar.

Sedangkan konotasi radikal yang ada di jiwa dan raga Anies ini, radikal yang berbahaya. Membuat orang jadi membenarkan tindakan-tindakan anarkis. Lihat saja di Jakarta, dana hibah masuknya ke mana semua sih? Ke istrinya, ke bokapnya Riza wagub dan lain-lain. Kan ngeri ya?

MUI juga dapat dana hibah, sampai-sampai mau bikin Cyber Army. MUI DKI. Sungguh-sungguh radikal dan mengerikan bukan? Buat Anies, saya berharap semoga Tuhan menebus kamu, karena saya kira, kamu juga tidak dihargai sama orang-orang yang baik di negara ini. Selama ini, Indonesia baik-baik saja.

Tapi karena keberadan Anies, Indonesia tidak baik-baik saja. Reuni 212 kan didukung Anies. Dua kali datang, 1 kali naik panggung, 2 kali absen. 212 juga kan? Hahaha. Anies pun merayakan hari Ahok. Dia boleh saja datang ke gereja, naik ke atas mimbar, namun ternyata hatinya radikal dan bahaya.

Sebagai pemangku kepentingan seluruh rakyat, Anies tidak layak jadi gubernur, dia layaknya jadi.... Hhahahaha. Bayangkan sendiri. Banyak tempat yang cocok buat dia, yang ia sudah bikin di Lebak Bulus. Hehehe.

Lagipula teman-temannya Anies kan Farid Okbah. Hehehe.

Begitulah haha-hihi.

Ditanya Ucapan Selamat Natal, Anies Mingkem, Wajar! Sahabat Farid Okbah Terduga Teroris

Sumber Utama : https://seword.com/politik/ditanya-ucapan-selamat-natal-anies-mingkem-wajar-71DAvzpJGa

Bukan Rahasia: Penyebab Anies Bersikap Cuek Kepada Reuni 212

Setelah beberapa hari ini berseliweran kabar berita bahwa PA 212 akan mengadakan reuni 212, panitia reuni 212 sempat merasakan betapa susahnya untuk mencari tempat untuk berorasi dan pohon untuk dikencingi, akhirnya mereka benar-benar ngotot memaksakan diri mereka untuk mengadakan acara reuni pakai jalan kaki.

Mungkin lulusan 212 ingat saran dari Gubernur bahwa kaki digunakan seperti kendaraan. Oleh karena itu mereka tampak senang sekali menggunakan kendaraan kaki, biar hemat BBM, biar sehat, juga bertambah lapar dan bertambah enak sewaktu menikmati nasi bungkusnya, mereka akan melakukan long march berjalan kaki dari Patung Kuda Arjuna menuju ke Masjid Al-Zikra, Sentul, Bogor sebagai tujuan akhir.

Acara reunian ini diklaim oleh mereka akan dihadiri oleh berjuta-juta ummat pada tanggal 2 Desember 2021, atau 2-12-21, biar jadi angka cantik, tidak mau kalah genit gengsi sama tanggal kawinan orang-orang yang mau nikah, tuh!

Tapi dari pihak mesjid Al-Zikra, mereka membatalkan gedung aulanya dijadikan tempat berkumpul reuni 212 secara sepihak. Mungkin karena 212 kagak punya akhlak. Masa, keluarga pemilik gedung sedang berduka, mereka datang untuk reunian? Nah, lho! Kacau belio!

Pada hari H, acara itu hanya dihadiri sedikit orang saja, tidak sampai berjuta-juta. Saking keseringannya mereka mengklaim bahwa jumlah yang hadir berjuta-juta seperti itu, para warganet yang iseng pun sampai berkomentar bahwa rupanya sebagian besar pengikut reuni adalah ummat ghoib, maksudnya adalah angkanya sungguh absurd luar biasa besar tapi jika dihitung-hitung jumlah orangnya secara fisik itu tidak ada, alias angka mark-up, alias "lebih halu hitungnya."

Hahaha! Klaimnya berjuta-juta tapi bohong!

Terkadang urat malunya sembuh lagi, dan hal itu menimbulkan rasa malu yang semakin memalukan, maka mereka keberatan sekali dan segera mencari-cari alasan serta kambing hitam.

Bagaikan seorang teloris wanita berjilbab yang menyasar markas besar polisi, sasaran pelampiasan amarah mereka adalah polisi. Di sana mereka datang menyanyi seperti pistol yang menyalak-nyalak: "Awas, ya, gara-gara kepolisian tidak memberi izin!" Pokoknya polisi harus disalahkan, itu sudah jadi standar prosedur mereka.

Saat protes dilayangkan kepada instansi kepolisian untuk mempertanyakan hal itu, Kabid Humas Polda Metro Jaya menjawab bahwa pada dasarnya mereka tidak diberi izin dikarenakan tidak adanya surat rekomendasi dari Gubernur DKI. Nah, lho! Sontak gerombolan itu jadi pusing 212x7 keliling padahal sudah capek urus demo! Sumber

Halo, Anies, ke mana saja? Jangan-jangan lagi ke luar negeri lagi, kah? Lagi menghadiri seminar untuk jadi pembicara ghoib? lagi, ya? Mereka itu "lulusan Monasolimin Unipersintiny terkenal", lho, jadi sudah pasti mereka capek-capek "berkeringat" secara tulus bagaikan serigala berbulu daster, tulus tanpa teriak-teriak minta kursi wamen (wakil menteri), lalu mintanya yang lain, misalnya dana hibahnya mereka di-plus-plus-ken, hehehe!

Mungkin tidak jadi masalah, asal Anies pintar pakai strategi "lebih bayar", biar selalu lolos, eh bahasa halusnya: WTP. Wowlolos Tanpa Pemeriksaan!

Mereka pada tanggal 2 Desember 2016 (5 tahun yang lalu) telah berdemonstrasi untuk menjatuhkan Basuki Tjahaya Purnama (Ahok) dan otomatis berarti telah ikut berjasa membantu Anies naik tahta Gubernuran, tapi kok mereka tidak dibantu, tuh? Teganya, teganya, teganya!

Heran, ya? Dulu waktu masih pacaran, hot banget.

Ehhh... Sekarang sikap Anies menjadi cuek cuek bebek (bukan ganteng ganteng serigala) terindikasi dengan tidak keluarnya surat rekomendasi dari Anies demi melancarkan buang hajat panitia reuni 212 dalam acara reuni besar-besaran sekalian merayakan ulang tahun Ahok didemo dan dipenjarakan.

Padahal di masa-masa sebelumnya, meski Anies sebagai Gubernur DKI tidak perlu sampai repot-repot untuk terlibat dalam demonstrasi, karena mendukung demo itu bukan tupoksinya, tapi belio ditenggarai ikut berpartisipasi secara aktif dalam demonstrasi yang pernah terjadi di ibukota Jakarta.

Bahkan secara dramatis ikut mengusung tandu jenazah salah satu pendemo yang meninggal sewaktu demonstrasi berubah menjadi kerusuhan, menfasilitasi orang-orang yang terluka karena terlalu "agresif" saat berdemonstrasi "super damai", dengan menyediakan ambulans.

Tidak hanya itu, biaya rumah sakitnya juga ditanggungnya, gratis. Wuihhh! Hari gini siapa yang tidak mau yang gratisan? Langsung pada bikin antrian panjang seperti naga! Tapi terkadang pola antri berbentuk naganya hancur karena ada yang main serobot, tidak mau antri, sih.

Apa yang menjadi penyebabnya? Ada beberapa hal yang menjadi kemungkinan, antara lain:

  • Anies sedang sibuk, entah itu sibuk kerja atau sibuk menghindari kerja (jangan heran, hal itu bisa menjadi kebiasaan atau hobi, karena nyatanya: tidak bisa kerja, 'kan? Hahaha!) Ini mungkin adalah alasan klasik yang mungkin akan menjadi alasan utama yang bisa dikatakan kepada publik: pokoknya sedang sibuk.

Ada kisah unik, pernah terjadi di waktu lampau, Anies juga dipergoki lagi sibuk kasih makan kucing, padahal saat itu Jakarta sedang kebanjiran "berkah air sunatulah". Biar warga kelelep mati tenggelam sekalipun, pokoknya jangan ganggu Anies beri makan kucingnya. Kasihan kucingnya bisa mati kelaparan (tapi sebelum mati kelaparan dalam 3 hari, kucing itu akan mencakar majikannya sampai modar. Kalimat yang di dalam kurung ini jelas hanya bercanda!) Sumber

  • Anies tidak lagi membutuhkan dukungan dari gerombolan 212. Kalau yang ini, sih, bukanlah rahasia, bukanlah pengumuman juga.

Bisa ditebak oleh hampir semua lapisan masyarakat. Yang pasti panitia 212 akan kecewa kepada sosok yang sukses bergelar "Gubernur Seimin Seaman Sentosa" tapi tidak ada "Seizinnya", alias tidak dapat surat izin gara-gara sang Gubernur tidak peduli lagi pada masa depan makhluk DNA 212 yang sudah hampir punah semenjak dibubarkannya "para sepupu" dari ormas ini yaitu ormas FPI & HTI.

Pokoknya, sekarang trend-nya Anies mainnya sama NU dan Muhammadiyah.

Pacar nomor 212 sudah jadul (jaman dulu) dan sudah tidak pacaran lagi, alias dicuekin. Tiba-tiba aja di-ghosting! Oh, kasihan. Pret. Oh, kasihan. Pret.

  • Anies tidak ingin terlibat dengan ormas yang ada hubungannya dengan radikalisme demi pencitraan, padahal sejak dulu sudah sering terlihat bersama dengan ormas-ormas yang beraura-aura radikal, misalnya FPI.

Anies, dulu sebelum masuk got, dalam rangka menjenguk, belio sudah pernah masuk ke sarang sang Singa Pengaum Lontong yang telah berhasil pulang dari "umroh jangka panjangnya."

Plus, ormas radikal itu diberi dana hibah pula oleh Anies. Ugh, bagaimana caranya ya, mengungkapkan rasa kesal di hati, jika uang pajak kita dioper ke ormas yang kerjanya suka mempersekusi kita?

Masih banyak lagi bukti kedekatannya dengan ormas radikal, infonya sudah bertebaran ke mana-mana dan menjadi berita nasional.

Nah, soal kedekatannya dengan radikalisme ini harus dirahasiakan, jangan sampai keluar dari tirai balaikota, harus selalu ditutup rapat-rapat, dan jangan sampai ketahuan publik.

Belio tentu khawatir nanti ketahuan belangnya. Tapi bukan hidungnya yang belang, cuma nanti pencitraannya sebagai tokoh Perihbumi Nasionalis Sejati bisa jadi belang-belang. Hal itu berarti di tahun 2024 akan bertambah susah baginya untuk panjat pohon pinang untuk jadi plesiden bingkisan saat 17 Agustusan. Sumber Sumber Sumber

Demikian uraian singkat yang berhasil dicatat setelah menerawang melalui celah tirai balaikota yang terkenal selalu tertutup semenjak BTP tidak lagi menempati kantor itu.

Jika ada info penerawangan yang lain, mohon dipersilakan untuk menambahkan komentar di di bagian bawah artikel ini. Terima kasih.

Akhirnya... Weleh weleh...

Bukan Rahasia: Penyebab Anies Bersikap Cuek Kepada Reuni 212

Sumber Utama : https://seword.com/politik/bukan-rahasia-penyebab-anies-bersikap-cuek-kepada-4oAZ5QBcAh

Cuma di Indonesia, Kegoblokan Dirayakan dengan Reuni

Reuni 212 itu tak akan pernah ada andaikata internet tak pernah hadir di antara kita. Kemajuan Iptek memang tak cuma hal positif yang kita dapatkan tapi juga negatif. Meski begitu, Kementerian Kominfo yang mana kini dikomandoi oleh Johnny Plate toh tak mau terjebak dalam dikotomi dampak kemajuan zaman itu. Internet cepat dan internet sehat tetap coba terus mereka gelarkan. Tanggung jawab manfaat atau mudharat biarlah menjadi domain pengguna.

Demikianlah, reuni 212 adalah dampak penggunaan internet yang salah sasar. Kepintaran mengedit video telah dimanfaatkan Buni Yani untuk membangkitkan emosi segolongan orang lewat kelancarannya mengunggah editannya itu ke internet. Di sinilah internet itu sebagai buah kemajuan peradaban patut dilihat sebagai buah yang mendatangkan mudharat.

Gerakan 212 tak akan ada jika tak ada itu unggahan Buni Yani. Lebih dari itu, fanatisme sempit tentang pehamaman akan agama pada kalangan penanggap telah pula ikut berkontribusi mempertontonkan kebodohan berjamaah.

Maka, kalau ada reuni guna mengenang spirit gerakan itu, jelas merupakan hal bodoh yang lebih parah lagi. Ya, "Reuni 212" itu sebuah kebodohan . Yang menampik soal ini tentu abai akan fakta bahwa tujuan gerakan itu sudah mubazir. Orang yang mereka demo sudah divonis masuk penjara bahkan telah usai menjalankan hukumannya.

Maka kebodohan pertama yang abai dilihat oleh yang menampik pernyataan saya adalah tentang gema gerakan ini yang sudah tak punya makna namun dipaksa-paksakan.

Kedua, orang yang didemo kini kembali menjadi pejabat penting di negeri ini, sedang tukang demo masih aja betah turun ke jalan akibat silau sama nasi bungkus. Pendemo betah menjadi sampah sedang dia yang didemo tetap mengkilap di pos jebatannya sebagai pejabat publik.

Kita belum bahas mengenai sebab musabab silang sengkarut ini yang mana sebenarnya berpangkal tolak pada masalah penafsiran dan klaim sepihak. Sengaja kuhindari diskusi mengenai itu karena hanya akan menghabiskan tenaga dan pikiran saja. Masalah tafsiran, semua klaim paling benar, titik tengah sulit didapat, tentu saja tak ada manfaat. Lantas mengapa melibatkan diri dalam diskusi begituan? Enggaklah... Saya suka memilih menghindarinya kalau tak dipaksa keadaan.

Lanjut..., reuni yang terus digelar tiap tahun saat orang yang didemo malah telah selesai menjalani hukumannya, juga menuntut keluarnya anggaran pengamanan. Di masa pandemi ini, semua pos pendanaan telah diupayakan pemerintah untuk dihemat-hemat demi semaksimalnya pelayanan negara dalam menangani wabah.

Tapi dengan adanya reuni orang-orang bodoh ini, jelas memaksa pemerintah untuk keluarkan anggaran pengamanan. Di sinilah kita yang lainnya perlu beraksi marah. Tentu bukan ke pemerintah yang terpaksa keluarkan anggaran tetapi kepada gerombolan tegar tengkuk nan bebal-bebal yang ada di barisan pendemo (reuni). Mbok, kalau tidak dikasih izin, ya jangan paksakan diri untuk tetap beraksi.

Yang perlu dikutuki lagi adalah donatur aksi ini. Terlepas dia atau mereka adalah oposisi yang hendak menjatuhkan wibawa pemerintah, pendanaan yang diberikan untuk massa reuni adalah aksi dari orang yang nuraninya mati, akal sehat tumpul. Memilih mendanai aksi yang sudah kedaluarsa, itu bukan kerjaan orang yang masih punya otak dan nurani. Dana pun dikeluarkan pemerintah untuk mengamankan aksi gerombolan bebal, maka terkutuklah yang mendanai gerombolan itu untuk tetap beraksi.

Tapi, itulah .... Orang-orang kepepet biasanya memang sudah tidak akan pakai otak jika peluang ada untuk menjatuhkan lawan. Obligor BLBI yang lagi diburu, MPR yang insentifnya dipotong, Formula E yang ga jelas juntrungannya kini adalah beberapa topik yang mengemuka sebelum reuni 212 kemarin digelar. Apakah ada salah satu atau salah dua dari sekian yang ada di pusaran kasus-kasus itu yang mendanai aksi reuni, entahlah. Yang jelas, siapapun itu pasti hanya hendak buang-buang duit jika tak mau dibilang hendak mengaburkan isu yang lagi hangat dibicarakan publik sebelumnya.

Dalam pada itu, isu MPR menuntut Presiden memecat Sri Mulyani Indrawati dari jabatan Menteri Keuangan RI gara-gara insentif mereka sebagiannya dipotong oleh si Menteri apabila merupakan manuver buat kaburkan isu Formula E adalah sesuatu hal yang memilukan. Saat semua dibuat ketatkan anggaran, mereka pada blingsatan tak terima. Ketika publik menyoroti reaksi mereka yang kekanank-kanakan itu, tentu butuh sebuah isu lebih hot perlu dibuat guna mengalahkan isu tersebut.

Mereka itukah yang ada di balik aksi reuni 212 tahun ini? Wallahualam bissawab. Yang jelas Aksi Reuni 212 tak lebih dari aksi pertontonkan kebodohan nan hakiki. Sialnya, itu hanya terjadi di sini, di Indonesia.

Cuma di Indonesia, Kegoblokan Dirayakan dengan Reuni

Sumber Utama : https://seword.com/umum/cuma-di-indonesia-kegoblokan-dirayakan-dengan-xoGOv398rN

Tanggal 2 Desember Hari Ahok Nasional, Kadrun Lama-Lama Bisa Gila

Di media sosial banyak gambar, meme atau pun postingan yang menyebut tanggal 2 Desember adalah Hari Ahok Nasional. Bahkan tagar ini sempat jadi trending.

Saya tertawa melihat ini. Saya rasa ini adalah sebuah balasan iseng dan menohok kepada pasukan kadrun yang sedang melakukan reuni di tanggal yang sama. Kemarin, mereka seenak jidatnya ngotot menuju lokasi reuni meskipun sudah dilarang dan tidak mendapatkan izin.

Namanya juga kadrun sampah demokrasi. Dibilangin, tetap aja keras kepala. Dilarang, tetap ngotot membangkang. Bahkan di video ada wanita yang teriak seperti orang kesetanan, mungkin lagi stres atau kurang belaian dan kasih sayang.

Dengan kedok aksi super damai, mereka berharap reuni tersebut diberi izin. Ah, prettt lah. Ada foto yang beredar mereka bikin macet jalanan. Bahkan menyeberang jalan saja seenak jidatnya. Damai apaan kalau disiplin berlalu lintas saja tidak mampu? Super damai dari Hong Kong. Munafik. Sok suci padahal kelakuan kayak preman, tak pernah sekolah.

Suka teriak-teriak dan ngamuk seperti orang kesurupan setan entah dari mana. Beginikah yang disebut damai? Damai dari Hong Kong.

Mengenai hari Ahok nasional, saya rasa ini perlu digaungkan biar para kadrun gerah kepanasan. Kita semua tahu, apa pun yang berkaitan dengan Ahok, pasti akan membuat mereka kebakaran jenggot.

Gaungkan saja mulai dari sekarang. Tiap tahun rayakan besar-besaran biar acara reuni ini tenggelam euforianya. Dijamin, kadrun bakal kejang-kejang atau bahkan jadi gila dan masuk rumah sakit jiwa, hahaha.

Tak perlu turun ke jalan. Semoga saja ke depan ada yang menginisiasi ini di media sosial agar menjadi besar. Gak zaman lagi turun ke jalan. Hanya pengangguran pemalas yang punya banyak waktu untuk turun ke jalan sambil berharap dapat nasi bungkus gratis.

Meski hanya iseng-iseng. Rasanya hari Ahok nasional ini cukup bagus sebagai counter attack ke acara reuni sampah tak jelas itu. Ini bagus sebagai pengingat buat mereka bahwa di hari tersebut, tampak jelas gaya pengecut mereka yang sangat hina dengan mengeroyok satu orang. Satu orang bernama Ahok, tidak lari dari kasus hukum, gentleman hadapi apa yang ada di depannya.

Kadrun cuma berani keroyokan. Diajak duel satu per satu pasti tidak akan berani. Dan kepalanya sama pengecutnya. Kena kasus, langsung lari dan sembunyi di luar negeri. Lebih hina dari seorang pengecut paling hina sekali pun. Siap perang, siap ganyang komunis, pretttt.

Lagian reuni apaan kalau sampai dirayakan tiap tahun? Itu namanya ulang tahun. Dan jijiknya lagi, para kadrun ini kayak gak punya modal, maunya gelar acara di tempat gratisan. Sewa gedung dong. Atau sewa stadion gede. Ini maunya gratisan, ganggu orang lain pula. Berlagak garang pula seolah negara ini sudah dibeli mereka.

Momentum mereka sudah redup. Katanya sih yang hadir ada 10 ribu orang. Kalau dilihat, paling cuma ribuan saja. Mereka ini muka tembok, suka mark-up angka. Kalau pun ada 10 ribu orang, ini sangat jauh dari aksi pertama kali di tahun 2016. Ke mana sisanya? Dan saat ini, reuni ini pun ditolak di mana-mana, kayak barang sampah yang tidak diinginkan siapa pun.

Makanya ganti saja dengan hari Ahok nasional. Kalau sampai branding ini berhasil, kita mungkin akan tertawa di atas ngamuknya kadrun. Mungkin bakal tertawa guling-guling kalau mereka sampai jadi gila.

Kadrun, di satu sisi mereka ngeselin, tapi di sisi lain mereka ini kocak karena tak malu-malu pamer kebodohan. Otaknya entah terbuat dari apa sehingga bisa jadi stres akut seperti itu.

Mau bukti mereka itu bodoh? Coba tanya mereka, apakah pentolan atau junjungan mereka ada turun ke jalan gelar reuni? Gak ada, kan? Yang di atas enak-enak, sedangkan mereka ini malah bangga turun ke jalan teriak mirip orang 3/4 gila. Yang di atas makan enak, mereka makan nasi bungkus sambil jongkok di jalanan. Otak ada, tapi kayak tak pernah dipakai. Disenggol dikit, langsung teriak bacok.

Bagaimana menurut Anda?

Tanggal 2 Desember Hari Ahok Nasional, Kadrun Lama-Lama Bisa Gila

Sumber Utama : https://seword.com/politik/tanggal-2-desember-hari-ahok-nasional-kadrun-lama-dKKtZiTQHu

(Karma Ahok!!) Haji Lulung Sakit Jantung, PPP Mohon Doa Kesembuhan

Sudah penulis bilang hati-hati dengan karma, masih ada saja yang tidak percaya ya terserah. Kalau cuma satu atau dua kali, maka bisa disebut kebetulan, tapi kalau berkali-kali dan berturut-turut? Maka itu sudah kode alam ada sesuatu yang sangat wajib jadi perhatian.

Please ya penulis sudah capai debat masalah istilah. Mau disebut azab, ujian, cobaan, hukum tabur tuai, ya itu pada intinya sama saja tidak ada bedanya. Semuanya adalah kode alam untuk mendidik manusia, bahwa ada tindakan manusia yang salah dan harus dipertanggungjawabkan.

Lalu ada yang bilang, tidak mungkin karma Ahok karena Ahok saja masuk penjara dan cerai. Nah ini nih ciri-ciri orang yang tidak paham tapi pura-pura paham. Kalaupun Ahok dapat karma, itu tidak akan meniadakan karma orang-orang yang zalim kepada Ahok. Setiap orang pernah berbuat salah dan akan menanggung karmanya masing-masing.

Toh Karma Ahok sudah selesai dia jalani. Masuk penjara sekarang sudah bebas dan jadi komisaris dengan gaji fantastis. Cerai sekarang sudah mempunyai istri baru seorang murtadin. Bukan penulis setuju perceraian, ya itu kesalahan Ahok juga kenapa sampai cerai. Tapi memangnya ada ya manusia yang tidak pernah salah? Kan kaga brow!!

Sekarang karma itu kembali datang menghampiri, bahkan kali ini karma mendatangi orang yang katanya sakti mandraguna. Namanya Haji Lulung, beliau digadang-gadang oleh dirinya sendiri sebagai orang sakti. Bagaimana tidak? Meludah ke tanah saja bisa jadi duit, begitu kaya Haji Lulung

Haji Lulung ini terkenal sebagai ketua dari para preman yang memungut pajak kepada penjual di tanah Abang. Kendati demikian, beliau menolak para preman tersebut disebut preman, maunya disebut anak wilayah.

Haji Lulung sepanjang Ahok menjabat sebagai gubernur, selalu menentang Ahok. Kasus UPS adalah kasus terkenal yang pernah menimbulkan selisih antara Haji Lulung dan Ahok. Haji Lulung adalah anggota DPRD DKI Jakarta dari Partai Persatuan Pembangunan (PPP).

Lulung sangat kesal kepada Ahok karena Ahok melakukan penertiban di tanah Abang, sehingga jatah preman Haji Lulung berkurang. Itulah kenapa Haji Lulung sangat mendukung Anies untuk menggantikan Ahok, walaupun dengan cara yang memecah belah bangsa Indonesia.

Sekarang Haji Lulung sedang terkapar di rumah sakit karena mengalami penyakit jantung. PPP memohon doa kesembuhan untuk Haji Lulung.

"Mohon doanya. Beberapa hari ini beliau mendapatkan perawatan intensif, akibat serangan jantung," kata Sekjen PPP, Arwani Thomafi kepada wartawan, Jumat (3/12/2021).

Dari informasi yang dihimpun, Haji Lulung dirawat di ruang ICVCU. PPP berharap besar Haji Lulung segara sembuh dari perawatan di RS Harapan Kita.

Bagi penulis ini adalah pelajaran untuk kita semua agar jangan bermain-main dan menganggap sepele karma. Anda boleh ketua preman Tanah Abang, anda boleh orang sakti yang kalau meludah ke tanah jadi uang. Tapi ketika karma datang menghampiri, maka anda akan sadar bahwa betapa lemahnya anda.

Ini juga adalah pelajaran buat orang-orang yang mempunyai jabatan dan kekuasaan. Ingat jangan jadikan jabatan dan kekuasaan alasan untuk anda zalim kepada orang lain. Jangan merasa kalau anda pengikut agama paling benar, lalu merasa berhak kepada mereka yang berbeda agama.

Karma adalah hukum alam yang tidak pandang bulu, tidak melihat apa agama anda, tidak melihat apa jabatan anda. Hanya manusia yang mengkotak-kotakkan karma, ketika orang yang seagama disebutnya ujian, tapi ketika yang berbeda agama disebut azab.

Padahal semuanya intinya sama adalah teguran dari sang maha kuasa kepada manusia agar mawas diri, artinya ada yang kesalahan yang telah anda lakukan.

Kendati demikian penulis tetap mendoakan agar Haji Lulung cepat segera sembuh, semoga Haji Lulung sadar kalau dirinya hanyalah manusia biasa dan bisa lebih baik lagi ke depannya.

Karena kemarin kita sudah merayakan hari Ahok Nasional, maka ada baiknya jika kita kembali mengingat pesan Ahok di persidangan.

Barangsiapa menzalimi saya, maka lawan anda adalah Tuhan yang maha kuasa. Saya akan buktikan satu persatu dipermalukan.

Jika penulis boleh menyanyi, maka izinkan penulis menyanyi. Dan terjadi lagi .....

(Karma Ahok!!) Haji Lulung Sakit Jantung, PPP Mohon Doa Kesembuhan

Sumber Utama : https://seword.com/politik/karma-ahok-haji-lulung-sakit-jantung-ppp-wYObzonVws

Tokoh Anti-Syiah Farid Okbah Ditangkap Densus 88

Jakarta, LiputanIslam.com–Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri menangkap Ketua Umum Partai Dakwah Rakyat Indonesia (PDRI) Farid Okbah pada Selasa (16/11) pagi di daerah Bekasi, Jawa Barat.

Menurut konfirmasi dari Tim Pengacara Muslim (TPM) Achmad Michdan, setelah penangkapan itu  penyidik langsung menggeledah rumah Farid.

Berdasarkan penjelasan dari Mabes Polri, tersangka teroris Farid Okbah membuat partai politik untuk menampung anggota Jamaah Islamiyah. 

“Hasil penelusuran Densus, FAO (Farid Ahmad Okbah) merupakan bagian dari tim sepuh atau Dewan Syuro organisasi JI,” kata Kepala Bagian Penerangan Umum Divisi Humas Polri Kombes Ahmad Ramadhan, Selasa, 16 November 2021.

Dilansir dari Tempo, Farid Okbah ikut memberikan solusi kepada Arif Siswanto yang telah ditangkap soal pengamanan anggota JI pascapenangkapan Parawijayanto (Amir JI) dengan membuat wadah baru.

Dia juga diketahui merupakan anggota dewan syariah Lembaga Amil Zakat Badan Mal Abdurrahman Bin Auf (LAZ BM ABA) atau yayasan amal yang didirikan untuk pendanaan JI. 

Tokoh Anti-Syiah

Farid Okbah diketahui merupakan tokoh yang aktif menggencarkan sentimen anti Syiah. Ia menulis buku berjudul ‘Ahlussunnah Waljamaah dan Dilema Syi’ah di Indonesia: Fakta & Data Perkembangan Syiah di Indonesia’.

Dilansir dari pers rilis ormas Syiah, Alhlbait Indonesia (ABI), Farid Okbah juga tergabung ke dalam Aliansi Nasional Anti Syiah (Annas).

(ra/tempo/cnn/ABI)

Sumber foto: Solopos

Sumber Utama :  https://liputanislam.com/nasional/tokoh-anti-syiah-farid-okbah-ditangkap-densus-88/

Syiah Dua Kali Menjadi Korban Fitnah Kaum Teroris

LiputanIslam.com –Berita penangkapan tiga orang “ustadz”, yaitu Farid Okbah, Zain An Najah, serta Anung Al Hamat, oleh Detasemen Khusus (Densus) 88 Antiteror Polri cukup menggegerkan. Farid Okbah dikenal sebagai aktivis yang punya jaringan yang sangat luas. Ia bahkan pernah bertemu Presiden Jokowi, dan berbicara tentang Haluan Ideologi Pancasila (HIP). Ahmad Zain An Najah bahkan merupakan pengurus MUI Pusat di Komisi Fatwa. Sedangkan Anung Al-Hamat adalah penulis buku Tarbiyah Jihadiyah Bukhari. Dalam keterangan resminya, Kepolisian menyebut ketiganya ditangkap atas perannya sebagai “sesepuh” kelompok terois Jemaah Islamiah (JI). Mereka juga disebut sebagai penyandang dana atas sejumlah kegiatan terorisme di Indonesia.

Sejumlah media yang selama ini dikenal “radikal”, seperti Hidayatullah.com dan Arrahmah.com menyebut bahwa orang-orang yang ditangkap itu sebagai “pakar” Syiah. Tak lama setelah itu, sejumlah media lainnya ada yang menyebut ketiganya sebagai “tokoh” Syiah. Jadi, kata “pakar” yang tadinya bermakna “ahli” tentang Syiah, diubah menjadi “tokoh”, yang bermakna bahwa mereka yang ditangkap itu adalah orang-orang Syiah.

Tentu sangat jauh beda maknanya antara istilah “pakar” dengan  “tokoh”. Pakar bermakna ahli, yang pada prakteknya juga tidak begitu tepat. Ketiga tersangka teroris itu juga jauh sekali kalau disebut pakar. Mereka lebih layak disebut sebagai demagog anti Syiah. Di mana-mana, mereka mengumbar opini ngawur tentang apa itu Syiah. Beragam fitnah dan kebohongan mereka tebar di mana-mana, tanpa rasa malu, tanpa etika, dan sama sekali jauh dari cara-cara ilmiah. LiputanIslam berkali-kali membongkar fitnah keji dari Farid Okbah, dan perilaku radikal yang bersangkutan.

baca: Mengenal dan Mewaspadai Penyimpangan Ustadz Farid Ahmad Okbah

Kumpulan Propaganda Farid Okbah Terhadap Konflik Suriah

Jadi, mereka itu sama sekali bukan pakar Syiah. Melainkan tukang penyebar fitnah terkait dengan Syiah. Hanya saja mereka berbaju ulama, dan mereka fasih berbahasa Arab. Mereka juga menjadi pimpinan pondok pesantren, bahkan ada yang menjadi anggota Komisi Fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI). Apapun juga jabatan dan posisi mereka, tetap saja, ketika yang mereka umbar itu adalah fitnah, dan ketika yang mereka lakukan adalah tindakan terorisme, jelas mereka tak layak sama sekali disebut sebagai pakar.

Lebih jauh lagi, sudahlah mereka itu bukan pakar, ditambah lagi dengan pemelintiran berita yang menyatakan bahwa mereka yang saat ini menjadi tersangka teroris itu adalah tokoh Syiah. Model pemberitaan yang sangat ngawur ini memungkinkan munculnya kesalahpahaman di benak pembaca, yang mengira bahwa orang Syiah adalah teroris. Jadi, komunitas Syiah menjadi korban untuk dua fitnah secara beruntun. Pertama, orang-orang Syiah menjadi korban fitnah dari orang-orang yang mengklaim diri sebagai “pakar”. Kemudian, yang kedua, ketika tukang fitnah itu menjadi tersangka tindakan terorisme, justru tindakan terorisme yang busuk dan keji itu disematkan kepada orang-orang Syiah.

Begitulah memang cara kerja busuk dari kaum teroris dan radikalis. Begitulah ketika ayat-ayat Tuhan diperjualbelikan dengan harga yang murah. (os/editorial/liputanislam)


Sumber Utama : https://liputanislam.com/dari-redaksi/editorial/syiah-dua-kali-menjadi-korban-fitnah-kaum-teroris/

‘Kesejahteraan sebagai Imbalan Normalisasi’, Proyek yang Gagal Total di Suriah

LiputanIslam.com-Stasiun televisi al-Mayadeen dalam reportasenya membahas budaya nasionalisme dan anti-Zionisme rakyat Suriah. Reportase ini menyebutkan, kendati rakyat Suriah dihimpit krisis ekonomi dan normalisasi dengan Rezim Zionis dipropagandakan sebagai jalan menuju kesejahteraan, namun bangsa Suriah tetap menolak berkompromi dengan Tel Aviv, apa pun sikap mereka terhadap Pemerintah Damaskus.

Ketika Turki di dekade awal abad ini berupaya melakukan perundingan tidak langsung antara Damaskus dan Tel Aviv, seorang jurnalis ternama Suriah menulis bahwa bangsanya menentang penandatanganan kesepakatan normalisasi dengan Israel. Menurutnya, orang-orang Zionis di Tanah Pendudukan juga menolak perdamaian dengan negara-negara Arab,tulis al-Mayadeen.

Menurut al-Mayadeen, kendati rakyat Suriah berselisih dengan Pemerintah Pusat, namun mereka bukan hanya menentang normalisasi dengan Israel, tapi juga menolak untuk berdamai dan meninggalkan permusuhan dengan Rezim Zionis.

Sikap ini dilandasi dua dalil historis. Pertama, bangsa Suriah memandang isu Palestina sebagai bagian dari poros nasionalisme mereka. Kedua, wacana resmi bangsa Suriah tidak mengizinkan mereka untuk berpaling dari hak-hak bangsa Arab, kendati butuh waktu lama untuk memperjuangkannya.

Oleh karena itu, di masa terjalinnya kesepakatan normalisasi pada dekade 70 dan 90 silam, dunia sudah menyaksikan penentangan luas rakyat Suriah, bahkan sebelum Damaskus menyatakan penolakan resminya.

Kesejahteraan sebagai Imbalan Normalisasi

Al-Mayadeen menulis, dengan terseretnya negara Suriah ke krisis destruktif, yang hingga kini belum berakhir, tekanan atas opini publik untuk mengubah sikap mereka terhadap Israel dan normalisasi dengan Tel Aviv kian meningkat. Propaganda yang disebarkan adalah bahwa keberadaan Rezim Zionis di Kawasan adalah sebuah fakta yang tak bisa diubah. Sebab itu, negara-negara Arab mesti menjalin hubungan dengan Tel Aviv.

Sebagian media pun mulai menyiapkan lahan bagi terwujudnya normalisasi dengan Israel di masa depan. Sejumlah petinggi kelompok oposisi Suriah bahkan mengirim pesan-pesan dan mengutarakan minat untuk berdamai (dengan Israel) serta memutus hubungan dengan Iran dan Hizbullah.

Sebagian dari mereka bahkan pergi ke Tel Aviv dan bertemu langsung dengan para pejabat Israel. Foto-foto yang menunjukkan para teroris Suriah dirawat di rumah-rumah sakit Israel masih bisa disaksikan di berbagai media.

Di lain pihak, Rezim Zionis pun memberikan berbagai dukungan kepada kelompok-kelompok teroris, terutama di sekitar Golan. Salah satunya adalah perawatan di Israel bagi para teroris yang terluka. Di saat bersamaan, Israel melancarkan serangan udara dan rudal ke wilayah Suriah, dengan dalih untuk menghadapi Iran dan Hizbullah. Dosen Ilmu Politik di Universitas Damaskus, Jamal al-Mahmud mengatakan, Israel sejak awal tahun 2021 hingga 17 November telah melancarkan 30 serangan ke Suriah.

Menurut al-Mayadeen, dengan semua kejadian ini, normalisasi, bahkan perdamaian sepihak, dengan Israel di masa-masa krisis yang mendera rakyat Suriah dianggap sebagai langkah buruk dari setan. Orang-orang Suriah bahkan tidak sudi untuk membahasnya. Sikap mereka tidak berubah meski blokade ekonomi Barat kian mengetat sejak awal 2019 dan pemberlakuan UU Caesar sejak pertengahan 2020 semakin menambah derita rakyat Suriah.

Jamal al-Mahmud berpendapat, meski rakyat Suriah dihimpit krisis ekonomi, namun proyek normalisasi terlihat sebagai proyek yang bodoh. Sebab, kata al-Mahmud, kondisi Suriah tidak sama seperti negara-negara Arab pelaku normalisasi.

Alasannya, sebagian dari wilayah Suriah masih diduduki Israel. Kedua, dari sisi historis Palestina adalah bagian selatan dari Suriah. Di pihak lain, AS dan Israel juga tidak benar-benar serius untuk menghentikan perang terhadap Pemerintah Suriah. Atas dasar ini, al-Mahmud berpendapat bahwa mustahil Suriah melakukan normalisasi hubungan dengan Israel.

Sulit dibayangkan bahwa Suriah menormalisasi hubungan dengan penjajah yang menduduki tanah kami dan menelantarkan rakyat kami. Bahkan jika Golan dikembalikan ke Suriah sekalipun, siapa yang akan mengembalikan para pembesar dan syuhada kami? Siapa yang akan mengganti tahun-tahun yang telah dihabiskan untuk ini? Ini adalah hal yang telah menghabiskan begitu banyak dari energi dan potensi kami,tandas al-Mahmud. (af/fars)


Sumber Utama : https://liputanislam.com/fokus/kesejahteraan-sebagai-imbalan-normalisasi-proyek-yang-gagal-total-di-suriah/

Bumi Syam dan Penduduknya

Oleh: Habib Husein Alkaff

LiputanIslam.com –Sejak terjadi prahara di Suriah beberapa tahun lalu tepatnya tahun 2011, kata “Syam” banyak menghiasi berbagai media cetak dan media sosial, baik media nasional maupun internasional. Di Suriah, misalnya, muncul beberapa kelompok yang menamakan dirinya dengan Jundu Asy-Syam (Pasukan Syam), Jaisy Asy-Syam (Tentara Syam) dan kelompok yang paling fenomenal adalah Daesh (Dawlah Islamiiyah fi ‘Eraq wa Syam) atau ISIS (Islamic State in Iraq-Syam). Di Tanah Air sendiri, banyak gerakan-gerakan yang secara langsung atau tidak langsung berafiliasi ke kelompok-kelompok tersebut. Mereka seringkali menyuarakan dalam ceramah dan tulisan mereka tentang Bumi Syam, dan menggiring masyarakat di Tanah Air agar mendukung para pejuang di Bumi Syam. Juga yang sangat melekat di ingatan kita, mereka juga menggalang dana dan merekrut relawan-relawan untuk berjuang di Bumi Syam.

Kelompok-kelompok “Syami” tersebut dan pihak-pihak yang mendukung mereka di Indonesia adalah kelompok-kelompok yang bermusuhan dengan Presiden Bashar Assad dan para pendukungnya, seperti Iran dan Hizbullah. Permusuhan mereka dengan Bashar Assad, Iran dan Hizbullah bukan karena faktor politik semata, tetapi lebih karena faktor ideologi. Sepertinya, faktor ideologi justru lebih dominan dan kuat. Karena itu, mereka membenci dan mengkafirkan golongan Syiah.

Mengapa Bumi Syam?

Perspektif ideologis yang melatarbelakangi permusuhan kelompok “Syami” terhadap Bashar Assad dan kelompok Syiah ini sangatlah kuat. Untuk memperkuat argumen tersebut, “Syami” sangat sering memainkan isu teks-teks agama yang terkait dengan apa yang mereka sebut perjuangan di “Bumi Syam”. Berikut ini adalah ringkasan atas pembahasan mereka tentang Bumi Syam yang saya ambil dari https://almanhaj.or.id/8104-keberkahan-bumi-syam-2.html)

  1. Keberkahan Bumi Syam

Terdapat beberapa ayat yang menunjukan Bumi Syam sebagai tempat yang diberkati oleh Allah swt., diantaranya”

“Dan Kami selamatkan Ibrahim dan Luth ke sebuah negeri, yang Kami telah memberkahinya untuk sekalian manusia“ [al Anbiyaa`/21:71]

Ibnu Katsir menyatakan bahwa negeri yang dimaksud dalam ayat ini adalah Bumi Syam.

“Dan (telah Kami tundukkan) untuk Sulaiman angin yang sangat kencang tiupannya yang berhembus dengan perintahnya ke negeri yang Kami telah memberkatinya. Dan adalah Kami Maha Mengetahui segala sesuatu“.[al Anbiyaa`/21:81].

“Dan kami jadikan antara mereka dan antara negeri-negeri yang Kami limpahkan berkat kepadanya, beberapa negeri yang berdekatan dan Kami tetapkan antara negeri-negeri itu (jarak-jarak) perjalanan. Berjalanlah kamu di kota-kota itu pada malam dan siang hari dengan aman“. [Sabaa`/34:18].

Dua ayat ini mengisyaratkan pada Bumi Syam.

  1. Syam Merupakan Tempat Para Nabi

Syam menjadi tempat tinggal banyak nabi. Dari Nabi Ibrahim, yang hijrah ke Syam, Nabi Luth, Nabi Ya’qub, Nabi Musa, Nabi Isa, dan lainnya.

  1. Perintah Nabi untuk Bermukim di Syam

Dari Watsilah bin al Asqaa`, berkata: Aku mendengar Rasulullah berkata kepada Hudzaifah bin al Yaman dan Mu’adz bin Jabal yang sedang meminta pendapat beliau tentang tempat tinggal. Maka, beliau mengisyaratkan ke arah Syam. Mereka berdua kembali bertanya kepada beliau. (Dan) beliau mengisyaratkan ke arah Syam. Beliau bersabda: “Beradalah kalian di Syam. Sesungguhnya ia merupakan negeri pilihan Allah, dihuni oleh makhluk pilihan-Nya”[ Shahihut-Targhib wat-Tarhib, no. 3089.

  1. Malaikat Membentangkan Sayap bagi Penduduk Syam

Dari Zaid bin Tsabit, ia berkata, Rasulullah SAW bersabda : “Keberuntungan bagi penduduk Syam.” Maka kami bertanya, “Karena apa, wahai Rasulullah?” Beliau menjawab, ”Karena para malaikat membentangkan sayap-sayapnya kepada mereka (penduduk Syam)”. [HR at Tirmidzi dan Shahihut-Targhib wat-Tarhib, no 3095; ash-Shahihah, no. 503]

  1. Tempat Keberadaan Kelompok yang Dimenangkan (Thaifah Manshurah)

“Penduduk yang berada di arah Barat akan senantiasa menegakkan kebenaran sampai Kiamat datang“. [HR Muslim 13/68, Nawawi].

Imam Ahmad bin Hanbal berkata, ”Ahli Gharb adalah penduduk Syam.”, dan pendapat ini disepakati oleh Ibnu Taimiyah dalam Manaqib Alsyam wa Ahlihi, halaman 76-77.

  1. Cahaya Iman Memancar dari Syam Saat Fitnah Berkecamuk

Dari ‘Abdullah bin ‘Amr, ia berkata, Rasulullah bersabda, “Sesungguhnya aku melihat seakan-akan tonggak Al-Kitab telah tercabut dari bawah bantalku. Maka, aku mengikutinya dengan pandanganku. Tiba-tiba terdapat cahaya terang-benderang yang mengarah menuju Syam. Ketahuilah, apabila telah terjadi beragam fitnah, , maka sesungguhnya iman berada di Syam“.[Shahihut-Targhib wat-Tarhib, no. 3092].

Bukan Hanya Suriah

Literatur sejarah dan geografi zaman dulu menyebutkan bahwa Bumi Syam meliputi Suriah, Jordania, Lebanon dan Palestina. Negara-negara ini pada mulanya satu wilayah yang tak terpisahkan. Namun, pada permulaan Perang Dunia Pertama, yaitu tahun 1916, terjadi kesepakatan rahasia secara sepihak, antara Inggris dan Prancis (Sykes-Picot Agreement) untuk membagi wilayah-wilayah kekuasaan Khilafah Otsmaniyah-Turki kepada para sekutu yang memenangi perang itu.

Meski demikian, secara umum masyarakat Arab sampai saat ini masih menyebut empat negara itu (Suriah, Jordania, Lebanon dan Palestina) sebagai Bumi Syam. Secara Fisik dan karakter, rakyat di empat negara ini sama atau mirip sekali, dan dalam hal ini, mereka berbeda dengan masyarakat Arab lainnya yang berada di negara-negara Teluk, Yaman, Irak dan lainnya.

Karena itu, jika teks-teks agama tentang Syam yang diberkati oleh Allah SWT, Syam yang akan penduduknya akan memperoleh kemenangan, dan Syam di mana keiman akan memancar, itu shahih, maka semua pujian itu berlaku untuk penduduk di empat negara tersebut.

Di sini terlihat, bagaimana kelompok-kelompok “Syami” seperti Jundu Syam, Jaisy Syam dan Daesh atau ISIS, serta gerakan-gerakan yang berafilisasi dengan mereka di Tanah Air memaksakan diri untuk mengambil bagian dari maksud teks-teks agama itu, atau mengaku sebagai kelompok yang dimaksud dalam teks-teks itu, sehingga mereka berjuang mati-matian untuk merebut wilayah Suriah, dan sebagian wilayah di Lebanon.  Anehnya, mereka tidak berjuang untuk merebut wilayah Palestina dan Jordania. Padahal, Palestina saat ini masih berada di bawah cengkeraman penjajahan Israel. Adapun Jordania adalah kerajaan yang pro Amerika dan berdamai dengan Israel.

Cahaya Iman dari Bumi Syam

Jika yang menjadi parameter dari cahaya iman adalah konsistensi perjuangan melawan kezaliman dan kesewenang-wenangan, kita bisa melihat dengan dengan jelas bahwa kezaliman memang sedang melanda Bumi Syam sejak beberapa dekade lalu. Sejak Zionis Israel dideklarasikan tahun 1948 di atas Bumi Syam, jutaan kaum Muslimin di kawasan Syam mengalami penderitaan tiada tara. Mereka diusir dari kampung halaman hingga terlunta-lunta menjadi pengungsi. Mereka ditangkapi, diserang, dilecehkan, dan dibunuh dengan kejam. Baitul Maqdis sebagai temat suci bagi ummat Islam, saat ini diduduki secara ilegal oleh Zionis Israel.

Kekejaman Zionis atas Palestina yang berada di Bumi Syam ini sudah menjadi pemahaman bersama kaum Muslimin, bahkan juga masyarakat dunia. Tahun 1967, negara-negara Muslim dunia membentuk Organisasi Kenferensi Islam (OKI). Tujuan utama didirikannya OKI adalah kemerdekaan Palestina. Maka, sudah menjadi kesepakatan negara-negara Muslim dunia bahwa yang menjadi parameter keimanan dihubungkan dengan masalah politik dunia Islam adalah konsistensi perjuangan melawan penindas Zionis Israel, serta membela Palestina yang tertindas.

Pertanyaannya, manakah kelompok yang secara konsisten memperjuangkan Baitul Maqdis? Manakah kelompok yang ditakuti oleh Israel? Siapakah yang mampu membebaskan sebagian wilayah Syam dari penjajahan Israel? Manakah kelompok yang dimusuhi Amerika dan para rezim yang pro Amerika? Manakah kelompok yang pemimpinnya adalah seorang yang memaafkan orang berusaha membunuhnya? Siapakah tokoh Islam yang orasinya sangat santun tanpa caci maki, meskipun tetap berapi-api? Manakah kelompok yang para pemudanya di malam hari berdoa sambil menangis, dan di siang hari tampil gagah berani melawan Israel hingga mati syahid?

Tidakkah hal itu sangat tampak jelas bagi kita semua? (os/LI)


Sumber Utama : https://liputanislam.com/fokus/bumi-syam-dan-penduduknya/

Re-post by MigoBerita / Jum'at/03122021/16.26Wita/Bjm

Baca Juga Artikel Terkait Lainnya