» » » » » » » » » Kontroversi Zaadit Taqwa yang kartu kuningkan Presiden Republik Indonesia Jokowidodo

Kontroversi Zaadit Taqwa yang kartu kuningkan Presiden Republik Indonesia Jokowidodo

Penulis By on Minggu, 04 Februari 2018 | No comments

Dikritik Soal Kondisi Suku Asmat Hingga Dikartu Kuning, Jokowi Tantang Zaadit dan BEM UI Lakukan Ini

BANJARMASINPOST.CO.ID, JAKARTA - Presiden Joko Widodo ingin agar pengurus Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI) ikut melihat dan menyaksikan kondisi yang ada di Kabupaten Asmat, Papua.
"Mungkin nanti ya, mungkin nanti saya akan kirim semua ketua dan anggota di BEM untuk ke Asmat, dari UI ya," kata Presiden Joko Widodo setelah menghadiri Haul Majemuk Masyayikh di Pondok Pesantren Salafiyah Safi`iyah Sukorejo, Situbondo, Jawa Timur, Sabtu (3/2/2018), seperti dikutip Antara.
Hal ini disampaikan menanggapi aksi Ketua BEM UI, Zaadit Taqwa, yang mengacungkan kartu kuning ke Jokowi.


Aksi itu terjadi pada Jumat (2/2/2018) lalu, saat Jokowi menghadiri Does Natalis UI di Kampus UI, Depok.
Kartu kuning itu diberikan sebagai peringatan kepada Presiden Jokowi atas berbagai permasalahan yang terjadi di dalam negeri, termasuk soal masalah gizi buruk di kabupaten Asmat, Papua. Namun Jokowi menilai, sebaiknya BEM UI melihat langsung kondisi di Asmat.
"Biar lihat dapat bagaimana medan yang ada di sana kemudian problem-problem besar yang kita hadapi di daerah-daerah terutama Papua," kata Presiden.
Adapun mengenai tindakan mahasiswa UI itu, Presiden pun tidak mempermasalahkannya.
"Ya yang namanya aktivis muda ya namanya mahasiswa dinamika seperti itu biasalah, saya kira ada yang mengingatkan itu bagus sekali," ungkap Presiden.
Meski demikian, pada Jumat kemarin, Jokowi sama sekali tidak menggubris aksi mengangkat kartu kuning dan meniup peluit yang dilakukan oleh Zaadit.
Mahasiswa Fakultas MIPA itu akhirnya diamankan ke luar ruangan oleh pasukan pengamanan presiden.
Zaadit mengatakan, ada tiga tuntutan BEM UI kepada Presiden Joko Widodo. Pertama, isu gizi buruk di Asmat.
Berdasarkan data Kemenkes, terdapat 646 anak terkena wabah campak dan 144 anak menderita gizi buruk di Asmat. Selain itu ditemukan pula 25 anak suspek campak serta empat anak yang terkena campak dan gizi buruk.
BEM UI mempertanyakan kenapa gizi buruk masih terus terjadi meski Papua memiliki dana otonomi khusus yang besar. Pada 2017, dana otsus untuk Papua mencapai Rp 11,67 triliun, yaitu Rp 8,2 triliun untuk Provinsi Papua dan Rp 3,47 triliun untuk Provinsi Papua Barat.
"Kondisi gizi buruk tersebut tidak sebanding dengan dana otonomi khusus yang pemerintah alokasikan untuk Papua," kata Zaadit.
BEM UI juga menyoroti langkah pemerintah mengusulkan asisten Operasi Kapolri Irjen Mochamad Iriawan sebagai Plt Gubernur Jabar dan Kadiv Propam Polri Irjen Martuani Sormin sebagai Plt Gubernur Sumut. Langkah ini dinilai memunculkan dwifungsi Polri/TNI.
Lalu pada isu terakhir, BEM UI juga menyoroti adanya draft peraturan baru organisasi mahasiswa (ormawa).
Aturan baru itu dinilai mengancam kebebasan berorganisasi dan gerakan kritis mahasiswa.
Dikritik Soal Kondisi Suku Asmat Hingga Dikartu Kuning, Jokowi Tantang Zaadit dan BEM UI Lakukan Ini
Zaadit Taqwa 
Sumber Berita : http://banjarmasin.tribunnews.com/2018/02/04/dikritik-soal-kondisi-suku-asmat-hingga-dikartu-kuning-jokowi-tantang-zaadit-dan-bem-ui-lakukan-ini?page=all

WASPADA! Gerakan Kudeta Kelompok Radikal di NKRI

SALAFYNEWS.COM, JAKARTA – salah satu pegiat medsos Muhammad Zazuli dalam akun facebooknya menuliskan tentang kegelisahannya terhadap gerakan kudeta dari kelompok radikal, berikut ulasannya:
Saya yakin para petinggi militer yang pro NKRI saat ini sudah mengetahui bahwa sekarang ini sedang berjalan proses kudeta merangkak untuk mengubah ideologi negara yang pluralis menjadi negara agama. Mereka bergerak di kampus-kampus, sekolah-sekolah, masjid-masjid hingga mushola di kampung-kampung untuk melakukan kaderisasi dan mencuci otak para generasi muda. Setelah masuk di dunia kerja baik di instansi pemerintahan ataupun swasta mereka juga akan terus berusaha meningkatkan dan memperluas jaringannya dengan cara yang sama.
Baca: Denny Siregar: Kudeta Gagal HTI Hancurkan NKRI
Namun pemerintah akan sulit menangani mereka apalagi dengan cara-cara represif karena mereka akan melakukan pembelaan diri bahwa mereka hanya “melakukan perintah agama”. Dan apabila dilakukan tindakan tegas maka mereka justru akan playing victim dan memanfaatkan situasi untuk semakin menyudutkan pemerintah dan membenturkannya dengan massa akar rumput yang mudah diadu domba dan diprovokasi.
Baca: Kicauan Denny Siregar: Indonesia Darurat Khilafah dan Wahabi
Ini adalah buah simalakama bagi pemerintahan saat ini. Jika dibiarkan saja maka mereka akan makin membesar dan membahayakan NKRI, Pancasila dan Bhinneka Tunggal Ika. Tapi jika ditindak tegas maka perlawanan yang besar bisa semakin menjadi sehingga negara terjerumus pada perang saudara sebagaimana yang terjadi di Suriah, Irak dan Afghanistan. (SFA)

Surat Pedas Netizen Kepada Ketua BEM UI, Nilai Nol Aja Sok Kritis

ARRAHMAHNEWS.COM, JAKARTA – Berita tentang sempritan Ketua BEM UI kepada Jokowi hingga saat ini masih ramai sekali diperbincangkan di Jagt medsos, salah satunya oleh pegiat medsos Ahmad Zainul Muttaqin dalam akun facebooknya memberikan kritikan pedas kepada Ketua BEM UI dan CEO AMI Foundation, berikut tulisannya:
Zaadit Taqwa dipuja-puja, dijadikan contoh mahasiswa masa kini oleh kaum oposisi atas keberanian (baca: kenekadan-nya) berdiri mengacungkan kartu kuning di ujung pidato Presiden di Kampusnya.
CEO AMI Foundation Azzam M Izzulhaq lantas memujinya setinggi langit menyebutnya sebagai mahasiswa pejuang, calon pemimpin bangsa dan negara, lalu secepat kilat menawarinya undangan beribadah umroh sebagai apresiasi kepada pemuda pemberani pengkartu kuning Presiden yang meneriakkan solidaritas kekurangan gizi rakyat di Asmat meskipun tubuhnya sendiri tambun kelebihan gizi.
Hanya berdiri, menyemprit, mengkartu kuning Presiden tanpa sepatah kata lalu beritanya viral dimana-mana, ia dipuja bak pahlawan dan mendapat hadiah umroh gratis oleh sesama pembenci Presiden. Kalau boleh saya hanya ingin tanya pada pak Azzam, apa anda tidak tahu disaat Ketua BEM Universitas terkenal di Depok ini baru berlagak menyemprot Presiden soal Asmat, UGM sudah mengirim dua gelombang Disaster Response Unit (Deru) sejak 24 Januari lalu untuk membantu penanganan gizi buruk di Kab. Asmat tanpa pakai pamer. Adakah di antara mereka yang ingin anda umrohkan pak? Saya rasa mereka lebih pantas untuk dihadiahi umroh karena kerja senyap mereka jauh lebih bermanfaat bagi masyarakat Asmat daripada aksi cari sensasi di kampus ala Ketua BEM.
Sudahkah anda dengar berita Universitas Hasanuddin Makassar yang memberangkatkan 19 orang tim tanggap darurat ke Kabupaten Asmat yang terdiri dari dokter senior dengan berbagai bidang (gizi, penyakit dalam, obgyn, gigi), perawat, serta 6 orang profesor dari berbagai bidang ilmu. Apa mereka pakai koar-koar? Tidak! Mereka sibuk berbuat tanpa mencari kambing hitam. Mereka sadar menyalakan lilin lebih penting daripada sibuk mengutuk gelap. Ya, meskipun mengutuk gelap itu lebih mendatangkan sensasi dan pujian daripada yang langsung berangkat ke Asmat dalam senyap.
Jadi pak, apa ada di antara mereka yang hendak anda umrohkan? Ahh saya lupa, tawaran umroh itu kan bukan karena si pemuda berani menyuarakan solidaritas gizi buruk di Kab. Asmat, tapi karena ia berani ‘mempermalukan’ Jokowi di depan umum. Inilah negaraku. Negeri dimana sensasi lebih dipuja daripada kerja dan kerja. Ahh lagipula saya yakin para pejuang UGM dan Unhas itu juga masih terlalu sibuk membantu masyarakat Asmat sehingga belum terpikir untuk umroh.
Btw, meskipun aksi Zaadit mendatangkan banyak pujian, tawaran umroh, bahkan tawaran beasiswa ke luar negeri, hanya satu yang menawarkan tawaran sesuai apa yang disuarakan pemuda ini. Ya, Jokowi menawarkan untuk mengirimnya dan teman-teman BEM-nya ke Asmat.
Dari semua reward dan sensasi, hanya ini tawaran paling realistis. Jokowi seakan ingin berkata, dek pertanggungjawabkan apa yang kalian kritik, lihat sendiri situasi di lapangan dan apa yang sudah pemerintah lakukan beberapa tahun belakangan untuk membuka akses geografis di Kabupaten Asmat. Negeri ini butuh pemuda pencari solusi bukan pemuda pemaki-maki.
Memang benar ajakan Jokowi, jika anda menyuarakan tentang Asmat maka pergilah ke Asmat. Jangan bak pahlawan kesiangan menyuarakan gizi buruk rakyat Asmat tapi perginya malah ke Saudi untuk umroh, ga nyambung kan!
Selamat bekerja Zaadit dkk! Biar kalian tahu bahwa kerja itu tak semudah bicara, kritik, adu debat dan sok vokal di forum-forum kampus. Kerja, kerja, dan kerja! Jangan lupa selesaikan dulu tugas mata kuliahmu yang terlantar sebelum komentari orang lain. Kasihani orangtuamu ya dek. Kuliah itu ga murah, apalagi di UI. Oke ya dedek!
(ARN)

Re-Post by http://migoberita.blogspot.co.id/ Senin/05022018/11.17Wita/Bjm
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya