» » » » » » “Bukankah Allah Maha Baik, lalu mengapa ada Tsunami?”

“Bukankah Allah Maha Baik, lalu mengapa ada Tsunami?”

Penulis By on Kamis, 04 Oktober 2018 | No comments

Bala, Azab dan Bencana Menurut Quraish Shihab

islamindonesia.id – Bala, Azab dan Bencana Menurut Quraish Shihab
Ketika bencana alam datang, banyak orang yang menjadi korban. Padahal, sebagian dari korban dikenal sebagai orang baik semasa hidupnya.
Karena itu, tidak sedikit orang yang bertanya-tanya tentang filosofi bencana, apalagi dikaitkan dengan Tuhan. 

“Bukankah Allah maha baik, lalu mengapa ada tsunami?” tanya sebagian kalangan.
Para filsuf hingga ulama berupaya menjawab pertanyaan di atas. Salah satu jawabannya: tidak semua yang dianggap baik oleh manusia itu baik menurut Tuhan.
Mufasir Quraish Shihab lalu memberikan analogi berdasar premis di atas. Ia bilang, manusia umumnya hanya dapat melihat sebatas tahi lalat.  Jika ia hanya melihat “titik hitam” itu, ia tidak akan menemukan keindahan.
Namun jika ia melihat keselurhan wajah wanita tempat tahi lalat itu berada, ia mungkin akan melihat keindahan. Artinya, cara pandang manusia umumnya masih parsial.
Di sisi lain, Penulis kitab tafsir Al Misbah ini mengatakan, orang yang beriman pasti meyakini Allah Maha Baik. Karena itu, orang beriman juga meyakini apapun yang datang dari-Nya pasti kebaikan.
“Jika saya memukul anak saya, apakah saya bermaksud jahat pada anak saya?” katanya dalam sebuah majelis ilmu seperti disiarkan kanal Youtube Quraish Shihab. Tentunya analogi ini tak dapat diterapkan pada orang-orang yang belum mengimani Allah Maha Baik.
Secara bahasa, musibah dapat dikatakan sesuatu yang tidak menyenangkan. Orang yang lalai mengendarai kendaraan lalu kecelakaan disebut musibah baginya. Namun orang yang taat lalu lintas tapi ditabrak hingga tewas oleh pengendara lalai juga disebut musibah.
Dalam konteks ini, kata Quraish Shihab, Al-Quran memiliki ragam terminologi. Salah satunya ialah bala atau ujian.
Sebagian orang mengatakan musibah itu buruk, padahal menurut Al-Qur;an tidak demikian. Musibah dalam arti bala itu baik.
“Sedemikian, sehingga mahasiswa di kampus mendesak dosennya dengan berkata: kapan saya diuji,” kata Quraish. Nabi Sulaiman pun pernah bersabda, “Ini adalah anugrah Tuhanku untuk mengujiku.”
Bala bukan murni berasal dari perbuatan manusia. Bala datang dari Allah dan pasti dialami oleh setiap manusia.
Dalam Surat Al Mulk ayat 2 disebutkan, Allah menciptakan hidup ini untuk bala. Tentunya, ujian untuk menyaring siapa saja orang yang benar-benar bersabar, beriman dan tidak berputusasa pada rahmat-Nya.
Di sisi lain, bala tidak hanya berbentuk derita seperti bencana alam, penyakit dan kekurangan harta. Bala bisa juga dalam bentuk pemberian kekayaan. Dibandingkan penyakit, kata Quraish Shihab, memikul bala berupa kekayaan sejatinya lebih sulit.
Orang yang diberikan kekayaan cenderung mudah lupa dengan Tuhan. Sedangkan orang yang diberikan penyakit cenderung ingat kepada Tuhan.
Istilah lainnya dalam Al-Quran ialah azab. Azab berarti siksaan yang disesuaikan oleh beratnya perbuatan buruk seseorang.  Jika berdasarkan keadilan Ilahi, setiap orang akan mendapatkan setimpal dengan apa yang pernah mereka perbuat.
“Hanya saja, karena kasih sayang-Nya, Allah sering mengurangi siksaan,” kata Qurasih Shihab.
Al-Qur’an juga menyebut istilah fitnah yang  berarti bencana. Fitnah dapat muncul akibat ulah manusia yang menimpa orang salah dan orang yang tidak salah.
Contonya, banjir yang diakibatkan oleh menumpuknya sampah di saluran air. Musibah ini akibat ulah manusia namun juga berdampak pada orang-orang yang selama ini disiplin membuang sampah pada tempatnya.
Namun menurut Quraish Shihab mengutip Al-Qur’an, tidak akan terjadi musibah yang menimpa manusia kecuali atas izin-Nya. Arti izin di sini, kata Quraish Shihab, ialah adanya sistem yang telah ditetapkan Allah. “Jadi kalau mau menghindar, ikuti sistem yang ditetapkan oleh-Nya,” katanya.
YS/Islamindonesia
quraish-shihab
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/islam-menjawab/bala-azab-dan-bencana-menurut-quraish-shihab.htm

Palu Sebelum dan Sesudah Gempa dan Tsunami dilihat dari Satelit

islamindonesia.id – Palu Sebelum dan Sesudah Gempa dan Tsunami dilihat dari Satelit
Menyusul gempa berkekuatan 7,5 Richter pada 28 September, gelombang tsunami setinggi 5 m datang menghantam Palu, kota pesisir di Sulawesi. Ketika tenaga medis dan masyarakat sipil mencari para korban di reruntuhan, mereka menemukan jumlah korban tewas meningkat sampai di atas 1.200 orang. Foto-foto satelit menunjukkan betapa besarnya kerusakan yang ditimbulkan oleh bencana tersebut.
Palu adalah ibu kota Sulawesi dan rumah bagi 300.000 penduduk. Dikenal sebagai kota lembah, ia terletak di antara kepulauan yang membentang dari barat dan ke timur kota. Berada di ujung teluk sepanjang 32 km, Palu semestinya terlindung dari air laut. Hal ini mengejutkan BMKG ketika gelombang tsunami mengalir deras ke muara dengan kecepatan 100 meter per jam. Foto satelit dari Planet Labs menunjukkan sedimen yang terkikis ketika banjir telah surut.
Sebelum:
Sumber: Planet Labs
Sesudah:
Sumber: Planet Labs
Sumber: Planet Labs

Lihatlah lebih dekat gambar di bawah ini, anda dapat melihat bagaimana taman umum, kafe, tempat tinggal, dan monumen di sepanjang garis pantai semuanya menghilang dari pandangan:
Sumber: Planet Labs
Sumber: Planet Labs

Foto yang disediakan oleh Digital Globe di bawah ini dapat menggambarkan bagaimana nasib penduduk pesisir di sepanjang pusat perbelanjaan Palu.
Sebelum:
Sebelum 2
Sesudah:
Sumber: Digital Globe
Sumber: Digital Globe

Lebih jauh ke timur di garis pantai, air tsunami menghancurkan jembatan, dan membanjiri rumah-rumah di dekatnya.
Sebelum:
Sebelum 3
Sesudah:
Sumber: Digital Globe
Sumber: Digital Globe

Di bagian daratan, efek dari gempa bumi terlihat sangat jelas. Tanah longsor dari sisi lereng gunung menimpa desa-desa di bawahnya.
Sebelum:
Sebelum 4
Sesudah:
Sumber: Digital Globe
Sumber: Digital Globe

Di bawah ini adalah foto yang lebih dekat, Desa Petobo di selatan Palu yang tertimpa longsoran.
Sebelum:
Sebelum 5
Sesudah:
Sumber: Digital Globe
Sumber: Digital Globe

Sebagaimana dilaporkan oleh NPR, sumber daya untuk bantuan sudah semakin menipis. Sementara itu tenaga bantuan masih disibukkan dengan penanganan paska bencana di Lombok yang terjadi bulan Agustus lalu. Tanpa alat berat, tenaga bantuan di Palu membereskan puing-puing menggunakan tangan.
PH/IslamIndonesia/Sumber: Quartz
palu-flood-waters
Sumber Berita : https://islamindonesia.id/gambar/palu-sebelum-dan-sesudah-gempa-dan-tsunami-dilihat-dari-satelit.htm

Re-Post by MigoBerita / Jum'at/05102018/10.12Wita/Bjm 
Baca Juga Artikel Terkait Lainnya